117 - 122
TIM EJOURNAL
Ketua Penyunting: Prof.Dr.Ir.Kusnan, S.E,M.M,M.T
Penyunting: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Prof.Dr.E.Titiek Winanti, M.S. Prof.Dr.Ir.Kusnan, S.E,M.M,M.T Dr.Nurmi Frida DBP, MPd Dr.Suparji, M.Pd Hendra Wahyu Cahyaka, ST., MT. Dr.Naniek Esti Darsani, M.Pd Dr.Erina,S.T,M.T. Drs.Suparno,M.T Drs.Bambang Sabariman,S.T,M.T Dr.Dadang Supryatno, MT
Mitra bestari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Prof.Dr.Husaini Usman,M.T (UNJ) Prof.Dr.Ir.Indra Surya, M.Sc,Ph.D (ITS) Dr. Achmad Dardiri (UM) Prof. Dr. Mulyadi(UNM) Dr. Abdul Muis Mapalotteng (UNM) Dr. Akmad Jaedun (UNY) Prof.Dr.Bambang Budi (UM) Dr.Nurhasanyah (UP Padang) Dr.Ir.Doedoeng, MT (ITS) Ir.Achmad Wicaksono, M.Eng, PhD (Universitas Brawijaya) Dr.Bambang Wijanarko, MSi (ITS) Ari Wibowo, ST., MT., PhD. (Universitas Brawijaya)
Penyunting Pelaksana: 1. 2. 3. 4. 5.
Drs.Ir.Karyoto,M.S Krisna Dwi Handayani,S.T,M.T Arie Wardhono, ST., M.MT., MT. Ph.D Agus Wiyono,S.Pd,M.T Eko Heru Santoso, A.Md
Redaksi: Jurusan Teknik Sipil (A4) FT UNESA Ketintang - Surabaya Website: tekniksipilunesa.org Email: REKATS
DAFTAR ISI Halaman TIM EJOURNAL ............................................................................................................................. i DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
Vol 1 Nomer 1/rekat/17 (2017)
ANALISIS PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Puspa Dewi Ainul Mala, Machfud Ridwan, ................................................................................. 01 – 12 PEMANFAATAN SERAT KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PEMBUATAN PLAFON ETERNIT Dian Angga Prasetyo, Sutikno, .................................................................................................... 13 – 24 PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KULIT BAMBU PADA PLAFON GIPSUM DENGAN PEREKAT POLISTER Tiang Eko Sukoko, Sutikno, ......................................................................................................... 25 – 33 PENERAPAN SAMBUNGAN MEKANIS (METODE PEMBAUTAN) PADA BALOK DENGAN PERLETAKAN SAMBUNGAN ½ PANJANG BALOK DITINJAU DARI KUAT LENTUR BALOK Hehen Suhendi, Sutikno, ............................................................................................................. 34 – 38 STUDI KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL RENCANA PELEBARAN JALAN TOL WARUSIDOARJO Reynaldo B. Theodorus Tampang Allo, Mas Suryanto HS, ............................................................ 39 – 48 PENGARUH SUBTITUSI FLY ASH DAN PENAMBAHAN SERBUK CANGKANG KERANG DARAH PADA KUALITAS GENTENG BETON Mohamad Ari Permadi, Sutikno, ................................................................................................ 49 – 55
Halaman
PENGARUH PENAMBAHAN SLAG SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DAN PERMEABILITAS PADA CAMPURAN PANAS (HOT MIX) ASPAL PORUS Rifky Arif Laksono, Purwo Mahardi, .......................................................................................... 56 – 64 ANALISA PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KE DALAM ASPAL PENETRASI 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS Taufan Gerri Noris, Purwo Mahardi, .......................................................................................... 65 – 70 ANALISIS PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK MY TOWER HOTEL & APARTMENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Tri Wahyuni, Arie Wardhono, .................................................................................................... 