TINGKAT RESILIENSI MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT BUNGA DAN BUAH STUDI KASUS Rhizophora mucronata DI DESA DOMPAK, TANGJUNGPINANG – KEPULAUAN RIAU Reka Tendra Mahasiswa Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH,
[email protected] Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2014 di kawasan pembangunan jembatan III Desa Dompak Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggkat pemulihan mangrove berdasarkan jumlah buah, bunga dan semai dari Rhizophora mucronata yang di lakukan langsung di lapangan berdasarkan referensi musim pertumbuhan buah dan bunga. Pengukuran di ambil pada 3 (tiga) stasiun. Setiap stasiun terdiri dari 9 (sembilan) plot yang masing – masing plot berukuran 10 x 10 m2 telah di buat untuk mengidientifikasi jumlah buah dan bunga mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rata – rata pohon mangrove Rhizophora mucronata ialah 13000 pohon per hektar.
Kata kunci: Mangrove, tingkat resiliensi, jembatan III Desa Dompak.
1
THE LEVEL OF MANGROVE RESILIENCE BASED ON THE LEVEL OF FLOWERS AND FRUITS A CASE STUDY OF Rhizophora mucronata IN THE DOMPAK VILLAGE TANJUNGPINANG – RIAU ISLAND PROVINCE Reka Tendra
Students of Marine Sciences and Fisheries, FIKP-UMRAH,
[email protected] Arief Pratomo
Lecturer of Marine Science and Fisheries, FIKP-UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar
Lecturer of Water Resources Management, FIKP-UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT
The research was conducted in June 2014 in the area of bridge construction of Dompak village, Tanjungpinang Riau Islands Province. The purpose of this research is to know the level of mangrove restoration based on the fruits, flowers and seedling of Rhizophora mucrana which is done directly in the field by the reference of the fruit and flowers growing season. The measurement was taken on the three stations. Each station consist of nine plots. The size of each plot is 10 x 10 m2 wide. It is made to identify the amount fruits and flowers. The result of the research indicates that the average amount of the mangrove Rhizophora mucronata is about 13000 trees per hectare. Keyword : Mangrove, level of resilience, Village III bridge Dompak
2
yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat.
I. PENDAHULUAN Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau. Tanaman dikotil adalah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua. Mangrove dikenal dengan beberapa istilah, diantaranya sebagai ‘hutan pantai’, ‘hutan pasang-surut’, ’hutan payau’ atau ‘hutan bakau’.
C. Kondisi Umum Ekosistem Mangrove Mangrove adalah khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang baik pada 0
Mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan sumber daya pesisir di sebagian besar walaupun tidak semua wilayah Indonesia. Fungsi mangrove yang terpenting bagi daerah pantai adalah menjadi penghubung antara daratan dan lautan. Tumbuhan, hewan benda-benda lainnya, dan nutrisi tumbuhan ditransfer ke arah daratan atau ke arah laut melalui mangrove. Mangrove berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang merugikan dari perubahan lingkungan utama, dan sebagai sumber makanan bagi biota laut (pantai) dan biota darat.
0
temperature dari 19 C sampai 40 C dengan 0
Toleransi Fluktuasi tidak lebih dari 10 C. Berbagai jenis mangrove yang tumbuh di bibir pantai dan merambah tumbuh menjorok ke Zona berair laut, merupakan suatu ekosistem yang khas. Khas karena bertahan hidup di dua zona transisi antara daratan dan lautan, sementara tanaman lain tidak mampu bertahan. Kumpulan berbagai jenis pohon yang seolah menjadi depan garis pantai yang secara kolektif disebut hutan mangrove. D. Fungsi Dan Manfaat Dari Ekosistem Mangrove
Keberadaan ekosistem mangrove di Indonesia saat ini benar-benar telah pada posisi yang sangat mengkhawatirkan, mengingat untuk pemenuhan keragaman kebutuhan penduduk yang jumlahnya makin bertambah pesat ini telah pula merebak ke wilayah mangrove.
Menurut Bengen (1999), hutan mangrove mempunyai fungsi dan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen. 2. Penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove. 3. Daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) 4. Penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas (pulp). 5. Pemasok larva ikan, udang, dan biota laut lainnya. 6. Sebagai tempat wisata.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mangrove Hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semaksemak yang mempunyai kemampuan beradaptasi dalam perairan asin. “Bakau” adalah tumbuhan daratan berbunga yang mengisi kembali pinggir laut. Sebutan bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan, sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini (Nybakken, 1992).
