Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI JAHE MERAH (Zingiber officinale varian rubrum) TERHADAP TOTAL BAKTERI DAN DAYA AWET NAGET BABI THE EFFECT OF VARIOUS CONCENTRATIONS OF RED GINGER (Zingiber officinale varian rubrum) ON TOTAL BACTERIA AND SHELF LIFE OF PORK NUGGET Dorothea Radityas Moelyosusanto*, Hendronoto A.W. Lengkey**, Lilis Suryaningsih** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai “Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe Merah (Zingiber officinale varian rubrum) terhadap Total Bakteri dan Daya Awet Naget Babi” telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi dan Pengolahan Produk Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran pada bulan November 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh berbagai konsentrasi dan menentukan konsentrasi bubuk jahe merah (Zingiber officinale varian rubrum) yang tepat untuk menghasilkan total bakteri terendah dan daya awet naget babi yang terbaik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat lima macam perlakuan (P1 = 0,0%, P2 = 0,5%, P3 = 1,0%, P4 = 1,5%, dan P5 = 2,0%) dengan empat ulangan. Untuk mengetahui gambaran penurunan dan peningkatan respon terhadap penggunaan bubk jahe merah, maka dilakukan uji polinomial orthogonal. Hasil penelitian penggunaan bubuk jahe merah 2% merupakan konsentrasi terbaik untuk menghasilkan total bakteri terendah dan daya awet naget babi yang terlama mengalami awal kebusukan. Kata Kunci: naget babi, bubuk jahe merah, total bakteri, daya awet, uji polinomial orthogonal ABSTRACT The research on “The Effect of Various Concentrations of Red Ginger (Zingiber officinale varian rubrum) powder, on Total Bacteria and Shelf Life of Pork Nugget” was conducted at the “Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran”, on November 2014. The aims of this study is to determine the influence of various concentrations of red ginger powder (Zingiber officinale variant rubrum) on total bacteria and shelf life pork nugget, and to determine the best concentration of red ginger powder (Zingiber officinale variant rubrum) which can gives the lowest total bacteria and the longest shelf life of pork nugget. The study was conducted based on Completely Randomized Design (CRD) with five treatments (P1 = 0.0%, P2 = 0.5%, P3 = 1.0%, P4 = 1.5%, and P5 = 2.0%) with four replications. To describe the response of red ginger powder concentration (decrease and increase of total bacteria and the shelf life), were used orthogonal polynomial test. Results indicated that 2% red ginger powder is the best concentration to decreased the total bacteria and to increased the pork nugget shelf life. Keyword: pork nugget, red ginger, total bacteria, shelf life, orthogonal polynomial
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. PENDAHULUAN Ternak babi merupakan salah satu hewan yang diternakkan untuk memperoleh dagingnya guna memenuhi kebutuhan protein manusia. Menurut Badan Pusat Statistik (Badan Pusat Statistik BPS, 2013) data populasi ternak babi di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya, rata-rata sebesar 1,54% dari tahun 2000 sampai 2013, dengan demikian daging babi memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan daging terutama untuk konsumen non muslim, sehingga mengurangi tingkat kebutuhan daging sapi. Daging babi mengandung protein, lemak, kabohidrat, dan mineral. Kandungan nutrisi yang tinggi disertai tingginya kadar air mengakibatkan daging babi mudah mengalami kerusakan (Soeparno, 2009). Kerusakan daging dapat disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme pembusuk, akibatnya daging menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Agar daging babi tidak mudah rusak oleh mikroorganisme dan untuk memperpanjang daya simpan maka perlu dilakukan proses pengolahan. Produksi daging babi dan olahannya di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 2,21% dari tahun 2011 sampai 2013 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Daging babi, dapat dikonsumsi setelah diolah baik secara tradisional ataupun diolah dengan cara-cara pengolahan secara industri menjadi produk olahan misalnya bakso, atau naget. Walaupun umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan naget adalah daging ayam, daging sapi, dan ikan, tetapi