TINGKAT PENCEMARAN PESISIR KRONJO KABUPATEN TANGERANG, BANTEN
RUNI YUSTINI KARTIKA
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Pencemaran Pesisir Kronjo Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2014 Runi Yustini Kartika NIM C24100048
ABSTRAK RUNI YUSTINI KARTIKA. Tingkat Pencemaran Pesisir Kronjo Kabupaten Tangerang, Banten. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan ACHMAD FAHRUDIN. Tingkat pencemaran perairan perlu dikaji untuk mengetahui kesesuaian air dengan peruntukannya. Tujuan penelitian ini menentukan tingkat pencemaran di pesisir Kronjo. Metode yang digunakan berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan Indeks STORET. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pencemaran berdasarkan Indeks Pencemaran berkisar antara 2.1–7.0, tergolong tercemar ringan hingga tercemar sedang. Hasil yang berbeda diperoleh jika dievaluasi berdasarkan Indeks STORET. Pencemaran Sungai Cidurian dan Sungai Cipasilian telah tercemar berat dengan Indeks STORET -53 hingga -86. Parameter yang tidak sesuai baku mutu, yaitu kekeruhan, TSS, TDS, BOD5, fenol, CN, NO2-N, DO, O-PO4, H2S, COD, NH3-N, Pb, Cr, Cu, Zn, fecal coliform, dan total coliform. Indeks Pencemaran (IP) menunjukkan untuk laut zona I 1.8-7.1 dan laut zona II 1.2-5.1, kategori tercemar ringan sampai tercemar sedang. Evaluasi dengan STORET menunjukkan laut zona I dan zona II tercemar sedang dengan Indeks STORET 12 hingga -29. Parameter yang tidak sesuai baku mutu, yaitu kekeruhan, TSS, H2S,O-PO4, dan Pb. Hasil penilaian perbandingan kedua metode tersebut, metode STORET lebih baik digunakan karena memiliki penilaian yang ketat terhadap pencemaran. Kata kunci: Indeks Pencemaran, Indeks STORET, pesisir Kronjo, tingkat pencemaran
ABSTRACT RUNI YUSTINI KARTIKA. Level of Pollution in Coastal Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten. Supervised by SIGID HARIYADI dan ACHMAD FAHRUDIN. Water quality status should be assessed to determine the suitability of water intended. The purpose of this study establish the status of water quality in Kronjo Coastal. There are two methods that using, Pollution Index (PI) and STORET. The level of contamination by Pollution Index ranged between 2.1-7.0 with polluted slightly to moderately polluted. However, different results are obtained if evaluated based on STORET. The results showed that the pollution status of Cidurian River and Cipasilian River been heavily polluted by a score of -53 to -86. Parameters that unsuitable with standard quality such as turbidity, TSS, TDS, BOD5, fenol, CN, NO2-N, DO, O-PO4, H2S, COD, NH3-N, Pb, Cr, Cu, Zn, fecal coliform, and total coliform. Pollution Index showed for Kronjo Sea zone I are 1.8-7.1 and zone II are 1.2-5.1, included category polluted slightly to moderately polluted. Evaluation based on STORET give the result for zone I and II Kronjo sea was polluted by a score of STORET -12 to -29. Parameters that unsuitable with standard quality such as turbidity, TSS, O-PO4, H2S, and Pb. As the result
assessment comparison of two methods, the STORET methods better used. It has a rigorous assessment against pollution. Keywords: Kronjo coastal, Pollution Index, STORET Index , water quality status,
TINGKAT PENCEMARAN PESISIR KRONJO KABUPATEN TANGERANG, BANTEN
RUNI YUSTINI KARTIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang memberikan segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Tingkat Pencemaran Pesisir Kronjo Kabupaten Tangerang, Banten. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi di departemen Manajemen Sumber Daya Perairan. 2. Beasiswa PPA/BBM yang telah memberikan tambahan dana selama masa perkuliahan. 3. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. 4. Dr Majariana Krisanti, SPi MSi, selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti. 5. PT Kapuk Naga Indah dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB atas pemberian kesempatan dan bantuan dana penelitian. 6. Dr Ir Achmad Fahrudin MSi sebagai dosen pembimbing akademik. 7. Keluarga: Papap (Agus), Ibu (Enden), Adik (Reka, Rosa, Retno) atas kasih sayang, doa, dan dukungan baik moril ataupun materil. 8. Teman-teman penelitian Kronjo: Kak Anna, Kak Asep, Kak Dede, Anissa, Werdhiningtyas, Febi, Inggar, Andini, Sherly, Ardhito, Nina, Fany, dan Akrom. 9. Teman-teman MSP angkatan 47 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Runi Yustini Kartika
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Kerangka Kajian Teori 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 3 METODE 3 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 Alat dan Bahan 3 Prosedur Penelitian 4 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Hasil 7 Tingkat pencemaran pesisir Kronjo berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) 7 Tingkat pencemaran pesisir Kronjo berdasarkan STORET 9 Parameter kualitas air yang tidak sesuai baku mutu 10 Perbandingan tingkat pencemaran menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET 11 Pembahasan 14 KESIMPULAN DAN SARAN 17 Kesimpulan 17 Saran 17 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
7
8
9
Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di laboratorium Parameter dan metode analisis kualitas air Evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemaran (IP) Penentuan sistem nilai dengan Indeks STORET Klasifikasi mutu air berdasarkan Indeks STORET Parameter yang tidak memenuhi baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2003 kelas III dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut di Sungai Cidurian Parameter yang tidak memenuhi baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2003 kelas III dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut di Sungai Cipasilian Parameter yang tidak sesuai baku mutu di zona I menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut Parameter yang tidak sesuai baku mutu di zona II menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut
5 5 6 7 7
12
12
13
13
DAFTAR GAMBAR Diagram alir rumusan masalah penelitian Lokasi Penelitian di Sungai Cidurian (C1 dan C2), Sungai Cipasilian (K1 dan K2) dan Laut Kronjo (K01-K09 dan M01-M06) 3 Tingkat pencemaran di Sungai dan Muara Cidurian berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) 4 Tingkat pencemaran di Sungai dan Muara Cipasilian berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) 5 Indeks Pencemaran di laut zona I pada bulan April dan Agustus 6 Indeks Pencemaran di laut zona II pada bulan April dan Agustus 7 Indeks STORET untuk Sungai dan Muara Cidurian (C1, C2) serta Sungai dan Muara Cipasilian (K1, K2) 8 Indeks STORET di laut zona I dan zona II pada bulan April dan Agustus 9 Perbandingan tingkat pencemaran di Sungai dan Muara Cidurian (C1, C2) serta Sungai dan Muara Cipasilian (K1, K2) dengan menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET 10 Perbandingan tingkat pencemaran di laut zona I dan zona II dengan menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET 1 2
3 4 8 8 9 9 10 10
13 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Lokasi pengambilan contoh Letak geografis titik pengambilan contoh Waktu pengambilan contoh Contoh perhitungan Indeks Pencemaran (IP) Contoh perhitungan indeks STORET
20 21 21 22 23
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi pesisir erat kaitannya dengan sistem sungai, muara, dan laut pada wilayah tersebut. Perubahan sifat sungai yang terjadi akibat kegiatan manusia akan mengakibatkan penurunan kualitas perairan. Peningkatan kegiatan penduduk baik dalam hal pemukiman, pertanian maupun industri yang terjadi pada dua dasa warsa terakhir menyebabkan peningkatan pembuangan limbah, dan selama ini sungai menjadi lokasi pembuangan limbah dari aktivitas tersebut. Oleh karena itu, dapat dipastikan telah terjadi penurunan kualitas perairan dari sungai, muara, sampai dengan laut. Pencemaran laut menurut GESAMP (1990) adalah dimasukkannya oleh manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung senyawa-senyawa dan energi ke lingkungan laut (termasuk estuaria) yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap sumber daya hayati, kesehatan masyarakat, gangguan aktivitas maritim termasuk didalamnya aktivitas penangkapan ikan, penurunan kualitas air sesuai peruntukannya dan penurunan minat rekreasi. Pencemaran laut mencakup didalamnya ancaman dari sumber-sumber daratan, tumpahan minyak, limbah tak terolah, pengeruhan perairan, pengayaan nutrisi, spesies invasif, pencemaran organik persisten (POPs), logam berat, pengasaman perairan, senyawa radioaktif, sampah, penangkapan berlebih dan penghancuran habitat pesisir (Mukhtasor 2007). Laut memiliki daya homeostatis, yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dan merupakan ekosistem perairan yang memiliki daya dukung untuk memurnikan diri dari segala gangguan yang masuk ke dalam badan perairan. Kenyataanya, perairan pesisir merupakan penampungan akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, (Dahuri et al. 2001). Laut menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian, limbah rumah tangga, sampah, bahan buangan dari kapal, dan tumpahan minyak lepas pantai (Darmono 2001). Jika beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukung, maka kualitas air akan menurun. Lingkungan perairan tidak sesuai lagi dengan kriteria baku mutu yang ditetapkan, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Pesisir Kronjo merupakan wilayah pesisir yang ada di utara Kabupaten Tangerang. Sungai yang bermuara di pesisir ini adalah Sungai Cidurian dan Cipasilian. Sungai Cidurian dan Cipasilian berdasarkan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Banten. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Kabupaten Tangerang merupakan salah satu jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota yang berada pada wilayah kabupaten yang pendayagunaannya untuk melayani daerah sekitarnya. Menurut Perda Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 Pasal 50 menyatakan kawasan budi daya di Tangerang meliputi: pertanian, perikanan, industri, pariwisata, dan pemukiman. Semua kawasan ini menyumbang limbah yang mengalir melalui sungai dan akan terbawa hingga perairan laut. Penelitian Mezuan (2007) menunjukan bahwa pencemaran yang terjadi di sungai akan menurunkan kualitas air laut yang menjadi tempat bermuaranya
