TESIS
TENGGER BRANG KIDUL : ARENA PEREBUTAN AGAMA DI DESA NGADAS, KECAMATAN PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
NI PUTU AYU AMRITA PRADNYASWARI NIM. 1390261016
PROGRAM STUDI MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
i
TENGGER BRANG KIDUL: ARENA PEREBUTAN AGAMA DI DESA NGADAS, KECAMATAN PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI PUTU AYU AMRITA PRADNYASWARI NIM 1390261016
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 29 JULI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Made Suastika, SU NIP. 195701131980031001
Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si NIP. 195208151981031004
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si NIP. 195208151981031004
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S(K) NIP. 195902151985102001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 29 Juli 2015
Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No. 1204/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 20 April 2015
Ketua : Prof. Dr. I Made Suastika, SU Anggota : 1. Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si 2. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS 3. Dr. Ni Luh Arjani, M. Hum 4. Dr. I Ketut Setiawan, M.Hum
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: NI PUTU AYU AMRITA PRADNYASWARI
NIM
: 1390261016
PROGRAM STUDI : S2 KAJIAN BUDAYA JUDUL TESIS
: TENGGER BRANG KIDUL : ARENA PEREBUTAN AGAMA DI DESA NGADAS, KECAMATAN PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 29 Juli 2015
Ni Putu Ayu Amrita Pradnyaswari
v
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ketertarikan penulis terhadap penelitian ini berawal ketika penulis mengikuti penelitian bersama tim dari Laboratorium Antropologi untuk Riset dan Aksi Universitas Gadjah Mada. Setelah melakukan penjajakan dan pencarian informasi awal mengenai kehidupan masyarakat Tengger di 4 Kabupaten (Pasuruan Lumajang, Probolinggo, dan Malang),
akhirnya penulis memutuskan untuk
memilih 1 lokasi penelitian yang dianggap paling relevan dalam penyusunan tesis sehingga tesis ini
terwujud dengan judul “Tengger Brang Kidul: Arena
Perebutan Agama di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur”. Tesis ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi masyarakat Tengger Brang Kidul di Desa Ngadas, bagi penulis sendiri, bagi Program Studi S2 Kajian Budaya Universitas Udayana, dan pembaca pada umumnya. Tesis ini sama sekali tidak bertujuan untuk menjustifikasi kebenaran suatu golongan ataupun agama tertentu. Tesis ini hanya merupakan sebuah tulisan reflektif yang hendak mengangkat isu emansipasi kekayaan kearifan lokal masyarakat di tengah gerusan zaman. Pada akhirnya penulis sadar bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Untuk itu dengan segenap hati tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada : vi
1.
Seluruh pejabat struktural di lingkungan Universitas Udayana, khususnya
Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.P.D., KEMD selaku Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S. (K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya sekaligus Pembimbing Akademik, dan Dr. I Nyoman Dhana, MA selaku Sekretaris Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan memfasilitasi penulis untuk mengikuti studi. 2.
Prof. Dr. I Made Suastika, SU dan Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si
selaku pembimbing yang selalu memberikan pengarahan, teliti melihat kekurangan tulisan, dan selalu memberikan waktu Beliau tanpa pamrih . Tidak lupa dosen penguji, yakni Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS, Dr. Ni Luh Arjani, M. Hum, Dr. I Ketut Setiawan, M. Hum yang telah memberikan kritik dan saran membangun untuk mewujudkan tulisan yang lebih baik. 3.
Segenap dosen di lingkungan Program Studi S2 Kajian Budaya Universitas
Udayana yang selalu berkenan membagi ilmu dan membuka cakrawala berpikir, dosen di lingkungan Program Studi S1 Antropologi Universitas Udayana dan Universitas Gadjah Mada, pada khususnya Dr. Purwadi Soeriadiredja, M. Hum dan Dr. Nicolaas Warouw sebagai figur mentor yang mengajarkan dan membuka jalan saya menjadi “the real anthropologist”, serta Staff Sekretariat di lingkungan Program Studi S2 dan S3 Kajian Budaya Pak Putu Sukaryawan, Bu Luh, Bu Cok, Bu Ari, Bu Komang, Bli Kadek, Pak Tut Songket, dan Bu Agung, yang selalu
vii
berbagi canda dan tak lelah memberikan informasi serta layanan administrasi selama penulis menempuh masa studi. 4.