E. Taksonomi dan Morfologi Rhizophora Mucronata Rhizophora mucronata mencapai ketinggian 27m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarn agelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Klasifikasi Rhizophor amucronat adapat diuraikan sebagai berikut:
B. SiklusHidup Mangrove Menurut Bengen (1999), jenis mangrove tertentu, seperti Bakau (Rhizophorasp) dan Tancang (Bruguierasp) memiliki daur hidup
Kingdom : Plantae 3
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Secara umum pembungaan pada spesies mangrove dimulai pada umur 3-4 tahun. Pembungaan terjadi dipengaruhi oleh alam dan bukan ukuran. Proses penyerbukan (polinasi) terjadi atas bantuan angin, serangga dan burung. Hasil polinasi yang berupa buah atau propagul hanya sekitar 0-7,2% dari bunga yang dihasilkan.
Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Rhizophoraceae Genus : Rhizophora
Sebagian besar mangrove memproduksi propagul dengan bentuk silinderatau bulat dan penyebarannya melalui air.
Species : Rhizophora mucronata F. Ekologi Rhizophora mucronata
I. MusimPembungaan Mangrove
Rhizophora mucronata tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang surut, lumpur, pasir dan batu, menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari mangrove.Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. G. Pengaruh Salinitas Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan penelitian (Enni Kamal, Fenologi Mangrove “Rhizophora apiculata, R.mucronata dan R.stylosa”, 2009) Analisis statistik menunjukkan bahwa produksi bunga, bunga jatuh, buah dan buah jatuh setiap bulan adalah berbeda, seperti produksi bunga tertinggi pada spesies R.apiculata adalah pada bulan Maret dan juni, terendah pada bulan Oktober. Untuk R.mucronata jumlah produksi bunga tertinggi adalah pada bulan April, dan terendah pada bulan November dan R.stylosa produksi jumlah bunga terbanyak adalah pada bulan July dan terendah pada bulan Oktober.
Terhadap
Pertumbuhan tinggi tanaman dapat didefinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan bobot kering. Beberapa ahli mendefinisikan pertumbuhan tanaman sebagai proses pembelahan dan pemanjangan sel, ahli tanah umumnya mendefinisikan pertumbuhan sebagai peningkatan bahan kering. Definisi ini meliputi proses deferensiasi yang besar sumbangannya dalam penimbunan bahan kering, dalam analisis akhir, perkembangan dan morfogenesis tanaman yang merupakan akibat dari ketiga hal berikut: pertumbuhan karena pembelahan, pembesaran dan deferensiasi sel. Pertumbuhan suatu pohon adalah pertambahan tumbuh dalam besar dan pembentukan jaringan baru, pertumbuhan tersebut dapat pula diukur dari berat seluruh tanaman (biomassa), dan juga meliputi pertumbuhan bagian atas dan bagian bawah (Syah, 2011).
J. Resiliensi Mangrove Resiliensi mangrove atau tingkat pemulihan hutan mangrove sangat berhubungan terhadap sistem reproduksi dari ekositem mangrove tersebut, menurut Kongsangchai dan Havanond (1985) menyatakan bahwa lamanya “reproductivecycle” pada R.stylosa, R.apiculata dan R.mucronata adalah 18 dan 17 bulan. (Gilldan Tomlinson, 1971) menyatakan bahwa lamanya waktu mulainya berbunga tumbuhan bakau pada family Rhizophoraceae adalah mulai berumur 3 hingga 4 tahun, dan ini juga hampir sama dengan penelitian Chan et al. (1987) yang menyatakan bahwa pada tumbuhan bakau baru mulai berbunga pada umur 3 tahun setelah pohon bakau ditanam (afterplanting). K. Kerangka Penelitian Perkembangan pulau Dompak mejadi pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau membawa pengaruh besar terhadap lingkungan termasuk lingkungan pesisir yang didominasi oleh ekosistem mangrove. Hal ini dipengaruhi
H. Sistem Reproduksi Mangrove
4
oleh pembangunan-pembangunan jalan raya maupun jembatan-jembatan penghubung pulau. Tingkat kerusakan hutan mangrove di pulau dompak saat ini sudah sangat menghawatirkan, dengan adanya studi pengamatan tingkat relisiensi mangrove ini maka dapat menjadi acuan tingkat restorasi kerusakan ekosistem mangrove disekitar pulau Dompak.
