TESIS HUBUNGAN PENGUNGKAPAN INFORMASI GRAFIK KEY FINANCIAL VARIABLE DENGAN PERUBAHAN KINERJA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Perspektif Manajemen Impresi)
GLENN ANDRENOSSA NIM 1191661022
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
HUBUNGAN PENGUNGKAPAN INFORMASI GRAFIK KEY FINANCIAL VARIABLE DENGAN PERUBAHAN KINERJA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Perspektif Manajemen Impresi)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
GLENN ANDRENOSSA NIM 1191661022
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 28 APRIL 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak.
Dr.I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak.
Mengetahui
Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A A Raka Sudewi, Sp.S(K)
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 28 April 2014 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1195/UN14.4/HK/2014, Tanggal 24 April 2014
Ketua: Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak. Anggota: 1. Dr.I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. 2. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, MSi. 3. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak. 4. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak.
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama: NIM: Program Studi: Judul Tesis:
Glenn Andrenossa 1191661022 Magister Akuntansi Hubungan Pengungkapan Informasi Grafik Key Financial Variable dengan Perubahan Kinerja dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Perspektif Manajemen Impresi)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 28 April 2014 Yang membuat pernyataan,
Glenn Andrenossa
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan, perlindungan, dan berkat-Nya dalam hidup ini, sehingga tesis yang berjudul “Hubungan Pengungkapan Informasi Grafik Key Financial Variable dengan Perubahan Kinerja Perusahaan dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Perspektif Manajemen Impresi)” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak. selaku pembimbing utama yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, dorongan, dan arahan selama penulis mengikuti program magister, terutama dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing pendamping Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. atas perhatian, bimbingan, dorongan, semangat, dan saran kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A A Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Magister Akuntansi. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada para penguji tesis, yaitu Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, MSi., Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak., dan Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak. yang telah memberikan masukan dan saran dalam proses pembuatan tesis ini, sehingga tesis ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Proram Magister Akuntansi Universitas Udayana yang memberikan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan, serta para pegawai yang telah membantu dalam proses pendidikan selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta, Michael Karya Andre dan Alexandra Theresia, serta kepada kakak tercinta Fabio Andretti dan adik tercinta Olivia Illona, atas doa, dukungan, dorongan, pengorbanan, dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama proses pendidikan dan penyelesaian tesis ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada kakak ipar tercinta Carolina Uda atas doa dan dukungannya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Lina Oktovani Wiranata atas doa, dorongan, dan motivasi yang diberikan kepada
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan, Angkatan VIII Program Magister Akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan saran kepada penulis. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar,
April 2014
Penulis
ABSTRAKSI HUBUNGAN PENGUNGKAPAN INFORMASI GRAFIK KEY FINANCIAL VARIABLE DENGAN PERUBAHAN KINERJA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Perspektif Manajmene Impresi) Penyajian grafik merupakan salah satu teknik yang digunakan manajemen dalam mengkomunikasikan informasi kuantitatif. Penggunaan grafik secara positif berhubungan dengan perubahan kinerja perusahaan. Perusahaan mengungkapkan informasi grafik dalam dokumen perusahaan karena ingin menonjolkan kinerja yang baik kepada pembaca, sedangkan perusahaan memutuskan untuk tidak mengungkapkan informasi grafik dalam dokumen perusahaan karena ingin menutupi kinerja buruk perusahaan. Manajer memiliki insentif untuk menunjukkan kinerja perusahaan dalam kondisi yang baik. Penggunaan grafik oleh manajemen merupakan bagian dari proses manajemen impresi, yang menyangkut manipulasi isi dan format presentasi seperti grafik atau gambar. Grafik dapat didesain agar menimbulkan kesan baik dari mata pembaca laporan. Grafik dapat terdistorsi dan dapat menyesatkan pembaca bila grafik yang dibangun tidak menggambarkan data sebenarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi penggunaan grafik dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Terdapat dua tujuan utama. Pertama adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaaan grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui apakah efek distorsi favorable lebih banyak digunakan daripada efek distorsi unfavorable. Sampel penelitian adalah 432 laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perubahan kinerja perusahaan yang diukur dari laba bersih selama lima tahun berturut-turut. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penggunaan grafik profitabilitas perusahaan yang diukur dari grafik laba bersih tahunan yang disajikan dalam laporan tahunan. Variabel terikat lainnya adalah distorsi grafik laba bersih tahunan yang diukur menggunakan Relative Graph Discrepancy (RGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bukti hubungan positif antara penggunaan grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang dilihat dari uji chi-square menghasilkan p-value sebesar 0,000 (< 0,10). Temuan ini menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih cenderung untuk menggunakan grafik key financial variable pada saat kinerja perusahaan mengalami kenaikan. Hasil pengujian binomial menunjukkan tidak terdapat hubungan positif antara efek distorsi favorable pada grafik yang digambarkan dengan perubahan kinerja perusahaan “baik”, yang dilihat dari p-value sebesar 0,591 (> 0,10). Namun, hasil pengujian binomial pada perusahaan “buruk” menunjukkan terdapat hubungan positif antara efek distorsi favorable pada grafik yang digambarkan dengan perubahan kinerja perusahaan, yang dilihat dari p-value sebesar 0,000 (< 0,10). Temuan ini menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia yang mengalami penurunan kinerja lebih banyak menggambarkan grafik dengan efek distorsi favorable. Kata Kunci: Manajemen Impresi, Grafik Key Financial Variable, Kinerja Perusahaan, Distorsi Grafik, dan Relative Graph Discrepancy
ABSTRACT THE RELATION BETWEEN DISCLOSURE OF KEY FINANCIAL VARIABLE GRAPH INFORMATION AND THE CHANGE OF COMPANY PERFORMANCE IN THE ANNUAL REPORT OF PUBLIC LISTED COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (Impression Management Perspective) Graphical presentation has become one of the techniques used by management to communicate quantitative information. Graph usage is positively related to the change of the company’s performance. Companies include graph information in company documents to make good performance more salient to the user, while companies do not include graph information in company documents to conceal poor performance. Manager may have insentives to represent their company’s performance in the best possible glow. The use of graphs by management represents part of the impression management process, which concerns the manipulation of the content and presentational formats such as graphs or pictures. The preparers of graphs believe that they can design graphs to manage the viewer’s impressions. Graphs will be distorted and may mislead readers if graph are constructed not faithfully represent the underlying data. This thesis is aimed at investigating the use of graphs in Indonesian annual report. There are two main objectives. The first is to examine the relationship between the use of key financial variable graph and the change of the company’s performance. The second is to examine favorable distortion is more than unfavorable distortion. The sample is annual report of 432 public listed company in Indonesia Stock Exchange. The independent variable is the change of the company’s performance that measured by five years of net profit. The dependent variable is the use of company’s profitability graph that measured by number of annual net profit graph in annual report. The other dependent variable is distortion of annual net profit graph that measured by Relative Graph Discrepancy (RGD). The results show that there is a positive relationship between the use of key financial variable graph and the change of the company’s performance, where chisquare test has p-value of 0.000 (< 0.10). This finding concluded that Indonesian companies tend to use key financial variable graph when the company’s performance has increased. Result of binomial test show that there is no relationship between favorable distortion and the company that have increasing trend, where has p-value of 0.591 (> 0.10). However, result of binomial test on the company that have decreasing trend, the result show that there is a positive relationship between favorable distortion and the company that have decreasing trend, where has p-value of 0.000 (< 0.10). This finding concluded that Indonesian companies that have decreasing trend tend to use favorable distortion that can favor the look of the company. Keywords: Impression Management, Key Financial Variable Graphs, Company Performance, Graph Distortion, and Relative Graph Discrepancy
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM ................................................................................. i PRASYARAT GELAR (MAGISTER) ................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................ iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... vi ABSTRAKSI .......................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................
1 6 7 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) .................................. 2.2 Pengungkapan (Disclosure) ................................................ 2.2.1 Tujuan Pengungkapan ............................................... 2.2.2 Luas Pengungkapan ................................................... 2.3 Grafik ................................................................................. 2.3.1 Jenis Grafik ............................................................... 2.3.2 Graph Construction Theories .................................... 2.3.3 Distorsi Grafik .......................................................... 2.3.4 Manajemen Impresi Menggunakan Grafik ................. 2.3.5 Penggunaan Grafik dalam Laporan Tahunan ............. 2.4 Penelitian Sebelumnya ....................................................... 2.5.1 Beattie dan Jones (1992, 2000, 2001, dan 2002) ........ 2.5.2 Mather, Ramsay, dan Serry (1996) ............................ 2.5.3 Mather, Ramsay, dan Steen (2000) ............................ 2.5.4 Pennington dan Tutle (2009) .....................................
10 11 11 12 13 15 15 17 22 23 26 26 28 28 30
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir .............................................................. 32 3.2 Konsep Penelitian ............................................................... 35 3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................ 36 3.3.1 Hubungan antara Grafik Key Financial Variable dengan Perubahan Kinerja Perusahaan ...................... 36
3.3.2 Efek Distorsi dari Kinerja Perusahaan yang Digambarkan dalam Grafik ........................................
38
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 4.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 4.4 Penentuan Sumber Data ...................................................... 4.4.1 Jenis dan Sumber Data .............................................. 4.4.2 Populasi dan Sampel ................................................. 4.5 Variabel Penelitian ............................................................. 4.5.1 Identifikasi Variabel .................................................. 4.5.2 Definisi Operasional Variabel .................................... 4.6 Analisis Data ...................................................................... 4.6.1 Statistik Deskriptif ..................................................... 4.6.2 Pengujian Hipotesis ...................................................
41 44 44 44 44 45 46 46 47 48 48 50
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Statistik Deskriptif .............................................................. 5.2 Pengujian Hipotesis ............................................................ 5.2.1 Hubungan antara Grafik Key Financial Variable dengan Perubahan Kinerja Perusahaan ...................... 5.2.2 Efek Distorsi Favorable dari Kinerja yang Digambarkan dalam Grafik Lebih Mungkin Digunakan oleh Manajemen daripada Efek Distorsi Unfavorable di masing-masing Klasifikasi Kinerja Perusahaan ......
52 55 55
56
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan Statistik Deskriptif ......................................... 6.2 Pembahasan Hipotesis Pertama .......................................... 6.3 Pembahasan Hipotesis Kedua .............................................
59 59 62
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ............................................................................ 7.2 Keterbatasan Penelitian ...................................................... 7.3 Saran untuk Bidang Akademis dan Bidang Praktis ............. 7.4 Saran untuk Peneliti Selanjutnya ........................................
66 67 68 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
70
LAMPIRAN ...........................................................................................
73
DAFTAR GAMBAR
No.
Gambar
Halaman
2.1
Bangun Grafik yang Salah dan Benar ..........................................
21
3.1
Kerangka Berpikir ........................................................................
34
3.2
Konsep Penelitian ........................................................................
35
4.1
Rancangan Penelitian ..................................................................
43
DAFTAR TABEL
No.
Tabel
5.1
Jumlah Laporan Tahunan yang Menyajikan dan Tidak Menyajikan Grafik ....................................................................
52
Penggunaan Grafik Berdasarkan Klasifikasi Kinerja Perusahaan ................................................................................
53
5.3
Nilai RGD di masing-masing Kategori Perusahaan ....................
54
5.4
Hasil Uji Chi-Square pada Hipotesis 1 .......................................
56
5.5
Hasil Uji Binomial pada Perusahaan “Baik” ..............................
57
5.6
Hasil Uji Binomial pada Perusahaan “Buruk” ............................
58
5.2
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1: Daftar Perusahaan Sampel dan Data yang Diekstrak dari Laporan Tahunan .......................................................
73
Lampiran 2: Hasil Pengujian Statistik Chi-Square dan Binomial ..........
81
Lampiran 3: Perhitungan Distorsi Relative Graph Discrepancy (RGD) ..............................................................................
83
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyajian data kuantitatif secara grafik dalam dokumen perusahaan telah menjadi salah satu teknik yang digunakan manajemen untuk mengkomunikasikan informasi kuantitatif. Menurut Horton dalam Frownfelter-Lohrke dan Fulkerson (2001), grafik digambarkan sebagai “universal language” dan berguna dalam menjembatani hambatan dalam bahasa dan budaya. Sullivan disitir Uyar (2009), berargumen bahwa grafik dapat meningkatkan kecepatan dalam hal pengambilan keputusan, sehingga manajer lebih memilih menggunakan metode grafik daripada menggunakan tabel dan teks dalam mengkomunikasikan informasi kuantitatif. Pengguna laporan tahunan tidak tertarik untuk membaca laporan tahunan sampai tuntas karena laporan tahunan memiliki kandungan yang terlalu kompleks dan berisi terlalu banyak hal-hal yang detail (Rezaee dan Porter, 1993). Survei terhadap pemegang saham yang menggunakan laporan tahunan secara konsisten menunjukkan bahwa meskipun laporan tahunan merupakan sumber informasi utama, laporan tahunan tersebut ternyata tidak dibaca secara menyeluruh (Lee dan Tweedie, 1975; 1977). Dalam keadaan demikian, kemungkinan yang paling diperhatikan oleh pembaca adalah grafik yang terdapat dalam laporan tahunan, dengan tampilan yang menarik secara visual. Paivio (1974) menjelaskan bahwa kemampuan manusia untuk mengingat pola visual (grafik) lebih baik daripada mengingat informasi secara tekstual dan tabulasi.
Pembaca lebih memilih menggunakan grafik dengan tampilan yang menarik daripada harus melihat sebuah tabel. Tabel dapat terdiri dari dua variabel, sedangkan dengan menggunakan metode grafik dapat menjadi beberapa grafik yang sangat menarik dan akan lebih mudah dicerna oleh pembaca. Penyampaian informasi kuantitatif dengan metode tradisional yang menggunakan teknik naratif dan tabular dianggap kurang efektif. Kondisi semacam ini akan membuat laporan tahunan menjadi kurang menarik dan butuh waktu untuk dipahami. Beattie dan Jones (1994) berpendapat bahwa informasi grafik dapat digunakan untuk menambah tingkat pemahaman users dan dapat pula meringkas informasi keuangan sehingga users bisa memahaminya secara menyeluruh dan pantas dalam waktu singkat. Wilson dan Stanton (1996) berpendapat bahwa metode grafik dipandang sanggup mengkomunikasikan informasi secara efektif dan dapat menyampaikan informasi dengan cara yang lebih dapat dipahami, mudah dibaca, dan lebih menarik. Informasi menyangkut tren, perubahan kinerja, dan perubahan data baik peningkatan maupun penurunan terutama yang menyangkut data keuangan akan lebih tepat/teliti dan mudah dipahami bila disajikan dengan menggunakan grafik. Keefektifan komunikasi informasi menggunakan grafik tergantung dari grafik yang dibangun. Tufte (1983) menjelaskan enam aturan atau panduan dasar untuk membangun grafik yang baik. Aturan-aturan tersebut harus dipenuhi agar menghasilkan grafik tanpa bias dan akurat. Salah satu aturan terpenting menyatakan “the magnitude of change depicted graphically should be directly proportional to the numerical change in the data”. Setiap besaran perubahan
angka dalam data harus berbanding lurus dengan besaran perubahan dalam grafik. Grafik dapat terdistorsi dan dapat menyesatkan pembaca karena grafik tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan data yang sebenarnya jika aturan terpenting ini dilanggar (Mather et al, 1996). Penelitian Beattie dan Jones (1992) dalam laporan tahunan perusahaan di Inggris mengenai distorsi grafik menemukan bahwa terdapat 130 grafik yang terdistorsi, 98 gambar grafik dilebihkan (exaggeration) dalam tren yang meningkat (favorable), satu gambar grafik dikurangkan (understated) dalam tren yang menurun (favorable), dan 31 gambar grafik dikurangkan (understated) dalam tren yang meningkat (unfavorable). Penelitian sebelumnya (Steinbart, 1989; Beattie dan Jones, 1992; Beattie dan Jones, 1997) mengindikasikan bahwa penggunaan grafik secara positif berhubungan dengan perubahan kinerja perusahaan di laporan tahunan perusahaan Amerika Serikat dan Inggris (Dilla dan Janvrin, 2010). Perusahaan memutuskan untuk tidak mengungkapkan informasi grafik dalam laporan tahunan karena ingin menutupi kinerja buruk, sedangkan perusahaan yang mengungkapkan informasi grafik dalam laporan tahunan karena ingin menonjolkan kinerja baik kepada pengguna laporan tahunan (Dilla dan Janvrin, 2010). Perusahaan dengan kinerja rendah/buruk lebih memilih mengungkapkan informasi dengan penjelasan yang kompleks dengan menggunakan tabel dan teks yang bertujuan untuk mengaburkan pembaca (Beattie dan Jones, 2000a; Dilla dan Janvrin, 2010). Pengungkapan informasi secara grafis yang bersifat sukarela dalam laporan tahunan dapat meningkatkan potensi adanya manajemen impresi (Beattie dan Jones, 2000b). Manajemen mendapat keleluasaan dalam menentukan apakah perlu
mengungkapkan laporan tahunan secara grafik atau tidak dalam agenda pelaporannya. Menurut Arunachalam et al. (2002), menyatakan bahwa sebuah grafik dapat didesain agar menimbulkan kesan baik dari mata pembaca laporan. Tidak adanya aturan dapat memberikan ruang bagi manajer untuk lebih “kreatif” dalam membangun sebuah grafik. Sejak lama peneliti-peneliti laporan keuangan perusahaan telah menyadari terdapat insentif perilaku self-serving yang dilakukan oleh manajemen dalam membuat sebuah laporan tahunan (Beattie dan Jones, 2000a). Manajemen memiliki insentif untuk menunjukkan kinerja perusahaannya dalam kondisi yang baik. Manajemen melakukan ini dengan tujuan untuk menciptakan impresi kepada para pemakai laporan tahunan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan finansial. Penggunaan grafik oleh manajemen merupakan bagian dari proses manajemen impresi (Beattie dan Jones, 1999). Manajemen impresi menggunakan grafik merupakan bagian dari penyajian oleh manajemen, yang menyangkut manipulasi isi dan manipulasi format presentasi seperti grafik atau gambar (Beattie dan Jones, 2000a). Peneliti belum menemukan penelitian mengenai distorsi grafik dan penggunaan grafik keuangan dengan menggunakan laporan tahunan perusahaan di Indonesia. Di pasar modal Indonesia, laporan tahunan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan maupun bagi pemakai. Perusahaan menggunakan laporan tahunan sebagai sarana untuk memberikan informasi keuangan dan nonkeuangan bagi investor maupun calon investor. Setiap laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki minimal satu grafik yang
digambarkan, yang mana grafik tersebut bersifat keuangan maupun nonkeuangan. Informasi keuangan dan non-keuangan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia banyak disajikan dalam bentuk grafik, seperti grafik profitabilitas, grafik mengenai pertumbuhan market, grafik pertumbuhan tenaga kerja, dan grafik-grafik lainnya yang bersifat keuangan dan non-keuangan. Investor maupun calon investor menggunakan laporan tahunan sebagai alat pengambilan keputusan. Investor berharap keputusan yang diambilnya setelah mambaca informasi dalam laporan tahunan dapat menguntungkan di masa depan, atau dengan kata lain investor berharap informasi yang terkandung dalam laporan tahunan merupakan informasi yang dapat diandalkan dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari perusahaan. Laporan tahunan yang dibuat oleh manajemen terutama informasi keuangan dalam bentuk grafik, tidak bebas dari distorsi yang merupakan hasil dari insentif manajemen untuk mengungkapkan informasi keuangan perusahaannya dalam kondisi yang baik. Penelitian ini penting untuk dilakukan di pasar modal Indonesia, yang mana hasil dari penelitian ini nantinya akan berguna bagi manajemen perusahaan sebagai pembuat laporan tahunan dan bagi investor sebagai pemakai laporan tahunan. Penelitian ini merujuk pada Beattie dan Jones (1992) yang melakukan penelitian mengenai penggunaan grafik dalam laporan tahunan perusahaanperusahaan Inggris. Selain itu, ada beberapa penelitian yang mendukung pengembangan penelitian ini, seperti Mather et al. (1996) dengan menggunakan laporan tahunan perusahaan-perusahaan Australia, Mather et al. (2000) menggunakan prospektus IPO perusahaan-perusahaan Australia, Uyar (2009)
dengan menggunakan laporan tahunan perusahaan-perusahaan Turki, Pennington dan Tuttle (2009) dengan menggunakan laporan tahunan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, dan Beattie dan Jones (2002a, 2002b) dengan menggunakan laporan tahunan perusahaan-perusahaan Inggris dan Amerika Serikat.
