2014
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN DAN BATANG SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA
THE EFFECT OF TREATMENT BY BROTH OF LEAVE AND STALK OF PIPER CROCATUM ON URIC ACID CONCENTRATION OF WHITE MICE WISTAR HIPERURICEMIA Sefi Megawati*, C. Mutiarawati, M. Caecilia, N. Setiawati H Jurusan Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang *Corresponding Author E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Hyperuricemia is an illness indicated by increasing concentration of exceeding uric acid beyond normal. Hyperuricemia will occur if there is over production on uric acid and its excretion is interfered. Piper crocatum, particularly its leave and stalk, is one of plant empirically used to decrease uric acid concentration in blood. This research is aimed to figure out the effect of treatment by broth of leave and stalk of Piper crocatum on uric acid concentration as well as to figure out effective dosage that is able to decrease uric acid concentration in blood of male white mouse row of wistar hyperuricemia. This research used 25 male white mice row of wistar hyperuricemia which into 5 groups, all of the mice’s uric acid concentration in their blood was measured on the zero day then they were conditioned being hyperuricemia by giving goat brain juice 3 ml/200 g/kg weight of body three times a day, then uric acid concentration in their blood were remeasured. Next group I, II, and III were given with broth of leave and stalk of Piper crocatum at 0.4095 g/kg weight of body; 0.8190 g/kg weight of body and 1.6380 g/kg weight of body twice a day. Group IV were given with alopurinol 12,6 g/kg weight of body, whilst group V were given with CMC Na 0,5%. The groups were treated during 14 days respectively while their uric acid concentration in their blood was measured on day 7 th and 14th after treatment. The result of uric acid concentration was analyzed using statistic method. Based on the research, broth of leave and stalk of Piper crocatum at dosage of 0.4095 g/kg weight of body; 0.8190 g/kg weight of body and 1.6380 g/kg weight of body twice a day could reduce the uric acid concentration in blood of white mice row of wistar hyperuricemia. The effective dosage of treatment using broth of leave and stalk of Piper crocatum in reducing uric acid concentration on testing animals is 1,6380 gram per kg body weight twice a day. Keywords: uric acid, Hyperuricemia, leave and stalk of Piper crocatum ABSTRAK Hiperurisemia merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia terjadi jika produksi asam urat berlebih dan ekskresi asam urat terganggu. Daun dan Batang Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) merupakan salah satu tanaman yang secara empirik digunakan masyarakat sebagai penurun kadar asam urat darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun dan batang sirih merah terhadap kadar asam urat darah dan untuk mengetahui dosis efektif yang dapat menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur wistar hiperurisemia. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok, semua tikus diukur kadar asam urat pada hari ke-0 dan kemudian dikondisikan hiperurisemia dengan pemberian jus otak kambing 3 ml/200 gram BB tiga kali sehari selama 10 hari, setelah itu diukur kembali kadar asam uratnya. Selanjutnya kelompok I, II, dan III diberi air rebusan daun dan batang sirih merah dengan dosis 0,4095; 0,8190 dan 1,6380 gram/kg BB dua kali sehari. Kelompok IV diberi suspensi alopurinol 12,6 gram/kg BB, kelompok V diberi CMC Na 0,5%. Masing-masing kelompok diberi perlakuan selama 14 hari dan diukur kadar asam uratnya pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan. Kadar asam urat yang Farmagazine
Vol. 1 No. 2
Agustus 2014
1
Sefi Megawati, C. Mutiarawati, M. Caecilia, N. Setiawati H
2014