A. ProsedurKerja 1. PenentuanLokasiPenelitian Daerah mangrove area jembatan III Pulau Dompak merupakan salah satu area yang ekosistem mangrove yang rusak karna proyek pembangunan jalan dan jembatan Provinsi Kepulauan Riau dan area ini juga merupakan area pemukiman dan pelabuhan warga Dompak yang mayoritas penduduknya merupakan nelayan. Maka dibutuhkan informasi tingkat pemulihan atau resiliensi untuk mangrove disekitar area jembatan III pulau Dompak yang sekarang ini hampir punah.
III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 dikawasan pembangunan jembatan III Desa Dompak Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Pengamatan buah dan bunga mangrove dan transek Semai Rhizophora mucronata dilakukan langsung dilapangan berdasarkan referensi musim pertumbuhan buah dan bunga.
2. Teknik Pengukuran Parameter Perairan 1.
Pengukuran Suhu
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu dengan prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa dengan menggunakan skala derajat celsius (0C). pengukuran suhu perairan dilakukan di setiap titik sampling dengan mencelupkan batang termometer kedalam perairan 0,5 m selama ± 5 menit, dimana waktu yang diberikan cukup untuk mendapatkan suhu perairan yang sesungguhnya, kemudian termometer diangkat dan dibaca. Pengukuran suhu juga dilakukan sebanyak 2 kali sehingga dapat meminimalisasi kesalahan dan didapat data yang akurat.
Lokasi penelitian Desa Dompak
B. Alat Dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
2. PengukuranSalinitas
1. GPS atau Global Positioning System, yaitu alat yang berguna untuk menentukan kordinat lokasi penelitian. 2. Tali untuk mengukur panjang dan lebar plot transek dan untuk member tanda pada ranting pohon yang akan dihitung jumlah buah dan bunganya. 3. Meteran untuk mengukur panjang dan lebar lokasi transek semai mangrove. 4. Refraktometer, alat yang digunakan untuk mengukur salilinitas perairan. 5. Termometer, alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur) 6. Kamera, untuk dokumentasi penelitian. 7. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan
Untuk pengukuran salinitas atau kadar garam digunakan alat refraktometer, Prinsip kerja dari refractometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya. Adapun prinsip kerja dari refractometer dapat digambarkan sebagai berikut : - Terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan Papan Skala. Refractive index prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan sample. - Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan 5
lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample besar. Maka pada papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.
rata pohon per stasiun menggunakan rumus dibawah ini: -
- Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil.
Luas 1 petak 1 Stasiun Luas total
= 10x10 = 100m2 = 9 petak = 9 x 100 = 900m2 𝐽𝑝 𝑅𝑡 = 𝐿𝑡
Ket:
3. Prosedur Pengamatan Mangrove
Rt
1. Buah dan Bunga
= Rata-rata pohon / m2
Jp = Jumlah total pohon sampling per stasiun
Pengamatan buah dan bunga dilaluka ndengan memilih tiga pohon dominan( tinggi ≥ 2m ) secara acak didalam petak 10x10. Dari setiap pohon dipilih tiga ranting yang memenuhi kriteria.
Lt = Luas Total petak sampling per stasiun ( 900m2) 2. Analis Jumlah Buah
Pemilihan ranting: - Pilih tiga ranting yang berbunga dan berbuah serta terlihat lebat - Apabila terdapat lebih dari tiga ranting yang memenuhi syarat maka tentukan secara acak - Ranting terpilih diberikan tanda ikatan tali, untuk dilakukan perhitungan jumlah buah dan bunga.
Jumlah buah yang di analisis adalah jumlah buah dari tiga ranting sampling yang dipilih secara acak dalam satu pohon, dimana dalam satu petak diambil satu pohon yang dominan (≥ 2m) untuk dihitung jumlah ratarata buahnya.
2. Pohon
Ket :
Untuk mengukur jumlah rata-rata pohon metode yang dilakukan adalah transek dengan mengunakan 10x10m2 per petak. Pohon yang di analisis adalah pohon yang dominan (tinggi ≥2m dan diameter ≥10cm) dalam 1 petak sehingga ada 9 pohon sampling dalam satu stasiun untuk keperluan pengamatan buah dan bunga.
Rb
= Rata-rata buah per pohon
Jb
= Jumlah buah sampling total
𝑅𝑏 =
𝐽𝑏 𝑥𝐽𝑟 𝑅𝑠
Rs = Jumlah ranting sampling ( tiga ranting ) Jr
= Jumlah ranting per pohon
3. Analis Jumlah Bunga
B. Pengolahan Data Jumlah bunga yang di analisis adalah jumlah bunga dari tiga ranting sampling yang dipilih secara acak dalam satu pohon, dimana dalam satu petak diambil satu pohon yang dominan (≥ 2m) untuk dihitung jumlah ratarata bunganya.