71 – 85 ANALISIS KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMENT GRAND SUNGKONO LAGOON SURABAYA Great Florentino Miknyo Hendarich, Karyoto, ............................................................................ 86 - 100 PEMANFAATAN SLAG BAJA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK Arifin Kurniadi, Sutikno, ............................................................................................................ 101 - 106 PENERAPAN E-PROCUREMENT PADA PROSES PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DI UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK Anastastia Ria Utami, Hendra Wahyu Cahyaka, ........................................................................... 107 - 116 PENGARUH
PENAMBAHAN
SULFUR
TERHADAP
KARAKTERISTIK
MARSHALL
PERMEABILITAS PADA ASPAL BERPORI Qurratul Ayun, Purwo Mahardi, ................................................................................................. 117 - 122
DAN
PENGARUH PENAMBAHAN SULFUR TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DAN PERMEABILITAS PADA ASPAL BERPORI Qurratul Ayun Mahasiswa S1 Teknik Sipil, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak Campuran aspal berpori adalah campuran beraspal yang memeliki persentase agregat halus yang rendahdan didominasi oleh agregat kasar, sehingga menghasilkan rongga udara yang besar. Dalam meningkatkan kekuatan perkerasan dicari alternatif-alternatif bahan untuk dicampur dengan aspal maupun agregat. Aspal pen 60/70 merupakan komponen yang penting pada campuran perkerasan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh penambahan sulfur dalam karakteristik marshall dan permeabiltas dalam aspal berpori dengan menambahkan sulfur didalam aspal pen 60/70. Penelitian ini adalah penelitian laboratorium dengan menggunakan gradasi aspal berpori dari Australia dalam Australian Asphalt Pavement Association 2004. Penelitian ini menggunakan variasi kadar sulfur 0% (kontrol), 3%,5%, dan 7% dengan kadar aspal optimum 4,75. Hasil penelitian menunjukan dengan penambahan sulfur dalam campuran aspal berpori ini meningkatkan stabilitas pada penambahan sulfur 5% sebesar 10.18% dengan nilai 563 Kg dan 7% sebesar 2,54% dengan nilai 524 Kg. Marshall quotient mengalami peningkatan pada kadar sulfur 5% sebesar 27% dengan nilai 216,5 Kg. Permeabilitas mengalami penurunan dari kondisi kontrol, namun permeabilitas tetap berada diatas standart. Kata Kunci
: Aspal berpoi, Sulfur, Marshall, Permeabilitas. Abstract
A mixture of porous asphalt is a mixture that own a low percentage of fine aggregate and dominated by coarse aggregate, thus it produces large air cavity. In order to increase the strength of the pavement, the researcher is looking for alternatives ingredients to be mixed with asphalt and aggregate. 60/70 pen bitumen is the most important component in the mixture pavement. This study aimed to examine the effect of adding sulfur in marshall and permeability characteristics of the porous asphalt by adding sulfur in bitumen pen 60/70. The study conducted in the laboratory by using porous asphalt gradation of Australian Asphalt Pavement Association 2004. The researcher used a variation of sulfur content of 0% (as control), 3%, 5% and 7% with the optimum bitumen content of 4.75. The results showed the addition of sulfur in a mixture of porous asphalt was increasing stability on the addition of sulfur 5% by 10:18% by value and 7% 563 Kg of 2.54% with a value of 524 Kg. Marshall quotient has increased in the sulfur content of 5% by 27% with a value of 216.5 Kg. Permeability decreased from state control, but the permeability remained above the standard. Keywords