Seluruh informan di Desa Ngadas dan di seluruh wilayah Tengger yang
telah berkenan menerima dan mengajarkan saya arti hidup dan kebahagiaan. Penghormatan setinggi-tingginya penulis haturkan pada Bapak Mujianto selaku Kepala Desa Ngadas dan keluarga, Bapak Sutomo selaku Ketua Paruman Dukun Pandhita se-Tengger, Bapak Ngatono, Bapak Ponadi, dan Bapak Ngasep selaku sesepuh di Desa Ngadas, serta seluruh perangkat desa di lingkungan Desa Ngadas yang telah berkenan menerima kehadiran saya di tengah masyarakat. Terima kasih saya ucakan pada Ibu Lurah yang selalu berkenan menyediakan tempat dan membuatkan saya makanan super enak setiap harinya sehingga selama di Bali saya selalu rindu masakan Ibu. Tidak lupa saudara saya, Pak Ngatiksan (Mas Til), Mas Siswandi, dan Mas Iswoto yang selalu berkenan saya repotkan, yang selalu berbagi tawa, menyediakan waktu untuk antar saya kesana kemari, dan membantu saya selama penelitian berlangsung. 5.
Ayahanda AKP I Nyoman Sudiarsa, Ibunda tercinta Ir. A. A. Sri Mas
Heryawati, yang selalu sabar dan tidak pernah putus mengiringi langkah anaknya dengan segenap cinta dan doa. Terima kasih telah menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Kedua adikku tersayang, Ni Made Ratih Laksmi Pradnyakumari dan I Nyoman Arya Pradiptana Sukha yang selalu memberikan motivasi dan selalu memberikan bantuan demi terwujudnya tesis ini, Tidak lupa keluarga besar Kanta S. Nathani, terutama Mommy, ibu yang terus memberikan doa dan motivasi bagi saya selama ini. viii
6.
Teman-teman S2 dan S3 Kajian Budaya angkatan 2013, kerabat Antropologi
di Unud dan UGM, dan segenap keluarga besar, sahabat,
teman, maupun
catalisator yang selalu membantu saya, baik secara materi maupun motivasi. Denpasar, 16 Juni 2015 Penulis
ix
ABSTRAK
Tesis ini merupakan sebuah karya orisinal yang ditulis dengan semangat emansipatoris mengenai fenomena dalam masyarakat akibat pendisiplinan agama yang dilakukan negara melalui kehadiran agama resmi tanpa berniat menyudutkan salah satu agama ataupun golongan. Negara yang seharusnya melindungi hak warganya untuk memeluk kepercayaannya sebagaimana tercantum dalan UUD pada kenyataannya justru menekan para masyarakat etnik yang memiliki agama lokal untuk memilih dan memeluk salah satu agama resmi yang diakui pemerintah, yakni Islam, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Kesenjangan terlihat ketika negara hanya mengakui agama “import” sebagai agama resmi negara dan agama lokal yang merupakan agama asli nenek moyang Indonesia dianggap hanya sebagai aliran kepercayaan bahkan terkesan “kafir”. Hal tersebut ditemukan pada masyarakat Tengger Brang Kidul di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan dalam 3 pertanyaan, yakni: (1) Bagaimana bentuk perebutan agama? (2) Bagaimana strategi pemertahanan ideologi lama? (3) Bagaimana pergulatan makna dalam arena perebutan agama pada masyarakat Tengger Brang Kidul di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur? Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap usaha pendisiplinan agama yang dilakukan oleh negara melalui agama resmi. Teori yang digunakan sebagai instrumen untuk menganalisa data yang diperoleh adalah teori praktik, relasi kuasa dan pengetahuan, serta hegemoni. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik observasi partisipasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Bentuk perebutan agama dilakukan oleh masing-masing agama resmi dengan membawa klaim kebenaran sendiri dan berlomba menjadi “wadah” yang berkenan menerima masyarakat yang mau mengikuti deras arus pendisiplinan agama. Permainan para agen eksternalitas dalam mengoperasikan modal yang mereka miliki hadir dalam bentuk infiltrasi Buddha Dharma dan dominasi aliran Maitreya, Bali Seering bertopeng Hindunisasi, dan infiltrasi agama Islam. Masyarakat lokal di Desa Ngadas merespon hal tersebut dengan melakukan pemertahanan ideologi lama dengan tetap melaksanakan ritual dan kearifan lokal yang menjadi bagian dari warisan nenek moyang, seperti sistem kalender, beberapa ritual dan upacara keagamaan, sistem perkawinan, serta usaha dalam membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Tengger. Pergulatan makna dalam perebutan agama terjadi sebagai kompromi antara agen eksternalitas yang memiliki ideologi kebenaran absolut agama yang sarat kekuasaan dan masyarakat lokal yang memiliki ideologi primordial dan ancestor worship dalam rangka mempertahankan kepercayaannya.
