TINGKAT KONSUMSI KAYU MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah)
Oleh :
Ferry Setyo Haryono
E14102025
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN Ferry Setyo Haryono (E 14102025). Tingkat Konsumsi Kayu Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah). Di bawah bimbingan Ir. Sudaryanto Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang utama, yang diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi berbagai keperluan hidup manusia. Meski pada zaman sekarang telah banyak bahan sintetik yang dapat mensubstitusi penggunaan kayu, namun permintaan kayu untuk berbagai keperluan masih cukup tinggi dan bahkan menunjukkan permintaan yang meningkat. Manfaat kayu ini semakin berkembang, mulai dari kebutuhan kayu untuk energi, bahan bangunan, bubur kayu, perabotan, sampai pada penggunaan kayu untuk badan pesawat terbang. Dengan berkembangnya zaman, penggunaan kayu untuk bahan bangunan rumah semakin lama akan semakin efisien dalam ukurannya ditambah dengan semakin diperhatikannya faktor keamanan. Konsumsi kayu untuk perabotan rumah tangga di pedesaan mencakup penggunaan kayu untuk bahan meubelair dan perabotan lainnya. Termasuk ke dalam meubelair ini diantaranya meja, kursi, tempat tidur, lemari dan lain-lain. Penggunaan kayu untuk masing-masing perabotan dan bangunan ini semakin berkembang dalam bentuk dan variasinya sesuai dengan perkembangan penduduk. Semakin berkembang desa maka informasi dari luar tentang bentuk dan variasi meubelair ini semakin akan mempengaruhinya. Selain bentuk dan variasi juga terjadi reduksi penggunaan kayu karena substitusi oleh bahan pengganti kayu. Substitusi terjadi karena ketersediaan kayu legal yang semakin sulit didapat dan harga kayu yang semakin mahal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur penggunaan kayu untuk perumahan dan meubel dan mengetahui besarnya volume kayu dari penggunaan tersebut dan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kayu dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah dan kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2006. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daftar pertanyaan (quisioner), alat tulis dan alat hitung.
ii
Metode pengambilan contoh yang digunakan pada penelitian ini yaitu Two Stage Cluster Sampling. Metode ini digunakan dalam pengambilan contoh keluarga di desa-desa. Desa sebagai kelompok tingkat pertama, dan rumah tangga sebagai kelompok tingkat kedua. Dari penelitian ini diketahui konsumsi kayu terbesar terdapat pada desa Kemutug Kidul yaitu sebesar 705,55 m3 untuk perumahan dan 25,88 m3 untuk perabot rumah tangga dengan jumlah konsumsi sebesar 731,43 m3. Besarnya konsumsi kayu untuk perumahan berkaitan dengan luas rumah yang dibangun. Masa pakai kayu untuk perumahan dan untuk perabotan berdasarkan hasil wawancara dengan tukang kayu dan rumah tangga responden, pada umumnya masa pakainya yaitu 15 tahun-an untuk kayu perumahan dan 8 tahun-an untuk perabotan. Dengan asumsi bahwa kayu untuk perumahan dikonsumsi selama 15 tahun dan kayu untuk perabotan selama 8 tahun, maka dapat ditaksir konsumsi kayu masyarakat di Kecamatan Baturraden per kapita per tahun yaitu sebesar 0,45 m3. Konsumsi kayu untuk perumahan pada desa Karangsalam sebesar 44,09 m3/tahun, pada desa Kemutug Kidul sebesar 47,04 m3/tahun, dan pada desa Ketenger sebesar 43,59 m3/tahun. Konsumsi kayu untuk perabotan pada desa Karangsalam sebesar 3,11 m3/tahun, pada desa Kemutug Kidul sebesar 3,23 m3/tahun, dan pada desa Ketenger sebesar 4,35 m3/tahun. Analisis regresi di Kecamatan Baturraden memberikan hasil persamaan regresi sebagai berikut : Y = 21,3 + 9 x 10-8 X1 + 2 x 10-6 X2 – 1,79 X3 + 4,53 X4. Dari hasil analisis regresi terbentuk persamaan yang menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 18,9 % yang berarti bahwa persamaan regresi tersebut dapat menerangkan sebanyak 18,9 % variasi dalam variabel tidak bebas (konsumsi kayu masyarakat) yang diterangkan oleh variabel-variabel bebas (pendapatan, biaya hidup, jumlah anggota keluarga, barang substitusi). Untuk menguji kelinearan model yang digunakan, dilakukan uji F dan diperoleh nilai P untuk uji F sebesar 0,005 yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 % (α = 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam model regresi tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (konsumsi kayu masyarakat).
TINGKAT KONSUMSI KAYU MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah)
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh Ferry Setyo Haryono E14102025
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul Penelitian
: TINGKAT KONSUMSI KAYU MASYARAKAT PEDESAAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN BATURRADEN, KABUPATEN BANYUMAS, PROPINSI JAWA TENGAH)
Nama Mahasiswa
: FERRY SETYO HARYONO
Nomor Pokok
: E14102025
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Ir. Sudaryanto NIP. 130 814 497
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP. 131 430 799
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Tunjung, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 27 Februari 1984. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan keluarga Bapak Imam Haryono dan Ibu Rasiti. Pendidikan yang pernah diikuti penulis adalah pada tahun 1990 masuk Sekolah Dasar Negeri 1 Jatilawang dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 1 Wangon dan lulus pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Purwokerto dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kehutanan, Jurusan Manajemen Hutan, Program Studi Manajemen Hutan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana kehutanan, penulis melakukan penelitian yang berjudul Tingkat Konsumsi Kayu Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus di Kecamatan Banturraden, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah) dibawah bimbingan Ir. Sudaryanto
i
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini berhasil disusun. Sholawat dan salam atas suri tauladan Rosulullah SAW dan seluruh pengikutnya sampai akhir jaman. Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan penulis menyampaikan terima kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul Tingkat Konsumsi Kayu Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah). Dengan rasa hormat penulis sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada : 1. Mama, Bapak, Mas ii, Yoyong, Bude Hadi, Mba Yanti, Mba Tati, Hendro, Neneng honey atas bantuan, dorongan dan do’a tiada henti hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Bapak Ir. Sudaryanto sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat yang sangat berharga selama penulis menyelesaikan studi. 3. Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut dan Bapak Dr. Ir. Rahmat Hermawan. M.Sc.F sebagai dosen penguji. 4. Muhammad Ilyas, Ma’ruf Hadi, Ambar Dwi Suseno, Dian Hudayana, Ulil Amri, Khasbiyanto, Iman Kusuma Bangsa, Ahmad Asrori, Suwilin, Harra Santika, Rinaldo, Muhammad Ikhsanudin, Permana Yoga Nugraha, Dea Tino Maretza, Fian Riadi, Eka Yanuar, Benu Setyawan, Edi Tarmedi, Agus Triono, Heri Sulistiyono atas persahabatan yang abadi dan temanteman Asrama Sylvasari yang telah memberikan dukungan dan tenaga selama proses penelitian. 5. Para sahabat MNH’39 : Bana, Adit, Alfianto, Dion, Alfieta, Ari, Beni, Buyung, Cecem, Desi, Dian, Timbul, Doni, Miko, Karsono, Pipit, Getry, Hamzah, Hery, Dako, Ika, Indah, Intan, Inten, Ivonne, Jhonny, Mbah, Lenita, Linda, Lucky, Desna, M. Arif, Maul, Nurul, Resman, Rika, Vivi, Soni, Harini, Sucii, Teti, Ucok, Wawit, Wien, Toli, Mamih, Ucup atas persahabatan dan kenangan-kenangan yang indah.
ii
6. Pemerintah Daerah Kecamatan Baturraden dan masyarakat Kecamatan Baturraden khususnya masyarakat desa Karangsalam, Kemutug Kidul, dan Ketenger atas kerjasama dan bantuannya. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu sehingga skripsi ini berhasil disusun. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dan mencatat sebagai amal shaleh atas kebaikan yang telah diberikan. Amien. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan khususnya untuk kepentingan pengembangan kehutanan. Amien. Bogor, November 2006 Penulis
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ....................................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar belakang ....................................................................................................1 Tujuan penelitian ................................................................................................3 Manfaat penelitian ..............................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4 Kayu dan manfaatnya bagi manusia ..................................................................4 Masyarakat desa .................................................................................................6 Karakteristik konsumsi kayu masyarakat...........................................................7 Sumber-sumber kayu .........................................................................................8 Jenis sortimen yang dipasarkan ........................................................................13 Pemasaran dan tata niaga kayu ........................................................................16 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Luas dan letak ..................................................................................................20 Topografi ..........................................................................................................20 Iklim .................................................................................................................21 Tanah ................................................................................................................21 Hidrologi ..........................................................................................................21 Demografi ........................................................................................................21 Mata pencaharian .............................................................................................22 Tingkat pendapatan ..........................................................................................23 Penggunaan lahan ............................................................................................23 Aksesibilitas .....................................................................................................24 Fasilitas ekonomi .............................................................................................25 Fasilitas sosial ..................................................................................................26 Hutan dalam kawasan ......................................................................................28 Hutan di luar kawasan ......................................................................................28
iv
Industri kehutanan ............................................................................................28 Pemasaran hasil hutan ......................................................................................28 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian ...........................................................................30 Bahan dan alat ..................................................................................................30 Metodologi .......................................................................................................30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik rumah tangga responden.............................................................34 Konsumsi kayu masyarakat..............................................................................36 Konsumsi barang substitusi..............................................................................40 Hubungan antara konsumsi kayu dengan faktor pendapatan (x1), biaya Hidup (x2), jumlah anggota keluarga (x3), dan barang substitusi (x4) ...................................................................................................42 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................................45 Saran.................................................................................................................45 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................46 LAMPIRAN ...........................................................................................................49
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis-jenis kayu komersial .........................................................................5 Tabel 2. Luas wilayah seluruh desa di Kecamatan Baturraden .............................20 Tabel 3. Banyaknya hotel di Kecamatan Baturraden tahun 200-2004...................23 Tabel 4. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Baturraden .........................................25 Tabel 5. Banyaknya pasar, toko/kios warung, dan warung makan di Kecamatan Baturraden tahun 2004 .........................................................26 Tabel 6. Banyaknya sarana kesehatan di Kecamatan Baturraden ..........................27 Tabel 7. Kebutuhan kayu pada setiap jenis rumah dan luasan ...............................32 Tabel 8. Jumlah penduduk desa sampel tahun 2004 ..............................................34 Tabel 9. Pendapatan dan pengeluaran rata-rata per kapita dan per keluarga per tahun menurut pekerjaan ...................................................................35 Tabel 10. Pengeluaran primer dan non primer menurut pekerjaan ........................36 Tabel 11. Konsumsi kayu rata-rata per kapita menurut pekerjaan.........................37 Tabel 12. Konsumsi kayu rata-rata per kapita per tahun di tiap desa sampel .....................................................................................................38 Tabel 13. Konsumsi kayu rata-rata per keluarga menurut pekerjaan di setiap desa sampel ...................................................................................39 Tabel 14. Konsumsi barang substitusi per kapita di setiap desa sampel................41 Tabel 15. Konsumsi barang substitusi rata-rata per keluarga menurut pekerjaan di setiap desa sampel ..............................................................42 Tabel 16. Hasil analisis regresi faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu untuk seluruh desa ..........................................................................42
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data hasil analisa regresi ...................................................................50 Lampiran 2. Volume perabot kayu.........................................................................52 Lampiran 3. Harga barang substitusi .....................................................................53 Lampiran 4. Data penelitian Desa Karangsalam ....................................................54 Lampiran 5. Data penelitian Desa Kemutug kidul .................................................56 Lampiran 6. Data penelitian Desa Ketenger ..........................................................58 Lampiran 7. Data penelitian menurut pekerjaan ....................................................60 Lampiran 8. Peta wilayah Kecamatan Baturraden .................................................67
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya hutan baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung secara optimal dan lestari merupakan salah satu upaya dalam rangka pelaksanaan pembangunan kehutanan. Manfaat langsung dalam hal ini menyangkut fungsi hutan sebagai penghasil kayu untuk memenuhi berbagai kepentingan manusia. Manfaat tidak langsung antara lain mencakup fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pelestarian alam, dan pengatur keseimbangan ekosistem. Dengan pembangunan kehutanan diharapkan akan tercapai tujuan pembangunan nasional, khususnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat disertai oleh perbaikan lingkungan hidupnya. Hutan memiliki peranan penting dalam pengurangan kemiskinan, yaitu dengan fungsi pengamanan sosial. Fakta telah membuktikan bahwa selama krisis 1997-1998, pendapatan dari hutan yang diperoleh penduduk di sekitar hutan meningkat dari 23,3 % menjadi 32,9 % (CIFOR, 2004). Di Indonesia diperkirakan sekitar 50 juta orang tinggal di kawasan hutan dan 20 juta jiwa tinggal di desa dekat hutan. Sementara itu diperkirakan sekitar 6 juta orang penghidupannya tergantung pendapatannya dari hutan (CIFOR, 2004). Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang utama, yang diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi berbagai keperluan hidup manusia. Meski pada zaman sekarang telah banyak bahan sintetik yang dapat mensubstitusi penggunaan kayu, namun permintaan kayu untuk berbagai keperluan masih cukup tinggi dan bahkan menunjukkan permintaan yang meningkat. Manfaat kayu ini semakin berkembang, mulai dari kebutuhan kayu untuk energi, bahan bangunan, bubur kayu, perabotan, sampai pada penggunaan kayu untuk badan pesawat terbang. Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk paling padat yang dihuni oleh 59 % dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 217,9 juta jiwa. Luas total hutan yang ada di Pulau Jawa berdasarkan data dari Badan Planologi Kehutanan (2006) hanya kurang lebih 3 juta hektar dari total luas hutan Indonesia yaitu sebesar 133.764.825,58 hektar atau 2,3 persen dari luas seluruh hutan Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang padat yang kebutuhan kayunya
2
pada tahun 2001 sekitar 19,2 juta m3, maka untuk memenuhi kebutuhan kayu sebanyak itu tidak mungkin dipenuhi oleh produksi hutan di Jawa saja (Departemen Kehutanan, 2004). Penggunaan kayu untuk kebutuhan hidup sehari-hari oleh masyarakat di antaranya digunakan untuk komponen rumah, alat rumah tangga, dan kayu untuk energi. Sebagai bahan untuk membangun rumah banyaknya kayu yang dipakai dipengaruhi oleh bentuk rumah yang dibuat, yaitu apakah bentuk rumah desa atau bentuk rumah kota, dan luas lantai yang dibangun. Dengan berkembangnya zaman, penggunaan kayu untuk bahan bangunan rumah semakin lama akan semakin efisien dalam ukurannya ditambah dengan semakin diperhatikannya faktor keamanan. Konsumsi kayu untuk perabotan rumah tangga di pedesaan mencakup penggunaan kayu untuk bahan meubelair dan perabotan lainnya. Termasuk ke dalam meubelair ini diantaranya meja, kursi, tempat tidur, lemari dan lain-lain. Penggunaan kayu untuk masing-masing perabotan dan bangunan ini semakin berkembang dalam bentuk dan variasinya sesuai dengan perkembangan penduduk. Semakin berkembang desa maka informasi dari luar tentang bentuk dan variasi meubelair ini semakin akan mempangaruhinya. Selain bentuk dan variasi juga terjadi reduksi penggunaan kayu karena substitusi oleh bahan pengganti kayu. Dalam hal ini, yang dimaksud barang substitusi yaitu barang-barang yang dapat menggantikan kayu dengan manfaat yang sama. Perabotan berbahan baku seperti plastik, kaca, serta logam merupakan barang substitusi dari perabotan dari kayu. Substitusi ini bisa terjadi karena ketersediaan kayu legal yang semakin sulit didapat dan harga kayu yang semakin mahal dari tahun ke tahun. Reduksi tersebut semakin lama akan semakin besar, sesuai dengan perkembangan teknologi meubel. Substitusi oleh bahan non kayu pada rumah terjadi pada bagian jendela, pintu, dan sebagian kerangka rumah. Selain itu dengan makin tingginya harga tanah, maka luas lantai rumah cenderung tetap atau menurun dengan efisiensi penggunaan ruang yang tinggi. Dengan memperhatikan hal di atas menarik untuk dipelajari struktur atau pola pemanfaatan kayu oleh masyarakat, jenis-jenis kayu yang dipakai, dan
3
volume kayu yang dipakai untuk masing-masing bentuk pemanfaatannya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui struktur penggunaan kayu untuk perumahan dan meubel dan mengetahui besarnya volume kayu dari penggunaan tersebut. 2. Mengetahui hubungan antara konsumsi kayu dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu memberikan masukan guna pengambilan kebijakan dan perencanaan dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Kayu dan Manfaatnya Bagi Manusia Definisi pohon menurut Haygreen (1989) yaitu tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 15-20 kaki (4,5 m - 6 m) atau lebih dengan ciri batang pokok yang tunggal dan bukannya batang yang banyak. Sedang definisi kayu yaitu salah satu komponen dari pohon, yang tersusun atas sel-sel yang memanjang, kebanyakan diantaranya berorientasi dalam arah longitudinal batang. Mereka dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui pintupintu, yang dinyatakan sebagai noktah. Sel-sel ini, yang bentuknya bervariasi tergantung pada fungsinya, memberikan kekuatan mekanik yang diperlukan oleh pohon, dan juga melakukan fungsi pengangkut cairan maupun penyimpan persediaan makanan cadangan yang bermanfaat bagi pohon ( Sjőstrőm, 1995). Dalam kehidupan manusia, begitu banyak manfaat kayu yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Gardner dan Engelman (1999) dalam Suhendang (2002) beberapa manfaat yang sangat penting adalah : a) Bahan bakar untuk membuat api. Panas yang ditimbulkan dari api dapat mengubah butiran biji-bijian mentah menjadi makanan, batuan menjadi logam dan pasir menjadi kaca. b) Bahan untuk membuat tempat perlindungan manusia agar terlindung dari hawa dingin yang sangat menyengat dan kemungkinan serangan binatang buas. c) Bahan untuk membuat perahu dan kapal laut yang berfungsi sebagai jembatan-jembatan
yang
sangat
penting
untuk
transportasi,
menghubungkan pulau-pulau di dunia yang terpisahkan oleh lautan yang sangat luas. d) Serat kayu merupakan bahan baku utama yang sangat penting untuk membuat tekstil dan kertas. Kayu dapat digolongkan ke dalam jenis komersial apabila mempunyai nilai ekonomi yang cukup berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan telah dikenal cukup luas dalam dunia perdagangan (Atmosuseno, 1996). Tabel 1
5
menyajikan beberapa jenis kayu yang tergolong kayu komersial dengan informasi berat jenis dan kelas kuatnya. Tabel 1. Jenis-Jenis Kayu Komersial Jenis Kayu Jati
Nama Latin
Tectona
BJ 0,67
Kelas
Kelas
Awet
Kuat
II
II
Tekstur Agak kasar Untuk dan
Grandis
Penggunaan segala
jenis
tidak konstruksi
merata Meranti
Shorea sp.