2 sungai tersebut. Limbah dari kegiatan domestik, pertanian, dan industri di sepanjang aliran sungai memberikan dampak penurunan kualitas air, sehingga air tidak dapat digunakan sesuai peruntukannya (Hendrawan 2005; Suwari et al. 2010; Fulazzaky et al. 2010; Putri 2011; Agustiningsih et al. 2012; Ali et al. 2013). Pencemaran dapat diamati dari beberapa parameter kualitas air seperti suhu, warna, pH, kecepatan arus, kecerahan, kekeruhan, TSS, TDS, DO dan BOD (Soekadi 1999), COD dan fosfat (Liu et al. 2011), NO3, NO2, NH3, TP (Siahaan et al. 2011; Ali et al. 2013), bakteri (Darmayati et al. 2009), sianida (Polii et al. 2002), logam berat (Rochyatun et al. 2005; Agustina et al. 2012), minyak dan lemak (Hendrawan 2008). Parameter kualitas air lainnya yang penting untuk diamati adalah alkalinitas, kesadahan, fenol, silika, fluorida, klorida, besi (Fe), Cr6+, klorin, dan surfaktan (Effendi 2003; Rahayu et al. 2009). Konsentrasi parameter BOD, COD, TSS, nitrogen, fosfat, fecal coliform dan total coliform yang cenderung meningkat, serta kecerahan dan DO yang semakin menurun, menunjukkan adanya pencemaran (Soewandita dan Sudiana 2010; Siahaan et al. 2011). Penentuan status mutu perairan menurut Suwari et al. (2010) merupakan salah satu langkah awal dalam proses pemantauan dan pencegahan terhadap penurunan kualitas suatu perairan. Penentuan status mutu air merupakan langkah awal agar dapat mengetahui kondisi perairan, sehingga pengelolaan perairan dapat dilakukan sesuai dengan tingkat pencemaran yang terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai kualitas perairan di pesisir Kronjo untuk mengetahui besar tingkat pencemaran yang terjadi, agar menjadi pertimbangan dalam pengelolaan kawasan pesisir Kronjo.
Kerangka Kajian Teori Kegiatan domestik, pertanian, dan industri di sepanjang aliran Sungai Cidurian dan Cipasilian akan menghasilkan limbah. Limbah sebagai sumber pencemar dapat menyebabkan penurunan kualitas air, baik di perairan sungai, muara, maupun di perairan laut. Kualitas air yang memenuhi baku mutu menunjukkan perairan dalam kondisi baik, sedangkan kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu menunjukkan perairan dalam kondisi tercemar. Apabila diperoleh hasil evaluasi perairan telah tercemar, maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran. Apabila diperoleh hasil kualitas perairan sesuai baku mutu, maka perlu dijaga agar tidak terjadi pencemaran. Pengamatan kualitas air di pesisir Kronjo perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencemaran dan menjadi bahan pertimbangan pengelolaan pesisir yang berkelanjutan. Kerangka kajian teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat pencemaran pesisir Kronjo berdasarkan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET dan menentukan metode yang lebih tepat digunakan.
3 Sumber pencemaran di pesisir Kronjo
Kualitas air pesisir Kronjo
Apakah pendekatan yang digunakan dapat menghasilkan tingkat pencemaran yang sama? Ya
Tidak Kriteria penggunaan kedua pendekatan (waktu, banyaknya data, dan sistem penilaian)
Tingkat pencemaran perairan baik, tercemar ringan, sedang, atau berat
Gambar 1 Diagram kerangka kajian teori penentuan tingkat pencemaran
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencemaran perairan di pesisir Kronjo dari masukan limbah Sungai Cidurian dan Cipasilian sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan pesisir Kronjo Kabupaten Tangerang, Banten secara berkelanjutan.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di pesisir Kronjo Kabupaten Tangerang, Banten. Lokasi pengambilan contoh terketak di Sungai Cidurian, Sungai Cipasilian, dan Laut Kronjo (Gambar 2 dan Lampiran 1). Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April dan Agustus 2013. Selanjutnya, dilakukan analisis kualitas air di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insititut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh air dan pengamatan parameter kualitas air di lapang, yaitu Van Dorn water sampler, botol sampel, coolbox, CTD, DO meter, dan secchi disk. Instrumen yang digunakan untuk analisis parameter kualitas air di laboratorium, yaitu spektrophotometer, Atomic Absorption Spectrometry (AAS), COD reaktor, BOD inkubator, pH meter, turbiditimeter, dan seperangkat peralatan gelas untuk reaksi kimia. Bahan yang digunakan, yaitu air contoh, bahan-bahan kimia untuk analisis parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi perairan, dan bahan-bahan kimia untuk preservasi contoh air.
4 Prosedur Penelitian Pengambilan Contoh Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April dan Agustus 2013 di pesisir Kronjo (Gambar 2). Pengambilan contoh air sungai dan muara dilakukan setiap satu bulan sekali pada bulan April, Juni, Juli dan Agustus (Lampiran 3). Pengambilan contoh air laut dilakukan pada bulan April dan Agustus. Lokasi pengambilan contoh terletak di Sungai Cidurian dan Cipasilian (C1, K1), muara Sungai Cidurian dan Cipasilian (C2, K2) dan Laut Kronjo (K01–M06). Laut terdiri dari dua zona, yaitu laut zona I yang lebih dekat ke daratan (K01, K02, K03, M01, M02, M03 dan M04) dan laut zona II yang lebih jauh dari daratan (K04, K05, K06, K07, K08, K09, M05, dan M06). Koordinat lokasi pengamatan disajikan pada Lampiran 2.
Gambar 2 Lokasi Penelitian di Sungai Cidurian (C1 dan C2), Sungai Cipasilian (K1 dan K2) dan Laut Kronjo (K01-K09 dan M01-M06) Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah metode survey. Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer yang diambil berupa data kualitas air meliputi parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi. Data kualitas air didapatkan dari 19 lokasi titik pengambilan contoh air yang mewakili ketiga bagian perairan, yaitu tawar, payau, dan laut. Titik pengambilan contoh ini terdiri masing-masing 2 titik di sungai Cidurian dan Cipasilian (badan sungai yang berjarak ± 2 km dari muara dan muara) dan 15 titik di laut (terdiri dari tiga segmen , tiap segmen dibagi menjadi lima titik sampling). Contoh air yang diambil yaitu air permukaan. Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian (insitu) dan melalui analisis laboratorium. Pengumpulan data secara insitu dilakukan untuk parameter suhu, salinitas, warna, kecerahan, pH, dan DO. Parameter lainnya dianalisis di laboratorium dengan sebelumnya dilakukan preservasi saat pengambilan air
5 contoh di lapang (Tabel 1). Tabel 2 merupakan parameter yang dianalisis di laboratorium.
Tabel 1 Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di laboratorium Parameter COD, minyak & lemak, Total-P, NH3, NO2, NO3, Fenol Logam Pb, Cd, Cu, Zn, Cr Sulfida (H2S) CNMikrobiologi Parameter fisika dan anion-kation mayor
Prosedur Pengawetan Penambahan H2SO4 hingga pH sampel air < 2 Penambahan HNO3 hingga pH sampel air < 2 Penambahan Zn asetat+NaoH 6 N Penambahan NaOH Penambahan Na2S2O2 Tanpa preservasi
Sumber: APHA, AWWA, WEF (2012)
Tabel 2 Parameter dan metode analisis kualitas air Parameter Fisika Kekeruhan TSS TDS Kimia BOD5 COD N-NO2N-NO3N-NH3 Total-P O-PO4 Fenol Sianida (CN-) Fluorida (F-) Cr6+ Sulfida (H2S) Surfaktan Minyak & Lemak Zn, Pb, Cd, Cu, Cr Mikrobiologi Total coliform Fecal coliform
Satuan
Metode Analisis
NTU mg/L mg/L
Nephelometrik Gravimetri Gravimetri
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
5 Day BOD Test Closed Reflux, Colorimetric Method Colorimetric Method Cadmium Reduction Phenate-Methode Manual Digestion and Flow Injection Flow Injection Analysis for O-PO4 Direct Photometric Colorimetric Methode SPADN Method Colorimetric Method Methylene Blue Method Anionic Surfactan MBAS Liquid-liquid, Partition Gravimetric Method Direct Air Acetylene Flame Method dan Extraction/ Air Acetylene Flame Methode
MPN/100 ml MPN/100 ml
MPN MPN
Sumber: APHA, AWWA, WEF (2012)
Analisis Data Analisis Status Mutu Air Analisis data kualitas air dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu menggunakan Indeks Pencemaran (IP) dan Indeks STORET. Penggunaan kedua metode ini berdasarkan atas Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, bahwa penentuan status mutu air
6 dapat menggunakan metode STORET atau metode Indeks Pencemaran. Prinsip kedua metode ini membandingkan data parameter kualitas air dengan baku mutu air. Evaluasi air sungai menggunakan baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 kelas III, sedangkan untuk air muara dan laut menggunakan baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut. a. Indeks Pencemaran Indeks Pencemaran digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow 1991). Indeks Pencemaran memiliki kelebihan dapat menentukan tingkat pencemaran di suatu titik pada satu kali pengamatan. Apabila data yang didapat berupa data series, maka dapat terlihat perubahan nilai Indeks Pencemaran.