Kata kunci : Tengger Brang Kidul, arena perebutan agama, ideologi x
ABSTRACT
This thesis is an original work written with emancipatory spirit about the phenomenon in the society caused by the disciplinary of religion conducted by the Nation through the presence of official religions, and the writing of this thesis have no intention to put any party in responsibility for the inconvenience following that action. Instead of protecting the people’s right to have faith in their own belief as stated in the constitution, the Nation suppresses ethnic societies who has local belief to convert into one of the official religions in Indonesia, namely Islam, Catholic, Christian, Hindu, Buddhist. A gap existed when the nation only recognized“imported”religions as the official religions while the local beliefs which are the original religions of the ancestors only considered as cults and their believers are considered as infidel. This phenomenon can be seen in the people of Tengger Brang Kidul who live at Ngadas, Malang Regency, East Java. The subjects discussed in this thesis can be formulated into 3 points; (1) the form of religions battle, (2) the old ideology retention’s strategy, (3) the meaning-struggle in the religions battle arena of the Tengger Brang Kidul people in Ngadas, Poncokusumo, Malang, East Java. The purpose of this research is to reveal how the nation tries to replace the ancestral religion with the new official “imported” ones. Theories used in this thesis as an instrument to analyze obtained data are theory of practice, theory of power relation and knowledge, and also theory of hegemony, while the method used in this research is qualitative method with participatory observation technique, personal interview, and literature study. Religions battle is carried out by each of the official religions by bringing its own truth and competes to be the “best” religion to get as many followers as possible. The capital game of religion’s agents present in the form of Buddha Dharma infiltration and domination of Maitreya cult, Bali Seering using Hinduism mask, and Islamic infiltration. Given all of those treatments, local people in Ngadas act responsively by maintaining their ideology by means continue performing rituals and preserve local wisdoms of the ancestral heritage such as calendar system, religious ritual ceremonies, marital system, and forming Tengger People Communication Forum. The meaning-struggle in religions battle occurs as a compromise between religion’s agents who have the ideology of absolute truth which possesses power and the local society with their primordial ideology along with ancestor worship in order to keep their faith.
Keyword : Tengger Brang Kidul, religions battle arena, ideology
xi
RINGKASAN Agama pada masa kini bukan hanya suatu seperangkat keyakinan yang sakral dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam kehidupannya. Agama saat ini dapat dipandang sebagai suatu alat yang digunakan untuk melanggengkan kekuasaan melalui gejala politisasi agama yang sarat kepentingan, apalagi negara Republik Indonesia hanya mengakui 6 agama resmi padahal terdapat banyak agama lokal yang menjadi bagian dari jati diri dan kehidupan masyarakat Indonesia. Agama resmi yang diakui adalah agama yang bukan asli warisan dan identitas manusia Indonesia, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, serta Konghuchu. Hal tersebut menegaskan tindakan pemerintah yang membagi agama menjadi yang “legal” dan yang “illegal”, bahkan dapat dikatakan sebagai yang “benar” dan yang “sesat”. Beberapa teori digunakan dalam tulisan ini secara eklektik guna mengungkap usaha penyeragaman agama yang dilakukan oleh negara melalui agama resmi. Teori yang digunakan adalah teori praktik sosial dari Pierre Bourdieu guna membedah agen, arena, maupun modal yang terdapat dalam proses perebutan agama. Teori ini juga membantu untuk membedah negosiasi dan kontestasi yang dilakukan agama resmi dan agama lokal masyarakat. Selanjutnya teori yang juga relevan dalam membedah fenomena ini adalah teori relasi kuasa dan pengetahuan yang dikemukakan Foucault untuk mengungkap ideologi yang digunakan para agen dalam menyusup kehidupan masyarakat yang sarat menggunakan proses hegemoni sebagai cara untuk “menguasai” ideologi
xii