Keseluruhan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan langsung di lokasi penelitian atau in-situ. Data yang didapat kemudian dikelompokan dalam variable-variabel yang sudah di tentukan, dan selanjutnya akan dianalisis.
𝑅𝑦 =
C. Analisis Data
𝐽𝑦 𝑥𝐽𝑥 𝑅𝑦
Ket :
1. Analisis Rata-rata Pohon / m2 Jumlah pohon yang dianalisis adalah pohon dominan(≥2m) pada setiap petak transek per stasiun. Untuk menghitung rata6
Ry
= Rata-rata Bunga per pohon
Jy
= Jumlah Bunga sampling total
Ry = Jumlah ranting sampling ( tiga ranting ) Jx
Salinitas suatu perairan berubah dari waktu kewaktu yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti curah hujan, penguapan, banyak Sungai yang bermuara kelaut dan pengaruh musim. Hasil pengukuran salinitas perairan di jembatan Desa Dompak dengan salinitas terendah berada di stasiun I dan tertinggi berada pada stasiun II dan III hal ini dipengaruhi oleh cuaca dan lokasi stasiun I lebih kearah darat sehingga salinitas stasiun I lebih rendah dari stasiun II dan III.
= Jumlah ranting per pohon
4. AnalisisPotensiPemulihan Hasil perhitungan di gunakan untuk Mendeskipsikan secara kualitatif tingkat pemulihan mangrove Rhizophora mucronata. Sehingga diperoleh data : -
2. Suhu
jumlahpohon / m2 jumlahsemai / m2 jumlahbuah / m2 jumlahbunga / m2
Suhu air dipengaruhi oleh komposisi substrat, kekeruhan, suhu air tanah, serta pertukaran panas antara udara atau permukaan air. Suhu juga menjadi faktor pembatas bagi beberapa fungsi biologis hewan air seperti migrasi, pemijahan, efisiensi makanan, kecepatan renang, perkembangan embrio, dan kecepatan. Suhu yang optimal ikan di daerah tropis berkisar 25 °C- 30°C.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Perairan Perairan di jembatan Dompak termasuk perairan semi tertutup yang berhubungan langsung dengan laut. Perairan di jembatan Dompak oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan tangkap memanfaatkan nya sebagai area penangkapan ikan.Nelayan-nelayan tangkap initergolon gtradisional seperti mencari undang dan kepiting mengunakan hanya mengunakan Jala dan Jaring. Jenis ikan-ikan yang didapat adalah ikan Demersal seperti ikan Lebam, ikan Sembilang, ikanJahan.
Hasil pengukuran suhu Perairan didapat Suhunya antara 27 °C sampai 29°C. suhu ini tergolong normal untuk pertumbuhan organisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji (2007), bahwa suhu air permukaan diperairan nusantara umumnya anatara 28- 31°C. Suhu ini memungkinkan badan air untuk mengikat oksigen bebas dari udara secara optimal Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan tumbuhan mangrove. Faktor utama yang mempengaruhi suhu adalah radiasi matahari dan penguapan. Suhu perairan jembatan Desa Dompak pada saat pengukuran mempunyai kisaran 27-29◦C, dengan suhu terendah berada di stasiun I dan II tertinggi berada pada stasiun III hal ini dipengaruhi oleh cuaca ketika dilakukannya proses pengukuran. Kondisi ini menunjukkan perairan di jembatan Desa Dompak memiliki suhu perairan yang normal dan tergolong suhu optimal untuk perkembangan mangrove yaitu 26-28 ◦C.
