TESIS KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS, DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN PADA BUDGETARY SLACK (STUDI KASUS PADA SKPD DI KABUPATEN BADUNG)
P.RANI ADNYANI ASAK NIM: 1291661011
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS, DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN PADA BUDGETARY SLACK (STUDI KASUS PADA SKPD DI KABUPATEN BADUNG)
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana
P.RANI ADNYANI ASAK NIM: 1291661011
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 22 SEPTEMBER 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. NIP.196501231993031002
Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak. NIP. 195807181986011001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Direktur
Program Pascasarjana
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2001
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 22 September 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, Nomor: 2828/UN14.4/HK/2014, Tanggal 12 Agustus 2014
Ketua
: Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si.
Anggota
:
1.
Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak.
2.
Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak
3.
Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE.,MSi.,Ak
4.
Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, Msi., Ak
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
: P. Rani Adnyani Asak
Nim
: 1291661011
Program Studi
: Magister Akuntansi
Judul Tesis
: Kemampuan Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkungan,
Budget Emphasis, dan Kapasitas
Individu Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Partisipasi Anggaran Pada Budgetary Slack ( Studi kasus Pada SKPD Di Kabupaten Badung , Bali).
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.
Denpasar, 22 September 2014
P.Rani Adnyani Asak
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha-Nya, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan hasilnya tertuang dalam tesis dengan judul “Kemampuan Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkungan, Budget Emphasis, dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Partisipasi Anggaran Pada Budgetary Slack ( Studi kasus Pada SKPD Di kabupaten Badung , Bali)”.Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 2 (S2) di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana guna memperoleh gelar Magister Akuntansi konsentrasi Akuntansi Keuangan dan Auditing. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat berhasil baik berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setulustulusnya kepada: 1.
Tuhan Yang Maha Esa Ida Shang Hyang Widhi Wasa atas restuNya dalam penyelesaian tesis ini.
2.
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si., sebagai pembimbing I dan Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak. sebagai pembimbing II yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3.
Para penguji tesis ini yaitu Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak, Bapak Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE.,MSi.,Ak serta Bapak Prof. Dr. I Ketut
vi
Yadnyana, SE, Msi., Ak, sebagai penguji yang dengan penuh perhatian memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini 4.
Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Universitas Udayana.
5.
Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
6.
Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Universitas Udayana. Bapak dan Ibu pengajar serta seluruh staf Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini.
7.
Seluruh Staf SKPD Kabupaten Badung Bali, yang telah membantu dalam pengisian kuesioner serta memberikan keterangan yang berkaitan dengan kesempurnaan tesis ini.
8.
Orang Tua Drs I Nyoman Bintara dan Ni Made Sekarini serta seluruh keluarga yang telah mendoakan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini khususnya suami saya Letty Sus I Nyoman Gde Aditya Asak Sudana,S Kom.
9.
Rekan-rekan mahasiswa angkatan X MAKSI Universitas Udayana, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
kekompakannya selama penulis menempuh studi.
vii
atas kebersamaan
dan
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugrah-Nya kepada kita semua, serta pihak-pihak yang telah membantu penulis.
Denpasar,22 September 2014
Penulis
viii
ABSTRAK KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS, DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN PADA BUDGETARY SLACK (STUDI KASUS PADA SKPD DI KABUPATEN BADUNG) Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan anggaran berbasis kinerja. Sistem anggaran berbasis kinerja merupakan proses pembangunan yang efisien dan partisipatif dengan harapan dapat meningkatkan kinerja agen. Anggaran daerah disusun eksekutif sebagai agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Perkembangan APBD Kabupaten Badung tahun anggaran 2006-2013 mengindikasikan adanya budgetary slack. Hal ini diduga terjadi karena adanya beberapa faktor kontijensi yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Penelitian ini menggunakan asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis, dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi terhadap partisipasi anggaran pada budgetary slack. Responden pada penelitian ini dipilih dengan cara proportionate random sampling. Data dikumpulkan dengan metode survei dengan kuisioner dan dianalisis dengan analisis regresi moderasi (MRA/ Moderated Regression Analysis) Hasil Penelitian ini menunjukan partisipasi anggaran tidak berpegaruh terhadap budgetary slack. Kemampuan dari variabel ketidakpastian lingkungan memoderasi (memperlemah) pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack.
Kata Kunci : Partisipasi anggaran, asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis, kapasitas individu, budgetary slack.
ix
ABSTRACT ABILITY OF INFORMATION ASYMMETRY, ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY, BUDGET EMPHASIS, AND INDIVIDUAL CAPACITY AS MODERATING VARIABLES FOR BUDGETARY PARTICIPATION ON BUDGETARY SLACK (CASE STUDY AT BADUNG LOCAL GOVERNMENT SKPD’S, BALI) Public sector budget is the instrument of accountability to the management of public funds and the implementation of programs, which were funded by public. By creating such a good budgeting system which can combine performance planning with annual budgetary, it will be seen the interdependencies of budget and expected result. This budgeting system is also known as budget based on performance. Budgeting system based on performance is an efficient and participatory development process with the hope that it can improve agent performances. Local budgeting is created by the executive as an agent and approved by the legislative as a principal. The growth of local budget in Badung Regency, Bali from 2006 until 2013 indicated that there was a budgetary slack. This happened because there were a few contingent factors that could strengthen or weaken the effect of correlation budgetary participations with the budgetary slack. This research will examine the ability of information asymmetry, environmental uncertainty, budget emphasis and individual capacity as moderating variables for budgetary participations on a budgetary slack. All data were collected using a survey method with multiple questioners and were analyzed using moderated regression analysis method. The result has shown that budgetary participation will not affect the budgetary slack. The ability of environmental uncertainty variables moderates the effect of budgetary participation on budgetary slack. Keywords : Budgetary Participation, Information Asymmetry, Environmental Uncertainty, Budget Emphasis, Individual Capacity, Budgetary Slack.
x
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ................................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................................ v UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................ ix ABSTRACT ................................................................................................ x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 8 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teori Keagenan ................................................ 10 2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ........... 15 2.3 Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD) ....................................................... 16 2.4 Pendekan Teori Kontijensi ................................................. 19 2.5 Partisipasi Penganggaran ..................................................... 20 2.6 Budgetary Slack .................................................................. 21 2.7 Asimetri Informasi............................................................... 22 2.8 Ketidakpastian Lingkungan ................................................. 24 2.9 Budget Emphasis ................................................................ 25 2.10 Kapasitas Individu .............................................................. 25 2.11 Penelitian Terdahulu ............................................................ 26 BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir ............................................................... 28 3.2 Konsep Penelitian ............................................................... 28 3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................ 30 3.3.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap budgetary slack ........................................................ 30 3.3.2 Perpengaruh Asimetri Informasi terhadap budgetary slack ........................................................ 31 3.3.3 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap budgetary slack ....................................................... 33
xi
3.3.4 Pengaruh Budget Emphasis terhadap budgetary slack . ....................................................................... 34 3.3.5 Pengaruh Kapasitas Individu terhadap budgetary slack ........................................................................ 35 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian .......................................................... 37 4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ............................. 38 4.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 39 4.4 Data Penelitian .................................................................... 39 4.4.1 Jenis Data.................................................................... 39 4.4.2 Sumber Data .............................................................. 40 4.4.3 Metode Penentuan Sampel ........................................ 40 4.5 Variabel Penelitian .............................................................. 43 4.5.1 Identifikasi Variabel ................................................... 43 4.5.2 Definisi Operasional variabel ..................................... 44 4.6 Metode Pengumpulan Data ................................................. 46 4.7 Instrumen Penelitian ............................................................ 47 4.7.1 Skala Pengukuran ....................................................... 47 4.7.2 Uji Validitas dan reliabilitas ....................................... 48 4.8 Teknik Analisis Data .......................................................... 49 4.8.1 Uji Asumsi Klasik....................................................... 49 4.8.1.1 Uji Normalitas ................................................ 50 4.8.1.2 Uji Multikolinearitas ...................................... 50 4.8.2 Analisis Regresi .......................................................... 51 4.8.3 Uji Kelayakan Model dan Uji Hipotesis..................... 52 BAB V
HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Responden .......................................................... 54 5.2 Hasil Penelitian ................................................................... 56 5.2.1 Statistik Deskriptif ...................................................... 56 5.2.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................... 57 5.2.2.1 Uji Reliabilitas................................................ 57 5.2.2.2 Uji Validitas ................................................... 58 5.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................ 58 5.2.3.1 Uji Normalitas Residual ................................. 60 5.2.3.2 Uji Multikolinearitas ...................................... 60 5.2.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis......... 61 5.2.4.1 Uji Hipotesis 1................................................ 63 5.2.4.2 Uji Hipotesis 2................................................ 64 5.2.4.3 Uji Hipotesis 3................................................ 64 5.2.4.4 Uji Hipotesis 4................................................ 65 5.2.4.5 Uji Hipotesis 5................................................ 65
xii
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran pada budgetary Slack ........ 66 6.2 Asimetri informasi yang memoderasi pengaruh Partisipasi anggaran pada budgetary slack .......................... 67 6.3 Ketidakpastianlingkungan yang memoderasi pengaruh Partisipasi anggaran pada budgetary slack .......................... 68 6.4 Budget Emphasis yang memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack .......................... 70 6.5 Kapasitas Individu yang memoderasi pengaruh partisipasi Anggaran pada budgetary slack ......................... 71 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan .............................................................................. 73 7.2 Saran .................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Halaman 1.1 4.1 4.2 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7
Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2006 – 2013 ........................................ 3 Jumlah Jabatan Struktural SKPD Kabupaten Badung .................. 41 Prosedur Pengambilan Sampel...................................................... 43 Profil Responden ........................................................................... 55 Statistik Deskriptif Variabel.......................................................... 57 Rekapitulasi Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian .............. 57 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian.................. 59 Hasil Uji Normalitas Residual....................................................... 60 Hasil Uji Multikolinearitas............................................................ 61 Hasil Analisis Regresi Moderasi (MRA) ...................................... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 : Kerangka Berfikir ..................................................................... 29 Gambar 3.2 : Konsep Penelitian ...................................................................... 30 Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian ................................................................ 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Lampiran 2
Nama – nama SKPD dan Jumlah jabatan Struktural di Lingkungan SKPD KAbupaten Badung
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian
Lampiran 4
Variabel dan Indikator Penelitian
Lampiran 5
Karakteristik Individu
Lampiran 6
Uji Validitas
Lampiran 7
Uji Reliabilitas
Lampiran 8
Deskripsi Data Penelitian
Lampiran 9
Uji Normalitias
Lampiran 10 Uji Multikolinearitas Lampiran 11 Uji Heterokedastisitas Lampiran 12 Regresi Moderasi
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Gambaran tersebut tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran, yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Beberapa alasan yang mendukung kenapa anggaran sektor publik penting, yaitu (1) anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, (2) anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, dan (3) anggaran juga diperlukan untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Pemberlakuan otonomi daerah berdasarkan UU No.32/2004, telah menyebabkan
manajemen keuangan daerah khususnya Kabupaten Badung
mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran. Reformasi penganggaran merupakan perubahan dari sistem anggaran tradisional (traditional budget system) ke
sistem
anggaran
berbasis
kinerja
(performance
budget
system).
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai
1
2
dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran. Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan anggaran berbasis kinerja Anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan, serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Sistem anggaran berbasis kinerja merupakan proses pembangunan yang efisien dan partisipatif dengan harapan dapat meningkatkan kinerja agen. Anggaran daerah disusun eksekutif sebagai agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Namun, penilaian kinerja berdasarkan target anggaran akan mendorong agen untuk melakukan budgetary slack demi jenjang karir yang lebih baik di masa mendatang (Suartana, 2010). Selain itu, budgetary slack juga sering terjadi pada tahap perencanaan dan persiapan anggaran daerah, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa, 2004). Budgetary slack adalah perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai estimasi terbaik dari organisasi (Anthony dan
3
Govindarajan,1998). Menurut Suartana (2010) budgetary slack terjadi karena penentuan pendapatan yang terlalu rendah (understated) dan biaya yang terlalu tinggi (overstated). Hal ini dapat berdampak buruk pada organisasi sektor publik yaitu terjadi kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja agen terhadap unit pertanggungjawabannya. Laporan perkembangan APBD tahun anggaran 2006-2013 di Kabupaten Badung seperti yang disajikan pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2006 – 2013 (dalam jutaan rupiah) Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Anggaran Pendapatan Daerah 624.898,8 835.168,5 1.080.269,7 1.311.050,4 1.363.308,9 1.559.375,9 1.935.583,5 2.494.697,3
Realisasi Pendapatan Daerah 663.449,1 977.327,9 1.253.487,9 1.414.806,3 1.425.462,9 1.850.767,4 2.620.854,1 2.954.602,1
%
106 117 116 108 105 119 135 118
Anggaran Belanja Daerah 671.414,2 953.685,5 1.494.024,7 1.667.379,5 1.570.199,1 1.812.671,1 1.955.563,6 2.233.567,2
Realisasi Belanja Daerah
%
639.925,8 869.263,3 1.074.683,2 1.429.454,5 1.319.058,4 1.575.210,5 1.848.806,6 2.164.421,7
95 91 72 86 84 87 95 96
Pemda Badung (Data Diolah 2014) Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diduga data tersebut mencerminkan kemungkinan adanya budgetary slack. Dugaan terjadinya budgetary slack disebabkan anggaran belanja yang tidak diserap secara maksimal. Jika dibandingkan antara anggaran pendapatan dan realisasinya, realisasinya selalu lebih tinggi dibandingkan anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan. Sedangkan anggaran belanja daerah dan realisasinya terbukti realisasinya selalu lebih rendah dari pada anggaran belanja daerah yang ditetapkan.
4
Banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecenderungan menciptakan slack tersebut. Salah satu faktor yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh yang pada timbulnya slack adalah partisipasi anggaran. Menurut Brownell (1982), partisipasi angaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Pengaruh informasi asimetris terhadap timbulnya budgetary slack dijelaskan oleh Suartana (2010), bahwa: “Senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetris karena informasi asimetris mendorong bawahan atau pelaksana anggaran membuat senjangan anggaran. Informasi asimetris adalah keadaan yang terjadi jika bawahan memiliki informasi yang lebih banyak mengenai aktifitas organisasinya dibandingkan dengan atasannya (Dunk, 1993). Pemimpin, sebagai prinsipal dalam teori keagenan internal, berusaha memperoleh informasi lokal yang dimiliki oleh para manajer bawahannya, sebagai agen dalam teori keagenan internal, sehingga diharapkan dapat mengurangi informasi asimetris (Baiman, 1982). Namun, dalam penelitian Merchant dan Young (1985)
menunjukkan
bahwa slack akan timbul bila bawahan menyembunyikan atau merahasiakan informasi yang relevan dalam pembuatan anggaran. Secara teoritis, informasi asimetris dapat dikurangi dengan memperkuat monitoring dan meningkatkan kualitas pengungkapan. Informasi asimetris juga dijelaskan dalam agency theory dimana teori ini mendasarkan hubungan kontrak antara principal membawahi agent. Menurut teori tersebut agent lebih banyak mempunyai informasi dan lebih memahami perusahaan sehingga menimbulkan asimetri informasi. “Permasalahan
5
yang muncul dalam hubungan agency adalah bahwa principal bersikap netral terhadap risiko sementara agent bersikap menolak usaha dan risiko” (Ikhsan dan Ishak, 2005). Oleh karena itu, bawahan cenderung untuk melakukan budgetary slack karena adanya keinginan untuk menghindari risiko dengan memberikan informasi yang bias, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi asimetri merupakan pemicu budgetary slack Budget emphasis, yaitu desakan dari atasan pada bawahan untuk melaksanakan anggaran yang telah dibuat dengan baik, yang berupa sanksi jika kurang dari target anggaran dan kompensasi jika mampu melebihi target anggaran.
Hal
tersebut
dapat
menyebabkan
bawahan
akan
cenderung
melonggarkan anggarannya dengan tujuan agar anggaran mudah direalisasikan. Suartana (2010) menjelaskan bahwa faktor penekanan anggaran yang dapat menimbulkan budgetary slack, yaitu perusahaan sering menggunakan anggaran sebagai satu-satunya pengukur kinerja manajemen, karena itu tersedia. Penekanan anggaran seperti ini dapat memungkinkan timbulnya slack. Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi ke depannya. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan
individu
untuk
memprediksi
sesuatu
yang
terjadi
di
lingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran adalah positif dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah, dan sebaliknya akan berhubungan negatif bila dalam
6
kondisi ketidakpastian yang tinggi. Dalam kondisi ketidakpastian yang rendah, partisipasi bawahan yang tinggi akan mampu menciptakan senjangan anggaran. Hal ini memungkinkan karena bawahan mampu memprediksi prospek masa depan dan dapat memperkirakan langkah-langkah yang harus dilakukan sehingga dapat digunakan untuk melakukan senjangan anggaran dengan melaporkan perkiraan yang bias. Di sisi lain, dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, partisipasi anggaran akan mengurangi senjangan anggaran (Govindarajan, 1986). Pada kondisi ini bawahan sulit memprediksi masa depan sehingga tidak mampu memperoleh informasi akurat untuk memprediksi kejadian masa depan, sehingga sulit pula baginya untuk menciptakan senjangan anggaran. Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan maupun pengalaman. Organisasi birokrasi dalam era otonomi daerah perlu untuk menyiapkan tenaga kerja atau aparatur pemerintah yang mempunyai kemampuan (capability) yang baik. Karena pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas birokrasi dalam memberikan pelayanan publik. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dapat mengantisipasi ketidakpastian lingkungan, salah satunya isu budgetary slack (Sandrya, 2013). Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Yuhertiana (2004) bahwa individu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya dengan baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack. Hasil - hasil penelitian sebelumnya, yang menguji hubungan antara anggaran partisipasi dengan budgetary slack menunjukkan hasil yang tidak
7
konsisten. Penelitian yang dilakukan Lowe dan Shaw (1968), Merchant (1981), Young (1985), Antie dan Eppen (1985), Lukka (1988), Siegel dan Marconi (1989), Yuwono (1999), Little, et al., (2002), Yuhertiana (2004), Hafsah (2005), Falikhatun (2007), Sudarba (2010), Andriyani dan Hidayati (2010), Nasution (2011), menunjukan bahwa partisipasi anggaran dan budgetary slack mempunyai hubungan yang positif. Berbeda halnya dengan Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Baiman (1982), Dunk (1993), Dunk dan Perera (1997), Wartono (1998), Minan (2005), Utomo (2006), Supanto (2010), Martjin ,et al (2011) bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat menurunkan terjadinya budgetary slack. Ketidakkonsistenan hasil penelitian itu diduga karena
ada
variabel lain yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kemungkinan timbulnya slack anggaran Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang tidak konsisten dan adanya kesenjangan anggaran dan realisasi pada data APBD Kabupaten Badung, sehingga peneliti termotivasi untuk menguji kembali pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack dengan faktor kontijensi yaitu asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Badung, Bali.
8
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack ? 2) Apakah asimetri informasi mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack ? 3) Apakah ketidakpastian lingkungan mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack ? 4) Apakah budget emphasis mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack ? 5) Apakah kapasitas individu mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mendapatkan bukti empiris pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack 2) Mendapatkan bukti empiris kemampuan asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis dan kapasitas individu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack.
9
1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dan wawasan serta menambah perbendaharaan teori untuk memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya
khususnya
mengenai
asimetri
informasi,
ketidakpastian
lingkungan, budget emphasis dan kapasitas individu memoderasi partisipasi anggaran pada budgetary slack. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pembaca khususnya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Kabupaten Badung mengenai pentingnya peranan setiap individu dalam penerapan tujuan organisasi dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai pertimbangan
dalam
pembuatan
pemerintahan yang good governance.
kebijakan
untuk
mewujudkan
tata
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pendekatan Teori Keagenan Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam
penelitian ini, karena dapat menjelaskan konsep corporation governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu antara dua atau lebih individu, kelompok atau organisasi. Pihak prinsipal adalah pihak yang mengambil keputusan dan memberikan mandat kepada pihak lain (agen), untuk melakukan semua kegiatan atas nama prinsipal. Inti dari teori ini adalah kontrak kerja yang didesain dengan tepat untuk menyelaraskan kepentingan antara prinsipal dengan agen (Sinkey,1992; Supanto, 2010). Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan memiliki tiga asumsi, yaitu: 1) asumsi tentang sifat manusia, yaitu sifat manusia yang mengutamakan kepentingan sendiri (self interest), keterbatasan rasionalitas atau daya pikir terhadap persepsi masa depan (bounded rationality), dan cenderung untuk menghindari risiko; 2) asumsi tentang keorganisasian, adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi, dan asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen; dan 3) asumsi tentang informasi, adalah informasi dianggap sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Berdasarkan ketiga asumsi tersebut manusia akan bertindak oportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Agen akan termotivasi untuk meningkatkan
10
11
kompensasi dan jenjang karir di masa mendatang, sedangkan prinsipal termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya. Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal akan terus meningkat, karena prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan organisasinya secara keseluruhan.
Hal
inilah
yang
menimbulkan
asimetri
informasi
yaitu
ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut, antara lain: 1) moral hazard adalah permasalahan yang muncul karena agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama sesuai kontrak kerja; dan 2) adverse selection adalah prinsipal tidak mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh agen merupakan keputusan yang sesuai dengan informasi yang diterima oleh prinsipal atau terjadi kelalaian dalam bertugas. Entitas di Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu entitas sektor publik dan non publik/swasta. Anggaran sektor publik berhubungan dengan proses penentuan jumlah dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik rakyat, serta bersifat terbuka untuk publik. Sedangkan, anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup untuk publik dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Meskipun berbeda, tetapi kedua sektor memiliki kesamaan sifat yakni terbagi dalam dua pihak, yaitu: prinsipal dan agen.