1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini mengacu pada temuan riset terdahulu yang telah dipaparkan dalam latar belakang penelitian: (a) pembuat dan pemakai laporan tahunan lebih memilih menggunakan informasi dalam bentuk grafik dibandingkan informasi dalam bentuk teks maupun tabular; (b) laporan tahunan sebagai informasi utama, ternyata tidak dibaca secara menyeluruh atau tidak dibaca secara tuntas oleh pemakai, alasannya karena laporan tahunan berisi kandungan yang komplek dan berisi terlalu banyak hal-hal yang detail; (c) kemampuan manusia untuk mengingat pola visual (grafik) lebih baik daripada mengingat informasi secara tekstual dan tabulasi; (d) penyampaian informasi kuantitatif dengan metode tradisional yang menggunakan teknik naratif dan tabular dianggap kurang efektif; (e) terdapat aturan penting dalam membangun sebuah grafik, apabila aturan tersebut dilanggar, grafik dapat terdistorsi dan dapat menyesatkan pembaca karena grafik tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan data yang sebenarnya; (f) penggunaan grafik secara positif berhubungan dengan kinerja perusahaan di laporan tahunan perusahaan; (g) pengungkapan informasi grafis yang bersifat sukarela (manajer bebas memilih memasukkan atau tidak memasukkan informasi grafik) dalam laporan tahunan dapat meningkatkan
potensi adanya manajemen impresi; (h) tidak adanya aturan mengenai penyajian informasi grafis dalam laporan tahunan dapat memberikan ruang bagi manajer untuk lebih “kreatif” dalam membangun sebuah grafik. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang disampaikan di atas maka pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat hubungan antara penggunaan grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan? 2) Apakah efek distorsi favorable lebih banyak digunakan daripada efek distorsi unfavorable?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi penggunaan grafik dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan publik Indonesia. Secara khusus berfokus untuk mengetahui hubungan antara penggunaan grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan dan untuk mengetahui proporsi efek distorsi favorable dan efek distorsi unfavorable.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik dari segi akademik maupun dari segi praktis. 1) Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi literatur akuntansi mengenai potensial dari grafik untuk didistorsi dalam dokumen perusahaan
dan mengenai penggunaan grafik keuangan dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan. Mayoritas penelitian mengenai distorsi grafik dan penggunaan grafik keuangan dilakukan dibeberapa negara besar seperti Inggris, Amerika, dan Australia dengan menggunakan laporan tahunan sebagai sampelnya. Peneliti belum menemukan penelitian mengenai distorsi grafik dan penggunaan grafik keuangan dengan menggunakan laporan tahunan perusahaan di Indonesia sebagai sampelnya. Para peneliti dan para akademisi di Indonesia akan menemukan kegunaan dari penelitian ini. Peneliti-peneliti dari berbagai negara akan menjadi lebih antusias untuk menginvestigasi penggunaan grafik di negaranya masing-masing. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini memberikan informasi yang relevan, objektif, dan up to date mengenai penggunaan grafik keuangan dan potensial dari grafik tersebut untuk didistorsi dalam dokumen perusahaan (laporan tahunan) kepada investor. Sebagai investor, mereka secara inheren memperhatikan setiap aspek dari perusahaan tempat mereka menginvestasikan uangnya, tetapi pengetahuan investor tidak cukup memadai untuk menganalisis secara efektif kinerja dari perusahaan. Laporan tahunan merupakan informasi utama bagi investor, yang mana di dalamnya terdapat beberapa grafik. Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk mendistorsi grafik keuangan yang disajikan guna membuat perusahaan terlihat baik, seperti manajemen impresi. Keputusan investor dipengaruhi oleh grafik yang terdistorsi, karena grafik tersebut merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk menganalisa kinerja perusahaan dengan cara yang tepat/teliti. Penelitian ini akan bermanfaat bagi investor-investor Indonesia karena penelitian ini memberikan informasi mengenai terdapatnya teknik distorsi grafik keuangan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mereka. Penelitian ini juga berguna bagi para manajer dan direktur sebagai alat evaluasi keputusan graphing mereka. Temuan dari penelitian ini memberikan informasi mengenai usaha menciptakan impresi yang dilakukan oleh manajer.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling Theory menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Signalling Theory mencoba untuk memberikan sinyal mengenai kualitas yang sebenarnya dari kinerja perusahaan. Proposisi dasar Signalling Theory bahwa perusahaan yang memiliki good news (seperti ramalan laba positif) memiliki insentif untuk menyoroti atau menekankan berita baik dari perusahaan secara sukarela (Verrecchia 1983; Dye 1985; Verrecchia 1986; Dye 1998 dalam Houghton dan Smith, 2006), oleh karena itu, dengan menggunakan Signalling Theory, penyajian grafik dapat dijelaskan sebagai sarana manajemen untuk menyoroti aspek-aspek tertentu dari kinerja perusahaan. Perspektif Signalling Theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi memiliki insentif untuk menyoroti kinerja perusahaannya, oleh karena itu, satu penjelasan untuk penggunaan grafik adalah bahwa manajer memasukkan grafik ke dalam laporan untuk memberikan penekanan mengenai keberhasilan perusahaan yang dilihat dari profitabilitasnya (Steinbart, 1989; Beattie & Jones, 1992). Sebaliknya, ketika kinerja perusahaan tidak menunjukkan hasil yang baik, manajer mungkin ragu-ragu untuk memasukkan grafik.
2.2 Pengungkapan Zuhroh dan Pande (2003) mengutip Hendriksen, mengatakan bahwa pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyedia sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Wolk dan Tearney yang dikutip Zuhroh dan Pande (2003) menyatakan bahwa ungkapan mencakup penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun secara sukarela dilakukan oleh perusahaan, yang berupa laporan keuangan, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajemen atas operasi perusahaan yang akan datang, prakiraan keuangan dan operasi pada tahun yang akan datang, dan laporan keuangan tambahan yang mencakup ungkapan menurut segmen dan informasi lainnya di luar harga perolehan. 2.2.1 Tujuan Pengungkapan Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai
pihak
yang
mempunyai
kepentingan
berbeda-beda.
Tujuan
pengungkapan menurut Belkaoui (2000:219) adalah: a.
Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan
b.
Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut
c.
Menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui
d.
Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antarperusahaan dan antartahun
e.
Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang
f.
Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya
2.2.2 Luas Pengungkapan Keluasan pengungkapan adalah salah satu bentuk kualitas pengungkapan. Keluasan pengungkapan berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan. Tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan, yaitu adequate, fair dan full disclosure. Konsep yang paling dipraktikan adalah pengungkapan yang cukup (adequate disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana pada tingkat pengungkapan ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dengan benar. Pengungkapan yang wajar (fair disclosure) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca (investor) potensial. Pengungkapan penuh (full disclosure) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan. Menurut Meek, Roberts dan Gray (1950) dalam Suripto (1998) ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar. Pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya jika
perusahaan tidak bersedia untuk mengungkap informasi secara sukarela. Kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan dalam pembuatan keputusan oleh pemakai laporan tahunannya.
2.3 Grafik Grafik, yang diciptakan oleh Playfair sekitar 200 tahun yang lalu, adalah tampilan simbolis yang membutuhkan interpretasi sesuai dengan konvensi tertentu (Kosslyn, dalam Beattie dan Jones, 2008). Grafik terdiri dari empat komponen standar seperti latar belakang, kerangka kerja, specifier, dan label. Grafik digunakan dalam dua cara yang berbeda secara fundamental: untuk menganalisis data, dan menyajikan / menyampaikan informasi kepada audiens (Beattie dan Jones, 1992), dengan demikian, beberapa keuntungan dapat memperkuat penggunaan grafik: 1) Grafik lebih user-friendly daripada tabel (Beattie dan Jones, 1997). Grafik digunakan untuk menampilkan informasi keuangan sebagai alternatif dari tabel. Pembaca lebih tertarik untuk membaca grafik, yang terkadang disajikan dengan warna, dibandingkan sebuah tabel. Tabel dapat terdiri dari lebih dari dua variabel, sedangkan dengan grafik dapat menjadi beberapa grafik dan membuatnya lebih mudah untuk dibaca. Osahon (2008) mensitir Leivian, menyatakan bahwa kemampuan pembaca untuk mengingat informasi visual biasanya lebih baik daripada mengingat informasi numerik atau tekstual.
Grafik lebih eye-catching karena secara visual menarik dengan tambahan warna. Oleh karena itu, grafik menjadi oasis warna yang menarik daripada dokumen formal (Beattie dan Jones, 2008). 2) Frownfelter-Lohrke dan Fulkerson (2001) berpendapat bahwa grafik berguna untuk menampilkan informasi numerik dalam bentuk ringkasan dan membantu ketika mencoba untuk mendapatkan pandangan menyeluruh dari data, mengurangi waktu dan membantu dalam mengingat memori (Pennington dan Tuttle, 2009). Grafik sangat baik dalam mengkomunikasikan informasi keuangan (Beattie dan Jones, 2008). Dengan menggunakan grafik, perbandingan
antara
angka
menjadi
lebih
jelas.
Grafik
dapat
menyederhanakan data kuantitatif yang kompleks, dan memberikan wawasan langsung mengenai kinerja perusahaan.
Grafik sangat baik dalam
menyampaikan informasi mengenai tren dan pola (Beattie dan Jones, 2008). 3) Memberikan kemudahan dalam pemahaman, Sullivan dalam Uyar (2009) mengemukakan bahwa grafik meningkatkan kecepatan dalam pengambilan keputusan, dan manajer lebih memilih menggunakan grafik daripada tabel dan teks. Pemegang saham akan memahami kinerja perusahaan lebih cepat bila menggunakan grafik dibandingkan dengan tabel. Sebagian besar informasi dalam laporan dibatasi oleh kerangka peraturan, sedangkan grafik berada di luar kewenangan regulasi standar akuntansi (Beattie dan Jones, 2008). Keadaan ini membuat manajer memiliki ruang untuk lebih “kreatif” dalam membangun grafik.
4) Grafik merupakan bahasa internasional, yang artinya tidak hanya pengguna yang sophisticated saja yang dapat memahami informasi grafik, tetapi pengguna yang unsophisticated pun dapat memahami atau membaca informasi grafik (Beattie dan Jones, 2008). Fulkerson et al. dalam Uyar (2009) berpendapat bahwa tidak peduli siapapun penggunanya, grafik sangat berguna untuk meringkas informasi keuangan dan informasi non-keuangan. Dalam pelaporan keuangan, grafik dapat menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan dengan menyajikan secara grafik beberapa indikator kinerja utama (Beattie dan Jones, 2008), itu sebabnya grafik adalah alat komunikasi yang penting dalam laporan. 2.3.1 Jenis Grafik Jenis utama grafik adalah garis, bar, kolom, gambar, dan pie. Berdasarkan Cartesian Coordinate Axes, garis, bar dan kolom memiliki dua skala aritmatika. Garis dan kolom dianggap tepat untuk data time series. Grafik batang umumnya digunakan untuk menggambarkan kategori-kategori. Grafik gambar menggunakan simbol ikonik untuk menggambarkan jumlah numerik. Sebagai alternatif grafik batang untuk menggambarkan kategori, dapat menggunakan grafik pie, yang merupakan lingkaran yang dibagi menjadi beberapa bagian. 2.3.2 Graph Construction Theories Tufte (1983) membangun enam pedoman umum yang digunakan untuk mempresentasikan dengan tepat informasi kuantitatif dalam bentuk grafik (Uyar, 2009). Aturan-aturan tertentu harus diikuti untuk mencapai grafik yang objektif dan akurat. Berikut pedoman atau aturan yang harus diikuti:
1) Besarnya perubahan yang digambarkan secara grafis harus berbanding lurus dengan perubahan numerik dalam data. 2) Grafik harus diberi label yang jelas untuk menghindari ambiguitas. 3) Variasi dalam desain harus mencerminkan perubahan numerik dalam data. 4) Unit standar dari pengukuran moneter selalu lebih baik daripada unit nominal ketika menggambar data time-series. 5) Jumlah dimensi digunakan untuk menggambarkan perubahan harus dibatasi jumlah dimensi dalam data. 6) Memberikan konteks yang cukup untuk memungkinkan interpretasi yang akurat dari data. Grafik secara potensi sangat penting dalam mengkomunikasikan informasi kepada pembaca hanya jika grafik tersebut disajikan dengan “fairly” (Mather et al., 1996). Grafik akurat sejauh mana dapat membawa pemakai pada bentuk kesimpulan yang konsisten dengan yang akan dihasilkan dari analisis kuantitatif yang lebih formal dari data (Steinbart, 1989). Persyaratan ini dapat dipenuhi ketika enam prinsip tersebut digunakan dalam pembangunan sebuah grafik. Tufte mengoperasionalisasikan prinsip pertama, yang menyatakan "besarnya perubahan yang digambarkan secara grafis harus berbanding lurus dengan perubahan numerik dalam data", dengan ukuran yang disebut "lie factor". Steinbart (1989) membangun tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh grafik sehingga dapat dikatakan akurat. Persyaratan kedua merupakan adaptasi dari prinsip pertama Tufte. Berikut persyaratan yang harus dipenuhi:
1) Nilai numerik yang disajikan dalam grafis harus sesuai dengan data dalam laporan keuangan. 2) Besarnya perubahan yang ditampilkan dalam grafik harus sesuai dengan besarnya perubahan numeric dalam data. 3) Pemilihan format grafik tidak boleh menyembunyikan perubahan dalam data Sementara itu, Hill dan Milner (2003) mengembangkan pedoman untuk penyajian informasi grafik di laporan keuangan. Terdapat tiga pedoman dalam penyajian grafik: aims and objectives (tujuan dari menggambar grafik), graphical design (pengembangan kualitas grafik), dan graph choice (jenis grafik yang digunakan). Mereka membangun pedoman tersebut untuk meningkatkan kompetensi dan membantu meningkatkan keahlian interpretasi dari mahasiswa dan para professional. 2.3.3 Distorsi Grafik Dijelaskan sebelumnya, ada beberapa prinsip yang telah dibangun dalam rangka meningkatkan integritas grafik sebagai alat presentasi sukarela. Komunikasi yang efektif dari informasi dengan menggunakan grafik tergantung pada grafik yang dibangun, sehingga grafik dapat mempresentasikan data yang sebenarnya. Informasi grafik harus bebas dari bias jika grafik tersebut bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna bagi pengguna laporan keuangan. Grafik akan terdistorsi dan dapat menyesatkan pembaca jika prinsip-prinsip yang telah dibangun tersebut dilanggar (Mather et al., 1996). Penelitian menunjukkan bahwa informasi grafik dapat menyesatkan pembaca pada kesimpulan yang tidak mencerminkan data yang sebenarnya (Beattie dan Jones, 2002a, 2002b).