√
( )
2
( )
2
2 Keterangan: IP : Indeks Pencemaran Ci : konsentrasi parameter kualitas air (i) (satuan disesuaikan dengan parameter kualitas air yang diamati) Lij : baku mutu parameter kualitas air (i) peruntukan air (j) (satuan disesuaikan dengan parameter kualitas air yang diamati) (Ci/Lij)M : nilai maksimum Ci/Lij (Ci/Lij)R : nilai rata-rata Ci/Lij Hasil penghitungan nilai Indeks Pencemaran kemudian dievaluasi untuk mengetahui status mutu air tersebut (Tabel 5). Tabel 3 Evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemaran (IP) Nilai 0 < ≤ 1.0 1.0 < ≤ 5.0 5.0< IP ≤ 10 IP > 10
Status Mutu Air Baik Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat
Sumber: KEPMEN LH Nomor 115 Tahun 2003
b.
Indeks STORET Analisis tingkat pencemaran dengan Indeks STORET dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan di wilayah pengamatan secara komprehensif. Penggunaan STORET harus memenuhi aturan, yaitu data time series atau space series, sedikitnya terdapat 2 seri data. Penilaian pencemaran perairan terdiri dari tiga kategori, meliputi paramater fisika, kimia, dan mikrobiologi yang masing-masing parameter memiliki nilai tertentu. Setiap parameter kualitas air yang dianalisis, kemudian dihitung nilai minimum, maksimum, dan rata-rata. Ketiga nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan
7 baku mutu dan diberi nilai. Jika hasil perhitungan didapat sesuai dengan baku mutu, maka diberi nilai 0, sedangkan jika hasil perhitungan didapat tidak sesuai dengan baku mutu, maka diberi nilai tertentu. Pemberian nilai mengacu pada sistem penilaian untuk menentukan tingkat pencemaran perairan (Tabel 3). Total nilai yang didapat dievalusi untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan sesuai klasifikasi mutu air berdasarkan US-EPA (Tabel 4).
Tabel 4 Penentuan sistem nilai dengan Indeks STORET Jumlah Contoha < 10
> 10
Nilai Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata
Fisika -1 -1 -3 -2 -2 -6
Parameter Kimia -2 -2 -6 -4 -4 -12
Biologi -3 -3 -9 -6 -6 -18
Sumber: Canter 1977 dalam KEPMEN LH Nomor 115 Tahun 2003; aJumlah data dari tiap parameter yang digunakan dalam menentukan status mutu air
Tabel 5 Klasifikasi mutu air berdasarkan Indeks STORET Kelas A B C D
Kriteria Baik sekali Baik Sedang Buruk
Skor 0 -1 s/d -10 -11 s/d -30 ≥ -31
Status Mutu Air Baik Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat
Sumber: KEPMEN LH Nomor 115 Tahun 2003 [Sistem nilai dari United States-Environmental Protection Agency (US-EPA)]
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tingkat pencemaran pesisir Kronjo berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) Indeks Pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui status mutu perairan. Indeks Pencemaran yang bernilai kurang dari 1 memiliki kriteria baik sekali, sedangkan nilai Indeks Pencemaran yang lebih dari 1 menunjukkan terjadi pencemaran. Gambar 3 merupakan Indeks Pencemaran untuk Sungai Cidurian. Perubahan Indeks Pencemaran terjadi dari titik ke titik dan waktu ke waktu. Indeks Pencemaran di sungai (C1) berkisar antara 2.1 hingga 4.2. Tingkat pencemaran di Sungai Cidurian tergolong tercemar ringan. Indeks Pencemaran di muara (C2) berkisar antara 2.9 hingga 6.8. Tingkat pencemaran di Muara Sungai Cidurian tergolong tercemar ringan dan tercemar sedang. Peningkatan Indeks Pencemaran dari sungai ke muara menunjukkan
8
Indeks Pencemaran (IP)
terjadi akumulasi pencemar di muara, sehingga Indeks Pencemaran di muara lebih tinggi dibandingkan Indeks Pencemaran di sungai. 8 7 6 5 4 3 2 1 0
6.8 4.9
4.9
4.2
4.0
3.6
2.9
tercemar ringan
2.1
April
Juni
Sungai Cidurian (C1)
tercemar sedang
Juli
Agustus
baik
Muara Cidurian (C2)
Gambar 3 Tingkat pencemaran di Sungai dan Muara Cidurian berdasarkan Indeks Pencemaran (IP)
Indeks Pencemaran (IP)
8
7.0
7 6 5
tercemar sedang
5.4 4.7
4.5 3.5
4
4.3
3.2
3.0
3
tercemar ringan
2 1 baik
0 April
Juni
Sungai Cipasilian (K1)
Juli
Agustus
Muara Cipasilian (K2)
Gambar 4 Tingkat pencemaran di Sungai dan Muara Cipasilian berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) Gambar 4 menunjukkan Indeks Pencemaran di Sungai Cipasilian. Indeks Pencemaran di sungai (K1) berkisar antara 3.0 hingga 5.4. Tingkat pencemaran di Sungai Cipasilian tergolong tercemar ringan hingga tercemar sedang. Indeks Pencemaran di muara (K2) berkisar antara 3.2 hingga 7.0. Tingkat pencemaran di Muara Cipasilian tergolong tercemar ringan hingga tercemar sedang. Indeks Pencemaran cenderung mengalami penurunan dari sungai ke muara setiap bulannya, kecuali pada bulan Agustus terjadi peningkatan pencemaran dari sungai ke muara. Berikut ini merupakan Indeks Pencemaran pada zona I dan zona II (Gambar 5 dan 6). Laut zona I terdiri dari titik K01, K02, K03, M01, M02, M03 dan M04. Indeks Pencemaran bulan April terendah pada titik K01 dan K03, yaitu 3.3, sedangkan tertinggi pada titik M03 yaitu 4.2. Tingkat pencemaran laut zona I pada bulan April semua titik pengamatan tergolong tercemar ringan.
9
Indeks Pencemaran (IP)
8
7.1
6.5
7
6.0
5.6
6 5 4
4.1 3.3
3.4
3
2.1
4.2
3.8
3.3 2.1
tercemar sedang
4.1 tercemar ringan
1.8
2 1 0
baik April
Agustus
Indeks Pencemaran (IP)
Gambar 5 Indeks Pencemaran di laut zona I pada bulan April dan Agustus
6
5.1
5 4 3
4.0 3.4
3.3
2.9 2.6 2.6 2.7
2.1
3.7
3.3 2.2
2
3.5
3.4
2.4
tercemar sedang
tercemar ringan
1.2
1 baik
0 April
Agustus
Gambar 6 Indeks Pencemaran di laut zona II pada bulan April dan Agustus
Indeks Pencemaran bulan Agustus terendah pada titik M02, yaitu 1.8 sedangkan tertinggi pada titik K01 yaitu 7.1. Tingkat pencemaran laut zona I pada bulan Agustus tergolong tercemar ringan dan tercemar sedang. Indeks Pencemaran zona II bulan April terendah pada titik K07 senilai 2.6, sedangkan tertinggi pada titik K09 sebesar 3.7. Tingkat pencemaran laut zona II pada bulan April tergolong tercemar ringan untuk semua titik pengamatan. Indeks Pencemaran bulan Agustus terendah pada titik M05, yaitu 1.2 dan tertinggi pada titik M06 yaitu 5.1 (Gambar 6). Tingkat pencemaran laut zona II pada bulan Agustus, hampir semua titik tergolong tercemar ringan kecuali M06 tercemar sedang. Tingkat pencemaran pesisir Kronjo berdasarkan STORET Metode lain yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran, yaitu Indeks STORET. Berikut disajikan Indeks STORET untuk sungai Cidurian dan Cipasilian (Gambar 7). Tingkat pencemaran Sungai Cidurian dan Sungai Cipasilian berdasarakan Indeks STORET tergolong dalam kategori tercemar berat.
10 Sungai Cidurian (C1) dan Muara Cidurian (C2) memiliki Indeks STORET berturut-turut -53 dan -65. Sungai Cipasilian (K1) dan Muara Cipasilian (K2) memiliki indeks STORET berturut-turut -78 dan -86. Semua titik pengamatan memiliki kriteria buruk dengan status mutu perairan tercemar berat. Gambar 8 menunjukkan Indeks STORET untuk laut zona I dan zona II pada bulan April dan Agustus. Perhitungan tingkat pencemaran menggunakan Indeks STORET di Laut Kronjo untuk zona I pada bulan April didapatkan nilai -15 dan pada bulan Agustus -24, sedangkan untuk zona II pada bulan April didapatkan nilai -12 dan pada bulan Agustus -29. Tingkat pencemaran di Laut Kronjo termasuk kategori tercemar sedang.