0,51
III-IV
III
Agak kasar Untuk lantai dan mebel dan merata
Kamper
Dryobalanops
0,81
II-III
I-II
spp.
murah, kayu lapis
Agak kasar Untuk balok, tiang, rusuk, dan merata
dan papan pada bangunan perumahan
Damar
Agathis spp.
0,48
IV
III
Halus
dan Untuk membuat kotak dan
merata
tangkai korek api, potlot, mebel
Jelutung
Dyera
0,43
V
III-IV
costulata Keruing
Dipterocarpus
0,80
III-IV
I-II
Agak halus Untuk
cetakan,
meja
dan merata
gambar, kelom dan ukiran
Kasar
Untuk
konstruksi
bangunan,
bangunan
spp.
pelabuhan
dan
bantalan
kereta api Mahoni
Swietenia sp.
0,61
III
II-III
Agak halus
Untuk venir dekoratif dan kayu lapis
Jabon
Anthocephalus
0,42
V
III-IV
cadamba
Agak halus Untuk membuat korek api, sampai
peti
pembungkus
agak kasar
konstruksi
darurat
dan yang
ringan Mindi
Melia
0,53
IV-V
II-III
azadirachta
Sangat
Untuk membuat peti, papan
kasar
dan bangunan di bawah atap
Pasang
Quercus spp.
1,00
II-IV
I
Agak kasar Untuk balok pada bangunan
6
perumahan dan jembatan
sampai kasar Pinus
Pinus merkusii
III
IV
0,55
Untuk
Halus
bangunan
perumahan, mebel, tangkai korek api Sengon
Paraserianthes 0,33
IV-V
IV-V
dan merata
falcataria Sungkai
Peronema
Agak kasar Untuk
0,63
III
II-III
canescens
Kasar
pembuatan
peti,
venir, pulp, papan serat
dan Untuk rangka atap, tiang
tidak
rumah
merata
jembatan
dan
Sumber : Atlas Kayu Indonesia (1981)
Masyarakat Desa Menurut Syaukani (2000), desa merupakan basis ekonomi terkecil yang menjadi inti dari pembangunan bangsa. Desa bisa dibentuk, dihapus, dan digabung dengan memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat dengan persetujuan pemerintah daerah kabupaten. Masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama di suatu tempat dan menghasilkan kebudayaan (Soekanto, 1990) dalam Purwawangsa (2004). Dalam masyarakat modern sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapapun kecilnya suatu desa pasti ada pengaruh dari kota. Selanjutnya menurut Soekanto (1990) dalam Purwawangsa (2004) terdapat beberapa ciri masyarakat desa, antara lain : 1. Mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam daripada hubungan mereka dengan masyarakat desa lain. 2. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.
bangunan
7
3. Rasa persatuan erat sekali yang kemudian menimbulkan saling kenal dan saling menolong dengan akrab. 4. Golongan orang-orang tua biasanya memegang peranan penting. Karakteristik Konsumsi Kayu Masyarakat Konsumsi adalah jumlah seluruh pengeluaran perorangan atau negara untuk barang-barang atau jasa selama suatu periode tertentu. Konsumsi menyangkut barang-barang yang digunakan habis, dinikmati atau dimakan selama periode bersangkutan (Samuelson, 1990). Sedang menurut Teken (1965) dalam Priandi (1996) konsumsi adalah proses penggunaan barang-barang dan jasa-jasa ekonomi untuk pemuasan kebutuhan manusia. Konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : preferensi konsumen atas barang, pendapatan pembeli dan harga barang. Preferensi dapat timbul karena selera , adat kebiasaan, pengaruh pendidikan dan pergaulan, sedang mengenai pendapatan, bila pendapatan bertambah maka ada kecenderungan untuk menambah pengeluaran dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Dari sudut rumah tangga, besarnya kayu yang dapat dikonsumsi oleh rumah tangga atau keluarga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, biaya hidup, dan jumlah jiwa dalam keluarga tersebut. Sedang dilihat dari sudut perkembangan daerah, konsumsi kayu akan terus meningkat dengan meningkatnya pendapatan, dan ditunjang dengan perkembangan di setiap bidang ilmu dan teknologi. Dilihat dari penggunaannya konsumsi kayu di Indonesia sebagian besar (75 %) dikonsumsi untuk perumahan penduduk dan sisanya 14 % untuk alat-alat rumah atau perkakas dan 11 % untuk bangunan umum seperti pembangunan sekolah, pasar, masjid, jembatan dan sebagainya (Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1980). Kayu digunakan oleh penduduk desa untuk membangun rumah, membuat perabotan, dan untuk kayu bakar (Koentjaraningrat, 1966). Eckhlom (1984) menyatakan bahwa 90 persen penduduk di kebanyakan negara-negara miskin tergantung kepada kayu bakar sebagai bahan bakar utama mereka. Paling sedikit setengah dari semua pohon kayu yang ditebang di dunia ini masih melakukan peranannya yang asli bagi manusia, yaitu sebagai bahan bakar dan sumber panas untuk daerah dingin. Banyak perusahaan, mulai dari pembuat hasil-hasil dari kayu
8
sampai ke produsen-produsen etanol, telah beralih ke bahan bakar kayu. Secara tradisional bahan bakar kayu telah dipakai dalam industri-industri untuk membangkitkan tenaga uap atau digunakan sebagai arang untuk melebur biji-biji logam. Di kota-kota besar, arang biasanya merupakan pengganti kayu, karena lebih ringan dan jadinya lebih murah biaya pengangkutannya. Kayu sampai akhir zaman, tidak dapat diganti dengan bahan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, sedangkan pemanfaatannya dalam tingkat hidup dan kebudayaan yang lebih tinggi, ia pun membutuhkan kayu guna membuat perumahannya, alat pertanian, pengangkutan, dan bahan bakar. Dilihat dari sumber kayunya, dari total produksi kayu bulat sebesar 8.136.303 m3, ternyata sebagian besar (41,5 %) dipenuhi oleh kayu-kayu produksi Hutan Tanaman Indonesia (HTI), kemudian sisanya 37,1 % dipenuhi dari produksi HPH swasta, 2,2 % dari IPK (Hutan Konversi) dan 19,2 % dari hutan tanaman negara (Dephut, 2003). Pada awalnya penggunaan kayu di dalam negeri ini hampir seluruhnya dalam bentuk kayu gergajian, tetapi akhir-akhir ini untuk berbagai penggunaan, kayu gergajian ini fungsinya mulai diisi oleh produk-produk baru seperti plywood dan particleboard. Sumber-Sumber Kayu Kayu yang digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan manusia dapat berasal dari pekarangan, kebun, dan hutan. Tapi sumber perolehan kayu yang paling sering diambil hasilnya oleh manusia yaitu hutan. Secara fisik, hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan, alam, hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis, serta mendukung salah satu dari beberapa fungsi : perlindungan hidrologi dan perbaikan lingkungan hidup, produksi (hasil hutan, bahan makanan untuk ternak), konservasi (alam, flora, dan fauna). Sedang ditinjau dari segi perundang-undangan yaitu menurut Undang-Undang no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Perhutani, 1982). Dalam buku
9
Tahune Dictionary of Forestry (John A. Helms, 1998) dalam Suharjito (2000) hutan diberi pengertian sebagai suatu ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar, seringkali terdiri dari tegakantegakan yang beragam ciri-cirinya seperti komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang terkait, dan umumnya mencakup padang rumput, sungaisungai kecil, ikan, dan satwa liar. Hutan dalam perspektif manusia dapat dibedakan menurut berbagai sudut pandang yang dipakai oleh manusia. Berbagai sudut pandang dikemukakan oleh manusia untuk membedakan hutan, salah satunya yaitu berdasarkan cara terbentuknya hutan, yang dapat dibedakan menjadi beberapa definisi diantaranya yaitu hutan alam dan hutan buatan atau hutan tanaman. Menurut Bruenig (1996) dalam Suhendang (2002) hutan alam yaitu hutan yang disusun oleh pohon-pohon asli, tumbuh secara alami di tempat itu, dan memiliki struktur yang menyerupai atau identik dengan hutan alam primer. Hutan tanaman atau hutan buatan menurut Bruenig (1996) dalam Suhendang (2002) yaitu hutan yang telah dibangun dengan cara penanaman atau dengan cara menyebarkan (biji) pada lahan yang gundul, atau padang rumput, atau lahan terbuka pada hutan sekunder, atau belukar, atau lahan bekas tebang habis pada hutan primer; yang kemudian dimodifikasi dan dimanipulasikan menjadi hutan. Sedang menurut Iskandar (2003) hutan tanaman adalah hutan atau pohon-pohonan yang ditanam dengan campur tangan manusia, baik di dalam kawasan hutan atau di luar kawasan hutan. Salah satu contoh dari hutan tanaman yaitu hutan rakyat. Departemen Kehutanan (1990) dalam Suhendang (2002) menyatakan bahwa hutan rakyat merupakan lahan milik rakyat atau milik adat atau ulayat yang secara terus menerus diusahakan untuk usaha-usaha perhutanan, yaitu jenis-jenis kayu-kayuan, seperti pinus, albizia dan lain-lain, baik yang tumbuh secara alami ataupun buatan. Pengertian hutan rakyat menurut Al-Rasjid (1979) dalam Priandi (1996) adalah hutan yang dibangun pada lahan milik yang ditanami pohon, pembinaannya dan pengelolaannya dilakukan oleh pemilik atau suatu badan usaha. Menurut Balai Informasi Pertanian (1982), berdasarkan jenis tanamannya dikenal tiga bentuk hutan rakyat :
10
1. Hutan Rakyat Murni Merupakan hutan murni dengan jenis kayu tertentu, karena hanya ditanam satu jenis tanaman kayu-kayuan. 2. Hutan Rakyat Campuran Merupakan hutan campuran yang ditanami lebih dari satu jenis kayu. 3. Hutan Rakyat Sistem Agroforestry atau Tumpangsari Merupakan hutan dengan campuran kegiatan kayu-kayuan, tanaman pangan, pakan ternak, penggembalan ternak dengan tanaman pokok jenis kayu-kayuan dan sistem akhir berupa hutan. Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan adanya hutan rakyat menurut Al-Rasjid (1979) dalam Permadi (1999) antara lain : 1. Menambah Penghasilan Penduduk Hutan rakyat cukup berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat, misalnya di Canada hampir 23 persen bahan mentah untuk industri pulp dihasilkan dari hutan rakyat yang luasnya 7 persen dari luas tanah pertaniannya. 2. Sumber Kayu Bakar Kebutuhan akan kayu bakar masyarakat sehari-hari sebagian besar dipenuhi dari hutan. 3. Sumber Kayu Pertukangan dan Perkakas Berhasilnya pembangunan hutan rakyat dengan jenis-jenis yang terpilih tidak menutup kemungkinan untuk dapat menghasilkan kayu pertukangan. 4. Fungsi Hidro-orologis Mengingat letak tanah rakyat beragam mulai dari dataran rendah sampai ke daerah pegunungan dengan lereng yang curam, maka letak hutan rakyat di tempat tersebut akan berperan terhadap pengawetan tanah dan air. 5. Mengurangi Terjadinya Kerusakan Akibat Penebangan Liar dan Penyerobotan Tanah. Ada beberapa ciri pengusahaan hutan rakyat (Suharjito, 2000) yaitu : 1) Pelaku Pelaku dalam usaha hutan rakyat yang dimaksud dibedakan menjadi dua yaitu petani dan bukan petani hutan rakyat. Petani hutan rakyat adalah
11
merupakan pelaku utama penghasil hutan rakyat dari lahan miliknya, petani hutan rakyat yang dimaksud disini khususnya para petani pemilik lahan seperti kebun, talon, ladang dan istilah lain sejenisnya. Bagi petani lahan basah umumnya tidak termasuk dalam petani hutan rakyat. Sedang bukan petani adalah pihak-pihak lain yang terkait dalam usaha hutan rakyat pada masa panen dan pasca panen, mulai para penebang pohon, tengkulak atau bandar pembeli pohon, penyedia jasa angkutan dan industri pengolah kayu rakyat. Dalam prakteknya para pelaku bukan petani ini masih dapat dibagi lagi menurut aktivitas dan atau skala usahanya, misalnya : pengangkut dari lokasi hutan rakyat ke jalan, pengangkut ke industri atau pasar, industri kecil, industri sedang dan industri besar. 2) Distribusi lokasi Distribusi lokasi hutan rakyat menurut macam pemilikan lahan umumnya berada pada lahan-lahan kering. Dengan hanya menonjolkan kayu rakyat, maka distribusi lokasinya ternyata terdapat pada seluruh macam pemilikan lahan yaitu sawah, pekarangan, kebun, talun, ladang (LP IPB, 1990). Pada lahan-lahan dengan sistem budidaya campuran, maka pohon biasanya ditanam sebagai pohon pelindung atau pada ruang-ruang sisa komoditi lain, seperti di batas-batas lahan, pematang pinggir-pinggir sawah. Sedang pada budidaya monokultur, maka pohon (kayu rakyat) menjadi tanaman pokok. Selain pada lahan-lahan tersebut keberadaan hutan rakyat juga dipengaruhi oleh kualitas lahan, dimana semakin marjinal kualitas lahan, cenderung semakin besar untuk menjadi hutan rakyat. 3) Teknik budidaya Budidaya hutan rakyat pada dasarnya telah dikuasai oleh para petani hutan rakyat, walaupun dalam pengertian apa adanya. Artinya mulai dari penyediaan biji, bibit, penanaman, pemeliharaan sampai siap jual, semuanya dilakukan secara sederhana. Jenis-jenis yang ditanam adalah jenis cepat tumbuh dan lambat tumbuh, tetapi keduanya telah memiliki pasar, seperti sengon, jati dan sebagainya. Biji berasal dari daerah setempat masing-masing tanpa ada upaya seleksi dan perbaikan mutu biji, sehingga benih dan bibit yang dihasilkan pun juga berkualitas apa adanya. Selanjutnya dengan kemahiran para petani dalam