masyarakat setempat. Hal tersebut menegaskan pentingnya teori hegemoni yang dikemukakan Gramsci. Pendisiplinan agama yang dilakukan negara tentu saja mengkhianati UUD RI mengenai hak asasi manusia dalam konteks kebebasan warga negara memeluk kepercayaan sesuai hati nurani dan penjaminan negara untuk melindungi kemerdekaan tiap warga negara dalam memeluk kepercayaannya. Hal tersebut menyebabkan banyak penganut agama lokal mengalami kekerasan fisik, tekanan, dan penyusupan agama-agama resmi dengan bertopeng peraturan pemerintah, seperti yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Tengger Brang Kidul di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Masyarakat Tengger Brang Kidul di Des Ngadas merupakan daerah yang paling berbeda dibandingkan masyarakat Tengger di daerah lain, seperti di Kabupaten Lumajang, Pasuruan, dan Probolinggo. Masyarakat Tengger Brang Kidul di desa ini masih mempertahankan agama Buda sebagai bagian dari jati diri dan warisan nenek moyang mereka dalam konteks ke-tengger-an hingga saat ini. Pada perkembangan selanjutnya, agama Jawa Sanyata yang berasal dari daerah Klaten menjadi agama yang juga diyakini masyarakat setempat sampai saat ini sehingga muncul istilah Buda Jawa Sanyata. Pendisiplinan agama yang dilakukan pemerintah dalam masa inisiasi dari pemerintah Orde Lama menuju Orde Baru, infiltrasi agama resmi mulai menyusup kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh para agen eksternalitas yang juga turut mengambil bagian dalam membentuk manusia Tengger Brang Kidul di Desa Ngadas pada saat ini. dimulai dari Hindu melalui Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) tapi lebih berbau Bali Seering xiii
yang bertopeng Hindunisasi, Buddha melalui dominasi aliran Maitreya hingga saat ini mereka mengidentiifikasi diri mereka sebagai umat Buddha Jawa Sanyata, serta agama Islam. Islam yang pada awalnya sangat toleran terhadap ritual, kini mulai berkembang Islam aliran Wahabi dalam masyarakat yang sudah tidak lagi melakukan ritual khas warisan nenek moyang. Hal tersebut menggambarkan perebutan agama yang dilakukan dalam masyarakat dengan mengupayakan seluruh modal yang dimiliki para agen ekternalitas yang menyusup dalam sebuah arena negosiasi agar ideologi mereka dapat diterima masyarakat melalui proses hegemoni. Respon yang dilakukan masyarakat Tengger Brang Kidul di Desa Ngadas dalam menghadapi infiltrasi tersebut adalah dengan tetap mempertahankan kepercayaan mereka dan melakukan semua ritual yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Hal tersebut dapat dilihat dalam usaha mereka mempertahankan sistem kalender khas Tengger Brang Kidul, menjalankan ritual dan upacara keagamaan sesuai keyakinan mereka, dan pemertahanan nilai-nilai Jawa Sanyata dalam sistem perkawinan terutama bagi masyarakat yang masih memeluk agama Buddha. Beberapa elemen tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan identitas mereka sebagai manusia Tengger Brang Kidul. Proses negosiasi dan kontestasi yang terjadi dalam arena perebutan agama tidak dapat dilepaskan dari negosiasi dalam bentuk penggunaan simbol keagamaan, misalnya dalam Vihara. Patung yang digunakan pada altar Vihara adalah patung Ismaya sebagai representasi “ke-Jawa Sanyata-an”, patung
xiv
Siddharta Gautama sebagai representasi “ke-Buddha-an”, dan patung Maitreya sebagai representasi iman cinta kasih yang menguatkan “ke-Buddha-an” mereka. Pergulatan makna dalam arena perebutan agama terjadi ketika terdapat hubungan dialogis dan kompromistis diantara agen eksternalitas yang membawa ideologi baru dan agen pemertahan ideologi lama. Agen agama resmi memiliki ideologi kebenaran absolut yang menganggap bahwa kebenaran agamanya adalah kebenaran yang paling benar sehingga memiliki kecenderungan ekspansionistik. Ideologi kekuasaan tentu saja ikut bermain secara implisit mewarnai proses perebutan agama tersebut. Di sisi lain, masyarakat Tengger Brang Kidul di Desa Ngadas sebagai agen pemertahan memiliki ideologi primordial dan ancestor worship. Ideologi primordial direpresentasikan melalui usaha mereka untuk tetap menjalankan tradisi yang menjadi warisan dari nenek moyang yang tidak saja dianggap sebagai rasa bakti terhadap nenek moyang, tetapi sungguh-sungguh dirasakan sebagai bagian dari diri dan spiritual mereka. Tradisi dan agama lokal juga mereka yakini sebagai suatu alat bahkan mekanisme yang membantu menertibkan kehidupan mereka dalam masyarakat.