diperoleh dianalisa secara statistik. Dari hasi penelitian, air rebusan daun dan batang sirih merah dosis 0,4095; 0,8190 dan 1,6380 gram/kg BB dua kali sehari dapat menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur wistar yang hiperurisemia. Dosis efektif air rebusan daun dan batang sirih merah yang mampu menurunkan kadar asam urat darah hewan uji adalah 1,6380 gram/kg BB dua kali sehari. Kata Kunci: asam urat, hiperurisemia, daun dan batang sirih merah PENDAHULUAN Asam urat sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit para raja" karena penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang enak-enak. Kini, asam urat bisa menimpa siapa saja yaitu para penggemar makanan enak. Kadar asam urat meningkat atau abnormal jika ekresi atau pembuangannya terganggu yaitu ketika ginjal tidak sanggup mengeluarkannya melalui air kemih. Penyebab lain adalah produksi asam urat berlebih akibat meningkatnya pembentukan purin dalam tubuh. Keadaan ini berkaitan dengan pola hidup masyarakat, terutama yang tinggal di daerah perkotaan. Alasannya, mereka telah mengalami perubahan pola hidup yaitu pola hidup orang kaya dengan konsumsi makanan serba mewah tetapi salah. Tidak ada waktu untuk sedikit bersantai apalagi berolahraga. Jika keadaan ini terjadi terus menerus, kesehatan tubuh akan menurun dan peredaran darah melemah, menyebabkan sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Hambatan atau gangguan pada peredaran darah ini juga menjadi pemicu timbulnya asam urat (Utami dan Lentera, 2005 : 26). Kadar asam urat darah normal pada manusia adalah sekitar 4 mg/dl, tergantung pada usia dan jenis kelamin (Ganong, 2000 : 292). Kadar asam urat pada laki-laki akan meningkat secara bertahap setelah masa pubertas, sedangkan pada wanita kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause kadar asam urat serum meningkat seperti pada pria. Kadar normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,0±1,0 mg/dl, sedangkan pada wanita
adalah 4,0±1,0 mg/dl. Kadar asam urat meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout (Price and Wilson, 2005 : 1403), sedangkan kadar hiperurisemia tikus putih adalah lebih dari 4,01 mg/dl (Mitruka dan Rawnsley, 1976) Hiperusemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Secara biokimiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Hiperurisemia secara ideal yaitu kadar asam urat di atas dua standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal. Namun secara pragmatis dapat digunakan patokan kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari lebih dari 6 mg/dl pada perempuan, berdasarkan berbagai studi epidemiologi selama ini (Hidayat, 2009 : 1). Saat ini allopurinol merupakan salah satu obat modern yang paling banyak digunakan untuk menghambat sintesa asam urat, namun allopurinol dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya sepeti nefropati, reaksi alergi, gangguan lambung dan peningkatan toksisitas 6-merkaptopurin dengan demikian diperlukan obat hipourisemik yang memiliki efektifitas dan keamanan yang lebih tinggi (Tjay dan Raharja, 2007 : 343). Sebagai alternatif, maka digunakan obat-obat tradisional. Dalam dunia pengobatan tradisional Indonesia, daun dan batang sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar asam urat darah. Kandungan kimia daun dan batang sirih merah adalah flavonoid, minyak atsiri, polifenol, alkaloid dan tanin. Flavonoid di dalam daun dan batang sirih merah diduga dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga pembentukan asam urat terhambat. Farmagazine
Vol. 1 No. 2
Agustus 2014
2
Sefi Megawati, C. Mutiarawati, M. Caecilia, N. Setiawati H
Bukti ilmiah mengenai pengaruh sirih merah dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah belum pernah dilakukan, untuk itu perlu dilakukan uji khasiat daun dan batang sirih merah sebagai anti hiperurisemia. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengujian pengaruh pemberian air rebusan daun dan batang sirih merah pada tikus putih jantan galur wistar yang dibuat hiperurisemia dengan diinduksi jus otak kambing.
METODE PENELITIAN Alat Timbangan digital, timbangan tikus, spuit oral (sonde), hematokrit, ephendrof, mikropipet ukuran 5-40 µl; 200-1000 µl, alat sentrifuge spektrofotometer Shimatzu 4010, kuvet dan alat–alat gelas (Pyrex).
Bahan Air rebusan daun dan batang sirih merah, hewan uji tikus putih jantan galur wistar dengan berat badan 200-300 gram umur 3-4 bulan, Suspensi allopurinol 1 mg/ml dengan dosis 12,6 mg/kgBB tikus, Suspensi CMC Na 0,5%, jus otak kambing 1 gram/ml dengan dosis 3 ml/200 gram BB tikus, reagen uric acid FS TBHBA dari dyasis, aquadest dan larutan asam urat standar 6 mg/dl.
