MANFAAT PENGEMBANGAN FASILITAS ANTENA SELULER TERPADU Dl KOTA BATAM
THESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Oleh:
WIRATMOKO NIM : 25406012
MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INsniTUTTEKNOLOG IBANDUNG
2007
MANFAAT PENGEMBANGAN FASILITAS ANTENA SELULER TERPADU Dl KOTA BATAM
Oleb
Wiratmoko -;;:::::::=---!:::!~ : 25406012
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Widiarto, MCRP, Ph.D NIP. 131 126 956
II
MANFAAT PENGEMBANGAN FASILITAS ANTENA SELULER TERPADU Dl KOTA BATAM THESIS
Oleh
Wiratmoko NIM: 25406012
Menyetujui, Pembimbing Tanggal :
Ir. Widiarto, MCRP, Ph.D NIP. 131 126 956
Ketua Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Sekol itekstur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan lnstitut Teknologi Bandung,
iii
ABSTRAK Manfaat Pengembangan Fasilitas Antena Seluler Terpadu di Kota Batam Wiratmoko, NIM: 25406012 Kondisi tata ruang perlrotaan dengan banyak menara-menara telekomunikasi seluler berjajar di satu titik lokasi mudah terlihat akhir-akhir ini. Selain menggambarkan manfaat adanya pilihan lengkap layanan telepon seluler, jajaran menara tunggal juga memberikan dampak negatif. Tidak terkecuali di Kota Batmn, horison langit dengan kondisi banyaknya menara tunggal yang didirikan operator di satu titik lokasi dapat mengurangi keindahan pemandangan kota, kenyamanan, dan bahkan keselamatan penduduk. Menara-menara tunggal tersebut di satu sisi memunculkan keluban masyarakat, tetapi di sisi lain memberikan peluang otoritas publik untuk menanganinya. Salah satu upaya yang dapat ditempub pemerintah adalah dengan mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu. Studi ini bertujuan mengeksplorasi manfaat pengembangan fasilitas antena seluler terpadu tersebut.. Aspek-aspek manfaat yang diterima oleb masyarakat, operator, dan pemerintah bendak disoroti. Cara mengetahui manfaatnya adalah dibandingkan dengan program lain sebagai alternatif. Dengan menyandingkan kedua infrastruktur telekomunikasi seluler tersebut menurut aspek yang terlibat dalam operasionalisasi, akan diperoleb gambaran manfaat pengembangan fasilitas antena seluler terpadu. Karena objek menara tunggal yang telah ada atau teJjadi dan perlunya diketahui manfaat menara terpadu, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian evaluasi. Penggunaan analisis finansial lebib dikedepankan daripada analisis ekonomi karena alasan kecukupan dan kesederbanaan. Informasi dan data yang diperoleb bersifat kuantitatif. Untuk menganalisis informasi tersebut, metode matematis sederbana dan konsep nilai waktu dari uang seperti metoda Present Value (PV) diterapkan pada aliran pembiayaan maupun pendapatan. Pada umumnya, desain radio frequency untuk setiap operator memiliki kesamaan lokasi. Dengan pola mengikut dari para operator, untuk satu lokasi jumlah menara tunggal bisa menjadi 4 bingga 7. Tetapi dengan menara terpadu di seluruh lokasi banya memerlukan satu menara sehingga berpotensi menurunkan gangguan dan keluhan dari masyarakat. Manfaat berupa penghematan biaya bagi operator sangat signiftkan berkisar antara II% hingga 46% untuk satu menara terpadu dengan jumlah penyewa sebanyak 7 operator bila dioperasikan dari 5 hingga 40 tahun dengan tingkat bunga I2%. Makin besar tingkat bunga, makin besar penghematan yang terjadi. Dengan kondisi yang sama dan menggunakan PV, pendapatan daerah netto dari basil sewa menara terpadu per lokasi sebesar Rp.l,7 Miliar bingga Rp.5,5 Miliar. Jika jumlah operator penyewa setiap menara terpadu berubah, begitu juga dengan pengubahan tingkat bunga, faktor pengali sewa, dan barga sewa, maka perilaku penghematan dan pendapatan juga berubah. Antisipasi terbadap perubahan tersebut dapat dilakukan dengan memperbatikan basil uji sensitivitas. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan karena konsistensi perilaku keduanya terbadap faktor-faktor pengubah di atas. Jumlah operator penyewa per menara yang banyak, tingkat bunga tinggi, dan tarif (prosentase dan barga) sewa rendah akan disukai operator sehingga tidak ada keberatan untuk memasang peralatannya di fasilitas terpadu. Dari sisi pendapatan, perubahan tingkat bunga dan tarif sewa akan berkebalikan sebingga nantinya diperlukan sebuah negosiasi.
Dari kajian dapat disimpulkan bahwa manfaat yang diperoleb dari pengembangan antena seluler terpadu sangat signifikan. Manfaat tersebut berupa penurunan gangguan yang diterima masyarakat, penghematan biaya operator dan penambahan pendapatan daerah. Penelitian ini memiliki makna, khususnya dalam kaitannya dengan Iayanan publik (public service) dan juga bermanfuat dalam efisiensi tata ruang. Penerapan dalam skala Batam maupm
Indonesia dapat memberikan agregat rnanf3at yang besar.
Kata kunci : manfaat, gangguan, penghematan, pendapatan, present value.
iv
ABSTRACT The Benefit ofIntegrated-CeUular-Antenna-Facility Development in Kota Batam Wiratmoko, NIM: 25406012 Urban landscape with many ceUu/ar teJecommunicaJion towers which array at one location has been easily found recently. 1his condition indicated the service choice benefit ofexisting ceUu/ar phone, but in other hand single tower array also contributed negatifimptx:t. Unexception in Kota Batam, skyline with so many towers built by operators at one spot would degrade the beauty qf Batam, convenience, and even public sqfety. In one side, the single towers emerge complaint but in other side these give a chance to public authority to control them. One ofpossibilities is to develop integrated cellular antennafacility. The study objective is to explore the benefit ofintegrated tower development from the point ofview community, government, and cellular operator. To know the benefit is by comparing both type of infrastructures based on those operational aspects. The existing of single towers and the attempt to know benefit ofintegrated towers are characterizing the study as an evaluation research. Financial analysis is extended more than economic analysis due to sufficiency and simplicity reason. Information and data collected is quantitative, and simple mathematic method as well as the time value concept ofmoney (such as present value/ PV) are applied. Generally, RF design point to certain common location. By following pattern at one location, the amount of single tower can reach 4 to 7 towers. It could be avoided by using only one integrated tower so then having potential to suppress or degrade disturbances and even eliminate public complaints. Operator will book a cost saving very significance from 11% to 46% for one integrated tower, with 7 operators every tower, leasing duration 5 till 40 years, and interest rate 12%. Hence, higher interest rate, bigger cost saving happened. In similar condition and using PV, net local revenue earned by government from leasing of 1 integrated tower could reach Rp.1. 7 Billion to Rp. 5. 5 Billion. In the sensitivity analysis, it is found that if the number of lessee-operators each integrated tower, interest rate, leasing tariff (D.AI multiplier & leasing price) changed then the cost saving and government revenue will be influenced appropriately as well. So any change in financial circumstances could be anticipated by reviewing the sensitivity test results. It is possible due to consistency of both (operator cost savings and government revenues) to the above mentioned variables. The favorable condition prefered by operators is high lending interest rate and low leasing tariff. Those will induce operators and no objection to install their cellular equipments at integrated facility. Meanwhile, local government revenues side contrast with operators efficiency on the changing of interest rate and leasing tariff This situation convey to a negotiation requirement. The study concluded that the benefit gained from the development ofintegrated cellular antenna facility is quite significant. The benefit comprises disturbance reduction received by community, cost saving experienced by operator, and additional local revenues. The research is. meaningful especially in public service and can lead to space e.ficiency, too. The agregat benefit would be huge ifthe integrated tower leasing scheme applied in all region ofBatam or even Indonesia.
Key word : benefit, disturbance, saving, revenue, present value.
v
PEDOMAN PENGGUNAAN THESIS
Thesis S2 ini tidak dipublikasikan, terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Tnstitut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk urnum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbemya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh thesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
vi
KATAPENGANTAR Alhamdulilla~ atas kurnia kasih sayang Alloh subhaana hu wata'alaa thesis ini dapat terselesaikan sampai tuntas, menurut target-target yang telah ditetapkan. Syukur tak terhingga juga penulis rasakan karena selain dimampukan Alloh untuk merampungkannya juga dipertemukan dengan berbagai kalangan baik di Batam, Jakarta, maupun Bandung yang mendukung thesis ini.
Melalui kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada pribadi dan semua pihak I kalangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Namun, secara khusus, penghargaan dan terirna kasih disampaikan kepada : a
a
a
a a
a
a a
a
a
Bapak Widiarto, Ir., MCRP, Ph.D selaku dosen pembimbing thesis, atas dorongan dan guideline yang diberikan. It's very inspiring, at all. Bpk. Ibnu Syabri B.Sc., Ph.D dan Bpk lwan PK, Ir., MT selaku dosen mata kuliah Studio Thesis Sistem Infrastruktur dan Transportasi, serta Bpk. Heru Purboyo HP, lr., DEA., Ph.D untuk masukan-masukannya, Bpk. Pradono, SE, M.Ec.Dev., Dr-Eng, dan Bpk Denny Zulkaidi, Ir., MUP, Dr.(Candidate) selaku dosen pembahas dan sekaligus dosen penguji, Bpk. Hastu Prabatmodjo, Ir., MS., Ph.D selaku dosen wali atas arahan-arahannya, Bpk. Agung Harsoyo, Ir. MSc., Dr. dan Rekan Jaka Suryana, Ir., MT, dari Teknik Elektro ITB, Rekan Eko Widodo, lr., Bpk. Heru Basuki, Ir., MBA (Telkom, Tbk.), Rekan Denny Setiawan, Ir. (Ditjend. Postel) dan rekan-rekan di Lab Radar ITB serta ternan-ternan EL '90 ITB untuk kesediaannya memberi masukan baik melalui diskusi secara langsung maupun via email, Rekan-rekan Studio Infrastruktur dan Tranportasi atas dukungan dan korsa yang baik selama ini. Rekan-rekan di Studio Perencanaan Wilayah, Studio Rancang Kota dan Studio Diknas, ternan-ternan program S-1 di Himpunan Planologi dan HMElektroteknik yang sekalipun tidak terkait langsung namun banyak memberikan motivasi, StaffProdi PWK SAPPK di Tata Usaha dan Perpust Plano, Instansi-instansi terkait seperti Bappeko dan Bawasko Batam, Dinas Kimpras Kota Batam, Dispenda Kota Batam, PDSI OB, PT Telkom Tbk, PT PLN Kota Batam, yang telah memberi kesempatan penulis untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, Pemko Batam secara keseluruhan dan Bappenas yang memberi kesempatan penulis untuk tugas belajar menempuh pendidikan magister ini di ITB, Dan, tentu saja untuk dorongan & pengertian istri penulis : Drg. R.B. Kesumawati, serta keluarga besar di Batam, Palembang, Jakarta, Bandung, Klaten, Solo, Pacitan, Banjarmasin, maupun di Detroit (USA) atas segala dukungannya.
Sekalipun telah berupaya keras namun penulis sadar bahwa thesis ini masih banyak mengandung kekurangan dan kelemahan dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman. Kekurangan tersebut sepenuhnya tanggung-jawab penulis. Diharapkan dalam bentuknya yang sederhana, laporan ini dapat memberikan manfaat. Bandung, Medio September 2007
Penulis
vii
..... dan tidak pernah (pula) Komi membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (Q.S. AL QASHASH: 59)
rstyl.R,u DYg. R.."B.. Ke.Sumawatl. vtll\.tuR. vioYo""-0a ~~'- sema 111.0at pe111.0ertl.a ~~'- via~~'- pe111.0oYba V~-a ~~'-~~'-!::!a 1::1 a111.0 s u 111.0 g u ~ me V~-a ~ u bR.a ~~'-
ull\.tuR. s!::!uR,uyR,u pacta R.abb pavia yaR,!::!at
eta~~'- '~uta111.0'R.u
viii
DAFfARISI Bab
Uraian
Hal.
Lembar Pengesahan .. .... .. .. ....... ..... .. .. ..... ..... .. .... .. ..... ............. ... ..... .... ... .... ......... .. .. Abstraksi .. ....... ... . .. ... .... ......... ....... .................. .. .......... ......... .. .............. ................. Pedoman Penggunaan Thesis................................................................................ Kata Pengantar ... ....... ................... .. ........ .......................... ....... ....... ...................... Daftar lsi ............... ... .... ......... ...................... ... ............ ........... .. ....... ..... ........... .. .... Daftar Tabe I ........ ....... ............. ....... ................ ..................... .... ....... ..... ................. Daftar Gam bar..... ....... ............. ..... .................. ............. ............ ............ .................
ii iv vi vii ix
1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1.1 Latar Belakang. ..... .. ... .. ...... ..... ..... .. ........... ..... .. ..... .. .. ... ... ........ ..... .. .. ........... .. .. 1.2 Perumusan Tujuan .......................................................................................... 1.3 Pendekatan Studi ........... ........... ................ ... ...... ... .. .... ... .......... ...... .... .. ......... .. 1.4 Lingkup Studi ................................................................................................. 1.5 Metodologi Penelitian ..................................................................................... 1.6 Pentingnya Studi ....................... :.... .. ... .. ....... .... .. ..... .. ...... ..... ..... ..... ...... ... .... .. .. 2 TINJAUAN TEORI......................................................................................... 2.1 Analisis Ekonomi .......................................................................................... . 2.2 Analisis Finansial .......................................................................................... . 2.3 Dampak dalam Ekonomi ................................................................................ . 2.4 Peranan Pemerintah ....................................................................................... . 2.5 Biaya Pelaksanaan Pembangunan .................................................................. . 2.6 Konsep Leasing ............................................................................................. . 2. 7 Konsep Nilai Waktu dari Uang ...................................................................... . 2.8 Bunga dan Teknik Penghitungan Nilai Uang .................................................. . 2.9 Uji Sensitivitas............................................................................................... . 3 KONDISI EKSISTING .................................................................................. . 3.1 Umum ........................ :.................................................................................. . 3 .2 Skala Kegiatan Penduduk .............................................................................. . 3 .2.1 Jenis kegiatan .............................................................................................. . 3.2.2 Jumlah tenaga kelja..................................................................................... . 3.2.3 Jumlah penduduk dan beberapa implikasinya .............................................. . 3.3 Layanan Infrastruktur Kota ............................................................................ . 3.3 .1 lnfrastruktur urn urn di Kota Batam .............................................................. . 3.3 .2 Infrastruktur telekomunikasi ..........................................•............................. 3.3 .3 Infrastruktur telekomunikasi seluler di Kota Batam ..................................... . ANTENA SELULER TERPADU .............. . FASILITAS 4 MANFAAT PENGEMBANGAN . . 4.1 Biaya ............................................................................................................. . 4 .1.1 B iaya pada Menara Tunggal. ....................................................................... . 4.1.2 Biaya pada Menara Terpadu ........................................................................ . 4.1.3 Biaya sewa Menara Terpadu ....................................................................... . 4.2 Benefit Pengembangan Menara Terpadu ...................................................... .. 4.2.1 Berkurangnya gangguan .............................................................................. .
1 1
IX
XI
xii
5 6 7 8 12 14 14 15 16 19 20
21 23 24 27 29 29 31 31 36 37
40 41 43 46 57 57 58
60 61 61 61
4.2.2 Benefit operator dari sisi biaya sewa ............................................................ 4.2.3 Benefit pemerintah daerah dari basil sewa untuk pendapatan daerah ............ 4.3 Uji Sensitivitas................................................................................................ 4.3 .1 Pengarub tahun (durasi) sewa, jum lab operator penyewa, dan tingkat bunga (i) .................. .................... ..................................... ........ 4.3.2 Pengubahan faktor pengali tarif sewa ........................................................... 4.3.3 Sensitivitas terbadap besar tarif sewa ........................................................... 4.4 Temuan Studi ................................................................................................. 5 KESIMPULAN ... ......... ... ...... ... .... ......... ..... ... .... ..... .................. .. ..... .. ..... .. .. .. .... 5.1 Kesimpulan... .. .... .. .. .. .......... ....... .. .. .... .. ... ...... ....... . .. .. .. ... ....... ......... ...... ... .. .... .. 5.2 Rekomendasi ... ..... .. .. ... .. ...... ....... ......... ... .. ....... ....... .... .......... ...... ... ......... .. .. .. ..
63 65 69
DAFfAR PUSTAKA...........................................................................................
96
69 81 86 91 92 92 93
LAMPIRAN Lamp iran A : Penghitungan biaya operator dengan jumlah operator 7, ................. Durasi dari 5 bingga 40 tahun, Tingkat bunga 12% Perbitungan biaya operator dengan jumlah operator < 7 Perbitungan biaya operator dengan tingkat bunga 18% dan 25% Lampiran B : Penghitungan pendapatan daerah dari sewa menara terpadu Jumlah operator 7, .................................................................................. Durasi dari 5 bingga 40 tabun, Tingkat bunga 12% Perbitungan pendapatan daerah dengan jumlah operator < 7 Perbitungan pendapatan daerah dengan tingkat bunga 18% dan 25%
X
LA-I
LB-1
DAFfAR TABEL No.
Uraian
1.1 Kerangka Analisis .. ... ........... .. .... . ..... .. .. ... ... ..... .. ... ........ ... .. .. ... ..... .... .... ... .. .. .. 3.1 Perbandingan Pertumbuhan ekonomi Kota Batam, Propinsi Riau dan Indonesia, 1999-2003 .................................................................................... 3.2 Perbandingan struktur ekonomi (Atas Dasar Harga Berlaku) Kota Batam .... 3.3 Pemanfaatan Laban di Kota Batam.............................................................. 3.4 Panel Data Kota Batam 2007 .............................. ......................... .. ............. 3.5 Perkembangan prasarana dan sarana di Kota Batam ..................................... 3.6 Sentral Telepon Otomat dan Node Komunikasi Data di Kota Batam ........... 3. 7 Sambungan Telepon (Wire line) Kota Batam ............................................... 3.8 Jumlab BTS setiap operator di Kota Batam ................................................. 4.1 Biaya pada menara tunggal (72 m) .............................................................. 4.2 Biaya pada menara terpadu (72 m) ............................................................... 4.3 Tarif Sewa Menara Terpadu (Multi Operator).............................................. 4.4 Contoh penjadwalan hipotetik pembangunan, kolokasi, dan pemakaian menara terpadu .... .. ... ...... ... .... ... .. .. .............. .... ... ...•.. ....... ..... .... ..... .. .. ..... .. .... 4.5 Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun) ........................................................................... 4.6 Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu......................... 4. 7 Rekapitulasi Pemetaan biaya-biaya dan gangguan pada Menara Sendiri dan Menara Terpadu ................................................ .................................... 4.8 Skala benefit satu kota (perbandingan jumlab menara terhadap gangguan, pendapatan, dan pemakaian laban) ... .... ... .. .... .. ....... ....... ........... .. .. ..... .. ......... 4.9 Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun}, selama 5 Tabun................................................. 4.10 Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 7 antena I menara) terhadap menara tunggal.................................... 4.11 Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun}, selama 15 Tabun .............................................. 4.12 Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 4 antena I menara) terhadap menara tunggal.................................... 4.13 Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, i = 12% .. ....... ......... ... .. .. .. ... ...... ..... ....... .. .. ....... .... 4.14 Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, i = 18% .....·.......................................................... 4.15 Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, Pada tingkat bunga yang berbeda (12% - 25 %)..................... 4.16 Rekapitulasi pendapatan menyewakan menara teq)adu (nilai sekarang netto), i = 12% .......................................................................................... 4.17 Rekapitulasi pendapatan menyewakan menara terpadu (nilai sekarang netto), i = 18% ......................................................................................... 4.18 Rekapitulasi pendapatan menyewakan menara terpadu (nilai sekarang netto}, i = 25% ... ..... .. ....................... .... ..................... .. .. ..... .. ....
xi
Hal. 8 32 33 39 40 42 45 46 47 59 60 61 62 64 65 67 68 70 71 72 73 74 75 77
78 78 79
No.
Uraian Tabel
4.19 Rekapitulasi pendapatan dari basil sewa (nilai sekarang netto), pada tingkat bunga yang berbeda ( 12 % - 25 %) .............. ................................ .... 4.20 Pengubahan faktor pengali Multi Operator.................................................... 4.21 Pemetaan biaya-biaya dan gangguan pada Menara Sendiri dan Menara Terpadu dengan adanya perubahan faktor pengali pada tarif sewa................. 4.22 Skala benefit satu kota dengan faktor pengali telah diubah...........................
xii
Hal. 80 81 82 83
DAFfAR GAMBAR No.
Uraian
1.1 Kerangka Pikir. .. .... ... ... .... ... .. .... .. ... ......... .. ....... .... ... ... .. .. .. ..... ...... .. ..... .... ... .... .. 3.1 Peta Orientasi Kota Batam .... ....... .. .... .. .............. ..... ....... .. ...... ..... ... .. .. ..... ........ 3.2 Peta Pulau Batam &Bare lang.......................................................................... 3.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam ........................................................ 3.4 Perkembangan wisata asing di Kota Batam ..................................................... 3.5 Skala investasi Kota Batam.......... .. ...... ... .... .. .... ... ............................ ....... ........ 3.6 Perkembangan Tenaga Kelja Kota Batam ...................................................... 3.7 Perkembangan penduduk Kota Batam............................................................. 3.8 Infrastruktur Telekomunikasi di Kota Batam................................................... 3.9 Grafik perkembangan sambungan telepon kabel di Kota Batam ...................... 3.10 Contoh 1 jajaran menara tunggal di Tanjung Piayu, Kota Batam ................... 3.11 Contoh 2 jajaran BTS di dekat Bandara Hang Nadim ..... ....... .. ....... ....... .. ...... 3.12 Sebaran.seluruh BTS di Kota Batam ............................................................. 3.13 Sebaran.seluruh BTS di Kota Batam (di zoom).............................................. 3.14 Sebaran.BTS grup Telkom dan XL di Kota Batam ..................................:..... 3.15 Sebaran BTS grup Telkom di Kota Batam.................................................... 3.16 Zoom sebaran. BTS grup Telkom di Kota Batam .......................................... 3.17 Zoom sebaran. BTS grup Indosat di Kota Batam ...... ...... .. .......... .... .. .. ... ........ 3.18 Zoom sebaran. BTS Excelcomindo di Kota Batam ....................................... 4.1 Selisih biaya sewa menara terpadu (72 m, @ 7 operator) vs biaya menggunakan menara tunggal ...... ......... .... ....... ..... .... ..................... .......... ... .. 4.2 Selisih biaya sewa menara terpadu (72 m, @ 4 operator) vs biaya menggunakan menara tunggal. ........... ..... .... ... .... .. ........ .. ............. ... .. .. ..... .. ...... 4.3 Sensitivitas pdjumlah operator (i = 12%) ....................................................... 4.4 Sensitivitas pdjumlah operator (i = 18%) ....................................................... 4.5 Sensitivitas pd jumlah operator (i = 25%) ....................................................... 4.6 Sensitivitas penekanan biaya pada i = 12o/o, 18%, 25% .................................. 4.7 Sensitivitas revenue pdjumlah operator (i = 12%) .......................................... 4.8 Sensitivitas revenue pd jumlah operator (i = 18%) ......................................... 4.9 Sensitivitas revenue pd jumlah operator (i = 25%) ......................................... 4.10 Sensitivitas pendapatan netto pada i = 12%, 18%, 25% ............................... 4.11 Langkah penyusunan template melihat sensitivitas basil studi ....................... 4.12 Perbandingan penekanan biaya sebelum dan sesudah pengubahan faktor pengali tarif sewa.......................................................................................... 4.13 Perbandingan sensitivitas pendapatan bersih sebelum dan sesudah pengubahan faktor pengali tarif sewa .. .. ..... ........ ............... ............. ......... ...... 4.14 Perbandingan penekanan biaya ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Sebelum faktor pengali tarif diu bah)............................................
xiii
Hal. 13 30 30 32 34 35 36 47 44 46 48 49 50 51 52 53 54 55 56 71 73 74 75 76 77 78 79 79 80 81 84 85 87
No.
Uraian Gambar
4.15 Perbandingan penekanan biaya ketika tarif diturunkan. tetap, dan dinaikkan (Setelah faktor pengali tarif diubah) .............................................. 4.16 Perbandingan pendapatan netto ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Sebelum faktor pengali tarif diubah)............................................ 4.17 Perbandingan pendapatan netto ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Setelah faktor pengali tarif diubah) ..............................................
xiv
Hal.
88 89 90
1
BAB1 PENDAHULUAN
1.1 La tar Belakang Manfaat 1 yang diperoleh dari suatu kegiatan seringkali diikuti dengan dampak negatif. Berdirinya pabrik, layanan listrik, dan layanan telekomunikasi yang baik sangat penting bagi perekonomian kota. Namun, pengotoran udara, pengotoran air, kebisingan, dan rusaknya pemandangan karena kabel layang antar tiang listrik melintang di perempatan jalan atau banyaknya menara di satu titik lokasi juga menjadi contoh dampak kegiatankegiatan tersebut yang bisa diterima masyarakat. Terdapat kenyataan bahwa dampak-dampak di atas tidak hanya terjadi pada skala yang terbatas seperti antara dua tetangga atau dua industri bersebelahan. Pihak-pihak yang terlibat tidak hanya individu - individu, tetapi bisa beberapa kelompok atau masyarakat. Dampak dapat merambah pada suatu kawasan, kota, wilayah, dan nasional (Gray, 2002). Polusi udara dapat dirasakan tidak hanya di satu kota, tetapi negara tetangga pun terkena dampaknya. Beberapa tindakan penanganannya yang bemiat mengkuantifikasi dampak dan membebankannya . pada sumber kemunculannya banyak menemui kesulitan. Melihat skala dan kerumitan masalah dampak tersebut, pemerintah memiliki titik masuk untuk melakukan penanganan sehingga alokasi sumber daya ekonomi daerah dapat efisien. Upaya-upaya mengatasi dampak negatit merupakan tantangan bagi otoritas publik agar secara ekonomi terjadi pemanfaatan sumber daya secara efisien dan adil. Bentuk-bentuk pajak maupun subsidi diterapkan. Namun pemerintah juga sering mengambil tindakan langsung seperti pembersihan sampah di selokan. Biaya yang dikeluarkan untuk penanganan semacam ini cukup besar dan diambilkan dari anggaran daerah. Semakin banyak dan besar kegiatan menangani dampak negatif maka makin berat beban anggaran pendapatan dan belanja daerah.
1 Gittinger (1928) memberikan definisi sederhana dari manfaat yaitu segala sesuatu yang membantu tujuan. Tujuan dapat berupa peningkatan pendapatan, misalnya.
2
Kegiatan- kegiatan yang berpeluang meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) akan dapat membantu meringankan anggaran. Dengan demikian kegiatan lain dapat terbantu. Jenis dan jumlah kegiatan tahunan yang diselenggarakan pemerintah daerah akan dapat bertambah, menyentuh lebih dalam pada layanan publik. Semakin besar kemampuan pemerintah kota menjangkau dimensi pelayanan menjadikan size ofthe government juga makin besar (Sidik,2007). Manfaat suatu kegiatan menjadi berkurang nilainya akibat dampak negatif yang membebani masyarakat. Dengan meminimalkan dampak tersebut, nilai kemanfaatan akan bertambah. Hal ini memberikan jalan untuk menangani dampak guna meningkatkan manfaat suatu kegiatan. Jika dilakukan tindakan altematif dari tindakan yang telah ada dan temyata menghasilkan penurunan dampak negatif, tindakan altematif berfungsi baik dan memberikan manfaat. Jika untuk jaringan distribusi digunakan kabel tanam (kabel bawah tanah), atau jika dalam layanan telekomunikasi dipasang menara terpadu sebagai altematif dari menara tunggal, maka gangguan yang ditimbulkan oleh kabel atas tanah dan menara-menara tunggal akan berkurang. Sebagai salah satu kasus yang juga dapat merepresentasikan hal itu adalah upaya mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh jajaran menara telekomunikasi seluler di satu titik tempat. Pembangunan infrastruktur menara antena seluler memang di satu sisi memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan komunikasinya tetapi di sisi lain menimbulkan dampak negatif. Keluhan masyarakat terhadap jajaran menara tunggal ini antara lain merusak estetika pemandangan kota dan kecemasan jatuh I tumbangnya menara serta peningkatan intensitas sambaran petir. Masyarakat juga mencemaskan radiasi elektromagnetik. Akibat lain jajaran menara tersebut, teljadi perdebatan nilai lahan di dekat menara telekomunikasi dan perselisihan warga atas penggunaan lahan untuk menara yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Horison langit Kota Batam dengan kondisi banyaknya menara tunggal yang didirikan operator di satu titik lokasi dapat mengurangi keindahan pemandangan kota, kenyamanan, dan bahkan keselamatan penduduk. Karena berdiri di tengah pemukiman atau dekat dengan jalur aktivitas penduduk, keberadaan menara-menara itu dinilai mengancam keselamatan warga. Demi titik yang optimum operator juga tidak segan
3
memasang menara antena seluler di atas gedung. Di luar perhitungan keamanan yang telah dilakukan, masalah ini mengkhawatirkan banyak pihatc2, Sementara itu dari sisi operator, menara tunggal juga temyata menimbulkan masalah seperti sulit dan mahalnya perijinan, serta adanya tekanan atau protes desakan masyarakat. Sebuah altematif yang menggantikan pola pemakaian menara tunggal dan dapat mengurangi gangguan kepada masyarakat diperlukan. Altematif ini dikatakan memberikan manfaat. Sebagai otoritas publik, menghadapi kenyataan ini pemerintah dituntut dapat menjalankan fungsinya dalam mengefisienkan infrastuktur telekomunikasi ini. Pemerintah perlu berupaya mencari cara menghadapi masalah semrawutnya menara antena seluler di Kota Batam. Di satu sisi terdapat keluhan gangguan serta inefisiensi biaya dan penggunaan lahan pada pembangunan menara BTS oleh setiap operator seluler, namun di sisi lain hal ini merupakan peluang bagi pemerintah untuk ambil bagian mengatasinya. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan menara telekomunikasi terpadu. Fasilitas antena seluler terpadu memungkinkan beberapa operator seluler memasang pirantinya di satu tempat tanpa harus membangun dan memeliharanya. Jika menggunakan menara terpadu, operator dapat berharap berkuranglhilangnya tekanan terhadap pembangunan menara tunggal akibat keluhankeluhan masyarakat. Operator tidak lagi secara langsung berhadapan dengan keluhan masyarakat pada infrastruktur dimaksud. Bila sebelumnya harus mengurus perijinan membangun menara yang kadang sangat sulit dan merepotkan maka sekarang tidak perlu lagi. Operator telepon seluler dapat memasang piranti antena selulemya dengan cara menyewa pada fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah. Tidak ada tambahan beban pada operator tetapi justru reduksi biaya produksi. Dengan hanya menyewa fasilitas, operator mengeluarkan biaya kurang dari sebelumnya karena berhagi (sharing) infrastruktur dengan operator yang lain. Berbeda dengan cara sebelumnya (seperti pajak dan instalasi pengolah untuk kasus polusi), inovasi mengatasi ekstemalitas negatif Di daerah lain, hal ini telah memunculkan protes I demo dari warga. Harian Kompas tanggallO Juli 2007 mencatat protes warga kelurahan Babakan Tarogong, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung pada awal April 2007 karena menara BTS dibangun di dekat masjid sehingga mengancam keselamatan warga.
2
4
seperti ini tidak menambah biaya produksi. Hal ini akan menarik minat operator selain yang telah ada. Selanjutnya, makin bertambahnya jumlah operator telepon seluler di suatu daerah membuat makin terlayaninya kebutuhan kegiatan masyarakat akan telekomunikasi. Menara telekomunikasi seluler terpadu sangat dimungkinkan dikembangkan karena adanya kondisi-kondisi, seperti antara lain : a
Bertambahnya pertumbuhan
penduduk dan
kegiatan
Kota Batam.
Selain
berpengaruh meningkatkan jumlah pelanggan seluler, kondisi ini membawa konsekuensi makin berkurangnya lahan yang aman untuk pendirian struktur khusus seperti menara jenis ini, a
Pengurusan ijin pembangunan menara yang menyita waktu karena makin sulit mendapatkan laban yang tersedia (meski hanya 150 m2 - 200 m2),
a
Akibatnya, beban biaya untuk membangun satu menara telekomunikasi akan bertambah.
a
Padahal dengan unified access license untuk perusahaan operator yang sama menuntut operator untuk menyediakan jaringan yang lebih luas, di seluruh Indonesia, sehingga mau tidak mau hams ada jaminan bahwa di suatu daerah terdapat ruang untuk penempatan BTS-BTSnya.
a
Selanjutnya,
ada
kecenderungan
operator
untuk
meninggalkan
paradigms
membangun sendiri. Operator-operator telekomunikasi seluler bam lebih tertarik menyewa menara untuk menempatkan antenanya3 • Suryana (2007) memberikan beberapa alasan faktor pendorong dilakukan sharing
infrastructure untuk telekomunikasi seluler, antara lain : a
Besarnya investasi teknologi terbaru sistem seluler seperti 3G,
a
Besarnya investasi yang diperlukan untuk penggelaran jaringan
a
Peningkatan harga tower :
3
o
Sebelumnya, harga elektronik dibanding harga menara adalah 2 : 1
o
Sekarang, elektronik I menara adalah 1 : 2
KONTAN (online.com) No. 23 Tahun XI, Bulan Menara
II, Maret 2007, Memancang Laba di Pucuk
5
a
Munculnya pendatang baru bisnis seluler yang sebelumnya tidak memiliki jaringan 2G eksisting
a
Otoritas regulasi dan perencanaan mendorong adanya peningkatan coverage hingga ke daerah sub-urban,
Beberapa kondisi di atas secara bersamaan dapat dijawab oleh pelayanan yang ditawarkan fasilitas antena seluler terpadu. Misalnya, menara terpadu meniadakan kendala ruang, beban perijinan, serta dapat menekan biaya para operator. Efisiensi yang akan langsung tampak adalah pemakaian laban dan keindahan. Berkurangnya jumlah menara tunggal akan mengurangi luas pemakaian laban. Keindahan pemandangan Kota Batam juga tidak terganggu adanya "hutan menara". Dari sisi pemerintah, dengan mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu (termasuk dalam segi pemodalannya) maka dapat diharapkan aliran pendapatan untuk menambah pendapatan asli daerah. Pengembangan fasilitas antena seluler terpadu diduga akan memberikan manfaat daerah jika dibanding kondisi yang diberikan oleh menara tunggal.
