TEORI E-R-G (Clayton Aldelfer) Kasus : Mak Yati Pemulung Berkorban Kambing
TUGAS MATA KULIAH ORGANISASI DAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Disusun oleh : Basyir Ahmad-P056131982.46E
Dosen : Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala Hubeis
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya peerta program MB IPB Eksekutif 46, dapat menyelesaikan tugas pribadi untuk mata kuliah Organisasi dan Sumber Daya Manusia (OSDM) mengenai Teori E-R-G dari Clayton Aldelfer. Paper ini menjelaskan tentang pemahaman teori hirarki kebutuhan yang digunakan dalam komunikasi pada organisasi atau perusahaan terutama terkait pengelolaan sumber daya manusia. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan serta pengajaran yang telah diberikan oleh Ibu Prof. Ir. Aida Vitayala Hubeis sehingga paper ini dapat selesai. Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kami berharap masukan yang dapat menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Desember 2013 Penyusun
1
DAFTAR ISI
halaman Daftar Isi
.................................................................
2
Kata Pengantar
……………………………………………
1
BAB I. PENDAHULUAN
……………………………………………
3
I.1 Latar Belakang
……………………………………………
3
I.2 Rumusan Masalah
……………………………………………
4
I.3 Tujuan Penulisan
……………………………………………
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
……………………………………………
5
II.1 Teori Motivasi
……………………………………………
5
II.2 Teori E-R-G
……………………………………………
6
BAB III. PEMBAHASAN
……………………………………………
9
III.I Kondisi Mak Yati Sebelumnya
……………………………………………
9
III.2 Motivasi Mak Yati
……………………………………………
10
III.3 Kondisi Mak Yati Sekarang
……………………………………………
10
BAB IV. KESIMPULAN
……………………………………………
13
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………
14
2
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Mengkaji motivasi yang ada dalam individu atau masyarakat disekitar kita maka akan menciptakan pencerahan yang membuat kita terkagum bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Berdasarkan pengalaman mereka itulah, maka akan menimbulkan motivasi-motivasi baru kepada individu lain termasuk penulis sendiri serta institusi untuk mencapai tujuannya masing-masing. Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian jika sebuah motivasi (dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh kita bisa mengalir kembali. Pada makalah ini, saya akan mencoba untuk mengkaji salah satu fenomena yang cukup mendapat perhatian masyarakat tentang pemulung di Jakarta yang bertahun-tahun menabung untuk berkorban pada Hari Raya Idul Adha 1433 Hijriah atau tahun 2012. Hal ini menarik perhatian penulis mengingat secara umum manusia memiliki kebutuhan yang relatif sama diuraikan menjadi lima kebutuhan pokok. Untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, pemulung cukup sulit untuk memenuhinya namun demikian pemulung tersebut mempunyai motivasi yang kuat untuk membeli kambing untuk korban pada Hari Raya Idul Adha. Fenomena tersebut menimbulkan dampak yang cukup besar dimana menimbulkan rasa empati yang besar kepada pemulung tersebut serta menggugah masyarakat untuk melakukan charity atau sedekah.
3
I.2. PERUMUSAN MASALAH Dilatarbelakangi hal tersebut, maka dalam kajian kali ini penulis akan mencoba untuk menjawab beberapa permasalahan, sebagai berikut: 1. Apa teori motivasi yang dipakai untuk mempelajari fenomena pemulung yang berkorban tersebut? 2. Apa menjadi motivasi pemulung melakukan sedekah/berkorban? 3. Bagaimana kondisi pemulung tersebut saat ini? I.3. MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penulisan makalah ini antara lain adalah: 1. Memberikan pemahaman mengenai teori motivasi. 2. Mengetahui manfaat pemahaman teori motivasi.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TEORI MOTIVASI Apa itu “motivasi”? Ditinjau dari etimologinya, “motivasi” berasal dari kata Latin motivus atau motum yang berarti menggerakkan atau memindahkan. Dari asal-usul kata ini, Lorens Bagus, dalam Kamus Filsafat, mengartikan motivasi atau motif sebagai dorongan sadar dari suatu tindakan untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia. Motivasi memainkan peranan penting dalam menilai tindakan manusia, karena pada motif-motif itulah terkandung arti subyektif dari tindakan tertentu bagi orang tertentu. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Menurut George R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993) mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang, jenis pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan. Ada definisi yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan : 1. Pengaruh perilaku. 2. Kekuatan reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan. 3. Persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. (Campell , 1970). Motivasi atau dorongan kepada sesorang untuk bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu: a) Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif. b) Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999) Teori motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teori kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory). 5
1. Teori Motivasi Kepuasan (Content Theory) Teori ini merupakan teori yang didasarkan pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat dicari faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Pada teori kepuasan ini didukung juga oleh para pakar diantaranya : • Teori Hirarki Kebutuhan ( A. Maslow) • Teori Tiga Motif Sosial (D. McClelland) • Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg) • Teori E-R-G (Clayton Alderfer) 2. Teori Motivasi Proses (Process Theory) Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si pekerja. Dalam hal ini teori motivasi proses yang dikenal seperti : • Teori Harapan (Expectancy Theory/ Victor Vroom), komponennya adalah: Harapan, Nilai (Value), dan Pertautan (Instrumentality). • Teori Keadilan (Equity Theory/ S. Adams), hal ini didasarkan tindakan keadilan diseluruh lapisan serta obyektif di dalam lingkungan perusahaannya. • Teori Pengukuhan (Reinfocement Theory/ B.F. Skinner), hal ini didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari pelaku dengan pemberian kompensasi. • Teori X Y (Mc Gregor), hal ini mengemukakan tentang dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia. Pada dasarnya yang satu negatif yang ditandai dengan teori X dan yang lain positif yang ditandai dengan teori Y.
