Telaah Kitab Kisah Para Rasul dari Sudut Pandang Yahudi Mesianik Oleh Richard Aharon Chaimberlin
(Gambar) Sinagoga Tertua di Dunia di Puncak Masada Dekat Laut Mati
Dinasti Hasmonea membangun benteng di atas gunung kecil di Masada pada Abad Dua Sebelum Masehi. Raja Herodes juga membangun sebuah istana di lokasi itu pada masa pemerintahannya (40 – 4 SM). Pada tahun 66 M, di awal masa Pemberontakan Yahudi (66-73 M), kelompok garis keras Sicari (Zelot) merebut Masada dari tangan Roma. Ketika pemberontakan berhasil ditekan, kaum Zelot lari ke Masada. Namun, 15 ribu prajurit Roma akhirnya mengepung kaki gunung Masada. Kaum Zelot berjumlah 967 orang pria, wanita dan anak-anak. Prajurit Roma membuat jalan naik di sisi barat gunung, dan merobohkan tembok pertahanan pada hari pertama Pesakh (Paskah Ibrani) pada tahun 73. Mereka menemukan semua orang mati kecuali seorang wanita dan anak-anaknya. Wanita itu menceritakan apa yang telah terjadi. Ketika kekalahan sudah di depan mata, Ben-Yair (pemimpin kaum Zelot) menyampaikan pidato pengobar semangat, dengan mengatakan bahwa mati adalah lebih baik daripada kalah dan dipermalukan. Dia tahu bahwa prajurit Roma sangat brutal dalam merayakan kemenangan. Akhirnya, sepuluh orang pria dipilih dengan undian untuk membunuh semua orang. Lalu, sepuluh orang ini saling membunuh. Kemudian, orang terakhir membunuh dirinya sendiri. Wanita ini bersembunyi bersama anak-anaknya dan selamat. Prajurit Roma mendapat sebuah kemenangan hampa. Tetapi, inilah akhir dari Pemberontakan Pertama Bangsa Yahudi terhadap Roma.
Kitab Kisah Para Rasul berisi sejarah Yudaisme Mesianik Abad Pertama sebelum penghancuran Beit HaMikdash (Bait Suci) di tahun 70 M. Sudah ada banyak telaah mengenai kitab ini, tetapi sangat sedikit yang ditulis dari sudut pandang Yahudi Mesianik. Sangatlah penting bagi orang Kristen dan Yahudi Mesianik untuk memiliki pemahaman Biblikal mengenai kitab ini. Tetapi, pemahaman itu akan kurang tepat jika kitab ini dibaca di luar konteks sejarah Yahudi. Semoga, telaah ini dapat membantu pembaca memahami Kitab Kisah Para Rasul dengan lebih baik. Buku ini berisi kumpulan serial artikel telaah Kitab Kisah Para Rasul yang dimuat di majalah Yahudi Mesianik Petah Tikvah selama tahun 2008 - 2011. Oleh karena itu, banyak terdapat pengulangan informasi bagi mereka yang melewatkan edisi majalah ini. Namun pengulangan itu juga dapat berguna bagi pembaca buku ini. Rabi Richard Chaimberlin adalah Rabi Mesianik dari Petah Tikvah, sebuah jemaat kecil Yahudi Mesianik di bagian utara New York. Ia juga menerbitkan majalah Yahudi Mesianik berjudul Petah Tikvah. Untuk mendapatkan contoh majalah , kirimkan $3 ke: 165 Doncaster Rd, Rochester NY 14623-1348.
Pengenalan kepada “Mifalot HaSh’lichim” (Kisah Para Rasul) Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 1 Kitab Kisah Para Rasul (KPR) disebut “Mifalot HaSh’lichim” dalam bahasa Ibrani, atau “Acts of the Apostles” dalam bahasa Inggris.1 Kita tidak dapat pastikan dalam bahasa apa kitab ini pertama ditulis. Kebanyakan naskah kuno Perjanjian Baru berbahasa Yunani, tetapi itu tidak berarti bahasa asli Perjanjian Baru pasti bahasa Yunani. Manuskrip Perjanjian Baru tertua di dunia tertulis dalam bahasa Aramaik. Namun, tidak otomatis berarti Perjanjian Baru Aramaik lebih tua; itu hanya menunjukkan iklim kering di Timur Tengah mampu menjaga naskah kuno lebih baik. Tulisan para “Bapa Gereja” seperti Papias, Irenaeus, Origen, Eusebius, Epiphanius dan Jerome mengatakan bahwa Matius menulis Injilnya dalam bahasa Ibrani. Maka, Injil Matius versi bahasa Yunani dan Aramaik adalah terjemahan dari naskah asli berbahasa Ibrani. Saya menduga naskah Injil yang lain pada awalnya juga ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aramaik,2 karena pembaca yang dituju ialah orang-orang Yahudi. Kitab KPR ditulis untuk menceritakan peristiwa dalam periode waktu setelah Kebangkitan Yeshua, yang dimulai pada sekitar tahun 30 M.3 Sekali lagi, pembaca yang dituju sebagian besar adalah orang-orang Yahudi, jadi sangat mungkin bahasa asli kitab ini adalah bahasa Ibrani atau Aramaik, walaupun mungkin juga Yunani.
Siapa penulis Kitab Kisah Para Rasul? KPR pasal 1 tampak seperti sambungan dari bagian akhir Injil Lukas: “Ia (Yeshua) berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan Neviim (kitab nabi-nabi) dan Tehillim (kitab Mazmur).’ Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." “Lalu Yeshua membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tanganNya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di Beit HaMikdash (Bait Suci) dan memberkati Elohim. Amin.”
1
Saya tidak bisa membaca huruf Yunani, jadi saya tidak dapat memberitahukan kepada Anda nama Kitab ini dalam bahasa Yunani. 2 Beberapa teolog di tahun 1800-an berpendapat bahasa Ibrani tidak digunakan oleh orang Yahudi 2000 tahun yang lalu, dan hanya digunakan untuk berdoa atau bahasa mati. Tetapi, arkeologi modern membuktikan bahwa bahasa Ibrani aktif dipakai pada Abad Pertama. Bahasa Aramaik lebih banyak digunakan di daerah Galilea, Israel Utara. Bahasa Aramaik adalah salah satu bahasa “internasional”, digunakan oleh orang dari beberapa negara. Bangsa Yahudi mulai menggunakan bahasa Aramaik selama Pembuangan ke Babel. 3 “Common Era,” sama dengan Masehi (“A.D.”)
Penulis KPR tidak menyebutkan namanya. Tetapi, dapat disimpulkan bahwa Lukas menulis Kitab ini. Injil Lukas ditulis kepada “yang mulia Teofilus.”4 KPR dimulai dengan kalimat, “O Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yeshua, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Ruakh HaKodesh (Roh Kudus) kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulangulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Elohim.” Teofilus mungkin adalah nama seseorang. Tetapi, dalam bahasa Yunani, Teofilus juga berarti “Pencinta Tuhan.” Mungkin juga itu ditujukan kepada seseorang yang mencintai Tuhan, yang tak ingin namanya diketahui. Jika Anda seorang “Pencinta Tuhan,” maka kitab ini ditujukan untuk Anda! Apakah Lukas Seorang Bangsa-bangsa? Menurut pendapat saya, Lukas adalah seorang Yahudi atau orang yang masuk agama Yudaisme. Roma 3:1-2 berkata, “Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah (orang-orang Yahudi) dipercayakan firman Elohim.” Kata “firman” diterjemahkan dari kata Yunani “logion,” yang berarti “ucapan/sabda (dari Tuhan).”5 Karena Sabda Tuhan dipercayakan kepada orang-orang Yahudi, maka semua kitab dalam Kitab Suci, termasuk Perjanjian yang Lebih Baru, juga ditulis oleh orang Yahudi. Apalagi, Lukas sangat berpengetahuan dalam hal adat istiadat Yahudi, jauh melebihi orang Bangsabangsa. Hampir semua Sarjana Alkitab berpendapat Lukas adalah satu-satunya orang Bangsa-bangsa yang menjadi penulis Alkitab. Saya yakin bahwa “Para Sarjana” ini salah. Kapan Kitab ini Ditulis? Pemberontakan orang Yahudi terhadap Roma serta penghancuran Yerusalem dan Bait Suci tidak disebut dalam kitab ini. Ini adalah peristiwa besar dalam sejarah Israel. Karena itu, sangat mungkin kitab ini ditulis sebelum pemberontakan bangsa Yahudi, yang dimulai pada tahun 66 M. Juga, tidak ditulis tentang kemartiran Shaul (Paulus) dan Shimon Kefa (Simon Petrus) pada tahun 67 M, sedangkan kedua orang ini ialah tokoh kunci dalam KPR. Lukas bepergian bersama Shaul, seperti yang kita ketahui dari KPR 16:10-17, 20:5 sampai 21:18, dan 27:1 sampai 28:16. Kolose 4:14 mengatakan kepada kita bahwa Lukas juga seorang tabib, jadi kita seharusnya memanggil dia “Dokter Lukas.” Dia adalah teman seperjalanan Shaul, juga dokter pribadi Shaul. Pastilah, kematian Shaul (Paulus) di tangan Roma sekitar tahun 67 M akan diulas dengan sangat mencolok di dalam KPR, jika benar buku ini ditulis pada masa itu.
4
Lukas 1:1
5
Strong’s Concordance, #3051
Tanda-tanda Kebangkitan Dalam KPR 1:3, kita membaca bahwa Yeshua “menampakkan diriNya hidup setelah penderitaanNya dengan banyak bukti yang tidak terbantahkan…” Selama 40 hari, Dia menampakkan diri kepada ribuan orang. Disebutkan dalam 1 Korintus 15:6, Yeshua menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang sekaligus. Para murid dapat dengan mudah lolos dari penyiksaan jika mau menyangkali Yeshua atau kebangkitanNya. Yudas Iskariot mengkhianati Yeshua dan kemudian gantung diri. Yokhanan (Yohanes) dimasukkan dalam minyak mendidih, yang jauh lebih panas daripada air mendidih, tetapi selamat. Tentara Roma sangat ketakutan karena kejadian ini sehingga mereka menolak untuk mengeksekusinya lagi. Yokhanan kemudian dihukum dengan cara dibuang seumur hidup di pulau gurun Patmos. Tomas berhasil sampai ke India, di mana dia menyebarkan Kabar Baik tentang Mesias kepada orang-orang India sampai dia dibunuh. Sepuluh Murid lainnya dihukum mati dengan berbagai cara yang kejam dan tidak biasa oleh otoritas Roma. Tidak ada satupun dari mereka akan menderita jika saja mereka berbohong, tetapi mereka semua mati dengan mengetahui bahwa mereka telah memperoleh kebangkitan yang lebih baik. Bukti Kebangkitan sangat tidak terbantahkan sehingga Pinchas Lapide – seorang sarjana Yahudi Ortodoks – menulis The Resurrection of Jesus, sebuah buku tentang bukti Kebangkitan, diterbitkan tahun 1983 oleh Augsburg Publishing House. Dr. Lapide menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan setelah mati adalah bagian dari iman Yahudi. Meski dia meragukan kemesiasan Yeshua, dia sangat percaya bahwa Yeshua bangkit dari kematian. Mengapa Kitab ini ditulis? Dr. Lukas menulis kitab ini sebagai sebuah catatan sejarah atas peristiwa yang terjadi pada dekade awal setelah kematian, penguburan dan kebangkitan Yeshua. KPR menceritakan tentang komunitas Yahudi Mesianik pada Abad Pertama, dan penyebarannya ke berbagai negara di cekungan Mediterania. Di pasal 10, Kabar Baik tentang Mesias Ibrani akhirnya mencapai Bangsa-bangsa, dimulai dengan Kornelius dan seisi rumahnya. Yang pertama kali disebut ‘Kristen’ ialah orang percaya Bangsa-bangsa di Antiokia.6 Orang Yahudi yang percaya disebut “sekte Nasrani (Nazarenes)” (24:5), para “Pengikut Jalan” (24:14), atau hanya disebut “Yahudi” (22:3). Istilah “Kristen” berasal dari istilah Yunani “Christos,” yang berarti “Yang Diurapi,” dan itu sebuah istilah yang baik. Akan tetapi, istilah Yunani tidak digunakan untuk orang Yahudi yang percaya Mesias. Di Abad Pertama, orang Yahudi tidak pindah agama untuk mengikuti Mesias mereka. Walaupun penekanan utama dalam kitab ini ialah pada orang Yahudi yang percaya, Dr. Lukas juga membahas konsep dasar Orang Bangsa-bangsa yang percaya kepada Mesias Ibrani. Pada Abad Pertama, hampir semua orang percaya kepada Yeshua adalah orang Yahudi. Tetapi, di awal Abad Dua, Kekristenan Bangsa-bangsa mulai berkuasa, sedangkan jumlah Orang Yahudi yang percaya tidak bertumbuh dan akhirnya merosot. 6
Kisah 11:20,26
Kitab KPR ditulis juga untuk memberi pembelaan bagi iman Mesianik7. Jawaban diberikan bagi Orang Yahudi (4:8-12) dan kepada Orang Bangsa-bangsa (25:8-11), dengan harapan agar Orang Yahudi dan Bangsa-bangsa dapat sampai kepada kepercayaan akan Yeshua. Meskipun penyiksaan datang dari Yahudi dan Bangsa-bangsa, iman Mesianik tetap bertumbuh. Kerajaan Elohim Istilah “Kerajaan Tuhan” dan “Kerajaan Sorga” digunakan saling bergantian. Yokhanan sang Pencelup8 berkata, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.”9 Sampai sekarang, Orang Yahudi lebih suka menggunakan istilah “HaShem” dan “Adonai” daripada menggunakan Nama Kudus. Kerajaan Sorga adalah istilah pengganti bagi Kerajaan Tuhan, istilah yang digunakan oleh Lukas di dalam Kisah 1:3. Akan tetapi, Yeshua memakai istilah itu untuk sesuatu yang jauh berbeda dari harapan komunitas Yahudi. Pengharapan komunitas Yahudi adalah kedatangan Mesias yang mendirikan Kerajaan Tuhan di bumi dan mengusir penjajah Roma dari Israel. Namun sebaliknya, permulaan Kerajaan Tuhan didirikan di dalam hati dan kehidupan para pengikut Yeshua. Tetapi, di masa yang akan datang akan ada Kerajaan Elohim pada masa Kerajaan Seribu Tahun, dengan ibukota Yerusalem. Pada waktu itu, Raja Mesias akan memerintah atas seluruh bumi. Pencurahan Roh Kudus “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian kata-Nya— ‘telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’”10 Hampir semua penganut teologi Dispensasi percaya bahwa Kitab KPR adalah awal dimulainya sebuah Dispensasi baru, yaitu “Dispensasi Kasih Karunia” yang menggantikan “Dispensasi Hukum Taurat”. Juga, “Kekristenan” menggantikan “Yudaisme” sebagai iman/agama yang baru. Fakta sesungguhnya ialah Yesus tidak datang untuk membuat agama baru. Dia datang ke bumi sebagai Mesias dari agama yang lama, yaitu Yudaisme. Seperti tertulis di Maleakhi 3:6 “Bahwasanya Aku, YHWH, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.” Juga, Ibrani 13:8 mengatakan kepada kita, “Mesias Yeshua tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Pola pikir Yunani dipengaruhi para dewa Yunani yang plin plan dan selalu berubah dari hari ke hari. Pola pikir Yahudi dipengaruhi Elohim yang teguh bagai batu karang, dapat diandalkan, dan tidak berubah.
7
Ini merupakan padanan Ibrani dari kata “Kristen.” Ini berasal dari kata Ibrani “Mashiakh,” yang juga berarti “yang diurapi.” 8 Dia adalah Yohanes Pembaptis (John the Baptist. Tetapi bukan dari Gereja Baptis!) 9 Matius 3:2. 10 Kisah 1:4-5.
Yeshua memberi perintah pada talmidimNya (murid-murid) untuk tinggal di Yerusalem untuk menerima janji Bapa, yaitu pencurahan Roh Kudus. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem pada saat Shavuot, atau “Minggu Pentakosta” seperti yang dikenal dalam Kekristenan. Berdasarkan perhitungan Yahudi, Shavuot adalah hari Eseret HaD’varim (“Sepuluh Perintah”) diberikan kepada Musa di Gunung Sinai. Talmidim Yeshua diperintahkan untuk tinggal di Yerusalem, di mana Roh Kudus akan dicurahkan kepada mereka pada hari Shavuot. Torah diberikan pada waktu Shavuot. Roh Kudus juga diberikan pada hari yang sama untuk memampukan para murid melakukan semua perintah, seperti yang kita baca di Yehezkiel 36:26-27: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Shavuot (juga disebut “Minggu-minggu” atau Pentakosta) adalah satu dari tiga hari raya ziarah yang disebutkan dalam Ulangan 16:16. Ketika Beit HaMikdash (Bait Suci) berdiri di Yerusalem, diperintahkan bagi semua pria Yahudi untuk pergi ke Bait Suci pada hari raya Pesakh (“Paskah”), Shavuot dan Sukkot (“Tabernakel”). Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 M. Tetapi, banyak orang Yahudi mencoba untuk membangunnya kembali. Lembaga Temple Institute di Yerusalem memiliki rencana untuk membangun kembali Bait Suci suatu hari nanti, sesuai instruksi dalam Yehezkiel 40-48. Ketika hal itu terjadi, mitzvah (perintah) untuk pergi ke Yerusalem pada hari raya ziarah akan kembali berlaku. Saya mengatakan ini semua, karena sebagian besar orang beranggapan bahwa para murid hanya asal berkumpul di ruang atas di suatu tempat di Yerusalem. Ini hanya separuh benar. Lokasi ruang atas ini ada di dalam Bait Suci – tempat bagi para peziarah. Inilah alasan mengapa Yeshua mengatakan kepada mereka untuk tinggal di Yerusalem. Pemulihan Israel “Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ‘Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’ Jawab-Nya: ‘Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”11 Murid-murid Yeshua adalah orang Yahudi patriotik. Mereka merasakan beratnya penjajahan Roma. Ribuan orang Yahudi telah disalib. Kuil-kuil berhala didirikan di Tanah Perjanjian. Pemahaman bahwa Mesias harus mati untuk penebusan telah mereka terima dan pahami. Namun, tetap saja, impian sebagian besar orang Yahudi adalah Mesias datang dan mengusir Roma dari Israel. Siapa yang dapat menyalahkan mereka? Pertanyaan Besar mereka adalah, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”
11
Kisah 1:6-8
Jawaban Yeshua tidak sesuai dengan harapan. Dia hanya berkata, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Saya rasa para murid pasti tak akan sanggup menerima jika Dia memberitahu bahwa harus menunggu 2000 tahun lagi untuk Kerajaan Mesias didirikan. Dan masa penantian 2000 tahun itu akan dipenuhi dengan penderitaan mengerikan bagi orang Yahudi, dimulai dengan kegagalan dua pemberontakan Yahudi terhadap Roma pada tahun 66-73 M dan 132-135 M. Jutaan orang Yahudi terbunuh dalam pemberontakan ini. Yang masih hidup dikirim ke seluruh Eropa, sebagian besar menjadi budak. Israel dinamakan “Palestina” pada 135 M, seperti nama musuh Israel, Filistin, dan orang Yahudi dilarang masuk ke sana. Setelah itu, gereja Kristen yang tercemar berhala didirikan, dimulai dengan Konsili Nicea pada 325 M, dan memposisikan diri sebagai musuh Yudaisme dan orang Yahudi. Abad-abad penganiayaan terus berlanjut, puncaknya adalah Holocaust pada Perang Dunia II di mana 6 juta orang Yahudi dibunuh oleh Nazi. Juga, perlu diperhatikan bahwa Yeshua tidak menentang atau mempersalahkan pertanyaan itu. Para murid hanya tidak diperbolehkan mengetahui waktu kedatangan kembali Yeshua dan pendirian Kerajaan Seribu Tahun di dalam Israel yang dipulihkan. Teologi Penggantian (Replacement Theology) ingin Anda percaya bahwa Tuhan sudah tidak punya urusan lagi dengan bangsa Yahudi, dan bahwa “Gereja” menjadi “Israel baru” menggantikan “Israel lama”, yaitu, orang Yahudi. Ini adalah ajaran sesat yang terkutuk, sangat bertentangan dengan banyak nubuatan tentang pemulihan Israel. Jika pertanyaan para murid itu salah, maka Yeshua pasti akan meluruskan masalah masa depan Israel pada saat itu juga. Bukannya menjawab pertanyaan mereka, Yeshua justru kembali kepada topik semula di ayat 6, memberitahu mereka tentang pembaptisan oleh Roh Kudus. Tujuan kepenuhan Roh Kudus ialah untuk memberkati mereka dengan kekuatan. Saat ini, banyak orang menekankan pada manifestasi supranatural. Akan tetapi, tujuan dari kekuatan Roh ialah untuk memampukan para murid untuk “menjadi saksiKu di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan di Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” Dengan kata lain, tujuan utama pembaptisan oleh Roh Kudus ialah untuk memiliki kekuatan untuk menjadi saksi bagi Yeshua! Dimanakah “ladang misi” untuk memberitakan Kabar Baik tentang Mesias? Tempat yang pertama kali disebut adalah Yerusalem, yaitu kota paling Yahudi di dunia, dari dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat pendidikan Yahudi mencapai puncaknya, dengan begitu banyaknya orang Yahudi yang taat. Tempat berikutnya adalah Yudea, yang mayoritas penduduknya adalah orang Yahudi, tetapi terutama “Am HaAretz”, atau Penduduk Negeri itu. Kemudian Kabar Baik harus diberitakan kepada Orang Samaria. Orang Samaria adalah keturunan campuran, sebagian Israel dan sebagian orang bangsabangsa, yang memiliki bentuk Yudaisme sendiri yang unik. Torah mereka juga berbeda dari Torah yang digunakan oleh orang Yahudi. Terakhir, Kabar Baik tentang Mesias harus sampai “ke ujung bumi,” yaitu Orang Bangsa-bangsa. Urutan alkitabiah ialah Injil harus sampai kepada orang Yahudi dahulu, dan kemudian kepada Bangsabangsa. Kita melihat prinsip yang sama di dalam Roma 1:16, di mana Rabi Shaul (Paulus) menulis, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Elohim yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani (Bangsa-bangsa).”