Metode Pembuatan Bahan Peningkat Asam Urat Darah (Jus Otak Kambing) Bahan pembuat hiperurisemia yang digunakan dalam penelitian ini adalah jus otak kambing dengan konsentrasi 1 gram/ml. Jus otak kambing dibuat dengan cara menimbang 250 gram otak kambing kemudian dihaluskan dan dicampur dengan air sampai 250 ml.
Pembuatan Larutan CMC Na 0,5% Larutan CMC Na dibuat dengan konsentrasi 0,5% dengan menimbang 500 mg
2014
serbuk CMC Na kemudian dimasukkan ke dalam aquadest panas dengan volume 20 kali berat CMC Na (10 ml) dan diaduk sampai larut, ditambahkan aquadest hingga 100 ml.
Pembuatan Suspensi Konsentrasi 1 mg/ml
Allopurinol
Allupurinol sukar larut di dalam air, maka dibuat dalam bentuk suspensi allupurinol dengan suspending agent CMC Na. Suspensi allopurinol dibuat dengan cara menimbang 50 mg allupurinol, kemudian disuspensikan dengan CMC Na hingga 50 ml.
Pembuatan Air Rebusan Daun dan Batang Sirih Merah Air rebusan dibuat dengan cara merebus 7 lembar (10 gram) daun berukuran sedang dan 15 cm (3 gram) batang sirih merah dalam 400 ml aquadest sampai tersisa 100 ml. Air rebusan disaring dan didapat kadar larutan stok 0,13 gram/ml.
Perlakuan pada Hewan Uji Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor, dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan galur wistar. Kelompok I: diberi jus otak kambing sebanyak 3 ml/200 gram BB tiga kali sehari selama sepuluh hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian air rebusan daun dan batang sirih merah dengan dosis I (0,4095 gram/kg BB dua kali sehari) selama 14 hari. Kelompok II: diberi jus otak kambing sebanyak 3 ml/200 gram BB tiga kali sehari selama sepuluh hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian air rebusan daun dan batang sirih merah dengan dosis II (0,8190 gram/kg BB dua kali sehari) selama 14 hari. Kelompok III: diberi jus otak kambing sebanyak 3 ml/200 gram BB tiga kali sehari selama sepuluh hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian air rebusan daun dan batang Farmagazine
Vol. 1 No. 2
Agustus 2014
3
Sefi Megawati, C. Mutiarawati, M. Caecilia, N. Setiawati H
sirih merah dengan dosis III (1,6380 gram/kg BB dua kali sehari) selama 14 hari. Kelompok IV: diberi jus otak kambing sebanyak 3 ml/200 gram BB tiga kali sehari selama sepuluh hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian suspensi alopurinol 12,6 mg/kg BB selama 14 hari. Kelompok V: diberi jus otak kambing sebanyak 3 ml/200 gram BB tiga kali sehari selama sepuluh hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian suspensi CMC Na 0,5 % selama 14 hari.
Pengambilan Darah Pengambilan sampel darah yaitu pada hari ke-0 sebagai kadar asam urat normal, hari ke-10 setelah diinduksi jus otak kambing 3 ml/200 gram BB tiga kali sehari dan hari ke-7 serta hari ke 14 setelah perlakuan dengan air rebusan daun dan batang sirih merah, allopurinol, atau CMC Na. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbital tikus. Pada mata tikus, mikrohematokrit dimasukkan ke pangkal sudut bola mata sambil diputar halus ke arah belakang bola mata hingga darah mengalir melalui hematokrit. Darah yang diperoleh ditampung dalam ephendrof yang sebelumnya telah ditetesi Na EDTA.
Pengukuran Kadar Asam Urat Darah Sampel darah disentrifugasi dalam kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Serum yang diperoleh dipisahkan dengan mikropipet, lalu 20 µl serum ditambah dengan 1000 µl monoreagen. Serum yang telah dicampur homogen dengan monoreagen diinkubasi pada suhu 37º C selama 10 menit. Selanjutnya larutan sampel, standart dan blangko diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer 4010 pada panjang gelombang 520 nm.