12
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran sektor publik terdiri dari tiga kategori utama yaitu: eksekutif, legislatif, dan masyarakat. Hubungan keagenan dalam penganggaran daerah, adalah: 1) Hubungan Keagenan antara Masyarakat (Publik atau Voters) dan Legislatif Legislatif adalah lembaga perwakilan rakyat yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) yang keberadaannya telah dipilih oleh rakyat (voters). Rakyat berdasarkan asas demokrasi adalah prinsipal utama dan legislatif berperan sebagai agen yang mewakili rakyat sebagai prinsipal. Rakyat melakukan pengawasan terhadap DPR dengan cara social pressure, yaitu rakyat berperan sebagai parliament watch, media dan aksi langsung dengan kekuatan massa melalui demonstrasi (Kencana, 2010). Legislatif berperan penting dalam penganggaran daerah, karena DPRD adalah pengesah APBD dalam tahap ratifikasi. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999, DPRD dan Gubernur, Bupati atau Walikota menetapkan APBD. Sehingga, DPRD perlu untuk mendengarkan aspirasi rakyat melalui berbagai komponen yang mewakili rakyat, yaitu: Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, kuesioner, kotak pos, media massa, dan lain sebagainya (Kencana, 2010). Masalah keagenan antara legislatif dengan rakyat adalah legislatif akan membela kepentingan rakyat atau pemilihnya, tetapi seringkali tidak terjadi karena pendelegasian kewenangan rakyat atau pemilih dengan legislatornya tidak ada kejelasan aturan konsekuensi kontrol keputusan
13
yang disebut abdikasi (abdication). Lupia dan Mc.Cubbins (2000), menyatakan bahwa abdikasi terjadi karena pemilih (voters) tidak ingin mempengaruhi legislatif yang mereka pilih, sedangkan legislatif tidak memiliki banyak waktu dan pengetahuan untuk mengetahui semua kebutuhan rakyat. Sehingga, legislatur cenderung melakukan political corruption dalam proses penyusunan anggaran dan menimbulkan administration corruption. Legislatif akan memaksimalkan utilitasnya (self interest) dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan rakyat (Garamvalvi, 1997; Abdullah, 2006). 2) Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Eksekutif (Pemerintah Daerah) Hubungan keagenan antara legislatif dan eksekutif berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan posisi luasnya kekuasaan antara legislatif sebagai prinsipal terhadap eksekutif sebagai agen. DPRD tidak menjadi satu kesatuan dengan Kepala Daerah beserta perangkatnya. Hubungan keagenan terjadi dalam konteks pembuatan kebijakan, yang mana legislatif memberikan kewenangan kepada agen untuk membuat usulan kebijakan baru dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak. Fungsi DPRD adalah mengawasi pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan keputusan Gubernur/Bupati/ Walikota, pelaksanaan APBD, pelaksanaan kebijakan daerah dan pelaksanaan kerjasama internasional di daerah. Sedangkan, kepala daerah memiliki
kewajiban
dan
tanggung
jawab
atas
terselenggaranya
pemerintahan, serta meningkatkan kepuasan rakyat. Kinerja kepala daerah
14
dinilai dari keberhasilan berbagai program pemerintahan dan kebijakan pada realisasi APBD dalam laporan pertanggungjawaban kepada DPRD (Kencana, 2010). Masalah keagenan dalam hubungan legislatif dan eksekutif adalah legislatif cenderung melakukan “kontrak semu” dengan eksekutif, karena memiliki
keunggulan
kekuasaan
(discretionary
power).
Legislatif
mengutamakan kepentingan pribadi secara jangka panjang demi menjaga kesinambungan dan nama baik politisi atau anggota dewan. Sedangkan, eksekutif cenderung melakukan budgetary slack karena memiliki keunggulan informasi (asimetri informasi) dan untuk mengamankan posisinya di pemerintahan. Eksekutif akan mengusulkan anggaran belanja yang lebih besar dan target anggaran yang lebih rendah, agar lebih mudah dicapai ketika realisasi dilaksanakan. 3) Hubungan Keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan Kepala Dinas/Kantor/Badan Hubungan keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan Kepala Dinas/Kantor/Badan adalah Kepala Daerah (Bupati) berperan sebagai prinsipal dan Kepala Dinas/Kantor/Badan sebagai agen. Eksekutif akan menyampaikan dokumen rancangan APBD kepada legislatif untuk diteliti dan disahkan. Kepala daerah berorientasi pada penetapan sistem pengendalian manajemen yang mengatur Dinas/Kantor/Badan, serta mendukung keberhasilan reformasi anggaran, keuangan dan sistem akuntansi daerah. Dinas/Kantor/Badan akan mengajukan daftar usulan
15
kegiatan daerah dan daftar usulan proyek daerah yang akan dibahas oleh panitia
anggaran
daerah.
Perangkat
daerah
(Dinas/Kantor/Badan)
bertanggung jawab dalam pelayanan masyarakat (Kencana, 2010). Mardiasmo (2001) menyatakan bahwa slack yang diciptakan oleh perangkat daerah cenderung merupakan slack yang positif, karena menjaga hubungannya dengan kepala daerah dan mengamankan pekerjaan dan posisi atau jabatan di pemerintahan. 2.2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk
mendukung reformasi penganggaran daerah. Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan UU No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri No.13/2006, Peraturan Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012 sebagai pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Lembaga-lembaga yang berperan penting dalam perencanaan dan penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), Kepala daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan pengelolaan keuangan Negara. Salah satu penanggulangan yang dilakukan pemerintah pusat adalah memperbaiki sistem keuangan Negara dengan menerapkan sistem penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis
16
Kinerja (ABK). Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan APBD di organisasi sektor publik untuk tatakelola pemerintahan, yakni proses pembangunan yang efisien dan partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu penggunaan sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) untuk menggantikan sistem anggaran tradisional (traditional budget system). Proses pembangunan ini melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Salah satu kunci utama penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah penentuan kinerja, adanya ukuran kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi terhadap outcome, output maupun kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output yang dicapai (Mahsun, dkk., 2007). 2.3
Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) No. 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD adalah sebagai berikut. 1) Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat,
17
pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 2) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Berdasarkan RKPD, pemerintah daerah kemudian menyusun KUA. KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari. Rancangan KUA disampaikan kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni sebelum tahun anggaran dan disepakati bersama oleh Pemda dan DPRD menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli. 3) Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD menyusun PPA. PPA disepakati paling lambat bulan Juli sebelum tahun anggaran. KUA dan PPA yang telah disepakati kemudian dituangkan kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh pihak kepala daerah dan pimpinan DPRD. Berdasarkan nota kesepakatan tersebut pemerintah daerah menerbitkan surat edaran tentang pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat daerah (RKA-SKPD). Surat edaran tersebut diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus sebelum tahun anggaran dimulai. 4) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) Berdasarkan surat edaran yang diterbitkan oleh pemerintah daerah, masingmasing SKPD kemudian menyusun RKA-SKPD. Surat edaran tersebut
18
memuat arah dan kebijakan umum APBD, strategi dan prioritas APBD, standar biaya, standar pelayanan minimal, dan formulir RKA-SKPD. Formulir RKA-SKPD merupakan dokumen yang memuat rancangan anggaran unit kerja yang disampaikan oleh setiap unit kerja. RKA-SKPD memuat pernyataan mengenai: a. Visi dan misi unit kerja. b. Deskripsi Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) unit kerja. c. Rencana program dan kegiatan unit kerja beserta tolak ukur dan target kinerjanya. RKA-SKPD kemudian disampaikan kepada tim anggaran pemerintah daerah untuk dievaluasi. Tim anggaran pemerintah daerah mengevaluasi dan menganalisis: a. Kesesuaian antara rancangan anggaran unit kerja dengan program dan kegiatan berdasarkan yang direncanakan unit kerja. b. Kesesuaian program dan kegiatan berdasarkan tugas pokok dan fungsi unit kerja. c. Kewajaran antara anggaran dengan target kinerja berdasarkan Standar Analisa Biaya (SAB) yang telah diperhitungkan. 5) Penyusunan RAPBD Rencana kerja dan anggaran masing-masing SKPD yang telah dievaluasi oleh tim anggaran pemerintah daerah selanjutnya dirangkum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
19
6) Penetapan APBD Pemerintah daerah menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober sebelum tahun anggaran untuk dibahas. RABPD ditetapkan menjadi APBD setelah mendapatkan persetujuan bersama dari pemerintah daerah dan DPRD paling lambat satu bulan sebelum tahun anggaran dimulai. 2.4
Pendekatan Teori Kontijensi Teori kontijensi digunakan sebagai teori pendukung dalam penelitian ini,
karena mengasumsikan berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) yang dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Pendekatan kontijensi
dalam
perilaku
organisasi
adalah
lingkungan
yang
berbeda
menyebabkan adanya perilaku yang berbeda pula. Teori kontijensi memotivasi adanya analisis situasi sebelum diambil tindakan dan menghilangkan perilaku yang biasa dilakukan berdasarkan asumsi tentang keprilakuan. Sehingga, teori kontijensi dapat digunakan untuk semua pengetahuan yang mutakhir tentang organisasi dengan cara yang paling tepat, karena tindakan yang tepat bergantung pada variabel situasional (Davis dan Newstrom, 1985). Beberapa penelitianpenelitian terdahulu tentang anggaran yang mengadopsi teori kontijensi, seperti: Young (1985), Dunk (1993), Minan (2005), Hafsah (2005), Latuheru (2005), Sari (2006), Utomo (2006), Ikhsan dan Ane (2007), Falikhatun (2007), Pratomo dan Fitri (2008), Desmiyati (2009), Supanto (2010), Djasuli dan Fadilah (2011), Reysa (2011), dan Hapsari (2011).
20
2.5
Partisipasi Penganggaran Anggaran merupakan rencana kerja jangka pendek yang dinyatakan secara
kuantitatif dan diukur dalam satuan moneter yang penyusunannya sesuai dengan rencana kerja jangka panjang yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997). Anggaran mempunyai dua peran penting di dalam sebuah organisasi, yaitu sebagai alat untuk perencanaan (planning) dan sebagai alat untuk pengendalian (control). Partisipasi penganggaran adalah proses dimana para individu yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, keterlibatan, dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran. Partisipasi penganggaran melibatkan semua tingkatan manajemen untuk mengembangkan rencana anggaran yang telah dibuat. Partisipasi penganggaran diperlukan karena bawahan yang lebih mengetahui kondisi langsung bagiannya. Dalam beberapa kasus, manajer tingkat bawah lebih banyak memiliki informasi yang akurat dibandingkan dengan atasannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajer (Suprasto, 2006:). Dengan demikian, tujuan perusahaan akan lebih dapat diterima jika seluruh anggota organisasi dapat bersama-sama dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat dan informasi mengenai tujuan perusahaan dan terlibat dalam menentukan langkahlangkah untuk mencapai tujuan tersebut. Murray (1990) menyatakan bahwa partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja dari anggota organisasi tersebut.
21
2.6
Budgetary slack Partisipasi manajemen merupakan partisipasi manajer dalam proses
manajemen yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Salah satu bentuk dari partisipasi manajemen adalah partisipasi penganggaran yang merupakan proses di mana individu-individu, baik atasan maupun bawahan terlibat dan mempunyai pengaruh dalam menentukan target anggaran. Partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan kewenangan kepada para manajer pusat pertanggungjawaban untuk menetapkan isi anggaran mereka. Namun kewenangan ini disalahgunakan oleh para partisipan sehingga dapat merugikan organisasi. Penyalahgunaan ini dilakukan dengan pembuatan organizational slack. Menurut Ikhsan dan Ishak 2005 slack adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang lebih besar yang diperuntukkan bagi tugas tersebut. Slack
diciptakan
dengan
mengestimasikan
pendapatan
lebih
rendah,
mengestimasikan biaya lebih tinggi, atau menyatakan terlalu tinggi jumlah input yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output. Menurut Syakhroza , 2003 slack yang terjadi dalam penyusunan anggaran disebabkan oleh bawahan kurang memiliki pengetahuan serta keterampilan yang memadai. Budgetary slack adalah suatu usaha untuk memperindah anggaran. Budgetary slack juga digambarkan sebagai dysfunctional behavior karena manajer berusaha untuk memuaskan kepentingannya yang nantinya akan merugikan organisasi. Merchant (1985) , Lukka (1988), dan Young (1985) mempunyai pengertian yang sama
22
mengenai slack anggaran, yaitu sebagai pengungkapan yang dimasukkan dalam anggaran yang memungkinkan mudah dicapai. Jika anggaran lebih mudah dicapai karena adanya slack atau faktor-faktor lain sebagai akibat adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran, yang terjadi adalah menurunnya atau menghilangnya keuntungan motivator yang sesungguhnya. Senjangan anggaran terjadi karena disebabkan oleh empat kondisi menurut Eisenhardt dan Stevens dalam Fitri (2004). Pertama, terdapat informasi asimetri antara manajer (bawahan) dengan atasan mereka. Kedua, kinerja manajer tidak pasti. Jika terdapat kepastian dalam kinerja, maka atasan dapat menduga usaha manajer melalui output mereka sehingga senjangan anggaran sulit untuk dilakukan. Ketiga, manajer mempunyai kepentingan pribadi. Keempat, adanya konflik tujuan antara manajer dengan atasan mereka. Selanjutnya Onsi (1973) , Merchant (1985), dan Dunk (1993) menyatakan kondisi yang kelima, yaitu pentingnya peranan manajer dalam partisipasinya terhadap proses penganggaran. Artinya, manajer mampu mempengaruhi hasil dan proses penganggaran untuk dapat menciptakan budgetary slack. 2.7
Asimetri Informasi Penentuan anggaran yang tepat memang tidak mudah dan akan menjadi
masalah apabila bawahan mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan informasi yang dipunyai atasan. Perbedaan informasi yang dimiliki antara atasan dan bawahan inilah yang dinamakan informasi asimetri.
Adanya informasi
asimetri merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perilaku negatif dalam hal ini adalah budgetary slack, dijelaskan oleh Suartana (2010), bahwa: “Konsep
23
informasi asimetris yaitu atasan anggaran mungkin mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun sebaliknya. Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan dan informasi lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi”. Baiman dan Evans dalam Erawati (2006) asimetri informasi timbul jika bawahan memiliki informasi yang relevan untuk proses pembuatan keputusan sehubungan dengan penganggaran sedangkan atasan tidak. Asimetri informasi merupakan perbedaan informasi relevan yang digunakan dalam pengambilan keputusan antara manajer tingkat atas dengan manajer tingkat bawah. Young (1985) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi dapat menyebabkan bawahan untuk melebih-lebihkan kebutuhan sumber daya mereka atau mengecilkan kemampuan kerja mereka. Sehingga, interaksi antara anggaran partisipatif dengan asimetri informasi dapat menyebabkan terjadinya budgetary slack. Secara teoritis, asimetri informasi dapat dikurangi melalui monitoring dan desain sistem informasi yang lebih baik. Contohnya, atasan atau pemegang kuasa anggaran
menerima
informasi
yang
belum
diketahui
sebelumnya
dan
meningkatkan akurasi pemahaman terhadap bawahan atau pelaksana anggaran (Suartana, 2010).
24
Asimetri informasi mendorong pentingnya partisipasi dalam penyusunan anggaran agar anggaran yang disusun dapat lebih bermanfaat. Syarat sahnya suatu partisipasi dalam memberikan informasi yang baik atau “Well Informed” yang berarti setiap orang yang berpartisipasi dapat memberikan informasi yang baik dan berguna yang dimilikinya, yang nantinya akan bermanfaat dalam penetapan anggaran. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran inilah yang dapat memberikan kesempatan untuk memasukkan informasi lokal 2.8
Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering
menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Ketidakpastian merupakan persepsi dari anggota organisasi. Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak memiliki informasi yang cukup untuk meprediksi masa depan secara akurat. Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi yang dibutuhkan (Govindarajan, 1986). Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah (Milliken, 1978 ). Sedangkan dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan di masa datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat direncanakan dengan lebih akurat (Duncan, 1972). Kondisi yang relatif stabil ini dapat dimanfaatkan oleh anggota organisasi untuk membantu organisasi membuat perencanaan yang akurat
25
2.9
Budget emphasis Penekanan anggaran merupakan variabel yang dapat menimbulkan
budgetary slack dengan argumentasi untuk meningkatkan kompensasi. Budget emphasis adalah kondisi bilamana anggaran dijadikan faktor yang paling dominan dalam pengukuran kinerja bawahan pada suatu organisasi. Budget emphasis merupakan desakan dari atasan pada bawahan untuk melaksanakan anggaran yang telah dibuat dengan baik. Pengukuran kinerja berdasarkan anggaran yang telah disusun membuat bawahan akan berusaha memperoleh variance yang menguntungkan dengan menciptakan slack, antara lain dengan merendahkan penghasilan dan meninggikan biaya pada saat penyusunan anggaran. Jika bawahan meyakini penghargaan (reward) yang diberikan tergantung pada pencapaian target dalam anggaran, bawahan akan mencoba membangun slack dalam anggarannya (Sujana: 2010) 2.10
Kapasitas Individu Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum baik
melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman seseorang. Pendidikan dan pelatihan merupakan investasi sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja seseorang. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang telah ditempuh seseorang di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan yang baku dan waktu yang relatif lama biasanya dapat membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan umum. Pelatihan merupakan pendidikan yang diperoleh seorang karyawan di instansi terkait dengan kurikulum
26
yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan atau dunia kerja. Pelatihan biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Sedangkan, pengalaman adalah pendidikan yang diperoleh sesorang selama bekerja di instansinya. Pengalaman seorang pegawai berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang yang sudah handal dalam melaksanakan
pekerjaan
karena
pengalamannya
dalam
beberapa
tahun
(Simanjuntak, 2011). Menurut David (1964) dalam Nasution (2011) kinerja seseorang merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Motivasi merupakan perpaduan antara sikap dan kondisi, sedangkan kemampuan merupakan perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan seseorang. Kemampuan adalah faktor penting dalam meningkatkan produktifitas kerja dan berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Individu yang memiliki pengetahuan yang cukup adalah individu yang berkualitas dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya. 2.11
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai budgetary slack telah dilakukan oleh banyak peneliti
dan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil - hasil penelitian terdahulu dijelaskan secara ringkas pada lampiran 1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lowe dan Shaw (1968), Merchant (1981), Young (1985), Lukka (1988), Siegel dan Marconi (1989), Yuwono (1999), Little, et al., (2002), Suprasto (2006), Hafsah (2005), Falikhatun (2007), Sudarba (2010), Andriyani dan Hidayati (2010), Dian Eka Sari (2010), Dinni
27
Anissarahma (2008), Rina Widya Ningrum (2009), Aprilianti (2010), Nasution (2010), menunjukkan bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat menyebabkan budgetary slack. Hasil-hasil tersebut berbeda dengan penelitian Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Baiman (1982), Dunk (1993), Dunk dan Perera (1997), Wartono (1998), Minan (2005), Utomo (2006), Ayu Diona Putri (2010), Supanto (2010), Schoute dan Wiersma (2011), yang menyatakan bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat mengurangi terjadinya budgetary slack. Sebaliknya, jika anggaran partisipatif menurun, maka dapat meningkatkan budgetary slack. Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dan budgetary slack. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh variabel kontijensi dapat memperkuat atau memperlemah hubungan tersebut. Variabel kontijensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis dan kapasitas individu
BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berfikir Menurut Sugiyono (2008) dalam membentuk kelompok teori yang perlu dikemukankan dalam penyusunan kerangka berfikir dalam membuat suatu hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Metode analisis data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0
Semua hipotesis diuji dengan
menggunakan analisis regresi moderasi interaksi (Moderated Regression Analysis/MRA). Berdasarkan kajian pustaka, landasan teori dan penelitianpenelitian sebelumnya, dapat disusun kerangka berfikir kemudian dilanjutkan dengan kerangka konseptual penelitian. Tujuan dari pembentukan kerangka berfikir untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Kerangka berfikir penelian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada kajian pustaka. Skema rancangan model penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.2.
28
29
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Budgetary slack pada Penyusunan Anggaran Pemerintahan Daerah SKPD Kabupaten Badung Kajian Teoretis 1. Teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory 2. Teori kontijensi (contingency theory) sebagai teori pendukung
H1: H2: H3: H4: H5:
Kajian Empiris Penelitian terdahulu : 1. Artikel asing: Lowe dan Shaw (1968), Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Baiman (1982), Young (1985), Lukka (1988), Siegel dan Marconi (1989), Dunk ( 1993), Dunk dan Perera (1997), Douglas dan Wier (2000), Little et al.,(2002), Martjin dan Wiersma (2011), Nouri dan Parker (1996). 2. Artikel Indonesia (nasional): Wartono (1998), Supomo dan Indriantoro (1998), Yuwono (1999), Latuheru (2005), Hafsah (2005), Minan (2005), Utomo (2006), Sari (2006), Ikhsan dan Ane (2007), Falikhatun (2007), Fitri (2007), Pratomo dan Fitri (2008), Maskun (2008), Novita, dkk.,(2009), Desmiyanti (2009), Dwi dan Agustina (2010), Sudarba (2010), Supanto (2010), Andriyani dan Hidayati (2010), Djasuli dan Fadilah (2011), Nasution (2011), Hapsari (2011).
Hipotesis: Partisipasi Anggaran berpengaruh positif pada budgetary slack. Asimetri informasi memperkuat pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack. Ketidakpastian Lingkungan memperlemah pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack. Budget emphasis memperkuat pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack. Kapasitas individu memperkuat pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack.
