Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
THE IMPLEMENTATION OF REBO NYUNDA PROGRAM IN FOSTERING STUDENTS’ LOCAL WISDOM EDUCATION IMPLEMENTASI PROGRAM REBO NYUNDA DALAM MENUMBUHKAN PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL SISWA Oleh : Kulsum Choirunisa Mirna Nur Alia A Pendidikan Sosiologi, FPIPS UPI Email :
[email protected]
Abstract, In general, the goal of this study is to get an overview of Rebo Nyunda program implementation in fostering students’ local wisdom at SMA Pasundan 1 Bandung. To get the overview, the researcher used qualitative approach with descriptive method. The results showed that students were still deeply affected by the current modernization, where there were still some students who had difficulty to implement the values of the Sundanese culture and some others had a desire in developing Sundanese culture, but were not supported by the community. In conclusion, there were inhibiting factors such as the lack of knowledge, peers who often mocked, and also the environment outside school. As for the supporting factor, it came from families and schools who provide facilities to know Sundanese culture better. Keywords: value implementation, Sundanese culture, Rebo Nyunda, local wisdom Abstrak, Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai implementasi Program Rebo Nyunda dalam menumbuhkan pendidikan kearifan lokal siswa di SMA Pasundan 1 Bandung. Untuk mendapatkan gambaran mengenai implementasi program Rebo Nyunda dalam menumbuhkan pendidikan kearifan lokal siswa, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bahwa siswa masih sangat terpengaruh oleh arus modernisasi, dimana masih ada sebagian siswa yang kesulitan mengimplementasikan nilai kebudayaan Sunda dan sebagian lagi mempunyai keinginan untuk mengembangkan kebudayaan Sunda namun lingkungan sekitar belum begitu mendukung. Simpulan menyatakan bahwa terdapat faktor penghambat yang mempengaruhi yaitu seperti kesadaran siswa sendiri karena masih kurangnya pengetahuan, teman sebaya yang sering mengolok-olok, dan juga lingkungan di luar sekolah. Adapun faktor pendorong, yakni dari keluarga dan sekolah yang memberikan fasilitas untuk mengenal budaya Sunda dengan lebih baik. Kata Kunci: implementasi nilai, kebudayaan Sunda, Rebo Nyunda, kearifan lokal
berakhir
A. PENDAHULUAN Perubahan
adalah
pada
kemajuan
suatu
sebuah
masyarakat, ada pula perubahan yang
keniscayaan bagi seluruh masyarakat
berakibat pada kemunduran masyarakat.
yang hidup di dunia ini, tak terkecuali
Selain itu, dalam perubahan itu sendiri
untuk masyarakat Indonesia. Namun
masih
perubahan
kemajuan antar unsur-unsur sosial.
tersebut
tidak
selalu
terdapat
ketidakseimbangan
155 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
Sebagian
unsur
sosial
yang
terkoordinir dengan program-program
perkembangannya masih belum secepat
yang
unsur
kini
masyarakat tersebut lebih baik. Salah
fenomena di bidang teknologi lebih
satunya dengan membangun unsur
cepat perkembangannya dibandingkan
sosial sebagai alat untuk mengatur
dengan bidang kebudayaan, nilai-nilai,
kehidupan manusia, yakni dalam unsur
pemikiran, kepercayaan, norma-norma
budaya, nilai-nilai, kepercayaan, dan
sebagai alat untuk mengatur kehidupan
norma-norma.
manusia.
adalah
lain,
seperti
halnya
Dengan
perkembangan
adanya
teknologi
bermanfaat
bisa
sebagaimana
teknologi
sebagai
memudahkan
fungsi
alat
pekerjaan
yang
diharapkan
menjadikan
Pembangunan
pembangunan
sosial
disini yang
tertuju kepada manusianya itu sendiri, dimana
pembangunan
pembangunan
untuk
ini
adalah
memberikan
manusia,
pemahaman dan kesadaran masyarakat
namun jika unsur sosial lainnya belum
akan hal-hal yang dianggap benar dan
bisa
baik.
mengimbangi
perkembangan
kemajuan bidang teknologi, maka akan
Di wilayah Jawa Barat sendiri
timbul permasalahan sosial. Hal ini
yang tidak terlepas dari kebudayaan
seperti dinyatakan dalam penelitian
Sunda, kini mulai mengembangkan
terdahulu
kebijakan-kebijakan
Nyunda,
tentang
Program
yang berjudul
Rebo
untuk
Sosialisasi
masyarakatnya dalam melestarikan dan
Program Rebo Nyunda Oleh Ridwan
mengembangkan kebudayaan Sunda,
Kami. (Studi Kasus Di Kalangan
terutama di Bandung yang dipimpin
Pelajar Kota Bandung) Mufti, Hagia
oleh Walikota Ridwan Kamil, tengah
Putri (2014), bahwa penanaman nilai
melaksakan program Rebo Nyunda
Budaya Sunda sebaiknya dimulai dari
karena kekhawatiran akan lunturnya
keluarga
agar
perubahan-perubahan
kebudayaan Sunda di Bandung. Dalam
tersebut
tidak
berdampak
kepada
program
suatu
terutama
kemunduran, maka masyarakat pembangunan.