2014
Analisa Data Data tersebut diuji statistik dengan analisis varian satu jalan (One way anova) dengan taraf kepercayaan 95% menggunakan SPSS versi 15. Dari kadar asam urat tersebut dihitung persentase penurunan kadar asam urat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh air rebusan daun dan batang sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) terhadap kadar asam urat tikus putih jantan hiperurisemia dan untuk mengetahui dosis efektif air rebusan daun dan batang sirih merah yang mampu menurunkan kadar asam urat tikus putih jantan hiperurisemia. Bentuk sediaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air rebusan daun dan batang sirih merah dengan pertimbangan sediaan ini mendekati dengan cara penggunaan sirih merah dalam masyarakat yaitu dengan cara merebus daun dan batang sirih merah dalam air. Sebelum dilakukan proses perebusan, daun dan batang sirih merah dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil agar luas permukaan kontak daun dan batang sirih merah dengan pelarut semakin besar. Semakin luas kontak permukaan daun dan batang sirih merah dengan pelarut maka kandungan zat aktif yang terlarut dalam pelarut semakin banyak. Pelarut yang digunakan adalah air karena air lebih murah, mudah didapat, bersifat netral, tidak bersifat toksis, tidak mudah menguap, disamping itu air juga dapat melarutkan garam alkaloid, flavonoid, tanin, dan gula. Flavonoid yang diduga sebagai kandungan zat aktif dalam daun dan batang sirih merah yang dapat menurunkan kadar asam urat, dapat terlarut dalam air ini. Dosis air rebusan daun dan batang sirih merah yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada pemakaian di masyarakat yang menggunakan daun dan batang sirih merah sebagai obat penurun kadar asam urat yaitu sebanyak 7 lembar daun dan 15 cm batang sirih merah, direbus dan diminum dua Farmagazine
Vol. 1 No. 2
Agustus 2014
4
Sefi Megawati, C. Mutiarawati, M. Caecilia, N. Setiawati H
kali sehari. Kemudian dosis tersebut dikonversikan ke tikus sehingga didapat dosis pertama yaitu 0,4095 g/kg BB tikus dua kali sehari dan dosis dinaikkan dengan kelipatan 2 kali, sebagai dosis ke-2 adalah 0,8190 g/kg BB tikus dua kali sehari dan dosis ke-3 adalah 1,6380 g/kg BB tikus dua kali sehari. Ada beberapa metode untuk mengukur kadar asam urat dalam darah, diantaranya dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan metode kolorimetri enzimatik. Metode KCKT memiliki sensitifitas dan keakuratan yang tinggi tetapi metode ini kurang efisien, sedangkan metode kolorimetri enzimatik memiliki tahapan yang lebih sederhana dan memiliki sensitifitas yang tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini digunakan metode kolorimetri enzimatik untuk mengukur kadar asam urat. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar asam urat adalah spektrofotometer 4010. Alat tersebut bekerja pada panjang gelombang maksimum yaitu pada panjang gelombang 520 nm dan pada waktu serapan optimum yaitu pada menit ke-10 dengan suhu 37o . Reagen yang digunakan untuk pengukuran asam urat adalah uric acid FS TBHBA yang terdiri dari dua macam reagen. Reagen pertama terdiri dari buffer fosfat pH 7 dan TBHBA (2,4,6- tribromo 3 hydroxybenzoic acid), sedangkan reagen kedua berisi buffer fosfat pH 7,4-aminotipyrine, K4[Fe(CN)6], peroksida (POD) dan urikase. Prinsip dari reaksi enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat dioksidasi menjadi allantoin dan hydrogen peroksida, kemudian hydrogen peroksida yang dihasilkan akan bereaksi dengan 4 aminotipyrine dan 2,4,6tribromo 3 hydroxybenzoic acid (TBHBA) menghasilkan senyawa quinoneimine sebagai senyawa berwarna merah muda yang kemudian dapat terbaca sebagai hasil kadar asam urat. Pengukuran dilakukan pada waktu serapan optimum yaitu pada menit ke-10 karena