STORET
Sungai Cidurian 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100
Muara Cidurian
Sungai Cipasilian
Muara Cipasilian
tercemar ringan tercemar sedang
tercemar berat -53 -65 -78 -86
Gambar 7 Indeks STORET untuk Sungai dan Muara Cidurian (C1, C2) serta Sungai dan Muara Cipasilian (K1, K2) 0 Zona I
Zona II
tercemar ringan
-5
STORET
-10 tercemar sedang
-12
-15 -15 -20 -25
-24
-30
-29
tercemar berat
-35 April
Agustus
Gambar 8 Indeks STORET di laut zona I dan zona II pada bulan April dan Agustus
Parameter kualitas air yang tidak sesuai baku mutu Nilai Indeks Pencemaran dan Indeks STORET menunjukkan bahwa perairan pesisir Kronjo dalam kondisi tercemar. Kondisi perairan yang tercemar disebabkan oleh keberadaan beberapa parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu (Tabel 6-9). Parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan
11 baku mutu tersebut bersumber dari limbah aktivitas manusia di sepanjang aliran sungai Cidurian dan Cipasilian. Parameter yang melebihi baku mutu di Sungai Cidurian yaitu BOD5, NO2-N, fenol, Pb, CN, Cr dan total coliform. Parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu di Muara Cidurian yaitu kekeruhan, TSS, O-PO4, DO, H2S, Cu, Pb, Zn, Cr, total coliform, dan fecal coliform. Sungai Cipasilian tercemar oleh BOD5, COD, TDS, H2S, Cr, NO2-N, CN, fenol, Pb, Zn, fecal coliform, dan total coliform. Muara Cipasilian tercemar oleh kekeruhan, TSS, O-PO4, NH3-N, H2S, Cu, Pb, Zn, Cr, BOD5, CN, fenol, dan total coliform. Pada titik muara, terdapat lebih banyak parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu karena muara adalah tempat terjadi akumulasi bahan pencemar sepanjang aliran sungai. Bulan April dan Agustus terdapat beberapa parameter yang melampaui baku mutu (Tabel 8). Titik K01 tercemar oleh O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh O-PO4 dan H2S. Titik K02 tercemar oleh OPO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh TSS dan OPO4. Titik K03 tercemar oleh O-PO4 dan TSS pada bulan April dan Agustus. Titik M01 tercemar oleh kekeruhan, TSS, dan O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus oleh kekeruhan, TSS, H2S dan O-PO4. Titik M02 tercemar oleh kekeruhan dan O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tecemar oleh TSS. Titik M03 tercemar oleh kekeruhan dan O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh TSS, H2S dan O-PO4. Titik M04 tecemar oleh kekeruhan, TSS, dan O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh TSS, H2S dan O-PO4. Tabel 9 merupakan parameter yang melebihi baku mutu di laut zona II. Titik K04 tercemar oleh O-PO4 dan Pb pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh TSS, O-PO4, dan Pb. Titik K05 tercemar oleh O-PO4 dan Pb pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh TSS, Pb, dan O-PO4. Titik K06 tercemar oleh O-PO4 dan Pb pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh TSS, O-PO4, H2S, dan Pb. Titik K07 tercemar oleh O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus TSS dan O-PO4. Titik K08 tercemar O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tecemar oleh TSS dan Orto-P. Titik K09 tercemar oleh O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh TSS dan O-PO4. Titik M05 tercemar oleh O-PO4, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh kekeruhan. Titik M06 tercemar oleh O-PO4 pada bulan April, sedangkan pada bulan Agustus tercemar oleh kekeruhan, O-PO4, dan H2S. Perbandingan tingkat pencemaran menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET Gambar 9 merupakan perbandingan tingkat pencemaran di Sungai Cidurian dan Sungai Cipasilian dengan menggunakan Indeks STORET dan Indeks Pencemaran (IP). Tingkat pencemaran Sungai Cidurian dan Cipasilian tercemar berat berdasarkan Indeks STORET, sedangkan berdasarkan Indeks Pencemaran yang telah dirata-ratakan termasuk tercemar ringan. Gambar 10 merupakan perbandingan tingkat pencemaran di laut Kronjo berdasarkan Indeks STORET dan Indeks Pencemaran. Laut zona I dan zona II tergolong tercemar sedang berdasarkan STORET, sedangkan berdasarkan Indeks Pencemaran yang sudah dirata-ratakan tergolong tercemar ringan.
12
Tabel 6 Parameter yang tidak memenuhi baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2003 kelas III dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut di Sungai Cidurian Titik
Bulan
C1
April Juni Juli Agustus
(Sungai Cidurian)
BOD5
NO2-N •
Fenol
Parameter Total Coliform •
Pb
CN •
Cu
•
•
• •
Total Coliform
Cu
Pb
Zn
•
• • •
• •
•
C2
Parameter Bulan
(Muara Cidurian)
Cr
Kekeruhan
TSS
• • • •
April Juni Juli Agustus
DO
Orto-P •
• •
•
• •
Cr
H2S
•
•
Fecal coliform •
• •
•
•
Tabel 7 Parameter yang tidak memenuhi baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2003 kelas III dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut di Sungai Cipasilian Titik
Bulan
K1
April Juni Juli Agustus
(Sungai Cipasilian) K2
(Muara Cipasilian)
Bulan April Juni Juli Agustus
BOD5
COD
TDS
H2S •
Krom
CN
Parameter NO2-N Cu •
Pb •
Total coliform •
Fecal coliform
•
•
•
Fenol
Zn •
Cr
• • • Kekeruhan • • • •
•
•
TSS
Orto-P • •
• •
NH3-N
•
•
H2 S •
Cu
• •
•
• • •
• • • Parameter Pb Zn
• Cr •
Total coliform •
• •
•
BOD5
CN •
• Fenol •
• •
•
•
13
Tabel 8 Parameter yang tidak sesuai baku mutu di zona I menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut Bulan
Parameter
K01
K02
K03
•
•
• •
• •
• •
Kekeruhan TSS O-PO4 Kekeruhan H2S TSS O-PO4
April
Agustus
Stasiun M01 M02 • • • • • • • • • •
• •
M03 • •
M04 • • •
• • •
• • •
Tabel 9 Parameter yang tidak sesuai baku mutu di zona II menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 untuk baku mutu air laut pada biota laut Bulan
Parameter O-PO4 Pb Kekeruhan TSS O-PO4 H2S Pb
April
Agustus
4.9
5
4.7
K05 • •
K06 • •
• •
• •
•
•
• • • •
tercemar sedang
4.1 4
tercemar ringan
3.5
3 2 1 baik
0 C1
C2
K1
(a)
K2
Stasiun K07 K08 • •
• •
C1 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 STORET
Indeks Pencemaran (IP)
6
K04 • •
K09 •
• •
C2
M05 •
M06 •
•
•
• •
K1
• •
K2 tercemar ringan tercemar sedang
tercemar berat
-53 -65 -78 -86
(b)
Gambar 9 Perbandingan tingkat pencemaran di Sungai dan Muara Cidurian (C1, C2) serta Sungai dan Muara Cipasilian (K1, K2) dengan menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET
14
5 4
0
tercemar sedang
4.5 3.7
Zona II
tercemar ringan
-10
3.3 2.8
3
Zona I -5
tercemar ringan
2
STORET
Indeks Pencemaran (IP)
6
tercemar sedang
-12
-15 -15
-20
1
-25 baik
0 Zona I
-29
Zona II -35
April
-24
-30
Agustus
(a)
April
Agustus
tercemar berat
(b)
Gambar 10 Perbandingan tingkat pencemaran di laut zona I dan zona II dengan menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET Pembahasan Sungai Cipasilian dan Sungai Cidurian memiliki banyak masukan dari kegiatan manusia. Muara Cidurian memiliki nilai Indeks Pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan Sungai Cidurian (Gambar 3). Hal ini menunjukan adanya akumulasi bahan pencemar di muara sehingga tingkat pencemaran lebih tinggi dibandingkan dengan di sungai. Sejalan dengan Penelitian Suhartono (2009) yang membandingkan kualitas air di Sungai Ciliwung, Banjirkanal Timur, dan Demaan, didapatkan bahwa cemaran di muara ketiga sungai tersebut lebih besar dibandingkan di sungai. Indeks Pencemaran di Sungai Cipasilian menunjukan nilai yang lebih tinggi di sungai dan menurun di bagian muara (Gambar 4). Hal ini terjadi karena muara merupakan wilayah perairan yang unik. Pritchard (1967) in Montagna et. al. (2013) menyatakan terdapat tiga komponen yang menyebabkan muara bersifat unik, yaitu iklim, geologi dan pasang surut. Iklim terkait dengan variasi penguapan dan limpasan air tawar, geologi terkait dengan variasi ketinggian dan pola drainase serta pasang surut terkait dengan tingkat percampuran dan elevasi percampuran air. Berkaitan dengan menurunnya cemaran di muara, hal ini dapat terjadi karena pada saat pengambilan contoh air kondisi sedang pasang (Lampiran 3). Air laut yang cenderung lebih bersih bercampur dengan air sungai, sehingga terjadi pengenceran terhadap konsentrasi limbah. Laut zona I (Gambar 5) memiliki Indeks Pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan laut zona II (Gambar 6). Hal ini membuktikan pencemaran yang terjadi di sungai dan muara memberikan dampak terhadap penurunan kualitas perairan di wilayah laut. Laut zona I yang lebih dekat ke daratan mendapat masukan lebih banyak dari sungai sehingga memiliki nilai pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan laut zona II. Nilai Pencemaran semakin menurun di laut zona II karena dipengaruhi semakin jauh jarak pantai dengan aktivitas daratan (Elyzar et al. 2007).