1.2 Perumusan Tujuan Jajaran menara-menara tunggal yang dibangun oleh masing-masing operator telepon seluler selain menggambarkan manfaat adanya pilihan lengkap layanan telepon seluler di Kota Batam, tetapi juga memberikan dampak negatif. Salah satunya, jika tidak ditangani dengan baik, ke depan diperkirakan akan bermunculan menara-menara bam di Kota Batam. Tidak tertutup kemungkinan Kota Batam akan lebih dihiasi dengan hutan menara daripada keindahan tata kota yang baik. Hal ini tentu tidak diinginkan oleh semua pihak yang berharap Batam berhasil menjadi Bandar Dunia yang Madani, Lokomotif Perekonomian Indonesia maupun dalam sebutan fungsi lain (seperti Kota Industri, Service, MICE, TOR, Tujuan Investasi, Etalase Indonesia dan lain-lain). Oleh karena itu segala cara untuk menangani masalah ini perlu diupayakan. Menara-menara tunggal tersebut di satu sisi memunculkan keluhan-keluhan dari masyarakat, tetapi di sisi lain memberikan peluang otoritas publik untuk menanganinya. Salah satu upaya yang dapat ditempuh pemerintah adalah dengan mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu. Dibandingkan dengan menara-menara tunggal, apakah manfaat yang dapat dipetik dari pengembangan menara terpadu di Kota Batam.
6
Studi ini bertujuan mengetahui manfaat pengembangan fasilitas antena seluler terpadu di Kota Batam. Aspek yang disorot meliputi :
1.3
o
manfaat yang dirasakan masyarakat (berkurangnya gangguan),
o
manfaat yang diterima operator (efisiensi biaya), dan
o
manfaat yang diterima pemerintah (pendapatan).
Pendekatan Studi
Gagasan dari studi ini diawali dari kenyataan teljadinya dampak negatif akibat menara menara tunggal yang dibangun oleh para operator telepon seluler. Studi berupaya melihat perbedaan yang diperoleh jika operator menggunakan fasilitas antena seluler terpadu dibandingkan hila harus menyediakan sendiri fasilitas tersebut. Pendekatan yang digunakan cenderung aspatial, dengan mengeksplorasi manfaat yang dapat diberikan oleh fasilitas antena seluler terpadu. Secara ekonomi banyak pihak di daerah memiliki kepentingan yang sama yaitu adanya efisiensi yang berujung pada manfaat. Pengusaha memiliki kepentingan, begitupun dengan pemerintah dan masyarakat Misalkan, manfaat yang diharapkan oleh pengusaha adalah adanya tambahan keuntungan akibat penurunan biaya produksi. Bagi pemerintah, manfaat secara ekonomi juga diperoleh dari basil sewa (leasing) fasilitas antena seluler terpadu di Kota Batam yang terkait dengan penambahan pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan masyarakat akan menikmati manfaat berupa berkurangnya gangguan keindahan dan lain-lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masalah kesemrawutan menara telekomunikasi seluler yang bemuansa spatial inL
dalam membedah solusi yang ditawarkan
berupa pengembangan fasilitas antena seluler terpadu
~
~
yaitu
dilakukan dengan aspatial.
Dengan cara pendekatan seperti ini, semua pihak memperoleh suatu tema 'manfaat' yang menarik untuk dikomunikasikan. Sejak awal, basil analisis studi telah dapat diduga, yaitu akan terdapat manfaat ketika pemerintah mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu di Kota Batam.
7
1.4
Lingkup Studi
Dari segi materi, penelitian ini dibatasi pada upaya pengungkapan pengembangan fasilitas antena seluler terpadu
4
terhadap aspek-aspek yang membedakannya dibanding
jika para operator telepon seluler membuat menara masing-masing. Penelitian menggunakan analisis fmansial sederhana dan tidak masuk pada wilayah analisis ekonomi. Alasan kesederhanaan dan kecukupan menjadi dasar pemilihan metode analisis kuantitatif tersebut di samping menyadari sulitnya menilai besaran manfaat dan biaya dalam analisis ekonomi. Penelitian tidak akan melihat dari sisi hilir pada layanan komunikasi tetapi lebih pada sisi hulu dimana muncul masalah semrawutnya in:frastruktur (menara) telekomunikasi seluler. Oleh karena itu komponen biaya produksi layanan (hilir) telekomunikasi yang tercermin dari harga pulsa/detik atau harga talk time tidak dipersoalkan. Jumlah biaya
ini atau perubahannya di sisi hilir baik menggunakan fasilitas antena seluler terpadu maupun yang sendiri-sendiri dianggap sama Proses analisis akan menjadi sederhana, di samping memang ketersediaan data yang sangat terbatas. Usaha-usaha dalam rangka mewujudkan pengembangan fasilitas antena seluler terpadu seperti regulasi, koordinasi, sosialisasi, bentuk lembaga, mekanisme penyaluran pendapatan hingga asal biaya investasi tidak menjadi perhatian dari studi. Begitu pula dengan kelayakan teknis (struktur, RF, dan elektrikal) tidak akan secara mendalam dibahas. Hal-hal tersebui merupakan studi tersendiri dan dapat menjadi bahan pertimbangan selain faktor kemanfaatan (apa menariknya bagi para pihak hila diterapkan).
Hasil studi kemanfaatan ini bukan merupakan satu-satunya bahan
pertimbangan untuk pengembangan fasilitas antena seluler terpadu. Pembatasan lain adalah lokasi penelitian yang berada di Kota Batam, Kepulauan Riau. W alau demikian sebagai catatan, karena sifatnya generic, hasil studi ini dapat diterapkan untuk daerah lain di Indonesia.
4
Di beberapa bagian tesis ini disebut sebagai menara terpadu, untuk membedakan dengan menara tunggal. Menara tunggal dimaksudkan sebagai fasilitas antena seluler yang didirikan I dipakai oleh 1 operator saja
8
1.5 · Metodologi Penelitian Penelitian ini tennasuk penelitian evaluasi karena adanya objek (menara tunggal) yang telah ada atau terjadi dan perhmya diketahui manfaat menara terpadu sebagai alternatif. Salah satu cara mengetahui manfaatnya adalah membandingkan kedua program tersebut. Dengan menyandingkan aspek yang terlibat dalam operasionalisasi kedua fasilitas I
infrastruktur telekomunikasi seluler tersebut maka akan diperoleh gambaran manfaat pengembangan fasilitas antena seluler terpadu.
Tabell.l Kerangka Analisis PIHAK
OPERASION ALISASI DI 1 TITIK
ASPEK
MENARA TERPADU a.
Operator
Biaya sewa operator
per
KET *).
MENARA TUNGGAL b.
c.
Biaya
Biaya Konstruksi mengetahui Biaya Operasional efisiensi 1 dan Pemeliharaan operator a-(b+c)
Pemerintah
d
Biaya
e.
B iaya Konstruksi Biaya Operasional dan Pemeliharaan
-
mengetahui pendapatan bersih p = f- (d+e)
Pendapatan
Masyarakat Gangguan
*) **)
f.
Hasil sewa
Jumlah menara satu titik = m **)
g.
di
Retribusi
1 (satu menara saja)
, kenaikan: p-g mengetahui penurunan gangguan pada: (m -1) menara
perlu menggunakan konsep nilai waktu uang perlu dipertimbangkan perbedaan coverage antara sel CDMA dan GSM.
Dengan aspek-aspek pembeda yang telah dipetakan sebagaimana tabel di atas maka diperlukan adanya penentuan variabel operasional (biaya, pendapatan, gangguan) serta beberapa konsep pendukung seperti konsep nilai waktu dari uang dan konsep sewa
(leasing) dalam pembiayaan infrastruktur telekomunikasi seluler.
9
Metode pembiayaan investasi yang dipengaruhi nilai waktu uang serta operasi matematika yang sederhana akan membantu memberikan gambaran manfaat dari para pihak (operator, pemerintah, dan masyarakat). Biaya, pendapatan, dan gangguan merupakan variabel-variabel yang akan dipergunakan dalam mengurai manfaat pengembangan fasilitas antena seluler terpadu oleh pemerintah daerah (dalam hal ini Pemerintah Kota Batam). Biaya atau ongkos mengacu pada sejumlah pembayaran (uang) yang dikeluarkan untuk membangun, mengoperasikan, hingga memelihara fasilitas tersebut. Dengan demikian biaya disini meliputi biaya konstruksi dan biaya OM (operational dan maintenance) yang dikeluarkan operator telepon seluler pada saat menggunakan menara tunggal. Ketika memanfaatkan menara terpadu, biaya dari operator adalah biaya sewa, sedangkan pemerintah mengeluarkan biaya konstruksi fasilitas antena seluler terpadu
berikut
biaya
OM-nya.
Tabel
1.1
secara
mudah
dapat
menggambarkan variabel ini. Pendapatan yang diharapkan cenderung dari sisi pemerintah, yaitu penerimaan atas jasa penyewaan fasilitas
antena seluler terpadu
kepada operator-operator.
Pendapatan dari sisi operator tidak menjadi perhatian penelitian ini namun operator akan menerima efisiensi yang diharapkan dari penurunan biaya (karena hanya menyewa fasilitas dimaksud daripada harus membangun dan mengeluarkan biaya ·oM).
Gangguan ditinjau dari asal atau penyebab sehingga merupakan besar ukuran pengelompokan menara-menara milik beberapa operator yang dapat teijadi di satu titik lokasi. Sebagai upaya kuantifikasi, gangguan dari satu menara tunggal dianggap sama dengan gangguan dari menara tunggal yang lain. Gangguan ini akan dirasakan oleh masyarakat. Secara sederhana kriteria manfaat pengembangan fasilitas antena seluler terpadu adalah •
Operator dapat menekan Biaya, yaitu adanya li Cost, Selisih Biaya Investasi & OM tiap operator@ BTS, ketika menggunakan menara tunggal dan menara Terpadu.
10
bertambahnya pendapatan daerah (Expected Revenue),
•
yaitu pendapatan ·yang diharapkan akan diterima
pemerintah kota untuk
menambah pendapatan asli daerah
•
mengur.angigang~
yaitu penurunan gangguan yang diterima masyarakat akibat jumlah menara yang tidak perlu dibuat pada satu titik lokasi. Penurunan jumlah menara di satu titik lokasi tersebut berpotensi mengur.angi besar gangguan yang dikeluhkan masyarakat. Dibentuknya kerangka analisis di atas akan memudahkan operasional penelitian thesis. Garis besar pekeijaan yang akan dilakukan adalah : • . OBSERVASI, dokumentasi, dari instansi, browsing, dan lain-lain: -
Gangguan, jajar.an menara antena seluler, menara roboh, dispute,
-
Mengumpulkan data sekunder (seperti kondisi pertelekomunikasian di Batam, harga sewa, dan biaya OM)
•
Studi literatur untuk : -
Analisis ekonomi dan analisis fmansial
-
konsep pendukung (nilai waktu uang, pembiayaan melalui leasing)
-
penanganan interferensi, struktur menara, posisi antena di menara, space I ruang shelter, ketersediaan catu daya listrik
•
Melakukan analisis : -
Pembiayaan Infrastruktur Telekomunikas Seluler •
Biaya - biaya menara tunggal
•
Biaya di menara terpadu, berkaitan dengan sewa (leasing)
-
Hasil pendapatan (penyewaan) Infrastruktur Telekomunikas Seluler
-
Gangguan Gumlah menara tunggal) yang dapat dikur.angi.
-
Uji senstivitas terhadap faktor-faktor pengubah
Penelitian ini mengggunakan metode survei data sekunder. Variabel operasional yang nantinya akan memerlukan data, digunakan dalam penghitungan, dan diberikan simpulan ada tiga (fabel 1.1) yaitu biaya, pendapatan, dan gangguan. Teknik yang digunakan adalah kuantitatif sederhana
11
Babbie (1991) dan Singarimbun (1982) mengungkapkan bahwa data-data yang digunakan pada jenis penelitian evaluasi sebagian besar biasanya telah tersedia. Hal ini karena cakupan penelitian sudah teljadi dan adanya usaha untuk menilai jalannya program. Oleh karena itu pada penelitian ini banyak menggunakan data-data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan observasi di lokasi penelitian serta dokwnentasi dan mengumpulkan data yang dibutuhkan (baik soft maupWl hard file, seperti database lokasi menara, peta, gambar, foto-foto, laporan kegiatan, buku-buku) dari instansi terkait seperti Dinas Kimpras Kota Batam, Bappeko, BPS, dan PDSI Otorita Batam. Penelitian pada kasus ini lebih banyak menggunakan metode matematis dengan variabel sederhana yang melibatkan faktor nilai waktu dari uang.. Pendekatan anal isis pad a penelitian jenis ini sebagai pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif pada umumnya lebih terukur guna mengevaluasi dan membuktikan fenomena yang teljadi (Creswell, 2003). Pengkategorian penelitian kuantitatif ini juga dilihat dari segi informasi yang dikelola (Kountur, 2004). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara matematis sederhana dengan memanfaatkan fungsi -
fungsi dalam pembiayaan sebuah proyek investasi
infrastuktur (telekomunikasi). Karakter infrastruktur (seperti memerlukan biaya besar dalam penyediaannya dan usia pakai yang sangat lama) menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting dalam penentuan metode penghitungan pembiayaan. Analisis perbandingan dilakukan dengan memasukkan hasil-hasil
perhitungan
sebelumnya pada persamaan matematis sederhana. Pada analisis ini akan dilihat adanya manfaat berupa efisiensi (penghematan biaya atau kenaikan pendapatan) atau inefisiensi. Bagi fasilitas dengan biaya total lebih rendah dan memberikan tambahan pendapatan, serta menurunkan gangguan berarti teljadi efisiensi untuk fasilitas tersebut sehingga ada manfaat bagi daerah, demikian pula sebaliknya. Hasil analisis daftar manfaat tersebut menjadi informasi yang berguna untuk mengetahui bagaimana mengubah ekstemalitas negatitif menjadi manfaat daerah pada kasus pengembangan fasilitas antena seluler terpadu.
12
Uji sensitivitas diberikan pada studi ini agar diketahui kecenderungan perubahan perilaku efisiensi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pengubah seperti durasi, tingkat bunga dan lain-lain.
1.6
Pentingnya Studi
Makna penelitian ini antara lain: I. Masalah kesemrawutan yang berlcembang pada penyediaan telekom~i
~
seluler betkaitan dengan layanan publik (public service) dalam
menangani dampak yang dikeluhkan masyarakat. Studi inijuga bermanf3at dalam
efisiensi tata ruang. 2. Kondisi tata ruang perlcotaan dengan banyak menara-menara telekomtmikasi seluler menjadi pemandangan btnuk yang mudah dilihat. Adanya hutan menara tersebut menjadi salah satu pertanda inefisiensi penataan sumber-swnber
ekonomi kota. Secara agregat kota maupun nasiona4 efisiensi yang terjadi akan sangat besar bila setiap kota bisa mengembangkan konsep ini. Hal ini juga
terlcait dengan kepent:ingan pembangunan yang berlcelanjutan (sustainable development) dimana efisiensi swnber daya menjadi kunci pembangunan yang
sangat pent:ing. 3. Secara teoritis/akademis, hasil penelit:ian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah perencanaan dan dapat menjadi bahan masukan bagi yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda sebagaimana disampaikan dalam sub bab 1.4 (lingkup studi).
13 SEZ,
Perkembangan Batam 1'
isles, intern a sional
-+
Arus Jnformasi
1'
Kesejahteraan Penduduk
. r---P-ertwn--buh-an..;;;;..Pe_nd_ud_uk_---,1
Gayabidup
Pertwnbuhan Kcgiatan : Industri, service (perumaban, perdagangan. transport, finance,
wisata, mice, dll)
RTR Kota Batam, Inpres ttg Intelligent Island,
belum ada kendali pembangunan menaraBTS
PENDAHULUAN Komunikasi Terlayani : mudah (palcai. teljangkau, mobile) gangguan sinyal kurang, kapasitas
besar, (Nuciforo, AP dalam Rainer, 1990), : mengurangi masalah power, dead
spot. intenerence - Keindahan berlrurang, -cemasrobobnya tower tinggi, - cemas intensitas petir, - cemas EM exposure. - nilai laban tunm, - dispute I perselisihan, - gangguan penerbangan
Peluang pengembangan ' 1 pertimbangan teknis ( inteiferensi fasilitas antena elektrik, struktur) dapat seluler terpadu i4 - - - - - - - :: sinyal., dipenubi, best practise negara lain ( = upaya solusi)
------ ------ -----
----· I I I I I I
:-~-2~}~~~ ~~ _l~s- __:
~
I
•
I
I
Biaya yang dapat ditekan
t
I Baya~ I
..-L
I
Biaya Pemda
Menara Terpadu : BiayaSewa tiapBTS
Blaya Cl 01 M
~
Menara nmgga1 : Biaya Konstruksi, dan OMtiapBTS
~
1/i Biaya
I+
I
I
Pengurangan gangguan
I
I
---------..J \oo------ -.
Tambahan Pendapatan (Revenue) Pemda
...-------.....
I
-··-, i ·-1 ..Mnr :
Menara Terpadu : Hasil Leasing I Sewa selurub BTS Kota Batam
I .&
I
I I I
I I I
~------------------
1/). Gangguan
ANALISIS
t
Tiap Operator I BTS : Retnbusi 1MB selurub BTS di Kota Batam
I
I
I
Identifikasi manfaat pengembangan fasilitas antena seluler terpadu
lli
I Terpadu utk4
I :
~ oprtr (existing), I &max :
~
I utk7
i I
--------·
Revenue
J l
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
Kesimpulan & Rekomendasi I Saran
KESI MPULAN )
14
BAB2 TINJAUAN TEORI 2.1
Analisis Ekonomi
Dalam mengungkap adanya dampak pembangunan di suatu kota, terdapat pendekatan yang umum dilakukan yaitu dengan menggunakan biaya yang teljadi. Biaya dalam artian pengorbanan (cost) tidak selalu hams diujudkan dengan sejumlah uang (expense)
5•
Biaya
yang teljadi dalam dampak negatif tidak jelas atau int{Uigible. Biaya ini riel, teljadi adanya, tetapi sulit dihitung dalam ukuran uang (Kadariah, 1988). Biaya yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas seperti pengotoran udara, pengotoran air, suara!bising, rusaknya pemandangan karena adanya jaringan overhead kabel Iistrik, beljajarannya menaramenara di satu tempat dan lain sebagainya Di dalam zaman di mana pertimbangan ekologi sangat penting, persoalan kerugian teknologi atau dampak-dampak berlebihan menjadi masalah. Pabrik kimia yang mengotori air, dan membuatnya tidak cocok untuk tujuan rekreasi atau konsumsi; tumpahan minyak yang merusak pantai-pantai dan memusnahkan ikan dan kehidupan alam dalam jumlah yang tak terhingga; obat-obat pembunuh hama yang meningkatkan produksi pertanian sementara membunuh ikan, kehidupan alam, dan kadang-kadang orang; lapangan-lapangan terbang yang menimbulkan suara berisik yang berlebihan; mobil-mobil yang membuat macet jalan-jalan raya dan membebankan biaya kepada semua orang yang melakukan peljalanan dan yang menimbulkan asap kotor; kesemuanya merupakan masalah yang mendapat perhatian yang besar akhir-akhir ini. Kita senantiasa terganggu oleh suara-suara berisik, bau, pemandangan kumuh, hambatan-hambatan, dan lain-lain gejala yang kurang enak yang tidak dapat kita atasi. Dalam segala hal, para produsen hanya mempertimbangkan biaya perorangan mereka saJa. Namun demikian, biaya-biaya sosial dari kegiatan adalah jauh lebih tinggi daripada biaya-biaya perorangan. Apabila para produsen asap-asap kotor atau tumpahan minyak atau buangan-buangan industri dapat dipaksakan untuk memikul biaya-biaya sosialnya, 5
Expense berbeda dari cost (meski juga ditetjemahkan dengan biaya). Arti expense kurang mendalam, yaitu hanya pada sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan sesuatu.
15
maka kegiatan tersebut akan tidak begitu banyak dihasilkan dan bahkan dihentikan (Due, 1984). Bagaimana menghadapi dampak-dampak berlebihan ini · merupakan masalah sulit yang semakin membebani para ahli ekonomi, meskipun prinsip umum yang harus diikuti adalah cukup sederhana. Sebagai suatu kesimpulan, maka cara-cara untuk mengurangi dampak-dampak berlebihan ini harus dicapai dengan cara yang semurah mungkin. Masalah ini dipersulit salah satunya oleh kesulitan-kesulitan dalam menilai kerugian-kerugiannya. Investasi terhadap pembukaan jalan bam, pembangunan pasar, terminal, pelabuhan, bendungan, waduk, pertamanan, komplek wisata, rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, dan sebagainya merupakan proyek pemerintah. Aspek benefit atau manfaat dan biaya dalam proyek-proyek pemerintah mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengertian biasa. Aspek-aspek tersebut sering kali ditemukan dalam bentuk manfaat maupun biaya tidaR langsung yang diperoleh pemerintah atau masyarakat.. Sebagai contoh, pembangunan jalan baru yang melalui suatu daerah tertentu, benefit langsungnya pada masyarakat tentu tidak hanya efisiensi perjalanan, tetapi juga akan menghasilkan manfaat turutan lain seperti peningkatan produktivitas lahan di sekitar jalan tersebut, peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan sebagainya. Begitu pula dengan biaya yang timbul akibat dibangunnya jalan tersebut juga bukan hanya biaya langsung seperti investasi yang dikeluarkan untuk membangun fisik jalan, tetapi akan muncul pula biaya lain yang harus dikeluarkan masyarakat yang disebut dengan ekstemalitas negatif. Dampak negatif dari investasi ini seperti biaya terhadap dampak perubahan lingkungan, menurunnya keamanan dan kenyamanan masyarakat sekitar, intrusi nilai-nilai budaya sosial yang tidak menguntungkan, dan sebagainya.
2.2
Analisis Finansial
Dari sisi pemerintah, penilaian proyek mengutamakan maksimalisasi tingkat keuntungan
sosial berdasarkan ukuran benefit dan biaya proyek yang mungkin berbeda dengan ukuran finansial. Namun demikian penilai proyek pada instansi pemerintah perlu memahami penilaian finansial sebab akan banyak bermanfaat dalam hal perencanaan aspek-aspek fmansial proyek, di samping juga dalam meramalkan serta mengerti tindakan partisipan yang peka terhadap insentif finansial. Dalam rangka mengadakan insentif sedemikian rupa, tujuan sosial dapat sekaligus dibina atau setidak-tidaknya
16
kemungkinan
bentrokan
antara
tujuan
sosial
dengan
tujuan
finansial
dapat
diminimumkan. Dari sisi penanam modal, analisis finansial penting artinya sebagai rangsangan (incentive) dalam menyukseskan pelaksanaan sebuah proyek. Sebab bagi mereka tidak ada gunanya melaksanakan proyek yang
menguntungkan
dilihat dari
sudut
perekonomian sebagai keseluruhan tetapi keadaan keuangan para penanam modal ini tidak bertambah baik. Seyogyanya sesuatu proyek hanya dilaksanakan jika proyek dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomis maupun secara finansial. Tetapijika terdapat perbedaan yang besar antara keduanya maka ada kemungkinan keputusan investasi juga tidak sama. Tujuan sebuah analisis fmansial adalah menentukan apakah perusahaan secara fmansial akan dapat hidup, dalam kasus-kasus tertentu apakah hasilnya dapat memberi sumbangan kepada biaya investasi untuk waktu-waktu yang akan dating, apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban fmansialnya dan menghasilkan laba yang pantas (reasonable) bagi modal yang diinvestasikan. Dalam analisis fmansial perhatian diarahkan pada biaya dan basil (revenues) perusahaan yang bertanggung jawab atas proyek. Sedangkan tujuan pokok analisis ekonomi adalah menghitung biaya dan manfaat ekonomis dilihat dari sudut negara sebagai keseluruhan.
2.3
Dampak Ekonomi
Terdapat fenomena seperti : pidato yang terlalu lama, jalan yang macet, musik yang terlalu keras, asap rokok yang dihirup dari orang lain yang merokok. Taman di rumah merupakan pandangan yang indah bagi tetangga tanpa bayar. Pemandangan yang buruk akibat berseliwerannya kabel listrik antar tiang maupun akibat banyaknya menara yang tinggi di satu tempat juga memberikan dampak negatif. Dampak ada yang positif di samping negatif. Dalam ilmu ekonomi publik, dampak di atas disebut sebagai ekstemalitas karena ada pihak yang terkena olehnya di luar transaksi. Ciri ekstemalitas negatif atau disekonomi ekstemal adalah timbulnya beban bagi anggota masyarakat yang lain. Aktivitas perikanan di samudra, jalan - jalan raya yang disesaki mobil pada hari libur, dan pembuangan limbah yang mencemarkan
17
lingkungan air atau udara memiliki ciri di atas. Dari penelitian diketahui bahwa sumber daya milik bersama seringkali mengandung ekstemalitas (Samuelson, 1985). Sebuah kegiatan dikatakan menimbulkan ekstemalitas jika kegiatan tersebut berdampak pada pihak selain pihak-pihak yang bertransaksi 6 • Pihak di luar transaksi tidak memperoleh kompensasi dari dampak yang diterimanya. Dalam hal menara telekomunikasi seluler sebagai bagian dari produksi, operator telepon seluler melakukan transaksi dengan konsumennya. Namun dampak menara tersebut turut dirasakan oleh masyarakat yang belum tentu menjadi konsumen. Masyarakat cemas dengan struktur tinggi menara yang dapat meningkatkan intensitas sambaran petir. Banyaknya menara tunggal yang didirikan operator di satu titik lokasi dapat mengurangi keindahan pemandangan kota, kenyamanan, dan bahkan keselamatan penduduk. Karena berdiri di tengah pemukiman atau dekat dengan jalur aktivitas penduduk, keberadaan menaramenara itu dinilai mengancam keselamatan warga. Ekstemalitas juga teijadi secara privat dan publik. Ekstemalitas privat melibatkan hanya beberapa individu, bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak menimbulkan limpahan (spill over) kepada pihak lain. Sementara itu, ekstemalitas publik teijadi pada barang publik yang dikonsumsi. Misalnya, jalan raya adalah barang publik. Kemacetan yang ditimbulkan merupakan gambaran penurunan kualitas dari barang publik tersebut. Kemacetan merupakani ekstemalitas publik. Barang public (public goods) merupakan benefit sedemikian rupa sehingga (i) adanya seseorang yang menikmati benefit tersebut tidak mengurangi kemungkinan orang lain untuk juga menikmatinya; dan (ii) tak seorang pun dapat dihalangi untuk menikmati benefit tersebut terlepas dari apakah ia ikut serta atau tidak dalam pembiayaannya. Kedua sifat tersebut (non rivalry & non excludability) memperkuat pengertian sifat pokok barang publik yaitu bahwa sekali barang publik dibuat maka semua orang bisa menggunakannya atau tidak bisa dilakukan pemisahan pengkonsumsiannya untuk orang-orang tertentu saja. Barang publik tidak dapat dimiliki. Jadi, sekali sudah tersedia, maka barang-barang ini tersedia secara merata bagi semua orang (Due, 1984; Nicholson, 2001).
6
Definisi ekstemalitas banyak disampaikan.para ahli seperti Rossen, Randall, Due, Kammeier, Nicholson, terrnasuk Fauzi atau Supannoko. Intinya, ekstemalits selalu bercirikan hal sebagaimana disebut di atas.
18
Barang publik tidak dapat "dibungkus" dan dibagi secara tersendiri kepada orang-orang dan karena tidak ada yang dapat dikecualikan dari manfaatnya, maka tidak mungkin barang-barang ini dapat dijual kepada orang-orang tertentu dengan harga satuan yang tertentu. Akibatnya, perusahaan-perusahaan swasta tidak dapat menyediakan barangbarang umum; barang-barang ini hams disediakan oleh pemerintah. Barang-barang yang hanya memiliki salah satu dari kedua sifat barang publik di atas bukan merupakan barang publik dalam arti teknis (mumi). Misalnya, barang-barang yang bersifat tidak bersaingan dalam konsumsi tetapi dapat dikecualikan secara khas mencerminkan kasus di mana biaya menjadi ringan untuk setiap orang yang menikmati. Jika dipaksakan hams mengadakan sendiri, biaya setiap orang akan sangat mahal. Pembagian biaya sering dilakukan secara kolektif sehingga dapat disebut sebagai barang kolektif. Dengan demikian satu penonton tambahan di dalam gedung teater atau bioskop yang setengah kosong tidak mengurangi kepuasan dari mereka yang sudah ada dan tidak menyebabkan tambahan biaya, akan tetapi jelas dapat dikecualikan. Contoh lain dari jenis ini adalah rumah sakit dan transportasi umum. Begitu pula pada pemakaian I penyewaan fasilitas antena seluler terpadu oleh operator, akan menurunkan pembiayaan setiap operator, tetapi jika kapasitas I posisi antena masih ada yang kosong maka penambahan satu operator tidak mengurangi operator lain memanfaatkan layanan fasilitas tersebut. seluler sebagai
Ketika masih berada di menara tunggal, kepemilikan antena infrastruktur
telekomunikasi
ketidakteraturan
pemandangan
menjadi menjadi
jelas jelas.
(excludable).
Atau,
Ketidakteraturan
penyebab
pemandangan
merupakan dampak atau ekstemalitas negatif. Dengan menempatkan antena-antena seluler dari berbagai operator dalam satu menara terpadu di satu lokasi maka efek ketidakteraturan akan berkurang sehingga nilai eksklusif dari dampak tersebut menjadi turun. Tujuan mendapatkan keuntungan bersalna dengan mereduksi biaya pun terpenuhi.
19
2.4 Peran Pemerintah Adanya ekstemalitas memberikan dorongan bagi publik untuk mempertegas peranannya. Sebuah analisis ekonomi memperhatikan hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang diperoleh secara keseluruhan.
Suatu perhitungan dikatakan
perhitungan sosial atau ekonomi, bila yang berkepentingan 1angsung dalam benefit dan biaya adalah pemerintah atau masyarakat. Berbeda dengan sektor privat, sektor publik ditujukan untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek. Skala dampak yang dapat terjadi menyadarkan masyarakat bahwa penanganannya (meskipun ada yang sederhana sehingga cukup diselesaikan dengan negosiasi) sangat rumit dan memerlukan otoritas publik yang kuat. Ekstemalitas dan barang publik merupakan entry point bagi pemerintah untuk menjalankan fungsi alokasinya. Peranan pemerintah sangat penting bila dikaitkan dengan timbulnya ekstemalitas. Hal ini sangat beralasan karena ekstemalitas yang terjadi di kota atau wilayah dirasakan oleh masyarakat, sulit mencari segregasi dari pelaku dan objek ekstemalitas, dan merupakan tanggung jawab otoritas publik. Sulit untuk mengharapkan sektor privat I swasta untuk langsung menanganinya tanpa aturan, arahan dari pemerintah, dan desakan I tekanan masyarakat. Sektor publik diharapkan dapat mengkoordinasi segala upaya dari elemenelemen masyarakat dalam mengurangi atau menghilangkan ekstemalitas. Pilihan tindakan selain yang bersifat insentif dan regulasi adalah pemerintah sendiri melakukan
tugas
pekerjaan
umum
sesuai
dengan
kewenangannya
seperti
membersihkan sampah, pembuatan assainairing, dan lain-lain (Reksohadiprodjo, 2001). Upaya pemerintah untuk membuat fasilitas antena seluler terpadu juga dalam rangka mengurangi ekstemalitas negative dari banyaknya menara-menara operator yang dengan cepat dibangun di satu titik tempat. Operator telepon seluler dapat memasang piranti antena selulemya dengan cara menyewa pada fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah. lnovasi mengatasi ekstemalitas negatif ini berbeda dengan cara sebelumnya yang menambah biaya produksi dari para operator.
20
Dengan hanya menyewa fasilitas tersebut operator justru mengeluarkan biaya kurang dari sebelumnya karena berhagi (sharing) infrastruktur dengan operator lain. Makin
bertambahnya jumlah operator yang bermain di suatu daerah membuat makin terlayaninya kebutuhan kegiatan masyarakat akan telekomunikasi. Tidak saja akan melihat pengurangan jumlah menara tunggal, tetapi dari sisi ekonomi benefit yang dirasakan masyarakat akan bisa terasa secara nyata melalui penurunan tarif waktu bicara I layanan menggunakan telepon seluler. Perbedaan yang lain (dari upaya mengatasi ekstemalitas negatif ini) adalah pemerintah tidak hanya mengeluarkan biaya tetapi juga berinvestasi dan memperoleh revenue I pendapatan.