: Porous Asphalt, Sulfur, Marshall, Permeability. sebagai drainase agar genangan air diatas permukaan jalan yang seringkali terjadi dapat diminimalisir (Ali, 2013). Konstruksi perkerasan aspal yang digunakan berorientasi pada kekuatan (stabilitas tinggi) dapat menggunakan gradasi rapat (densegraded), untuk fleksibelitas dan durabilitas menggunakan gradasi senjang (gap-graded) sedangkan untuk tujuan permeabilitas dapat menggunakan gradasi terbuka (opengrade) (Nurul :1,2013). Dalam penelitian ini tidak membahas semua tipe campuran aspal diatas, tetapi hanya ingin memperlihatkan jenis perkerasan aspal yang ramah dengan lingkungan perkotaan. Perkembangan dan pembangunan yang berkelanjutan di bidang infrastruktur, terutama jalan raya yang dapat memperbaiki tingkat keselamatan, kenyamanan dan
PENDAHULUAN Aspal porus atau aspal berpori adalah salah satu tipe campuran yang memiliki kekesatan permukaan (skid resistance) yang tinggi. Aspal berpori ini dikembangkan untuk konstruksi lapis permukaan menggunakan gradasi terbuka. Dimana campuran aspal berpori ini memiliki persentase agregat halus yang rendah, sehingga menghasilkan rongga yang besar (Zuliansyah,2015). Agregat kasar berkisar 70-85% dan agregat halus berkisar antara 15-30% dari berat total campuran. Keunggulan dari aspal berpori diantaranya memiliki permukaan yang agak kasar sehingga tingkat kekesatannya tinggi untuk menghindari slip pada roda kendaraan dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu kadar rongganya yang tinggi diharapkan dapat berfungsi 117
Rekayasa Teknik Sipil Vol. 01 Nomor 01/rekat/17 (2017), 117 - 122
ramah lingkungan perkotaan merupakan harapan semua pengguna. Negara – negara maju telah menggunakan jenis campuran aspal berpori, seperti di Inggris mulai tahun 1967 Belanda tahun 1971 Kanada tahun 1974 Spanyol tahun 1980 Belgia dan Perancis tahun 1990 dan Italia 1989. Untuk Asia penggunaan campuran ini masih dikategorikan baru, seperti Jepang, dan Korea Selatan yang menggunakan campuran ini tahun 1990. Aspal berongga telah digunakan sebagai lapisan permukaan jalan pada daerah pedestrian seperti tempat-tempat pejalan kaki (pedestrian walkways) di taman-taman, trotoar dan untuk kendaraan ringan (light vehicle) (Bakti, et. al.). Di Jepang,Belanda dan sejumlah negara lainnya telah menggunakan aspal berongga sebagai jalan utama (Miradi et. al., 2009) dan (Katsuji, et. al., 2009). Bertambahnya kebutuhan peningkatan jalan dengan cara penambahan lapis tambahan atau pembangunan konstruksi jalan baru membutuhkan ketersediaan volume material, seperti kerikil,pasir dan bahan adiktif yang sangat besar, apalagi dengan bahan adiktif yang sebagian besar adalah bahan kimia yang memiliki harga yang tinggi. Untuk itu, diperlukan inovasi untuk mencari metode pembangunan alternatif yang mampu menghasilkan kualitas konstruksi jalan yang memenuhi standar namun dapat menggunakan material yang sedikit mungkin dan bahan adiktif yang murah. Seperti yang diketahui bahwa sekarang ini banyak sekali material yang tersedia dimuka bumi ini yang dapat digunakan, khususnya dalam pekerjaan perkerasan lentur. Semakin bagus bahan-bahan yang digunakan, maka semakin tinggi pula kualitas perkerasan yang akan dihasilkan. Dalam penelitian ini dilakukan pencampuran aspal