Material
TEST X-RAY TOMOGRAPHY PERMEABLE ASPHALT PAVEMENT MENGGUNAKAN BATU DOMATO SEBAGAI COARSE AGGREGATE DENGAN BAHAN PENGIKAT BNA-BLEND PERTAMINA (265M) Firdaus Chairuddin1; Wihardi Tdaronge2; Muhammad Ramli3; Johannes Patanduk4 1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Dari Universitas Atmajaya Makassar. 0411-871038 Makassar. Email :
[email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis Kemerdekaan Km.10 Telp.0811-879100. Email:
[email protected] 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil Unversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis Kemerdekaan Km.10 Telp.0811-879100. Email:
[email protected] 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil Uinversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis Kemerdekaan Km.10 Telp.0811-879100. Email:
[email protected] ABSTRAK Aspal porus merupakan struktur lapisan perkerasan yang mempunyai rongga-rongga yang membuat air tidak tergenang di permukaan jalan, mengurangi percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga mengurangi kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana pengaruh aspal porus menggunakan pecahan batu domato dan batu pecah alam dengan bahan pengikat BNA Blend Pertamina melalui karakteristik pengujian Marshall, Indirect Tensile Strength (ITS), dan Cantabro. Serta mendapatkan nilai campuran gradasi agregat kasar dan Kadar Aspal Optimum (KAO) yang sesuai. Metodologi Penelitian yang digunakan dalam pengkajian adalah metode eksperimen di laboratorium. Aspal porus diproduksi sebagian menggunakan jenis agregat kasar pecahan batu domato dan sebagian agregat langsung dari stone cruser dengan bitumen yang sama. Komposisi dan variasi aspal yang akan diteliti adalah 100% BNA Blend Pertamina dengan kadar aspal 7%, 8%, 9%, dan 10%. Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai stabilitas Marshall, nilai uji keausan (Cantabro Test).dan Indirect Tensile Strength (ITS). Dari hasil penelitian yang dilakukan mengindikasikan bahwa campuran beraspal porus menunjukan pengaruh terhadap nilai karakteristik aspal porus khususnya pada gradasi batu domato 50% tertahan ½” dan batu alam 50% tertahan 3/8” dimana dari hasil analisa didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum yaitu 9.5%. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM) dapat dilihat secara mikrostruktur dan kandungan unsur kimia yang terdapat di dalam aspal porus membuktikan bahwa seluruh unsurunsur dari senyawa BNA Blend Pertamina dengan batu domato dapat menyatu dan mengikat dengan baik. Kata Kunci: Permeable asphalt pavement, batu domato, marshal test, cantabro test, indirect tensile strenght test, X-Ray SEM.
1. PENDAHULUAN Jalan merupakan lintasan dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian Nasional dan daerah, mengingat penting dan srategisnya fungsi jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk. Dimana ketersediaan jalan memungkinkan masyarakat mendapatkan akses kemudahan bertransportasi. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur perkerasan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhada deformasi yang terjadi. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh physical damage factor yang berlebih, banyaknya arus kendaraan yang lewat sebagai akibat pertumbuhan jalan kendaraan juga sangat berpengaruh terhadap umur layak kendaraan. Disamping itu kerusakan jalan banyak diakibatkan oleh fungsi drainase struktur jalan kurang baik, akibatnya genangan air dipermukaan jalan meningkat sehingga merusak struktur jalan. (Puslitbang PU, 2011). Sifat aspal berpori antaranya adalah sifat hidrolik dikarenakan memberi manfaat mencegah aqua planning pada jalan dengan kondisi basah atau tergenang air di lapis permukaannya sehingga mengurangi hidroplanning. Selebihnya sifat aspal berpori karena permukaannya yang kasar tahan selip kendaraan pada kndisi kecepatan tnggi disamping itu pula aspal berpori mengurangi semprotan air dan pantulan cahaya di jalan karea fungsi drainasenya baik. (Pagotto. et. al. 2000).