2.5 Biaya Pelaksanaan Pembangunan Pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur, mulai dari ide, studi kelayakan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pada operasi dan pemeliharaan membutuhkan bermacam-macam biaya. Menurut penggunaannya, biaya dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan. 1. Biaya Invest:asi (Investment Cost) yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka menyiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik. Biaya ini biasanya dikeluarkan pada awal-awal kegiatan usaha dalam jumlah yang relatif besar dan berdampak jangka panjang untuk kesinambungan usaha tersebut. Investasi sering juga dianggap sebagai modal dasar usaha yang dibelanjakan untuk penyiapan dan pembangunan sarana prasarana dan fasilitas usaha termasuk pengembangan dan peningkatan sumber daya manusianya. Contoh: •
penyediaan bangunan kantor, pabrik, gudang, fasilitas produksi lainnya serta
•
infrastruktur yang diperlukan untuk itu;
•
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia;
•
komputer untuk sistem informasi manajemen,
Setidaknya ada tiga macam investasi menurut Kadariah ( 1988), yaitu: pertama, investasi untuk menaikkan kapasitas; kedua, investasi untuk mengganti peralatan yang sudah tua dengan peralatan yang samalsemacam tetapi barn; dan ketiga, investasi untuk modemisasi, artinya, untuk mengganti peralatan yang ada dengan
21
peralatari yang barn dan berbeda. Usaha pemerintah dengan membuat menara terpadu berorientasi pada macam investasi yang pertama, dalam arti dengan menaikkan kapasitas dan pemakaian setiap fasilitas antena seluler. 2. Biaya Operasional (Operational Cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjalankan aktivitas usaha. Biaya ini biasanya dikeluarkan secara rutin atau periodik waktu tertentu dalam jumlah yang relatif sama atau sesuai dengan jadwal kegiatan/ produksi. Pembayaran upah I gaji dan pembelian bahan baku masuk dalam kelompok biaya ini. 3. Biaya Perawatan (Maintenance Cost) yaitu biaya yang diperuntukkan dalam rangka menjaga/men jamin performance keija fasilitas atau peralatan agar selalu prima dan siap untuk dioperasikan. Sifat pengeluaran ini umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu: •
biaya pemwatan rutin/periodik (pemeliharaan, preventive maintenance), dan
•
biaya perawatan insidentil (kuratif).
Sedangkan dari volume produk atau ketergantungannya pada pemakaian konsumen, biaya dapat dibedakan menjadi biaya fixed cost, semi fixed cost, dan variable cost. Biaya fixed relatiftidak bergantung padajumlah volume. Biaya investasi untuk menara terpadu tidak tergantung pada jumlah operator yang akan menyewa secara bersama Biaya semi fixed, yaitu biaya yang berubah tidak proporsional dengan perubahan volume, misalnya perubahan volume melewati kapasitas fasilitas yang ada sehingga diperlukan penambahan platform menara, biaya perbaikan dan sebagainya.
2.6 Konsep Leasing Istilah sewa dalam bahasa lnggris adalah rent atau lease. Menurut kamus Webster's,
lease lebih mengacu pada peijanjian atau kertas kontrak penyewaan, sedangkan rent berarti : mengambil atau memegang suatu properti dengan peijanjian untuk membayar sejumlah uang sewa., atau lebih pada proses menyewanya. Leasing merupakan jenis sumber dana lain yang dapat dipilih para pengusaha untuk membiayai investasi proyek (Sutojo, 2000). Dalam pengertian hukum bisnis (bussiness law}, leasing adalah ikatan kontrak antara pemilik barang modal (lessor) dan pihak yang
22
lain
(lessee),
dimana
lessor tnemberikan
hak
eksklusif kepada
lessee
untuk
mempergunakan barang modal itu selama jangka waktu tertentu. Sebagai imbalannya secara periodik (bulanan, kwartalan dsb) lessee membayar sewa kepada lessor yang jumlahnya telah disepakati oleh kedua belah pihak. Uang sewa atas penggunaan barang modal memuat persentase mru:jin keuntungan yang dikehendaki lessor. Jumlah mru:jin keuntungan itu sendiri akan ditentukan oleh biaya dana (cost of money) yang harus dibayar lessor kepada pemasok dana serta kontribusi terhadap biaya operasional dan keuntungan yang mereka kehendaki. Dalam strategi pembiayaan leasing pengusaha tidak membeli barang modal melainkan membeli hak penggunaannya secara eksklusif. Dengan demikian pengusaha bukan pemilik barang modal; sehingga barang modal itu tidak dapat dimasukan dalam aktiva neraca perusahaan mereka. Oleh karena itu penggunaan fasilitas produksi yang diatur dengan cara peijanjian leasing dikategorikan sebagai off balance sheet financing, yaitu cara · pembiayaan operasi perusahaan yang tidak nampak dalam neraca. MANFAAT KONIRAKLEASING Pembiayaan barang modal dengan cara leasing membawa banyak manfaat, baik bagi lessee maupun bagi lessor.
Manfaat Leasing Bagi Lessee •
keringanan kewajiban mengadakan dana pembiayaan barang modal. Dengan adanya bantuan dana dari financial lessor pada saat pengadaan barang modal lessee hanya mengadakan sebagian kecil kebutuhan dana yaitu uang muka misalnya 15% dari nilai pembelian.
•
keringanan pajak karena dalam transaksi sewa menyewa dengan cara leasing, barang modal bukan milik lessee. Dengan demikian lessee tidak berkewajiban setiap tahun membayar pajak kepemilikan barang modal yang jumlahnya seringkali cukup besar.
•
kontrak leasing tidak dikategorikan sebagai utang. Oleh karena itu ditinjau dari rasio perbandingan utang dan harta (debt/equity ratio) kontrak leasing tidak menurunkan kemampuan lessee mendapatkan pinjaman dari bank.
23
Manfaat Leasing Bagi Lessor
•
kepemilikan barang modal dalam transaksi kontrak leasing ada ditangan lessor.
•
apabila lessee ingkar janji atau dinyatakan pailit lessor dapat mengambil kembali barang modal yang disewakan dengan segera.
•
Jangka waktu kontrak leasing lebih dari satu tahun merupakan sumber keuntungan jangka menengah yang menarik bagi lessor.
Poerbo (dalam Arifin, 2004) telah mendefinisikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
besaran harga sewa. Faktor-faktor ini dalam kajian ekonomi bangunan secara umum dibagi ke dalam besaran fisik teknologis dan tekno ekonomis. Besaran fisik teknologis terdiri atas
luas lantai kotoc, luas lantai bersih, luas lantai netto per ornng, efisiensi lantai, dan tinggi Jantai. Untuk penyewaan menara, ketinggian menjadi sentral perhatian dioonding besarnn yang lain.
Besaran tekno ekonomis yang mempengaruhi besarnya sewa mencakup 19 (sembilan belas) item, di antaranya adalah harga satuan tanah, harga satuan gedung, biaya tidak langsung (konsultan, legal, finance), pendapatan, pengeluaran (OM, perS<>nil, asuransi, pajak). Biaya operasional fasilitas antena seluler terpadu di antaranya untuk pembayaran rekening listrik ditambah dengan pengawas dan petugas keamanan.
2.7 Konsep Nilai Waktu dari Uang Bierman (1980) secara filosofis menjelaskan pentingnya PV, present value, atau nilai sekarang dengan sebuah burung berada di tangan, saat ini sangat berharga. Penjelasan tersebut sangat berkaitan dengan konsep nilai waktu dari uang. Kematian, risiko sakit, dan keadaan yang tidak menentu serta peluang keuntungan yang dapat diperoleh merupakan alasan perlunya diberikan imbal batik lebih yang mencerminkan penghargaan pada saat ini. Satu dolar di tangan hari ini lebih bemilai daripada satu dolar yang diterima satu tahun dari sekarang. Satu dolar diterima sekarang lebih berharga daripada satu dolar yang diterima lima tahun kemudian karena peluang investasi yang tersedia hari ini. Kuiper memberikan logika bunga hila seseorang meminjamkan uang pada orang lain maka ia berhak mendapatkan suatu bentuk hadiah. Hadiah tersebut dikenal dengan istilah bunga (interest). Atau peminjam mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjamannya
24
dengan ditambah bunga kepada orang yang meminjamkannya yang sesuai dengan periode waktu pengembaliannya. Dengan mendapat bunga dari waktu ke waktu, uang yang sekarang ini
dipinjamkan akan berkembang menjadi jumlah yang lebih besar pada waktu yang akan datang, tergantung dari tingkat suku bunga dan periode waktunya. Sebaliknya sejwnlah uang pada suatu waktu yang akan datang adalah ekuivalen dengan sejumlah uang yang lebib kecil pada saat ini. Sebubungan dengan uang terdapat dua konsep matematis yang berbeda, yaitu konsep jumlah uang dan
~
ni1ai uang. Koosep jum1ah uang tidak bezhrli dengan kmc;ep besaran-besaran
matematis biasa, di mana hila dua atau lebih himpunan bilangan yang ditambahkan maupun dikurangi basil penjwnlahannya akan sama kapan pun saatnya dilakukan. Contoh jika bilangan 14, 17, 93, 24 dijumlahkan hasilnya akan menjadi 148 yaitu basil dari.l4 + 17 + 93 + 24 = 148. Berbeda dengan nilai uang, jika dua atau lebih bimpunan uang yang berbeda waktunya dijumlahkan akan menghasilkan jumlah nilai yang berbeda. Contohnya jika uang tahun 1990 Rp. 100.000,00 kemudian tahun 1995 Rp. 240.000,00 Rp.350.000,00, jika dijwnlahkan basilnya adalah Rp 690.000,00,
dan tahun 2000
namun nilainya tidak
sama dengan Rp690.000,00, karena uang yang dijumlahkan itu diterima pada waktu yang
berbeda. Hal tersebut disebabkan adanya konsep nilai uang terhadap waktu, yang disebut dengan "Time value of money" yang artinya: Nilai uang berubah bersamaan dengan perubahan waktu.
2.8 Bunga dan Teknik Penghitungan Nilai Uang Bunga adalah sejumlah uang sebagai imbalan dari jasa pemberian modal yang dapat dinikmati oleb pemberi pinjaman. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan nilai uang terhadap waktu. Besarnya tingkat bunga dapat dikatakan dengan cara yang umum, yaitu ekivalen dengan Rate ofReturn atau laju pengembalian dari uang si penyimpan uang di bank. Laju pengembalian ini pada studi-studi terlladap proposal proyek yang ditawarkan dipakai sebagai alat untuk menentukan altematif-alternatif proyek. Dengan melihat angka dari Rate of
Return ini pihak pemilik modal akan dapat menyimpulkan apakah proyek yang akan dimodalinya menguntungkan/menarik atau tidak. Biasanya besar laju pengembalian akan dibandingkan dengan suku blDlga komersil (interest rate). Bila lebih besar dari suku blDlga
25
komersil yang berlaku maka sering disebutkan bahwa proyek tersebut menguntungkan, tetapi hila lebih kecil maka dianggap rugi.
PV B
=
B, (I+ i)'
Dimana Bt arus benefit yang ada dalam suatu tahun tertentu sehubungan dengan pelaksanaan proyek dan i adalah rate of return atau biasa disebut discount rate. Nilai PV merupakan jumlah yang hams ditanamkan pada saat sekarang (akhir tahun ke-nol) supaya dapat memperoleh ailai Bt pada akhir tahun t. Jika nilai sekarang dari biaya dan benefit yang terjadi pada tahun t mempunyai pengertian dan dapat dihitung, maka nilai sekarang dari seluruh arus biaya dan benefit yang ditimbulkan oleh suatu proyek sampai akhir umur ekonomisnya pun dapat diperkirakan dan dihitung. Nilai itu tidak lain adalah jumlah nilai sekarang untuk biaya atau benefit pada tiap-tiap tahun. Nilai sekarang dari arus benefit adalah jumlah modal terendah yang dapat menciptakan arus terse but apabila ditanamkan dengan rate of return sebesar i. Nilai sekarang dari arus biaya sama dengan investasi terendah yang akan menyediakan dana yang diperlukan untuk menutup arus biaya itu setelah ditanamkan pada tingkat yang sama. Persamaan untuk kedua keadaan di atas adalah : PV arus benefit =
PV arus biaya
L (I+B'i)'
=L
C, (1 + i)'
Di mana,
= compound interest (bunga) = besamya suku bunga tahunan PV
Present Value
=
sejumlah uang pada saat ini.
26
Umumnya semua persoalan dan permasalahan finansial, dik:onversikan berdasarkan tahunan (annual basis), sehingga istilah A. i dan t juga berdasarkan periode tahunan. Jika dipakai periode bulan, harlan, mingguan, triwulanan dan sebagainya.maka rumus dan label dapat langsung memakai dasar tahunan; hanya saja perhitungannya adalah discrete compounding dengan memakai laju bunga nominal. Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present). Asumsi present menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke-nol dalam perhitungan cash flow investasi. Metode NPV pada dasarnya memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang umur investasi ke waktu awal investasi (t = 0) atau kondisi present, tentu saja dengan menerapkan konsep ekuivalensi uang. A.J. Merrett7 dalam Sutojo (2000) mengatakan net present value adalah jumlah present value semua cash inflows yang dikumpulkanNet present value (NPV) adalah salah satu teknik capital budgeting, yang dalam mengukur profitibilitas rencana investasi proyek mempergunakan faktor nilai waktu uang. Cara menghitung NPV secara manual akan memakan waktu lama dan sangat membosankan. Disamping itu ada saja kemungkinan timbul kesalahan penghitungan angka-angka, sehingga dapat memberikan basil yang kurang tepat. Untungnya pada dewasa ini menghitung NPV dapat dilakukan dengan program komputer tertentu (misalnya Excel) atau dengan mempergunakan mesin kalkulator yang sudah diprogram untuk menghitung NPV dan internal rate of return (IRR). Dengan demikian menghitung NPV dan IRR dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Jika A adalah = Annual payment = pembayaran tahWlall, maka rum us
A= p i(l + i)' (1 + i)' -1
akan mengkonversi nilai sekarang menjadi nilai tahunan (annual).
Bila nilai sekarang dengan tingkat suku bunga tertentu serta periode waktu tertentu dari sebuah pembiayaan/pengeluaran diketahui, maka nilai ekivalen setiap tahunnya dapat ditetapkan dengan rumus di atas.. Dapat dikatakan juga sebagai suatu angka annual 7
Ditulis di dalam buku karya AJ. Merrett Capital Budgeting & Company Finance yang diterbitkan oleh Longmans, Green land Co Ltd, London, UK;
27
yang dikumpulkan sebagai suatu pengembalian modal (capital recovery factor). Metode annual ekuivalen konsepnya merupakan kebalikan dari metode NPV. Jika pada metode NPV seluruh aliran cash ditarik pada posisi present, sebaliknya pada metode AE ini aliran cash justru didistribusikan secara merata pada setiap periode waktu sepanjang umur investasi, baik cash-in maupun cash-out Kedua metoda yang berkebalikan di atas memberikan araban agar bemilai positif (atau
> 0 ) sehingga suatu kegiatan investasi layak dilanjutkan. Cash flow merupakan tata aliran uang masuk dan keluar per peri ode waktu (Kodoatie, 2000). Cash flow terdiri dari:
cash-in (uang masuk), umumnya berasal dari penjualan produk atau manfaat terukur
•
(benefit);
•
cash-out (uang keluar), merupakan.kumulatif dari biaya-biaya (cost) yang dikeluarkan.
Cash flow investasi bersifat estimasi/prediktif. Karena kegiatan evaluasi investasi pada umumnya dilakukan sebelum investasi tersebut dilaksanakan maka perlu dilakukan estimasi atau perkiraan terhadap cash flow yang akan terjadi apabila rencana investasi tersebut dilaksanakan.
2.9 Uji Sensitivitas Analisis sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak parameter-paremater investasi yang telah ditetapkan sebelumnya boleh berubah karena adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga perubahan tersebut hasilnya akan berpengaruh secara signifikan pada keputusan yang telah diambil. Misalkan dalam perhitungan biaya investasi: Biaya ini telah diperoleh melalui pengumpulan dan pengolahan data-data yang relevan untuk itu (tentu saja berdasarkan basil prediksi normal terhadap trend pertumbuhan biaya), namun selama proses evaluasi sampai implementasi fisik dilaksanakan kemungkinan terjadinya perubahan kondisi dan fluktuasi harga yang besar di luar perkiraan dapat saja terjadi.
28
Kadariah (1988) memberikan contoh keadaan tidak tentu8 seperti: •
keadaan cuaca,
•
adanya penemuan-penemuan yang berpengaruh pada umur penggunaan,
•
perubahan permintaan akibat perubahan pola pembangunan ekonomi, dan
•
masih banyak faktor-faktor lain yang dapat membuat ramalan kurang tepat.
Muncul pertanyaan,
seberapa besar perubahan dan fluktuasi harga tersebut dapat
diabaikan dan tidak akan mengubah basil keputusan evaluasi yang telah diambil sebelumnya? Batasan nilai-nilai perubahan/ fluktuasi tersebut yang akan mampu mengubah kembali keputusan sebelumnya disebut dengan tingkat sensitivitas dari suatu parameter yang kita uji. dengan diketahuinya nilai-nilai sensitivitas dari masing-masing parameter suatu inves-tasi memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan antisipatif di lapangan dengan tepat. Analisis sensisitivitas umumnya mengandung asumsi bahwa hanya satu parameter saja yang berubah (variabel), sedangkan parameter yang lainnya diasumsikan relatif tetap dalam satu persamaan analisis. Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisis sensitivitas antara lain:
8
•
Investasi
•
Benefit/Pendapatan
•
Biaya/Pengeluaran (misalnya jumlah operator, biaya sewa)
•
Tingkat Bunga (i)
Keadaan tidak tentu dibedakan dengan risiko yang memerlukan bantuan probabilitas kejadian.
29
BAB3
KONDISI EKSISTING
Dalam bah ini disampaikan 3 (tiga) hal, yaitu kondisi umum Kota Batam, kegiatan penduduknya,
dan
layanan
infrastruktur
tennasuk
khususnya
infrastruktur
telekomunikasi seluler. Skala kegiatan dan penduduk di Kota Batam penting diutarakan terkait dengan potensi utilisasi/pasar dan pengembangan infrastruktur telekomunikasi seluler. Keberadaan infrastruktur telekomunikasi seluler di Kota Batam telah menjadi
milestone perkembangan teknologi tersebut di Indonesia. Atas dasar pertimbangan kemampuan wilayah industri dalam merespon teknologi komunikasi akibat demand di dalamnya yang besar, pada tahun 1993 dilakukan pilot project telepon seluler GSM di Kota Batam dan Bintan9 • Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mendukung fungsi Batam sebagai daerah industri yang membutuhkan kelengkapan infrastruktur yang memadai tennasuk untuk telekomunikasi. Mengetahui kegiatan utama di Kota Batam juga diperlukan. Merujuk basil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tentang jenis profesi orang yang menggunakan telepon dan telepon seluler menyebutkan bahwa 59,24 persen atau sekitar 6,9 juta dari 11,7 juta rumah yang memiliki te1epon selular berpenghasilan sebagai buruh dan karyawan. (Tempo Interaktit: 14 Agustus 2006).
3.1 Umum Batam memiliki keunggulan komparatif dari segi letaknya yang strategis. Menyadari minimnya sumber daya alam yang dapat diandalkan, keunggulan tersebut didaya gunakan untuk mengembangkan daerah ini. Batam berada di Selat Malaka yang merupakan selat ramai I sibuk di dunia. Jarak dari sekitar 20 km dan dapat ditempuh dengan
menggunakan
Ferry sekitar 45 menit. Karena itu salah satu alasan
pengembangan pengembangan Batam adalah memanfaatkan kemudahan-kemudahan akses yang dimiliki Singapura. Peta orientasi Kota Batam dapat dilihat pada gambar berikut:
9
Harlan Tribun Batam, Sabtu, 26 Juni 2007. Hasil yang menggembirakan dan prospektif menyebabkan PT. Telkom membuat anak perusahaan (PT. Telkomsel) pada 26 Mei 1995.
30
, .:. .... . .......
,. .... ~
..,......
Gambar 3. 1. Peta Orientasi Kota Batam
Kota Batam (Propinsl Kepulauan Rfau, Indonesia)
Gam bar 3.2. Peta Pulau Batam &Barelang
31
3.2 Skala Kegiatan Penduduk Penduduk sangat penting artinya untuk kemajuan suatu daerah baik dari segi jumlah maupun kualitas kegiatan yang dapat dilakukan. Setidaknya dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi, suatu daerah seperti Batam akan dapat menjadi pasar bagi suatu produk. Intensitas kegiatan ekonomi sosial yang tinggi pada umumnya akan meningkatkan daya tarik daerah
10 •
Potensi market yang besar termasuk untuk bisnis seluler penting untuk
dilihat.
3.2.1
Jenis kegiatan
Dengan didukung oleh potensi wilayah serta kebijakan-kebijakan pembangunan yang pada intinya mengarahkan pengembangan Kota Batam sebagai daerah industri, perekonomian Kota Batam tumbuh sangat pesat, dengan struktur perekonomian didominasi oleh sektor industri. Kondisi ini terus berkembang dan menjadikan Kota Batam sebagai daerah kegiatan industri, yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi intemasional, terutama perkembangan ekonomi ekstemal seperti Singapura. Penanaman modal yang didominasi oleh sektor industri makin berkembang dan mampu menarik investor dari negara-negara lain. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang diyakini memberikan banyak pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan kota. Besamya kontribusi sektor industri dalam struktur ekonomi dapat dijadikan sebagai indikator tumbuh dan berkembangnya suatu daerah.
Begitu pula halnya dengan Kota Batam yang
berkembang menjadi salah satu pusat kegiatan industri berskala intemasional. Makmun (2004) menyebutkan 65,71% , 64,96%, 67,37%, dan 69,70% untuk dominasi sektor industri pada PDRB 1996, 1997, 1998, dan 2001. Pada 2005 meskipun ada penurunan tetapi masih tinggi, yaitu 63,25%. Peran Kota Batam sebagai pusat pertumbuhan terbukti dari laju pertumbuhan ekonominya yang selalu Jebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun Provinsi Riau, termasuk ketika krisis ekonomi melanda hampir seluruh wilayah di Asia. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Kota Batam tetap 10
Sesuai dengan studi-studi di beberapa negara (limi, 2007), terdapat hubungan antara tingkat layanan telepon bergerak dan GDP/kapita.
32
berada pada angka positif 3,08% padahal pertumbuhan nasional menc.apai angka negatif 13,01%. Begitu pula dengan Provinsi Riau yang juga berada pada kisaran negatif 1,81%. Tabe13.1. Perbandingan Pertumbuhan ekonomi Kota Batam, Propinsi Riau dan Indonesia, 1999-2003 Wilayah Kota Batarn Provinsi Riau Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi (%) 2001 2000 1999 6,56 7,72 6,38 10,24 4,16 6,1~ 4,20 5,31 1,09
2002 7,01 5,59 4,09
2003 7,73 6,24 4,60
Somber: BPS R1au, 2005 (dalam Ham1dy, 2006) Pertumbuhan dari tahon ke tahon dapat dilihat pada gambar berikot.
20
·----- - - - - - -- ----·------------- -- - - - --- -- -·- ----------- --16 .8 5
14.7 6
15
Somber: BPS (dalam PDSI, 2007) Gambar 3.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam PDRB Kota Batam terhadap Provinsi Riau mencapai angka sekitar 26%, merupakan kontribusi tertinggi bila dibandingkan dengan kabupatenlkota lainnya di Provinsi Riau (BPS dalam Hamidy, 2006). Pergantian propinsi menjadi Propinsi Kepulauan Riau hanya beranggotakan 6 kabupaten I kota semakin menempatkan peran produktivitas Kota Batam. Meskipun di jumlahkan, agregat PDRB untuk kelima kabupaten dan kota
33
di Propinsi Kepri belum dapat melebihi PDRB Kota Batam. Dominasi produktifitas yang tinggi Kota Batam dibandingkan daerah di sekitamya menjadikan Kota Batam layak sebagai pusat kegiatan ekonomi di Propinsi Kepri. Tabel3.2. Perbandingan struktur ekonomi (Atas Dasar Harga Berlaku) Kota Batam Sektor Usaha
futmian. Pertambangan dan Penggalian hxJmtri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangtman dan Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoom Pengfmgkutan dan Koourikasi
PDRBRiau (Juta)
%
1,68 0,75 70,73 1,25 3,50 11,26
8.718.959,03 3.729.795,67 1230.465,43 27.932,45 1.875.290,37 5.935.909,24
11,85 50,69 16,72 0,38 2,55 8,07
3,80
2.127.613,23 2,89
PDRBBatam (Juta)
%
157.736,77 70308,96 6.604.881,92 116389,52 326.589,60 1.051.788,90 354.392,18
ShareBatam (o/o)
1,80 0,19 53,68 41,67 17,42 17,72 16,66
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 445.000,06 4,77 1.483.591,49 2,02 29,99 J>erusaman Ja<~a-jasa 211.612,69 2,26 3.553.244,56 4,83 5,97 Jumlah 9.338200,60 100,00 73.576.528,4 100,00 Sumber: Pendapatan Regional lliau Menurut Lapangan Usaha 2003
Struktur ekonomi Kota Batam ditopang oleh sektor industri kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini tidak lain menggambarkan kegiatan ekonomi yang utama di Kota Batam di dominasi oleh sektor industri. Sedangkan sektor lain dapat dikatakan merupakan sektor service untuk menunjang keberadaan sektor basis industri. Fungsi Kota Batam sebagai daerah tujuan wisata.merupakan karunia tambahan bagi Batam untuk meningkatkan skala ekonominya. Batam dan Provinsi Kepulauan lliau memiliki keunggulan khususnya pada posisi letak yang sangat strategi. Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi performa dari TDR (Tourist Destination Region) adalah aksesibilitas. Aksesibilitas memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk datang ke Batam lewat titik manapun, dengan apapun, dan kapanpun. Fasilitas yang telah tersedia di Kota Batam seperti pelabuhan, bandara, jalan dan transportasi serta telekomunikasi dianggap telah memadai untuk menunjang tingkat aksesibilitas kota. Karena hal ini pula, pemerintah pusat menjadikan Batam sebagai kota destinasi wisata MICE (Meeting, Incentives, Conference and
34
Exhibition). Letak Batam yang berada dekat dengan negara tetangga menjadikan jalur transportasi ke luar negeri tergolong mudah. (Batam Pos, 5 Maret 2007).
MICE juga membantu mendatangkan pengunjung, peserta, panitia pameran, konferensi, dan rapat-rapat penting yang sering diselenggarakan di Kota Batam. Tingkat kunjungan yang tinggi merupakan potensi ekonomi sebab sumber daya ekonomi di Kota Batam ikut digunakan untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut. Biasanya setelah selesai melakukan acara inti, para peserta dan penyelenggara menyempatkan waktu untuk berwisata belanja, jalan-jalan atau sekedar tinggal di penginapan sehingga menambah tingkat okupansi dan durasi inap sebuah hotel. Keinginan pengunjung mencicipi hidangan khas Batam seperti sea food, berpindah-pindah restoran untuk makan, dan membawa oleh-oleh merupakan potensi besar sektor ini. Berikut ini diberikan gambaran pendapatan dari wisatawan asing dari tahun ke tahun . Gambaran ini juga dapat menunjukkan tingkat kedatangan wisatawan asing ke Kota Batam. Meskipun ada kecenderungan penurunan tetapi
merupakan subsektor yang
potensial secara ekonomis. Untuk ini fasilitas-fasilitas pendukung termasuk kemudahan para wisatawan untuk berkomunikasi sangat penting diadakan dan dikembangkan. soo~--------------------------------------------~
Somber: PDSl, 2007 Gamba r 3.4 Perkembangan wisata asing di Kota Batam
35
Jika dilihat dari perkembangan kebijakan pengembangan Kota Batam, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan Kota Batam sangat ditentukan oleh rencana-rencana ekonomi yang berbasis industri. Sementara perkembangan di bidang-bidang lainnya lebih mengambil posisi mengikuti perkembangan ekonomi berbasiskan sektor industri. Investasi yang ditanamkan di Kota Batam pada akhimya menghasilkan perkembangan industri yang semakin membaik. Investasi di Pulau Batam berasal dari dua kelompok, yaitu investasi pemerintah dan investasi swasta. Sejak awal perkembangannya, investasi pemerintah berasal dari empat sumber, yaitu dana yang berasal dari PN Pertamina sampai dengan tahun 1975, bantuan luar negeri (loan and grant), penyertaan modal pemerintah (PMP) dan pendapatan OPDIP Batam (OB/RP). Investasi
pemerintah
dialokasikan
dalam
bentuk
penyediaan
infrastruktur,
peml>angunan fasilitas umum dan belanja rutin .. Angka total investasi pemerintah lebih kecil dari investasi swasta yang lebih berperan dalam perekonomian Pulau Batam. Berikut diagram pie yang menunjukkan besar investasi masing-masing pihak hingga Desember 2006. Dengan asumsi yang diambil, rata-rata investasi pemerintah setiap tahun sekitar 1 triliun rupiah.
•rMDN+Nonfas
Gam bar 3.5 Skala investasi Kota Batam
36
3.2.2 Jumlah tenaga kerja Daya tarik bagi tenaga kelja untuk mengisi pekeljaan di Kota Batam sangat besar. Perpindahan atau migrasi ke kota ini pada umumnya di Jatar belakangi alasan ekonomi untuk meningkatkan tarafhidup. Sebagaimana disebut di atas sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan pengaruh meningkatkan kunjungan ke Kota Batam. Makin lama pengunjung tinggal di Batam, tingkat utilisasi sumber daya di Kota Batam juga makin besar. Lebih-lebih lagi di sektor industri. Sektor basis ini merupakan sektor yang memiliki kemampuan menyerap tenaga kelja jauh lebih besar dibandingkan sektorsektor lainnya (Hamidy, 2006). Sektor industri memegang peranan yang signifikan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di Kota Batam. Pada Gambar 3.5 akan terlihat perkembangan jumlah tenaga kelja setiap tahunnya.
300
,.... 0>
Ol t::
~
0
250
::l
N
:9
0>
a: 200 .CIO 0
150
0>
~
0
......
.....
N
.....
M
~
.....
~ .....
CD ......
N"
...,.... o.l)
,....
0 M
CIO CIO
0> N
"
": N
N'
~
100
0 N
"
0
50 0
~
~
ci'
.....:
Sumber: PDSI, 2007 Gam bar 3.6 Perkembangan Tenaga KeJja Kota Batam
Ditinjau dari sisi ketenagakeljaan, jumlah tenaga kelja di Kota Batam selalu mengalami peningkatan, baik tenaga kelja dalam negeri maupun tenaga kelja asing. Pada tahun 1986 jumlah tenaga kelja domestik hanya sebesar 6.764 orang kemudian meningkat menjadi 31.644 orang pada tahun 1992, dan terus bertambah mencapai 187.842 orang
"
"
,.,;
37
pada tahun 2003. Jika dilihat dari jumlah tenaga kerja tiap sektor usaha pembangunan, pada tahun 2003 terdapat 142.775 orang yarig bekerja pada sektor industri. Artinya sektor industri menyerap 76% tenaga kerja di Kota Batam. Selain itu sektor industri juga merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja asing. Sektor industri pada tahun 2003 membuka Japangan pekerjaan mencapai 142.775 orang, dan 90.274 orang diantaranya bekerja pada industri besar dan sedang. Berdasarkan jumlah tenaga kerja pada tiap jenis industri, industri yang memproduksi barang dari logam juga merupakan jenis industri yang membuka Japangan kerja yang cukup besar. Dari total 90.274 orang yang bekerja pada industri besar dan sedang di Kota Batam, jenis industri ini mempekerjakan 75.581 orang. Artinya 83,7% tenaga kerja di industri besar dan sedang bekerja pada jenis industri barang dari logam. 3.2.3 Jumlah penduduk dan beberapa implikasinya Penduduk merupakan salah satu sumber daya pembangunan. Bagi Pulau Batam, pertumbuhan penduduk lebih banyak disebabkan oleh jumlah migrasi masuk (inmigration) yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan terutama industri, perdagangan, pariwisata. Diperkirakan jumlah migran pada tahun 1990 melebihi 80 % dari keseluruhan penduduk, dan kebanyakan berada di usia produktif.