Kenaikan Yeshua “Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: ‘Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.’” (Kisah 1:9-11) “Dua orang” itu adalah malaikat. Mereka memiliki informasi yang tidak diketahui oleh para murid. Para murid baru saja melihat Yeshua diangkat hidup-hidup ke surga, mirip dengan kisah nabi Elia. “Orang” yang berpakaian putih memberitahu para murid bahwa Yeshua suatu saat akan kembali dengan cara yang sama seperti Dia diangkat. Wahyu 1:7 berkata, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.” Semoga itu segera terjadi, bahkan dalam masa hidup kita! Pasal pertama berakhir dengan berkumpulnya para murid untuk memilih seorang rasul untuk menggantikan Yudas Iskariot, yang telah mengkhianati Yeshua. Mereka membawa dua orang pria, kemudian membuang undi (lihat Amsal 16:33, 18:18, Yunus 1:7) untuk memilih pengganti Yudas Iskariot. Undian jatuh kepada Mattityahu (Matias). Ini adalah terakhir kali kita mendengar tentang orang ini. Saya ragu apakah pemilihan ini adalah kehendak Tuhan. Saya menduga rasul yang kedua belas datang kemudian, dalam diri Rabi Shaul (Paulus).
Shavuot 30 M. (Sebuah Catatan “Otobiografis”) Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 2 Peristiwa setahun belakangan ini benar-benar luar biasa! Kita telah melalui berbagai macam emosi, saat hati kita terangkat tinggi penuh harap, hanya untuk dihempas ke tanah dan semua harapan seakan sirna. Nah, begini ceritanya. Pada awal tahun, di seantero Yerusalem, bahkan di seluruh Israel, ramai tersiar kabar bahwa mungkin, mungkin saja, Rabi Yeshua dari Nazaret itu adalah sang Mesias. Seperti yang Anda ketahui, Israel telah takluk di bawah kaki Roma selama beberapa dekade. Semua Yahudi yang patriotik sangat menantikan seorang pembebas untuk melepaskan kita dari penindas yang mengerikan ini. Dan alangkah bodohnya jika mengingat bahwa semua ini bermula dari Israel sendiri yang mengundang Roma datang sebagai sekutu melawan Yunani! Tak lama setelah itu, kita menyadari bahwa kita telah menjual diri kepada sebuah rezim yang jauh lebih brutal daripada Yunani. Sebagai hasilnya, muncullah rentetan mesias palsu, yang masing-masing menjanjikan pembebasan. Ada seorang “mesias” bernama Theudas, yang menganggap dirinya seorang yang istimewa.1 Dia mengumpulkan 400 orang pria. Mereka berkumpul di Yarden (Sungai Yordan), yang diklaim Theudas akan terbelah di hadapannya, seperti yang terjadi di zaman Yoshua. Lalu, datanglah tentara Roma. Tentu saja, sungai Yordan tidak terbelah untuk Theudas. Kemudian tentara Roma membunuh Theudas, dan semua pengikutnya tercerai-berai. Kemudian ada Yehuda dari Galilea, yang bangkit pada masa sensus. Dia juga mengumpulkan sekelompok pengikut, dan dia juga binasa di tangan Roma. Pengikutnya berhasil lari menyelamatkan diri, tetapi dengan sangat kecewa dan patah semangat. Kemudian muncullah Yeshua. Sekali lagi, gairah mesianik bangkit di Tanah Perjanjian, karena banyak orang Yahudi berharap ini akan sungguh-sungguh menjadi Mesias yang membebaskan Israel dari penjajahan yang berat. Dia mengatakan banyak hal yang tidak akan kita harap diucapkan seorang mesias. Kita bukan hanya dilarang untuk membenci musuh kita,2 tetapi Yeshua menyuruh kita untuk mengasihi mereka! Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa banyak mujizat terjadi melalui orang ini. Tidak ada “pembuat mujizat” lain yang pernah melakukan sepersekian saja dari apa yang Yeshua kerjakan. Orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang lumpuh berjalan, dan yang kerasukan setan dibebaskan dari roh jahat. Yeshua menarik jumlah pengikut yang sangat besar, berkhotbah dan mengajar ribuan orang pada sekali waktu, dan bahkan secara supranatural menggandakan ikan dan roti untuk memberi makan ribuan orang setidaknya pada dua peristiwa berbeda.
1
Kisah 5:36
2
Matius 5:44
Walaupun sekarang saya tinggal di Yerusalem, saya berasal dari Galilea, dan sangat bersimpati dengan saudara-saudari saya di Galilea. Akan tetapi, orang Galilea dikenal sebagai orang yang “tidak terpelajar”. Karena banyak talmidim (murid) Yeshua adalah orang Galilea, orang-orang “terpelajar” dari Yerusalem tidak terkesan dengan Yeshua maupun pengikutNya. Meski demikian, banyak dari Am HaAretz (“Penduduk Negeri itu”) mulai merasa bahwa Dia benarbenar sang Mesias. Tetapi para pemimpin agama di Yerusalem, termasuk sebagian besar kaum Farisi dan Saduki, takut kalau-kalau Dia adalah mesias palsu seperti yang sudah-sudah, dan akan mendatangkan murka Roma atas Israel jika Dia tidak dihentikan. Meski banyak suara sumbang dari sana-sini, tampaknya seluruh warga Yerusalem menyambut Yeshua ketika Dia naik ke Yerusalem untuk merayakan Pesakh (Paskah Yahudi) bersama muridmuridNya. Orang-orang Yahudi menghamparkan pakaian mereka di jalan yang akan dilalui keledai tunggangan Yeshua. Kumpulan orang banyak itu mulai memuji Tuhan karena semua mujizat yang telah dikerjakan olehNya. Sangat sulit dibayangkan, beberapa hari kemudian, Yeshua dipaku di atas kayu salib. Beberapa pemimpin Yahudi mengkhianati Dia dan menyerahkanNya ke tangan Roma, dan memaksa agar Yeshua disalibkan.3 Para ksatria Italia itu dengan senang hati menyalibkan Yeshua sama seperti mesias palsu lainnya. Hati kita hancur. Kita sungguh sangat berharap bahwa Dia sang Mesias, dan mungkin kerajaan Israel akan dipulihkan. Ketika beredar desas-desus bahwa Yeshua telah bangkit, saya akui, saya meragukannya. Saya takut untuk mempercayainya, dan bahkan menolak untuk mendengarnya. Saya tidak ingin dikecewakan lagi oleh harapan dan keyakinan palsu. Akan tetapi, penampakan Yeshua menjadi terlalu sering untuk diabaikan. Pada satu saat, Yeshua muncul di tengah-tengah 500 orang!4 Sangat sulit untuk tetap tidak percaya. Saya mulai mencari murid Yeshua, yang meyakinkan saya tentang kebenaran kebangkitan Yeshua. Suatu saat, saya mendapat kesempatan istimewa untuk melihat Yeshua dengan mata saya sendiri! Yeshua menyuruh murid-muridNya untuk kembali ke Yerusalem, di mana mereka terus berada di Bait Suci untuk memuji Tuhan.5 Yeshua Terangkat dari Bumi Yeshua berkali-kali menampakkan diri kepada murid-muridNya pada minggu-minggu setelah Pesakh. Dia juga menunjukkan diriNya benar-benar hidup kepada banyak orang, dan berbicara tentang Kerajaan Elohim.6 Akhirnya Dia mengumpulkan para pengikutNya dan mengatakan kepada mereka untuk tinggal di Yerusalem dan menunggu janji Bapa, yaitu tevilah (atau baptisan) di dalam Ruakh HaKodesh.7 Tidak mengejutkan, talmidimNya memiliki pemikiran lain. Mereka bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” 8 3
Lukas 18:32 1 Kor. 15:6 5 Lukas 24:53, Kis. 1:4 6 Kisah 1:3 7 “Roh Kudus” 8 Kisah 1:6 4
Yeshua menjawab bahwa saat ini bukanlah waktunya. Dia berkata bahwa bukan bagian kami untuk mengetahui waktu atau zaman yang telah Bapa tetapkan. Pada saat ini, saya sudah berada di “lingkaran dalam” 120 murid. Dia berkata bahwa kami akan “menerima kuasa saat Ruakh HaKodesh” turun atas kami.9 Dia mengatakan tujuan dari pemberdayaan ini ialah untuk memampukan kami untuk menjadi saksiNya di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi! Kami masih berharap Yeshua akan mendirikan Kerajaan Mesianik di bumi pada masa ini. Akan tetapi, menjadi sangat jelas bahwa Yeshua akan mendirikan “kerajaan Tuhan” pertama-tama di dalam hati kami masing-masing. Dia membawa kami ke Lembah Kidron. Kemudian, saat kami memandangNya, tiba-tiba Dia terangkat! Sungguh menakjubkan, sepertinya sebuah awan menutupi Dia, dan kemudian kami tidak melihatNya lagi! Kami menatap langit dengan seksama, bertanya-tanya apa yang telah terjadi dengan Mesias tercinta. Kemudian dua orang berpakaian putih cemerlang tiba-tiba muncul. Sungguh, itu membuat bulu kuduk saya berdiri. Awalnya mereka tidak ada, dan tiba-tiba saja mereka ada di sana! Darimana mereka datang? Mereka memberitahu kami, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yeshua ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” 10 Dan kemudian mereka sudah tidak ada lagi di sana! Ruang Atas Kami kembali ke Yerusalem, dan memasuki sebuah “ruang atas.” Ruang-ruang atas adalah “tempat kehormatan” dan banyak pria ingin berada di sana.11 Tidak ada hubungannya dengan ketinggian (lantai 2). “Ruang-ruang atas” juga ada di Beit HaMikdash (Bait Suci), dan posisinya tidak lebih tinggi daripada bagian lain di Bait Suci, dan di tempat inilah kami berada. Kami ingin berada di Bait Suci untuk Shavuot,12 salah satu dari Shalosh Regalim (Tiga Hari Raya Ziarah), di mana setiap pria diperintahkan untuk berada di Yerusalem di tempat yang Elohim pilih untuk mendirikan NamaNya. 13 Karena kami berjumlah 120 orang, tidak ada yang memiliki “rumah” yang cukup besar untuk menampung kami semua. Tetapi, Elohim Israel memiliki rumah yang sangat besar, dapat dengan mudah menampung beribu-ribu orang!14 Kami tiba lebih awal untuk mendapatkan “ruangan atas” untuk melakukan doa dan penyembahan sebelum tiba perayaan Shavuot. Bait Suci di Yerusalem sangatlah luar biasa melebihi apapun yang bisa Anda bayangkan. Namun tidak selalu seperti itu. Bait Suci Salomo juga merupakan sebuah bangunan megah. Ketika Sh’lomo (Raja Salomo) mentahbiskannya, ada 120 kohenim (“imam-imam”) meniup shofar, bersama dengan banyak penyanyi dan musisi lainnya. Kohenim memimpin pujian dan penyembahan, berkata "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Kemudian, “Rumah YHWH, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan YHWH memenuhi rumah Elohim.”15 9
Kisah 1:8 Kisah 1:11 11 Bandingkan Matius 23:6 dan Markus 12:39 di dalam KJV atau terjemahan lain, atau periksa naskah Yunaninya. 12 Pentakosta, atau Hari Raya Minggu-minggu 13 D’varim (Ulangan) 16:16 14 Seringkali di dalam Kitab Suci, Bait Suci disebut sebagai “rumah TUHAN” atau “rumah Elohim”, seperti yang dapat kita lihat di dalam 1 Raja-raja 8:16-20, 2 Taw. 5:13-14 dan 100 tempat yang lain (KJV, NAS) 15 2 Taw. 5:12-14 10
Ezra mengacu pada Bait Suci Pertama yang dibangun oleh Salomo, yang kemudian dihancurkan oleh Babilonia. Setelah Pembuangan ke Babilonia, orang Yahudi yang kembali mulai membangun Bait Suci Kedua. Bagaimanapun juga, Bait Suci Kedua seperti tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Bait Suci Pertama. Telah 70 tahun berlalu. Pondasi Bait Suci Kedua sudah ditaruh. Anak-anak muda bersuka cita saat mereka melihat pondasi Bait Suci yang baru! Tetapi, orang-orang tua yang mengingat Bait Suci Salomo menangis dengan suara keras, karena sangat jelas Bait Suci Kedua tidak dapat dibandingkan dengan kemegahan Bait Suci Pertama.16 Nabi Hagai mencoba menguatkan orang-orang tua yang patah hati. Dia berkata, “Masih adakah di antara kamu yang telah melihat Rumah ini dalam kemegahannya semula? Dan bagaimanakah kamu lihat keadaannya sekarang? Bukankah keadaannya di matamu seperti tidak ada artinya?... (Adapun) Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman YHWH semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera.”17 Kemuliaan apakah yang dapat dibandingkan dengan kemuliaan Bait Suci Salomo, terutama saat kemuliaan Adonai memenuhi Bait Suci sampai para imam tidak mampu berdiri untuk melayani? Saya bertanya-tanya. Pada akhirnya, Herodes memulai sebuah proyek pembangunan untuk Har HaBayit (Gunung Bait), dan benar-benar memperbesar Bait Suci. Meski demikian, kemuliaan Elohim tidak pernah bermanifestasi sedemikian rupa seperti di zaman Salomo, sampai… Keajaiban dan Mujizat “Ketika tiba hari Shavuot,”18 kami semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba, sebuah suara seperti angin keras memenuhi seluruh Rumah (Bait Suci). Kemudian lidah-lidah api ini menyebar kepada kami semua. Kami semua dipenuhi oleh Roh Kudus, dan mulai berbicara dalam bahasa yang tidak pernah kami pelajari! Karena Shavuot adalah satu dari tiga hari raya ziarah, maka banyak orang Yahudi dan penganut Yudaisme (proselit)19 datang dari seluruh negara di dunia! Di dalam Ruang Atas, pasti kami bersuara keras, karena mereka semua dapat mendengar kami! Mereka bingung karena mendengar kami berbicara dalam bahasa-bahasa negara asal mereka! Mereka lebih heran lagi karena melihat kami semua orang Galilea, yang selalu dipandang “udik”, bukan orang terpelajar dari Yerusalem atau kota besar perdagangan yang pasti terpapar berbagai budaya dan bahasa. Kami sendiripun terkejut! Secara tiba-tiba kami berbicara tentang pekerjaan besar yang dilakukan Tuhan dalam bahasa yang bahkan kami sendiri tidak mengetahuinya!20 16
Ezra 3:10-13 Hagai 2:3,9 18 Kisah 2:1 Ini merupakan terjemahan yang benar 19 Kisah 2:9-11 20 Kisah 2:4-8 17
Kemudian Shimon Kefa21 menyampaikan khotbah kepada kumpulan orang banyak di dalam Rumah Elohim, mengutip ayat-ayat dari Tehillim (Mazmur) dan Kitab Nabi Yoel. Saya takjub bahwa dia bisa melakukan itu! Apakah ini orang yang sama yang telah menyangkali Yeshua beberapa minggu yang lalu, bukan sekali, tetapi sampai tiga kali? Dia menyimpulkan khotbahnya dengan panggilan t’shuvah (pertobatan), menghasilkan ribuan orang Yahudi yang sekarang mengetahui Mesias mereka! Tiga ribu orang melakukan mikveh22 pada hari itu juga! Sungguh, hari-hari yang menakjubkan bagi kami! Kami melihat banyak mujizat dan pertanda di tangan para sh’lichim (rasul-rasul). Semua yang percaya di dalam Yeshua melakukan segala hal bersamasama, dan mulai menjual barang-barang dan harta milik mereka, berbagi dengan yang membutuhkan. Kami berkumpul setiap hari di Bait Suci, memecah roti dari rumah ke rumah, memuji Tuhan dan mendapat dukungan dari banyak orang, sementara Tuhan menambahkan jumlah orang yang diselamatkan setiap hari.23
Sebutan lain untuk “Shavuot” (atau Pentakosta) ialah “Yom HaBikurim” (Hari Buah Sulung) untuk panen gandum.24 Shavuot juga kadang-kadang disebut Atzeret Shel Pesach (“Puncak Paskah”). Pemikirannya ialah Paskah tanpa Shavuot tidaklah sempurna. Pesakh membawa kebebasan dari perbudakan (dari Mesir, maupun dari dosa). Tetapi, kebebasan tanpa hukum adalah anarki, yang pada akhirnya menghancurkan kebebasan. Tanpa hukum yang melindungi kita, kehidupan akan menjadi kacau! Karena itulah, Elohim memberikan kepada kita Torah, yang secara teknis berarti “pengajaran,” walaupun seringkali diterjemahkan menjadi “Hukum.” Kita tidak mematuhi Torah “supaya ditebus.” Torah adalah instruksi dari Elohim bagi mereka yang sudah ditebus, tentang bagaimana kita harus hidup. Pesakh melambangkan “Kasih karunia,” sementara Shavuot melambangkan “Hukum.” Baik Kasih Karunia maupun Hukum berdampingan dengan baik di sepanjang Alkitab, baik dalam Tanakh (PL) maupun dalam Perjanjian yang Diperbaharui. Terjadi panen 3000 jiwa Yahudi yang mengenal Mesias mereka dan dibaptis (Kisah 2:41) sebagai buah sulung dari iman di dalam Mesias. Orang-orang Kristen melihat kejadian ini sebagai kelahiran agama baru (Kekristenan) untuk menggantikan agama lama (Yudaisme). Akan tetapi, pikiran semacam itu tidak ada dalam benak orang-orang pada hari itu di tahun 30 M. Yeshua tidak pernah membuat agama baru; Dia datang sebagai Mesias dari agama yang lama. Hal ini berlaku untuk Bangsa-bangsa juga. Kitab Rut dibacakan pada saat Shavuot. Rut menggabungkan dirinya kepada orang Yahudi dan juga kepada Elohim Israel saat dia mengatakan, “Bangsamulah bangsaku dan Elohimmulah Elohimku (Rut 1:16).” Bangsa-bangsa masih dicangkokkan ke dalam iman Ibrani sampai hari ini! Shavuot 30 M adalah hari kelahiran Yudaisme Mesianik. Pencurahan Roh Kudus memampukan kita untuk melakukan Torah seperti Yehezkiel 36:26-27.
21
Simon Petrus Ritual pembaptisan (Kisah 2:41) 23 Kisah 2:43-47. 24 Ada juga Yom HaBikurim (Hari Raya Buah Sulung) untuk panen jelai yang jatuh pada minggu Pesakh. 22
Mujizat pada Jam Sembahyang Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 3 “Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang (ninth hour [KJV], jam kesembilan), naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Elohim.”