berpori dengan bahan tambah sulfur. Sulfur dapat ditambahkan ke dalam campuran aspal dengan harapan akan memberikan perubahan karakteristik campuran yang lebih baik dan memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh Bina Marga dalam spesifikasi Umum 2010. Penelitian penggunaan sulfur sudah lama dilakukan, diantaranya mempunyai hasil yang memuaskan. Didalam SHRP-A-631 tahun 1993 yang diterbitkan oleh Strategic Highway Research Program Washington tahun 1993, meninjau beberapa penelitian diberbagai negara diantaranya Penelitian dari Fromm et.al tahun 1979 dan 1981 (Dalam SHRP-A-631,1993) menyatakan bahwa penambahan sulfur akan meningkatkan stabilitas dan flow serta menurunkan kedalaman alur dari perkerasan. Penelitian dari kota Michigan oleh Defoe tahun1983 (Dalam SHRP-A631,1993) menyatakan bahwa campuran sulfur dan aspal menghasilkan modulus resilien meningkat dibandingkan kontrol sekitar 30% pada suhu 72°F dan 50% pada suhu 40°F. Campuran dengan sulfur-aspal memiliki nilai kuat
tarik tak langsung (Indirect tensile strength, IDT) 50% lebih tinggi. Penelitian Fromm et.al tahun 1979 dan 1981 menyatakan bahwa stabilitas marshall dan kelelehan (flow) meningkat seiring dengan meningkatnya penambahan kadar sulfur. Kedalaman alur yang terjadi pada perkerasan menurun dengan adanya penambahan sulfur. Penelitian Predoehl, 1989 menyatakan bahwa sulfur menurunkan tingkat pengerasan aspal, perkerasan menjadi lebih tahan terhadap retak buaya (alligator cracking) (Setiawan,2012) dan (SHRP-A-631,1993). Oleh karenanya penelitian ini menjadi perlu untuk dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi material lokal yang ada. Penggunaan aspal untuk penelitian ini adalah jenis aspal pen 60/70. Aspal pen 60/70 ini digunakan karena di Indonesia aspal jenis ini sering digunakan dan mudah untuk ditemukan. Penentuan agregat dan kadar aspal untuk aspal berpori menggunakan metode dari Australian Asphalt Pavement Association 2004. Metode ini digunakan karena ada beberapa alasan diantaranya di Indonesia sendiri belum ada peraturan mengenai aspal berpori, beberapa peneliti tentang aspal berpori di Indonesia menggunakan metode ini. Serta negara Australia merupakan negara tetangga yang dekat dengan Indonesia sehingga diharapkan jenis agregat di Australia memiliki karakteristik yang sama atau tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Perkerasan aspal berpori mempunyai sistem drainase ganda. Pengaliran air terlaksana lewat permukaan dan oleh lapisan itu sendiri, yakni melalui pori-pori yang dimilikinya. Pori–pori yang terdapat di dalam campuran memungkinkan air dapat langsung meresap masuk ke dalam lapisan, mengalir menuju ke bagian tepi badan jalan dan kemudian masuk ke saluran samping. Proses pengaliran air ganda tersebut memerlukan dukungan lapis yang kedap di bawah lapisan aspal berpori agar tidak terjadi perembesan ke pondasi jalan. Penambahan lapis yang kedap air dengan lapisan geotextile diatas lapisan subgrade Gradasi agregat menentukan sifat aspal berpori. Berbagai macam agregat telah dikembangkan diberbagai lembaga penelitian dari berbagai negara.
118
1
Berdasarkan hipotesa tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan menggunakan presentase variasi Sulfur sebesar 0%, 3%, 5% dan 7% terhadap berat total aspal untuk mendapatkan hasil Marshall dan Permeabilitas yang disyaratkan oleh AAPA 2004, Diharapkan dalam penelitian ini penambahan sulfur dalam aspal berpori dapat meningkatkan kekuatan karakteristik marshall dan permeabilitas aspal.