1.000 ,000
DPEHD.UDU.K (o r an
Somber: PDSI, 2007 Gambar 3.7 Perkembangan penduduk Kota Batam
38
Kondisi Batam yang dipandang sebagai pusat pengembangan industri menimbulkan kesan babwa Batam merupakan kota bursa tenaga kerja yang menyediakan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Kondisi terebut menjadikan daya tarik masyarakat sangat besar untuk mencari pekerjaan di Batam sehingga menimbulkan tingkat migrasi yang besar ke Batam. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia semakin memperbesar arus migrasi masyarakat pendatang yang mencari pekerjaan di Batam. Selama periode tahun 1995-2002 terjadi peningkatan penduduk yang cukup pesat sebesar 112,7 % atau sekitar 12% pertahun. Peningkatsn jumlab penduduk yang. pesat ini otomatis menyebabkan peningkatan kepadatan peduduk di Batam yaitu sebesar 595 oranglkm2 menjadi 1.232 orang/km2. Pada akhir tahun 2003, tercatat penduduk Batam telab mencapai 562.661 jiwa yang terdiri atas laki-laki ssbanyak 268.432 jiwa dan wanita sebanyak 294.230 jiwa. Dan pada tahun 2006, jumlab penduduk Batam 713.960 orang. Pada Gambar 3.5 di atas terlitiat perkembangan jumlab penduduk Kota Batam. Penduduk Batam mulai melonjak drastis setelah munculnya berbagai kawasan industri di Batam. Melonjaknya jumlah penduduk ini mengakibatkan timbulnya berbagai permasalaban sosial dalam masyarakat. Melville Branch (dalam Hamidy, 2006) menyatakan bahwa jumlah penduduk perkotaan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun menciptakan permasalaban. Dengan semakin tingginya angka pertambahan penduduk maka secara otomatis kebutuhan akan pelayanan barang publik akan semakin meningkat. Kebutuhan laban untuk aktivitas perkotaan sebagai "engine of growth" pun akan meningkat drastis. Meningkatnya jumlab penduduk Kota Batam dari tahun ke tahun merupakan penyebab besamya alokasi penggunaan laban untuk permukiman. Berdasarkan pemanfaatan laban budidaya di Kota Batam, kawasan pemukiman merupakan fungsi penggunaan laban yang terluas dibandingkan dengan fungsi penggunaan laban lainnya. Kemudian disusul dengan pertanian. yang memiliki laban yang cukup luas namun produksinya tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap PDRB Kota Batam, maupun dalam memenuhi kebutuhan penduduk Kota Batam. Hal ini terjadi karena pada dasarnya kesuburan tanah di Kota Batam tidak terlalu baik untuk budidaya pertanian. Sedangkan sektor industri yang merupakan sekior basis ekonomi Kota Batam hanya memiliki luas
39
laban sekitar 10% dari luas laban budidaya. Luas pemanfaatan laban ini diperkirakan akan terns berubah dari tahun ke tahun. Tabel 3.3. Pemanfaatan Laban di Kota Batam Pemanfaatan Laban
Pusat Pemerintahan Industri Perdagangan dan Jasa Pariwisata Pennukiman Pengembangan Pantai Pertanian BudidayaPerikanan Kawasan Strategis Kawasan Khusus Kawasan Bandam Lingkungan KeJja Pelabuhan Fasilitas Umwn Jalan Pengembangan Terbatas Junilab
Luas(Ha)
68,26 5.843,74 2243,50 7.915,09 14.136,14 2.196,88 11.051,18 3.609,88 1.866,70 1.104,44 1.743,53 562,02 1.612,00 2.336,69 227,90 56517,95
%
0,12 1o,34 3,97 14,00 25,01 3,88 19,55 6,39 3,30 1,95 3,08 0,99 2,85 4,13 0,40 100,00
Sumber: RlRW Kota Batam 2004-2014 Infrastruktur berupa fasilitas dan jalan memerlukan laban sekitar 7 persen. Sedangkan untuk infrastruktur jenis utilitas, pengalokasian laban tidak dicantumkan. Jaringan listrik dan telepon banyak dipasang di bawab tanah atau pun ketika ada yang di atas tanah biasanya sulit untuk ditetapkan luasannya. Untuk fasilitas antena seluler, menara tidak hanya diperhitungkan luasan dasar menara tetapi termasuk shelter dan pagar sekelilingnya. Menara dengan ketinggian di bawah 5 meter secara langsung telah ada aturan mendirikan bangunannya. Struktur di atas 30 meter seperti menara-menara untuk antena seluler pada umumnya belum secara eksplisit disebutkan aturannya namun dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2002 dapat dikategorikan sebagai bangunan tidak dapat atau sulit dihitung luasnya. Hal ini sangat beralasan karena sentral perhatian bukan pada keluasan tetapi pada ketinggian struktur menara tersebut.
40
Tabel 3.4 Panel Data Kota Batam 2007
4
ludikator Kota Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk lndustri pengolahan Tenaga kelja
5
PAD
6
PDRB
7
APBD
No.
2
3
Satuan 2003
Jiwa %
Unit Jiwa
Rupiah Rupiah. Juta Rupiah. Juta Rupiah
2004
2005
Ket.
2006
562,661
591,253
685,787
713,960
2.26
4.84
13.78
3.95
222
202
187,842
224,260
224,379
56,379,182,849.60
63,335,002,770.25
67,392,034,318.08
19,850,834.58
22, I 57,237.85
25,903,009.15
17,357,812.20
18,653,491.80
20,080,221.52
213
I
mendekati
256,131
Terdaftar
95,247,197,177.72
ADHB
29,221,758.43 21,580,029.11 62o,ooo,ooo,ooo.oo
I
Sumber : Bappeko Batam & BDA 2006
3.3
Layanan Infrastruktur Kota
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat dari waktu ke waktu akan menyebabkan pengelolaan akan kebutuhan masyarakat menjadi semakin berat. Kebutuhan akan pelayanan publik sebagai implikasi dari pertumbuhan jumlah penduduk perlu disediakan oleh pemerintah sebagai provider pelayanan sektor publik. Pemerintah dituntut bekerja keras agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat seperti penyediaan air bersih, pengelolaan persampahan dan sebagainya. lnfrastruktur merupakan faktor penting pendukung perkembangan kegiatan Batam. Dalam perkembangan Kota Batam dimana diharapkan para investor tertarik untuk menanamkan modalnya, infrastruktur lebih tepat dipandang sebagai faktor penarik perkembangan daripada hanya sebagai suplai untuk menjawab demand dari kegiatan yang sudah ada. Distribusi kegiatan ekonomi juga dapat diarahkan dengan araban distribusi penyediaan Infrastruktur.
ADHK
41
3.3.1
Infrastruktur umum di Kota Batam
Sejak awal pengembangannya, di Batam telah dibangun berbagai sarana dan prasarana pendukung bagi pengembangan kawasan industri yang berskala internasional. Saat ini, berbagai prasarana pendukung seperti listrik, air bersih, telekomunikasi, jalan, pengelolaan limbah telah mampu melayani kebutuhan semua kegiatan masyarakat di Batam.
Batam juga
dilengkapi
sarana-sarana
perhubungan
seperti
bandara
internasional, pelabuhan taut, dan berbagai fasilitas umum dan sosial yang tersebardi seluruh penjurn Batam. Agenda untuk memanfaatkan kebijakan, dana (UWTO, uang wajib tahunan otorita dari HPL), dan peluang dilakukan dengan : 1. Pembangunan Fisik Pembangunan fisik yang dilakukan misalnya bernpa pembangunan jembatan, pelabuhan, bandara internasional, dan fasilitas lainnya yang memakan biaya yang sangat besar. 2. Pemeliharaan Infrastruktur Kawasan khusus Batam memiliki berbagai infrastruktur untuk menunjang kegiatannya. Selain biaya pembangunannya yang sangat besar, pemeliharaan terhadap berbagai infrasruktur tersebut juga memerlukan biaya yang cukup besar pula untuk menjaga agar infrastruktur yang tersedia dapat terns dipergunakan. 3. Pengembangan lnfrastruktur Kawasan Khusus Batam terns berkembang dengan pesat baik dalam hal penduduk maupun kegiatannya. Perkembangan ini harus disikapi oleh pihak pengelola dengan pengembangan in:frastruktur yang mendukung keberlangsungan Kawasan Khusus ini. 4. Pembangunan Fasilitas Sosial kemasyarakatan Sebagai lembaga pengelola Kawasan Khusus Batam yang bertanggung jawab atas pengembangan Kawasan Khusus Batam, Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan publik. Penyelenggaraan penyediaan pelayanan publik ini dilkukan dengan pembangunan berbagai fasilitas sosial dan kemasyarakatan.
42
Tupoksi pengembangan Kota Batam untuk : •
INDUSTRI,
•
PERDAGANGAN & JASA
•
ALIHKAPAL
•
PARIWISATA,
Sesuai dengan Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) kota tersebut, infrastruktur yang memadai.
maka diperlukan
lnfrastruktur yang penting untuk diadakan dan
dikembangkan adalah : a
Pelabuhan (baik laut (8 titik, yaitu 4 untuk penumpang dan 4 untuk barang); maupun udara (pergerakan penumpang tahun 2005 ada 2.140.920 orang)),
a
Jalan dan jembatan
o
Kelistrikan (tahun 2006, 158.041 pelanggan),
o
Gas,
o
Waduk (61okasi WTP)
D
ICT
o
Kawasan Industri (dikelola oleh swasta, 25 lokasi)
Beberapa prasarana yang menjadi pendukung kegiatan di Kota Batam dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5 Perkembangan prasarana dan sarana di Kota Batam
1999 2000 2001 2002 Unit Saran a 543,5 1034,1 1051 1079,5 Km JalanRaya 307 307 358 232 MW Suplai Listrik 33.360 33.848 42.87 52.877 SST Telepon 1150 1210 1710 1760 liter/detik Suplai Air 47 43 32 28 Unit Hotel Berbintang Somber: Batam Development Progress 2003 (Hamidy, 2006)
2003 1144 472 98.690 1760 48
43
3.3.2
Infrastruktur telekomunikasi
Kelancaran dan kesuksesan kegiatan-kegiatan penduduk sangat terbantu dengan adanya telekomunikasi. Terlebih untuk daerah seperti Kota Batam yang memiliki pola tata ruang sedemikian sehingga jarak antar pusat-pusat kegiatan dan perumahan sangat jauh sementara jaringan transportasi belurn tersedia dengan baik. Atau, kalaupun ada sarana transportasinya jarang lewat, dan ketika diperlukan kecepatan penyampaian informasi maka kendaraan menemukan kemacetan-kemacetan di jalan. Sebaliknya telekomunikasi berdaya guna untuk memecahkan persoalan seseorang yang terjebak di kemacetan padahal di saat yang sama memiliki urusan yang harus dibicarakan dengan orang lain yang berada di tempat terpisah. Ketika faktor jarak, waktu, dan biaya menjadi tidak efisien bagi perjalanan maka telekomunikasi sering dapat memberikan solusi. Kelancaran komunikasi di suatu kota akan sangat membantu keseluruhan aktivitas penduduknya, memberikan daya tarik investasi, peluang usaha dan lapangan kerja barn,
serta percepatan pertumbuhan perekonomian dan
kemasyarakatan. Sebagai contoh adalah pada upaya promosi Kota Batam sebagai tujuan
wisata I transit maupun investasi maka perlu peningkatan infrastruktur telekomunikasi yang lebih baik untuk masa datang.
Infrastruktur dan sarana ICT di Kota Batam dinyatakan sudah sangat memadai dan layak disebut sebagai kota cyber ataupun pulau pintar. Hal ini sesuai dengan araban Inpres pada tahun 2001 untuk menjadikan Batam sebagai kota pulau pintar.
Pada
Gambar di bawah, juga terlihat PT. Telkom sudah membangun jaringan fiber optic di sekeliling pulau dan terkoneksi ke Singapura, Medan, dan Pekanbaru. Sedangkan untuk ke Pontianak akan tersambung pada akhir tahun nanti (Bisnis Indonesia, 11 Agustus 2005).
44
Infrastruktur Teknologi Informasi TELECOMMUNICATION SERVICES LA YANAN TELEKOHUNIKASI
Jakarta
Medan
Singapore PI.TD & Gl TJ SENGK\JANG
\
l
.
\
·~ · .' '"
.·
..
I
Tanjung Balai Karimun
! .
.
I
Pl.TO & Gl"""iUW~----
. -.- •
. -· · ·... ·-· •
TdcMMI"I
rofiVf.._
A. F1XEOUNE • Tdl
·viTO • S.--BW.ln T - l u - (68T)
• lndosat
~~12 CORE
Tanjung Pinang
LEGEND : FO Exekx>mindo FO lndosat FOPGN FOESIA
flf'i"l
., ,.....:-. ........
~------. -
B. SHULER • Telkomsd
- lndosot • Exek'Om
• Tellwm flexy ~ Esiit· &.Dkti Telkom - Mobile-8 • HCPT Hutchin~
Surnber: PDSI, 2007 Gam bar 3.8. Infrastruktur Telekornunikasi di Kota Batarn Kapasitas pelayanan telekomunikasi terdiri dari kapasitas sentral telepon, telex, toll, serta kapasitas sarana telekomunikasi lainnya. A.kan tetapi studi ini lebih melihat kondisi telekomunikasi telepon di Kota Batarn.
45
Tabel 3.6 Sentral Telepon Otomat dan Node Komunikasi Data di Kota Batam LokasiSTO (sentral telepon otomat) Bukit Dangas 1 Tanjung Uncang 2 Sekupang 3 Sagulung 4 Muka Kuning 5 BatuAmpar 6 Lubuk Baja 7 Batam Centre 8 Nongsa 9 Kahil 10 Sumber : PDSI, 2007
Fasilitas komunikasi data
No
NKD (node komunikasi data)
NKD NKD NKD NKD NKD NKD
Kapasitas pelayanan telepon di Kota Batam terdiri dari I 0 Sentral Telepon Otomat (STO). Penentuan lokasi STO tersebut didasarkan pada faktor- faktor, antara lain sebagai berikut : a
efisiensi penarikan kabel primer dari titik sentral STO (dalam kaitannya dengan biaya pemasangan),
a
distribusi potensi permintaan dan kebutuhan penduduk,
a
kesamaan karakteristik penduduk dan perekonomian, serta
a
batasan fisik seperti : jalan,
sunga~
batas administrasi (terutama wilayah layanan
yang batas administrasinya mengikuti batasan fisik, seperti : jaringan jalan, sungai), STO terdiri dari beberapa rumah kabel yang menghubungkan kabel primer dari STO ke dan kabel sekunder. Jumlah unit sambungan telepon di Kota Batam dan kapasitas yang tersedia untuk setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut.
46
Tabel3.7 Sambungan Telepon (Wireline) Kota Batam Kapasitas Tahun 61,321 2001 1 61,321 2002 2 115,000 2003 3 115,000 2004 4 115,000 2005 5 123 835 2006 6 Somber : OB, Bappeko Batarn, dan BOA 2006 No.
Satuan SST SST SST SST SST SST
Jumlah Lioe 42,877 52,877 98,690 111,768 111,900 122 115
Sambungan wireline telepon Kota Batam 140,000
.,.:a
:a :J
.A
...
iC'
ooc •X.
120,000
80,000
,at-
60,000
U)
40,000
U) U)
20,000
-.""..
--+-Kap Tot
100,000
-Installed Une
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Gambar 3. 9. Graflk perkembangan sambungan telepon kabel di Kota Batam
3.3.3 Infrastruktur telekomunikasi seluler di Kota Batam Sejak pilot project telepon seluler GSM pertama kali dilakukan di Batam (dan 3 kota lainnya) pada tahun 1993 11
12
11
serta Instruksi Presiden
12
untuk menjadikan Batam sebagai
Harlan Tribun Batam, Sabtu, 26 Juni 2007. Program "Batam Intelligent Island" merupakan salah satu dari 15 Program Prioritas Utama dari 75 Rencana Aksi Inpres No.6/2001 sebagai Pilot Project Nasional dalam bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi.
47
"Intelligent Island", infrastruktur telekomunikasi seluler tumbuh dengan pesat seiring dengan kemampuannya untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan penduduk dalam berkomunikasi. Dibandingkan dengan fixline telepon, peningkatan penggunaan telepon seluler hampir mencapai sepuluh kali lipatnya. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan teledensitas kedua-duanya. Teledensitas memberikan indikator jumlah penduduk yang menggunakan layanan telekomunikasi jenis tertentu untuk setiap 100 orang penduduk. Jika telepon kabel mengalami peningkatan teledensitas sebesar1220% dari 2,9 pada 1999 menjadi 6,5 pada 2005 maka pada tahun 1999 teledensitas industri seluler yang hanya 1,1 menjadi 23.1 pada tahun 2005 (atau terjadi peningkatan sebesar 2100%) (Bisnis Indonesia, Rabu, 4 Juli 2007).
Tabel 3.8 Jumlah BTS setiap operator di Kota Batam
OPERATOR Telkomsel Indosat SateIindo Excelkomindo Telkom TOTAL
NO I 2 3 4
Jenis
GSM GSM GSM GSM CDMA
:EBTS
Keterangan
56 64 5 diakuisisi Indosat 46 27 + 1 u Satelit 198 Bumi
Somber : PDSI, 2007 Catatan: ii
Tidak tertutup kemungkinan ada yang bel urn terdata Batam Pos (2 Agustus 2007) membuka data dari OB, jumlah menara 234
Akhir-akhir ini pertumbuhan pemasangan menara BTS (base transceiver station) amat besar untuk mendukung jaringan telekomunikasi telepon bergerak di Indonesia. Semakin banyak BTS dibangun operator maka makin luas pula jangkauan telepon seluler. Artinya, semakin mudah pula pelanggan melakukan komunikasi di banyak tempat. Ini sangat membantu pelanggan telepon seluler yang biasa dengan kegiatan atau pekerjaan mobile atau sering bepergian ke banyak tempat baik di dalam maupun luar kota. Tidak terkecuali dengan Kota Batam pertumbuhan tersebut sangat tampak dan terasa. Hal ini akibat fungsi dan kapasitasnya sebagai daerah investasi, dengan struktur ekonomi utama di sektor industri. Daerah seperti Batam sangat menarik bagi pencari
48
kerja yang dapat menambah padat kegiatan kota. Jika data Susenas 2005 sebagaimana disebutkan di depan dapat berlaku analog di Kota Batam maka buruh/pekerja dan karyawan di Kota Batam akan menambah pemakaian sarana telepon seluler. Oleh karena itu wajar penyediaan infrastruktur telekomunikasi menjadi faktor penting dan strategis. Menara-menara telekomunikasi seluler tersebut berdiri bersama-sama di satu lokasi (bergerombol). Hampir di setiap lokasi menara terdiri atas dua atau lebih menara telekomunikasi, bahkan di beberapa lokasi terdiri atas empat menara sekaligus, yang berarti ada empat operator telekomunikasi yang berbeda. Saat ini ada empat operator telekomunikasi (seperti tabel di atas) yang sudah beroperasi di Kota Batam dan tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang akan ada lagi operator telekomunikasi yang lain memperluas jaringannya di kota Batam. Sehingga jika tidak ditertibkan akan berdiri lima a tau lebih menara telekomunikasi di lokasi yang sama.
Gam bar 3.10. Contoh I, jajaran menara tunggal di Tanjung Piayu, Kota Batam.
Sangat mudah melihat I menemukan menara-menara untuk antena seluler yang bertebaran demikian banyak di kota ini. Gambaran yang segera diperoleh adalah pertumbuhan pembangunannya amat tinggi, posisi antarmenara ( dari operator seluler
49
yang berbeda) sangat dekat, acak, menjurus semrawut dan tidak terkendali. Kumpulan "pohon besi" untuk antena seluler ini menjelma sebagai hutan menara di Kota Batam 13•
:. ~ .·
..
~·
.
!{~
i
{. ,
.
' i
·.
\: i
' (:
'
: -.
,-c•, tl' . ..... -.
~
•
: ':":-. ..... ·~
.
••
;r ,.:.:, :
·- • • ~t--~ •
Gam bar 3.11. Contoh 2, jajaran BTS di dekat Bandara Hang Nadim.
Setelah diberikan beberapa gambar contoh dari jajaran menara tunggal di Kota Batam berikut ini beberapa tampilan basil pemetaan menara tunggal dari operator - operator di Batam. Ini perlu disampaikan untuk memberikan gambaran sebaran menara-menara tersebut. Guna memudahkan melihat distribusi menara tunggal, setelah tampilan seluruh menara di Kota Batam maka
peta menara untuk setiap operator dan gr\lpnya
disusulkan.
13
Batam Pos, Kamis, 2 Agustus 2007, Antisipasi Hutan Menara. perlu 149 MIT; Tribun Batam. Rabu, 15 Agustus 2007, Dialog DPRD - Operator tentang Pembangunan Menara BTS.
50
D-
.. . .w* •
'
s
Sebaran BTS.STS dl Kota Batam
........
-..--:=:.:::=---
a
Somber : Hasil analisis (data dari PDSI, 2007)
Gambar 3.12. Sebaran.seluruh BTS di Kota Batarn
51
1<11-
o -
1!1-
G---} -
lr-OQ
o-
w. N
.... • " -··
- ..... .._ --·-- I ~-
Sebaran BTS.STS dl Kota Batarn
>
...........,...
Sumber : Hasil analisis (data dari PDSI, 2007)
Gambar 3.13. Sebaran.seluruh BTS di Kota Batarn (di zoom)
52
D-
w.-"
OliO I
z
s
,
Sebaran BTS-BTS Telkomsel, Telkom (Fiexy), dan Excelcomi ndo di Kota Bat am
----..-
---
aroo...•......,u-.,.... .............. ~
~ =
Somber: Hasil analisis (data dari PDSI, 2007)
Gambar 3.14. Sebaran.BTS grup Telkom dan XL di Kota Batam
'
53
,......_,
.-
o~
[!]--..
w..-·· "
. a
a • z
.-
~-
Sebaran BTS Telkomsel & Telkom (Fiexy) d KotaBatam
--·--
-~-~·--
I
-
-
Sumber: Hasil analisis (data dari PDSI, 2007)
Gam bar 3.15. Sebaran BTS grup Telkom di Kota Batam Perlu diperlihatkan bahwa untuk Telkomsel, pemasangan BTS tidak hanya di Pulau Batam tetapi hingga pulau Galang. Terlihat ada satu BTS-nya di Galang.
54
w.. N
.... ,
z
s
Sebaran BTS-STS Telkomsel & Telkom (Fiexy)
cl Kcta Batam
~--
-..---
-·-.-.-·--
I-
Somber : Hasil analisis (data dari PDSI, 2007)
Gambar 3.16. Zoom sebaran. BTS grup Telkom di Kota Batam
55
w.--· N
.... t
1!!!1
2
",
Sebaran BTS-BTS lndosa: (+ Satellndo) ci Kota Batam
--...
--..__...
.......,
o.r...~~o.....,u.,....._
~ =::::=
Somber : Hasil analisis (data dari PDSI, 2007)
Gambar 3.17. Zoom sebaran. BTS grup lndosat di Kota Batam
56
0
••'ll
DQI I
z
,
...
Sebaran BTS-BTS Excel com Indo d KotaBatam
--.--- ~ a.-to~~--
............-IIUV
~
Sumber : Hasil analisis (data dari PDSI, 2007)
Gambar 3.18. Zoom sebaran. BTS Excelcomindo di Kota Batam
57
BAB4 MANFAAT PENGEMBANGAN FASILITAS ANTENA SELULER TERPADU
Pengembangan fasilitas antena seluler terpadu merupakan salah satu jalan dalam rangka mengatasi dampak negatif akibat jajaran menara tunggal di satu titik lokasi. Analisis untuk mengetahui manfaat pengembangan fasilitas tersebut dilakukan secara kuantitatif. Metode aritmatis digabungkan dengan konsep nilai waktu akan sering digunakan. Dengan melakukan pendekatan analisis fmansial akan ditunjukkan manfaat - manfaat yang diperoleh pada pengembangan fasilitas antena seluler terpadu hila dibandingkan dengan menara tunggal. Pendekatan finansial cenderung digunakan dan secara sederhana telah mencukupi untuk memperlihatkan perbedaan antara penggunaan menarn tunggal dan menarn terpadu. Pendekatan analisis ekonomi bermanfaat sebagai dasar ide melakukan pengemb~gan
fasilitas dimaksud. Oleh karena kerumitannya, analisis studi ini tidak
dilakukan dengan pendekatan ekonomis yang salah satunya hams mengeksplorasi manfaat secara tidak langsung. Dinan (2004) menyebutkan terdapat beberapa altematif untuk melakukan keterpaduan dalam infrastruktur telekomunikasi nirkabel (seluler) melalui sharing fasilitas oleh beberapa operator. Sharing infrastruktur tersebut dapat dilakukan mulai dari hanya site (tapak tempat menarn), shelter, antena hingga peralatan - peralatan transceiver, kontroler dan switchingnya. Makin masuk ke dalam piranti elektronis, efisiensi dalam arti penghematan unit cost akan makin besar untuk setiap operator. Dalam studi ini masih berada pada tahap pertama, yakni fasilitas menaranya untuk memasang antena-antena para operator. Shelter atau kabin untuk menyimpan BTS, BSC dan peralatan lain disediakan untuk setiap operator, masih terpisah dari operator lain di lokasi yang sama. Dengan model shelter yang terpisah untuk setiap operator, beban listrik common praktis dianggap tidak ada.
4.1
Biaya
Struktur biaya yang digunakan untuk pembiayaan sebuah menara, baik tunggal maupun terpadu,
terdiri dari biaya konstruksi dan biaya operasional I pemeliharaan. Biaya
konstruksi dirinci atas pra konstruksi termasuk perijinan, implementasi (pelaksanaan peketjaan sipil, mekanikal dan elektrikal I ME), serta biaya manajemen proyek. Sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan (OM, operational & maintenance cost)
58
meliputi biaya paket personel untuk keamanan, kebersihan, perawatan termasuk melakukan PM (preventive maintenance) terjadwal, serta biaya rekening listrik, asuransi dan lain-lain.
4.1.1
Biaya pada Menara Tunggal
Pada tabel berikut, biaya-biaya untuk membuat dan mengoperasikan menara tunggal diberikan dengan template struktur biaya sebagaimana disebutkan sebelumnya Luas laban, jumlah shelter, dan kapasitas daya listrik nantinya berbeda dengan biaya pada menara terpadu jika dibandingkan dengan tabel sesudahnya. Listrik dibutuhkan untuk mencatu pendingin ruangan I AC, penerangan, dan instrumen BTS.
Konsumsi terbesar pada
peralatan elektronis hingga 9,5 kVA (bergantung teknologi GSM atau COMA), kemudian untuk menjamin suhu ruangan agar kinerja peralatan tetap terjaga baik diperlukan aircond kapasitas hingga 2,5 PK sebanyak 2 set.. Sebuah genset 23 kVA disiapkan untuk kondisi
darurat. Dari sisi operator yang memanfaatkan menara tunggal yang dibuatnya sendiri, biaya bulanan disusun dengan menggunakan AE, annual equivalent (nilai ekivalensi anuitas). Nilai yang diperoleh diubah menjadi biaya bulanan kemudian ditambah dengan biaya OM. Jika operator tersebut dihadapkan pada keadaaan untuk menyewa menara tunggal sendiri maka biaya bulanan perlu memperhitungkan pajak-pajak seperti PPN dan PPh.
4.1.2
Biaya pada Menara Terpadu
Struktur menara yang lebih kuat, serta jumlah kabin atau shelter, luas tanah dan kapasitas listrik yang berbeda menyebabkan biaya pada menara terpadu lebih mahal. Untuk menjaga kepercayaan dari para operator, personel OM yang handal dalam pekerjaan-pekerjaan supervisi dan manajemen diperlukan. Hal ini tidak begitu penting pada menara tunggal, tetapi akan menjadi penting di pengelolaan menara terpadu ketika ada kerusakan dan jadwal pemeliharaan rutin telah tiba. Lebih mahalnya biaya bulanan pada menara terpadu tidak begitu menimbulkan persoalan dan dapat ditekan dengan penggunaan menara ini secara bersama-sama. Makin banyak operator yang menggunakan, makin berkurang beban atau biaya yang ditanggung setiap operator. Dengan demikian unit cost untuk satu operator akan turon.
59
Tabel 4.1 Biaya pada menara tunggal (72 m)
I
II
Tanah
-
Akuisisi site 1MB Aviation permit,
10 x20 m2 survey, soil/ foundation test, pembebasan tanah, legal
604.500.000
CME (Civil & ME) Persia pan
-
-
Ill
132.000.000
Pra & perijinan
-
Shelter ME Pagar & Halaman Menara Koneksi listrik Genset
clearing, mob/demob, air kerja, dk, pengukuran 4x 3m 2 termasuk u AC 2,5 PK, 2 set pondasi, konstruksi, ereksi, LPS, lighting 16.5 kVA 23 kVA mobile, optional,
.
Manajemen - PM TOTAL jika Masa pakai Cost of Money maka ekivalensi setiap bulan
IV
Remarks
Harga (Rp.)
Uraian
No
Biaya OM Keamanan,
20.000.000
756.500.000
120 26%
bulan ± 5% di atas suku bunga pinjaman bank (21%)
18.194.861
7.450.000
per bulan
kebersihan, maintenance Listrik OM genset Asuransi (all risk) Overhead Total Biaya ekivalen I
= ·bulan
25.644.861
untuk Menara Tunggal jika harus menyewa menara tunggal sendirian
31.543.180
{plus pajak2, PPh, PPN) belum termasuk pertimbangan kepemilikan barang modal
60
Tabel4.2. Biaya pada menara terpadu (72 m) No
Uraian
I
Pra & perijinan - Tanah Akuisisi site - 1MB Aviation permit,
142.000.000
CME (Civil & ME) - Persia pan Shelter - ME Pagar & - Halaman - Menara - Koneksi listrik - Genset
1.201.700.000
Manajemen - PM
20.000.000
TOTAL
1.363.700.000
Harga
20 x20 m2 survey, soil/ foundation test, pembebasan tanah, legal
-
II
clearing, mob/demob, air kerja, dk, pengukuran 7 EA, @ 4 X 3 m2 • termasuk u AC 2,5 PK, 2 set I shelter
-
Ill
jika Masa pakai Cost of Money maka ekivalensi setiap bulan IV
Remarks
pondasi, konstruksi, ereksi, LPS, lighting 16.5 kVA (- 3 x 25 A) I shelter 53 kVA mobile, optional, bisa untuk 7 BTS
120 26%
biaya konstruksi menara terpadu
bulan ± 5% di atas suku bunga pinjaman bank (21%)
32.798.853
Biaya OM I bulan - Keamanan, kebersihan, maintenance - Listrik - OM genset Asuransi (all - risk) Overhead
24.650.000
Total biaya ekivalen I bulan oleh pemerintah untuk menara terpadu
57.448.853
-
per bulan untuk kapasitas 7 operator
61
4.1.3
Biaya sewa Menara Terpadu
Tarif penyewaan menara terpadu untuk satu operator dianggap sama dengan jika operator membuat sendiri menara tunggal tetapi dengan ekivalensi anuitas. Tanpa adanya hak kepemilikan oleh operator maka tarif sewa menara terpadu untuk single operator sebesar Rp. 30.000.000, 00 (tiga puluh juta rupiah) sudah termasuk PPN dan pajak-pajak lain. Sedangkan pada pemakaian oleh beberapa operator, diberikan besar pembayaran dengan pola menurun. Faktor pengali untuk jumlah operator pada setiap menara terpadu dikalikan dengan tarif operator tunggal di atas akan menghasilkan biaya sewa menara terpadu setiap operator. Tabel 4.3 dibawah ini memberikan faktor pengali untuk multi operator. Tabel 4.3 Penyewa Menara Terpadu : Multi Operator
No
Jumlah Operator
1 2 3 4 5 6
2 3 4 5 6 7
Faktor pengali Tarif · Sewa 90% 70% 60% 55% 50% 45%
u menara 72 m, Tarifsewa (Rp.) @operator 27.000.000 21.000.000 18.000.000 16.500.000 15.000.000 13.500.000
4.2
Benefit Pengembangan Menara Terpadu
4.2.1
Berkurangnya gangguan
Pada setiap titik tempat menara terpadu akan mengurangi kemungkinan bertambahnya jumlah menara tunggal. Dengan menggunakan data dari PDSI (2007) diperoleh jumlah menara terpadu yang diperlukan di Kota Batam sebanyak 149 lokasi. Dengan membedakan cakupan area satu sel dari teknologi GSM {TDMA)
dan CDMA,
diperoleh jumlah ajuan antena sebanyak 896 buah yang perlu dipasang. Jumlah total operator sebanyak 7 dengan rincian
4 operator memakai GSM dan 3 yang lain
menggunakan CDMA. Tanpa adanya gagasan pengembangan fasilitas antena seluler terpadu, setiap operator akan mengajukan ijin pendirian menara tunggal. Hal ini berakibat satu lokasi akan dibangun 7 atau 4 menara (100 lokasi dengan 7 operator dan 49 dengan 4 operator).
62
Tabel 4.4 Contoh penjadwalan hipotetik pembangunan, kolokasi, dan pemakaian menara terpadu Ajuan Kolokasi dan Utilisasi Antena <-
Existing
c:
Rencana
Alwmula si
Permangunan
Waktu Pelksnn Thn ke-
Menara Terpadu
ketenedi
Telko msel
Indo sat
Excel com in do
Telkom Flexy
Huchin son (3)
Bakrie Tel. Esia
Mobile
a an
.,;! (1)11>
c:=r
~~ -c:
menara
8
terpedu I
Fren
tahun
akumula
sl operator
pasang eli
-II> II>::;,
menara
c: ::;,
lelpadu/ tahun
=riD
::;,_ (I)
::;,
II>
GSM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
10 60 79
20 20 16 93
GSM
10 40 14 85
GSM
5 25 16 103
COMA
5 22 73
COMA
GSM
30 25 15 79
20 20 60
COMA
30 70
>
, ,
143
0 5 95 238
95
333
563
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
896 896 896 896 896 896 896 896 896 896 896
, ,
, ,
0 0
896 896
0 5 90
.'
149' 149
25 26 Tot
0 10 70 149 149 149 149 149 149 149 149 149 149 149 149 149
149
149
149
149
100
149
100
100
896
Ditinjau dari asal atau penyebab, gangguan merupakan besar ukuran pengelompokan menara-menara milik beberapa operator yang dapat terjadi di satu titik lokasi. Bila gangguan untuk satu menara dianggap sama dengan gangguan dari menara tunggal yang lain maka gangguan pada satu lokasi menara dapat ditentukan. Dengan demikian, berdasar uraian dan tabel di atas, potensi gangguan pada satu titik dimana menara-menara tunggal didirikan · akan berkurang dengan adanya pengembangan menara terpadu yang dapat digunakan oleh beberapa operator secara bersama-sama. Berkurangnya potensi gangguan tersebut akan dapat mengurangi keluhan-keluhan dari masyarakat. Paling tidak keluhan masyarakat bahwa jajaran menara tunggal ini merusak estetika pemandangan kota akan berkurang. Penurunan gangguan lain yang
63
dirasakan masyarakat adalab : a
berkurangnya kecemasan jatuh I tumbangnya menara,
a
menurunkan kekuatiran terhadap intensitas sambaran petir,
a
berkurangnya kecemasan pada radiasi gelombang elektromagnetik.
a
tidak ada lagi perdebatan nilai laban di dekat menara telekomunikasi,
a
berkurangnya perselisihan warga atas penggunaan laban untuk menara yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka,
a
berkurangnya permasalaban kenyamanan, keselamatan, dan keamanan penghuni kompleks yang dibangun menara tunggal.
