KARANGAN ASLI
Terapi Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut dengan Iridoplasti dan Iridotomi Laser Edi S. Affandi, Indriani Pudjiastuti Departemen Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
Abstrak: Glaukoma primer sudut tertutup akut merupakan kasus kedaruratan medis yang penatalaksanaannya mengharuskan melakukan tindakan iridotomi (iridektomi) sebagai terapi definitifnya, baik dengan sinar laser atau bedah insisional. Tidak jarang iridotomi laser sulit dilakukan karena sulitnya focusing laser oleh adanya edema kornea. Dilaporkan kasus glaukoma primer sudut tertutup akut yang dilakukan tindakan iridoplasti laser lebih dahulu sehingga membantu menurunkan tekanan intra okuler dan menjadikan kornea lebih jernih sebelum melakukan iridotomi laser.
Abstract: Acute primary angle closure glaucoma is a medical emergency and the management prescribed iridotomy (iridectomy) as definitive treatment, whether by incisional or laser surgery. It is not uncommon that laser iridectomy is hard to perform because the difficulty to focus the laser ray due to corneal edema. Case of acute primary angle closure glaucoma treated with laser iridoplasty first to help reducing intra ocular pressure and make clearer cornea before performing laser iridotomy is reported.
PENDAHULUAN Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut adalah glaukoma primer akibat sudut bilik mata depan tertutup secara tiba-tiba oleh jaringan iris sehingga tekanan intraokular mendadak meningkat sangat tinggi.1-3 Gejala yang timbul adalah rasa sakit yang hebat disertai dengan penglihatan kabur, mata merah, kornea keruh, mual, dan muntah.1-4 Penatalaksanaan glaukoma primer sudut tertutup akut pada dasarnya dapat dibagi dalam 4 tahap, yaitu segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan, melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena serangan akut, melakukan iridektomi perifer pada kedua mata sebagai terapi definitif serta penatalaksanaan sekuele jangka panjang.1 Obat-obatan yang biasa dipakai adalah golongan hyperosmotic agent, penghambat karbonik anhidrase, antagonis β adregernik, α adrenergik dan tetes mata para simpatomimetik.1-2 Kadang-kadang dengan obatobatan tekanan intraokuler tidak dapat diturunkan, sehingga tindakan iridektomi perifer sebagai terapi definitif sulit dilakukan akibat
epitel kornea yang udema. Pada keadaan tersebut, salah satu alternatif menurunkan tekanan intraokuler adalah dengan melakukan iridoplasti (peripheral iridoplasy, gonioplasty)1,3-4 sebelum iridektomi laser dapat dilakukan. Serangan akut pada glaukoma primer sudut tertutup harus segera diatasi agar kerusakan trabekulum, saraf optik, dan lensa dapat diminimalkan serta pembentukan sinekhia posterior dan sinekhia perifer anterior (PAS) dapat dicegah. Jika tekanan intraokuler sudah dapat diturunkan, maka iridektomi perifer sebagai terapi definitif harus segera dikerjakan untuk mencegah terjadinya serangan akut yang berulang. Pada keadaan di mana sudah terbentuk PAS yang luas, iridektomi perifer saja mungkin tidak cukup untuk mengontrol tekanan intraokular dan operasi filtrasi mungkin diperlukan.1,4 Dalam penatalaksanaan glaukoma primer sudut tertutup akut sering timbul masalah dalam memutuskan tindakan bedah inisial apa yang akan diambil, apakah cukup iridektomi perifer saja atau memerlukan operasi filtrasi, terutama pada
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
135
Karangan Asli
kasus-kasus dengan serangan akut yang cukup lama. Pada makalah ini akan dipresentasikan sebuah kasus glaukoma primer sudut tertutup akut dengan waktu serangan yang sudah cukup lama, kemudian dilakukan iridoplasti dan iridotomi perifer laser. Tekanan intraokulernya dapat terkontrol dalam 10 bulan pengamatan, tanpa memerlukan tindakan operasi filtrasi. Tujuan dari presentase ini adalah mengemukakan iridoplasti sebagai tindakan pertama dalam menurunkan tekanan intraokuler dan menjelaskan penatalaksanaan glaukoma primer sudut tertutup akut yang dianjurkan saat ini, berkaitan dengan masalah di atas. LAPORAN KASUS Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirujuk ke Poliklinik Subbagian Glaukoma RSCM oleh dokter spesialis mata (SpM) RS luar dengan glaukoma akut mata kirinya. Pasien mengeluh mata kirinya sakit, merah, dan pandangan mata kabur disertai dengan mual dan muntah. Sejak 20 hari yang lalu pasien berobat ke SpM dengan hasil pemeriksaan visus mata kanan 6/10, TIO 4/7,5, mata kiri visus 3/60 dan TIO 2/10, mata merah. Diberikan obat-obatan pilokarpin 2% 6xOS, timolol 0,25% 2xOS, steroid topikal 6xOS, asetazolamid 3x250mg dan KCL 3x1 tablet. Empat hari kemudian pasien kontrol dan didapatkan perbaikan klinis di mana mata kanan visus 6/6 dan TIO 8/7,5 sedangkan mata kiri visus 6/12 dan TIO 12/7,5. Sepuluh hari yang lalu pasien kembali mengeluh sakit yang sama pada mata kirinya, pandangan mata kabur disertai mual dan muntah, padahal menurut pasien obat-obatan masih dipakai. Dua hari kemudian pasien berobat lagi ke spesialis mata dan pada pemeriksaan didapatkan mata kanan visus 6/6 dan TIO 8/7,5 sedangkan mata kiri visus 2/60, TIO 2/10, obat-obatan diteruskan. Keluhan kemudian agak berkurang, sampai kirakira 3 hari yang lalu timbul kembali keluhan seperti di atas. Kemudian pasien berobat ke spesialis mata tersebut 1 hari yang lalu dan didapatkan visus mata kanan 6/6 dan TIO 7/7,5 sedangkan mata kiri visus 1/300 proyeksi cahaya baik dan TIO 2/10 dan akhirnya pasien dirujuk ke RSCM. Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal. Pada pemeriksaan fisik di RSCM, didapatkan keadaan umum baik, gizi cukup, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 150/90 mmHg, suhu afebril, nadi 80x/menit dan pernafasan 20x/menit. muntah (-).
136
Pemeriksaan oftalmologis mata kanan didapatkan visus 6/6, TIO 13 mmHg, pergerakan baik ke segala arah, palpebra dan konjungtiva tenang, kornea jernih, bilik mata depan dangkal, gambaran iris baik, pupil miosis dengan reflek, lensa dan vitreus jernih serta pada funduskopi tampak papil bulat, batas tegas dengan CD rasio 0,3, perbandingan arteri dan vena 2:3, reflek makula (+) dan gambaran retina normal. Pemeriksaan oftalmologis mata kiri didapatkan visus 6/60, TIO 71 mmHg, palpebra udem dan spasme, konjungtiva bulbi hiperemis dengan injeksi konjungtiva dan injeksi silier, kornea udem, bilik mata depan dangkal, gambaran iris masih baik, pupil middilatasi dengan reflek cahaya menurun, lensa katarak Vogt dan vitreus jernih serta pada funduskopi tampak papil udem dengan CD rasio sulit dinilai, refleks makula menurun dengan gambaran retina baik. Pemeriksaan gonioskopi pada mata kanan tampak sudut terbuka sempit 360° dengan ketebalan pigmen derajat 1 sedangkan pada mata kiri sudut tertutup 360°. Pasien didiagnosis sebagai glaukoma primer sudut tertutup akut mata kiri dan hipertensi ringan. Terapi yang diberikan adalah iridoplasti dengan argon laser. Energi yang digunakan 500 mW, ukuran spot 500µm, waktu paparan 0,2 detik sebanyak 50 kali. Sebelum tindakan diberikan tetrakain 0,5%, pilokarpin 2%, dan timolol 0,5% tetes mata pada mata kiri. Sembilan puluh menit kemudian, setelah tekanan intraokular dapat diturunkan dan kornea menjadi jernih, dilakukan iridotomi perifer laser. Digunakan argon dan Nd:Yag laser untuk membuat iridotomi perifer. Sebelum tindakan diberikan tetrakain 0,5% tetes mata pada mata kiri. Setelah iridoplasti, tekanan intraokular dapat diturunkan menjadi 50 mmHg dalam 15 menit, 40 mmHg dalam 30 menit, 32 mmHg dalam 60 menit dan 25 mmHg dalam 90 menit. Kemudian pasien dirawat dengan diberikan obat-obatan timolol 0,5% 2x mata kiri, steroid topikal 4x mata kiri dan pilokarpin 2% 4x mata kanan. Tekanan intraokular 6 jam pasca tindakan iridotomi 9/7,5. Keesokan harinya pada pemeriksaan mata kanan didapatkan visus 6/6, TIO 10 mmHg, lain-lain tetap sedangkan mata kiri visus 6/30, TIO 9 mmHg, palpebra udem dan spasme, konjungtiva bulbi hipermis dengan injeksi konjungtiva dan injeksi silier yang sudah berkurang, kornea jernih, bilik mata depan
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
Edi S. Affandi dkk.
dangkal, gambaran iris baik pupil middilatasi dengan refleks cahaya ±, tampak iridotomi perifer pada jam satu, lensa katarak Vogt, vitreus jernih dan pada funduskopi tampak papil bulat, batas cukup tegas dengan CD rasio 0,6, terdapat nasalisasi pembuluh darah dengan perbandingan arteri dan vena 2:3, refleks makula (+) dan gambaran retina baik. Pemeriksaan gonioskopi mata kiri didapatkan sudut terbuka sempit pada daerah temporal dan inferior serta terutup pada daerah superior dan nasal. Pasien dipulangkan. Satu minggu kemudian pada pemeriksaan didapatkan mata kanan visus 6/6, TIO 12 mm Hg, lain-lain tenang. Mata kiri visus 6/30, TIO 17 mmHg, palpebra dan konjunctiva bulbi tenang, kornea jernih, bilik mata depan dangkal, gambaran iris baik, pupil middilatasi dengan refleks cahaya (±), iridotomi perifer (+) pada jam 1, lensa katarak Vogt dan vitreus jernih, funduskopi papil bulat, batas tegas CD rasio 0,6 dengan nasalisasi pembuluh darah, perbandingan arteri dan vena 2:3, refleks makula (+), gambaran retina baik. Timolol 0,5% 2x dan steroid topikal 4x pada mata kiri serta pilokarpin 2% 4x pada mata kanan tetap diberikan. Dua minggu pasca tindakan, pemeriksaan mata kanan visus 6/6, TIO 14 mmHg, lain-lain tenang, mata kiri visus 6/30, TIO 18 mmHg, lain-lain tetap. Dilakukan pemeriksaan perimetri octopus dan didapatkan lapang pandang berupa temporal island pada mata kiri. Obat steroid topikal distop, dan pilokarpin 2% 4x1 tetes mata kanan. Enam minggu pasca tindakan, pemeriksaan mata kanan visus 6/6, TIO 15 mmHg, lain-lain tenang, mata kiri visus 6/30, TIO 18 mmHg, pupil middikatasi refleks cahaya (-), lain-lain tetap. Dilakukan gonioskopi ulang pada mata kiri dan didapatkan sudut tertutup pada daerah superior dan nasal, dan terbuka sempit pada daerah temporal dan inferior. Dilakukan iridotomi perifer laser pada mata kanan. Pasca iridotomi diberikan steroid topikal 4x pada mata kanan, dan pilokarpin distop. Sepuluh bulan pasca tindakan, pemeriksaan mata kanan visus 6/6, TIO 19 mmHg, lain-lain tenang. Mata kiri visus 6/30, TIO 19 mmHg, lain-lain tetap. DISKUSI Serangan akut pada glaukoma primer sudut tertutup harus segera diatasi, sebab tekanan intraokuler yang tinggi secara persisten dapat menyebabkan penutupan sudut yang permanen, kerusakan trabekulum dan nervus optikus yang irreversibel. Jika tekanan intraokuler sudah
Terapi Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut …
dapat diturunkan, maka terapi definitif berupa iridektomi perifer harus segera dikerjakan untuk menghindari terjadinya serangan akut yang berulang.1,3,4 Penatalaksanaan serangan akut pada pasien ini awalnya kurang baik karema tidak segera dilakukan iridektomi perifer setelah tekanan intraokuler dapat diturunkan yaitu pada kontrol hari ke-4 setelah pengobatan, sehingga terjadi serangan akut yang berulang. Serangan akut ulangan ini, yang terjadi 10 hari yang lalu, tampaknya tidak dapat diatasi dengan baik, walaupun diberikan obat-obatan, sehingga tekanan intraokuler tetap tinggi dan visus makin memburuk sampai 1 hari yang lalu. Menurut David5, keterlambatan datang dan waktu yang diperlukan untuk menghentikan serangan mempunyai pengaruh terhadap hasil akhir, sedangkan tingginya tekanan intraokular pada saat serangan tidak dapat memprediksikan prognosis jangka panjang. Pada saat datang ke poliklinik subbagian glaukoma, pasien masih dalam keadaan akut dengan tekanan intraokular yang sangat tinggi (71 mmHg), walaupun dengan obat-obatan. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menurunkan tekanan intraokular secepat mungkin, di mana salah satu alternatif adalah melakukan iridoplasti1,3-4,6. Tindakan iridoplasti dikemukakan terbukti efektif pada keadaan refrakter terhadap obat-obatan.1,4,6 Tekanan intraokular yang tinggi pada keadaan akut disebabkan oleh adanya blok pupil yang menyebabkan aliran aqueos dari bilik mata belakang ke bilik mata depan terhambat sehingga tekanan intraokular di bilik mata belakang meningkat dan mendorong iris bagian perifer ke depan (iris bombe) sehingga menutup sudut bilik mata depan.1-2,4 Iridoplasti dapat membuka sudut bilik mata depan yang tertutup secara aposisional oleh jaringan iris perifer secara mekanik, dengan cara memberi bakaran argon laser pada iris perifer 360° sebanyak 20–24 spot sehingga stroma iris perifer tersebut mengerut dan menarik iris dari sudut bilik mata. Argon laser yang dipakai adalah energi rendah, spot yang besar dan durasi yang panjang.1,3-4,6 Secara hispatologis, pengerutan stroma iris jangka pendek disebabkan pengerutan kolagen karena panas, sedangkan jangka panjang oleh kontraksi membran fibroblas.6,7 Argon laser yang dianjurkan adalah 200– 400 mW dengan ukuran spot 100–200 um dan durasi 0,1–0,2 detik1,4, sedangkan menurut Ritch6 adalah energi 200–499 mW, ukuran spot
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
137
Karangan Asli
500 um dan durasi 0,5 detik. Lam dkk.3 pada penelitiannya menggunakan energi 318 mW (280 – 400 mW), ukuran spot 360 um (200 – 500 um) dan durasi 0,26 detik (0,2 – 0,3 detik) sebanyak 82,1 kali (40 – 211 kali). Pada pasien ini digunakan energi 600 mW, ukuran spot 500 um dan durasi 0,2 detik sebanyak 50 kali. Argon laser yang digunakan pada pasien ini masih dalam batasan yang dipakai oleh Lam, kecuali besar energi yang agak lebih tingi sedikit, tetapi dengan jumlah bakaran yang lebih rendah. Efek yang timbul pada penggunaan energi laser yang terlalu tinggi adalah iis hangus, terbentuknya gelembung udara atau ‘pop’ (ledakan kecil). Hal-hal tersebut tidak terjadi pada pasien ini. Iridoplasti efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler pada keadaan akut, bahkan pada keadaan dengan PAS yang luas.5 Lam dkk.3 pada penelitiannya menggunakan obat-obatan anti glaukoma topikal dan iridoplasti sebagai terapi awal pada glaukoma primer sudut tertutup akut dengan lama serangan 10–36 jam mendapatkan bahwa tekanan intraokuler menurun dengan cepat dan kornea menjadi jernih dalam 1–2 jam. Dalam penelitian lanjutannya memakai iridoplasti sebagai terapi tunggal pada glaukoma primer sudut tertutup akut, Tham dkk.8 melaporkan bahwa tekanan intraokuler menurun dengan cepat, tetapi sedikit lebih tinggi pada 2 jam pasca tindakan, bila dibandingkan dengan yang menggunakan obat-obat anti glaukoma topikal. Mereka berkesimpulan bahwa obat-obat topikal tersebut mempunyai efek yang sinergik dengan iridoplasti dalam menurunkan tekanan intraokuler. Lam dkk.3 juga mendapatkan bahwa iridoplasti dapat dilakukan pada keadaan kornea yang udem, bilik mata depan yang dangkal dan pupil middilatasi, karena iridoplasti menggunakan energi yang rendah, tidak memerlukan derajat ketepatan bakaran yang tinggi dan dapat dilakukan dengan mudah pada iris yang tebal. Iridoplasti juga didapatkan cukup aman karena tidak menimbulkan kekeruhan kornea, perdarahan serta efek laser pada jaringan mata yang lain maupun efek samping sistemik. Pada pasien ini obat-obat anti-glaukoma topikal dan iridoplasti dipilih sebagai terapi awal untuk menurunkan tekanan intraokulernya, karena sudah terbukti efektif dan aman.3 Pada pengamatan didapatkan bahwa tekanan intraokuler menurun dari 71mmHg menjadi 50 mmHg dalam 15 menit, 40 mmHg dalam 30 menit, 32 mmHg dalam 60 menit dan 25 mmHg dalam 90 menit. Tidak dijumpai efek samping 138
yang berarti, baik pada saat maupun sesudah tindakan. Temuan menarik didapat oleh Lam dkk.3 secara kebetulan, di mana pada satu kasus yang hanya dilakukan iridoplasti sebesar kurang lebih 180°, tetapi ternyata efektivitas penurunn tekanan intraokulernya sama seperti pada kasus yang dilakukan iridoplasti 360°. Penelitian lanjutan tentang hal tersebut dilakukan oleh Lai dkk.9, di mana iridoplasti 180° digunakan sebagai terapi awal bersamasama dengan obat-obatan anti-glaukoma topikal pada glaukoma primer sudut tertutup primer akut dengan lama serangan ≤ 48 jam. Tekanan intraokuler dapat diturunkan dengan efektif dan kornea menjadi jernih dalam 1–2 jam, tanpa komplikasi. Iridektomi perifer sudah diakui sebagai terapi definitif pada glaukoma primer sudut tertutup.1,4,6,10-11 Tindakan ini cukup sederhana, aman,1,4,6,10-11 dan ampuh.12 Dengan iridektomi perifer, kedalaman bilik mata depan bagian perifer meningkat sedangkan di daerah tengah tidak berubah. Iridektomi perifer dapat mencegah terjadinya serangan akut yang berulang pada glaukoma primer sudut tertutup dengan blok pupil, sebab dengan iridektomi tersebut telah terjadi hubungan antra bilik mata belakang dan depan sehingga tidak akan terjadi perbedaan tekanan yang cukup besar di antara keduanya untuk mendorong iris perifer ke depan.1,4 Kadang-kadang iridektomi perifer saja tidak cukup untuk dapat mengontrol tekanan intraokuler sehingga diperlukan operasi filtrasi, yaitu pada keadaan telah terjadi kerusakan trabekulum atau PAS yang luas1,4. Beberapa penulis menyarankan operasi filtrasi dilakukan sebagai terapi primer pada kasus dengan lama serangan akut > 36 atau 72 jam. Facility of outflow ≤ 0,10 ul/menit/mmHg, PAS yang luas (>50 – 75%), terdapat defek lapang pandang serta cupping nervus optikus.3 Serangan akut pada pasien ini cukup lama (> 72 jam) sehingga pada awalnya timbul dilema dalam menentukan apakah diperlukan operasi filtrasi sebagai terapi bedah awal, karena dikhawatirkan sudah terjadi kerusakan trabekulum dan penutupan sudut yang luas sehingga iridektomi saja tidak dapat mengontrol tekanan intraokulernya. Affandi12 dalam menentukan perlu/ tidaknya operasi filtrasi pada dua kali penelitian retrosektifnya menggunakan tekanan intraokuler setelah terapi medikamentosa sebagai patokan. Pada waktu itu operasi filtrasi dilakukan bila
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
Edi S. Affandi dkk.
tekanan intraokuler > 21 mmHg atau bila tekanan intraokuler ≤ 21 mmHg tetapi dengan nilai tonografi C < 0,13. Dengan kriteria di atas, ternyata 88% dan 80% kasus glaukoma primer sudut tertutup akut dianggap memerlukan trabekulektomi. Pada hasil penelitiannya, Affandi mendapatkan bahwa tekanan intraokuler terkontrol < 21 mmHg tanpa obat-obatan pada 80% dan 78% pasien yang dilakukan tabekuekomi, ternyata pada 54% dan 36% pasien yang dilakukan trabekulektomi tersebut tidak tampak bleb filtrasi, sehingga diasumsikan bahwa iridektomi saja sudah mencukupi untuk mengontrol tekanan intraokuler dan operasi trabekuektomi merupakan tindakan berlebihan yang dapat merugikan pada pasien-pasien tersebut. Krupin10 dan Playfair11 pada penelitianpenelitiannya berkesimpulan bahwa sangat sulit dan bahkan tidak mungkin untuk dapat memprediksikan kasus mana yang memerlukan operasi filtrasi dengan berdasarkan tekanan intraokuler sebelum dan sesudah pemberian obat awal, ada/tidaknya atrofi iris, glaukomfleken pada lensa dan gonioskopi sebelum maupun pada saat operasi pada asus glaukoma primer sudut tertutup akut. Peneliti lain mendapatkan bahwa kombinasi iridektomi dan obat-obatan memberikan hasil yang sama dengan yang dilakukan dengan operasi filtrasi tetapi dengan komplikasi operasi yang lebih kecil. Banyak kasus yang tekanan intraokulernya dapat terkontrol setelah iridektomi saja, walaupun sudah terdapat kerusakan yang luas.1,4,10 Trabekulektomi adalah tindakan bedah yang mempunyai risiko yang tidak kecil, baik dari segi anestesi, infeksi, perdarahan, dan juga biaya. Perkembangan terapi laser memberikan sumbangan yang besar dalam menengahi masalah di atas, di mana iridotomi laser mempunyai beberapa kelebihan, yaitu tidak dibutuhkan anestesi retrobulber, tidak ada kemungkinan endophthalmitis, tidak terjadi kebocoran jaringan, jarang terjadi perdarahan intraokuler, waktu yang diperlukan untuk pengembalian tajam penglihatan lebih cepat, konjungtiva tidak terganggu untuk operasi filtrasi bila nantinya diperlukan.13,14 Dibandingkan dengan iridektomi insisional, Schwenn15 pada penelitiannya mendapatkan bahwa iridotomi laser lebih dapat diterima dan lebih disukai oleh pasien, di samping itu juga menimbulkan kerusakan endotel kornea yang lebih kecil.
Terapi Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut …
Ada 2 tipe laser yang umumnya digunakan untuk iridektomi yaitu Nd:YAG dan argon. Laser Nd:YAG lebih disukai karena dapat menembus iris dengan mudah khususnya pada iris berwarna coklat gelap dan biru muda, di mana sulit dilakukan dengan laser argon. Di samping itu lubang iridotomi yang terbentuk tidak mudah menutup kembali. Karena laser Nd:YAG tidak mempunyai efek koagulatif seperti argon, maka perdarahan lebih sering terjadi. Perdarahan ini biasanya dapat berhenti sendiri atau dihentikan dengan cara menekankan lensa kontak yang dipakai untuk iridotomi1,4,6. alternatif lain untuk mengurangi perdarahan akibat laser Nd:YAG adalah dengan memberikan sebelumnya laser argon untuk menipiskan stroma iris dan mengkoagulasi pembuluh darah, pada tempat yang akan dilakukan iridotomi, kemudian baru dilakukan iridotomi oleh laser Nd:YAG. Cara ini dikatakan memberikan hasil lebih baik dan komplikasi yang lebih kecil, yang menggunakan keunggulan efek fototermal dari argon dan penetrasi yang mudah dari Nd:YAG.1,4 Pada pasien ini, laser yang dipakai untuk iridotomi adalah kombinasi antara argon dan Nd:YAG. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan risiko perdarahan pada pasien dengan keadaan akut. Dengan kombinasi kedua laser tersebut, dapat terbentuk iridotomi yang paten dan tidak dijumpai komplikasi sampai 10 bulan pengamatan. Quiqley13 dan Robin14 pada pengamatannya tentang efektivitas dan keamanan dari iridotomi laser dengan argon selama masing-masing 1,8 tahun dan 53±8 bulan mendapatkan bahwa iridotomi tetap paten, tekanan intraokuler tetap terkontrol, sedangkan penurunan tajam penglihatan yang terjadi diyakini tidak berhubungan dengan tindakan laser tetapi oleh katarak senilis. Penatalaksanaan glaukoma primer sudut tertutup akut yang dianjurkan saat ini adalah melakukan iridotomi perifer laser dahulu pada semua kasus, segera setelah tekanan intraokuler dapat diturunkan dan kornea sudah jernih, kemudian residual glaucoma diobati secara berjenjang dengan obat-obatan, atau operasi filtrasi bila perlu, sesuai kebutuhan.1,4 Iridotomi laser profilaksis pada mata sebelahnya dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan akut. Beberapa penelitian membuktikan bahwa 40 – 80% mata sebelahnya akan terkena serangan akut dalam waktu 5 – 10 tahun, tetapi kadangkadang setelah 25 – 30 tahun.1-2,4,6 Profilaksis mata sebelahnya dengan obat miotik untuk
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
139
Karangan Asli
jangka lama tidak direkomendasikan lagi, karena obat tersebut tidak memberikan perlindungan total terhadap serangan akut dan dapat pemakaian jangka panjang memudahkan terjadinya PAS dan glaukoma sudut tertutup kronik.1,4 Tampaknya dengan iridotomi perifer, tajam penglihatan, tekanan intraokuler, dan papil nervus optikus pasien dalam pengamatan 10 bulan dapat terkontrol dan tidak menunjukkan tanda-tanda perburukan, walaupun masih memerlukan obat berupa timolol 0,5% 2x sehari untuk residual glaucoma-nya dan pengamatan rutin lebih lama lagi. KESIMPULAN Iridoplasti efektif dalam membantu menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma primer sudut tertutup akut. Tindakan ini dapat dilakukan sebagai tindakan pertama pada keadaan akut, sebelum dapat melaksanakan iridotomi perifer laser karena keadaan kornea masih keruh.
DAFTAR PUSTAKA 1. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV, Becker-Shaffer’s Diagnosis and Therapy of the Glaucomas 7th ed. St. Louis. The CV Mosby Company, 1999. 2.
3.
Denny M, Taylor F, ed. Basic Clinical Science 1997–1998. Glaucoma. San Francisco: American Academy of Ophthalmology, 1997. Lam DSC, Lai JSM, Tham CCY. Immediate Argon Laser Peripheral Iridoplasty as Treatment for Acute Attack of Primary Angle-closure Glaucoma. A Preliminary Study. Ophthalmology 1998;105:2231–36.
4.
Hoskin HD, Kass MA. Becker-Shaffer’s Diagnosis and Therapy of the Glaucomas 6th ed. St. Louis: The CV Mosby Company, 1989.
5.
David R, Tessler Z, Yassur Y. Long-term outcome of primary acute angle-closure glaucoma. Br J Ophthalmol 1985; 69: 261–2.
6.
Ritch R Liebmann JM. Laser Iridotomy and Peripheral Iridoplasty. In: Ritsch R, shield
140
MB, Krupin T, eds. Glaucoma Therapy 2nd ed. St. Louis: Mosby Year Book Inc, 1996; 3 1549–1573. 7.
Sassani JW, Ritch R, McCormik S, Liebman JM, Eagle RC Jr, Lavery K, et al. Hispathology of Argon Laser Peripheral Iridoplasty. Ophthalmic Surg 1993;11:7405.
8.
Tham CCY, Lai JSM, Lam DSC. Immediate Argon Laser Peripheral Iridoplasty for Acute Attack of PACG (Addendum to Previous Report). Ophthalmology 1999; 106: 1042–3.
9.
Lai JSM, Tham CCY, Lam DSC. Limited Argon Laser Peripheral Iridoplasty As Immediate Treatment for An Acute Attack of Primary Angle Closure Glaucoma: A Preliminary Study. Eye 1999; 13: 26–30.
10. Krupin T, Mitchell KB, Johnson MF, Becker B. The Long-term effects of Iridectomy for primary acute angle-closure glaucoma. Am J Ophthalmol 1978;86:5069. 11. Playfair TJ, Watson PG. Management of acute primary angle-closure glaucoma: a long term folloe-up of the results of peripheral iridectomy used as an initial procedure. Br J Ophthalmol 1979; 63: 17– 22. 12. Affandi ES. Iridektomi atau Trabekulektomi Glaukoma Sudut Tertutup Primer Akut. Kumpulan Makalah simposium dan Lokakarya Bedah Mikro Mata 1982: 55–9. 13. Quiqley HA. Long-Term Follow-up of laser Iridotomy. Ohthalmology 1981; 88: 218–24. 14. Robin AL, Pollack IP. Argon Laser Peripheral Iridotomies in the Treatment of Primary Angle Closure Glaucoma. LongTerm Follow-up. Arch Ophthalmol 1982; 100: 919-23. 15. Schwenn O, Seil F, Pfeiffer N, Grehn F. Prohylactic Nd:YAG-laser irdotomy versus surgical iridectomy: a randomized, prospective study. Ger J Ophthalmol 1995; 6: 374-9.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006