xv
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM................................................................................
i
PRASYARAT GELAR..........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS............................................
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................
vi
ABSTRAK ............................................................................................
x
ABSTRACT ..........................................................................................
xi
RINGKASAN........................................................................................
xii
DAFTAR ISI .........................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL .................................................................................
xx
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xxi
GLOSARIUM .......................................................................................
xxii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ...........................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ......................................................
9
1.3
Tujuan Penelitian........................................................
10
1.3.1 Tujuan Umum....................................................
10
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................
10
Manfaat Penelitian......................................................
11
1.4.1 Manfaat Teoretis................................................
11
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................
12
1.4
xvi
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA,
KONSEP,
LANDASAN
TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1
Tinjauan Pustaka ........................................................
13
2.2
Konsep .......................................................................
17
2.2.1 Arena ...............................................................
17
2.2.2 Agama ..............................................................
19
2.2.3 Arena Perebutan Agama ...................................
20
2.2.4 Tengger Brang Kidul ........................................
21
2.2.5 Buddha Jawa Sanyata.......................................
24
Landasan Teori...........................................................
38
2.3.1 Teori Praktik …………………………………. .
39
2.3.2 Teori Relasi Kuasa dan Pengetahuan …………
41
2.3.3 Teori Hegemoni ………………………………..
43
Model Penelitian………………………………….. ....
45
2.3
2.4 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian ..................................................
48
3.2 Lokasi Penelitian.........................................................
49
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................
51
3.4 Teknik Penentuan Informan ........................................
51
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................
52
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..........................................
53
3.7 Teknik Analisis Data...................................................
56
3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data .........................
57
xvii
BAB IV
BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Lingkungan Alam .....................................
58
4.2
Penduduk dan Angka Demografi.................................
60
4.3
Sistem Kepercayaan dan Religi ...................................
62
4.3.1 Ritual Publik.....................................................
64
4.3.2 Ritual Domestik ................................................
90
4.4 Organisasi Sosial dan Adat Istiadat .............................
118
4.5
Sistem Mata Pencaharian ............................................
123
4.6 Pola Pemukiman .........................................................
126
PRAKTIK NGADAS,
PEREBUTAN
AGAMA
KECAMATAN
DI
DESA
PONCOKUSUMO,
KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR 5.1 Arena Perebutan Wilayah Hegemoni Agama...............
135
5.1.1 Agen dan Eksternalitas Pembentuk Manusia
5.2
Tengger….. ......................................................
137
5.1.2 Modal................................................................
141
Strategi Perluasan Ideologi Baru Melalui Agama Resmi Negara ............................................................. 5.2.1 Infiltrasi
Buddha
Dharma
dan
142
Dominasi
Maitreya ............................................................
144
5.2.2 Bali Seering Bertopeng Hindunisasi...................
157
5.2.3 Infiltrasi Islam ...................................................
163
xviii
BAB VI
STRATEGI PEMERTAHANAN IDEOLOGI LAMA DALAM ARENA PEREBUTAN AGAMA DI DESA NGADAS,
KECAMATAN
PONCOKUSUMO,
KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR 6.1. Sistem Kalender .........................................................