4 2
5 3
METODE Penelitian ini merupakan eksperimen yang menguji aspal berpori terhadap marshall test dan permeabilitas. Benda uji yang akan digunakan adalah aspal berpori dengan bahan tambahan berupa sulfur, sehingga komposisi campurannya terdiri dari agregat kasar, filler, dan sulfur. Dengan tempat pengujian di Laboratorium PT. Merakindo Mix, Driyorejo-Gresik-Jawa Timur. Pengujian akan dilakukan menggunakan aspal minyak dengan penetrasi 60/70. Pada penelitian ini kadar aspal yang digunakan adalah hasil dari kadar aspal optimum yang terlebih dahulu ditentukan. Meskipun dalam metode tentang aspal berpori dari Australian Asphalt Pavement Association 2004 sudah ditentukam kadar aspal. Sehingga diharapkan didapatkan kadar aspal yang baik untuk campuran aspal berpori. Kadar aspal yang telah ditentukan akan dicampur dengan material penyusun aspal dengan menggunakan bahan tambah sulfur dengan variasi kadar sulfur 0%, 3%, 5%, dan 7%, dengan masing – masing variasi campuran dibuat 4 buah benda uji. Seperti tabel 3.1 dengan Pengujian Marshall dan Permeabilitas.
6
Gambar 1 : Lapisan Penyusun Aspal Berpori Catatan : 1. Aspal berpori 2.Wearing Course 3-4. Subbase 5. Geotexstile 6. Subgrade (Sumber : Cris Dittus, Jurgensen Companies, 2015)
Gambar 2 : Konsep umum aspal berpori
(Sumber : flexible Porous Asphalt Pavement Design, Construction and Maintenance. flexible pavements of OHIO America).
Persyaratan gradasi agregat pada campuran aspal berpori seperti yang ditentukan oleh spesifikasi Australian Asphalt Pavement Association 2004 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 : Gradasi Agregat Campuran Aspal Berpori Ukuran Ayakan (mm)
Berat yang Lolos (%) Ag. Maks. 14 mm
19,000
100
13,200
85-100
9,530
45-70
4,760
10-25
2,380
7-15
1,190
6-12
0,595
5-10
0,297
4-8
0,149 0,074 Total
3−7 2−5 100
Kadar Aspal
4,5 – 6,0
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan penulis untuk menganalisa pemanfaatan sulfur sebagai bahan substitusi aspal penetrasi 60/70 terhadap karakteristik campuran aspal berpori. Hasil pengujian Marshall dan Permeabilitas yang dilakukan tanpa penggunaan sulfur untuk mentukan nilai KAO dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2 : Hasil pengujian benda uji No
Pengujian
1
% Aspal 4,5
5
5,5
6
Stabilitas (Kg)
471
550
550
569
563
2
Marshall Qoutient (Kg)
162,4
177,4
203,7
299,5
331,1 8
(min 500Kg) (Maks. 400 Kg)
3
Flow (mm)
2,9
3,1
2.7
1,9
1,7
(2-6mm)
0,478
(0.1 cm/det)
Permeabilitas 4 0,731 0,440 0,517 0,334 (cm/det) Sumber : Hasil Analisis Peneliti di PT. Merakindo Mix.
Dari hasil pengujian tabel 2 yang dilakukan untuk mendapatkan nilai KAO mendapatkan nilai KAO sebesar 4,75%.
Sumber : Australian Asphalt Pavement Association 2004 hal 22 Tabel 3.2.3
119
Standart
4
Rekayasa Teknik Sipil Vol. 01 Nomor 01/rekat/17 (2017), 117 - 122
Tabel 3 : Penentuan KAO % Aspal
Spesifikasi
4.0%
4.5%
5.0%
5.5%
6.0%
Stability Flow M.Quotient Permeabilitas KAO
4.75
Sumber : Hasil Analisis Peneliti
Gambar 4 : Grafik flow
Sumber : Hasil Analisis Peneliti
Kemudian dari hasil tersebut dilakukan pembuatan benda uji dengan bahan tambah Sulfur dengan variasi kadar sebesar 0% (kontrol), 3%, 5%, dan 7%. Hasil pengujian Marshall dan Permeabilitas yang dilakukan dengan bahan tambah Sulfur dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Penambahan kadar sulfur secara umum menurunkan nilai kelelehan. Hal ini disebabkan campuran aspal yang dicampur dengan sulfur lebih terisi sehingga mengakibatkan aspal yang menyelimuti permukaan agregat menjadi lebih tipis. Secara keseluruhan flow semua variasi terletak antara 2-6.