4.2.2
Benefit operator dari sisi biaya sewa
Benefit dari pihak operator diperoleh dari selisih biaya ketika menyewa menara terpadu dan biaya ketika menggunakan menara tunggal. Untuk contoli, berikut diberikan pengeluaran operator selama 10 tahun dan dibandingkan dengan kondisi menara terpadu terisi oleh 7 (tujuh) operator. Utilisasi metode PV (present value atau nilai sekarang) digunakan di sini. Selisih biaya antara menyewa menara terpadu yang terisi 7 operator dan menggunakan menara tunggal adalab Rp. (346.293.821). Artinya, ada efisiensi atau penghematan sebesar nilai tersebut. Bila dibandingkan dengan biaya menara tunggal, reduksi biaya yang terjadi memberikan efisiensi sebesar 27,5%. Tingkat bunga untuk contoh di atas adalab 12%. Semakin besar risiko investasi yang diwakili dengan tingkat bunga, semakin besar pula efisiensi yang diperoleh dan akan membuat operator tertarik untuk menggunakan fasilitas antena seluler terpadu. Pada tingkat bunga 18% dan 25%, penghematan biaya yang teJjadi berturut-turut adalah 37,14% dan 46,23%.
64
Tabel 4.5. Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun) i (disc. Rate)=
12% Biaya Sewa (Cash out)
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Menggunakan I Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
0 I 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
(Rp)
Konstruksi (Rp.)
-
-
I61.999.998 I61.999.998 I61.999.998 I61.999.998 161.999.998 161.999.998 161.999.998 161.999.998 161.999.998 161.999.998
144.642.855 129.I45.406 I15.308.399 I02.953.927 91.923.I49 82.074.240 73.280.572 65.429.082 58.418.823 52.159.664
~
~
-
I
OM (Rp.)
-
--
I
OM (Rp.)
-
-
89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000
I
79.821.429 71.269.I33 63.633.154 56.815.316 50.727.961 45.292.822 40.440.020 36.107.161 32.238.536 28.784.407
-
-
-
756.5oo.ooo
894.000.000
I
505.129.939 1.261.629.939
1.650.500.000
915.336.118 -
Konstruksi (Rp.) 756.500.000
756.500.000
756.5oo.ooo TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
PV Biaya Sewa
--
-
------------
-----
-
------
-- --
---------------
----
65
Benefit pemerintah daerah dari basil sewa untuk pendapatan daerah
4.2.3
Tabel4.6. Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tabuo ke-
0 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 TOTAL
PV C/OM PV basil sewa
NPV
7 25
Present Value Hasil Sewa/ Biaya OM I 11m
BiayaOM/ Tahuo
Hasil Sewa I Tahuo
1.363.700.000
-
-
-
295.800.000
1.133.999.984
236.640.000
907.199.987
295.800.000
1.133.999.984
189.312.000
725.759.990
-
295.800.000
1.133.999.984
151.449.600
580.607.992
-
295.800.000
1.133.999.984
121.159.680
464.486.394
295.800.000
1.133.999.984
96.927.744
371.589.115
295.800.000
1.133.999.984
77.542.195
297.271.292
295.800.000
1.133.999.984
62.033.756
237.817.033
-
295.800.000
1.133.999.984
49.627.005
190.253.627
-
295.800.000
1.133.999.984
39.701.604
152.202.901
295.800.000
1.133.999.984
31.761.283
121.762.321
-
295.800.000
1.133.999.984
25.409.027
97.409.857
-
295.800.000
1.133.999.984
20.327.221
77.927.886
295.800.000
1.133.999.984
16.261.777
62.342.308
295.800.000
1.133.999.984
13.009.422
49.873.847
295.800.000
1.133.999.984
10.407.537
39.899.077
-
295.800.000
1.133.999.984
8.326.030
31.919.262
-
295.800.000
1.133.999.984
6.660.824
25.535.410
295.800.000
1.133.999.984
5.328.659
20.428.328
-
295.800.000
1.133.999.984
4.262.927
16.342.662
295.800.000
1.133.999.984
3.410.342
13.074.130
-
295.800.000
1.133.999.984
2.728.273
10.459.304
-
295.800.000
1.133.999.984
2.182.619
8.367.443
295.800.000
1.133.999.984
1.746.095
6.693.954
295.800.000
1.133.999.984
1.396.876
5.355.164
295.800.000 7.395.000.000
1.133.999.984 28.349.999.605
1.117.501 1.178.729.997
4.284.131 4.518.863.414
Biaya Koostruksi
1.363.700.000
Selisih agregat pendapatan & biaya (C/0/M)
Tingkat BlDlga
, Jmnlah oprt lrrmr = Durasi sewa (tahun) =
25% 2.542.429.997 Rp 4.518.863.414 Rp Rp 1.976.433.417
Rp . 19.591.299.605
I
11m
66
Pada tabel di atas, dengan menggunakan metode nilai sekarang, tambahan pendapatan bersih untuk daerah selama 25 tahun dari penyewaan 1 (satu) menara terpadu ·sebesar Rp 1.976.433.417 atau hampir dua miliar rupiah. Analisis ini mengisyaratkan bahwa fasilitas antena seluler terpadu layak untuk dikembangkan karena nilai sekarang netto bemilai besar positif ( NPV >>> 0 ). Peluang untuk mengembangkan program ini sangat terbuka Iebar. Rekapitulasi dari perbandingan penggunaan menara tunggal dan menara terpadu dapat dilihat di tabeltabel berikut Tabel pertama memberikan rekap untuk operasionalisasi satu titik lokasi menara di Kota Batam. Kondisi-kondisi yang perlu menjadi catatan, antara lain : *)
Ada nilai waktu dari uang. Persamaan pada keterangan untuk menyederhanakan;
**)
Biaya konstruksi menara terpadu oleh pemko meningkat (struktur ditingkatkan, shelter dan daya 1\strik ditambah) meskipun ijin-ijin dapat dikurangi.
***)
7 operator memasang di satu titik. Besar retribusi setiap menara = 1.75% biaya pembuatan I pembangunannya (Perda No. 2 tahun 2002)
****) diambil satu menara terpadu disewa 7 operator juga, selama 1 (satu) tahun saja (padahal bisa 25 tahun lebih, berbeda dengan retribusi yang hanya sekali dapat) *****)faktor frekuensi kerja
> jangkauan 1 cell CDMA = 3/2 cell GSM; gangguan
pada saat seluruh Kota Batam sudah terlayani, ada kompetisi 7 operator Sedangkan tabel rekapitulasi kedua adalah untuk skala kota. Karena belum diketahui sebaran waktu pengajuan pembangunan menara (baik tunggal maupun terpadu), perhitungan hasil retribusi dilakukan secara konvensional dan agregat. Konvensional berarti tidak mempertimbangkan faktor nilai waktu dari uang, sementara agregat merupakan keseluruhan jumlah retribusi dari seluruh potensi seluruh menara yang dibangun untuk mencakup layanan satu Kota Batam. Agar setara, pendapatan tambahan dari sewa juga menggunakan cara analog dengan mengambil besar sewa per tahun sebagai dasar perhitungan.
67
Tabel4.7. Rekapitulasi Pemetaan biaya-biaya dan gangguan pada Menara Sendiri dan Menara Terpadu
Pihak
Aspek
Operator
Biaya
Operasionalisasi di 1 (satu) titik lokasi
Menara sendiri
I
Menara
Keterangan *) mengetahui efisiensi 1 operator: (a+b)- c,
Pemerintah I
Biaya
-
I
I
d. Biaya Konstruksi • *) Rp
1.363.700.000
e. Biaya OM I bulan Rp f.
Pendapatan
Retribusi (pengawasan 1MB) •••) Rp
Masyarakat
j Gangguan
1
92.671 .250
Jumlah menara di satu titik = m •••• *) 7 menara (terjadi di 100 tempat) tempat) 4 menara (terjadi di 49
1 . p = g - (d + e),
24.650.000
g. Hasil sewa • • **) Rp
I mengetahui pendapatan bersih :
kenaikan : p - f
1.133.999.984
Jumlah menara terpadu = 1 menara saja (terjadi di 149 tempat)
IPenurunan : m- 1
magnitude gangguan
68
Tabel 4.8. Skala benefit satu kota (perbandingan jumlah menara terhadap gangguan, pendapatan, dan pemakaian lahan) Menara Tunggal
Uraian No 1 I Total potensi menara diajukan untuk memperoleh 1MB
896
Menara Terpadu 149 I melayani seluruh kota
I Magnitude gangguan
2
4
1
I di
7
1
di
13.238.750
13.238.750
I 11.861.920.000
1.972.573.750
-
28.349.999.605
-
21.599.999.699
- jumlah menara pada satu lokasi
I Pendapatan Daerah
3
retribusi (pengawasan 1MB) untuk satu menara - · Hasil Retribusi
-
I
- · Hasil Tambahan (dari usaha mengembangkan fasilitas antena seluler · terpadu)
1
49 100
Keterangan
lokasi lokasi
Perda 2/2002 : besar retribusi bangunan tidak dapat atau sulit dihitung luasnya 1,75% dari biaya pembuatan/pembangunan.
=
Sebaran waktu pengajuan tidak diketahui (konvensional dihitung agregat). Hasil sewa 1 menara terpadu @ 7 operator, selama 25 tahun, dengan 1.133.999.984 sewa /tahun = Rp.
I Hasil sewa 1 menara terpadu @ 4 operator, selama 25 tahun, sewa I tahun
- · 3.893.399.945.760
- · Luas pemakaian menara
- I Rasio luas lahan -
Rasio terhadap luas kota
200
400
179.200 17,92
59.600 5,96 1 0,01%
3 0,03%
863.999.988
I ,untuk seluruh menara tunggal (896) & menara terpadu (149) Atau, terdapat selisih (kenaikan) revn sebesar = Rp. Rp 155.340.423.980
- • Total tambahan Revenue (PAD) I 11.861.920.000 I 3.895.372.519.510 4 I Luas - • Luasan per site menara tunggal
=Rp.
dengan
m2 m2 Ha Per luas Kota Batam 71.500 Ha,
3.883.510.599.510 setiap tahunnya
69
4.3
Uji Sensitivitas
Meski meyakini peluang pengembangan fasilitas antena seluler terpadu sebagaimana dibeberkan dalam analisis sebelumnya, tahap selanjutnya penting untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan pola efisiensi (penghematan dan berdampak pada pendapatan) manakala perubahan- perubahan keadaan teijadi. Perubahan yang hendak dilihat adalah pada lama penggunaan menara, jumlah operator penyewa dan tingkat bunga. Dengan memperhatikan trend dan perubahan yang teijadi, pihak - pihak yang berkepentingan dapat mengantisipasi keadaan dengan melakukan pilihan tindakan tertentu. Setelah melihat pengaruh ketiga pengubah keadaan di atas, uji sensitivitas dilanjutkan dengan mengubah faktor pengali tarif sewa. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan. Terakhir, sensitivitas terhadap tarif sewa sendiri, yaitu dengan menaikkan atau menurunkannya.
4.3.1 Pengarub durasi sewa, jumlab operator penyewa, dan tingkat bunga (i) Sensitivitas terhadap lama penyewaan dibutuhkan terutama bagi operator. Seberapa besar efisiensi yang diperoleh pada suatu kurun waktu dapat menarik perhatian operator. Operator yang berorientasi pada keuntungan jangka pendek dapat mengamati trend terse but. Durasi penyewaan yang dibuat dari 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, 25 tahun dan 40 tahun. Selanjutnya juga diberikan pengaruh jumlah operator yang akan mengubah besar biaya sewa operator. Makin banyak operator yang dapat bergabung dalam satu menara terpadu akan menurunkan biaya sewa tersebut karena faktor pengalinya menjadi berbeda (turun). Oleh karena itu pola mengikut dari desain RF oleh operator-operator juga berguna untuk keperluan penekanan biaya sewa menara. Besar tingkat bunga menjadi perhatian dalam metode perhitungan nilai sekarang (PV). Untuk itu penting untuk melihat perilaku efisiensi terhadap perubahan tingkat bunga tersebut. Setelah 12%, kondisi-kondisi efisiensi dapat dilihat untuk tingkat bunga 18%
dan 25%.
70
Tabel 4.9 Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 5 Tahun i (disc. Rate) = 12%
Biaya Sewa (Cash out) Waktu Pembayaran (akhlr tahun ke-)
-
161.999.998 161.999.998 161.999.998 161.999.998 161.999.998
I
(Rp.)
-
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) Konstruksi (Rp.)
I
OM (Rp.)
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.)
I
-
756.500.000
756.500.000
-
89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000
144.642.855 129.145.406 115.308.399 102.953.927 91.923.149
756.500.000 TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PV Biaya Sewa
I
447.000.000
79.821.429 71.269.133 63.633.154 56.815.316 50.727.961
-
-
-
756.500.000
I
322.266.992 1.078.766.992
1.203.500.000
583.973.737
-----
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 5 tahun :
Rp
(494.793.256}
---
-----
, berarti biaya sendiri lebih besar
Bersama dengan Tabel 4. 5, tabel di atas menunjukkan pengaruh durasi atau lama waktu pemakaian dan sewa dari menara terpadu terhadap biaya yang dikeluarkan oleh operator jika menggunakan menara tunggal. Rekapitulasi dan grafik keadaan ini adalah sebagai berikut:
-
71
Tabel4.10.
Hlnga Tahun ke
5 10 15 20 25 40
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 7 antena I menara) terhadap menara tunggal
sellslh blaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(494.793.256) (346.293.821) (262.031 .253) (214.218.41 0) (187.088.118) (158.001 .832)
Gambar 4.1 Sellsih blaya sewa menara terpadu (12 m,
status I keterangan
, , , , , ,
biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh be biaya sendiri lbh be biaya sendiri lbh be blaya sendiri lbh be biaya sendiri lbh be
@ 1 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal Rp0
Rp(100.000.000)
= ~
Rp (200.000.000)
I
Rp (300.000.000)
i
Rp(400.000.000) Rp(500.000.000) Rp(600.000.000) hlngga tahun
!-=+=- serlsltlsewa &. ilangun 1
72
Tabel 4.11 Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 12 Tahun. i (disc. Rate) =12%
Waktu Pembayaran (akhlr tahun ke-)
Biaya Sewa J PV Blaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu {72 m, terisi 4 operator) (Rp)
-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
I
(Rp.)
Biaya C I OM (Cash out)
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) Konstruksi (Rp.)
-
Rp
OM (Rp.)
89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000 89.400.000
I
1.341.000.000 2.097.500.000
1.471.146.709
Selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 15 tahun:
l
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.)
-
756.500.000
756.500.000
756.5oo.ooo TOTAL
1
192.857.140 172.193.875 153.744.531 137.271.903 122.564.199 109.432.321 97.707.429 87.238.776 77.891.764 69.546.218 62.094.838 55.441.819 49.501.624 44.197.879 39.462.392
215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997 215.999.997
PV dari Biaya C I OM
Rp
-
79.821.429 71.269.133 63.633.154 56.815.316 50.727.961 45.292.8221 40.440.020 ' 36.107.1611 32.238.536 28.784.407 25.700.364 22.946.753 20.488.173 18.293.011 16.333.046
-
-
756.5oo.ooo
!
I
608.891.285 1.365.391.2851
105.755.424 , berarti sewa menara terpadu Jebih besar
73
Tabel4.12
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 4 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hingga Tahun ke. selisih blaya menara terpadu dan menara tunggal
5 10 15 20 25 40
Rp (300.135.344) Rp (41 .181 .782) Rp 105.755.424 Rp 189.131.540 Rp 236.441 .388 Rp 287.162.103
Gambar 4.2 Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 4 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar sewa mnr trpadu lbh besar sewa mnr trpadu lbh besar sewa mnr trpadu lbh besar sewa mnr trpadu lbh besar
Rp400.000.000 Rp300.000.000
g
Rp200.000.000
~
Rp1 00.000.000
I
i
RpRp(1 00.000.000) Rp(200.000.000)
Rp(3DO.OOO.OOO) Rp(400.000.000)
hlngga tahun
I-+- sellslh sewa & bangun I
74
Tabel4.13. Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, i =12% sellslh blaya menara terpadu dan menara tunggal
Hingga Tahun ke -
dengan 7 Operator per menara terpadu
dengan 4 Operator per menara terpadu
dengan 5 Operator per menara terpadu
dengan 6 Operator per menara terpadu
- - ---
5 10 15 20 25 40
-.:
1.500.000.000
i
1.000.000.000
--+- w/7 operator
500.000.000
__._ w/6 operator w/5 operator -·-..-- w/4 operator
• ~ :I
.C""':"
~~
I s:.•
';
i
•
(500.000.000) ." :·: '.~, .
,-,_ ::r_,,,..,,.,.,.;~ ''
> ~· > •<
r·•~:::·~~£t&~lJ<~~J~·J'"<,-:i, ~-~:._ 1 , ·· ~;: .:~--::~ -~~f~-~~·<·;·;~e;).Xt;;~~·~:,~J;~fu,: ;• S- ~h· no!:, ri~'Jffl:,: ·.,;,.;:,..;;:'it~~~ •'•' --g.~i't; :. · ··f;.r::?,:':r~~1
""''ill!-'-•• ('
1
, •• ..
, ,
,._ 7.•· \;~ ~ t, 1 1~...~~~,.l't·•·--·or ·.t-~t~·,:i!'.':-··. lv-~'l'1.•i -~- .~:,~-~ )l)iJ
•
•
-
,'!!.;
• ··
,.
-!i,i'''· -,· ,_.. -• /i• 1
, . ,..
·
hingga tahun ke -
. ..,
- ,, . ..,.. •.•iJ-'"
w/3 operator -+- w/2 operator
-
i
I
(170.363.402) 162.226.245 350.946.542 458.031 .507 518.794.392 583.938.060
Gambar 4. 3 sensitivitas pd jumlah operator (i =12%) =i
dengan 2 Operator per menara terpadu
- -- -- - - - - - - - - - - - - - - ---
(300.135.344) (41.181 .782) 105.755.424 189. 131.540 236.441 .388 287.162.103
(365.021 .314) (142.885.795) (16.840.135) 54.681.557 95.264.886 138.774.125
(494.793.256) (346.293.821) (262.031 .253) (214.218.41 0) (187.088.118) 158.001 .832
dengan 3 Operator per menara terpadu
89.180.481 569.042.297 841 .328.778 995.831 .441 1.083.500.400 1.177.489.972
75
Tabel4.14 Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, i =18% sellslh blaya menara terpadu dan menara tunggal Hingga Tahun ke-
5 10 15 20 25 40
dengan 7 Operator per menara terpadu
(529.467.391) (430.229.345) (386.851 .481) (367.890.616) (359.602.648) (353.704.186)
dengan 6 Operator per menara terpadu
(473.178.313) (349.335.793) (295.203.086) (271 .541 .181) (261 .1 98.344) (253.837 .453)
dengan 5 Operator per menara terpadu
(416.889.236) (268.442.241) (203.554.691) (175.191 .745) (162.794.040) (153.970.721) .
dengan 4 Operator per menara terpadu
dengan 3 Operator per menara terpadu
(360.600.158) (187.548.689) (111 .906.296) (78.842.31 0) (64.389.736) (54.103.988)
Gambar 4.4. Sensitivitas pd jumlah operator (i
(248.022.003) (25.761 .584) 71.390.493 113.856.562 . 132.418.872 145.629.477
=18°/o)
't:
600.000.000
Cl>
400.000.000
-+-- w/7 operator
1V :::s
200.000.000
---- w/6 operator w/5 operator
:ec tn
.a
oa
ci.
i
.s:
:ia; tn
0::
-
- ·+--
w/4 operator
(200.000.000)
......_. w/3 operator
(400.000.000)
-
(600.000.000)
hingga tahun ke-
w/2 operator
dengan 2 Operator per menara terpadu
(22.865.693) 297.812.625 437.984.072 499.254.304 . 526.036.087 545.096.407
76
Pengubahan tingkat bunga ( i) akan mempengaruhi selisih biayajika operator menyewa menara terpadu dan membuat menara tunggal sendiri. Semakin besar tingkat bunga selisih yang terjadi makin besar. Untuk jumlah operator yang berbeda, penghematan biaya atau selisih tersebut tampak dengan semakin banyak kurva hingga titik tahun ke40 berada di bawah garis 0 rupiah. Berikut ini adalah grafik yang diperoleh ketika i atau tingkat bunga diubah menjadi 25%. Akan terlihat bahwa selisih yang terjadi makin besar. Dengan melihat perubahan pada penghematan biaya yang terjadi ketika di'bebani' tingkat bunga yang berbeda-beda, dapat diambil pengertian bahwa tingkat bunga memberikan jawaban atau tanggapan terhadap risiko yang dapat terjadi. Operator akan sangat tertarik untuk mengambil pilihan menyewa menara terpadu dengan adanya tingkat risiko yang makin besar yang digambarkan oleh suku bunga yang besar pula.
Gambar 4.5. Sensitivitas pd jumlah operator (i = 25%)
...
400.000.000
c Q) w
200.000.000
-a
-
-+- w/7 operator -a- w/6 operator
nJ
:::s
..c-=oac.. a: nJ-
3: Q)
w/5 operator ~ w/4 operator __.__ w/3 operator
(200.000.000)
(I)
.c .!l Q) (I)
(400.000.000)
-+- w/2 operator
(600.000.000)
hingga tahun ke -
Dalam Tabel 4.16 dan Gambar 4.6 berikut ketiga keadaan ditampilkan secara bersama sehingga memudahkan membaca kecenderungannya. Sensitivitas dalam penghematan biaya dapat dibaca dengan mengambil salah satu faktor pengubah keadaan sementara yang lain tetap. Kombinasi antara durasi, jumlah operator, dan i berpengaruh pada efiensi.
77
Tabel4.15. Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal Pada tingkat bunga yang berbeda (12% - 25 %)
Hingga Tahun ke-
5 10 15 20 25 40
5 10 15 20 25 40
5 10 15 20 25 40
dengan 7
selislh blaya menara terpadu dan menara tunggal dengan 3 dengan 4 dengan 5 dengan 6
dengan 2
Operator per menara teroadu
Operator per menara terpadu
Operator per menara terpadu
Operator per menara teroadu
-4,95E+08 -3,46E+08 -2,62E+08 -2,14E+08 -1,87E+08 -1,58E+08
-4,3E+08 -2,45E+08 -1,39E+08 -79768426 -45911616 -9613853
-3,65E+08 -1,43E+08 -16840135 54681557 95264886 1,39E+08
-3E+08 -41181782 1,06E+08 1,89E+08 2,36E+08 2,87E+08
-1,7E+08 1,62E+08 3,51E+08 4,58E+08 5,19E+08 5,84E+08
89180481 5,69E+08 8,41E+08 9,96E+08 1,08E+09 1,18E+09
-5,29E+08 -4,3E+08 -3,87E+08 -3,68E+08 -3,6E+08 -3,54E+08
-4,73E+08 -3,49E+08 -2,95E+08 -2,72E+08 -2,61E+08 -2,54E+08
-4,17E+08 -2,68E+08 -2,04E+08 -1,75E+08 -1,63E+08 -1,54E+08
-3,61E+08 -1,88E+08 -1,12E+08 -78842310 -64389736 -54103988
-2,48E+08 -25761584 71390493 1,14E+08 1,32E+08 1,46E+08
-22865693 2,98E+08 4,38E+08 4,99E+08 5,26E+08 5,45E+08
pada i =
-1,26E+08 81140051 1,49E+08 1,71E+08 1,78E+08 1,82E+08
pada i =
.
25%
I
-5,61E+08 -4,97E+08 -4,76E+08 -4,69E+08 -4,67E+08 -4,66E+08
-5,13E+08 -4,33E+08 -4,07E+08 -3,98E+08 -3,95E+08 -3,94E+08
Operator per menara terpadu
-4,64E+08 -3,69E+08 -3,37E+08 -3,27E+08 -3,24E+08 -3,22E+08
Operator per menara terpadu
-4,16E+08 -3,04E+08 -2,68E+08 -2,56E+08 -2,52E+08 -2,5E+08
-3,19E+08 -1,76E+08 -1,29E+08 -1,14E+08 -1,09E+08 -1,06E+08
Gambar 4.6. Sensltivltas penekanan blaya pada i =12%, 18%,26% m,,,,,M,Jt,t,J
Ket.
pada
i= I
JlliiiiUIIIDII!a
12%
...d. "...
I
1
18%
JliiUIIUUflfiiiiJ ~YIIIIIIIIiiiDIIJ
MiiiiiiiiiiiiiiiJ 5lllllll1IItltltl~
.lt!t!lllliJJ!tJ
"
I
i !II
Wl'l'l'l'lllalt
li!tJfm1'imt!tJ
r
r
l%1l'l'Dlim'l'l Hlngga Tahun ke.
~
78
Analog untuk pendapatan, yaitu dengan menggunakan tahap-tahap yang sama hingga penentuan sensitivitas efisiensi di sisi operator, pendapatan pemerintah dari basil menyewakan menara terpadu dapat dilihat dalam tabel dan gambar di bawah ini. Tabel4.16. Rekapitulasi pendapatan menyewakan menara terpadu (nilai sekarang netto) i = 12% Hingga Tahun ke-
PENDAPATAN dari menyewakan menan terpadu (Nilai sekaraag netto) @ 7 Operator per menara
@ 60perator permenara
@ 5 Operator per menara
@ 40perator permenara
@3 Operator ~ 2 Operator per permenara menara
5
1.657.823.356
1.463. 165.444
1.138.n5.s90
684.533.795
295.217.970
15 25
4.345.166.507
3.977.379.830
3.364.402.035
2.506.233.121
J.n0.659.766
5.210.419.080
4.786.889.574
4.081.007.063
3.092.771.549
2.245.712.537
1.398.653.524
40
5.546.233.524
5.101.069.590
4.359.129.699
3.320.413.851
2.430.085.982
1.539. 758.113
(94.097.854) 1.035.086.412
Gambar 4.7. Sensitivitas revenue pd jumlah operator (1•12%)
6.000.000.000 :&
~
§
5.000.000.000
i-
4 .000.000.000
-w/7 oprt -w/6 oprt
.c:D-:'"
~ ~ ~ .000 .000 .000
w/5 oprt
l!2.ooo.ooo.ooo
-·- w/4 oprt -w/ 3 oprt -w/2 oprt
Cit
i
1.000.000.000
.t::.
hlngga tahun ke -
Tabel4.17. Rekapitulasi pendapatan menyewakan menara terpadu (nilai sekarang netto) i = 18•.4 Hingga Tahun ke-
PENDAPATAN dari menyewakan menan terpadu (Nilai sekaraag netto) @ 7 Operator permenara
@6 0perator permenara
@ 5 Operator permenara
@ 40perator permenara
@ 3 Operator permenara
@2 Operator permenara
5
1.257.494.700
1.088.627.468
807.182.080
413.158.536
75.424.071
(262.310.395)
15 25 40
2.904.060.230
2.629. 115.045
2.170.873.071
1.529.334.308
979.443.939
429.553.570
3.218.660.395
2.923.447.483
2.431.425.964
1.742.595.836
1.152.170.013
561.744.190
3.286.760.861
2.987. 160.663
2.487.827.001
1.788.759.873
1.189.559.478
590.359.083
79
Gambar 4.8. sensitivitas revenue pd jumlah operator (i •18%)
3.500.000.000 ~ 3.000.000.000 L)
>
-+-W/7 oprt -w/6oprt w/5 oprt ___. WI 4 oprt
2.500.000.000 a.. it ..c :a -i.OOO.OOO.OOO lO
=!-~&l-r.500.000.000 - 1.000.000.000 8 500.000.000 ..c
-w/3oprt -+-w/2 oprt
(500.000.000) hingga tahun ke -
Tabel 18. Rekapitulasi pendapatan menyewakan menara terpadu (nilai sekarang netto) i = 25,. Hingga Tahun ke-
PENDAPATAN d•ri menyew•kan menu• terp•du (Nilai selutrang netto) @ 70perator permenara
@6 Operator permenara
@ 5 Operator per menara
@40perator permenara
@3 Operator permenara
@20perator permenara
890.454.454
745.233.336
503.198.139
164.348.864
(126.093.372)
(416.535.608)
15
1.871.133.776
1.662.733.604
1.315.399.982
829.132.913
412.332.567
(4.467.778)
25
1.976.433.417
1.761.249.445
1.402.609.491
900.513.556
470.145.612
39.777.668
40
1.988.654.313
1.772.683.028
1.412.730.885
908.797.885
476.855.314
44.912.742
5
Gambar 4.9. Sensltivltas revenue pd jumlah operator (1•25%) 2 .500.000.000
~ ::1! 0
~<; =
2.000.000.000
-+-w/7 oprt -w/6oprt w/5 oprt · ___........ w/4 opst -w/3oprt -w/2oprt
1.500.000.000
~ 1.000.000.000
.!!:D 1D.e
"' I
..
5oo.ooo.ooo (500 .000.000) (1.000.000.000)
hingga tahun ke -
80
Tabel4.19. Rekapitulasi pendapatan dari hasil sewa (nilai sekarang netto) Pada tingkat bunga yang berbeda (12 % - 25 %)
Hingga Tahun ke -
PENDAPATAN darl menyewakan menara terpadu dengan 7 dengan 6 dengan 5 dengan 4 dengan 3 dengan 2 Operator Operator Operator Operator Operator Operator per per per per per per menara teq;!adu I I !E I I !:E I !E ~
Gambar 4.10. Sensitivitas pendapatan netto pada i =12%, 18%, 25%
Ket.
tiMmtmmmitl I
-
MmrMMMd
A.
5 15 25 40
1,66E+09 4,35E+09 5,21E+09 5,55E+09
1,46E+09 3,98E+09 4,79E+09 5,1E+09
1, 14E+09 3,36E+09 4,08E+09 4,36E+09
6,85E+08 2,51E+09 3,09E+09 3,32E+09
2, 95E+08 1,77E+09 2,25E+09 2,43E+09
94097854 1,04E+09 1,4E+09 1,54E+09
pd
~
i= 12%
~
nmmmrmmu
0
>(,)'
IIIIIDIIIIIIIIIIlll
a. "
=~ .,-
-.o 5 15 25 40
1,26E+09 2,9E+09 3,22E+09 3,29E+09
1,09E+09 2,63E+09 2,92E+09 2,99E+09
8,07E+08 2,17E+09 2,43E+09 2,49E+09
4,13E+08 1,53E+09 1,74E+09 1,79E+09
75424071 9,79E+08 1,15E+09 1,19E+09
2,62E+08 4 ,3E+08 5,62E+08 5,9E+08
pd
i~
i= 18%
Ill
i Ill
tlliiiiPJji@Iill
rz,l,l~'l'l'l'l'l'J
Ill
m
"
I!
5 15 25 40
8,9E+08 1,87E+09 1,98E+09 1,99E+09
7,45E+08 1,66E+09 1,76E+09 1,77E+09
5,03E+08 1,32E+09 1,4E+09 1,41E+09
1,64E+08 8,29E+08 9,01E+08 9,09E+08
1,26E+08 4,12E+08 4 ,7E+08 4,77E+08
4,17E+08 -4467778 39777668 44912742
pd
i= 25%
I
ll'Nmnmmm
I
I
,~ /·~ ~
f /r
ll'lfiE!l
ll'lfiE!l
..
.
r
Hingga Tahun ke •
== ==
='I
- w..M
81
4.3.2
Pengubahan faktor pengali tarif sewa
Bila dalam bahasan sebelumnya dicari pengaruh tiga faktor pengubah efisiensi yaitu durasi, jumlah operator, dan tingkat bunga maka dengan menggunakan template yang telah diperoleh, berikut ini akan dilihat sensitivitas efisiensi tersebut terhadap faktor pengali tarif sewa. Setelah disandingkan dan dibandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah faktor pengali diubah, dilanjutkan analisis sensitivitas dengan menaikkan atau menurunkan harga sewa.
·---------------------------------------------------------, Efisiensi (penghematan biaya operator dan penambahan pendapatan asli daerah) D D D
Durasi (tahun) Jumlah operator
L!.
1
I2
Pengubahan faktor pengali tarif sewa
Pengubahan harga sewa (naik- turun)
Gambar 4. 11. Langkah penyusunan template melihat sensitivitas basil studi
Tabel4.20 Pengubahan faktor pengali Multi Operator
No
1 2 3 4
5 6
Jumlah Operator
Faktor pengali Tarif Sewa
u menara 72 m, Tarif sewa (Rp.)@ operator
2 3 4 5 6 7
65% 55% 50% 45% 40% 35%
19.500.000 16.500.000 15.000.000 13.500.000 12.000.000 10.500.000
Tarif sewa pada tabel di atas masih menggunakan basis harga sewa menara terpadu untuk single operator sebesar Rp. 30.000.000. Harga ini telah termasuk PPN dan pajakpajak lain.
82
Tabel 4.21. Pemetaan biaya-biaya dan gangguan pada Menara Sendiri dan Menara Terpadu dengan adanya perubahan faktor pengali pada tarif sewa
Pihak
Aspek
Operator
Biaya
Operasionalisasi di 1 (satu) titik lokasi
I
Menara sendiri
Menara
Keterangan *) mengetahui efisiensi 1 operator: (a+b)- c,
Biaya
Pemerintah
d. Biaya Konstruksi **)
Rp
1.363.700.000
e. Biaya OM I bulan
Rp Pendapatan
f.
Retribusi (pengawasan IMB) ***)
Rp Masyarakat
I
Gangguan
I
92.671.250
Jumlah menara di satu titik = m *****) 7 menara (terjadi di 4 menara (terjadi di
100 49
tern pat) tern pat)
p = g- (d +e),
24.650.000
g. Hasil sewa ****)
Rp
mengetahui pendapatan bersih
kenaikan : p - f
881.999.988
Jumlah menara terpadu = I menara saja (terjadi di 149 tempat)
IPenurunan gangguan (m- 1) menara
83
Tabel 4.22. Skala benefit satu kota dengan faktor pengali telah diubah Uralan menara diajukan potensi Total untuk memperoleh 1MB
No 1 2
-
Menara Tunggal 896
Menara Terpadu 149
4 7
1 1
Magnitude gangguan jumlah menara pada satu lokasi
Keterangan melayani seluruh kota
di di
49 100
lokasi lokasi
Pendapatan Daerah
3
-
13.238.750
retribusi (pengawasan 1MB) untuk satu menara
13.238.750
-
Hasil Retribusi
11.861.920.000
1.972.573. 750
-
Hasil Tambahan (dari usaha mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu)
-
28.349.999.605
-
21.599.999.699
Perda 21 2002 : besar retribusi bangunan tidak dapat atau sulit dihitung luasnya 1,75% dari biaya pembuatan/pembangunan. Sebaran waktu pengajuan tidak diketahui (konvensional dihitung agregat).