untuk menambah variasi, daging babi dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan naget terutama untuk konsumen tertentu. Menurut Badan Standardisasi Nasional - BSN (2002), naget adalah produk olahan daging yang dicetak, dimasak, dan dibekukan; dibuat dari daging giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bumbu masak dan bahan tambahan yang diizinkan. Naget mudah dijumpai di pasar modern ataupun tradisional. Dalam penyimpanan, naget harus disimpan pada suhu rendah, agar daya simpannya cukup lama. Selain suhu rendah, untuk menambah daya simpan, dalam pengolahannya dapat ditambahkan bahan pengawet alami, seperti bumbu-bumbu. Salah satu bumbu yang dapat digunakan adalah jahe merah. Tanaman jahe merah merupakan salah satu jenis tanaman rempah yang dibudidayakan di Indonesia. Jahe merah dikenal juga sebagai jahe sunti, memiliki rasa yang sangat pedas dan aroma yang sangat tajam sehingga sering dimanfaatkan untuk pembuatan minyak jahe, bahan obat-obatan, dan bahan pengawet. Jahe merah memiliki rimpang yang berwarna kemerahan dan lebih kecil
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. dibandingkan ukuran jahe lainnya, memiliki serat yang kasar, biasa dipanen setelah berumur 9 sampai 11 bulan (Koswara,1995). Menurut Sri dan Suyanti (2012), jahe merah mengandung minyak atsiri yang sangat tinggi dibandingkan dengan jenis jahe lainnya. Selain minyak atsiri, jahe merah mengandung vitamin, lemak, protein, dan oleoresin. Jahe merah dapat dijadikan sebagai antimikroba alami karena adanya pengaruh zat zingeron dan gingerol yang merupakan senyawa turunan metoksi fenol dalam oleoresin jahe dan menyebabkan rasa pedas yang disebabkan oleh senyawa keton (Tim Lentera,2002). Jahe merah dapat mengawetkan dan menambah masa simpan produk makanan. Menurut Soewarno (1990), daya awet adalah ketahanan makanan terhadap mikroba pembusuk. Untuk mengukur daya awet perlu dilakukan uji kebusukan. Daya awet makanan sangat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mikroorganisme yang ada di dalam bahan makanan tersebut, terutama ada tidaknya mikroorganisme pembusuk. Semakin banyak mikroorganisme pembusuk yang hidup maka daya simpan bahan makanan makin singkat. Untuk dapat mengontrol mikroorganisme dalam suatu makanan maka dapat dilakukan uji total bakteri, sehingga diketahui apakah makanan tersebut masih layak untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh berbagai konsentrasi bubuk jahe merah (Zingiber officinale varian rubrum) terhadap total bakteri dan daya awet naget babi dan menentukan konsentrasi bubuk jahe merah (Zingiber officinale varian rubrum) yang tepat untuk menghasilkan total bakteri dan daya awet naget babi yang terbaik.
BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian : (1) Daging babi sebanyak dua kilogram, (2) Bubuk jahe merah (Zingiber officinale varian rubrum), (3) tepung maizena, (4) garam dapur, (5) gula pasir, (6) merica bubuk, (7) bawang putih, (8) tepung roti, (9) minyak goreng, (10) minyak jagung, (11) akuades (12) larutan Pb-asetat, (13) nutrien agar, (14) NaCl fisiologis. Peralatan yang digunakan dalam penelitian : (1) Timbangan Analitik Sartorius tipe TE2145, (2) Timbangan Electronik SF-400, (3) Food Processor Panasonic MK-5075M, (4) Termometer Krisbow KW06-308, (5) Pisau, (6) Talenan, (7) Square Cutter untuk memotong naget dalam bentuk dan ukuran tertentu, (8) Penggorengan, (9) Kompor, (10) Baskom, (11) Incubator Jeio Tech tipe IB-05G, (12) Autoclave Raypa tipe Sterilclave-75, (13) Bactery Colony Counter Funke Gerber,
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. (14) Gelas ukur Pyrex 500ml, (15) Erlenmeyer Pyrex 100ml, (16) Mortar-Pastle, (17) Kertas saring Whatman 41, (18) Mikro pipet dan pipet tetes, (19) Tabung reaksi dan rak, (20) Cawan Petri, (21) Pisau, (22) Gelas Plastik, (23) Kertas label. Prosedur penelitian yang digunakan : (1) 2 (dua) kg daging babi dipotong--potong kecil untuk memudahkan penggilingan; menjadi masing masing sebanyak 100 gram, sehingga didapatkan 20 unit percobaan. (2) Penggilingan menggunakan food processor selama 30 detik sambil ditambahkan es batu, maksimum 5% dari berat daging. (3) Tambahkan tepung maizena sebanyak 5% dari berat daging babi. (4) Tambahkan bubuk jahe merah; sesuai dengan perlakuan (0,0%, 