175
6.2
Ritual dan Upacara Keagamaan ..................................
192
6.3
Sistem Perkawinan .....................................................
201
BAB VII PERGULATAN AGAMA
DI
MAKNA DESA
DALAM
NGADAS,
PEREBUTAN KECAMATAN
PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR 7.1 Ideologi Kebenaran Absolut Agama............................
209
7.2
Ideologi Kekuasaan.....................................................
212
7.3 Ancestor worship dan Ideologi Primordial...................
214
BAB VIII Penutup 8.1 Simpulan.....................................................................
221
8.2 Saran...........................................................................
223
Daftar Pustaka .......................................................................................
225
Pedoman Wawancara.............................................................................
229
Daftar Informan .....................................................................................
230
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1
Pemeluk Agama Resmi di Kawasan Tengger Berdasarkan Desa ....................................................................................
6
Tabel 4. 1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ............................
60
Tabel 4. 2
Tingkat Pendidikan Penduduk Menurut Jenis Kelamin.........
62
Tabel 4. 3
Jumlah Penduduk Menurut Agama Digolongkan Sesuai Jenis Kelamin.......................................................................
63
Tabel 4. 4
Prasarana Peribadatan Sesuai Agama ...................................
64
Tabel 4.5
Jenis Pekerjaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin……………………………... ..................................
124
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Peta Kawasan Tengger .........................................................
59
Gambar 4.2
Lahan Pertanian Masyarakat Desa Ngadas ...........................
126
Gambar 4.3
Kawasan Pemukiman Penduduk...........................................
127
Gambar 5.1
Altar Vihara Paramita di Desa Ngadas yang Terdiri dari 3 Patung..................................................................................
155
Gambar 5.2
Masjid Al-asfiya Desa Ngadas .............................................
171
Gambar 6.1
Caraka Walik dalam Tokoh Semar.......................................
182
Gambar 6.2
Penyerahan Dokumen Pernikahan oleh Pandita Dukun Pala Saraya ..................................................................................
206
Gambar 7.1
Ki Kere atau Ki Sabda Gedibal di Sanggar Pasembahan.......
217
Gambar 7.2
Papan Memo di Rumah Pak Ponadi (Sespuh di Desa Ngadas)................................................................................
218
xxi
GLOSARIUM Adam Makna
:
kitab suci yang diyakini pemeluk Jawa Sanyata.
ancestor worship
:
hubungan keterikatan antara manusia dengan nenek moyang
Bali Seering
:
gerakan pemurnian Bali melalui slogan “Ajeg Bali”.
barikan
: ritual yang bersifat monumental pada saat terjadi bencana alam atau peristiwa alam lain seperti gerhana.
Buda
: kepercayaan khas masyarakat Tengger yang berasal dari agama Siwa-Buddha pada masa kerajaan Majapahit.
Buddha
:
Biro Pakem
: Biro Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat Kejaksaan RI.
caraka walik
: huruf Jawa yang disusun terbalik, bukan dimulai dari huruf “ha”, tetapi dimulai dari huruf “nga” dan diakhiri huruf “ha”. Huruf ini disiratkan pada tokoh Semar untuk menggambarkan filosofi agung yang diungkapkan Semar mengenai pengendalian diri dan kebajikan.
dahnyang
: tempat yang dikeramatkan.
dukun
: atau disebut juga Dukun Pandhita merupakan sebutan bagi pemimpin ritual adat, baik ritual domestik maupun publik.
entas-entas
: serangkaian ritual kematian yang bertujuan untuk “mengentaskan” roh orang yang telah meninggal dari alam semesta menuju nirwana.
FKMT
: Forum Komunikasi Masyarakat Tengger
gedhang ayu
: sesaji utama dan pokok yang harus ada dalam setiap ritual yang terdiri dari buah pisang, daun sirih, dan bunga tan alayu (edelweiss).
agama resmi yang diakui pemerintah Indonesia.
xxii
hanacaraka
: huruf Jawa yang terdiri dari 20 huruf yang terkait pada legenda Aji Saka dan memiliki makna filosofis bagi masyarakat.
Hyang Wenanging Jagat : pusat orientasi masyarakat Desa Ngadas yang memeluk kepercayaan Jawa Sanyata. Islam Wetu Telu
: Islam abangan yang diyakini masyarakat muslim Sasak.