12
menanam dan memelihara, jarang petani gagal dalam mendapatkan hasil budidayanya. Upaya budidaya dilakukan lebih intensif pada hutan rakyat monokultur, karena pada sistem ini lahan secara sengaja diperuntukkan menjadi hutan rakyat bagi pemiliknya. Karenanya kalkulasi biaya dan manfaat telah diperhitungkan dalam pengusahaan hutan rakyat monokultur ini. 4) Skala Usaha dan Pendapatan Hutan Rakyat Sesuai dengan sumber daya lahan yang dimiliki, maka setiap petani hutan rakyat belum dapat disebut memiliki usaha hutan rakyat dengan prinsip usaha dan prinsip kelestarian yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh sedikitnya jumlah pohon yang dimiliki serta penentuan daur yang tidak menentu. Karenanya sampai saat ini pohon-pohon yang dimilikinya tidak diposisikan untuk menjadi salah satu sumber pendapatan andalan. Pohon-pohon tersebut bagi pemiliknya lebih dilihat sebagai “tabungan” yang pada saat diperlukan dapat ditebang dan dijual. Atas dasar kebiasaan petani hutan rakyat maka dikenal istilah “daur butuh”, artinya keputusan menebang pohonnya ditentukan oleh kebutuhan yang dihadapi misalnya seperti tahun ajaran baru untuk membeli peralatan anak sekolah, tambahan biaya hajatan dan sebagainya. Dengan kebiasaan petani hutan rakyat seperti itu, maka pendapatan petani dari pohon-pohon yang dimilikinya hanya merupakan bagian kecil dari total pendapatan rumah tangga per tahun. Beberapa penelitian (LP IPB, 1990 ; Yogi S, 1988 ; Arist P.A, 1992) menyebutkan kontribusi pendapatan dari hutan rakyat kurang dari 10 persen terhadap total pendapatan. Pada hutan rakyat monokultur biasanya diusahakan secara lebih intensif sehingga perhitungan-perhitungan biaya dan manfaat telah diperhitungkan sebelumnya. Usaha ini ternyata dapat memberikan hasil yang baik untuk setiap hektarnya, karena pasar hasil hutan rakyat telah tersedia. Pasar sampai saat ini bahkan dapat dikatakan pada kondisi permintaan lebih besar dari sediaannya. Sungguhpun pendapatan dari hutan rakyat monokultur dapat diharapkan, tetapi karena luasan hutan rakyat ini hanya berkisar 1 sampai 2 hektar per keluarga, maka usaha ini belum dapat mencapai skala ekonomi. 5) Posisi Petani Dalam Usaha Hutan Rakyat
13
Dalam sistem usaha hutan rakyat, pihak-pihak yang terlibat adalah petani, tengkulak kayu, industri kecil, dan industri besar. Dalam rantai usaha, lembaga selain petani bersifat lebih solid dalam arti telah memiliki perencanaan usaha yang lebih baik. Karena mereka lebih menguasai informasi (pasar) sehingga memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Petani hutan rakyat, karena jumlahnya banyak dan masing-masing hanya memiliki sumber daya terbatas, tidak membentuk usaha bersama, tidak menguasai informasi pasar dan sebagainya, maka otomatis memiliki posisi tawar yang lebih rendah dibanding lembaga lainnya dalam sistem usaha ini. Akibat perbedaan posisi tawar seperti itu, maka posisi petani hutan rakyat masih lemah dalam sistem usaha ini, dan hal tersebut mengakibatkan pendapatan petani selalu kecil dan pada gilirannya tidak dapat merangsang petani untuk mengembangkan usahanya. Departemen Kehutanan (2004) menyatakan bahwa dari total produksi kayu bulat nasional tahun 2003 sebesar 13.548.938 m3, hutan alam menyumbang produksi sebesar 3.510.752 m3, IPK (Hutan Konversi) sebesar 1.631.885 m3, Perum Perhutani sebesar 923.632 m3, Hutan Tanaman Indonesia (HTI) sebesar 7.329.028 m3, dan hutan rakyat menyumbang sebesar 153.640 m3. Hal ini berarti pada tahun 2003, produksi kayu dari HTI menyumbang lebih dari 50 % dari total produksi nasional. Jenis Sortimen yang Dipasarkan Kayu-kayu yang dipasarkan di dalam negeri biasanya terbagi dalam dua macam bentuk, yaitu berupa kayu bulat (gelondongan) dan kayu olahan dalam hal ini berupa kayu lapis dan kayu gergajian. Dalam bentuk kayu bulat biasanya untuk kayu jati. Sedangkan yang berupa kayu gergajian selain kayu jati juga jenis kayu lain seperti meranti, ramin, terentang, kamper, rasamala, saninten, dan sebagainya (Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1980). Definisi kayu bulat (gelondongan) menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) yaitu kayu yang masih utuh seperti ketika dipotong dari pohonnya (belum dipotong dan dibelah secara vertikal dari aslinya). Sedangkan definisi dari kayu lapis yaitu produk kayu gabungan atau komposit terdiri dari lapisan kayu tipis (finir) yang digabungkan menjadi satu oleh salah satu tipe
14
perekat yang ada. Kayu lapis dibuat dengan mengikat jumlah lapisan finir yang ganjil sehingga (1) lapisan yang berbatasan memiliki serat kayu pada sudut yang tegak lurus satu sama lain, dan (2) lembaran yang bersangkutan, dalam hubungannya dengan jarak dari pusat panel adalah dari ketebalan yang sama (Departemen Kehutanan, 1992). Menurut Departemen Kehutanan (1994) macam produk kayu lapis dapat digolongkan berdasarkan ukuran, jumlah lapisan, bahan inti, ikatan perekat, bahan-bahan laminasi, penggunaan dan bentuknya. Berdasarkan ukurannya akan diperoleh kayu lapis dengan ukuran panjang dan lebarnya kurang dari 1 m, misalnya 60 cm x 40 cm dan 40 cm x 40 cm yaitu sebagai bahan peti teh. Sejak tahun 1968 telah dimulai pembuatan kayu lapis dengan ukuran 244 cm x 122 cm. Untuk keperluan khusus dibuat kayu lapis berukuran 213 cm x 91 cm atau 250 cm x 125 cm. Sejak tahun 1983 ada pabrik kayu lapis yang memiliki mesin kupas berukuran 3,35 m sehingga dapat diperoleh kayu lapis berukuran 300 cm x 150 cm. Sedang tebal kayu lapis bervariasi antara 2,5 mm hingga 25 mm. Berdasarkan jumlah lapisannya, kayu lapis dikenal dengan nama tripleks yang terdiri atas tiga lembar finir yang disusun bersilangan tegak lurus dan multipleks yang terdiri atas lima lembar finir atau lebih, akan tetapi jumlahnya selalu ganjil. Pernah pula dibuat dupleks yang terdiri atas dua lembar finir yang direkat dengan arah serat bersilangan tegak lurus. Berdasarkan bahan intinya akan diperoleh kayu lapis yang berintikan finir sehingga semua lapisan pada kayu lapis tersebut dibuat dari finir. Ada kayu lapis yang berintikan kayu gergajian berupa bilah atau yang disebut papan blok, jumlah lapisannya ada lima yang terdiri atas empat lapis finir dan satu lapis kayu gergajian. Akan tetapi pada tahun 1985 dibuat juga papan blok yang tiga lapis. Berdasarkan kekuatan ikatan perekat, kayu lapis dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu kayu lapis eksterior dan interior. Kayu lapis eksterior adalah kayu lapis yang tahan terhadap keadaan di luar ruangan atau yang menyerupai keadaan tersebut. Kayu lapis interior adalah kayu lapis yang hanya tahan terhadap keadaan di ruangan saja. Kayu lapis eksterior dapat dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu yang tahan terhadap air panas dan terhadap cuaca (eksterior I) dan yang tahan terhadap air panas tetapi terbatas ketahanannya terhadap cuaca
15
(eksterior II). Menurut standar Inggris kedua standar tersebut dinamakan WBR (Weatahuner and Boil Resistant) dan BR (Boil Resistant) atau CBR (Cyclic Boil Resistant). Kayu lapis interior dapat dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu yang tahan terhadap kelembaban tinggi (interior I) dan yang hanya tahan terhadap kelembaban rendah (interior II). Perekat yang paling banyak dipakai adalah urea formaldehida untuk membuat kayu lapis interior II. Perekat yang sedikit dipakai adalah venol formaldehida untuk membuat kayu lapis eksterior I. Berdasarkan bahan laminasi yang digunakan, kayu lapis ada yang dilapisi finir kayu indah, cat, kertas, polivinil chlorid dan poliuretan. Finir kayu indah yang digunakan antara lain jati, sungkai dan sonokeling. Sedangkan bahan laminasi kertas yang digunakan mempunyai beraneka macam corak baik yang bercorak kayu maupun bukan. Pembuatan kayu lapis yang diberi laminasi finir indah dimulai pada tahun 1971 dengan memakai jati. Pemberian lapisan polivinil chlorid mulai dilakukan pada tahun 1978. Corak dari lapisan ini bukan berupa kayu. Pada tahun 1976 mulai dibuat triplek yang diberi lapisan cat. Pada garis besarnya ada dua macam corak yaitu polos dan bercorak kayu. Pemberian poliuretan dimulai pada tahun 1990. Berdasarkan penggunannya kayu lapis dibagi menjadi dua golongan yaitu untuk penggunaan umum dan penggunaan khusus. Kayu lapis untuk penggunaan khusus dapat dibedakan dari macam penggunaannya, seperti kayu lapis konstruksi atau struktural dan kayu lapis cetakan beton. Salah satu ciri dari kayu lapis ini adalah tebal lapisan luarnya. Menurut standar Jepang tebal maksimum dari finir luar tersebut adalah 1,5 mm. Berdasarkan bentuknya, kayu lapis dibagi menjadi dua golongan yaitu kayu lapis datar dan kayu lapis lengkung. Kayu lapis yang datar dapat dilengkungkan pada saat pemakaian. Pada pembuatan kayu lapis tersebut dipakai mesin kempa yang platnya datar. Pembuatan kayu lapis lengkung dimulai pada tahun 1974. bentuk produksinya tergantung pada bentuk acuannya dan masih terbatas pada barang keperluan rumah tangga seperti asbak, baki, cawan, dan lainlain. Rangkaian pembuatan kayu lapis menurut Departemen Kehutanan (1992) terdiri dari (1) penyiapan muka, crossband, dan core. (2) untuk membentuk
16
lembaran yang lebar jika perlu perekatan tepi lembaran sempit. (3) pelaburan perekat dan pelapisan. (4) pengempaan pelapisan yang direkat ke dalam panel. (5) pengeringan panel. (6) finishing panel. Kayu gergajian sering didefinisikan dalam perdagangan sebagai produk yang digergaji dari kayu bulat. Tetapi dalam penggunaan yang lebih umum, istilah tersebut dipakai untuk produk yang digergaji ke tebal standar dan dibedakan dari bantalan jalan rel atau kayu pacakan yang dihasilkan dengan mengiris pinggir kayu bulat pada dua atau empat sisinya. Kayu gergajian sering digolongkan sebagai papan, dimensi atau kayu persegi (Haygreen, 1989). Selanjutnya menurut Haygreen (1989), kegunaan utama kayu gergajian berkualitas tinggi adalah untuk perabot rumah tangga, pembuatan lantai berkualitas tinggi, produk pabrik. Kualitas yang lebih rendah digunakan untuk pembuatan lantai yang umum, pallet dan kemasan, dan macam-macam penggunaan industri.Menurut Departemen Kehutanan (2004) pada tahun 2003 Pulau Jawa mensuplai kayu gergajian sebesar 89.076 m3 dari total suplai seluruh Indonesia yang berjumlah 432.967 m3 atau 20,6 % dari total produksi kayu gergajian Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1971) dalam Priandi (1996), beberapa sortimen kayu gergajian, antara lain : I. Kusen, yaitu kayu gergajian yang tebalnya minimal sama dengan ukuran lebar, antara lain 6 cm x 12 cm, 8 cm x 15 cm, 10 cm x 15 cm ; panjang dua meter dan keatas dengan kenaikan 10 cm. II. Tiang, adalah kayu gergajian dengan ukuran tebal sama dengan lebarnya, antara lain 8 cm x 8 cm, 10 cm x 10 cm, 12 cm x 12 cm, 15 cm x 15 cm ; panjang dua meter dan kenaikan keatas 10 cm. III. Galar, yaitu kayu gergajian yang ukuran tebalnya sama dengan setengah dari ukuran lebarnya, antara lain 4 cm x 8 cm, 5 cm x 10 cm, 6 cm x 12 cm, 7.5 cm x 15 cm ; panjang dua meter dengan kenaikan keatas 10 cm. IV. Kaso, yaitu kayu gergajian yang ukuran tebal dan lebarnya 4 cm x 6 cm, 5 cm x 7 cm ; panjang 150 cm keatas. V. Reng, yaitu kayu gergajian yang ukuran tebal dan lebarnya adalah 2 cm x 3 cm, 3 cm x 4 cm ; panjang satu meter keatas.