15 Indeks Pencemaran pada bulan Agustus cenderung lebih tinggi dibandingkan bulan April (Gambar 5 dan 6). Penelitian Liu et al. (2011) di Laut Bohai, Cina, diperoleh hasil bahwa pencemaran lebih tinggi di musim kemarau, namun sebaran pencemaran lebih luas di musim banjir. Evaluasi pencemaran berdasarkan Indeks STORET memberikan hasil Sungai Cidurian dan Cipasilian telah tercemar berat (Gambar 7). Adapun untuk laut zona I dan zona II memiliki kriteria tercemar sedang pada kedua waktu pengamatan (Gambar 8). Aktivitas industri yang berpotensi melepaskan limbah beracun berbahaya ke perairan laut banyak ditemui disekitar lokasi penelitian. BPS Tangerang 2012 mencatat terdapat 119 industri di Tangerang, antara lain industri baja, industri kimia, PLTU, penyimpanan batu bara, pabrik perakitan perahu fiber, perhotelan, wisata bahari, dan sebagainya. Prihartini (2013) dalam jurnalnya menyebutkan, PLTU yang terdapat di Kronjo menggunakan batu bara sebagai bahan bakar, dan limbah batu bara menjadi pencemar utama ekosistem perairan. Parameter yang tidak sesuai baku mutu di sungai dan muara, yaitu: kekeruhan, TSS, TDS, BOD5, fenol, CN, NO2-N, DO, O-PO4, H2S, COD, NH3-N, Pb, Cr, Cu, Zn, fekal koli, dan koli total (Tabel 6, 7). Limbah yang terdapat di sungai dan muara merupakan limbah antropogenik, seperti limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Hal ini terbukti dengan adanya pencemaran dari beberapa parameter kunci. Menurut Syakti et al. 2012, tingginya kadar detergen, sabun, nitrogen, fosfor, H2S, bahan organik (BOD dan COD), pH dan total coliform menunjukkan adanya limbah domesik di suatu perairan. Limbah pertanian memiliki karakteristik tingginya kandungan pestisida, TSS, kekeruhan, bahan organik (BOD dan COD), nitrogen, dan fosfor. Limbah industri memiliki karakteristik tingginya kandungan logam tertentu, hidrokarbon, temperatur, TSS, bahan organik (BOD dan COD) dan pH yang terkadang tinggi atau rendah. Parameter yang tidak sesuai baku mutu di laut yaitu kekeruhan, TSS, O-PO4, H2S, dan logam Pb. Syakti et al. (2012), elemen nutritif seperti: nitrat, nitrit, amonia, dan ortofosfat, merupakan ekses berlebih dari pupuk pertanian atau industri deterjen. Selain itu, daerah perikanan tambak dan pertanian menggunakan pupuk mengandung unsur P terbuang ke perairan sungai dan berakhir di perairan laut (Fachrul et al. 2006). Adanya cemaran logam berat Pb di pesisir Kronjo karena terdapat industri PLTU berbahan dasar batu bara. Rochyatun et al. (2005) menyatakan limbah ini mengeluarkan kandungan logam Pb. Pernyataan serupa dengan Prihartini (2013) yang menyatakan kolom air dan substrat di lokasi penelitian Muara Bama Panimbang dan Teluk Banten Bojonegara, telah tercemar logam Pb, Cd, dan Hg melebihi batas ambang yang ditetapkan. Perbedaan tingkat pencemaran berdasarkan Indeks STORET dan Indeks Pencemaran dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10. Sungai Cidurian dan Cipasilian tercemar berat berdasarkan STORET dan tercemar ringan berdasarkan Indeks Pencemaran. Laut zona I dan II tercemar sedang berdasarkan STORET dan tercemar ringan berdasarkan Indeks Pencemaran. Perbedaan tingkat pencemaran ini diduga disebabkan oleh perbedaan sistem penilaian tingkat pencemaran perairan pada kedua metode. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan jumlah data dan rasio data kualitas air hasil pengamatan dengan baku mutu. Perbedaan
16 jumlah data terkait dengan banyaknya data yang digunakan dalam penentuan tingkat pencemaran perairan. Penentuan tingkat pencemaran perairan dengan Indeks Pencemaran dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu buah data pengamatan kualitas air, sedangkan Indeks STORET harus menggunakan satu seri data yang terdiri atas sedikitnya dua buah data pengamatan kualitas air (Setyobudiandi et al. 2009). Faktor lain yang menyebabkan perbedaan tingkat pencemaran yang dihasilkan oleh kedua metode, yaitu penilaian terhadap bahan pencemar. Bilangan ordinal merupakan penilaian dalan Indeks STORET, sedangkan rasio merupakan penilaian terhadap Indeks Pencemaran. Pada metode Indeks STORET, nilai Indeks STORET hanya ditentukan oleh total nilai yang dihasilkan (Lampiran 5). Total nilai ini didapat dengan menjumlahkan semua nilai negatif yang diberikan terhadap parameter kualitas air yang tidak sesuai baku mutu (maksimum, minimum, dan rataan). Pemberian nilai ini tanpa dipengaruhi oleh besar atau kecilnya rasio antara data kualitas air hasil pengamatan dengan baku mutu, sehingga tingkat pencemaran perairan yang dihasilkan oleh Indeks STORET cenderung lebih tinggi dibandingkan Indeks Pencemaran. Berbeda dengan Indeks STORET, nilai Indeks Pencemaran dipengaruhi oleh rasio antara data kualitas air hasil pengamatan dengan baku mutu. Semakin kecil perbedaan antara data kualitas air hasil pengamatan dengan baku mutu, semakin kecil pula rasio data kualitas air hasil pengamatan dengan baku mutu. Rasio data kualitas air hasil pengamatan dengan baku mutu yang semakin kecil, mengakibatkan nilai Indeks Pencemaran yang dihasilkan juga semakin kecil. Oleh karena itu, walaupun parameter yang tidak sesuai baku mutu antara kedua metode sama, namun terdapat perbedaan pemberian nilai terhadap bahan pencemar sehingga indeksnya juga berbeda. Selain beberapa perbedaan tersebut, perbedaan lain antara Indeks STORET dengan Indeks Pencemaran adalah Indeks STORET memberikan bobot yang berbeda terhadap parameter kualitas air yang berbeda (fisika, kimia, dan biologi). Perbedaan bobot ini dilihat dari adanya perbedaan nilai yang diberikan terhadap parameter kualitas air fisika, kimia, dan biologi. Bobot yang lebih lebih besar diberikan kepada parameter kualitas air yang lebih berpengaruh terhadap pencemaran air. Bobot parameter kualitas air dari rendah ke tinggi secara berurutan adalah parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi. Jika jumlah ulangan parameter yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran kurang dari 10, maka sudah cukup untuk menyatakan perairan tersebut dalam kondisi tercemar berat apabila terdapat tiga parameter kimia yang nilai maksimum, minimum, dan rataannya tidak sesuai baku mutu. Namun, berdasarkan Indeks Pencemaran, tingkat pencemaran dinyatakan tercemar berat apabila rasio parameter terukur sebagian besar nilainya lebih dari 63 kali baku mutu peruntukannya. Tingkat pencemaran perairan yang cenderung lebih tercemar berdasarkan Indeks STORET dibandingkan Indeks Pencemaran menunjukkan perbedaan sensitivitas kedua metode tersebut terhadap nilai parameter pencemaran. Suwari et al. (2010) menyatakan metode Indeks Pencemaran memiliki toleransi yang cukup besar atau kurang sensitif terhadap perbedaan nilai parameter pencemaran. Berdasarkan beberapa perbedaan sistem penilaian antara Indeks Pencemaran dan Indeks STORET tersebut, metode Indeks STORET lebih baik dalam
17 menentukan tingkat pencemaran di suatu perairan. Indeks STORET lebih tepat digunakan karena untuk pengelolaan perairan harus memiliki penilaian yang lebih ketat terhadap pencemaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Tingkat pencemaran perairan Sungai Cidurian dan Sungai Cipasilian telah tercemar berat berdasarkan Indeks STORET dan tercemar sedang berdasarkan Indeks Pencemaran. Parameter yang tidak sesuai baku mutu di sungai dan muara, yaitu: kekeruhan, TSS, TDS, BOD5, fenol, CN, NO2-N, DO, O-PO4, H2S, COD, NH3-N, Pb, Cr, Cu, Zn, fecal coliform, dan total coliform. Laut Kronjo tercemar ringan berdasarkan Indeks STORET dan tercemar ringan hingga sedang berdasarkan Indeks Pencemaran. Parameter yang tidak sesuai baku mutu di wilayah laut yaitu kekekruhan, TSS, O-PO4, H2S, dan logam Pb. Indeks STORET lebih tepat digunakan karena memiliki penilaian yang lebih ketat terhadap pencemaran.