haruslah
memiliki
perencanaan
Dengan
ini,
masyarakat
pelajar
menggunakan
Bandung
dihimbau
bahasa
Sunda
untuk dan
adanya
pakaian adat Sunda. Sasaran utama dari
perencanaan ini, maka masyarakat bisa
program ini adalah pelajar, karena
menghadapi perubahan dengan lebih
pelajar dianggap sangat berpengaruh
156 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
untuk masa depan.
Ridwan
Dilihat dari segi kependudukan,
Kamil.
Kalangan
(Studi
Pelajar
Kasus
Kota
Bandung).
Kota Bandung sendiri memiliki jumlah
Dalam
penduduk 2.470.802 jiwa pada tahun
memfokuskan penelitian program Rebo
2014
Nyunda yang lebih mengarah kepada
dengan
kepadatan
penduduk
penelitian
Di
tersebut
mencapai 14.768 jiwa/km². Jumlah
Sosialisasi
penduduk Kota Bandung meningkat
Ridwan Kamil kepada pelajar Kota
pertahunnya (Proyeksi Penduduk, Kota
Bandung.
Bandung).
beberapa penelitian terdahulu tentang
Peningkatan
jumlah
yang
Mufti
dilakukan
Selain
Mufti
ada
Program
program-program
dapat
dilakukan oleh Andriana, Novik (2015)
sosial
yang berjudul Penggunaan Bahasa
bagi masyarakat, khususnya pada ranah
Sunda Sebagai alat Interaksi Sosial
kebudayaan.
pada
menghadirkan
pembangunan
Penanaman
nilai-nilai
budaya
Siswa
Belakang
SMA
Sunda
seperti
pula
penduduk pula harus diiringi dengan yang
Kesundaan,
oleh
yang
(Studi
yang
Berlatar Deskriptif
Sunda, khususnya pada pelajar menjadi
Terhadap Penggunaan Bahasa Sunda di
suatu keharusan karena mereka berada
Lingkungan SMA Yayasan
Atikan
pada proses pendidikan. Selain itu,
Sunda
Dalam
sekolah sebagai lingkungan pendidikan
Penelitian ini Andriana memfokuskan
merupakan sarana pewarisan nilai-nilai
penelitian kepada Penggunaan Bahasa
budaya yang memiliki peranan penting
Sunda sebagai alat interaksi. Dari
dalam menjaga kelestarian nilai-nilai
beberapa penelitian terdahulu, belum
budaya suatu daerah. Oleh sebab itu,
ada kajian mengenai implementasi
program
program
Rebo
Nyunda
perlu
YAS
Rebo
Bandung).
Nyunda,
disosialisasikan pada pelajar khususnya
peneliti
yang berada di wilayah Jawa Barat.
mengenai Implementasi Program Rebo
Adapun
keterkaitannya
dengan
menganggap
sehingga
Nyunda
Dalam
penelitian
Menumbuhkan
beberapa penelitian terdahulu, seperti
Pendidikan
Kearifan
penelitian yang telah dilakukan oleh
penting dilakukan untuk mengetahui
Mufti, Hagia Putri (2014) tentang
dan menggali bagaimana keberhasilan
Program Rebo Nyunda, yang berjudul
Program
Sosialisasi Program Rebo Nyunda Oleh
program
Rebo unggulan
Lokal
Siswa
Nyunda
sebagai
Kota
Bandung
157 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
efektif diberlakukan.
program pelestarian kebudayaan pun
Berdasarkan pertimbangan tersebut, tengah maka penelitian ini memfokuskan pada
dalam
menumbuhkan
oleh
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
bagaimana implementasi program Rebo Nyunda
dilaksanakan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
pendidikan kearifan lokal siswa di era
menganggap
modern. Sekolah yang peneliti jadikan
Implementasi Program Rebo Nyunda
sebagai tempat penelitian dalam adalah
Dalam
SMA Pasundan 1 Bandung, karena
Kearifan
Lokal
selain
yang
dilakukan
untuk
menyandang nama khas Sunda, disana
menggali
bagaimana
juga sedang menjalankan program
Program
Rebo
pelestarian
program
sebagai
sekolah
warisan
budaya
Sunda
yakni baju adat yang wajib dipakai
program
pemerintah
Kota
mengenai
Menumbuhkan
Pendidikan
Siswa
penting
mengetahui
dan
keberhasilan
Nyunda
sebagai
Kota
Bandung
unggulan
efektif diberlakukan.