2.3.3.1 Pengukuran distorsi Pada tahun 1986, Taylor dan Anderson memodifikasi "lie factor" yang diperkenalkan oleh Tufte (1983). Mereka menemukan Graph Inconsistency Coefficient yang akan digunakan dalam pelaporan keuangan. Mereka beranggapan bahwa akuntan harus menggunakan pertimbangan profesional dalam menentukan kapan distorsi grafis menjadi tidak konsisten dengan data keuangan. Steinbart (1989) mencoba menemukan alat pengukur distorsi dengan menggunakan prinsip sama yang diperkenalkan oleh Tufte (1983). Alat pengukur distorsi itu disebut Graph Discrepancy Index (GDI). Studi sebelumnya yang berkaitan dengan distorsi grafik keuangan telah secara konsisten menggunakan GDI (Beattie dan Jones, 1992; Mather et al, 1996). GDI adalah ukuran yang membandingkan persentase perubahan yang digambarkan dalam grafik dengan perubahan data yang mendasari grafik tersebut, untuk mengukur besarnya distorsi grafik (Mather et al, 2005), dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: a = persentase perubahan (cm) dalam grafik
b = persentase perubahan dalam data Bila Graph Discrepancy Index (GDI) sama dengan nol artinya grafik tidak terdistorsi, sementara grafik dengan GDI tidak sama dengan nol artinya grafik
tersebut terdistorsi. Exaggeration dalam tren yang mengalami kenaikan artinya terdapat distorsi yang favorable, sementara exaggeration dalam tren yang mengalami penurunan artinya terdapat distorsi yang unfavorable. Understatement dalam tren yang mengalami kenaikan artinya terdapat distorsi yang unfavorable, sementara understatement dalam tren yang mengalami penurunan artinya terdapat distorsi yang favorable. Distorsi favorable artinya distorsi yang menguntungkan, sedangkan distorsi unfavorable artinya distorsi yang merugikan. Pada tahun 2005, Mather et al. menemukan bahwa GDI tampaknya tidak konsisten bila digunakan untuk mengukur besarnya distorsi. Konsep dasar GDI adalah membandingkan perubahan dari kolom pertama dan kolom terakhir dari grafik dengan perubahan yang pertama dan perubahan yang terakhir dalam data. Terdapat kasus di mana nilai GDI yang dihitung sama, secara visual terlihat cukup berbeda pada grafik, sebagai contoh, nilai GDI yang sangat tinggi menunjukkan distorsi jauh lebih sedikit daripada nilai GDI yang lebih rendah. Tidak mungkin untuk menghitung GDI bila tidak ada perubahan antara titik data pertama dan titik data terakhir (b = 0). Beattie dan Jones (2008) mendukung gagasan dari Mather et al. (2005) yang mengatakan bahwa GDI bukan merupakan ukuran yang kuat dalam pengukuran distorsi grafik. Mereka berpendapat bahwa hal itu tidak konsisten sebagai ukuran dan tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk perbandingan. Kelemahan-kelemahan dari GDI tersebut telah mendorong Mather et al. (2005) untuk mengembangkan alternatif pengukuran distorsi grafik. Kembali menggunakan prinsip Tufte, mereka fokus pada ketinggian kolom data sehingga
menemukan cara untuk mengukur perbedaan antara ketinggian kolom seperti yang digambarkan dalam grafik dan ketinggian itu harus sudah diplot secara akurat. Alasan di balik penggunaan ketinggian kolom data daripada perubahan data karena ketinggian kolom data diukur secara langsung dari grafik. Mereka mengusulkan alternatif pengukuran yang konsisten dan pengukuran yang kuat dari distorsi grafik yang disebut Relative Graph Discrepancy (RGD), yang dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: g1 = ketinggian kolom pertama
d1 = nilai titik pertama pada data
g2 = ketinggian kolom terakhir
d2 = nilai titik terkahir pada data
g3 = ketinggian yang tepat kolom terakhir
RGD adalah ukuran perbandingan, dengan menggunakan
titik data
pertama dan tinggi kolom pertama pada grafik untuk menentukan ketinggian kolom terakhir pada grafik seharusnya. Pengukuran ini sesuai dengan kisaran nilai masukan yang diharapkan. Sama dengan GDI, nilai RGD sangat mudah untuk dihitung. Satu-satunya kelemahan adalah RGD tidak dapat digunakan ketika titik data terakhir adalah nol, yang mana hal ini sangat jarang terjadi, dengan demikian, RGD mampu mengatasi masalah pengukuran distorsi yang muncul bila menggunakan GDI.
Gambar 2.1: Bangun Grafik yang Salah dan Benar
Pada Gambar 2.1, Grafik A adalah contoh bangun grafik yang tidak tepat, dengan nilai RGD 0,69. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, nilai RGD tidak sama dengan nol artinya bangun grafik tersebut tidak tepat. Grafik A melanggar prinsip pertama Tufte ("besarnya perubahan yang digambarkan secara grafis harus berbanding lurus dengan perubahan numerik dalam data") untuk mencapai sebuah grafik yang objektif dan akurat, dan karena itu dikategorikan sebagai grafik yang terdistorsi. Semakin besar nilai RGD, semakin besar distorsi, dan semakin besar kemungkinan menyesatkan pembaca. Di sisi lain, Grafik B adalah contoh grafik dengan nilai RGD sama dengan 0. Nilai RGD sama dengan 0 artinya grafik dibangun dengan benar. Singkatnya, grafik ini telah mengikuti prinsip pertama Tufte, dan merupakan grafik yang objektif dan akurat.
2.3.4 Manajemen Impresi Menggunakan Grafik Pennington dan Tuttle (2009) menyatakan bahwa manajemen impresi memandang individu sebagai aktor dalam melakukan impresi kepada audiens dalam rangka untuk mendapatkan dukungan untuk tujuan moral, sosial, maupun finansial. Penggunaan grafik oleh manajemen merupakan bagian dari proses manajemen impresi (Beattie dan Jones, 1999). Manajemen impresi menggunakan grafik merupakan bagian dari penyajian oleh manajemen, yang menyangkut manipulasi isi dan manipulasi format presentasi seperti grafik atau gambar (Beattie dan Jones, 2000b). Grafik keuangan sangat menarik mengingat fleksibilitas dalam pembuatannya dan kemudahan untuk dimengerti oleh pemakai, tetapi keefektivan penggunaan grafik tergantung pada kompetensi grafik dari pembuat grafik dan pembaca grafik (Beattie dan Jones, 2000a). Menurut Beattie dan Jones (1999), manajemen impresi menggunakan grafik keuangan dapat terjadi dalam tiga cara: 1) Manajemen memutuskan untuk menggunakan grafik dan memilih secara spesifik variabel-variabel yang akan digambarkan. 2) Teknik membangun grafik dapat digunakan untuk memanipulasi pesan yang disampaikan. 3) Fitur disain grafik dapat digunakan untuk meningkatkan pesan yang akan disampaikan oleh angka-angka akuntansi. Sejak lama peneliti-peneliti laporan keuangan perusahaan telah menyadari terdapat insentif perilaku self-serving yang dilakukan oleh manajemen dalam
membuat sebuah laporan tahunan
(Beattie dan Jones, 2000a). Pengungkapan
informasi secara grafis yang bersifat sukarela dalam laporan tahunan dapat meningkatkan potensi adanya manajemen impresi (Beattie dan Jones, 2000b). Bersifat sukarela artinya manajemen mendapat keleluasaan dalam menentukan apakah perlu mengungkapkan laporan secara grafik atau tidak dalam agenda pelaporannya. Menurut Arunachalam et al. (2002), sebuah grafik dapat didisain agar menimbulkan kesan baik dari mata pembaca laporan. Tidak adanya aturan dapat memberikan ruang bagi manajer untuk lebih “kreatif” dalam membangun sebuah grafik. Manajer memiliki insentif untuk menunjukan kinerja perusahaannya dalam kondisi yang baik. Auditor tidak memiliki tanggung jawab yang spesifik untuk mengaudit grafik yang disajikan, sehingga manajemen dapat menggunakan grafik sebagai alat manajemen impresi (Beattie dan Jones, 1999; 2000b). 2.3.5 Penggunaan Grafik dalam Laporan Tahunan Laporan perusahaan biasanya mencakup bagian naratif dan bagian keuangan. Bagian naratif tidak diperiksa oleh auditor, karena bukan bagian dari keuangan, tetapi banyak pembaca sangat bergantung pada grafik untuk memperkirakan situasi keuangan perusahaan (Penrose, 2008). Selama bertahun-tahun, penggunaan grafik keuangan dalam laporan tahunan perusahaan telah menyebar luas (Beattie dan Jones, 2000b). Penyajian grafik secara sukarela semakin banyak digunakan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan besar di banyak negara (Beattie dan Jones, 2001). Presentasi grafik dari data kuantitatif dalam laporan tahunan perusahaan telah menjadi salah satu teknik yang digunakan oleh manajemen untuk
mengungkapkan informasi kuantitatif (Courtis, 1997). Beattie dan Jones (1992) menemukan bahwa jumlah rata-rata grafik per laporan tahunan perusahaan Inggris adalah 5,9 grafik. Beberapa jenis grafik yang digunakan dalam laporan keuangan adalah garis, bar, kolom, pie dan gambar (Beattie dan Jones, 1992). Variabel yang paling populer digunakan atau key financial variable (KFV) yang digambarkan adalah turnover, profitability, earning per share (EPS), dan dividend per share (DPS) (Steinbart, 1989; Beattie & Jones, 1992; 1994; 2000a, 2000b). Grafik kolom dapat menggambarkan informasi yang sederhana dan efektif. Grafik digambarkan sebagai "universal language" dan menunjukkan bahwa grafik berguna dalam menjembatani hambatan dalam bahasa dan budaya (Horton, dalam Frownfelter-Lohrke dan Fulkerson, 2001). Grafik keuangan memberikan perusahaan sebuah metode alternatif dalam hal penyajian informasi keuangan (Beattie dan Jones, 2001). Grafik berguna untuk menampilkan informasi numerik dalam bentuk yang ringkas dan membantu untuk mendapatkan pandangan secara menyeluruh mengenai data (Frownfelter-Lohrke dan Fulkerson, 2001). Pengguna laporan keuangan memiliki pemahaman mendasar yang beragam dari berbagai komponen. Laporan keuangan digunakan oleh analis keuangan dan pemegang saham sebagai alat pengambilan keputusan investasi. Penyajian laporan keuangan merupakan salah satu metode penting bagi perusahaan yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para pemegang saham, investor, pengguna internal, dan pihak berkepentingan lainnya (Osahon, 2008), oleh karena itu informasi
tentang situasi keuangan perusahaan yang ada dalam laporan keuangan harus dapat diandalkan dan obyektif. Grafik keuangan dalam laporan keuangan memainkan peran penting dalam menentukan
persepsi
mengenai
korporasi
dan
kesehatan
keuangannya.
Profitabilitas perusahaan tampaknya memiliki pengaruh yang signifikan dalam penyajian grafik (Penrose, 2008). Beattie dan Jones (1992) menemukan bahwa perusahaan dengan kinerja "baik"
lebih memilih untuk menggunakan atau
menyajikan grafik keuangan. Sebagian besar informasi dalam laporan dibatasi oleh aturan-aturan, namun grafik berada di luar kewenangan regulasi standar akuntansi (Beattie dan Jones, 2008). Tidak ada aturan tentang penggunaan grafik dalam pelaporan keuangan, itu tidak berarti perusahaan diiperbolehkan untuk menggunakannya dengan tidak benar. Saat ini tidak ada peraturan khusus mengenai penggunaan grafik dalam laporan tahunan di Indonesia. Taylor dan Anderson (1986) beranggapan bahwa akuntan harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menentukan kapan distorsi grafis menjadi tidak konsisten dengan data keuangan. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa mayoritas laporan keuangan berisi pengungkapan infomasi grafik dan bahwa sejumlah pengungkapan informasi grafik tersebut menyajikan informasi yang tidak akurat (Osahon, 2008).
2.4 Penelitian Sebelumnya Sampai saat ini, penulis belum menemukan penelitian mengenai penggunaan dan penyalahgunaan grafik dalam penyajian laporan tahunan perusahaan di Indonesia. Beattie dan Jones (1992) melakukan penelitian di laporan tahunan perusahaan-perusahaan Inggris. Mather et al. (2000) juga melakukan penelitian yang sama di perusahaan-perusahaan Australia, tetapi mereka menggunakan prospektus IPO sebagai sampelnya. Ada beberapa penelitian relevan yang berhubungan juga telah diidentifikasi dan dianalisa sebagai literatur tambahan. 2.4.1 Beattie dan Jones (1992, 2000b, 2001, dan 2002b) Tahun 1992, Beattie dan Jones melakukan penelitian empiris mengenai penggunaan dan penyalahgunaan grafik keuangan dalam laporan tahunan di perusahaan-perusahaan besar Inggris. Mereka menggunakan 240 laporan tahunan perusahaan besar Inggris untuk tahun yang berakhir pada 1989, dan telah menemukan rata-rata jumlah grafik per laporan tahunan sebesar 5,9 grafik dengan 65% perusahaan menggambarkan minimal satu grafik key financial variable. Mereka juga menemukan bahwa terdapat banyak grafik yang tidak akurat. Terdapat manipulasi aktif yang dilakukan oleh penyusun atau pembuat grafik. Mereka menyimpulkan bahwa grafik keuangan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan komunikasi yang efektif. Mereka menumukan dari 142, terdapat 31 grafik terdistorsi yang melakukan understatement di saat tren sedang meningkat. Ada dua penjelasan untuk keadaan tersebut. Pertama, menurut teori akuntansi positif, perusahaan dengan biaya politik yang tinggi, relatif terhadap biaya kontrak lain, akan memilih untuk
melakukan understatement laba dalam tren yang meningkat. Kedua, dalam kasus dengan peningkatan hasil yang tajam, kesulitan graphing yang timbul dari besaran yang relatif kecil di tahun awal dapat menyebabkan distorsi yang unfavorable. Beattie dan Jones (2000b) melakukan penelitian lain yang mengeksplorasi sejauh mana manajemen impresi menggunakan grafik-grafik keuangan terjadi dalam laporan tahunan perusahaan terutama perusahaan yang terdaftar di enam negara penting di dunia (Australia, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat). Mereka menemukan bukti, dikombinasikan di beberapa negara dan key financial variables yang didistorsi umumnya menguntungkan perusahaan (tren dalam grafik lebih dibesar-besarkan daripada dikecil-kecilkan). Perusahaan secara signifikan memilih memasukan grafik dalam laporan tahunan ketika income dan EPS mengalami kenaikan. Di sisi lain, mereka tidak memasukan grafik ke dalam laporan tahunan ketika indicator income mengalami penurunan. Mereka melakukan penelitian sejenis di tahun 2001 yang membandingkan penggunaan grafik dalam laporan tahunan dari enam negara. Mereka meneliti praktik pelaporan sukarela perusahaan yang sebelumnya tidak diekplorasi dari perspektif multinasional. Penelitian mereka menemukan bahwa praktik pelaporan secara grafik di negara Perancis dan Jerman sangat berbeda, khususnya dalam hal KFV. Hanya sedikit perusahaan-perusahaan di Jerman yang menggunakan grafik, sedangkan perusahaan-perusahaan di Perancis lebih tertarik untuk menggunakan grafik. Beattie dan Jones (2002b) berupaya untuk menemukan apa yang digunakan untuk mengukur distorsi. Mereka melakukan studi eksperimen dengan meminta
para subjek untuk membandingkan kinerja dari dua perusahaan berdasarkan insentif grafik. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk menghindari agar persepsi pengguna tidak terdistorsi, seharusnya tidak perlu ada pengukuran distorsi dalam grafik keuangan. 2.4.2 Mather, Ramsay, dan Serry (1996) Mereka melakukan investigasi penggunaan grafik di 143 laporan tahunan perusahaan yang tercatat di Australian Stock Exchange, dan menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan grafik dan kinerja perusahaan. Rata-rata 80% dari sampel yang diteliti memasukkan beberapa variabel grafik keuangan atau non-keuangan, di mana 60% dari sampel yang diteliti memasukkan minimal satu grafik key financial variable. Berkaitan dengan distorsi, konsisten dengan penelitian sebelumnya, mereka menggunakan Graph Discrepancy Index (GDI) untuk mengukur distorsi. Mereka menemukan bahwa exaggeration (15,5%) terjadi lebih sering daripada understatement (14,2%). Menggunakan perubahan profit dari tahun ke tahun dan perubahan variabel keuangan yang digambarkan dari tahun ke tahun, ditemukan hubungan yang tidak signifikan antara distorsi dalam grafik dan kinerja perusahaan, ketika kinerja diukur dengan perubahan variabel yang digambarkan selama periode grafik, ditemukan hasil yang signifikan. 2.4.3 Mather, Ramsay, dan Steen (2000) Mereka melakukan penelitian pertama dan satu-satunya yang melakukan investigasi penggunaan grafik dalam prospektus. Penelitian ini melakukan investigasi penggunaan grafik, pemilihan variabel yang digambarkan dan grafik
yang dibangun dalam prospektus perusahaan Australia. Sampel dalam penelitian terdiri dari 484 prospektus IPO perusahaan Australia, yang dikeluarkan sebelum 31 Desember 1993. Penelitian ini juga memisahkan sampel sesuai dengan klasifikasi industrinya dan klasifikasi periode setelah/sebelum 1991. Fokus dari studi ini adalah penggunaan grafik dan distorsi dari grafik tersebut. Perusahaan sampel diklasifikasikan baik (tren profit yang meningkat) atau buruk (tren profit yang menurun). Mereka mengukur distorsi dalam grafik, konsisten dengan penelitian sebelumnya, menggunakan Graph Discrepancy Index (GDI). Grafik dikatakan terdistorsi ketika nilai GDI tidak sama dengan 0%. Hasil deskriptif penelitian menemukan rata-rata 28,3% dari prospektus sampel memasukan grafik. Mereka juga menemukan 38,3% dari semua prospektus perusahaan industri memasukan grafik, sedangkan hanya 4,2% dari prospektus perusahaan pertambangan memasukan grafik. Penggunaan grafik di perusahaan industri secara signifikan lebih tinggi dibandingkan perusahaan pertambangan. Periode sebelum 1991 menunjukkan 15,9% prospektus terkandung grafik di dalamnya, sedangkan 15,7% prospektus memasukkan grafik dalam periode setelah 1991. Berkaitan dengan entitas yang memasukkan grafik dalam prospektusnya, rata-rata 4,25 grafik yang dimasukkan. Jenis grafik yang paling sering digunakan dalam prospektus adalah grafik kolom (58,7%). Variabel yang paling sering digambarkan dalam prospektus adalah informasi tentang market perusahaan (non-finansial). Variabel keuangan yang umum digunakan adalah turnover dan profitability. Hasil dari pengujian membuktikan bahwa perusahaan memasukkan grafik key financial variable lebih banyak pada saat tren profit
perusahaan positif (good companies). Menggunakan klasifikasi waktu, sebelum 1991 perusahaan dengan tren profit yang positif lebih banyak memasukkan grafik KFV dalam prospektus mereka. Saat menggunakan rincian industri, ditemukan hubungan yang signifikan antara kinerja dan penggunaan grafik KFV dalam perusahaan industri. Pengujian efek distorsi dalam grafik membuktikan bahwa dengan melihat pada keseluruhan sampel, ditemukan distorsi favorable sama banyaknya dengan distorsi unfavorable. Melihat pada grafik KFV saja, distorsi unfavorable lebih banyak ditemukan daripada distorsi favorable. Hasil dari temuan klasifikasi periode waktu juga dianalisis. Pada periode sebelum 1991, distorsi favorable signifikan pada level 5% untuk semua grafik (keuangan dan non-keuangan), dimana periode setelah 1991 tidak signifikan, sedangkan untuk grafik KFV, distorsi unfavorable yang signifikan ditemukan hanya di periode setelah 1991. 2.4.4 Pennington dan Tuttle (2009) Penelitian mereka mencoba menginvestigasi bahwa memori memainkan peran dalam penafsiran dan penggunaan grafik yang terdistorsi yang dapat menyesatkan pengguna informasi keuangan. Mereka melakukan eksperimen di mana mereka memanipulasi jenis distorsi grafik dan apakah pengambilan keputusan memerlukan memori dari grafik. Penelitian ini menemukan bukti bahwa grafik yang didistorsi dapat menyebabkan kesimpulan yang tidak tepat mengenai data sebenarnya dan bahwa kesalahan interpretasi dapat bertahan dalam memori. Mereka mengatakan grafik secara potensial merupakan alat manajemen
impresi yang sangat kuat. Secara keseluruhan, sebagian peserta dipengaruhi oleh keterbatasan dalam memori mereka.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Sugiyono (2012:60) mengutip Uma Sekaran, mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir penelitian ini dibangun berdasarkan hubungan antara teori yang digunakan, seperti signalling theory, pengungkapan, grafik dan penggunaan grafik, serta teori manajemen impresi dengan masalah penting yang telah diidentifikasi sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Grafik merupakan alat komunikasi yang baik, karena fleksibilitas dalam pembuatanya dan kemudahan untuk dipahami oleh pembaca. Informasi dalam bentuk grafik sangat menarik dibandingkan dengan informasi dalam bentuk tekstual maupun tabular, karena terkadang grafik dibangun dengan disain yang penuh warna, sehingga akan lebih eye-catching (Beattie dan Jones, 2008). Informasi grafik akan lebih cepat dipahami oleh pemakai, karena grafik dapat berguna untuk menampilkan informasi numerik dengan ringkas (Pennington dan Tuttle, 2009). Grafik dapat meningkatkan kecepatan dalam hal pengambilan keputusan, sehingga manajer lebih memilih menggunakan metode grafik daripada menggunakan tabel dan teks dalam mengkomunikasikan informasi kuantitatif (Uyar mengutip Sullivan, 2009). Manajer dalam membangun sebuah grafik yang
baik, terdapat beberapa aturan atau panduan yang harus dipenuhi agar informasi grafik yang dibangun akan menjadi akurat dan tanpa bias. Aturan yang paling penting yang harus dipenuhi oleh manajer dalam hal menghasilkan informasi grafik yang akurat dan tanpa bias adalah setiap besaran perubahan angka dalam data harus berbanding lurus dengan besaran perubahan dalam grafik. Grafik dapat terdistorsi dan dapat menyesatkan pembaca karena grafik tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan data yang sebenarnya jika aturan pertama ini dilanggar (Mather et al., 1996). Sampai saat ini belum ada aturan yang mengatur mengenai pengungkapan informasi grafik oleh manajemen, apalagi pengungkapan informasi grafik masih bersifat sukarela, sehingga manajer akan lebih ‘kreatif’ dalam pengungkapan informasi grafik. Hal ini juga mendorong manajer-manajer perusahaan untuk menyajikan kinerja perusahaannya terlihat dalam kondisi baik atau sehat, artinya dalam kasus penggunaan grafik, distorsi favorable dalam grafik keuangan lebih digunakan oleh manajer daripada distorsi unfavorable. Grafik yang dibangun dapat didisain agar menimbulkan kesan yang baik dari mata pembaca laporan (Arunachalam et al., 2002). Potensi untuk terjadinya praktik manajemen impresi oleh manajemen semakin meningkat (Beattie dan Jones, 2000b). Penggunaan grafik keuangan dalam laporan tahunan perusahaan telah menyebar luas. Menurut penelitian terdahulu, penyajian grafik secara sukarela semakin banyak digunakan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan besar di banyak negara. Penelitian terdahulu menemukan bahwa jumlah rata-rata grafik per laporan tahunan perusahaan Inggris adalah 5.9 grafik (Beattie dan Jones,
1992). Variabel yang paling populer digunakan atau key financial variable (KFV) yang digambarkan adalah turnover, profitability, earning per share, dan dividend per share (Steinbart, 1989; Beattie dan Jones, 1992; 1994; 2000a; 2000b). Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan grafik dan hubungannya
dengan
kinerja
perusahaan.