Hasil pengukuran parameter Perairan selama penelitian di Perairan jembatan Desa Dompak berdasarkan pengukuran parameter kualitas perairan yang dilakukan pada setiap stasiun selama penelitian maka diperoleh data yang disajikan pada table.1 Tabel.1 Parameter lingkungan di perairan jembatan Desa Dompak Param eter
St.1
St.2
St.3
Keterangan
P S P
S
P S
Salinitas (‰)
2 7
2 2 5 8
2 7
2 2 9 7
10-30 ‰ (baku mutu)
Suhu (°C)
2 8
2 2 7 9
2 7
3 2 0 8
26°-28° (Tumbuh optimal)
B. Bunga Dan Buah Per Pohon Berdasarkan hasil perhitungan mangrove yang dilakukan di perairan jembatan Desa Dompak, pada tiga stasiun perhitungan
1. Salinitas 7
yang diambil sebagai sample melalui perhitungan pada masing – masing plot dengan ukuran 10 x 10 meter. Diketahui bahwa perairan di jembatan Desa Dompak ditumbuhi beberapa jenis mangrove dimana jenis Rhizophora lebih mendominasi di tiga stasiun perhitungan, dan untuk hasil perhitungan jumlah rata – rata bunga dan buah per pohon tersaji pada Tabel di bawah: Sta siu n 1
2
3
pohon, bunga dan buah dan persentasi tingkat kemungkinan bunga menjadi buah, hasil dari perhitungan luas pohon, bunga dan buah dalam hitungan m2 dan konversi bunga menjadi buah tersaji dalam Tabel di bawah ini:
Stasiun
Pohon / m2
Bunga / m2
Buah / m2
%
Transek
Bunga / pohon
Buah / pohon
1
0,07 m2
34.23 m2
14.44 m2
42.19 %
1 2 3 1 2 3 1 2 3
594 491 382 726 144 249 586 256 410
160 273 186 439 76 98 306 139 203
2
0,06 m2
22.26 m2
12.26 m2
55.08 %
3
0,06 m2
25.04 m2
12.96 m2
51.76 %
Rata - rata total :48.67 % Pohon: 0.6 m2, Bunga: 27.17 m2, Buah: 13.22 m2. ( %)Adalah persentasi konversi Bunga yang menjadi Buah.
Jumlah rata – rata bunga dan buah mangrove yang terendah di peroleh pada stasiun 2 dibandingkan stasiun 1 dan 3. Sedangkan jumlah total buah tertinggi di peroleh pada stasiun 3 dan jumlah bunga tertinggi diperoleh pada stasiun 1.
Jumlah rata – rata pohon/m2, Bunga/m2 dan Buah/m2 pada stasiun 2 merupakan yang terendah hal ini dikarenakan pada saat perhitungan didapati spesies Rhizopora apiculata. Seperti yang ditulis oleh (Pramudji dan Purnomo, 2003) Zona garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia alba.
Hasil jumlah rata – rata bunga dan buah mangrove ini diperkirakan sudah optimal dikarenakan waktu perhitungan jumlah bunga dan buah di hitung berdasarkan penelitian (Enni Kamal, Fenologi Mangrove “Rhizophora apiculata, R. mucronata dan R.stylosa”, 2009).
Persentasi konversi bunga menjadi buah pada stasiun 2 merupakan yang terendah dibanding stasiun 1 dan 3 diduga lokasi Stasiun 2 lebih condong ke arah laut sehingga memiliki salinitas yang tinggi seperti yang diketahui salinitas tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekositem mangrove, (Syah, 2011).
Analisis statistik menunjukkan bahwa produksi bunga, bunga jatuh, buah dan buah jatuh setiap bulan adalah berbeda, seperti produksi bunga tertinggi pada spesies R.apiculata adalah pada bulan Maret dan juni, terendah pada bulan Oktober.Untuk R. mucronata jumlah produksi bunga tertinggi adalah pada bulan April, dan terendah pada bulan November dan R. stylosa produksi jumlah bunga terbanyak adalah pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Desember. C. AnalisisPotensiPemulihan
D. Pembahasan
Analisis potensi pemulihan dalam hal ini adalah menghitung jumlah luas m2 dari
Perairan jembatan Desa Dompak dapat dikategorikan sebagai ekosistem estuaria yang 8
memiliki parameter perairan yang baik bagi kehidupan biota estuaria. Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002; Pritchard, 1976).
Berdasarkan penelitian di Desa Dompak, penulis mempunyai opini jika tingkat semai menjadi pohon mencapai 20%, maka didapati hitungan sebagai berikut:
Secara umum, pembungaan pada spesies mangrove di mulai pada umur 3 tahun seperti yang di jelaskan Tomlinson, (1971) menyatakan bahwa masa berbunga tumbuhan bakau family Rhizophoraceae dimulai pada umur 3 hingga 4 tahun. Kongsangcai dan Havanond, ( 1985 ) menyatakan bahwa lama ‘reproductive cycle’ pada R.stylosa, R apiculata dan R.mucronata adalah 18 dan 17 bulan. Kitamura et al. (1983), menyatakan bahwa waktu Rhizophora apiculata berbunga di Bali dan Lombok adalah sepanjang tahun, dan lama bunga berkembang menjadi buah matang ( propagul ) adalah 5 – 6 bulan.