II.2. TEORI E-R-G ( Clayton Alderfer) Dalam kesempatan ini, penulis menggunakan Teori E-R-G dalam membahas paper ini dalam kasus “Mak Yanti – pemulung yang berkorban kambing”. Teori ERG dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang psikolog asal Amerika Serikat, kelahiran 1 September 1940, dimana teori ini merupakan simplifikasi dan pengembangan lebih lanjut dari teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow. 1. E (Existence atau keberadaan) 2. R (Relatedness atau hubungan) 3. G (Growth atau pertumbuhan) Ketiga kebutuhan pokok manusia ini diurai Aldelfer sebagai simplifikasi teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow sebagai berikut: 1) Existence atau keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman. 2) Relatedness atau hubungan mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslow. 3) Growth atau pertumbuhan adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow.
6
Alderfer berpendapat bahwa pemenuhan atas ketiga kebutuhan tersebut dapat dilakukan secara simultan, artinya bahwa hubungan dari teori ERG ini tidak bersifat hirarki. Mekanisme Kebutuhan: • Frustration – Regression • Satisfaction – Progression
Penjelasan dari sanggahan Alderfer terhadap teori hirarki Abraham Maslow adalah sebagai berikut; seseorang menurut teori Maslow akan tetap pada tingkat kebutuhan tertentu sampai kebutuhannya terpuaskan. Sedangkan menurut teori ERG, jika kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi buruk maka seorang individu mungkin kembali untuk meningkatkan kepuasan dari kebutuhan tingkat rendah. Ini disebut frustasi-regresi dari aspek teori ERG. Misalnya ketika kebutuhan-pertumbuhan buruk, maka seseorang mungkin akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan yang berkaitan dan jika ada masalah dalam mencapai kebutuhan yang berkaitan, maka dia mungkin akan termotivasi oleh kebutuhan eksistensi. Dengan demikian, frustrasi/kejengkelan dapat mengakibatkan regresi untuk kebutuhan tingkat rendah. Sementara teori hirarki Maslow kaku karena mengasumsikan bahwa kebutuhan mengikuti hirarki spesifik dan tertib, kecuali kebutuhan tingkat rendah terpuaskan, seorang individu tidak dapat melanjutkan ke kebutuhan tingkat yang lebih tinggi, Teori ERG sangat fleksibel.
7
Implikasi Teori ERG Teori ERG merupakan teori motivasi yang yang menitik beratkan pemahaman terhadap perilaku individu. Hal ini merupakan salah satu dari empat faktor pendekatan yang mempertimbangkan faktor intrinsic yang menyebabkan seseorang mengambil tindakan tertentu (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2008). ERG digunakan untuk memahami perepektif internal yang mendorong manusia melakukan hal tertentu. Berbagai penelitian telah dilakukan berdasarkan konsep existence, relatedness, and growth untuk meningkatkan kualitas kinerja individu. Kita harus memahami bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi pada waktu yang sama. Menurut teori ERG, dapat saja makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya. Aspek frustasi-regresi Teori ERG memiliki efek tambahan pada motivasi kerja. Misalnya jika seorang manusia tidak diberi kesempatan pertumbuhan dan kemajuan dalam sebuah organisasi, ia mungkin kembali untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi, jika lingkungan atau keadaan tidak memungkinkan, ia mungkin kembali ke kebutuhan akan uang untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi.