siswa pada hari Rabu yang sejalan dengan
penelitian
Penelitian
ini
pendekatan
menggunakan
kualitatif
karena
Bandung yakni Rebo Nyunda. Penulis
permasalahan yang dibahas dalam
ingin
penelitian
mengetahui
sejauh
mana
ini
adalah
tentang
implementasi program Rebo Nyunda
implementasi program Rebo Nyunda
dalam
dalam
menumbuhkan
pendidikan
menumbuhkan
pendidikan
kearifan lokal siswa khususnya di era
kearifan lokal siswa, dimana data yang
modern,
akan
dimana
program
tentang
diperoleh
adalah
berbentuk
pengembangan kebudayaan tercantum
deskripsi, uraian dan gambaran apa
dalam Permendikbud No. 81A/2013
adanya
tentang Implementasi Kurikulum, di
berkenaan dengan angka-angka. Seperti
dalamnya menyertakan 5 lampiran
yang di sampaikan menurut Bogdan
yang
dan Taylor (dalam Moleong, 2000, hlm.
memuat
pedoman
yang
tentang berkaitan
beberapa dengan
3).
di
lapangan,
Penelitian
dan
kualitatif
adalah
Implementasi 2013, terutama pada
“prosedur
butir kedua yang berbunyi: Pedoman
menghasilkan data deskriptif berupa
Pengembangan Muatan Lokal. Jadi
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
selain
orang dan perilaku yang dapat diamati”.
pemerintah
Kota
Bandung,
penelitian
tidak
yang
158 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian adalah metode kualitatif
meningkatkan ketekunan. B. HASIL DAN PEMBAHASAN
deskriptif. Arikunto (2007, hlm. 234) menyatakan
bahwa
Berdasarkan studi pustaka yang
”penelitian
dilakukan oleh penulis, kebudayaan
deskriptif merupakan penelitian yang
Sunda adalah salah satu kebudayaan
dimaksudkan
mengumpulkan
tertua yang ada di Indonesia, seperti
informasi mengenai status suatu gejala
yang disampaikan oleh Dienaputra
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut
(2003, hlm. 4), bahwa:
untuk
“Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan kebudayaan yang relative lebih tua, setidaknya dalam hal proses pengenalan terhadap budaya tulisan”.
apa adanya saat penelitian dilakukan”. Pendekatan metode
kualitatif
deskriptif
dengan
digunakan
oleh
peneliti karena penelitian ini mengkaji Internalisasi nilai kebudayaan Sunda siswa dalam program Rebo Nyunda di SMA Pasundan 1 Bandung. Selain itu, pendekatan kualitatif supaya informasi yang diterima lebih mendalam.
Selain karena kebudayan Sunda
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang, yakni 5 orang siswa kelas 10, 5 orang siswa kelas 11, Wakil
Kepala
Sekolah
(wakasek)
kurikulum, wakasek kesiswaan, Guru, dan
pembina
pencak
silat
SMA
penelitian
pada
individu
dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan (field note). Sedangkan untuk teknik analisis dengan penyajian data (Data Display). Data yang telah diperoleh diolah dan dicek kebenarannya dengan perpanjangan
juga
diperlukan
pengamatan
dan
usaha
pelestarian
terhadap kebudayaan tersebut agar tetap eksis khususnya di kalangan masyarakat satunya
Pasundan 1 Bandung. Data
adalah salah satu kebudayaan tertua,
Sunda
adalah
sendiri,
dengan
salah
program-
program Pemerintah di Jawa Barat, terutama di Bandung kini telah hadir program Rebo Nyunda. Program Rebo Nyunda adalah program mingguan dari pemerintah yang digagas karena kekhawatiran akan lunturnya budaya Sunda di Jawa Barat. Program ini juga sebagai salah satu
159 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
usaha pemerintah Kota Bandung dalam mengimplementasikan
Peraturan
Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa setiap hari Rabu warga Kota Bandung diharuskan berkomunikasi dalam Bahasa Sunda dan Perda Kota Bandung Nomor 9 Tahun
2012
pemeliharaan,
tentang dan
penggunaan, pengembangan
Bahasa, sastra dan Aksara Sunda. Selain
bahasa,
masyarakat