Pengujian Hipotesis Pengujian H1, H2, H3, H4, dan H5 menggunakan analisis regresi moderasi dengan metode interaksi (Moderated Regression Analysis/MRA) Uji model: uji statistik F (F-test) Uji hipotesis: uji statistik t atau uji parsial (t-test) Pembahasan Hasil Kesimpulan dan Saran
30
Gambar 3.2 Konsep Penelitian Asimetri
Ketidakpastian
Informasi X2
Lingkungan X3
H2 Partisipasi
H3 Budgetary slack
H1
Anggaran X1
H4 Budget Emphasis X4
3.3
H5
Y
Kapasitas Individu
X5
Hipotesis Penelitian
3.3.1 Pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack Partisipasi penganggaran memberikan peluang bagi para manajer pusat pertanggungjawaban untuk melakukan budgetary slack. Ini dapat terjadi karena manajer pusat pertanggungjawaban diberikan kewenangan untuk menetapkan isi anggaran mereka dan akan dinilai kinerjanya berdasarkan anggaran tersebut. Sistem anggaran berbasis kinerja, yaitu proses pembangunan yang efisien dan partisipatif yang mana kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan suatu organisasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Namun, penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran daerah menimbulkan terjadinya budgetary slack. Selain itu, tahap perencanaan dan persiapan anggaran daerah sering menimbulkan budgetary slack, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa, 2004). Pernyataan diatas
31
didukung oleh hasil penelitian Lowe dan Shaw (1968), Merchant (1981), Young (1985), Antie dan Eppen (1985), Lukka (1988), Siegel dan Marconi (1989), Yuwono (1999), Little, et al., (2002), Yuhertiana (2004), Hafsah (2005), Falikhatun (2007), Ikhsan (2007), Sudarba (2010), Andriyani dan Hidayati (2010), dan Nasution (2011). Berbeda halnya dengan penelitian Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Baiman (1982), Dunk (1993), Dunk dan Perera (1997), Wartono (1998), Minan (2005), Utomo (2006), Supanto (2010), Martjin dan Wiersma (2011) yang menyatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack. Berdasarkan uraian di atas dan ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat dihipotesiskan: H1: Partisipasi anggaran berpengaruh positif pada budgetary slack 3.3.2 Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack. Berdasarkan teori keagenan, manusia akan bertindak opportunistik yaitu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Agen akan termotivasi untuk meningkatkan kompensasi di masa mendatang
guna
meningkatkan
kinerjanya,
sedangkan
prinsipal
termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitas. Prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen mengetahui informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi yaitu ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen.
32
Asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen yang berpartisipasi dalam penganggaran dapat menimbulkan budgetary slack. Karena, kinerja yang dinilai dari tingkat pencapaian anggaran menjadi motivasi agen untuk melakukan asimetri informasi untuk memudahkan pencapaian anggaran. Menurut Baiman dan Evans dalam Erawati (2006) asimetri informasi timbul jika bawahan memiliki informasi yang relevan untuk proses pembuatan keputusan sehubungan dengan penganggaran sedangkan atasan tidak. Asimetri informasi merupakan perbedaan informasi relevan yang digunakan dalam pengambilan keputusan antara manajer tingkat atas dengan manajer tingkat bawah. Teori ini didukung oleh Young (1985), Utomo (2006), Djasuli dan Fadilah (2011) bahwa interaksi anggaran partisipatif dan asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan pada budgetary slack. Menurut Anthony dan Govindarajan (2001) dalam Falikhatun (2007), eksekutif sebagai agen cenderung melakukan budgetary slack, karena bertujuan untuk mengamankan posisinya di pemerintahan. Sedangkan, legislatif sebagai principal cenderung melakukan kontrak semu dengan eksekutif. Tetapi, Dunk (1993) menyatakan hal yang berbeda bahwa jika partisipasi dalam penganggaran memungkinkan adanya komunikasi positif antara atasan dan bawahan, maka budgetary slack akan berkurang. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah: H2: Asimetri Informasi memperkuat pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack
33
3.3.3 Kemampuan ketidakpastian lingkungan memperlemah partisipasi anggaran terhadap budgetary slack Ketidakpastian
lingkungan
sering
menjadi
faktor
yang
menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah. Sebaliknya dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan sehingga langkahlangkah yang akan diambil dapat direncanakan dengan lebih akurat (Duncan, 1972). Faktor yang menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah. Sebaliknya dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan sehingga langkah-langkah yang akan diambil dapat direncanakan dengan lebih akurat (Duncan, 1972). Kemampuan memprediksi keadaan di masa datang pada kondisi ketidakpastian lingkungan rendah dapat jugaterjadi pada individu yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Informasi pribadi yang dimiliki bawahan dapat digunakan untuk membantu penyusunan anggaran yang akurat karena bawahan mampu mengatasi ketidakpastian di wilayah tanggung jawabnya dan dapat
34
memprediksi lingkungannya. Menurut Govindarajan (1986), hubungan antara partisipasi dengan senjangan anggaran adalah positif dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah, sedangkan hubungan menjadi negatif dalam ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Seorang bawahan yang mempunyai partisipasi tinggi dalam dalam penyusunan anggaran dan menghadapi ketidakpastian lingkungan yang rendah, akan mampu menciptakan senjangan dalam anggaran, karena ia mampu mengatasi ketidakpastian dan mampu memprediksi masa mendatang. Sebaliknya, dalam ketidakpastian lingkungan yang tinggi, akan semakin sulit untuk memprediksi masa depan dan semakin sulit pula menciptakan senjangan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah: H3: Ketidakpastian lingkungan memperlemah pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack 3.3.4 Kemampuan Budget emphasis memoderasi partisipasi anggaran pada budgetary slack Anggaran dapat pula berfungsi sebagai alat pengendalian bilamana anggaran
digunakan
sebagai
tolok
ukur
kinerja
suatu
pusat
pertanggungjawaban. Jika dalam suatu organisasi anggaran merupakan faktor yang paling dominan dalam pengukuran kinerja bawahan, maka kondisi ini dinamakan penekanan anggaran atau budget emphasis (Sujana, 2010).
35
Menurut Dunk (1993), Budget emphasis adalah pemberian reward atau penilaian kinerja bagi para manajer menengah ke bawah berdasarkan pada
pencapian
target
anggaran,
atau
apabila
para
manajer
mempersepsikan bahwa kinerja dan penghargaannya di nilai berdasarkan pada target anggaran yang dicapai. Hopwood (1972) menemukan bahwa budget emphasis yang tinggi menimbulkan keyakinan para karyawan bahwa penilaian yang dilakukan tidak adil, dan menimbulkan tekanan serta kekhawatiran terhadap pekerjaanya. Penelitian Dewi (2006) menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran, penekanan anggaran, dan komitmen organisasi secara serempak berpengaruh terhadap slack anggaran. Di samping itu, partisipasi dalam penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap slack anggaran sedangkan penekanan anggaran tidak berpengaruh terhadap slack anggaran. (Sujana, 2010). Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah: H4 : Budget emphasis memperkuat pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack. 3.3.5 Kemampuan kapasitas individu memoderasi partisipasi anggaran pada budgetary slack Pemerintah daerah dalam era otonomi daerah dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan profesionalisme birokrasi. Sehingga, pemerintah daerah perlu untuk mempersiapkan tenaga kerja atau aparatur yang profesional dalam bekerja. Kapasitas individu dari aparatur
36
daerah dapat terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman. Hal ini juga penting bagi pemerintah daerah dalam menghadapi dan mengantisipasi ketidakpastian lingkungan, terutama isu budgetary slack. Menurut Yuhertiana (2004), inidvidu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya dengan baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack. Tetapi, Sari (2006), Nasution (2011) dan Hapsari (2011) menyatakan hal yang berbeda bahwa kapasitas individu yang meningkat justru memunculkan budgetary slack dan sebagai konsekuensi yang muncul dalam penyusunan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah: H5: Kapasitas individu memperlemah pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Pada rancangan sebuah penelitian akan dijelaskan mengenai langkah awal hingga langkah akhir mengenai tata cara dilakukannya penelitian ini membentuk proses dan hasil yang obyektif, efektif, valid, dan efisien. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah menyiapkan data, menganalisis data dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan hasil dari penelitian tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat praktis bagi pemerintah daerah dalam menyikapi isu budgetary slack akibat dari adanya sistem anggaran berbasis kinerja. Populasi pada penelitian ini adalah pejabat struktural yang terdiri dari Eselon II, III, dan IV di Kabupaten Badung. Sampel dipilih menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Metode pengumpulan yang digunakan adalah metode survei berupa kuesioner dan wawancara (indepth interview). Semua hipotesis penelitian diuji menggunakan analisis regresi moderasi (Moderated Regression Analysis/MRA) dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0 for windows. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk pembahasan dan interpretasi hasil, diberi kesimpulan dan saran. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1:
37
38
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Masalah Penelitian Hipotesis Penelitian
Variabel Penelitian Instrumen Penelitian: kuesioner dan wawancara (indepth interview)
- Teknik pengumpulan data: metode survei (kuesioner) dan wawancara. - Teknik pengambilan sampel: teknik proportionate stratified random
sampling
Pengolahan data dan analisis data Pembahasan dan interpretasi hasil analisis data
Simpulan dan saran
4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Badung. Pemilihan dinas-dinas pemerintahan dilakukan dengan alasan dinas merupakan Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang menyusun, menggunakan, dan melaporkan realisasi anggaran atau sebagai pelaksana anggaran dari pemerintah daerah. Waktu penelitian adalah pada bulan Oktober 2013 – Juni 2014. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun
39
2008 mengenai Ketentuan Umum Perda tersebut disebutkan antara lain Organisasi Perangkat Daerah. 4.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada proses perencanaan dan persiapan anggaran daerah berkaitan dengan isu budgetary slack. Penelitian ini menganalisis kemampuan partisipasi anggaran dan budgetary slack dengan asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis dan
kapasitas individu sebagai
variabel moderasi di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Badung, Provinsi Bali. 4.4
Data Penelitian Data merupakan fakta empirik yang sudah dikumpulkan oleh peneliti untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini dibedakan berdasarkan:
4.4.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) Data kuantitatif berupa informasi - informasi laporan APBD tahun 20062013 Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, dengan jumlah pejabat strutural Eselon II, III, dan IV di Kabupaten Badung, data diperoleh dari kegiatan wawancara (indepth interview) dengan narasumber dan pernyataan responden yang dinyatakan dalam angka-angka meliputi skor nilai dari jawaban responden dalam kuesioner penelitian. 2) Data kualitatif berupa informasi - informasi yang berkaitan dengan proses penganggaran, permasalahan dalam penganggaran melalui wawancara
40
dengan narasumber, dan susunan keanggotaan dari Tim Anggaran Pendapatan Daerah (TAPD) 4.4.2 Sumber Data Menurut sumber, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data primer diperoleh dari daftar pernyataan dalam bentuk kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden. Hasil yang diperoleh akan diolah dalam bentuk pembahasan, kesimpulan dan saran. Kuesioner ini disertai surat permohonan kepada pejabat struktural selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) di SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Badung sebagai responden penelitian. (2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data APBD tahun anggaran 2006-2013 di Kabupaten Badung, susunan keanggotaan Tim Anggaran Pendapatan Daerah (TAPD), Jumlah pejabat struktural di SKPD Kabupaten Badung. 4.4.3 Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural, terdiri dari Eselon II, III, dan IV yang masih aktif tugas sampai kuisioner ini disebarkan. Pejabat struktural di lingkungan SKPD Kabupaten Badung berdasarkan eselon perangkat daerah dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
41
Tabel 4.1 Jumlah Jabatan Struktural di Lingkungan SKPD Kabupaten Badung
PEJABAT STRUKTURAL II/a 1
II/b 34
ESELON III/a III/b IV/a -
2) Pejabat Eselon III (Eselon III/a dan III/b) terdiri dari Kepala Bidang pada Badan Daerah, Dinas Daerah dan Inspektorat, Sekretaris pada Badan Daerah, Dinas Daerah dan Kepala Bagian di lingkungan Sekretaris Daerah Kabupaten Badung.
-
-
51
3) Pejabat Eselon IV (Eselon IV/a dan IV/b) terdiri dari Kepala Seksi dan Kepala Sub. Bagian.
-
-
-
JUMLAH
1
34
51
1) Pejabat Eselon II (Eselon II/a dan II/b) terdiri dari Sekretaris Daerah, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Inspektorat, Kepala Badan Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja. Sekretariat Daerah Eselon II/b terdiri dari 3 asisten (Eselon II/b) dan 5 staf ahli (Eselon II/b).
117
117
IV/b -
∑ 35
-
-
168
486
162
648
486
162
851
Sumber: (Data Diolah 2014) Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Teknik proportionate stratified random sampling adalah cara mengambil sampel dengan memperhatikan strata (tingkatan) di dalam populasinya. Dalam stratified data sebelumnya dikelompokan kedalam tingkat-tingkatan tertentu, seperti: tingkatan tinggi, rendah, sedang/baik, jenjang pendidikan kemudian sampel diambil dari tiap tingkatan tersebut.
42
Kelebihan menggunakan teknik ini antara lain: (1) Metode ini memberikan rata – rata sampel yang lebih baik, dari pada random karena sampel yang sifatnya strata terwakili di dalam mean. (2) Metode ini akan efisien dalam memberikan hasil yang lebih baik dari acak sederhana jika variasi (standar deviasi) populasi dalam kelompok-kelompok lebih kecil dari standar deviasi keseluruhan populasi. (3) Sampel yang terambil akan mampu memberikan informasi yang lebih baik dan lebih banyak karena perbedaan antar kelompok juga dapat dilakukan. (4) Untuk jumlah sampel yang sama, stratified random sampling lebih efisien dibanding simple random sampling. Populasi pada penelitian ini adalah 851 orang (jumlah Eselon II, Eselon III, dan Eselon IV). Sampel penelitian ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu: N n = N(α)2+1 851 n = 851 (0,05)2+1 n = 272 Keterangan: N = jumlah populasi n = jumlah sampel e = presisi, ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan hasil perolehan diatas, maka sampel yang akan diteliti adalah 272 orang. Prosedur pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2. Jumlah sampel berdasarkan pada Tabel 4.2 diperoleh sebanyak 272
43
orang sebagai responden penelitian, meliputi 11 orang dari Pejabat Struktural Eselon II, 54 orang dari Pejabat Struktural Eselon III, dan 207
orang dari Pejabat Struktural Eselon IV. Tabel 4.2 Prosedur Pengambilan Sampel No. Keterangan 1. Pejabat Struktural Eselon II 2. Pejabat Struktural Eselon III 3. Pejabat Struktural Eselon IV
Persentase Sampel 35/851 x 100% = 4%
Jumlah Sampel 4% x 272 = 10,88 = 11
168/851 x 100% = 19,74%
19,74% x 272 = 53,69 = 54
648/851 x 100% = 76%
76% x 272 = 206,7 = 207
Jumlah Sampel : 272 orang
4.5
Variabel Penelitian
4.5.1 Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang dianalisis pada penelitian ini berdasarkan rumusan permasalahan adalah sebagai berikut: 1) Variabel Bebas/Independen Variabel bebas atau independen yang dianalisis pada penelitian ini adalah Partisipasi anggaran (X1). 2) Variabel Terikat/Dependen Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah budgetary slack (Y). 3) Variabel Moderasi (Moderating Variable) Variabel moderasi pada penelitian ini adalah asimetri informasi (X2), ketidakpastian lingkungan (X3), budget emphasis (X4), dan kapasitas individu (X5).
44
4.5.2 Definisi Operasional Variabel Sebelum variabel dioperasionalkan, terlebih dahulu harus didefinisikan supaya memberikan pengertian yang sama kepada pihak yang membaca atau menggunakan penelitin ini. Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah: 1) Partisipasi Anggaran Anggaran partisipatif adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu yaitu para pejabat struktural yang terlibat dalam penganggaran daerah. Indikator variabel partisipasi anggaran (X1) pada penelitian ini dikembangkan oleh Supriyatno (2010) diukur dengan 5 indikator, yaitu: (a) Keikutsertaan ketika anggaran sedang disusun, (b) Kemampuan memberikan pendapat dalam penyusunan anggaran, (c) Frekuensi memberikan dan meminta pendapat atau usulan tentang anggaran kepada atasan, (4) frekuensi atasan meminta pendapat ketika anggaran disusun, dan (5) Kontribusi dalam penyusunan anggaran. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari 5 pernyataan. (Lampiran 3). 2) Budgetary slack Budgetary slack adalah usaha masing-masing pejabat struktural dalam penganggaran daerah yang termotivasi untuk mencapai target yang lebih mudah. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Begum (2009) di organisasi sektor publik. Indikator budgetary slack (Y) adalah jumlah anggaran pendapatan yang dibuat lebih rendah dari
45
seharusnya dan jumlah anggaran belanja yang dibuat lebih tinggi dari seharusnya, terdiri dari 5 pernyataan (Lampiran 3). 3) Variabel Moderasi (1) Asimetri Informasi Asimetri informasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya budgetary slack. Kesempatan berpartisipasi digunakan agen untuk membuat budgetary slack guna meningkatkan kinerjanya. Indikator asimetri informasi (X2) diukur dengan 6 indikator, yaitu: (a) Kecukupan informasi, (b) Kesesuaian informasi, (c) Kualitas informasi yaitu informasi yang mampu memenuhi kebutuhan kualitas informasi, (d) Kuantitas informasi yaitu informasi yang mampu memenuhi kebutuhan banyaknya informasi, (e) Pemahaman informasi, dan (f) Perubahan informasi. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Novita, dkk. (2009) di organisasi sektor publik, terdiri dari 6 pernyataan (Lampiran 3). (2) Ketidakpastian Lingkungan Indikator ketidakpastian (X3) diukur dengan 3 indikator, yaitu: (a) Informasi yang berkaitan dengan keadaan dimas yang akan datang, (b) Informasi tentang pengaruh faktor – faktor eksternal (kondisi ekonomi , teknologi dll), dan (c)Informasi non ekonomi (pp, peluang pasar, prediksi harga dll). Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh yuliantin (2011) di organisasi sektor publik, terdiri dari 12 pernyataan (Lampiran 3).
46
(3) Budget emphasis Indikator Budget emphasis (X4) diukur dengan 6 indikator yaitu (a) Besarnya peendapatan yang diperoleh, (b) Kemampuan dan kesungguhan dalam memperhatikan kualitas terhadap usaha yang dicurahkan untuk pekerjaan, (c) Kemampuan dalam mencapai target anggaran, (d) Kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan atasan/bawahan, (e) Efisiensi dalam menyikapi pekerjaan dan menjalankan operasi unit, (f) Kemampuan dalam bersosialisasi dengan kelompok staf. Instrumen budget empasis berupa kuesioner yang dikembangkan oleh yuliantin (2011), terdiri dari 6 pernyataan (Lampiran 3). (4) Kapasitas Individu Kapasitas individu pada hakekatnya terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman. Indikator Kapasitas Individu (X5) diukur dengan 4 indikator, yaitu: (a) Pendidikan, (b) Pelatihan, (c) Pengalaman dan (d) Keahlian. Instrumen kapasitas individu berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Sari (2006), terdiri dari 7 pernyataan (Lampiran 3). Definisi operasional dan indikator variabel secara ringkas dapat dilihat pada lampiran 4. 4.6
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan
instrumen kuesioner, yaitu dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011). Kuesioner yang disebarkan berupa daftar pernyataan tertulis kepada responden mengenai
47
anggaran partisipatif, budgetary slack, asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis, dan kapasitas individu. Masing-masing variabel tersebut disiapkan dengan jumlah pernyataan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kuesioner disertai surat pemohonan untuk menjadi responden diberikan secara langsung. Tenggang waktu yang diberikan untuk mengisi kuesioner adalah selama 30 menit. Jika ada halangan tertentu, responden diberikan kebijakan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan responden. Kuesioner akan disebarkan pada bulan Maret 2014. 4.7
Instrumen Penelitian
4.7.1 Skala Pengukuran Pengukuran masing-masing varabel menggunakan skala Likert lima poin, yaitu: Skor 1= sangat tidak setuju (STS); Skor 2= tidak setuju (TS); Skor 3= ragu-ragu (RR); Skor 4= setuju (S); dan Skor 5= sangat setuju (SS). Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data ordinal. Data ordinal adalah data kualitatif yang menggunakan angka sebagai symbol data kualitatif atau bukan angka sebenarnya dan dalam prosedur statistik, seperti: regresi, uji t dan lain sebagainya, mengharuskan data berskala interval. Tahap awal yang akan dilakukan adalah mengolah data dengan merubah data ordinal menjadi data interval menggunakan Method Successive Interval dengan bantuan program Excel (file stat97.xla). Method Successive Interval merupakan proses mengubah data ordinal menjadi data interval (Sarwono dan Budiono, 2012).
48
4.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji reliabilitas dan uji validitas dilakukan dengan bantuan program Stastistival Product and Service Solutions (SPSS) 17.0 for windows. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat yang mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2011). Uji validitas digunakan untuk mengukur valid/sah atau tidaknya suatu kuesioner. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan apa yang hendak diukur. Instrumen yang tidak valid atau bias akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada hasil analisis korelasi bivariate pada kolom Corelations (Ghozali, 2011). Menurut Umar (2004 : 127) validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang inti atau arti sebenarnya yang diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Menurut Sudarmanto (2005 : 84) validitas dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total seluruh item pertanyaan. Batas minimum dianggap memenuhi syarat validitas apabila r = 0,3. Jadi untuk memenuhi syarat validitas, maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam penelitian harus memiliki koefisien korelasi > 0,3. Apabila korelasi antara butir skor dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
49
Menurut Umar (2004 : 126) reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran dimana pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir- butir yang ada. Uji reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan melihat Cronbach’s Alpha. Instrumen yang reliabel berarti bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali, 2011). Instrumen yang reliabel belum tentu valid dan instrumen yang valid belum tentu reliabel, sehingga reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen (Sugiyono, 2011). 4.8
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi moderasi interaksi untuk uji semua hipotesis, dengan bantuan komputer program Stastistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0 for windows. 4.8.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah ada pelanggaran asumsi klasik atau tidak, karena merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Estimasi yang tidak sahih atau valid biasanya terjadi karena adanya penyimpangan terhadap asumsi tersebut. Pengujian asumsi klasik meliputi uji Normalitas dan uji Multikolinearitas (Adi, 2011).