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 263
Material
Kapasitas drainase aspal berpori sangat tergantung pada besar kecil ukuran porositas, sedangkan daya tahan dan kekuatan tergantung pada besar ukuran isi kek kekosongan osongan pori yang berbeda, dimana di tentukan bahwa pavement dengan kadar kekosongan lebih dari 20% itu lebih tahan lama dibanding kondisi kadar kekosongan kurang dari 20%. (Ruz, et. al, 1990). Pada aspal berpori yang menggunakan bahan pengikat BNA Blend P Pertamina ertamina 100%, curah hujan yang jatuh pada permukaan dengan kemiringan antara 2% - 3% dengan intensitas 452 mm/jam besarnya rembesan vertikal adalah 100% dan aliran permukaan (surface surface run off off) yaitu 0,05%. (Nur Ali, et.al, 2012). Pada aspal berpori yang menggunakan nggunakan bahan pengikat aspal minyak 100%, curah hujan ang jatuh pada permukaan dengan kemiringan 2%-3% 3% dengan intensitas 452 mm/jam, besarnya rembesan vertikal adalah 100%, aliran permukaan 0%, untuk curah hujan sebesar 452 mm/jam yang jatuh dipermukaan aspal berpori dengan menggunakan aspal minyak sebesar 2% diperoleh rembesan vertikal sebesar 99,88%. ((Diana Diana et.al, 2000 2000). Aspal berpori di indonesia belum memiliki spesifikasi khusus sehingga pengukuran terhadap kinerja aspal berpori dilakukan dengan mengacu cu pada standar spesifikasi Malaysia, Jepang, Australia, Inggris dan America. Aspal berpori adalah jenis perkerasan yang menggunakan aggregat halus sebanyak 15% 15%-30% 30% yang oleh beberapa Negara menggunakan aspal minyak sebagai bahan pengikat. ((Zulkarnain et. al. 2001). Carr Donald D. dan Rooney L.F (1985) membuat klasifikasi mineral atas dasar kandungan kalsit dan dolomit serta material non-karabonat karabonat dalam batuan. Jika kandungan kalsit dalam batuan dominan, (MgCO3) yang paling banyak (>15%) maka batuan tersebut diklasifikasikan sebagai batuan domato. Batu domato yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya dan sifatnya. Itu terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas tinggi, sehingga batu domato tersebut menghablur, seperti yang dijumpai pada marmer. armer. Air tanah juga berpengaruh terhadap penghabluran ulang pada permukaan batu domato sehingga membentuk kalsit.
Gambar 1. Batu Domato
Pada pengujian aspal poros permeability test dengan model test experimental menunjukkan bahwa hasil test dengan menggunakan aspal minyak yang di combaind dengan campuran aggregate kasar dan aggregat halus diperoleh stability 0,15 cm/dt, artinya permeability cukup kuat. (Phil Herington, et all, 1997) spal padat, dimana aspal poros berpori sebagian besar terdiri dari aggregat kasar Aspal berpori berbeda dengan aspal open graded course aggregat aggregat)) dan sejumlah kecil pasir serta filler. Rongga Rongga-rongga terbentuk dari gradasi terbuka (open ongga udara pada aspal berpori adalah sebesar 10% 10%tumpukan rangka (skeleton) dimana aggregat kasar dan kadar rrongga 25% rongga udara yang bersambung membentuk drainase dibawah permukaan yang dapat menyebarkan air secara vertikal dengan cepat kebawah sehingga tidak terjadi genangan air. (Nur. Ali, et. al. 2005). stik konstruksi perkerasan jalan aspal beton banyak dipengaruhi oleh bahan campuran antara aggregat Karakteristik dan aspal, nampak bahwa variasi penggunaan aggregat kasar bentuk bulat sebesar 0%, 20%, 40%, 60%,80% dimana dari test Marshall nampak bahwa nilai kelelehan 522, 86 kg nilai rongga udara 6, 179% sedangkan agregat kasar bentuk pecah nilai kelelehan 716,22 kg nilai rongga udara 8,779%. (Siti Nurfaridah et.all, 2008). dengan Dengan model simulation based ON Competed nampak bahwa unsur carbonate pada strukture buatan den menganalisa mikro struktur lateral rock strukture pada sistem X – ray Computed nampak bahwa ada korelasi Fluid Flow dengan model ukuran butir batuan yang digunakan sebagai course aggregat. (Jon Kaczmacak. et .all, 2010)