0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0%) berdasarkan berat daging babi. (5) Masukkan ke dalam adonan, bumbu–bumbu berupa 4% susu skim, 2% bawang putih, 1% merica bubuk, 1% gula pasir, 4% minyak jagung, dan 2% garam dapur, masing-masing berdasarkan berat total adonan. (6) Daging, tepung maizena, bubuk jahe merah dan bumbu-bumbu dilembutkan dan diaduk menggunakan food processor selama 1 menit agar bahanbahan tercampur baik dan menjadi lebih halus, merupakan adonan untuk pengolahan naget babi. (7) Cetak adonan dengan ukuran 4cm x 4cm x 1,2cm menggunakan square cutter. (8) Buat bahan perekat berupa tepung maizena 80 gram yang dilarutkan dengan air 100 ml, berfungsi untuk merekatkan adonan dengan tepung roti. Celupkan potongan adonan yang sudah dicetak ke dalam perekat, angkat, lalu gulingkan di atas tepung roti hingga merata di seluruh permukaan adonan. (9) Penggorengan awal menggunakan minyak panas dengan suhu antara 180-198oC selama 30-45 detik, berfungsi untuk melekatkan adonan, bahan perekat dan tepung roti serta menghindari terjadinya produk matang sebagian. Tiriskan naget dan dinginkan dalam suhu rungan, lalu disimpan dalam freezer (-18oC) selama 4–5jam. (10) Kemudian dilakukan pengujian terhadap total bakteri dan daya awet naget babi mengikuti tata letak percobaan. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 (lima) perlakuan berupa persentase bubuk jahe merah; dihitung berdasarkan berat daging babi dan setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Adapun perlakuan percobaannya adalah sebagai berikut P1 = Bubuk Jahe Merah 0% dari Berat Daging Babi, P2 = Bubuk Jahe Merah 0,5% dari Berat Daging Babi, P3 = Bubuk Jahe Merah 1,0% dari Berat Daging Babi, P4 = Bubuk Jahe Merah 1,5% dari Berat Daging Babi, P5 = Bubuk Jahe Merah 2,0% dari Berat Daging Babi. Untuk mengetahui gambaran secara umum kecenderungan terjadinya peningkatan
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. ataupun penurunan respon akibat perlakuan yang diberikan, maka dilakukan Uji Polinomial Ortogonal, hubungan fungsional antara peragam (variable) bebas Y dan peragam tak bebas X secara polinomial (Kemas, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Total Bakteri Naget Babi Pengaruh perlakuan terhadap total bakteri naget babi dengan penambahan berbagai tingkat konsentrasi bubuk jahe merah, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Perlakuan tehadap Total Bakteri Naget Babi Perlakuan Ulangan P1 P2 P3 P4 P5 4 ----------------------------- (x10 ) cfu/gr ----------------------------I 241,44 214,41 176,58 165,45 110,00 II 255,86 184,68 166,67 141,44 77,27 III 242,34 224,32 172,97 138,18 120,00 IV 285,59 237,84 167,57 156,36 88,18 Jumlah 1025,23 861,25 683,79 601,43 395,45 Rata-rata 256,31 215,31 170,95 150,36 98,86 Keterangan : P1 = Penambahan bubuk jahe merah 0,0% dari berat daging babi P2 = Penambahan bubuk jahe merah 0,5% dari berat daging babi P3 = Penambahan bubuk jahe merah 1,0% dari berat daging babi P4 = Penambahan bubuk jahe merah 1,5% dari berat daging babi P5 = Penambahan bubuk jahe merah 2,0% dari berat daging babi Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi persentase bubuk jahe merah yang diberikan, maka total bakteri menjadi lebih rendah. Rataan total bakteri naget babi paling rendah diperoleh pada penambahan bubuk jahe merah 2,0% dari berat daging babi (P5) yaitu 98,86x104 cfu/gram dan paling tinggi diperoleh pada perlakuan yang tidak menambahkan bubuk jahe merah (P1) yaitu 256,31 x104 cfu/gram. Hasil uji polinomial ortogonal terhadap total bakteri naget babi pada berbagai persentase bubuk jahe merah hasilnya berpengaruh nyata (P<0,05) mengikuti persamaan regresi linier dengan pola kecenderungan yang menurun, dengan persamaan Y = 254,33-75,969x dan tingkat determinasi R2 = 98,82%. Tingkat determinasi yang tinggi menunjukkan bahwa persamaan yang digunakan dapat menjadi suatu persamaan penduga terbaik untuk mengetahui total bakteri naget babi (Ilustrasi 1).
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M.
Ilustrasi 1. Grafik Persamaan Linier Total Bakteri Naget Babi pada Berbagai Persentase Bubuk Jahe Merah. Penambahan bubuk jahe merah menghasilkan total bakteri naget babi yang cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi bubuk jahe merah.