Bandung, khususnya bagi para pelajar dihimbau juga untuk menggunakan pakaian adat Sunda, yakni kebaya dan kain batik sebagai bawahan bagi perempuan, serta menggunakan iket kepala dan pangsi bagi laki-laki. Menurut Mufti (2014) dibalik Prog ram Rebo Nyunda, pesan yang ingin di sampaikan Walikota Bandung adalah: “Kebudayaan dan ciri khas da erah yang harus dilestarikan, t erutama oleh generasi muda y ang masih penuh dengan sema ngat agar nantinya tidak hilan g dan tercampur dengan buda ya lain yang lebih modern sehi ngga melupakan asal-usul”. H al ini disampaikan oleh Walik ota Bandung, Ridwan Kamil m elalui wawancara di Urbane A rsitektur Cigadung, Minggu 2 November 2014: “Jadi kita sedang menyiapkan cita-cita bahwa orang Bandung ini harus punya 2 hal, Harus punya daya kompetensi internasional
namun tetap kukuh dengan budaya daerahnya dan orang Bandung ini harus peduli dengan jati dirinya jangan sampai hilang nantinya. Kalo engga nanti orang bandung ini mirip-mirip dengan orang lainnya yang punya daya saing internasional tapi gak punya jati diri” (Hasil wawancara di Urbane Arsitektur Cigadung, Minggu 2 November 2014) Selain itu Ridwan Kamil ingin menyampaikan kepada pelajar Kota Bandung bahwa kebanggaan terhadap kebudayaan merupakan
daerah modal
sendiri untuk
itu
bersaing
dalam pergaulan internasional. Hal in disampaikan oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil melalui wawancara di Urban Arsitektur Cigadung, Minggu 2 November 2014: “Diharapkan pelajar di Kota Bandung kedepannya menjadi anak-anak yang keren, yang bangga terhadap Kota Bandung, yang percaya diri dalam pergaulan internasional namun tetap kukuh dan kuat kepada Budaya Sundanya. Kalau kamu modern doang, itu menurut saya biasa aja. Kalo kamu modern tapi someah dan tau budaya itu kan keren. Itu mimpi generasi baru orang Bandung”. (Hasil wawanara di Urbane Arsitektur Cigadung, Minggu 2 November 2014) Berdasarkan pesan yang
160 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
disampaikan Ridwan Kamil melalui
pula
program
kaitannya
tersebut dari media sosial dan karena
dengan implementasi program Rebo
mengamati lingkungan sekolah, salah
Nyunda
menumbuhkan
satunya banyak PNS yang memakai
pendidikan kearifan lokal siswa di era
pakaian adat Sunda dan berbahasa
modern dapat diartikan sebagai suatu
Sunda pada hari Rabu.
proses
Rebo
Nyunda
dalam
menjadikan
mendapatkan
informasi
(kognitif,
Pengetahuan tentang apa saja yang
afektif, dan psikomotor) berada di
diaplikasikan dari program tersebut,
dalam diri manusia (Setiawan dalam
kelas 10 dan 11 memiliki kesamaan
Yuliantini, 2015, hlm. 16). Hal ini
yakni siswa-siswi tersebut berpendapat
senada pula dengan yang telah diatur
bahwa program Rebo Nyunda adalah
dalam Permendikbud no 81A tahun
dimana pada hari Rabu pemerintah
2013,
menghimbau untuk memakai pakaian
dalam
Muatan
Lokal
nilai
yang
langkah
Pelaksanaan
butir ke
5,
yang
adat dan bahasa Sunda, dan siswa pun
berbunyi: Proses pembelajaran muatan
baik
lokal mencakup empat aspek (kognitif,
mengetahui bahwa program tersebut
afektif, psikomotor, dan action), berikut
adalah program untuk mengembangkan
analisis hasil temuan, observasi dan
kebudayaan Sunda di Jawa Barat,
studi pustaka peneliti:
khususnya Kota Bandung.
1.
2.
Secara Kognitif Secara Kognitif siswa kelas 11
dari
kelas
10
maupun
11
Secara Afektif Secara afektif, kepedulian terhadap
memiliki sumber yang lebih beragam
pengembangan
dari kelas 10 dalam mendapatkan
kebudayaan Sunda dalam Program
informasi
Rebo
Rebo Nyunda begitu beragam dari
Nyunda, dapat terlihat bahwa pada
setiap angkatan yang diteliti. Kelas 10
kelas 10, siswa mengetahui program
masih sebagian kecil yang memiliki
Rebo Nyunda hanya dari sekolah saja,
keinginan
baik itu sejak SMP atau ketika sudah
kebudayaan Sunda yakni hanya 2
berada di SMA Pasundan 1 Bandung,
diantara 5 siswa yang diteliti dan 3
sedangkan
orang lagi masih masih perlu waktu
tentang
mengetahuiprogram
progam
kelas Rebo
11 Nyunda,
tidak hanya darisekolah, namun ada
untuk
terutama
untuk
memiliki
nilai-nilai
mengembangkan
keinginan
dalam
mengembangkan kebudayaan Sunda.