Penelitian-penelitian
tersebut
menyimpulkan bahwa perusahaan lebih banyak memasukkan grafik KFV ketika laba perusahaan mengalami kenaikan. Hal ini dilakukan karena perusahaan ingin menyoroti kinerjanya yang baik dilihat dari meningkatnya laba perusahaan. Sebaliknya, ketika kinerja perusahaan yang dilihat dari laba perusahaan menurun, perusahaan cenderung untuk tidak memasukkan grafik KFV. Berikut kerangka berpikir dalam penelitian ini, yang dibangun berdasarkan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian Teoritis: 1. Signalling Theory 2. Pengungkapan 3. Grafik 4. Manajemen Impresi
Rumusan Masalah
1. 2.
Kajian Empiris: 1. Beattie & Jones, 1992 2. Beattie & Jones, 2000b 3. Beattie & Jones, 2001 4. Beattie & Jones, 2002b 5. Mather, Ramsay, & Serry, 1996 6. Mather, Ramsay, & Steen, 2000 7. Pennington & Tuttle, 2009
Apakah terdapat hubungan antara grafik key financial variable dengan kinerja perusahaan? Apakah efek distorsi favorable lebih banyak digunakan daripada efek distorsi unfavorable? Hipotesis Uji Statistik Hasil Penelitian Gambar 3.1 : Kerangka Berpikir
3.2 Konsep Penelitian Konsep dari penelitian ini didasarkan pada kerangka berpikir yang telah dibangun, yang merupakan hubungan logis dari kajian teori dan kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut konsep dari penelitian ini. Distorsi Grafik Key Financial Variable (KFV) Kinerja Perusahaan Penggunaan Grafik Key Financial Variable (KFV) Gambar 3.2 : Konsep Penelitian
Dari Gambar 3.2 dapat dijelaskan bahwa penelitian ini akan menguji distorsi grafik KFV dan penggunaan grafik KFV dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan. Ada dua efek dari distorsi grafik, yaitu favorable distortion dan unfavorable distortion. Efek dari distorsi grafik tersebut akan dihubungkan dengan kinerja perusahaan, yang dilihat dari perubahan laba bersih tahunan perusahaan. Penelitian ini akan menguji proporsi dari kedua efek distorsi tersebut, di masing-masing dua klasifikasi perubahan kinerja perusahaan, ‘baik’ atau ‘buruk’. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik, artinya mengalami kenaikan laba bersih tahunan, akan diklasifikasikan dalam perusahaan dengan kinerja ‘naik’. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik, artinya mengalami penurunan laba bersih tahunan, akan diklasifikasikan dalam perusahaan dengan kinerja ‘turun’. Dari kedua klasifikasi kinerja perusahaan tersebut, akan diukur distorsi grafiknya, proporsi efek distorsi manakah yang paling banyak digunakan perusahaan. Pada saat kinerja perusahaan mengalami kenaikan, efek distrosi grafik favorable lebih banyak digunakan perusahaan
daripada efek distorsi grafik unfavorable dengan alasan perusahaan ingin menonjolkan kenaikan kinerjanya. Pada saat kinerja perusahaan mengalami penurunan, efek distorsi grafik favorable lebih banyak digunakan perusahaan daripada efek distorsi grafik unfavorable dengan alasan perusahaan ingin mengecilkan penurunan kinerjanya. Dari klasifikasi kinerja perusahaan ‘baik’ dan ‘buruk’ tersebut, peneliti akan menguji
apakah
berhubungan
masing-masing
dengan
penggunaan
klasifikasi grafik
kinerja KFV.
perusahaan
Perusahaan
tersebut cenderung
memasukkan atau menggunakan grafik KFV ketika kinerja perusahaan yang dilihat dari perubahan laba bersih tahunan mengalami kenaikan. Hal ini dilakukan karena perusahaan ingin menonjolkan kinerjanya yang baik. Sebaliknya, perusahaan cenderung tidak memasukkan atau menggunakan grafik KFV ketika kinerja perusahaan yang dilihat dari perubahan laba bersih tahunan mengalami penurunan, karena perusahaan ingin menutupi kinerjanya yang buruk. Pertimbangan perusahaan tersebut adalah karena kemudahan pemahaman oleh pembaca atau pemakai dalam mencerna informasi dalam bentuk grafik, sehingga kenaikan atapun penurunan kinerja perusahaan akan lebih mudah dideteksi oleh pembaca atau pemakai.
3.3 Hipotesis Penelitian 3.3.1 Hubungan antara grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan Perspektif Signalling Theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi memiliki insentif untuk menyoroti kinerja
perusahaannya. Satu penjelasan untuk penggunaan grafik adalah bahwa manajer memasukkan grafik ke dalam laporan untuk memberikan penekanan mengenai keberhasilan perusahaan yang dilihat dari profitabilitasnya (Steinbart, 1989; Beattie dan Jones, 1992; Beattie dan Jones, 1994). Sebaliknya, ketika kinerja perusahaan tidak menunjukkan hasil yang baik, manajer cenderung tidak untuk memasukkan grafik. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini telah dilakukan mengenai penggunaan grafik dan hubungannya dengan kinerja perusahaan. Pada tahun 1989, Steinbert menemukan bahwa perusahaan-perusahaan Amerika Serikat lebih banyak memasukan grafik KFV ketika profit mengalami kenaikan. Beattie dan Jones (1992) menemukan bahwa rata-rata jumlah grafik per laporan tahunan adalah 5,9 grafik dengan 65% perusahaan-perusahaan Inggris menggambarkan minimal satu grafik KFV. Hasil penelitian Beattie dan Jones (2000 a) mengatakan bahwa perusahaan secara signifikan memilih memasukkan grafik dalam laporan tahunan ketika income dan EPS mengalami kenaikan dan perusahaan memilih tidak memasukkan grafik ke dalam laporan tahunan ketika indicator income mengalami penurunan. Selama bertahun-tahun, penyajian data kuantitatif secara grafik dalam dokumen perusahaan telah menjadi salah satu teknik yang digunakan oleh manajemen untuk mengkomunikasikan informasi kuantitatif (Courtis, 1997). Grafik lebih disenangi oleh pemakai informasi karena kemudahannya dalam memberikan pemahaman mengenai kondisi keuangan perusahaan, sehingga grafik merupakan alat komunikasi yang penting antara pembuat dan pemakai informasi.
Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik cenderung
untuk
menggunakan grafik, dengan alasan untuk menonjolkan kondisi keuangan perusahaan yang baik kepada pemakai. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang kurang baik/rendah cenderung untuk tidak menggunakan grafik, karena jika perusahaan menggunakan grafik pada kondisi keuangan yang kurang baik, itu akan mudah dideteksi oleh pemakai, sehingga hal itu harus disembunyikan dari pemakai informasi. Beattie dan Jones (1992) telah menganalisa empat grafik keuangan yang sering digunakan oleh perusahaan (turnover, profitability, earnings per share (EPS), dan dividends per share (DPS)). Keempat variabel keuangan yang sering digunakan tersebut dinamakan key financial variables (KFV) (Beattie and Jones, 2000 a, 2000 b; 2001; 2008). Perusahaan dengan penurunan yang besar dalam kinerja keuangan akan lebih cenderung tidak menggunakan grafik KFV dibandingkan perusahaan dengan penurunan yang sedikit dalam kinerja keuangan (Dilla and Janvrin, 2010). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis pertama: H1: Terdapat hubungan yang positif antara penggunaan grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan 3.3.2 Efek distorsi dari kinerja yang digambarkan dalam grafik Menurut Signnaling Theory, penyajian grafik dapat dijelaskan sebagai sarana manajemen untuk menyoroti aspek-aspek tertentu dari kinerja perusahaan. Grafik yang dibangun dan disajikan oleh manajemen digunakan untuk menekankan berita baik perusahaan (peningkatan laba bersih tahunan), artinya grafik yang dibangun dan disajikan manajemen melalui pertimbangan bahwa grafik tersebut akan
berguna sebagai alat penekanan berita baik perusahaan. Grafik tersebut akan didesain sedemikian rupa oleh manajemen, akibatnya grafik tersebut tidak dapat mempresentasikan data yang sebenarnya, atau dengan kata lain grafik tersebut terdistorsi. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, mengatakan bahwa terdapat banyak grafik yang tidak akurat, kemungkinan ada manipulasi aktif yang dilakukan oleh manajemen (Beattie dan Jones, 1992). Beattie dan Jones (1992) menemukan bahwa terdapat 130 grafik yang terdistorsi, 98 gambar grafik dilebihkan (exaggeration) dalam tren yang meningkat (favorable), satu gambar grafik dikurangkan (understated) dalam tren yang menurun (favorable), dan 31 gambar
grafik
dikurangkan
(understated)
dalam
tren
yang
meningkat
(unfavorable). Dari penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen lebih memilih efek distorsi favorable daripada efek distorsi unfavorable, dengan kata lain, manajemen memilih efek distorsi yang menguntungkan perusahaan. Tufte (1983) telah membangun enam dasar sebagai panduan penyajian secara tepat informasi kuantitatif dengan grafik. Aturan pertama menurut Tufte adalah setiap besaran perubahan angka dalam data harus berbanding lurus dengan besaran perubahan dalam grafik. Aturan ini harus dipenuhi agar informasi yang diberikan melalui grafik menjadi akurat dan tidak menimbulkan bias. Grafik tersebut akan terdistorsi dan dapat menyesatkan pengguna karena informasi dalam grafik tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan data sebenanrnya bila aturan pertama dilanggar.
Saat ini regulasi yang mengatur tentang penggunaan grafik dalam pelaporan keuangan masih belum ditemukan, sehingga hal ini memberikan ruang bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen impresi melalui grafik. Menurut Beattie dan Jones (2000 a) terdapat perilaku self-serving oleh pembuat laporan tahunan dan berpotensi terjadinya manajemen impresi karena penyajian secara grafik masih bersifat sukarela. Hal ini mendorong manajer-manajer perusahaan untuk menyoroti atau menekankan kinerja perushaaannya yang terlihat dalam kondisi baik atau sehat (peningkatan laba bersih tahunan) dengan menggunakan grafik yang dibangun, artinya efek distorsi favorable dalam grafik keuangan lebih banyak digunakan oleh manajemen daripada efek distorsi unfavorable. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti mengajukan hipotesis kedua: H2: Efek distorsi favorable dari kinerja yang digambarkan dalam grafik lebih banyak digunakan oleh manajemen daripada efek distorsi unfavorable di masing-masing klasifikasi kinerja perusahaan
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menginvestigasi
penggunaan
dan
penyalahgunaan grafik dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia, oleh karena itu hipotesis dibangun untuk menganalisa hubungan positif antara efek distorsi grafik (favorable) dengan kinerja perusahaan yang digambarkan dalam grafik laporan tahunan perusahaan sampel dan hubungan positif antara penyajian grafik Key Financial Variable (KFV) dengan kinerja perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan sampel. Kerangka teoritis yang komprehensif yang berkaitan dengan penelitian diuraikan untuk mendukung temuan dan kesimpulan. Penelitian ini merupakan studi korelasi karena penelitian ini dibangun untuk membuktikan distorsi grafik dalam kinerja perusahaan yang digambarkan dalam grafik dan hubungan positif antara penggunaan grafik dan perubahan kinerja perushaan. Studi korelasi merupakan penelitian yang mempelajari hubungan antara dua atau lebih variabel. Berdasarkan studi tersebut, peneliti menggunakan teori-teori atau setidaknya hipotesis untuk memberikan alasan mengenai penjelasan hubungan antara variabel yang diteliti. Penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian non-contrived study, yang mana memiliki akurasi dalam merefleksikan situasi nyata dibandingkan dengan penelitian contrived study. Penelitian contrived study merupakan penelitian ketika peneliti menerapkan
situasi tertentu untuk mengontrol pengumpulan dan memanipulasi data secara efektif dan efisien. Horison waktu penelitian (Time Horizon of Study) ini diklasifikasikan sebagai studi cross-sectional/one-shot study. Menurut Sekaran (2006:315), studi crosssectional merupakan studi penelitian yang pengamatannya dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan hanya satu kali. Data laporan tahunan perusahaan tercatat di BEI tahun 2011 merupakan sumber dari penelitian ini. Data diperoleh dari official website www.idx.go.id. Peneliti juga memperoleh informasi dari textbook dan jurnal untuk mendukung penelitian ini. Setelah data diperoleh, peneliti mengekstrak data yang dibutuhkan ke dalam Microsoft Excel Worksheet. Beberapa data yang diekstrak: kode perusahaan, nama perusahaan, tren perubahan kinerja perusahaan, dan jumlah grafik. Data-data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam formula untuk kemudian diukur. Setelah itu, data siap untuk dianalisis dan kemudian diinterpretasikan. Ukuran distorsi yang relevan dengan variabel dihitung dan dicatat.
Problem Statement Purpose of The Study Unit of Analysis
Investigasi Penggunaan Grafik
Laporan Tahunan Type of Investigation Sampling Design Studi Kausalitas Nonprobability (Purposive Sampling) Extent of Researcher Interference Time Horizon Minimum (No Interference)
One-Shot (Crosssectional)
Study Settings Data Collection Method
Non-Contrived
Mengekstrak dari Laporan Tahunan
Measurement and Measures
Data Analysis Pengujian Hipotesis Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian
Pengukuran Distorsi & Uji Statistik
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan mengakses official website www.idx.go.id. Peneliti melakukan penelitian dengan mengakses official website www.idx.go.id karena peneliti mendapatkan akses untuk memperoleh data di sana, selain itu kelengkapan data penelitian juga menjadi pertimbangan peneliti. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 dengan tahun pengamatan 2011.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup penggunaan dan penyalahgunaan grafik KFV dalam laporan tahunan perusahaan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Grafik KFV yang dimaksud dalam penelitian ini adalah grafik profitabilitas. Grafik profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah grafik laba bersih tahunan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Laba bersih lima tahun berturut-turut akan digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sebagai alat ukur distorsi grafik, penelitian ini hanya menggunakan Relative Graph Discrepancy (RGD).
4.4 Penentuan Sumber Data 4.4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan yang diperoleh dari
www.idx.go.id. Sugiyono (2012:137) menjelaskan bahwa data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan. 4.4.2 Populasi dan Sampel Sekaran (2006:121) mengatakan populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal yang akan diteliti oleh peneliti. Sugiyono (2012:80) beranggapan bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan bendabenda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang akan dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti menggunakan perusahaan-perusahaan terdaftar karena laporan tahunan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI, sehingga mereka harus menerbitkan laporan tahunan. Sekaran (2006:123) mengatakan sampel adalah proses pemilihan sejumlah elemen yang representatif dari populasi, agar penelitian dan pengertian karakteristik dari contoh memungkinkan untuk menyamaratakan karakteristik tersebut dengan elemen-elemen dari populasi. Sugiyono (2012:81) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:85). Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2) Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan periode tahun 2011 secara lengkap
4.5 Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:38). Kerlinger dalam Sugiyono (2012:38) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. 4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perubahan kinerja perusahaan yang dilihat dari laba bersih selama lima tahun berturut-turut. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penggunaan grafik profitabilitas perusahaan yang dilihat dari grafik laba bersih tahunan yang disajikan dalam laporan tahunan. Variabel terikat lainnya yang digunakan dalam penelitian ini
adalah distorsi grafik laba bersih tahunan yang diukur menggunakan Relative Graph Discrepancy (RGD). 4.5.2 Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: 1) Perubahan Kinerja Perusahaan Laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia tahun 2011 yang digunakan sebagai sampel penelitian berisikan perbandingan kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun berturut-turut, yaitu tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. Perubahan kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan perubahan laba bersih tahunan lima tahun berturut-turut. Penelitian ini menggunakan mean atau rata-rata dari laba bersih tahunan yang kemudian dibandingkan dengan laba bersih tahun pertama yang digambarkan dalam grafik untuk menentukan klasifikasi perubahan kinerja perusahaan. Apabila nilai mean yang ditemukan di atas nilai laba bersih tahun pertama, maka diklasifikasikan sebagai perusahaan “baik”. Apabila nilai mean yang ditemukan di bawah nilai laba bersih tahun pertama, maka diklasifikasikan sebagai perusahaan “buruk”. 2) Grafik Profitabilitas Grafik profitabilitas dilihat dari grafik laba bersih tahunan yang disajikan dalam laporan tahunan. Penelitian ini akan menganalisis jumlah grafik laba bersih tahunan yang disajikan di sampel laporan tahunan perusahaanperusahaan publik Indonesia.
3) Distorsi Grafik Laba Bersih Tahunan Distorsi grafik dalam penelitian ini diukur menggunakan Relative Graph Discrepancy
(RGD).
RGD
adalah
ukuran
perbandingan,
dengan
menggunakan titik data pertama dan tinggi kolom pertama pada grafik untuk menentukan ketinggian kolom terakhir pada grafik seharusnya. Nilai RGD sama dengan 0 artinya grafik dibangun dengan tepat atau tidak terdistorsi. Nilai RGD lebih dari 0 (positif) artinya grafik terdistorsi favorable dan nilai RGD kurang dari 0 (negatif) artinya grafik terdistorsi unfavorable.
4.6 Analisis Data 4.6.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data yang digunakan dalam penelitian dan merangkumnya ke dalam bentuk yang lebih informatif, agar lebih berguna bagi pemakai. Statistik deskriptif penting karena memberikan pembaca arti secara menyeluruh mengenai data yang dianalisis. Frekuensi dari penggunaan grafik dan variabel dalam bentuk grafik akan dianalisis dengan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:147), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganlisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian ini menganalisis laporan tahunan yang di dalamnya terdapat grafik profitabilitas, yaitu grafik yang menunjukkan perubahan laba bersih tahunan perusahaan, oleh karena itu yang dimaksud grafik KFV dalam penelitian ini
adalah grafik profitabilitas. Lebih lanjut, sampel penelitian (laporan tahunan) akan diklasifikasikan berdasarkan kinerja perusahaan dengan menggunakan perubahan dalam laba bersih tahunan. Perubahan laba bersih tahunan untuk masing-masing perusahaan akan dicatat terlebih dahulu (“baik” dan “buruk”). Setiap klasifikasi perusahaan “baik” dan “buruk” akan dicatat jumlah grafik yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan. Studi grafik keuangan sebelumnya secara konsisten mengukur distorsi grafik dengan menggunakan Graph Discrepancy Index (GDI), yang dibangun oleh Steinbert (1989). Mather et al. (2005) menemukan bahwa GDI tidak lagi baik untuk mengukur distorsi, mereka mengusulkan pengukuran distorsi grafik yang baru, yaitu Relative Graph Discrepancy (RGD) yang dapat menutupi kekurangan dari GDI, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang baik dalam mengukur distorsi, penelitian ini menggunakan RGD yang dibangun oleh Mather et al. tahun 2005. Pengukuran distorsi (favorable/unfavorable) akan dihubungkan dengan tren dari kinerja yang terdapat dalam grafik. Tren naik dan turun dalam profitabilitas perusahaan akan digunakan untuk mengelompokan distorsi dalam grafik. Efek distorsi grafik dikatakan favorable ketika nilai RGD lebih dari 0 pada tren profitabilitas perusahaan yang mengalami kenaikan. Untuk tren profitabilitas perusahaan yang mengalami penurunan, nilai RGD lebih dari 0 juga dikatakan distorsi yang favorable karena adanya pengecilan penurunan profitabilitas dalam grafik. Dikatakan unfavorable ketika nilai RGD kurang dari 0 dalam tren profitabilitas perusahaan yang mengalami kenaikan. Terakhir, ketika tren profitabilitas perusahaan yang turun memiliki nilai RGD kurang dari 0 akan
dikategorikan sebagai distorsi yang unfavorable. Sebagai tambahan, ketika terdapat grafik profitabilitas lebih dari satu, maka pengukuran distorsi pada masing-masing grafik akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan Microsoft Excel Worksheet untuk mencatat data yang diekstrak dari laporan tahunan. Statistical Package for the Social Science (SPSS) digunakan untuk mengolah data yang telah diekstrak dari laporan tahunan untuk menemukan jawaban dari hipotesis yang dibangun. 4.6.2 Pengujian Hipotesis 1.
Chi-square Test Penelitian ini menggunakan chi-square test dalam menguji hipotesis pertama untuk menguji apakah terdapat hubungan positif antara penggunaan grafik key
financial
variable
dengan
perubahan
kinerja
perusahaan
(“baik”dan”buruk”). Penelitian ini menggunakan chi square test karena dua kelompok data baik variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan bersifat diskrit, yaitu untuk mengetahui hubungan antara penggunaan grafik key financial variable (“ya”dan”tidak”) dengan perubahan kinerja perusahaan (“baik”dan”buruk”). a.
Hipotesis Statistik H0 :
Tidak terdapat hubungan yang positif antara penggunaan grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan.
HA: Terdapat hubungan yang positif antara penggunaan grafik key financial variable dengan perubahan kinerja perusahaan. b.
Taraf signifikansi 10%
c.
2.
Membandingkan nilai signifikansi p-value dengan taraf signifikansi 10% -
p-value ≤ 0.1 (10%), maka H0 ditolak dan HA diterima
-
p-value > 0.1 (10%), maka H0 diterima dan HA ditolak
Binomial Test Penelitian ini menggunakan binomial test dalam menguji hipotesis kedua untuk melihat apakah proporsi dari distorsi favorable akan lebih banyak digunakan daripada distorsi unfavorable di masing-masing klasifikasi profitabilitas (“baik” dan “buruk”). Penelitian ini menggunakan binomial test karena distribusi data penelitian ini berbentuk binomial artinya distribusi data terdiri dari dua kelas atau dua kategori, yaitu efek distorsi favorable (x) dan efek distorsi unfavorable (N-x). a.
Hipotesis Statistik H0: Tidak terdapat perbedaan proporsi efek distorsi favorable dan efek distorsi
unfavorable
di
masing-masing
klasifikasi
kinerja
perusahaan. HA: Terdapat perbedaan proporsi efek distorsi favorable dan efek distorsi unfavorable di masing-masing klasifikasi profitabilitas kinerja perusahaan. b.
Taraf Signifikansi 10%
c.
Membandingkan nilai signifikansi p-value dengan taraf signifikansi 10% -
p-value ≤ 0.1 (10%), maka H0 ditolak dan HA diterima
-
p-value > 0.1 (10%), maka H0 diterima dan HA ditolak
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari direktori www.idx.co.id, di mana terdapat 432 laporan tahunan dari 432 perusahaan dengan tahun pengamatan 2011 yang digunakan sebagai sampel penelitian ini. Penelitian ini mendapatkan secara lengkap laporan tahunan dari 432 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian sebelumnya mengenai penggunaan grafik dalam dokumen perusahaan secara konsisten menganalisis Key Financial Variable (KFV) yang merupakan variabel keuangan yang sering digambarkan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini menganalisis grafik profitabilitas yang merupakan salah satu variabel keuangan penting yang digambarkan oleh manajemen dalam laporan tahunan perusahaan di Indoensia. Adapun jumlah laporan tahunan yang menyajikan dan tidak menyajikan grafik profitabilitas dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 : Jumlah Laporan Tahunan yang Menyajikan dan Tidak Menyajikan Grafik
Grafik Profitabilitas
Jumlah
%
Menyajikan Grafik
243
56,25
Tidak Menyajikan Grafik
189
43,75
Total
432
100
Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa dari 432 sampel laporan tahunan perusahaan di Indonesia, ditemukan 243 (56,25%) laporan tahunan
menyajikan grafik profitabilitas masing-masing satu grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan, sedangkan 189 (43,75%) laporan tahunan tidak menyajikan grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini mengklasifikasikan kinerja perusahaan sampel dengan menggunakan perubahan dalam laba bersih tahunan perusahaan. Perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “baik” adalah perusahaan yang mengalami kenaikan dalam laba bersih tahunan, dan perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk” adalah perusahaan yang mengalami penurunan dalam laba bersih tahunan. Adapun penggunaan grafik berdasarkan klasifikasi kinerja perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini. Tabel 5.2 : Penggunaan Grafik Berdasarkan Klasifikasi Kinerja Perusahaan
Penggunaan Grafik
Kategori Perusahaan
Ya
Tidak
Buruk
59
124
183
Baik
184
65
249
Total
243
189
432
Total
Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 5.2, terdapat 249 (57,6%) perusahaan sampel yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “baik”, dan 183 (42,4%) perusahaan sampel yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “buruk”. Berhubungan dengan penggunaan grafik di masing-masing klasifikasi kinerja perusahaan, ditemukan penggunaan grafik lebih banyak pada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “baik” sebesar 184 (75,7%) perusahaan daripada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “buruk” sebesar 59 (24,3%) perusahaan, dan selain itu ditemukan
bahwa perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “buruk” sebesar 124 (65,6%) perusahaan lebih banyak tidak memasukkan grafik daripada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “baik” sebesar 65 (34,4%) perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa perusahaan di Indonesia menggambarkan grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan tidak lebih dari satu grafik. Rata-rata grafik profitabilitas per laporan tahunan perusahaan sampel di Indonesia adalah 0,56 grafik (243/432). Jenis grafik yang digunakan oleh perusahaan sampel adalah grafik kolom. Penelitian ini menggunakan Relative Graph Discrepancy (RGD) sebagai alat mengukur distorsi grafik. Nilai RGD sama dengan 0 mengindikasikan grafik dibangun dengan tepat, sedangkan nilai RGD lebih dari 0 mengindikasikan grafik terdistorsi favorable dan nilai RGD kurang dari 0 mengindikasikan grafik terdistorsi unfavorable. Adapun nilai RGD di masing-masing kategori perusahaan dapat dilihat di Tabel 5.3 di bawah ini. Tabel 5.3 : Nilai RGD di masing-masing Kategori Perusahaan
RGD
Kategori Perusahaan
<0
0
>0
Buruk
13
6
40
59
Baik
81
14
89
184
Total
94
20
129
243
Total
Sumber: Lampiran 1
Tabel 5.3 menunjukkan terdapat 20 grafik profitabilitas dengan nilai RGD sama dengan 0 dan terdapat 223 grafik profitabilitas yang terdistorsi (94 grafik terdistorsi unfavorable dan 129 grafik terdistorsi favorable). Pada perusahaan
yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “baik”, ditemukan 89 grafik profitabilitas yang terdistorsi favorable dan 81 grafik profitabilitas yang terdistorsi unfavorable. Pada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “buruk”, ditemukan 40 grafik profitabilitas yang terdistorsi favorable dan 13 grafik profitabilitas yang terdistorsi unfavorable. Rata-rata nilai RGD untuk semua sampel adalah 0,023 (Lampiran 1). Pada grafik perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “baik”, ditemukan rata-rata nilai RGD sebesar -0,007 (lampiran 1), sedangkan ditemukan rata-rata nilai RGD sebesar 0,06 (Lampiran 1) pada grafik perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “buruk”.
5.2 Pengujian Hipotesis 5.2.1 Terdapat
Hubungan
Positif
antara
Penggunaan
Grafik
Key
Financial Variable dengan Perubahan Kinerja Perusahaan Variabel perubahan kinerja perusahaan akan diklasifikasikan berdasarkan perubahan laba bersih tahunan perusahaan. Perusahaan “baik” dikategorikan sebagai perusahaan yang mengalami kenaikan laba bersih tahunan, sedangkan perusahaan “buruk” dikategorikan sebagai perusahaan yang mengalami penurunan laba bersih tahunan. Pada penjelasan sebelumnya, ditemukan bahwa perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “baik” lebih banyak memasukkan grafik pada laporan tahunan perusahaan daripada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk”. Hubungan positif antara penggunaan grafik profitabilitas dengan perubahan kinerja perusahaan akan dijuji pada seluruh sampel dengan
menggunakan uji chi-square. Adapun hasil uji chi-square hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel 5.4 di bawah ini. Tabel 5.4: Hasil Uji Chi-Square pada Hipotesis I
Value
Signifikansi
Pearson Chi-Square
74,371
0,000
N of Valid Cases
432
Sumber: Lampiran 2
Hasil uji chi-square pada Tabel 5.4 menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 yang artinya H0 ditolak dan HA diterima pada taraf signifikansi 10% (0,000 < 0,10). Hasil pengujian pada hipotesis pertama ini mengindikasikan bahwa terdapat bukti hubungan positif antara penggunaan grafik KFV dengan perubahan kinerja perusahaan. 5.2.2 Efek Distorsi Favorable dari Kinerja yang Digambarkan dalam Grafik Lebih Banyak Digunakan oleh Manajemen daripada Efek Distorsi
Unfavorable
di
masing-masing
Klasifikasi
Kinerja
Perusahaan Pengujian hipotesis kedua dilakukan untuk membuktikan bahwa efek distorsi favorable lebih banyak digunakan daripada efek distorsi unfavorable di masingmasing klasifikasi kinerja perusahaan. Pengukuran distorsi grafik pada hipotesis kedua menggunakan Relative Graph Discrepancy (RGD). Nilai RGD sama dengan 0 artinya tidak terdapat distorsi dalam grafik yang dibangun, oleh karena itu, 0 sebagai cut-off untuk mengklasifikasikan distorsi. Nilai RGD lebih dari 0 diklasifikasikan sebagai distorsi favorable, sedangkan nilai RGD kurang dari 0 diklasifikasikan sebagai distorsi unfavorable.
Pada penjelasan sebelumnya, dari total 243 grafik profitabilitas yang ditemukan pada seluruh sampel, penelitian ini menemukan 20 (9%) grafik profitabilitas memiliki nilai RGD sama dengan 0 dan terdapat 223 grafik profitabilitas yang terdistorsi. Penelitian ini menemukan distorsi grafik favorable (53%) lebih banyak digunakan daripada distorsi grafik unfavorable (38%). Penelitian ini menggunakan uji binomial untuk menguji hipotesis kedua dan pengujian binomial dilakukan pada masing-masing kategori perusahaan. Hasil uji binomial pada perusahaan yang mengalami kenaikan kinerja (“baik”) dapat dilihat pada Tabel 5.5 di bawah ini. Tabel 5.5: Hasil Uji Binomial pada Perusahaan “Baik”
RGD Unfavorable Favorable Total
Category <= 0
N 81
Observed Prop. 0,48
>0
89
0,52
170
1.00
Signifikansi 0,591
Sumber: Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 5.5, pengujian ini menemukan distorsi favorable (89) lebih banyak digunakan daripada distorsi unfavorable (81). Pengujian ini menghasilkan signifikansi sebesar 0,591 yang artinya H0 tidak dapat ditolak pada taraf signifikansi 10% (0,591 > 0,10). Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi antara distorsi favorable dan distorsi unfavorable pada klasifikasi kinerja perusahaan yang mengalami kenaikan kinerja (“baik”). Hasil uji binomial pada perusahaan yang mengalami penurunan kinerja (“buruk”) dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini.
Tabel 5.6: Hasil Uji Binomial pada Perusahaan “Buruk”
RGD Unfavorable Favorable Total
Category <= 0 >0
N 13 40 53
Observed Prop. 0,25 0,75 1.00
Signifikansi 0,000
Sumber: Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 5.6, pengujian ini menemukan distorsi favorable (40) lebih banyak digunakan daripada distorsi unfavorable (13). Pengujian ini menghasilkan signifikansi sebesar 0,000 yang artinya H0 dapat ditolak dan HA diterima pada taraf signifikansi 10% (0,000 < 0,10). Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara distorsi favorable dan distorsi unfavorable pada klasifikasi kinerja perusahaan yang mengalami penurunan kinerja (“buruk”).
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Statistik Deskriptif Hasil dari statistik deskriptif penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan grafik profitabilitas per laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih sedikit dibanding penggunaan grafik profitabilitas per laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Inggris (Beattie dan Jones, 1992). Rata-rata jumlah grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah 0,56 grafik profitabilitas. Penelitian ini menggunakan Relative Graph Discrepancy (RGD) untuk mengukur distorsi grafik, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Beattie dan Jones (1992), mereka menggunakan Graph Discrepancy Index (GDI) untuk mengukur distorsi grafik. Penelitian ini menemukan distorsi grafik favorable (53%) lebih banyak digunakan daripada distorsi grafik unfavorable (38%), dan penelitian ini menemukan (9%) grafik profitabilitas tidak terdistorsi.
6.2 Pembahasan Hipotesis Pertama Penelitian ini mengidentifikasi rata-rata dari 432 sampel laporan tahunan perusahaan di Indonesia, ditemukan 243 (56,25%) laporan tahunan memasukkan grafik profitabilitas masing-masing satu grafik dalam laporan tahunan perusahaan, sedangkan 189 (43,75%) laporan tahunan tidak memasukkan grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan. Dibandingkan dengan temuan pada sampel
laporan tahunan perusahaan di Inggris (Beattie dan Jones, 1992), yang menemukan bahwa 189 (79%) dari 240 laporan tahunan memasukkan grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan, temuan penelitian di Indonesia lebih sedikit daripada temuan perusahaan di Inggris dalam hal penggunaan grafik pada laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini hanya menemukan 249 (57,6%) perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “baik”, sedangkan terdapat 183 (42,3%) yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk” dari total sampel sebanyak 432 perusahaan. Perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk” lebih cenderung tidak menyajikan grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan, hal ini yang menyebabkan jumlah grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih sedikit persentasenya dibandingkan dengan laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Inggris. Rata-rata grafik profitabilitas per laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah 0,56 grafik. Temuan ini lebih kecil dibanding rata-rata grafik profitabilitas per laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Inggris yang sebesar 5,9 grafik. Hal ini disebabkan karena penelitian ini hanya menggunakan grafik profitabilitas sebagai grafik Key Financial Variable (KFV), sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan semua grafik KFV, yaitu turnover, profitability, earning per share, dan dividend per share (Beatie dan Jones, 1992). Penelitian ini hanya menemukan grafik profitabilitas yang memiliki frekuensi terbanyak dibanding grafik KFV lainnya dalam laporan tahunan perusahaan Indonesia. Ratarata laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia hanya menggambarkan
grafik profitabilitas, seperti laba bersih tahunan, laba kotor tahunan, penjualan bersih, jumlah aktiva, jumlah kewajiban, jumlah ekuitas, dan jumlah beban usaha. Penelitian ini juga menemukan penggunaan grafik profitabilitas lebih besar pada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “baik” yaitu sebanyak 184 (75,7%) laporan tahunan perusahaan daripada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk” yaitu sebanyak 59 (24,3%) laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini juga menemukan persentase perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “buruk” yaitu sebanyak 124 (65,6%) lebih banyak tidak memasukkan grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan daripada perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan dengan kinerja “baik” yaitu sebesar 65 (34,4%). Pengujian terhadap hipotesis pertama yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penggunaan grafik KFV dengan perubahan kinerja perusahaan, dapat dibuktikan dengan hasil uji chi-square yang menemukan signifikansi sebesar 0,000. Terdapat bukti bahwa adanya hubungan positif penggunaan grafik profitabilitas dan perubahan kinerja perusahaan yang digambarkan dalam grafik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik perubahaan kinerja perusahaan, semakin meningkat pula penggunaan grafik profitablitas dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia. Beattie dan Jones (1992) mengatakan bahwa grafik KFV lebih banyak digunakan dalam laporan tahunan ketika kinerja perusahaan mengalami peningkatan. Perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk” cenderung untuk tidak memasukkan grafik profitabilitas dalam laporan tahunan perusahaan, kemungkinan perusahaan
ingin mengaburkan pembaca dengan memberikan penjelasan yang kompleks tentang kinerja perusahaan dengan menggunakan tabel dan teks (Beattie dan Jones, 2000a; Dilla dan Janvrin, 2010). Studi mengenai penggunaan grafik profitabiltas dalam laporan tahunan perusahaan mendukung temuan pada laporan tahunan perusahaan di Indonesia. Terdapat indikasi bahwa para manajer di perusahaan Indonesia menggunakan grafik sebagai alat manajemen impresi dalam menyajikan kinerja perusahaannya. Manajer memiliki pilihan untuk menggunakan atau tidak menggunakan grafik dalam menyajikan kinerja perusahaan di laporan tahunan. Berdasarkan temuan penelitian ini, manajer menyajikan grafik di laporan tahunan dalam menyoroti kinerja perusahaannya.
6.3 Pembahasan Hipotesis Kedua Penelitian ini mengidentifikasi dari 243 grafik profitabilitas yang ditemukan pada sampel penelitian, tidak semua grafik profitabilitas terdistorsi. Terdapat 20 grafik profitabilitas yang dibangun dengan tepat, artinya nilai RGD dari grafikgrafik tersebut adalah 0. Terdapat 223 grafik profitabilitas yang terdistorsi. Pada penjelasan sebelumnya, penelitian ini menemukan 89 grafik profitabilitas yang terdistorsi favorable dan 81 grafik profitabilitas yang terdistorsi unfavorable pada perusahaan dengan kinerja “baik”, sedangkan 40 grafik profitabilitas yang terdistorsi favorable dan 13 grafik profitabilitas yang terdistorsi unfavorable pada perusahaan dengan kinerja “buruk”. Hal ini menunjukkan bahwa para manajer lebih memilih distorsi favorable di masing-masing perubahan kinerja perusahaan,
yang dapat dilihat dari jumlah grafik profitabilitas yang terdistorsi favorable lebih banyak (129 grafik) daripada grafik profitabilitas yang terdistorsi unfavorable (94 grafik). Hal ini juga dapat dilihat dari rata-rata nilai RGD untuk semua sampel adalah 0,023 (distorsi favorable). Distorsi yang favorable artinya grafik yang digambarkan dilebih-lebihkan (exaggeration) pada perusahaan dengan kinerja “baik” dan grafik yang digambarkan dikurang-kurangkan (understatement) pada perusahaan dengan kinerja “buruk”. Penelitian yang dilakukan oleh Beattie dan Jones (1992) pada perusahaanperusahaan di Inggris menemukan terdapat 130 grafik yang terdistorsi, 98 grafik digambarkan dilebih-lebihkan (exaggeration) dalam tren yang meningkat (favorable), satu grafik digambarkan dikurang-kurangkan (understatement) dalam tren yang menurun (favorable), dan 31 grafik digambarkan dikurang-kurangkan (understatement) dalam tren yang meningkat (unfavorable). Penelitian ini konsisten dengan penemuan Beattie dan Jones (1992) mengenai distorsi grafik. Rata-rata dari semua grafik yang diteliti, hampir semuanya terdistorsi (favorable dan unfavorable). Hipotesis kedua dibangun untuk mengetahui proporsi efek distorsi grafik favorable lebih banyak digunakan daripada efek distorsi grafik unfavorable di masing-masing klasifikasi kinerja perusahaan. Hasil dari pengujian binomial pada kategori perusahaan “baik” menunjukkan signifikansi sebesar 0,591. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti hubungan positif antara efek distorsi favorable dengan kinerja perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “baik”, artinya semakin meningkat perubahan kinerja perusahaan, semakin
menurun penggunaan efek distorsi favorable dalam menggambar grafik profitabilitas di laporan tahunan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya yang juga mengukur distorsi grafik dalam laporan tahunan. Beattie dan Jones (1992) menemukan bahwa distorsi favorable lebih banyak digunakan daripada distorsi unfavorable. Mather et al. (1996) juga menemukan bahwa distorsi grafik yang terdapat di laporan tahunan lebih menggambarkan grafiknya secara favorable daripada unfavorable. Pada saat proses pengukuran distorsi grafik profitabilitas, penelitian ini menemukan bahwa grafik profitabilitas yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan “baik” memiliki laba bersih tahunan yang peningkatannya signifikan dibanding tahun sebelumnya, sehingga menyebabkan kesulitan dalam menggambar grafik. Kemungkinan ini disebabkan oleh kesalahan skala yang digunakan dalam menggambar grafik profitabilitas. Hal ini juga dikarenakan manajemen merasa bahwa mereka tidak perlu melakukan impresi dengan menggambar grafik dengan dilebih-lebihkan (exaggeration), karena kinerja perusahaan memang dalam kondisi yang baik atau perusahaan sedang mengalami peningkatan laba bersih tahunan. Alasan lain manajemen melakukan hal itu adalah perusahaan cenderung menggunakan data keuangan daripada grafik keuangan dalam memanipulasi kinerja perusahaan, yang mana dikenal dengan istilah manajemen laba. Manajemen laba dapat dilakukan dengan income smoothing, income minimization atau income maximization, dengan tujuan menunjukkan kinerja perusahaan dalam kondisi tertentu.
Penelitian ini menemukan hasil yang berbeda pada saat melakukan uji binomial hipotesis kedua pada kategori perusahaan “buruk”. Hasil dari uji binomial menunjukkan signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat bukti hubungan positif antara efek distorsi favorable dengan kinerja perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk”, artinya semakin menurun perubahan kinerja perusahaan, semakin meningkat penggunaan efek distorsi favorable dalam menggambar grafik profitabilitas di laporan tahunan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sejak lama peneliti-peneliti pelaporan keuangan perusahaan telah menyadari terdapat insentif perilaku self-serving yang dilakukan oleh manajemen dalam membuat sebuah laporan tahunan (Beattie dan Jones, 2000a). Manajemen melakukan ini dengan tujuan untuk menciptakan impresi kepada para pemakai laporan tahunan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan finansial. Pengungkapan informasi secara grafik yang bersifat sukarela dalam laporan tahunan dapat meningkatkan potensi adanya manajemen impresi (Beattie dan Jones, 2000b). Arunachalam et al. (2002) mengatakan bahwa sebuah grafik dapat didesain agar menimbulkan kesan baik dari mata pembaca laporan. Tidak adanya aturan dapat memberikan ruang bagi manajer untuk lebih “kreatif” dalam membangun sebuah grafik.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Penelitian Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini menyimpulkan: 1) Penggunaan grafik key financial variable lebih banyak ditemukan pada laporan tahunan perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “baik”. Terdapat bukti adanya hubungan positif penggunaan grafik key financial variable dan perubahan kinerja perusahaan yang digambarkan dalam grafik di laporan tahunan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin baik perubahan kinerja perusahaan, semakin meningkat pula penggunaan grafik key financial variable dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. 2) Efek distorsi favorable lebih banyak digunakan daripada efek distorsi unfavorable pada laporan tahunan perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “baik”. Namun, hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak terdapat bukti hubungan positif antara efek distorsi favorable dan perubahan kinerja perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “baik”. Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin meningkat perubahan kinerja perusahaan, semakin menurun penggunaan efek distorsi favorable dalam menggambar grafik key financial variable di laporan tahunan perusahaanperusahaan publik di Indonesia.
3) Efek distorsi favorable lebih banyak digunakan daripada efek distorsi unfavorable pada laporan tahunan perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk”. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat bukti hubungan positif antara efek distorsi favorable dan perubahan kinerja perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan “buruk”. Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin menurun perubahan kinerja perusahaan, semakin meningkat penggunaan efek distorsi favorable dalam menggambar grafik key financial variable di laporan tahunan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.
7.2 Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut 1) Alat Ukur Peneliti mengeluarkan beberapa indikator untuk mengukur kinerja perusahaan yang mana
indikator-indikator tersebut digunakan dalam penelitian
sebelumnya. Penelitian ini hanya menggunakan laba bersih tahunan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan. Selain itu, grafik Key Financial Variable (KFV) yang digunakan dalam penelitian ini hanya grafik profitabilitas. Ada beberapa grafik KFV penting lainnya yang digunakan pada penelitian sebelumnya.
2) Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sebagai sampel penelitian. Peneliti menggunakan sampel tahun 2011 karena peneliti tidak mendapatkan secara lengkap laporan tahunan perusahaan terbaru, yaitu 2012 dan 2013.
7.3 Saran untuk Bidang Akademis dan Bidang Praktis Pada akhir penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada auditor, investor, manajer, dan peneliti selanjutnya terkait penelitian ini. 1) Investor Investor sebaiknya memiliki kemampuan dalam membaca informasi dalam bentuk grafik. Terdapat beberapa teknik dalam mendistorsi grafik, sehingga investor harus mengetahui perbedaan antara grafik yang dibangun secara benar dan grafik yang terdistorsi yang dapat memberikan kesimpulan yang berbeda. 2) Manajer Sebagai pembuat grafik dalam dokumen perusahaan, manajer sebaiknya mengetahui aturan atau panduan dasar dalam membangun grafik yang benar. Grafik yang dibangun harus sesuai dengan data yang sebenarnya, artinya setiap besaran perubahan dalam grafik harus sesuai dengan besaran perubahan dalam data agar pembaca dapat menyimpulkan informasi dengan benar.
7.4 Saran untuk Peneliti Selanjutnya Berdasarkan keterbatasan yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Berikut beberapa saran untuk peneliti selanjutnya 1) Peneliti selanjutnya dapat menggunakan indikator-indikator penting lainnya sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan ukuran perusahaan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perusahaan. Perusahaan kecil lebih cenderung banyak menggunakan grafik untuk menunjukkan eksistensinya. 2) Peneliti selanjutnya dapat menggunakan grafik key financial variable lainnya. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan grafik turnover, dividend per share, dan earning per share yang merupakan grafik keuangan penting yang sering digunakan dalam dokumen perusahaan. 3) Peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian dengan metode event study. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan peristiwa pergantian CEO yang dikaitkan dengan penggunaan grafik keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arunachalam, V., Pei, B. K., dan Steinbart, P. J. 2002. Impression Management with Graphs: Effects on Choices. Journal of Information Systems; 16(Suppl.2): 183-202. Beattie, V., dan Jones, M. J. 1992. The Use and Abuse of Graphs in Annual Reports: Theoritical Framework and Empirical Study. Accounting and Business Research; 22: 291. Beattie, V., dan Jones, M. J. 1994. An Empirical Study of Graphical Format Choices in Charity Annual Reports. Financial Accountability and Management; 10(Suppl.3): 215-236. Beattie, V., dan Jones, M. J. 1997. A Comparative Study of the Use of Financial Graphs in the Corporate Annual Reports of Major U.S. and U.K. Companies. Journal of International Financial Management and Accounting; 8(Suppl.1): 33-68. Beattie, V., dan Jones, M. J. 1999. Australian Financial Graphs: An Empirical Study. Abacus; 35(Suppl.1): 46-76. Beattie, V., dan Jones, M. J. 2000a. Changing Graph Use in Corporate Annual Reports: A Time-Series Analysis. Contemporary Accounting Research; 17(Suppl.2): 213. Beattie, V., dan Jones, M. J. 2000b. Impression Management: The Case of Intercountry Financial Graphs. Journal of International Accounting, Auditing, and Taxation; 9(Suppl.2): 159-183. Beattie, V., dan Jones, M. J. 2001. A six-country comparison of the use of graphs in annual reports. The International Journal of Accounting; 36: 195-222. Beattie, V., dan Jones, M. J. 2002a. The Impact of Graph Slope on Rate of Change Judgments in Corporate Reports. Abacus; 38(Suppl.2): 177-199. Beattie, V., dan Jones, M. J. 2002b. Measurement distortion of graphs in corporate reports: an experimental study. Accounting, Auditing, dan Accountability Journal; 15(Suppl.4): 546-564. Beattie, V., dan Jones, M. J. 2008. Corporate Reporting Using Graphs: A Review and Synthesis. Journal of Accounting Literature; 27: 71.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi, Edisi Pertama. (Marwata, Pentj). Jakarta: Salemba Empat. 219. Courtis, J. K. 1997. Corporate Annual Report Graphical Communication in Hong Kong: Effective or Misleading? The Journal of Business Communication; 34(Suppl.3): 269-288. Dilla, W. N., dan Janvrin, D. J. 2010. Voluntary Disclosure in Annual Reports: Association between Magnitude and Direction of Change in Corporate Financial Performance and Graph Use. Accounting Horizons; 24(Suppl.2): 257-278. Frownfelter-Lohrke, C., dan Fulkerson, C. L. 2001. The Incidence and Quality of Graphics in Annual Reports: An International Comparison. The Journal of Business Communication; 38(Suppl.3): 337-358. Hill, W. Y., dan Milner, M. M. 2003. Guideliness for graphical displays in financial reporting. Accounting Education; 12(Suppl.2): 135-157. Houghton, K., dan Smith, S. 2006. Explaining The Use of Graph in Corporate Takeovers. Journal of Accounting Research. Lee, T. A. dan Tweedie, D. P. 1975. Accounting Information: An Investigation of Private Shareholder Usage. Accounting and Business Research, Autumn; pp. 280 – 291. Lee, T. A. dan Tweedie, D. P. 1977. The Private Shareholder and The Corporate Report. ICAEW. Mather, P., Ramsay, A., dan Serry, A. 1996. The Use and Representational Faithfulness of Graphs in Annual Reports: Australian Evidence. Australian Accounting Review; 6(Suppl.2): 56-63. Mather, P., Ramsay, A., dan Steen, A. 2000. The use and representational faithfulness of graphs in Australian IPO prospectuses. Accounting, Auditing, and Accountability Journal; 13(Suppl.1): 65-83. Mather, D., Mather, P., dan Ramsay, A. 2005. An investigation into the measurement of graph distortion in financial reports. Accounting and Business Research; 35(Suppl.2): 147-159. Osahon, O. K. 2008. The Effect of Information Visualization on Financial Reports. Master Thesis, Hanken: School of Economics.
Paivio, A. 1974. Spacing of Repetitions in the Incidental and Intentional Free Recall of Pictures and Words. Journal of Verbal Learning and Verbal Behaviour; Vol. 13, pp. 497 – 511. Pennington, R., dan Tuttle, B. 2009. Managing impressions using distorted graphs of income and earnings per share: The role of memory. International Journal of Accounting Information Systems; 10: 24-45. Penrose, J. M. 2008. Annual Report Graphic Use: A Review of the Literature. Journal of Business Communication; 45(Suppl.2): 158-180. Rezaee, Z. dan Porter, G. L. 1993. Can Annual Report be Improved. Review of Business, Vol. 15, No. 1, Summer/Fall, pp. 45 – 57. Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Steinbart, P. J. 1989. The Auditor's Responsibility for the Accuracy of Graphs in Annual Reports: Some Evidence of the Need for Additional Guidance. Accounting Horizons; 60-70. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RdanD. Bandung: Alfabeta Suripto, B. 1998. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela Perusahaan. Tesis, MSI-UGM. Taylor, B. G., dan Anderson, L. K. 1986. Misleading Graphs: Guideliness for the Accountant. Journal of Accountanc; 126-135. Tufte, E. R. 1983. The Visual Display of Qualitative Information. Graphic Press. Uyar, A. 2009. An analysis of graphic disclosure in annual reports: the case of Turkey. Managerial Auditing Journal; 24(Suppl.5): 423-444. Wilson, K dan Stanton, P. P. 1996. Pretty Pictures, Damned Lies and Graphs in Reports. Australian Accountant; Vol. 66, No. 5, June, pp. 42. Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri S. 2003. Analisis Pengaruh Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel dan Data yang Diekstrak dari Laporan Tahunan No.
Kode
Nama Perusahaan
Perusahaan
Kode
Jumlah
Profitabilitas
Grafik KFV
RGD
1
AALI
PT. Astra Agro Lestari Tbk
1
1
0
2
ABBA
PT. Mahaka Media Tbk
0
1
0
3
ABDA
PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk
1
0
N/A
4
ABMM
PT. ABM Investama Tbk
1
0
N/A
5
ACES
PT. Ace Hardware Indonesia Tbk
1
1
-1.35
6
ADES
PT. Akasha Wira International Tbk
1
1
-0.375
7
ADHI
PT. Adhi Karya Tbk
1
1
0.071
8
ADMF
PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk
1
0
N/A
9
ADMG
PT. Polychem Indonesia Tbk
0
1
-0.04
10
ADRO
PT. ADARO Energy Tbk
1
1
-0.55
11
AGRO
PT. Bank Agroniaga Tbk
1
1
-0.05
12
AHAP
PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
1
0
N/A
13
AIMS
PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
0
1
0.2
14
AISA
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
1
0
N/A
15
AKKU
PT. Alam Karya Unggul Tbk
0
1
0.06
16
AKPI
PT. Argha Karya Prima Tbk
0
0
N/A
17
AKRA
PT. AKR Corporindo Tbk
1
1
-0.14
18
AKSI
PT. Majapahit Securities Tbk
0
0
N/A
19
ALDO
Pt. Alkindo Naratama Tbk
1
1
-0.07
20
ALKA
PT. Alakasa Industrindo Tbk
0
0
N/A
21
ALMI
PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk
0
0
N/A
22
AMAG
PT. Asuransi Multi Artha Guna Tbk
1
0
N/A
23
AMFG
PT. Asahimas Flat Glass Tbk
1
1
0
24
AMRT
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
1
1
0.102
25
ANTM
PT. Aneka Tambang Tbk
1
0
N/A
26
APIC
PT. Pasific Strategic Financial Tbk
0
1
-0.71
27
APLI
PT. Asiaplast Industries Tbk
0
0
N/A
28
APLN
PT. Agung Podomoro Land Tbk
1
0
N/A
29
APOL
PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk
0
0
N/A
30
ARGO
PT. Argo Pantes Tbk
0
0
N/A
31
ARII
PT. Atlas Resources Tbk
1
1
1.16
32
ARNA
PT. Arwana Citramulia Tbk
1
1
0.043
33
ARTA
PT. Arthavest Tbk
1
1
-0.19
34
ARTI
PT. Ratu Prabu Energi Tbk
0
0
N/A
35
ASBI
PT. Asuransi Bintang Tbk
1
0
N/A
36
ASDM
PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk
1
1
0.04
37
ASGR
PT. Astra Graphia Tbk
1
1
0
38
ASIA
PT. Asia Natural Resources Tbk
0
0
N/A
39
ASII
PT. Astra International Tbk
1
1
0
40
ASJT
PT. Asuransi Jasa Tania Tbk
1
1
0.22
41
ASRI
PT. Alam Sutera Realty Tbk
1
1
-0.37
42
ASRM
PT. Asuransi Ramayana Tbk
1
0
N/A
43
ATPK
PT. ATPK Resources Tbk
0
0
N/A
44
AUTO
PT. Astra Otoparts Tbk
1
1
0
45
BABP
PT. Bank ICB Bumiputera Tbk
0
0
N/A
46
BACA
PT. Bank Capital Tbk
1
1
0.21
47
BAEK
PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk
1
0
N/A
48
BAJA
PT. Saranacentral Bajatama Tbk
1
1
0
49
BAPA
PT. Bekasi Asri Pemula Tbk
1
0
N/A
50
BATA
PT. Sepatu Bata Tbk
1
1
0.1
51
BAYU
PT. Bayu Buana Tbk
1
1
-0.24
52
BBCA
PT. Bank Central Asia Tbk
1
1
0.8
53
BBKP
PT. Bank Bukopin Tbk
1
0
N/A
54
BBLD
PT. Buana Finance Tbk
1
1
0.06
55
BBNI
PT. Bank Negara Indonesia Tbk
1
1
-0.06
56
BBNP
PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk
1
1
-0.15
57
BBRI
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
1
1
-0.24
58
BBTN
PT. Bank Tabungan Negara Tbk
1
1
0.27
59
BCAP
PT. Bhakti Capital Indonesia Tbk
0
0
N/A
60
BCIC
PT. Bank Mutiara Tbk
0
1
1.8
61
BCIP
PT. Bumi Citra Permai Tbk
1
0
N/A
62
BDMN
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
0
0
N/A
63
BEKS
PT. Bank Pundi Indonesia Tbk
0
1
1.001
64
BEST
PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
1
1
0.12
65
BFIN
PT. BFI Finance Indonesia Tbk
1
1
-0.24
66
BHIT
PT. Bhakti Investama Tbk
0
1
0.27
67
BIMA
PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk
0
0
N/A
68
BIPI
PT. Benakat Petroleum Energy Tbk
0
1
-0.13
69
BIPP
PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk
0
0
N/A
70
BISI
PT. BISI International Tbk
1
0
N/A
71
BJBR
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
1
1
-0.1
72
BKDP
PT. Bukit Darmo Property Tbk
1
0
N/A
73
BKSL
PT. Sentul City Tbk
1
1
0.03
74
BKSW
PT. Bank QNB Kesawan Tbk
0
1
0
75
BLTA
PT. Berlian Laju Tanker Tbk
0
0
N/A
76
BMRI
PT. Bank Mandiri Tbk
1
0
N/A
77
BMSR
PT. Bintang Mitra Semestaraya Tbk
0
1
0.16
78
BMTR
PT. Global Mediacom Tbk
0
1
0.053
79
BNBA
PT. Bank Bumi Arta Tbk
1
1
-0.13
80
BNBR
PT. Bakrie & Brothers Tbk
0
1
0.97
81
BNGA
PT. Bank CIMB Niaga Tbk
1
1
0.025
82
BNII
PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
1
0
N/A
83
BNLI
PT. Bank Permata Tbk
1
1
0.0175
84
BORN
PT. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
1
1
-0.87
85
BPFI
PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk
1
1
-0.24
86
BRAM
PT. Indo Kordsa Tbk
1
1
-0.17
87
BRAU
PT. Berau Coal Energy Tbk
1
0
N/A
88
BRMS
PT. Bumi Resources Minerals Tbk
1
0
N/A
89
BRNA
PT. Berlina Tbk
1
1
-0.09
90
BRPT
PT. Barito Pasific
0
0
N/A
91
BSDE
PT. Bumi Serpong Damai Tbk
1
0
N/A
92
BSIM
PT. Bank Sinarmas Tbk
1
1
0.1
93
BSWD
PT. Bank Swadesi Tbk
1
0
N/A
94
BTEK
PT. Bumi Teknokultura Unggul Tbk
1
1
0
95
BTEL
PT. Bakrie Telecom Tbk
0
0
N/A
96
BTON
PT. Betonjaya Manunggal Tbk
1
0
N/A
97
BTPN
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasinal Tbk
1
0
N/A
98
BUDI
PT. Budi Acid Jaya Tbk
1
1
0
99
BULL
PT. Buana Listya Tama Tbk
0
0
N/A
100
BUMI
PT. BUMI Resources Tbk
0
1
0.03
101
BUVA
PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk
1
1
0
102
BVIC
PT. Bank Victoria International Tbk
1
1
-0.02
103
BWPT
PT. BW Plantation Tbk
1
1
-0.034
104
BYAN
PT. Bayan Resources Tbk
1
1
-0.57
105
CASS
PT. Cardig Aero Services Tbk
1
1
-0.15
106
CEKA
PT. Cahaya Kalbar Tbk
1
1
-0.5
107
CENT
PT. Centrin Online Tbk
0
0
N/A
108
CFIN
PT. Clipan Finance Indonesia Tbk
1
1
0.31
109
CITA
PT. Cita Mineral Investindo Tbk
1
0
N/A
110
CKRA
PT. Citra Kebun Raya Agri Tbk
1
0
N/A
111
CLPI
PT. Colorpak Indonesia Tbk
1
1
0.084
112
CNMP
PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
1
1
0.074
113
CNTX
PT. Century Textile Industry Tbk
0
1
0.702
114
CMPP
PT. Centris Multipersada Pratama Tbk
0
0
N/A
115
CNKO
PT. Exploitasi Energi Indonesia Tbk
1
1
-0.66
116
COWL
PT. Cowell Development Tbk
1
0
N/A
117
CPIN
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
1
0
N/A
118
CPRO
PT. Central Proteinaprima Tbk
0
0
N/A
119
CSAP
PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk
1
1
-0.21
120
CTBN
PT. Citra Tubindo Tbk
1
1
-0.11
121
CTRA
PT. Ciputra Development Tbk
1
1
0.032
122
CTRP
PT. Ciputra Property Tbk
1
1
0
123
CTRS
PT. Ciputra Surya Tbk
0
1
0
124
CTTH
PT. Citatah Tbk
0
0
N/A
125
DART
PT. Duta Anggada Realty Tbk
0
1
0.02
126
DAVO
PT. Davomas Abadi Tbk
0
1
0.83
127
DEFI
PT. Danasupra Erapasific Tbk
0
1
-0.044
128
DEWA
PT. Darma Henwa
0
1
0.42
129
DGIK
PT. Duta Graha Indah Tbk
0
1
0.43
130
DILD
PT. Intiland Development Tbk
1
1
-0.16
131
DKFT
PT. Central Omega Resources Tbk
1
1
-0.8
132
DLTA
PT. Delta Djakarta Tbk
1
0
N/A
133
DNET
PT. Dyviacom Intrabumi Tbk
0
1
-0.82
134
DOID
PT. Delta Dunia Makmur Tbk
0
0
N/A
135
DPNS
PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
1
1
-0.6
136
DSFI
PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
0
1
-0.41
137
DSSA
PT. Dian Swastatika Sentosa Tbk
0
0
N/A
138
DUTI
PT. Duta Pertiwi Tbk
1
0
N/A
139
DVLA
PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
1
0
N/A
140
EKAD
PT. Ekadharma International Tbk
1
1
0.024
141
ELSA
PT. Elnusa Tbk
1
0
N/A
142
ELTI
PT. Bakrieland Development Tbk
0
0
N/A
143
EMDE
PT. Megapolitans Development Tbk
1
1
0.026
144
EMTK
PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk
1
1
0.083
145
ENRG
PT. Energi Mega Persada Tbk
0
0
N/A
146
EPMT
PT. Enseval Putera Megatrading Tbk
1
1
0
147
ERAA
PT. Erajaya Swasembada Tbk
1
1
-0.4
148
ERTX
PT. Eratex Djaja Tbk
0
0
N/A
149
ESTI
PT. Ever Shine Tex Tbk
0
0
N/A
150
ETWA
PT. Eterindo Wahanatama Tbk
1
1
-0.65
151
EXCL
PT. XL Axiata Tbk
1
0
N/A
152
FAST
PT. Fast Food Indonesia Tbk
1
1
0.05
153
FASW
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk
1
1
-0.09
154
FISH
PT. FKS Multi Agro Tbk
1
0
N/A
155
FMII
PT. Fortune Mate Indonesia Tbk
0
0
N/A
156
FORU
PT. Fortune Indonesia Tbk
1
1
0.19
157
FPNI
PT. Titan Kimia Nusantara Tbk
0
0
N/A
158
FREN
PT. Smartfren Telecom Tbk
0
0
N/A
159
GDST
PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk
0
0
N/A
160
GDYR
PT. Goodyear Indonesia Tbk
0
0
N/A
161
GEMA
PT. Gema Grahasarana Tbk
1
0
N/A
162
GEMS
PT. Golden Energy Mines Tbk
1
0
N/A
163
GGRM
PT. Gudang Garam Tbk
1
0
N/A
164
GIAA
PT. Garuda Indonesia Tbk
1
1
0.3
165
GJTL
PT. Gajah Tunggal
1
1
-0.31
166
GMCW
PT. Grahamas Citrawisata Tbk
1
1
0
167
GMTD
PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk
1
1
-0.037
168
GOLD
PT. Golden Retailindo Tbk
1
0
N/A
169
GPRA
PT. Perdana Gapuraprima Tbk
0
1
0
170
GREN
PT. Evergreen Invesco Tbk
1
0
N/A
171
GSMF
PT. Equity Development Investment Tbk
1
0
N/A
172
GTBO
PT. Garda Tujuh Buana Tbk
0
0
N/A
173
GWSA
PT. Greenwood Sejahtera Tbk
1
1
-0.86
174
GZCO
PT. Gozco Plantations Tbk
1
1
-0.41
175
HADE
PT. HD Capital Tbk
0
1
0.66
176
HDFA
PT. HD Finance Tbk
1
1
-0.15
177
HERO
PT. Hero Supermarket Tbk
1
0
N/A
178
HEXA
PT. Hexindo Adiperkasa Tbk
1
0
N/A
179
HITS
PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
0
1
0.03
180
HMSP
PT. HM Sampoerna Tbk
1
0
N/A
181
HOME
PT. Hotel Mandarine Regency Tbk
0
0
N/A
182
HRUM
PT. Harum Energy Tbk
1
1
-0.56
183
IATA
PT. Indonesia Air Transport Tbk
0
0
N/A
184
ICBP
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
1
1
-0.34
185
ICON
PT. Island Concepts Indonesia Tbk
0
0
N/A
186
IDKM
PT. Indosiar Karya Media Tbk
0
1
-0.025
187
IGAR
PT. Champion Pasific Indonesia Tbk
0
0
N/A
188
IIKP
PT. Inti Agri Resources Tbk
0
0
N/A
189
IKAI
PT. Intikeramik Alamsri Industri Tbk
0
1
0.07
190
IKBI
PT. Sumi Indo Kabel Tbk
1
1
-0.285
191
IMAS
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk
1
0
N/A
192
INAF
PT. Indofarma Tbk
1
1
-0.054
193
INAI
PT. Indal Aluminium Industry Tbk
1
1
-0.97
194
IMCS
PT. Amstelco Indonesia Tbk
0
0
N/A
195
INCI
PT. Intanwijaya Internasional Tbk
0
1
0.28
196
INCO
PT. Vale Indonesia Tbk
0
0
N/A
197
INDF
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
1
1
-0.19
198
INDR
PT. Indo-Rama Synthetics Tbk
1
0
N/A
199
INDS
PT. Indospring Tbk
1
0
N/A
200
INDX
PT. Tanah Laut Tbk
0
0
N/A
201
INDY
PT. Indika Energy Tbk
1
1
0
202
INKP
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
0
1
-0.14
203
INCP
PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk
1
1
-0.3
204
INPP
PT. Indonesian Paradise Property Tbk
1
0
N/A
205
INRU
PT. Toba Pulp Lestari Tbk
0
0
N/A
206
INTA
PT. Intraco Penta Tbk
1
1
-0.15
207
INTD
PT. Inter-Delta Tbk
0
0
N/A
208
INTP
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
1
1
0.045
209
INVS
PT. Inovisi Infracom Tbk
1
1
-0.95
210
IPOL
PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk
1
1
-0.06
211
ISAT
PT. Indosat Tbk
0
1
0
212
ITMA
PT. Sumber Energi Andalan Tbk
0
0
N/A
213
ITMG
PT. Indo Tambangraya Megah Tbk
1
0
N/A
214
ITTG
PT. Leo Investments Tbk
0
0
N/A
215
JAWA
PT. J.A. Wattie Tbk
1
1
-0.38
216
JECC
PT. Jembo Cable Company Tbk
0
1
-0.18
JIHD
PT. Jakarta International Hotels & Development Tbk
0
0
N/A
218
JKON
PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
1
1
0.03
219
JKSW
PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
0
0
N/A
220
JPFA
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
0
0
N/A
221
JPRS
PT. Jaya Pari Steel Tbk
0
0
N/A
222
JRPT
PT. Jaya Real Property Tbk
1
1
0.12
223
JSMR
PT. Jasa Marga Tbk
1
0
N/A
224
JSPT
PT. Jakarta Setiabudi nternasional Tbk
1
1
0.04
225
JTPE
PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk
1
1
-0.68
217
226
KAEF
PT. Kimia Farma Tbk
1
1
-0.045
227
KARK
PT. Dayaindo Resources International Tbk
1
1
0.32
228
KARW
PT. Karwell Indonesia Tbk
0
0
N/A
229
KBLI
PT. KMI Wire & Cable Tbk
0
0
N/A
230
KBLM
PT. Kabelindo Murni Tbk
0
1
-0.19
231
KBLV
PT. First Media Tbk
0
0
N/A
232
KBRI
PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
0
1
0.27
233
KDSI
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk
0
1
-0.013
234
KIAS
PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
0
0
N/A
235
KICI
PT. Kedaung Indah Can Tbk
0
1
3.878
236
KIJA
PT. Jababeka Tbk
1
0
N/A
237
KKGI
PT. Resource Alam Indonesia Tbk
0
0
N/A
238
KLBF
PT. Kalbe Farma Tbk
1
1
0.479
239
KOIN
PT. Kokoh Inti Arebama Tbk
0
0
N/A
240
KONI
PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk
0
0
N/A
241
KPIG
PT. Global Land Development Tbk
1
1
0.9
242
KRAS
PT. Krakatau Steel Tbk
1
0
N/A
243
LAMI
PT. Lamicitra Nusantara Tbk
1
1
0.2
244
LAPD
PT. Leyand International Tbk
1
1
-0.357
245
LCGP
PT. Laguna Cipta Griya Tbk
0
0
N/A
246
LION
PT. Lion Metal Works Tbk
1
1
0.36
247
LMAS
PT. Limas Centric Indonesia Tbk
0
1
0.11
248
LMPI
PT. Langgeng Makmur Industri Tbk
0
0
N/A
249
LMSH
PT. LionMesh Prima Tbk
1
1
0.11
250
LPCK
PT. Lippo Cikarang Tbk
1
0
N/A
251
LPGI
PT. Lippo General Insurance Tbk
1
0
N/A
252
LPIN
PT. Lippo Champion Glory Tbk
0
0
N/A
253
LPKR
PT. Lippo Karawaci Tbk
1
1
-0.028
254
LPLI
PT. Star Pacific Tbk
0
1
-0.16
255
LPPF
PT. Matahari Departement Store Tbk
1
0
N/A
256
LPPS
PT. Lippo Securities Tbk
0
0
N/A
257
LSIP
PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
1
1
-0.09
258
LTLS
PT. Lautan Luas Tbk
1
1
0.293
259
MAIN
PT. Malindo Feedmill Tbk
1
1
-0.57
260
MAMI
PT. Mas Murni Indonesia Tbk
0
1
0.071
261
MAPI
PT. Mitra Adiperkasa Tbk
0
0
N/A
262
MASA
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
1
1
0.2
263
MAYA
PT. Bank Mayapada Internasional Tbk
1
0
N/A
264
MBSS
PT. Mitrabahtera Segara Sejati Tbk
0
0
N/A
265
MBTO
PT. Martina Berto Tbk
1
1
-0.263
266
MCOR
PT. Bank Windu Kentjana International Tbk
0
0
N/A
267
MDLN
PT. Modernland Realty Tbk
0
0
N/A
268
MDRN
PT. Modern International Tbk
1
1
1.227
269
MEDC
PT. Medco Energi Internasional Tbk
1
1
-0.45
270
MEGA
PT. Bank Mega Tbk
1
0
N/A
271
MERK
PT. Merck Tbk
1
0
N/A
272
META
PT. Nusantara Infrastructure Tbk
0
0
N/A
273
MFIN
PT. Mandala Multifinance Tbk
1
1
-0.06
274
MFMI
PT. Multifiling Mitra Indonesia Tbk
0
0
N/A
275
MICE
PT. Multi Indocitra Tbk
0
0
N/A
276
MIDI
PT. Midi Utama Indoensia Tbk
1
1
-0.16
277
MIRA
PT. Mitra International Resources Tbk
0
0
N/A
278
MITI
PT. Mitra Investindo Tbk
0
0
N/A
279
MKPI
PT. Metropolitan Kentjana Tbk
1
1
-0.06
280
MLBI
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
1
1
-0.119
281
MLIA
PT. Mulia Industrindo Tbk
0
0
N/A
282
MLPL
PT. Multipolar Tbk
0
0
N/A
283
MNCN
PT. Media Nusantara Citra Tbk
1
1
-0.07
284
MPPA
PT. Matahari Putra Prima Tbk
1
0
N/A
285
MRAT
PT. Mustika Ratu Tbk
1
1
0.11
286
MREI
PT. Markapai Reasuransi Indonesia Tbk
1
1
-0.265
287
MTDL
PT. Metrodata Electronics Tbk
0
1
0.038
288
MTFN
PT. Capitalinc Investment Tbk
0
0
N/A
289
MTLA
PT. Metropolitan Land Tbk
1
1
0.136
290
MTSM
PT. Metro Realty Tbk
0
0
N/A
291
MYOH
PT. Samindo Resources Tbk
0
0
N/A
292
MYRX
PT. Hanson International Tbk
0
0
N/A
293
MYTX
PT. Apac Citra Centertex Tbk
0
0
N/A
294
NIKL
PT. Latinusa Tbk
1
1
0.027
295
NIPS
PT. Nipress Tbk
1
1
-0.57
296
NISP
PT. Bank OCBC NISP Tbk
1
1
-0.093
297
OCAP
PT. Onix Capital Tbk
0
0
N/A
298
OKAS
PT. Ancora Indonesia Resources Tbk
0
0
N/A
299
OMREE
PT. Indonesia Prima Property Tbk
0
0
N/A
300
PADI
PT. Minna Padi Investama Tbk
0
0
N/A
301
PANR
PT. Panorama Sentrawisata Tbk
1
1
0.034
302
PANS
PT. Panin Sekuritas Tbk
1
1
0.049
303
PBRX
PT. Pan Brothers Tbk
0
0
N/A
304
PDES
PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk
0
1
0.047
305
PEGE
PT. Panca Global Securities Tbk
1
1
0.022
306
PGAS
PT. Perumahan Gas Negara Tbk
1
1
-0.125
307
PGLI
PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk
0
1
0.038
308
PICO
PT. Pelangi Indah Canindo Tbk
1
1
-0.5
309
PJAA
PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk
1
1
0.023
310
PKPK
PT. Perdana Karya Perkasa Tbk
1
1
0.33
311
PLAS
PT. Polaris Investama Tbk
1
0
N/A
312
PLIN
PT. Plaza Indonesia Realty Tbk
1
1
0.214
313
PNBN
PT. Bank Pan Indonesia Tbk
1
1
0.052
314
PNIN
PT. Panin Insurance Tbk
1
1
-0.058
315
PNLF
PT. Panin Financial Tbk
1
1
0.035
316
PNSE
PT. Pudjiadi And Sons Tbk
0
0
N/A
317
POLY
PT. Asia Pacific Fibers Tbk
0
0
N/A
318
POOL
PT. Pool Advista Indonesia Tbk
0
1
0.09
319
PRAS
PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk
0
0
N/A
320
PSAB
PT. J Resources Asia Pasifik Tbk
0
0
N/A
321
PSDN
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk
0
0
N/A
322
PSKT
PT. Pusako Tarinka Tbk
0
0
N/A
323
PTBA
PT. Bukit Asam Tbk
1
1
0.011
324
PTIS
PT. Indo Straits Tbk
1
0
N/A
325
PTPP
PT. PP Tbk
1
1
-0.075
326
PTRO
PT. Petrosea Tbk
1
1
-0.75
327
PTSN
PT. Sat Nusapersada Tbk
0
0
N/A
328
PTSP
PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk
1
1
-0.907
329
PUDP
PT. Pudjiadi Prestige Tbk
0
0
N/A
330
PWON
PT. Pakuwon Jati Tbk
1
1
-0.069
331
PYFA
PT. Pyridam Farma Tbk
1
1
-0.08
332
RAJA
PT. Rukun Raharja Tbk
1
1
-0.604
333
RALS
PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk
1
1
0.097
334
RBMS
PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
0
0
N/A
335
RDTX
PT. Roda Vivatex Tbk
0
0
N/A
336
RELI
PT. Reliance Securities Tbk
0
0
N/A
337
RICY
PT. Ricky Putra Globalindo Tbk
0
0
N/A
338
RIGS
PT. Rig Tenders Indonesia Tbk
0
1
0.516
339
RIMO
PT. Rimo Catur Lestari Tbk
0
1
0.46
340
RINA
PT. Katarina Utama Tbk
0
0
N/A
341
RMBA
PT. Bentoel Internasional Investama Tbk
0
1
0.038
342
RODA
PT. Royal Oak Development Asia Tbk
0
0
N/A
343
ROTI
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk
1
1
-0.24
344
RUIS
PT. Radiant Utama Interinsco Tbk
0
0
N/A
345
SAFE
PT. Steady Safe Tbk
0
0
N/A
346
SAIP
PT. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk
0
0
N/A
347
SCBD
PT. Danayasa Arthatama Tbk
1
1
0.2
348
SCCO
PT. Sucaco Tbk
0
1
0.0429
349
SCMA
PT. Surya Citra Media Tbk
1
1
0.0465
350
SCPI
PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
0
1
0.187
351
SDMU
PT. Sidomulyo Selaras Tbk
0
0
N/A
352
SDPC
PT. Millennium Pharmacon International Tbk
0
0
N/A
353
SDRA
PT. Bank Saudara Tbk
1
1
-0.229
354
SGRO
PT. Sampoerna Agro Tbk
1
1
-0.1
355
SHID
PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk
1
1
-0.083
356
SIAP
PT. Sekawan Intipratama Tbk
1
1
0.0937
357
SIMA
PT. Siwani Makmur Tbk
0
0
N/A
358
SIMM
PT. Surya Intrindo Makmur Tbk
0
0
N/A
359
SIPD
PT. Sierad Produce Tbk
1
1
0.217
360
SKBM
PT. Sekar Bumi Tbk
0
0
N/A
361
SKLT
PT. Sekar Laut Tbk
0
0
N/A
362
SKYB
PT. Skybee Tbk
1
1
0.2
363
SMAR
PT. Smart Tbk
1
1
0.125
364
SMCB
PT. Holcim Indonesia Tbk
1
1
0.243
365
SMDM
PT. Suryamas Dutamakmur Tbk
0
1
0.143
366
SMDR
PT. Samudera Indonesia Tbk
0
1
0.077
367
SMGR
PT. Semen Gresik Tbk
1
1
0.133
368
SMMA
PT. Sinar Mas Multiartha Tbk
1
1
0.013
369
SMMT
PT. Eatertainment International Tbk
0
1
0.0105
370
SRMA
PT. Summarecon Agung Tbk
1
1
0.125
371
SMRU
PT. SMR Utama Tbk
0
0
N/A
372
SMSM
PT. Selamat Sempurna Tbk
1
1
0.011
373
SONA
PT. Sona Topas Tourism Industry Tbk
1
1
0.0253
374
SPMA
PT. Suparma Tbk
0
0
N/A
375
SQMI
PT. Renuka Coalindo Tbk
0
1
0.12
376
SRAJ
PT. Sejahteraraya Anugrajaya Tbk
1
1
0.24
377
SRSN
PT. Indo Acidatama Tbk
0
1
0
378
SSIA
PT. Surya Semesta Internusa Tbk
1
1
0.076
379
SSTM
PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk
0
0
N/A
380
STAR
PT. Star Petrochem Tbk
1
1
0.54
381
STTP
PT. Siantar Top Tbk
1
1
0.35
382
SUGI
PT. Sugih Energy Tbk
0
0
N/A
383
SULI
PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk
0
0
N/A
384
SUPR
PT. Solusi Tunas Pratama Tbk
1
0
N/A
385
TBIG
PT. Tower Bersapa Infrastructure Tbk
1
1
0.19
386
TBLA
PT. Tunas Baru Lampung Tbk
1
1
0.143
387
TBMS
PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk
0
1
0.22
388
TCID
PT. Mandom Indonesia Tbk
1
1
2.9
389
TELE
PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk
1
1
0.144
390
TFCO
PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk
1
0
N/A
391
TGKA
PT. Tigaraksa Satria Tbk
1
1
0.3
392
TIFA
PT. Tifa Finance Tbk
1
1
0.28
393
TINS
PT. Timah Tbk
0
1
0.125
394
TIRA
PT. Tira Austenite Tbk
1
0
N/A
395
TIRT
Tirta Mahakam Resources Tbk
0
0
N/A
396
TKGA
PT. Toko Gunung Agung Tbk
0
0
N/A
397
TKIM
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
1
1
0.214
398
TLKM
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
1
0
N/A
399
TMAS
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk
0
0
N/A
400
TMPI
PT. Agis Tbk
1
1
0.13
401
TMPO
PT. Tempo Inti Media Tbk
1
1
0.75
402
TOTL
PT. Total Bangunan Persada Tbk
1
1
0.55
403
TOTO
PT. Surya Toto Indonesia Tbk
1
1
0.35
404
TOWR
PT. Sarana Menara Nusantara Tbk
1
1
0.43
405
TPIA
PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk
0
0
N/A
406
TRAM
PT. Trada Maritime Tbk
1
1
0.83
407
TRIL
PT. Triwira Insanlestari Tbk
0
0
N/A
408
TRIM
PT. Trimegah Securities Tbk
0
1
0.17
409
TRIO
PT. Trikomsel Oke Tbk
1
1
-0.27
410
TRST
PT. Trias Sentosa Tbk
0
0
N/A
411
TRUB
PT. Truba Manunggal Tbk
0
0
N/A
412
TRUS
PT. Trust Finance Indonesia Tbk
1
1
-0.156
413
TSPC
PT. Tempo Scan Pasific Tbk
1
1
0.071
414
TURI
PT. Tunas Ridean Tbk
1
1
0.23
415
ULTJ
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
1
0
N/A
416
UNIC
PT. Unggul Indah Cahaya Tbk
1
1
0.076
417
UNIT
PT. Nusantara Inti Corpora Tbk
0
1
-0.27
418
UNTR
PT. United Tractors Tbk
1
1
0.43
419
UNTX
PT. Unitex Tbk
0
1
0.16
420
UNVR
PT. Unilever Indonesisa Tbk
1
1
-0.39
421
VIVA
PT. Visi Media Asia Tbk
1
1
1.38
422
VOKS
PT. Voksel Electric Tbk
0
1
0.08
423
VRNA
PT. Verena Multi Finance Tbk
1
1
0.23
424
WAPO
PT. Wahana Phonix Mandiri Tbk
0
0
N/A
425
WEHA
PT. Panorama Transportasi Tbk
1
1
0.864
426
WICO
PT. Wicaksana Overseas International Tbk
0
0
N/A
427
WIKA
PT. Wijaya Karya Tbk
1
1
0
428
WINS
PT. Wintermar Offshore Marine Tbk
0
0
N/A
429
WOMF
PT. WOM Finance Tbk
0
0
N/A
430
YPAS
PT. Yanaprima Hastapersada Tbk
1
1
0.16
431
YULE
PT. Yulie Sekurindo Tbk
0
0
N/A
432
ZBRA
PT. Zebra Nusantara Tbk
0
0
N/A
Jumlah RGD semua sampel adalah 9,9404. Rata-rata RGD semua sampel sebesar 0,023 (9.9404/432) Jumlah RGD perusahaan "baik" adalah -1,805. Rata-rata RGD sebesar -0,007 (-1,805/249) Jumlah RGD perusahaan "buruk" adalah 11,75. Rata-rata RGD sebesar 0,06 (11,75/183) Jumlah grafik di seluruh sampel adalah 243 grafik. Rata-rata grafik per laporan tahunan sampel sebesar 0,56 grafik (243/432) Catatan :
Kategori Perusahaan: "0" = Perusahaan "Buruk" dan "1" = Perusahaan "Baik" N/A = Tidak terdapat grafik
Lampiran 2 Hasil Pengujian Statistik Chi-Square dan Binomial
Chi-Square Test Case Processing Summary Cases Valid N KFV * KodeProfitabilitas
Missing
Percent 432
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 432
100.0%
KFV * KodeProfitabilitas Crosstabulation KodeProfitabilitas 0 KFV
0
Count % within KFV
1
Count % within KFV
Total
124
65
189
65.6%
34.4%
100.0%
59
184
243
24.3%
75.7%
100.0%
Count % within KFV
Total
1
183
249
432
42.4%
57.6%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
74.371a 72.688 76.094
Asymp. Sig. (2sided)
df 1 1 1
Exact Sig. (2sided)
.000 .000 .000 .000
74.199
1
Exact Sig. (1sided)
.000
432
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 80.06.
.000
Binomial Test Increase Trend Category RGD
N
Observed Prop.
Group 1
<= 0
81
.48
Group 2
>0
89
.52
170
1.00
Total
Test Prop. .50
Asymp. Sig. (2tailed) .591a
a. Based on Z Approximation.
Decrease Trend Category RGD
N
Observed Prop.
Group 1
<= 0
13
.25
Group 2
>0
40
.75
53
1.00
Total a. Based on Z Approximation.
Test Prop. .50
Asymp. Sig. (2tailed) .000a
Lampiran 3 Perhitungan Distorsi Relative Grapgh Discrepancy (RGD)
Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN)
1,3 g3 =
x 1119 = 3,6 402 4,6 – 3,6
RGD =
= 0,27 (favorable) 3,6
Bhakti Investama Tbk. (BHIT)
3,8 g3 =
x 244 = 1,3 695 1,55 – 1,3
RGD =
= 0,27 (favorable) 1,3
Tigaraksa Satria Tbk. (TGKA)
3 g3 =
x 108 = 6,6 49 8,6 – 6,6
RGD =
= 0,30 (favorable) 6,6
Mandom Indonesia Tbk. (TCID)
0,95 g3 =
x 140039 = 1,2 111232 4,7 – 1,2
RGD =
= 2,9 (favorable) 1,2