50
4.8.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data yang Normal atau mendekati Normal (Adi, 2011). Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik Kolgomorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan KS yang tersedia dalam program SPSS 17.00 For Windows. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha. Data populasi dapat dikatakan berdistribusi Normal bila koefisien Asymp. Sign. (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05 (Ghozali, 2011) 4.8.1.2 Uji Multikolinearitas Menurut Sudarmanto (2005) uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan
atau
menguji
ada
atau
tidaknya
hubungan
yang
linier
(multikolinieritas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas yang lain. Menurut Nugroho (2005) sebagai pedoman untuk mengetahui antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi multikolinieritas jika mempunyai Varian Inflatation Factor (VIF) kurang dari 10 dan angka Tolerance lebih dari 0,1.Ada atau tidaknya gangguan multikolinearitas dapat diketahui berdasarkan Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Jika nilai VIF lebih dari 10 (VIF > 10) dan angka Tolerance mendekati < 0,10, maka terjadi masalah multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF <
51
10), maka model regresi pada penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas (Ghozali, 2011). 4.8.2 Analisis Regresi Model analisis data dan uji hipotesis dalam penelitian ini adalah model analisis regresi moderasi (Moderated Regression Analysis). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, serta mengetahui kemampuan asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis, dan kapasitas individu yang memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack. Analisis regresi ini merupakan aplikasi khusus regresi linier berganda yang mana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Bentuk regresi ini dirancang untuk menentukan hubungan antar dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel moderasi (Suliyanto, 2011). Secara sistematis diperoleh persamaan regresi: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + b5X5 + b6X1*X2 + b7X1*X3 + b8X1*X4 + b9X1*X5 + e……………….…....……………..………………………….. (2) Keterangan: Y X1 X2 X3 X4 X5 a b1- b9 X1*X2 X1*X3 X1*X4
: : : : : : : : : :
Budgetary slack : Partisipasi Anggaran Asimetri Informasi Ketidakpastian Lingkungan Budget emphasis Kapasitas Individu Konstanta Koefisien Regresi Interaksi antara Partisipasi anggaran dengan asimetri informasi Interaksi antara Partisipasi anggaran dengan ketidakpastian lingkungan : Interaksi antara Partisipasi anggaran dengan budget emphasis
52
X1*X5 e
: Interaksi antara Partisipasi anggaran dengan kapasitas individu : error atau variabel pengganggu
4.8.3 Uji Kelayakan Model dan Uji Hipotesis Uji kelayakan model bertujuan untuk mengetahui apakah model yang tersebut layak atau tidak digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji kelayakan model dan uji hipotesis dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0 for windows. Uji kelayakan model menurut (Ghozali, 2011) dapat diukur dari : 1) Uji Statistik F (Uji Kelayakan Model) Uji kelayakan model dilakukan dengan uji F dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua variabel independen maupun variabel moderasi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) pada variabel terikat/dependen. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig. 2) Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan presentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% (Ghozali, 2009: 15). Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat pada output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2 dapat diketahui berapa persentase yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
53
Sedangkan sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. 3) Uji Statistik t (Uji Parsial) Uji statistik t menunjukkan tingkat pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel independen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance). Jika probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Namun, jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model uji regresi moderasi (MRA) dengan melihat hasil uji t. Penarikan simpulan dari hipotesis didasarkan pada nilai probabilitas dari uji t baik pada variabel bebas maupun variabel moderasi yang terdapat dalam model uji. Jika probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel moderasi secara parsial. Namun, jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel moderasi.
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1
Deskripsi Responden Hasil Penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data berupa kuesioner
dengan responden berdasarkan jabatan struktural Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Badung. Data dianalisis sesuai dengan teknik analisis yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian. Profil responden mengenai umur, jenis kelamin, pengalaman dan tingkat pendidikan yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 5.1. Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa: 1) Umur Reponden Umur responden menggambarkan tingkat kedewasaan, sehingga dapat mempengaruhi partisipasi dalam proses penganggaran daerah Kabupaten Badung. Sebagian besar responden berumur 46 – 55 tahun sebanyak 160 orang (58,8%), diharapkan responden sudah lebih objektif dalam menjawab pertanyaan dalam kuisioner. 2) Jenis Kelamin Jenis kelamin responden digunakan untuk mengetahui keterlibatan gender dalam proses penganggaran di Kabupaten Badung. Sebagian besar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjenis kelamin laki – laki sebanyak 178 orang (65,4%), sedangkan responden perempuan berjumlah 94 orang (34,6%)
54
55
3) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat
intelektualitas
responden
yang
berpartisipasi
dalam
proses
penganggaran (APBD) di Kabupaten Badung. Sebagian besar responden berpendidikan pascasarjana (S2) sebanyak 122 orang (44,9%) 4) Pengalaman Tingkat Pengalaman responden digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat pengalaman kerja responden yang berpartisipasi dalam proses penganggaran di Kabupaten Badung. Sebagian besar responden memiliki pengalaman di bidang anggaran selama 4 tahun sebanyak 156 orang (57,4%) Tabel 5.1 Profil Responden (n=272) Keterangan Umur 25-35 th 36-45 th 46-55 th > 55 th
Frekuensi
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total : Pengalaman <1 Tahun 1-2 Tahun 3-4 Tahun 4 Tahun >4 Tahun Total: Tingkat Pendidikan SMA D3/Akademi Sarjana (S1) Pascasarjana (S2) Total :
Sumber: Lampiran 5
Persentase
24 78 160 10 272
8.8% 28.7% 58.8% 3.7% 100%
178 94 272
65.4% 34,6% 100%
19 20 13 156 64
7% 7,4% 7% 57,4% 23,5%
272
100%
39 29 82 122 272
14.3% 10.7% 30,1% 44,9%
56
5.2
Hasil Penelitian 5.2.1
Statistik Deskriptif Analisis secara deskriptif pada masing-masing variabel penelitian
dengan N adalah jumlah data yang diproses, yaitu 272 buah data dapat dilihat pada Tabel 5.2. Data regresi ini telah transformasi dari data ordinal ke interval. Data yang tersaji pada tabel 5.2 menyajikan total jawaban responden pada masing – masing variabel. Pada tabel dibawah menyajikan nilai minimum dan maksimum jawaban masing-masing variabel dengan nilai rata–rata dan simpangan baku masing–masing variabel. Berdasarkan tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa: 1.
Rata - rata penilaian responden pada partisipasi anggaran adalah 18,54% tergolong baik.
2.
Rata – rata penilaian responden pada asimetri informasi adalah 23,25 tergolong baik.
3.
Rata – rata penilaian responden pada ketidakpastian lingkungan adalah 45,91 tergolong baik.
4.
Rata – rata penilaian responden pada budget emphasis adalah 26,12 tergolong baik.
5.
Rata – rata penilaian responden pada kapasitas individu adalah 21,36 tergolong baik.
6.
Rata – rata penilaian responden pada budgetary slack adalah 9,08 tergolong baik.
57
Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Variabel Variabel
N
Minimum
Maksimu m
Ratarata
Simpangan baku
X1(Partisipasi Anggaran)
272
5,00
23,26
18,54
4,26
X2 (Asimetri Informasi)
272
6,96
29,76
23,25
5,42
13,03
56,88
45,91
9,98
X3(Ketidakpastian Lingkungan)
272
X4 (Budget emphasis)
272
6,00
26,07
26,12
5,92
X5 (Kapasitas Individu)
272
7,00
32,33
21,36
5,16
Y(Budgetary slack)
272
5,00
20,37
9,08
4,51
Valid N
272
Sumber : Lampiran 8 5.2.2
Hasil Uji Instrumen Penelitian 5.2.2.1 Uji Reliabilitas Tabel 5.3 Rekapitulasi Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian Variabel
X1(Partisipasi Anggaran) X2 (Asimetri Informasi) X3(Ketidakpastian Lingkungan)
Jumlah Item
Cronbach’s Alpha
Keterangan
5 6
0,971
Reliabel
0,979
Reliabel
0,984
Reliabel
12
X4 (Budget emphasis)
6
0,979
Reliabel
X5 (Kapasitas Individu)
7
0,981
Reliabel
Y(Budgetary slack)
5
0,981
Reliabel
Sumber: Lampiran 7
58
Uji realibilitas dilakukan dengan sampel sebanyak 30 responden. Rekapitulasi hasil uji realibilitas instrumen penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.3. Berdasarkan Tabel 5.3 , dijelaskan bahwa indikator dari variabel-variabel independen memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach lebih besar dari 0.6 sehingga dapat dikatakan instrumen pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat dihandalkan 5.2.2.2 Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan sampel sebanyak 30 responden. Validitas diukur dengan melihat nilai signifikansi pada hasil analisis korelasi bivariate pada kolom Corelations (Ghozali, 2011). Rekapitulasi hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 5.4. Berdasarkan Tabel 5.4 di, semua intrumen penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua intrumen penelitian adalah valid. 5.2.3
Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik (classical linear regression model (CLRM) adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Model regresi akan lebih tepat bila beberapa asumsi berikut ini terpenuhi. Uji asumsi klasik tersebut, antara lain: uji Normalitas data dan uji multikolinearitas.
59
Tabel 5.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Nilai Signifikan 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Kesimpulan
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5
Koefisien Korelasi 0,949 0,946 0,952 0,868 0,942
X2.1
0,8.93
0,000
Valid
X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X3.1
0,929 0,851 0,858 0,879 0,920 0,906
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X3.11 X3.12 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X5.1
0,878 0,916 0,897 0,817 0,923 0,900 0,840 0,849 0,889 0,827 0,807 0,922 0,935 0,890 0,887 0,945 0,945 0,901
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
X5 (Kapasitas Individu)
X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7 Y1.1
0,915 0,932 0,921 0,940 0,941 0,862 0,950
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Y (Budgetary slack)
Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
0,957 0,980 0,971 0,966
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
Variabel X1 (Anggaran Partisipatif )
X2 (Asimetri Informasi)
X3 (Ketidakpa stian Lingkunga n)
X4 (Budget emphasis)
Indikator
Sumber : Lampiran 6
Valid Valid Valid Valid Valid
60
5.2.3.1 Uji Normalitas Residual Hasil analisis uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut: Tabel 5.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
272 0,0000000 2,21810424 0,041 0,039 -0,041 0,674 0,754
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from
Berdasarkan Tabel 5.5 di atas, dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,674 dan signifikan pada 0,754 Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas. 5.2.3.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi
antara
variabel
independen.
Gangguan
multikolinearitas dapat diketahui dengan menganalisis Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Jika nilai VIF lebih dari 10 (VIF > 10) dan angka Tolerance mendekati < 0,10, maka terjadi masalah multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10), maka model regresi pada penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas (Ghozali, 2011). Berdasarkan hasil
61
analisis data, maka hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut: Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen
Tolerance
VIF
Keterangan
X1( Partisipasi Anggaran)
0,188
5,308
Tidak terjadi multikolinearitas
X2 (Asimetri Informasi)
0,556
1,799
Tidak terjadi multikolinearitas
X3(Ketidakpastian Lingkungan)
0,260
3,841
Tidak terjadi multikolinearitas
X4 (Budget emphasis)
0,423
2,365
Tidak terjadi multikolinearitas
X5 (Kapasitas Individu)
0,309
3,234
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: Lampiran 10 Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel bebas memiliki nilai lebih besar dari 10% (nilai Tolerance > 0,1). Sedangkan, nilai VIF masingmasing variabel bebas memiliki nilai yang lebih kecil dari 10 (VIF < 10). Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada masing-masing variabel bebas. 5.2.4
Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis Hipotesis 1-5 diuji menggunakan analisis regresi berganda dengan metode interaksi (Moderated Regression Analysis). Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.7 . Berdasarkan Tabel 5.7, persamaan regresi adalah sebagai berikut:
62
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + b5X5 + b6X1*X2 + b7 X1*X3 + b8X1*X4 + b9X1*X5 + e = 22,306 + 0,113X1 + 0,060X2 + 0,270X3 – 0.991X4 - 0,074X5 0,005X1*X2 - 0,016X1*X3 + 0,025X1*X4 + 0,001X1*X5 + e Keterangan: Y X1 X2 X3 X4 X5 a b1- b9 X1*X2
: : : : : : : : :
Budgetary slack Anggaran Partisipatif Asimetri Informasi Ketidakpastian Lingkungan Budget emphasis Kapasitas Individu Konstanta Koefisien Regresi Interaksi anggaran partisipatif dengan asimetri informasi : Interaksi anggaran partisipatif dengan ketidakpastian lingkungan : Interaksi anggaran partisipatif dengan budget emphasis : Interaksi anggaran partisipatif dengan kapasitas individu : error atau variabel pengganggu
X1*X3 X1*X4 X1*X5 e
Berdasarkan persamaan di atas dapat ketahui bahwa terdapat pengaruh positif variabel anggaran partisipatif (X1), interaksi anggaran partisipatif dengan budget emphasis (X1*X4) dan interaksi anggaran partisipatif dengan kapasitas individu (X1*X5) pada budgetary slack (Y). Sedangkan interaksi anggaran partisipatif dengan asimetri informasi (X1*X2), dan Ketidakpastian lingkungan (X1*X3) mempunyai pengaruh negatif pada budgetary slack (Y). Hasil analisis regresi untuk uji kelayakan model diperoleh angka probabilitas/signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga H01, H02, H03, H04, dan H05 ditolak dan Ha1, Ha2, Ha3, Ha4, dan Ha5
63
diterima. Artinya, semua variabel independen maupun variabel moderasi secara simultan merupakan penjelas yang signifikan pada variabel dependen. Tabel 5.7 Hasil Analisis Regresi Moderasi (MRA) Variabel
Unstandardized Coefficients
Nilai t
Nilai Signifikan
A
22,306
13,846
0,000
X1
0,113
0,874
0,383
X2
0,060
0,350
0,727
X3
0,270
2,001
0,046
X4
-0,991
-2,120
0,035
X5
-0,074
-0,207
0,836
X1*X2
-0,005
-0,563
0,574
X1*X3
-0,016
-2,314
0,021
X1*X4
0,025
1,032
0,303
X1*X5
0,001
0,031
0,976
Nilai R2 = 0,758, F-test = 91,057 (Sig. 0,000)
Sumber: Lampiran 12 5.2.4.1 Uji Hipotesis 1 Rumusan hipotesis 1 pada penelitian ini adalah partisipasi anggaran (X1) berpengaruh positif pada budgetary slack (Y). Dari hasil analisis regresi pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b1) adalah 0,113 dengan p-value sebesar 0,383 > 0,05, menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh
64
pada budgetary slack
sehingga hipotesis pertama ditolak
(didukung data). 5.2.4.2 Uji Hipotesis 2 Rumusan hipotesis 2 pada penelitian ini adalah asimetri informasi memperkuat pengaruh positif partisipasi anggaran pada budgetary slack. Hasil uji hipotesis 2 yang disajikan pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b6) adalah -0,005 dengan p-value sebesar 0,574 > 0,05, menunjukan interaksi anggaran partisipatif dan asimetri informasi tidak berpengaruh pada budgetary slack, sehingga hipotesis alternatif 2 ditolak. Hasil Penelitian ini menyatakan bahwa variabel asimetri informasi tidak mampu
memoderasi
pengaruh
hubungan
antara
anggaran
partisipatif dengan budgetary slack. 5.2.4.3 Uji Hipotesis 3 Hipotesis
ketiga
menyatakan
bahwa
ketidakpastian
lingkungan memoderasi (memperlemah) pengaruh positif anggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil analisis regresi moderasi pada Tabel 5.7 menunjukkan nilai koefisien beta (b7) sebesar -0,016 dengan p-value sebesar 0,021 < 0,05, menunjukan ketidakpastian lingkungan mampu memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Koefisien regresi pada variabel moderasi ini bertanda negatif maka, dapat diinterpretasikan bahwa ketidakpastian lingkungan dapat memperlemah hubungan antara
65
partisipasi anggaran dengan ketidakpastian lingkungan. Hasil analisi ini menunjukan bahwa hipotesis 3 dapat diterima. 5.2.4.4 Uji Hipotesis 4 Hipotesis
4
menyatakan
bahwa
budget
emphasis
memoderasi (memperkuat) pengaruh positif anggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil analisis regresi pada Tabel 5.7 menunjukkan nilai koefisien beta (b8) sebesar 0,025 dengan p-value sebesar 0,303 > 0,05, menunjukan interaksi anggaran partisipatif dan budget emphasis tidak berpengaruh budgetary slack artinya hipotesis alternatif 4 ditolak. Sehingga, budget emphasis tidak mampu memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack. 5.2.4.5 Uji Hipotesis 5 Hipotesis kelima menyatakan bahwa kapasitas individu memoderasi (memperlemah) pengaruh positif anggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil analisis regresi pada Tabel 5.7 menunjukkan nilai koefisien beta (b9) sebesar 0,001 dengan p-value sebesar 0,976 > 0,05, menunjukan interaksi anggaran partisipatif dan kapasitas individu tidak berpengaruh pada budgetary slack, artinya hipotesis alternatif 5 ditolak. Sehingga, kapasitas individu tidak mampu memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran pada Budgetary slack Dari hasil analisis regresi pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b1) adalah 0,113 dengan p-value sebesar 0,383 > 0,05, menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh pada budgetary slack
sehingga
hipotesis
pertama
ditolak
(didukung
data).
Tidak
didukungnya hipotesis 1 ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran ternyata tidak memicu bawahan untuk menciptakan slack dalam anggaran yang mereka susun. Hail penelitian ini sejalan dengan Pratomo dan Fitri (2008) dimana anggaran partisipasi tidak berpengaruh terhadap budgetary slack. Menurut Rahman dan Supomo (2003), peningkatan atau penurunan slack tergantung pada sejauh mana individu lebih mementingkan diri sendiri atau bekerja demi kepentingan organisasinya yang merupakan aktualisasi dari tingkat komitmen yang dimilikinya. Artinya, jika tidak ada konflik kepentingan antar bawahan di dalam suatu organisasi, maka penerapan partisipasi anggaran kemungkinan tidak akan menyebabkan timbulnya slack dalam anggaran perusahaan tersebut. Untuk itu penyusunan anggaran secara partisipasi harus dibarengi dengan tingkat goal congruence yang tinggi, yaitu kesetaraan tujuan antara organisasi dan karyawan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sandrya (2013) dan Falikhatun (2007), dimana hasilnya
66
67
partisipasi penganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap budgetary slack. 6.2 Asimetri Informasi yang memoderasi Pengaruh Anggaran Partisipatif pada Budgetary slack Hasil uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b6) adalah -0,005 dengan p-value sebesar 0,574 > 0,05, berarti bahwa interaksi partisipasi anggaran dan asimetri informasi tidak berpengaruh pada budgetary slack. Jadi dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi tidak mampu memoderasi pengaruh anggaran partisipasif pada budgetary slack di SKPD Kabupaten Badung.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitri (2004)
mengungkapkan bahwa bawahan dapat menyembunyikan sebagian dari informasi pribadi mereka yang dapat menyebabkan budgetary slack. Bagi tujuan perencanaan anggaran yang dilaporkan seharusnya sama dengan kinerja yang diharapkan. Namun, informasi bawahan lebih baik dari pada atasan, maka bawahan ambil kesempatan untuk memberikan informasi yang bias dari informasi pribadi mereka dengan membuat budget yang relatif lebih mudah dicapai sehingga terjadi budgetary slack (yaitu dengan melaporkan anggaran dibawah kinerja yang diharapkan). Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Falikhatun (2007) yang menunjukkan bahwa informasi asimetri memiliki pengaruh antara hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Artinya, informasi asimetri tidak dapat dijadikan sebagai variabel moderasi antara hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Hal ini menunjukkan di dalam penyusunan
68
anggaran diperlukan adanya komunikasi dan hubungan timbal balik antara anggota yang bertanggung jawab di dalamnya. Diperlukan adanya pertukaran informasi lokal yang dimiliki oleh bawahan disampaikan kepada atasan. Atasan tetap kesulitan memahami semua informasi yang masuk apalagi pada hal yang menyangkut bidang teknis yang lebih dipahami oleh bawahan yang membidanginya. Agar partisipasi anggaran dapat memberikan keuntungan bagi atasan untuk mengakses informasi yang dimiliki oleh bawahan, dibutuhkan bantuan bawahan dalam memproses informasi yang masuk sesuai dengan
bidang
tugas
bawahan
tersebut.
Akan
tetapi
bawahan
menyembunyikan private informasi yang dimilikinya dan hanya memberikan distorsi informasi kepada atasan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya informasi asimetri yang dimiliki oleh seseorang dapat mempengaruhi keinginan mereka untuk menciptakan budgetary slack. 6.3 Ketidakpastian Lingkungan yang memoderasi Pengaruh Anggaran Partisipatif pada Budgetary slack Berdasarkan hasil uji hipotesis 3 analisis regresi menunjukkan nilai koefisien beta (b7) sebesar -0,016 dengan p-value sebesar 0,021 < 0,05, menunjukan ketidakpastian lingkungan mampu memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Koefisien regresi pada variabel moderasi ini bertanda negatif maka, dapat diinterpretasikan bahwa ketidakpastian lingkungan dapat memperlemah hubungan antara partisipasi anggaran dengan ketidakpastian lingkungan. Sehingga, ketidakpastian lingkungan mampu memoderasi (memperlemah) hubungan antara anggaran
69
partisipatif dan budgetary slack. Dengan demikian ketidakpastian lingkungan mampu bertindak sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar perangkat daerah mempunyai pengalaman dari 4 tahun sebanyak 156 orang (57,4%). Dalam hal ini perangkat daerah Kabupaten Badung yang mayoritas memiliki pengalaman kerja yang cukup lama di dalam dinasnya masing-masing dianggap mampu mengatasi ketidakpastian dan mampu memprediksi masa mendatang sehingga dapat memperlemah terciptanya budgetart slack . Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2010), Govindarajan (1986), Amrul dan Nasir (2002), dan Yuwono (1999). Tingkat partisipasi anggaran akan mempunyai pengaruh positif terhadap senjangan anggaran, dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah, semakin tinggi partisipasi anggaran senjangan yang timbul akan meningkat pula. Demikian juga sebaliknya partisipasi anggaran akan mempunyai
pengaruh
negatif
terhadap
senjangan
anggaran,
dalam
ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Seorang bawahan yang mempunyai partisipasi tinggi dalam anggaran dan menghadapi ketidakpastian lingkungan yang rendah, akan mampu menciptakan senjangan dalam anggaran,karena ia mampu mengatasi ketidakpastian dan mampu memprediksi masa mendatang. Sebaliknya, dalam ketidakpastian yang tinggi, akan semakin sulit untuk memprediksi masa depan dan semakin sulit pula menciptakan senjangan anggaran.