Saran Saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukan kajian lebih dalam terkait faktor oseanografi dan biofisik. Perbaikan tata guna lahan juga perlu dilakukan untuk menekan pencemaran.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina Y, Amin B, Thamrin. 2012. Analisis beban pencemar ditinjau dari parameter logam berat di Sungai Siak Kota Pekanbaru. J Ilmu Lingk. 6(2):162-172. Agustiningsih D, Budi S, Sudarno. 2012. Analisis kualitas air dan strategi pengendalian pencemaran air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. J Presipitasi. 9(2):64-71. Ali A, Soemarno, Purnomo M. 2013. Kajian kualitas air dan status mutu air Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota Malang. J Bumi Lestari. 13(2):265-274. [APHA; AWWA; WEF] American Public Healt Association; American Water Works Association; Water Environment Federation (US). 2012. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water 21st Edition. Ohio (US): American Public Healt Association.
18 [BPS]. 2013. Statistik Daerah Kabupaten Tangerang 2013. Tangerang (ID): BPS Kabupaten Tangerang. [Bupati Tangerang]. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031. Tangerang (ID): Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Dahuri R,. Jacub R,. Sapta, P.G dan J Sitepu. 2001. Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Jakarta (ID). Pradnya Paramita. Darmayati Y, Djoko H, Ruyitno. 2009. Dinamika bakteri indikator pencemaran di perairan estuari Cisadane. J Oseanologi dan Limnologi Indonesia. 35(2):273-290. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta (ID): UI Pr. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: bagi pengelola sumberdaya dan lingkungan perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Elyazar N, Mahendra M, Nyoman W. 2007. Dampak aktivitas masyarakat terhadap tingkat pencemaran air laut di Pantai Kuta Kabupaten Badung serta upaya pelestarian lingkungan. J Echotrophic. 2(1):1907-1915. Fachrul M.F, Herman H, Anita A. 2006. Distribusi Spatial Nitrat, Fosfat dan Ratio N/P di Perairan Jakarta. Jurnal Teknik Lingkungan. Edisi Khusus Agustus 2006. Bandung (ID): ITB Pr. Fulazzaky M, Chang A, Teng W. 2010. Assessment of water quality status for Selangor River in Malaysia. Water Air Soil Pollution (205):63-37. GESAMP, 1990. Joint Group of Experts on the Scientific Aspect of Marine Pollution: the State of the Marine Environment UNEP Regional Seas Report and Studies No. 115, UNEP. Hendrawan D. 2005. Kualitas air sungai dan situ di DKI Jakarta. Makara Teknologi. 9(1):13-19. Hendrawan D. 2008. Kualitas air Sungai Ciliwung ditinjau dari parameter minyak dan lemak. JIPPI. 15(2):85-93. Liu S, Sha L, Cuiping K, Wenrui H, Wujun C, Jianle Zg, Guihui Z. 2011. Water quality assessment by pollution-index method in the coastal waters of Hebei Province in western Bohai Sea, China. Marine Pollution Bull. 62 (2): 2220–2229. Elsevier science. [KLH]. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta (ID). [KLH]. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta (ID). Mezuan. 2007. Kajian kapasitas asimilasi periaran Marina Teluk Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Montagna P, Palmer T, Beseres P. 2013. Hydrobiological changes and estuarine dynamics. Env. Science. doi: 10.1007/978-1-4614-5833-3_2. Springer Publishing. Mukhtasor M. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta (ID): Pradnya Paramita. Nemerow, N.L. 1991. Stream, Lake, Estuary and Ocean Pollution 2nd ed. Environmental Enginering Series. Van Nostrand Reinhold. New York. Polii N, Bobi S, Desmi N. 2002. Pendugaan kandungan merkuri dan sianida di Daerah Aliran Sungai (DAS) Buyat Minahasa. J Ekoton. 2(1):31-37.
19 [PP]. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID). Prihartini W. 2013. Ekobiologi kerang bulu anadara antiquate di perairan tercemar logam berat. J Tek Peng Lim. 16(3):1-10. Ed Suplemen 2013. Jakarta (ID). BATAN. Putri NAD. 2011. Kebijakan pemerintah dalam pengendalian pencemaran air Sungai Siak (Studi pada daerah aliran sungai Siak Bagian Hilir). J Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan. 1(1):68-79. Rahayu S, Widodo RH, Noordwijk M, Suryadi I, Verbist B. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor (ID): World Agrofoerstry CentreSoutheast Asia Regional Office. Rochyatun E, Lestari, Rozak A. 2005. Kualitas lingkungan perairan Banten dan sekitarnya ditinjau dari kondisi logam berat. J Oseanologi dan Limnologi Indonesia. 38: 23-46. Syakti AD, Hidayati NV, Siregar AS. 2012. Agen Pencemaran Laut. Bogor (ID): IPB Press. Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusmana C, Hariyadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut. Bogor (ID): Makaira-FPIK. Siahaan R, Indrawan A, Soedharma D, Prasetyo LB. 2011. Kualitas air Sungai Cisadane, Jawa Barat-Banten. J Ilmiah Sains. 11(2):268-272. Soekadi. 1999. Pencemaran sungai akibat buangan limbah dan pengaruhnya terhadap BOD dan DO [makalah]. Bandung (ID) : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Suhartono E. 2009. Identifikasi kualitas perairan pantai akibat limbah domestik pada monsun timur dengan metode indeks pencemaran (studi kasus di Jakarta, Semarang, dan Jepara). Wahana Tek Sipil. 14(1): 51-62. Suwari, Riani E, Pramudya B, Djuwita I. 2010. Penentuan status mutu air Kali Surabaya dengan metode STORET dan Indeks Pencemaran. Majalah Ilmiah Widya. 27(297):59-63.
20
LAMPIRAN Lampiran 1 Lokasi pengambilan contoh
Sungai Cidurian
Sungai Cipasilian
Muara Cidurian
Muara Cipasilian
Laut zona I
Laut zona II
21 Lampiran 2 Letak geografis titik pengambilan contoh Letak Geografis Stasiun Bujur Timur Bujur Barat C1 106° 22' 43,20" 6° 0' 7,11" C2 106° 23' 7,63" 5° 58' 36,02" K1 106° 25' 35,51" 6° 3' 38,62" K2 106° 26' 45,60" 6° 2' 0,01" K01 106° 24' 30,81" 6° 0' 23,88" K02 106° 25' 49,67" 6° 0' 46,70" K03 106° 26' 57,21" 6° 1' 6,24" K04 106° 27' 7,69" 5° 59' 3,37" K05 106° 25' 57,57" 5° 59' 3,37" K06 106° 24' 48,71" 5° 59' 3,37" K07 106° 24' 56,65" 5° 57' 55,25" K08 106° 26' 58,01" 5° 58' 0,17" K09 106° 29' 7,58" 5° 58' 3,32" M01 106° 29' 2,06" 6° 2' 16,84" M02 106° 30' 20,96" 6° 1' 2,40" M03 106° 31' 26,98" 6° 0' 0,10" M04 106° 28' 7,81" 6° 1' 33,74" M05 106° 29' 17,41" 6° 0' 27,44" M06 106° 30' 29,01" 5° 59' 19,23" Lampiran 3 Waktu pengambilan contoh Sampling keI