13 buah / m2 ÷ 50% semai/m2
=
- 6,5 semai / m2 ÷ 20% 1,3pohon/m2 - 1,3pohon / m2 x 10.000 13.000pohon/ Ha
=
6,5
=
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan Dari hasil Observasi dan pengukuran langsung dilapangan Perairan di jembatan Desa Dompak, kondisi ekosistem mangrove di daerah tersebut saat ini diperkirakan masih cukup berpotensi. Rata – rata jumlah pohon yang dihasilkan dari masing – masing stasiun ialah 13000 pohon / ha. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat resiliensi mangrove di Perairan jembatan Desa Dompak cukup berpotensi dalam satu siklus hidupnya. Kondisi umum perairan Desa Dompak dapat dilihatdari parameter perairan yaitu meliputi pengkuran Suhu, Salinitas, Pasut, Kecerahan, Kuat Arus perairan, pH dan DO . Kondisi ekosistem mangrove Perairandi jembatan Desa Dompak saat ini dapat dikatakan masih cukup baik.
Berdasarkan hasil penelitian di kawasan Desa Dompak persentasi rata- rata buah menjadi bunga yaitu 49.6%, (Saenger et al. 1983), bahwa jumlah bunga yang berkembang menjadi buah adalah sangat rendah karena disebabkan oleh jamur, serangga dan juga faktor genetik tumbuhan itu sendiri. Buah yang telah matang ( propagul ) akan menjadi semai melalui 3 pola sebaran yaitu : pola tertancap, pola tersangkut dan pola terdampar hal ini dipengaruhi oleh arus, pasang surut dan gelombang. Persentasi keberhasilan pertumbuhan propagul yg sudah menancap kedalam sedimen lumpur atau pasir meniliki persenan antara 40 – 60 %, pertumbuhan propagul ini tergantung dari jenis propagul yang mempunyai akar dan tidak tidak mempunyai akar, ( N. Calvin Sumberi, 2013. Persen Hidup Jenis Bakau ( Rhizophora Mucronata ) di Tahiti Park Kab.Bantuni), sedangkan tingkat keberhasilan semai mangrove menjadi pohon antara 50 – 100% (M. Risky, 2012.
1.2. Saran Melihat dari kesimpulan hasil penelitian diatas, beberapa rekomendasi yang dapat dimasukan yaitu perlu adanya perhatian pemerintah dan masyarakat setempat untuk kelestarian dan merawat kawasan hutan mangrove di perairan tersebut secara berkelanjutan, di karenakan hutan mangrove di daerah tersebut masih cukup dominan dalam satu siklus hidupnya. Dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membahas lebih jauh tentang tingkat resiliensi dan pola penyebaran
Dari data dan referensi yang diperoleh maka diketahui jumlah rata – rata pohon per hektar : - 0,06pohon / M2 x 10.000 = 600 pohon/ Ha - Bungamenjadibuah = 49 % - Buahmenjadisemai = 50% - Semaimenjadipohon = 20% *
9
buah mangrove di perairan jembatan Desa Dompak.
Fairus, M. 2000. Pertumbuhan Tegakan Dan Teknik Pengusahaan Hutan Mangrove Berkelanjutan.Pengamatan Dan penelitian Hutan Mangrove.
UCAPAN TERIMAKASIH
Tarsoen, w. 2008.Konsepsi Manajemen Kerusakan Hutan Mangrove. Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
1. Kepada orang tua mama dan (alm) papa yang selalu memberikan doa dan dukungannya dari awal sampai akhir study. 2. Kepada Bapak Arief Pratomo, ST, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Andi Zulfikar, S.Pi, MP. selaku dosen pembmbing 2. 3. Kepada para sahabat yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang sudah membantu hingga selesainya skripsi ini, khususnya untuk sabahat – sahabat di organisasi.
Nybakken, J.W. 1992.Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia. Dahuri, Rohmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Elly, J. 2008. Pertumbuhan Rhizophora di Kawasan Berlantung. Artikel ilmial
DAFTAR PUSTAKA
PEMKO Tanjungpinang. 2009. Laporan Identifikasi Kawasan Lindung dan Kawasan Hutan Kota di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Nurul, H. 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan Di Wilayah Pesisir Tanjung Jabung Timur Jambi. Universitas Diponegono. Semarang.
Saiful. Z. 2010. Wordpress. Laporan produktifitas perairan, Fakultas Ilmu Perikanan dan kelautan, UNHAS.
10