=
Hasil sewa 1 menara terpadu @ 7 operator, selama 25 tahun, dengan 881.999.988 sewa I tahun Rp.
=
Hasil sewa 1 menara terpadu @ 4 operator, selama 25 tahun, dengan sewa I tahun
4
-
Total tambahan Revenue (PAD)
-
Luas Luasan per site menara tunggal Luas pemakaian menara
-
-
Rasio luas lahan Rasio terhadap luas kota
-
3.893.399. 945.760
11.861.920.000
3.088.972.530.7 45
200
400
179.200 17,92 3 0,03%
59.600 5,96 1 0,01%
=Rp.
719.999.990
, untuk seluruh menara tunggal (896) & menara terpadu (149) Atau, terdapat sellslh (kenaikan) revn sebesar = Rp. 123.084.424.430 m2 m2 Ha Per luas Kota Batam 71.500 Ha,
3.077.110.61 0.745 setiap tahunnya
84
Gambar 4.12. Perbandingan penekanan biaya sebelum dan sesudah pengubahan faktor pengali tarifsewa
Sensitivlta s penekanan biaya pada I • 12°k, 18°k, 25% sebelum faktor pengall tarif diu bah
tfPPimppnn1
rmpprqmpp1
Sensitivitas penekanan biaya pada 1•12%, 18o/o, 25o/o setelah faktor pengali tarif diubah
p.mwmmpm HIIWfHI[ji!Ifl tpitpiiPI!NIIQ
fimmprmr!m
i
1 1 •
I
I
Pl!IIIIPI!IHII!I
t
mtllrtmqmm
I
llU'Ifi!IfiWI!J
1 •
r.liiiiii!Ifiii!PI
m
r
____}____!._
~I
'1.lln11JIIIlmpJ p!l!III!I!IWIQ
lfiWPI!liiWm
'
I
:&»I
IT
I itl7
I
I
I
I
I
I PI
I
I
I
I
r.utilw:t,tat, , . . .· I
.......
~
~ F--
U!III!lll!IUIIII
I
I
~ IWWIWitiWitl IIPI«'lWliiW
JIIII!III!lii!Ifiii
rF
~ ~-----
lill!II®JII!Ifl Hingga Tahun ke -
Hingga Tahun ke -
85
Gam bar 4.13. Perbandingan sensitivitas pendapatan bersih sebelum dan sesudah pengubahan faktor pengali tarif sewa
Sensitivitas pendapatan netto pada i • 12%, 18°/o, 25% seblm faktor pengali tarif diubah
rJIII!IfliiiiiiUIIQ
Sensitlvitas pendapatan netto pada I= 12%, 18o/o, 25% setelah faktor pengall tarif diubah
f!UIIII!IIIUUUQ
IM,mmtamm MU!IIIIIIIIIIIIIIJ
~
fCWnnmamm
=:0
lrliJitliiii!IIPIIJ
>~
(3
2
tiS
0
~<::)
IL ·-
~
:5t ~-=
p.11rmpprmrug
I
HIIIIII!III!IIIW1
Ul · -
~OCI
"'le
.c
m I
mnrmrmprmm
r /I
I
I
rammrm
I
I
I
1 ;(
I
I
mmrm
Hingg~ T~hun
~~---=
I
1
I )
ke -
::1
j
~ 1
1
lt@mti@m
J 71
o=
,.-:
I
I
I
r r I) t
I
I
I
1
ltq!IU!Iti!IIIIII1
maamzmx,m · Hingg~
T~hun
ke -
I
I
86
4.3.3
Sensitivitas terbadap besar tarif sewa
Tarif sewa dinaikkan dan diturunkan sebesar Rp. 5.000.000. Graftk sensitivitas ditunjukkan pada gambar-gambar berikut ini: 1. Perbandingan penekanan biaya ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Sebelum faktor pengali tarif diubah), 2. Perbandingan penekanan biaya ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (setelah faktor pengali tarif diubah), 3. Perbandingan pendapatan netto ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Sebelum faktor pengali tarif diubah), dan 4. Perbandingan pendapatan netto ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Setelah faktor pengali tarif diubah). Ketika tarif diuba~ menjadi lebih tinggi, maka dampak pada efisiensi terlihat dengan menurunnya selisih biaya sewa menara terpadu dan biaya pakai menara tunggal. Sebaliknya tambahan pendapatan daerah akan makin bertambah. Hal yang konsisten secara logika terjadi ketika tarif diturunkan. Efisiensi makin besar dan tambahan pendapatan daerah akan berkurang. Konsistensi dari grafik sensitivitas yang ditunjukkan dengan berbagai pengubah kondisi memberikan pengertian bahwa metoda analisis yang digunakan berhasil mengeksplorasi perbedaan secara fmansial antara penggunaan menara terpadu dan menara tunggal. Dari sisi ini sangat beralasan untuk mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu dalam rangka mengubah ekstemalitas negatif menjadi pendapatan asli daerah.. Telah cukup kuat alasan fmansial dalam masalah ini.
87
Gam bar 4.14. Perbandingan penekanan biaya ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Sebelum faktor pengali tarif diubah) Sensltlvites penekenen blaya dg Terif dineikken ; pede I • 12%, 18%, 25% ; den sebelum fektor pengeli terif diubeh
Sensitivltes penekenen blaya dg Terlf Awel; pede I .. 12%, 18%, 25% ; den sebelum fektor pengeD terlf diubeh
Seneltlvltes penekenen blaya dg Terif diturunk•n; padel•12%,18%, 25%; den eebelum fektor pengeli terlf dlubeh
•Nllll®®lii1
(f1!Il1!I!J!1!II
rllilili1Ililil
lnmnmmmg fli!I!IIl!1!IIIl flii\lUIIli1II11
[!W!llililili!Il ~
~
a.
a.
~
lf!l1liiiiiliiiii
iIll
P.l!I111Ili1Ill!
·c :;
~
·c :;
iIll
=
j
..D
oe
oe Ill
l!'.lliillll11IIIl
:i'ii
l!!1l1l1lllilil
.c Cll
(
~
[rtl1!1!1!1l1!1!
i
Ill
fil1ll!1li!1lil1
..
!
l!friliiliiiiliiii
oe
P.l!I111Ili1Ill!
I Ill
Ill
If
.It! ll
.c
:!! Qj
IP1!li1!1!1I1!J
F
lf!lllll1liiil1
1511lmliiili1I1III
tuin pw
r
l!flliiiiiliii!
&lilili1Il1liii
Hlngge Tehun ke -
m8t/ii#m
Cll
Cll
l!friliiliiiiliiii
&lilili1Il1liii
lo1!I!1IIIIII!I!1
..D
I :5·
l1lililii1lil1l
·c :;
l5
l5
I
I!J\I\MJliliiii]
P.'l!l!l!1!1Ull!l
Hlngge Tehun ke-
[-::i - :
Hlngge Tehun ke -
:Ill' --- -- ---.,
88
Gam bar 4.15. Perbandingan penekanan biaya ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (setelah faktor pengali tarif diubah) Sensltlvites penekenen bl• dg Terlf dlnelkken; pede I .. 12%, 18%, 25% ; den sldeleh fektor pengeli terif dlubeh
Sensitivites penekenen bl.,a dg Terlf Awel ; pedal• 12%, 11%, 25%; den seteleh fektor pengell terlf diubeh
Sensltlultes penekenen bl• dg Terlf dlturunken ; pedel•12%, 18%, 25% ; den tteteleh faktor pengel terlf dlubeh
UiNiMI@
•MMD
(lllllllll1III1l
nmmmnnru
llll1lliiiii11II
lrl1I111l111111l1
i "C
:; iIll •
..,j
I
~~ iNM®Q
IMMD .
IMi®®®
i
Ill
·
15
!thfififififiil
r . ,
i
~
i
• .ll11I1l111Il11
;;
;; iIll 1i
..,j I
.
.·
.1 '15
?~~
MMD"""""""
..,.If
ilit
•.l1111111I1l1ll
1i
..,= .a
I
Ill
.t:
:i
iNM®Q Wlllll.ll
'15
(I)
II)
MUUUmmmJYr-:;:::
dl1lllMN
iiil1ili1ilititi
I!IIIIIIIliiiliiii
Hlngge Tehun ke -
lriilUIIIII1Ill1l
"C
"C
II)
.
I
.I II)
c
.
IW@MM®
rtri1I1III1lll1
I!I'IIIJIJll
I!IIIUIIIIIlll1III
Hingge Tehun ke -
Hlngge Tehun ke -
89
Gam bar 4.16. Perbandingan pendapatan netto ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Sebelum faktor pengali tarif diubah)
taltltiiitMP.III'II'III'III'III'ft'III'IIN
!
ljtl1lllll1lNli
t
tmlli1Ili\I\III
·!
~u
ti 1!-e I
~~
'.ll1!111!1li!ru
t!I
(1IIIJlililii1I
J
P.!i@®IIIMIIIIJ"""""'I'IIIW"'
riWl1l111lilM1l1
fililii1llliiii
i
Sensitivltes pendepaten netto dg Terif dlnelkken ; pede I = 12%, 18%, 25% ; sebelum faktor pengeli terif diubeh
Sensltivltes pendepaten netto dg Terlf Awel ; pade i =12%, 18%, 25%; seblm fektor pengeli terif dlubeh
Sensltlvltes pendepaten netto dg Tarif dlturunken ; pede I • 12%, 18%, 25% ; sebelum fektor pengeli terif diubeh
8l
IJ ' I IF " W
I
I
I
I
I
,'J
0
I
I
I
I
.'
1:::;;:
I
I
f1lilllil1lllll
f
ll'ii1IIIIIItii
i
!
IWlJIIl1li!I!1IJ l'.li1IIIIIIIIIII
rl1Illlllllilil1
~~
il Ill.., I 1l
I I
J
ri1!1!1l111li!I!J r.1IIIIIIUlilllii .,.ll1l1IIII11llti IIIII1IDIIIIIIJI
.!
r!Jif.lflll I5Iliiiiliiliii
r==
==--=I
llflf.lElll
I!Jlll'liiilili
lfllil1l1III11III
Hingge Tehun ke -
KifWI\]
Hlngge Tehun ke -
Hlngge Tehun ke -
90
Gam bar 4.17. Perbandingan pendapatan netto ketika tarif diturunkan, tetap, dan dinaikkan (Setelah faktor pengali tarif diubah)
Sensltlvltas pendapatan netto dg Tarif dlturunkan; padal-=12%, 18%,25%; setelah faktor pengali tarif diubah llfJii!!@II®®It!J""'~'~~'~~~"'
Sensitivltas pendapatan netto dg Tarif dinaikkan; padal•12%, 18%,25%; setelah faktor pengall tarif diubah
Sensltlvttas pendapatan netto dg. Tarif Awal ; pada1•12%, 18%, 25%; setelah faktor pengall tarlf dlubah
~,j\I\IlllllMiliO~~'~~~'~""'IWIII'IIl"'l''
.. •tt®@®lt®lllftit!WI_ 1Jo11Il11I1111111I
tl!l!I!J!IliiiiW
fll1liiiiillll!l
IIl1liiN!I!1lii
i
!
rlo1lililiiiliiil1
I1!J!J!I!I!IIII
r r - i!I
rtml1!llili!III
l)lll!l
J
.· r
l!.'m1II1liiiii
l!!r.lllliiiiiiilil
llllil1l1l1!1l11I
DJ.1!I!111li!Ilili
/,.
~-
~~--
== ==-.. -
=-~~~~
. . ,_ -
ril1ll1Il1l1ll1
rnnnnnnnnru
~~ i
"Jillllll
,lfl!l
~
I!DIIIIIIlilJIJ
11101IIIIliiilillli
Hlngga Tahun ke-
r
!
ITIII1I1lil11IU
~u
~u
ti I
i
~ t.IOWIM fl\MMI®
-
- -- =::: --,--_ _ ::: --~-
n=••tltjAI
•n••f1MN
--=
Hingga Tahun ke -
Hingga Tahun ke •
11
~---1
91
Temuan Studi
4.4
Hingga pada tingkat analisis ini, studi menemukan hal-hal sebagai berikut: )- Manfaat besar (1 titik, 7 operator, 12%, 5-40 tahun) •
Penghematan biaya sampai dengan 46%,
•
Kenaikan pendapatan daerah sampai dengan Rp.5,6 M
•
Penurunan gangguan menara tunggal
Skala penghematan akan menarik minat investor (operator) sehingga ke depannya cakupan, kapasitas, dan kualitas layanan telekomunikasi seluler dapat meningkat. Bagi masyarakat Kota Batam, hal ini akan menjadi keuntungan lain di samping adanya penurunan gangguan akibat jajaran menara tunggal di satu lokasi. )-
Konsistensi terhadap perobahan Perilaku penghematan dan pendapatan hero bah terhadap faktor-faktor seperti Durasi, Operator (jumlah), Interest, Tarif(prosentase dan harga) sewa. Namun demikian terdapat konsistensi, yaitu: •
!l biaya atau penghematan akan makin baikjika i naik dan tarif(baik
prosentase maupun harga) sewa turon •
!l pendapatan atau kenaikan pendapatan makin tinggi j ika i turon dan tarif
sewa naik. •
Baik pendapatan dan penghematan menunjukkan kinelja yang baik pada jumlah operator yang semakin banyak di setiap menara terpadu. (di sini diambiljumlah maksimal 7 operator I menara terpadu). Secara logika, tentu perilaku kinelja ini akan sama pengaruhnya dengan penurunan gangguan.
Konsistensi ini penting untuk masukan bagi tindakan antisipasi. Besar !l pendapatan dan !l biaya menjadi perhatian pihak-pihak untuk dinegosiasikan menurut faktor-faktor pengubah. Kondisi ini seropa dengan perubahan
~inamis
yang ditunjukkan oleh keadaan mencapai mapan (steady state).· Menurut Hannon (1997) kondisi mapan lebih mudah untuk dimonitor dan dikendalikan serta berkebalikan berlaku untuk kondisi osilasi dan chaotic.
92
BABS KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa manfaat yang diperoleh sangat signifikan dari usaha menangani jajaran menara tunggal yang tidak teratur di satu tempat melalui pengembangan fasilitas antena seluler terpadu. Pilihan tindakan ini tidak memberatkan operator atau produsen dan memberikan manfaat bagi daerah berupa kenaikan pendapatan dan penurunanjumlah gangguan menara di satu lokasi. Pada satu titik lokasi, jumlah menara tunggal bisa menjadi 4 hingga 7 dengan pola mengikut. Tetapi dengan menara terpadu di seluruh titik lokasi hanya memerlukan satu
.
menara sehingga menurunkan potensi gangguan. Berkurangnya potensi gangguan tersebut akan dapat mengurangi keluhan-keluhan masyarakat seperti kecemasankecemasan terhadap jatuhlrobohnya menara, peningkatan sambaran petir, gelombang radiasi, hingga menurunkan gangguan pada estetika pemandangan kota. Manfaat berupa penghematan biaya bagi operator sangat signifikan berkisar antara II% hingga 46% untuk satu menara terpadu dengan jumlah penyewa sebanyak 7 operator bila dioperasikan dari 5 hingga 40 tahun dengan tingkat bunga I2%. Makin besar tingkat bunga, makin besar penghematan yang terjadi. Besar penghematan ini ditambah dengan potensi Kota Batam sebagai daerah industri akan berpeluang menarik minat operator telepon seluler lain maupun yang telah ada untuk berinvestasi di Batam. Peningkatan kapasitas dan cakupan layanan telekomunikasi seluler pada akhimya kembali akan merupakan manfaat bagi daerah. Potensi pendapatan yang diterima oleh pemerintah dari hasil mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu juga sangat besar. Dengan kondisi yang sama dengan manfaat penghematan (menggunakan PV), pendapatan netto dari hasil sewa menara terpadu sebesar Rp.1,7 Miliar hingga Rp.5,5 Miliar. Secara signifikan pendapatan tersebut masih tetap besar ditinjau dari fleksibilitas perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jika jumlah operator penyewa setiap menara terpadu berubah, begitu juga dengan pengubahan tingkat bunga, faktor pengali sewa, dan harga sewa, maka perilaku
93
penghematan dan pendapatan juga berubah. Antisipasi terhadap perubahan tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan basil uji sensitivitas. Jumlah operator penyewa per menara yang banyak, tingkat bunga tinggi, dan tarif (prosentase dan harga) sewa rendah akan disukai operator sehingga tidak ada keberatan untuk memasang peralatannya di fasilitas terpadu. Keadaan di atas akan mendorong operator untuk berpindah dari menara tunggal ke layanan fasilitas antena seluler terpadu. Dari sisi pendapatan, perubahan tingkat bunga dan tarif sewa akan berkebalikan dengan efisiensi dari pihak operator sehingga nantinya diperlukan sebuah negosiasi. Hasil analisis finansial dan konsistensi perilaku grafik sensitivitas untuk berbagai pengubah kondisi memberikan pengertian bahwa mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu akan banyak memberikan manfaat, utamanya ditinjau dari ketiga pihak.
5.2 Rekomendasi Dari kesimpulan di atas, beberapa rekomendasi sebagai tindak lanjut dapat diajukan : •
Pemerintah dapat mengambil peluang mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu ini. Pemanfaatan menara terpadu perlu diupayakan mencapai kapasitas maksimum operator per menara sebab kondisi ini akan disukai semua pihak. Untuk itu pola pasang mengikut dan monitor penjadwalan pemasangan juga diperlukan;
•
Pengembangan fasilitas antena seluler terpadu diterapkan dengan menggunakan cara penyewaan yang menggunakan pola pembayaran menurun akibat operator juga cenderung mengikuti lokasi pemasangan operator-operator sebelumnya. Jika diperhatikan, leasing merupakan jenis sumber dana altematif yang meringankan beban pengusaha untuk berinvestasi dengan hanya menyediakan sebagian kecil kebutuhan dana (misalkan cukup dengan uang muka sebesar 15% dari nilai total investasi). Cara yang dipakai pemerintah dapat berhasil dengan mengembangkan fasilitas antena seluler terpadu dan menyewakannya kepada para operator dengan skema multi operator pembayaran menurun. Skema pembayaran seperti ini dapat menarik perhatian operator ditinjau dari efisiensi usaha mereka.
•
Untuk semua program infrastruktur telekomunikasi terpadu tersebut diperlukan
94
supervisory dan penataan yang hams disediakan oleh pengelola menara untuk menghindari komplain-komplain antar operator, utamanya tentang permasalahan keamanan jaringannya (security). •
Jika diterapkan, program hams berlandaskan komitmen dan didukung payung hukum yang kuat dari pihak Pemerintah (Otorita Batam maupun Pemko Batam). Komitmen ditunjukkan misalnya dengan menghentikan atau tidak memperpanjang ijin penggunaan menara tunggal. Terlebih jika regulasi belum ada dan ditetapkan, upaya-upaya untuk mencari celah agar program pengembangan fasilitas antena seluler terpadu tidak berhasil akan selalu ada Hal ini penting diperhatikan mengingat program pengembangan fasilitas antena seluler terpadu sangat vital, padat modal yang melibatkan berbagai pihak termasuk operator dan investor, menyangkut citra pemerintah serta merupakan program percontohan di Indonesia. Keberhasilannya akan menjadi best practise dan dapat menggerakkan program serupa dengan lebih mudah, namun jika sebaliknya maka akan berakibat program ini akan sulit diterima dan diterapkan untuk daerah lain di Indonesia..
•
Untuk skala Batam, efisiensi sebesar Rp. 155 M lebih per tahun sama dengan hampir dua kali lipat PAD tahun 2006. Kontribusi program untuk skala Indonesia, bila mengikut program salah satu operator di Indonesia yang memerlukan 40.000 menara agar layanannya mencakup seluruh wilayah Indonesia, maka efisiensi yang bisa terjadi sekitar Rp. 40 triliun lebih setiap tahunnya. Jumlah ini sangat signifikan, yaitu lebih dari dua kali jika dibandingkan dengan dana infrastruktur yang dianggarkan pemerintah setiap tahunnya yang hanya 20 triliunan rupiah (Tribun Batam, 9 April 2007). Peningkatan menjadi Rp. 35 triliun pada 2008 bam merupakan usulan pemerintah untuk menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi.
•
Selain pendekatan dari sisi kemanfaatan, pendekatan - pendekatan dan studi-studi lain dapat dilakukan pada pengembangan menara terpadu ini. Pendekatan ini bukanlah satu-satunya pendekatan yang langsung bisa mendorong implementasi di lapangan.
Pengamh-pengaruh
ekstemal,
politis,
kepemimpinan,
preferensi
masyarakat, pengusaha, kelembagaan infrastruktur, skema pengelolaan atau manajemen infrastruktur, operator seluler sendiri, maupun dari sisi teknis
engineering (RF, elektrikal, sipil, dan lain-lain) merupakan bahan kajian yang sangat penting.
95
•
Penelitian tmtuk: melihat feasibilitas baik secara ekonomis, teknis, manajemen mauptm sosial masih diperlukan dalam pelaksanaan program ini. Seperti dijelaskan pada ruang lingkup, masih ada ruang bagi penelitian lain karena penelitian ini, misalnya, tidak melihat dari sisi hilir pada layanan komtmikasi tetapi lebih pada sisi hulu dimana muncul masalah semrawutnya infrastruktur (menara) telekomtmikasi seluler. Dengan demikian kom(X>nen biaya produksi layanan (hilir) telekomtmikasi yang tercermin dari harga pulsaldetik atau harga talk
time tidak dipersoalkan. •
Selanjutnya penting tmtuk melakukan studi berkaitan usaha-usaha dalam rangka mewujudkan pengembangan fasilitas antena seluler terpadu. Sebagai contoh adalah pada masalah regulasi, koordinasi, sosialisasi, bentuk: lembaga pengelolaan, skema hand over fasilitas jika memang ada, mekanisme penyaluran pendapatan
hingga asal biaya investasi. Begitu pula dengan kelayakan teknis (struktur, RF, dan elektrikal) tidak akan secara mendalam dibahas. Hal-hal ini dapat merupakan studi tersendiri dan menjadi bahan pertimbangan selain faktor kemanfaatan (apa menariknya bagi para pihak hila diterapkan). Sekali lagi, basil studi kemanfaatan ini bukan merupakan satu-satunya bahan pertimbangan tmtuk: pengembangan
fasilitas antena seluler terpadu. •
Karena lokasi penelitian berada di Kota Batam, Kepulauan Riau, basil studi ini perlu periksa untuk daerah lain di Indonesia dengan melihat berbagai faktor. Hal ini untuk menguji bahwa persoalan yang timbul sifatnya generic, artinya dapat berlaku di mana saja secara umum.
96
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok Textbook/ Journal:
1. Babbie, Earl (1991), The Practise of Social Research, Wadsworth Publishing Co.,
California. 2. Bierman Jr, Harold, and Smidt, Seymour (1980), The Capital Budgeting Decision: Economic Analysis and Financing of Investment Projects, Macmillan Publishing Co., Inc., New York 3. Brotodihardjo, R. Santoso, S.H. (1993), Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung; 4. Brussel, Mark (2003), Urban Infrastructure, in International Journal of Applied Earth Observation and Geo-Information, Vol (-) pp. 115-169;
5. Catanese, Anthony J., and Snyder, James C., ed. (1988),
Perencanaan Kota,
Penerbit Erlangga, Jakarta, halaman 319. 6. Creswell, John W., 2003, Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methode Approaches, 2nd Edition, Sage Publications Inc., Thousand Oaks
California; 7. Dinan, Esmael and Kettani, Sam (2004), RF Engineering Approach for Site and Antenna Sharing, in Bechtel Telecommunications Technical Journal, Vol. 2 (1), pp. 21 - 29; 8. Due, John, dan Friedlaender, Ann F. (1984), Keuangan Negara: Perelwnomian Sektor Pub/ilc, Edisi Ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta
9. Fauzi, Akhmad (2006), Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; 10. Giatman, M (2006), Ekonomi Teknik, PT Raja Grafmdo Persada, Jakarta 11. Gittinger, J. Price (1928), Economic Analysis of Agriculture Project, The John Hopkins University Press, for EDI World Bank, Washington; 12. Graham, Stephen., dan Marvin, Simon. (1996), Telecommunications and the City, electronic spaces, urban spaces, Routledge, London; 13. Gray, Clive, et al (2002) Pengantar Evaluasi Proyek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; 14. Hannon, Bruce dan Ruth, Matthias (1997), Modelling Dynamic Biological Systems, Springer-Verlag, New York ;
97
15. Hudson, W. Ronald, et al. (1997), Infrastructure Management, McGraw Hill, New York; 16. Iimi, Atsushi (2007), Price Structure and Network Externalities in The Telecommunications Industry : Evidence from Sub-Saharan Africa, World Bank Policy Research Paper 4200; 17. Kadariah (1988), Evaluasi Proyek, Analisa Ekonomis, Edisi Dua, LPFE-UI, Jakarta; 18. Kammeier, H. Detlef, et al, ed, (1983), Terms and Concepts in Planning, DHSDAIT, Bangkok; 19. Kodoatie, Robert J. (2000), Analisis Ekonomi Teknik, Andi Offset, Yogyakarta 20. Kodoatie, Robert J. (2005), Pengantar Manajemen Infrastruktur, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; 21. Koestoer, Raldi Hendro, et al, ed. (200 1), Dimensi Keruangan Kota, Universitas Indonesia Press, Jakarta; 22. Kountur, Ronny (2004), Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, LMPPM, Jakarta; 23. Kusbiantoro, BS (2007), Memanusiawikan Perencanaan Sistem Transportasi, buk:u kecil purnabakti Guru Besar SAPPK - ITB, Bandung; 24. Liebowitz, S.J. and Margolis, S.E (1995b), Network Externalities (Effects), Research in Law and Economics, Vol17 (-), pp. 1-7; 25. Makmun (2004), Pengaruh Ketersediaan Tenaga Kerja dan Pembentukan Nilai Tambah Terhadap Investasi di Sektor Industri (Studi Kasus Kota Batam), Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol8 (1), pp. 19-31 26. Mangkoesoebroto, Guritno (1993), Ekonomi Publik, BPFE-UGM, Yogyakarta; 27. McEachern, William A. (2000), Economics: A Contemporary Introduction, SouthWestern CP, Connecticut, USA; 28. Moore, Nick (1995), Cara Meneliti, Edisi kedua, Penerbit ITB, Bandung; · 29. Musgrave, Richard A. & Musgrave, Peggy B. (1984), Public Finance in Theory and Practice, McGraw-Hill, Inc., New York; 30. Nahib, Irmadi (2006), Management of
Non Renewable Resources Based on
Economics Resources (Case study: oil mining Blok Cepu), Journal Geomatika Vol. 12 (1), pp. 37- 50; 31. Nicholson, Walter (2001), Microeconomic Theory: Basic Principles and Extension,
98
saduran Deliarnov, PT RajaGrafmdo Persada, Jakarta; 32. Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala (1999), Seri Teori Ekonomi : Teori
Ekonomi Milcro, LPFE-UI, Jakarta; 33. Rainer, George (1990), Understanding Infrastructure : A Guide for Architects and
Planners, John Wiley & Sons, New York; 34. Reksohadiprodjo, Sukanto (2001), Ekonomika Publik, BPFE, Yogyakarta; 35. Riduwan, Drs., MBA (2004), Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, C.V. Alfabeta, Bandung. 36. Rossen, Harvey S. ( 1991 ), Public Finance, Irwin, Inc., Boston; 3 7. Sidik, Machfud (2007), A New Perspective of Intergovernmental Fiscal Relation (Lessons from Indonesia's experience), Ripelgie- Jakarta; 38. Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D (1985), ECONOMICS, 12th Edition, McGraw-Hill, Inc, New York; 39. Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi (1982), Metode Pene/itian Survai, LP3ES, Jakarta; 40. Suparmoko (2002), EKONOMI PUBLIK Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Andi Offset, Yogyakarta; 41. Sutojo, Siswanto (2000), Seri Manajemen Bank No.2 : Pembiayaan Investasi
Proyek (Capital Budgeting), PT. Damar Mulia Pustaka, Jakarta; 42. Turvey, Ralph, dan Anderson, Dennis (1977), Electricity Economics, The John Hopkins University Press, Washington, halaman 163. 43. Widodo (2004), Cara Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Thesis, Disertasi, Magna Script, Jakarta; 44. Yakin, Addinul ( 1997), Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, AkaPress, Jakarta; 45. Zauhar, Soesilo (2001), Administrasi Pelayanan Publik, Jumal Administrasi Negara, Vol. 1 (2), hal 1- 12.
Kelompok ThfSis I Togas Akhir: 46. Arifin, Zaenal (2004), Penentuan harga sewa pada rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), (Studi kasus : Rusunawa Cigugur Tengah Kota Cimahi), PWK ITB, Bandung; 47. Wibowo, Priyo (1998), Peluang penggunaan telepon sebagai pengganti transportasi
99
dalam suatu kegiatan, PWK ITB, Bandung; 48. Yuanita (2002), Potensi pengembangan pondokan bagi pekerja industri ditinjau dari segi karakteristik dan akseptabilitas pemilik pondokan (Studi kasus : Kelurahan Utama Kota Cimahi), PWK ITB, Bandung; 49. Hamidy, Dedy Wahyudi (2006), Pengaruh perkembangan sektor industri terhadap ekonomi wilayah Kota Batam ditinjau berdasarkan keterkaitan hulu-hilir dan kemampuan penyerapan tenaga kerja, Tugas Akhir, PWK ITB, Bandung; 50. Rahardjo, Hidayat Kusumo (2005), Studi penentuan tarif persampahan berdasarkan kemauan membayar maksimum masyarakat Kota Bandung (Studi kasus berdasarkan konsumen rumah tangga di wilayah Bandung Utara dan wilayah Bandung Timur), Thesis, PWK ITB, Bandung;
Kelompok Dokumen, terbitan, dan lain-lain : 51. Batam Dalam Angka. 52. Peraturan Thlerah Kota Batam No. 2 Tahun 2002 tentang Ketentuan Bangunan di Kota
Batam; 53. Peraturan Thlerah Kota Batam No. 4 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Batam 2004- 20 14;
Kelompok terbitan, dan lain-lain : 54. Bisnis Indonesia, Rabu, 4 Juli 2007, Menkominfo : Batasi kepemilikan asing; 55. -, Selamatkan industri seluler Indonesia dari monopoli; 56. -, Sepuluh pasar seluler terbesar di Asia Pdsifik; 57. Kompas, Selasa, I0 Juli 2007, BTS di Kota Bandung semakin sernrawut; 58. PDSI (2007), Selayang Pandang Pembangunan Batam, dalam Raker LAM 27 Mei 2007; 59. Ramamurthy, Bhaskar (2005), Next Generation Broadband Wireless Technologies and Standards, DEE-liT, Madras; 60. Suryana, Joko (2007), Tmjauan aspek RF pada penataan dan pemOOilgunan tower telekomunikasi di Kota Bandung, SlEI- ITB, Bandung;
100
61. Tribun Batam, Senin, 22 Januari 2007, Rp 2 T wrtuk lnfrastruktur : Badan Investasi Pemerintah (BIP) mulai beroperasi; 62. -, Senin, 9 Apri12007, Ddna lnfrastruktur Rp. 35 T; 63. -, Selasa, 26 Juni 2007, Dari Batam Telkomsel membmni;
LAlVIPIRAN
Lampiran A : Penghitungan biaya operator dengan jumlah operator 7, Durasi dari 5 hingga 40 tahun, Tingkat bunga 12% Perhitungan biaya operator dengan jumlah operator k:urang dari 7 Perhitungan biaya operator dengan tingkat bunga 18% dan 25% Lampiran B : Penghitungan pendapatan daerah dari sewa menara terpadu Jumlah operator 7, Durasi dari 5 hingga 40 tahun, Tingkat bunga 12% Perhitungan pendapatan daerah dengan jumlah operator k:urang dari 7 Perhitungan pendapatan daerah dengan tingkat bunga 18% dan 25%
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun) i (disc. Rate)= 12%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
-
Rp
I
OM (Rp.)
756,500,000
144,642,855 129,145,406 115,308,399 102,953,927 91,923,149 82,074,240 73,280,572 65,429,082 58,418,823 52,159,664 756,5oo,ooo
TOTAL
PV dari Biaya C I OM
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 894,000,000
I
915,336,118
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 10 tahun :
I
Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
-
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
1,650,500,000
Rp
(346,293,821)
-
79,821,429 71,269,133 63,633,154 56,815,316 50,727,961 45,292,822 40,440,020 36,107,161 32,238,536 28,784,407 505,129,939 1,261 ,629,939
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 1
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 5 Tahun I (disc. Rate)= 12%
Waktu Pembayaran (akhlr tahun ke-)
I
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
-
Rp
I
OM (Rp.)
756,500,000
144,642,855 129,145,406 115,308,399 102,953,927 91,923,149
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
756,5oo.ooo TOTAL
PV dari Biaya C I OM I
(Rp) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
I
447,000,000
583,973,737
I
Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
-
756,50o.ooo
OM (Rp.)
I
1,203,500,000
-
79,821,429 71,269,133 63,633,154 56,815,316 50,727,961
322,266,992 1,078,766,9921 I
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 5 tahun :
Rp
(494,793,256) , berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 2
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 15 Tahun i (disc. Rate)= 12%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
0 1 2 3 4 5 6 7 6 9 10 11 12 13 14 15
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
(Rp)
-
Rp Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996 Rp 161,999,996
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
-
Rp
I
69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 69,400,000 1 ,341,000,000
144,642,655 129,145,406 115,306,399 102,953,927 91,923,149 62,074,240 73,260,572 65,429,062 56,416,623 52,159,664 46,571,126 41,561,364 37,126,216 33,146,409 29,596,794
I
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
Rp
(262,031,253)
-
79,621,429 71,269,133 63,633,154 56,615,316 50,727,961 45,292,622 40,440,020 36,107,161 32,236,536 26,764,407 25,700,364 22,946,753 20,486,173 16,293,011 16,333,046 608,691,285 1,365,391 ,285
2,097,500,000
1'1 03,360,032
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 15 tahun :
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.)