Tabel 4 : Hasil pengujian benda uji No 1 2 3 4
Pengujian Stabilitas (Kg) Marshall Qoutient (Kg) Flow (mm)
% Sulfur
Standart
0
3
5
7
511
511
563
524
(min 500Kg)
170.3
212.9
216.5
194.1
(Maks. 400 Kg)
3
2.4
2.6
2.7
(2-6mm)
Permeabilitas (0.1 0.347 0.251 0.194 0.247 (cm/det) cm/det) Sumber : Hasil Analisis Peneliti di PT. Merakindo Mix.
Hasil dari pengujian campuran aspal dengan bahan tambah Sulfur yang masing-masing variasi kadar Sulfur sebesar 0%, 3%, 5%, dan 7%. Berdasarkan data-data di atas maka dapat dibuat grafik stabilitas, flow, MQ dan Permeabilitas yang dapat dilihat pada gambar gambar 3, 4, 5, dan 6.
Gambar 5 : Grafik Marshall Quotient Sumber : Hasil Analisis Peneliti.
Penambahan sulfur secara umum meningkatkan nilai MQ. Dimana nilai MQ yang terlalu tinggi menunjukkan campuran agregat aspal yang terlalu kaku memiliki stabilitas yang tinggi tetapi mudah retak. Sedangkan nilai MQ yang terlalu rendah akan menghasilkan campuran agregat aspal yang mudah berubah bentuk akibat beban lalu lintas. Hal ini dikarenakan nilai stabilitas yang meningkat karena adanya penambahan sulfur dalam campuran aspal. Hal ini bisa dikontrol dengan adanya nilai flow yang yang nilainnya 2-6 mm. Dengan nilai flow yang masuk spesifikasi fleksibilitas campuran aspal berpori tetap terjaga.
Gambar 3 : Grafik Stabilitas.
Sumber : Hasil Analisis Peneliti
Gambar 3 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan dikadar 5% dan mengalami penurunan di kadar sulfur 7% sehingga dapat diindikasikan bahwa kadar sulfur 5% sebagai kadar sulfur optimum campuran. Secara keseluruhan nilai stabilitas telah memenuhi standar AAPA yaitu minimal 500 kg.
120
c. Marshall Qoutient mengalami peningkatan, menunjukkan kekakuan campuran lebih tinggi, akan tetapi nilai flow tetap berada diatas nilai ketetapan 2-6mm. Sehingga kelenturan campuran tetap terjaga. d. Permeabilitas mengalami penurunan. ini disebabkan karena dengan bertambahnya kadar sulfur interlocking yang terjadi pada agregrat dan aspal semakin kuat, sehingga rongga/pori yang ada akan semakin tertutup. Saran
Gambar 6 : Grafik permeabilitas
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan standarisasi AAPA 2004 untuk mendapatkan nilai marshall dan permeabilitas, sehingga dapat mengetahui hasil presentase pengaruh penambahan sulfur yang terbaik. Oleh karena itu, untuk penelitian yang akan datang, penulis menyarankan agar: 1. Pengujian campuran aspal berpori dengan bahan tambah sulfur diharapkan dapat dilengkapi dengan pengujian cantabro loss dan pengujian kuat tarik tak langsung (ITS). 2. Penggunaan kadar sulfur perlu ditambah dengan mengurangi besar kelipatan, sehingga hasil penelitian lebih akurat. 3. Penggunaan penetrasi aspal yang lebih tinggi dari aspal pen 60/70, penetrasi aspal yang lebih tinggi biasanya digunakan didaerah yang lebih dingin. 4. Penggunaan bentuk agregrat dipenelitian ini tidak memiliki ukuran yang seragam, sehingga dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan agregrat kasar dan agregrat medium yang seragam. 5. Perlunya penambahan jumlah benda uji, untuk menambah keakuratan hasil penelitian. 6. Perlu meneliti hasil campuran aspal berpori dengan sulfur menggunakan pengujian SEM (Scanning Electron Microscope). Berupa foto yang berfungsi untuk melihat secara mikrostruktur dengan ketelitian hingga 10 µm.