17
Pemasaran dan Tata Niaga Kayu Kotler (1991) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian pemasaran menurut Stanton dalam Anwar (1973), suatu sistem total dari aktivitas-aktivitas perdagangan yang saling mempengaruhi yang ditujukan untuk membuat rencana, menetapkan harga, meningkatkan penjualan serta mendistribusikan produk-produk supaya memuaskan dan servis untuk para pelanggan yang sudah ada dan yang mungkin akan menjadi pelanggan. Sedang menurut Duerr (1960) pemasaran adalah perfomance perusahaan dalam pelayanan pasar. Pelayanan dalam hal ini termasuk pertukaran komoditi, tetapi juga meliputi sejumlah lainnya, fungsi yang terkait seperti market reporting, periklanan, dan pengambilan resiko. Adapun fungsi dari pemasaran menurut Duerr (1960) antara lain : 1) Informasi. Fungsi informasi ini meliputi deskripsi dan pengukuran komoditi. 2) Pertukaran. Fungsi ini meliputi a. Penjualan dan pembelian b. Penentuan harga dan kuantitas komoditi. 3) Penawaran fisik. Fungsi ini meliputi a. Pembubaran dan konsentrasi b. Transportasi dan c. Penyimpanan. 4) Pelayanan finansial. Fungsi ini meliputi a. Pengambilan resiko dan b. Kredit Menurut Kotler (1991) pemasaran mempunyai beberapa tujuan yaitu antara lain : a. Memaksimalkan konsumsi. b. Memaksimalkan kepuasan konsumen. c. Memaksimalkan pilihan. d. Memaksimalkan kualitas hidup. Untuk sampai pada konsumen, suatu produk memerlukan suatu perangkat yang biasa disebut dengan saluran pemasaran. The American Marketing
18
Association (1979) dalam Priandi (1996) mengemukakan bahwa saluran pemasaran adalah merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri dari agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk, atau jasa dipasarkan. Sistem pemasaran kayu bulat oleh Perum Perhutani biasanya dilakukan melalui sistem lelang. Sistem pemasaran yang dilakukan Perum Perhutani ini, selain diarahkan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industrinya sendiri, juga diarahkan untuk mendorong berkembangnya industri primer maupun sekunder perkayuan di dalam negeri terutama yang berskala sedang maupun kecil. Sistem pemasaran kayu bulat oleh HPH BUMN biasanya dilakukan dengan sistem kontrak. Sistem pemasaran ini, selaras dengan skala usahanya yang cukup besar, selain diarahkan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industrinya sendiri, juga diarahkan terutama untuk mendorong berkembangnya industri primer perkayuan di dalam negeri yang berskala besar. Sistem pemasaran kayu bulat oleh HPH Swasta dilakukan dengan sistem penjualan langsung ke industrinya sendiri maupun dengan perusahaan lain yang biasanya dengan pertimbangan beberapa faktor, yakni biaya transportasi, jumlah kebutuhan bahan baku kayu (kayu bulat) dan spesifikasi produk industri yang direncanakan. Sistem pemasaran ini, selaras dengan statusnya sebagai pihak swasta, diarahkan terutama untuk mencukupi bahan baku industrinya sendiri (Departemen Kehutanan, 1991). Sistem pemasaran kayu bulat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat, jauh berbeda dengan tiga sistem pemasaran di atas, petani tidak memasarkan secara langsung kepada pembeli, tetapi sebaliknya pembeli yang datang dan melakukan seluruh kegiatan pemanenan. Pembeli mendatangi petani, kemudian bersama-sama melihat jumlah, keadaan pohonnya, dan menentukan harga yang disepakati bersama. Sistem pembayarannya dilakukan secara kontan (tunai) karena petani tidak akan menjual pohon sebelum benar-benar membutuhkan uang (Suharjito, 2000). Sistem pemasaran kayu gergajian untuk partai sedang dan kecil biasanya mencakup saluran pemasaran yang cukup panjang sebelum ke konsumen seperti rumah tangga, kontraktor, bangunan, dan industri mebeler (skala sedang dan
19
kecil). Dimulai dari industri kayu gergajian, ke agen-agen penjualan, selanjutnya ke pedagang-pedagang eceran dan baru ke konsumen. Tetapi sistem pemasaran kayu gergajian untuk partai besar yang biasanya masuk ke pasar industri mencakup saluran pemasaran yang sangat pendek, yakni dari industri kayu gergajian langsung ke konsumen industri seperti industri mebeler maupun woodworking. Dewasa ini, harga kayu gergajian (bahan bangunan) di Pulau Jawa terasa cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu bagi kayu-kayu yang berasal dari luar Jawa, disebabkan tingginya ongkos angkutan ke Jawa dan bagi kayu-kayu dari Jawa sendiri, telah mulai langka, karena adanya pembatasan penebangan (Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1980). Sistem pemasaran ekspor kayu lapis termasuk block board dan veneer umumnya dilakukan dengan sistem kontrak pesanan. Dan saluran pemasarannya cukup pendek yakni dari industri di dalam langsung ke konsumen industri di luar negeri. Sedangkan sistem pemasaran di dalam negeri mencakup saluran pemasaran yang cukup panjang sebelum ke konsumen akhir. Dimulai dari industri ke agen-agen pemasaran, kemudian ke pedagang eceran baru ke konsumen seperti rumah tangga, industri mebel, industri karoseri, dan kontraktor bangunan (Departemen Kehutanan, 1991). Sistem-sistem pemasaran yang dijelaskan di atas merupakan sistem pemasaran dari kayu legal, dengan kata lain kayu yang diperjualbelikan itu berasal dari pemanenan kayu yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada saat sekarang ini banyak kayu yang diperoleh dengan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku atau dengan penebangan liar yang dalam bahasa asingnya yaitu illegal logging. Hasil dari illegal logging ini cukup sulit untuk dilacak pemasarannya dan pada umumnya kayu-kayu ilegal ini diekspor ke luar negeri. Menurut CIFOR (2004) negara Malaysia, Singapura, dan China merupakan negara-negara yang menerima suplai terbesar kayu ilegal dari Indonesia. Illegal trading ini telah merugikan negara sebesar USD$ 4 milyar tiap tahunnya.
20
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Biofisik Luas dan Letak Kecamatan Baturraden termasuk dalam wilayah Kabupaten Banyumas dan merupakan kecamatan paling utara dari Kabupaten Banyumas yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Daerah ini mempunyai luas 45,53 km2 yang terbagi ke dalam 12 desa, yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2. Luas Wilayah Seluruh Desa di Kecamatan Baturraden No.
Nama Desa
Luas Wilayah (Ha)
1.
Purwosari
93,795
2.
Kutasari
138,344
3.
Pandak
87,360
4.
Pamijen
85,650
5.
Rempoah
246,102
6.
Kebumen
229,572
7.
Karang Tengah
305,000
8.
Kemutug Kidul
150,000
9.
Karangsalam
509,545
10.
Kemutug Lor
1251,860
11.
Karang Mangu
335,100
12.
Ketenger
1120,700
Jumlah
4553,028
Sumber : Kecamatan Baturraden Dalam Angka 2004
Kecamatan Baturraden terletak di kaki Gunung Slamet yang mempunyai tinggi 3.428 m dengan batas sebelah utara adalah Kabupaten Tegal, sebelah selatan dengan kecamatan Purwokerto Utara, sebelah timur dengan kecamatan Sumbang, dan sebelah barat dengan kecamatan Kedung Banteng. Topografi Kecamatan Baturraden sebagian terdiri dari dataran tinggi dan berbukitbukit dikarenakan daerah ini terletak di kaki Gunung Slamet. Wilayah ini tersebar
21
dari mulai ketinggian 150 mdpl sampai dengan ketinggian lebih dari 500 mdpl, dimana desa yang terendah yaitu Desa Purwosari dan Desa yang terletak paling tinggi yaitu Desa Karangsalam dengan ketinggian 500 mdpl. Iklim Kondisi iklim daerah ini menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk ke dalam tipe A yaitu hujan tropis basah. Suhu udara Kecamatan Baturraden berkisar antara 180 – 250 Celcius dengan pengaruh angin muson barat pada musim hujan dan angin muson pasat pada musim kemarau. Berdasarkan data tahun 2004 curah hujan di Kecamatan Baturraden yaitu 5.820 mm. Tanah Jenis tanah di Kecamatan Baturraden dipisahkan ke dalam beberapa jenis yang berasal dari endapan liat, pasir, dan batuan. Jenis-jenis tanah tersebut sebagian besar didominasi oleh jenis Latosol Merah, Latosol Coklat, Aluvial, dan Podsolik Merah Kecoklatan. Khusus di kawasan hutan memiliki tekstur tanah gembur sampai lunak, berlumpur, sarang, dan erotif. Hidrologi Kecamatan Baturraden memiliki beberapa sungai yang rata-rata sumber airnya berasal dari mata air pegunungan sehingga kondisi airnya masih jernih dan belum tercemar. Sungai-sungai tersebut antara lain sungai Gumawang, Pelus, dan Belot. Sungai Gumawang merupakan sungai yang terdapat di dalam kawasan objek wisata Baturraden dan merupakan terusan dari air terjun Gumawang yang terdapat dalam kawasan wisata Baturraden juga. B. Sosial Ekonomi Demografi Jumlah penduduk Kecamatan Baturraden tahun 2004 sebanyak 11.523 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 42.815 jiwa yang terdiri dari 21.426 penduduk laki-laki dan 21.388 penduduk wanita. Dengan luas wilayah 45,53 km2 dan dengan jumlah penduduk sebanyak 42.815 jiwa menjadikan kepadatan penduduk di Kecamatan Baturraden sebesar 940 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,82 % per tahun. Persentase penduduk menurut agama didominasi Islam sebanyak 98,37 %, selanjutnya Protestan 0,93 %, Katolik 0,6 %, Budha 0,06 % dan Hindu 0,04 %. Berdasarkan data tahun 2004 penduduk yang
22
mendominasi di Kecamatan Baturraden yaitu penduduk dengan kelompok umur 15-19 dengan jumlah 4.530 jiwa atau 11 % dari total penduduk Kecamatan Baturraden. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di Kecamatan ini bermacam-macam antara lain petani, pedagang, buruh, PNS, dan lain-lain. Di daerah ini mata pencaharian yang paling banyak yaitu petani, hampir setengah dari penduduk bermata pencaharian di Kecamatan Baturraden berprofesi sebagai petani, dalam hal ini meliputi petani yang mempunyai lahan sendiri maupun petani yang menggarap lahan orang lain. Adapun hasil pertaniannya yaitu padi, jagung, ketela rambat, cabe, kacang-kacangan, ketimun, tomat, sawi, terong dan buncis. Selain pertanian, di daerah ini juga terdapat perkebunan rakyat dengan komoditinya yaitu pisang, rambutan, papaya, nangka, sawo, sirsak, petai, sukun, melinjo, salak, nanas, mangga, jambu air, duku, dan durian. Di Kecamatan Baturraden juga terdapat peternakan-peternakan kecil dengan jenis ternak yang dikembangkan antara lain sapi perah, sapi biasa, kerbau, kambing/domba, ayam kampung, ayam ras, itik, dan ikan. Dalam bidang pariwisata, Kecamatan Baturraden termasuk daerah yang berkembang, hal ini karena di daerah ini terdapat beberapa objek wisata, di antaranya Objek Wisata Baturraden dan Curug Gede. Didukung dengan udara yang masih sejuk dan jauh dari polusi, objek-objek wisata tadi merupakan tempat yang kerap dipilih orang untuk menghabiskan waktu akhir pekannya. Berkembangnya bidang pariwisata ini dapat dilihat dari banyaknya hotel/tempat penginapan yang terdapat di sekitar objek wisata yang bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan data tahun 2004 jumlah hotel/tempat penginapan di Kecamatan Baturraden sebanyak 93 buah yang menyerap tenaga kerja sekitar 599 orang.
23
Tabel 3. Banyaknya Hotel Kecamatan Baturraden Tahun 2000-2004 Tahun
Hotel
Kamar
Tenaga Kerja
2000
80
985
544
2001
83
999
562
2002
85
1010
564
2003
87
1014
566
2004
93
1168
599
Sumber : Kecamatan Baturraden Dalam Angka 2004
Selain itu di Kecamatan ini juga terdapat beberapa industri kecil dan industri rumah tangga yang masih berjalan sampai sekarang. Berdasarkan data tahun 2004, industri kecil yang ada sebanyak 16 industri yang menyerap sebanyak 104 tenaga kerja, sedang industri rumah tangga sebanyak 532 industri dengan tenaga kerja sebanyak 1104 orang. Di wilayah ini terdapat usaha penggalian batu yang berlokasi di 8 desa dalam Kecamatan Baturraden dengan jumlah usaha penggalian batu sebanyak 34 buah dengan tenaga kerja 34 orang pada tahun 2004. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2003, dimana pada tahun 2003 terdapat 51 usaha penggalian batu yang menyerap sebanyak 51 tenaga kerja. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan rata-rata penduduk di Kecamatan Baturraden termasuk rendah bila dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Banyumas. Rata-rata penduduk daerah ini berpenghasilan sekitar Rp. 300.000,per bulan, angka ini merupakan rata-rata dari total pendapatan penduduk, sedang UMK Banyumas sendiri yaitu Rp. 493.500,- per bulan. Hal ini mungkin diakibatkan banyaknya penduduk daerah ini bermata pencaharian sebagai buruh, yang notabene biasanya penghasilannya di bawah standar UMK. Pada tahun 2004 jumlahnya mencapai 34 % dari total angkatan kerja di Kecamatan ini yang berjumlah 20.876 jiwa. Penggunaan Lahan Pemanfaatan lahan di Kecamatan Baturraden berkaitan erat dengan mata pencaharian penduduknya. Di luar penggunaan lahan sebagai pemukiman, penggunaan lahan sebagai sawah adalah pemanfaatan lahan yang dominan
24
dibanding pemanfaatan lahan yang lain seperti tegal/kebun, kolam, padang gembala, perkebunan, dan lain-lain. Bahkan di beberapa desa, luas sawah yang terdapat di desa tersebut lebih luas dibanding luas lahan yang digunakan untuk pemukiman penduduk. Data pemanfaatan lahan di Kecamatan Baturraden dapat disimak pada tabel 4. Lahan yang digunakan sebagai kebun sebagian besar ditanami dengan tanaman yang dapat dikonsumsi sehari-hari oleh keluarga dan biasanya tidak berorientasi menghasilkan komoditi untuk dijual. Ada juga penduduk yang menanami kebunnya dengan kayu, dalam hal ini kayu yang komersil. Penanaman kayu dengan jenis komersil ini berfungsi sebagai tabungan masa depan, jika suatu saat butuh dana, maka kayu tersebut ditebang dan dijual. Penanaman ini juga bisa untuk memenuhi kebutuhan kayu bagi keluarga sendiri, jika suatu saat komponen rumah ada yang rusak, maka komponen tersebut dapat dibuat dari kayu tadi dengan bantuan tukang kayu sehingga pengeluaran untuk mengganti komponen tersebut relatif lebih kecil dibanding jika langsung membeli dari toko. Aksesibilitas Aksesibilitas Kecamatan Baturraden termasuk mudah, karena wilayah ini terletak hanya beberapa km dari pusat kota Purwokerto, dengan menggunakan sarana transportasi angkot dari pusat kota, Kecamatan Baturraden dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 15 menit. Kecamatan Baturraden mempunyai sarana jalan dengan tipe jalan kelas II dengan panjang total 35,39 km, jalan desa beraspal dengan panjang total 77,92 km, dan jalan desa tidak beraspal dengan panjang total 26,27 km.
25
Tabel 4. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Baturraden Nama
Luas Lahan (Ha)
Desa
Sawah
Bangun-
Kebun
an
Padang
Kolam
Gem-
Hutan
Perke-
Lain-
Negara
bunan
Lain
bala
Rakyat
Purwosari
39,775
49,028
0,564
-
2,463
-
-
1,965
Kutasari
82,250
30,902
9,792
-
7,444
-
-
7,956
Pandak
42,410
13,380
13,955
-
2,500
-
-
9,715
Pamijen
56,360
13,785
11,630
-
0,610
-
-
4,875
Rempoah
133,782
41,583
53,928
-
1,572
-
-
17,188
Kebumen
81,505
30,918
108,646
-
3,668
-
-
4,835
Karang
162,399
29,700
94,101
-
0,050
-
-
18,750
74,328
27,455
34,000
-
0,100
-
-
14,117
78,605
15,759
39,415
-
0,060
371,000
-
4,706
67,570
37,005
96,255
5,180
0,600
1038,400
-
6,850
35,339
32,439
31,839
-
0,633
230,100
-
4,750
89,766
20,275
55,279
-
1,000
945,700
5,000
3,680
Tengah Kemutug Kidul Karangsalam Kemutug Lor Karang Mangu Ketenger
Sumber : Kecamatan Baturraden Dalam Angka 2004
Fasilitas Ekonomi Beberapa fasilitas-fasilitas ekonomi yang terdapat di Kecamatan Baturraden seperti pasar, toko dan warung makan disajikan pada tabel 5. Dengan melihat data yang disajikan pada tabel 5 dapat diketahui pertumbuhan ekonomi wilayah ini cukup tinggi. Pertambahan fasilitas ini dari tahun 2003 ke 2004 lumayan banyak dan bahkan jumlah warung makan pada tahun 2004 2 kali lipat dibanding jumlah warung makan pada tahun 2003.