756,500,000
756,5oo.ooo TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 3
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 20 Tahun i (disc. Rate)= 12%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
. .
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
(Rp)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dart Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
PV Biaya Sewa
Konstruksi (Rp.)
-
144,642,855 129,145,406 115,308,399 102,953,927 91,923,149 82,074,240 73;280,572 65,429,082 58,418,823 52,159,664 46,571,128 41,581,364 37,126,218 33,148,409 29,596,794
I
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
79,821,429 71,269,133 63,633,154 56,815,316 50,727,961 45,292,822 40,440,020 36,107,161 32,238,536 28,784,407 25,700,364 22,946,753 20,488,173 18,293,011 16,333,046
Tahun berikutnya ke hal berikutnya
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 4
(lanjutan .. .. ) Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
I
Biaya Sewa PV Biaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp) .(Rp.) I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
Rp
Menggunakan OM (Rp.)
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
26,425,709 23,594,383 21,066,413 18,809,298 16,794,016
756,500,000 TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
I
1,788,000,000
Rp Rp Rp Rp Rp
Tunggal (Sendiri) Konstruksi (Rp.)
I
-
Rp Rp Rp Rp Rp
-
756,5oo.ooo
OM (Rp.)
I
Rp
(214,218,410)
14,583,077 13,020,604 11,625,539 10,379,946 9,267,809
667,768,260 1,424,268,260
2,544,500,000
1,210,049,850
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 20 tahun:
M~nara
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 5
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 25Tahun i (disc. Rate)= 12%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-}
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,996 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dari Biaya C I OM
Konstruksi (Rp.)
-
144,642,855 129,145,406 115,308,399 102,953,927 91,923,149 82,074,240 73,280,572 65,429,082 58,418,823 52,159,664 46,571,128 41,581,364 37,126,218 33,148,409 29,596,794
I
OM (Rp.)
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
--
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
79,821,429 71,269,133 63,633,154 56,815,316 50,727,961 45,292,822 40,440,020 36,107,161 32,238,536 28,784,407 25,700,364 22,946,753 20,488,173 18,293,011 16,333,046
' '
Tahun berikutnya ke hal berikutnya
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 6
(lanjutan .. . . ) Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
I
Biaya Sewa PV Blaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp.} (Rp} I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dan Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out) Konstruksi (Rp.}
I
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 2,235,000,000
26,425,709 23,594,383 21,066,413 18,809,298 16,794,016 14,994,657 13,388,087 11,953,649 10,672,901 9,529,376 756,500,000
!
Menggunakan Menara Tunggal (Sendili) OM (Rp.} Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
I
14,583,077 13,020,604 11,625,539 10,379,946 9,267,809 8,274,829 7,388,240 6,596,643 5,889,860 5,258,804 701,176,637 I
TOTAL
Rp
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 25 tahun :
1,457,676,637
2,991,500,000
1,270,588,518
Rp
(187,088,118)
, berarti biaya sendili lbh besar
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 7
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 25Tahun i (disc. Rate)= 12%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
'
Biaya Sewa (Cash out)
17 18 19 20
PV dari Biaya C I OM I
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
-
144,642,855 129,145,406 115,308,399 102,953,927 91,923,149 82,074,240 73,280,572 65,429,082 58,418,823 52,159,664 46,571,128 41,581,364 37,126,218 33,148,409 29,596,794 26,425,709 23,594,383 21,066,413 18,809,298 16,794,016
I
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
-
-
-
OM (Rp.} Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
79,821,429 71,269,133 63,633,154 56,815,316 50,727,961 ' 45,292,822 40,440,020 36,107,161 32,238,536 28,784,407 25,700,364 22,946,753 20,488,173 18,293,011 16,333,046 14,583,077 13,020,604 11,625,539 10,379,946 9,267,809
Tahun berikutnya ke hal berikutnya (lanjutan . .. . )
Saving oprt(t,o,i=12%) lJ\- 8
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
I
Biaya Sewa PV Biaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp) (Rp.) I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
Rp
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) OM (Rp.) Konstruksi (Rp.)
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
14,994,657 13,388,087 11,953,649 10,672,901 9,529,376 8,508,371 7,596,760 6,782,821 6,056,090 5,407,224 4,827,878 4,310,606 3,848,755 3,436,388 3,068,204 2,739,468 2,445,953 2,183,887 1,949,899 1,740,981 756,500,000
TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
I
3,576,000,000
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
--
-
-
-
756,5oo,ooo
OM (Rp.)
I
Rp
(158,001 ,832)
8,274,829 7,388,240 6,596,643 5,889,860 5,258,804 4,695,360 4,192,286 3,743,113 3,342,065 2,983,986 2,664,274 2,378,816 2,123,943 1,896,377 1,693,194 1,511,780 1,349,804 1,205,182 1,076,055 960,764 736,993,635 1,493,493,635
4,332,500,000
1,335,491,804
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 25 tahun :
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp, Rp Rp Rp
I
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 9
Rekapitulasi selisih pembiayaan pacta penyewaan menara terpadu (72 ml 7 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke •
5 10
15 20
25 40
setisih biaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(494,793,256) (346,293,821) (262,031 ,253) (214,218,410) (187,088,118) (158,001,832)
Gambar 4.1 Sellsih biaya sewa menara terpadu (72 m, @ 7 operator) vs biaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
I I I I I I
berarti berarti berarti berarti berarti berarti
biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
Rp-
o
Rp(100,000,000)
ca ~ Rp(200,000,000)
I
Rp(300,000,000)
:i
Rp(400,000,000)
.c
:
Rp(500,000,000) Rp(600,000,000) hlngga tahun
I ~ selisih sewa & bangun
I
Saving oprt(t~o~i=12%) LA-10
Penghematan biaya akibat operator menyewa menara terpadu bersama dengan 7operator.
Hingga tahun
5 10 15 20 25 40
Penghematan *)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(494,793,256) (346,293,821) (262,031,253) (214,218,41 0) (187,088,118) (158,001,832)
1=12% Prosentase -45.87% -27.45% -19.19% -15.04% -12.83% -10.58%
*) menggunakan PV
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 11
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 6 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke -
5 10 15
20 25 40
selisih biaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
{429,907,285) {244,589,808)
{139,435,694) {79, 768,426) {45,911,616) {9,613,853)
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 6 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
, berarti , berarti , berarti , berarti , berarti , berarti
biaya sendiri lbh biaya sendiri lbh biaya sendiri lbh biaya sendiri lbh biaya sendiri lbh biaya sendiri lbh
besar besar besar besar besar besar
g ~
~ cu
•
z:.
;j :
RpRp(50,000,000) Rp(100,000,000) Rp(150,000,000) Rp(200,000,000) Rp(250,000,000) Rp(300,000,000) Rp(350,000,000) Rp(400,000,000) Rp(450,000,000) Rp(500,000,000) , .,.• ,,.,,,, '·' .. hlngga tahun
I-+- selisih sewa & bangun I
Saving oprt(t,o,i=12%) LA - 21
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 ml 5 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hlnga Tahun ke •
5 10 15 20 25 40
selisih biaya menara terpadu dan menara tung gal Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 5 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
(36510211314) I berarti biaya sendiri lbh besar (142,8851795) I berarti biaya sendiri lbh besar (16,8401135) I berarti biaya sendiri lbh besar 54,6811557 I berarti sewa mnr trpadu lbh besar 95,2641886 I berarti sewa mnr trpadu lbh besar 1381774,125 I berarti·sewa mnr trpadu lbh besar
Rp200 10001000
i
~
~
Rp1 0010001000 Rp-
•
Rp(1 00IOOOIOOO)
j
Rp(30010001000)
.c j Rp(2001000 1000)
Rp(4001000 1000) hlngga tahun
I ~ selisih sewa & bangun
I
Saving oprt(t~o~i=12%) LA- 32
Rekapitulasl selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 ml 4 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke •
5 10 15 20 25 40
selisih biaya menara t.efpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(3001 1351344) (4111811782) 10517551424 18911311640 23814411388 28711621103
Gambar 4.2 Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 4 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
I berarti blaya sendiri lbh besar I berarti blaya sendiri lbh besar
, berarti sewa mnr trpadu lbh besar I berarti sewa mnr trpadu lbh besar I berarti sewa mnr trpadu lbh besar I berarti sewa mnr trpadu lbh besar
Rp4001 0001 000
Rp300IOOOIOOO
i
~
I
Rp2001 0001 000 Rp1001000 1000 Rp-
:5 Rp(10010001000)
~
•
Rp(2oolooolooo>
~~~~..;..;~~~~~~~~'tit~rn
Rp(300~000~000) Rp(400~000~000)
hlngga tahun
[-+- seliaih sewa & bangun I
Saving oprt(t~o~i=12%) LA- 43
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 ml 3 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke -
5 10 15 20 25 40
selisih blaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(17013631402) 16212261245 35019461542 45810311507 51817941392 58319381060
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 3 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
berarti biaya sendiri lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar I
I I I I I
i ~ ~
; .c
•
J
1
Rp70010001000 Rp6001 0001 000 Rp5001000 1000 Rp4001000 1000 Rp3001000 1000 Rp2001 000 1000 Rp1001000 1000 Rp-
Rp(100 000 000) Rp(200 000 000) Rp(300 000 000) 1
1
1
1
1
1
hlngga tahun
I-+- selislh sewa & bangun I
Saving oprt(t~o,i=12%) LA· 54
Rekapitulasi sellsih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 2 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke •
5 10 15 20 25 40
selisih blaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
89,180,481 569,042,297 841,328,778 995,831 ,441 1,083,500,400 1,177,489,972
Selisih biaya sewa menara terpadu (72 m, @ 2 operator) vs biaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
, berarti sewa mnr trpadu lbh besar , berarti sewa mnr trpadu lbh besar , berarti sewa mnr trpadu lbh besar , berarti sewa mnr trpadu lbh besar , berarti sewa mnr trpadu lbh besar • berarti sewa mnr trpadu lbh besar
Rp1 ,400,000,000
o Rp1 ,200,000,000 Ill ~
Rp1 ,000,000,000
;
Rp800,000,000
..• z:
i •..
Rp600,000,000 Rp400,000,000 Rp200,000,000 Rp0
10
20
30
40
50
hlngga tahun
I ~ selisih sewa & bangun J
Saving oprt(t,o,l=12%) LA- 65
Tabel13. Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, I =12%
sellslh blaya menara terpadu dan menara tunggal Hingga Tahun ke-
5 10 15 20 25 40
dengan 7 dengan 6 dengan 5 dengan 4 dengan 3 dengan 2 Operator per Operator per Operator per Operator per Operator per Operator per menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu (494,793,256) (346,293,821) (262,031,253) (214,218,410) (187,088,118) (158,001,832)
(429,907,285) (244,589,808) (139,435,694) (79,768,426) (45,911,616) (9,613,853)
(365,021,314) ( 142,885,795) (16,840,135) 54,681 ,557 95,264,886 138,774,125
(300, 135,344) (41 ,181,782) 105,755,424 189,131,540 236,441,388 287,162,103
(170,363,402) 162,226,245 350,946,542 458,031,507 518,794,392 583,938,060
Gambar 4.3 sensitivitas pd jumlah operator (i
,. ~
.c-
tl$i ;-
=12o/o)
1,500,000,000 ~ w/7
1,000,000,000
operator
- - w/ 6 operator w/ 5 operator
500,000,000
=~c
-*- w/ 4 operator
.I:
i: 1
89,180,481 569,042,297 841,328,778 995,831 ,441 1,083,500,400 1,177,489,972
-*- w/ 3 operator ..,..._ w/ 2 operator
(500,000,000) (1,000,000,000) hlngga tahun ke -
Saving oprt(t,o,i=12%) LA- 67
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun) i (disc. Rate)= 18%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.}
(Rp)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
-
Rp
I
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 894,000,000
I
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.)
137,288,134 116,345,876 98,598,200 83,557,797 70,811,692 60,009,909 50,855,855 43,098,182 36,523,883 30,952,443
756,500,000 TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
1,158,271,315
1,650,500,000
728,041,970
-
75,762,712 64,205,688 54,411,600 46,111,525 39,077,564 33,116,580 28,064,898 23,783,812 20,155,773 17,081,163 401,771,315
----
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 10 tahun :
Rp
(430,229,345)
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=18%) LA-1
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 5 Tahun i (disc. Rate) = 18%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
-
Rp
I
OM (Rp.)
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
137,288,134 116,345,876 98,598,200 83,557,797 70,811,692
756,500,000 TOTAL
PV dari Biaya C I OM
I
447,000,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
756,50o,ooo
OM {Rp.}
I
Rp
(529,467,391)
-
75,762,712 64,205,688 54,411,600 46,111,525 39,077,564
279,569,089 1,036,069,089
1,203,500,000
506,601,698
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 5 tahun :
I
Konstruksi (Rp.)
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 2
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 15 Tahun i (disc. Rate)= 18%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161 ,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
-
Rp
I
OM (Rp.)
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 1 ,341 ,000,000
756,500,000
137,288,134 116,345,876 98,598,200 . 83,557,797 70,811,692 60,009,909 50,855,855 43,098,182 36,523,883 30,952,443 26,230,884 22,229,563 18,838,613 15,964,926 13,529,598
756,500,000 TOTAL
PV dari Biaya C I OM
824,835,553
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 15 tahun:
I
Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
1,211 ,687,034
2,097,500,000
Rp
(386,851 ,481)
-
75,762,712 64,205,688 54,411,600 46,111,525 39,077,564 33,116,580 28,064,898 23,783,812 20,155,773 17,081,163 14,475,562 12,267,426 10,396,123 8,810,274 7,466,334 455,187,034
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 3
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 20 Tahun i (disc. Rate)
= 18%
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dari Biaya C I OM
Konstruksi (Rp.)
137,288,134 116,345,876 98,598,200 83,557,797 70,811,692 60,009,909 50,855,855 43,098,182 36,523,883 30,952,443 26,230,884 22,229,563 18,838,613 15,964,926 13,529,598
I
OM (Rp.)
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
--
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
75,762,712 64,205,688 54,411,600 46,111,525 39,077,564 33,116,580 28,064,898 23,783,812 20,155,773 17,081,163 14,475,562 12,267,426 10,396,123 8,810,274 7,466,334
I
'
Tahun berikutnya ke hal berikutnya
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 4
(lanjutan ... . ) Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
I
Biaya Sewa PV Blaya Sewa (Cash ou!) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp.) (Rp) I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
Rp
Men_agunakan Menara Tun_gg_al (Sendiri) Konstruksi (Rp.) OM (Rp.) I
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
11,465,761 9,716,747 8,234,531 6,978,416 5,913,912
756,5oo.ooo TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
I
1,788,000,000
-
Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
756,5oo.ooo
OM (Rp.)
I
Rp
(367,890,616)
6,327,402 5,362,205 4,544,241 3,851,052 3,263,603
478,535,537 1,235,035,537
2,544,500,000
867,144,920
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 20 tahun:
Rp Rp Rp Rp Rp
I
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=18%)
!-A- 5
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 25Tahun i (disc. Rate) = 18%
Waktu Pembayaran {akhir tahun ke-}
Biaya Sewa (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp.)
(Rp) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
. .
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
137,288,134 116,345,876 98,598,200 83,557,797 70,811,692 60,009,909 50,855,855 43,098,182 36,523,883 30,952,443 26,230,884 22,229,563 18,838,613 15,964,926 13,529,598
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) Konstruksi (Rp.)
I
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89.400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
-
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
75,762,712 64,205,688 54,411,600 46,111,525 39,077,564 33,116,580 28,064,898 23,783,812 20,155,773 17,081,163 14,475,562 12,267,426 10,396,123 8,810,274 7,466,334
Tahun berikutnya ke hal berikutnya
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 6
(lanjutan .. . . ) Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
I
Biaya Sewa PV Biaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp) (Rp.) I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161 ,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Konstruksi (Rp.)
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) OM (Rp.) Konstruksi (Rp.)
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 2,235,000,000
11,465,761 9,716,747 8,234,531 6,978,416 5,913,912 5,011,790 4,247,280 3,599,389 3,050,330 2,585,025 756,500,0001
TOTAL
Rp
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
--
756,500,000
OM (Rp.)
I
Rp
(359,602,648)
6,327,402 5,362,205 4,544,241 3,851,052 3,263,603 2,765,766 2,343,869 1,986,330 1,683,330 1,426,551 488,741,383 1,245,241,383
2,991 ,500,000
885,638,735
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 25 tahun :
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 7
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 25Tahun i (disc. Rate) = 18%
Waktu Pembayaran (akhlr tahun ke-)
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator) (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dari Biaya C I OM
Konstruksi (Rp.)
137,288,134 116,345,876 98,598,200 83,557,797 70,811,692 60,009,909 50,855,855 43,098,182 36,523,883 30,952,443 26,230,884 22,229,563 18,838,613 15,964,926 13,529,598 11,465,761 9,716,747 8,234,531 6,978,416 5,913,912
I
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
75,762,712 64,205,688 54,411,600 46,111,525 39,077,564 33,116,580 28,064,898 23,783,812 20,155,773 17,081,163 14,475,562 12,267,426 10,396,123 8,810,274 7,466,334 6,327,402 5,362,205 4,544,241 3,851,052 3,263,603
Tahun berikutnya ke hal berikutnya (lanjutan ... . )
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 8
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
I
Biaya Sewa PV Blaya Sewa (Cash out} Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp) (Ro.) I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya C I OM (Cash out) Konstruksi (Ro.)
TOTAL
Rp
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) OM (Ro.) Konstruksi (Rp.) I
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
5,011,790 4,247,280 3,599,389 3,050,330 2,585,025 2,190,700 1,856,525 1,573,326 1,333,327 1,129,938 957,575 811,504 687,715 582,810 493,907 418,565 354,716 300,607 254,751 215,891 756,5oo,ooo
I
3,576,000,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
-
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
Rp
(353,704,186)
2,765,766 2,343,869 1,986,330 1,683,330 1,426,551 1,208,942 1,024,527 868,243 735,799 623,559 528,440 447,830 379,517 321,625 272,563 230,986 195,751 165,890 140,585 119,140 496,004,778 1,252,504,778
4,332,500,000
898,800,593
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 25 tahun:
PV dari Biaya C I OM
, berarti biaya sendiri lbh besar
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 9
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 ml 7 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hlnga Tahun ke-
5 10 15 20 25 40
setisih biaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(529,4671391) (430,229,345) (386,8511481) (367,890,616) (359,602,648) (353, 7041186)
Gam bar 4.3 Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 7 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
I I I I I I
berarti berarti berarti berarti berarti berarti
biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar
Rp-
i
Rp(100 10001000)
~ Rp(20010001000)
I
Rp(300,0001000)
.z: Rp(400 000 000) 1 1
i
•"
Rp(500~000 1 000)
Rp(60010001000) hlngga tahun
[=+=SeliSih s;.w-&-bangu;l]
Saving
oprt(t~o~i=18%)
LA- 10
Tabel ••••.• Penghematan biaya akibat operator menyewa menara terpadu bersama dengan 7operator.
Hlngga tahun
5 10 15 20 25 40
Penghematian *)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(529,467,391) (430,229,345) (386,851 ,481) (367 ,890,616) (359,602,648) (353, 704, 186)
1=18% Prosentase
-51.10% -37.14% -31.93% -29.79% -28.88% -28.24%
*) menggunakan PV
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 11
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 6 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke-
5 10 15 20 25
40
selislh biaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(473,178,313) (349,335, 793) (295,203,086) (271 ,541,181) (261 ,198,344) (253,837,453)
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 6 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
• berarti • berarti , berarti , berarti • berarti , berarti
blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri ibh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
Rp-
Rp(50,000,000) Rp(100,000,000) ~ Rp(150,000,000) Rp(200,000,000) r,~~~~~~ : Rp(250,000,000) iJ0;:m;'-:T.i~~~~:.:::.:£JC.: :5 Rp(300,000,000) :! Rp(350,000,000) : Rp(400,000,000) Rp(450,000,000) Rp(SOO,OOO,OOO) [r:;'lf*ttf!W¢~)0'c!f;W¥:5\!Wf~~fjQ\jiW~~'
i
I
hlngga tahun
!-+-- selisfh sewa.& bang-w\]
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 21
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 5 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hlnga Tahun ke •
5 10 15 20 25 40
selislh biaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(416,889,236) (268,442,241) (203,554,691) (175,191 ,745) (162, 794,040) (153,970,721)
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 5 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
, berarti • berarti • berarti , berarti • berarti , berarti
biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
RpRp(50,000,000) ~ Rp(100,000,000) ~ Rp(150,000,000) Rp(200,000,000) : Rp(250,000,000) .c j Rp(300,000,000) ~ Rp(350,000,000) Rp(400,000,000) Rp(450,000,000)
I
hlngga tahun
1-+- selisih sewa & bangun I
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 32
Rekapltulasl selislh pemblayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 4 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hlnga Tahun ke.
selislh blaya menara terpadu dali menara
Selislh blaya aewa menara terpadu (72 m, @ 4 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
tunggal
5 10 15 20 25 40
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp
(360,600,158) (187,548,689) (111 ,906,296) (78,842,310) (64,389,736) (54,103,988)
, , , , , ,
berarti berarti berarti berarti berarti berarti
blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
Rp-
Rp(50,000,000)
i
Rp(100,000,000)
i :~::::::
:5 Rp(250,000,000) .I ~
Rp(300,000,000) Rp(350,000,000) Rp(400,000,000) hlngga tahun
1-+- selisih sewa & bangun I
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 43
Rekapitulasl selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 ml 3 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hlnga Tahun ke-
5 10 15 20 25 40
selisih biaya menara terpadu dan menara tung gal Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
(24810221003) (25,761 ,584) 71,390,493 113,856,562 132,418,872 145162914n
Selialh blaya aewa menara terpadu (72 m, @ 3 operator) va blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
I berarti biaya sendiri lbh besar I berarti blaya sendiri lbh besar I berarti sewa mnr trpadu lbh besar I berarti sewa mnr trpadu lbh besar I berarti sewa mnr trpadu lbh besar I berarti sewa mnr trpadu lbh besar
~ ~
;
1
Rp200 1000 1000 Rp15010001000 Rp100 10001000 Rp5010001000 RpRp(50~000~000}
z:: Rp(100IOOOIOOO}
;! I
Rp(1501000 1000) Rp(2001000 1000)
Rp(2solooolooo> tt.t#.!rmrr.;.:s.:~~~~~~;H~~~
Rp(300~000~000) _,__""""-'.;.__.,l~~~~~~~l:!ill!:!~lt:U:~~
hlngga tahun
I-+- selisih sewa & bangun I
Saving oprt(t~o~i=18%) LA- 54
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 2 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke -
selislh biaya menara terpadu dan menara
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 2 operator ) vs blaya menggu nakan menara tunggal
status I keterangan
llJnggal
5 10 15 20 25 40
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
(22,865,693) 297,812,62 5 437,984,072 499,254,304 526,036,087 545,096,407
, berarti biaya sendiri lbh besar , berarti sewa mnr trpadu lbh besar , berarti· sewa mnr trpadu lbh besar , berarti sewa mnr trpadu lbh besar , berarti sewa mnr trpadu lbh besar , berarti aewa mnr trpadu lbh besar
Rp600,000,000
2 ~
Rp500,000,000 Rp400,000,000
i
Rp300,000,000
.!1
Rp100,000,000
....
:5
Rp200,000,000
RpRp(100,000,000) hlngga tahun
[-+=selislhsewa& t>an9u-n]
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 65
Tabel 4.14 Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, I =18% sellalh blaya menara terpadu dan menara tunggal Hingga Tahun ke-
5 10 15 20 25 40
dengan 2 dengan 3 dengan 4 dengan 5 dengan 6 dengan 7 Operator per . Operator per Operator per Operator per Operator per Operator per menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu I' (529,467_.391) (430,229,345) (386,851 ,481) (367,890,616) (359,602,648} (353,704, 186}
(473,178,313) (349,335,793) (295,203,086) (271 ,541 '181) (261 '198,344) (253,837 ,453}
(416,889,236) (268,442,241) ' (203,554,691) (175, 191 ,745) (162,794,040) (153,970,721}
(360,600,158) (187,548,689) ' (111 ,906,296) (78,842,310) (64,389,736} (54, 103,988}
(248,022,003) (25,761 ,584) 71,390,493 113,856,562 132,418,872 145,629,477
Gambar 4.4. Sensitivitas pd jumlah operator (i
.=
.,l J:l -
;~:s:
(22,865,693) 297,812,625 437,984,072 499,254,304 526,036,087 545,096,407
=18°k)
600,000,000
-+-- w/ 7 operator w/ 6 operator -
400,000,000 200,000,000
w/ 5 operator ·-*-- w/ 4 operator
--~
&. c (200,000,000) .I •~ (400,000,000)
--.- w/ 3 operator -+- w/ 2 operator
1
(600,000,000)
hingga tahun ke •
Saving oprt(t,o,i=18%) LA- 67
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun) i (disc. Rate)= 25%
Waktu Pembayaran
Biaya Sewa (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
(akhir tahun ke-)
(Rp.)
(Rp) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
129,599,998
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) Konstruksi (Rp.)
Rp
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 894,000,000
I
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.}
103,679,999 82,943,999 66,355,199 53,084,159 42,467,327 33,973,862 27,179,090 21,743,272 17,394,617
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-756,5oo.ooo
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I
Rp
(497,281 ,471)
-
71,520,000 57,216,000 45,772,800 36,618,240 29,294,592 23,435,674 18,748,539 14,998,831 11,999,065 9,599,252 319,202,992
1,075,702,992
1,650,500,000
578,421 ,522
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 10 tahun :
Saving oprt(t,o,i=25%)
I
756,500,000
756,5oo.ooo TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
, berarti biaya sendiri lbh besar
1
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 5 Tahun i (disc. Rate)= 25o/o
Waktu Pembayaran
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
(akhir tahun ke-)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) Konstruksl (Rp.)
(Rp.)
(Rp)
.
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
.
Rp
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
447,000,000
I
Konstruksi (Rp.)
OM (Rp.)
129,599,998 103,679,999 82,943,999 66,355,199 53,084,159
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
. .
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
Rp
(561,258,278)
. 71,520,000 57,216,000 45,n2,800 36,618,240 29,294,592
240,421,632 996,921,632
1,203,500,000
435,663,354
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 5 tahun :
Saving oprt(t,o,i=25%)
I
756,500,000
756,500,000 TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
, berarti biaya sendiri lbh besar
2
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun)~ selama 15 Tahun i (disc. Rate)= 25%
Waktu Pembayaran
Biaya Sewa {Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan 1 Menara Terpadu {72 ml terisi 7 operator)
(akhir tahun ke-}
{Rp.)
(Rp) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-
Rp Rp 161 1999 1998 Rp 161 19991998 Rp 16119991998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 19991998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 19991998 Rp 16119991998 Rp 161 1999 1998 Rp 16119991998 Rp 161 19991998 Rp 161 19991998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
12915991998
Menggunakan Menara Tunggal {Sendiri) Konstruksi {Rp.)
Rp
Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 8914001000 Rp 11341 ,000,000
I
I
Konstruksi {Rp.)
OM {Rp.)
10316791999 8219431999 6613551199 5310841159 4214671327 3319731862 2711791090 2117431272 1713941617 1319151694 1111321555 819061044 711241835 516991868
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
75615001000
-
-
7561500,000
OM {Rp.)
I
Rp
{476,317,550)
_,
7115201000 5712161000 : 4517721800 i 3616181240 ' 2912941592 ' 2314351674 1817481539 1419981831 11 19991065 ' 915991252 716791402 611431521 419141817 319311854. 311451483: 345,0181069 11101 15181069
210971500,000
62512001518
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 15 tahun:
Saving oprt{t~o~l=25%)
I
75615001000
75615oo.ooo TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM {Cash out)
I
berarti biaya sendiri lbh besar
3
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun)~ selama 20 Tahun I (disc. Rate)= 25%
Waktu Pembayaran
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 ml terisi 7 operator)
(akhir.tahun ke-}
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
{Rp)
-
Rp Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 16119991998 Rp 16119991998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 1999 1998 Rp 16119991998 Rp 161 19991998 Rp 161 19991998 Rp 161 1999 1998 Rp 161 19991998 Rp 161 1999 1998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Konstruksi (Rp.)
-
12915991998 10316791999 8219431999 6613551199 5310841159 42,4671327 3319731862 2711791090 2117431272 1713941617 1319151694 1111321555 819061044 711241835 516991868
J
L
Konstruksi {Rp.)
OM (Rp.)
OM (Rp.) ! I
75615001000 89,4001000 89,4001000 8914001000 8914001000 89,4001000 89,4001000 89,4001000 8914001000 89,4001000 89,4001000 89,4001000 89,4001000 89,4001000 89,4001000 8914001000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
75615001000
-
-
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
.!
7115201000 5712161000 4517721800 3616181240 2912941592 : 23,4351674 1817481539 1419981831 11 19991065 915991252. 71679,402. 611431521 419141817 319311854 311451483 I
I
I
I
Tahun berlkutnya ke hal berikutnya
Saving oprt(t10 1i=25%)
4
(lanjutan . .. . ) Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
I
Biaya Sewa PV Blaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp) (Rp.) I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya C I OM (Cash out)
4,559,895 3,647,916 2,918,333 2,334,666 1,867,733
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
756,500,000 TOTAL
Rp
I
1,788,000,000
640,529,060
Rp Rp Rp Rp Rp
I
-
Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
2,544,500,000 -
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 20 tahun :
Saving oprt(t,o,i=25%)
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) OM (Rp.) Konstruksi (Rp.)
I
Konstruksi (Rp.)
PV dari Biaya C I OM
~
2,516,386 2,013,109 1,610,487 1,288,390 1,030,712
353,477,153 1,109,977,153
-
~
Rp
(469,448,093)
, berarti biaya sendiri lbh besar
5
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 25Tahun i (disc. Rate)= 25%
Waktu Pembayaran
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
(akhir tahun ke-)
(Rp) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Biaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161 ,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dari Biaya C I OM
Konstruksi (Rp.)
129,599,998 103,679,999 82,943,999 66,355,199 53,084,159 42,467,327 33,973,862 27,179,090 21,743,272 17,394,617 13,915,694 11,132,555 8,906,044 7,124,835 5,699,668
I
OM (Rp.)
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 69,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
-
-
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
71,520,000 57,216,000 45,772,800 36,618,240 29,294,592 23,435,674 18,748,539 14,998,831 11,999,065 9,599,252 7,679,402 6,143,521 4,914,817 3,931,654 3,145,483
' '
Tahun berlkutnya ke hal berikutnya
Saving oprt(t,o,i=25%)
6
(lanjutan . .. . ) Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
I
Biaya Sewa PV Blaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp) (Rp.) I Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya C I OM (Cash out) Konstruksi (Rp.)
TOTAL
Rp
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 2,235,000,000
645,551,916
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 25 tahun:
Saving oprt(t,o,i=25%)
I
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) OM (Rp.) Konstruksi (Rp.)
4,559,895 3,647,916 2,918,333 2,334,666 1,867,733 1,494,186 1,195,349 956,279 765,023 612,019 756,500,000
PV dari Biaya C I OM
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
756,500,000
OM (Rp.)
I
2,991,500,000
Rp
(467,197,109)
2,516,386 2,013,109 1,610,487 1,288,390 1,030,712 824,569 659,656 527,724 422,180 337,744 356,249 025 1,112,749,025
, berarti biaya sendiri lbh besar
7
Pengeluaran Operator (Pembayaran Sewa menara terpadu vs biaya menara sendiri tiap tahun), selama 25Tahun i (disc. Rate)= 25%
Waktu Pembayaran
Biaya Sewa (Cash out)
Menggunakan 1 Menara Terpadu (72 m, terisi 7 operator)
(akhir tahun ke-)
-
Rp Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998 Rp 161,999,998
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
PV dari Biaya C I OM
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri)
(Rp.)
(Rp) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Blaya C I OM (Cash out)
PV Blaya Sewa
Konstruksi (Rp.)
129,599,998 103,679,999 82,943,999 66,355,199 53,084,159 42,467,327 33,973,862 27,179,090 21,743,272 17,394,617 13,915,694 11,132,555 8,906,044 7,124,835 5,699,868 4,559,895 3,647,916 2,918,333 2,334,666 1,867,733
I
OM (Rp.)
756,500,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
I
Konstruksi (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
756,500,000
-
-
-
-
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
71,520,000 57,216,000 45,772,800 36,618,240 29,294,592 23,435,674 18,748,539 14,998,831 11,999,065 9,599,252 7,679,402 6,143,521 4,914,817 3,931,854 3,145,483 2,516,386 2,013,109 1,610,487 1,288,390 1,030,712
Tahun berikublya ke hal berikutnya (lanjutan . . . . )
Saving oprt(t,o,i=25%)
8
Biaya Sewa PV Blaya Sewa (Cash out) Menggunakan 1 Menara Terpadu (Rp.) (Rp) I
I
Waktu Pembayaran (akhir tahun ke-)
Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp Rp 161,999,998 Rp
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Konstruksi (Rp.)
Rp ~
Menggunakan Menara Tunggal (Sendiri) Konstruksi (Rp.) OM (Rp.)