161 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
Untuk kelas 11, dari 5 orang yang
Secara Psikomotor, baik kelas 10
diteliti dalam kepeduliannya terhadap
maupun 11 belum seluruhnya dapat
nilai-nilai budaya Sunda, 5 siswa
memakai pakaian adat dan bahasa
tersebut memiliki keinginan untuk
Sunda pada hari Rabu secara konsisten.
dapat
Karena selain kebiasaan di sekolah,
mengembangkan
kebudayaan
Sunda dengan cara masing-masing. 2
kebiasaan
dalam
orang siswa kelas 11 menambahkan
memakai
pakaian
bahwa tidak hanya program dari etnis
lingkungan keluarga pun dari setiap
Sunda
angkatan berbeda-beda.
saja
yang
seharusnya
dikembangkan, namun berbagai etnis di
seluruh
Indonesia
hal
adat
Sunda
psikomotor,
latar
untuk
mempengaruhi siswa, 4 orang siswa
kebudayaannya
dari kelas 10 berasal dari etnis Sunda
masing-masing. Kelas 10 berpendapat
sering memakai bahasa Sunda saat
bahwa mereka masih perlu proses
berkomunikasi bersama keluarganya,
waktu untuk memiliki keinginan dalam
sedangkan 1 siswa yang berasal dari
mengembangkan kebudayaan Sunda,
etnis Sunda dan Jawa, ketika di rumah
karena
sering
mengembangkan
beberapa
faktor,
yakni
memakai
pun
di
belakarng
program
keluarga
dan
harus
memiliki
pun
Dalam
berbahasa
bahasa
sangat
campuran
kesadaran dari siswa sendiri untuk
antara bahasa Sunda dengan bahasa
memakai pakaian dan bahasa Sunda
Indonesia. Begitu pun dengan kelas 11,
masih
3 orang siswa sering memakai bahasa
kurang
yang
tidak
dapat
dipaksakan dan terkadang karena faktor
Sunda
lingkungan yang kurang mendukung
keluarga karena berasal dari keluarga
untuk
asli Sunda, 1 siswa memakai bahasa
siswa
ikut
mengembangkan
kebudayaan Sunda.
campuran
Program Rebo Nyunda sendiri sebagai
program
untuk
komunikasi
antara
Sunda
dengan
dengan
Indonesia dengan keluarganya karena
pengembangan
berasal dari etnis Sunda dan Jawa, dan
kebudayaan Sunda, baik kelas 10
1 orang lagi sangat jarang memakai
mapun 11 memiki kesamaan pendapat,
bahasa Sunda, karena keluarga berasal
bahwa program Rebo Nyunda tersebut
dari
sudah bagus.
Sedangkan untuk pakaian adat Sunda
3.
sendiri baik siswa dari kelas 10
Secara Psikomotor:
Kalimantan
dan
Padang.
162 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
maupun 11 menggunakan pakaian adat Sunda pada acara-acara tertentu saja. Maka dari itu perlunya proses sosialisasi
dan
juga
tahapan
pembelajaran bagi siswa-siswi SMA Pasundan
1
Bandung
dalam
implementasi program Rebo Nyunda dalam
menumbuhkan
pendidikan
kearifan lokal siswa di era modern, sehingga siswa dapat menemukan jati diri sebagai orang Sunda. Berdasarkan wawancara, observasi
hubungan interaktif dimana seorang dapat mempelajari kebutuhan sosial dan kultural yang menjadikan sebagai anggota masyarakat. Hal ini tampak bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar kepada seseorang agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, agar nanti dapat hidup di masyarakat dengan layak. Karena itu, sosialisasi merupakan proses belajar bagi seseorang.” Karena proses sosialisasi dalam keluarga
dan
sekolah
tersebut,
dan studi pustaka yang penulis lakukan,
menjadikan siswa termotivasi untuk
terdapat
dan
mengembangkan pendidikan kearifan
program
lokal siswa di era modern, seperti
Rebo Nyunda dalam menumbuhkan
halnya dalam keluarga 5 dari 10 siswa
pendidikan kearifan lokal siswa di era
yang
modern yang dianalisis sebagai berikut:
memiliki etnis Sunda asli, dimana
1.
keseharian memakai bahasa Sunda dan
faktor
penghambat
pendorong
implementasi
Faktor pendorong Faktor
pendorong
berasal
dari
keluarga
yang
internalisasi
kebiasaan hidup masyarakat Sunda,
nilai kebudayaan Sunda siswa dalam
sehingga siswa pun sudah terbiasa
program Rebo Nyunda dalam hal
dengan berbicara bahasa Sunda karena
berpakaian adat Sunda dan berbahasa
keluarga
Sunda tidak terlepas dari pengaruh
mengembangkan kebudayaan Sunda.
sosialsasi yang diberikan oleh keluarga,
Siswa K yang salah satu anggota
maupun
keluarganya
sekolah.