Di atas garis adalah ayat pembuka KPR pasal 3. Di pasal 2, kita melihat mujizat terjadi pada saat Shavuot/Pentakosta. KPR pasal 2 dipercaya oleh banyak orang sebagai “hari lahir Gereja.” Namun, pada ayat pertama pasal 3, kita mendapati dua orang murid Yeshua memasuki Bait Suci Yahudi, pusat penyembahan Yahudi di seluruh dunia. Tidak cuma itu, mereka pergi ke Bait Suci pada jam kesembilan (jam tiga petang). Dalam sistem Roma, hari dimulai saat matahari terbit, kira-kira jam 6 pagi. Karena Israel ada di bawah kekuasaan Roma, orang Yahudi menggunakan sistem Roma untuk menentukan jam. Menurut sistem Alkitab, hari dimulai sejak matahari terbenam, dan berakhir saat matahari terbenam 24 jam kemudian. Di Abad Pertama, jam kesembilan adalah sekitar jam 3 siang. Ini penting untuk dicermati, karena di ayat pembuka KPR pasal 3 kita membaca Shimon Kefa dan Yokhanan pergi ke Bait Suci Yahudi pada jam kesembilan, atau jam 3 siang. Itu adalah satu dari tiga waktu sembahyang Yahudi.1 Di tahun 1975, saya dan istri menerima Yeshua sebagai Juruselamat di sebuah gereja Pentakosta tradisional, dan mulai menjalin persahabatan dengan orang-orang Kristen, tetapi tidak lama kemudian kami juga mulai menghadiri ibadah di sinagoga lokal. Saat itu belum ada sinagoga atau persekutuan Mesianik yang dapat kami datangi, tetapi kami merasakan dorongan dalam hati untuk pergi ke sinagoga. Teman-teman Kristen saya sangat terkejut! Mereka berkomentar, “Apakah kamu masih selamat?” Padahal sebenarnya, dengan melakukan ini, kami mengikuti contoh “Petrus dan Yohanes” di dalam KPR pasal 3, yang tetap beribadah secara Yahudi. Saya tidak menyarankan agar semua orang melakukan apa yang kami lakukan. Kami telah melihat beberapa Orang Percaya yang bergabung dengan sinagoga non-Mesianik akhirnya murtad, hingga benar-benar menolak Yeshua sebagai Mesias. Di sisi ekstrim lain adalah orang Kristen yang pergi ke sinagoga untuk “bersaksi” dan mencoba “mengkonversi” orang Yahudi. Janganlah itu menjadi tujuan Anda jika pergi ke sinagoga. Jika Anda memutuskan untuk mengunjungi sinagoga non-Mesianik, jadikanlah itu untuk belajar dan/atau ambil bagian dalam komunitas Yahudi. Dan Anda tidak perlu menjadi Yahudi untuk datang ke sinagoga! 1
Menurut Talmud (B’rakhot 26b), waktu sembahyang pagi dan petang dilaksanakan bertepatan dengan waktu persembahan korban pagi dan korban petang. Pada masa kini tiga waktu sembahyang itu disebut Shacharit (“pagi”), Minchah (“siang”), dan Ma’ariv(“Malam”). Ibadah doa Shacharit dimulai pada jam “ketiga” menurut waktu Roma, atau sekitar jam 9 pagi. Ibadah doa Minchah dimulai pada jam kesembilan, atau jam 3 siang. Ibadah doa Ma’ariv akan dimulai pada saat tiga bintang tampak di langit setelah matahari terbenam. Tidak ada korban di Bait Suci pada malam hari, sehingga di dalam Talmud beberapa orang berargumen bahwa ibadah doa Ma’ariv bersifat opsional. Masa kini, kebanyakan sinagoga menggabungkan ibadah doa Minchah dan Ma’ariv, yaitu Ma’ariv dimulai sesaat setelah Minchah selesai. Minchah dimulai lebih lambat, memungkinkan para pria berkumpul sehabis kerja untuk memenuhi kuorum (atau minyan) 10 orang, dan ibadah doa Ma’ariv dimulai setelahnya, biasanya dimulai sebelum matahari terbenam, meski ada beberapa sinagoga memperpanjang waktu Ma’ariv sampai tengah malam!
Anehnya, banyak sinagoga dengan senang hati menyambut orang Kristen yang datang untuk merasakan ibadah di sinagoga, tetapi dengan tegas menolak orang Yahudi Mesianik. Gunakanlah kehatihatian. Sebagai alternatif, banyak sinagoga menawarkan kursus malam atau Minggu pagi tentang berbagai hal, dari bahasa Ibrani, doa Yahudi, sampai sejarah Yahudi. Kursus-kursus ini biasanya cukup murah, dan bisa menjadi pengalaman belajar yang sangat baik. Tetapi, alternatif yang terbaik adalah mengunjungi sinagoga Mesianik! “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Elohim dan iman kepada Yeshua.” (Wahyu 14:12) Pada Abad Pertama, banyak Orang Bangsa-bangsa beribadah di sinagoga. Kita melihat ini di KPR 13:43, 14:1, 17:4, dan 18:4. Di sinilah tempat Orang Bangsa-bangsa datang untuk belajar tentang Elohim! Sinagoga adalah juga tempat di mana Yeshua merasa nyaman. Jika Anda tidak percaya, keluarkan buku konkordansi Alkitab dan cari kata “sinagoga” di dalam Injil. Sebagian besar, Anda akan menemukan Yeshua di sana! Saya cukup yakin Yeshua akan merasa lebih nyaman di hampir semua sinagoga daripada di hampir semua gereja. (Tetapi, Yeshua tidak akan betah dalam jemaat Yahudi Reform, yang sangat antusias mendukung homoseksual. Bahkan memperbolehkan seorang homoseksual menjadi Rabi!) Akan tetapi, sinagoga tradisional bukan untuk semua orang. Juga, jangan diambil hati jika Anda mengunjungi sebuah sinagoga dan mendapat perlakuan “tidak ramah.” Anda akan menemukan waktu sembahyang Yahudi dilakukan di banyak tempat di Perjanjian yang Diperbaharui. Bahkan Kornelius – seorang Roma – mengikuti waktu sembahyang Yahudi (Minchah – jam kesembilan) dalam Kisah 10:2-3. Tuhan menghargai dia dengan memberikan penglihatan khusus yang membawa dia dan keluarganya menjadi orang Bangsa-bangsa pertama yang percaya di dalam Yeshua tanpa konversi ke Yudaisme. Dalam Matius 27:46, Yeshua berseru, “Eli, Eli, lama sabakhthani?” yang diterjemahkan menjadi, “Elohimku, Elohimku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Saya yakin bukan suatu kebetulan bahwa itu terjadi pada jam kesembilan (jam 3 siang), pada jam sembahyang, yaitu pada waktu korban Minchah. Itu adalah kutipan dari Mazmur 22:8, sebuah mazmur Mesianik yang secara jelas menggambarkan penyaliban, beratus tahun sebelum metode eksekusi mati keji ini ditemukan. Dalam Kisah 3:2, kita membaca “seseorang yang telah lumpuh sejak dari kandungan ibunya yang dibawa, dan mereka tempatkan setiap hari di depan gerbang bait suci yang disebut Gerbang Indah, untuk meminta sedekah dari mereka yang memasuki Bait Suci.” Jika Anda pergi ke Kotel (Tembok Barat, disebut juga “Tembok Ratapan”) di Yerusalem, Anda akan melihat banyak pengemis, seringkali cacat, yang meminta sedekah saat Anda berjalan menuju arah Kotel. Mereka tahu bahwa orang yang taat ibadah akan lebih mungkin memberi sedekah, daripada orang hedonis sekular yang tinggal di Tel Aviv, sehingga mereka menempatkan diri di dekat Kotel, yang sangat dekat dengan lokasi Bait Suci Pertama dan Kedua. Orang lumpuh dalam Kisah 3:2 dibawa ke gerbang yang disebut “Indah”. Di Israel masa kini, ada “Gerbang Jaffa.” Jaffa adalah peng-inggris-an dari kata “yafeh,” yang berarti “indah.” Tetapi, Gerbang Jaffa masa kini tidak ada hubungannya dengan Gerbang yang disebut “Indah” dalam Kisah 3:2. Gerbang Jaffa masa kini adalah gerbang yang terdapat di ujung jalan dari kota pelabuhan Jaffa (disebut juga “Yafo” dalam bahasa Ibrani). Gerbang yang disebut “Indah” dalam Kisah 3:2 kemungkinan adalah Gerbang Nikanor yang menghubungkan Serambi Bangsa-bangsa (bagian untuk Bangsa-bangsa) dengan Serambi Wanita (bagian untuk wanita di area Bait Suci). Gerbang ini disebut “Indah” karena memang indah! Gerbang itu disepuh dengan tembaga, dan merupakan pintu masuk favorit menuju Bait Suci.
Sangatlah jelas bahwa Tuhan menghormati jam sembahyang “Yahudi” ini, baik itu dilakukan oleh orang Yahudi atau Bangsa-bangsa. Dalam Kisah 3:3-8 kita membaca: “Ketika orang itu melihat, bahwa Petrus dan Yohanes (Shimon Kefa dan Yokhanan) hendak masuk ke Bait Elohim, ia meminta sedekah. Mereka menatap dia dan Petrus berkata: ‘Lihatlah kepada kami.’ Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata: ‘Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yeshua sang Mesias, orang Nazaret itu, berjalanlah!’ Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian kemari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Elohim, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Elohim.” Jam Sembahyang yang Indah Saya yakin bukan suatu kebetulan bahwa mujizat luar biasa ini terjadi ketika talmidim (murid) Yeshua akan memasuki Bait Suci di Yerusalem pada waktu sembahyang “Yahudi.” Lagipula, tolong dicatat: Ini adalah jam sembahyang. Zaman sekarang, kita ingin semuanya secara instan, termasuk hubungan mesra dengan Tuhan. Anda tidak akan mendapatkan keintiman bersama Tuhan dengan hanya mempersembahkan doa cepat beberapa menit saat bangun tidur atau saat akan tidur. Di dalam sinagoga, Anda seringkali dapat menghitung waktu sembahyang selama satu jam penuh. Orang-orang Kristen sering menyanyikan lagu berjudul “Sweet Hour of Prayer (Jam Doa yang Indah).” Mereka benar dalam hal ini! Saya menduga jika lagu ini ditulis ulang pada masa kini, akan menjadi, “Sweet Minute of Prayer (Menit Doa yang Indah).” Bagaimana perasaan Anda jika pasangan Anda hanya menyediakan dua menit sehari bersama Anda? Tidak cukup waktu untuk menumbuhkan keintiman hanya dengan beberapa menit. Namun banyak Orang Percaya merasa puas menghabiskan waktu sesedikit itu, bahkan lebih sedikit, dengan Tuhan, dan kemudian bertanya-tanya mengapa mereka tidak memiliki keintiman denganNya. Para pengajar “teologi kemakmuran” harus mencatat kata-kata Petrus. Dia menyatakan dirinya tidak memiliki emas atau perak untuk diberi kepada pengemis malang ini. Seperti Yeshua, talmidim (muridmurid) asli Yeshua tidak ada yang kaya. (Matius mungkin kaya, tetapi melepaskan kekayaannya untuk menjadi murid Yeshua.) Pada masa itu tidak ada tunjangan kesejahteraan bagi orang miskin dari pemerintah. Kehidupan seorang yang cacat di masa itu sangat menyedihkan. Orang ini tidak pernah membayangkan dirinya bisa sembuh. Di ayat 2, kita melihat bahwa dia telah lumpuh sejak dari kandungan ibunya! Dia tidak pernah berjalan seumur hidupnya! Bahkan jika dia “disembuhkan” secara ajaib, itu berarti dia harus melatih ototnya dan belajar berjalan seperti anak kecil. Yang dia harapkan hanyalah sedikit uang untuk membeli makanan. Tetapi, Shimon Kefa (Petrus) tidak memandang situasinya secara demikian. Sebaliknya, dia berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yeshua sang Mesias, orang Nazaret itu,2 berjalanlah.” Ini memerlukan iman yang besar! Berapa banyak dari Anda yang sanggup mendatangi orang lumpuh dan menawarkan kesembuhan saat itu juga? Dan jika Anda melakukannya, bagaimanakah hasilnya? Kemudian, setelah Petrus mengatakan hal ini, dia mengulurkan tangannya kepada orang lumpuh itu. Tidaklah cukup hanya mendoakan orang; doa harus disertai dengan tindakan. Ulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan. 2
Nama Yeshua bukan jimat. Ada orang-orang yang percaya bahwa supaya doanya dijawab maka pengucapan nama itu harus tepat. Para pendukung Alkitab Versi King James pastilah ‘ngotot’ bahwa Tuhan hanya mendengar doa dalam nama “Yesus,” sedangkan kelompok Sacred Name meyakini pengucapan nama dalam versi buatan mereka. Nama (shem) mewakili segala sesuatu tentang pribadi pemilik nama itu: reputasiNya, wewenangNya, kepribadianNya dan kuasaNya.
Lalu pengemis lumpuh ini berjalan dan melompat dan memuji Tuhan! “Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Elohim, lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Elohim, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya. Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo.3” Orang ini tidak pernah berjalan seumur hidupnya! Setiap otot di kakinya telah mengecil sampai tidak bisa digunakan. Namun sekarang dia berjalan dan melompat dan memuji Elohim! Nes gadol haya sham! Mujizat besar terjadi di sana! Orang-orang menjadi heran dan berkerumun untuk melihat apa yang telah terjadi. Khotbah “Petrus” yang Kedua Shimon Kefa berbicara kepada orang-orang itu: “Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Elohim Abraham, Ishak dan Yakub,4 Elohim nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Elohim telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan demikian Elohim telah menggenapi5 apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Mesias. Mesias itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Elohim dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan Musa: YHWH Elohimmu akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu.”
3
“Solomon’s Colonnade,” bagian timur dari serambi yang mengelilingi Bait Suci Herodes, disebutkan oleh Josephus. Lihat juga Yohanes 10:23. 4 Terminologi ini mirip dengan bagian Avot yang ada dalam Amidah (doa berdiri): “Elohei Avraham, Elohei Yitschak, Elohei Yaakov (Elohim Abraham, Elohim Ishak, Elohim Yakub.)” 5 Terutama Mazmur 22 dan Yesaya 53.
Shimon Kefa (Petrus) mengatakan kepada kita bahwa Yeshua sang Mesias akan datang kembali. Akan tetapi, dia juga mengatakan bahwa Yeshua akan tinggal di sorga “sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Elohim dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.” Kita melihat pemulihan mulai terjadi di dalam Tubuh Mesias, terutama di dalam Yahudi Mesianik. Shabbat dilakukan, sama seperti Hari Raya lainnya di dalam Imamat 23, juga dirayakan. Bahkan Rosh Khodesh (“Bulan Baru”) juga dirayakan di banyak jemaat. Hukum tentang makanan juga telah ditaati bahkan di banyak gereja Kristen. Dengan membantu pemulihan segala sesuatu, kita mempercepat kedatangan Mesias Yeshua. “Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita. Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Elohim dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi kamulah pertama-tama Elohim membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing berbalik dari segala kejahatanmu.” Petrus tidak “menutupi” fakta bahwa para pemimpin Yahudi telah menyerahkan Yeshua ke tangan Bangsa-bangsa untuk disalibkan. Yeshua sudah menubuatkan ini dalam Lukas 18:31-33: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Elohim, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka (Orang Bangsa-bangsa) menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit.” Baik orang Yahudi maupun Bangsa-bangsa berbagi tanggung jawab dalam penderitaan dan penyaliban Yeshua! Kita semua pembunuh Kristus, baik Yahudi maupun Bangsa-bangsa! Jika Dia mati karena dosa-dosa Anda, maka Andapun seorang pembunuh Kristus! Dia mati karena dosa-dosa kita, dan dibangkitkan kembali bagi pembenaran kita sehingga kita boleh mendapat hidup yang kekal! Kesempatan luar biasa untuk membagikan Kabar Baik keselamatan terjadi sebagai hasil dari mujizat kesembuhan orang yang dilahirkan lumpuh. Seperti yang dikatakan di dalam 1 Korintus 1:22: “Orangorang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat.” Di permukaan tampaknya mudah untuk meyakinkan orang Yahudi bahwa Yeshua adalah Mesias; tunjukkan saja ayat Kitab Suci seperti Yesaya 53! Tetapi, dalam banyak kasus, orang Yahudi Mesianik mengenal Mesias bukan karena mempelajari ayat-ayat Mesianik dalam Tanakh (PL). Seringkali justru karena lawatan spiritual atau penglihatan. Tetapi, itu tidak selalu menjadi sumber terbaik untuk pertobatan yang murni. HaSatan (Iblis) dapat memberi penglihatan palsu. Pada akhirnya, Firman Elohim (Alkitab) harus menjadi sumber kebenaran kita. Pada saat yang sama, saya senang jika Tuhan berkehendak memberi lawatan rohani dan mujizat untuk membawa umatNya kepada keselamatan. Bahkan, saya merindukan lebih banyak pertanda dan mujizat! Tetapi mereka harus sejalan dengan Kitab Suci. תשובהTeshuvah Dalam ayat 19, Petrus berkata, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah (repent therefore, and return), supaya dosamu dihapuskan” Nasihat ini masih berlaku hingga kini sama seperti 2000 tahun yang lalu. Di dalam kamus Random House saya, “bertobat” berarti “merasa bersalah… merasa menyesal atas dosa atau kesalahan.”
Istilah “berbalik (return)” berhubungan dengan kata Ibrani teshuvah, yang berarti berbalik arah atau “kembali.” Alkitab KJV menggunakan kata “be converted” bukan “return,” (repent therefore, and be converted). “Converted” mengandung pengertian berpindah agama. Orang-orang Yahudi di dalam Kisah Para Rasul tidak berpindah agama! Seorang Yahudi tidak perlu berpindah agama untuk menerima Mesias Yahudi! Akan tetapi, dia perlu melakukan “teshuvah.” Dia perlu “berbalik arah,” berarti “kembali kepada Elohim, meninggalkan dosa.” Merasa menyesal saja tidaklah cukup; teshuvah berarti perubahan perilaku. Ini sangat jauh berbeda dengan “kasih karunia murahan” yang sering dikhotbahkan pada masa kini: “Cukup terima Yesus sebagai Juru Selamatmu. Dia akan mengampuni semua dosa di masa lalumu dan juga dosa masa depanmu. Kamu tidak akan pernah kehilangan keselamatan.” Menerima Yesus (Yeshua) sebagai Juru Selamat tidak berarti mendapat surat izin untuk berdosa. Dalam ayat 20-21, Petrus berkata, “agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yeshua, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Mesias. Mesias itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Elohim dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.” Ini berarti Yeshua sungguh-sungguh akan datang kembali! Petrus juga mengatakan kepada kita tentang “waktu pemulihan segala sesuatu.” Ini termasuk mengembalikan Orang Yahudi ke Tanah Air mereka, yaitu negara yang sangat kecil bernama Israel di Timur Tengah, namun di masa depan perbatasannya akan digeser ke luar menyerupai gambaran dalam Kejadian 15:18. Saya menduga kondisi bumi juga akan seperti dunia sebelum Air Bah, dengan iklim yang lebih baik, masa hidup yang lebih panjang. Mesias Yeshua akan memerintah dan berkuasa dalam kebenaran dari Yerusalem. Mereka yang percaya kepada “Teologi Pengganti”6 harus memikirkan ulang teologi mereka, jika mereka masih ada saat itu! Dalam ayat 22, Shimon Kefa mengutip Ulangan 18:15: “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku (Musa), akan dibangkitkan bagimu oleh YHWH, Elohimmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” Sayangnya, Kekristenan telah menciptakan Yesus lain yang membatalkan Musa dan Hukum Taurat! Seharusnya tidak ada pertentangan antara Yeshua dan Musa. Dalam 2 Kor 11:4, Rabi Shaul (Paulus) memperingatkan kita: “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.” Banyak Yesus palsu di luar sana. Intinya, Yesus-Yesus palsu itu tidak dapat menyelamatkan seorangpun. Yesus yang anti Semit dan anti Torah tidak memiliki kuasa untuk menyelamatkan.
6
Teologi Pengganti mengajarkan bahwa Tuhan sudah tidak punya urusan dengan orang Yahudi, dan bahwa “Gereja” adalah umat Tuhan yang baru, menggantikan Israel dan orang Yahudi. Semua janji di dalam Kitab Suci yang ditujukan bagi orang Yahudi telah “dirohanikan” untuk diaplikasikan kepada “Gereja.”
Dampak dari Sebuah Mujizat Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 4 “Dan ketika mereka (Shimon Kefa dan Yokhanan) sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi Kohenim (imam-imam)1 dan kepala pengawal Beit HaMikdash (Bait Elohim) serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam. Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki.”2 Di atas adalah pembukaan KPR pasal 4. Kata “dan” di awal paragraf jelas menunjukkan bahwa pasal 4 berkaitan erat dengan peristiwa di pasal 3. Ini adalah pembagian bab di tengah-tengah paragraf.3 Dalam pasal 3, kita membaca tentang mujizat kesembuhan seorang yang lumpuh sejak lahir yang dilakukan oleh Shimon Kefa (Petrus) dan Yokhanan (Yohanes). Mujizat ini terjadi saat Shimon Kefa dan Yokhanan datang untuk berdoa di Bait Suci pada waktu doa minchah.4 Shimon Kefa memanfaatkan berkumpulnya orang banyak yang melihat kesembuhan ini sebagai suatu kesempatan untuk memberitakan Kabar Baik tentang Mesias. Pada ayat pembuka pasal 4, kita mendapati kohenim (imam-imam). Kepala pengawal Bait Suci dipilih dari salah satu keluarga imam terkemuka. Terakhir, kita mendapati kaum Saduki (Tz’dukim). Perlu Anda ketahui, kaum Saduki tidak percaya adanya malaikat maupun kebangkitan orang mati (Kisah 23:8). Mereka juga tidak percaya kepada Mesias secara literal, tetapi, seperti Yahudi Reform masa kini, hanya percaya akan adanya “Zaman Mesianik,” suatu masa di mana terdapat kedamaian dan keadilan. Kaum Saduki termasuk golongan kohenim. Pada Abad Pertama M,5 kaum Saduki memegang kendali atas keimaman, yang tentu saja tidak disukai kaum Farisi. Semua kelompok besar ini sangat tertarik dengan apa yang sedang terjadi. Kaum Saduki sangat kuatir dengan munculnya berbagai Mesias palsu. Setiap Mesias palsu dapat mendatangkan murka Roma kepada orang Yahudi. Saat itu, Israel sedang berada dalam penjajahan Kekaisaran Roma yang kejam. 1
Imam-imam dibagi menjadi 24 regu. Setiap regu melayani selama satu minggu setiap 24 minggu sekali. Hampir semua imam akan melayani pada Hari-hari Raya. (Lihat 1 Taw. 24:1-19). Jadi, hanya ada satu regu imam yang mendatangi Simon Petrus dan Yohanes. 2
Kisah 4:1-4.