2014
pada waktu tersebut memberikan hasil serapan yang stabil. Pengaruh pemberian air rebusan daun dan batang sirih merah terhadap penurunan kadar asam urat dilakukan pada tikus putih jantan yang dikondisikan hiperurisemia. Kondisi hiperurisemia hewan uji ditandai dengan nilai kadar asam urat di atas kadar asam urat normal yaitu diatas 4,01 mg/dl (Mitruka dan Rawnsley, 1976). Senyawa penginduksi untuk membuat hiperurisemia hewan uji, dapat digunakan tiga pilihan yaitu penginduksi kafein, kalium oksonat dan makanan dengan kadar purin yang tinggi. Kafein dan kalium oksonat tidak dipilih sebagai agen penginduksi karena asam urat yang terbentuk dapat segera diekskresi (Dwitiyanti, 2009 : 4). Dipilih penginduksi jus otak kambing. karena otak kambing mengandung purin yang tinggi yang dapat meningkatkan produksi asam urat dalam waktu relatif cepat. Waktu pengukuran kadar asam urat dilakukan pada hari ke-0 sebelum tikus diberi perlakuan, pada hari ke-10 saat tikus mengalami hiperurisemia, kemudian hari ke-7 dan hari ke-14 setelah diberi perlakuan sediaan air rebusan daun dan batang sirih merah, allopurinol atau CMC Na 0,5%. Pengukuran kadar asam urat darah hari ke-0 pada tikus bertujuan untuk mengetahui kadar asam urat awal tikus sebelum dikondisikan hiperurisemia. Pengukuran kadar asam urat pada hari ke-10 menunjukkan kadar hiperurisemia tikus, sedangkan pengukuran pada hari ke-17 dan hari ke-24 merupakan pengukuran pada saat penurunan kadar asam urat setelah 7 hari dan 14 hari perlakuan. Pemberian perlakuan pada semua semua kelompok selama 14 hari berdasarkan kemampuan allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat darah hingga mencapai normal yaitu dalam waktu 1-3 minggu (Tjay dan Raharja, 2007 : 342).
Farmagazine
Vol. 1 No. 2
Agustus 2014
5
Sefi Megawati, C. Mutiarawati, M. Caecilia, N. Setiawati H
Tabel 1.
2014
Rata-rata kadar asam urat (mg/dl) pada Berbagai Kelompok Perlakuan pada Setiap Pengukuran
Kelompok
Hari ke-0 1,06 0,99 1,01 0,98 1,00
I II III IV V
Rata-rata Kadar Asam Urat (mg/dl) Hari ke-10 Hari ke -7 perlakuan 4,46 2,81 4,75 2,47 4,61 2,09 4,75 1,31 4,76 4,40
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada hari ke-0 kadar rata-rata asam urat pada hasil pengukuran menunjukkan kadar dibawah 4,01 mg/dl yang berarti tikus masih dalam keadaan normal (Mitruka dan Rawnsley, 1976). Kadar awal tersebut memiliki rentang kadar yang dianggap sebagai batas kadar asam urat normal tikus, yaitu sebesar 0,74-1,25 mg/dl. Pengukuran pada hari ke-10 menunjukkan kadar rata-rata diatas 4,01 mg/dl pada setiap kelompok perlakuan, yang berarti semua tikus sudah berada pada kondisi hiperurisemia. Selanjutnya pada 7 hari dan 14 hari setelah perlakuan, kelompok I, II, III dan IV mengalami penurunan kadar asam urat berturut-turut hingga memasuki rentang kadar awal normal
Hari ke-14 Perlakuan 1,94 1,52 1,09 0,83 4,31
tikus. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air rebusan daun dan batang sirih merah d an kontrol positif allopurinol berperan dalam penurunan kadar asam urat darah hewan uji hiperurisemia. Kelompok V dengan pemberian CMC Na mengalami sedikit penurunan kadar asam urat, tetapi kadarnya masih di atas 4,01 mg/dl. Data kadar asam urat pada hari ke-7 dan hari ke-14 perlakuan dihitung besarnya penurunan kadar asam urat dalam persen (%)hasil pengurangan antara kadar asam urat hiperurisemia setelah diinduksi dengan kadar asam urat hari ke-0 lalu dikalikan seratus persen.