II
III
IV
Titik C1 C2 K1 K2 C1 C2 K1 K2 C1 C2 K1 K2 C1 C2 K1 K2
Tanggal 27/4/2013 28/4/2013 29/4/2013 28/4/2013 4/6/2013 4/6/2013 5/6/2013 5/6/2013 6/7/2013 6/7/2013 6/7/2013 6/7/2013 26/8/2013 26/8/2013 26/8/2013 26/8/2013
Jam 10.24 11.47 8.43 9.31 12.05 14.36 14.36 12.45 10.36 12.05 17.27 15.47 8.45 15.35 9.05
Keterangan cerah berangin cerah pasang cerah cerah cerah pasang cerah mendung sore hari pasang cerah cerah berangin surut
22
Lampiran 4 Contoh perhitungan Indeks Pencemaran (IP) Lokasi Sungai Cidurian dan Cipasilian Waktu Nilai April Juni Juni ( / )M 5.8 2.9 5.6 Sungai ( / )R 0.9 0.3 0.7 Cidurian IP 4.2 2.1 4.0 ( / )M 6.9 4.0 6.7 Muara ( / )R 1.0 0.5 1.4 Cidurian IP 4.9 2.9 4.9 ( / )M 7.4 4.9 6.5 Sungai ( / )R 1.6 0.4 1.2 Cipasilian IP 5.4 3.5 4.7 ( / )M 6.2 4.5 6.0 Muara ( / )R 1.3 0.6 1.0 Cipasilian IP 4.5 3.2 4.3
Agustus 5.0 0.7 3.6 9.3 2.5 6.8 4.1 1.0 3.0 9.6 2.3 7.0
Laut zona I pada bulan April dan Agustus Bulan April
Agustus
Nilai ( / ( / IP ( / ( / IP
)M )R )M )R
K01 4.6 0.7 3.3 9.9 1.1 7.1
K02 4.7 0.6 3.4 2.9 0.6 2.1
K03 4.7 0.7 3.3 2.9 0.7 2.1
Titik M01 5.7 0.9 4.1 9.1 1.2 6.5
M02 5.3 0.7 3.8 2.5 0.6 1.8
M03 5.9 0.7 4.2 8.5 1.1 6.0
M04 5.7 1.1 4.1 7.8 1.0 5.6
Laut zona II pada bulan April dan Agustus Bulan April
Agustus
Nilai ( / ( / IP ( / ( / IP
)M )R )M )R
K04 4.8 0.7 3.4 2.8 0.7 2.1
K05 4.6 0.6 3.3 5.6 0.8 4.0
K06 4.0 0.7 2.9 3.6 0.9 2.6
Titik K07 K08 3.7 4.7 0.6 0.6 2.6 3.3 3.7 3.1 0.7 0.7 2.7 2.2
K09 5.2 0.6 3.7 3.3 0.7 2.4
M05 4.9 0.7 3.5 1.6 0.6 1.2
M06 4.8 0.7 3.4 7.2 1.1 5.1
23 Lampiran 5 Contoh perhitungan indeks STORET Sungai Cidurian Parameter
Satuan
BM III
Maks
Min
Rataan
Suhu
o
dev. 3
31.2
27.6
29.4
Kecerahan
cm
(-)
46
14
31.1
Kekeruhan
NTU
(-)
164
13.9
89.0
TSS
mg/L
400
65
0
26.0
0
TDS
mg/L
1000
588
78
166.5
0
pH
-
6-9
7.06
6.91
6.7
0
DO
mg/L
3
6.2
4.6
5.3
0
Salinitas
-
(-)
1
1
0.3
0
BOD5
mg/L
6
11.48
1.43
5.0
-2
COD
mg/L
50
45.07
25.9
34.8
0
Total Fosfat
mg/L
1
0.412
0.055
0.2
0
Amonia (NH3-N)
mg/L
(-)
0.106
0.027
0.1
0
Nitrat (NO3-N)
mg/L
20
1.631
1.079
1.4
0
Nitrit (NO2-N)
mg/L
0.06
0.224
0.026
0.1
-8
Sulfida (H2S)
mg/L
0.002
0
0
0.0
0
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
0.0
0
Sianida (CN)
mg/L
0.02
0.127
0.067
0.0
-4
Fluorida (F)
mg/L
1.5
0.132
0.132
0.0
0
Deterjen
mg/L
0.2
0.061
0.038
0.048
0
Fenol
mg/L
0.0010
0.0024
0
0.0007
-2
Kadmium (Cd)
mg/L
0.1
0
0
0.0
0
Khrom Total (Cr)
mg/L
0.05
0.081
0.038
0.0
-2
Tembaga (Cu)
mg/L
0.02
0.05
0
0.023
-10
Timah Hitam (Pb)
mg/L
0.03
0.252
0
0.063
-8
Seng (Zn)
mg/L
0.05
0.013
0.013
0.0
0
C
Skor
KIMIA
-1
Khlorofil
µgL
(-)
3.231
0.539
0.9
0
MIKRO BIOLOGI Total coliform
MPN/100mL
10000
92000
8
24982
-12
Fecal coliform
MPN/100mL
2000
1700
5
744
0
24 Muara Cidurian Parameter Kecerahan
Satuan
BM Biota Laut
Min
Maks
Rataan
cm
>3
22
33
22
Kebauan
Skor
-
Alami
0
0
0
Kekeruhan
NTU
<5
21
61.9
31.975
-5
TSS
mg/L
20 - 80
21
111
59.25
-1
-
Nihil
0
0
0
0
Sampah Lapisan Minyak
-
Nihil
0
0
0
0
C
Alami
28.9
31.9
30.5
0
pH
-
Alami
6.98
8.13
5.57
0
Salinitas
-
(-)
2.3
29.4
9.925
0
Oksigen Terlarut (DO)
mg/L
>5
4.4
8
6.35
-2
BOD5
mg/L
20
1.43
3.83
2.6925
0
Orto Fosfat
mg/L
0.015
0.006
0.228
0.06375
-8
Amonia (NH3-N)
mg/L
0.3
0.015
0.184
0.0735
0
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0.008
0.128
0.861
0.4955
Nitrit (NO2-N)
mg/L
(-)
0.004
0.84
0.217
0
Sulfida (H2S)
mg/L
0.001
0.015
0.046
0.01525
-10
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
0
0
Sianida (CN)
mg/L
0.5
0
0.069
0.01975
0
Surfaktan (MBAS)
mg/L
1
0
0.072
0.0295
0
Fenol Total
mg/L
0.002
0
0.002
0.0005
0
Khlorofil
µg/L
-
5.432
12.828
4.565
0
Kadmium (Cd)
mg/L
0.001
0
0
0
0
Tembaga (Cu)
mg/L
0.008
0
0.112
0.06
-8
Timbal (Pb)
mg/L
0.008
0
0.046
0.0115
-8
Seng (Zn)
mg/L
0.05
0
0.114
0.037
-2 -8
Suhu
Khrom Total (Cr)
o
mg/L
0.005
0
0.084
0.035
Total coliform
MPN/100mL
1000
12
3500
922.75
-3
Fecal coliform
MPN/100mL
Nihil
9
26
8.75
-15
25 Sungai Cipasilian Parameter
BM III
Maks
Min
Rataan
C
dev. 3
31.3
28.7
30
Kecerahan
cm
(-)
37
17
17.875
Kekeruhan
NTU
(-)
220
4.3
136.1
-5
TSS
mg/L
400
159
19
82
0
TDS
mg/L
1000
8120
214
2083.5
-4
7.7
5.5
6.71
0
Suhu
Satuan o
Skor
KIMIA pH
-
DO
mg/L
3
8.4
4.7
6.525
0
-
(-)
10
0
2.55
0
Salinitas BOD5
mg/L
6
14.37
1.43
6.83
-8
COD
mg/L
50
80.92
4.78
31.10
-2
Total Fosfat
mg/L
1
0.405
0.0251
0.204
0
Amonia (NH3-N)
mg/L
(-)
0.394
0.027
0.143
0
Nitrat (NO3-N)
mg/L
20
2.036
0.35
1.336
0
Nitrit (NO2-N)
mg/L
0.06
0.412
0.021
0.180
-8
Sulfida (H2S)
mg/L
0.002
0.038
0.001
0.00975
-10
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
0.0
0
Sianida (CN)
mg/L
0.02
0.027
0.01
0.00925
-2
Fluorida (F)
mg/L
1.5
1.107
0.007
0.2785
0
Deterjen
mg/L
0.2
0.067
0.025
0.05
0
Fenol
mg/L
0.0010
0.006
0
0.0021
0
Kadmium (Cd)
mg/L
0.1
0.001
0
0.00025
0
Khrom Total (Cr)
mg/L
0.05
0.075
0.048
0.031
-2
Tembaga (Cu)
mg/L
0.02
0.065
0
0.032
-8
Timah Hitam (Pb)
mg/L
0.03
0.373
0
0.117
-8
Seng (Zn)
mg/L
0.05
0.066
0.009
0.018
-2
Khlorofil
µg/L
(-)
34.604
7.979
10.64575
0
Total coliform
MPN/100mL
10000
160000
23
53906
-12
Fecal coliform
MPN/100mL
2000
11000
8
3052
-12
MIKRO BIOLOGI
26 Muara Cipasilian Min
Maks
Rataan
m
BM Biota >3
0.21
32.5
8.3
-
Alami
0
0
0
Kekeruhan
NTU
<5
144
1085
392
-5
TSS
mg/L
20 - 80
43
224
106
-4
Nihil
0
0
0
0
Nihil
0
0
0
0
C
alami
28.3
31.5
30.2
0
pH
-
7-8,5
7.5
8.03
7.77
0
Salinitas
-
(-)
16
31
22.65
0
Oksigen Terlarut (DO)
mg/L
>5
5.7
7.7
6.3
0
BOD5
mg/L
20
3.57
13.39
8.13
Orto Fosfat
mg/L
0.015
0.021
0.025
0.01675
0
Amonia (NH3-N)
mg/L
0.3
0.02
0.334
0.162
-2
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0.008
0.291
2.116
0.967
Nitrit (NO2-N)
mg/L
(-)
0.013
0.757
0.262
0
Sulfida (H2S)
mg/L
0.001
0
0.052
0.016
-8