3
Kita bisa berterima kasih kepada Gereja Katolik untuk memberikan pembagian pasal dan ayat Alkitab, karena hal itu tidak ada di dalam manuskrip aslinya. 4
“Doa sore,” terjadi pada jam kesembilan, yaitu kira-kira jam 3 siang.
5
“Masehi.”
Tentu saja, kaum Saduki juga kuatir dengan talmidim (murid-murid) Yeshua yang memberitakan kebangkitanNya. Berita ini bagaikan menampar wajah teologi mereka yang menyatakan tidak ada kehidupan setelah kematian. Karenanya, mereka memutuskan untuk memenjarakan Shimon Kefa dan Yokhanan. Akan tetapi, kita melihat di ayat 4 bahwa hal itu sudah terlambat. Jumlah orang yang percaya kepada Mesias Yeshua telah tumbuh menjadi sekitar 5000 pria! Anda mungkin bertanya, di manakah para wanita? Sayang sekali, sangat sedikit wanita yang dapat mendengar khotbah Petrus (Shimon Kefa) dalam KPR pasal 2 dan 3. Para wanita dipisahkan di Serambi Wanita di dalam Bait Suci, hampir sama seperti sinagoga Ortodoks pada masa kini yang memakai mekhitzah6 untuk memisahkan pria dan wanita. Jam sembahyang Yahudi (Kisah 3:1) juga hanya dihadiri oleh para pria. Akibatnya, hampir semua yang Percaya kepada Yeshua pada waktu itu ialah pria. Walaupun begitu, saya sangat percaya bahwa dalam beberapa minggu terdapat ribuan wanita yang juga menjadi Percaya, sebagai hasil dari kesaksian suami, anak laki-laki, ayah atau saudara laki-lakinya. Esok harinya, “pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem dengan Imam Besar Anan (Hanas) dan Kayafa (Kayafas), Yokhanan (Yohanes – anak dari Hanas) dan Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar.” (4:5-6) “Pemimpin-pemimpin Yahudi, tua-tua dan ahli-ahli Taurat” adalah tiga kelompok yang membentuk Sanhedrin, terdiri dari 70 pria. Seperti dalam demokrasi modern, ada minimal dua “partai” yang mengisi Sanhedrin: kaum Farisi dan kaum Saduki. Sanhedrin dibubarkan pada tahun 70M. Tetapi, telah didirikan kembali di Israel pada masa kini, dengan otoritas yang lebih kecil. Hanas menjadi Kohen HaGadol (Imam Besar) pada tahun 6-15 M. Anaknya, Eleazar, menjadi Imam Besar selama tiga tahun. Setelah itu, Kayafas, yang adalah menantu Hanas, menjadi Imam Besar dari tahun 18-36 M. Walaupun Hanas bukan lagi Imam Besar, dia masih dihormati dengan gelar itu, sama seperti Abraham Lincoln masih disebut Presiden Lincoln, meski dia telah lama mati. Sanhedrin seharusnya menjadi kumpulan orang yang menakutkan untuk dihadapi Shimon Kefa dan Yokhanan. Ingat bahwa sebelumnya Yeshua juga dibawa kepada Hanas dan Kayafas. Hasilnya ialah penyaliban Yeshua, di tangan Roma. Sekarang Shimon Kefa dan Yokhanan dibawa ke hadapan para pria itu, dan juga Sanhedrin. Para pemimpin agama yang sangat berkuasa ini menginginkan jawaban dari Shimon Kefa dan Yokhanan, “Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?” Petrus dan Yohanes bukanlah bagian dari “lembaga agama.” Mereka tidak memiliki “s’micha” (pentahbisan sebagai rabi). Tetapi otoritas agama ini tidak dapat menyangkal bahwa sebuah mujizat kesembuhan nyata telah terjadi.
6
Pemisah – biasanya berupa tirai atau tembok – memisahkan pria dan wanita di dalam sinagoga
“Maka jawab Petrus (Shimon Kefa), penuh dengan Roh Kudus (Ruakh HaKodesh): ‘Hai pemimpinpemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yeshua sang Mesias, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Elohim dari antara orang mati--bahwa oleh karena Yeshua itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yeshua adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--,namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”7 Shimon “dipenuhi dengan Roh Kudus.” Seperti di pasal 2, saya yakin tidak mungkin Shimon Kefa dengan berani menyampaikan pesannya kepada para pemimpin Yahudi jika dia tidak “dipenuhi dengan Roh Kudus.” Dengan sangat cerdas, dia mengetahui bahwa mereka didakwa karena kesembuhan yang terjadi pada orang lumpuh itu. Kemudian dia berbalik mendakwa Sanhedrin, dengan menuduh mereka terlibat penyaliban Yeshua (lihat juga Lukas 18:31-33), tetapi juga memberitahu mereka bahwa Yeshua telah dibangkitkan dari kematian, dan bahwa “oleh Dia orang lumpuh itu bisa berdiri dengan sehat di depan mereka.” Petrus juga membawa orang yang sembuh itu sebagai tambahan bukti kebangkitan! Kemudia Shimon Kefa mengutip Mazmur 118:22, membuat mereka tahu bahwa mereka tanpa sadar telah menggenapi nubuatan dengan menolak Yeshua, yang telah dijadikan batu penjuru. Inilah yang disebut chutzpa (nyali/berani)! Dia didakwa di hadapan orang-orang yang sangat berkuasa, tetapi dia membalikkan itu semua dan menjadikan mereka sebagai terdakwa! Sungguh bernyali! Sungguh chutzpa! YESHUA – Untuk Yahudi dan Bangsa-bangsa Akhirnya, Shimon Kefa mengatakan kepada mereka, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Kini, ada beredar Teologi Dua Perjanjian yang mengajarkan bahwa orang Yahudi diselamatkan karena mereka keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub, dan bahwa Yesus hanya untuk orang Bangsa-bangsa. Jika itu benar, Yeshua dan para muridNya pastilah sangat bodoh. Mereka mempertaruhkan harta, dan bahkan nyawa, karena mereka sangat rindu membawa pesan itu kepada orang Yahudi. Rabi Shaul (Paulus) mengalami kapal karam, penghinaan, kelaparan, dan kehausan karena kesungguhannya memberitakan Yeshua kepada saudara-saudara sebangsanya. Bahkan hampir semua murid menderita penyiksaan dan sampai mati karena kesaksian mereka tentang Yeshua sebagai Mesias Ibrani. Jika tidak penting bagi orang Yahudi untuk mengenal Yeshua, maka semua penderitaan itu adalah sia-sia.
7
Kisah 4:8-12
Kebenaran yang sesungguhnya adalah Kabar Baik tentang Mesias Yeshua adalah (atau seharusnya!) untuk orang Yahudi terlebih dahulu! Seperti yang dikatakan dalam Roma 1:16 dan Kisah 1:8. Dari sisi emosional, saya bisa memahami Teologi Dua Perjanjian. Banyak orang Kristen mengetahui kengerian yang dialami oleh orang Yahudi, terutama di Abad 20, dengan adanya pogrom, dan puncaknya pada Holocaust. Orang-orang Yahudi telah dimusnahkan, dengan pembantaian mengerikan yang mengakibatkan enam juta orang Yahudi dibunuh di Eropa yang diduduki oleh Nazi. Idenya adalah, adalah salah jika ingin menjauhkan orang Yahudi dari Yudaisme untuk masuk ke Kekristenan, dan pada akhirnya semakin melemahkan orang Yahudi. Dalam hal ini, saya setuju! Akan tetapi, mengapa seorang Yahudi harus pindah agama (ke Kekristenan) untuk percaya kepada Mesias Ibrani? Justru sebaliknya, seharusnya Orang Bangsa-bangsalah yang melakukan “pindah agama,” ketika mereka menjadi bagian dari Pohon Zaitun Ibrani yang dijelaskan oleh Shaul dalam Roma 11:17-25.“ Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yeshua. Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya.”8 Para pemimpin agama itu terkejut melihat keberanian Shimon Kefa dan Yokhanan. Bagi lembaga agama di Yerusalem, orang Galilea ini adalah “Am HaAretz,” Penduduk Negeri, atau “orang yang tidak berpendidikan dan tidak terlatih,” seperti yang disebutkan di dalam terjemahan NAS. Dalam istilah bahasa Inggris Amerika, mereka adalah “hillbillies (orang udik).” Namun, “orang udik” ini sudah membalikkan tuduhan kepada para penuduh. Para pemimpin agama ini heran, mengetahui bahwa para murid itu adalah mereka yang bersama dengan Yeshua. Mereka juga memiliki bukti yang tidak terbantahkan yaitu orang yang lumpuh sejak lahir itu, berdiri di sana bersama Shimon Kefa dan Yokhanan! Ada sebuah ungkapan: “Orang yang yakin terhadap dirinya, tidak mau berubah pikiran.” Mereka (para pemimpin agama) sudah punya cara pandang sendiri terhadap kebenaran, dan mereka tidak mau peduli dan dipusingkan oleh fakta-fakta tidak menyenangkan yang ada di depan mata. Akhirnya, anggota Dewan itu (Sanhedrin) mulai berunding satu sama lain, berkata, “Tindakan apakah yang harus kita ambil terhadap orang-orang ini? Sebab telah nyata kepada semua penduduk Yerusalem, bahwa mereka telah mengadakan suatu mujizat yang menyolok dan kita tidak dapat menyangkalnya. Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapapun dalam nama itu.” Dengan kata lain, mereka sudah mengetahui apa yang terjadi, dan ingin memastikan tidak ada orang lain mendengar mujizat ini, dan memerintahkan murid-murid agar tidak mengatakan apa-apa lagi tentang Yeshua.
8
Kisah 4:13-14
Shimon Kefa dan Yokhanan tidak takut. Mereka berkata, “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Elohim: taat kepada kamu atau taat kepada Elohim. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.” Ada beberapa orang yang percaya bahwa pengajaran Shaul dalam Roma 13:1-5 memerintahkan Orang Percaya untuk mematuhi mereka yang berkuasa. Selama Holocaust, Orang-orang Kristen banyak mengkhianati orang Yahudi dengan menyerahkan mereka kepada Nazi, karena percaya mereka harus patuh bahkan pada keputusan pemerintah yang jahat. Meski demikian, kita melihat dalam KPR 4:19-20, kita tidak perlu mematuhi pemerintah jika mereka memerintahkan kita untuk tidak mematuhi Elohim. Para pemimpin agama sekali lagi mengancam Petrus dan Yohanes, dan kemudian melepaskan mereka. Mereka sadar bahwa Petrus dan Yohanes tidak melakukan apapun yang layak menerima hukuman, dan juga takut akan orang banyak “yang memuliakan nama Elohim berhubung dengan apa yang telah terjadi (KPR 4:21b).” Setelah dilepaskan, Petrus dan Yohanes kembali kepada murid-murid lainnya dan melaporkan semua yang telah dilakukan oleh para imam dan tua-tua itu kepada mereka. Bukannya mengeluh, mereka mengangkat suara memuji Elohim dengan bersehati dan berkata, “Ya Adonai, Engkaulah Elohim yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa sukusuku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan YHWH dan MesiasNya (Mazmur 2). Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta Bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yeshua, Anak-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu. Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tandatanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yeshua, Anak-Mu yang kudus.” (Kisah 4:25-30) Murid-murid yang masih muda ini tidak dapat dibungkam; sebaliknya mereka menjadi berani, dan memuji Tuhan. Mereka mengutip Mazmur 2, yang seakan tergenapi sebagian melalui perlakuan yang mereka terima. Mazmur 2 merupakan salah satu dari banyak Mazmur yang sangat mesianik di dalam Kitab Mazmur. Pasal itu menggambarkan skenario akhir zaman di mana bangsa-bangsa akan murka bukan hanya kepada Yeshua, tetapi juga Israel. Mazmur ini juga menubuatkan tentang suatu zaman di mana bangsa-bangsa akan diremukkan dan dipaksa melakukan penghormatan kepada Yeshua yang akan mengambil tempatNya sebagai Mesias dari orang Yahudi, memerintah dan berkuasa atas seluruh dunia dari Zion. “Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Elohim dengan berani.” Inilah suatu tanda yang pasti dari “kepenuhan Roh Kudus,” ketika orang-orang memberitakan “firman Elohim dengan keberanian.” Seperti yang kita pelajari di dalam Kisah 1:8, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku …” Jika Anda tidak ingin bersaksi tentang keselamatan oleh Yeshua, itu mungkin karena Anda belum dipenuhi kuasa Roh Kudus.
Pergerakan Kibbutz Yahudi Mesianik Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 5 Kitab Kisah Para Rasul berisi sejarah komunitas Yahudi Mesianik mula-mula. Kisahnya penuh dengan kemuliaan, tetapi juga mengandung cacat dan cela. Ayat penutup KPR pasal 4 menyatakan bahwa komunitas Yahudi Mesianik mula-mula adalah “komunitas” yang benar-benar sesuai dengan arti katanya. Salah satu definisi “komunitas” menurut Kamus Random House ialah: “kepemilikan, kegembiraan, beban, dll, yang ditanggung bersama.” Akar kata komunitas ialah “commune.” Dan dari kata itu juga muncul kata “komunisme.” Mungkin agak mengejutkan bagi beberapa orang, tetapi akhir pasal 4 sampai 7 sebenarnya menggambarkan sesuatu yang bisa disebut “komunisme Yahudi Mesianik.” (Tolong jangan berhenti membaca. Biar saya jelaskan!) Ini samasekali bukan kediktatoran komunis ateis Abad Dua Puluh. Ini adalah komunisme teistik dan sukarela, seperti komunitas relijius yang dibentuk oleh kaum Shakers di tahun 1800-an atau kelompok Esseni 2000 tahun yang lalu. Dalam Kisah 4:32, kita membaca, “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.” Inilah komunisme dalam bentuk paling murni, dan samasekali tidak sama dengan rezim komunisme jahat yang didirikan Uni Soviet atau RRC. Komunisme masa kini telah jatuh, dan telah dihapus dari bekas negara Uni Soviet. Cina Daratan tidak lagi “Merah,” dan saat ini telah menjadi hampir kapitalis seluruhnya. Kedua negara itu jauh dari demokrasi. Mereka lebih seperti kediktatoran kapitalis daripada kediktatoran komunis. Mungkin hanya komunis di Kuba dan Korea Utara yang menunggu kejatuhan. Dan, saya harus tambahkan, eksperimen komunisme Yahudi Mesianik Abad Pertama juga hanya bersifat sementara. Di Abad Dua Puluh, pergerakan kibbutz modern di Israel juga sangat bersifat komunistik, tetapi sekali lagi, ini komunisme sukarela. Biasanya kibbutzim bersifat sekuler, bahkan ateis, walaupun ada juga yang relijius. Banyak pemimpin politik dan militer Israel dibesarkan di berbagai kibbutzim yang tersebar di seluruh Israel. Dalam banyak hal, pergerakan kibbutz bahkan lebih komunis daripada yang ada di Uni Soviet. Anak-anak dibesarkan secara komunal, tinggal di asrama anak, dibesarkan oleh guru-guru profesional dan pengasuh di kibbutz, dan minim asuhan orang tua karena mereka bekerja di komunitas kibbutz. Semua orang makan bersama di ruang makan kibbutz yang besar. Semua peralatan pertanian dimiliki bersama. Ini sangat mirip dengan komunitas Yahudi Mesianik dalam pasal-pasal awal KPR, yang beroperasi mirip kibbutz modern. Seiring berjalannya waktu, pergerakan kibbutz di Israel mati pelan-pelan. Kebanyakan anak muda ingin menikmati hasil kerja mereka dengan memiliki harta sendiri, termasuk kenyamanan kapitalistik seperti punya mobil sendiri, dan meninggalkan kehidupan kibbutz. Beberapa kibbutz yang tersisa di Israel telah kemasukan pengaruh kapitalis dengan mengizinkan anggotanya memiliki harta sendiri, termasuk rumah! Saya menduga kibbutz Yahudi Mesianik di Abad Pertama juga mengalami transformasi serupa. Hal ini dimulai seketika. Pada KPR pasal 2, kita mendapati kumpulan orang Yahudi dari seluruh dunia datang ke Yerusalem untuk merayakan Shavuot (Pentakosta). Karena khotbah Shimon Kefa (Petrus) dalam pasal 2 dan 4, ribuan peziarah Yahudi ini menjadi percaya kepada Yeshua. Kelihatannya, banyak dari mereka jika bukan semuanya – menetap di Yerusalem. Orang-orang Yahudi yang baru percaya ini (bersama
dengan orang-orang yang konversi ke Yudaisme – Kisah 2:10) membentuk komunitas Yahudi Mesianik besar yang kita baca pertama kali di ayat-ayat penutup pasal 4. Pada bagian akhir Kitab KPR, kita tidak lagi membaca tentang komunitas Yahudi Mesianik yang memiliki segalanya bersama-sama. Akibat penindasan, KPR 11:19 memberitahu kita bahwa banyak pengikut Yahudi Mesianik tercerai-berai dari Yerusalem. Mungkin inilah yang mengakhiri kibbutz Mesianik di Yerusalem. Komunisme hanya bisa berjalan jika bersifat sukarela, dan mereka yang ada di dalamnya tidak egois, seperti para pemukim Yahudi awal di tempat yang dulu disebut “Palestina” lebih dari seratus tahun lalu. Semua orang bekerja keras untuk kepentingan komunitas (kibbutz), dan juga untuk kebaikan usaha pemukiman. Mereka tengah berusaha membangun negara! Yad HaShmonah Anehnya – walaupun popularitas kibbutz sangat menurun - dalam beberapa dekade terakhir kibbutzim Yahudi Mesianik didirikan kembali di Israel. Salah satunya bernama Yad HaShmonah, secara literal berarti “Tangan Delapan Orang,” tetapi dalam Bahasa Ibrani modern berarti “Peringatan akan Delapan Orang.” Kibbutz ini didirikan oleh orang-orang Kristen Zionis Finlandia untuk mengingat delapan orang pengungsi Yahudi Austria yang berhasil lolos ke Finlandia pada tahun 1938. Namun, delapan orang Yahudi ini diserahkan kepada Gestapo Nazi di tahun 1942. Tujuh orang di antaranya dibunuh di kamp konsentrasi Auschwitz. Hanya satu yang selamat, yaitu Dr. George Kolman. Dia berhasil ke Israel setelah perang usai. Orang-orang Kristen hebat dari Finlandia pendiri Yad HaShmonah ini berusaha menjadi berkat bagi orang Yahudi dan Israel. Mereka mendirikan sebuah kibbutz di timur Tel Aviv setelah negara Israel modern berdaulat pada tahun 1948. Pada tahun 1978, keluarga Bar-David yang adalah Yahudi Mesianik bergabung dengan orang-orang Finlandia ini. Pada masa kini, masih ada beberapa orang Finlandia yang tinggal di sana, tetapi telah menjadi sebuah kibbutz Yahudi Mesianik. Saat ini ada 15 keluarga, bersama dengan sekitar 10 orang lajang yang tinggal di kibbutz. Kami mendapat kesempatan untuk pergi ke Yad HaShmonah ketika berkunjung ke Israel di awal tahun 2007. Kibbutz ini memiliki taman alkitabiah yang sangat indah, dan juga model skala kecil tentang gaya hidup di zaman alkitab. Mereka memiliki tempat pemerasan anggur dan minyak zaitun yang didesain sesuai cara 2000 tahun yang lalu. Mereka memelihara bermacam-macam hewan kosher, juga anjing-anjing dan kucing-kucing. Mereka juga memiliki sebuah mikveh (kolam pembaptisan), menara jaga, dan tempat pengirikan. Para turis bisa datang dan melihat seperti apa kehidupan pada zaman Alkitab. Selain itu, mereka juga mengelola ruang makan komunal di mana para turis dapat membeli makanan lezat yang bahan-bahannya ditanam di pertanian kibbutz. Anak-anak di Yad HaShmonah dibesarkan dalam lingkungan Mesianik Israel, di tengah-tengah budaya Israel sekuler yang seringkali tidak memberikan ruang untuk Tuhan. Kibbutz juga menjadi pusat retreat Yahudi Mesianik, dengan akomodasi untuk orang yang berlibur, dan bahkan untuk pernikahan. Banyak orang Israel non-Mesianik juga ikut berkunjung, dan mendengar Kabar Baik tentang Yeshua. Seluruh pemasukan disimpan dalam rekening bersama dan dibagi merata di antara anggota. 80% dari penghasilan datang dari orang Israel yang menyewa fasilitas mereka, termasuk perusahaan terkemuka Israel. Mereka juga mendapat penghasilan besar dari turis Kristen yang mengunjungi kibbutz. Pada kunjungan kami ke Israel di tahun 1994, kami mengunjungi kibbutz Yahudi Mesianik di Ir Ovot yang dipimpin oleh Rabi Simcha Pearlmutter. Namun, dia meninggal pada Desember 1999. Kibbutz
Mesianik di Ir Ovot kini tidak ada lagi. Hari ini, Blossoming Rose membangun sebuah taman arkeologi di tempat yang sama, yang akan dikembangkan untuk menjadi pusat pariwisata! Ini adalah lokasi kota kuno Tamar, pada masa Raja Salomo. Selain itu, ada juga peternakan kambing/kibbutz Yahudi Mesianik di Israel. Kembali ke Kisah Para Rasul… Di Kisah 4:33, kita membaca, “Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yeshua dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.” Walaupun ada bahaya ketika memberitakan Kabar Baik tentang Yeshua dan kebangkitan, para rasul tidak bisa berdiam diri tentang apa yang telah terjadi. Mereka memberitakan Kabar Baik dengan berani kepada mereka yang mau mendengarkan. “Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.”1 Ini adalah bentuk komunisme murni, tetapi sukarela, hampir sama dengan gerakan kibbutz modern. Sangat jauh berbeda dari model Soviet di mana seluruh rakyat dipaksa menyerahkan semua yang mereka miliki. (Ironisnya, petinggi partai Komunis di USSR bergaya hidup mewah sementara mereka meminta rakyat Soviet berkorban untuk “revolusi.”) “Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Bar-Nabba, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul. (Kisah 4:36-37)” Ini adalah contoh yang sangat bagus tentang operasional kibbutz Yahudi Mesianik mula-mula. Orang yang memiliki harta akan menjual hartanya dengan sukarela ketika ada kebutuhan di dalam komunitas Yahudi Mesianik lokal. Kemudian hasil penjualan dibawa dan diletakkan di depan kaki para rasul. Para rasul adalah orang percaya “dewasa”, yang telah menjadi percaya di dalam Yeshua selama 3 1/2 tahun, bahkan, dimuridkan oleh Yeshua sendiri selama 3 1/2 tahun. Ananias dan Safira Semuanya tampak baik-baik saja. Kemudian di awal pasal 5, kita membaca, “Ada seorang lain yang bernama Hananyah (Ananias). Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Shimon Kefa (Petrus) berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Elohim.’”