70
6.4 Budget emphasis yang memoderasi Pengaruh Anggaran Partisipatif pada Budgetary slack Berdasarkan hasil uji hipotesis budget emphasis analisis regresi menunjukkan nilai koefisien beta (b8) sebesar 0,025 dengan p-value sebesar 0,303 > 0,05, menyatakan bahwa budget emphasis tidak mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack. Sehingga, budget emphasis tidak mampu memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack. Menurut peneliti hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya sistem pemberian reward atau hukuman dalam mengevaluasi kinerja pimpinan dinas yang didasarkan pada pencapaian anggaran, sehingga mengakibatkan pimpinan dinas tidak termotivasi untuk mencapai target anggaran. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afiani (2010), Chalos dan Poon (2000), Setiadi dkk, (2013), Triana ,dkk (2012) dan Purgianto (2009) yang menunjukkan hasil siginifikan antara pengaruh budget emphasis terhadap slack anggaran. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dunk (1993) dan Sujana (2010) yang menunjukkan budget emphasis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap slack anggaran. Budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran karena adanya pengukuran kinerja manajer berbasis anggaran dalam suatu organisasi. Schif dan Lewin (dalam Falikhatun, 2008) menyatakan bahwa bawahan menciptakan slack anggaran dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan memudahkan pencapaian
71
target anggaran, terutama jika penilaian prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian anggaran. Keberhasilan dalam pelaksanaan anggaran akan menunjukkan kinerja yang bagus untuk mereka, sehingga mereka akan memperoleh penghasilan yang lebih, promosi, naik jabatan, atau penghargaan lainnya. Oleh karena itu, para manajer akan memastikan anggarannya berada dalam tingkat yang mudah untuk dicapai salah satu caranya adalah memasukkan slack dalam anggarannya. 6.5 Kapasitas Individu yang memoderasi Pengaruh Anggaran Partisipatif pada Budgetary slack Berdasarkan uji hipotesis kapasitas individu analisis regresi pada menunjukkan nilai koefisien beta (b9) sebesar 0,001 dengan p-value sebesar 0,976 > 0,05, artinya kapasitas individu tidak mampu memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack. Hal ini disebabkan karena kapasitas individu merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan seorang perangkat daerah dan tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam melakukan budgetary slack. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Sandrya (2013). Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sari (2006), Nasution (2011), dan Hapsari (2011). Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar perangkat daerah mempunyai pendidikan pascasarjana (S2) yaitu sebanyak 122 orang (44,9%), namun masih ada beberapa perangkat daerah yang masih berpendidikan SMA sebanyak 39 orang (14,3%). Menurut Maskun (2008), semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin positif pandangannya pada budgetary slack..
72
Responden yang mayoritas berpendidikan tinggi dan cenderung memiliki kemampuan untuk bertindak secara rasional dan professional, sehingga lebih berani untuk mengutarakan pendapatnya dan informasi kepada atasan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sari (2006), Nasution (2011), dan Hapsari (2011).
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bebrapa bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1) Partisipasi anggaran tidak berpengaruh pada budgetary slack.. Untuk itu penyusunan anggaran secara partisipasi harus dibarengi dengan tingkat goal congruence yang tinggi, yaitu kesetaraan tujuan antara organisasi dan karyawan. 2) Asimetri informasi tidak berpengaruh pada budgetary slack. Variabel asimetri informasi tidak mampu memoderasi pengaruh hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack. Jadi dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi tidak mampu memoderasi pengaruh anggaran partisipasif pada budgetary slack di SKPD Kabupaten Badung. 3) Ketidakpastian lingkungan mampu memoderasi (memperlemah) hubungan antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Dengan demikian ketidakpastian lingkungan mampu bertindak sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack. 4) Budget emphasis tidak mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack. hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya sistem pemberian reward atau hukuman dalam mengevaluasi kinerja pimpinan dinas
yang
didasarkan
pada
pencapaian
anggaran,
sehingga
mengakibatkan pimpinan dinas tidak termotivasi untuk mencapai target
73
74
anggaran. Kapasitas individu memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack ternyata tidak dapat dibuktikan. Hal ini disebabkan karena kapasitas individu merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan seorang perangkat daerah dan tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam melakukan budgetary slack. 7.2 Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Saran yang mungkin dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan efektivitas anggaran SKPD Kabupaten Badung, budgetary slack harus diperkirakan dan dikendalikan sejak dini, karena dengan adanya budgetary slack akan merugikan bagi organisai dan dapat menurunkan standar yang akan dicapai, ini berarti sumber daya organisasi tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal dan perlunya adanya perubahan- perubahan menuju arah yang lebih baik. 2) Diharapkan partisipasi yang tercipta adalah partisipasi yang sesungguhnya bukan partisipasi semu, sehingga konsep partisipasi dalam penyusunan anggaran harus dipantau dengan baik, untuk memperkecil kecenderungan penciptaan senjangan dalam anggaran di Kabupaten Badung dapat dikendalikan. 3) Untuk mengetahui kekonsistenan penelitian perlu dilakukan penelitian – penelitian kembali pada aspek yang sama. Beberapa hal yang perlu diketahui pemerintah dalam otonomi daerah (Wazni, 2013), adalah:
75
a) Pentingnya transformasi kehidupan, yaitu masyarakat industri menjadi masyarakat
informasi
(memudahkan
akses
informasi
dan
dapat
dipertanggungjawabkan). b) Dinamika ekonomi nasional yang dapat menjadi penggerak ekonomi dunia. c) Lembaga bantuan dapat menjadi lembaga penolong diri sendiri (kemandirian dari lembaga tersebut). d) Adanya demokrasi partisipasi, bukan demokrasi perwakilan. e) Susunan organisasi birokrasi yang hirarki dapat diubah menjadi organisasi jaringan kerja. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kendala dalam proses pengumpulan data, yaitu: (1) beberapa dinas di lingkungan SKPD Kabupaten Badung yang menolak untuk mengisi kuesioner dengan alasan adanya kesibukan dari responden yang bersangkutan, (2) data penelitian yang berasal dari persepsi responden yang disampaikan secara tertulis dengan bentuk kuesioner mungkin mempengaruhi validitas hasil penelitian dan (3) instrumen yang dipakai dalam penelitian ini diadopsi dari peneliti-peneliti sebelumnya dan dikembangkan pada informasi, lingkungan, serta bahasa yang berbeda dengan penelitian ini.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy dan Asmara, J.A. 2006. Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah (Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik). Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. 23-26 Agustus 2006. K-ASPP 01. e-mail:
[email protected] Abdullah, Syukriy. 2012. Anggaran Partisipatif di Pemerintahan Daerah: Samakah dengan Sektor Bisnis/Swasta. Februari, 2012. Blog:www.Wordpress.com Adi, Rasmen. 2011. Panduan Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 17.0. Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Undiknas University Denpasar. Afiani, Dina Nur. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran dan Asimetri Informasi terhadap Senjangan Anggaran. Jurnal Akuntansi UniversitasDiponegoro. Semarang. Anissarahma, Dinni. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, Budget emphasis dan Komitmen Organisasi terhadap Timbulnya Slack Anggaran. Skripsi S-1 UII. Argyris, 1952, The Impact of Budget on People. The Controlership Foundation. Dalam Izzetin Kenis, 1979, Effect of Budgetary Goal Characteristic on managerial Attitudes and Performance. TheAccounting review 4 : 707 – 720. Akbar, Bahrullah. 2002. Fungsi Manajemen Keuangan Daerah. Majalah Pemeriksa. Edisi No. 87, Oktober. Arens, Alvin, A. dan James, K. Loebbecke. 2006 Andriyani, Lilik., dan Hidayati, L.A. 2010. “Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Hubungan antara Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran, Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Magelang. Universitas Muhammadiyah Magelang. Anthony, Robert N. and V. Govindarajan. (Kurniawan Tjakrawala, Penerjemah). 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Aprilianti, Ni Kadek. 2010. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Budgetary slack dengan Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian
77
Lingkungan sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Kasus pada PT. Varuna Tirta Prakasya (Persero) Cabang Bali). Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Udayana, Denpasar. Ayu Diona Putri, 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi sebagai variabel pemoderasi pada BUMN di Kota Padang. Skripsi S1. Universitas Negeri Padang. Baiman, Stanley. 1982. Agency Research in Managerial Accounting: A Survey. Accounting, Organizations and Society. Volume 15, Issue 4, 1990, Pages 341–371. Carnegie Mellon University, USA. Available online 20 May 2002. Begum, Amaliah. 2009. Pengaruh Penganggaran Partisipatif terhadap Kesenjangan Anggaran dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi, Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Serang. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Brownell, Peter, 1982, The Role of Accounting Data in Performance Evaluation, Budgetary Participative and Organizational Effectiveness, Journal of Accounting Research , 20 (spring),12-27 Camman, C. 1976. Effects of the Use of Control System. Accounting, Organizations, and Society. Vol. 4. Hal. 301-313. Chalos, Peter. dan Margaret C.C. Poon. 2000. Participation and Performance in Capital Budgeting Teams. Behavioral Research in Accounting, Vol.12, ABI/INFORM Complete pg. 199 Davis, K., dan Newstrom, J.W. 1985. Human Behavior at Work. Organizational Behavior Seventh Edition. Buku Terjemahan Mc. Graw Hill, inc. Edisi 7. Jilid 1. Surabaya. Erlangga Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2009. Desmiyati. 2009. Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating. Pekbis Jurnal. Vol.1, No. 2, Juli 2009: 91-99. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
78
Dewi, Kadek Ayu Purnama. 2006. “Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran, Penekanan Anggaran, dan Komitmen Organisasi terhadap Slack Anggaran pada Rumah Sakit di Kota Denpasar”. Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Udayana, Denpasar. Dian, E.S. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran. Skripsi S-1. Universitas Negeri Padang Douglas, P.C., and Wier, Benson. 2000. Integrating Ethical Dimensions into a Model of Budgetary slack Creation. Journal of Business Ethics, Vol 28, page 267-277. Djasuli, M., dan Fadilah, N. I. 2011. Efek Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi dalam Hubungan Kausal antara Budgeting Participation dan Budgetary slack. ISSN: 1858-2559. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur dan Sipil). Vol.4, Oktober 2011. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Duncan, R.B. (1972). Characteristics of Organizational Environments and Perceived Environmental Uncertainty. Administrative Science Quarterly, 17:313327. Dunk, Alan S. 1993. The Effect Of Budget emphasis and Information Asymmetry On The Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review. Vol.68. No.2. 1993:400-410 Dunk, A.S., and Perera, Hector. 1997. The incidence of budgetary slack: a field study exploration, Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 10 Iss:5, pp.649–664. Available From:URL: Dunk, A.S., and Nouri, H. 1998. Antecedents of budgetary slack: A literature review and synthesis. Journal of Literature Review. pp.72-96. Dwi, Christine.K.S., dan Agustina, Lidya. 2010. Pengaruh Participation Budgeting, Information Asimetry dan Job Relevant Information terhadap Budget Slack pada Institut Pendidikan (Studi pada Institut Pendidikan Universitas Maranatha). Jurnal Akuntansi, Vol.2.No.2. November 2010:101-121 Falikhatun. 2007. Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Budgetary slack (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah se Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi (SNA). Vol.10.
79
Erawati, Ni Putu Yuyun. 2006. Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Asimetri Informasi, dan Self Esteem terhadap Slack Anggaran. Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Udayana, Denpasar. Fitri, Yulia. 2004. Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi Penganggaran, dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Senjangan Anggaran. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VII Denpasar:581-597. Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Edisi kelima. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Govindarajan, V. 1986. Impact of Participation inThe Budgetary Process on ManagerialAttitudes and Performance: Universaliticand Contingency Perspective.Decision Sciences 17: 496-516. Hapsari, Yuliana, I. 2011. “Pengaruh Kapasitas Individu terhadap Budgetary slack dengan Self Esteem sebagai Variabel Pemoderasi” (tesis). Yogyakarta. Hanson, D.R., dan M.M. Mowen. 1997.Management Accounting. Edisi Keempat.South Western College Publishing.Mowday R., Steers, R dan Porter, L. 1979. TheMeasurement of OrganizationalCommitment. Journal of VocationalBehaviour. 14, pp. 224-247 Hafsah. 2005. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kesenjangan Anggaran” (tesis). Medan: Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara Hidayat Setiadi, Etna Nur Afri Yuyetta. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Budget Emphasis Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Boyolali). Diponegoro Journal of Accounting Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 1-14 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806 Hopwood, Anthony G. “An Empirical Study of tHe Role of Accounting Data In Performance Evaluation, Empirical Research in Accounting: Selected Studis”. Suplement Vol. 10. Journal of accounting Research. 1972, pp. 156-183. Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat. Ikhsan, Arfan, dan Ane, La. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Menggunakan Lima Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makassar. 26-28 Juli 2007. ASPP-02.
80
Jensen, Michael C dan William H Meckling (1976) “ Theory of the Firm : Manajerial Behavior Agency Cost & Ownership Structure “. JournaL OF Financial Economics 3 (1976) 305 – 360. North – Holland Publish Company Kartiwa, H.A. 2004. Proses Penyusunan Anggaran (APBD) dan Arah Kebijakan Umum. Makalah. Sukabumi, 8 Desember 2004 Kathleen M. Eisenhardt. Agency Theory: An Assessment and Review. Vol. 14, No. 1, Jan., 1989 , pp 57- 74 Kencana, I. K. A. W. 2010. “Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja PemDa pada Kabupaten/Kota di Bali” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana Latuheru, Berlianus, P. 2005. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Kawasan Industri Maluku)” (tesis). Maluku: Staf Pengajar Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Indonesia Maluku Lestari, Made Pratiwi Puji. 2008. Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran, Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran, dan Komitmen Organisasi terhadap Slack Anggaran (Studi Kasus pada BPR-BPR di Kecamatan Kuta Utara). Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Udayana, Denpasar. Little, H.T., Magner, N.R., dan Welker, R.B. 2002. The Fairness of Formal Budgetary Procedures and Their Enactment: Relationships with Managers' Behavior. Group & Organization Management 27. 2 (Jun 2002): 209-225. Lowe, E.A., dan Shaw, R.W. 1968. Analisis Biasing Manajerial: Bukti dari Proses Penyusunan Anggaran Perusahaan. Jurnal Studi Manajemen 5: 304315. DOI: 10.1111/j.1467-6486.1968.tb00990.x Lupia, Arthur & Mathew McChubbins. 2000. Representatiom or Abdication? How Citizens use Insitutions to help delegation succeed. European Journal of Political Research 37:291-307 Lukka, K.1988. Budgetary Biasing in Organization : The Teoritical Framework and Empirical Evidence. Accounting, Organization and Sociaty. Vol. 13 (30: 281– 301). Mardiasmo 2001. Budgetary slack Resulted from The Effect of Local Government Financial Dependency on Central and Provincial Government in Planning and Preparation Local Government Budget, The Case of Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi I: hal 55-74.
81
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Martijn, Schoute, and Wiersma, Eelke. 2011. Hubungan antara Tujuan Penggunaan Anggaran dan Senjangan Anggaran. Marc J. Epstein, John Y. Lee (ed.). (Kemajuan dalam Akuntansi Manajemen, Volume 19), Emerald Grup Limited, pp.75-107. Maskun, Ali. 2008. Analisis Faktor Etika, Budaya Birokrasi, Tekanan Sosial, dan Kapasitas Individu terhadap Budgetary slack (Senjangan Anggaran) (Kajian Perilaku Eksekutif dalam Proses Penyusunan Anggaran di Badan Koordinator Wilayah II Jatim). Terakreditasi Dirjen Dikti (2008). Maya Triana, Yuliusman, Wirmie Eka Putra. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggaran , Budget emphasis, dan Locus of Control terhadap Slack Anggaran. (Survei Pada Hotel Berbintang di Kota Jambi).e jurnal binary ak vol 1. No 1. Merchant,K.A. 1981. The Design of The Corporate Budgeting System: Influence on Managerial Behavior and Budgeting Performance. The Accounting Review, Vol.56., No.4, pp.813-829. Merchant, K A.1985. “Budgeting and Pmpersity to Create Budgetary slack”. Accounting, Organization, and Society. 10. Pp. 201-210. Milliken, F.J., 1987, Three Types of Perceived Uncertainty about Environment: State, Effect, and Response Uncertainty. Academy of Management review 12 : 133 – 143. Minan, Kersna. 2005. “Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Senjangan Anggaran pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan” (tesis). Medan: Universitas Sumatera Utara. Mulyadi, 1997, Akuntansi Manajemen, Konsep,Manfaat, dan Rekayasa, Edisi 2, SekolahTinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta Murray, D. 1990, The Performance Effects ofParticipative Budgeting: An Integration of Intervening and Moderating Variables. Behavioral Research in Accounting. pp. 104-123. Nasution, E.Y. 2011. “Analisis Kapasitas Individu, Partisipasi Penganggaran dan Kesenjangan Anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Langkat” (tesis). Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
82
Nouri, Hossen and Robert J Parker. The Effect Of Organizational Commitment On The Relation Between Budgetary Participation and Budgetary slack. Behavioral Research in Accounting. Volume 8.1996, Printed in USA. Novita, Dina., Sam, Iskandar., dan Jumaili, Salman. 2009. Analisis Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Informasi Asimetri, Komitmen Organisasi terhadap Budgetary slack di PDAM Tirta Mayang Kota Jambi. Jurnal Cakrawala Akuntansi, Februari 2009, Vol: 1, No.1, Hlm. 1-10 Nugroho, Agus. 2005. Strategi Jitu : Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Onsi, M. 1973. Factor Analysis of Behavioral Variabel Affecting Budgetary slack. The Accounting Review. July:535-548. Pemerintah Daerah Kabupaten Badung. www.badungkab.go.id Badung (2013). Pranesti, Gregoria dan Roekhudin (2001), Analisis Korelasi antara Gaya Kepemimpinan dengan Penerapan Penganggaran Partisipasi.http://www.fe.unibraw.ac.id/tema/Vol-II-1 Pratomo, Rizki, Y., dan Fitri, Yessi. 2008. Pengaruh Asimetri Informasi dan Sistem Imbalan terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary slack (Studi Empiris pada Lembaga Keuangan Perbankan di DKI Jakarta dan Bekasi). E-Journal. Jurnal Akuntabilitas.: http://journal.aktfebuinjkt.ac.id/?page_id=129 Purgianto, Eko. 2009. Analisis Pengaruh Strategi Institusi, Tekanan Anggaran, dan Conflict of Interest terhadap Senjangan Anggaran. Jurnal Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol:5. No. 5 Reysa, Annastasya. 2011. “Interaksi Asimetri Informasi, Kultur Organisasi, dan Group Cohesiveness antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary slack di PDAM Delta Tirta Sidoarjo” (tesis). Jawa Timur: Universitas Pendidikan Nasional Veteran. Sari, Shinta, P. 2006. Pengaruh Kapasitas Individu yang diinteraksikan dengan Locus of Control terhadap Budgetary slack. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus 2006. K-AMEN 07. Sandrya Dewi Ni Luh Putu. 2013. Analisis Pengaruh anggaran Partisipatif Pada Budgetary slack dengan Asimetri informasi, komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Moderasi (studi Kasus pada SKPD Di Kabupaten Badung, Bali)
83
Sarwono, Jonathan, dan Herlina, Budiono. 2012. Statistik Terapan. Aplikasi untuk Riset Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Menggunakan SPSS, AMOS, dan Excel). Jakarta. PT Elex Media Komputindo. Schiff, M and A.Y Lewin. 1970. The Impact of People on Budget. The Accounting Review 45, April .pp. 259-268 Siegel, G., dan H.R. Marconi. 1989. Behavioral Accounting. SouthWestren Piblishing, Co: Cincinnati, OH, 1989. Simanjuntak, Payaman. J. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Suartana, I.W. 2010. Akuntansi Keperilakuan (Teori dan Implementasi). Yogyakarta. ANDI. Sudarba, I. K. 2010. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan pada Senjangan Anggaran (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Se-Kabupaten Tabanan)” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana Sudarmanto,Gunawan.R. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta ; Graha Ilmu. Suliyanto.2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi Dengan SPSS. ANDI. Yogyakarta. Supanto. 2010. “Analisis Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Budgetary slack dengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi sebagai Pemoderasi.” (studi kasus pada politeknik negeri semarang)” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Supriyatno. 2010. “Pengaruh Partisipasi Pejabat Struktural dalam Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi, Profesionalisme dan Struktur Organisasi pada Kinerja Manajerial Pemerintah Kota Denpasar” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Cetakan ke-15. Bandung. ALFABETA. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ke-18. Bandung. ALFABETA. Sujana, I Ketut, 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi, Asimetri Informasi, dan Ketidakpastian
84
Lingkungan terhadap Budgetary slack. Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol:5. No.2. Supomo, Bambang dan Indriantoro, Nur. 1998. Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasional terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif dalam Peningkatan Kinerja Manajerial: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Kelola No. 18/VII : 61-84. Suprasto, Bambang.2006. “Pengaruh Interaksi Antara Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, dan Penekanan Anggaran Terhadap Budgetary slack Pada Hotel-hotel di Bali”. AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.1, No.1: 75-86. Syakhroza, Akhmad. 2003. Permainan Politik dalam Proses Penganggaran Pemerintah Manufaktur Usaha di Indonesia: Pendekatan kualitatif. Usahawan No. 05 th XXXII, Mei. Umar, Husein. 2004. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Utomo. 2006. Administrasi Publik Baru Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wartono. 1998. Interaksi antara Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri dan Penekanan Anggaran terhadap Slack. Tesis S-2. UGM Wazni. 2013. “Pemerintah Daerah dilihat dari Beberapa Aspek: Etika Birokrasi dalam Pemerintahan”. Ruang lingkup ilmu politik. Website: RSS Feed. Email:wazni.staff.unri.ac.id/feed/ Widyaningrum, Rina. 2009. Interaksi Budaya Organisasi, Informasi Asimetri, dan Group Cohesiveness dalam hubungan antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary slack. Wijaya, I Made Rama. 2011. Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Budgetary slack dengan Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderasi pada Kantor Dinas Pemerintah Kota Denpasar. Yuhertiana, Indrawati. 2004. “Kapasitas Individu dalam Dimensi Budaya, Keberadaan Tekanan Sosial dan Keterkaitannya dengan Budgetary slack”, Wacana. Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur. Yulia Fitri. 2004. “Pengaruh Informasi Asimetris, Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Budgetary Slack (Studi Empiris pada Universitas Swasta di Kota Bandung)”. Siposium Nasional Akuntansi (SNA) VII. Halaman: 581-597.
85
Yuliatin.2011. Analisis Pengaruh Penganggaran Partisipasi, Penekanan Anggaran, dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Timbulnya Slack Anggaran Young, S. M. 1985. Participative budgeting: The effects of risk aversion and asymmetric information on budgetary slack. Journal of Accounting Research (Autumn): 829-842. Available From URL: Yuwono, I.B. 1999. Pengaruh Komitmen Organisasi dan KetidakpastianLingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 1:37-55.
Lampiran 1
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Studi, Metodologi, dan Sampel Penelitian
Variabel
Hasil
Lowe dan Shaw (1968) Survey (Perusahaan retail di 300 toko dan 400 toko di setiap pasar lokal) Schift dan Lewin (1970) Kuesioner (tiga divisi independen dari 100 perusahaan) Onsi (1973) Kuesioner (107 manajer/divisi dari 7 perusahaan manufaktur)
- Budgetary slack - Anggaran partisipatif
- Anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack
- Budgetary slack - Anggaran partisipatif
- Anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack
- Budgetary slack - Anggaran partisipatif
- Budgetary slack menurun sejak partisipasi mengarah pada komunikasi positif - Anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack
Camman (1976)
-
- Anggaran partisipatif dapat mengurangi terjadinya budgetary slack.
Collin (1978) Baiman (1982) Young (1985) Empiris (43 pelajar) Antie dan Eppen (1985) Lukka (1988) Siegel dan Marconi (1989) Dunk (1993) Kuesioner (79 manajer di perusahaan manufaktur)
Dunk dan Perera (1997) Wartono (1998)
Supomo dan Indriantoro (1998)
Yuwono (1999) Douglas dan Wier (2000) Kuesioner (220 responden dari lembaga manajer profesional bersertifikat)
Little, et.al. (2002) Kuesioner analisis Regresi data kuesioner (149 manajer di 96 perusahaan manufaktur) Utomo (2006)
FALIKHATUN
-
Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Asimetri informasi Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Asimetri informasi Penekanan anggaran (budget emphasis) Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Asimetri infor masi Penekanan anggaran Budgetary slack Anggaran partisipatif Budaya organisasi
-
Budgetary slack Anggaran partisipatif Budgetary slack Anggaran partisipatif Asimetri informasi Insentif Create Slack (dorongan menciptakan slack) - Posisi Etis -
Budgetary slack Anggaran partisipatif Perilaku organisasi Prestasi kerja Prosedur formal anggaran Prosedur keadilan anggaran Budgetary slack Anggaran partisipatif Asimetri informasi Budgetary slack
- Anggaran partisipatif berpengaruh tidak signifikan pada budgetary slack - Korelasi negatif antara motivasi slack dan motivasi untuk mencapai target anggaran - Anggaran partisipatif cenderung mengurangi budgetary slack - Anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack - Asimetri informasi berpengaruh positif pada budgetary slack - Anggaran partisipatif akan menciptakan budgetary slack - Anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack - Anggaran partisipatif memungkinkan terjadinya budgetary slack - Anggaran partisipatif, asimetri informasi dan penekanan anggaran berpengaruh negatif pada budgetary slack - Anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack - Asimetri informasi berpengaruh positif pada hubungan anggaran partisipatif dan budgetary slack - Jika budget emphasis tinggi, maka budgetary slack akan tinggi atau sebaliknya - Anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack. - Anggaran partisipatif dan asimetri informasi berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack
- Budaya organisasi yang berorientasi pada orang (employee oriented) berpengaruh positif dalam anggaran partisipatif dan dapat meningkatkan budgetary slack - Anggaran partisipatif melalui budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan dapat mengurangi budgetary slack - Anggaran partisipatif berpengaruh positif terhadap budgetary slack - Asimetri informasi dapat menaikkan budgetary slack - Posisi etis dan insentif create slack dapat menjelaskan perilaku individu dalam penciptaan budgetary slack untuk
- Perilaku positif manajer pada prosedur formal anggaran dan prosedur keadilan anggaran - Anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan pada prestasi kerja - Jika prosedur keadilan tinggi, maka perilaku organisasi positif dan mengurangi budgetary slack
- Anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack - Asimetri informasi berpengaruh positif pada budgetary slack - Anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan pada budgetary slack
Studi, Metodologi, dan Sampel Penelitian (2007) Kuesioner (middle management level di RSUD se-Jawa Tengah (masa jabatan paling sedikit satu tahun)
Variabel
- Asimetri informasi dan group cohesiveness memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack - Budaya organisasi (employee oriented) tidak memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack
Bradshaw (2007) Model empiris Departemen Pemerintah Selandia Baru
Anggaran partisipatif Asimetri informasi Budaya organisasi Group Cohesiveness (kohesivitas kelompok) - Budgetary slack - Pengendalian Manajemen (NPM)
Fitri (2007) kuesioner (43 sampel Pembantu Dekan II, dan dilakukan secara proporsional)
-
Budgetary slack Anggaran partisipatif Asimetri informasi Komitmen organisasi
Dinni Anissarahma (2008) (pada PT. Telkom Yogyakarta.)
-
Partisipasi Anggaran Asmetri Informasi Budget Emphasis Komitmen Organisasi Anggaran partisipatif Asimetri informasi Sistem imbalan (compensation system) Budgetary slack Etika Budaya birokrasi Tekanan social Kapasitas individu Budgetary slack
- Anggaran partisipatif berpengaruh negatif tetapi signifikan pada budgetary slack melalui asimetri informasi dan komitmen organisasi - Anggaran partisipatif berpengaruh positif dan signifikan pada komitmen organisasi - Asimetri informasi, anggaran partisipatif, dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack - Asimetri informasi berpengaruh tidak signifikan terhadap budgetary slack - Asimetri informasi berpengaruh negatif dan signifikan pada anggaran partisipatif dan komitmen organisasi - Komitmen organisasi melalui asimetri informasi dan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack. - interaksi partisipasi anggaran, informasi asimetris, budget emphasis dan komitmen organisasi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap slack anggaran
Novita, dkk. (2009) Kuesioner (27 manajer dan 2 staf di devisi/unit PDAM Tirta Mayang Kota Jambi)
-
Budgetary slack Anggaran partisipatif Asimetri informasi Komitmen organisasi
Rina Widya Ningrum (2009)
- Budaya Organisasi - Informasi Asimetri - Groupcohesiveness dalam hubungan antara partisipasi - Senjangan Anggaran - Partisipasi Anggaran - Kesenjangan Anggaran - Asimetri Informasi - Komitmen Organisasi
- pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran, budaya organisasi berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran dan group cohesiveness berpengaruh terhadap senjangan anggaran.
Dian Eka Sari (2010) ((studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di kota Padang) Dwi dan Agustina (2010) Kuesioner (110 responden di Univ. Kristen Maranatha)
- Partisipasi Anggaran - Budaya Organisasi - Budgetary Slack - Anggaran partisipatif - Budgetary slack - Asimetri informasi - Job Relevant Information (JRI)
- Partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan positif terhadap senjangan anggaran - Budaya Organisasi Berpengarug Signifikan Positif terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan
Sudarba (2010) Kuesioner (studi kasus pada SKPD di Kabupaten Tabanan)
-
- Anggaran partisipatif yang tinggi akan meningkatkan budgetary slack - Komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan pada budgetary slack
Pratomo dan Fitri (2008) Kuesioner (middle manager dan low manager di lembaga keuangan perbankan yang tersebar di wilayah DKI Jakarta & Bekasi) Maskun (2008) Kuesioner Badan Koordinator Wilayah II Jawa Timur
Ayu Diona Putri (2010) (Studi Empiris Pada BUMN di Kota Padang)
-
Hasil
Anggaran partisipatif Komitmen organisasi Ketidakpastian lingkungan Budgetary slack
- Slack memungkinkan anggaran untuk lebih mudah dicapai - Slack memberikan persepsi salah dari kinerja manajer - Slack dapat menghapus tujuan dasar dari anggaran.
- Anggaran partisipatif tidak berpengaruh terhadap budgetary slack; - Infor masi asimetri berpengaruh terhadap pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack; - Sistem imbalan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack. -
Etika berpengaruh positif dan signifikan pada budgetary slack Etika berpengaruh negative pada budgetary slack melalui kapasitas individu Budaya birokrasi berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack Budaya birokrasi berpengaruh negatif pada budgetary slack melalui kapasitas individu Budaya birokrasi berpengaruh positif dan signifikan pada budgetary slack melalui tekanan social Budaya birokrasi tidak berpengaruh signifikan pada budgetary slack melalui tekanan sosial dan kapasitas individu - Anggaran partisipatif tidak berpengaruh signifikan pada budgetary slack - Anggaran partisipatif, asimetri informasi dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan pada budgetary slack
- Tidak ditemukan bukti yang cukup partisipasi bahwa penganggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kesenjangan anggaran. - Asimetri informasi tidak memperkuat partisipasi penyusunan anggaran dalam senjangan anggaran. Hasil penelitian selanjutnya adalah bahwa komitmen dalam organisasi bukanlah variabel pemoderasi dalam penelitian ini
senjangan anggaran - Semakin besar anggaran partisipatif dan asimetri informasi akan menurunkan budgetary slack dengan adanya Job Relevant Information (JRI)
Studi, Metodologi, dan Sampel Penelitian Supanto (2010) Kuesioner (studi kasus pada Politeknik Negeri Semarang)
Variabel
Hasil - Anggaran partisipatif berpengar uh negatif dan signifikan pada budgetary slack - Asimetri infor masi dapat memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack - Motivasi dan budaya organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack
Nouri dan Parker (1996) Kuesioner (139 manajer perusahaan multinasional dari industri minyak)
- Anggaran partisipatif - Budgetary slack - Asimetri infor masi - Motivasi - Buda ya organisasi - Intensitas penggunaan anggaran - Budgetary slack - Tujuan slack - Anggaran partisipatif - Penekanan anggaran - Anggaran partisipatif - Asimetri infor masi - Kohesivitas kelompok - Buda ya organisasi - Motivasi Budgetary organisasi slack - Komitmen - Anggaran partisipatif - Budgetary slack
Minan (2005) Kuesioner (37 pimpinan menengah di Perguruan Tinggi Swasta Kota Medan)
- Komitmen organisasi - Anggaran partisipatif - Budgetary slack
- Anggaran partisipatif tidak berpengaruh pada budgetary slack - Komitmen organisasi tidak berpengaruh pada hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack
Hafsah (2005) Kuesioner (perusahaan go public di Sumatera Utara)
- Budgetary slack - Anggaran partisipatif - Asimetri infor masi - Komitmen organisasi
- Asimetri infor masi bukan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack - Komitmen organisasi bukan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack
Latuheru (2005) Kuesioner (Kawasan industri di Maluku)
- Budgetary slack - Anggaran partisipatif - Komitmen organisasi
- Interaksi komitmen organisasi dan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack
Sari (2006) Kuesioner (45 Manajer di perhotelan Surakarta)
- Kapasitas individu - Budgetary slack - Locus of Control
- Kapasitas individu berpengaruh positif pada budgetary slack dengan locus of control sebagai variabel moderasi - Kapasitas individu berpengaruh positif pada budgetary slack
Ikhsan dan Ane (2007) Kuesioner (selur uh perusahaan manufaktur di Kawasan Industri Medan/KIM)
- Anggaran partisipatif - Budgetary slack - Gaya kepemimpinan - Komitmen organisasi - Ketidakpastian lingkungan Ketidakpastian strategik - Komitmen organisasi anggaran - Kecukupan Anggaran partisipatif - Budgetary slack
- Anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack - Kecukupan anggaran sebagai pure moderator dalam hubungan antara anggaran partisipatif dengan budegatary slack - Ketidakpastian strategik, ketidakpastian lingkungan, komitmen organisasi, dan gaya kepemi mpinan merupakan variabel quasi moderator - Anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack - Interaksi anggaran partisipatif dan komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack
Andriyani dan Hidayati (2010) Kuesioner (Pemda Magelang)
- Budgetary slack - Anggaran partisipatif - Kejelasan sasaran anggaran - Komitmen organisasi
- Anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack - Komitmen organisasi berpengaruh positif pada budgetary slack - Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada budgetary slack
Nasution (2011) Kuesioner (64 orang pegawai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Langkat)
- Kapasitas individu - Anggaran partisipatif Komitmen organisasi - Budgetary slack
- Kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen organisasi dan budgetary slack saling mempengaruhi - Indikator paling dominan dalam menentukan kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen organisasi dan budgetary slack adalah inisiatif
Reysa (2011) Kuesioner (68 responden PDAM Tirta Sidoarjo)
- Budgetary slack - Anggaran partisipatif - Asimetri infor masi - Buda ya organisasi - Group cohesiveness
- Anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack - Asimetri infor masi merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack - Buda ya organisasi merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack - Group cohesiveness merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
Martjin dan Wiersma (2011) Survei (44 perusahaan yang terdaftar di Belanda)
Djasuli dan Fadilah (2011) Kuesioner (SKPD Bangkalan)
Desmi yati (2009) Kuesioner (pejabat eselon III dan IV di Pemda Kabupaten Indragiri Hulu)
- Intensitas penggunaan anggaran berpengaruh negatif pada budgetary slack, dan sebagian dimediasi oleh anggaran partisipatif dan penekanan anggaran - Slack berdampak negatif pada ketiga jenis penggunaan anggaran (tujuan perencanaan dan komunikasi, koordinasi dan alokasi tujuan, serta evaluasi dan tujuan ber manfaat) - Dampak slack pada kepuasan dengan sistem penganggaran berpengaruh tidak langsung melalui tujuan anggaran berpengaruh signifikan pada budgetary slack -penggunaan Anggaran partisipatif - Asimetri infor masi berpengaruh positif dan signifikan pada hubungan anggaran partisipatif dengan budgetary slack - Buda ya organisasi tidak berpengaruh pada hubungan anggaran partisipatif dengan budgetary slack - Anggaran partisipatif berpengaruh pada budgetary slack pada kohesivitas kelompok yang tinggi Motivasikomitmen yang tinggi berpengaruh dan signifikan terhadap hubungan anggaran partisipatif dengan - Tingkat organisasi dapatpositif mempengaruhi budgetary slack slack -budgetary Tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan mengurangi budgetary slack - Tingkat komitmen organisasi yang rendah akan meningkatkan budgetary slack
Studi, Metodologi, dan Sampel Penelitian Hapsari (2011)
Variabel
Hasil
- Budgetary slack
budgetary slack - Kapasitas individu berpengaruh positif dan signifikan pada budgetary slack
- Kapasitas individu
- Interaksi antara kapasitas individu dengan self esteem berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary
- Self esteem
slack
Lampiran 2 Nama-nama SKPD dan Jumlah Jabatan Struktural di Lingkungan SKPD Kabupaten Badung ESELON NO
UNIT KERJA/ INSTANSI
II
III
IV
A
B
A
B
A
B
30
0
44
1
Sekretariat Daerah
1
3
10
0
2
Inspektorat
0
1
5
0
3
0
9
3
BAPEDDA
0
1
1
6
15
0
23
4
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
0
1
1
4
21
9
36
5
Dinas Kesehatan
0
1
1
4
29
14
49
6
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
0
1
1
7
24
0
33
7
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
0
1
1
6
23
2
33
8
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
0
1
1
3
12
0
17
9
Dinas Kebudayaan
0
1
1
4
14
0
20
10
Dinas Pariwisata K
0
1
1
3
12
0
17
11
Dinas Bina Marga dan Pengairan
0
1
1
3
12
0
17
12
Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung
0
1
1
5
16
0
23
13
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan
0
1
1
6
21
0
29
14
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
0
1
1
7
30
6
45
15
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
0
1
1
6
30
9
47
16
Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung
0
1
1
5
20
2
29
17
Dinas Pemadam Kebakaran
0
1
1
3
14
2
21
18
Dina Kebersihan dan Pertamanan
0
1
1
4
18
0
24
19
Badan KesBangsPollinmas
0
1
1
4
10
0
16
20
Badan Lingkungan Hidup
0
1
1
4
11
0
17
21
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintah
0
1
1
4
11
0
17
22
Badan Keluarga Berebcaba dan Keluarga Sejahtera
0
1
1
3
17
6
28
23
Badan Kepegawaian Daerah, Pendidikan, dan Pelatihan
0
1
1
4
11
0
17
24
Satuan Polisi Pamong Praja
0
1
0
4
0
8
13
25
Kantor Perpustakaan daerah
0
0
1
0
4
0
5
26
Kantor Arsip Daerah
0
0
1
0
4
0
5
27
Kantor Pemberdayaan Perempuan
0
0
1
0
4
0
5
28
Rumah Sakit Umum
0
0
1
4
0
7
12
29
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
0
1
4
0
12
0
17
30
Staf Ahli Pemerintah
0
5
0
0
0
0
5
31
Kantor Camat Petang
0
0
1
1
5
2
9
32
Kantor Camat Abiansemal
0
0
1
1
5
3
10
33
Kantor Camat Mengwi
0
0
1
1
5
3
10
34
Kantor Camat Kuta Utara
0
0
1
1
5
3
10
ESELON NO
II
UNIT KERJA/ INSTANSI
III
IV
A
B
A
B
A
B
35
Kantor Camat Kuta
0
0
1
1
5
3
10
36
Kantor Camat Kuta Selatan
0
0
1
1
5
3
10
37
Sekretariat Perwakilan Setum KPU Badung
0
0
0
0
0
0
0
38
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
0
1
0
4
9
0
14
39
Kantor Lurah Sempidi, Kecamatan Mengwi
0
0
0
0
1
5
6
40
Kantor Lurah Lukluk, Kecamatan Mengwi
0
0
0
0
1
5
6
41
Kantor Lurah Kapal, Kecamatan Mengwi
0
0
0
0
1
5
6
42
Kantor Lurah Abianbase, Kecamatan Mengwi
0
0
0
0
1
5
6
43
Kantor LurahSsading,Kecamatan Mengwi
0
0
0
0
1
5
6
44
Kantor Lurah Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara
0
0
0
0
1
5
6
45
Kantor Lurah Kerobokan Kaja, Kecamatan Kuta Utara
0
0
0
0
1
5
6
46
Kantor Lurah Kerobokan Kelod
0
0
0
0
1
5
6
47
Kantor Lurah Tuban, Kecamatan Kuta
0
0
0
0
1
5
6
48
Kantor Lurah Kedonganan, Kecamatan Kuta
0
0
0
0
1
5
6
49
Kantor Lurah Kuta, Kecamatan Kuta
0
0
0
0
1
5
6
50
Kantor Lurah Legian, Kecamatan Kuta
0
0
0
0
1
5
6
51
Kantor Lurah Seminyak,Kecamatan Kuta
0
0
0
0
1
5
6
52
Kantor Lurah Benoa, Kecamatan Kuta Selatan
0
0
0
0
1
5
6
53
Kantor Lurah Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan
0
0
0
0
1
5
6
54
Kantor Lurah Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan
0
0
0
0
1
5
6
55
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
0
1
1
4
3
0
9
JUMLAH
1
34
51
117
486
162
851
Data Diolah (2014)
Lampiran 3 Denpasar, 4 Februari 2014 Lampiran Hal
: : Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i ………………………………………… ………………………………………… di – Tempat Dengan hormat, Dalam rangka penyusunan tugas akhir (tesis) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Akuntansi , maka dengan ini saya: Nama : P.Rani Adnyani Asak Nim : 1291661011 Jurusan : Program Pasca Sarjana Fakultas/Universitas : Ekonomi/Universitas Udayana Melakukan penelitian mengenai: “ Kemampuan Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkunagn, Budget Emphasis, dan Kapasitas Individu sebagai variabel moderasi terhadap Partisipasi Anggaran pada Budgetary Slack (Studi kasus Pada SKPD Di Kabupaten Badung , Bali)” Untuk kepentingan penelitian ini, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini sesuai petunjuk dengan lengkap dan jujur. Kuesioner ini nantinya akan saya gunakan semata-mata untuk keperluan ilmiah. Sesuai dengan etika penelitian, saya berjanji akan menjaga kerahasiaan identitas responden dan isi kuesioner ini. Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas kerjasama dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
P.Rani Adnyani Asak NIM. 1291661011
KUESIONER PENELITIAN Kemampuan Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkungan, Budget Emphasis, dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Partisipasi Anggaran pada Budgetary Slack (Studi Kasus pada SKPD di Kabupaten Badung, Bali) I . KARAKTERISTIK RESPONDEN Kuisioner pada bagian pertama ini merupakan kuisioner mengenai karakteristik demografi Bapak/Ibu/sdr/I dipersilahkan untuk memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang pada salah satu jawaban yang saudara/i anggap sesuai dengan karakteristik demografi saudara/i: 1. Jenis kelamin a. Pria b. Wanita 2. Usia a. <25tahun b. 25-35 tahun c. 36-45 tahun d. 46-55 tahun e. >55 tahun 3. Apa tingkat pendidikan formal terakhir yang berhasil Bapak/Ibu selesaikan? a. SMP b. SMU c. D3/Akademi d. S1 e. Pascasarjana (S2/S3) 4. Masa kerja a. kurang dari 1 tahun b. lebih dari 1 tahun 5. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i turut serta berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dalam perusahaan anda ? a. ya b. tidak 6. Dalam setahun terakhir, sudah berapa kali Bapak/Ibu/Sdr/i mengikuti pelatihan tentang anggaran? a. Belum pernah b. 1 - 2 kali c. 3 - 4 kali d. 4 kali e. Lebih dari 4 kali 7. Bapak/Ibu/ Sdr/i memiliki pengalaman berapa tahun terkait dengan keikutsertaan dalam proses penganggaran selama menduduki jabatan (minimal unit kerjanya) ? a. Kurang dari 1 tahun b. 1 – 2 tahun c. 3 – 4 tahun d. 4 tahun e. Lebih dari 4 tahun
II . PERSEPSI RESPONDEN Mohon dijawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban yang menunjukkan: Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju (S) Sangat Setuju (STS) (TS) (RR) (SS) 1 2 3 4 5 No.
Pernyataan STS
1.
Saya terlibat dalam penyusunan anggaran di semua bagian yang menjadi tanggung jawab saya.
2.
Saya seringkali menyatakan pendapat dan atau usulan sewaktu anggaran disusun.
3.
Apabila ada hal-hal yang tidak logis yang berhubungan dengan anggaran, saya selalu mengajukan usulan.
4.
Opini atau sumbangan pemikiran saya merupakan faktor terpenting dalam penyusunan anggaran
5.
Atasan saya seringkali meminta pendapat dan atau usulan saya sewaktu anggaran disusun.
6.
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan program atau kegiatan SKPD selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan
7.
Informasi yang diberikan oleh pegawai dalam proses penyusunan anggaran, bertujuan agar target anggaran tercapai
8.
Pegawai mengetahui hal apa yang dapat dicapai pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
9.
Secara teknis, pegawai mengetahui pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
10.
Pegawai mengetahui dengan pasti kinerja potensial pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya
11.
Pegawai mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan dalam proses penyusunan anggaran
Jawaban TS RR
S
SS
No.
Pernyataan
Jawaban STS
12.
Para Pegawai mengetahui tentang metode penyusunan anggaran yang terbaik untuk SKPDnya
13.
Para Pegawai menyediakan informasi penting untuk membuat keputusan yang berdampak positif bagi SKPDnya
14.
Ketika mengerjakan pekerjaan, pegawai sulit untuk mengukur apakah keputusan yang dibuat berdampak positif untuk SKPDnya
15.
Unsur-unsur yang tidak masuk dalam pengendalian secara rutin, dapat mempengaruhi keputusan–keputusan yang dibuat pada SKPDnya
16.
Pegawai yakin tentang bagaimana bertindak yang baik dalam SKPDnya
17.
Pegawai yakin tentang penyesuaian–penyesuain yang dibuat untuk menangani perubahan–perubahan yang terjadi.
18.
Pegawai dapat menyatakan bahwa tindakan-tindakannya akan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan sasaran anggaran.
19.
Pegawai mengetahui bagaimana bekerja sesuai dengan informasi yang tersedia
20.
Pegawai dapat mengetahui apa yang diharapkan masyarakat pada SKPDnya
21.
Adanya Kesulitan bagi pegawai dalam menentukan apakah
metode–metode
yang
digunakan
mampu
mencapai sasaran anggaran pada SKPDnya 22.
Pegawai yakin bagaimana pekerjaan harus dilakukan dengan baik
TS
RR
S
SS
No.
Pernyataan
Jawaban STS
23.
Pegawai sering menghadapi masalah baru atau tidak biasa yang berkenaan dengan anggaran.
24.
Anggaran pada unit yang menjadi tanggung jawab saya berfungsi sebagai alat pengendali (pengawasan) kinerja saya.
25.
Anggaran yang ditetapkan digunakan sebagai tolok ukur kinerja saya
26.
Anggaran yang ditetapkan menuntut kinerja saya mencapai target anggaran
27.
Anggaran yang ditetapkan meningkatkan kinerja saya
28.
Saya mendapatkan reward ( penghargaan) dari atasan ketika target anggaran tercapai
29.
Terdapat komposisi bonus ketika target anggaran dapat tercapai
30.
Latar belakang pendidikan dan pengetahuan harus sesuai dengan bidang tugas yang dibebankan
31.
Tingkat pendidikan berpengaruh dalam penyelesaian tugas
32.
Pegawai
perlu
mengikuti
diklat
agar
dapat
melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya 33.
Pegawai harus memiliki keahlian dalam bidangnya
34.
Jumlah anggaran Pendapatan Asli Daerah/PAD (pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah) ditentukan lebih rendah dari seharusnya
35.
Jumlah anggaran dana perimbangan (dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus) ditentukan lebih rendah dari seharusnya
TS
RR
S
SS
No.
Pernyataan
Jawaban STS
36.
Jumlah anggaran lain-lain pendapatan daerah yang sah (dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya, dan dana insentif daerah) ditentukan lebih rendah dari seharusnya
37.
Jumlah anggaran belanja tidak langsung (belanja pegawai, subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten /Kota dan Pemerintah Desa, dan belanja tidak terduga) ditentukan lebih tinggi dari seharusnya
38.
Jumlah anggaran belanja langsung (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal) ditentukan lebih tinggi dari seharusnya
TS
RR
S
SS
Lampiran 4
Variabel dan Indikator Variabel Anggaran Partisipatif (X1)
Indikator - Keikutsertaan ketika anggaran sedang disusun. - Kemampuan memberikan pendapat dalam penyusunan anggaran - Frekuensi memberikan pendapat/usulan tentang anggaran kepada atasan - Frekuensi atasan meminta pendapat ketika anggaran disusun. - Kontribusi dalam penyusunan anggaran (Maya triana, 2012) Asimetri informasi (X2) - Kecukupan informasi - Kesesuaian informasi - Kualitas informasi - Kuantitas informasi - Pemahaman informasi - Perubahan Informasi (Novita, dkk., 2009) Ketidakpastian lingkungan - Informasi yang berkaitan dengan keadaan dimas (X3) yang akan datang - Informasi tentang pengaruh faktor – faktor eksternal (kondisi ekonomi , teknologi dll) - Informasi non ekonomi (pp, peluang pasar, prediksi harga dll) (Miliken (1987) Budget Emphasis (X4) - Besarnya pendapatan yang diperoleh - Kemampuan dan kesungguhan dalam
memperhatikan kualitas terhadap usaha yang dicurahkan untuk pekerjaan - Kemampuan dalam mencapai target anggaran - Kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan atasan/bawahan - Efisiensi dalam menyikapi pekerjaan dan menjalankan operasi unit - Kemampuan dalam bersosialisasi dengan kelompok staf. (Maya triana , 2012) Kapasitas individu (X5)
Budgetary slack (Y)
-
Pendidikan Pelatihan Pengalaman Keahlian (Sari, 2006) - Jumlah anggaran pendapatan yang dibuat lebih rendah dari seharusnya - Jumlah anggaran dana perimbangan yang dibuat
Variabel -
Sumber: data diolah (2014)
Indikator lebih rendah dari seharusnya Jumlah anggaran lain- lain pendapatan yang sah yang dibuat lebih rendah dari seharusnya Jumlah anggaran belanja tidak langsung yang dibuat lebih tinggi dari seharusnya Jumlah anggaran belanja langsung yang dibuat lebih tinggi dari seharusnya. (Begum, 2009)
Lampiran 5 Karakteristik Individu Jenis kelamin Frequency Valid
Pria
Cumulative Percent
Valid Percent
178
65.4
65.4
65.4
94
34.6
34.6
100.0
272
100.0
100.0
Wanita Total
Percent
Usia Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
25 - 35 tahun
24
8.8
8.8
8.8
36 - 45 tahun
78
28.7
28.7
37.5
46 - 55 tahun
160
58.8
58.8
96.3
10
3.7
3.7
100.0
272
100.0
100.0
> 55 tahun Total
Tingkat Pendidikan Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
SMU
39
14.3
14.3
14.3
D3/Akademi
29
10.7
10.7
25.0
S1
82
30.1
30.1
55.1 100.0
Pascasarjana (S2/S3)
122
44.9
44.9
Total
272
100.0
100.0
Masa Kerja Frequency Valid
> 1 tahun
Percent
272
Cumulative Percent
Valid Percent
100.0
100.0
100.0
Partisipasi Penyusunan Anggaran Frequency Valid
Ya
272
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Pelatihan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Belum pernah
28
10.3
10.3
10.3
1 - 2 kali
11
4.0
4.0
14.3
3 - 4 kali
29
10.7
10.7
25.0
4 kali
60
22.1
22.1
47.1
> 4 kali
144
52.9
52.9
100.0
Total
272
100.0
100.0
Pengalaman Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
< 1 tahun
19
7.0
7.0
7.0
1 - 2 tahun
20
7.4
7.4
14.3
3 - 4 tahun
13
4.8
4.8
19.1
156
57.4
57.4
76.5
64
23.5
23.5
100.0
272
100.0
100.0
4 tahun > 4 tahun Total
Lampiran 6 Uji Validitas pada Partisipasi Anggaran Correlations X1.1 X1.1
Pearson Correlation
X1.2 1
Sig. (2-tailed) N X1.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 .933
**
X1.3
.933
**
30 **
.935
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.942
.000 30
30
**
1
.942
30
30
**
**
.757
.796
.000
.000
.000
30
30
30
**
**
**
30 **
**
.000
**
.949
.949
.000
30
.000
.923
.000
.000
.923
.778
X1 **
.000
.000
.778
X1.5 **
.000
.000
.935
X1.4 **
.929
.000
.928
.000
30 .946
**
30 .952
**
.757
.000 30 .796
**
.929
.000 30 .928
**
**
.000 30 .952
**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.775
.868
**
.000
.000
30
30
30
**
1
.775
.000 30 .868
**
.942
**
.000 30
30
**
1
.942
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.946
30
Uji Validitas pada Asimetri Informasi Correlations X2.1 X2.1
Pearson Correlation
X2.2 1
Sig. (2-tailed) N X2.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 .857
**
X2.3
.857
**
30 **
.824
30
30
30
30
30
30
1
**
**
**
**
.874
.000 30
30
**
1
.874
30
**
**
.000 30 .869
**
**
.000
30
**
.893
.000
**
30
.869
.000
30
.887
.887
X2 **
.000
.000
.000
.829
X2.6 **
.000
.000
.829
X2.5 **
.000
.000
.824
X2.4 **
.937
.000
.879
**
.000
30 .928
**
**
.000
30 .941
.000 30 .879
**
30 .886
**
.905
.000 30 .928
**
.941
.000 30 .886
**
.929
**
.000 30 .851
**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
**
**
.000
30 .905
.937
.917
.000 30
30
**
1
.917
.000 30 .892
**
.892
.000 30 .898
**
.000 30
30
**
1
.898
.858
**
.000 30 .879
**
.000 30 .920
**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
1
.893
.929
.851
.858
.879
.000
.920
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
Uji Validitas pada Ketidakpastian Lingkungan Correlations X3.1 X3.1
Pearson Correlation
X3.2 1
Sig. (2-tailed) N X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 .859
**
X3.3
.859
**
30 **
.916
.900
30
30
30
30
30
30
1
**
**
**
**
.835
.000 30
30
**
1
.835
**
**
**
.827
.856
.827
.000 30 .856
**
30
1
**
**
**
**
.783
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
**
30 .863
**
30 .861
**
.887
.000 30 .930
**
.783
.887
.000
.000
30
30
1
**
.829
**
.000
30
30
30
**
1
.829
.000 30 .809
**
**
30
30
**
1
.932
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.821
.932
.000
30
.901
.809
.000
.000
.874
**
30
30
.808
.930
.000
.000 .885
**
**
**
**
30 .861
.000
30
.000
**
30
30
.000
30 .907
.000
.000
.000
.907
**
**
30
30
.876
30 .816
.000
.863
.000
.000
.816
.000
.876
30
30
.791
.791
.000
.000
30
**
.000
30
.905
.905
.000
30
.000
.924
.000
.000
.924
.824
X3.7 **
.000
30
.824
X3.6 **
.000
.000 .900
X3.5 **
.000
.000 .916
X3.4 **
.891
30 .868
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.855
.898
.863
.870
.808
.895
.879
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.846
.000 30 .830
**
.000 30 .804
**
.818
.000 30 .821
**
.000 30 .740
**
.930
.000 30 .837
**
.000 30 .863
**
.857
.000 30 .798
**
.000 30 .754
**
.758
.000 30 .948
**
.000 30 .872
**
.882
.000 30 .822
**
.000 30 .798
**
.846
**
.000 30 .815
**
.000 30 .763
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.906
.878
.916
.897
.817
.923
.900
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
Correlations X3.1 X3.1
Pearson Correlation
X3.2 1
Sig. (2-tailed) N X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
.859
**
.000 30
30
**
1
.859
.000 30
30
**
**
.916
.835
X3.4
.916
**
.000 30 .835
**
.000 30 .827
**
30
1
**
**
**
.856
.856
.000
.000
30
30
1
**
**
30
30
30
**
**
**
**
30 .907
**
**
30
**
30
.861
.000
30
.000
.907
30
.000 .816
.816
.000
.000
.876
**
.000
.000
**
30 .863
30
**
30
**
.000
**
.924
30 .876
.000
30
**
.000
**
**
.000
30
.000
30 .791
.000
.905
30
30
.791
.000
.924
.000
.000
.824
.824
X3.7 **
30
30
.827
.900
X3.6 **
.000
.000 .900
X3.5 **
.783
.783
30 **
.930
**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.000 .887
.887
.829
.000 30
30
**
1
.829
.809
**
.000 30 .932
**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
1
.905
.863
.861
.930
.809
.000 .932
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.885
.808
.874
.901
.821
.891
30 .868
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.855
.000 30 .846
**
.000 30 .830
**
.898
.000
.863
.000
30 .818
**
.000
30 .930
.000
30 .821
**
**
30 .837
**
.870
.000 30 .857
**
.000 30 .798
**
.808
.000 30 .758
**
.000 30 .948
**
.895
.000 30 .882
**
.000 30 .822
**
.879
**
.000 30 .846
**
.000 30 .815
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.804
.740
.863
.754
.872
.798
.763
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.906
.878
.916
.897
.817
.923
.900
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations X3.1 X3.1
Pearson Correlation
X3.2 1
Sig. (2-tailed) N X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
.859
**
.000 30
30
**
1
.859
.000 30
30
**
**
.916
.835
X3.4
.916
**
.000 30 .835
**
.000 30 .827
**
30
1
**
**
**
.856
.856
.000
.000
30
30
1
**
**
30
30
30
**
**
**
**
30 .907
**
**
30
**
30
.861
.000
30
.000
.907
30
.000 .816
.816
.000
.000
.876
**
.000
.000
**
30 .863
30
**
30
**
.000
**
.924
30 .876
.000
30
**
.000
**
**
.000
30
.000
30 .791
.000
.905
30
30
.791
.000
.924
.000
.000
.824
.824
X3.7 **
30
30
.827
.900
X3.6 **
.000
.000 .900
X3.5 **
.783
.783
30 **
.930
**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.000 .887
.887
.829
.000 30
30
**
1
.829
.809
**
.000 30 .932
**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
1
.905
.863
.861
.930
.809
.000 .932
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.885
.808
.874
.901
.821
.891
30 .868
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.855
.000 30 .846
**
.000 30 .830
**
.898
.000 30 .818
**
.000 30 .821
**
.863
.000 30 .930
**
.000 30 .837
**
.870
.000 30 .857
**
.000 30 .798
**
.808
.000 30 .758
**
.000 30 .948
**
.895
.000 30 .882
**
.000 30 .822
**
.879
**
.000 30 .846
**
.000 30 .815
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.804
.740
.863
.754
.872
.798
.763
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.906
.878
.916
.897
.817
.923
.900
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
X3.8 X3.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation
X3.9
.885
**
X3.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.855
.846
**
X3.11 .830
**
X3.12 .804
**
X3 .906
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
.808
.898
.818
.821
.740
.878
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
.874
.000 30 .901
**
.863
.000
.930
.000
30 .870
**
30 .857
**
.837
.000 30 .798
**
.863
.000 30 .754
**
.916
**
.000 30 .897
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
.821
.808
.758
.948
.872
.817
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
.891
.895
.882
.822
.798
.923
**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
.868
.000 30 1
Sig. (2-tailed) N
X3.10 **
30 .910
**
.879
.000 **
30
30
30
1
**
**
.854
.854
30
30
30
30
1
**
**
30
30
**
1
.772
30 **
.825
.000
30 .849
**
.772
.000
**
.000
**
.000
30 .753
.849
.000
30 **
.753
.000
.000
.836
.836
.000
**
**
**
**
30
30
30 .840
30
.000
.840
**
30
.000
.000
30 .763
.000
.000
.000
.763
**
**
.000
**
**
30 .819
.000
.900
.000
30
30
**
.000
.763
.000
**
.819
30 .841
.815
.000
30 .000
.000
30 .910
.000
.841
.846
30 .889
**
.825
.000 30 .886
**
**
.000 30 .827
**
.000
.000
30
30
30
**
1
.886
.000 30 .827
**
.807
**
.000 30
30
**
1
.807
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.889
30
Uji Validitas pada Budget Emphasis Correlations X4.1 X4.1
Pearson Correlation
X4.2 1
Sig. (2-tailed) N X4.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.3
.932
**
.000 30
30
**
1
.932
.000 30
30
**
**
.924
.000 30 .840
**
.000 30 .917
**
.990
X4.4
.924
**
.000 30 .990
**
.000 **
30 .829
**
30
30
1
**
**
.817
.000 30
30
**
1
.817
.000 30 .903
**
30 .889
**
30
30
30
**
**
**
**
.903
.000
30 .935
**
**
30
**
30
30 .935
**
30
.922
**
30
.000
.000
30 .911
.000
30
.000
.000
**
**
.000
.000
.911
30 .911
.000
.922
.000
.000
.917
.000
.917
.000
30 .911
.000
.917
X4 **
.000
30 **
.840
X4.6 **
.000
.000
.829
X4.5 **
30 .890
**
.889
.000 30 .887
**
.903
.000 30 .889
**
.903
.000 30 .889
**
.000
.000
30
30
1 1.000
**
**
.000 30 .887
**
.000 30 .945
**
.000
.000
30
30
30
**
1
1.000
.000 30 .945
**
.945
**
.000 30
30
**
1
.945
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.890
30
Uji Validitas pada Kapasitas Individu
X5.1 X5.1
Pearson Correlation
X5.2 1
Sig. (2-tailed) N X5.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.3
.884
**
.000 30
30
**
1
.884
.000 30
30
**
**
.840
.922
X5.4
.840
**
.000 30 .922
**
30 **
30
30
1
**
**
.947
.947
30 **
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.924
.000 30
30
**
1
.924
30
30
30
**
**
**
**
.000 30 .901
**
30 .813
**
.000 30 .915
**
30 .897
**
.000 30 .932
**
.907
.000 30 .887
**
.000 30 .921
**
.952
.907
.000 30 .952
**
30 **
.000 30 .940
**
.000 30 .914
**
.921
**
.000 30 .940
**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.000
.914
.887
.884
.000 30
30
**
1
.884
.000 30 .941
**
.941
**
.000 30 .862
**
.000 30
30
**
1
.862
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
.000
**
30
.932
.000
30
.000
.897
.000
**
.906
.906
.000
.000
.920
.920
30
.847
**
30
.000
.000
30 .915
**
.000
.000
**
30
.000
.913
30 .813
**
.000
.893
**
30
**
.870
30 .913
.000
30
30
**
**
**
.000
**
30
30 .870
.000
.901
.000
30
.863
**
.000
.847
.000
**
.000
30 .847
.000
.893
X5 **
.000
30 .000
.000
.863
X5.7 **
.000
.000
.847
.802
X5.6 **
.000
.000
.802
X5.5 **
30
Uji Validitas pada Budgetary Slack Correlations Y.1 Y.1
Pearson Correlation
Y.2 1
Sig. (2-tailed) N Y.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 .921
**
Y.3
.921
**
.932
.869
.950
**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
30
**
**
.940
.940
.957
**
.000
.000
30
30
30
30
1
**
**
30
30
30
**
**
**
.928
.000
.000
.000
30
30
30
**
**
**
.874
.874
.000
.000
.895
.895
.000
.000
.869
.873
Y **
.000
30
.873
Y.5 **
.000
.000
.932
Y.4 **
.929
.928
.929
.980
**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.974
.971
**
.000
.000
30
30
30
**
1
.974
.966
**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
1
.950
.957
.980
.971
.000
.966
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
Lampiran 7 Uji Reliabilitas pada Partisipasi Anggaran Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid a
Excluded Total
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.971
5
Item Statistics Mean X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5
Std. Deviation
3.6333 3.6667 3.7333 3.7667 3.7000
N
1.35146 1.32179 1.31131 1.19434 1.26355
30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5
Scale Variance if Item Deleted
14.8667 14.8333 14.7667 14.7333 14.8000
Corrected Item- Cronbach's Alpha if Total Correlation Item Deleted
23.154 23.454 23.426 26.133 24.028
.947 .944 .957 .797 .942
Scale Statistics Mean 18.5000
Variance 37.293
Std. Deviation 6.10681
N of Items 5
.960 .960 .958 .982 .960
Uji Reliabilitas pada Asimetri Informasi Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid a
Excluded Total
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.979
6
Item Statistics Mean X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6
Std. Deviation
3.7000 3.6667 3.6667 3.6333 3.7333 3.5667
N
1.08755 1.18419 1.15470 1.09807 1.20153 1.13512
30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6
Scale Variance if Item Deleted
18.2667 18.3000 18.3000 18.3333 18.2333 18.4000
Corrected Item- Cronbach's Alpha if Total Correlation Item Deleted
30.823 29.183 29.803 30.230 28.944 29.766
.887 .949 .919 .935 .954 .942
Scale Statistics Mean 21.9667
Variance 42.723
Std. Deviation 6.53628
N of Items 6
.979 .974 .976 .975 .973 .974
Uji Reliabilitas pada Ketidakpastian Lingkungan Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.984
12
Item Statistics Mean X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X3.11 X3.12
3.5000 3.6333 3.7667 3.6333 3.5000 3.6333 3.5667 3.6667 3.6667 3.7000 3.4333 3.6333
Std. Deviation 1.13715 1.21721 1.40647 1.12903 1.30648 1.06620 1.22287 1.02833 1.24106 1.23596 1.40647 1.37674
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X3.11 X3.12
Scale Variance if Item Deleted
39.8333 39.7000 39.5667 39.7000 39.8333 39.7000 39.7667 39.6667 39.6667 39.6333 39.9000 39.7000
Corrected Item- Cronbach's Alpha if Total Correlation Item Deleted
159.178 158.493 152.737 159.941 156.557 160.631 157.426 162.230 157.126 157.757 153.886 155.734
.936 .893 .938 .915 .889 .946 .926 .918 .921 .903 .902 .864
Scale Statistics Mean 43.3333
Variance 187.333
Std. Deviation 13.68698
N of Items 12
.982 .983 .982 .982 .983 .982 .982 .983 .982 .983 .983 .984
Uji Reliabilitas pada Budget Emphasis Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid a
Excluded Total
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.979
6
Item Statistics Mean X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6
Std. Deviation
3.5333 3.7333 3.7667 3.7333 3.8000 3.8000
N
1.13664 1.31131 1.30472 1.20153 1.62735 1.62735
30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6
Scale Variance if Item Deleted
18.8333 18.6333 18.6000 18.6333 18.5667 18.5667
Corrected Item- Cronbach's Alpha if Total Correlation Item Deleted
46.420 44.033 44.248 46.447 39.771 39.771
.942 .951 .942 .880 .969 .969
Scale Statistics Mean 22.3667
Variance 62.309
Std. Deviation 7.89362
N of Items 6
.976 .974 .975 .981 .973 .973
Uji Reliabilitas pada Kapasitas Individu Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid a
Excluded Total
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.981
7
Item Statistics Mean X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7
Std. Deviation
3.8333 3.8000 3.6000 3.7000 3.7667 3.8333 3.5667
N
1.08543 1.18613 1.24845 1.20773 1.35655 1.46413 1.19434
30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7
Scale Variance if Item Deleted
22.2667 22.3000 22.5000 22.4000 22.3333 22.2667 22.5333
Corrected Item- Cronbach's Alpha if Total Correlation Item Deleted
53.857 52.148 50.741 51.628 49.195 47.720 52.051
.893 .917 .954 .932 .958 .959 .916
Scale Statistics Mean 26.1000
Variance 69.266
Std. Deviation 8.32259
N of Items 7
.981 .979 .976 .978 .976 .977 .979
Uji Reliabilitas pada Budgetary Slack Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.981
5
Item Statistics Mean Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5
Std. Deviation
2.7333 2.6333 2.6667 2.5333 2.6333
N
1.22990 1.15917 1.21296 1.35782 1.32570
30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5
Scale Variance if Item Deleted
10.4667 10.5667 10.5333 10.6667 10.5667
Corrected Item- Cronbach's Alpha if Total Correlation Item Deleted
24.120 24.668 23.844 22.644 23.013
.923 .936 .968 .952 .945
Scale Statistics Mean 13.2000
Variance 36.786
Std. Deviation 6.06516
N of Items 5
.979 .977 .972 .975 .976
Lampiran 8 Deskripsi Data Penelitian Statistics X1.1 N
Valid Missing
Mean Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
X1.2
272
X1.3
272
X1.4
272
X1.5
272
X2.1
272
X2.2
272
272
0 0 0 0 0 0 0 3.8860 3.8419 3.8713 3.8934 3.8015 3.8272 3.8162 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 1.18954 1.08359 1.05302 1.15242 1.01516 .95058 1.01431 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 1057.00 1045.00 1053.00 1059.00 1034.00 1041.00 1038.00
Statistics X2.3 N
Valid Missing
Mean Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
X2.4
272
X2.5
272
X2.6
272
X3.1
272
X3.2
272
X3.3
272
272
0 0 0 0 0 0 0 3.8493 3.8382 3.8493 3.8382 3.7904 3.8346 4.0147 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 5.00 1.01068 1.05369 1.04655 .99237 .98148 .97488 1.29993 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 1047.00 1044.00 1047.00 1044.00 1031.00 1043.00 1092.00
Statistics X3.4 N
Valid Missing
Mean Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
272
X3.5 272
X3.6 272
X3.7 272
X3.8 272
X3.9 272
X3.10 272
0 0 0 0 0 0 0 3.8860 3.8162 3.8199 3.8162 3.7904 3.8346 3.9779 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 5.00 1.06862 1.01431 .96464 1.07093 .89495 .98990 1.22077 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 1057.00 1038.00 1039.00 1038.00 1031.00 1043.00 1082.00
Statistics X3.11 N
Valid Missing
Mean Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
X3.12
272
X4.1
272
X4.2
272
X4.3
272
X4.4
272
272
X4.5 272
0 0 0 0 0 0 0 3.7978 3.8824 3.8199 3.8750 3.8897 3.8713 4.1103 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 5.00 1.04842 1.14974 1.06984 1.11638 1.13106 1.07039 1.46130 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 1033.00 1056.00 1039.00 1054.00 1058.00 1053.00 1118.00 Statistics X4.6
N
Valid Missing
Mean Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
X5.1
272
272
X5.2
X5.3
272
X5.4
272
X5.5
272
272
X5.7 Valid Missing Mean Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
272
0 0 0 0 0 0 0 4.1103 3.8603 3.9191 3.8199 3.8787 3.9779 4.0478 5.00 4.00 4.00 4.00 4.00 5.00 5.00 1.46130 .99943 1.08363 1.06292 1.06434 1.23280 1.28629 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 1118.00 1050.00 1066.00 1039.00 1055.00 1082.00 1101.00
Statistics
N
X5.6
272
Y.1 272
Y.2 272
Y.3 272
Y.4 272
Y.5 272
0 0 0 0 0 0 3.8419 2.2426 2.2426 2.2132 2.1838 2.2022 4.00 2.00 2.00 1.00 1.00 1.00 1.06297 1.29430 1.25963 1.31642 1.30682 1.33070 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 1045.00 610.00 610.00 602.00 594.00 599.00
Frekuensi Jawaban Responden X1.1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
22
8.1
8.1
8.1
2.00
17
6.3
6.3
14.3
3.00
26
9.6
9.6
23.9
4.00
112
41.2
41.2
65.1
5.00
95
34.9
34.9
100.0
Total
272
100.0
100.0
X1.2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
17
6.3
6.3
6.3
2.00
22
8.1
8.1
14.3
3.00
16
5.9
5.9
20.2
4.00
149
54.8
54.8
75.0
5.00
68
25.0
25.0
100.0
Total
272
100.0
100.0
X1.3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
12
4.4
4.4
4.4
2.00
27
9.9
9.9
14.3
3.00
17
6.3
6.3
20.6
4.00
144
52.9
52.9
73.5
5.00
72
26.5
26.5
100.0
Total
272
100.0
100.0
X1.4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
19
7.0
7.0
7.0
2.00
21
7.7
7.7
14.7
3.00
19
7.0
7.0
21.7
4.00
124
45.6
45.6
67.3
5.00
89
32.7
32.7
100.0
Total
272
100.0
100.0
X1.5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
14
5.1
5.1
5.1
2.00
24
8.8
8.8
14.0
3.00
16
5.9
5.9
19.9
4.00
166
61.0
61.0
80.9
5.00
52
19.1
19.1
100.0
Total
272
100.0
100.0
X2.1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
8
2.9
2.9
2.9
2.00
31
11.4
11.4
14.3
3.00
9
3.3
3.3
17.6
4.00
176
64.7
64.7
82.4
5.00
48
17.6
17.6
100.0
Total
272
100.0
100.0
X2.2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
13
4.8
4.8
4.8
2.00
26
9.6
9.6
14.3
3.00
13
4.8
4.8
19.1
4.00
166
61.0
61.0
80.1
5.00
54
19.9
19.9
100.0
Total
272
100.0
100.0
X2.3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
11
4.0
4.0
4.0
2.00
28
10.3
10.3
14.3
3.00
12
4.4
4.4
18.8
4.00
161
59.2
59.2
77.9 100.0
5.00
60
22.1
22.1
Total
272
100.0
100.0
X2.4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
14
5.1
5.1
5.1
2.00
25
9.2
9.2
14.3
3.00
17
6.3
6.3
20.6
4.00
151
55.5
55.5
76.1
5.00
65
23.9
23.9
100.0
Total
272
100.0
100.0
X2.5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
13
4.8
4.8
4.8
2.00
26
9.6
9.6
14.3
3.00
16
5.9
5.9
20.2
4.00
151
55.5
55.5
75.7
5.00
66
24.3
24.3
100.0
Total
272
100.0
100.0
X2.6 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
9
3.3
3.3
3.3
2.00
30
11.0
11.0
14.3
3.00
15
5.5
5.5
19.9
4.00
160
58.8
58.8
78.7
5.00
58
21.3
21.3
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
11
4.0
4.0
4.0
2.00
29
10.7
10.7
14.7
3.00
12
4.4
4.4
19.1
4.00
174
64.0
64.0
83.1 100.0
5.00
46
16.9
16.9
Total
272
100.0
100.0
X3.2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
10
3.7
3.7
3.7
2.00
29
10.7
10.7
14.3
3.00
8
2.9
2.9
17.3
4.00
174
64.0
64.0
81.3
5.00
51
18.8
18.8
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
26
9.6
9.6
9.6
2.00
13
4.8
4.8
14.3
3.00
32
11.8
11.8
26.1
4.00
61
22.4
22.4
48.5
5.00
140
51.5
51.5
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
13
4.8
4.8
4.8
2.00
26
9.6
9.6
14.3
3.00
16
5.9
5.9
20.2
4.00
141
51.8
51.8
72.1
5.00
76
27.9
27.9
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
11
4.0
4.0
4.0
2.00
29
10.7
10.7
14.7
3.00
16
5.9
5.9
20.6
4.00
159
58.5
58.5
79.0
5.00
57
21.0
21.0
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.6 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
8
2.9
2.9
2.9
2.00
32
11.8
11.8
14.7
3.00
11
4.0
4.0
18.8
4.00
171
62.9
62.9
81.6
5.00
50
18.4
18.4
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.7 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
17
6.3
6.3
6.3
2.00
22
8.1
8.1
14.3
3.00
17
6.3
6.3
20.6
4.00
154
56.6
56.6
77.2
5.00
62
22.8
22.8
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.8 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
6
2.2
2.2
2.2
2.00
33
12.1
12.1
14.3
3.00
8
2.9
2.9
17.3
4.00
190
69.9
69.9
87.1
5.00
35
12.9
12.9
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.9 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
9
3.3
3.3
3.3
2.00
31
11.4
11.4
14.7
3.00
12
4.4
4.4
19.1
4.00
164
60.3
60.3
79.4
5.00
56
20.6
20.6
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.10 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
22
8.1
8.1
8.1
2.00
17
6.3
6.3
14.3
3.00
22
8.1
8.1
22.4
4.00
95
34.9
34.9
57.4
5.00
116
42.6
42.6
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.11 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
15
5.5
5.5
5.5
2.00
26
9.6
9.6
15.1
3.00
14
5.1
5.1
20.2
4.00
161
59.2
59.2
79.4
5.00
56
20.6
20.6
100.0
Total
272
100.0
100.0
X3.12 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
19
7.0
7.0
7.0
2.00
21
7.7
7.7
14.7
3.00
20
7.4
7.4
22.1
4.00
125
46.0
46.0
68.0
5.00
87
32.0
32.0
100.0
Total
272
100.0
100.0
X4.1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
17
6.3
6.3
6.3
2.00
22
8.1
8.1
14.3
3.00
16
5.9
5.9
20.2
4.00
155
57.0
57.0
77.2 100.0
5.00
62
22.8
22.8
Total
272
100.0
100.0
X4.2 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1.00
17
6.3
6.3
6.3
2.00
22
8.1
8.1
14.3
3.00
20
7.4
7.4
21.7
4.00
132
48.5
48.5
70.2
5.00
81
29.8
29.8
100.0
Total
272
100.0
100.0
X4.3 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1.00
18
6.6
6.6
6.6
2.00
21
7.7
7.7
14.3
3.00
19
7.0
7.0
21.3
4.00
129
47.4
47.4
68.8
5.00
85
31.3
31.3
100.0
Total
272
100.0
100.0
X4.4 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1.00
14
5.1
5.1
5.1
2.00
25
9.2
9.2
14.3
3.00
16
5.9
5.9
20.2
4.00
144
52.9
52.9
73.2
5.00
73
26.8
26.8
100.0
Total
272
100.0
100.0
X4.5 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1.00
39
14.3
14.3
14.3
3.00
42
15.4
15.4
29.8
4.00
2
.7
.7
30.5
5.00
189
69.5
69.5
100.0
Total
272
100.0
100.0
X4.6 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1.00
39
14.3
14.3
14.3
3.00
42
15.4
15.4
29.8
4.00
2
.7
.7
30.5
5.00
189
69.5
69.5
100.0
Total
272
100.0
100.0
X5.1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
8
2.9
2.9
2.9
2.00
31
11.4
11.4
14.3
3.00
16
5.9
5.9
20.2
4.00
153
56.3
56.3
76.5 100.0
5.00
64
23.5
23.5
Total
272
100.0
100.0
X5.2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
13
4.8
4.8
4.8
2.00
26
9.6
9.6
14.3
3.00
15
5.5
5.5
19.9
4.00
134
49.3
49.3
69.1 100.0
5.00
84
30.9
30.9
Total
272
100.0
100.0
X5.3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
15
5.5
5.5
5.5
2.00
24
8.8
8.8
14.3
3.00
20
7.4
7.4
21.7
4.00
149
54.8
54.8
76.5
5.00
64
23.5
23.5
100.0
Total
272
100.0
100.0
X5.4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
13
4.8
4.8
4.8
2.00
26
9.6
9.6
14.3
3.00
16
5.9
5.9
20.2
4.00
143
52.6
52.6
72.8
5.00
74
27.2
27.2
100.0
Total
272
100.0
100.0
Y.1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
96
35.3
35.3
35.3
2.00
98
36.0
36.0
71.3
3.00
16
5.9
5.9
77.2
4.00
40
14.7
14.7
91.9
5.00
22
8.1
8.1
100.0
Total
272
100.0
100.0
Y.2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
91
33.5
33.5
33.5
2.00
103
37.9
37.9
71.3
3.00
19
7.0
7.0
78.3
4.00
39
14.3
14.3
92.6
5.00
20
7.4
7.4
100.0
Total
272
100.0
100.0
Y.3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
104
38.2
38.2
38.2
2.00
90
33.1
33.1
71.3
3.00
18
6.6
6.6
77.9
4.00
36
13.2
13.2
91.2
5.00
24
8.8
8.8
100.0
Total
272
100.0
100.0
Y.4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
109
40.1
40.1
40.1
2.00
85
31.3
31.3
71.3
3.00
18
6.6
6.6
77.9
4.00
39
14.3
14.3
92.3
5.00
21
7.7
7.7
100.0
Total
272
100.0
100.0
Y.5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1.00
109
40.1
40.1
40.1
2.00
85
31.3
31.3
71.3
3.00
15
5.5
5.5
76.8
4.00
40
14.7
14.7
91.5
5.00
23
8.5
8.5
100.0
Total
272
100.0
100.0
Statistik Deskriptif Data Uji Descriptive Statistics N X1 X2 X3 X4 X5 Y X1_X2 X1_X3 X1_X4 X1_X5 Valid N (listwise)
Minimum 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272 272
5.00 6.96 13.03 6.00 7.00 5.00 35.26 95.74 39.09 44.62
Maximum 23.26 29.76 56.88 26.07 32.33 20.37 692.29 1301.47 606.49 752.18
Mean 18.5399 23.2508 45.9081 21.3632 26.1117 9.0813 448.2040 884.4544 414.4889 505.0058
Std. Deviation 4.26224 5.41615 9.98546 5.15787 5.91888 4.50658 153.79546 293.60254 145.51975 171.99099
Lampiran 9 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
272 .0000000 2.21810424 .041 .039 -.041 .674 .754
Lampiran 10 Uji Multikolinearitas Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
X1_X5, X1, X4, X2, X3, X5, X1_X4, X1_X3, a X1_X2
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
X1
.188
5.308
X2
.556
1.799
X3
.260
3.841
X4
.423
2.365
X5
.309
3.234
X1_X2
.103
9.679
X1_X3
.134
7.445
X1_X4
.109
9.167
X1_X5
.142
7.020
a. Dependent Variable: Y
Collinearity Diagnostics
Eigenvalue
Condition Index
a
Variance Proportions
Model
Dimension
1
1
7.449
1.000
0.001
0.002
0.004
0.002
2
.950
2.801
0.021
0.013
0.000
0.000
3
.479
3.942
0.013
0.059
0.070
0.055
4
.404
4.292
0.002
0.004
0.157
0.017
5
.291
5.062
0.001
0.002
0.222
0.223
6
.251
5.448
0.006
0.002
0.455
0.000
7
.069
10.376
0.031
0.736
0.016
0.012
8
.053
11.816
0.878
0.089
0.006
0.023
9
.047
12.549
0.033
0.072
0.052
0.665
10
.006
35.527
0.013
0.023
0.019
0.002
a. Dependent Variable: Y
(Constant)
X1
X2
X3
Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions Model
Dimension
1
1
0.003
0.002
0.000
0.001
0.000
0.001
2
0.000
0.004
0.002
0.014
0.002
0.016
3
0.031
0.089
0.000
0.009
0.000
0.007
4
0.050
0.238
0.000
0.007
0.000
0.027
5
0.111
0.001
0.000
0.046
0.000
0.020
6
0.586
0.004
0.000
0.000
0.000
0.001
7
0.015
0.253
0.002
0.136
0.009
0.351
8
0.129
0.031
0.031
0.000
0.040
0.088
9
0.020
0.363
0.000
0.782
0.001
0.444
10
0.055
0.014
0.964
0.005
0.947
0.044
a. Dependent Variable: Y
X4
X5
X1_X2
X1_X3
X1_X4
X1_X5
Lampiran 11 Uji Heterokedastisitas Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
X1_X5, X1, X2, X3, X4, X5, X1_X2, X1_X3, a X1_X4
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
1.695
.542
X1
.023
.076
X2
-.050
X3 X4
a
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. 3.130
.002
.022
.304
.761
.098
-.207
-.504
.615
-.039
.078
-.304
-.506
.614
.195
.277
.776
.702
.483
X5
.014
.204
.065
.069
.945
X1_X2
.004
.006
.501
.767
.444
X1_X3
.003
.004
.620
.676
.499
X1_X4
-.012
.014
-1.323
-.815
.416
X1_X5
-.002
.011
-.230
-.163
.871
a. Dependent Variable: Absolut Residual
Regression Variables Entered/Removed Model 1
Variables Removed
Variables Entered X1
b
Method
a
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y
b
Model Summary Model
R
1
Adjusted R Square
R Square .771
a
.595
Std. Error of the Estimate
.593
2.87350
a. Predictors: (Constant), X1 b. Dependent Variable: Y
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Mean Square
df
Regression
3274.429
1
3274.429
Residual
2229.388
270
8.257
Total
5503.817
271
F 396.564
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), X1 b. Dependent Variable: Y
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X1
a. Dependent Variable: Y
Std. Error
24.201
.779
-.816
.041
a
Standardized Coefficients Beta
t
-.771
Sig.
31.067
.000
-19.914
.000
Lampiran 12 Regresi Moderasi Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
X1_X5, X2, X3, X1, X4, X5, X1_X2, X1_X3, a X1_X4
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered. Model Summary Model
R
1
R Square .870
a
Adjusted R Square
.758
Std. Error of the Estimate
.749
2.25588
a. Predictors: (Constant), X1_X5, X2, X3, X1, X4, X5, X1_X2, X1_X3, X1_X4 b
ANOVA Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regression
4170.501
9
463.389
Residual
1333.316
262
5.089
Total
5503.817
271
F
Sig.
91.057
.000
a
a. Predictors: (Constant), X1_X5, X2, X3, X1, X4, X5, X1_X2, X1_X3, X1_X4 b. Dependent Variable: Y Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
a
Standardized Coefficients
Std. Error
22.306
1.611
X1
.113
.129
X2
.060
.171
X3
.270
.135
X4
-.991
.467
X5
-.074
.356
X1_X2
-.005
X1_X3
Beta
t
Sig.
13.846
.000
.107
.874
.383
.072
.350
.727
.599
2.001
.046
-1.134
-2.120
.035
-.097
-.207
.836
.010
-.184
-.563
.574
-.016
.007
-1.058
-2.314
.021
X1_X4
.025
.024
.815
1.032
.303
X1_X5
.001
.019
.022
.031
.976
a. Dependent Variable: Y