Total bakteri naget dengan
konsentrasi 2% dapat menurunkan jumlah bakteri yang terendah dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal ini disebabkan karena makin tinggi konsentrasi bubuk jahe merah akan diikuti dengan meningkatnya senyawa antimikroba, sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan mikroorganisme dalam naget babi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Hwang dkk. (2014); pemberian bubuk jahe hingga 3% dapat menekan pertumbuhan total bakteri, menjadi sebesar 2,02±0,19 log CFU/gram terhadap produk babi olahan matang (pork jerky). Selain itu, pemberian ekstrak jahe pada produk olahan daging domba matang (lamb patties) yang disimpan pada suhu 4oC, pertumbuhan mikroorganisme dapat ditekan, hingga pada penyimpanan hari ke sembilan jumlahnya sebanyak 4,84±0,312 log CFU/gram, disebabkan karena adanya senyawa antimikroba di dalam jahe yang dapat menekan pertumbuhan bakteri (Ibrahim, dkk., 2010). Dengan demikian, jahe merah dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami, karena jahe memiliki senyawa antimikroba, hal ini sesuai dengan hasil penelitian I Nengah, dkk,.(2013); yang mengatakan bahwa kandungan zingeron dan gingerol dalam jahe, dapat menekan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi jahe yang digunakan maka semakin berkurang total bakteri yang dihasilkan pada produk pangan, karena semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak kandungan minyak atsiri dan oleoresin di dalam produk pangan,
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. sehingga senyawa antimikroba dalam jahe meningkat, dan dapat menekan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Awet Naget Babi Pengaruh perlakuan terhadap daya awet naget babi dengan menggunakan penambahan berbagai konsentrasi bubuk jahe merah, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Perlakuan tehadap Daya Awet Naget Babi Perlakuan Ulangan P1 P2 P3 P4 P5 ------------------------------ Menit -----------------------------I 900,00 910,00 930,00 965,00 945,00 II 900,00 895,00 920,00 935,00 950,00 III 895,00 900,00 910,00 915,00 970,00 IV 875,00 900,00 925,00 955,00 950,00 Jumlah 3570,00 3605,00 3685,00 3770,00 3815,00 Rata-rata 892,50 901,25 921,25 942,50 953,75 Data pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa semakin tinggi persentase bubuk jahe merah yang ditambahkan pada saat pengolahan, maka semakin lama terjadinya waktu awal kebusukan. Rataan waktu awal kebusukan terlama terjadi pada perlakuan dengan konsentrasi bubuk jahe merah 2,0% dari berat daging (P5) yaitu 953,75 menit dan paling rendah pada naget babi tanpa penambahan bubuk jahe merah (P1) yaitu 892,50 menit. Hasil uji polinomial ortogonal terhadap awal kebusukan naget babi pada berbagai persentase bubuk jahe merah berpengaruh nyata (P<0,05) mengikuti persamaan garis linier dengan pola kecenderungan yang meningkat. Pendugaan waktu awal kebusukan naget babi digunakan persamaan linier Y= 889,49+32,75x dan tingkat determinasi R2 = 98,24%. Tingkat determinasi yang tinggi menunjukkan bahwa persamaan yang digunakan dapat menjadi suatu persamaan penduga terbaik untuk mengetahui daya awet naget babi (Ilustrasi 2). Pada Ilustrasi 2, menunjukkan bahwa titik optimum waktu awal kebusukan terdapat pada konsentrasi bubuk jahe merah 2,0% dari berat daging babi (P5) yaitu 953,75 menit (16 jam 29 menit). Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa naget babi yang belum dimatangkan dapat bertahan hingga 16 jam di dalam suhu ruangan, sebelum akhirnya mulai mengalami kerusakan. Berdasarkan persamaan regresi pada Ilustrasi 2 dapat diketahui bahwa penambahan bubuk jahe merah menghasilkan waktu awal kebusukan dengan pola kecenderungan meningkat; yaitu
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. semakin tinggi kadar bubuk jahe merah yang digunakan akan meningkatkan daya awet naget babi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ibrahim, dkk., (2010); bahwa jahe dapat memberikan masa penyimpanan sampai 9 hari terhadap produk olahan matang daging domba lamb patties; selain itu, menurut penelitian Hwang dkk. (2014), bubuk jahe juga dapat memberikan masa penyimpanan selama 4 minggu pada produk olahan matang pork jerky, disebabkan adanya senyawa antimikroba di dalam jahe yang dapat menekan pertumbuhan bakteri pembusuk. Pada Ilustrasi 2, diberikan garis persamaan linier awal kebusukan naget babi. Meningkatnya persentase bubuk jahe merah, maka awal kebusukan produk akan semakin lambat terjadi.