Sumber : Hasil Analisis Peneliti
Dari hasil pengujian ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya kadar sulfur nilai permeabilitas mengalami penurunan hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya kadar sulfur interlocking yang terjadi pada agregat dan aspal semakin kuat, sehingga rongga/pori yang ada akan semakin tertutup. Rongga dalam campuran sendiri mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik dengan stabilitas. Dapat dilihat pada grafik stabilitas. Pada kadar 5% stabilitas paling tinggi sedangkan pada kadar sulfur 5% permeabilitas paling rendah. Hal ini membuktikan bahwa sulfur dengan kadar 5% memberikan interlocking yang kuat. Secara keseluruhan permeabilitas memenuhi standar yang ada yaitu minimal 0.1 cm/det. UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak PT. Merakindo Mix yang telah memberikan dukungan ataupun bantuan dari segi material dan alat demi kelancaran dan kesuksesan penelitian aspal berpori dengan bahan tambah sulfur. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengujian karakteristik aspal berpori menggunakan aspal pen 60/70 menghasilkan nilai kadar aspal optimum (KAO) sebesar 4.75%. Persentase penambahan sulfur yang menghasilkan stabilitas yang baik untuk campuran aspal berpori adalah 5%. Pada penambahan ini didapatkan nilai stabilitas 563 Kg dengan persentase kenaikan 10.18%. flow dan permeabilitas mengalami penurun setelah campuran ditambahkan sulfur, namun penurunan tersebut tidak melewati batas yang ditentukan. Marshall Quotient mengalami peningkatan dengan seiring bertambahnya kadar sulfur. 2. Pengaruh penambahan sulfur mempengaruhi nilai dari karakteristik marshall diantaranya: a. Stabilitas mengalami kenaikan pada kondisi KAO, dibandingkan dengan kadar sulfur 0% (kontrol) stabilitas meningkat pada kadar sulfur 5% dan 7%. b. Flow mengalami penurunan dari kondisi kontrol (0%) akibat penambahan sulfur.
REFERENSI Ali, Nur. 2013. “Studi Penggunaan Serat Ijuk Sebagai Bahan Tambah Pada Aspal Porous Liquid Asbuton” (108M). Universitas Hasanuddin: Makassar. Australian Asphalt Pavement Association. 2004. National Asphalt Specification. Austroads, 2003. Asphalt Particle Loss. Austroads Asphalt Test AST 07:2003. Austroads: Sydney, Australia. Cris, Dittus.2015. ”Porous Asphalt”. Jurgensen Companies. Ohio America. Djumari dan Djoko Sarwono. 2009. “Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan Material Lokal Dengan Metode Pemampatan Kering”. Universitas Negeri Semarang: Semarang. Hardiman. 2008. “Tinjauan Aspal Porus Dwilapisan Sebagai Lapis Permukaan Jalan Yang Ramah
121
Rekayasa Teknik Sipil Vol. 01 Nomor 01/rekat/17 (2017), 117 - 122
Dengan Lingkungan Perkotaaan”. Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh. John S. Coplantz, Margot T. Yapp, and Fred N. Fiinn, 1993. Co-Principal Investigator: Review of Relationships between Modified Asphalt Properties anda Pavement Performance: Washington DC. Katsuji Nidhijima, Shigeo Higashi dan Masaki Ikeuchi.2009. “Development Of Re-paved Porous Asphalt Pavement Method For Reconstucting Existing Dense Graded Asphalt Pavement Into Porous Asphalt Pavement Into Porous Asphalt Pavement Using The In-place Surface Recycling Method”. Proceeding Of 13th Conference Of the Road Engineering Association Of Asia and Australia (REAAA). Mashuri dan Jurair Patunrangi. 