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
0
0
Sianida (CN)
mg/L
0.5
0.002
0.331
0.146
-8
Surfaktan (MBAS)
mg/L
1
0
0.08
0.040
0
Fenol Total
mg/L
0.002
0.001
0.002
0.0008
0
Khlorofil
µg/L
-
23.937
31.908
13.96125
0
Kadmium (Cd)
mg/L
0.001
0
0
0.000
0
Tembaga (Cu)
mg/L
0.008
0
0.092
0.038
-8
Timbal (Pb)
mg/L
0.008
0
0.05
0.014
-8
Seng (Zn)
mg/L
0.05
0
0.496
0.132
-8
Khrom Total (Cr)
mg/L
0.005
0
0.133
0.042
-8
Parameter
Satuan
Kecerahan Kebauan
sampah Lapisan Minyak Suhu
o
Skor
KIMIA
LOGAM TERLARUT :
BIOLOGI : Total coliform
MPN/100mL
1000
8
2400
1020
-12
Fecal coliform
MPN/100mL
Nihil
5
1600
401
-15
27 Zona I pada bulan April Parameter
Satuan
BM Biota Laut
Min
Maks
Rataan
cm
(-)
100
175
135
Kebauan
-
Nihil
0
0
Sampah
-
Nihil
0
0
Skor
FISIKA Kecerahan
ᵒ
Suhu
Alami
30.8
32
-
Nihil
0
0
Kekeruhan
NTU
<5
1.36
43.6
10.8
-4
TSS
mg/L
20 - 80
25
112
67
-1
0
0
pH
-
7.0 - 8.5
8.17
8.37
8.2
0
DO
mg/L
>5
6.7
8
7.5
0
/oo
Alami
27.8
29.4
28.8
0
BOD5
mg/L
20
0.98
4.89
2.13
0
Orto Fosfat
mg/L
0.015
0.079
0.142
0.101
-10
Amonia (NH3-N)
mg/L
0.3
0.074
0.181
0.126
0
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0.008
Nitrit (NO2-N)
mg/L
(-)
0.009
0.026
0.014
0
Sulfida (H2S)
mg/L
0.001
0
0
0.001
0
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
1
0
Fenol Total
mg/L
0.002
0.0005
0.0005
0.0005
0
Surfaktan (MBAS)
mg/L
1
0.085
0.098
0.092
0
mg/L
0.5
0
0
0.001
0
Khrom Heksavalen (Cr )
mg/L
0.005
0
0
0.001
0
Tembaga (Cu)
mg/L
0.008
0
0
0.005
0
Timah Hitam (Pb)
mg/L
0.008
0.006
0.007
0.006
0
Kadmium (Cd)
mg/L
0.001
0
0
0.001
0
Khlorofil
µg/L
-
5.192
8.01
5.81
0
0
0
5
39
Lapisan Minyak
KIMIA
o
Salinitas
Sianida (CN) 6+
MIKRO BIOLOGI Total coliform
MPN/100mL
1000
31.4
0
0 18
0
28 Zona II pada bulan April Parameter
Satuan
BM Biota Laut
Min
Maks
Rataan
Skor
Kecerahan
cm
(-)
113.5
180
146.3
Kebauan
-
Nihil
0
0
Sampah
-
Nihil
0
0
Suhu
ᵒ
Alami
30.6
31.8
Lapisan Minyak
-
Nihil
0
0
Kekeruhan
NTU
<5
1.99
3.59
2.98
0
TSS
mg/L
20 - 80
46
72
57
0
0
0
pH
-
7.0 - 8.5
8.16
8.35
8.28
0
DO
mg/L
>5
7.4
8.7
8.15
0
Salinitas
o
Alami
28.1
28.9
28.6
0
BOD5
mg/L
20
0.71
10.75
3.40
0
Orto Fosfat
mg/L
0.015
0.051
0.104
0.079
-10
Amonia (NH3-N)
mg/L
0.3
0.048
0.149
0.090
0
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0.008
Nitrit (NO2-N)
mg/L
(-)
0.01
0.017
0.012
0
Sulfida (H2S)
mg/L
0.001
0
0
0
0
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
1
0
Fenol Total
mg/L
0.002
0.0005
0.0005
0.0005
0
Surfaktan (MBAS)
mg/L
1
0.097
0.372
0.202
0
mg/L
0.5
0.034
0.034
0.034
0
Khrom Heksavalen (Cr )
mg/L
0.005
0
0
0.001
0
Tembaga (Cu)
mg/L
0.008
0
0
0.005
0
Timah Hitam (Pb)
mg/L
0.008
0.005
0.0108
0.007
-2
Kadmium (Cd)
mg/L
0.001
0
0
0.001
0
Khlorofil
µg/L
-
2.714
8.953
6.377
0
0
0
13
39
FISIKA
KIMIA
/oo
Sianida (CN) 6+
MIKRO BIOLOGI Total coliform
MPN/100mL
1000
30.9
0
0 19.875
0
29 Zona I pada bulan Agustus Parameter
Satuan
BM Biota Laut
Min
Maks
Rataan
Skor
Kecerahan
cm
(-)
60
103
83
Kebauan
-
Nihil
0
0
Sampah
-
Nihil
0
0
Suhu
ᵒ
Alami
28.6
29.4
Lapisan Minyak
-
Nihil
0
0
Kekeruhan
NTU
<5
1.34
284
45.37
-4
TSS
mg/L
20 - 80
10
255
57
-2
0
0
pH
-
7.0 - 8.5
8.11
8.22
8.16
0
DO
mg/L
>5
5.5
6.8
6.4
0
Salinitas
o
Alami
29.1
30
29.6
0
BOD5
mg/L
20
0.5
5.54
3.02
0
Orto Fosfat
mg/L
0.015
0.01
0.039
0.027
-8
Amonia (NH3-N)
mg/L
0.3
0.017
0.089
0.049
0
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0.008
Nitrit (NO2-N)
mg/L
(-)
0.007
0.213
0.066
0
Sulfida (H2S)
mg/L
0.001
0.002
0.061
0.026
-10
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
1
0
Fenol Total
mg/L
0.002
0.0009
0.0009
0.0009
0
Surfaktan (MBAS)
mg/L
1
0.013
0.08
0.042
0
mg/L
0.5
0.005
0.005
0.005
0
Khrom Heksavalen (Cr )
mg/L
0.005
0.002
0.003
0.002
0
Tembaga (Cu)
mg/L
0.008
0
0
0.002
0
Timah Hitam (Pb)
mg/L
0.008
0.002
0.008
0.005
0
Kadmium (Cd)
mg/L
0.001
0
0
0.001
0
Khlorofil
µg/L
-
1.122
7.263
2.506
0
0
0
2
280
FISIKA
KIMIA
/oo
Sianida (CN) 6+
MIKRO BIOLOGI Total coliform
MPN/100mL
1000
28.9
0
0 122
0
30 Zona II pada bulan Agustus Parameter
Satuan
BM Biota Laut
Min
Maks
Rataan
Skor
Kecerahan
cm
(-)
80
195
113.25
Kebauan
-
Nihil
0
0
Sampah
-
Nihil
0
0
Suhu
ᵒ
Alami
28.5
29.4
Lapisan Minyak
-
Nihil
0
0
Kekeruhan
NTU
<5
0.75
16.7
4.1
-1
TSS
mg/L
20 - 80
8
29
13.5
-4
0
0
pH
-
7.0 - 8.5
8.12
8.31
8.21
0
DO
mg/L
>5
5.5
7.9
6.75
0
Salinitas
o
Alami
29.6
30.1
29.8
0
BOD5
mg/L
20
1.01
8.57
5.32
0
Orto Fosfat
mg/L
0.015
0.015
0.127
0.048
-8
Amonia (NH3-N)
mg/L
0.3
0.026
0.073
0.042
0
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0.008
Nitrit (NO2-N)
mg/L
(-)
0.006
0.401
0.075
0
Sulfida (H2S)
mg/L
0.001
0.001
0.027
0.005
-8
Minyak dan Lemak
mg/L
1
0
0
0
0
Fenol Total
mg/L
0.002
0.0005
0.0009
0.0006
0
Surfaktan (MBAS)
mg/L
1
0.018
0.111
0.063
0
mg/L
0.5
0
0
0
0
Khrom Heksavalen (Cr )
mg/L
0.005
0.002
0.003
0.002
0
Tembaga (Cu)
mg/L
0.008
0.005
0.005
0.005
0
Timah Hitam (Pb)
mg/L
0.008
0.006
0.012
0.0085
-8
Kadmium (Cd)
mg/L
0.001
0
0
0
0
Khlorofil
µg/L
-
1.153
7.263
2.757
0
0
0
0
2
FISIKA
KIMIA
/oo
Sianida (CN) 6+
MIKRO BIOLOGI Total coliform
MPN/100mL
1000
28.9
0
0 0.5
0
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Runi Yustini Kartika dilahirkan di Garut pada tanggal 20 Mei 1992 dari pasangan ayah Agus Moch Yusuf dan ibu Rd. Enden Rostini. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN Pataruman VII tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Garut tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Garut tahun 2010, dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis memperoleh beasiswa PPA/BBM IPB tahun 2011-2014. Prestasi akademik yang diraih oleh penulis selama kuliah di IPB yaitu mendapatkan IPK 3.26 hingga semester 7. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Ekologi Perairan tahun 2012 dan Kualitas Air tahun 2013. Kegiatan penulis di luar akademik yaitu pernah menjadi anggota Leadership Enterpreneurship School (LES) IPB 2010/2011, anggota Himpunan Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER) 2012/2013, serta serangkaian kepanitian kegiatan di dalam maupun di luar kampus.