Ilustrasi 2. Grafik Persamaan Linier Awal Kebusukan Naget Babi dengan Berbagai Persentase Bubuk Jahe Merah Hal ini, sesuai dengan penelitian I Nengah,dkk. (2013), bahwa rempah-rempah berpengaruh terhadap lama penyimpanan dan total bakteri daging babi, karena senyawa antimikroba di dalam rempah-rempah dapat menekan pertumbuhan bakteri pembusuk. Antimikroba dalam jahe mempunyai mekanisme kerja untuk menghambat pertumbuhan mikroba bahkan mematikannya, dengan cara menghambat sintesa asam nukleat, menghambat sintesa dinding sel dan fungsinya, serta menghambat sintesis protein. Faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroba oleh bahan pengawet antara lain jenis bahan pengawet dan konsentrasinya, banyaknya mikroba dalam bahan pangan, keasaman bahan pangan, dan suhu penyimpanan (Wisnu, 2012). SIMPULAN Pemberian berbagai konsentrasi bubuk jahe merah (Zingiber officinale varian rubrum) memberikan pengaruh terhadap total bakteri dan daya awet naget babi. Semakin tinggi konsentrasi bubuk jahe merah yang digunakan maka akan menghasilkan total bakteri terendah dan daya awet
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. terlama. Konsentrasi 2% bubuk jahe merah (Zingiber officinale varian rubrum) merupakan konsentrasi terbaik, karena menghasilkan total bakteri terrendah (98,86x104 cfu/gram) dan daya awet terlama (953,75 menit) pada naget babi
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian kemudian mempublikasikannya dalam publikasi karya ilmiah Universitas Padjadjaran. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Hendronoto Arnoldus W. Lengkey, S.U., selaku pembimbing utama atas segala nasehat, ilmu dan bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyelesaian penulisan untuk jurnal penelitian; juga kepada Dr. Ir. Lilis Suryaningsih, M.Si., selaku pembimbing anggota atas segala diskusi, masukan dan nasehatnya dalam penyusunan jurnal penelitian. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik - BPS. 2013. Populasi Ternak (ekor) ,2000-2013. Available at : http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&i d_subyek=24%20¬ab12 (diakses pada 01 Agustus 2014, Jam 18.00WIB) Badan Standardisasi Nasional - BSN. 2002. Nugget Ayam (Chicken Nugget). SNI 01-6683-2002. Indonesia. Hal 1-5 Direktorat Jendral Peternakan - Ditjennak. 2013. Produksi Daging Babi Menurut Provinsi 20092013. Indonesia (diakses pada 1 Juli 2014, Jam 18.00WIB) Hwang, Eun Gyeong, Dong Yep Oh, Byung Ki Kim, and S. J. Kim. 2014. Effect of Storage and Supplementation with Gingger and Gingseng Powder on Volatile Basic Nitrogen, Aerobic Plate, and Sensory Evalution of Pork Jerky. Korean J. Food & Nutr. Vol. 27 No. 2 Hal 240248 Ibrahim, Hayam M., Azza A. Abou-Arab and Ferial M. Abu Salim. 2010. Addition of Some Natural Plant Extracts and their Effects on Lamb Patties Quality. Journal of Food Technology Vol.8 No. 3 Hal. 134-142 I Nengah Kerta Besung, N. M. Dwi Alita Wulandari, dan I.B.N. Swacita. 2013. Pengaruh RempahRempah dan Lama Penyimpanan Daging Babi terhadap Angka Lempeng Total Bakteri. Buletin Veteriner Udayana Vol.6 No.1 Hal.29-34 Kemas Ali Hanafiah, 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Hal. 69.
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Jahe ................................................................ Dorothea Radityas M. Koswara, Sutrisno. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Harapan. Jakarta. Hal.19-20, 28-35 Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM Press. Yogyakarta. Hal.100 Soewarno T. Soekarto. 1990. Dasar-Dasar Pengawasan dan Standardisasi Mutu Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 171-173 Sri Yuliana dan Suyanti Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Asiri. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 6-20, 85-89 Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. PT Agromedia Pustaka. Depok. Hal. 11-12 Wisnu Cahyadi. 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambah Pangan. Bumi Aksara. Jakarta. Hal. 5-8