Penanaman
nilai
siswa
tersebut
adalah
dosen
ikut
bahasa
melalui sosialisasi tersebut selaras juga
Sunda yang sedang mengembangkan
dengan
Young
kebudayaan Sunda, sehingga siswa pun
(dalam Ary H. Gunawan (dalam Idi,
ikut termotivasi dan siswa L yang
2014, hlm 99))
disebabkan
pernyataan
kimbal
tentang sosialisasi,
yakni:
orang
tuanya
yang
memiliki kegemaran nyinden, sehingga “Sosialisasi
merupakan
siswa
tersebut
pun
mengalami
163 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
keinginan untuk mengikuti kegemaran
belum terbiasa memakai baju adat
orang tuanya.
Sunda, ada pula yang berpendapat
Pada
lingkungan
pun
bajunya dirasa kurang nyaman karena
terdapat sosialisasi, dimana terdapat
ukurannya sudah kekecilan sehingga
program-program sekolah yang mana
tidak ingin memakainya kembali, ada
sebelum adanya program Rebo Nyunda
pula siswa yang berpendapat bahwa
telah melaksanakan program-program
pakaian adat Sundanya sering hilang di
ke-Sundaan, salah satunya dengan
sekolah.
ekskul-ekskul yang mengembangkan
siswa tersebut tidak memakai baju adat
kebudayaan
Sunda kembali
Sunda
sekolah
seperti
ekskul
Sehingga
motivasi
mengakibatkan
angklung dan pencak silat, acara-acara
Selain
OSIS, seperti Mojang, Jajaka dan
sosialisasi
Festival Budaya. Selain itu, sekolah
sebagian atau seluruhnya berasal dari
pun mengadakan acara khusus di
luar etnis Sunda, meskipun berada di
lingkungan SMA Pasundan 1 Bandung
Jawa Barat kebiasaan yang dipakai
dalam
diri keluarga
siswa, yang
untuk launching program Rebo Nyunda. adalah kebiasaan sukunya. Seperti 2.
Faktor Penghambat.
siswa N yang keluarganya berasal dari
Selain faktor pendorong karena
Kalimantan dan Padang, juga siswa R
sosialisasi dari keluarga dan sekolah,
yang berasal dari etnis Sunda dan Jawa.
ada pula faktor penghambat nilai
Sosialisasi menurut pendapat Idi ( 2014,
kebudayaan
hlm. 100) adalah :
Sunda
dimana
proses
implementasi program Rebo Nyunda dalam
menumbuhkanpendidikan
kearifan lokal siswa di era modern masih belum bisa terlaksana dengan maksimal, beberapa diantaranya karena masih
kurangnya
mengembangkan
motivasi
untuk
nilai-nilai
kebudayaan Sunda pada siswa. Faktor internal dalam diri siswa yang masih memiliki berbagai alasan pribadi,
siswa
berpendapat
masih
“Menunjukkan pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah orang lain. Setiap orang akan memperoleh proses belajar tentang kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat beragam aturan, norma dan tradisi. Proses ini bertujuan agar seorang dapat menjalani hidup di tengah masyarakat secara layak. Seorang, dalam hal ini, perlu memperoleh beragam pengetahuan tentang
164 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
masyarakat melalui proses pembelajaran sosial. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi dapat diartikan sebagai sesuatu di dalam masyarakat agar nanti dapat hidup dengan layak di tengah masyarakat”. Jika sosialisasi terhambat, maka siswa pun akan kesulitan untuk dapat mengimplementasikan program Rebo Nyunda
dalam
menumbuhkan
Begitu pun di lingkungan luar sekolah siswa menyatakan lingkungan di luar sekolah yang kini telah berada pada era globalisasi yang tidak bisa dihindarkan, bahwa ada kebudayaan jauh
lebih
modern
dari
kebudayaan Sunda, menjadikan siswa menjadi kurang terbiasa dengan bahasa
Hal tersebut sejalan pula dengan yang disampaikan oleh Soekanto (1990, hlm. 385) dalam kajian disintegrasi dalam modernisme, bahwa “Aktivitasuntuk
mengisi
waktu
senggang yang biasanya berhubungan erat
dengan
upacara
dan
tradisi,
menjadi pudar dengan perkembangan teknologi”.
Lebih lanjut Soekanto
berpendapat bahwa “Ada kemungkinan bahwa
modernisasi
bertentangan
dengan kebudayaan yang ada atau memerlukan
pola-pola
Kecuali
kemungkinan
itu,
bahwa
ada
unsur-unsur
tertentu dari modernisasi menggantikan unsur-unsur tertentu dari modernisasi menggantikan unsur-unsur yang lama.” (Soekanto 1990, hlm. 386) Adapun mengenai ketimpangan perubahan
unsur-unsur
sosial
di
sampaikan oleh Ogburn (dalam Setiadi
menyatakan bahwa: “Perubahan teknologi akan lebih cepat di banding dengan perubahan pada perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan
manusia.