1
Kisah 4:34-35.
“Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian." Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orangorang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.” Ini cerita yang agak mengerikan, karena Ananias dan Safira benar-benar “terbunuh dalam roh”. Ananias dan Safira tampaknya mencari pujian dari manusia, menjual salah satu milik mereka, dan kemudian berbohong dengan menyatakan bahwa seluruh hasil penjualan telah ditaruh di depan kaki para rasul. Dosanya bukanlah karena menahan sebagian hasil penjualan; tetapi karena berbohong. Akibatnya, pasangan suami istri itu – yang berkonspirasi dalam kebohongan– “terputus nyawanya,” yaitu mati mendadak di depan kaki para rasul. Pada saat kematian, “roh” kita meninggalkan tubuh. Sepertinya ini terlalu keras. Tetapi, kita pernah membaca tindakan keras serupa di Bilangan 15:3236. Musa telah membawa loh batu bertuliskan Eseret HaD’varim (“Sepuluh Perintah”) dari Gunung Sinai. Musa telah menginstruksikan kepada orang Israel tentang seluruh perintah, termasuk perintah untuk menghormati Shabbat. Akan tetapi, satu orang diketahui mengumpulkan kayu, sepertinya untuk membuat api pada hari Shabbat. “Lalu berfirmanlah YHWH kepada Musa: ‘Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’” Kemudian orang itu dibawa ke luar perkemahan dan dilontari dengan batu sampai mati karena dosanya mengumpulkan kayu pada hari Shabbat. Pelanggaran Shabbat tidak pernah lagi dihukum sekeras itu di kemudian hari, seperti dapat kita baca tentang para Nabi yang terus-menerus menegur Israel karena tidak menghormati hari Shabbat. Namun, tidak ada lagi yang dilontari batu karena melanggar. Bayangkan jika pendekatan yang keras ini masih diterapkan pada masa kini! Saya yakin, jemaat yang paling Yahudi Mesianik sekalipun akan mengalami penurunan jumlah secara drastis hingga habis. Namun, pada masa awal seperti kisah di atas, yaitu saat pemberian Torah, sangat penting bagi orang Israel untuk melihat pentingnya Shabbat, dan harus dianggap serius. Faktanya, Keluaran 31:12-17 mengatakan kepada kita bahwa Shabbat adalah satu tanda perjanjian antara Elohim dan Israel. Mereka yang menodai Shabbat mengingkari perjanjian antara Elohim dan Israel. Begitu juga, dalam komunitas Yahudi Mesianik mula-mula ini, kematian Ananias dan Safira merupakan sebuah tanda, bagi Orang Percaya dan yang belum Percaya, tentang pentingnya menjaga integritas. Tuhan sedang membuat sesuatu yang baru, dan membutuhkan sesuatu yang dramatis untuk menunjukkan keseriusan dari apa yang sedang Dia lakukan. Di ayat 3, Ananias dituduh membohongi Ruakh HaKodesh (Roh Kudus). Ada orang yang beranggapan bahwa Roh Kudus adalah kekuatan/kuasa tanpa persona/pribadi (impersonal force). Akan tetapi, Anda tidak bisa “membohongi” sesuatu yang tanpa persona. Dalam Efesus 4:30, kita diperintahkan “janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Elohim, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Jadi kita belajar bahwa Ruakh HaKodesh dapat berduka! Dalam Kisah 5:4, Shimon Kefa menambahkan, “Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Elohim.” Hal ini juga mengajarkan kepada kita tentang ke-Ilahi-an Roh Kudus, karena membohongi Roh Kudus sama dengan membohongi Tuhan. Tetapi, ada beberapa perbedaan kualitatif. Saya tidak pernah menemukan di dalam Kitab Suci seseorang berdoa kepada atau menyembah Roh Kudus. Aktivitas seperti itu tidak biblikal.
Dalam KPR 5:11, kita membaca, “Maka sangat ketakutanlah seluruh ekklesia (jemaat) dan semua orang yang mendengar hal itu.” Inilah pertama kalinya kata Yunani “ekklesia” digunakan. Istilah ini biasanya diterjemahkan sebagai “church” oleh sebagian besar penerjemah Alkitab berbahasa Inggris di dalam Perjanjian yang Diperbaharui. Akan tetapi, di dalam Septuaginta2 kata yang sama ini biasanya diterjemahkan sebagai “perkumpulan.” Variasi lainnya ialah kata Ibrani kahal atau kehilah. Kata ini tidak memiliki arti relijius tertentu. Kata Yunani ekklesia dapat juga digunakan untuk sesuatu yang tidak relijius, seperti suatu perkumpulan yang disahkan oleh hakim atau sebuah otoritas resmi, menurut Bible Dictionary tulisan William Smith. Akan tetapi, karena sebuah istilah relijius baru, yaitu, “church,” diperkenalkan di dalam Perjanjian yang Diperbaharui, maka banyak orang berasumsi bahwa sebuah agama baru telah didirikan oleh Yeshua. Sebenarnya, Yeshua datang sebagai Mesias dari agama yang lama, yaitu Yudaisme. Yeshua adalah teladan kita, dan Dia memimpin kepada sebuah kehidupan yang taat kepada Torah. Satu hal penting yang perlu dicatat dalam Kisah 5:11 adalah rasa takut yang dialami oleh komunitas Yahudi Mesianik karena peristiwa kematian Ananias dan Safira. Ini juga disebut dalam ayat 5. “Rasa takut” mungkin adalah sesuatu yang pada masa kini sudah berkurang di antara Orang Percaya. Akan tetapi, di dalam Mazmur 111:10, kita membaca “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN (YHWH), semua orang yang melakukan perintahNya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.” Saya akui, saat masih kecil, takut dihukum menjadi motivasi utama saya untuk patuh. Takut mendapat pukulan adalah motivator yang ampuh! Ayah saya sering berkata, “Memukulmu lebih menyakitkan bagiku daripada bagimu.” Saya pikir, “Ah, mana mungkin…” Saya tidak pernah mengerti sampai saya sendiri menjadi seorang ayah. Saya sangat menentang penyiksaan anak. Akan tetapi, ada waktunya seorang anak membutuhkan pukulan. Saat ini, kita semua perlu “takut akan Tuhan.” Ini jauh lebih penting daripada “takut akan pukulan”! Mungkin berkurangnya rasa takut adalah penyebab utama dari keadaan sulit yang dialami banyak Orang Percaya masa kini. Juga, akibat dari kurangnya rasa takut akan Tuhan, hampir semua Orang Percaya modern kekurangan kuasa. Pada ayat berikutnya, kita membaca: “Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Semua orang percaya selalu berkumpul di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat. Orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak. Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka. Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyunduyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.”
2
Terjemahan Tanakh (Perjanjian Lama) dalam bahasa Yunani, selesai dikerjakan oleh para penerjemah Yahudi pada tahun 200 SM.
Sungguh menakjubkan! Orang-orang ini memiliki kuasa! Para rasul melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi yang paling spektakuler adalah menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Saya menduga banyak aktifitas roh jahat juga terjadi pada hari-hari ini, tetapi mereka yang disesatkan oleh roh jahat benar-benar tidak menyadarinya. Banyak orang sangat membutuhkan pengusiran roh jahat pada masa kini. Tetapi, saya bukan termasuk orang yang percaya bahwa semua penyakit atau gangguan mental pasti disebabkan roh jahat. Banyak orang yang menderita gangguan mental karena trauma psikologis atau ada penyebab fisik dari sakit mereka, seperti ketidakseimbangan kimiawi di dalam tubuh. Ayat 13 menyatakan, “Orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka,” yang mana sangat dapat dimengerti karena apa yang telah terjadi kepada Ananias dan Safira. Akan tetapi, ayat berikutnya berkata, “Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.” Jadi sangat jelas bahwa ayat 13 menunjuk pada mereka yang hanya berpura-pura dan setengah hati. Orang-orang seperti ini tidak akan mau mengambil resiko bergabung dengan Yahudi Mesianik di Yerusalem. Ayat 14 adalah ayat yang untuk pertama kalinya secara spesifik menyebutkan ada wanita yang menjadi percaya. Sebelumnya, orang yang percaya didominasi pria, karena merekalah yang dikhotbahi oleh Shimon Kefa dan para rasul lainnya di KPR 2, di mana Shimon Kefa berkhotbah kepada para pria di Bait Suci. Para wanita berada di Serambi Wanita, tidak dapat mendengar khotbah Petrus pada para peziarah dalam Hari Raya Shavuot. Dalam Kisah pasal 3, Shimon Kefa dan Yokhanan pergi ke Bait Suci pada jam kesembilan (sekitar jam 3 sore), jam doa minkhah. Setelah menyembuhkan orang yang lumpuh sejak lahir, satu-satunya kelompok yang dapat mendengar khotbah Petrus ialah para pria, karena ini adalah jam sembahyang yang hanya dihadiri pria. Tetapi sekarang para wanita juga datang kepada iman!
Pemenjaraan dan Pembebasan Pendalalaman Kisah Para Rasul pasal 5 “Akhirnya mulailah Kohen HaGadol (Imam Besar) dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Tsadukim (Saduki), bertindak sebab mereka sangat iri hati. Mereka menangkap sh’likhim (rasul-rasul) itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.”1 Di awal pasal ini (KPR 5), kita membaca kisah Ananias dan Safira. Karena berbohong, mereka benarbenar “dibunuh dalam Roh,” lalu segera dikubur, seperti adat istiadat Yahudi hingga saat ini. Akibat dari pertunjukkan kuasa Ilahi ini, “sebuah ketakutan besar ada pada seluruh jemaat.” Para Yahudi Mesianik mula-mula ini penuh dengan kuasa untuk melakukan banyak pertanda dan mujizat, termasuk kesembuhan supranatural dan pengusiran roh-roh jahat. Mujizat seperti inilah yang saya ingin lihat terjadi, bukan mujizat palsu yang sering dipromosikan pada masa kini.2 Yesaya 35:1-2 menjelaskan tentang mujizat pada akhir zaman, yaitu Aravah (padang gurun di sebelah tenggara Israel) berbunga dengan sangat indah. Mujizat itu terjadi sekarang, seperti yang dapat kita lihat padang pasir di Israel menghasilkan buah-buahan, bunga-bunga, dan sayur-sayuran. Walaupun penduduknya padat, Israel masa kini mengekspor hasil pertaniannya ke banyak negara di seluruh dunia. Beberapa ayat kemudian, dalam Yesaya 35:5-6, kita membaca, “Kemudian mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara.” Saya percaya hari-hari di mana akan terjadi banyak mujizat ada di depan mata kita! Jika kita baca KPR 5 lebih lanjut, kita menemukan situasi kurang menyenangkan dialami sh’likhim (para rasul), seperti telah kita baca di awal halaman ini. Mujizat dan kemenangan talmidim (murid) Yeshua sangat dibenci HaSatan. Kita membaca bahwa Imam Besar dan para pengikutnya – orang-orang Saduki – menangkap para rasul dan melemparkan mereka ke penjara. Penjara adalah tempat yang suram, menyedihkan, dan tentu saja tanpa listrik dan air bersih. Tetapi, untuk saat itu, mereka dipenjara hanya sebentar, seperti yang dapat kita baca: “Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: Pergilah, berdirilah di Bait Elohim dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.”
1
Kisah 5:17-18
2
Tetapi, ada juga beberapa dokumentasi mujizat dan kesembuhan sejati di zaman modern ini
Ini adalah mujizat besar. Para tahanan biasanya dirantai ke tembok dan dijaga ketat. Dalam beberapa kasus, seperti di dalam Kisah 12:19, ketika tahanan melarikan diri, para penjaga dihukum mati. Ancaman yang sangat berat bagi para penjaga untuk menjaga tahanan agar tidak kabur! Karena itu, diperlukan pertolongan supranatural supaya sh’likhim (rasul-rasul) dapat lolos dari penjara. Pada kasus ini, seorang malaikat membuka gerbang penjara, menyuruh mereka pergi. Akan tetapi, malaikat itu memberi instruksi spesifik, yaitu, pergi ke Beit HaMikdash (Bait Elohim) untuk memberitakan “firman hidup,” yaitu Kabar Baik tentang Mesias. “Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Elohim, lalu mulai mengajar di situ. Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama3 berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara.”4 Tidak ada keraguan pada para rasul. Mereka mengetahui bahaya yang mereka hadapi, namun tetap mentaati instruksi dari malaikat, dan memberitakan Injil di dalam Bait Suci di Yerusalem. Ketika para petugas Sanhedrin akan mengambil para rasul dari penjara, mereka mendapati para penjaga berdiri di depan pintu yang terkunci rapat. Tetapi ketika para penjaga masuk ke dalam, mereka menemukan sel tahanan telah kosong! Mereka bingung memikirkan bagaimana para rasul melarikan diri dari sana. Akan tetapi, ada keributan di Bait Suci, karena ternyata para rasul yang baru lari dari penjara itu ada di sana dan memberitakan kabar tentang Mesias Ibrani dan mengajar orang-orang! Sekali lagi, para petugas diperintahkan untuk menangkap kembali rasul-rasul, dan membawa mereka menghadap Kohen HaGadol dan Sanhedrin. Ada sebuah doktrin jahat yaitu “Dual Covenant (Dua Perjanjian)” yang mengajarkan bahwa orang Yahudi tidak perlu Yesus, karena mereka telah memiliki perjanjian dengan Elohim melalui Abraham, Ishak, dan Yakub. Dan “Yesus” itu hanya untuk orang Bangsa-bangsa. Ini adalah separuh kebenaran. Ya, semua orang Yahudi memiliki hubungan perjanjian dengan Tuhan melalui Para Leluhur. Akan tetapi, perjanjian itu hanya untuk hal-hal duniawi, termasuk sunat dan Tanah Israel, yang diberikan sebagai milik pusaka untuk selama-lamanya. Perjanjian ini tidak menjanjikan “keselamatan” dalam hal spiritual; perjanjian ini tidak menjanjikan pengampunan dosa dan kehidupan kekal. Kita melihat talmidim (murid-murid) Yeshua berulang kali mempertaruhkan kebebasan dan bahkan nyawa mereka untuk memberitakan Kabar Baik tentang Mesias. Ini sangat jelas menunjukkan bahwa para murid tidak percaya kepada teologi “Dua Perjanjian” di mana orang Yahudi tidak perlu mengenal Mesias mereka. Kepala pengawal dan para penjaga menemukan para rasul berkhotbah di Bait Suci, lalu menangkap mereka tanpa kekerasan karena tidak ingin membangkitkan amarah orang-orang Yahudi di Bait Suci, yang tampaknya menyukai apa yang mereka dengar. Seperti dikatakan dalam Kisah 5:26, “Karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka.”
3
Yaitu, Sanhedrin, sebuah badan legislatif Yahudi yang terdiri dari 71 orang pria yang memutuskan tentang Halakhah (hukum Yahudi), juga menjadi hakim dalam persengketaan hukum. Terdiri dari kaum Saduki dan Farisi. Sanhedrin telah didirikan kembali di Israel modern. Akan tetapi, belum diterima sepenuhnya oleh kaum Yahudi Ortodoks maupun pemerintah. 4
Kisah 5:21
Para petugas sekali lagi membawa para rasul ke hadapan Sanhedrin dan Imam Besar. Imam Besar saat itu ialah Kayafas, yang adalah menantu Hanas, Imam besar sebelumnya. Kayafas diakui sebagai Imam Besar oleh Roma, dan sebenarnya dia ditaruh di posisi itu oleh otoritas Roma. Akan tetapi, jabatan Imam Besar adalah untuk seumur hidup. Karena itu, sebagian besar kelompok Yahudi relijius masih menganggap Hanas sebagai Imam Besar, bukan Kayafas. Kayafas berkata kepada para rasul, “Bukankah kami melarang kamu dengan keras untuk tidak mengajar di dalam Nama itu? Dan lihatlah, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan berusaha untuk menanggungkan darah Orang itu kepada kami.”5 Kayafas sudah mendengar para rasul menyalahkan beberapa orang dalam kepemimpinan Yahudi atas kematian Yeshua sang Mesias. Tentu saja, semua itu terjadi sesuai kehendak Ilahi! Bagaimanapun juga, Yeshua telah mati bagi keampunan dosa seluruh dunia! Dengan demikian, setiap orang yang percaya bahwa Yeshua mati bagi keampunan dosa mereka (termasuk saya) ialah seorang “Pembunuh Kristus.” Sayangnya, banyak orang Kristen telah memusuhi orang Yahudi dan menjuluki mereka “Pembunuh Kristus” selama berabad-abad, dan banyak orang Yahudi dibunuh akibat tuduhan aneh ini. Ini sama seperti menyalahkan seluruh “orang Amerika” atas terbunuhnya Abraham Lincoln, meski memang benar, ia dibunuh oleh seorang warga negara AS. Perlu dicatat bahwa tentara Roma-lah yang secara fisik melakukan penyaliban Yeshua. Tetapi, sungguh lucu jika menyalahkan semua orang Italia untuk kematian Yesus, sama lucunya dan sama tidak adilnya dengan menyalahkan semua orang Yahudi selama-lamanya untuk sebuah kematian yang terjadi 2000 tahun yang lalu. MEMATUHI ELOHIM Maafkan saya, karena telah sedikit keluar jalur. Kembali ke kisah kita, kita membaca bahwa Kayafas melarang para rasul untuk berbicara “di dalam Nama itu.” Akan tetapi, Shimon Kefa (Simon Petrus) dan para rasul lainnya menjawab sebagai berikut: “Kita harus lebih taat kepada Elohim dari pada kepada manusia. Elohim nenek moyang kita telah membangkitkan Yeshua, yang kamu gantungkan pada kayu salib (tree/pohon, KJV) dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Elohim sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Elohim kepada semua orang yang mentaati Dia.” (Kisah 5:29-32) Shimon Kefa mengatakan banyak hal dalam kalimat yang ringkas. Pertama-tama dia mengatakan kepada Kayafas, “Kita harus lebih taat kepada Elohim dari pada kepada manusia.” Selama tahun-tahun Holocaust dalam Perang Dunia II, banyak orang Kristen menyerahkan orang Yahudi ke tangan Nazi. Mereka menafsirkan Roma 13:1-2, “tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya,” berarti mematuhi Nazi. Ini tentu saja merupakan pemutarbalikan dari apa yang dikatakan Rabi Shaul kepada para penduduk Roma.