2. METODOLOGI Desain penelitian Komposisi posisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komposisi campuran menggunakan gradasi terbuka menggunakan agregat kasar pecahan batu domato lolos saringan 3/4” tertahan saringan 1/2” dan pecahan batu alam lolos saringan 1/2” tertahan saringan 3/ 3/8” 8” dengan variasi penambahan agregat halus 9% dengan komposisi campuran yang menggunakan trial gradations dan pencampuran aspal dengan BNA Blend Pertamina menggunakan 7%, 8%, 9%, 10% kadar BNA Blend Pertamina Pertamina.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 264
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Pengumpulan data primer dan data sekunder Metode pengumpulan data digunakan data primer dengan menganalisa hasil dari penelitian yang dilaksanakan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium dimana Aspal Porus diproduksi dengan menggunakan jenis agregat dengan sistem gradasi terbuka (open graded) dan menggunakan Asbuton sebagai bahan pengikat, sedangkan data sekunder dengan membaca sejumlah buku, artikel-artikel ilmiah sebagai landasan teori dalam menuju kesempurnaan penelitian ini.
Metode analisis data Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai Porositas, Stabilitas (Marshall Test), nilai Uji Keausan (Cantabro Test), dan nilai Kuat Tarik Tak Langsung (Indirect Tensile Strenght (ITS).
3. HASIL PENELITIAN Pengujian sifat fisik agregat Hasil pengujian sifat diperlihatkan pada Tabel 1 menunjukkan nilai penyerapan batu domato tertahan saringan ½” adalah 6,79% sangat tinggi disebabkan Karakteristik batu domato mempunyai pori yang besar dibandingkan pengujian agregat kasar batu alam tertahan saringan 3/8” dan karakteristik agregat halus telah memenuhi syarat spesifikasi untuk digunakan sebagai agregat campuran beraspal. Pengujian sifat fisik BNA Blend Pertamina Hasil pengujian sifat fisik BNA Blend Pertamina pada Tabel 2 menunjukkan bahwa BNA Blend Pertamina memenuhi syarat spesifikasi untuk digunakan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal. Dari hasil pengujian penetrasi sebelum kehilangan berat dengan nilai 42,1 mm memperlihatkan bahwa BNA Blend Pertamina merupakan jenis aspal keras, hasil solubility memperlihatkan bahwa BNA Blend Pertamina mengandung aspal 69,16% sehingga mineral yang terkandung selain aspal sebesar 30,84%. Pengujian permeabilitas dan porositas Pengujian Permeabilitas ini menggunakan benda uji yang sama dengan benda uji Marshall, menunjukkan bahwa koefisian pereabilitas semakin kecil dengan semakin bertambahnya kadar BNA Blend Pertamina maka volume rongga yang berada di dalam benda uji semakin berkurang hal ini disebabkan rongga yang terisi oleh liquid semakin kecil sehingga waktu untuk mengalirkan air dipermukaan akan lebih lama. Hasil pengujian menunjukkan nilai terendah 19,40% pada gradasi batu domato 25% tertahan ½” dan batu alam 75% tertahan 3/8” sedangkan nilai