8
BAB III PEMBAHASAN III.1. Kondisi Mak Yati Sebelumnya Berdasarkan data yang diperoleh dari situs tempo.com pada tanggal 23 Oktober 2012 diketahui bahwa jumlah hewan kurban pada Idul Adha 1433 Hijriah atau tahun 2012 di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi diperkirakan naik sebesar 2- 10 persen dibandingkan dengan di tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dan keikhlasan masyarat untuk berkorban secara umum telah meningkat. Salah satu penyumbang kurban yang menarik perhatian saat itu adalah pemulung yang mampu berkurban dua ekor kambing dengan harga masing-masing 1 juta dan 2 juta, bahkan kambingnya menjadi kambing terbesar diantara 27 kambing yang dikurbankan di Masjid Al Ittihad, sebuah Masjid megah yang terletak di kawasan elite Tebet Mas, Jaksel. Pemulung tersebut adalah pasangan suami istri Yati (55) dan Maman (35), keduanya pemulung, menabung susah payah untuk berqurban selama 3 tahun. Mereka tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet, Jakarta Selatan. Tak ada barang berharga di gubuk 3×4 meter itu. Sebuah televisi rongsokan berada di pojok ruangan. Sudah bertahun-tahun TV itu tak menyala. Pasangan tersebut ratarata berpendapatan Rp 25 ribu per hari.
Mengingat kondisi ekonomi yang buruk maka tidak mudah untuk mewujudkan keinginan berkorban. Mak Yati mengaku sempat ditertawakan oleh orang lain saat bercerita seputar niatnya untuk berqurban. Mereka ketawa sambil berkata “sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” cerita Yati. Namun demikian Mak Yati tidak bergeming. Dia tetap meneruskan niatnya untuk membeli hewan qurban. Setalah menabung selama 3 tahun dan mempunyai uang yang cukup untuk membeli hewan korban, ternyata Mak Yati masih menerima komentar dari orang lain seperti “Pada bilang apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain.” Pendapat tersebut tidak menyurutkan niat suci dari Mak Yati.
9
Wanita asal Pasuruan, Jawa Timur ini bercerita soal mimpinya bisa berqurban. Dia malu setiap tahun harus mengantre meminta daging. “Saya ingin sekali saja bisa berqurban. Malu seumur hidup hanya minta daging,” katanya. III.2. Motivasi Mak Yati Kasus Mak Yati menarik untuk dilihat mengingat untuk memenuhi kebutuhan “existence” yaitu memenuhi kebutuhan dasar cukup sulit dipenuhi mengingat pendapatan sehari-hari dari pasangan pemulung tersebut hanya mencapai Rp 25 ribu. Namun demikian, pemulung tersebut langsung memenuhi kebutuhan “growth” yaitu ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui hewan qurban. Dalam hal ini, pemulung tersebut tidak melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan “relatedness”tetapi langsung kepada kebutuhan paling atas. Untuk mewujudkan keinginan berqurban tersebut diperlukan usaha yang sangat keras dimana bukan hanya diperlukan kesabaran menabung secara bertahun-tahun tetapi juga cemoohan dari warga sekitar yang beranggapan bahwa keinginan suci tersebut sia-sia dan tidak berguna. Diperlukan motivasi yang sangat kuat bagi siapun dengan kondisi seperti Mak Yati guna mewujudkan keinginan untuk berqurban. Mengingat terdapat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain itu environment sekitar yang tidak mendukung keinginan yang baik tersebut. Pemulung tersebut tidak menyangka bahwa kegiatan berqurban tersebut diliput secara nasional dan mendatangkan berbagai simpati serta bantuan dari berbagai pihak termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan keinginan untuk berqurban merupakan niat suci dari pemulung tersebut untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Setelah melakukan qurban maka pemulung tersebut kembali kepada kegiatan rutin sehari-hari mengambil barang rongsokan atau barang tidak terpakai lainnya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan “existence” atau kebutuhan dasar sehari-hari. Berdasarkan teori ERG dapat dilihat bahwa pemulung tersebut sulit untuk memenuhi kebutuhan “existence” namun demikian mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk memenuhi kebutuhan “ growth”. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan “growth” didasarkan oleh motivasi non material yang berasal dari inner manusia yaitu menjalankan salah satu perintah Tuhan setidaknya sekali seumur hidup. Setelah kebutuhan “growth” dipenuhi maka pemulung tersebut kembali untuk memenuhi kebutuhan “existence”. III.3. Kondisi Mak Yati Sekarang Pengorbanan dari Mak Yati menimbulkan simpati dan perhatian yang sangat luas dari masyarakat. Masyarakat melalui peserta haji dari PT. Maktour memberikan hadiah berupa biaya haji bagi pasangan pemulung tersebut.