26
Tabel 5. Banyaknya Pasar, Toko/Kios Warung dan Warung Makan Di Kecamatan Baturraden Tahun 2004 Nama Desa
Pasar
Toko/Kios
Warung Makan
Warung Purwosari
1
66
14
Kutasari
1
19
9
Pandak
-
8
8
Pamijen
-
20
5
Rempoah
2
98
9
Kebumen
-
21
3
Karang Tengah
-
29
6
Kemutug Kidul
-
27
11
Karangsalam
-
15
3
Kemutug Lor
-
33
11
Karang Mangu
1
92
73
Ketenger
-
31
10
Jumlah
5
459
162
Tahun 2003
5
418
76
Sumber : Kecamatan Baturraden Dalam Angka 2004
Selain fasilitas seperti pasar, toko dan warung makan, terdapat juga beberapa sarana perkreditan dengan rincian sebagai berikut KUD berjumlah 1 buah, koperasi 5 buah, BKD 7 buah dan BKK/BRI unit desa sebanyak 2 buah. Jumlah ini tidak berbeda dengan data tahun 2003. Fasilitas Sosial Adapun fasilitas-fasilitas sosial yang terdapat di Kecamatan Baturraden diantaranya yaitu fasilitas untuk kesehatan masyarakat seperti yang tertera pada tabel 6.
27
Tabel 6. Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Baturraden Nama Desa
Pusling
Polides
Puskesmas
Posyandu
Purwosari
-
-
-
6
Kutasari
1
1
-
8
Pandak
1
-
-
5
Pamijen
-
1
-
2
Rempoah
-
-
2
6
Kebumen
-
-
-
6
Karang Tengah
1
1
-
6
Kemutug Kidul
1
-
-
5
Karangsalam
1
1
-
2
Kemutug Lor
-
-
-
4
Karang Mangu
-
1
-
5
Ketenger
1
-
-
4
Jumlah
6
5
2
59
Sumber : Kecamatan Baturraden Dalam Angka 2004
Sarana kesehatan di atas didukung dengan beberapa tenaga medis yang ada di Kecamatan Baturraden, antara lain dokter dengan jumlah 8 orang, bidan 14 orang, petugas kesehatan 14 orang, dan dukun bayi sejumlah 33 orang. Selain sarana kesehatan, beberapa sarana peribadatan juga terdapat di Kecamatan Baturraden, diantaranya masjid berjumlah 33 buah, mushola/surau berjumlah 117 buah, gereja 2 buah, dan pura/wihara berjumlah 1 buah. Dari penambahan sarana yang terjadi, yang berarti juga merupakan suatu gejala perkembangan wilayah, penambahan yang cukup banyak yaitu penambahan pada mushola/surau. Dari 93 buah mushola/surau pada tahun 2003 menjadi 117 buah mushola/surau pada tahun 2004 atau bertambah sebanyak 26 % dari keadaan semula.
28
C. Kehutanan Hutan Dalam Kawasan Kecamatan Baturraden termasuk dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur, Bagian Hutan Gunung Slamet. Luas wilayah hutan negara di Kecamatan Baturraden seperti yang terlihat dalam tabel 4 di atas yaitu seluas 2585,200 Ha yang terbagi dalam 4 desa, Desa Karangsalam memiliki hutan negara seluas 371 Ha, Desa Kemutug Lor dengan luas hutan 1038,400 Ha, Karangmangu dengan luas 230,100 Ha dan Desa Ketenger dengan luas hutan 945,700 Ha. Potensi hutan negara ini berupa jenis pinus dimana komoditi utama yang diambil yaitu getahnya, dalam hal ini kayu tidak menjadi target utama dalam pemungutan hasil hutan. Hutan Diluar Kawasan Hutan rakyat yang terdapat di Kecamatan Baturraden sebagian besar ditanami dengan jenis sengon. Kayu sengon ini merupakan kayu yang paling dikenal oleh masyarakat selain kayu jati dan merupakan kayu yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Baturraden dalam kehidupan sehari-hari. Hutan rakyat di wilayah ini belum diketahui berapa luas totalnya dan belum terdapat data hutan rakyat pada buku tahunan Kecamatan Baturraden. Industri Kehutanan Industri kehutanan yang terdapat di wilayah Kecamatan Baturraden sebagian besar merupakan industri kecil, bahkan bisa digolongkan juga sebagai industri rumah tangga karena karyawan atau pekerja yang terdapat pada industri ini berjumlah kurang dari 10 pekerja dan biasanya pekerjanya merupakan kerabat dari pemilik industri itu sendiri. Industri kecil ini memproduksi perabotanperabotan kayu dengan bentuk dan variasi yang sederhana dengan menggunakan teknologi yang relatif sederhana pula, sejauh ini belum terdapat industri yang memproduksi perabotan-perabotan dengan peralatan yang berteknologi terkini. Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki oleh sebagian besar industri kehutanan di Kecamatan Baturraden. Pemasaran Hasil Hutan Sebagian besar konsumen kayu di Kecamatan Baturraden memperoleh kayu dengan membeli di toko-toko material, yang sudah berbentuk sortimen-
29
sortimen yang siap pakai, jarang sekali yang memperoleh kayunya dengan mengikuti pelelangan kayu yang diadakan oleh Perum Perhutani, hal ini mungkin disebabkan keterbatasan informasi dan pembelian konsumen yang biasanya hanya butuh kayu dalam jumlah sedikit karena biasanya pelelangan yang diadakan oleh Perum Perhutani ini hanya melayani pembelian dalam partai besar. Namun ada pula konsumen yang membeli kayu langsung dari hutan rakyat, biasanya kayu yang dibeli ini masih dalam bentuk pohon, proses pembelian seperti ini sering dilakukan oleh industri kecil di Kecamatan Baturraden.
30
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2006. Bahan dan Alat Penelitian dilakukan terhadap rumah tangga-rumah tangga terpilih. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
Daftar Pertanyaan (Kuisioner)
Alat tulis
Alat hitung
Metodologi 1. Batasan-batasan a. Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus sehingga penarikan kesimpulan yang diambil hanya berlaku untuk daerah khusus. b. Pemanfaatan kayu yang dimaksud pada penelitian ini adalah kayukayu yang dikonsumsi oleh masyarakat pada pemakaian akhir, meliputi bahan kayu untuk perumahan, dan kayu untuk meubel (kursi, meja, lemari, dan lain-lain.) c. Masing-masing responden diasumsikan hanya mempunyai satu buah rumah. d. Yang dimaksud satu rumah tangga yaitu rumah tangga yang hidup dari satu dapur. 2. Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumbersumber data, dimana dalam hal ini adalah rumah tangga-rumah tangga terpilih. Data primer yang diperlukan antara lain : 9 Data umum rumah tangga, meliputi : nama, umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan, dan mata pencaharian. 9 Bentuk penggunaan kayu akhir.
31
9 Pendapatan penduduk dihitung dari total pendapatan jumlah orang yang hidup dari satu dapur. 9 Volume kayu yang dipakai untuk bangunan rumah ; dan volume kayu yang dipakai untuk bahan perabotan. 9 Luas rumah. 9 Biaya hidup keluarga per tahun.. 9 Harga kayu di daerah tersebut. 9 Jenis kayu yang digunakan, yang dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu jati, sengon, dan lainnya. Data sekunder merupakan data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data sekunder ini diperoleh melalui studi literatur, baik data pokok maupun data penunjang, yang secara umum terdiri atas keadaan umum lokasi penelitian, meliputi luas areal, letak keadaan fisik lingkungan, dan lainlain ; keadaan umum penduduk meliputi pendidikan, kebudayaan, jumlah penduduk, tingkat kesejahteraan penduduk, serta keadaan hutan dan kehutanan di wilayah penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan :
Wawancara Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan
responden. Wawancara dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar quisioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan, sedangkan wawancara bebas atau semi terstruktur dilakukan tanpa quisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian.
Pengukuran secara langsung Data yang diperoleh dengan pengukuran meliputi konsumsi kayu oleh
keluarga untuk bangunan rumah, perabotan dan jumlah barang substitusi kayu. Penentuan volume kayu untuk rumah ditentukan dengan mengukur semua komponen rumah berdasarkan jenis rumah tembok, setengah tembok, dan rumah bilik yang sudah jelas dan pasti menggunakan kayu, seperti reng, usuk,
32
kerangka atap, dan penggantung plafon. Untuk komponen lain yang banyak variasinya diambil standar berdasarkan pengalaman (yang sering dijumpai) seperti ventilasi, jenis-jenis jendela, kusen serta pintu dengan bantuan ahli bangunan kayu dan tukang kayu, sehingga didapatkan perhitungan seperti di bawah ini : Tabel 7. Kebutuhan Kayu pada Setiap Jenis Rumah dan Luasan Luas rumah
Volume kayu yang diperlukan berdasarkan jenis rumah
(m2)
Tembok
½ Tembok
Bilik
100
22,102
26,752
31,360
75
18,251
19,803
25,915
50
12,032
14,951
17,520
48
11,602
12,291
16,194
36
7,520
11,101
13,118
25
6,650
8,050
7,115
Total 334
78,157
92,952
111,222
Sumber : Priandi (1996)
Angka kebutuhan kayu tiap jenis rumah didapatkan dengan membagi jumlah konsumsi kayu dengan luas rumahnya. Dengan demikian untuk jenis rumah tembok, volume kayu yang diperlukan :
78,157 = 0,234 m3/m2 334 untuk jenis rumah ½ tembok diperoleh :
92,952 = 0,278 m3/m2 334 untuk jenis rumah bilik diperoleh : 111,222 = 0,333 m3/m2 334 Volume kayu untuk perabot rumah tangga ditentukan berdasarkan tipe standar perabot rumah menurut Rudra (1981) dalam Priandi (1996). Volume kayu yang digunakan untuk perabot ini disesuaikan juga dengan perhitungan dari tukang kayu pada industri meubel.
33
Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat dan mengutip data yang tersedia pada berbagai instansi yang berkaitan dengan data yang diperlukan (kantor desa, kantor kecamatan, serta instansi lain.)
4. Metode Penarikan Contoh Metode pengambilan contoh yang digunakan pada penelitian ini yaitu Two Stage Cluster Sampling. Metode ini digunakan dalam pengambilan contoh keluarga di desa-desa. Desa sebagai kelompok tingkat pertama, dan rumah tangga sebagai kelompok tingkat kedua.
5. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan analisa regresi, dan diselesaikan dengan bantuan program komputer minitab. Persamaan regresinya adalah : Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Dimana : Y
= Konsumsi per kapita dalam keluarga (m3)
bo
= Intersep
b1, b2, b3, b4
=Penduga koefisien dari peubah bebas yang tidak diketahui
X1
= Income per tahun per kapita keluarga (rupiah)
X2
= Biaya hidup per tahun per kapita keluarga (rupiah)
X3
= Jumlah jiwa dalam keluarga
X4
= Volume barang substitusi per kapita keluarga (m3) yang mencerminkan tingkat harga dan kelangkaan.
Cara pengujian hipotesis dengan menggunakan bantuan program statistik (Minitab 13) pada taraf nyata 0,05. Jika F-hitung lebih besar dari pada F-tabel maka H0 ditolak, jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel maka H0 diterima. Dengan hipotesis sebagai berikut : H0= x1=x2=x3=x4= 0 H1= xi ≠ 0, untuk i tertentu atau setidaknya ada satu xi ≠ 0 Selain analisis data seperti di atas, dilakukan juga analisis profil masyarakat. Analisis profil masyarakat dilakukan dengan analisis deskriptif dari setiap karakteristik rumah tangga, seperti pendapatan, jumlah anggota keluarga, ragam mata pencaharian, dan lain-lain.
34
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan studi literatur, dapat diketahui jumlah penduduk Kecamatan Baturraden tahun 2004 yaitu 42.815 jiwa yang terbagi dalam 12 desa. Dengan intensitas sampling 25 % maka diambil desa contoh sebanyak 3 desa yang dipilih dengan sistem acak. Data jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk desa sampel dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Sampel Tahun 2004 No.
Nama Desa
Laki-
Perempuan
Jumlah
Luas
Kepadatan (km2)
Laki 1.
Karangsalam
1135
1142
2277
5,10
446
2.
Kemutug
1349
1322
2671
1,50
1781
1298
1305
2603
11,21
232
Kidul 3.
Ketenger
Sumber: Kecamatan Baturraden Dalam Angka 2004
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk desa sampel yang paling banyak yaitu desa Kemutug Kidul dengan jumlah penduduk 2.671 jiwa dan kepadatan 1.781 jiwa/km2 sedangkan desa sampel dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu desa Karangsalam dengan jumlah penduduk 2.277 jiwa dan kepadatan 446 jiwa/km2. Jumlah jiwa rata-rata dalam keluarga berdasarkan pekerjaannya di desadesa sampel berbeda-beda. Pada Desa Karangsalam, yang terbesar yaitu wiraswasta 5 jiwa dan yang terkecil yaitu pensiunan 2,7 jiwa, Desa Kemutug Kidul yang terbesar yaitu perangkat desa 5 jiwa dan yang terkecil yaitu petani 2 jiwa, Desa Ketenger yang terbesar yaitu pedagang 7 jiwa dan yang terkecil yaitu pensiunan dan perangkat desa 3 jiwa. Sedang dari keseluruhan desa sampel, jumlah jiwa rata-rata dalam keluarga yang terbesar yaitu rumah tangga pedagang dan wiraswasta sebesar 5 jiwa, selanjutnya PNS 4,8 jiwa, buruh 4,7 jiwa, perangkat desa 4,3 jiwa, petani 3,8 jiwa, swasta 3,7 jiwa, dan yang terkecil yaitu pensiunan 3,3 jiwa. Banyaknya jumlah jiwa dalam keluarga tidak selalu
35
berbanding lurus dengan jumlah pendapatan. Data mengenai pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran rata-rata rumah tangga responden per tahun dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Pendapatan dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita dan per Keluarga per Tahun Menurut Pekerjaan. Pendapatan (Rp) Pekerjaan
Pengeluaran (Rp)
Per Kapita
Per Keluarga
Per Kapita
Per Keluarga
Petani
1.551.300
5.895.000
794.700
3.020.000
Buruh
1.129.300
5.349.600
416.900
1.975.200
Pedagang
3.416.200
17.081.200
893.700
4.468.700
Wiraswasta
2.665.000
13.325.000
1.27.500
6.387.500
Swasta
3.313.300
12.370.000
1.239.000
4.625.600
Perangkat
1.892.300
8.200.000
477.300
2.068.300
PNS
5.186.100
24.893.300
1.453.300
6.976.200
Pensiunan
4.292.500
14.487.500
1.613.700
5.446.200
Rata-rata
2.929.500
12.566.000
988.300
4.239.200
Desa
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
Dari tabel dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan per kapita per tahun yaitu sebesar Rp. 2.929.500,- dengan nilai terbesar yaitu rumah tangga PNS dengan pendapatan per kapita per tahun sebesar Rp. 5.186.100,- dan pendapatan per kapita keluarga PNS ini hampir sama dengan jumlah pendapatan per keluarga dari rumah tangga buruh, sedangkan pendapatan per kapita yang terkecil yaitu rumah tangga buruh dengan pendapatan per kapita per tahun sebesar Rp. 1.129.300,- atau jika dikonversi dalam bulan, maka setiap bulan rumah tangga buruh mempunyai penghasilan per kapitanya hanya sebesar Rp. 94.100,-. Dilihat dari selisih antara pendapatan dan pengeluaran, selisih yang terbesar yaitu keluarga PNS sebesar Rp. 17.917.100,- yang diakibatkan dari tingginya pendapatan per tahun mereka karena pada umumnya dalam keluarga PNS pasangan suami istri berprofesi sebagai PNS. Selisih pendapatan tersebut biasanya dipakai untuk memenuhi kebutuhan lain atau ditabung untuk biaya pendidikan bagi putra-putri mereka.