tertinggi 24,63% pada gradasi batu domato 75% tertahan ½” dan batu alam 25% tertahan 3/8”. Fenomena perilaku permeabilitas sangat dipengaruhi juga dari persentase porositas dalam campuran aspal porus yaitu minimal 10-1 cm/detik. Dari hasil pengujian porositas, campuran aspal porus telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan yaitu 15% - 25%. Pengujian stabilitas (Marshall Test) Proses pengujian Marshall dilakukan sesuai prosedur pengujian yang mengacu pada SNI 06-2489-1991. Pengujian Marshall ini dilakukan hanya untuk mengukur stabilitas dan alir (flow), hal ini merupakan salah satu parameter indikasi nilai kekuatan yang dimiliki oleh suatu campuran dalam hal pemenuhan kebutuhan berdasarkan parameter perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai stabilitas terendah diperoleh 470,66 kg pada gradasi Batu domato 75 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 25 % Tertahan 3/8" dengan kadar aspal 7 %. Sedangkan nilai stabilitas tertinggi diperoleh 837,09 kg pada gradasi pecahan Batu domato 50 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 50 % Tertahan 3/8" dengan kadar aspal 9 %. Hanya gradasi campuran angregat kasar 75:25 dengan kadar BNA Blend Pertamina 7 % dengan nilai stabilitas 470.66 tidak memenuhi standar spesifikasi, sedangkan gradasi campuran angregat kasar 75:25, 50:50, dan 25:75. Pada semua kadar variasi BNA Blend Pertamina dapat memenuhi standar minimal spesifikasi yaitu 500 Kg. Pengujian indirect tensile strenght (ITS Test) Hasil pengujian Kuat Tarik Tak Langsung (ITS Test) mendapatkan nilai kuat tarik tak langsung yang terendah 0,087 N/mm² pada gradasi batu domato 75 % Tertahan 1/2" dan batu alam 25 % Tertahan 3/8" sedangkan nilai kuat tarik tak langsung yang tertinggi 0,166 N/mm² pada gradasi batu domato 50 % Tertahan 1/2" dan batu alam 50 % tertahan 3/8" dengan kadar aspal 9 % memberikan pengaruh besar terhadap besarnya titik puncak kekuatan gaya tarik dari campuran Permeable asphalt pavement tersebut. Pengujian tingkat keausan (Cantabro Test) Hasil pengujian menunjukkan nilai keausan tertinggi diperoleh 41,21% pada gradasi pecahan batu domato 75% tertahan saringan 1/2” dan batu alam 25% tertahan saringan 3/8” dengan kadar aspal 7%. Sedangkan nilai keausan terendah diperoleh 10,77% pada gradasi pecahan batu domato 25% tertahan saringan 1/2” dan batu alam 75% tertahan saringan 3/8” dengan kadar aspal 10%. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 265
Material
Penentuan kadar BNA Blend Pertamina optimum pada gradasi 100% tertahan saringan 1/2” Penentuan kadar aspal optimum untuk gradasi agregat 100% tertahan pada saringan 1/2" tidak dapat ditentukan karena tidak terdapat titik temu antara semua kriteria, meskipun untuk kriteria permeabilitas, porositas, stabilitas, kelelehan, kekakuan Marshall dan kuat tarik tak langsung untuk kadar aspal 7% - 10% memenuhi spesifikasi. Hal ini berarti untuk gradasi agregat 100% tertahan saringan 1/2”, kadar aspal yang digunakan pada penelitian ini belum memenuhi untuk mendapatkan campuran dengan ketahanan yang tinggi. Pengujian XRD (X-Ray Diffraction) dan SEM (Scanning Electron Microscope) BNA Blend Pertamina
Gambar 2.X-Ray Temography Berdasarkan data pengujian XRD BNA Blend Pertamina menunjukkan bahwa unsur penyusun BNA Blend Pertamina ini didominasi oleh Karbon (C) dan Silika (Si). Pada fase intan (diamond), Karbon merupakan penyusun BNA Blend Pertamina yang terbesar yaitu 68,17%. Selain fase intan, Karbon pada BNA Blend Pertamina juga berupa hidrokarbon Dimethoxymethane sebanyak 7,9%. BNA Blend Pertamina mengandung mineral yang terbentuk dari senyawa silicon oxide (SiO2) pada fase coasite. Melalui pengujian SEM, ditemukan atom-atom maupun oksida penyusun BNA Blend Pertamina yang sulit ditemukan melalui analisis dari Pengujian XRD. BNA Blend Pertamina terdiri dari bitumen dan butiran-butiran mineral yang tersebar di antara bitumen. Dari hasil pengujian SEM diketahui bahwa dalam BNA Blend Pertamina ini juga terdapat atom Sulfur (S) sebesar 5,45% yang membentuk oksida SO4, Aluminium sebesar 8,64%yang membentuk oksida Al2O3 dan Kalsium (Ca) sebesar 3,33%. Pengujian XRD batu domato Data pengujian XRD batu domato menunjukkan bahwa batu domato yang digunakan tersusun atas senyawasenyawa yang terbentuk dari unsur Kalsium (Ca), Silika (Si), Aluminium (Al) dan Oksigen (O2). Senyawa ini merupakan unsur utama yang terdapat dalam semen. Fase terbesar dalam batu domato adalah fase Tobermorite yaitu senyawa yang berbentuk kristal yang merupakan hasil dari reaksi hidrasi C3S maupun C2S yang menyusun batu domato sebesar 68,7%. Hasil dari reaksi hidrasi C3S maupun C2S selain Tobermorite adalah Portlandite (Ca (OH)2) yang terdapat dalam batu domato sebesar 4,51%. Fase penyusun batu domato terbesar kedua adalah Anorthite (Ca Al2Si2O8) sebesar 8,81%. Selain itu terdapat fase Ettringite sebesar 8,71% dan fase Gypsum (CaSO4.2H2O) sebesar 3,21% serta Quartz (SiO2) sebesar 7,5%. Foto SEM briket aspal berongga Pengujian foto SEM briket aspal berongga terlihat bahwa hingga pada ketelitian 100 μm, seluruh permukaan agregat tertutup oleh aspal, serta dapat diprediksi ketebalan film atau aspal yang menutupi agregat briket tersebut adalah sekitar 60 hingga 70 μm. Hasil foto SEM pada Aspal Porus gambar 1 terlihat mineral tersebut adalah jenis batu kapur, berwarna putih tulang berasal dari senyawa CaCO3. Aspal porus tersusun oleh unsur kimia Oksigen (O), Calsium (Ca), Carbon (C), Aluminium (Al), Silicon (Si), Iron (Fe), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Dari analisa pengujian aspal porus diatas tersusun oleh beberapa unsur Magnesium (Mg) dan Oksigen (O) sehingga berubah menjadi Magnesium Oksida (MgO) dimana ikatan tersebut menjadi filler untuk menahan retakan dari pori yang membuat briket akan semakin kuat.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 266
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Gambar 3. SEM Batu Domato cps/eV
60
50
40
30
Mg S Na K Al O Si S Ca
Ca K
20
10
0 2
4
6
8
10 keV
12
14
16
18
20
Gambar 4. Permeable Asphalt Favement Tescan vega3SB Spectrum: test Element [wt.%]
unn. C norm. C Atom. C Compound norm. Comp. C Error (3 Sigma) [wt.%] [at.%] [wt.%] [wt.%]
-----------------------------------------------------------------------------------------Oxygen 41.56 42.98 58.53 0.00 15.03 Silicon 10.48 10.83 8.41 SiO2 23.18 1.46 Aluminium 8.06 8.33 6.73 Al2O3 15.74 1.29 Sodium 7.35 7.60 7.21 Na2O 10.25 1.59 Magnesium 4.74 4.90 4.39 MgO 8.12 0.92 Potassium 1.50 1.55 0.86 K2O 1.86 0.26 Calcium 16.39 16.95 9.21 CaO 23.71 1.58 Sulfur 6.64 6.86 4.66 SO3 17.14 0.84 ----------------------------------------------------------------------------------------Total: 96.71 100.00 100.00
Gambar 5. SEM BNA Blend Pertamina
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 267
Material
cps/eV 40
35
30
25
20
15
Ti Mg K Na S Fe Al O Si S Ca
K Ca
Ti
Fe
10
5
0 2
4
6
8
10 keV
12
14
16
18
20
Gambar 6. BNA Blend Pertamina – EDS Tescan vega3SB Spectrum: test Element
unn. C [wt.%]
norm. C [wt.%]
Atom. C Compound norm. Comp. C Error (3 Sigma) [at.%] [wt.%] [wt.%]
---------------------------------------------------------------------------------------Oxygen 20.01 40.36 58.46 0.00 9.11 Silicon 1.56 3.15 2.60 SiO2 6.73 0.36 Aluminium 1.68 3.39 2.91 Al2O3 6.40 0.42 Sodium 2.74 5.52 5.57 Na2O 7.45 0.79 Calcium 16.39 33.05 19.11 CaO 46.25 1.68 Sulfur 5.37 10.83 7.83 SO3 27.05 0.76 Magnesium1.83 3.69 3.52 MgO 6.12 0.50 ----------------------------------------------------------------------------------------Total: 49.57 100.00 100.00 5000 4000
0
(1 1 2)
1000
20
40
60
80
(1 0 4)
100
(1 2 2)
2000 0 2) (1(0 2 0) (2 1 0) (1 1 (1 0) 0 4)
Calcite, Ca C O3
(0 0 2)
0 100
Graphite, C
(2 1 0)(1 2 0) (1 1 0)
0 100 0
silicon dioxide, cristobalite-alpha HP, syn, Si O2
(1 2 2)
0 100
(1 1 2)
Intensity (cps)
3000
20
Sillimanite, Al2 ( Si O4 ) O
40
60
80
2-theta (deg)
Gambar 7. Hasil Analisis BNA Blend Pertamina
PFC
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100
Wt(%) Calcite
Graphite
silicon dioxide, cristobalite-alpha HP, syn
Sillimanite
Unknown
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 268
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Gambar 7. Hasil Analisis Kuantitatif BNA Blend Pertamina
4. PEMBAHASAN Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin terbuka gradasi suatu campuran beraspal maka kuat tariknya akan semakin menurun. Di lain sisi, kuat tariknya akan meningkat jika kadar aspalnya bertambah hingga mencapai kuat tarik maksimum (pada kadar aspal optimum) karena daya lekat agregatnya semakin kuat. Akan tetapi jika kadar aspal meningkat, kuat tarik mulai menurun karena telah melewati kuat tarik maksimum. Pengujian kuat tarik tak langsung juga mengahasilkan pola retakan yang mengindikasikan retakan yang akan terjadi di lapangan (Sunarjono, 2007), sedangkan campuran beraspal yang didesain mempunyai porositas lebih tinggi dibandingkan jenis perkerasan yang lain, sifat poros diperoleh karena campuran aspal porus menggunakan proporsi agregat halus lebih sedikit dibanding campuran jenis yang lain. Kandungan rongga pori dalam jumlah yang besar diharapkan menghasilkan kondisi permukaan agak kasar, sehingga akan mempunyai tingkat kekesatan yang tinggi. Selain itu pori yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran drainase di dalam campuran. Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan horizontal. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di atas lapisan aspal yang kedap air. Ketika rongga udara semakin kecil, maka air yang mengalir ke dalam campuran aspal akan semakin lambat . Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat keselamatan dan kenyamanan terutama diwaktu hujan agar tidak terjadi genangan-genangan air serta memiliki kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan. Dari hasil pengujian ini dilakukan untuk mencari kadar aspal optimum dari suatu campuran beraspal yang dilakukan dengan beberapa pengujian yaitu Permeabilitas, Porositas, Stabilitas Marshall, Kelelehan (flow), Hasil Bagi Marshall, Indeks Kekuatan Sisa, Kuat Tarik Tak Langsung, Cantabro. Dengan Gradasi Agregat Batu domato 75%; 50%; 25% Tertahan ½” dan Batu Alam 25%; 50%; 75% Tertahan 3/8” , Agregat Halus 9%. Kemudian BNA Blend Pertamina 7%, 8%, 9%, 10%. Selanjutnya untuk menetukan Kadar Aspal Optimum (KAO) dilakukan dengan metoda bar-chart yang merupakan rentang kadar aspal yang memenuhi semua syarat kriteria campuran beraspal yaitu Permeabilitas, Porositas, Stabilitas Marshall, Kelelehan (flow), Hasil Bagi Marshall, Indeks Kekuatan Sisa, Kuat Tarik Tak Langsung, Cantabro ditunjukan seperti pada Gambar 2 Nilai kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai tengah dari rentang kadar aspal maksimum dan minimum yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi, sehingga diperoleh KAO untuk campuran Aspal Porus yang bergradasi agregat batu domato 50% tertahan ½” dan batu alam 50% tertahan 3/8”, agregat halus 9% dan kadar BNA Blend Pertamina 9% - 10% adalah 9.5 %. Dari hasil pengujian XRD dan SEM dengan benda uji BNA Blend Pertamina, batu domato dan aspal porus mempunyai data analisa kimia sebagai berikut. Untuk pengujian XRD dengan benda uji BNA Blend Pertamina menguraikan fase senyawa bitumen dan mineral yang terdiri dari Oksigen (O), Karbon (C), Silika (Si), Magnesium (Mg), Sulfur (S) dan Besi (Fe), sedangkan benda uji batu domato menguraikan unsur-unsur penyusunnya yang tediri dari Kalsium (Ca), Silika (Si), Aluminium (Al) dan Oksigen (O). Untuk mendukung hasil pengujian XRD, maka pengujian foto SEM dilakukan agar dapat diuraikan komposisi briket aspal porus yang merupakan perpaduan antara batu domato dan BNA Blend Pertamina secara analisis terdapat elemen atom yaitu Oksigen (O), Karbon (C), Kalsium (Ca), Almunium (Al), Silika (Si), Besi (Fe), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S) yang membentuk ikatan senyawa CaCO3 mineral tersebut dalah jenis batu kapur berwarna putih tulang yang terbakar pada suhu 825 °C dan Magnesium Oksida (MgO) dimana ikatan tersebut menjadi filler untuk menahan retakan dari pori yang membuat briket akan semakin kuat.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan dari hasil pengujian dilakukan seperti Pengujian Permeabilitas, Porositas, Stabilitas Marshall, Kelelehan (flow), Indeks Kekuatan Sisa (IKS), ITS test, Cantabro menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik aspal porus khususnya pada gradasi Batu domato 50 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 50 % Tertahan 3/8" dimana dari hasil analisis dapat dilihat jelas garis hubungan trendline grafik didapatkan nilai Kadar BNA Blend Pertamina Optimum yaitu 9.5% sedangkan hasil XRD dan SEM membuktikan bahwa seluruh unsur-unsur dari senyawa BNA Blend Pertamina dengan batu domato dapat menyatu/mengikat dengan baik. Untuk selanjutnya perlu alat/mesin khusus di dalam pengolahan batu domato sehingga dapat digunakan dengan jumlah banyak dan perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk pengolah BNA Blend Pertamina sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang sesuai, agar dapat dimasukkan kedalam spesifikasi bina marga. DAFTAR PUSTAKA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 269
Material
Allex Eduardo Alvarez Lugo, 2009, Improving Mix Design and Construction of Permeable Friction Course Mixtures. Disserttion Departmen of Civil Enginering Texas University. Circular Transportation Research, 2012. Application of Advanced Mode to Understand Behavior and Performance of Asphalt Mixtures. Colorado Ready Mixed Concred Association, 2005. Specifiec’s Guide for Pervios Concrete Pavement Design. Esmael Ahmadina, Majid Zargar, Mohamed Rehan Karim, Mahrez Abdelaziz, Payam Shatigh, 2011. Using Waste Plastic Bottles as Additive for Stone Mastic Asphalt Journal of Material and Design. Erik Sehlangen, Quantao Liu, Martin Van de Ven, Gerber Van Bochove, Jo Van Montfort, 2011. Evaluation of The Induction Healing Efect of Poru Asphalt Concrete Though Four Point Bending Fatique Test. Felice Givliani, Filippo Merusi, Gioanni Polacco, Sara Filippi, Messimo Paci, 2012. Effectivenees of Sodium Chloride- Based Anti Icing Filter n Asphalt Mixtures Journal of Construction and Building Materials. Fazleem Hanim Ahmad Kamar, Jaszline Nor Sarif, 2005. Design of Porus Asphalt Mixture to Performance Related Criteria. He Gui Ping, Wong Wing Gun, 2006. Effects of Moisture On Strength and Permanent Deformation of Foamed Asphalt Mix Incorporating Rap Materials. Journal of Constraction and Building Materials. Hao Ying, 2008, Using X-Ray Computed Tomography to Quantity Damage of Hot-Mix Asphalt in The Dynamic Complex Modulus and Flow Number. International Tecnology Exchange Program, 2005. Quite Pavement System In Europe. Lori Kathryn Schaus, 2007. Porus Asphalt Pavement Design In Proactive Design for Cold Climate Use Thesis Departmen of Eivil Enginering Waterloo University. Meor Othman Hamzah, Mohammad Rosli Mohammad Hasan, Martin Van de Van, 2011. Permeability Loss In Porus Asphalt due to Binder Creep. Journal of Construction and Building Materials. Mohammad Adli Sani, Abi Zzaid Abd Latib, Choy Peng Ng, Nordila Ahmad Muhammad Y Yusof, Muhammad Anzari Matrani, 2011. Propertis of Coir Fibre and Kenaf Fibre Modified Asphalt Mixes. Mohammad Ruzaini Mohammad Yusof, Belinda Marie Balraj, Choy Peng Ng, 2011. Effect of Rubber Size In Reclaimed Rubber Modified Asphalt Mixes. Matthias A. Haselbaner, Michael Manhart, 2011. Influence of Flow Couditions In Porus Asphalt On Pollution and Cleaning. Nur Sabahiah Binti Abdul Sukor, 2005. Evaluation of Laboratory Compactive Effort On Asphaltic Concrete Mmixes, Thesis. Departement of Civil Engineering, Technologi of Malaysia University. Nrachai Tuntiworawit, Chayatan Phromsorn, Direk Lavansiri, 2005. The Modification of Asphalt With Natural Rubber Latex Proceding of The Ekstern Asia Society of for Transportation Studies Vol.5.pp.679.694.2005. Remi M. Candacle, Miched E. Barrett, Randal J. Charbeneay, 2008. Porus Friction Course In Laboratory Evaluation of Hydraulic Properties Center For Research In Water Resources, The University of Texas at Austin. R. Christopher Williams, 2009. Early Permebility Test For Asphalt Acceptance, Center for Transportation Research and Education Lowa State University. Storm Water Center University of new Hampshier, 2007. Porus Asphalt Pavement and Infiltration Beds. Prithvi. S. Kandhal, Rajib.B.Mallick, 1999. Design of New. Generation Open Graded Friction Courses. Verhelst, F.A.D.B, Vervoort and G Marchal (1995). X-Ray Computerized Tomography Determination of Heterogeneties in Rock Samples. Wu Shao Peng, Liu Gang, Molian tong, Chen Zheng, Ye Qun Shan, 2006. Effect of Tiber Types On Relevant Properties of Porus Asphalt, Journal of Transaction of Non Ferrous Metals Society of China.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 270
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013