Teknologi
biasanya menghasilkan kejutan budaya yang pada akhirnya memunculkan
dan pakaian adat Sunda.
aktivitas
ada.
dan Kolip, 2011, hlm. 618) yang
pendidikan kearifan lokal.
yang
belum
baru
yang
pola–pola
perilaku
yang
baru,
meskipun terjadi konflik dengan nilainilai tradisional”. ”Globalisasi dapat didefinisikan sebagai
penyebaran
kebiasaan-
kebiasaan yang mendunia, ekspansi hubungan
yang
melintasi
benua,
organisasi kehidupan sosial pada skala global,
dan
pertumbuhan
sebuah
kesadaran global bersama. Gagagasan mengenai
globalisasi
mencakup
sejumlah proses transnasional yang dipisahkan satu sama lain walaupun
165 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
mereka dapat dilihat sebagai sebuah hal
memang tidak bisa dihindari oleh
yang
mengglobal
dalam
capaian
berbagai
telah
menjadi
khususnya di Indonesia, maka dari itu
perhatian besar kalangan
pebisnis,
diperlukan cara agar kebudayaan Sunda
khususnya dengan kemunculan pasar-
tetap menjadi jati diri masyarakat Jawa
pasar global dan berbagai teknologi
Barat, sebagaimana pesan yang ingin
yang menyertainya.
disampaikan Walikota Bandung lewat
mereka.
Globalisasi
Sejalan dengan hal tersebut, dalam program Rebo Nyunda, masyarakat
lapisan
masyarakat,
program Rebo Nyunda. C. SIMPULAN DAN SARAN
dihimbau untuk menggunakan pakaian
Berdasarkan temuan dan analisis
adat dan bahasa Sunda. Dalam unsur-
dalam penelitian tentang internalisasi
unsur universal yang merupakan isi
nilai kebudayaan sunda siswa dalam
dari semua kebudayaan yang ada di
program
dunia ini menurut Koentjaraningrat
Pasundan 1 Bandung, sebagaimana
(2015)
yang telah diuraikan dalam bagian hasil
1.
Sistem
religi
dan
upacara
keagamaan, 2.
Sistem
dan
Rebo
Nyunda
pembahasan,
di
maka
SMA
dapat
disimpulkan dalam beberapa aspek, dan
organisasi
diantaranya tahapan internalisasi nilai
kemasyarakatan
kebudayaan
3.
Sistem Pengetahuan
program
4.
Bahasa,
pendorong
5.
Kesenian
implementasi nilai kebudayaan Sunda
6.
Sistem mata pencaharian hidup,
siswa, dan cara yang dilakukan pihak
7.
Sistem teknologi dan peralatan,
sekolah dalam menanamkan nilai-nilai
Bahasa menempati nomor urut 4,
kebudayaan Sunda melalui program
dimana susunan dari atas kebawah merupakan menggambarkan
susunan unsur-unsur
sunda Rebo
siswa
dalam
Nyunda,
faktor
dan
penghambat
Rebo Nyunda.
yang
Tahap
yang
Kebudayan
Implementasi Sunda
Siswa
Program
mudah berubah.
Pasundan 1 Bandung, berada pada masyarakat
yang
sedang mengarah kepada modernisme
Nyunda
di
dalam
paling sulit berubah kepada yang
Kehidupan
Rebo
Nilai
SMA
tahap Transaksi Nilai, pada tahap ini masih
ada
beberapa
siswa
yang
166 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
kesulitan mengimplementasikan nilai
sebaiknya
kebudayaan Sunda, kemudian Guru
diperuntukkan
dan staff Sekolah sering memberikan
siswa-siswi saja namun alangkah
hubungan timbal balik kepada siswa
lebih baik jika semua siswa-siswi
yang belum menggunakan pakaian adat
SMA Pasundan 1 Bandung wajib
atau bahasa sunda pada hari Rabu yaitu
untuk
mengikutinya
sebagai
dengan
bentuk
pembelajaran
mengenai
mengingatkan
orangtua
kepada
sebagaimana
anaknya,
karena
kebudayaan mesti lahir dari kesadaran
tidak
hanya
bagi
sebagian
kebudayaan Sunda. c.
Bagi Pemerintah, dengan adanya
siswa itu sendiri, namun untuk timbal
himbauan
kepada
balik dari segi apresiasi bagi siswa
masyarakat
kota
melaksanakan program Rebo Nyunda
khususnya
pada
pelajar
untuk
belum maksimal.
memakai
pakaian
dan
bahasa
Berikut sejumlah saran yang dapat
sunda pada hari Rabu, diharapkan
diberikan :
pemerintah
a.