10
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Sosial – RI memberikan rumah di daerah Pasuruan yang merupakan daerah asal Mak Yati dan uang sebesar Rp 5 juta sebagai modal bertani.
Rumah sederhana itu terdiri atas satu kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi serta sebidang tanah untuk pertanian. Selain itu, untuk modal usaha pertanian dan hidup selama 3 bulan, Menteri Sosial uang sebesar Rp 5 juta. Pemerintah mengharapkan agar Mak Yati dapat hidup lebih layak di kampung sehingga tidak perlu lagi menjadi pemulung di Jakarta yang telah dilakoninya selama hampir 40 tahun.
Pada bulan Agustus 2013, Menteri Sosial mengadakan inspeksi mendadak ke Pasuruan tempat untuk melihat perkembangan Mak Yati. Ternyata diketahui kondisi ekonomi Mak Yati telah menjadi baik berkat hasil kebun jagung. Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri berkata bahwa “ Kami bersyukur, bahwa Mak Yati tidak hanya memutuskan pulang kampung dan mendapatkan program bedah rumah dari Kementerian Sosial (Kemensos), tapi juga sukses dengan kebun jagung,". 11
Setalah beberapa bulan kembali ke kampung halaman dan bertani maka kehidupan dari Mak Yati jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi di Jakarta sebelumnya dimana mereka menjadi pemulung. Mak Yati telah dapat memenuhi kebutuhan dasar atau kebutuhan “existence” sesuai teori ERG sehingga selanjutnya dapat berusaha memenuhi kebutuhan “ relatedness” atau kebutuhan “ growth”. Berdasarkan fenomena Mak Yati, kita semua dapat belajar bahwa Tuhan Maha Adil dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Setiap pengorbanan yang tulus dari manusia pasti akan diberikan ganjaran yang lebih besar oleh Allah SWT.
12
BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan fenomena Pemulung yang berqurban maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji fenomena pemulung yang berqurban digunakan teori ERG (Existence – Relatedness – Growth) dimana pemenuhan kebutuhan manusia tidak harus dari pemenuhan kebutuhan “existence” terlebih dahulu baru berusaha memenuhi kebutuhan diatasnya tetapi pemenuhan kebutuhan dilakukan sesuai dengan motivasi manusia. 2. Walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan “existence” Mak Yati telah memenuhi kebutuhan “growth” yaitu memberikan hewan qurban dan contoh perilaku peduli sosial kepada masyarakat. 3. Motivasi Mak Yati melakukan qurban didasarkan oleh keinginan tulus untuk berqurban setidaknya satu kali dalam hidupnya dan malu karena selama ini hanya meminta daging qurban. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tujuan non duniawi atau menjalankan perintah Tuhan yang menjadi dorongan kuat bagi manusia untuk mencapai tujuan tersebut walaupun hal tersebut sulit dicapai dan mendapatkan tantangan dari lingkungan sekitar. 4. Motivasi yang tulus dari Mak Yati berbuah manis dimana masyarakat dan pemerintah memberikan apresiasi sehingga ekonomi dari Mak Yati menjadi lebih baik. Saat ini, Mak Yati sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar atau kebutuhan “existence” sehingga dapat berusaha memenuhi kebutuhan lainnya yaitu kebutuhan “ relatedness” atau kebutuhan “ growth.”
13
BAB V DAFTAR PUSTAKA 1. The Development and Use of The Theory of ERG: A Literature Review by Jane R. Caulton. Emerging Leadership Journey, ISSN 1941-4684 Vol. 5 Iss.1 – Regent University School of Global Leadership & Enterpreneurship 2. Maslow Pyranid – Possible Interpretation by Corina Matei Gherman. International Journal of Learning & Development, ISSN 2164-4063 2012. Macrothink Institute 3. http://WWW.Tempointeraktif.Com Judul: Jumlah Hewan Kurban Tahun ini Naik 2-10 Persen, tanggal 23 Oktober 2012 4. http://WWW.Kompas.Com. Judul:Ada Kejutan untuk Mak Yati Si Pemulung Berkurban, tanggal 15 November 2012 5. http://WWW.Merdeka.Com Judul: Mak Yati, pemulung yang berkurban itu kini sukses bertani jagung, tanggal 26 Agustus 2013
14