I
89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000 89,400,000
1,494,186 1,195,349 956,279 765,023 612,019 489,615 391,692 313,354 250,683 200,546 160,437 128,350 102,680 82,144 65,715 52,572 42,058 33,646 26,917 21,533 756,5oo.ooo
TOTAL
PV dari Biaya C I OM
Biaya C I OM (Cash out)
I
3,576,000,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I
-
-
-
-
-
-
756,500,000
OM (Rp.) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I
357,552,467 1,114,052,467
4,332,500,000
647,913,857
824,569 659,656 527,724 422,180 337,744 270,195 216,156 172,925 138,340 110,672 88,537 70,830 56,664 45,331 36,265 29,012 23,210 18,568 14,854 11,883
--
selisih sewa menara terpadu & membuat menara tunggal, selama 25 tahun :
Saving oprt(t,o,i=25%)
Rp
(466,138,61 0)
, berarti biaya sendiri lbh besar
9
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 7 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke -
selisih blaya menara terpadu dan menara tunggal
5 10
15 20 25 40
(561 ,258,278) (497,281 ,471) (476,317,550) (469,448,093) (467, 197,109) (466,138,610)
Gambar 4.4 Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 7 operator) vs blaya menggunak an menara tunggal
status I keterangan
, berarti • berarti , berarti , berarti • berarti , berarti
biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar
0 ID
(100,000,000)
~ (200,000,000)
!•
z:
(300,000,000)
:i
(400,000,000)
•
(500,000,000)
"i
(600,000,000) hlngga tahun
1-+- selisihsewa & bangun ]
Saving oprt(t,o,i=25%)
10
Penghematan blaya akibat operator menyewa menara terpadu bersama dengan 7operator. Penghematan *)
Hingga tahun
5 10 15 20 25 40
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(561,258,278) (497,281 ,471) (476,317,550) (469,448,093) (467,197,109) (466,138,61 0)
1=25% Prosentase
-56.30% -46.23% -43.24% -42.29% -41.99% -41.84%
*) menggunakan PV
Saving oprt(t,o,i=25%)
11
Rekapitulasl sellsih pemblayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 6 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke -
5 10 15 20 25 40
selislh biaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(512,851 ,239) (433,012,413) (406,850,826) (398,278,197) (395,469,118) (394,148,181)
Sellsih biaya sewa menara terpadu (72 m, @ 6 operator) vs biaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
, berarti , berarti , berarti , berartl , berartl , berarti
biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
Rp-
0 Rp(100,000,000) ID ~ Rp(200,000,000)
~
Rp(300,000,000)
= j Rp(400,000,000) "i •
Rp(500,000,000) Rp(600,000,000) hlngga tahun
1-+- selisih sewa & bangun I
Saving oprt(t,o,i=25%)
21
Tabel •.•.
Hinga Tahun ke-
Rekapltulasl sellsih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 5 antena I menara) terhadap menara tunggal selisih biaya menara terpadu dan menara tunggal
5 10 15 20 25
Rp Rp Rp Rp
(464,444,199) (368,743,355)
Rp
(323,741 ,128)
40
Rp
(322,157,753)
(337,384,102) (327,108,302)
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 5 operator) vs biaya menggunak an menara tunggal
status I keterangan
• berartl , be·rarti , berarti , berarti , berarti , berarti
biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
Rp- ~ Rp{50,000,000) Rp(100,000,000) ~ Rp(150,000,000) ~ Rp(200,000,000) • Rp(250,000,000) ~ Rp(300,000,000) i Rp(350,000,000) Rp(400,000,000) Rp(450,000,000) ..p:,....;~~~,...,.:>;-,:..;.,:e;.; Rp(500,000,000} ~~~~~o.z::::ri::!!:
2
1
hlngga tahun
1-+- selisih sewa & bangun I
Saving oprt(t,o,i=25%)
32
Rekapitulasl selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 ml 4 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinoa Tahun ke -
selislh blaya menara terpadu dan menara tunggal
5 10 15
20 25 40
(416,037,160) (304,474,297) (267,917,378)
Selislh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 4 operator) vs biaya menggunakan menara tunggal
stetus I keterangan
I I
I
(255,938,406) (252,013,137)
I
(250,167,324)
I
I
berarti berarti berarti berarti berarti b8rarti
biaya sendiri lbh besar biaya sendiri Jbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
i ~
; : ~
i
1
(50,000,000) (10010001000) (150,000,000) (200,0001000) (25010001000) (300,0001000)
-;...;..,:o,.,.,_,.r.=.~"*'
(3501000,000) (400,0001000) (450,000,000)
hlngga tahun
[-=+- selisihSeWa & bangun ]
Saving oprt(t10 1i=25%)
43
Rekapitulasi selisih pemblayaan pada penyewaan menara terpadu (72 m, 3 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hlnga Tahun ke-
5 10 15 20 25 40
selislh blaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(319,223,081 ) (175,936,181 ) (128,983,929) (113,598,615) (108,557,156) (106,186,467)
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 3 operator) vs blaya menggunakan menara tunggal
status I keterangan
, berarti , berarti , berarti , berarti , berarti , berarti
blaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar biaya sendiri lbh besar
Rp-
O
Rp(SO,OOO,OOO)
ID
~
R (100 000 000) ' ' p
!.
Rp(150,000,000) I
:i
Rp(250,000,000) ! ,;,; &,3 ,.,
"
Rp(3QO,OOQ,QOO) I' ,, . / ,.
.s:
"i
I'
•:
- 0 . .. • '
,., "' -~
~··
·'·
f
.
·- :. .:-.'~
" '
"
I
,.
:. ~1
Rp(200,000,000)
Rp(350,000,000)
, · :· ~;~· :·~;:
' .•r ''
-~··~:'~ ... m ""'·' ""~
, 1
'
''
.. .. ...
""'"'""'~
'''
.J
.. .•
hlngga tahun
!-+-- selisih sewa & bangun I
Saving oprt(t,o,i=25%)
54
Rekapitulasi selisih pembiayaan pada penyewaan menara terpadu (72 ml 2 antena I menara) terhadap menara tunggal
Hinga Tahun ke •
5 10 15 20 25 40
selisih blaya menara terpadu dan menara tunggal
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(125,594,924) 81,140,051 148,882,968 171 ,080,967 178,354,807 181,775,247
Sellslh blaya sewa menara terpadu (72 m, @ 2 operator) vs blaya menggunak an menara tunggal
status I keterangan
berarti biaya sendirllbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar berarti sewa mnr trpadu lbh besar I
I I I I I
Rp200,000 1 000
g ~
i•
.z:
i
"i
•
Rp150 1 000 1 000 Rp100,000,000 Rp50,000,000 RpRp(50,000,00 0) Rp(100,000,000) Rp(150,000 1 000)
hingga tahun
~seliSihsewa & bangun
Saving oprt(t~o~i=25%)
J
65
Tabei4.1S. Rekapitulasi selislh pemblayaan pada penyewaan menara terpadu terhadap menara tunggal, i =25% aelislh blaya rnenara terpadu dan menara tunggal Hingga Tahun ke •
dengan 2 dengan 3 dengan 4 dengan 5 dengan 6 dengan 7 per Operator Operator per Operator per Operator per Operator per Operator per terpadu menara menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu menara terpadu -
5 10 15 20 25 40
(561,258,278) (497,281,471) (476,317 ,550) (469,448,093) (467,197,109) (466,138,61 0)
-
(512,851,239) (433,012,41 3) (406,850,826) (398,278,197) (395,469,118) (394,148,181)
(464,444,199) (368,743,355) (337,384,102) (327,108,302) (323,741 ,128) (322,157,753)
(416,037,160) (304,474,297) (267,917,378) (255,938,406) (252,013,137) (250,167,324)
(319,223,081) (175,936,181) (128,983,929) (113,598,615) (1 08,557,156) (106,186,467)
(125,594,924) 81 ,140,051 148,882,968 171,080,967 178,354,807 181 ,n5,247
Gambar 4.5. Sensitiv itas pd jumlah operato r (I= 25o/o) 400,000,0 00
i J:a.al ;CD:s
-
• -g
(200,000,0 00)
••
(400,000,0 00)
:5 CD -;
•
-+- w/ 7 operator
200,000,00 0
(600,000,0 00) ,.,.
w/ 6 operator w/ 5 operator
-*-· w/ 4 operator 3 operator ~ w/ 2 operator
~ w/
c ~·-.
,..,
~·'C '>'"' j '
.. \ '"'.'1'
·''
. ·~···>
'"''
"'''"·~·
, .,,.
,.,.
'
I
hingga tahun ke -
Saving oprt(t,o,l=25%)
67
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu Tahun
ke-l
0
Biaya Konstruksi Rp
1
Rp
2 3
Rp
4
5
Rp Rp Rp
, Jum1ah oprtlmnr = 7 Durasi sewa (tahwt) = 5 Present Value Biaya OM I TahunJ Hasil Sewal Tabun
I
1,363,700,000 Rp
-
Rp Rp Rp
-
Rp
-
Rp
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya OM I Tbn
I Hasil Sewa I Thn
236,640,000 189,312,000 151,449,600 121,159,680 96,927,744
907,199,987 725,759,990 580,607,992 464,486,394 371,589,115
795,489,024
3,049,643,478
1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984
.
TOTAL
:Rt>_
Selisih agregat pendapatan & Rp blaya (C/OIM)
Tingkat Bunga PV basil sewa
Rp Rp
NPV
Rp
PV ClOM
1,363,700,000 R.p 1,479,000,000 Rp
5,669,999,921
2,827,299,921
15% 2,159,189,024 3,049,643,478 890,454,454
Revenue Gov't (t,OPl) L-B 1
'PIRANB , Jumlah oprt lmnr = 7 Durasi sewa (tahun) = 15 Preseat Value Biaya OM I Tahua Hasil Sewa I Tahuu Biaya OM I Tbn I Hasil Sewa I Tim
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tahuu ke-l Biaya Koustruksi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TOTAL
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp
1,363,700,000
-
I
I
Rp
-
Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984
1,363,700,000 Rp 4,437,000,000 Rp
-
-
-
-
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984
236,640,000 189,312,000 151,449,600 121,159,680 96,927,744 77,542,195 62,033,756 49,627,005 39,701,604 31,761,283 25,409,027 20,327,221 16,261,777 13,0Q9,422 10,407,537
907,199,987 725,759,990 580,607,992 464,486,394 371,589,115 297,271,292 237,817,033 190,253,627 152,202,901 121 '762,321 97,409,857 77,927,886 62,342,308 49,873,847 39,899,077
17,009,999,763
1'141 ,569,851
4,376,403,627
Selisih agregat
pendapatan & Rp
11,209,299,763
biaya (C/0/M)
Tingkat BUDga PV C/OM PV basil sewa
NPV
Rp Rp Rp
15% 2,505,269,851 4,376,403,627 1,871,133,776
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 2
~PIRANB
, Jwnlah oprt /rnnr = 7 Durasi sewa (tahWl) = 25 Present Value Biaya OM I Tabun Hasil Sewa I Tahua
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu Taboo ke-l Biaya Konstruksi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 TOTAL
Rp
Rp Rp Rp Rp
1,363,700,000 Rp
-
Rp
-
Rp
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp
-
Rp
-
Rp Rp Rp Rp
-
Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
-
Rp Rp
Rp
Rp Rp - Rp - Rp Rp - Rp - Rp I ,363,700,000 Rp
-
I
I
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp Rp Rp
Rp Rp Rp
Biaya OM /lbn
I Hasil Sewa I 11m
1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 I, 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 I, 133,999,984 I, 133,999,984 1,133,999,984 I, 133,999,984 I ,133,999,984 I, 133,999,984 1,133,999,984 I, 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 7,395,000,000 Rp 28,349,999,605
236,640,000 189,312,000 151,449,600 121,159,680 96,927,744 77,542,195 62,033,756 49,627,005 39,701,604 31,761,283 25,409,027 20,327,221 16,261,777 13,009,422 10,407,537 8,326,030 6,660,824 5,328,659 4,262,927 3,410,342 2,728,273 2,182,619 1,746,095 1,396,876 1,117,501 1,178,729,997
907,199,987 725,759,990 580,607,992 464,486,394 371,589,115 297,271 ,292 237,817,033 190,253,627 152,202,90 I 121,762,321 97,409,857 77,927,886 62,342,308 . 49,873,847 39,899,077 31,919,262 25,535,410 20,428,328 16,342,662 13,074,130 10,459,304 8,367,443 6,693,954 5,355,164 4,284,131 4,518,863,414
Selisih agregat
pendapatan & Rp
19,591,299,605
biaya (C/0/M)
Tingkal Bunga PV basil sewa
Rp Rp
NPV
Rp
PV C/OM
25% 2,542,429,997 4,518,863,414 I ,976,433,417
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 3
IMPIRANB
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tabuu ke-l Biaya Koustruksi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Rp
-
Rp
-
Rp Rp Rp Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp
-
Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp
I
1,363,700,000 Rp
Rp Rp
, Jumlah oprt /mnr = 7 Durasi sewa {tahtm) = 40 Preseut Value Biaya OM I Tabuu Basil Sewal Tabuu Biaya OM I Thn I Hasil Sewa I Tim
-
-
-
-
-
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp
-
Rp
-
Rp Rp
I
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp
I, 133,999,984 I, 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 I, 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984
236,640,000 189,312,000 151,449,600 121,159,680 96,927,744 77,542,195 62,033,756 49,627,005 39,701,604 31,761,283 25,409,027 20,327,221 16,261,777 13,009,422 10,407,537 8,326,030 6,660,824 5,328,659 4,262,927 3,410,342 2,728,273 2,182,619 1,746,095 1,396,876 1,117,501 894,001 715,201 572,160
907,199,987 725,759,990 580,607,992 464,486,394 371,589,115 297,271,292 237,817,033 190,253,627 152,202,901 121,762,321 97,409,857 77,927,886 62,342,308 49,873,847 39,899,071 31,919,262 25,535,410 20,428,328 16,342,662 13,074,130 10,459,304 8,367,443 6,693,954 5,355,164 4,284,131 3,427,305 2,741,844 2,193,475
Revenue Gov't (t,oPn L-B 4
WPIRANB lanjutan .•..
Tabua ke
-I
Biaya Koastruksi
I
I
Durasi sewa (tahun) = 40
Biaya OM I Tabua Hasil Sewal Tabua
Preseat Value Biaya OM /lbn I Hasil Sewa I Tbn
Rp
295,800,000
Rp
Rp Rp Rp
1,133,999,984 1,133,999,984
457,728 366,183
1,754,780 1,403,824
Rp
295,800,000 295,800,000
1,133,999,984
Rp
-
Rp
295,800,000
Rp
292,946 234,357
1,123,059 898,447
33 34
Rp
-
Rp
1,133,999,984
187,486 149,988
718,758 575,006
35
Rp
295,800,000
Rp 295,800,000 Rp
1'133,999,984 1,133,999,984
119,991 95,993
460,005
36
Rp Rp
-
295,800,000 295,800,000
Rp
Rp
Rp Rp
1'133,999,984 1,133,999,984
37
Rp
368,004 294,403
Rp
295,800,000
1,133,999,984 1,133,999,984
76,794
38
Rp Rp
61,435
235,523
39
Rp
295,800,000
Rp
1,133,999,984
49,148
188,418
1,133,999,984 295,800,000 Rp 1,363,700,000 Rp 11,832,000,000 Rp 45,359,999,368
39,319
150,734
1,183,042,726
4,535,397,039
29 30 31 32
Rp Rp Rp
40
Rp
TOTAL
Rp
Selisih agregat pendapatan & biaya (C/0/M)
-
-
295,800,000
Rp 32,164,299,368 25~.
Tingkat Bunga
Rp
2,546,742,726
PV basil sewa
Rp
4,535,397,039
NPV
Rp
1,988,654,313
PV C/OM
Rp Rp Rp Rp Rp
Revenue Gov't (t,OPl) L-B 5
IMPIRANB Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tahan ke-l Biaya Konstruksi
0
Rp
1
2 3 4 5
Rp Rp Rp Rp Rp
TOTAL
Rp
1,363,700,000
Selisih agregat pendapatan & biaya (C/0/M)
Rp
2,827,299,921
Rp Rp Rp
2,288,717,188 3,546,211,888 1,257,494,700
Tingkat Bunga PV C/OM PV basil sewa
NPV
1,363,700,000
-
-
I
I
, Jwnlah oprt /mnr = 7 Durasi sewa (tahun) = 5
Biaya OM I Tahan HasU Sewa/ Tahan Rp
-
Rp
Present Value Biaya OM /Thn I Hasil Sewa I Thn
-
Rp Rp Rp Rp Rp
1' 133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984
250,677,966 212,438,954 180,033,012 152,570,349 129,296,906
961,016,936 814,421,132 690, 187,400 584,904,576 495,681,844
Rp 1,479,000,000 _!!!_
5,669,999,921
925,017,188
3,546,211,888
Rp Rp Rp Rp Rp
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
18%
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 6
WPIRANB , Jumlah oprt lmnr = 7
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tahun ke-l Biaya Konstruksi
0 1 2 3 4 5
1,363,700,000
10 11 12 13 14 15
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
TOTAL
Rp
1,363,700,000
Selisih agregat pendapatan & biaya (C/0/M)
Rp
11,209,299,763
Rp Rp Rp
2,869, 788,642 5,773,848,871 2,904,060,230
6 7
8 9
NPV
-
I
l
-
-
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984
250,677,966 212,438,954 180,033,012 152,570,349 129,296,906 109,573,649 92,859,025 78,694,089 66,689,906 56,516,869 47,895,652 40,589,536 34,397,911 29,150,772 24,704,044
961,016,936 814,421,132 690,187,400 584,904,576 495,681,844 420,069,360 355,990,983 301,687,273 255,667,181 216,667,102 183,616,189 155,606,939 131 ,870,288 111,754,481 94,707,187
Rp 4,437,000,000
R.p
17,009,999,763
1,506,088,642
5,773,848,871
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
18%
Tingkat Bunga
PV C/OM PV basil sewa
-
Durasi sewa (tahun) = 15 Present Value Biaya OM I Tahun Basil Sewa/ Tahun Biaya OM I Tbn I Hasil Sewa I Thn
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 7
MPIRANB , Jwnlah oprt /mnr = 7 Durasi sewa (tahun) = 25
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tabuo ke-J Biaya Koostruksi
0 1 2 3 4 5 6 7
Rp Rp Rp Rp
8 9
Rp
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
I ,363,700,000
-
-
Rp Rp Rp Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
-
-
20 21 22 23 24 25
.RP.
TOTAL
Rp
1,363,700,000
Selisih agregat pendapatan & biaya (C/0/M)
Rp
19,591,299,605
Rp Rp Rp
2,980,810,750 6,199,471,144 3,218,660,395
PV basil sewa
NPV
-
Biaya OM I Tabuo Basil Sewa I Tabuo I Biaya OM Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 7,395,000,000
Rp
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1'133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984 28,349,999,605
~=·t:~:~~wa 1Thn
250,677,966 212,438,954 180,033,012 152,570,349 129,296,906 109,573,649 92,859,025 78,694,089 66,689,906 56,516,869 47,895,652 40,589,536 34,397,911 29,150,772 24,704,044 20,935,631 17,742,060 15,035,644 12,742,071 10,798,366 9,151,157 7,755,218 6,572,219 5,569,677 4,720,065 1,617,110,750
961,016,936 814,421,132 690,187,400 584,904,576 495,681,844 420,069,360 355,990,983 301 ,687,273 255,667,181 216,667,102 183,616,189 155,606,939 131 ,870,288 111,754,481 94,707,187 80,260,328 68,017,227 57,641,718 48,848,914 41,397,384 35,082,529 29,730,957 25,195,726 21,352,310 18,095,178 6,199,471,144
tse;.
Tingkat Bunga PV C/OM
-
-
I
I
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 8
~PIRANB
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tahun ke-l Biaya Konstruksi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
1,363,700,000
-
-
-
-
-
-
Biaya OM I Tahun Hasil Sewa I Tahan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
-
-
-
-
-
I
I
-
, Jwnlah oprt /mnr = 7
Durasi sewa (tahun) = 40
Rp
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp
Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Present Value I Hasil Sewa I Tho
Biaya OM /Thn
1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1' 133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1' 133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1' 133,999,984
250,677,966 212,438,954 180,033,012 152,570,349 129,296,906 109,573,649 92,859,025 78,694,089 66,689,906 56,516,869 47,895,652 40,589,536 34,397,911 29,150,772 24,704,044 20,935,631 17,742,060 15,035,644 12,742,071 10,798,366 9,151,157 7,755,218 6,572,219 5,569,677 4,720,065 4,000,055 3,389,877 2,872,777 2,434,557 2,063,184
961,016,936 814,421,132 690,187,400 584,904,576 495,681,844 420,069,360 355,990,983 301 ,687,273 255,667,181 216,667,102 183,616,189 155,606,939 131 ,870,288 111,754,481 94,707,187 80,260,328 68,017,227 57,641,718 48,848,914 41,397,384 35,082,529 29,730,957 25,195,726 21,352,310 18,095,178 15,334,897 12,995,675 11,013,284 9,333,292 7,909,569
Revenue Gov't (t,oPn L-B 9
VPIRANB lanjutan ....
Tahua ke
-I
31 32
Biaya Koastruksi
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp_ Rp
1,363,700,000
Selisih agregat pendapatan & Rp
32,164,299,368
33
34 35 36 37 38 39 40 TOTAL
-
-
I
I
Durasi sewa (tahWl) = 40
Biaya OM I Tahua Hasil Sewal Tabu a Rp
Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 11,832,000,000
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
1,133,999,984 1,133,999,984 I ,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 45,359,999,368
l
Biaya OM
~=jt:;:~~ 1Thn
1,748,461 1,481,747 1,255,717 1,064,167 901,837 764,268 647,685 548,886 465,157 394,201 1,641,143,327
6,703,025 5,680,529 4,814,008 4,079,668 3,457,346 2,929,954 2,483,012 2,104,247 1,783,260 1,511,238 6,291,604,188
biaya (C/0/M) Tingkat Bunga
PV C/OM PV basil sewa
NPV
Rp Rp Rp
18% 3,004,843,327 6,291 ,604, 188 3,286,760,861
Revenue Gov't (t,oPn L-B 10
rPIRANB , Jumlah oprt lmnr = 7 Durasi sewa (tahmt) = 5
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tahan k~-~ Biaya Konstraksi 1,363,700,000
0
Rp
1 2
3 4 5
Rp Rp Rp Rp Rp
TOTAL
Rp
1,363,700,000
Selisih agregat pendapatan & Rp biaya (C/0/M)
2,827,299,921
NPV
-
-
Biaya OM I Tabaa Basil Sewa/ Tabaa Rp
-
Rp
l
Biaya OM ~=jt~:~~wa 1Thn
-
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp Rp Rp Rp Rp
1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984
264,107,143 235,809,949 210,544,597 187,986,248 167,844,864
1,012,499,986 904,017,845 807,158,790 720,677,491 643,462,045
Rp 1,479,000,000
Rp
5,669,999,921
1,066,292,801
4,087,816,157
Rp Rp Rp Rp Rp
ll%
Tingkat Bunga
PVC/OM PV basil sewa
-
I
I
Rp Rp Rp
2,429,992,801 4,087,816,157 1,657,823,356
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 11
~JRANB
Perbitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tabaa
ke-l
0
Biaya. Koastraksi I ,363,700,000
11 12 13 14 15
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
TOTAL
Rp
1,363,700,000
pendapatan & Rp
11,209,299,763
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
-
-
-
I
I
, Jmnlah oprt /mnr = 7 Durasi sewa (tahun) = 15
Biaya OM I Tabaa Basil Sewal Tabaa I I!Uiya OM ~=j•:a::~~wa 1 Thn Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I, 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 I, 133,999,984
264,107,143 235,809,949 210,544,597 187,986,248 167,844,864 149,861,486 133,804,898 119,468,659 106,668,445 95,239,683 85,035,432 75,924,492 67,789,725 60,526,541 54,041,554
1,012,499,986 904,017,845 807,158,790 720,677,491 643,462,045 574,519,683 512,964,003 458,003,574 408,931,763 365,117,645 325,997,898 291,069,551 259,883,528 232,038,864 207,177,557
Rp 4,437,000,000
Rp
17,009,999,763
2,014,653,716
7.723,520,223
Selisih agregat biaya (C/0/M)
12%
TingkatBunga
PVC/OM PV hasilsewa
NPV
Rp Rp Rp
3,378,353,716 7,723,520,223 4,345,166,507
Revenue Gov't (t,oPn L-B 12
~PIRANB
, Jum1ah oprt /mnr = 7
Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Tahua ke
-I
l
Biaya KoDStruksi ., Biaya OM I Tahua Hasil Sewa/ Tahua
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 TOTAL
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,363, 700,000
Selisih agregat pendapatan & biaya (C/0/M)
Rp
19,591,299,605
Rp Rp Rp
3,683,700,549 8,894,119,629 5,210,419,080
NPV
-
Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp - Rp 295,800,000 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp - Rp 295,800,000 - Rp 295,800,000 - Rp 295,800,000 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp - Rp 295,800,000 - Rp 295,800,000 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp - Rp 295,800,000 295,800,000 Rp Rp 295,800,000 1,363,700,000 Rp 7,395,000,000
-
-
-
-
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Preseat Value Biaya OM /Thn
I Hasil Sewa I Thn
1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 28,349,999,605
264,107,143 235,809,949 210,544,597 187,986,248 167,844,864 149,861,486 133,804,898 119,468,659 106,668,445 95,239,683 85,035,432 75,924,492 67,789,725 60,526,541 54,041,554 48,251,388 43,081,596 38,465,711 34,344,385 30,664,629 27,379,133 24,445,655 21,826,477 19,487,926 17,399,934 2,320,000,549
1,012,499,986 904,017,845 807' 158,790 720,677,491 643,462,045 574,519,683 512,964,003 458,003,574 408,931,763 365,117,645 325,997,898 291,069,551 259,883,528 232,038,864 207,177,557 184,979,962 165,160,680 147,464,893 131,665,083 ll7,558,ll0 104,962,598 93,716,606 83,675,541 74,710,304 66,705,629 8,894,119,629
no;.
Tingkat Bunga
PV C/OM PV basil sewa
Durasi sewa (tahun) = 25
Revenue Gov't (t,OPD L-B 13
fPIRANB Perhitungan pendapatan dari menyewakan Menara Terpadu
Taban
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
ke-l
Biaya Koastraksi
Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
I,363,700,000
-
-
-
, Jumlah oprt /mnr = 7 Durasi sewa (tahun) = 40
l
I
1~iaya
Biaya OM f Taban Hasil Sewa I Tabun
Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp
295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000 295,800,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
I, 133,999,984 I, 133,999,984 I, 133,999,984 I,l33,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1'133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1' 133,999,984 1'133,999,984 I, 133,999,984 1'I33,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 I,l33,999,984 1,133,999,984 I, 133,999,984 1,133,999,984 I,l33,999,984
8
Presejt:ast·~~~ /Thn
OM/Thn
264,I07,I43 235,809,949 2I0,544,597 I87,986,248 167,844,864 I49,86I,486 133,804,898 119,468,659 I 06,668,445 95,239,683 85,035,432 75,924,492 67,789,725 60,526,541 54,041,554 48,25I,388 43,081,596 38,465,7II 34,344,385 30,664,629 27,379,133 24,445,655 21,826,477 19,487,926 17,399,934 I5,535,655 13,87I,121 12,384,929 11,057,973 9,873,190
1,0I2,499,986 904,0I7,845 807,I58,790 720,677,491 643,462,045 574,5I9,683 512,964,003 458,003,574 408,931 '763 365,ll7,645 325,997,898 29I,069,55I 259,883,528 232,038,864 207,I77,557 I84,979,962 I65,160,680 147,464,893 131,665,083 117,558,110 104,962,598 93,716,606 83,675,541 74,710,304 66,705,629 59,558,591 53,177,319 47,479,749 42,392,633 37,850,565
Revenue Gov't (t,oPn L-B 14
W'IRANB laniutan ...•
Tabun ke-
31 32 33 34
35 36
37 38 39 40 TOTAL
t
Biaya Konstroksi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
-
-
-
-
1,363,700,000
I
I
Durasi sewa (tahun) = 40
Biaya OM I Tabun Hasil Sewa I Tabun : ·
295,800,000 Rp Rp 295,800,000 Rp Rp Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp Rp Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp Rp Rp 295,800,000 Rp 295,800,000 Rp Rp 295,800,000 Rp Rp Rp 295,800,000 Rp Rp 11,832,000,000 Rp
1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1,133,999,984 1'133,999,984 45,359,999,368
Presejt:•!~e as1 Sewa I Thn
Biaya OM I Tbn
8,815,348 7,870,847 7,027,542 6,274,591 5,602,313 5,002,065 4,466,130 3,987,616 3,560,371 3,178,903 2,438,509,142
33,795,147 30,174,239 26,941,285 24,054,718 21,477,427 19,176,274 17,121,673 15,287,208 13,649,293 12,186,869 9,348,442,667
Selisih agregat pendapatan & biaya (C/0/M)
Tingkat Bunga PV C/OM PV basil sewa
NPV
Rp 32,164,299,368
12% Rp Rp Rp
3,802,209,142 9,348,442,667 5,546,233,524
Revenue Gov't (t,OPT) L-8 15
VPIRANB
Pendapatan dari hasil sewa (J Operator/ menara terpadu)
Hingga tahun
5 15 25 40
25%
12% (Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
1,657,823,356 4,345,166,507 5,210,419,080 5,546,233,524
1,257,494,700 2,904,060,230 3,218,660,395 3,286,760,861
890,454,454 I,87I,l33,776 I ,976,433,4I7 I ,988,654,3I3
Keterangan
*) dengan PV
FV Pendapatan dari hasil sewa [T Operator/ menara terpadu)
Keterangan
(Rp.)
5 15 25 40
2,921,651,203 23,783,554,614 88,5n,459,943 516,082,411,746
(Rp.)
2,876,843,255 34,772,485,034 201,709,028,988 2,466,314,174,483
(Rp.)
2,717,451,335 -) konversi FV 53,180,820,495 523,157,569,394 14,960,972,230,200
Revenue Gov't (t,OPl) L-8 16
'-IPIRANB
Pendapatan dari hasil sewa (6 Operator/ menara terpadu)
Hlngga tahun
5 15 25 40
12%
25%
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
1,463,165,444 3,977,379,830 4, 786,889,574 5,101 ,069,590
1,088,627,468 2,629,115,045 2,923,447,483 2,987,160,663
745,233,336 1,662,733,604 1,761,249,445 I, 772,683,028
Keterangan
*) dengan PV
FV Pendapatan dari hasil sewa (6 Operator/ menara terpadu)
Keterangan (Rp.)
5 15 25 40
2,578,597,451 21 '770,450,050 81 ,377,431 ,060 474,659,475,624
(Rp.)
2,490,515,933 31,480,360,714 183,208,441,027 2,241 ,500,674,167
(Rp.)
2,274,271,654 **) konversi FV 47,257,731,341 466,198,646,248 13,336,184,862,258
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 33
VPIRANB
Pendapatan dari hasil sewa (5 Operator/ menara terpadu)
Hlngga tahun
5 15 25 40
25°k
12% (Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
1,138,735,590 3,364,402,035 4,081,007,063 4,359,129,699
807,182,080 2,170,873,071 2,431,425,964 2,487,827,001
503,198,139 1,315,399,982 1,402,609,491 I ,412,730,885
Kelenlngan
*) dengan PV
FV Pendapatan dari hasil sewa (5 Operator/ menara terpadu)
Keterangan (Rp.)
5 15 25 40
2,006,841,196 18,415,275,777 69,377,382,922 405,621,248,755
(Rp.)
1,535,638,852 -) konversi FV 37,385,916,083 371,267,641,004 10,628,205,915,689
Revenue Gov't (t,oPn L-B 50
~PIRANB
Pendapatan dari hasil sewa (4 Operator/ menara terpadu)
H~mhunj~----~~~Pe~n~dTa~pa~m~n~n~e~tto~•L)~pa~da~i~=--~~----~ _
5 15 25 40
12%
I
1a%
I
25%
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
684,533,795 2,506,233,121 3,092,771,549 3,320,413,851
413,158,536 1,529,334,308 1,742,595,836 1,788,759,873
164,348,864 829,132,913 900,513,556 908,797,885
Keterangan *)dengan PV
FV Pendapatan dari hasil sewa (4 Operator/ menara terpadu)
Hlnggamhun
(Rp.)
5 15 25 40
25%
12%
1,206,382,440 13,718,031,795 52,577,315,529 308,967,731,138
(Rp.)
945,206,647 18,311,863,434 109,206,089,180 1,342,246,672,902
Keterangan
(Rp.)
501,552,929 **)konversi FV 23,565,374, 723 238,363,953,663 6,837,035,390,492
Revenue Gov't (t,OPT) l-B 67
IPIRANB
Pendapatan dari hasil sewa (3 Operator/ menara terpadu)
Hlngga tahun
5 15 25
40
~--~~....:....P.;::;en:.;;da::;=-:pa=ta::.:;n:...:netto:::7=--·.L).~:.pa::,d;:.:a:..l:...=--:::::;----i _
12%
I
1s%
I
2s%
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
295,217,970 1, 770,659,766 2,245, 712,537 2,430,085,982
75,424,071 979,443,939 1,152,170,013 1,189,559,478
-126,093,372 412,332,567 470,145,612 476,855,314
Keterangan
*) dengan PV
FV Pendapatan dari hasil sewa (3 Operator/ menara terpadu)
Keterangan (Rp.)
5 15 25
40
520,274,935 9,691,822,668 38,177,257,764 226,121,858,895
(Rp.)
172,552,003 11,727,614,794 72,204,913,257 892,619,672,269
(Rp.)
-384,806,434 **) konversi FV 11 '719, 196,414 124,446,507,371 3,587,460,654,609
Revenue Gov't (t,OPT) L-B 84
l,fPJRANB
Pendapatan dari hasil sewa (2 Operator/ menara terpadu)
Hlngga tahun
5 15 25 40
12%
25%
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
-94,097,854 1,035,086,412 1,398,653,524 1,539, 758,113
-262,310,395 429,553,570 561,744,190 590,359,083
-416,535,608 -4,467,778 39,777,668 44,912,742
Keterangan
*) dengan PV
FV Pendapatan dari hasil sewa (2 Operator/ menara terpadu)
Keterangan (Rp.)
5 15 25 40
-165,832,571 5,665,613,541 23,777,199,999 143,275,986,652
(Rp.)
-1;271,165,797 **) konversi FV -126,981,895 10,529,061,078 337,885,918,726
Revenue Gov't (t,oPn L-B 101