36
Tabel 10. Pengeluaran Primer dan Non Primer Menurut Pekerjaan Pekerjaan
Pengeluaran (Rp) Primer
Non Primer
Petani
2.345.500
674.500
Buruh
1.551.800
423.400
Pedagang
3.522.200
946.500
Wiraswasta
4.325.200
2.062.200
Swasta
3.462.800
1.162.800
Perangkat Desa
1.496.500
571.800
PNS
5.316.900
1.659.200
Pensiunan
4.113.100
1.333.100
Rata-rata
3.220.700
1.018.600
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar pengeluaran rumah tangga dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan primer rumah tangga dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan non primer. Pengeluaran rata-rata responden untuk kebutuhan primer yaitu sebesar Rp. 3.220.700,- dengan pengeluaran tertinggi yaitu pada rumah tangga PNS sebesar Rp. 5.316.900,-. Hal ini dapat dipahami karena memang pengeluaran total rumah tangga PNS merupakan yang tertinggi diantara rumah tangga yang lain. Pengeluaran rata-rata responden untuk kebutuhan non primer yaitu sebesar Rp. 1.018.600,- dengan pengeluaran tertinggi yaitu pada rumah tangga wiraswasta sebesar Rp. 2.062.200,-. Tingginya pengeluaran ini lebih dikarenakan responden yang berprofesi wiraswasta sedikit sehingga bilangan pembaginya kecil yang berimplikasi pada besarnya nilai pengeluaran.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Konsumsi Kayu Masyarakat Konsumsi kayu pada tiap-tiap desa sampel menunjukkan hasil yang beragam. Konsumsi kayu terbesar terdapat pada desa Kemutug Kidul yaitu sebesar 705,55 m3 untuk perumahan dan 25,88 m3 untuk perabot rumah tangga dengan jumlah konsumsi sebesar 731,43 m3. Dalam hal ini besar kecilnya
37
konsumsi kayu untuk perumahan berkaitan erat dengan luas rumah yang dibangun. Konsumsi rata-rata per kapita dan per keluarga Desa Karangsalam besarnya masing-masing adalah 7,30 m3 dan 29,84 m3. Desa Kemutug Kidul konsumsi rata-rata per kapitanya yaitu 6,15 m3 dan konsumsi rata-rata per keluarganya yaitu 27,09 m3. Pada Desa Ketenger, konsumsi rata-rata per kapita dan per keluarga masing-masing 6,05 m3 dan 26,49 m3. Dari keterangan di atas dapat diketahui desa sampel yang mempunyai konsumsi rata-rata terbesar yaitu Desa Karangsalam, padahal jumlah konsumsi kayu terbesar adalah Desa Kemutug Kidul. Dalam hal ini perbedaan jumlah penduduk (jumlah anggota keluarga responden) yang ada berperan dalam menentukan konsumsi rata-rata per kapita dan per keluarga. Dilihat dari pekerjaannya, dari seluruh desa sampel konsumsi rata-rata per keluarga terbesar terdapat pada keluarga pensiunan yaitu 41,00 m3, sedang yang terkecil terdapat pada keluarga wiraswasta yaitu 8,90 m3. Konsumsi rata-rata per keluarga terbesar pada Desa Karangsalam yaitu keluarga PNS sebesar 44,89 m3, pada Desa Kemutug Kidul yaitu keluarga swasta sebesar 61,07 m3, pada Desa Ketenger yaitu keluarga PNS sebesar 31,98 m3. Konsumsi per kapita untuk setiap pekerjaan di seluruh desa disajikan pada tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Konsumsi Kayu Rata-rata per Kapita Menurut Pekerjaan Konsumsi Kayu (m3)
Pekerjaan
Per Kapita
Per Keluarga
Petani
7,38
28,03
Buruh
4,20
19,87
Pedagang
5,95
29,74
Wiraswasta
1,76
8,80
Swasta
7,48
27,92
Perangkat Desa
3,59
15,56
PNS
7,20
34,57
Pensiunan
12,15
41,00
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
38
Masa pakai kayu untuk perumahan dan untuk perabotan berdasarkan hasil wawancara dengan tukang kayu dan rumah tangga responden, pada umumnya masa pakainya yaitu 15 tahun-an untuk kayu perumahan dan 8 tahun-an untuk perabotan. Dengan asumsi bahwa kayu untuk perumahan dikonsumsi selama 15 tahun dan kayu untuk perabotan selama 8 tahun, maka dapat diduga konsumsi kayu rata-rata per kapita per tahunnya. Angka konsumsi kayu rata-rata per kapita per tahun di tiap desa sampel dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Konsumsi Kayu Rata-rata per Kapita per Tahun di Tiap Desa Sampel Nama Desa
Perumahan
Perabotan
(m3/tahun)
(m3/tahun)
Karangsalam
44,09
3,11
Kemutug
47,04 43,59
Total
Jumlah
Per
Per
Jiwa
Keluarga
Kapita
47,20
94
2,05
0,50
3,23
50,27
119
1,86
0,42
4,35
47,94
113
1,84
0.42
1,91
0,45
Kidul Ketenger Rata-rata Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
Dari tabel di atas diketahui bahwa konsumsi terbesar terdapat pada Desa Kemutug Kidul sebesar 50,27 m3/tahun, tetapi pada konsumsi per keluarga dan per kapita, konsumsi terbesar terdapat pada Desa Karangsalam yaitu sebanyak 2,05 m3/tahun dan 0,50 m3/tahun. Hal ini dapat terjadi dikarenakan jumlah keluarga responden dan jumlah jiwa pada Desa Karangsalam lebih sedikit dibanding dengan desa yang lain. Dua unsur ini berpengaruh terhadap hasil akhir konsumsi rata-rata per kapita dan per keluarga karena dua unsur ini merupakan pembagi dari total jumlah konsumsi kayu untuk mendapatkan angka konsumsi rata-rata per kapita dan per keluarga. Dilihat dari peruntukkannya, yang mempunyai nilai konsumsi kayu perumahan paling besar yaitu Desa Kemutug Kidul sebanyak 47,04 m3/tahun dan untuk kayu perabotan, Desa Ketenger merupakan konsumen terbesar dengan 4,35 m3/tahun. Perbedaan konsumsi kayu ini tidak terlalu mencolok antara desa yang satu dengan yang lain, selisih terbesar yang terjadi pun hanya 3,07 m3/tahun yaitu antara Desa Karangsalam dengan Desa Kemutug Kidul. Dari tabel dapat dilihat bahwa penggunaan kayu untuk perumahan lebih banyak dibanding dengan penggunaan untuk perabotan, hal ini
39
sesuai dengan pernyataan Lembaga Penelitian Hasil Hutan (1980) bahwa kayu sebagian besar (75 %) dikonsumsi untuk perumahan penduduk dan sisanya 14 % untuk alat-alat rumah atau perkakas dan 11 % untuk bangunan umum. Tabel 13. Konsumsi Kayu Rata-rata per Keluarga Menurut Pekerjaan di Setiap Desa Sampel Konsumsi Kayu Rata-Rata (m3/tahun)
Pekerjaan
Karangsalam
Kemutug Kidul
Ketenger
Petani
2,29
1,13
1,63
Buruh
1,57
1,26
2,05
-
2,23
1,50
Wiraswasta
0,64
-
-
Swasta
1,32
4,15
0,72
-
0,79
1,74
PNS
3,11
-
2,22
Pensiunan
2,82
3,20
1,60
Rata-rata
2,05
1,86
1,84
Pedagang
Perangkat Desa
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
Tabel 13 menunjukkan konsumsi kayu rata-rata per keluarga per tahun menurut pekerjaan responden di setiap desa sampel. Pada Desa Karangsalam konsumsi terbesar terdapat pada keluarga PNS yaitu 3,11 m3/tahun. Konsumsi kayu keluarga swasta merupakan yang terbesar di Desa Kemutug Kidul yaitu 4,15 m3/tahun, sedang di Desa Ketenger Konsumsi terbesar yaitu keluarga PNS dengan angka konsumsi sebesar 2,22 m3/tahun. Besarnya konsumsi kayu keluarga PNS dan swasta pada desa-desa sampel menunjukkan kekuatan daya beli yang tinggi terhadap kayu dari masing-masing keluarga, hal ini dimungkinkan karena kedua keluarga tadi mempunyai pendapatan yang tinggi. Konsumsi rata-rata per keluarga per tahun di Desa Karangsalam, Desa Kemutug Kidul, dan Desa Ketenger masing-masing adalah 1,96 m3/tahun; 2,13 m3/tahun ,dan 1,64 m3/tahun. Hasil akhir konsumsi rata-rata ini dipengaruhi oleh jumlah responden yang mempunyai pekerjaan sama
di tiap desa yang diimbangi dengan besarnya
konsumsi kayu dari responden itu sendiri.
40
Untuk keseluruhan desa, keluarga responden yang mempunyai angka konsumsi kayu paling besar adalah keluarga Pensiunan sebesar 7,62 m3/tahun, sedang keluarga responden yang mempunyai angka konsumsi kayu yang paling sedikit adalah keluarga wiraswasta yaitu 0,64 m3/tahun. Kecilnya konsumsi kayu keluarga wiraswasta ini tidak menunjukkan kekuatan beli yang rendah dari keluarga wiraswasta terhadap kayu karena pendapatannya sendiri lebih tinggi dari keluarga buruh yang mempunyai pendapatan terendah. Kecilnya konsumsi ini lebih dimungkinkan karena sedikitnya keluarga wiraswasta yang menjadi responden terpilih dibanding dengan keluarga buruh. Dilihat dari jenis kayunya, jenis kayu yang paling banyak dikonsumsi yaitu kayu sengon. Kayu sengon ini dikonsumsi oleh 34 % dari total rumah tangga responden terpilih. Konsumsi kayu sengon yang banyak ini dapat dipahami karena harga kayu sengon lebih murah dibanding dengan kayu yang lain per meter kubiknya. Harga kayu sengon per meter kubiknya yaitu sekitar Rp. 2.000.000,-, harga ini lebih murah dibanding dengan harga kayu jati yang per meter kubiknya seharga sekitar Rp. 6.000.000,-
Konsumsi Barang Substitusi Dalam hal ini, yang dimaksud barang substitusi yaitu barang-barang yang dapat menggantikan kayu dengan manfaat yang sama. Perabotan berbahan baku seperti plastik, kaca, serta logam merupakan barang substitusi dari perabotan dari kayu. Barang subtitusi dalam hal ini terbatas pada perabotan rumah tangga saja, barang-barang seperti semen, batu bata dan bahan lain yang digunakan dalam pembangunan sebuah rumah dianggap sebagai bahan komplementer atau saling melengkapi dengan kayu karena dalam pembangunan sebuah rumah tembok atau ½ tembok masih menggunakan kayu sebagai bahan bakunya. Substitusi ini dapat terjadi karena ketersediaan kayu legal yang semakin sulit didapat dan harga kayu yang semakin mahal. Volume barang substitusi yang setara dengan volume kayu yang dikonsumsi dicari dengan membagi harga barang-barang substitusi dengan harga rata-rata kayu sengon (Rp. 2.000.000,/m3). Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) digunakan sebagai patokan karena jenis ini merupakan jenis yang dominan dipakai oleh masyarakat. Data tentang konsumsi barang substitusi oleh rumah tangga responden disajikan pada tabel 14.
41
Tabel 14. Konsumsi Barang Substitusi per Kapita di Setiap Desa Sampel Nama Desa
Jumlah Konsumsi
Jumlah
Per
Per
(m3/tahun)
Jiwa
Keluarga
Kapita
Karangsalam
4,85
94
0,21
0,05
Kemutug Kidul
3,23
119
0,12
0,03
Ketenger
3,42
113
0,13
0,03
Jumlah
11,50
326
0,46
0,11
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
Konsumsi barang substitusi terbesar terdapat pada Desa Karangsalam sebesar 4,85 m3/tahun dengan konsumsi per kapita 0,05 m3/tahun dan konsumsi per keluarga 0,21 m3/tahun. Dari tabel di atas dapat diketahui pula rata-rata konsumsi barang substitusi dari seluruh desa yaitu sebesar 3,84 m3/tahun dengan konsumsi rata-rata per keluarga 0,15 m3/tahun dan konsumsi rata-rata per kapita 0,04 m3/tahun. Dari tabel 15 dapat dilihat konsumsi barang substitusi dari seluruh desa sampel menurut pekerjaan yang paling banyak terdapat pada keluarga buruh sebanyak 0,70 m3/tahun. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya harga barang substitusi lebih murah dibanding perabot yang terbuat dari kayu, dengan pendapatan per keluarga paling rendah di antara keluarga-keluarga lain, keluarga buruh ini lebih memilih mengkonsumsi barang-barang substitusi. Adapun nilai konsumsi barang substitusi yang menunjukkan angka 0 disebabkan rumah tangga responden yang terpilih belum mempergunakan barang substitusi dan tidak menutup kemungkinan suatu saat akan mengkonsumsi barang substitusi. Dalam tabel juga terdapat kolom pekerjaan yang kosong pada desa sampel, hal ini dikarenakan responden dengan pekerjaan yang sama kadang tidak terdapat di desa-desa sampel, misalnya pada Desa Karangsalam terdapat responden terpilih dengan pekerjaan sebagai wiraswasta, tetapi responden terpilih pada desa-desa lain tidak ada yang berprofesi wiraswasta.
42
Tabel 15. Konsumsi Barang Substitusi Rata-rata per Keluarga Menurut Pekerjaan di Desa Setiap Sampel Konsumsi Barang Substitusi (m3/tahun)
Pekerjaan
Karangsalam
Kemutug Kidul
Ketenger
Petani
0,22
0
0,13
Buruh
0,16
0,09
0,45
-
0,14
0,21
Wiraswasta
0,24
-
-
Swasta
0,20
0,21
0,12
-
0,02
0,02
PNS
0,21
-
0,13
Pensiunan
0,24
0,30
0
Pedagang
Perangkat Desa
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
Hubungan antara Konsumsi Kayu dengan Faktor Pendapatan (x1), Biaya Hidup (x2), Jumlah Anggota Keluarga (x3), dan Barang Substitusi (x4). Untuk melihat hubungan antara konsumsi kayu dengan variabel-variabel seperti pendapatan, biaya hidup, jumlah anggota keluarga, dan barang substitusi digunakan analisis regresi. Model regresi untuk seluruh desa Y = 21,3 + 9 x 10-8 X1 + 2 x 10-6 X2 – 1,79 X3 + 4,53 X4 Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu untuk Seluruh Desa No.
Parameter
Notasi
Koefisien
Nilai T
Nilai P
Paramater 1.
Intersep
α
21.338
3.00
0.004
2.
Pendapatan
X1
0.00000009
0.33
0.741
3.
Biaya Hidup
X2
0.00000174
1.86
0.067
4.
Jumlah Anggota Keluarga
X3
-1.787
-1.17
0.247
5.
Barang Substitusi
X4
4.534
2.28
0.026
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2006)
43
R2 (%)
: 18,9 %
R2 adjust (%)
: 14,3 %
Selang Kepercayaan (α)
: 95 %
F-hit
: 4,13
P untuk uji F
: 0,005 (α=0,05) → Nyata
Dari hasil analisis regresi di atas terlihat bahwa konsumsi kayu dapat diduga oleh faktor pendapatan, biaya hidup, jumlah anggota keluarga dan barang substitusi. Peningkatan konsumsi kayu sebesar 9 x 10-8 satuan sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita sebesar satu satuan. Peningkatan konsumsi kayu sebesar 2 x 10-6 satuan sejalan dengan peningkatan biaya hidup per kapita sebesar satu satuan. Peningkatan konsumsi kayu sebesar 4,53 satuan sejalan dengan peningkatan konsumsi barang substitusi sebesar satu satuan. Pada model ini terjadi hubungan negatif antara jumlah anggota keluarga dengan konsumsi kayu dimana peningkatan jumlah anggota keluarga sejalan dengan penurunan jumlah konsumsi kayu, hal ini berbeda dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah anggota keluarga akan meningkatkan jumlah konsumsi kayu. Dari hasil analisis regresi terbentuk persamaan yang menunjukkan bahwa 2
nilai R sebesar 18,9 % yang berarti bahwa persamaan regresi tersebut dapat menerangkan sebanyak 18,9 % variasi dalam variabel tidak bebas (konsumsi kayu masyarakat) yang diterangkan oleh variabel-variabel bebas (pendapatan, biaya hidup, jumlah anggota keluarga, barang substitusi). Untuk menguji kelinearan model yang digunakan, dilakukan uji F dan diperoleh nilai P untuk uji F sebesar 0,005 yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 % (α = 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam model regresi tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (konsumsi kayu masyarakat). Hasil pengujian terhadap model regresi tersebut adalah sebagai berikut : -
Uji keberartian regresi linier berganda Dari uji ini regresi berarti, berdasarkan bahwa Fhit > Ftab pada α = 95 %
-
Uji keberartian koefisien korelasi ganda Dari uji ini koefisien korelasi berarti karena Fhit > Ftab pada α = 95 %
44
-
Uji keberartian koefisien regresi linier berganda Dari uji ini koefisien regresi untuk peubah x1, x2, x3, x4 berarti pada α = 95 % Dari model regresi ini diperoleh Fhit sebesar 4.13 dan Ftab sebesar 2.52.