Ismaya
: salah satu figur masyarakat penganut Jawa Sanyata yang memiliki nama lain Semar, Humarmaya, Sabda Palon, dan Nayagenggong
Jawa Sanyata
: agama “kejawen” yang berasal dari daerah Klaten, Jawa Tengah dan berkembang di Desa Ngadas hingga saat ini.
kasada
: ritual publik yang dilakukan masyarakat Tengger sebagai bentuk bakti dan syukur masyarakat terhadap leluhur mereka, yakni Rara Anteng (anak dari Prabu Brawijaya V) dan Jaka Seger (anak angkat Rsi Dadap Putih).
kejawen
: kepercayaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi nilai dan budaya Jawa.
kekerik
: ritual domestic ketika bayi berumur 40 hari
Ki Kere
: memiliki sebutan lain yaitu Ki Sabda Gedibal merupakan tokoh dalam masyarakat yang mengenalkan ajaran Jawa Sanyata.
LKBI
: Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia
legen
: asisten dukun yang membantu menyiapkan segala sesaji.
mayu desa
: ritual pentahbisan seorang kepala adat atau petinggi yang dilakukan setiap pergantian kepala desa.
Maitreya
: salah satu aliran Buddha Dharma di bawah naungan Walubi yang meyakini bahwa Maitreya adalah sosok penuh cinta kasih yang akan terlahir menjadi xxiii
penyelamat dunia ketika dunia akan kiamat. Aliran ini berasal dari Tiongkok. NU
: Nahdatul Ulama.
ongkek
: Sesaji berupa sayur dan buah-buahan yang disusun dari bambu untuk dilarung ke dalam kawah Bromo sebagai persembahan dalam upacara Kasada.
PHDI
: Parisadha Hindu Dharma Indonesia
PKI
: Partai Komunis Indonesia
primordial
: ikatan dalam masyarakat yang bersifat asli yang dibawa sejak lahir, seperti kesukuan, kekerabatan, dan keagamaan
sanggar pasembahan
: tempat bersembahyang bagi umat Jawa Sanyata yang saat ini menjadi Vihara Paramita.
pujan
: ritual publik khas Tengger dalam rangka selamatan desa.
sayut
: ritual domestik yang dilakukan ketika bayi dalam kandungan berumur 7 bulan.
sesepuh
: orang dianggap memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kehormatan dalam masyarakat. Sesepuh identik untuk menyebut orang yang sudah “berumur” yang merupakan tokoh masyarakat.
Tengger
: masyarakat etnik bagian dari suku Jawa yang mendiami daerah di sekitar Gunung Bromo dan secara administratif tersebar di 4 kabupaten di Jawa Timur, yakni Malang, Pasuruan, Lumajang, dan Probolinggo.
Tengger Brang Kidul
: sebutan bagi masyarakat Tengger yang mendiami daerah Malang. Kidul merujuk pada arah selatan.
Tengger Brang Kulon
:
Tengger Brang Lor
: sebutan bagi masyarakat Tengger yang mendiami daerah Probolinggo. Kidul merujuk pada arah utara.
sebutan bagi masyarakat Tengger yang mendiami daerah Pasuruan. Kidul merujuk pada arah barat.
xxiv
Tengger Brang Wetan
: sebutan bagi masyarakat Tengger yang mendiami daerah Lumajang. Kidul merujuk pada arah timur.
tetesan mrajakani
: selamatan pada anak laki-laki yang memasuki masa akil balik dengan mengiris bagian alat kelaminnya.
tugel gombak
: selamatan pada seorang perempuan yang memasuki masa akil balik.
tugel kuncung
: selamatan pada seorang laki-laki yang memasuki masa akil balik.
unan-unan
: ritual bersih desa atau ngeruwat jagat yang diselenggarakan setahun sekali.
Walubi
: Perwakilan Umat Buddha Indonesia
Wahabi
: ajaran dengan interpretasi doktriner dan puritan dari Islam yang menolak segala bentuk inovasi atau bid’a dan kini dominan di Arab Saudi
wong sepuh
: sebutan bagi orang yang memahami dan menguasai pakem-pakem dalam tiap ritual
xxv