5
Kisah 5:28. Menarik untuk diperhatikan, para pemimpin agama Yahudi bahkan tidak mau menyebut nama Yeshua. Mereka menyebutnya, “orang ini, atau ‘ish hazeh’” dalam bahasa Ibrani. Hal ini masih terjadi sampai sekarang. Semua orang Yahudi relijius tidak mengizinkan kata “Yeshua” atau “Yesus” keluar dari mulut mereka, dan lebih memilih untuk memanggilNya “ish hazeh (orang ini)”
Seorang teman baik kami bertahun-tahun yang lalu ialah almarhum Rachmiel Frydland. Dia adalah orang yang selamat dari Holocaust di Polandia. Dia menjalani pendidikan untuk menjadi rabi sebelum perang dimulai, tetapi mengenal Yeshua sebagai Mesias sebelum ditahbiskan. Dia menjadi seorang aktifis di sebuah gereja Injili di Polandia. Kemudian Nazi menduduki Polandia pada 1939. Rachmiel berlindung bersama bersama teman-temannya di dalam gereja Injili. Akan tetapi, “teman-temannya” menyuruh dia meninggalkan gereja atau mereka akan menyerahkan dia kepada Nazi, yang berarti mati. Dia meninggalkan gereja, dan berhasil selamat dari Holocaust. Akan tetapi, sebagian besar keluarganya bersama dengan 90 persen orang Yahudi di Polandia tidak selamat, dan mati di dalam ghetto dan kamp konsentrasi Nazi. Setelah perang usai, Rachmiel berhasil menjadi salah satu sarjana Yahudi Mesianik yang terkemuka, karena pengetahuannya yang luas mengenai Yudaisme Rabinik, Talmud dan terutama Kitab Suci – baik Tanakh (PL) dan PB. Ayat di atas dari pasal 5 menyatakan kepada kita bahwa kita tidak boleh mematuhi instruksi pemerintah yang bertentangan dengan perintah Tuhan dalam Kitab Suci. Shimon Kefa tidak akan mematuhi para pemimpin Yahudi ketika mereka memerintahkan para rasul untuk tidak mengabarkan Injil Keselamatan. Kemudian dia memberikan sebuah presentasi Injil secara singkat, menjelaskan tentang pekerjaan penebusan dan keselamatan yang telah dilakukan oleh Yeshua di atas ‘pohon’6 bagi Israel dan bagi pengampunan dosa. Roh Diberikan kepada Mereka yang Taat Petrus menutup khotbah dengan, “Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Elohim kepada semua orang yang mentaati Dia.” Banyak orang menginginkan karunia Roh Kudus, tetapi tidak ingin hidup dalam kepatuhan. Kita membaca di Yehezkiel 36 tentang kembalinya orang Yahudi ke tanah Israel dalam ketidakpercayaan mereka, dan kemudian bagaimana orang Yahudi akan dibersihkan dari dosa-dosa mereka. Kemudian kita membaca di dalam Yehezkiel 36:26-27: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Banyak orang Kristen Karismatik menganggap Roh Kudus dan Torah saling bertentangan. Menurut teologi ini, mereka yang melakukan perintah-perintah di dalam Torah berada “di bawah Hukum,” dan “melayani Tuhan dalam daging, bukan dalam Roh.” Akan tetapi, dalam ayat di Kitab Yehezkiel ini, kita menemukan bahwa Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk mentaati perintah-perintah Tuhan. Ini juga yang dikatakan oleh Rabi Sha’ul di dalam Roma 7:14, ketika dia berkata, “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat (Torah) adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.”
6
Perhatikan, istilah “pohon” (dari kata Yunani zulon) digunakan di ayat ini. Istilah ini menandakan bahwa mungkin bahasa Ibrani adalah bahasa asli dari kitab ini, karena di dalam bahasa Ibrani, istilah etz dapat diterjemahkan sebagai pohon, kayu, atau tiang gantungan, seperti dalam Ester 9:13,25
Mereka yang mengklaim bahwa Hukum Taurat adalah ‘daging’ benar-benar tidak paham. Orang yang benar-benar rohani akan menghormati mitzvot (perintah-perintah) dan akan memiliki kerinduan untuk mentaati Tuhan. Mereka yang bersifat daging tidak akan peduli tentang ketaatan pada Elohim atau perintah-perintahNya. Karismatik yang “anti Torah” tidak dipenuhi oleh Roh Kudus, mungkin roh lain. Gamaliel Memberi Nasihat yang Baik Di akhir khotbah singkat Petrus, Kohen HaGadol dan anggota-anggota Sanhedrin sangat marah sehingga mereka ingin membunuh para rasul. Tetapi, kita kemudian mendapati seorang bernama Gamli’el (Gamaliel) berbicara kepada Sanhedrin, “Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk (sensus), muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Tuhan, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Tuhan.” Gamaliel, yang juga dikenal sebagai Gamaliel I, adalah cucu dari Hillel yang terkenal. Paulus adalah talmid (murid) Gamaliel. Ada dua mazhab besar dalam Yudaisme Farisi di Abad Pertama: Mazhab Hillel dan Mazhab Shammai. Secara keseluruhan, keputusan Hillel mendominasi Halakhah. Gamli’el terkenal bukan saja karena kakeknya, tetapi karena dia sendiri juga seorang yang berhikmat. Dia adalah yang pertama dari dinasti enam orang Gamli’el, dan merupakan orang pertama dalam sejarah Yudaisme yang diberi gelar “Rabban” (“tuan kami” dalam bahasa Aramaik). Dia sering dikutip di dalam Mishna.7 Gamli’el menyebutkan beberapa mesias palsu dari masa lalu, dan bagaimana pekerjaan mereka siasia. Yang pertama – Teudas (atau “Toda” dalam bahasa Ibrani, berarti “terima kasih”) adalah orang yang menarik. Menurut Josephus, Teudas mengumpulkan para pengikutnya di Sungai Yordan, mengklaim bahwa sungai Yordan akan terbelah bagi dia seperti pada zaman Yosua 1200 tahun sebelumnya. Pasukan Roma pergi ke sana untuk mengamati peristiwa itu. Ketika sungai itu tidak terbelah, pasukan Roma membunuh Teudas dan para pengikutnya tercerai berai. Kemudian mesias palsu lainnya bernama Y’hudah HaGalili (Yudas orang Galilea) bangkit dan disebutkan dalam KPR 5:37. Dia dan para pengikutnya menolak membayar pajak kepada Kaisar. Pemberontakannya dihancurkan. Akan tetapi, para pengikutnya mendirikan mazhab Zelot, Yahudi nasionalis radikal yang melakukan perang gerilya melawan Roma selama puluhan tahun. Cucunya bernama El’azar ben Ya’ir, mempertahankan Matsada (Masada), tempat yang terakhir direbut Roma pada pemberontakan Yahudi melawan Roma, mengakhiri perang pada tahun 73 M.8
7
Mishna adalah bagian utama dari Talmud, ditulis dalam bahasa Ibrani. Mishna adalah buku telaah tentang Torah. Bagian sekunder dari Talmud ialah Gemara, yaitu telaah tentang Mishna, ditulis dalam bahasa Aramaik. 8
Masehi
Kemudian Gamli’el menyampaikan kata-kata hikmat untuk tidak melawan para rasul, dengan memberi kesimpulan bagi Mahkamah Agama, “Tetapi kalau berasal dari Elohim, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Elohim.” Kemudian mereka mencambuk para rasul, yaitu dengan 39 kali cambukan, hukuman yang sangat kejam karena cambuk dapat mencabik kulit dan daging punggung. Kemudian para rasul dilepaskan. Jika saya yang mengalami, saya akan protes keras tentang hukuman itu. Akan tetapi, “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena sang Nama.9 Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Elohim dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yeshua yang adalah Mesias.” Walaupun berbahaya, mereka dengan berani meneruskan membagikan Injil kepada orang Yahudi di Bait Elohim.
9
Alkitab KJV menterjemahkan ini menjadi “his name,” sama seperti NAS dan terjemahan lainnya. Namun, NAS cukup baik dengan membuat tulisan “his” dimiringkan, untuk menunjukkan bahwa kata itu ditambahkan oleh penterjemahnya, dan tidak ada di dalam naskah PB Yunani. Terjemahan yang lebih akurat adalah “the Name,” terjemahan dari istilah “HaShem,” yang berarti “sang Nama,” sebuah eufemisme untuk YHWH.
Perselisihan di Dalam Kehilah Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 6 “Pada masa itu, ketika jumlah talmidim1 makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orangorang Yahudi yang Helenis terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.” Kisah 6:1 Ayat di atas mengawali KPR 6. Kita mungkin berpikir, orang-orang Yahudi ini sudah menerima Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat, pasti semua masalah terselesaikan! Bagus sekali jika bisa begitu, tetapi kenyataan adalah kita semua manusia. Jika Anda berurusan dan hidup bersama manusia, Anda pasti akan memiliki masalah! Kadang-kadang saya dapat mengerti mengapa beberapa orang ingin menjadi seperti pertapa, hidup menyendiri bersama anjing atau kucing mereka. Kecuali peristiwa Ananias dan Safira dalam pasal 5 (yang hanya melibatkan dua orang), ini sepertinya perpecahan serius pertama di kehilah2 Yerusalem sejak “kelahirannya” dalam KPR 2 pada saat Shavuot (Pentakosta – Hari Raya Minggu-minggu). Pada saat itu, semua Orang Percaya mula-mula adalah orang Yahudi dan Gerim (orang Bangsabangsa penganut agama Yudaisme/proselit).3 Rupanya, waktu telah berlalu beberapa bulan atau bahkan tahun sejak ayat penutup di KPR 5. Jumlah talmidim telah “bertambah berkali lipat.” Hal ini baik – sangat baik! Akan tetapi, dengan peningkatan jumlah datang juga masalah. Dalam hal ini, masalahnya ialah sungut-sungut dari satu kelompok Yahudi kepada kelompok Yahudi lainnya. Alkitab KJV menyebut kelompok pertama dengan kata “Grecians (orang-orang Gerika/Yunani),” yang sangat salah dan bisa menyesatkan. Ini memberi kesan bahwa banyak orang Bangsa-bangsa kafir telah masuk ke dalam kehilah di Yerusalem. Bahasa Yunaninya ialah “Hellenistes,” lebih tepat diterjemahkan sebagai “Helenis,” atau “orang Yahudi berbahasa Yunani,” seperti dalam kamus Strong’s Concordance, #1675. Kaum Helenis adalah orang Yahudi yang mengadopsi budaya Helenistik (Yunani) yang masih bertahan di masa itu. Aleksander Agung menaklukkan daerah di sekeliling Laut Mediterania, bahkan sampai Sungai Indus di India. Bersama dengan penaklukkan itu masuklah budaya Yunani, yaitu bahasa Yunani, hiburan Yunani, dan cara pandang Helenistik (Yunani). Pada Abad Pertama Masehi, Kerajaan Yunani dikalahkan oleh Kerajaan Romawi. Akan tetapi, banyak orang – termasuk banyak orang Yahudi – masih terpikat dengan budaya dan bahasa Yunani. Saya sulit mengerti mengapa! Bangsa Yunani seringkali sangat kasar, jauh dari apa yang saya anggap “berbudaya.” Dan bahasa Yunani sama rumitnya dengan bahasa Latin, keduanya lebih sulit daripada bahasa Ibrani.4
1
“Murid-murid”
2
“Jemaat” atau “konggregasi”
3
Kisah 2:10
4
Menarik untuk diketahui, bahasa-bahasa kuno sangatlah rumit. Jika teori evolusi memang benar, seharusnya bahasa kuno lebih sederhana, dan kemudian menjadi semakin kompleks. Namun, faktanya, bahasa kuno malah lebih kompleks daripada bahasa modern.
Jadi, banyak orang Yahudi Abad Pertama mengadopsi budaya, bahasa dan cara pandang (filosofi) Yunani. Orang-orang ini disebut Yahudi “Helenis” atau “Helenistik”. Banyak dari mereka berada di “Galut.”5 Akan tetapi, banyak juga yang tinggal di Israel, sama seperti di zaman Makabe. Orang Yahudi Helenis dalam KPR 6:1 kemungkinan adalah orang Yahudi yang tinggal di luar Tanah Israel. Itulah pendapat dari banyak buku telaah Alkitab. Akan tetapi, fakta bahwa mereka tinggal di Yerusalem membuat saya yakin bahwa mereka adalah “pribumi” Israel. Masalahnya adalah Yahudi Helenis ini merasa didiskriminasi oleh para Yahudi Ibrani. Yahudi Ibrani adalah orang Yahudi yang tidak berasimilasi dengan budaya Yunani yang dominan di masa itu. Para Yahudi Helenis merasa para janda mereka diabaikan dalam hal pendistribusian makanan sehari-hari. “Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua talmidim berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Elohim untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh Kudus dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’” Kisah 6:2-4. “Kedua belas rasul” merujuk kepada 12 Sh’lichim (Para Rasul), termasuk rasul yang dipilih dalam Kisah 1:26 untuk menggantikan Yudas. “Kedua belas rasul” merasa lebih penting bagi mereka untuk melayani kebutuhan spiritual daripada mengurusi distribusi makanan. Maka, terbentuklah diaken! Kata Yunani untuk “diaken” berasal dari kata yang umumnya diterjemahkan sebagai “menteri” atau “pelayan.” (Para Pelayan harus mencatat: kata Yunani untuk “menteri” berarti “pelayan”! Pelayan jemaat adalah sebuah kehormatan!) Walaupun tanggung jawab diaken dianggap lebih sepele, posisi ini membutuhkan persyaratan yang ketat, yaitu para pria itu harus memiliki reputasi yang baik, dipenuhi oleh Roh Kudus dan hikmat. Pria tanpa reputasi yang baik tidak dapat melayani sebagai diaken. Dan mereka harus dipenuhi oleh Roh. “Dipenuhi oleh Roh Kudus” tidak berarti bahwa mereka harus bisa berbahasa Roh, dll. Tujuan utama kepenuhan Roh ialah untuk dimampukan mematuhi Torah (Yehezkiel 36:26-27) dan untuk menjadi saksi bagi Yeshua (Kisah 1:8). Konsep-konsep ini disatukan bersama di dalam Kisah 5:32: “Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Elohim kepada semua orang yang mentaati Dia.” Orang-orang ini juga harus jujur dan berhikmat! Karena mereka “melayani meja,” Para Rasul akan lebih bebas untuk melakukan pelayanan Firman. “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang Ger (penganut agama Yahudi) dari Antiokia.”6 Tampaknya, mereka mengadakan rapat kehilah, yang menyetujui keputusan para Rasul. Tujuh orang dipilih untuk melayani kebutuhan para Yahudi Helenis. Semuanya memiliki nama Yunani, menunjukkan bahwa mereka semua Yahudi Helenis (setidaknya melalui kelahiran), kecuali Nicolas, seorang Ger, yaitu orang Bangsa-bangsa yang menganut Yudaisme. Nicolas berasal dari Antiokia, sebuah kota yang akan segera menjadi tujuan pertama penginjilan kepada Bangsabangsa dalam KPR 11:20-21.
5
“Diaspora,” atau Pembuangan – negara di luar Israel
6
Kisah 6:5
“Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.” Orang-orang ini dibawa kepada para pemimpin (Rasul-rasul) untuk meneguhkan jabatan mereka. Tetapi, sebelum membuat keputusan atau meneguhkan, mereka berdoa. Tidak boleh ada keputusan besar dibuat tanpa doa. Beberapa orang menangkap hal ini dengan sangat konyol. Tetangga kami dulu sering mengatakan bahwa dia akan membersihkan apartemennya hanya jika dipimpin oleh Roh Kudus. Ketika kami melihat betapa kotor apartemennya, kami menyimpulkan dia tidak sering-sering “dipimpin oleh Roh Kudus”. Akhirnya, mereka menumpangkan tangan pada mereka yang telah dipilih. Penumpangan tangan digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Dalam Kejadian 48:13-20, untuk memberi berkat. Dalam Imamat 1:4, untuk mentransfer dosa dari pendosa kepada hewan korban. Dalam Bilangan 27:23, Musa menumpangkan tangan kepada Yosua untuk mengesahkannya sebagai penerusnya. Di beberapa tempat di dalam Alkitab, seperti Markus 1:41, penumpangan tangan adalah bagian dari doa kesembuhan orang sakit. Penumpangan tangan juga digunakan untuk impartasi karunia spiritual dalam Kisah 8:17 dan 19:6. “Firman Elohim makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar kohenim (“imam”) menjadi taat kepada iman.”7 Pertumbuhan jumlah komunitas Mesianik juga terjadi karena masuknya banyak orang “lembaga keagamaan,” termasuk para kohenim, yaitu golongan imam keturunan Harun yang melayani di Bait Suci. Dalam Kisah 15:1&5, kita melihat banyaknya orang Farisi yang menjadi percaya kepada Yeshua memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehilah Yerusalem. Rabi Shaul (Paulus) juga seorang Farisi, bahkan tetap Farisi setelah menjadi percaya kepada Yeshua, seperti kita ketahui dari KPR 23:6, di mana dia mengatakan, “ Saya seorang Farisi.” Nikodemus, yang kita baca dalam Yohanes 3, 7, dan 19, adalah anggota Sanhedrin! Kita cenderung berpikir bahwa “Lembaga Keagamaan” Yahudi di Abad Pertama semuanya menolak Yeshua. Tetapi, fakta menunjukkan banyak orang dari Lembaga Keagamaan Yahudi menjadi pengikut Yeshua. Bahkan di zaman modern, beberapa doktor, pengusaha, dan bahkan rabi-rabi8 Yahudi telah menjadi percaya di dalam Yeshua. Penting untuk dicatat bahwa para imam ini menjadi “taat kepada iman.” Seperti dikatakan dalam Yakobus 2:26: “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Iman yang sejati harus disertai ketaatan! “Dan Stefanus, yang penuh dengan iman dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.” Jelaslah bahwa Firman, ketaatan pada Firman, akan diikuti dengan tandatanda! Saya percaya kita akan melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat sejati dalam Jemaat ketika kita melakukannya dengan cara Tuhan, seperti pada Abad Pertama, dan bukan dengan cara kita sendiri. Dan Stefanus “hanyalah” seorang diaken! Jabatan Anda tidak menentukan urapan supranatural dari Roh Tuhan.
7 8
Kisah 6:7
Beberapa Rabi terkenal yang menjadi percaya di dalam Yeshua pada tahun 1800-an ialah Joseph Rabinowitz dari Rusia, Leopold Cohn di Hungaria, dan Isaac Lichtenstein –Rabi Kepala di Hungaria, dan Daniel Zion –Rabi Kepala di Bulgaria pada masa Perang Dunia II.
Sinagoga Orang yang Dibebaskan “Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Yang Dibebaskan-anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu berdebat dengan Stefanus.”9 Alkitab KJV memakai istilah “Libertines” (LAI: Libertini) bukan Freedmen (orang yang dibebaskan). “Libertines” lebih cenderung berarti “libertarian (penganut paham kebebasan).” “Freedmen” merupakan terjemahan yang lebih baik. Freedmen (orang yang dibebaskan) adalah para mantan budak dari Kirene di Afrika Utara, Aleksandria di Mesir, dan Kilikia dan Asia yang adalah Turki di zaman modern ini. Orang-orang dengan latar belakang yang sama biasanya memilih untuk bersekutu bersama, seperti dapat kita lihat di bermacam gereja etnis di Amerika. Hampir semua orang yang disebutkan di atas pernah menjadi budak orang Roma, dimulai dengan Jendral Pompey pada tahun 63 SM. Kebanyakan dari mereka memenangkan kembali kebebasannya di Roma atau daerah lain, lalu kembali ke Israel. Dr. David Stern, dalam Jewish New Testament Commentary, menyatakan bahwa mungkin terdapat beberapa orang Bangsa-bangsa yang konversi ke Yudaisme dalam Sinagoga Orang yang Dibebaskan. Jemaat Orang yang Dibebaskan ini berdebat dengan Stefanus. Tampaknya, Stefanus menyampaikan Kabar Baik Mesias Yeshua kepada mereka. Di sini kembali terlihat jelas para Yahudi Mesianik ini tidak percaya ajaran “Dual Covenant/Dua Perjanjian” di mana “Yesus” adalah Juru Selamat bagi Orang Bangsa-bangsa, bukan untuk orang Yahudi. Orang Kristen penganut Dua Perjanjian percaya bahwa orang Yahudi memperoleh keselamatan dari perjanjian Abraham dan Musa dan tidak perlu Yesus. Orang-orang Kristen ini mungkin bermaksud baik, tetapi mereka salah. Orang-orang Yahudi Mesianik di Abad Pertama mempertaruhkan kebebasan dan bahkan nyawa untuk membagikan Injil kepada orang Yahudi. “Tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.” Mereka kalah dalam argumentasi karena Stefanus jelas memiliki kebenaran! Tetapi, mereka memiliki rencana lain. “Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: ‘Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Elohim.’ Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: ‘Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini (Bait Suci)10 dan Torah (hukum Taurat), sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yeshua, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini (Bait Suci) dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.’ Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.”11
9
Kisah 6:9
10
Yokhanan (Yohanes) 2:19, Matius 26:61
11
Kisah 6:11-15
Mereka tidak mampu mengalahkan Stefanus dalam debat yang jujur, sehingga mereka turun level dan menghadirkan kesaksian palsu untuk melawan Stefanus. Kesaksian melawan Stefanus sangat memberatkan! Dia dituduh melakukan hal-hal berikut:
Berkata-kata melawan Musa. Menghujat Tuhan. Berkata-kata melawan Bait Suci. Berkata-kata melawan Torah. Berkata-kata melawan adat istiadat yang diwariskan oleh Musa. Tentu saja, Stefanus tidak pernah melakukan satupun dari hal-hal di atas. Stefanus adalah orang benar yang tidak pernah berkata-kata melawan Musa, Elohim, Bait Suci, Torah, atau bahkan adat istiadat Yahudi. Semua ini adalah tuduhan palsu. Sangat disesalkan, di masa kini, kita melihat banyak pengkhotbah Kristen di mimbar gereja di seluruh dunia mengajarkan “injil” anti-hukum (anti-Torah) yang membatalkan Hukum Taurat. Anda tidak perlu saksi palsu untuk bersaksi melawan mereka. Yang Anda butuhkan hanyalah alat perekam. Stefanus akan merasa ngeri jika melihat bagaimana Yudaisme Mesianik yang pro-Torah pada Abad Pertama telah “berubah” menjadi libertarian, Kekristenan anti-Torah pada masa kini.