2011. “Perubahan Karkteristik Mekanis aspal yang Ditambahkan Sulfur Sebagai Bahan Tambah”. Universitas Tadulako: Palu Dalam Majalah “MEKTEK” (Vol. XIII No. 2), Mei 2011. Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall.2003.RSNI M-01. Pusjatan-Balitbang PU. Miradi. A.A.A. Moleenar, M.F.C. Van de Ven.2009. “Performance Modeling Of Porous Asphalt Concrete Using Artificial Intelligence, Road Materials and Pavement Design”. ICAM. Muh. Nashir, Herman Parung, Nur Ali dan Tri Hariyanto. 2013. “Kinerja Campuran Aspal Berpori Dengan Menggunakan Aspal Polimer Starbit Jenis E-55” Universitas Hasanuddin: Makasar. NCHRP Annotated Literature Review for NCHRP Report 640. Volume III of Contractor’s Final Report. 2009. Nasional Cooperative Highway Research Program. Nurdajat, Dodi. 2007. “Perbaikan Sifat Agregrat Dengan Belerang Untuk Meningkatkan Kinerja Campuran Beraspal“. Jurnal Teknik Sipil (Vol. 5 No. 1). Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional. Bandung. 17-25 Nurul, Jauhari.2013. “Karakteristik Marshall Test Pada Campuran Aspal Berongga Menggunakan Batu Karang Dan Buton Natural Asphalt (BNA)”. Universitas Hasanudin Makassar. Paul D. Wikerson. 2008. Porous Asphalt Parking Lot Sand Run Metro Park. Ohio America. Perkerasan Aspal. 2010. Spesifikasi Umum Bina Marga Devisi 6. Porous Asphalt Durability Test. New Zealand. Porous Asphalt Pavement Design, Construction and Maintenance. flexible pavements of OHIO America. Sarwono, Djoko dan Astuti Koos Wardhani. 2007. “Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran Porous Asphalt”. Media Teknik Sipil. 131138. Setiawan, Arief. 2012. ”Pengaruh Sulfur Terhadap Karakteristik Marshall Asphalt Concreate Wearing Course (AC-WC)”. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi (Vol. II No. 1)
Jurusan Teknik Sipil. Universitas Tadulako: Palu. Sevtiola, Nurul. 2014. ”Peningkatan Kualitas Nilai Penetrasi Aspal Sintetis Dari Camouran Plastik (Polipropilen) dan Ban Beks dengan Penambahan Sulfur”. Politeknik Negeri Sriwijaya: Sriwijaya. SHRP-A-631-1993. Strategic Highway Research Program. Washington DC. Spesifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi. 2003. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia, Badan Standardisasi Nasional, 2003, “Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas Dengan Alat Marshall RSNI M-01-2003”. Sumarsono, Widyastuti, dan Ary Setyawan. 2013. “Perbandingan Karakter Apal Porus Menggunakan Aggregrate Gravel Dan Kerikil Merapi Dengan Agregrat Konvesional (268M)”. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Surya Kencana, M. Wihardi dan Achmad Bakri. 2013. ”Karakteristik Aspal Porus Menggunakan Limbah Beton Pangganti Parsial Batu Pecah Alam Dengan Pengikat Liquid Asbuton”. Unversitas Hasanuddin: Makasar. UNHSC Design Specifications for Porous Asphalt Pavement and Infiltration Beds . University Of New Hampshire. Zuliansyah, Alfriady dan Muis, A Zulkarnain. 2015. “Pengaruh Penggunaan Rubberized Asphalt Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Porus”. Universitas Sumatera Utara: Medan.
122