Tabel 2. Rata-rata Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Hiperurisemia pada Berbagai Kelompok Perlakuan (%) Kelompok I II III IV V
Rata-rata persentase penurunan kadar asam urat (%) Hari ke-7 perlakuan 48,53 60,82 70,21 91,29 9,36
Tabel 2 menunjukkan kelompok kontrol positif memiliki persen penurunan kadar asam urat paling besar jika dibandingkan pada semua kelompok. Kelompok perlakuan air rebusan daun dan batang sirih merah, dapat dilihat bahwa pada kelompok III menunjukkan persen penurunan kadar asam urat paling besar jika dibandingkan dengan kelompok I dan II, yaitu sebesar 70,21% untuk perlakuan selama 7 hari dan 97,59% untuk perlakuan selama 14 hari, sedangkan pada kelompok II yaitu 60,82% untuk perlakuan selama 7 hari dan 85,90% untuk perlakuan selama 14 hari.
Hari ke-14 perlakuan 73,87 85,90 97,59 103,99 11,84
Data persentase penurunan kadar asam urat pada masing-masing tikus kemudian dianalisa secara statistik dengan metode analisa varian satu jalan (One way anova) dengan taraf kepercayaan 95%. Pada uji one way anova didapat nilai sig (p) lebih dari 0,05 yang berarti ada perbedaan persentase penurunan kadar asam urat antar kelompok. Berdasarkan hasil persentase penurunan kadar asam urat dan analisa statistik dapat disimpulkan bahwa dosis III (1,6380 gram/kg BB tikus dua kali sehari) air rebusan daun dan batang sirih merah merupakan dosis efektif Farmagazine
Vol. 1 No. 2
Agustus 2014
6
Sefi Megawati, C. Mutiarawati, M. Caecilia, N. Setiawati H
2014
dalam menurunkan kadar asam urat darah dengan pemakaian selama dua minggu. Karena semakin tinggi dosis air rebusan daun dan batang sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang digunakan maka kemungkinan kandungan zat aktif yang terlarut juga makin banyak, sehingga kemampuan untuk menurunkan kadar asam urat darah juga makin besar dibandingkan dosis yang lebih kecil.
Dosis efektif air rebusan daun dan batang sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang mampu menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur wistar hiperurisemia adalah dosis III 1,6380 gram/kg BB tikus dua kali sehari.
Pemberian air rebusan daun dan batang sirih merah dapat menurunkan kadar asam urat darah. Efek penurunan kadar asam urat darah ini diduga karena adanya kandungan flavonoid yang ikut terlarut dalam sediaan air rebusan daun dan batang sirih merah. Mekanisme aksi yang ditimbulkan oleh senyawa flavonoid adalah dapat menghambat reaksi oksidasi dan enzimatis. Pada reaksi oksidasi yang berperan dalam pembentukan asam urat adalah xantin oksidase sehingga air rebusan daun dan batang sirih merah diduga memiliki kerja yang sama dengan allopurinol yaitu menghambat kerja xantin oksidase sehingga asam urat dapat terkendali pembentukannya. Untuk memastikan mekanisme aksi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa aktif yang bertanggung jawab terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus hiperurisemia.
Dwitiyanti.2009. Efek Anti Asam Urat Hasil Fraksinasi dari Ekstrak Daun Kembang Sungsang terhadap Tikus Putih Jantan Diabetes. Jakarta: Fakultas Farmasi Uhamka.
KESIMPULAN Air rebusan daun dan batang sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) dapat menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur wistar hiperurisemia yaitu dosis I (0,4095 gram/kg BB dua kali sehari), dosis II (0,8190 gram/kg BB dua kali sehari) dan dosis III (1,6380 gram/kg BB dua kali sehari) selama 7 dan 14 hari pemberian.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran, EGC. Hidayat, R. 2009. Gout dan Hiperurisemia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mitruka dan Rawnsley, H. M. 1976. Animal for Medical Research for The Study of Human Disease. Now York: John Wiley and Sons. Price, S. A. 1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT.Elex Media Kompotindo. Utami, F. 2008. Hidup Sehat Bebas Diabetes dan Asam Urat. Yogyakarta: Genius Publisher. Utami, P. dan Lentera. 2005. Tanaman Obat Untuk Mengobati Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Farmagazine
Vol. 1 No. 2
Agustus 2014
7