Kemartiran Stefanus Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 7 Dalam KPR pasal 6, kita membaca tentang Stefanus, yang dipilih menjadi satu dari tujuh diaken untuk melayani kebutuhan material janda-janda Yahudi Helenis. Dia bersaksi tentang Mesias Yeshua kepada jemaat Sinagoga Orang yang Dibebaskan. Ketika mereka tidak dapat melawan logika Stefanus, mereka menghadirkan saksi-saksi palsu untuk menjatuhkan Stefanus. Tuduhan terhadap Stefanus sangat serius! Dia mendapat tuduhan berikut (Kisah 6:11-14):
Berkata-kata melawan Musa. Menghujat Elohim. Berkata-kata melawan Bait Suci. Berkata-kata melawan Torah. Berkata-kata melawan adat istiadat yang diwariskan oleh Musa. Tentu saja, Stefanus, tidak pernah melakukan satupun dari hal-hal di atas. Stefanus adalah orang benar yang tidak pernah berkata-kata melawan Musa, Elohim, Bait Suci, Torah, atau bahkan adat istiadat Yahudi. Semua itu adalah tuduhan palsu. Kohen HaGadol (Imam Besar – kemungkinan Kayafas, mungkin juga Hanas) menanyai Stefanus, “Benarkah demikian?” Awalnya, ini tampak seperti persidangan yang adil. Akan tetapi, ingatlah bahwa Yeshua juga dihadapkan kepada Kohen HaGadol dan Sanhedrin. Persidangan waktu itu berjalan sangat tidak adil, mengakibatkan Yeshua dihukum mati dengan penyaliban. Shimon Kefa1 dan Yokhanan2 juga ditangkap dan dihadapkan kepada Sanhedrin3 dalam KPR 4 dan 5. Pada kasus yang lebih awal di pasal 4, mereka dilepaskan dengan peringatan keras untuk tidak berkhotbah dalam nama Yeshua. Tetapi, karena mereka tidak mengindahkan peringatan, mereka kembali ditangkap dan dicambuk sebelum dilepaskan. Dalam KPR 6:15, kita melihat Stefanus juga diadili di hadapan Sanhedrin dan Imam Besar. Stefanus bisa saja “menyelamatkan diri” dengan bersikap merendah dan minta maaf, dan juga membantah setiap tuduhan itu. Tetapi sebaliknya, dia justru menyampaikan uraian yang sangat bagus tentang parashot4 terakhir dari Kejadian dan bagian pertama dari Keluaran. Dia memulai dengan berkata:
1
Simon Petrus.
2
“Yohanes”
3
Mahkamah Yahudi, memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan kasus hukum, dan juga masalah Halakhah.
4
Bagian Torah.
“Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Elohim yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.”5 Stefanus memulai dengan menekankan tempat berpijak yang sama dengan para penuduhnya. Dia berbicara tentang “Elohim yang Mahamulia” yang mereka dan dia sembah. Kemudian dia berbicara tentang “bapa kita Abraham,” yang diterjemahkan secara tepat dari bahasa Ibrani, “Avraham Avinu,” yaitu bagaimana Abraham dikenal secara umum dalam Yudaisme bahkan sampai saat ini. Istilah yang sangat Ibrani ini menunjukkan asal-usul Ibrani dalam Kitab Kisah Para Rasul. Kemudian dia mengingatkan Sanhedrin tentang perintah yang diberikan kepada Abraham dalam Kejadian 12:1, di mana Abraham diperintahkan untuk meninggalkan sanak saudaranya dan pergi ke tempat yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, yang adalah tanah yang dijanjikan kepada Abraham, dan kepada keturunannya melalui Ishak dan Yakub. “Maka keluarlah ia (Abraham) dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Elohim menyuruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang; dan di situ Elohim tidak memberikan milik pusaka kepadanya, bahkan setapak tanahpun tidak, tetapi Ia berjanji akan memberikan tanah itu kepadanya menjadi kepunyaannya dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia tidak mempunyai anak.” KPR 7:4-5. Dulu, saya sempat berpikir mungkin Stefanus salah hitung. Dalam Kejadian 11:26, kita mengetahui Terah berumur 70 tahun saat Abraham lahir. Dalam Kejadian 11:32, kita mengetahui bahwa Terah berumur 205 tahun ketika dia mati, dan Abraham sudah berumur 135 tahun. Kejadian 12:5 mengatakan Abraham berumur 75 tahun saat dia meninggalkan Haran, yaitu 60 tahun sebelum kematian Terah. Namun, di KPR 7:4, Stefanus berkata bahwa Abraham pergi dari Haran setelah Terah, ayahnya, meninggal. Dr. David Stern dalam Jewish New Testament Commentary6 memberi penjelasan tambahan kepada kita. Naskah Pentateuch (Lima Kitab Musa/Torah) versi orang Samaria menyatakan Terah berumur 145 tahun saat dia mati, yaitu umur Terah pada waktu Abraham meninggalkan Haran. Tampaknya Stefanus menggunakan Kitab Suci orang Samaria dalam uraiannya. Menurut Torah Samaria, hitungan Stefanus tidak salah! Untuk hal ini dan alasan lainnya, Stern percaya bahwa Stefanus adalah seorang Samaria. Asal-usul Orang Samaria dimulai saat kerajaan utara (Israel) diangkut ke pembuangan Asyur. Bangsa Asyur mengisi kembali tanah itu dengan orang-orang dari berbagai bangsa yang tidak mengenal YHWH. Tetapi, ketika orang-orang itu banyak mati karena diterkam binatang buas dari hutan, raja Asyur percaya itu karena mereka tidak menyembah Tuhan dari Tanah itu. Karena itu, dia memerintahkan imam-imam Israel dibawa kembali ke Tanah itu untuk mengajari bangsa pagan itu tentang Tuhan Israel. Kita membaca tentang hasilnya di 2 Raja-raja 17:33: “Mereka takut akan YHWH, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada ilah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan.” Dengan kata lain, mereka menyembah YHWH, sekaligus ilah-ilah berhala yang mereka bawa.
5
Kisah 7:2-3
6
Dapat diperoleh di Jewish New Testament Publications, POB 615, Clarksville MD 21029
Akhirnya, banyak suku-suku Israel di Utara kawin campur dengan bangsa pagan. Keturunan mereka disebut orang Samaria. Orang Samaria masih beribadah di Gunung Gerizim di Sikhem (Nablus), di mana mereka mempersembahkan domba Paskah. Mereka memiliki versi Torah sendiri, dengan alfabet Ibrani mereka yang unik. Kami menemui orang Samaria ketika kami berada di Sikhem tahun lalu. Saya juga sempat berbicara dengan Imam Besar Samaria di tahun 1994! Sayangnya, Samaria saat ini berada di wilayah yang dikuasai Palestina. Uraian dan kutipan Stefanus tentang Torah semuanya dilakukan dengan mengandalkan ingatan. Sebuah uraian yang luar biasa! Dia menyampaikan fakta bahwa Tanah itu dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya pada waktu Abraham belum memiliki anak. Sarah mandul, tidak dapat hamil pada waktu itu. “Beginilah firman Elohim, yaitu bahwa keturunannya akan menjadi pendatang di negeri asing dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka itu akan Kuhukum, firman Elohim, dan sesudah itu mereka akan keluar dari situ dan beribadah kepada-Ku di tempat ini.” Kita ketahui dari Keluaran 12:40-41 bahwa bangsa Israel berada di Mesir selama 430 tahun. Tampaknya, mereka benar-benar merdeka hanya 30 tahun. Setelah Yusuf mati, secara bertahap mereka diperbudak oleh bangsa Mesir, perbudakan itu berlangsung sekitar 400 tahun. Anehnya, bangsa AfroAmerika juga menderita 400 tahun perbudakan. Ketika ada orang Afro-Amerika yang hadir dalam perjamuan Pesakh kami, mereka tentu dapat merasakan penderitaan bangsa Yahudi. Di ayat 7, kita membaca bahwa Elohim akan menghukum bangsa yang memperbudak bangsa Israel. Kejadian 12:37 menjanjikan bahwa Tuhan akan mengutuk mereka yang mengutuk bangsa Yahudi. Ini tidak berarti bahwa bangsa Yahudi tidak akan menderita penganiayaan. Akan tetapi, ayat ini menjanjikan bahwa siapapun yang mengutuk Israel mereka sendiri akan dikutuk. Demikian juga, mereka yang memberkati bangsa Yahudi atau negara Israel akan diberkati. B’rit Milah: Perjanjian Sunat “Lalu Elohim memberikan kepadanya perjanjian sunat; dan demikianlah Abraham memperanakkan Ishak, lalu menyunatkannya pada hari yang kedelapan; dan Ishak memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua belas bapa leluhur kita (Kisah 7:8).” Tuhan tidak pernah membatalkan satupun perjanjianNya. Dalam Teologi Dispensasi, perjanjian yang terkemudian menggantikan perjanjian yang sebelumnya. Akan tetapi, secara Alkitabiah, setiap perjanjian bersifat kekal, dibangun dengan dasar perjanjian sebelumnya, tidak pernah menggantikan yang sebelumnya. Dalam perjanjian Adam, kita sampai sekarang harus bekerja keras untuk membuat tanah menghasilkan makanan, dan wanita masih harus merasakan sakit waktu melahirkan. Tanda perjanjian Nuh adalah pelangi, juga masih ada sampai hari ini. Dalam perjanjian Abraham, setiap keturunan jasmani dari Abraham harus disunat pada hari ke delapan. Seperti yang ditunjukkan oleh Stefanus, perjanjian sunat berlaku untuk keturunan dari Abraham, Ishak, dan Yakub.
7
Ayat lainnya menunjukkan berkat dan kutuk yang sama, seperti Kejadian 26:4, Bilangan 24:9, Yesaya 60:12, Zakaria 2:8, Matius 25:40-45
Orang Yahudi masih mempraktekkan sunat bagi anak laki-laki pada hari ke delapan. Begitu juga, yang disebut “Dispensasi Hukum” masih bersama kita, dan masih menjadi standar kebenaran Elohim. “Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita (anak-anak Yakub) menjual Yusuf ke tanah Mesir (Kisah 7:9a).” Stefanus sedang menyiapkan dakwaan bagi para pendakwa! Dia akan mendakwa mereka dengan tuduhan-tuduhan yang sedang diarahkan kepadanya. Dia berbicara tentang Yusuf, dan kemudian Musa, sebagai orang Israel yang ditolak oleh bangsanya sendiri. “Tetapi Elohim menyertai dia (Yusuf), dan melepaskannya dari segala penindasan serta menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat, ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir dan atas seluruh istananya (Kisah 7:9b-10).” Seperti yang Anda ketahui, banyak kemiripan antara kisah Yusuf di Kitab Kejadian dengan Yeshua di dalam Perjanjian yang Diperbaharui. Ditekankan oleh Stefanus, Yusuf ditolak oleh saudara-saudaranya. Yeshua mengalami nasib yang sama. Namun, Yusuf-lah yang akhirnya menyelamatkan saudarasaudaranya, yang dibawanya ke Mesir beserta keluarga mereka. “Pada kunjungan mereka yang kedua Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya, lalu ketahuanlah asal-usul Yusuf kepada Firaun (7:13).” Begitu juga, orang-orang Yahudi (sebagian besar) tidak mengenali Yeshua sebagai Mesias. Namun, Zakaria 12:10 memberi nubuatan tentang kedatangan Yeshua kembali, yang semoga terjadi dalam waktu kehidupan kita! Pada waktu itu, Yeshua akan dikenali oleh Israel. (Sebagai catatan tambahan yang menarik, sebuah Midrash Rabinik menyatakan bahwa Yusuf menyuruh orang-orang Mesir keluar ruangan. Kemudian dia membuktikan diri kepada saudarasaudaranya bahwa dia adalah saudara mereka dengan menunjukkan bahwa dia disunat.) “Kemudian Yusuf menyuruh menjemput Yakub, ayahnya, dan semua sanak saudaranya, tujuh puluh lima jiwa banyaknya. (Kisah 7:14)” Dalam hal ini, terdapat perbedaan lagi dengan catatan Torah Yahudi, yang menuliskan jumlah 70 jiwa di dalam Keluaran 1:5. Tetapi, Septuaginta mencantumkan jumlah 75 jiwa. Dalam Septuaginta,8 penulis memasukkan juga empat cucu dan seorang cicit Yusuf di dalam Kejadian 46, ketika menuliskan nama-nama mereka yang pergi ke Mesir, sehingga total menjadi 75 orang. Dalam Torah Ibrani dan Septuaginta, hanya dua nama yang merupakan perempuan. Jika kita memasukkan seluruh nama wanita dan anak kecil yang pergi ke Mesir bersama Yakub dan anakanaknya, jumlahnya mungkin akan mendekati 200. Gua di Makhpela “Mayat mereka dipindahkan ke Sikhem dan diletakkan di dalam kuburan yang telah dibeli Abraham dengan sejumlah uang perak dari anak-anak Hemor di Sikhem (7:16).” Sekali lagi, tampaknya, Stefanus melakukan kesalahan. Dalam Kejadian 23 kita mengetahui bahwa Abraham membeli sebuah ladang dan sebuah gua di Makhpela di Hebron sebagai tempat penguburan Sarah. Dalam Kejadian 33:18-20, Yakub membeli tambahan tanah di Sikhem, tetapi bukan untuk penguburan.
8
Septuaginta (LXX, angka romawi untuk 70) adalah Tanakh (PL) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dibuat sekitar tahun 200 SM oleh 70 atau 72 orang ahli kitab Yahudi.
Kami pernah berkunjung ke gua di Makhpela di Hebron tempat para leluhur dikuburkan. (Menurut para Rabi, Adam dan Chava [‘Hawa’] juga dikubur di sana!) Akan tetapi, Stefanus berkata bahwa tempat penguburan itu ada di Sikhem! Ternyata, menurut Septuaginta, di Sikhem memang ada lahan penguburan. Perlu dicatat, saya percaya para Leluhur Israel (Abraham dan Sarah, Ishak dan Ribkah, Yakub dan Leah), dikubur di Hebron. Namun, Yusuf dikuburkan di Sikhem, dan Rahel dikuburkan di Betlehem. Saya percaya hampir semua anak laki-laki dan perempuan Yakub yang lain dikuburkan di Mesir. “Tetapi makin dekat genapnya janji yang diberikan Elohim kepada Abraham, makin bertambah banyaklah bangsa itu di Mesir, sampai bangkit seorang raja lain memerintah tanah Mesir, seorang yang tidak mengenal Yusuf (7:17-18).” Tuhan mempunyai jadwal sendiri untuk penggenapan bermacammacam janji dan peristiwa. Kita seringkali ingin sesuatu terjadi dengan cepat. Tetapi, tampaknya Elohim ingin menunggu sampai bangsa itu bertambah banyak di tanah Mesir sebelum mereka ditebus dan dibebaskan dari perbudakan. Elohim menggunakan fenomena alam untuk memenuhi janjiNya. Raja Mesir yang baru adalah dari dinasti lain, dan bahkan, dari kebangsaan lain. Dinasti Hyksos berkuasa pada waktu Yakub dan anak-anaknya pindah ke Mesir. Dinasti Hyksos beretnis Semit, sama seperti orang Ibrani. Namun, Dinasti ke-18, mungkin dimulai dengan Ahmose,9 menggulingkan Dinasti Hyksos, dan memperbudak orang-orang Semit di Mesir. Moshe (Musa) Sang Pembebas “Raja itu mempergunakan tipu daya terhadap bangsa kita dan menganiaya nenek moyang kita serta menyuruh membuang bayi mereka, supaya bangsa kita itu jangan berkembang. Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di mata Elohim. Tiga bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri (Kisah 7:19-21).” Anda pasti mengetahui kisahnya. Terjadi pembantaian bayi laki-laki Ibrani di Mesir. Bayi Musa disembunyikan oleh keluarganya selama tiga bulan, kemudian ditaruh di atas sebuah rakit di Sungai Nil. Anak perempuan Firaun melihatnya di sungai, menyelamatkannya, dan mengasuhnya seperti anaknya sendiri di istana. Sama dengan itu, Yeshua juga selamat dari pembantaian anak-anak Ibrani.10 Musa dididik dalam segala kebijaksanaan dan pengetahuan Mesir, yang pada saat itu adalah peradaban terkemuka di dunia. Dia belajar tentang kekuasaan, dan bagaimana itu bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan. Ketika berumur 40 tahun, dia melihat seorang Mesir memukuli seorang budak Ibrani. Dia membela orang Ibrani itu, dan membunuh si orang Mesir. Ketika dia menyadari ada saksi mata atas pembunuhan ini, dia melarikan diri dari Mesir. Secara ajaib, Musa melintasi padang gurun Sinai dengan selamat, dan sampai di Midian. Dia menikahi seorang wanita, anak dari imam Midian dan memiliki anak laki-laki. “Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah kepadanya seorang malaikat YHWH di padang gurun gunung Sinai di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Musa heran tentang penglihatan itu, dan ketika ia pergi ke situ untuk melihatnya dari dekat, datanglah suara Tuhan kepadanya: Akulah Elohim nenek moyangmu, Elohim Abraham, Ishak dan Yakub. Maka gemetarlah Musa, dan ia tidak berani lagi melihatnya. Lalu firman YHWH kepadanya: Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus. Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar keluh kesah mereka, dan Aku telah turun untuk melepaskan mereka; karena itu marilah, engkau akan Kuutus ke tanah Mesir (7:30-34).” 9
Informasi mengenai Hyksos dan Ahmose ini didasarkan pada catatan NASB Study Bible dalam Keluaran 1:8
10
Matius 2
Inilah apa yang disebut epifani, kata Yunani yang berarti pertemuan dengan yang Ilahi. Pada awalnya, Pribadi yang ditemui Musa itu disebut “malaikat TUHAN (YHWH).” Namun, dalam ayat 33 pribadi yang sama ini disebut sebagai “TUHAN (YHWH).” Saya percaya bahwa “malaikat TUHAN” itu adalah Yeshua, yang menampakkan diri sebelum kedatanganNya yang pertama, jauh sebelum kelahiranNya sebagai anak dari seorang perawan Ibrani di Betlehem. Kemudian Stefanus berbalik menyerang para penuduhnya: “Musa ini, yang telah mereka tolak, dengan mengatakan: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim? --Musa ini juga telah diutus oleh Elohim sebagai pemimpin dan penyelamat oleh malaikat, yang telah menampakkan diri kepadanya di semak duri itu. Dialah yang membawa mereka keluar dengan mengadakan mujizatmujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang gurun, empat puluh tahun lamanya. Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel: Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Elohim bagimu dari antara saudara-saudaramu, dialah yang harus kamu dengar.11 Musa inilah yang menjadi pengantara dalam sidang kehilah12 di padang gurun di antara malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang menerima firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu. Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. Kepada Harun mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa ilah yang akan berjalan di depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu pada waktu itu mereka membuat sebuah anak lembu dan mempersembahkan persembahan kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa yang dibuat sendiri oleh mereka. Maka berpalinglah Elohim dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi:13 Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persembahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel.” Seperti Musa telah ditolak oleh bangsa Israel, begitu juga keturunan mereka – orang-orang Yahudi Abad Pertama – menolak nabi (Yeshua) yang telah dinubuatkan Musa di Ulangan 18:15. Dalam KPR 7:44-50, Stefanus mengutip ayat-ayat Kitab Suci (Yesaya 66:1-2) yang sepertinya meremehkan Bait Suci, dan lebih meninggikan Mishkan (Kemah Tabernakel di Padang Gurun). Hal ini tampaknya menguatkan keyakinan David Stern bahwa mungkin Stefanus adalah seorang Samaria, karena orang Samaria menolak Bait Suci di Yerusalem. Kami mengunjungi orang Samaria di Sikhem (Nablus) pada tahun 1990an. Mereka tidak memiliki Bait Suci, dan tidak menginginkannya. Mereka melakukan korban dan ibadah di alam terbuka. Mereka memiliki sebuah beit Knesset (rumah pertemuan) untuk belajar Kitab Suci, tetapi memilih untuk melakukan ibadah di luar. Yang lainnya juga, seperti kaum Esseni, menolak ibadah di Bait Suci, karena telah menjadi korup dengan berbagai pengaruh asing.
11
Ulangan 18:15 “Jemaah” Saya sengaja menggunakan istilah Ibrani. Dalam Kisah 7:38, istilahnya seharusnya “ecclesia,” yang juga merupakan istilah untuk menyebut jemaat Israel di padang gurun. Ini sering salah diterjemahkan menjadi “church.” 13 Dalam Kitab Suci Ibrani, dua belas tulisan nabi “kecil” dikelompokkan menjadi satu kitab, sedangkan dalam Kitab Suci Kristen setiap tulisan nabi kecil dijadikan satu buku. Dalam hal ini, Stefanus mengutip dari Amos 5:26-27. 12
Kemudian Stefanus benar-benar menyerang! “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Ruakh HaKodesh (Roh Kudus), sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat (Torah) yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.” Tepat seperti nenek moyang mereka menolak para nabi, demikian juga keturunannya menolak Mesias yang telah dinubuatkan oleh para nabi itu, sekaligus juga menolak Roh Kudus. Stefanus menuduh mereka keras kepala dan memiliki hati dan telinga yang tidak bersunat, mengulangi perkataan Musa (Ul. 10:16), Yeremia (4:4; 6:10) dan Yehezkiel (44:7,9). Brit milah (perjanjian sunat) dilakukan pada bayi lakilaki berumur delapan hari, dan tentu saja, pria kecil itu tak bisa protes! Tetapi, baik Tanakh (PL) maupun Perjanjian yang Diperbaharui membicarakan tentang “sunat mulut.” Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita katakan! Kata-kata yang keluar dari mulut kita dapat mengungkapkan ketidakbenaran dalam hati kita. Stefanus menggunakan bahasa yang keras dalam pembelaannya di hadapan mahkamah agama. Bahasa keras semacam itu biasa dipakai, bahkan di dalam Talmud, ketika orang-orang terpelajar ini saling serang secara verbal. Hal itu biasa dilakukan oleh sesama orang Yahudi, tapi akan terdengar antiSemit jika diucapkan oleh orang Bangsa-bangsa. Itu adalah bahasa “orang dalam”, sama seperti Orang Kulit Hitam dapat menggunakan bahasa tertentu (slang) di antara mereka, namun akan terdengar rasis jika diucapkan oleh Orang Kulit Putih. Tuduhan Stefanus yang terakhir sangat menarik: “Kamu … telah menerima hukum Taurat (Torah) yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.” Di dalam Torah tidak pernah dikatakan secara spesifik bahwa Hukum Taurat diberikan melalui malaikat sebagai perantara antara Tuhan dan manusia. Akan tetapi, telaah Rashi (Rabi Shlomo Itzhak) pada Ulangan 33:2 menyatakan bahwa “berpuluh-puluh ribu dari yang kudus” menunjuk pada puluhan ribu malaikat. Septuaginta menambahkan kata malaikat pada terjemahannya pada Ulangan 33:2. Tampaknya penulis Kitab Ibrani juga setuju dengan interpretasi ini, saat dia menulis, “Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu? (Ibrani 2:2).” Stefanus Menjadi Martir “Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Elohim dan Yeshua berdiri di sebelah kanan Elohim. Lalu katanya: ‘Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Elohim.’ Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saul. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yeshua, terimalah rohku.’ Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” Semua ini jelas ilegal, baik di bawah hukum Roma maupun Yahudi. Dan para “pemegang Hukum” inilah yang mengeksekusi (tepatnya, membunuh) Stefanus. Kata-kata terakhir pembelaan Stefanus sangat menyerang mereka, sehingga mereka menutup telinga, menyerbu dia, dan melemparinya
dengan batu sampai mati. Stefanus mengatakan kebenaran, dan kebenaran itu jelas terlalu menyakitkan untuk mereka tanggung. Tetapi, hal yang sangat mengena kepada mereka adalah ketika Stefanus mengatakan, “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Elohim.” Mata rohani Stefanus terbuka, dan dia mampu melihat langsung ke dalam alam roh. Alam yang lebih “nyata” daripada alam fisik, karena semua yang dapat kita lihat di dunia ini adalah sementara, dan akan rusak, mati, atau berlalu, sedangkan alam roh melibatkan dimensi lain yang biasanya tertutup bagi kita. Dunia roh itu kekal, dan tidak akan pernah berlalu. Di dunia fisik ini, setiap atom tersusun dari inti yang sangat kecil dan dikelilingi oleh elektron yang amat sangat kecil yang berputar di sekitar inti atom. Setiap atom mengandung sedikitnya 99 persen kehampaan! Saat Anda berkaca di depan cermin, ingatlah bahwa sedikitnya 99 persen dari diri Anda bahkan tidak ada! Suatu hari nanti, semua yang percaya kepada Yeshua sebagai keselamatan akan menerima tubuh yang baru, sesuai janji dalam 1 Korintus 15, yang akan jauh lebih “nyata” daripada tubuh yang sekarang kita miliki. Tubuh baru itu tidak akan menderita sakit atau cacat. Stefanus mendapat kesempatan untuk melihat dunia roh di mana dia melihat Yeshua berdiri di sebelah kanan Bapa. Ketika dia menceritakan apa yang dia lihat, para lawannya tak dapat menahan diri lagi. Mereka menyerbu dia dan membunuhnya tanpa memberi hak untuk mendapatkan pengadilan yang adil. Biasanya, sebuah batu besar akan dijatuhkan kepada orang yang terhukum, yang seringkali akan mati dengan satu batu saja. Stefanus adalah orang Yahudi Mesianik pertama yang mengalami kematian al Kiddush HaShem (dalam kekudusan Nama Tuhan). Banyak yang lainnya akan mengalami. “Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saul.” Inilah pertama kalinya nama Paulus dari Tarsus disebut. Shaul pada awalnya adalah salah satu penganiaya pengikut Yahudi Mesianik, dan dia seorang yang sangat bersemangat dalam agama Yahudi. Dia tetap memelihara semangat itu setelah mengenal Yeshua sang Mesias. Tetapi, dia tidak pernah “konversi/pindah agama” ke dalam Kekristenan. Dalam Kisah 22:3, dia berkata, “Aku adalah seorang Yahudi.” Dalam Kisah 23:6, dia berkata, “Aku adalah seorang Farisi.” Dia menggunakan penunjuk waktu masa sekarang dalam kedua ayat. Seorang Yahudi tidak perlu konversi ke agama lain untuk menerima Mesias Ibrani mereka sendiri; bahkan menjadi hal yang anti-Alkitab jika dilakukan.
SHA’UL: Penganiaya Pengikut Yahudi Mesianik Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 8 “Sha’ul juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali Sh’lichim (rasul-rasul), tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.” Ayat di atas membuka KPR pasal 8. Kita berterima kasih pada seorang imam Katolik dari beberapa abad yang lalu karena telah membagi Alkitab dalam pasal-pasal dan ayat-ayat. Akan tetapi, sekali lagi terjadi, pembagian pasal ini dibuat di tengah paragraf. Pasal 7 menceritakan tentang kemartiran Stefanus, yang meninggal secara heroik, dan seorang muda bernama Saul menjaga jubah orang-orang yang membunuh Stefanus. Walaupun pembunuhan Stefanus adalah perbuatan yang salah, kita harus tahu bahwa mereka melakukan kejahatan ini karena semangat mereka bagi Tuhan. Banyak kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan terjadi karena semangat membela agama. Orang-orang ini merasa bahwa Stefanus berbahaya bagi Israel dan agama Yahudi. Israel ada dalam penjajahan Roma, dan orang Roma tak akan tinggal diam jika orang Yahudi mengakui siapapun sebagai Raja Mesias. Juga, pemegang otoritas agama telah melihat mesias-mesias palsu datang dan pergi di masa lalu. Mereka merasa bertanggung jawab untuk menghancurkan satu lagi kelompok Yahudi yang mengikuti seorang yang mereka anggap Mesias palsu. “Sha’ul juga setuju agar Stefanus mati dibunuh.” Ini menunjukkan bahwa Sha’ul (yang nantinya disebut Paulus) adalah anggota Sanhedrin Yahudi, Mahkamah Agama yang disebut dalam Kisah 6:12 yang menuduh Stefanus. Meskipun umurnya masih cukup muda, Sha’ul telah memasuki posisi kekuasaan dalam komunitas Yahudi. Dalam ayat pembukaan, kita juga membaca bahwa penganiayaan besar mulai dialami jemaat. Banyak terjemahan mengatakan penganiayaan itu dilakukan terhadap “gereja.” Ini menyesatkan. Terjemahan semacam itu membuat orang berpikir, orang Yahudi menganiaya orang Kristen. Otoritas agama Yahudi (termasuk Sanhedrin) hanya memiliki wewenang atas orang-orang dalam agama Yahudi. Mereka tidak punya wewenang untuk menganiaya penganut pagan atau agama lainnya. Penganiayaan itu dilakukan terhadap Yehudim Meshichim – Yahudi Mesianik. Istilah “Kristen” bahkan belum ada. Yang pertama kali disebut Kristen adalah orang Bangsa-bangsa di Antiokia yang menjadi percaya kepada Mesias Yeshua tanpa konversi ke Yudaisme terlebih dahulu. Anda dapat membaca tentang orang-orang Kristen ini dalam Kisah 11:20,21,26. Tidak ada yang salah dengan istilah “Kristen.” Akan tetapi, ini bukan istilah yang tepat untuk dialamatkan kepada orang Yahudi yang percaya Yeshua. Orang Yahudi yang percaya biasanya hanya disebut “orang Yahudi,” seperti dalam Kisah 21:20, 22:3, atau sebagai “Sekte pengikut Jalan,” seperti di dalam Kisah 24:14. Orang Yahudi tidak perlu pindah agama untuk percaya kepada Mesias mereka sendiri! Penganiayaan Yahudi Mesianik ini mengakibatkan mereka tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria. Inilah wilayah sentral Israel, daerah yang disebut dalam Yehezkiel 36:1-15 sebagai “pegunungan Israel,” area yang secara spesifik disebut sebagai tempat orang Yahudi akan kembali pada hari-hari akhir. Saat ini, wilayah Yudea dan Samaria dikenal dunia dengan nama “West Bank (Tepi Barat),” karena terletak di Tepi Barat Sungai Yordan. Dan biasanya, disebut “Tepi Barat yang diduduki,” dengan maksud tersirat bahwa Israel menduduki tanah yang bukan miliknya.
Wilayah Tepi Barat direbut secara ilegal oleh tentara Yordania selama perang Kemerdekaan Israel pada tahun 1948. Dalam perang itu Yordania juga merebut Yerusalem Timur, yaitu, bagian “Kota Tua”, termasuk Jewish Quarter. Orang muslim tidak melindungi tempat-tempat kudus agama lain. Orang Yahudi yang selamat dipaksa untuk pindah ke bagian barat Yerusalem. Sementara, 57 sinagoga yang terletak di Jewish Quarter dihancurkan, diubah menjadi toilet, atau menjadi kandang kuda. Pada tahun 1967, tentara Arab sekali lagi memerangi Israel. Dalam perang pembelaan diri, Israel merebut kembali “Tepi Barat” (Yudea dan Samaria). Sejak itu, Israel telah menarik diri dari sebagian besar area Yudea dan Samaria sebagai usaha untuk perdamaian. Namun, setiap bagian tanah yang “dibebaskan” ternyata digunakan oleh Orang Arab Palestina sebagai tempat peluncuran roket untuk aksi teror bagi orang Yahudi. Israel seharusnya hanya menawarkan “Peace for Peace,” bukan “Land for Peace.” Di Yudea dan Samaria terdapat Shilo, tempat di mana Mishkan (Kemah Tabernakel) pertama kali didirikan ketika orang Israel kembali ke Tanah Perjanjian setelah bebas dari Mesir. Di Elon Moreh, Tuhan mengatakan kepada Abraham untuk melihat ke utara, selatan, timur, dan barat, dan semua tanah itu akan diberikan kepada keturunannya melalui Ishak dan Yakub. Bethlehem adalah tempat asal Raja David, dan juga desa tempat Yeshua dilahirkan. Sikhem adalah tempat Yusuf dikuburkan. Sikhem kemudian disebut Neapolis oleh orang Yunani. Orang Arab tidak memiliki huruf “P” dalam alfabet mereka, jadi mereka menyebut kota ini Nablus. Ibukota Israel yang pertama ialah Hebron. Secara Alkitabiah, tanah ini adalah milik pusaka Alkitabiah yang diberikan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, seperti yang kita lihat di dalam Kejadian 15:18-21; 26:3-5; dan Yosua 1:4. Kembali ke Cerita… Maaf, saya melantur terlalu jauh. Kembali ke KPR 8, kita melihat penganiayaan terhadap Yahudi Mesianik mengakibatkan mereka tersebar ke luar Yerusalem dan masuk ke wilayah Yudea dan Samaria. Akan tetapi, para pemimpin Yahudi Mesianik –Sh’lichim (para Rasul) – tetap tinggal di Yerusalem. Elohim menggunakan penganiayaan untuk menggenapi Firman Yeshua dalam Kisah 1:8, ketika Dia berkata, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Jika bukan karena penganiayaan, mungkin penyebaran Kabar Baik Mesias akan sangat kecil, karena mereka merasa nyaman berada di Yerusalem. Demikian pula, akan sangat sulit bagi sebagian besar orang Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali secara sukarela ke Tanah Perjanjian. Saya menduga akan membutuhkan penganiayaan untuk membuat orang Yahudi kembali ke tanah Israel dalam jumlah besar. Yeremia 16:16 mengatakan kepada kita, “Sesungguhnya, Aku mau menyuruh banyak penangkap ikan, demikianlah firman YHWH, yang akan menangkap mereka, sesudah itu Aku mau menyuruh banyak pemburu yang akan memburu mereka dari atas segala gunung dan dari atas segala bukit dan dari celah-celah bukit batu.” Penangkap ikan ialah para Zionis, yang pergi ke komunitas-komunitas Yahudi di seluruh dunia dan meminta mereka untuk kembali ke Israel. Para pemburu ialah para anti-Semit yang mengejar orang-orang Yahudi hingga ke rumah-rumah mereka. Tuhan dapat menggunakan penganiayaan untuk menggenapi rencanaNya jika kita tidak mau patuh secara sukarela. Oops! Saya melantur lagi. Kembali ke Kisah pasal 8, kita membaca, “Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.” Orang Kristen seringkali berkata kita tidak perlu meratapi orang yang sudah “pergi ke rumah Tuhan.” Akan tetapi, di sini kita melihat orangorang saleh meratap dengan keras karena kehilangan Stefanus. Dalam Yudaisme, para Rabi menyuruh kita untuk meratapi kematian orang-orang yang kita kasihi. Yaitu dengan melakukan “shiva” (tujuh, bhs. Ibrani), yaitu tujuh hari perkabungan yang dilakukan oleh keluarga atau teman dari orang yang
meninggal. Kaddish dibacakan selama 7 hari berduka. Dan, anak dari orang yang meninggal membaca Kaddish selama 11 bulan setelah kematian orang tua mereka. Ada waktu meratap dan ada waktu bersukacita. Yudaisme secara bijak mengakui hal ini. Mereka yang tidak mengizinkan diri untuk berduka pada waktu kehilangan orang yang disayangi akan menderita di kemudian hari, secara emosional dan dalam hal lainnya. “Tetapi Saulus berusaha membawa malapetaka kepada kehilah itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara (8:3).” Sekali lagi, banyak terjemahan menulis begini, “Tetapi Saulus berusaha membawa malapetaka kepada ‘church (gereja)’ itu,” yang memberi persepsi yang salah bahwa orang Yahudi menganiaya orang Kristen. Pada saat itu, masalahnya adalah murni urusan dalam agama Yahudi, yaitu satu sekte Yahudi melawan sekte Yahudi yang lain, yang mempercayai Yeshua sebagai Mesias. Di bawah hukum Roma, orang Yahudi tidak memiliki wewenang atas orang beragama lain. “Dalam Septuaginta1, kahal diterjemahkan dengan dua kata Yunani yang bersinonim, yaitu sunagoge dan ekklesia. Kata-kata itu berarti pertemuan, perkumpulan, komunitas, atau persatuan.”2 Tuhan tidak pernah bermaksud memunculkan sebuah grup mistik baru yang disebut “church”. Juga, Yeshua tidak datang ke dunia untuk membentuk agama baru; Dia datang untuk menjadi Mesias dari agama yang lama, yaitu Yudaisme. Dia dan TalmidimNya (Murid-muridNya) tetap orang Yahudi sejati. “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil (8:4).” Memang aneh, tetapi tampaknya iman yang sejati seringkali berkembang di tengah-tengah penganiayaan. Di tengah penganiayaan, yang bukan dilakukan Roma, iman para Yahudi Mesianik dan Orang Percaya Bangsa-bangsa berkembang dengan pesat. Justru, ketika “Kekristenan” menjadi agama resmi Kekaisaran Roma, iman yang sejati dikompromikan dengan hari raya berhala, Shabbat berhala, dan banyak teologi yang mengerikan. “Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu (8:5-8).” “Kota Samaria” adalah kota yang disebutkan di halaman sebelumnya. Pada masa kini disebut Nablus oleh orang Arab, tetapi dulunya disebut Neapolis oleh orang Yunani, dan disebut Sebaste dalam beberapa peta Alkitab. Ini adalah kota yang di dalam Alkitab awalnya disebut Sikhem, di mana Yakub dan anak-anaknya tinggal selama beberapa tahun. Ini juga kota di mana tulang-tulang Yusuf dikuburkan. Makam Yusuf adalah tempat suci bagi orang Yahudi. Sebuah sinagoga dan yeshiva pernah dibangun di lokasi ini. Namun, akibat Persetujuan Damai Oslo, Nablus diserahkan kepada Otoritas Palestina. Otoritas Palestina berjanji menjaga Makam Yusuf sebagai situs suci. Namun, belum sampai satu hari setelah Nablus diserahkan kepada Arab, makam kuno itu sudah dicemari dan sinagoga serta yeshiva dihancurkan oleh orang Palestina.
1
Septuaginta (LXX, angka romawi untuk 70) adalah Tanakh (PL) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dibuat sekitar tahun 200 SM oleh 70 atau 72 orang ahli kitab Yahudi. 2
Ini adalah kutipan dari halaman 55, buku Copernicus and the Jews, oleh Daniel Gruber © 2005, www.Elijahnet.org
“Filipus” yang disebutkan ini bukan satu dari Dua Belas Murid yang dimuridkan oleh Yeshua. Ini adalah satu dari tujuh Yahudi Helenis yang dipilih untuk melayani kebutuhan para janda Yahudi Helenis dalam KPR 6:5. Selama pelayanan Yeshua di bumi, Dia hanya datang bagi orang Yahudi, seperti yang Dia katakan di dalam Matius 10:6 dan 15:24. Akan tetapi, setelah KebangkitanNya, Yeshua memerintahkan muridmuridNya untuk membawa Kabar Baik kepada semua bangsa seperti dalam Matius 28:19 dan Kisah 1:8. Kabar Baik diperuntukkan pertama-tama kepada orang Yahudi, tetapi juga untuk diteruskan kepada Bangsa-bangsa. Yeshua juga melayani seorang perempuan di Samaria, yang menjadi wanita evangelis pertama, menyebabkan banyak orang Samaria percaya kepada Yeshua sang Mesias. “Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: ‘Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.’ Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yeshua, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataanNya.”3 Orang Samaria adalah keturunan campuran bangsa pagan dan orang Israel seperti yang dapat Anda baca di 2 Raja-raja 17. Mereka keturunan ras campuran dengan agama campuran juga. “Mereka berbakti kepada YHWH, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada ilah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan.”4 Pada zaman Yeshua, mereka sudah tidak lagi menyembah berhala. Tetapi, mereka dianggap cabang sesat/bidat dari Yudaisme, dan juga “turunan campuran” hasil kawin silang bangsa-bangsa penyembah berhala dan suku-suku Israel di utara. Dalam KPR 8, kita mendapati Injil sampai kepada orang Samaria lagi. (Yang pertama kali terjadi melalui Yeshua dalam Yokhanan pasal 4.) Berikutnya di pasal 8, kita akan melihat Injil sampai kepada sida-sida Etiopia, yang kita yakin adalah orang Yahudi Falasha. Di pasal 10, penglihatan supranatural Shimon Kefa (“Petrus”) membuka jalan yang menyebabkan para Yahudi Mesianik mau membagikan Kabar Baik Mesias Ibrani kepada Bangsa-bangsa. Orang Bangsa-bangsa yang pertama kali menerima Yeshua sebagai Juru Selamat tanpa melakukan konversi ke agama Yahudi adalah Kornelius dan keluarganya. Ketika Filipus membagikan kabar baik kepada orang-orang Samaria, mereka mendengarkan pemberitaan yang dia bagikan. Mereka juga melihat mujizat yang dilakukan lewat Shimon Kefa (Petrus), Yokhanan (Yohanes) dan Filipus. Seperti yang dapat kita lihat di seluruh Kitab Suci, polanya ialah “Firman diikuti oleh tanda-tanda mujizat (Markus 16:20).” Pada saat lainnya, seperti setiap tulah di Mesir, firman dulu, ketaatan kepada firman, dan kemudian tanda-tanda mengikuti, seperti yang dapat kita lihat dalam Keluaran 8:5-6 dan 9:22-23. Ketika Filipus membagikan firman, banyak orang dibebaskan dari roh jahat, dan yang lainnya disembuhkan dari berbagai penyakit. Sebagai hasilnya, ada kesukaan besar.
3
Yokhanan (Yohanes) 4:39-41.
4
2 Raja-raja 17:33.
Shimon si Penyihir Kisah 8:9-24 menceritakan tentang Simon, seorang penyihir. Sepertinya dia menjadi percaya kepada Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat. Dia melihat mujizat yang dilakukan lewat tangan Filipus, juga Shimon Kefa dan Yokhanan. Simon si penyihir mengira mujizat-mujizat yang berasal dari Tuhan itu sama seperti ilmu sihir yang dia kenal dahulu. Ingat kisah Musa saat melakukan mujizat di Mesir? Para penyihir Mesir dapat meniru sebagian mujizat-mujizat Musa. