TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) SESI 1-4 MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA HIV POSITIF Yustina Kristianingsih 1, RosyAmeylia 2 STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya. Email:
[email protected]
ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit yang dapat menyebabkan masalah psikologis seperti depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada penderita HIV positif di Yayasan Bina Hati Surabaya.Desain penelitian ini adalah One Group Pra-Post Test Design dengan menggunakan quota sampling dan jumlah sampel sebanyak 32 responden.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat depresi berupa pertanyaan tertutup dengan 21 item pertanyaan. Hasil uji statistik yang menggunakan uji Wilcoxon, p <α maka H0 ditolak, H1 diterima artinya ada perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada penderita HIV positif di Yayasan Bina Hati Surabaya. Peneliti menyarankan untuk dapat memprogramkan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) bagi penderita HIV positif yang masih mengalami depresi. Kata kunci: Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS), Depresi, HIV ABSTRACT Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a disease that can lead to psychological problems such as depression. The purpose of this study was to analyze the differences in the level of depression before and after Socialization Activity Group Therapy in HIVpositive patients in Bina Hati Surabaya. This Design study is One Group Pre-Post Test Design using quota sampling and sample number are 32 respondents. Instrument used are questionnaires the level of depression in the form of closed questions with 21 items of questions. Results of statistical tests using the Wilcoxon test, p <α then H0, H1 accepted meaning that there are different levels of depression before and after Socialization Activity Group Therapy in HIV-positive patients in Yayasan Bina Hati Surabaya. Researchers suggest that it could program an Activity Group Therapy Socialization for HIV-positive patients who are still depressed. Keywords: Socialization Activity Group Therapy , Depression, HIV HIV merusak sistem kekebalan tubuh
PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus
manusia dan mengakibatkan turunnya
(HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit
AIDS
Immunodeficiency
atau
(Acquired
Syndrome).
hilangnya
daya
tahan
tubuh
sehingga mudah terjangkit penyakit
Virus 110
Kristianingsih, Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) 111
Margarita,
Jawa Timur merupakan salah satu
2007:3). Selain menyebabkan masalah
propinsi yang menduduki posisi tiga
fisik,
masalah
besar prevalensi kasus HIV yakni
pada
berkisar 737 kasus setelah propinsi DKI
kecemasan,
Jakarta dan Papua. Berdasarkan survei
infeksi
(Nasronudin
juga
emosional
&
menyebabkan dan
penderitanya
psikologis
seperti
depresi
pendahuluan yang dilakukan peneliti
(Setyoadi & Endang, 2012:8). Upaya
pada tanggal 9 Desember 2013 kepada 5
untuk
dapat
penderita HIV positif melalui metode
dilakukan terapi aktivitas kelompok,
kuesioner di dapatkan hasil 1 responden
menurut Budi Anna Keliat (2004:16)
mengalami depresi berat, 3 responden
terapi aktivitas kelompok sosialisasi
mengalami
adalah upaya memfasilitasi kemampuan
responden mengalami depresi ringan.
paranoid,
psikosis,
mengatasi
dan
depresi
depresi
sedang
dan
1
dengan
Penyebab depresi yang terjadi
masalah hubungan sosial. Fenomena
pada penderita HIV dikarenakan adanya
yang ditemukan peneliti di Yayasan
beberapa
Bina Hati Surabaya bahwa beberapa
penyakit HIV yang dapat menuju ke
penderita
AIDS, dikucilkan oleh keluarga, dan
sosialisasi
sejumlah
HIV
tidak
klien
aktif
selama
faktor
yaitu
kegiatan berlangsung, merenung, dan
diberhentikan
terlihat
(Sudoyo, 2009:2182), selain itu adanya
kurang
menyatakan
konsentrasi
bahwa
mereka
serta jarang
stigma
dari
perjalanan
pekerjaannya
dimasyarakat
yang
mengikuti kegiatan dilingkungan tempat
menyebabkan penderita HIV dikucilkan
tinggalnya.
(Setyoadi & Endang, 2012:8). Sehingga
Direktorat Jendral Pengendalian
hal tersebut menimbulkan rasa cemas,
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
sampai depresi berat. Depresi yang
(Dirjen
tidak dikendalikan dapat mengakibatkan
PP&PL)
Depkes
RI,
melaporkan bahwa jumlah kasus infeksi
beberapa
dampak
HIV yang tersebar di 33 propinsi pada
tingkat
tahun 2011 sebanyak 21.031 kasus, dan
sosialisasi (Isaacs, 2004:123). Selain itu
tahun 2012 sebanyak 21.511 kasus.
tingkatan depresi yang membahayakan
Sedangkan pada tahun 2013 bulan
adalah pikiran bunuh diri atau perbuatan
Januari sampai bulan Maret kasus
yang
infeksi HIV mencapai 5.369 kasus,
(Videbeck, 2008:428).
energi,
yaitu
fungsi
membahayakan
perubahan peran
diri
dan
sendiri
112 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 110-116
Tujuan
penelitian
mengidentifikasi
ini
perbedaan
adalah
Sampel diambil dengan menggunakan
tingkat
teknik quota (Quota Sampling) dengan
depresi sebelum dan sesudah diberikan
jumlah sampel 32 responden. Penelitian
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
dilaksanakan
pada
(TAKS) pada penderita HIV positif di
tanggal 17 dan 20 Mei 2014 di Yayasan
Yayasan Bina Hati Surabaya. Terapi
Bina Hati Surabaya. Pengumpulan data
Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
menggunakan kuesioner tingkat depresi
diperlukan untuk menurunkan tingkat
berupa pertanyaan tertutup dengan 21
depresi dan meningkatkan kemampuan
item
sosialisasi dengan orang lain dalam
menggunakan perangkat computer.
pertanyaan.
Analisis
data
kelompok. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Kerakteristik Responden
METODE Penelitian jenis
ini
penelitian
menggunakan
pra-eksperimental
Kriteria
N
%
Usia
dengan rancangan One Group Pra-Post
44 tahun
5
15.63%
Test Design
18 – 44 tahun
27
84.37%
dengan
yang akan dilakukan
cara
sebelum
diberikan
Jenis
intervensi kelompok subjek diobservasi,
Kelamin
kemudian
diobservasi
Perempuan
20
62.5%
diberikan
intervensi
Laki-laki
12
37.5%
2013:165).
Variabel
lagi
setelah
(Nursalam, bebas
adalah
Pendidikan
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
SD
2
6.25%
(TAKS), sedangkan Variabel terikatnya
SMP
6
18.75%
adalah tingkat depresi.
SMA
18
56.25%
Perguruan
6
18.75%
6
18.75%
12
37.5%
Populasi
terjangkau
dalam
penelitian ini adalah penderita HIV positif di Yayasan Bina Hati Surabaya berjumlah 37 orang yang memenuhi criteria
inklusi:
bersedia
menjadi
responden, bisa membaca dan menulis, mengalami depresi sedang dan berat.
Tinggi Status Pernikahan Belum menikah Menikah
Kristianingsih, Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) 113
Janda / Duda
14
43.75%
Tabel 2. Tabulasi Silang Perbedaan Tingkat
Pekerjaan
Depresi
Sebelum
dan
Bekerja
14
43.75%
Sesudah Diverikan Terapi Aktivitas
Tidak bekerja
18
56.25%
Kelompok Sosialisasi (TAKS)
Sendiri
1
3.13%
Anak
11
34.37%
Suami
9
28.13%
Orang Tua
11
34.37%
Sumber Dukungan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Tingkat Depresi
Stadium Tidak
HIV Stadium 1
7
21.8%
Depresi
Stadium 2
8
25%
Depresi
Stadium 3
12
37.5%
Ringan
Stadium 4
5
15.63%
Depresi
(TAKS) Sebelum
Sesudah
n
%
n
%
0
0
8
25
0
0
15
46.87
23
71.78
7
21.88
9
28.13
2
6.25
32
100
32
100
Sedang Dari
hasil
penelitian
menunjukkan
Depresi
bahwa sebagian besar responden berusia
Berat
18-44
Total
tahun
terbanyak bekerja.
dengan
adalah Paling
SMA banyak
pendidikan dan
tidak
responden
PEMBAHASAN Berdasarkan
berjenis kelamin perempuan, status
uji
seperangkat
pernikahan janda/duda dan menderita
komputer didapatkan harga p < α maka
HIV stadium 3.
H0 ditolak, H1 diterima hal ini berarti ada perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada penderita HIV positif di Yayasan Bina Hati
Surabaya.
Pada
kenyataannya
sebelum diberikan Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
(TAKS)
23
114 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 110-116
responden mengalami depresi sedang
juga khawatir mengenai pengobatan
dan 9 responden mengalami depresi
HIV yang lama karena apabila penderita
berat. Jika dilihat dari usia, responden
HIV tidak teratur minum obat dan
yang mengalami depresi sedang berada
sampai dinyatakan drop out (DO) maka
pada rentang usia 18-44 tahun. Menurut
mereka harus menggunakan obat lini
Pieter
kedua dengan biaya pengobatan yang
(2011:
202-204)
Kelompok
orang-orang muda yakni remaja dan
tidak gratis dan lebih mahal. Sedangkan
orang dewasa (18-44 tahun) cenderung
setelah
diberikan
lebih muda terserang depresi. Dan
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Menurut
Hurlock
(TAKS) didapatkan hasil
mengatakan
bahwa
dewasa
dini
ketegangan
(1991:249) golongan
merupakan
secara
emosional
yakni 2
usia
responden mengalami depresi berat, 7
masa
responden mengalami depresi sedang
yang
dari
4
responden
awalnya
berat
dan
dapat menyebabkan depresi, dimana
mengalami
kekhawatiran terpusat pada pekerjaan
responden yang mengalami depresi
dan masalah perkawinan atau peran
sedang, 8 responden tidak mengalami
sebagai orangtua. Hal ini terdapat
depresi, dan 15 responden mengalami
kesesuaian antara fakta dan teori, usia
depresi
responden
yang
(2011:204) terapi yang dapat dilakukan
mengalami depresi sedang merupakan
kepada penderita depresi adalah Terapi
usia produktif (18-44 tahun) dimana
Kelompok yang salah satunya Terapi
mereka khawatir mengenai keluarga dan
Aktivitas Kelompok Sosialisasi dimana
pekerjaannya karena seseorang dengan
terapi ini berupaya untuk meningkatkan
sakit
harga diri dan mengakui kekuatan diri
dalam
HIV/AIDS
menularkan
penelitian
dapat
beresiko
penyakitnya
kepada
setiap
depresi
yang
ringan.
Menurut
anggota
3
Pieter
kelompok,
anggota keluarga melalui darah, air susu
mempertahankan
ibu, dan hubungan seksual. Kondisi
interpersonal terutama setelah klien
yang
mengalami
buruk
dapat
mengganggu
hubungan
kehilangan.
Terdapat
pekerjaan karena banyak perusahaan
kesesuaian antara fakta yang diperoleh
atau
tidak
oleh peneliti dengan teori dimana
bekerja
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
tempat
menginginkan
kerja
yang
karyawannya
dengan kondisi sakit. Selain itu mereka
(TAKS) dapat
menurunkan tingkat
Kristianingsih, Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) 115
depresi. Hal ini terjadi dikarenakan
awalnya diam saja mampu atau bisa
upaya dari kelompok yang dibantu oleh
bersosialisasi
dengan
anggota
pemandu (terapis) untuk mendorong
kelompoknya
sehingga
pemberian
anggota kelompok dapat saling terbuka,
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
saling
teman
(TAKS) ini merupakan salah satu terapi
sekelompoknya, sehingga mereka dapat
yang memberikan kontribusi dalam
mengutarakan
upaya
percaya
terhadap
pendapat
atau
menurunkan
tingkat
depresi
masalahnya kepada orang lain. Alat
seseorang dan untuk meningkatkan
bantu yang digunakan peneliti untuk
sosialisasi dengan orang lain.
terapi adalah bola dan kartu TAKS. Menurut
Susana
(2007:191),
SIMPULAN DAN SARAN Hasil
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
penelitian
ini
(TAKS) adalah upaya memfasilitasi
menunjukkan bahwa ada perbedaan
kemampuan sosialisasi sejumlah klien
tingkat depresi sebelum dan sesudah
untuk melakukan sosialisasi dengan
diberikan Terapi Aktivitas Kelompok
orang lain dalam kelompok terapi.
Sosialisasi (TAKS) pada penderita HIV
Selain itu keuntungan dari terapi ini
positif. Sebelum diberikan diberikan
dapat
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
memberikan
lebih
sharing
banyak dan
(TAKS) sebagian besar penderita HIV
pengalaman hidup, support yang bisa
mengalami depresi sedang. Namun
diberikan oleh terapis kepada anggota
setelah
kelompok terapi atau antar responden
Kelompok
untuk
mengalami penurunan tingkat depresi
kesempatan
informasi
memberikan
dukungan
diberikan
Terapi
Sosialisasi
Aktivitas (TAKS)
serta
dari depresi sedang dan berat menjadi
meyakinkan kepada responden bahwa
tidak ada depresi depresi ringan, depresi
mereka
sedang dan depresi berat.
emosional,
harapan
tidak
hidup,
sendirian.
Peneliti
berpendapat bahwa sharing informasi dan
pengalaman
hidup
seperti
Yayasan Bina Hati Surabaya diharapkan
dapat
memprogramkan
menceritakan masalah yang membuat
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
trauma, menemukan atau menyarankan
(TAKS) untuk penderita HIV yang
cara mengatasi trauma atau masalah
masih mengalami depresi (sedang dan
dapat
membantu
responden
yang
116 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 110-116
berat) dan anggota baru penderita HIV positif yang mengalami depresi. DAFTAR RUJUKAN Isaacs, Ann. 2001. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Alih Bahasa: Sari Kurnianingsih. 2004. Jakarta: EGC Keliat, Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2013. (http://www.aidsindonesia.or.id/ck_u ploads/files/Laporan%20HIV%20AI DS%20TW%202%202013%20FINA L.pdf. diakses 20 November 2013. pukul 00.14 WIB) Nasronudin & Maramis Margarita A. 2007. Konseling, Dukungan, Perawatan dan Pengobatan ODHA. Surabaya: Airlangga University Press Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Pieter, Herri Zan dan Janiwarti Bethsaida. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana Setyoadi & Triyanto Endang. 2012. Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita AIDS. Yogyakarta: Graha Ilmu Sudoyo, Bambang, Idrus, Marcellus, & Siti. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing Susana, Sarka Ade. 2007. Terapi Modalitas dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta: Mitra Cendekia Videbeck, Sheila L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Renata Komalasari. 2008. Jakarta: EGC