Bagi siswa, agar siswa dapat
masyarakat
mengimplementasikan
pengetahuan tentang kebudayaan
kebudayaan
Sunda
ke
dalam
Sunda,
Bandung,
memfasilitasi
untuk
salah
memiliki
satunya
melalui
dirinya sebagai jati diri orang
aplikasi dalam smartphone, karena
Sunda,
dengan
seperti yang kita ketahui pada saat
memperkaya pengetahuan tentang
ini, masyarakat sudah sulit terlepas
kebudayaan Sunda, baik melalui
dari
bahan bacaan atau menyaksikan
adanya
dan
dimanfaatkan
dapat
ikut
dimulai
bergabung
program-program
b.
nilai-nilai
juga
seluruh
dalam
pengembangan
smartphone-nya.
Dengan
smartphone
dapat untuk
mempermudah
masyarakat
kebudayaan Sunda secara langsung,
memperkaya pengetahuan tentang
misalnya
mengikuti
kebudayaan Sunda, dalam aplikasi
ekstrakurikuler budaya Sunda, atau
tersebut dapat disediakan konten-
bergabung dalam komunitas Sunda.
konten kebudayaan Sunda, mulai
Bagi Pihak SMA Pasundan 1
dari tujuh unsur kebudayaan, yakni
Bandung, ekstrakurikuler budaya
sistem
Sunda, seperti angklung, karawitan,
kemasyarakatan,
dengan
religi,
sistem sistem
167 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
pengetahuan,
bahasa,
sistem
pencaharian,
mata
sistem
teknologi
kesenian, dan
Penelitian.
kebudayaan
Indonesia.
sunda, yang selanjutnya dapat disosialisasikan kepada masyarakat kota Bandung.
suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Bungin, Burhan (2012). Analisis Data Kualitatif.
Raja
(2010).
Research
Qualitative
Kencana. Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi
___________. (2010). Research Design Kualitatif, dan
Pengantar
Jakarta:
Rajawali Pers. Suryani, Elis (2011). Ragam Pesona
Indonesia
Publikasi Pemerintah
Publication
Kuantitatif,
Jakarta:
&
Quantitative Approach. London:
Pendekatan
Sosiologi.
Budaya Sunda. Bogor: Ghalia
Grafindo Persada. Jakarta
Design
Jakarta: PT Bumi Aksara
Suatu
Rineka Aksara
J.W.
Ghalia
Nasution. (2014) Sosiologi Pendidikan.
Pengantar
Arikunto, (2007). Prosedur penelitian
Creswell,
Jakarta:
Setiadi, Elly M & Kolip Usman. (2011).
D. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian
Nazir, Muhammad. (1988). Metode
Mixed.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ekadjati, Edi S. (2009). Kebudayaan
Republik
(2013).
Indonesia.
Peraturan
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 81
A
tentang
Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Sunda. Jakarta: PT Dunia Pustaka Pemerintah Republik Indonesia. (2012).
Jaya.
Peraturan Idi,
Abdullah.
(2014).
Sosiologi
Daerah
tentang
Nomor
9
penggunaan,
Pendidikan Individu, Masyarakat
Pemeliharaan,
dan
Pengembangan Bahasa, Sastra
Pendidikan.
Jakarta:
Rajawali Press Moleong,
J.X.
dan
dan Aksara Sunda. Bandung: (2012).
Metode
Pemerintah Republik Indonesia.
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal
168 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa
Edutech, Tahun 15, Vol.15, No.2, Juni 2016
Dienaputra,
Reiza
D.
(2003)
Penggunaan Bahasa Sunda di
Kebudayaan Sunda: Antara mitos
Lingkungan SMA Yayasan Atikan
dan Realitas
Sunda YAS Bandung) . Bandung:
Bandung:Universitas Padjajaran
Universitas Pendidikan Indonesia
Mufti, Hagia Putri (2014) Sosialisasi Program Rebo Nyunda Oleh Ridwan Kamil (Studi Kasus Di
Kalangan
Pelajar
Kota
Bandung). Bandung Skripsi Andriana, Novik (2015). Penggunaan Bahasa
Sunda
Sebagai
alat
Interaksi Sosial pada Siswa SMA yang Berlatar Belakang Sunda (Studi
Deskriptif
Terhadap
Fitriyani, Annisa. (2015). Peran Keluarga dalam Mengembangkan Nilai Budaya Sunda (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bndung). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Yuliantini, Nunung. (2015). Internalisasi sikap positif melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa inggris (Studi kasus di madrasah tsanawiyah Negeri Subang) . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
169 Implementasi Program Rebo Nyunda Dalam Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa