EVALUASI KONTRIBUSI ASPAL DAN AGREGAT DALAM MENDUKUNG KEKUATAN BAHAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT)
Tugas Akhir
untuk mencapai sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Sipil
disusun oleh : MADA PRAMINDANA NIM : D 100 110 068
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
LEMBAR P,ENGtrSAIIAN EVALUASI KONTRIBUSI ASFAL DAN AGREGAT DALAM MEI\IDUKUNG KEKUATAN BAHAN.&4 P (RECLAIMED ASPHALT PAWMENT) r..,,''' ,,.1
"
Tugas I
Akhir
" ,', :'
,:'
't
diqjukan dan dipertahankan pada Ujian Pendadarau,, Tugas Akhir dihadapan dewan Pada tanggal :23 luni20i6 disusun oleh :
:
penguj'
::
MADA PRAITITIiDANA IYIM : D 100 ltO 068
Susrrnan Derwan,P.enguj
Pembim6irtg Utama
i
:
bing Pendamping
Ika Setiyaningsih. S.T. M.T
NIK:
NIK
923
r 483
Tugas Akhir ini diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi derajat S-I Teknik Sipj
Ietolk srpll
'\.^"/
LEMBAR PBRSETUJUAN EVALUASI KONTRIBUSI
DAN AGREGAT DALAM
::i:il:
t "':tl
re'. !r)'/
A
*
I
L*,\-n
P\*H'i n
VaYE
'a:g1as ." r-,U rEY)
'rl,,;!
NtK
+taX"E_
.,
: 792i:
,
.
I
I
i
\.,./
SURAT PARNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH :'.r.:.,,,,
,..i ;
Bismillahhirrohmannirrohim.,,,:,. iii Yang bertanda tangan di b,oxafi'ihi : : MADA.FRAMINDANA Nama
'ii:
'r :'.'rr,::r,
: D lG.s 110 068 NIM iii: Fakultas :TESIIK :, ]', ,,,.t',,, Jurusan ,'i'$EKNII( SfPU, '- ,'
,i l ':"',
'; g[(f,[p$[1. ii : .:1,
Jenis
,l
,,]',,,r',
._:
'.,,,
I .. ''
...] : EVAL'UASI KONTRIBUSI ASPAL.DAtr\I,.AGREGAT DALAM : N/TFNEUKUNG KEKUATAN BAHAN" R1P (RECIAIMED
Judul
' .tl
-'.
aspHALTPAl,wLENT)
,1, ,
:.::.,
Dengan ini menyatakan bihwa say menyetujui untuk :. f .,UrlemUerikall,'hak,rd,alti kepada Perpustakadr'Univrirsitas Muahmmadiyah Surakarta atas penulisan karya ilmiah saya demi pengembangan ilmu
".:.
2,,,Memberikan h,rnenyimparl: mengahllfan mediakarlmeqgati formatkan, i'imengelola dalam bentuk pengkalan d,ata e);@distfibusikan'$erta ,,rmsnsmpilta@ atum Ueffi so$copy untuk'kepentingan akademi s kepada adiyah surakartatanpa perlu meminta ijin
(dat
:
,iPerpuffiaan.Universitas.Muh
dari saya sellfua tetap mencamtumken q&ma-ry sebag[,
[email protected]. 3..tgersedla dari,nnenjamin untuk.menanggung seoara pribadi;.tanpa'melibalkan k perpustakaan Boiversiiast' Mu:hmmffiah,,Surakarta dari semua i'tuntrtar hrktm3' timbui,atx pptanggaran haA cipta,dan karya ilmiah.ini' -r
bo
'pe*y6
ini,'$aya buatir'dengan iesungguhnya'.dan semogai,dapat OErnitian digmakan s&agai mana mestiny,a: ':.: ,.1i 'rjti
:ll,
rliitl.,r::it
I,,:1.;:r,:
.t
...
lr,, :1:.r::r,,
,::,
$urakarta, 08 Agustus 2016
ilt
PER}IYATAAN KEA$LIAN TUGAS AKHIR
i:r"uffi.uit
!tt::
.
$ieir
l.l
,li 'jri ' iir l ii
::t
..
tv
. ai,'1.
i:
'ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “EVALUASI KONTRIBUSI ASPAL DAN AGREGAT DALAM MENDUKUNG KEKUATAN BAHAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT)”. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bersama dengan selesainya Tugas Akhir ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1) Bapak Ir. Sri Sunarjono, M.T, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknik Unversitas Muhammadiyah Surakarta. 2) Bapak Dr. Mochamad Solikin selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3) Bapak Ir. Sri Sunarjono, M.T, Ph.D selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, arahan serta bimbingan yang bermanfaat bagi penyusun. 4) Ibu Ika Setiyaningsih, S.T, M.T selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan dorongan, arahan serta bimbingan yang bermanfaat bagi penyusun. 5) Bapak Ir. H. Agus Riyanto, M.T selaku penguji yang telah memberikan dorongan, arahan serta bimbingan yang bermanfaat dalam bagi penyusun. 6) Bapak Gurawan Djati W, S.T, M.Eng selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan, arahan serta bimbingan yang bermanfaat dalam kelancaran proses penyusunan Tugas Akhir ini. 7) Bapak dan Ibu dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan. 8) Jajaran staf Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah membantu bagi kelancaran Tugas Akhir ini. i
9) Bapak, Ibu, dan Adik tercinta yang selalu memberikan do’a dan dorongan baik material maupun spiritual, maaf jika selama ini sering mengecewakan. 10) Iis, Nadia, Isyak, Andre, Ragil, Diky yang sudah mau repot-repot membantu dalam segala hal mulai dari awal, persiapan seminar, dan sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini untuk menyelesaikan jenjang S-1 ini. 11) Semua teman-teman seperjuangan Teknik Sipil 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya dalam proses menyelesaikan Tugas Akhir baik dorongan semangat, bantuan dalam praktikum maupun do’a hingga terselesaikannya jenjang S-1 ini. 12) Mas Joko dan Mbak Uut yang menemani keseharian di laboratorium selama proses penelitian. 13) Mas Dede, Mas Aji, Mbak Windi, dan Mbak Rintis yang telah memberikan semangat, masukan, hiburan, dan membantu dalam kelancaran tugas akhir ini. 14) Azhari, Andang, Adit (Ucup), Riski, serta teman kos yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah menemani, memberikan semangat, dan selalu memberi hiburan. 15) Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penyusun senantiasa mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin. Penyusun menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala koreksi dan saran yang bersifat mebangun penyusun harapkan guna penyempurnaan Tugas Akhir ini. Besar harapan penyusun semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Surakarta, 08 Agustus 2016 Penyusun
ii
MOTTO
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah : 152) Kebenaran tidak akan membuatmu mendapatkan banyak teman, tetapi kebenaran akan membuatmu mendapatkan teman yang tepat. (H.R Bukhori-Muslim) Seorang pemenang adalah orang yang tidak pernah berhenti berusaha dan berkata tidak bisa, sampai kita benar-benar berhasil, meskipun pernah terjatuh dan gagal berulang kali. Karena sesungguhnya proses tidak akan mengkhianati hasil yang kita dapat nanti. (Mada Pramindana) Keluargamu adalah alasan bagi kerja kerasmu, maka janganlah sampai engkau menelantarkan mereka karena kerja kerasmu. (Mario Teguh) Tuhan menciptakan mata kita di depan karena kita harus terus melihat ke depan, bukan ke belakang dan terpaku pada masa lalu. (Mario Teguh) Bekerja adalah berjuang. Berjuang adalah cinta kasih. Cinta kasih adalah pengorbanan. Pengorbanan adalah dedikasi hidup. Maka bekerja adalah dedikasi hidup kita selama di dunia. (Putri Werdhi Prastiti)
iii
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan Tugas Akhir ini untuk : Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Keluarga kecilku, Bapak dan Ibuku tercinta terima kasih atas pengorbanan kalian dalam mendidik saya hingga sekarang dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan. Terima kasih pula telah menyemangati, mendukung, membiayai,
mendo’akan
serta
memberikan
perhatian
demi
terselesaikannya Tugas Akhir ini. Adikku satu-satunya yang telah menyemangati, mendo’akan meskipun terkadang masih suka bertengkar masalah sepele. Agama, bangsa, negara serta almamater dan semua pihak yang telah membantu.
iv
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH ................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ....................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................. v MOTTO ....................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN .................................................... xv DAFTAR SIMBOL ...................................................................................... xvii ABSTRAKSI ................................................................................................ xviii ABSTRACT .................................................................................................. xix BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A.
Latar Belakang ........................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C.
Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
D.
Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
E.
Batasan Masalah ......................................................................... 3
F.
Keaslian Penelitian ...................................................................... 4
G.
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ......... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 7
A.
RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) ........................................... 7
B.
Sifat Agregat ............................................................................... 7
C.
Orientasi Agregat ........................................................................ 8 v
D.
Sifat Fisik .................................................................................... 9
E.
Kekuatan Mekanik ...................................................................... 14
F.
Penelitian Sejenis Sebelumnya ................................................... 14
BAB III
LANDASAN TEORI ................................................................ 16
A.
Hubungan Orientasi Agregat Terhadap Kekuatan RAP .............. 16
B.
Hubungan Sifat Fisik Agregat Terhadap Kekuatan RAP ............ 16
C.
Hubungan Kekuatan Mekanik Terhadap Kekuatan RAP ............ 22
BAB IV
METODE PENELITIAN ….....................................................30
A.
Tinjauan Umum........................................................................... 30
B.
Lokasi Penelitian ......................................................................... 30
C.
Bahan dan Material .................................................................... 30
D.
Peralatan ................................................................... .................. 30
E.
Tahapan Penelitian ........................................................ ............. 33
F.
Bagan Alir Penelitian ........................................................ ......... 46
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 47
A.
Pemeriksaan Identitas Bahan RAP ............................................. 47 1. Pemeriksaan warna RAP......................................................... 47 2. Pemeriksaan ekstraksi ............................................................ 47 3. Pemeriksaan kadar air............................................................. 48
B.
Pemeriksaan Orientasi Agregat .................................................. 48 1. Gradasi Rekayasa ................................................................... 49 2. Orientasi Bahan RAP .............................................................. 50 3. Orientasi Agregat RAP ........................................................... 51
C.
Pemeriksaan Sifat Fisik ............................................................... 54 1. Pemeriksaan analisis saringan ................................................ 54 2. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan ................................ 57 3. Pemeriksaan sand equivalent ................................................. 58 4. Pemeriksaan indeks kepipihan dan kelonjongan .................... 59 5. Pemeriksaan berat isi .............................................................. 60
D.
Pemeriksaan Kekuatan Mekanik ................................................. 61 1. Pemeriksaan pelapukan agregat ............................................. 61 vi
2. Pemeriksaan keausan .............................................................. 63 3. Pemeriksaan AIV .................................................................... 64 4. Pemeriksaan modified AIV ..................................................... 65 5. Pemeriksaan ACV ................................................................... 66 6. Pemeriksaan ten percent fines value....................................... 67 E.
Analisis Kontribusi Aspal dan Agregat ....................................... 69
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 72
A.
Kesimpulan ................................................................................. 72
B.
Saran ........................................................................................... 73
PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Bahan RAP ............................................................................... 7 Gambar 2.2. Jenis Gradasi Agregat ............................................................... 11 Gambar 2.3. Distribusi Agregat .................................................................... 11 Gambar 2.4. Tipikal Bentuk Agregat Kasar .................................................. 13 Gambar 3.1. Los Angeles Machine ............................................................... 25 Gambar 3.2. Aggregate Impact Value Machine ............................................ 27 Gambar 3.3. Aggegate Crushing Value ......................................................... 29 Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian ............................................................... 46 Gambar 5.1. Warna RAP ............................................................................... 47 Gambar 5.2. Gradasi Rekayasa AC-BC ........................................................ 49 Gambar 5.3. Grafik Perubahan Koordinat Bahan RAP ................................. 50 Gambar 5.4. Kondisi Visual Perubahan Koordinat Bahan RAP ................... 51 Gambar 5.5. Grafik Perubahan Koordinat Agregat RAP .............................. 52 Gambar 5.6. Kondisi Visual Perubahan Koordinat Agregat RAP ................ 52 Gambar 5.7. Grafik Gradasi Bahan RAP dan Agregat RAP ......................... 56 Gambar 5.8. Grafik Indeks Kepipihan dan Kelonjongan .............................. 60 Gambar 5.9. Grafik Prediksi Nilai ACV ........................................................ 67 Gambar 5.10. Hubungan Nilai TPFV dengan Variasi Beban ........................ 69
viii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya .......... 6 Tabel 2.1. Tabel Sifat-Sifat Macam-macam Gradasi ..................................... 11 Tabel 3.1. Tabel Syarat Benda Uji Pelapukan Agregat Kasar ...................... 23 Tabel 3.2. Tabel Syarat Benda Uji Pelapukan Agregat Halus ....................... 23 Tabel 3.3. Tabel Spesifikasi Benda Uji Abrasi (Los Angeles) ...................... 25 Tabel 3.4. Tabel variasi diameter benda uji pengujian AIV .......................... 26 Tabel 3.5. Tabel persyaratan silinder pengujian ACV ................................... 28 Tabel 4.1. Rencana Benda Uji Pengujian Identitas Bahan RAP .................... 35 Tabel 4.2. Rencana Benda Uji Orientasi Agregat .......................................... 36 Tabel 4.3. Rencana Benda Uji Sifat Fisik ...................................................... 40 Tabel 4.4. Rencana Benda Uji Kekuatan Mekanik ........................................ 44 Tabel 5.1. Hasil Pemeriksaan Identitas RAP .................................................. 48 Tabel 5.2. Hasil Pemeriksaan Orientasi Agregat ........................................... 53 Tabel 5.3. Hasil Pemeriksaan Gradasi Bahan RAP ........................................ 54 Tabel 5.4. Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat RAP ..................................... 55 Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Nilai Cc dan Cu ............................................... 57 Tabel 5.6. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan ............................ 57 Tabel 5.7. Hasil Pemeriksaan Sand Equivalent ............................................. 59 Tabel 5.8. Hasil Pemeriksaan Indeks Kepipihan dan Kelonjongan ............... 59 Tabel 5.9. Hasil Pemeriksaan Berat Isi .......................................................... 61 Tabel 5.10. Hasil Pemeriksaan Pelapukan Agregat Kasar ............................. 62 Tabel 5.11. Hasil Pemeriksaan Pelapukan Agregat Halus ............................. 62 Tabel 5.12. Hasil Pemeriksaan Keausan ........................................................ 63 Tabel 5.13. Hasil Pemeriksaan AIV................................................................ 64 Tabel 5.14. Hasil Pemeriksaan Modified AIV ................................................ 65 Tabel 5.15. Hasil Pemeriksaan ACV .............................................................. 66 Tabel 5.16. Hasil Pemeriksaan Ten Percent Fines Value .............................. 68
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Peta Lokasi I.1. Lokasi Universitas Muhammadiyah Surakarta I.2. Lokasi Pengambilan Bahan RAP Lampiran II. Hasil Pemeriksaan Identitas RAP II.1. Kadar Aspal RAP II.2. Kadar Air RAP Lampiran III. Hasil Pemeriksaan Orientasi (Pergerakan) Agregat III.1. Orientasi (Pergerakan) Bahan RAP dan Agregat RAP Lampiran IV. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik IV.1. Analisis Saringan IV.2. Berat Jenis dan Penyerapan IV.3. Sand Equivalent IV.4. Indeks Kepipihan dan Kelonjongan IV.5. Berat Isi Lampiran V. Hasil Pemeriksaan Kekuatan Mekanik V.1. Pelapukan Agregat (Soundness Test) V.2. Keausan (Los Angeles) V.3. Aggregate Impact Value (AIV) V.4. Modified Aggregate Impact Value (AIV) V.5. Aggregate Crushing Value (ACV) V.6. Ten Percent Fines Value Lampiran VI. Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing
x
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
A
: berat sampel awal
AASHTO : The American Associaton of State Highway and Transportation Official AC-BC
: Asphalt Concrete-Bearing Course
ACV
: Aggregate Crushing Value
AIV
: Aggregate Impact Value
a
: berat saringan
ai
: berat sebelum di uji
ASTM
: American Standard Testing and Material
B
: berat sampel setelah di uji yang tertahan saringan no. 12
Bj
: Berat sampel kering permukaan
Bk
: Berat sampel kering oven
Ba
: Berat uji kering permukaan di dalam air
b
: berat saringan + agregat yang tertahan
bi
: berat yang tertahan saringan sesudah di uji
C
: berat sampel yang lolos saringan no. 8 (2,36 mm)
Cc
: Coefficient of Curvature
Cu
: Coefficient of Uniformity
cm3
: Centimeter Cubic
c#1
: berat agregat tertinggal saringan no.1
c#3/4
: berat agregat tertinggal saringan no. 3/4
D
: Ukuran saringan terbesar
d
: Ukuran saringan
dm3
: Decimeter Cubic
DPU
: Dinas Pekerjaan Umum
D10
: diameter butiran pada persen lolos 10%
D30
: diameter butiran pada persen lolos 30%
D60
: diameter butiran pada persen lolos 60%
gr
: Gram xi
Inch
: Inchi
LA
: Los Angeles
Kab
: Kabupaten
Kg
: Kilogram
kN
: Kilo Newton
mm
: Milimeter
m
3
: Meter cubic
no.
: Nomor
P
: Total lolos saringan tertentu
RAP
: Reclaimed Asphalt Pavement
rpm
: Rotation Per Minute
SNI
: Standart Nasional Indonesia
SSD
: Saturated Surface Dry
SE
: Sand Equivalent
TPFV
: Ten Percent Fines Value
V
: Volume wadah
Wa
: Berat sampel
Wa1
: Total berat sampel yang lolos alat uji kelonjongan
Wa2
: Total berat sampel yang tertahan alat uji kepipihan
∑Wa
: Total berat sampel
x
: diameter terpanjang
Y
: berat total agregat
y
: diameter rata-rata
z
: diameter terpendek
%wi
: persentase berat agregat yang mengalami pelapukan
%xi
: persentase agregat yang lolos saringan sesudah di uji
%yi
: persentase berat agregat terhadap berat total agregat
xii
DAFTAR SIMBOL
°C
: Derajat Celcius
%
: Persen
Ø
: Diameter
“
: Inchi
<
: Kurang dari
>
: Lebih dari
xiii
EVALUASI KONTRIBUSI ASPAL DAN AGREGAT DALAM MENDUKUNG KEKUATAN BAHAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ABSTRAKSI Mada Pramindana (D 100 110 068) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta RAP terdiri dari degraded aggregate dan aged bitumen. Mutu yang dihasilkan dari campuran RAP ini masih belum kompetitif jika dibandingkan dengan campuran hot mix. Hal ini disebabkan menurunnya kualitas (sifat fisik dan kekuatan mekanik) dari bahan RAP, tetapi RAP ini masih mempunyai kualitas dan bisa digunakan sebagai bahan daur ulang. Dengan adanya indikasi tersebut maka perlu adanya evaluasi kontribusi aspal dan agregat dalam mendukung kekuatan RAP. Penelitian ini menggunakan RAP yang berasal dari Kabupaten Tegal di jalur Pantura. Penelitian ini tidak menggunakan bahan tambah apapun. RAP ini diperiksa identitasnya terlebih dahulu, meliputi warna, kadar aspal, dan kadar air. Penelitian ini memiliki beberapa pemeriksaan yaitu orientasi agregat, sifat fisik, dan kekuatan mekanik. Setelah itu material RAP diekstraksi yang kemudian agregat RAP diperiksa lagi seperti halnya pada RAP sebelumnya. Setelah didapatkan data pemeriksaan di laboratorium, kemudian data dihitung dan dianalisis dari masing-masing jenis pemeriksaan. Kemudian dapat diketahui apakah yang berkontribusi dalam membangun kekuatan RAP. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan sebagai berikut. Hasil uji orientasi agregat didapatkan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini menghambat agregat bergerak mengisi rongga kosong. Hasil uji analisis saringan gradasi RAP tersebut cenderung lebih kasar daripada spesifikasi AC-BC maupun agregat RAP. Uji berat jenis dan penyerapan didapatkan nilai dari bahan RAP lebih rendah daripada agregat RAP. Uji indeks kepipihan dan kelonjongan didapat agregat sudah mengalami perubahan bentuk. Uji sand equivalent didapatkan nilai S.E dari bahan RAP lebih tinggi daripada agregat RAP. Uji berat isi didapat hasil berat isi agregat RAP lebih tinggi daripada RAP. Berdasarkan pemeriksaan sifat fisik adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat mengubah bentuk agregat, tingkat distribusi agregat, dan mengurangi daya serap air. Hasil uji kekuatan mekanik didapatkan nilai agregat RAP lebih rendah daripada bahan RAP. Kondisi ini diakibatkan adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat yang membantu meredam beban. Hal ini membuktikan bahwa agregat yang berasal dari RAP ini sudah mengalami penuaan yang mudah lapuk jika terkena beban dan cairan kimia. Berdasarkan ulasan di atas dapat dikatakan bahwa yang berkontribusi dalam mendukung kekuatan RAP adalah aspal dan agregat yang bekerja secara bersama-sama. Kata-kata kunci : RAP, agregat RAP, orientasi agregat, sifat fisik, kekuatan mekanik
xiv
EVALUATION OF THE CONTRIBUTION ASPHALT AND AGGREGATE IN SUPPROT STRENGTH OF MATERIALS RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ABSTRACT Mada Pramindana (D 100 110 068) Civil Engineering Program Faculty og Engineering University of Muhammadiyah Surakarta RAP (Reclaimed Asphlat Pavement) consists of degraded aggregate and aged bitumen. The quality of RAP mixture don’t still competitive when compared with hot mix. Because this decreasing quality (physical properties and mechanical strength) from RAP, but RAP still have quality and can be used as recycle materials. With that indications then need to evaluate the contribution of aged bitumen and aggregate ini supporting the strength of RAP. This research using RAP from Tegal in northern coast line. This research didn’t use any added ingredients. The first this RAP to checks identity among other color, asphalt content, moisture content. Researchers doing to checks that orientation aggregate, physical properties, and mechanical strength. After that RAP to extracted, then aggregate RAP will be checks again as in the check of RAP. After checking in the laboratory, and then the data is calculated and analyzed from each type of examination. Then it can be seen whether that contribute in to build strength of the RAP. Following the results of the examination. The results test identity of RAP that color is bromn grayish, because RAP is materials aged. Proven also with asphalt content is also relatively low at 4,16%. The results test of orientation aggregate showed that asphalt and cluster that blanketed the surface of the aggregate inhibit aggregate moves to fill the void. The test results pf sieve analysis gradation of the RAP tend to be more rugged than the specification of AC-BC and aggregate of RAP. Test of spesific gravity and absorption to available the value of RAP is lower than the aggregate of RAP. Test of flakiness and elongation index to available the aggregate from RAP is already changing its of the shape. Test sand equivalent obtained value of SE from RAP is higher than aggregate of RAP. Test density obtained value of bulk density from aggregate RAP is higher than RAP. The results test of mechanical strength obtained the aggregate RAP is aging so easily obsolescent to exposed load and chemical liquid. In other words, asphalt and cluster that blanketed the aggregate this surface to help reduce the load. Based on the evaluation it can be said that the contribution in support of the power of RAP is asphalt and aggregate to work together. Key words : RAP, aggregate of RAP, orientation aggregate, physical properties, mechanical strength
xv
BAB I Pendahuluan
Mada Pramindana D 100 110 068
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pekerjaan daur ulang (recycling) perkerasan jalan adalah cara yang digunakan untuk merehabilitas perkerasan jalan yang telah rusak ke perkerasan yang baru dengan menggunakan material limbah perkerasan jalan. Limbah-limbah dari perkerasan yang telah rusak atau sudah habis umur rencananya biasa disebut dengan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP). Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) adalah limbah perkerasan jalan yang diambil langsung dari perkerasan jalan yang telah rusak atau yang sudah habis umur rencananya, campurannya terdiri dari aspal dan agregat. Komponen aspalnya cenderung sudah sangat keras dan getas, sedangkan agregatnya cenderung sudah
mengalami
degradasi.
Teknologi
daur
ulang
dengan
menggunakan RAP ini dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam, ketergantungan akan material baru, mengatasi problem limbah dan menjaga keseimbangan alam dengan menambah maupun tidak bahan peremaja atau bisa dengan perekayasaan kembali gradasi RAP untuk dijadikan lapis perkerasan yang baru, tetapi bahan RAP ini masih perlu diteliti sejauh mana bahan daur ulang lapis perkerasan jalan ini masih layak digunakan lagi atau tidak. Pada umumnya, RAP yang digunakan sebagai bahan dasar daur ulang ini sudah mengalami degraded aggregate dan aged bitumen. Mutu properties yang dihasilkan dari campuran RAP ini belum kompetitif dengan campuran aspal beton konvensional (hot mix). Hal ini disebabkan memang RAP mempunyai kualitas (sifat fisik dan kekuatan mekanik) material yang sudah menurun jika dibandingkan dengan fresh aggregate, tetapi bahan ini masih bisa berpotensi untuk diolah untuk dijadikan bahan perkerasan jalan yang lebih berkualitas. Dengan kata lain bahan RAP ini masih mempunyai kualitas untuk dijadikan sebagai bahan dasar pekerjaan daur ulang perkerasan jalan, oleh karena itu bahan
1
2
RAP perlu diselidiki seberapa besar potensi RAP untuk dijadikan bahan dasar pekerjaan daur ulang perkerasan jalan. Dengan adanya indikasi di atas, maka peneliti melakukan penelitian untuk mengevaluasi kontribusi komponen dari bahan RAP yaitu aspal dan agregat ini dalam mendukung kekuatan dari bahan RAP. Dengan tujuan di atas maka peneliti memilih beberapa jenis pemeriksaan antara lain orientasi agregat saat dipadatkan, sifat fisik, kekuatan mekanik. Dalam hal ini nantinya terdapat 2 benda uji yang nantinya digunakan untuk perbandingan yaitu bahan RAP asli dan agregat hasil ekstraksi dari RAP. Pemeriksaan orientasi agregat adalah untuk mengetahui seberapa jauh agregat tersebut bergerak untuk mengisi rongga udara yang kosong ketika mendapatkan energi pemadatan. Pengujian sifat fisik antara lain, gradasi, berat jenis dan penyerapan, bentuk agregat (flakiness, elongation index), sand equivalent, berat isi. Pengujian kekuatan mekanik antara lain, pelapukan agregat (soundness test), keausan (abrasi), AIV (Aggregate Impact Value), Modiefied AIV (Aggregate Impact Value), ACV (Aggregate Crushing Value), Ten Percent Fines Values. Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas nantinya dapat dievaluasi apakah yang sebenarnya berkontribusi dalam mendukung kekuatan bahan RAP.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1.
Bagaimana identitas bahan RAP?
2.
Bagaimana orientasi (pergerakan) agregat dari bahan RAP dan agregat RAP ketika dipadatkan dengan mesin tekan (press)?
3.
Bagaimana sifat fisik dari bahan RAP dan agregat RAP?
4.
Bagaimana kekuatan mekanik dari bahan RAP dan agregat RAP?
5.
Bagaimana kontribusi aspal dan agregat dalam mendukung kekuatan bahan RAP berdasarkan orientasi (pergerakan) agregat, sifat fisik, dan kekuatan mekaniknya?
3
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui identitas RAP.
2.
Mengetahui orientasi (pergerakan) agregat bahan RAP dan agregat RAP di dalam mold ketika dipadatkan dengan mesin tekan (press).
3.
Mengetahui sifat fisik dari bahan RAP dan agregat RAP.
4.
Mengetahui kekuatan mekanik dari bahan RAP dan agregat RAP.
5.
Mengetahui kontribusi aspal dan agregat dalam mendukung kekuatan bahan RAP berdasarkan orientasi (pergerakan) agregat, sifat fisik, dan kekuatan mekaniknya.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah : 1.
Sebagai ilmu pengetahuan tentang orientasi agregat saat dipadatakan, sifat fisik, dan kekuatan mekanik dari bahan RAP dan agregat RAP.
2.
Sebagai ilmu pengetahuan tentang kontribusi aspal dan agregat dalam mendukung kekuatan bahan RAP.
E. Batasan Masalah 1.
Penelitian ini menggunakan bahan sisa-sisa bongkaran jalan lama yang diambil di DPU Kab. Tegal di jalur Pantura.
2.
Penelitian ini menggunakan alat-alat yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan ini yang berada di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3.
Material yang digunakan pada penelitian ini berupa bahan RAP yang masih terselimuti aspal dan agregat dari RAP tersebut yang didapat melalui proses ekstraksi.
4.
Pemeriksaan orientasi (pergerakan) agregat dalam mold transparan dengan menggunakan alat uji tekan hidrolis (press).
5.
Pemeriksaan orientasi (pergerakan) agregat gradasi yang direkayasa masuk spesifikasi AC-BC.
4
6.
Pemeriksaan orientasi (pergerakan) agregat hanya sebatas 2 dimensi saja untuk pengamatannya.
7.
Pemeriksaan sifat fisik antara lain : analisa saringan, berat jenis dan penyerapan, bentuk agregat (flakiness dan elongation index), sand equivalent, berat isi.
8.
Pemeriksaan kekuatan mekanik antara lain : pelapukan agregat (soundness test), keausan, AIV (Aggregate Impact Value), Modified AIV (Aggregate Impact Value), ACV (Aggregate Crushing Value), Ten Percent Fines Value (TPFV).
9.
Untuk pengujian analisa saringan khusus untuk benda uji bahan RAP dicoba dengan 2 metode yaitu metode wet sieving dan dry sieving.
10. Semua bahan yang digunakan untuk pemeriksaan orientasi, dan sifat fisik adalah dari material bahan RAP yang sama yang selanjutkan diekstraksi untuk pemeriksaan orientasi dan sifat fisik agregat RAP. 11. Bahan yang digunakan untuk benda uji kekuatan mekanik adalah dari material bahan RAP dan agregat RAP yang berbeda. 12. Pemeriksaan Aggregate Crushing Value (ACV) pemberian beban tekan hanya pada beban 25 ton saja dengan waktu yang sama dengan prosedurnya yaitu 10 menit, dikarenakan keterbatasan beban maksimal dari alat uji tekan. Sehingga nantinya dapat diprediksi nilai ACV yang sebenarnya pada beban 40 ton dengan pendekatan grafik menggunakan sedikitnya 3 data pemeriksaan TFV. 13. Pemeriksaan Ten Percent Fines Value (TFV) menggunakan waktu untuk lama pembebanan sama dengan pemeriksaan ACV dengan pembebanan bervariasi mulai dari 20 kN sampai dengan 260 kN.
F. Keaslian Penelitian Penelitian ini mengambil judul “Evaluasi Kontribusi Aspal dan Agregat Dalam Mendukung Kekuatan Bahan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)”. Penelitian ini asli karena memang belum ada pada penelitian tentang RAP sebelumnya. Dalam penelitian ini tidak menggunakan bahan tambah apapun yang
5
biasa digunakan pada penelitian lainnya untuk memperbaiki properties campuran RAP. Dalam penelitian ini hanya fokus pada orientasi, sifat fisik, dan kekuatan mekanik dari bahan RAP dan agregat RAP. Beberapa penelitian tentang RAP dan analisis orientasi agregat yang pernah dilakukan sebelumnya belum dikaji tentang orientasi, sifat fisik, dan kekuatan mekanik dari bahan RAP dan agregat RAP. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut nantinya akan dapat diketahui apakah yang berkontribusi dalam mendukung kekuatan bahan RAP. Beberapa penelitian sejenis tentang RAP dan orientasi agregat yang pernah dilakukandsebelumnya: 1. Setiawan (2011) dengan judul “Analisis Sifat Fisik Material Perkerasan Jalan Hasil Daur Ulang”. 2. Pramudyo (2013) dengan judul “Perbandingan Orientasi Agregat Campuran Aspal Yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab dan Marshall Hammer”. 3. Astuti (2015) dengan judul “ Analisis Pengaruh Bahan Tambah Kapur Terhadap Karakteristik RAP ( Reclaimed Asphalt Pavement )”.
G. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Suprayitno
Astuti
Tabel 1.1. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Hendra Setiawan, dkk
Penelitian yang diusulkan
Fresh agreggate
Stabilisasi dengan + Kapur Padam
RAP
Mengetahui pengaruh bahan tambah kapur padam terhadap Karakteristik RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)
Analisis Pengaruh Bahan Tambah Kapur terhadap Karakteristik RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)
(2015)
Uraian
Analisis Sifat Fisik Material Perkerasan Jalan Hasil Daur Ulang
(2013)
No
Judul
Evaluasi Kontribusi Aspal dan Agregat dalam Membangun Kekuatan Bahan RAP
(2011)
1.
Tujuan
2.
Mengetahui nilai fisik dari suatu material penyusun bahan RAP
RAP
Hot Mix
Modified Proctor & CBR
Perbandingan Orientasi Agregat Campuran Aspal yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab dan Marshall Hammer Mengetahui perbandingan orientasi distribusi agregat campuran aspal yang dipadatkan dengan menggunakan alat Roller Slab dan Marshall Hammer
Agregat RAP dan Bahan RAP
Tanpa Bahan Tambah
Pemadatan dengan Roller Slab dan Marshall Hammer
Nilai kepadatan dan daya dukung RAP dengan dan tanpa bahan tambah kapur
Bahan
Tanpa Bahan Tambah
Uji Fisik Agregat dan Aspal RAP
Orientasi agregat dan distribusi void Hasil
Perbedaan Metode
Uji orientasi, sifat fisik dan kekuatan mekanik agregat dan bahan RAP
Nilai sifat fisik agregat penyusun RAP
Persamaan
Mengetahui kontribusi aspal dan agregat terhadap bahan RAP berdasarkan orientasi dan distribusi, sifat fisik, dan kekuatan mekaniknya
3.
4. Pengujian
-
1
8
BAB II Tinjauan Pustaka
Mada Pramindana D 100 110 068
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) adalah bahan limbah perkerasan jalan. Bahan ini terdiri atas degraded aggregate dan aged bitumen yang masih mempunyai potensi untuk diolah kembali menjadi bahan perkerasan jalan dengan propertis yang lebih berkualitas. Penggunaan RAP saat ini semakin menjadi kebutuhan karena desakan isu lingkungan terhadap kualitas hidup manusia dan kelanggengan bumi (Widyatmoko dan Sunarjono, 2007). Dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) (Sumber : Widyatmoko dan Sunarjono, 2007)
B. Sifat Agregat Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan solid. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75% - 85% agregat berdasarkan persentase volume (Sukirman, 1993). Agregat adalah komponen utama dalam konstruksi jalan raya. Lebih dari 600 juta ton agregat dalam tiap tahunnya, dibutuhkan untuk penggunaan konstruksi jalan raya, dan belum termasuk tambahan 200 juta ton yang digunakan untuk perbaikan konstruksi jalan raya. Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk digunakan pada konstruksi perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
7
8
gradasi, kekuatan, bentuk butir, tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimia. Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu perkerasan jalan. Sifat dan bentuk agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi tiga (Sukirman, 1993). 1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability). 2. Kemampuan dilapisi aspal yang baik, 3. Kemampuan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan aman.
C. Orientasi Agregat Dalam penelitian (Tashman et al, 2007) menggunakan teknologi analisis citra yang relatif baru. Dengan menggunakan kamera digital (QImaging Evolution MP kamera 12 bit digital) dan software ProPlus. Ini adalah teknik merusak sampel karena kebutuhan untuk memotong permukaan sampel dan gagal untuk menangkap distribusi rongga udara tetapi memiliki keuntungan menangkap detail agregat yang lebih besar pada pesawat individu dan relatif lebih murah. Inti dipotong menggunakan gergaji dan setiap permukaan ditandai. Hasil dari studi ini adalah sebagai berikut : 1. Spesimen
yang dipadatkan
menggunakan
gyratory
dan
vibrator
menunjukan orientasi partikel melingkar. Ini diperkirakan penyebab utamanya oleh efek kekangan dari mold. Spesimen yang dipadatkan oleh slab menunjukan orientasi partikel yang lebih kecil. Ini kemungkinan disebabkan oleh proses pemotongan yang menyebabkan partikel yang memanjang pada keliling luar spesimen. 2. Agregat yang diamati pada potongan vertikal dari sampel yang dipadatkan dengan gyratory, vibrator, dan slab menunjukan orientasi condong arah horizontal. Aplikasi dari pemberian getaran pada spesimen yang
9
dipadatkan oleh slab meningkatkan derajat partikel arah horizontal pada bidang tegak. Sebab dari perbedaan ketahanan terhadap deformasi permanen yang diamati antara proses metode pemadatan berbasis mold dan spesimen yang dipadatkan dengan slab itu sulit dipastikan. 3. Orientasi partikel yang cenderung melingkar pada spesimen yang dipadatkan dengan gyratory dan vibrator itu menyebabkan sampel menjadi kaku pada arah melingkar. Dengan sampel kaku pada arah melingkar
regangan
arah
melintang
akan
berkurang
sehingga
menyebabkan regangan axial yang lebih rendah karena pengaruh poison rasio sesual. Alternatif lainnya adalah orientasi partikel melingkar dapat menyebabkan
potensi
besar
untuk
meningkatkan tegangan
yang
mengekang dalam spesimen sehingga mengarah pada kinerja yang lebih bagus dalam hal pembebanan axial. 4. Pemadatan gyratory (dan mungkin pemadatan vibrator) membuat spesimen mempunyai rongga udara yang lebih besar pada bagian pinggir dan rongga udara yang lebih rendah pada bagian tengah. Bagian tengah dari pemotongan mungkin mempunyai ketahanan yang lebih besar terhadap deformasi karena agregat lebih rapat. Mungkin bahwa kekuatan struktural secara keseluruhan dari spesimen yang terdiri dari dua bagian spesimen lebih besar daripada spesimen yang mempunyai rongga udara merata.
D. Sifat Fisik Menurut Sukirman (1993), sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya. Sifat agregat yang menentukan
kualitas
sebagai
bahan
dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu:
konstruksi
perkerasan
jalan
dapat
10
1. Gradasi agregat Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan. Semua jenis perkerasan jalan memiliki spesifikasi tentang syarat partikel agregat yang akan digunakan harus dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel harus memenuhi proporsi tertentu. Gradasi agregat dibedakan menjadi beberapa jenis : a. Gradasi seragam (uniform graded) adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/sejenis. Gradasi ini hanya memiliki sedikit agregat halus sehingga banyak rongga udara antar agregatnya. Gradasi seragam sering disebut dengan gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, berat volumenya kecil. b. Gradasi rapat (dense graded) adalah campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang sehingga mempunyai gradasi baik (well graded) dinamakan juga agregat yang mempunyai gradasi baik. Agregat dengan gradasi rapat akan menghasilkan lapaisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume besar. c. Gradasi
senjang (gap graded) merupakan campuran agregt dengan 1
fraksi hilang atau 1 fraksi dengan proporsi yang sedikit. Sering disebut gradasi buruk (poor graded). Agregat dengan gradasi senjang akan menghasilkan lapisan perkerasan yang mutunya terletak diantara kedua jenis gradasi diatas. (Sukirman, 1993). Berikut jenis gradasi agregat dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan distribusi agregat dapat dilihat pada Gambar 2.3. Sifat-sifat yang dimiliki dari ketiga gradasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
11
Gradasi Seragam
Gradasi Rapat
Gradasi Senjang
Gambar 2.2 Jenis gradasi agregat (Sumber : Google Image)
Gambar 2.3 Distribusi agregat (Sumber : Google Image) Tabel 2.1 Sifat-sifat dari macam-macam gradasi. Gradasi Seragam Kontak antar butir baik. Kepadatan bervariasi tergantung dari segregasi yang terjadi. Stabilitas dalam keadaan terbatasi tinggi. Stabilitas dalam keadaan lepas rendah. Sulit untuk dipadatkan. Mudah diresapi air. Tidak dipengaruhi kadar air.
Gradasi Baik Kontak antar butir baik. Seragam dan kepadatan tinggi.
Gradasi Buruk Kontak antar butir jelek. Seragam tetapi kepadatan jelek.
Stabilitas tinggi.
Stabilitas sedang.
Kuat menahan deformasi.
Stabilitas sangat rendah pada keadaan basah. Mudah untuk dipadatkan.
Sulit sampai sedang usaha untuk pemadatan. Tingkat permeabilitas cukup. Pengaruh variasi kadar air cukup.
Tingkat permeabilitas rendah. Kurang dipengaruhi oleh bervariasinya kadar air.
(Sumber : Sukirman, 1993) Semua lapisan perkerasan lentur membutuhkan agregat yang terdistribusi dari besar sampai kecil. Semakin besar ukuran maksimum partikel agregat yang digunakan semakin banyak variasi ukuran dari besar sampai kecil yang dibutuhkan. Batasan ukuran maksimum yang digunakan dibatasi oleh tebal
12
lapisan yang diharapkan. Penggunaan partikel agregat dengan ukuran besar menguntungkan karena: 1) Usaha untuk pemecahan partikel lebih sedikit, sehingga biayanya lebih murah. 2) Luas permukaan yang harus diselimuti aspal lebih sedikit sehingga kebutuhan aspal akan berkurang. Selain itu terdapat sifat-sifat yang justru kurang baik untuk perkerasan jalan raya yaitu: 1) Kemudahan pelaksanaan pekerjaan berkurang 2) Segregasi bertambah besar 3) Mungkin terjadi gelombang melintang (raveling) 2. Kadar Lempung Lempung mempengaruhi mutu campuran agregat dengan aspal karena: a. Lempung membungkus partikel-partikel agregat sehingga ikatan antara agregat dan aspal berkurang. b. Adanya lempung mengakibatkan luas daerah yang harus diselimuti aspal bertambah. c. Tipisnya lapisan aspal mengakibatkan lapisan mudah teroksidasi sehingga lapisan cepat rapuh/getas. d. Lempung cenderung menyerap air yang berakibat hancurnya lapisan aspal. Terdapat 2 cara untuk menganalisa kadar lempung yang terkandung dalam campuran agregat yaitu: a. Atterberg limit, dilakukan untuk campuran agregat yang agak halus. b. Sand equivalent test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos saringan no.4. (Sukirman, 1993). 3. Bentuk dan Tekstur Agregat Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut. Agregat umumnya
kasar
pada
dapat berbentuk bulat (rounded), lonjong (elongated), kubus
(cubical), pipih (flaky), tak beraturan (irregular), sampai bersudut (angular), dapat dilihat pada Gambar 2.4.
13
Gb. 2.4.a Rounded
Gb. 2.4.b Irregular
Gb. 2.4.c
Gb. 2.4.d
Angular
Flaky
Gb.2.4.e Elongated
Gambar 2.4 Tipikal bentuk agregat kasar. (Sumber : Google Image) Bentuk agregat memberikan ikatan antara agregat (agregate interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan antar agregat yang mungkin saja akan terjadi. Agregat yang bursudut tajam, berbentuk kubikal, dan agregat yang memiliki lebih dari satu bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat yang paling baik. Bentuk agregat dapat memengaruhi workabilitas campuran perkerasan selama proses penghamparan, yaitu dalam
hal
energi pemadatan yang dibutuhkan untuk memadatkan campuran, dan kekuatan struktur perkerasan selama umur pelayanannya. Dalam campuran beraspal penggunaan kombinasi antara beberapa jenis agregat kasar akan menghasilkan campuran beraspal yang baik. (Sukirman, 1993). 4. Berat jenis Berat jenis adalah perbandingan antara berat volume agregat dan berat volume air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Selain itu agregat dengan kadar pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak. Terdapat 4 jenis berat jenis (spesific gravity) yaitu, berat jenis bulk, berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry), berat jenis semu (apperrent specific gravity), dan berat jenis efektif (efective specific gravity).
14
E. Kekuatan Mekanik Sukirman (1993) menyatakan bahwa daya tahan agregat merupakan ketahan agregat terhadap adanya penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat dapat mengalami degradasi, yaitu perubahan gradasi, akibat pecahnya butir-butir agregat. Kehancuran agregat dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu proses mekanis dan kimiawi. Kehancuran agregat akibat proses mekanik antara lain adanya gaya-gaya yang terjadi selama proses pelaksanaan perkerasan jalan (penimbunan, penghaparan, pemadatan), pelayanan terhadap beban lalu lintas. Sedangkan kehancuran agregat akibat proses kimiawi seperti pengaruh kelembaban, panas, dan perubahan suhu setiap harinya. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis agregat, gradasi campuran, ukuran partikel, bentuk agregat, dan besarnya energi yang dialami oleh agregat tersebut.
F. Penelitian Tentang RAP dan Orientasi Agregat Sejenis Setiawan dan Pradani (2011) melakukan pemeriksaan terhadap agregat RAP yang meliputi Pengujian Aggregat Impact Value (AIV), Aggregat Pressure Value (APV) dan berat jenis, sedangkan pemeriksaan terhadap aspal RAP meliputi penetrasi, titik lembek dan berat jenis. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa agregat RAP masih memenuhi spesifikasi sifat fisik yang disyaratkan yaitu nilai AIV sebesar 6,6% dan nilai APV sebesar 20,4% serta nilai berat jenis minimum 2,5, tetapi gradasi agregat RAP tidak sesuai bagi spesifikasi campuran AC-WC sehingga perlu perbaikan gradasi. Hasil pengujian terhadap aspal RAP tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan dimana nilai penetrasinya sangat rendah yaitu sebesar 21,6 mm dan titik lembek sebesar 57°C, sehingga perlu penambahan modifier atau rejuvenating agent agar aspal RAP dapat digunakan kembali sebagai material perkerasan jalan baru. Suprayitno (2013) melakukan penelitian orientasi agregat yang dipadatkan Alat Pemadat Roda Gilas, pada bagian lapisan atas terjadi dorongan secara horizontal yang menyebabkan agregat berpindah jauh dari posisi awal. Bagian tengah dan bawah pun terjadi pergeseran, namun tidak terlalu signifikan seperti
15
bagian atas karena tidak terkena langung oleh gilasan roda baja. Pada alat pemadat Marshall Hammer juga mengalami pergeseran, tapi tidak sesignifikan alat pemadat alat pemadat roda gilas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, semakin banyak lintasan dan tumbukan yang diberikan maka semakin besar orientasi agregatnya dan semakin padat distribusi void-nya. Hal ini ditunjukan dari hasil perubahan titik koordinat awal [(0;-3),(-3;0),(3;0)], setelah lintasan 15, 30, dan 45 menjadi : [(0,5;0,5),(-3;5),(2;5)], [(-1;-2),(4;0),(-4;1)], dan [0,5;0,5),(3,5;3),(-4,5;2)], sedangkan Marshall Hammer dengan titik koordinat awal yang sama dengan APRS, setelah tumbukan 2 x 25, 2 x 50, dan 2 x 75 menjadi: [(0;-3,2),(-3;0,21),(3;0,2)], [(0;-3),(-3,5;0,5),(3;0,2)], [(0;-3,5),(-3;-1),(4;-1)] . Pada penelitian distribusi void, benda uji pada alat pemadat Marshall Hammer lebih padat yaitu : pada tumbukan 2 x 25, 2 x 50, dan 2 x 75 nilai void yang dihasilkan 8,24%, 6,84%, dan 4,66%, dibandingkan pada alat pemadat APRS pada lintasan 15, 30, dan 45 yaitu : 8,92%, 6,89%, dan 5,27%. Astuti (2015) melakukan penelitian dari dilakukan adalah nilai abrasi agregat RAP sebesar 25,25%. Kadar aspal RAP berdasar uji ekstraksi sebesar 4,16%. Hasil uji kepadatan dan CBR RAP adalah nilai kepadatan maksimum 1,664 gr/cm3 pada kadar air optimum 2,83%, dan nilai soaked CBR 20%. Pengaruh penambahan kapur dapat meningkatkan nilai kepadatan maksimum, kadar air optimum, dan CBR yang lebih tinggi. Penambahan kapur hingga 4,5% mampu meningkatkan nilai kepadatan maksimum hingga 1,766 gr/cm3, kadar air optimum 3,85%, dan soaked CBR 42% (nilai unsoaked CBR hanya 29%). Nilai kepadatan RAP asli sebesar 1,972 gr/cm3 dengan kadar air optimum 5,5% dengan nilai CBR Soaked sebesar 50,67%. Pada penelitian ini ditemukan bahwa rekayasa gradasi RAP dapat meningkatkan nilai kepadatan maksimum hingga 1,993 gr/cm 3 dicapai pada kadar air optimum 4,5%. Berdasarkan hasil penyelidikan dapat disimpulkan bahwa propertis campuran RAP dapat ditingkatkan melalui rekayasa gradasi dan penambahan kapur. Bahan tambah kapur bekerja lebih efektif pada kondisi campuran RAP terendam air.
BAB III Landasan Teori
Mada Pramindana D 100 110 068
BAB III LANDASAN TEORI
A. Hubungan Orientasi (Pergerakan) Agregat Terhadap Kekuatan RAP Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati seberapa jauh bahan RAP dan agregat RAP ini bergerak untuk menutupi rongga kosong yang ada dalam campuran, ketika dipadatkan dengan beban yang sama. Semakin banyak rongga yang ada dalam campuran ini terisi maka dapat diketahui tingkat kepadatannya campuran tersebut juga bagus. Secara logika jika kepadatannya bagus maka kekuatan daya dukungnya yang dihasilkan juga bagus. Dalam penelitian ini ada indikasi bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang masih menyelimuti permukaan agregat pada bahan RAP ini menghambat pergerakan dari agregat tersebut untuk bermanufer mengisi rongga kosong yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan metode yang sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan mold transparan yang digunakan untuk mengamati orientasi dari suatu agregat tersebut yang dijadikan agent. Dengan tiap lapis diberikan satu agent tersebut untuk media pengamatan. Dalam hal ini jumlah lapisan sebanyak 3 lapis. Mold yang digunakan berdiameter 15 cm dan tingginya 14 cm.
B. Hubungan Sifat Fisik Agregat Terhadap Kekuatan RAP Dalam penelitian ini dipilih 5 jenis pemeriksaan sifat fisik yang nantinya akan digunakan. Benda uji ada 2 macam yaitu bahan RAP dan agregat RAP. Berikut jenis pemeriksaan sifat fisik: 1. Gradasi (analisis saringan) Pemeriksaan ini bertujuan untuk membuat suatu distribusi ukuran agregat dalam bentuk grafik yang dapat memperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu agregat dengan menggunakan susunan saringan. Batu pecah dan batu alam secara teori terbagi atas dua grup yaitu agregat kasar dan halus, pemisah dari dua grup ini adalah ukuran saringan no.4 (4,75
16
17
mm) dimana agregat yang berada di atasnya disebut agregat kasar dan yang berada di bawahnya adalah agregat halus. Di laboratorium pembagian ini diperbanyak untuk keperluan perkerasan jalan digunakan 3 zona gradasi atau biasa disebut fraksi agregat, yaitu fraksi kasar, medium, dan halus. Dalam hal ini bahan agregat yang digunakan adalah bahan RAP dan agregat RAP. Biasanya pengujian gradasi menggunakan metode dry sieving, tetapi untuk bahan RAP yang akan digunakan ini akan digunakan metode
wet
sieving,
maksudnya
metode
analisa
saringan
yang
menggunakan media air sebagai pemisah antara partikel kecil yang menempel pada partikel yang besar. Sedangkan pada agregat RAP dengan material yang masih sama untuk 2 metode tersebut diuji setelah aspal dan butiran kecil yang menempel di permukaan agregatnya tersebut lepas karena proses ekstraksi. Perhitungan analisis saringan dapat dilihat pada rumus 3.1 sampai dengan 3.4. Rumus : Berat agregat tertinggal
= b-a
Jumlah berat agregat tertinggal= c#1 + c#3/4
(3.1) (3.2)
berat agregat tertinggal x100 % (3.3) total agregat
% jumlah berat tertinggal
=
% lolos
= 100% - % jumlah berat tertinggal (3.4)
dengan :
a
= berat saringan
b
= berat saringan + agregat yang tertahan
c#1
= berat agregat tertinggal saringan no.1
c#3/4 = berat agregat tertinggal saringan no.3/4 Terdapat 2 cara penentuan gradasi suatu agregat yaitu, cara grafis dan analitis. Dengan cara grafis data hasil analisa saringan diplotkan ke grafik semi logaritma, di mana sumbu x adalah diameter saringan dalam skala logaritma dan sumbu y adalah persen lolos saringan (%). Dari pola yang dihasilkan dapat dilihat secara langsung gradasi dari campuran tersebut termasuk bersifat dense graded (Cu>15 dan 1
18
(Cu<15 dan 1
15 dan Cc<1). Cara analitis dengan membuat parameter koefisien keseragaman (coefficient of uniformity) dan koefisien gradasi (coefficient of curvature). Persamaan parameter Cc dan Cu dapat dilihat pada rumus 3.5 sampai 3.6. Rumus :
(3.5) dengan : Cu
: Koefisien Keseragaman (coefficient of uniformity)
D10 : diameter butiran pada persen lolos 10% (mm) D60 : diameter butiran pada persen lolos 60% (mm) (3.6) dengan: Cc
: Koefisien Kecekungan (coefficient of curvace)
D10 : diameter butiran pada persen lolos 10% (mm) D30 : diameter butiran pada persen lolos 30% (mm) D60 : diameter butiran pada persen lolos 60% (mm) 2. Berat jenis dan penyerapan Adalah perbandingan antara
massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran agregat dan aspal, campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibanding dengan perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama akan membutuhkan aspal yang banyak. Pengukuran hasil berat jenis agregat ini biasa digunakan untuk mengekspresikan nilai kerapatan/density agregat, dimana nilai kerapatan agregat diperoleh dengan mengalikan nilai berat jenis agregat dengan kerapatan air pada suhu yang sama. Berat jenis berpengaruh terhadap tingkat kepadatan dari suatu material karena jika berat jenis dari suatu material kecil maka berat jenis campurannya juga kecil. Berdasarkan pemeriksaan berat jenis hasil yang akan didapatkan antara lain berat jenis lepas (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh
19
(SSD), berat jenis semu (apperent), berat jenis efektif, dan penyerapan. Berat jenis lepas (bulk) adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume pori yang ada. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya dapat dilewati oleh air. Berat jenis semu (apperent) adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air. Berat jenis efektif adalah nilai tengah dari berat jenis curah dan semu, terbentuk dari campuran partikel kecuali poripori/rongga udara yang dapat menyerap air. Sedangkan penyerapan (absorpsi)
adalah
perbandingan
perubahan
berat
agregat
karena
penyerapan air oleh pori-pori dengan berat agregat pada kondisi kering. Dalam penelitian ini terdapat 2 macam benda uji yaitu bahan RAP dan agregat RAP yang didapat dari hasil ekstraksi yang sudah dibuang aspal yang menyelimuti permukaan agregatnya. Masing-masing benda uji dibagi menjadi 3 fraksi yaitu fraksi kasar (<10 mm), fraksi medium (5-10 mm), dan fraksi halus (<5mm). Perhitungan berat jenis dan penyerapan dapat dilihat pada rumus 3.7 sampai 3.10. Rumus: Berat jenis bulk =
Bk Bj Ba
Berat jenis kering permukaan jenuh = Berat jenis semu = Penyerapan =
(3.7)
Bj Bj Ba
Bk Bk Ba
Bj Bk x100% Bk
dengan: Bk
= Berat sampel kering oven (gr)
Bj
= Berat sampel kering permukaan jenuh (gr)
Ba
= Berat uji kering permukaan di dalam air (gr)
(3.8) (3.9) (3.10)
20
3. Sand equivalent Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur perbandingan relatif antara bagian yang merugikan (debu, tanah liat, lumpur, lempung) dengan bahan agregat halus yang lolos sesuai saringan yang disyaratkan. Karena agregat yang digunakan tidak seutuhnya bersih sehingga dengan kata lain sering terdapat zat-zat asing yang tidak diinginkan, yang dapat merugikan perkerasan aspal. Semakin besar nilai SE maka semakin bersih agregat tersebut dari bahan yang merugikan, begitu juga sebaliknya. Perhitungan nilai S.E dapat dilihat pada rumus 3.11 sampai 3.12. Rumus: Sand Equivalent (SE) = Kadar lumpur
skala pasir x100 % (%) skala lumpur
= 100% - SE (%)
(3.11) (3.12)
4. Indeks kepipihan dan kelonjongan (Flakiness and Elongation Index) Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai secara kuantitatif distribusi agregat yang berbentuk flaky (pipih) dan elongated (lonjong), yang dinyatakan dengan indeks kepipihan dan indeks kelonjongan. Pada dasarnya bentuk agregat yaitu, bulat (rounded), tidak beraturan (irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (elongated), pipih dan lonjong (flaky and eongated). Kategori bulat, tidak beraturan, dan bersudut untuk keperluan tertentu dikelompokkan dalam satu kategori yaitu berdimensi seragam. Agregat dikatakan pipih, lonjong, pipih dan lonjong, atau berdimensi seragam ditentukan berdasarkan perbandingan diameter terpendek (z), terpanjang (x), dan rata-ratanya (y). Sebagai ilustrasi, untuk agregat berbentuk balok maka diameter terpendeknya adalah tebalnya, diameter terpanjang adalah panjangnya dan diameter rata-ratanya lebarnya.BSI menentukan jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter terpanjang kurang dari 0,55 maka agregat berbentuk lonjong, sedangkan jika perbandingan diameter terpendek dan rata-rata diameter kurang dari 0,60 maka agregat berbentuk pipih.
21
Nilai indeks menunjukan persentase jumlah agregat yang pipih atau lonjong dari sampel yang ada. Semakin besar nilai indeks berarti semakin banyak agregat pipih atau lonjong. Bentuk agregat yang pipih atau lonjong tidak disukai dalam struktur perkerasan karena sifatnya yang mudah patah sehingga mempengaruhi gradasi agregat, interlocking dan menyebabkan peningkatan porositas perkerasan tidak beraspal. Bina Marga masih menerima bentuk agregat pipih maksimal 25%, tetapi hanya untuk lapis fondasi. Perhitungan indeks kepipihan dan kelonjongan dapat dilihat pada rumus 3.13 sampai 3.16. Rumus: Indeks kelonjongan
=
Wa1 x100 % Wa
(3.13)
Indeks kepipihan
=
Wa2 x100 % Wa
(3.14)
Elongation ratio
=
y x
(3.15)
Flakiness ratio
=
z y
(3.16)
dengan: Wa1
= Total berat sampel yang lolos alat uji kelonjongan (gr)
Wa2
= Total berat sampel yang tertahan alat uji kepipihan (gr)
∑Wa = Total berat sampel (gr) x
= diameter terpanjang (mm)
y
= diameter rata-rata (mm)
z
= diameter terpendek (mm)
5. Berat isi Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat isi suatu material baik kasar maupun halus, atau campuran dan penetapan rongga udara (air void). Berat isi adalah perbandingan antara berat benda yang mengisi suatu wadah dengan volume wadah tersebut. Metode pemeriksaan berat isi adalah dengan mengukur berat sampel agregat kering oven dalam silinder
22
logam dibagi dengan volume silinder logam yang dinyatakan dalam satuan (kg/l). Berat isi biasa disebut dengan nilai kerapatan/density atau bulk density. Beberapa faktor yang mempengaruhi berat isi agregat antara lain kondisi agregat, suhu standar, dan cara pengisian. Ada 3 cara untuk cara pengisian ke dalam wadah antara lain dengan memasukan agregat secara lepas, dengan guncangan, dan tusukan. Kegunaan berat isi agregat ini adalah untuk menyeleksi proporsi campuran, faktor konversi dalam hubungannya dengan berat/volume waktu pembelian, pengangkutan, dan pengisian ke stockpile. Perhitungan berat isi dapat dilihat pada rumus 3.17. Rumus: Berat isi agregat =
Wa V
(3.17)
dengan: Wa
= berat sampel (gr)
V
= volume wadah (cm3)
C. Hubungan Kekuatan Mekanik Agregat Terhadap Kekuatan RAP Dalam penelitian ini dipilih 6 jenis pemeriksaan kekuatan mekanik yang nantinya akan digunakan. Benda uji ada 2 macam yaitu bahan RAP dan agregat RAP. Berikut jenis pemeriksaan kekuatan mekanik: 1. Pelapukan Agregat (Soundness Test) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur durabilitas agregat terhadap proses pelapukan akibat pengaruh alam dan juga proses pengausan secara kimia. Istilah soundness diartikan sebagai kemampuan agregat untuk menahan perubahan volume yang berlebih, sebagai akibat dari perubahan lingkungan fisik, seperti beku-cair (freeze-thaw), perubahan panas. Soundness termasuk tes fisika-kimia (physico-chemical test). Agregat yang akan digunakan untuk perkerasan jalan haruslah tahal lama, tidak menurun mutunya atau menjadi hancur akibat pengaruh cuaca. Fenomena cuaca ini secara umum berlangsung pada skala waktu geologi,
23
tetapi pada situasi tertentu bisa terjadi pada masa layan terutama pada agregat di permukaan yang terekspos/tidak terlindung dari pengaruh cuaca. Pemeriksaan ini bisa menggunakan larutan Natrium Sulfat (NaSo4) ataupun Magnesium Sulfat (MgSO4). Pemeriksaan ini menggunakan benda uji yang berupa agregat kasar dan halus pada setiap fraksinya. Persyaratan benda uji untuk pemeriksaan pelapukan agregat dapat dilihat pada Tabel 3.1 untuk agregat kasar dan Tabel 3.2 untuk agregat halus. Perhitungan pelapukan agregat dapat dilihat pada rumus 3.18 sampai 3.20. Tabel 3.1 Persyaratan Benda Uji Agregat Kasar Lolos Saringan (mm)
Tertahan Saringan (mm)
Berat Benda Uji Saringan yang untuk Disyaratakan Pelapukan 63 mm (21/2”) 50 mm (2”) 3000±300 32,00 mm 50 mm (2”) 37,5 mm (11/2”) 2000±200 32,00 mm 1 37,5 mm (1 /2”) 25 mm (1”) 1000±50 16,00 mm 3 25 mm (1”) 19 mm ( /4) 500±30 16,00 mm 19 mm (3/4) 12.5 mm (1/2) 670±10 8,00 mm 1 3 12.5 mm ( /2) 9.5 mm ( /8) 330±5 8,00 mm 9.5 mm (3/8) 4.75 mm (No.4) 300±5 4,00 mm (Sumber : Modul Praktikum) Tabel 3.2 Persyaratan Benda Uji Agregat Halus Lolos Saringan (mm)
Tertahan Saringan (mm)
4.75 mm (No.4) 2.36 mm (No.8) 1.18 mm (No.16) 0.60 mm (No.30)
2.36 mm (No.8) 1.18 mm (No.16) 0.60 mm (No.30) 0.30 mm (No.50)
Berat Benda Uji Saringan untuk yang Pelapukan Disyaratakan ≤100 2.36 mm ≤100 1.18 mm ≤100 0.60 mm ≤100 0.30 mm (Sumber : Modul Praktikum)
Rumus: %xi =
(ai bi) x100% ai
(3.18)
dengan: %xi
= persentase agregat yang lolos saringan sesudah di uji (%)
ai
= berat sebelum di uji (gr)
bi
= berat yang tertahan saringan sesudah di uji (gr)
24
%yi =
ai x100% Y
(3.19)
dengan: %yi
= persentase berat agregat terhadap berat total agregat (%)
ai
= berat agregat untuk tiap fraksi (gr)
Y
= berat total agregat (gr)
%wi
= (% yi ) x(% xi )
(3.20)
dengan: %wi
= persentase berat agregat yang mengalami pelapukan (%)
%yi
= persentase berat agregat terhadap berat total agregat (%)
%xi
= persentase agregat yang lolos saringan sesudah di uji (%)
2. Abrasi (Los Angeles) Adalah jenis pengujian mekanik yang bertujuan untuk mengetahui durabilitas atau ketahanan agregat terhadap kerusakan akibat benturan bola baja yang dihasilkan oleh mesin Los Angeles. Durabilitas atau ketahan terhadap kerusakan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan jumlah agregat. Beberapa agregat yang memilik kekuatan standar pun akan mengalami kerusakan saat di stockpile atau saat masa layan di jalan. Pada hakekatnya ikatan antar butir partikel bisa kuat dan lemah, namun secara berulang menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses perendaman air seperti akibat cuaca, pembekuan, dan lain-lain. Prinsip pengujian Los Angeles adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi standarnya akibat kombinasi abrasi, tekanan, dan penggilasan di dalam drum baja. Pengujian ini digunakan secara luas sebagai indikator dari kualitas atau kemampuan berbagai sumber agregat yang mempunyai komposisi mineral yang sama. Sampel agregat yang digunakan untuk uji abrasi harus keadaan bersih dari debu atau material yang merugikan lainnya. Adapun spesifikasi benda uji abrasi yang disyaratkan, dapat dilihat di Tabel 3.3 dan Gambar 3.1. Perhitungan keausan agregat dapat dilihat pada rumus 3.21.
25
Tabel 3.3. Tabel Spesifikasi Benda Uji Keausan (Los Angeles). Ukuran Saringan Lolos inch
mm
Tipe (gram)
Lolos inch 1
A
B
C
D
E
F
G
mm
3"
76,2
2 /2"
63,5
2500
1
2 /2"
63,5
2"
50,8
2500
2"
50,8
11/2"
38,1
5000
11/2"
38,1
1"
25,4
1250
1"
25,4
3/4"
19,05
1250
3/4"
19,05
1/2"
12,7
1250
2500
1/2"
12,7
3/8"
9,51
1250
2500
3/8"
9,51
1/4"
6,35
2500
1/4"
6,35
#4
4,75
2500
#4
4,75
#8
2,36 Bola Baja Putaran
5000 5000
5000 5000
5000 12
11
8
6
12
500
12 1000
(Sumber : Modul Praktikum) Rumus: Nilai keausan =
A B x100% B
(3.21)
dengan: A
= berat sampel awal (gr)
B
= berat sampel setelah di uji yang tertahan no. 12 (gr)
Gambar 3.1. Alat Uji Abrasi (Los Angeles) (Sumber : Google Image)
12
26
3. Agregate Impact Value (AIV) Adalah jenis pemeriksaan mekanik yang bertujuan untuk menguji kekuatan batuan terhadap beban, khususnya beban yang berupa tumbukan sebagai salah satu simulasi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid load. Nilai AIV adalah persentase perbandingan antara agregat yang hancur dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang dikataka hancur adalah agregat yang lolos saringan 2,36 mm setelah pengujian. Agregat yang mempunyai nilai AIV >30% maka dapat dikatakan agregat tersebut tidak cukup kuat untuk menahan beban tekan. Adapun variasi diameter benda uji yang disyaratkan untuk pengujian AIV, dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.2. Perhitungan nilai AIV dapat dilihat pada rumus 3.22. Tabel 3.4. Tabel variasi diameter benda uji untuk pengujian AIV. Lolos Standar Non Standar
Saringan Pemisah 10,0 mm 2,36 mm 20,0 mm 5,0 mm 14,0 mm 3,35 mm 6,3 mm 1,70 mm 5,0 mm 1,18 mm 3,35 mm 850 µm 2,36 mm 600 µm (Sumber : Modul Praktikum) Tertahan
14,0 mm 28,0 mm 20,0 mm 10,0 mm 6,3 mm 5,0 mm 3,35 mm
Rumus: Nilai AIV
=
C x100% A
dengan: AIV
= nilai Aggregate Impact Value (%)
A
= berat awal sampel (gr)
C
= berat sampel yang lolos saringan 2,36 mm (gr)
(3.22)
27
Gambar 3.2. Alat uji AIV (Agregate Impact Value) (Sumber : Google Image) 4. Modiefied AIV Pada prinsipnya pemeriksaan ini pengembangan dari pengujian AIV (Aggregate Impact Value). Jika pada AIV biasa, sampel yang digunakan adalah sampel agregat dalam keadaan kering udara. Sedangkan pada pengujian ini sampel agregat yang digunakan terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh air, dengan merendam sampel agregat di dalam air selama 24 jam atau bisa lebih. Perhitungan nilai modified AIV dapat dilihat pada rumus 3.23. Contoh rumus: Nilai Modified AIV
=
C x100% A
(3.23)
dengan: AIV
= nilai Modified Aggregate Impact Value (%)
A
= berat awal sampel (gr)
C
= berat sampel yang lolos saringan 2,36 mm (gr)
5. Agregate Crushing Value (ACV) Adalah pemeriksaan mekanik yang bertujuan untuk mengukur kekuatan relatif agregat terhadap tekanan (crushing), dengan menyatakan
28
nilai Aggregate Crushing Value (ACV) dan sebagai salah satu simulasi kemampuan agregat terhadap slow load. Seperti halnya pengujian AIV untuk menguji kekuatan agregat terhadap tumbukan, sedangkan ACV juga merupakan simulasi pemerian beban terhadap suatu sampel agregat. Prinsip percobaan di sini adalah sampel agregat diberi kenaikan tekanan tertentu selama beberapa waktu. Pemberian tekanan pada sampel ini hanya diberikan pada arah aksial saja, dengan memberikan beban aksial tertentu selama 10 menit pada sampel agregat. Nilai ACV adalah persentase perbandingan antara agregat yang hancur dengan jumlah sampel yang ada. Adapun silinder yang disyaratkan, pada Tabel 3.5 dan Gambar 3.3. Perhitungan nilai ACIV dapat dilihat pada rumus 3.24. Tabel 3.5. Persyaratan Silinder Pengujian ACV. Diameter Internal Silinder 150 mm
Diameter Internal Silinder 75 mm
Silinder Internal Diameter Kedalaman Diameter Tebal Dinding
154±0,5 mm 125 sampai 140 mm > 16,0 mm
78±0,5 mm 70 sampai 85 mm > 8,0 mm
Plunger Diameter Piston Diameter Stem Panjang Piston dan Stem Tebal Piston Diameter Lubang
152±0,5 mm 95 sampai 155 mm 100 sampai 115 mm > 25,0 mm 20,0 mm
78±0,5 mm 45 sampai 80 mm 60 sampai 80 mm > 19,0 mm 10,0 mm
Ukuran untuk
Baseplate (Plat Atas) Tebal Panjang
6 mm 6 mm 200-300 mm 110-115 mm (Sumber : Modul Praktikum)
Rumus: Nilai ACV
=
C x100% A
dengan: ACV
= nilai Aggregate Crushing Value (%)
(3.24)
29
A
= berat awal sampel (gr)
C
= berat sampel yang lolos saringan 2,36 mm (gr)
Gambar 3.3. Alat uji ACV (Agregate Crushing Value) (Sumber : Google Image) 6. Ten per cent fines value Pada dasarnya pengujian ini sama dengan pengujian ACV yaitu mencari nilai kehancuran agregat dengan memberikan beban aksial pada sampel agregat. Jika pada ACV pengujian dilakukan dengan memberikan beban tertentu selama 10 menit kemudian didapatkan nilai persentase kehancuran agregat akibat ACV. Sedangkan pada pengujian ini ada variasi beban aksial dan variasi lama penekanan terhadap sampel agregat hingga mendapatkan nilai kehancuran akibat tekanan yaitu sebesar maksimal 10%. Perhitungan nilai TPFV dapat dilihat pada rumus 3.25. Rumus: Nilai TPFV
=
C x100% A
(3.25)
dengan: TPFV
= nilai Ten Percent Fines Value (%)
A
= berat awal sampel (gr)
C
= berat sampel yang lolos saringan 2,36 mm (gr)
BAB IV Metode Penelitian
Mada Pramindana D 100 110 068
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Tinjauan Umum Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu dengan melakukan beberapa pengujian untuk mendapatkan data-data dari penelitian yang diinginkan. Untuk mendapatkan hasil dari beberapa percobaan, penelitian ini dibutuhkan beberapa sampel. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa kegiatan antara lain pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan pengambilan kesimpulan secara umum dari semua pengujian yang dilakukan di Laboratorium.
B. Lokasi Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
di
laboratorium
Teknik
Sipil
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Dapat dilihat pada Lampiran I.1.
C. Bahan dan Material Dalam penelitian ini digunakan bahan dan material antara lain : 1. RAP yang digunakan pada penelitian ini berasal dari DPU Kab. Tegal dari jalur Pantura. Dapat dilihat pada Lampiran I.2. 2. Agregat yang digunakan terdiri dari agregat kasar dan agregat halus yang berasal dari bahan RAP yang dipisahkan melalui proses ekstraksi.
D. Peralatan Dalam penelitian terdapat 3 macam jenis pengujian, yaitu : a. Tes identitas RAP, antara lain : 1. Satu set peralatan ekstraksi antara lain: a) Reflux Extractor. b) Timbangan kapasitas 500 gram dan 5000 gram. c) Kondensor. d) Kompor listrik.
30
31
e) Kawat asbes. f) Kertas filter. g) Bensin. 2. Satu set peralatan kadar air antara lain: a) Cawan kecil. b) Timbangan kapasitas 500 gram. c) Oven. b. Tes orientasi agregat dari bahan RAP dan agregat RAP Peralatan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ini antara lain: a) Satu set ayakan AC-BC. b) Mold transparan. c) Timbangan digital besar. d) Alat uji tekan hidrolis. c. Tes sifat fisik, antara lain : 1. Satu set peralatan analisis saringan a) Satu set ayakan AC-BC. b) Timbangan kapasitas 5000 gram. c) Vibrator. 2. Satu set peralatan berat jenis dan penyerapan a) Ayakan. b) Cawan besar. c) Timbangan kapasitas 5000 gram. d) Oven. 3. Satu set peralatan pengujian bentuk agregat (Flakiness, Elongation Index) antara lain: a) Thickness gauge b) Timbangan digital sedang. 4. Satu set peralatan Sand Equivalent antara lain: a) Picnometer. b) Ayakan. c) Kaki pemberat.
32
d) Larutan CaCl2. e) Air. 5. Satu set peralatan berat isi a) Mold. b) Timbangan kapasitas 30000 gram. c) Batang penusuk. d. Tes kekuatan mekanik, antara lain : 1. Satu set peralatan pelapukan agregat (Soundness Test) a) Cawan. b) Saringan 1 set AC-BC. c) Larutan NaSO4 atau MgSO4. d) Timbangan kapasitas 5000 gram dan 500 gram. e) Air. f) Vibrator. g) Oven. h) Gelas ukur. 2. Satu set peralatan keausan (Los Angeles) a) Los Angeles Machine. b) Timbangan kapasitas 5000 gram. c) Oven. 3. Satu set peralatan AIV (Aggregate Impact Value) dan modified AIV a) Alat uji AIV. b) Timbangan kapasitas 30000 gram. 4. Satu set peralatan ACV (Agregate Crushing Value) a) Mold. b) Timbangan kapasitas 30000 gram. c) Alat tekan hidrolis (UTM). 5. Satu set peralatan Ten Percent Fines Value (TPFV) a) Mold. b) Timbangan kapasitas 30000 gram. c) Alat tekan hidrolis (UTM)
33
E. Tahapan Penelitian Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka disusun urutan kegiatan mulai dari awal proses pengumpulan data sampai dengan data tersebut digunakan untuk membuat suatu kesimpulan dari penelitian ini. Penelitian ini memiliki 7 tahapan pokok seperti pada gambar bagan alir penelitian (gambar 4.1) untuk membuat kesimpulan yang menjawab dari tujuan dari “Evaluasi Kontribusi Aspal dan Agregat Dalam Mendukung Kekuatan Bahan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement). Berikut ini alur/tahapan penelitian ini: 1. Tahap I : Persiapan alat dan bahan Pada tahap ini merupakan tahapan awal untuk pengumpulan data primer pada penelitian ini. Pada tahap ini yang pertama peneliti lakukan adalah mencari material RAP dari DPU Kab. Tegal di jalur Pantura. setelah itu peneliti mempersiapkan formulir yang nantinya digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan. Setelah itu persiapan alat yang nantinya digunakan untuk berlangsungnya pemeriksaan. Setelah itu yang peneliti lakukan adalah persiapan bahan RAP terlebih dahulu yang nantinya digunakan untuk pemeriksaan identitas, pemeriksaan orientasi agregat, sifat fisik, serta kekuatan mekanik. Setelah semua jenis pengujian dari bahan RAP selesai dilaksanakan langsung benda uji yang digunakan tadi dikelompokan tiap pengujiannya. Maksudnya adalah tiap jenis pengujian memiliki benda uji dari RAP dan agregat RAP yang sama. Terkecuali pemeriksaan yang sifatnya merusak yaitu kekuatan mekanik ini menggunakan benda uji RAP yang berbeda. Setelah dikelompokan RAP tersebut diekstraksi terlebih dahulu kemudian diambil agregat RAP-nya yang kemudian di uji pergerakannya, sifat fisik, dan kekuatan mekaniknya. 2. Tahap II : Pengumpulan data tentang identitas bahan RAP Tahap ini merupakan pengumpulan data tentang identitas dari bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bahan RAP. Pengujian identitas RAP meliputi : warna, kadar aspal, dan kadar air dari RAP. Berikut daftar jenis pemeriksaan dan rencana benda uji tentang identitas RAP, dapat dilihat
34
pada Tabel 4.1. Berikut langkah-langkah pengujian ekstraksi dan kadar air. Langkah-langkah pengujian ekstraksi dengan menggunakan alat reflux extractor: a. Menyediakan alat reflux extractor satu set dan bahan RAP yang akan dijadikan benda uji untuk pemeriksaan kadar aspal sebanyak 500 gr. b. Timbang kertas saring dan kerucut saring atas dan bawah. Sekaligus panaskan kompor listrik. c. Letakkan kertas saring ke dalam kerucut saring sesuai dengan posisinya. d. Susun kerucut saring pada tabung. e. Letakkan benda uji di kerucut saring bagian atas. f. Tuangkan bensin secukupnya pada benda uji. g. Letakkan tabung di atas kompor listrik yang sudah panas. h. Letakkan kondensor di atas tabung yang berfungsi untuk pendingan tabung agar tidak mudah pecah saat dipanaskan. Kemudian tunggu sampai tetesan bensin pada kerucut saring bawah kembali ke warna asli dari bensin. i. Setelah itu masukkan ke dalam oven sekitar 15 menit. j. Keluarkan tunggu sampai dingin lalu timbang masing-masing kerucut saring. Berikut langkah-langkah pemeriksaan kadar air sebagai berikut: a. Menyediakan alat yaitu cawan, oven. Bahan RAP yang akan digunakan ambil secukupnya. b. Timbang cawan kosong. c. Timbang cawan + benda uji RAP. d. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu sekitar 1000C. e. Keluarkan benda uji dari oven tunggu sampai dingin lalu timbang. Rencana benda uji pemeriksaan identitas RAP dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
35
Tabel 4.1 Rencana Benda Uji Pengujian Identitas Bahan RAP. No. Jenis Pengujian Jumlah Benda Uji 1. Ekstraksi 1 2. Warna aspal 3. Kadar Air 2 Total 3 3. Tahap III : Pemeriksaan terhadap bahan RAP Pada tahap ini terdapat 3 jenis pengujian untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Pengujian terlebih dahulu pada benda uji yang bahan RAP. Karena pengumpulan benda uji untuk agregat RAP terlebih dahulu melalui proses ekstraksi. Dengan catatan sampel yang digunakan untuk semua uji kekuatan mekanik bahan RAP tidak sama dengan sampel uji kekuatan mekanik agregat RAP. Rencana benda uji pemeriksaan pergerakan, sifat fisik, dan kekuatan mekanik dapat dilihat pada Tabel 4.2, 4.3, 4.4. Adapun jenis pengujiannya antara lain pemeriksaan pergerakan, sifat fisik, dan kekuatan mekanik dari bahan RAP dan agregat RAP. a. Pemeriksaan orientasi agregat dari bahan RAP dan agregat RAP Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh material RAP dan agregat RAP ini bergerak ketika dipadatkan dengan alat uji tekan hidrolis. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Menyediakan alat dan bahan. Dalam hal ini adalah menyediakan benda uji RAP yang gradasinya direkayasa memenuhi spesifikasi AC-BC dan menyediakan mold transparan. 2) Mencampur secara rata kembali bahan RAP yang sudah ditimbang. 3) Memberi salah satu RAP dengan 3 warna berbeda agar mudah diingat dan diamati. 4) Masukkan ke dalam mold transparan secara lepas. Dengan catatan RAP dengan warna tadi diletakkan di pinggir mold agar mudah terlihat pada bagian atas, tengah, dan bawah. Lalu tentukan koordinat awal RAP tersebut. 5) Letakan pluger penekan di atas benda uji yang akan diuji.
36
6) Memadatkan benda uji dengan alat uji tekan hidrolis sampai benarbenar padat dan tidak dapat bergerak lagi. 7) Mengamati pergerakan RAP yang diwarnai tadi dengan kaca koordinat. 8) Mengeluarkan benda uji RAP tersebut dari mold, dan kemudian diekstraksi untuk melakukan pengujian pergerakan dari agregat RAP. 9) Ulangi langkah 1-7 untuk pengujian orientasi agregat RAP. Rencana benda uji pemeriksaan orientasi agregat dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 4.2 Rencana Benda Uji Orientasi Agregat. No.
Jenis Pengujian
Jumlah Benda Uji RAP Agregat RAP 1. Pemeriksaan Orientasi 1 1 Total 2 b. Pemeriksaan sifat fisik bahan RAP dan agregat RAP antara lain: 1) Pemeriksaan analisis saringan berdasarkan SNI 03-1968-1990 (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui gradasi campuran RAP dan agregat RAP. Pada pengujian ini untuk bahan RAP diuji analisis saringan dengan 2 metode yaitu dry sieving dan wet sieving. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyediakan bahan RAP asli sebanyak 3000 gram. b) Menyediakan satu set saringan dengan spesifikasi campuran AC-BC. c) Timbang dahulu tiap saringan kosongnya. d) Susun saringan mulai dari yang paling besar sampai dengan pan. e) Masukan benda uji ke dalam satu set saringan tersebut. f) Taruh satu set saringan di atas vibrator, kemudian guncangkan selama 15 menit. g) Timbang berat saringan + agregat yang tertahan mulai dari yang paling besar sampai pan (metode dry sieving).
37
h) Untuk metode wet sieving benda uji yang masih di dalam saringan tadi langsung disiram dengan air yang mengalir sambil diguncangkan manual. Berat yang hilang dianggap agregat yang lolos saringan no.200. i) Tunggu sampai kering lalu timbang saringan + agregat yang tertahan di saringan. j) Ambil semua agregat dari saringan kemudian dilakukan proses ekstraksi untuk didapatkan agregat RAP. Kemudian lakukan langkah a) sampai g). 2) Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan berdasarkan SNI 03-19702008 (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan menentukan berta jenis bulk, berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry), berat jenis semu (apperent specific gravity). Langkah-langkah pengujiannya berat jenis dan penyerapan agregat kasar dari RAP sebagai berikut: a) Siapkan benda uji RAP kasar sebanyak 2500 gr. b) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan yang melekat pada benda uji. c) Keringkan benda uji di dalam oven hingga didapatkan berat tetapnya. d) Dinginkan benda uji kemudian ditimbang. (BK) e) Rendam benda uji dalam air selama 24 jam. f) Keluarkan benda uji kemudian dilap dengan kain yang dapat menyerap air sampai kering permukaan. g) Timbang benda uji kering permukaan jenuh. (BJ) h) Letakkan benda uji di dalam keranjang dan masukkan ke dalam air dan kemudian timbang benda uji di dalam air. (BA) i) Kemudian benda uji diekstraksi kemudian di uji berat jenis agregat kasar dari RAP. Kemudian ulangi langkah a) sampai h). Langkah-langkah pengujian RAP halus: a) Siapkan benda uji RAP halus sebanyak 1000 gr.
38
b) Rendam benda uji dalam air selama 24 jam terlebih dahulu. c) Kemudian benda uji dibuat kering permukaan jenuh (SSD) dengan cara diangin-anginkan. d) Ambil benda uji yang telah kering permukaan jenuh sebanyak 500 gr. e) Timbang picnometer kosong. f) Timbang picnometer + air. g) Timbang picnometer + air + benda uji. h) Digoyangkan agar gelembung udara yang ada di bawah agregat halus dapat terkena air. i) Keluarkan benda uji dari picnometer dan oven benda uji selama 24 jam. j) Ulangi langkah a) sampai i) untuk agregat RAP. 3) Pemeriksaan sand equivalent berdasarkan SNI 03-4428-1997 (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar debu, lempung yang merugikan bagi agregat halus. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyediakan alat dan bahan. b) Membuat larutan CaCl2 dan kemudian masukan sampai 5’. c) Masukkan benda uji ke dalam tabung dengan menggunakan corong. d) Diamkan benda uji selama 10 menit kemudian guncangkan secara horizontal sebanyak 90 kali selama 30 detik. e) Kemudian masukkan irrigator sampai dasar tabung kemudian aduk perlahan sampai butir-butir tersuspensi ke bawah. f) Isikan larutan CaCl2 sampai 15’ sambil irrigator diangkat secara perlahan. g) Diamkan benda uji selama 20 menit. h) Baca skala lempung pada tabung ukur.
39
i) Kemudian masukkan irrigator untuk membaca skala pasir. Hasilnya dikurangi 10’. j) Lakukan langkah a) sampai i) untuk agregat RAP. 4) Pemeriksaan bentuk agregat berdasarkan SNI 03-4137-1995 (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk agregat dari RAP dan agregat RAP. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyediakan alat dan bahan. b) Menyediakan benda uji kasar sebanyak 2000 gr. c) Kemudian benda uji yang tertahan pada saringan tertentu benda uji tersebut di uji indeks kepipihannya dengan cara melewatkan agregat yang lolos uji kepipihan. Kemudian timbang beratnya. d) Kemudian benda uji yang sama di uji kelonjongannya dengan menimbang berat benda uji yang tertahan alat uji kelonjongan. e) Lakukan langkah a) sampai d) untuk agregat RAP 5) Pemeriksaan berat isi berdasarkan SNI 03-4804-1996 (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai agregat padat yang dipadatkan secara lepas, dengan tusukan, dan dengan goyangan. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyediakan alat dan bahan. Bahan RAP yang digunakan adalah RAP asli langsung diambil 5000 gr. Dan alat yang digunakan adalah mold dan tongkat baja, serta timbangan. b) Timbang mold kosong. c) Timbang mold kosong + air. Atau bisa dengan menghitung volume diameter dalam dari mold tersebut. d) Masukkan benda uji RAP secara lepas sampai penuh dan kemudian timbang.
40
e) Masukkan benda uji ke dalam mold dan dibagi 3 lapis secara rata tiap lapis diberi tusukan sebanyak 25 kali dan kemudian timbang beratnya. f) Masukkan benda uji ke dalam mold dan dibagi menjadi 3 bagian secara rata tiap lapis diberikan goyangan terlebih dahulu dan kemudian timbang beratnya. g) Lakukan langkah a) sampi f) untuk agregat RAP. Berikut rencana benda uji pemeriksaan sifat fisik dari RAP dan agregat RAP yang disajikan pada tabel 4.2. Rencana benda uji pemeriksaan sifat fisik dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.3 Rencana Benda Uji Sifat Fisik Bahan dan Agregat RAP. No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. a.
Jenis Pengujian Gradasi Dry sieving Wet sieving Berat jenis dan penyerapan Bentuk agregat Sand equivaent Berat Total
Jumlah Benda Uji Bahan RAP Agregat RAP 1
1
3
3
1 2 1
1 2 1 16
Pemeriksaan kekuatan mekanik bahan RAP dan agregat RAP. 1) Pemeriksaan pelapukan agregat (Soundness Test) berdasarkan ASTM C 88-76 (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai durabilitas agregat terhadap proses pelapukan akibat pengaruh alam dan juga proses pengausan secara kimia. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyediakan alat dan benda uji. Benda uji dibagi menjadi 2 yaitu agregat kasar dan halus. Benda uji dicari setiap fraksi butiran.
41
b) Siapkan larutan 215 gram NaSO4 untuk 1 liter air atau 350 gram MgSO4 untuk 1 liter air. Kemudian larutan tersebut didiamkan terlebih dahulu selama 2 hari. c) Rendam benda uji dengan larutan tersebut selama 20-24 jam dengan minimal perendaman 1 cm dari benda uji. d) Tutup tempat perendaman untuk mengurangi penguapan yang terjadi. e) Setelah 20-24 jam, tiriskan benda uji lalu masukan ke dalam oven selama 2-4 jam. f) Setelah berat tetap tercapai sampel dibiarkan dingin terlebih dahulu. g) Kemudian lakukan langkah c) sampai f) sampai 5 kali perendaman. h) Setelah perendaman ke-5 benda uji didinginkan dan kemudian dicuci dengan air hangat. i) Kemudian keringkan benda uji di dalam oven selama 2-4 jam. j) Kemudian saring benda uji dengan saringan yang sudah disyaratkan. k) Lakukan langkah b) sampai j) untuk benda uji agregat RAP. 2) Pemeriksaan keausan berdasarkan SNI 2417-2008 (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai keausan dari suatu benda uji. Pemeriksaan ini menggunakan mesin Los Angeles. Dalam pelaksanaan pengujiannya antara bahan RAP dan agegat RAP bisa bersamaan. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyediakan alat dan bahan. Menyediakan benda uji dengan spesifikasi tipe B sebanyak 5000 gr. b) Masukkan benda uji dan bola baja sebanyak 11 buah ke dalam mesin Los Angeles. c) Putar mesin sebanyak 500 putaran.
42
d) Kemudian disaring no.12. kemudian timbang butiran yang lolos saringan no.12. e) Lakukan langkah b) sampai d) untuk benda uji agregat RAP. 3) Pemeriksaan
Aggregate
Impact
Value
dan
modified
AIV
berdasarkan SNI M-20-1990-F (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan benda uji untuk menahan rapid load nilainya dapat diketahui dari nilai AIV. Dalam hal ini simulasinya berupa beban tumbukan. Langkahlangkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyediakan alat Aggregate Impact Value Machine dan bahan RAP dan agregat RAP lolos saringan 14 mm dan tertahan 10 mm. Jika AIV biasa benda uji dalam keadaan kering, sedangkan pada modified AIV benda uji dalam keadaan jenuh air karena perendaman di dalam air selama 24 jam. b) Timbang cup dalam keadaan kosong. c) Kemudian masukkan benda uji sebanyak 3 lapis sama tebal. Setiap lapisnya dipadatkan dengan tusukan sebanyak 25 tusukan. d) Ratakan permukaan benda uji dan kemudian timbang. e) Letakkan alat aggregate impact value pada bidang yang datar dan keras. f) Letakkan cup + benda uji tadi pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah baik dan tidak bergeser akibat beban tumbukan palu. g) Atur ketinggian jatuh antara bidang kontak palu dan permukaan benda uji setinggi sekitar 380 mm. h) Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke benda uji. Lakukan tumbukan sebanyak 15 kali. i) Kemudian saring benda uji yang sudah ditumbuk tadi dengan saringan no.8 (2,36 mm). Masing-masing benda uji yang tertahan dan lolos ditimbang. j) Ulangi prosedur di atas dengan benda uji yang berbeda.
43
k) Ulangi langkah b) sampai j) untuk pengujian modified AIV untuk agregat RAP. 4) Pemeriksaan Aggregate Crushing Value (ACV) berdasarkan SNI M-20-1990-F (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan relatif agregat terhadap tekanan (crushing) dengan menyatakan nilai ACV dan sebagai salah satu simulasi kemampuan agregat terhadap slow load. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) Menyiapkan alat Aggregate Crushing Value Machine dan bahan RAP dan agregat RAP lolos saringan 14 mm dan tertahan 10 mm. b) Timbang silinder pengujian dalam keadaan kosong. c) Masukkan benda uji dalam 3 lapis sama tebalnya dengan 25 kali tusukan tiap lapisnya. d) Ratakan permukaan benda uji dan kemudian timbang. e) Letakkan silinder + benda uji pada mesin ACV. f) Kemudian letakkan pluger penekan di atas benda uji. g) Kemudian benda uji ditekan dengan beban 25 ton selama 10 menit. h) Lepaskan beban dan saring benda uji dengan saringan no.8 (2,36 mm). Masing-masing benda uji yang lolos dan tertahan ditimbang. i) Lakukan langkah a) sampai h) untuk benda uji agregat RAP. 5) Pemeriksaan Ten Percent Fines Value berdasarkan SNI M-201990-F (Anonim, 2001) Pemeriksaan ini pada prinsipnya hampir sama dengan pengujian ACV, yang membedakan dalam hali ini adalah yang dicari adalah beban maksimal yang mampu ditahan oleh agregat dengan nilai kehancuran agregat sebesar 10%. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
44
a) Menyiapkan alat Aggregate Crushing Value Machine dan bahan RAP dan agregat RAP lolos saringan 14 mm dan tertahan 10 mm. b) Timbang silinder pengujian dalam keadaan kosong. c) Masukkan benda uji dalam 3 lapis sama tebalnya dengan 25 kali tusukan tiap lapisnya. d) Ratakan permukaan benda uji dan kemudian timbang. e) Letakkan silinder + benda uji pada mesin ACV. f) Kemudian letakkan pluger penekan di atas benda uji. g) Kemudian benda uji ditekan dengan variasi beban mulai dari 20 kN selama 10 menit. h) Lepaskan beban dan saring benda uji dengan saringan no.8 (2,36 mm). Masing-masing benda uji yang lolos dan tertahan ditimbang. i) Ulangi prosedur tersebut pada benda uji yang lain dengan beban maksimal mencapai 260 kN. j) Lakukan langkah a) sampai i) untuk benda uji agregat RAP. Rencana benda uji pemeriksaan kekuatan mekanik dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut. Tabel 4.4 Rencana Benda Uji Kekuatan Mekanik. No.
Jenis Pengujian
1. Pelapukan Agregat 2. Keausan 3. AIV 4. Modified AIV 5. ACV 6. Ten percent fines value Total
Jumlah Benda Uji Bahan RAP Agregat RAP 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 13 13 24 24 48
4. Tahap IV : Pemeriksaan terhadap agregat RAP Pada tahap ini berisi tentang pemeriksaan orientasi agregat, sifat fisik, kekuatan mekanik dari agregat RAP. Pada tahap sebelumnya berisi benda
45
uji bahan RAP selesai diteliti orientasi agregat, sifat fisik, dan kekuatan mekaniknya. Pada tahap ini adalah mengumpulkan benda uji agregat RAP yang nantinya akan diuji yang sama pada bahan RAP pada tahap sebelumnya. Proses pengumpulan material agregat RAP ini adalah dengan cara menghilangkan kandungan aspal yang masih melekat pada RAP dengan proses ekstraksi menggunakan Reflux Extractor. 5. Tahap V : Pengolahan data pengujian Pada tahap ini, data mentah dari semua jenis pemeriksaan yaitu orientasi agregat, sifat fisik, dan kekuatan dari bahan RAP dan agregat RAP diolah dengan menggunakan microsoft excel dan selanjutnya dianalisis masingmasing jenis pemeriksaan. Setiap hasil pemeriksaan dianalisis dengan teori setiap pemeriksaan maka nantinya didapatkan hipotesa awal yang nantinya digunakan untuk membuat analisis dan kesimpulan pada tahap berikutnya. 6. Tahap VI : Analisis dan pembahasan Pada tahap ini, setelah data mentah dari semua pemeriksaan diolah maka data hasil pemeriksaan dapat dianalisis. Dalam hal ini muncul hipotesa awal pada pemeriksaan orientasi agregat adanya aspal dan butiran kecil yang masih menyelimuti permukaan agregat ini akan menjadi penghambat dalam kemampuan agregat untuk melakukan manuver pergerakan ketika dipadatkan dengan alat uji tekan hidrolis. Dari pengujian sifat fisik adanya aspal dan butiran kecil ini berakibat mengubah distribusi gradasi campuran menjadi lebih kasar, menjadi penghambat kemampuan agregat dalam menyerap air, dan juga merubah bentuk agregat. Dari pemeriksaan kekuatan mekanik adanya aspal ini menjadi peredam beban benturan, tumbukan, dan tekanan. 7. Tahap VII : Kesimpulan dan saran Setelah didapatkan analisis dan pembahasan yang dihasilkan pada tahap VII, maka dapat disimpulkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu evaluasi peranan agregat dalam mendukung kekuatan bahan RAP. 8. Tahap VIII : Selesai
46
F.
BaganNirPemeriksaan Bagan atir pemeriksaan di laboratorium dapat dilihat pada Gambar 4.1.
rWarna
oKaduAspal oKadar Air
agrcgatuotukbfrtu RAP
SitoFisftR4P:
KetuetmMekaniki,4P:
r
o Analisissaingm
r Ber*jenisdap€ny€rqm r Bqu*agpgd(idelrskept dmkelmjongm o
Wfuuivalent
o Beratisi
.
d-.-.
Analisis data orieomi
Pelryi&masxes
o Keausm hul
o
AggegauIrytValre(AIY)
o ModifredAlV c A&tegate Crashing Yahu (AC V) Ten Pqent Fittcs Vahe
o
i
agrq*
IatrryIII TatrmVII TaIEpVIII
Ganrbar 4. 1 Bagan
Alir Pemeriksaan
BAB V Hasil dan Pembahasan
Mada Pramindana D 100 110 068
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Identitas RAP Pada penelitian ini terlebih dahulu perlu diketahui identitas dari bahan RAP tersebut dengan hasil sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Warna RAP Berdasarkan uji warna RAP yang dilakukan secara visual, warna RAP ini memiliki warna coklat keabu-abuan. RAP dapat dilihat pada Gambar 5.1. Diketahui bahwa perkerasan baru (hot mix) berwarna hitam pekat, tetapi ternyata RAP berwarna coklat keabu-abuan, terindikasi material penyusunnya sudah mengalami penuaan, mengalami pelapukan oleh adanya perubahan suhu dan iklim, terinfiltrasi oleh air, akibat beban lalu lintas kendaraan, dan terjadinya oksidasi udara.
Gambar 5.1. Warna RAP. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2. Pemeriksaan Ekstraksi Pemeriksaan ekstraksi dimaksudkan untuk mengetahui kadar aspal yang terkandung dalam campuran RAP tersebut, selain itu pemeriksaan ini juga bertujuan mengetahui persentase kandungan aspal yang hilang (yang larut dalam bensin dan melekat pada kertas filter saat proses ekstraksi
47
48
RAP). Hasil dari pemeriksaan ini didapatkan kadar aspal sebesar 4,16%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Lampiran II.1. Kadar aspal yang didapat dari proses ekstraksi RAP ternyata rendah, dikarenakan aspal yang terkandung dalam RAP sudah kehilangan bahan penyusunnya. Kondisi diakibatkan oleh adanya perubahan suhu dan iklim yang ekstrim, mengalami proses stripping, aspal berubah bentuk menjadi komponen yang getas dan keras, terjadinya penguapan dan oksidasi, serta aspal yang sudah larut dalam air. 3. Pemeriksaan Kadar Air RAP Pemeriksaan kadar air ini bermaksud untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam RAP tersebut. Hasil dari pemeriksaan kadar air didapat kadar air sebesar 1,30%. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan ditampilkan pada Lampiran II.2. Tabel 5.1 Pemeriksaan Identitas RAP No. Jenis Pengujian 1. Warna Aspal 2. Kadar Aspal 3. Kadar Air
Hasil Satuan Coklat keabu-abuan 4,16 % 1,30 % (Sumber : Hasil Penelitian)
B. Pemeriksaan Orientasi Agregat Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh material RAP dan agregat RAP ini bergerak ketika dipadatkan. Material ini dipadatkan dengan menggunakan mesin tekan (press). Dalam hal ini peneliti hanya mengamati pergerakannya pada 2 dimensi saja yaitu pada salah satu sisi dinding mold saja, dikarenakan dalam penelitian ini benda uji tidak menggunakan bahan pengikat seperti aspal, jadi kemungkinan besar akan runtuh jika benda uji dikeluarkan dari mold tersebut. Dalam pemeriksaan orientasi pada penelitian lainnya menggunakan bahan pengikat seperti aspal maka pengamatan bisa dengan mengeluarkan benda uji dari mold kemudian dipotong untuk di amati agent yang telah diletakkan sebelumnya. Dalam
49
pemeriksaan ini benda uji yang digunakan adalah bahan RAP dan agregat RAP. 1. Gradasi Rekayasa Agar mendapatkan campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi, maka dilakukanlah perekayasaan ulang gradasi baik RAP maupun agregat RAP. Gradasi rekayas adalah suatu susunan distribusi campuran agregat yang direkayasa agar memenuhi spesifikasi yang digunakan untuk persyaratan. Dalam hal ini material bahan RAP maupun agregat RAP direkayasa gradasinya memenuhi gradasi AC-BC. Gradasi rekayasa ini didapatkan dengan cara langsung menentukan persen lolos agar gradasi yang diinginkan masuk di antara spesifikasi campuran AC-BC. Gradasi rekayasa ini nantinya digunakan untuk beberapa pemeriksaan seperti orientasi agregat, dan juga berat isi. Gradasi rekayasa dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Grafik Gradasi Rekayasa AC-BC (Sumber : Hasil Perhitungan)
Berdasarkan grafik gradasi diatas dapat disimpulkan bahwa gradasi yang digunakan sudah memenuhi spesifikasi campuran AC-BC. Berdasarkan gradasi di atas dapat dihitung nilai Cc dan Cu, sehingga didapatkan nilai Cc=1,620 dan Cu=31,743. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Cu dan Cc gradasi tersebut tergolong dense graded.
50
2. Orientasi Bahan RAP Berdasarkan grafik gradasi rekayasa dilakukan pemeriksaan orientasi bahan RAP. Benda uji didapatkan dengan cara mencari berat tertahan pada masing-masing saringan. Dalam pemeriksaan ini beban yang diberikan untuk proses pemadatan adalah 260 kN, yang dibebani selama 10 menit. Hasil pemeriksaannya dapat dilihat pada grafik perubahan koordinat dan gambaran visualnya benda uji bahan RAP pada Gambar 5.3 sampai 5.4. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran III.1.
Agent 1
Gambar 5.3 Grafik Perubahan Koordinat Bahan RAP (Sumber : Hasil Perhitungan)
51
a Kondisi Awal
b Kondisi Akhir Gambar 5.4 Kondisi Visual Perubahan Letak Koordinat (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan grafik dan kondisi visual dari orientasi bahan RAP terlihat tiap agent (yang bertanda biru) ini cenderung bergerak vertikal ke bawah dan sedikit bergeser horizontal. Hal ini dikarenakan adanya beban tekan yang arahnya vertikal, dari setiap agent ini tidak terlalu bergerak jauh dari titik awal, ada indikasi bahwa adanya aspal yang masih menyelimuti permukaan aspal ini menghambat proses bergeraknya material tersebut. Pergerakan yang paling dekat terjadi pada agent yang berada di bawah, hal ini dikarenakan keterbatasan ruang gerak material. 3. Orientasi Agregat RAP Setelah benda uji digunakan untuk pemeriksaan orientasi bahan RAP, selanjutnya benda uji diekstraksi yang selanjutnya didapatkan material agregat RAP. Kemudian dilakukan pemeriksaan orientasi dengan beban dan lama pembebanan yang sama dengan bahan RAP. Hasil pemeriksaannya dapat dilihat pada grafik perubahan koordinat dan gambaran visualnya benda uji bahan RAP pada Gambar 5.5 sampai 5.6. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran III.1.
52
Gambar 5.5 Grafik Perubahan Koordinat Agregat RAP (Sumber : Hasil Perhitungan)
a. Kondisi Awal
b. Kondisi Akhir
Gambar 5.6 Kondisi Visual Perubahan Letak Koordinat (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan grafik dan kondisi visual dari orientasi agregat RAP terlihat tiap agent (yang bertanda biru) ini cenderung bergerak vertikal dan horizontal. Kondisi ini menunjukan bahwa agregat jika tidak ada aspal yang masih menyelimuti permukaan RAP dapat bergerak lebih leluasa untuk menutup rongga udara yang ada. Pergerakan yang paling dekat terjadi pada agent yang
53
berada di bawah, hal ini dikarenakan keterbatasan ruang gerak material. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 5.2. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran III.1. Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Orientasi Agregat No. Bahan 1. Bahan RAP
2.
Koordinat Awal Akhir 1 2 3
0;7 0;0 0;-6
-1;5 -1;-2 1;-6,5
1 2 3
0;7 0;0 0;-6
3;3 2;-3 -1,5;-6,5
Tinggi (cm) Sebelum Sesudah 14 12,5
Agregat RAP 14
11
(Sumber : Hasil penelitian) Berdasarkan Tabel 5.2 dan jika dilihat pada sketsa gambar 5.3 dan 5.4 diketahui bahwa pergerakan dari bahan RAP memang sedikit terhambat terlihat dari titik koordinatnya tiap material yang ditandai. Kondisi ini dikarenakan adanya aspal yang masih menyelimuti permukaan bahan RAP yang justru menghambat proses bergeraknya material untuk menutup rongga udara yang kosong. Dengan kata lain ada indikasi bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini mengubah tekstur agregat, sehingga mengakibatkan bahan RAP susah untuk dipadatkan. Sedangkan jika ditelusur lebih jauh lagi dengan beban yang diberikan sama antara bahan RAP dan agregat RAP tetapi tinggi benda uji keseluruhan yang dihasilkan berbeda. Dalam hal ini tinggi dari agregat RAP setelah proses penekanan ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan bahan RAP. Hal ini disebabkan oleh agregat RAP yang sudah tua, jadi saat diberi beban tersebut ada beberapa agregat yang justru hancur karena sudah tidak mampu menahan beban yang diberikan. Kondisi ini memunculkan indikasi bahwa adanya aspal yang menyelimuti permukaan bahan RAP ini membantu meredam beban tekan yang diberikan, tetapi dengan perbedaan tinggi benda uji setelah proses pemadatan ini dihasilkan nilai kepadatan dari RAP memang lebih rendah
54
daripada agregat RAP. Nilai kepadatan dari RAP sebesar 1,812 gr/cm3 sedangkan agregat RAP sebesar 2,059 gr/cm3.
C. Pemeriksaan Sifat Fisik RAP dan agregat RAP 1. Pemeriksaan Gradasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui gradasi RAP yang akan digunakan untuk bahan dasar penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan 2 macam benda uji untuk pengujian gradasi yaitu bahan RAP dan agregat RAP. Bahan RAP digradasi dengan menggunakan 2 metode yaitu dry sieving dan wet sieving, dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Lampiran IV.1. Perbedaan dari 2 metode ini adalah penggunaan air sebagai sarana untuk membantu proses pemeriksaan gradasi, yang bertujuan untuk membantu butiran kecil yang menempel lepas dari butiran yang besar, sedangkan pada agregat RAP digunakan metode dry sieving saja karena diasumsikan semua aspal dan butiran kecil yang menempel sudah lepas, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan perhitungan lengkapnya pada Lampiran IV.1. Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Gradasi RAP No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 15. 16.
Ø Ayakan (inch) 1 ¾ ½ 3/8 4 8 16 30 50 100 200 pan
Persen Lolos RAP (%) Dry Wet sieving Sieving 100 100 87,53 90,24 64,55 66,18 57,64 59,69 39,21 41,72 24,39 26,07 16,88 17,92 11,62 12,78 7,26 8,25 3,66 4,53 1,50 2,32 0,00 0,00
Batas atas Batas bawah AC-BC AC-BC (%) (%) 100 100 90 100 75 90 66 82 46 64 30 49 18 38 12 28 7 20 5 13 4 8 0 0 (Sumber : Hasil penelitian)
55
Berdasarkan hasil Tabel 5.3 di atas dapat dibuktikan bahwa analisis saringan RAP yang diuji dengan spesifikasi AC-BC ini masih belum memenuhi spesifikasi. Gradasi RAP ini lebih relatif kasar dibandingkan dengan gradasi agregat RAP dan spesifikasi AC-BC. Dalam hal ini bahan RAP yang masih mengandung aspal berpengaruh dalam gradasi RAP. Dalam hal ini dibuktikan dengan hasil gradasi dengan menggunakan metode wet sieving. Metode ini menghasilkan gradasi yang relatif lebih halus jika dibandingkan dengan metode dry sieving. Hal ini disebabkan oleh partikel kecil yang terdiri dari partikel sedang, halus, dan filler yang menempel pada partikel yang besar ini sedikit terlepas karena tersiram oleh air, meskipun belum semua terlepas. Jadinya dengan adanya air ini membantu proses pelepasan butiran kecil yang menempel pada butiran yang lebih besar. Gambar gradasi dapat dilihat pada Gambar 5.7. Tabel 5.4.Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat RAP No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 15. 16.
Ø Ayakan (inch) 1 ¾ ½ 3/8 4 8 16 30 50 100 200 pan
Persen Lolos Agregat RAP (%) 100 90,86 81,03 69,91 52,66 33,70 23,67 16,93 11,44 7,84 3,45 0,00
Batas atas AC-BC (%)
Batas bawah AC-BC (%)
100 100 90 100 75 90 66 82 46 64 30 49 18 38 12 28 7 20 5 13 4 8 0 0 (Sumber : Hasil penelitian)
Berdasarkan hasil Tabel 5.4 dapat kita lihat bahwa gradasi dari agregat RAP ini lebih memenuhi spesifikasi AC-BC. Ketika RAP tersebut di ekstraksi untuk mendapatkan agregatnya saja yang disebutkan dengan agregat RAP, gradasinya lebih halus dibandingkan dengan 2 metode tersebut. Dalam hal ini menunjukan bahwa memang RAP ini bergradasi
56
kasar dikarenakan butiran kecil tadi yang menempel di butiran besar. Serta masih adanya aspal yang menyelimuti RAP tersebut. Gambar gradasi dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.7 Hasil Gradasi RAP dan Agregat RAP. (Sumber : Hasil Perhitungan)
Berdasarkan Gambar 5.7 di atas dapat disimpulkan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang masih menyelimuti permukaan butiran yang lebih besar dapat mempengaruhi gradasi dari suatu material. Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dihitung nilai Cc dan Cu untuk mengetahui gradasi tersebut masuk dalam kategori gradasi apa (dapat dilihat pada Tabel 5.5). Meskipun pada hasil gradasi dari RAP tidak memenuhi spesifikasi berdasarkan nilai Cc dan Cu gradasi tersebut masuk dalam kategori dense graded, meskipun gradasi tersebut relatif lebih kasar daripada spesifikasi campuran AC-BC, sedangkan pada gradasi dari agregat RAP yang lebih memenuhi spesifikasi campuran AC-BC berdasarkan nilai Cc dan Cu gradasi tersebut masuk ke dalam kategori dense graded.
57
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Nilai Cu dan Cc No.
Uraian
Cc (coefficient of
Cu (coefficient of
gradation)
uniformity)
1.
RAP (dry sieving)
1,974
23,516
2.
RAP (wet sieving)
1,942
22,353
3.
Agregat RAP
2,696
33,564
(Sumber : Hasil penelitian 2. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapannya. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan RAP bertujuan untuk mengetahui berat jenis bulk, kering permukaan jenuh (SSD), dan semu serta, mengetahui penyerapan dari RAP tersebut. Hasil pemeriksaan berat jenis dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan perhitungan lengkapnya pada Lampiran IV.2. Secara teori hasil berat jenis yang paling besar adalah berat jenis semu. Dan semakin besar ukuran agregat maka semakin besar pula berat jenis suatu agregat tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan penyerapannya semakin besar ukuran butiran agregat maka semakin kecil nilai penyerapannya, karena jika semakin kecil agregatnya maka semakin banyak permukaan dari suatu agregat yang mampu menyerap air. Tabel 5.6. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Keterangan
Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis semu Penyerapan (%)
10-20 mm RAP Agg RAP 2.060 2,243 2.090 2,277 2.122 2,322 1.416 1,506
Hasil 5-10 mm RAP Agg RAP 2.109 2,192 2.133 2,227 2.170 2,272 1.117 1,611
<5mm RAP Agg RAP 1.937 1,968 1.976 2,016 2.016 2,068 2,041 2,459
(Sumber : hasil penelitian) Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui semua berat jenis dan penyerapan dari RAP lebih rendah daripada agregat RAP. Kondisi ini mengakibatkan material tidak bisa menyerap air secara sempurna, karena sebagian permukaan agregat sudah terselimuti oleh aspal dan butiran kecil yang membentuk komponen baru.
58
Hasil berat jenis suatu agregat yang terbesar adalah berat jenis semu. Pada hasil Tabel 5.6 menunjukan bahwa hasil dari berat jenis semu dari semua material bahan RAP dan agregat RAP yang terbesar adalah berat jenis semu. Jika semakin besar ukuran agregatnya maka semakin besar pula nilai berat jenisnya. Pada hasil Tabel 5.6 menunjukan bahwa pada agregat RAP semakin besar ukuran butirannya semakin besar berat jenisnya, tetapi pada bahan RAP berat jenis ukuran butiran 10-20 mm lebih kecil daripada 5-10 mm. Hal ini dikarenakan oleh adanya aspal dan butiran kecil yang masih menyelimuti permukaan RAP. Kondisi ini dapat dikatakan bahwa butiran kecil yang menempel pada agregat ukuran 10-20 mm pada RAP ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan butiran kecil yang menempel pada agregat ukuran 5-10 mm. Kondisi di atas dapat dibuktikan bahwa penyerapan air dari bahan RAP ukuran 10-20 mm lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran 5-10 mm. Padahal secara teori jika ukuran agregat semakin kecil maka penyerapannya semakin besar. Penyerapan pada agregat RAP didapatkan hasil semakin kecil agregatnya semakin besar penyerapannya. Dalam hal ini diketahui penyerapan RAP lebih kecil dibandingkan dengan agregat RAP, hal ini dikarenakan pada RAP mengandung aspal yang menutupi sebagian permukaannya jadi jalan air untuk meresap ke dalam agregat menjadi berkurang. Nilai penyerapan air ini dapat digunakan untuk memprediksi seberapa besar daya serap agregat terhadap zat cair dalam hal ini adalah aspal yang akan digunakan untuk perkerasan jalan. Daya serap RAP yang rendah ini dapat dijadikan petunjuk yaitu kebutuhan campuran RAP akan aspal baru lebih rendah jika dibandingkan dengan agregat baru. 3. Pemeriksaan Sand Equivalent. Pengujian sand equivalent atau biasa disebut dengan nilai setara pasir ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kadar (lumpur, debu) yang merugikan agregat halus. Hasil pemeriksaan sand equivalent dapat dilihat pada Tabel 5.7 dan perhitungan lengkapnya pada Lampiran IV.3
59
Tabel 5.7 Hasil Pemeriksaan Sand Equivalent No. Uraian Benda uji Spesifikasi RAP Agregat RAP 1. Rata-rata skala S.E 92,77% 81,97% 50% 2. Rata-rata skala lumpur 7,23% 18,03% (Sumber : Hasil Penelitian) Berdasarkan Tabel 5.7 didapatkan hasil skala sand equivalent pada bahan RAP lebih tinggi dibandingkan dengan agregat RAP. Hal ini disebabkan oleh adanya aspal dan butiran kecil yang menempel satu sama lain yang membuat material RAP menjadi lebih kasar. Berdasarkan Tabel 5.7 didapatkan hasil skala lumpur pada bahan RAP lebih rendah daripada agregat RAP. Kandungan lumpur pada agregat halus di agregat RAP ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan bahan RAP. Hal ini disebabkan karena pada agregat RAP agregat halusnya sudah bebas dari aspal yang menyelimuti permukaannya jadi agregatnya menjadi lebih halus dan juga ada indikasi bahwa sebagian agregatnya sudah lapuk dan aus. Hal ini juga dibuktikan pada analisis saringan pada agregat RAP yang gradasinya lebih halus daripada gradasi RAP. 4. Pemeriksaan Indeks Kepipihan dan Kelonjongan Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai distribusi agregat yang berbentuk pipih (flaky) dan lonjong (elongated) secara kuantitatif. Hasil pemeriksaan indeks kepipihan dan kelonjongan dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran IV.4. Tabel 5.8 Hasil Pemeriksaan Indeks Kepipihan dan Kelonjongan No. Uraian 1
Indeks Kepipihan (%)
2
Indeks Kelonjongan (%)
Agg RAP 18,50% 20,73% RAP
19,92% 23,58% (Sumber : Hasil penelitian)
Pada pemeriksaan ini diketahui hasil bentuk agregat untuk bahan RAP dan agregat RAP adalah agregat yang bukan tergolong berbentuk pipih dan lonjong, dapat dilihat pada Gambar 5.8.
60
Gambar 5.8 Grafik Indeks Kelonjongan dan Kepipihan (Sumber : Hasil Perhitungan)
Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa terdapat perubahan hasil untuk indeks kelonjongan dan kepipihan untuk bahan RAP dan agregat RAP. Hal ini dikarenakan adanya aspal yang masih menyelimuti permukaan RAP ini dapat merubah bentuk agregat dari bahan RAP, setelah melalui proses ekstraksi agregat RAP banyak yang lapuk dikarenakan agregat sudah mengalami penuaan. 5. Pemeriksaan Berat Isi Pemeriksaan berat isi ini bertujuan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar, atau campuran dan penetapan rongga udara. Berat isi agregat adalah perbandingan berat agregat yang mengisi suatu wadah dengan volume tertentu. Berat isi memiiki istilah lain yaitu density atau kerapatan. Kondisi benda uji yang digunakan untuk uji berat isi harus dalam keadaan kering. Ada 3 cara untuk memasukan agregat tersebut ke dalam wadah yang pertama secara lepas, dengan digoyangkan, dan dengan ditusuk. Dengan ketiga cara ini akan memberikan hasil yang berbeda pada berat agregat yang ditampung pada wadah tersebut, sehingga menghasilkan berat isi yang berbeda pula. Secara logika agregat yang dipadatkan lebih padat ketimbang agregat yang langsung dimasukkan secara lepas ke dalam
61
wadah. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran IV.5. Tabel 5.9 Hasil Pemeriksaan Berat Isi No. Uraian 1
Berat isi lepas
2
Berat isi agregat padat dg tusukan Berat isi agregat padat dg guncangan
3
Agg RAP 1,418 1,713
Satuan
1,534 1,854
gr/cm3
RAP
1,568 1,876
gr/cm3 gr/cm3
(Sumber : hasil penelitian) Berdasarkan Tabel 5.9 didapat berat isi yang paling tinggi pada berat isi agregat yang dipadatkan dengan goyangan, karena dengan cara ini agregat lebih terorientasi secara merata ketimbang dengan cara tusukan. Jika dengan tusukan agregat yang akan memadat adalah agregat yang terkena tusukan saja. Berbeda dengan agregat yang dipadatkan dengan goyangan yang pergerakan agregatnya lebih merata. Hasil berat isi agregat dari RAP lebih kecil dibandingkan berat isi agregat RAP. Hal ini disebabkan oleh adanya aspal yang menyelimuti permukaan dari RAP yang menghambat pergerakan dari RAP itu sendiri.
D. Pemeriksaan Kekuatan Mekanik RAP dan agregat RAP. 1. Pemeriksaan Pelapukan Agregat (Soundness Test) Pemeriksaan ini tergolong pemeriksaan durabilitas atau kekuatan dari suatu material, karena tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui nilai durabilitas dari agregat terhadap proses pelapukan akibat pengaruh alam dan juga pelapukan secara kimiawi. Pemeriksaan ini biasa menggunakan larutan Na2SO4 atau MgSO4. Dalam hal ini larutan yang digunakan adalah Na2SO4, karena menggunakan larutan kimia inilah kemudian pemeriksaan ini dikenal sebagai Soundness Test. Hasil pemeriksaan pelapukan agregat untuk agregat ksasar dapat dilihat pada Tabel 5.10, sedangkan untuk agregat halus dapat dilihat pada Tabel 5.11. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada LampiranV.1.
62
Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan Pelapukan Agregat Kasar No Ø Ayakan (inch) Hasil Agregat yang Lapuk Lolos Tertahan RAP Agg RAP 1 1 ¾ 9,40% 11,65% 2 ¾ ½ 10,31% 11,77% 3 ½ 3/8 10,74% 12,32% 4 3/8 4 10,98% 13,56% 5 Spesifikasi <12% (Sumber : Hasil Penelitian) Berdasarkan Tabel 5.10 di atas dihasilkan nilai pelapukan dari RAP lebih bagus jika dibandingkan dengan agregat RAP, tetapi nilai pelapukan dari RAP sendiri relatif tinggi. Hal ini membuktikan jika memang gradasi dari RAP ini cenderung lebih kasar, jadi nilai pelapukan tersebut dihasilkan oleh terlepasnya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat. Hal ini memunculkan indikasi awal jika aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat tersebut berperan positif untuk melindungi agregat dari pelapukan. Setelah aspal tersebut dilepas dari permukaan agregat oleh adanya proses ekstraksi nilai pelapukan yang dihasilkan lebih besar. Hal ini dikarenakan memang agregat dari RAP tersebut sudah lapuk. Kondisi menguatkan indikasi awal bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini berperan positif. Tabel 5.11 Hasil Pemeriksaan Pelapukan Agregat Halus No Ø Ayakan (inch) Hasil Agregat yang Lapuk Lolos Tertahan RAP Agg RAP 1 No.4 No.8 10,69% 12,33% 2 No.8 No.16 10,93% 13,26% 3 No.16 No.30 11,64% 15,58% 4 No.30 No.50 11,16% 15,12% 5 Spesifikasi <12% (Sumber : Hasil Penelitian) Berdasarkan Tabel 5.11 di atas dihasilkan nilai pelapukan dari RAP lebih bagus jika dibandingkan dengan agregat RAP, tetapi nilai pelapukan dari RAP sendiri relatif tinggi. Hal ini membuktikan jika memang gradasi dari RAP ini cenderung lebih kasar, jadi nilai pelapukan tersebut
63
dihasilkan oleh terlepasnya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat. Hal ini memunculkan indikasi awal jika aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat tersebut berperan positif untuk melindungi agregat dari pelapukan. Setelah aspal tersebut dilepas dari permukaan agregat oleh adanya proses ekstraksi nilai pelapukan yang dihasilkan lebih besar. Dari nilai pelapukan yang dihasilkan dari setiap fraksi agregat halus justru melebihi spesifikasi yang disyaratkan. Hal ini dikarenakan memang agregat dari RAP tersebut sudah lapuk dan berubah menjadi lumpur, debu yang justru merugikan untuk agregat halus. Kondisi menguatkan indikasi awal bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini berperan positif. Kondisi di atas juga diperkuat oleh hasil nilai sand equivalent, dimana hasil nilai S.E dari agregat RAP jauh lebih rendah daripada RAP. 2. Pemeriksaan Keausan dengan Mesin Los Angeles. Keausan bahan RAP ini dapat diselidiki dengan menggunakan Los Angeles Machine. Pada penelitian ini bahan yang diuji untuk keausan adalah bahan RAP dan juga agregat RAP. Metode yang digunakan untuk uji keausan ini menggunakan metode B dimana separuh bagian (2500 gram) menggunakan bahan lolos saringan ¾” (19,1 mm) dan tertahan saringan ½” (12,7 mm), dan separuh bagian (2500 gram) menggunakan bahan lolos saringan ½” (12,7 mm) dan tertahan saringan 3/8” (9,5 mm). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.12 dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran V.2. Tabel 5.12 Hasil Pemeriksaan Keausan No. Uraian
RAP
Agg RAP
Satuan
1
Keausan
26,46
29,80
%
2
Spesifikasi
% 30,00 (Sumber : Hasil penelitian)
64
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa nilai keausan dari agregat RAP lebih tinggi dibandingkan dengan bahan RAP. Secara teori agregat yang sudah mengalami penuaan pasti lebih mudah lapuk. Kondisi ini disebabkan oleh bahan RAP yang masih memiliki aspal dan butiran halus yang menyelimuti permukaan agregatnya. Jadi adanya aspal dan butiran yang menyelimuti permukaan bahan RAP ini membantu meredam benturan dari bola baja. Sedangkan pada agregat RAP memiliki nilai yang lebih tinggi daripada bahan RAP, dikarenakan agregat RAP yang sudah dipisahkan dari aspal dan butiran yang menempel ini memang sudah lapuk. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti perubahan suhu ketika masih masa layan, terinfiltrasi air dan udara, telah digunakan untuk memikul beban lalu lintas. 3. Pemeriksaan Agregate Impact Value (AIV) Pemeriksaan AIV ini bertujuan untuk mengukur kekuatan bahan RAP dan agregat RAP terhadap beban tumbukan sebagai salah satu simulasi terhadap kemampuan terhadap rapid load. Nilai AIV adalah perbandingan agregat yang hancur terhadap total berat sampel. Agregat yang hancur ditandai dengan agregat yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.13 dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran V.3. Tabel 5.13 Hasil Pemeriksaan AIV No.
Uraian
1.
Nilai Aggregate Impact Value (AIV)
2.
Spesifikasi
RAP 7,36
Agg RAP 12,68
Satuan %
% 30,00 (Sumber : Hasil Penelitian)
Berdasarkan Tabel 5.13 nilai AIV dari bahan RAP lebih rendah daripada agregat RAP. Hal ini disebabkan oleh adanya aspal dan butiran yang menempel pada permukaan bahan RAP. Kondisi ini menjadikan aspal dan butiran tersebut sebagai peredam beban tumbukan yang
65
dihasilkan. Hal ini juga menunjukan bahwa agregat RAP sudah mengalami lapuk karena proses penuaan, dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti perubahan suhu ketika masih masa layan, terinfiltrasi air dan udara, telah digunakan untuk memikul beban lalu lintas. 4. Pemeriksaan Modified Aggregate Impact Value (AIV) Pada pemeriksaan modified AIV ini pada dasarnya sama dengan pengujian AIV biasa. Perbedaannya adalah adanya air yang digunakan untuk merendam benda uji sebelum benda uji tersebut ditumbuk menggunakan AIV machine. Proses perendaman benda uji adalah selama 24 jam. Hasil dapat dilihat pada Tabel 5.14 dan perhitungan lengkapnya pada Lampiran V.4. Tabel 5.14 Hasil Pemeriksaan Modified Aggregate Impact Value (AIV) No. 1. 2.
Uraian Nilai Modified Aggregate Impact Value (AIV) Spesifikasi
RAP
Agg RAP
15,86
18,18
Satuan %
% 30,00 (Sumber : Hasil Penelitian)
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat dilihat bahwa nilai modified AIV dari bahan RAP lebih rendah jika dibandingkan dengan agregat RAP. Hal ini disebabkan oleh adanya aspal dan butiran yang menempel pada permukaan bahan RAP. Kondisi ini menjadikan aspal dan butiran tersebut sebagai peredam beban tumbukan yang dihasilkan. Hal ini juga menunjukan bahwa agregat RAP sudah mengalami lapuk karena proses penuaan, dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti perubahan suhu ketika masih masa layan, terinfiltrasi air dan udara, telah digunakan untuk memikul beban lalu lintas. Dalam hal ini dengan adanya proses perendam benda uji di dalam air terlebih dahulu selama 24 jam ini mengakibatkan agregat menyerap air dan membuat agregat tersebut mudah hancur. Pada bahan RAP butiran kecil yang menempel pada butiran besar ini mudah terlepas oleh adanya air yang diserap oleh agregat. Hal ini juga dapat
66
dibuktikan pada gradasi RAP dengan metode wet sieving yang membantu proses pelepasan butiran kecil yang menempel pada butiran besar. 5. Pemeriksaan Aggregate Crushing Value (ACV) Pemeriksaan ACV ini bertujuan untuk mengukur kekuatan bahan RAP terhadap beban tekan. Nilai ACV adalah perbandingan agregat yang hancur terhadap total berat sampel. Agregat yang hancur adalah agregat yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Dalam prosedur beban maksimal yang disyaratkan adalah 40 ton yang ditekankan selama 10 menit. Dikarenakan keterbatasan alat, hanya mampu sampai beban maksimal 25 ton. Tetapi waktu yang digunakan tetap 10 menit. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.15 dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran V.4. Tabel 5.15 Hasil Pemeriksaan ACV
1.
60
4,85
Agg RAP 8,48
2.
100
7,69
9,83
%
3.
160
10,21
12,87
%
4.
200
12,39
15,69
%
5.
250
15,78
18,29
%
6.
Spesifikasi
No.
Uraian Beban Nilai ACV (kN)
RAP
Satuan %
% 30,00 (Sumber : Hasil Penelitian)
Hasil pemeriksaan ACV didapatkan nilai ACV dari agregat RAP lebih tinggi. Kondisi ini disebabkan adanya aspal dan butiran tersebut sebagai peredam beban tekanan yang dihasilkan. Hal ini juga menunjukan bahwa agregat RAP sudah mengalami lapuk karena proses penuaan, dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti perubahan suhu ketika masih masa layan, terinfiltrasi air dan udara, telah digunakan untuk memikul beban lalu lintas. Dapat diprediksi nilai ACV pada beban 40 ton dengan menggunakan 5 data diatas. Prediksi nilai ACV dapat dilihat pada Gambar 5.9.
67
Gambar 5.9. Grafik Prediksi Nilai ACV (Sumber : Hasil Perhitungan) Dapat dilihat pada grafik di atas didapatkan prediksi nilai ACV dari RAP dan agregat RAP masih memenuhi persyaratan semua, tetapi nilai dari ACV RAP lebih bagus daripada nilai ACV dari agregat RAP. Hal ini membuktikan bahwa memang adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini berperan positif dalam menahan beban yang berupa tekanan. 6. Pemeriksaan Ten Percent Fines Value Pemeriksaan ini merupakan modifikasi dari pemeriksaan ACV. Jika pada ACV dicari nilai kehancurannya dengan cara menekan benda uji dengan beban selama 10 menit, sedangkan pada pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari pada beban berapa yang nilai kehancuran agregatnya sebesar 10%. Agregat yang hancur adalah agregat yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) setelah ditekan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.16 dan Gambar 5.3. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran V.5.
68
Tabel 5.16 Hasil Pemeriksaan Ten Percent Fines Value No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Beban (kN) 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260
Nilai TFV (%) RAP Agregat RAP 2,73 6,38 4,23 7,42 4,85 8,48 6,34 9,20 7,69 9,83 8,66 11,45 9,62 12,20 10,21 12,87 11,61 14,54 12,39 15,69 13,18 16,80 14,37 17,85 15,33 18,40 (Sumber : Hasil Penelitian)
Berdasarkan Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa nilai ACV pada bahan RAP untuk setiap variasi beban yang diberikan menghasilkan nilai kehancuran yang lebih rendah jika dibandingkan dengan agregat RAP. Kondisi ini disebabkan adanya aspal dan butiran tersebut sebagai peredam beban tekanan yang dihasilkan. Hal ini juga menunjukan bahwa agregat RAP sudah mengalami lapuk karena proses penuaan, dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti perubahan suhu ketika masih masa layan, terinfiltrasi air dan udara, telah digunakan untuk memikul beban lalu lintas. Jika dicari nilai kehancuran agregatnya yang hanya sebesar 10% dapat dilihat pada Gambar 5.9.
69
Gambar 5.10 Hubungan Nilai TFV dan Variasi Beban. (Sumber : Hasil Perhitungan)
Pada penelitian ini didapatkan nilai TFV RAP pada beban 156,515 kN sedangkan nilai TFV pada agregat RAP sebesar 120,066 kN dapat dilihat pada Gambar 5.10. Hal ini membuktikan bahwa agregat RAP memang sudah lapuk karena banyak faktor seperti perubahan suhu ketika masih masa layan, terinfiltrasi air dan udara, telah digunakan untuk memikul beban lalu lintas. Hal ini semakin menegaskan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menempel pada permukaan RAP yang menyelimuti bahan RAP ini sangat membantu meredam beban tekanan.
E. Analisis Kontribusi Aspal dan Partikel Agregat Dalam Mendukung Kekuatan Bahan RAP Pada hasil pemeriksaan orientasi agregat pada Tabel 5.2 didapatkan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menempel pada permukaan bahan RAP ini menghambat orientasi dari bahan RAP tersebut, sehingga terdapat ronggarongga udara yang belum terisi oleh bahan RAP. Hal ini berbeda dengan orientasi dari agregat RAP, yang lebih leluasa untuk bergerak dan mengisi
70
rongga-rongga yang ada dalam campuran. Dalam hal ini peran aspal yang masih menyelimuti permukaan bahan RAP ini membuat campuran RAP memiliki rongga udara yang lebih banyak jika dibandingkan dengan campuran agregat RAP. Dan secara otomatis kekuatan yang dihasilkan dari bahan RAP akan lebih rendah dikarenakan rongga udara yang cukup banyak jika dibandingkan dengan agregat RAP. Pada hasil pemeriksaan sifat fisik bahan RAP dan agregat RAP yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 sampai Tabel 5.9 dapat disimpulkan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang saling menempel ini mempengaruhi tingkat distribusi agregat, menghambat proses penyerapan air ke dalam agregat, merubah bentuk agregat, menghambat proses bergeraknya agregat ketika dipadatkan. Dalam hal ini agregat RAP berperan penting dalam mendukung kekuatan bahan RAP, karena dengan adanya aspal yang masih menyelimuti permukaan RAP ini menjadi hambatan untuk membangun sebuah campuran RAP yang bagus. Pada hasil pemeriksaan kekuatan mekanik dari bahan bahan RAP dan agregat RAP yang dapat dilihat pada Tabel 5.10 sampai Tabel 5.14 dapat disimpulkan bahwa agregat RAP telah kehilangan kekuatannya dalam menahan beban yang berupa benturan, tumbukan, dan tekanan. Kondisi ini disebabkan karena agregat RAP memang sudah mengalami penuaan karena berbagai faktor, antara lain perubahan suhu yang ekstrim saat masa layan, telah digunakan untuk menahan beban yang berat pada saat masa layan, sudah terinfiltrasinya air dan udara, perubahan cuaca pada saat masa layan, sehingga menyebabkan agregat RAP mengalami aus dan lapuk. Dalam hal ini aspal dan butiran kecil yang menempel pada permukaan bahan RAP ini membantu melindungi agregat RAP dari beban benturan, tumbukan, dan tekanan secara langsung. Berdasarkan semua hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa peran agregat dalam mendukung kekuatan bahan RAP sudah menurun. Kondisi ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kekuatan mekaniknya diketahui bahwa kekuatan dari agregat RAP sudah menurun jika dibandingkan dengan bahan RAP-nya. Hal ini semakin membuktikan bahwa agregat yang sudah mengalami
71
penuaan lebih mudah lapuk dan hancur jika tidak ada aspal yang menyelimuti permukaan RAP. Dalam hal ini dapat dikatakan yang membangun kekuatan bahan RAP adalah adanya aspal yang menyelimuti permukaan bahan RAP.
BAB VI Kesimpulan dan Saran
Mada Pramindana D 100 110 068
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah didapatkan data dan dianalisis pada bab sebelumnya maka dapat kesimpulan dari penelitian yang berjudul “Evaluasi Kontribusi Aspal dan Agregat Dalam Mendukung Kekuatan Bahan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)” sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan identitas RAP yang berasal dari DPU Kab. Tegal di jalur Pantura ini didapatkan warna dalam keadaan kering adalah coklat keabu-abuan. Kadar aspalnya sebesar 4,16%, sedangkan kadar airnya sebesar 1,30%. 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan orientasi (pergerakan) agregat pada saat proses pemadatan ditemukan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini justru menghambat pergerakan dari RAP tersebut untuk mengisi rongga udara yang ada dalam campuran. Setelah diberi beban yang sama antara bahan RAP dan agregat RAP ini ternyata selain menunujukan hasil koordinat yang berbeda ternyata tinggi dari benda ujinya juga berbeda. Ada indikasi bahwa agregat RAP ini hancur saat diberi beban karena agregat sudah mengalami penuaan. 3. Berdasarkan hasil pemeriksaan sifat fisik dapat disimpulkan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini dapat merubah tingkat distribusi agregat yang terbukti pada hasil gradasi dari RAP yang cenderung lebih kasar, mengurangi daya serap air, merubah bentuk agregat, menghambat pergerakan untuk mengisi rongga yang kosong dalam suatu campuran. 4. Berdasarkan hasil pemeriksaan kekuatan mekanik disimpulkan bahwa adanya aspal dan butiran kecil yang menyelimuti permukaan agregat ini dapat membantu RAP untuk menahan beban yang diberikan yang berupa benturan, tekanan, dan tumbukan. Hal ini membuktikan bahwa memang
72
73
agregat RAP sudah mengalami penurunan kualitas dalam menahan beban yang diberikan. 5. Berdasarkan semua jenis pemeriksaan maka dapat disimpulkan yang berkontribusi dalam membangun kekuatan bahan RAP tersebut adalah adanya aspal dan agregat tersebut. Dengan kata lain aspal dan agregat ini bekerja secara bersamaan untuk menciptakan kekuatan dari bahan RAP.
B. Saran Berdasarkan pembahasan penelitian “Evaluasi Kontribusi Aspal dan Agregat dalam Mendukung Kekuatan Bahan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)” didapatkan saran sebagai berikut: 1. Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang orientasi agregat dan distribusi void dari bahan RAP dan agregat RAP dengan penambahan variasi letak agent serta variasi beban yang diberikan. 2. Perlu adanya modifikasi alat untuk pemeriksaan orientasi agregat agar untuk memudahkan pengamatan material secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. Modul Praktikum (Program Pelatihan Teknisi). Laboratorium Jalan Raya. Jurusan Teknik Sipil. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Anonim, 2001. Pedoman Praktikum Jalan Raya. Laboratorium Jalan Raya. Jurusan Teknik Sipil. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Anonim, 2001, Pedoman Penyusunan “Laporan Tugas Akhir”, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Aminsyah, M. 2010. Pengaruh Kepipihan Dan Kelonjongan Agregat Terhadap Perkerasan Lentur Jalan Raya. Jurnal Rekayasa Sipil. Volume 6, No.1. Universitas Andalas. Astuti, W.W, 2015. Analisis Pengaruh Bahan Tambah Kapur Terhadap Karakteristik RAP (Reclaimed Asphalt Pavement). Tugas Akhir. UMS. Surakarta. Hardiyatmo, H.C. 2012. Mekanika Tanah 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hasan. A, Sumiati, 2012. Variasi Agregat Pipih Terhadap Karakteristik Aspal Beton (AC-BC). Jurnal Teknik Sipil:Volume 7. Pilar. Hunter et al, Pengaruh pemadatan campuran aspal pada orientasi agregat dan kinerja mekanik, Nothingham. Kementerian Pekeraan Umum, 2010. Spesifikasi Umum 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga Revisi 3. Jakarta. Setiawan. H, Pradani. N, 2011. Analisis Sifat Fisik Material Perkerasan Jalan Hasil Daur Ulang. Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako. Palu. Suprayitno, A, 2013, Perbandingan Orientasi Agregat Campuran Aspal Yang Dipadatkan Menggunakan Pemadat Roda Gilas (APRS) Dan Marshall Hammer, Tugas Akhir, UMS, Surakarta. Sukirman, S. 1993. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbir Nova. Bandung. Tashman, Thyagarajan, Nam, 2007, The heterogeneity of air void distribution in HMA superpave gyratory specimens, Washington State University, Pullman, Washington, USA Widyatmoko, I. Sunarjono, S, 2007. Some Considerations to Implement Foamed Bitumen Technology for Road Construction in Indonesia. The 1st International Conference of European Asian Civil Engineering Forum (EACEF) at Universitas Pelita Harapan. 26-27 September 2007.
Lampiran I Peta Lokasi
Mada Pramindana D 100 110 068
L,ampiran L2
Larnpiran
I.l
Lampiran II Hasil Pemeriksaan Identitas RAP
Mada Pramindana D 100 110 068
Lampiran II.2
UNIVER,SITAS MUIIAMMDTYAE SURAKARTA
@
FAKULTAS TEKNIK I,ABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JLA Yasi Prbehs trsrteemeTmrusl
Jenis
Praktikum
Po,r
I Telp(S2?t) ?t?4l?Pst 213 Fes(01?1)
715448
$qnlort*5?102
: Kadar Air
Tanggal Pelaksaan : 16-17 November 2015
PEMERIKSAAN KADAR AIR
I hari (cr)
No.
Berat as/al (sr)
I
500
493
t,4$0/o
2
500
494
1-20o/o
Berat setelah di oven
Katfur ah P/ol
Mengetahui,
Laboran
Rata-Rata L,3ff/o
Lampiran II.1
TJNIYERSITAS MTJHAMMADTVAII SURAKAR'TA
.tL
AYgaihDctlm
FAXI'LTASTEISYIX LABORATORII'M TEKI\iIK SIPIL XrrlrrtnTnualhrlT@("f7rr7filrl7BlrXl, Fu (67frflsaatSsnlrrB57tol
JenisPraktikum :Ekstraksi Tanggal Pelaksaan : 16-1 7 November 2Al 5
PEMERII(SAA}I EKSTRAIGI Jenis Bahan Pcnrobaan
No.
I
Berat sarnpel 2 Berat kerucut 3 Berat samoel setelah dielstraksi 4 Berat kertas saring (sebelUllt {iqt@ei) 5 Berat kertas saring + €ndspan (setelah diekstraksi) 6 7
Berat endaoan
Kadarbitumen
Berat(rr) 2 500 281
304
478
2$8
2,E(
3.15 4,27 4.16
0,94
Mengetatrui,
Laboran
3rE
Lampiran III Hasil Pemeriksaan Orientasi Agregat
Mada Pramindana D 100 110 068
T'NTYERSTTAS MT'I{AMMDTYAH STIRAKARTA
FAKTSETASTEKNTffi LABORATORIT}M TEKNIK SIPIL trL
AYsi?rtdsKrtBuTssol?t3tTdF (C2?t)?t?{fi?s
2131[(gl?1) ?t3l4t Stratrrtr5?102
Jenis Praktikum : Orientasi Agregat Tanggal Pelaksaan : 28-31 Desember 2015
PERHITUNGAI\I GRADASI REKAYASA Speck(%) Bawah Atas 100 r00 90 100 90 75
O Ayakan
Rekayasa Persen
Medium Spek
(inch)
Lolos (7o)
to/o\
I
100,00
100,00
Ya
95,50
95,00
%
94,00
92,50
,/8 No.4 No.8
80,50
74,00
66
82
55,00
55.00
64
40,50
39,50
46 30
No. 16
29,50
28,00
49
Keterangan
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
No.30 No.50 Vo. I00 No.200
19,00
20,00
t8 t2
14.00
13,50
7
20
9.50
9,00
5
13
5,50
6,00
4
I
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Pan
o00
0,00
0
0
Memenuhi
38 28
Mengetahui,
Laboran
Lampiran IIl.1
T'NIYERSIITAS MITEAMMDTYAE SURAKARTA
FAKLILTASTEKNIK
lirouronruu IL A YutPrh&r(rrtEnTul
Jenis
haldihm
Tanggal
: Oriertasi
rExNrK srPtr,
Ir.r ITdD(A?U?1741?EI
2ll F8(G?t)t13lt.l $6Lnar3'1a8
Agregd
Pclalsam : 28-31 Desober 2015
PEIfORII(SAAN ORIENTASI AGREGAT No.
I Bahm&{P
0:7
Af,rcsat&{P
0,
2 0:0 0:0
TioseiB€sd&Uii
KoordinatAkhir
KoudinatAwal
B&m
3
1
0;{ 0:{
-l:5 3;3
2
3
-l:.-2
l:'5-5
2:-1
-1.5:{.5
S€6€hm 14
cm
14 cm
Semrdrh 12.5
co
11 cm
Mengstdrui,
Laborm
Lampiran IV Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik
Mada Pramindana D 100 110 068
Lampiran [V.1
[,
I
\oi 6i
cql o^l
ir
a.l ol ai ooi cl \Oi lr)
oo
I
0
O.
OI e.t
^$'=
c)
IYL
.D col Ori rii f*i N rii a{i O 1i \O^l r--l v-l (}\ r* rri Gl! \Ol o.i ii \Oi F. (.1 6l 'qi
k
0,
I
o,
fr) tr)
>, .s Oi
I
I
nl .ai Nl
00
rf) 00
A> dl +r rji oii !f, Lt .p ol t'co \ol nl 14! al 4
\o
ol \Oi Oi \o \Oi e.l ! \O! rn!
F-l ,"it I
t
v^l ^l
tR' q,)
b,
si
d
a/)
o a L a)
F
,& ef; [2 & ,JA.la
o0
< =E P
a
aE
!
Hxx*
*AEE
& (,
EEHE a(r
=t5E Ec*i
rd
EE
ar
E a{r
s
h6Vj
c)
aa
&
EX?E a_hd,z
\o \o o\ \o r-
s'F
d h
M
iJ|-\JF
u0 n-
ts-! la)
(}
t--
tr
C oo
o[, s] <e
i+
g
{)
&6
o\ r+
$
c.l
F
*
oO
6
6i
o\l
O
v & $
lrrl
o\ \o \o F-
s
(fi t'-
m GI o, $ 00
<>
\f Oi
r-
€
o\ o\
q1 C{
(-. (--
a'l ra \o
r-
oo
Ol
r!
Ct
<>
s
C =J' \o Ol \o \o rr) c!
T
af)
\o o\ ct
c{ c'l
f{
cil \Ol
a\ 6
$
\o
f f \o O o\ Fw t
s
&
n.s A} r-l .g
Ol O' t c.l
t
a
pE
o0 0-
(d
o0 sr 4n
,
0)
i
+ c a.'
E
r'.
s
a
00 cx
aa
6)
Eg ZE
oo
r.- 00
.qJ'=
& trit i;
& \o
c.l
6
Q-
6
o\ ct
a
t4
OD
\o
Ot
I
o io\ r\o ,
g
h.t A} L).!
a.)
fr')
I
g
c)
u)
<'!Fi-v
*
L
t<
z
F
F. \o^i \ni c.t li' \o f'-
tr
o
O at I v vj o! ,ql fo t.-
\o
sr
a- Q
i
t >, .= Oi o! 'f: .a> Gil tr) L] .E a, OO
a \o
I
V)
H
O
\Ol o ot O\r
I
&
H
a L 4
vli
GI
ooi ml @l c.l i (^i c*
i
a
F 4
\o
ali r\r + 8i coi c-loo! O\i oi dl F\r d1 dil 3i di + (r)l i-- ool sl c\.1
o
I I
t'- i \o t-. i o,i .+l oi s @!l u0 Q- o^l $i o\l .1i m! qi \OI -{i & ooi r-i 4n ol o\l trr! Bi F-r co! I 00i 00
F
.j
.ni
t-"
I
R6q di 9i Or
J
f ni 6 .
mit Ri
^l
OD
I
I
i oi $i ol r.\C! \l \Oi di a.l I
\o
o:l \o
&39
b{
SE
(rl \o
€ a
\o o, rs
I
&
r^- t^-
a{ rf v o t \o r
r\ 6
O,
\o F-
t (o
t--
rf, $ $ a.l N
F-
O .f o\ cd 'i.
<) @
r
tr} e{ tn a.l eil o\ tr| aft -,t
ca
L
l'- N
{' $* Ot
m a, TA
$
6t O(
a 6l
Ex
a. .:
Ai
o
c.l
00 .'.l
o
\o
t-
at
O o' to
oo
+
\o O
F..
ct .+ o\ ql
bD
Q5 617
.2*
Es
&s
E.a
;
c1
Ed Jt a. 6 ,r- z F
ocoori D,N
rc'.1
\o
V)
9p5 HE
as€ QA
Ir-
\r
oo € \o f v +
lr}
$
r- \o '+ 'it
F-
O!
a-
ad d
5O
\<
:e
oo
& s
.n
r-
c.t Ot e.l
a1
O!
@
o o
zzz a.
I
a
N
o
z
ta,
*
ta.)
6l
O
aN
6
z
*
F,
O
o o
E" TQ O
-g F.l
Lampiran IV.2
UNIYERSITAS MUHAMMADIYAH ST}RAKARTA FAKULTAS TEKhIIK LABORATORITIM TEKNIK SIPIL J.
Jenis
A
Yrni Prbrtrn Krrtr$m Tromol Por f Tdp
Praktikum
( OZI1)
7f7f t??rw 2f3 Far (07If ) 7f 3$E Srrrlertr 57l0l
: Berat Jenis dan Penyerapan
Tanggal Pelaksaan : 16-2l November 2015
PEMERIKSAAI\ BERAT JENIS DAI\T PEI\TYERAPAI\ Hasil (10-20 mm) Keterangan
No.
Uii dalam kead. Jenuh (SSD) (BJ) BeratBendaUii Dalam Air (BA) 3. Berat Benda Uii Kerine Oven (BK) 4. Berat Jenis Bulk : BK / (BJ - BA) 5. Berat Jenis SSD = BI I ( Bl - BA ) 6. Berat Jenis Semu = BK / GK - BA ) 7- Penveraoan (Absorbsil = ((BJ - BK) i BK) . l00Yo Berat Benda
.,
No.
Keterangan
I
Berat Benda Uii dalam kead. Jenuh (SSD) (BJ)
2.
Berat Benda
3.
Berat Benda Uii Kerine Oven (BK) Berat Jenis Bulk = BK / (BJ - BA)
4.
Uii Dalam Air (BA)
6.
Berat Jenis SSD = BJ / ( BJ - BA ) Berat Jenis Semu = BK / (BK - BA )
7.
Penveraoan (Absorbsi) =
5.
No.
(BJ - Bn I Bn . 100%
Ketefangan
Air (B)
1
Berat picnometer +
2.
Berat oicnometer
3.
Berat Benda Uii Kerins Oven (BK) Berat Jenis Bulk = BK / G + 500 - BT) Berat Jenis SSD = 5001(B + 500 - Bn Berat Jenis Semu : BK / (B + BK - BT) Penvemnan (Absorbsi\ : (5OA - Bm / BK), lNYo
4. 5.
6. 7.
* Air + Benda uii fBT)
Ass.R/P l0l I r003
FEP
F.A
Satuan
1287 qr
860 cr 1254 qr
s23
56',t
989 2,06C
996 2,243
2,937
2,090
2,277
3.014
2.t22
2,322
3.183
1.416
1.506
2,632 %
Hasil (5-10 mm)
MP
Lss.RAP
F.A
Satuan
1287 v__-__
996
1009
529
556
834
ET
98s
993
t25l
gr
2.109
2,192
2362
2.133
2,221
2.841
2,160 t-117
2,272
3,000
1-611
2,878 %
Hasil (<5mm) RAP
Ass.RAP
Satuan
678
660
925
9t2
F.A 678 gx 992 qr
490
488
477 gr
r937
1968
r.97e
2.016
2,016
2,M8 2Ase
2.441
2,565 2,699 2,926 4.822 % Mengetahui,
Laboran
LampiranW.3
(\I cl
60
a.)
c!
t\
it1
\o r.l \o in
o0
c4
oq
^)
,:
b, bI
o o
tH
0)
.+
M
rar
+
!t)
.!S EA (.)
9"
cf
q, ct
d
(t kG' t<
r} d
z (} z o r." z
t
jt
fl
* I ilE
ea EVE
Ies AHFI
ZqZ
E*P EDO rJ la I-
=<< 2"t FJE
d1 ilE
trl
e 3
(a
6 !t tli a'
rq
o Ft
x6
M
,
ila-
o
o E 6 F 6
f
v 6 o
s d
<E hoE Gl .r
\o o\ N {n 91 6 o( 9\
I
-o
6\
& a,t
(.)
Cq
t\ =f
il t,
GI
b0
{&
6)
J=r)
E
!4
tr GI
fEi
o o
z z
€R G,(.)
.t .o o.5 .0, o
VE7
s
EE bE gie
sf
oq o\
a (n
(}E ct ati
C)
V "r,.)
E
tt
e
b0
6 (.l f4 t\
EI
J 5^
u a
t*-
\o c{ a.t $ c{ € 's \f, irl Ef @ o\
a.
Er
o\ o\ (.)
(\
o E o
H
F
e tN
=f
(A
*
&
tf,
6
bI
M
,1
o
+ *6 t-
bI
o a o
!t
r r rd
tat
s
ct
z a z
at
q
6I
KI
I
E
cr)
(n
a
o\ \o
€ o
ar)
a!,
:
d CI
o () -6
t<
a
ICk -o0 & F] Fr a rd tr
t+ € c\
al $ 00 t\ o\
€ 6Ei BE CEl 6i
!t d
-o ()
a IL
GI
z
L
o,
c)
F*
pa 6N
cl
c,a
c& J4S 'E C)
C)
o
s :s E c.t
z
tr
ctt
()
tr
M
0, ht-
a
cl (.,
\o 6\ 6
1O
o\
g\ E d
GI
ido
BT
bt)
(}
.E
o0
.j4a. !!-oD v, OI) ,'Y
U o @I U
* g
b0
a(6
r,-l
r-.
6t o\ (\t
o o a o
uo € a
r,-t
\p
M
o(
+
J() Lc)
ar
v)
,
'c, ,E'
-5 .!,
fi d
rd
u (\1
EGI an
lr
.t El
LampiranlV-4
MUHAMMDIYAH SURAKARTA FAKIITTAS TDIili'TK LABORATORII.IMTEKNIKSIPE
TINTVERSTTAS
W JL A
Jenis
leni
?abelan
**tt
Praktikrun : Sad Equiualenl
2015 Tanggal Pelaksaan : 17-19 November
PEMERIKSAAN SIND EQA IYALENT
Mengetatrui,
Laboran
LampiranIV.5
I}NIYERSITAS MI]IIAMMADIYAII SIIRAKARTA F'AKT}L A$ TEIOT$IK LABORATORIUM TEKNIK SIPL Jl. A Ysri Pebclstr
Kirtsrrrr
Tmmol Pc I TclD ( 07lr7l%l7Psv Zl3 Far GArl)
7f$4t
Suralarta 571O2
Jenis Praktikum : Berat Isi Tanggal Pelaksaan tZl-23 November 2015
PEMERIKSAAN BERATISI
I
,'
Berat Silinder Kosong
w
16440
BeratSilinder + Air Penuh
w
19660
19650
19660
Wz- Wr
3220
3220
3220
w,
2100s
2r955
22495
W3: W2- W1
4565
5515
605s
w2
21380
22410
2255D
Wr = Wz- Wr
4940
5970
6120
w,
21490
22484
22610
5050
6040
6170
BeratAir:Isi
Wadah
Asreeat Leoas
:
Berat Aereeat
Aee Baru
t6440
A.eresatPadat denean Tusukan : Berat Siliader + Agrcgat Berat Aereeat
4
MP
Ass&{P rcMA
Berat Silinder + Agregat Lepas
J
Berat (er)
Indeks
Uraian
No.
AsresatPadat densan Govansan
:
Berat Silinder + A$Esat
BeratAeremt Perhitungan: Berat Isi Agregat =
Wa: We-
Wr
w3
v Keteraneao
MP
Berat isi agrqgat lepas
1,418
1,713
l,8go
ksldm3
Berat isi agregat padat dengan tusukan
1,534
1,854
1,901
ks/dm3
Berat isi a$egat padat dengan goyaryan
1,568
1,876
1,916
rsy'dm3
Ass.MP AesBaru
Safiuan
Mengetatrui,
Laboran
Lampiran V Hasil Pemeriksaan Kekuatan Mekanik
Mada Pramindana D 100 110 068
LampiranV.l
q T
E
).
xss
s 6' F \o o\ (t) \o t\ al N (\l a(
n
d
od c u c!
d
6
x Nt ot 5 rl tF
c *t o d
c0 ot 6
t
c\
(a
o
$
E
s q d o q
\
oo
o 6 tct lt
s:l
o
tr
\\ q
x EI
it
OT
c
F (,
6 6 6
-o
il (,
=qz EE= EgB ,lltr =<< 2*6
2
bx
d oI A. a l!
s
a
6l
6
q
ET
E
El
B
z
o\ A\ p ts q, a 8 c- t\ ).) arl r/t
$
o\
t\l
N
ta trn dt (n
\o
o
16
F $ \o
\o
o A.
'n
e
E !, m
t
F tt \o t * o $ o( E n r') ea cr
a.
6
an
e.l
\o
at bt
t{ d
B 6
\
F6 qi
o
I
a' N \o
u E
u (r@ A=
d
D
<x
c d td
El= J<
e6
E
D
F
G
v
;
$
J€
$ d
6M
tst
6.c
x
N
s o
a( Dl
ct E,
td =
E5 #8. FE
\a o\
,E'
f.l
Efl uz
a
d1
00
5
x&
dE O.-
d
E
ti
a
N D
i
s
s
tZ
a\
c
! Ii
frl
bl
o
H
FiE rDn
s
{
a
3 o (1
lZit ard!a
a\
n ra
d
ci
!E da r4vL
I F-
(\I
s
E
4.J
&
6 c !)
a
a2
d\
w)
b b
6
E
c\ 6 N (3
s
i
In o ln oo 6 c.l 6 t\ [<
[I
o 3 + o o ie
3 cj
z
6 6l loi
q, oa
-3 d
fla
N rrl $
ET
o, EI
LampiranV.2
T'NN/ERSITAS MUIIAMMADTYAH SIIRAKARTA FAKT,r,..TAS
Tf,KNIK
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Fo.ITdp(eln)ilI{I7kr ll3frrGrf}?fsfltstrrlrrrrS'noZ JL AYrd ?rbclrr l(rkrTroml Jenis
Praktikum
: Keausan
Tanggal Pelaksaan : 24-26 Noventbr;r 2Al 5
PEMERTI(SAAN KEAUSAN (LOS ANGELES)
Ketaangan
No.
I a. b.
lolos 19 mm Tertatran 12,5 mm: 2500 g Iolos 12,5 mm Tertahan 9 mm:2500 g
Berat
(r)
RAP
Ass.MP
AscBaru
5000
5000
5000
2500 2500
2500 2500
25m
Sduan
2500
g
s s
2
Iertahan Sarincan no. 12
3en
3510
3n6
g
3
Persentase keausan
26"46
29.80
24.48
a/o
Mengetahui,
Laboran
q
I
\
\
LampiranV3
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKT}LTAS TETO{IK LABORATORIUM TEKNIK SIPIL J.
Jenis
Praktilorm
'.
A
Yrd PrbGlm Krrar$r. Trmol Ps I Td! (t?7l}7l14l1Prv
213
f,.u (D?l) ?l3il48 SurrLrrL STllD
,4ggregale lmpact Vafue (AIV)
Taoggal Pelaloaaa : 24-26 November 2015
PEMERIKS.{AN ACGREGATE IMPACT VALUE {AII) Sampel
Berat mold 1 3
(r)
Berat aold + samoel (setelah dipadatkan) (gt srat awa(
RAP
Indeks
ItemPengujim
No.
samoct (g)
a
3
1
wl w,
2t0t
2t0t
2l0I
2{7L
2479
2483
ztot 243 I
AFWTW
3?0
378
382
330
;i;iilA;ililk-ffiai';;fi;G; 4
erat sompel loloo no.8 (2,36 mm) erat gamoel tertahanno,S (2.36
m)
5
Iotal
6
Selisih total derlcsn berat awal smpel
l rtr-d.
A
IV lanlnrllnqa lo/^\
a
-l
I
2
3
ztot
2101
ztol
210t
2tot
2446
2459
2494
2499
2503
345
3J8
393
398
402
B
27
28
28
4t
u
46
24
25
C
342
350
353
2A9
301
312
369
373
25 377
A:B+C
369
378
381
330
345
3ta
393
398
402
0
I
o
0
0
0
0
0
tA-rfl BlA(/o)
7
I
(sr)
Am Baru
AscRAP
7-]!!:-l-!,!11!:-11.j-13 !2,1?l!:l-?-,?-5!:l!kl!l!: 9!!!-tl-6-.?-8!(:-l-9'??-Y: 7-360/o
l2-6to/o
Meagetahui,
l,aborm
LampiranV.4
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAII SURAKARTA
FAKfILTASTEKNIK LABORATORIUM TEINIK $IPIL J.
A
Yst Prbcls Xst
m Trml
po! I Tdp
(
l,l1lr1l11l7p! 2ll tru
(0Arl) ?l5,l,lt
s{r*tdt
J?lO,
JenisPraktikum :llodifiedAIY Tanggal Pelaksaan : 2,1-26 Novcrnber 2015
IJ.LUE (AI')
PEMERIKSJL{N MODIFIED ACGREGATE 'LIPACT
Sarnpel
Item Pengujian
No.
MP
Indeks
Arr
AIreR4P
2
3
2
.i
I
Banr 1
I
]erat mold (rr)
wr
nat
xal
2t0l
2l0l
2101
2l0t
2rc1
2101
2t0t
2
lerat mold + sampel (setelah dipadatkan) (gr)
w1
2431
2446
2481
2474
2476
2431
2446
3
Berat awal gamoel
{=W.-W
330
345
2435 334
380
373
375
330
345
2435 334
4
letelah ditunbuk dan disarias (!r) eret mmml lolos no.8 (2.36 mrr)
B
52 278
29)
erat
J 6
(r)
smoel tefi*an
otal elisih
no.8
(236 mm)
C
A=B+C
tnlrl deMn berat awal s.mDel (II)
7
4.spreeate Impact Volue (q/al
I
lala-rata -i{I /loanbulatan (orii
tA-lf] BlA0r/")
330 0
54 ?45 0
54 280
68
68
69
312
306
334 $
380 0
305 373 0
t1J6%tll_,9y4L\9_,w?: 15.869',o
17,89/t
375
0
1823o/t 18.4001 18-1896
38
,o, 330 0
4l
40
303 344
294
I lt.520t tt,nv.
334 0 I t-gEol
11.809'0
Mengetahui,
LampiranV.5
I'NTVERSITAS MI.]IIAMMADIYAII SI]RAKARTA
FAI{ULTA.STEKNIK LABORATORIT'M TEKMK SIPIL JL A Yani Pabelao Karlarum ?roool
Jenis T
Praktikum
:
PwlTelp (UL7ll 717417Pn
213 Ear (O27I) 7I5{,f8
Sunkarta S7lt2
Aggregate Crushing Yalue (ACW
anggal Pelakxat : 26-28 November 20 I 5
PEMERII(SAAN AGGREGATE C ASffIATG IU LAE ACT') Sampel
MP
Indeks
Uraiao Pengujian
I
rat Silinder Uji + Alas (Cr) rat Silindcr Uii + AJas +Sampel (sctclah dipadatkan)
ratAwal Sampel(sr) lolos sariasar 2"36 mm (No. 4) erat samoel tertahan sannem 2.36 mm {No. 4) erat samoel
otal elisih Total dencan gr e ga te C ru sh in g
fleratArpel Sampel (
f/s\
AqeR/P 3
I
2
3
wl
?590
7590
7590
7590
7590
7590
w?
10631
10637
1064s
10582
10637
10545
A:WI-Wr
3041
3047
3055
2992
30d.'I
3055
551
554
u41
u93
2992
3447
5s8 2497 3055
0
0
0
B
478
481
C
2562
2565
A:B+C
3040
3046
483 2572 3055
I
0
l5i79o/o
15,81-o./"
tA-A'I
BlA{%\
(94)
Prata-ralrACY
(
1
1532o/o
l5J8o/o
L8-.{3i*i-l9.l1Y:-L!!-ill!: 18)9o/o
Mengetahui.
Laboran
LampiranV.6 \c o\ o\ Q.. a (\ b0\i ra a
s
cr
g, d
s(fi €a\(r'r sh
d
&
q
l:
6l
T
u
\
z
q
a !
g
a
I
TE dd TEY}.
,a7 AEIIi
F
s
v\
E3E EB6 iJ14[i
E
tr
Its
F
!i
E
a
F.tr d1 4H
rd
z
h
F F
=
r.l
u
E
6
E C)
b0
GI
o € € 6l 6l
\.(
ql
aa
o o
o c o
3 q
x
e
d f-l 2 td fr
a
E a
*q z a a
q
6 il 0l
6l
E E 6 0
q
g o
a.
o
Ia
o
5o
SE
39
E
8.
o 6
c
sfi ;6 9ot r.-
r0
I
,
o
q
E
C)
tr
J1 e
-io -d E4
at
-at
'5 c) JaI'd BA0 o bll
gfi
Ea
Ec
3. -O $14
E-
zo
t-
€
l\ €q€ d
N
CO (\ \o () e \o n t tt 6I ct N al 6l (\| N
€
N
o r
\o
Or rn oo
o
N
\o F FT t\ :t g\
o\ o\
o
o
€
ra o\ a o o\ t\ Ir F c.t aO e h cq ao o \o F F \o \o \o \o t\ 6l 6l 6l (\l a.,l GI N N aa o\ \o (t) o ao t6 € 6 3 F t\ t € tl \o € lr)
tn (n !t
o\ \a
cn
rt
o\ \o fA
in
€€
s o
("I u') N GI
€ o
\o oo cn -+ la 6 m m
a o\ r,) \c (\| t\ o\ o\ <> o N 6l (fr (?) (n
o\ F € t\
o o o o
t o o
ra 6t (\I
t\ m o\ rn rn F o !l lat h In
t\t fa o\ \o o\ !f, F o\ co \o o\ N N N fa aO fo t) t .lt
aa
a-.1
*
fi
F \o -t Far)
(> tl fi
*
*
o
o oN or+ o
o\
co
dt
dl
o
frl
6 N
t
o\ (n \0 c o 6t o\ ao (a
o
GI N
o aa
co
\o
o\ o e o 6t (a af) ai
rn 6l \o \o t\ (n o 6 t\I
o\ \o
o
o\ <> o 6l c) rn \o g\ Ch ct t
CA rt ail F o (a e ra o\ o (a 6 (a o o o\ (vl o a.) o t\t o 6t ta f") (n i.t N ra \o \o rl E ch o\ 0 o t\ rl q\ a t?) 6l o Q F o\ al € 6\o o ora (> \o \o \o \o V) ta, \o \o o o o o <> o o
€
€ t\l I€ ol m o\ e o € \o 6t o \CI o o o o Q o o o v: o c> \a c ra \o o\o (t o o\o o\o e 9i9 N r+ g\
q
3a \o \o \o 6l \o \o rf) ai
rf
\o \o FI \0 ol (,t l'I r N o\ F 6l \o \o rl € F- t'- i- F. \o (\t (\l 6l 6l 6t c-.{ 6t 6t N d
(a $ N l\ (.) € € c € t\ 6l 6l 6t 6l
o
o
ct) r! a !t t\ t t\ \o \o rn ra ra t + \a \o F F a\ N 6l N 6l (\I 6l t\t N 6l 6l N
6t cl
\0
-
o (r) \o o\ \o (n \t> \o \o \o r tat
ooo
sa
*e
a
cq
{
$) t1 !rD
E co ev
x x€ q
o\ 6 !t F
ra rd
\c e\ \c d\ os o\ ax )< a< o\ cs o\ o r- ra 00 6 \o \o rf 6l iat tat al al rf ta \o \o \o r- € o\ al (?} .+
fi rn N 6 t\ Or oo a FI FI GI o (a rn o (n (n ('l 6 N (\l !t c.t o\ e 6 o\ 6l o\ 6\ (\ (t ctl tfi o\ N
E
ni 1Z
rt t\ €
al N
U
d a o.
€
\a \o F
E
+
*9 F .IJ
oa
{
xx
r:
€ rr rt o o\
E q.
6t
* \o{
6l ol
sa
6l ?n s GI
j
ra
F (n
6i oi
(t) \o F o\ o\ (\l rGI F o\ N N N
d
q)
E
(\T
aa o\ \a 6t 6 6l ra t\ cr\ N 6t 6l N
o
ts
I.t
€
s€ s s!t x(\ s s x
n o s
u u
,o
rr)
z
c
i\ (\l d\
N
FI
I to
o\ h 6
6t 6t \o o C'\ tF C\ t F F E F N FI N t\ 6l
a\
I
.a a\
ca
ia
tz
A
\
6 d
5 3a
E
s
\9 o\ \o !t i\
I
ql FT
t€
c\ o\ t\ .+ N
@
g
s tl
s 00
g !t o c
F h
il v
r/) ,d
\oi € g\l \c o\ s N c\ N 6 \o \o d)l (vt 6t \o a.| o qt a.,t a, t\ \o F (\l \o N 6t FI aa tt r a a o N r+ tt \o
T
a o
ditr
s
aI
o b t\ t\\o
at
ti
at
a
H
sL
q\ o\
xN € !to F €
\c \E \c \c o\ o\ o\ o\ c\ o\ ;< o\ o\ o\ s s !n t-. \o a.l r.. ta N 6l \o F or .q N €! f4 6t G rt) o\ a ln 00 6l N o F 00 oi o\
AI
\o o\
€
o\ o\ o\ o\ c\ N d \9 \o x cn t o\ N N F t"t \o, \o cl \o a?, cn c.t N cq ttt \o ts 6 vt 6l r) GI 6 I
q E
&
F
tF
N x sts o €-! F-,+ o\ c, !t 11 n \o 6
\9 o\ o\ o\
s e4
\o
ra1
t
o F. o\ \o \o \o h
s
\o FI \o \o F rfi 00 00 o\ 6l ra N
o o o o o o \o o \ao o o o\o o\a \o o
o o o o o lc e o o 6 o\ o\ ! Ctr 6 o\ c o\ o\ n o o\ o\ 6r rr1 rl vl r) t r/) a/) !6 ra ,ll r) N F ts r t' F- F. its F t- c- F- to N
c>
oo oo oo
<>
o o o o
o o a o (> o o o s o\o .O s o al sf \o s o it o t\ 6l a.{ t{ rt (\ c-{ Ca s n € r € <
G
o
oo
o
2.
td
3 s
Lampiran VI Lembar Konsultasi Tugas Akhir
Mada Pramindana D 100 110 068
UNTVERSITAS
MT
JHAMMADIYAH
SI
JRAKARTA
FAKTILTAS TEKNIK A
Jl.
YmiPabelanKartasuraTrornolPos
I Telp. (V271)717417 -7194E3 Suakrta5TlCI
I,EMBAR KONSIILTASI TUGAS AI(HIR Pembimbing Pembimbing
lvladaPramindma D 100 110 ffiE
Mahasisf,,a
Nomorladuk NIRM
I
h. Sri $unarjono, htr.fh.D : Ika Setiyaningsih S.T, M.T :
tr
TanggalMulai
:
Tanqgal Selesai:
JumsanlProgdi
TelmikSipil
Judul/Topik
Evaluasi Permao
Agept Dalm Mendulung
Kekuaan Bohm RAP (Recldrrwd Aspralt
Pavement)
'
Br*
analrt
t
{cntang
da- arrnl,att - S*gr* lothr,ba".
er*/s/act
t
Er^a* FqFr
l;/r"r
t
O
meluntk
o"t1n fqgr gr$ouF
r-f
4,"1
fl^/rdtJ
l
l,t*,
$.$^* (.r""$-J'{t^ ')^' a{c
;LIr F,
$,
r.fu*
''^nI^''Lir-
{i^ki L' ^eyt'*t (*tg^t{ - "tt"^'* t.* }'^J"'t^'^
Catatan : -Hmap dibawa setiap komultasi *Pe,mbimbing Tugas Alfiir
Mengehhui: Ke,pala hoedi Teknik Sipil
Mochamad Solilqfiin ST, MT, Ph.D
Surakarta, tvlahasisua
ItdadaPramindana
T]NTVERSITAS
M
STJRAKARTA
FAKT'LTAS TEKMK Jl.
A Ymi P$clanKartasuraTrel
Pos
I Telp. (l}Irl\717417 -7194:8 Su*rtaS?l{D
I,EMBARKONSI]LTASITUGASAKHIR \
Jurusm/Progdi JuduUTopik
NO.
Pe,mbimbing
:
Nomorlnduk NIRM
I
Ir. Sri Sunujuro, MT"PhJ) Peinbimbingtr : Ika Setiyaningsih S.T, M.T TanggalMulai :
MdaPramindana : D lfi) 110 06t
Mahasisua
:
Tanegal Selesai: TeknikSipit Menduhmg Kekuatan Bahsn RAP (Reclained Asplwlt Dalam Agegat Peranm : Evaluasi Paement)
:
TA}.ICIGAL
ot. Zy frrlarot /tO PcrratFi
T:TA}JGAI{'}
MATERI KONSI.]LTASI gorb T 4-lagian lehar btls -huiuao ( irt (ah orfcnrari)
bat?.ran
- ha,ft*n f*nditicrn t<{
Sa
grnr'{rHan
4 farh6dh crsL Lo'b ran wmut ha,b P 4 |
Tt
0z
t* 4il w*
bab v 4
a,
2 Mci ?DtL
D"Wl
aq
09
\\ci Lo t(
Os
It
Mci totg
on
ltrbath^
cnta^i
a.ar\
wluTv^ qY*rB"rt.U^tb l
hrLat-
Grdn
F,nt6ah
p\cLoaa^.
\
d+
\
b-otit'gutc-
\
fu.tTitr
frr*
. ?txtbtnrbtn3 'L
Catatan : -Harap dibawa setiap konnrlasi *Pembimbing Tugas Al&ir
Menget&ui:
$rakatta
K€pala Progdi Teknik Sipil
Ivlahasiswa
Mochamad Solikhin ST, MT, Ph.D
MadaPramindma