Dengan membandingkan nilai Fhit dan Ftab diperoleh kesimpulan bahwa Fhit > Ftab, maka H0 ditolak. Hal ini menerangkan bahwa faktor pendapatan per kapita, biaya hidup per kapita, jumlah anggota keluarga, dan barang substitusi berpengaruh terhadap konsumsi kayu masyarakat. Pada Kecamatan Baturraden kenaikan konsumsi kayu sejalan dengan naiknya pendapatan dan biaya hidup. Kecenderungan masyarakat untuk membelanjakan uang cukup tinggi, faktor informasi dari luar yang ditunjang oleh aksesibilitas yang agak baik merupakan penyebab masyarakat menjadi cukup konsumtif, juga memberikan dugaan bahwa dengan naiknya pendapatan tidak menyebabkan naiknya tabungan. Faktor jumlah anggota keluarga berpengaruh terbalik terhadap konsumsi kayu, dengan kata lain bertambahnya jumlah jiwa menyebabkan berkurangnya konsumsi kayu per kapita. Menurut perkiraan, jumlah barang substitusi tidak sejalan dengan jumlah konsumsi kayu, yaitu makin banyak barang substitusi maka konsumsi kayu akan berkurang, tetapi analisa regresi memperlihatkan bahwa di Kecamatan Baturraden masyarakat cenderung untuk memiliki barang-barang substitusi selain itu juga mereka tetap menyukai barang-barang dari kayu.
45
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN 1. Konsumsi kayu masyarakat di Kecamatan Baturraden sebesar 0,45 m3/kapita/tahun. Besarnya konsumsi kayu ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu pendapatan per kapita, biaya hidup per kapita, jumlah anggota keluarga, dan barang substitusi. Pada penelitian ini keempat variabel tadi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap konsumsi kayu di Kecamatan Baturraden. Jenis kayu yang paling banyak dikonsumsi yaitu kayu sengon, hal ini dapat dipahami karena harga kayu ini relatif murah dan lebih mudah didapat karena ketersediaan kayu ini cukup melimpah dibanding dengan kayu yang lain. 2. Persamaan model regresi di Kecamatan Baturraden kurang baik digunakan untuk pendugaan (hasilnya kurang memuaskan), karena model regresinya mempunyai nilai R2 hanya sebesar 18,9 % yang berarti hanya bisa menerangkan sebanyak 18,9 % variasi dalam variabel tak bebas (konsumsi kayu masyarakat) yang diterangkan oleh variabel-variabel bebas (pendapatan, biaya hidup, jumlah anggota keluarga, barang substitusi), sedangkan syarat persamaan regresi yang baik untuk digunakan dalam pendugaan dengan hasil yang memuaskan yaitu persamaan regresi yang mempunyai nilai R2 > 50 %.
SARAN 1. Ketersediaan kayu sebagai bahan baku perabot atau kayu untuk perumahan perlu diperhatikan oleh pemerintah setempat terutama dalam hal pemasaran, agar tidak terjadi kekurangan ataupun kelebihan penawaran yang berujung pada masalah tingkat kelangkaan yang dapat mempengaruhi tingkat harga. 2. Diperlukan penelitian lanjutan dengan faktor-faktor lain yang belum digunakan dalam penelitian ini, seperti harga kayu dan selera masyarakat terhadap kayu. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas yaitu Kabupaten Banyumas.
46
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Moch. Idochi. 1973. Dasar-Dasar Marketing. Penerbit Alumni. Bandung. Atmosuseno, Budi S. dan Khaerudin Duljapar. 1996. Kayu Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Balai Informasi Pertanian. 1982. Usaha Tani Hutan Rakyat. Balai Informasi Pertanian. Bogor. Badan Planologi Kehutanan, 2006. Statistik Planologi Kehutanan Tahun 2005. Badan Planologi Kehutanan. Jakarta. CIFOR, 2004. Sertifikasi Hutan di Indonesia dan Tantangan ke Depan. CIFOR. Bogor. Departemen Kehutanan, 1981. Atlas Kayu Indonesia. Departemen Kehutanan. Jakarta. -------, 1991. Industri Kehutanan di Indonesia. Departemen Kehutanan. Jakarta. -------, 1994. Ensiklopedi Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. -------, 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. -------, 2003. Data Statistik Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. -------, 2004. Statistik Kehutanan Indonesia 2004. Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Duerr, William A. 1960. Fundamentals of Forestry Economics. McGraw-Hill Book Company, Inc. United Stated of America. Eckholm, Erick P. , Nigel Smitahun, dan Howard Dick. 1984. Krisis Energi, Kayu Sumber Daya Pembaharu. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
47
Haygreen, John G. dan Jim L. Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Iskandar, U. , Ngadiono, dan Agung Nugraha. 2003. Hutan Tanaman Industri di Persimpangan Jalan. Arivco Press. Jakarta. Kecamatan Baturraden. 2004. Kecamatan Baturraden Dalam Angka 2004. Kecamatan Baturraden. Baturraden. Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa di Indonesia. Lembaga Indonesia. Jakarta. Kotler, P. dan Gary Armstrong. 1991. Principles of Marketing. Prentice-Hall International, Inc. United Stated of America. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. 1980. Proceeding Diskusi Industri Perkayuan. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Perhutani. 1982. Mengenal Hutan Jawa Tengah. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Semarang. Permadi, D. 1999. Peranan Komoditi Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) Dalam Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Priandi, F. 1996. Struktur Konsumsi Kayu di Daerah Pedesaan di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Purwawangsa, H. 2004. Peranan Kegiatan Wisata Alam Kebun Raya Cibodas (KRC) Terhadap Pendapatan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus di Desa Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Pusat Studi Pembangunan IPB. 1991. Proceeding Seminar III Hasil Penelitian Perhutanan Sosial di Jawa dan Luar Jawa. Bogor. Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 1990. Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
48
Suharjito, D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa. Forum Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK). Bogor. Syaukani, H.R. 2000. Menatap Harapan Masa Depan Otonomi Daerah. Lembaga Ilmu Pengetahuan. Kutai.
49
50
Lampiran 1. Data Hasil Analisa Regresi
Regression Analysis: vol_ky(Y) versus income(x1), biaya(x2), ... Tahune regression equation is vol_ky(Y) = 21.3 + 0.000000 income(x1) + 0.000002 biaya(x2) - 1.79 jiwa(x3) + 4.53 brg_subs(x4) Predictor Coef Constant 21.338 income(x1) 0.00000009 biaya(x2) 0.00000174 jiwa(x3) -1.787 brg_subs(x4) 4.534
SE Coef 7.117 0.00000029 0.00000093 1.532 1.993
T 3.00 0.33 1.86 -1.17 2.28
P 0.004 0.741 0.067 0.247 0.026
S = 18.5112 R-Sq = 18.9% R-Sq(adj) = 14.3% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 4 71 75
SS 5663.1 24329.1 29992.2
Source DF income(x1) 1 biaya(x2) 1 jiwa(x3) 1 brg_subs(x4) 1
Seq 206 119 62 177
SS 8.8 1.6 8.4 4.2
MS 1415.8 342.7
F 4.13
Unusual Observations Obs 14 29 54 63 65
income(x1) vol_ky(Y) Fit 12000000 95.76 33.10 12000000 99.16 23.25 16400000 24.34 47.97 21600000 118.57 44.67 48000000 20.32 37.22
SE Fit Residual St Resid 4.32 62.66 3.48R 3.58 75.91 4.18R 9.46 -23.63 -1.48 X 7.23 73.90 4.34R 8.37 -16.91 -1.02 X
R denotes an observation witahun a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
P 0.005
51
Lanjutan Lampiran 1. Data Hasil Analisa Regresi
Best Subsets Regression: vol_ky(Y) versus income(x1), biaya(x2), ... Response is vol_ky(Y)
Vars R-Sq 1 10.7 1 9.4 2 17.3 2 13.4 3 18.8 3 17.3 4 18.9
Mallows R-Sq(adj) 9.5 8.2 15.1 11.1 15.4 13.9 14.3
b r g _ s u b s ( x 4 )
i n b c I j o a i myw e a a ( ( ( xxx 123 C-p S ) ) ) 6.2 19.028 X 7.3 19.160 X 2.4 18.430 X X 5.8 18.857 X X 3.1 18.396 XXX 4.4 18.557 X X X 5.0 18.511 X X X X
52
Lampiran 2. Volume Perabot Kayu
No.
Jenis Perabot Kayu
Volume (m3)
1.
Tempat Tidur 1 Badan
0,1335
2.
Tempat Tidur 2 Badan (1 tingkat)
0,07
3.
Tempat Tidur 2 Badan (2 tingkat)
0,1028
4.
Meja Makan 4 Kursi
0,12
5.
Meja Makan 6 Kursi
0,13
6.
Lemari Pakaian 1 Pintu
0,04
7.
Lemari Pakaian 2 Pintu
0,0728
8.
Lemari Pakaian 3 Pintu
0,1092
9.
Kursi Kayu
0,007
10.
Meja Kayu
0,03
11.
Meja Rias
0,025
12.
Kursi Tamu
0,127
13.
Buffet Panjang 1,5 m
0,078
14.
Buffet Panjang 1,8 m
0,0897
15.
Buffet Panjang 2 m
0,1014
16.
Buffet Panjang 2,5 m
0,117
17.
Rak Panjang 1,5 m
0,0685
18.
Rak Panjang 1,8 m
0,0875
19.
Rak Panjang 2 m
0,1072
20.
Rak Panjang 2,5 m
0,1267
21.
Lemari Makan
0,078
53
Lampiran 3. Harga Barang Substitusi
No.
Jenis Barang Substitusi
Harga (Rp)
1.
Rak Piring Besi
300.000
2.
Konteiner Excel Besar
213.000
3.
Konteiner Excel Sedang
188.000
4.
Konteiner Excel Kecil
179.000
5.
Rak Sepatu Plastik Besar
41.500
6.
Rak Sepatu Plastik Kecil
38.000
7.
Kursi Plastik
21.000
8.
Meja Plastik
25.000
9.
Meja Makan Kaca + Besi
860.000
10.
Kursi Makan Besi
152.000
11.
Kursi Besi
127.000
12.
Rak TV Kaca + Besi
459.000
13.
Rak TV Besi
227.000
14.
Meja Setrika Besi
252.000
15.
Rak CD Besi Besar
247.000
16.
Rak CD Besi Kecil
47.000
17.
Spring Bed
1.500.000
18.
Sofa Set Biasa
2.750.000
19.
Super Sofa Set
5.570.000
20.
Rak Buku Plastik
180.000
21.
Kursi Kantor
250.000
22.
Meja Besi + Kaca
540.000
55
Lampiran 4. Data Penelitian Desa Karangsalam
Pekerjaan
Pend. Terakhi r
Jenis Ruma h
Jml Jiwa
Sugino
Petani
SD
tembok
Heri M.
Buruh
SD
Rosidi
Petani
Tirwan Tarikun Mohamad Fauzi
Nama KK
Konsums Konsums i Jml i Barang Konstrk. Konsums Konsums Substitus Rumah i Perabot i Kayu i
Pendpt/tahu n
Pengelrn/tahu n
5
800000
1095000
22.464
0.6705
23.1345
1.380
tembok
5
6240000
1825000
11.232
0.3650
11.5970
0.000
SD
tembok
5
14400000
12000000
22.113
0.9976
23.1106
1.380
Swasta
SD
tembok
4
12000000
5475000
13.104
0.4130
13.5170
1.549
Buruh
SLTP
tembok
4
6240000
3650000
16.848
0.4610
17.3090
0.150
PNS
SMU
tembok
5
32000000
5220000
46.800
2.7930
49.5930
3.314
Rasam Kushadiant o
Pensiunan
SLTP
tembok
2
10560000
6219000
65.520
0.7464
66.2664
2.645
Swasta
SMU
tembok
2
6000000
1825000
16.848
0.8600
17.7080
1.675
Kusnanto
Petani
SLTP
tembok
5
4000000
1825000
14.742
0.6380
15.3800
1.675
Darsam
Swasta
SD
tembok
4
3600000
1825000
16.848
0.3680
17.2160
1.564
Sarikun Imam Singgih
Petani
SD
tembok
4
16800000
3650000
22.932
0.7860
23.7180
3.140
Swasta
SMU
tembok
4
16200000
3650000
26.208
1.4920
27.7000
1.728
Sujadi
Buruh
SMU
tembok
5
13614500
1642500
41.184
1.8220
43.0060
3.417
56
Sukadi Sadam Sunarji
Petani
SLTP
tembok
5
12000000
3600000
93.600
2.1590
95.7590
2.936
Pensiunan
SD
tembok
3
10440000
3650000
29.484
0.5660
30.0500
3.036
SLTP
tembok
4
2400000
1825000
19.656
0.2700
19.9260
1.530
SD
tembok
5
8400000
7300000
10.940
0.4180
11.3580
0.180
Uun S
Buruh Wiraswast a Wiraswast a
SLTP
tembok
5
18250000
5475000
4.680
1.5580
6.2380
3.700
Marsidi
Petani
SD
tembok
3
800000
1095000
18.720
0.9370
19.6570
0.000
Ngadiyo
Pensiunan
SD
tembok
3
16900000
3650000
32.760
2.0140
34.7740
0.283
Narsim
PNS
SLTP
tembok
4
9600000
2555000
32.760
1.8880
34.6480
1.549
Ustad Dani Ahmad Sofyan
PNS
SLTP
tembok
5
14400000
7300000
49.140
1.3020
50.4420
0.284
Pensiunan
SLTP
tembok
3
12000000
3650000
32.760
1.3890
34.1490
1.696
Tarso Hadi Jikam
57
Lampiran 5. Data Penelitian Desa Kemutug Kidul
Nama KK
Pekerjaan
Pend. Jenis Terakhir Rumah
Munarto
Buruh
SD
Suwaryo
Buruh
HS. Saimo
Jml Jiwa
Konsumsi Jml Konstrk. Konsumsi Konsumsi Pendpt/tahun Pengelrn/tahun Rumah Perabot Kayu
Konsumsi Barang Substitusi
5
3650000
3300000
14.742
1.4780
16.2200
3.165
SD
tembok bilik kayu
7
3650000
1895000
9.990
0.4705
10.4605
0.000
Pensiunan
SMU
tembok
4
21000000
7961000
37.440
2.6410
40.0810
2.686
Nur Sodik
Buruh
SD
tembok
4
14600000
730000
14.742
0.1840
14.9260
0.055
Wartam
Petani
SD
tembok
3
500000
730000
14.742
1.2700
16.0120
0.000
Mulyono
Swasta
SD
tembok
5
12000000
1460000
98.280
0.8807
99.1607
1.583
Hadi Sumarto
Pensiunan
SPK
tembok
3
600000
730000
32.760
0.2990
33.0590
2.794
Mulyanto
Buruh
SD
tembok
9
9000000
2190000
3.978
0.9145
4.8925
0.000
Winarto
Buruh
SD
tembok
7
1898000
1460000
28.080
1.7630
29.8430
0.000
Sidik
Buruh
SD
4
600000
762000
14.742
0.5956
15.3376
1.399
Suwarto
SD
4
800000
730000
18.648
0.3730
19.0210
0.000
Agus S.
Buruh Perangkat Desa
tembok bilik kayu
SMU
tembok
6
12000000
2920000
9.360
1.2690
10.6290
0.297
Sutarji
Buruh
SD
tembok
6
2600000
1825000
14.742
0.5240
15.2660
0.150
58
Supriadi
Buruh
SD
2
1800000
1825000
32.760
0.6440
33.4040
0.150
SD
tembok bilik kayu
Fendi R. Darman Sutopo Yosep Mahardika
Pedagang
6
7300000
3650000
13.986
0.6060
14.5920
1.549
Buruh
SD
tembok
2
9125000
1825000
21.060
1.4950
22.5550
0.244
Swasta
S1
tembok
3
12000000
5975000
45.864
1.8570
47.7210
3.350
Saliman
Buruh
SD
tembok
6
7300000
3650000
11.934
0.3340
12.2680
1.564
Yasmiarji
Buruh
SD
tembok
2
800000
1095000
22.464
0.3420
22.8060
1.549
Rastim
Buruh
SD
tembok
6
900000
1095000
9.828
0.0370
9.8650
1.380
Budiman
Swasta
SD
tembok
3
7300000
2555000
35.100
1.2270
36.3270
0.203
Ruswanto
Buruh
SD
tembok
4
9125000
3650000
28.080
1.2540
29.3340
0.169
Narwin Achmad Muchsin Imam Suwarno
Pensiunan
SMU
tembok
6
36000000
11125000
65.520
1.4690
66.9890
1.696
Pedagang
SD
tembok
4
37300000
7300000
46.800
1.3260
48.1260
1.698
Pedagang
SLTP
tembok
3
5475000
2555000
33.696
1.2630
34.9590
0.203
SD
tembok
1
3650000
1825000
16.380
0.2175
16.5975
0.000
SD
tembok
4
3600000
1825000
9.828
1.1410
10.9690
0.000
Rasmudi
Petani Perangkat Imam Musodi Desa
59
Lampiran 6. Data Penelitian Desa Ketenger
Pekerjaan
Pend. Jenis Terakhir Rumah
Jml Jiwa
Konsumsi Jml Konstrk. Konsumsi Konsumsi Pendpt/tahun Pengelrn/tahun Rumah Perabot Kayu
Konsumsi Barang Substitusi
Nama KK Tawin Riandri Slamet Supriyadi
Swasta
SLTP
tembok
4
8400000
3710000
14.742
0.4180
15.1600
0.310
PNS
SMU
tembok
6
36000000
9125000
16.848
2.5500
19.3980
1.763
Tarsum
PNS
SLTP
tembok
5
5400000
3433000
11.232
0.7050
11.9370
0.000
Kasum
Swasta
SLTP
5
16400000
14805000
23.400
0.9398
24.3398
1.833
Sumarno
Petani
SLTP
tembok 1/2 tembok
3
5200000
3650000
27.800
0.7265
28.5265
1.530
Karsono Yogo Pranoto
PNS
S1
tembok
5
36000000
12520000
40.950
1.0060
41.9560
0.255
Swasta
SMU
tembok
2
12000000
3650000
18.720
1.1290
19.8490
0.814
Suswoyo
PNS
D3
tembok
4
24000000
9600000
22.932
2.2480
25.1800
0.355
Joko
PNS
SMU
tembok
6
36000000
9125000
19.656
1.4870
21.1430
1.551
Karwin Gatot Sunarno Agus Waluyo
Pensiunan
SLTP
tembok
3
8400000
6585000
21.060
1.5790
22.6390
0.000
PNS
D3
tembok
4
21600000
5475000
32.760
0.8761
33.6361
2.122
PNS
S1
tembok
5
24000000
3650000
18.720
1.4450
20.1650
0.000
Sudaryo
PNS
SMU
tembok
5
21600000
13275000
117.000
1.5700
118.5700
1.582
60
Supeno Samnur Suhud Sarno Suparnoto Ponendi Hidayat
Swasta
SMK
tembok
8
42000000
9125000
22.464
1.4880
23.9520
0.437
PNS
D3
tembok
5
48000000
7300000
19.656
0.6600
20.3160
1.677
Swasta
SMU
tembok
3
5200000
4380000
16.848
2.0430
18.8910
0.150
D3
21600000
6940000
23.400
1.4430
24.8430
0.903
SMU
tembok bilik kayu
4
Kuspono
PNS Perangkat Desa
3
9000000
1460000
23.976
1.1090
25.0850
0.150
Dakum M.S.
Buruh
SD
tembok
4
7300000
2555000
28.080
1.4090
29.4890
3.630
Suparno
Swasta
SLTP
tembok
4
18000000
5475000
18.720
1.3420
20.0620
2.280
Karsiwan
Swasta
SMK
tembok
3
3650000
1825000
18.954
0.9060
19.8600
0.000
Sudiyatno
Pedagang
SMU
tembok
7
18250000
4370000
19.890
1.3930
21.2830
1.683
Nasiti
PNS
SPG
tembok
5
24000000
3650000
19.890
2.7150
22.6050
1.835
Teguh B.P.
Swasta
SMK
tembok
2
10800000
3650000
16.380
0.9900
17.3700
1.645
Imam Saleh
Petani
SLTP
tembok
4
800000
730000
16.848
1.5370
18.3850
0.471
Sarkum
PNS
SMU
tembok
4
19200000
5475000
22.932
1.1110
24.0430
0.419
61
Lampiran 7. Data Penelitian Menurut Pekerjaan
Petani Nama KK
Umur
Pend. Terakhir
Jenis Rumah
Jml Jiwa
Konsumsi Jml Konsumsi Konstrk. Konsumsi Konsumsi Barang Pndpt/tahun Pengelrn/tahun Rumah Perabot Kayu Substitusi
Sugino
50
SD
tembok
5
800000
1095000
22.464
0.6705
23.1345
1.380
Rosidi
62
SD
tembok
5
14400000
12000000
22.113
0.9976
23.1106
1.380
Kusnanto
34
SLTP
tembok
5
4000000
1825000
14.742
0.6380
15.3800
1.675
Sarikun
50
SD
tembok
4
16800000
3650000
22.932
0.7860
23.7180
3.140
Sukadi
49
SLTP
tembok
5
12000000
3600000
93.600
2.1590
95.7590
2.936
Marsidi
63
SD
tembok
3
800000
1095000
18.720
0.9370
19.6570
0.000
Wartam
36
SD
tembok
3
500000
730000
14.742
1.2700
16.0120
0.000
Rasmudi
61
SD
1
3650000
1825000
16.380
0.2175
16.5975
0.000
Sumarno Imam Saleh
30
SLTP
tembok 1/2 tembok
3
5200000
3650000
27.800
0.7265
28.5265
1.530
57
SLTP
tembok
4
800000
730000
16.848
1.5370
18.3850
0.471
62
Lanjutan Lampiran 7. Data Penelitian Menurut Pekerjaan
Buruh
Nama KK
Umur
Pend. Terakhi r
Jenis Ruma h
Jml Jiwa
Pndpt/tahu n
Pengelrn/tahu n
Konsums i Konstrk. Rumah
Konsums i Perabot
Jml Konsums i Kayu
Konsums i Barang Substitusi
Heri M.
45
SD
tembok
5
6240000
1825000
11.232
0.3650
11.5970
0.000
Tarikun
55
SLTP
tembok
4
6240000
3650000
16.848
0.4610
17.3090
0.150
Sujadi
49
SMU
tembok
5
13614500
1642500
41.184
1.8220
43.0060
3.417
Tarso
36
SLTP
tembok
4
2400000
1825000
19.656
0.2700
19.9260
1.530
Munarto
55
SD
5
3650000
3300000
14.742
1.4780
16.2200
3.165
Suwaryo
39
SD
tembok bilik kayu
7
3650000
1895000
9.990
0.4705
10.4605
0.000
Nur Sodik
35
SD
tembok
4
14600000
730000
14.742
0.1840
14.9260
0.055
Mulyanto
75
SD
tembok
9
9000000
2190000
3.978
0.9145
4.8925
0.000
Winarto
57
SD
tembok
7
1898000
1460000
28.080
1.7630
29.8430
0.000
Sidik
33
SD
4
600000
762000
14.742
0.5956
15.3376
1.399
Suwarto
30
SD
tembok bilik kayu
4
800000
730000
18.648
0.3730
19.0210
0.000
Sutarji
55
SD
tembok
6
2600000
1825000
14.742
0.5240
15.2660
0.150
63
Supriadi Darman Sutopo
40
SD
tembok
2
1800000
1825000
32.760
0.6440
33.4040
0.150
25
SD
tembok
2
9125000
1825000
21.060
1.4950
22.5550
0.244
Saliman
35
SD
tembok
6
7300000
3650000
11.934
0.3340
12.2680
1.564
Yasmiarji
63
SD
tembok
2
800000
1095000
22.464
0.3420
22.8060
1.549
Rastim
40
SD
tembok
6
900000
1095000
9.828
0.0370
9.8650
1.380
Ruswanto Dakum M.S.
45
SD
tembok
4
9125000
3650000
28.080
1.2540
29.3340
0.169
65
SD
tembok
4
7300000
2555000
28.080
1.4090
29.4890
3.630
Pedagang
Nama KK Fendi R. Achmad Muchsin Imam Suwarno Sudiyatno
Konsums i Perabot
Jml Konsums i Kayu
Konsums i Barang Substitus i
38
SD
Jenis Ruma h bilik kayu
64
SD
tembok
4
37300000
7300000
46.800
1.3260
48.1260
1.698
72
SLTP
tembok
3
5475000
2555000
33.696
1.2630
34.9590
0.203
50
SMU
tembok
7
18250000
4370000
19.890
1.3930
21.2830
1.683
Umur
Pend. Terakhi r
Konsums i Konstrk. Rumah
Jml Jiwa
Pndpt/tahu n
Pengelrn/tahu n
6
7300000
3650000
13.986
0.6060
14.5920
1.549
64
Lanjutan Lampiran 7. Data Penelitian Menurut Pekerjaan
Swasta
Nama KK
Umur
Pend. Terakhi r
Jenis Ruma h
Jml Jiwa
Pndpt/tahu n
Pengelrn/tahu n
Konsums i Konstrk. Rumah
Konsums i Perabot
Jml Konsums i Kayu
Konsums i Barang Substitus i
Tirwan
38
SD
tembok
4
12000000
5475000
13.104
0.4130
13.5170
1.549
Kushadianto
57
SMU
tembok
2
6000000
1825000
16.848
0.8600
17.7080
1.675
Darsam Imam Singgih
35
SD
tembok
4
3600000
1825000
16.848
0.3680
17.2160
1.564
51
SMU
tembok
4
16200000
3650000
26.208
1.4920
27.7000
1.728
Mulyono Yosep Mahardika
50
SD
tembok
5
12000000
1460000
98.280
0.8807
99.1607
1.583
22
S1
tembok
3
12000000
5975000
45.864
1.8570
47.7210
3.350
Budiman Tawin Riandri
40
SD
tembok
3
7300000
2555000
35.100
1.2270
36.3270
0.203
41
SLTP
tembok
4
8400000
3710000
14.742
0.4180
15.1600
0.310
Kasum
56
SLTP
tembok
5
16400000
14805000
23.400
0.9398
24.3398
1.833
Yogo Pranoto
44
SMU
tembok
2
12000000
3650000
18.720
1.1290
19.8490
0.814
Supeno
57
SMK
tembok
8
42000000
9125000
22.464
1.4880
23.9520
0.437
65
Sarno Suparnoto
42
SMU
tembok
3
5200000
4380000
16.848
2.0430
18.8910
0.150
Suparno
47
SLTP
tembok
4
18000000
5475000
18.720
1.3420
20.0620
2.280
Karsiwan
27
SMK
tembok
3
3650000
1825000
18.954
0.9060
19.8600
0.000
Teguh B.P.
40
SMK
tembok
2
10800000
3650000
16.380
0.9900
17.3700
1.645
Wiraswasta Nama KK Hadi Jikam Uun S
Umur
Pend. Jenis Terakhir Rumah
Jml Jiwa
Konsumsi Jml Konsumsi Konstrk. Konsumsi Konsumsi Barang Pndpt/tahun Pengelrn/tahun Rumah Perabot Kayu Substitusi
54
SD
tembok
5
8400000
7300000
10.940
0.4180
11.3580
0.180
37
SLTP
tembok
5
18250000
5475000
4.680
1.5580
6.2380
3.700
Perangkat Desa Nama KK Agus S. Imam Musodi
Umur
Pend. Jenis Terakhir Rumah
Jml Jiwa
Konsumsi Jml Konsumsi Konstrk. Konsumsi Konsumsi Barang Pndpt/tahun Pengelrn/tahun Rumah Perabot Kayu Substitusi
43
SMU
tembok
6
12000000
2920000
9.360
1.2690
10.6290
0.297
51
SD
tembok
4
3600000
1825000
9.828
1.1410
10.9690
0.000
66
Kuspono
32
SMU
bilik kayu
3
9000000
1460000
23.976
1.1090
25.0850
0.150
67
Lanjutan Lampiran 7. Data Penelitian Menurut Pekerjaan
PNS Pend. Terakhi r
Jenis Ruma h
Jml Jiwa
35
SMU
tembok
Narsim
45
SLTP
Ustad Dani Slamet Supriyadi
51
Konsums i Konstrk. Rumah
Konsums i Perabot
Jml Konsums i Kayu
Konsums i Barang Substitus i
Pndpt/tahu n
Pengelrn/tahu n
5
32000000
5220000
46.800
2.7930
49.5930
3.314
tembok
4
9600000
2555000
32.760
1.8880
34.6480
1.549
SLTP
tembok
5
14400000
7300000
49.140
1.3020
50.4420
0.284
56
SMU
tembok
6
36000000
9125000
16.848
2.5500
19.3980
1.763
Tarsum
37
SLTP
tembok
5
5400000
3433000
11.232
0.7050
11.9370
0.000
Karsono
44
S1
tembok
5
36000000
12520000
40.950
1.0060
41.9560
0.255
Suswoyo Gatot Sunarno Agus Waluyo
33
D3
tembok
4
24000000
9600000
22.932
2.2480
25.1800
0.355
29
D3
tembok
4
21600000
5475000
32.760
0.8761
33.6361
1.551
39
S1
tembok
5
24000000
3650000
18.720
1.4450
20.1650
2.122
Sudaryo Samnur Suhud
42
SMU
tembok
5
21600000
13275000
117.000
1.5700
118.5700
0.000
50
D3
tembok
5
48000000
7300000
19.656
0.6600
20.3160
1.582
Nama KK Mohamad Fauzi
Umur
68
Ponendi Hidayat
45
D3
tembok
4
21600000
6940000
23.400
1.4430
24.8430
1.677
Nasiti
57
SPG
tembok
5
24000000
3650000
19.890
2.7150
22.6050
0.903
Sarkum
49
SMU
tembok
4
19200000
5475000
22.932
1.1110
24.0430
1.835
Joko
45
SMU
tembok
6
36000000
9125000
19.656
1.4870
21.1430
0.419
Konsums i Konstrk. Rumah
Konsums i Perabot
Jml Konsums i Kayu
Konsums i Barang Substitusi
Pensiunan Pend. Terakhi r
Jenis Ruma h
Jml Jiwa
60
SLTP
tembok
54
SD
Ngadiyo Ahmad Sofyan
65
HS. Saimo Hadi Sumarto Narwin
Nama KK Rasam Sadam Sunarji
Pndpt/tahu n
Pengelrn/tahu n
2
10560000
6219000
65.520
0.7464
66.2664
2.645
tembok
3
10440000
3650000
29.484
0.5660
30.0500
3.036
SD
tembok
3
16900000
3650000
32.760
2.0140
34.7740
0.283
58
SLTP
tembok
3
12000000
3650000
32.760
1.3890
34.1490
1.696
64
SMU
tembok
4
21000000
7961000
37.440
2.6410
40.0810
2.686
64
SPK
tembok
3
600000
730000
32.760
0.2990
33.0590
2.794
61
SMU
tembok
6
36000000
11125000
65.520
1.4690
66.9890
1.696
Umur
69
Karwin
57
SLTP
tembok
3
8400000
6585000
21.060
1.5790
22.6390
0.000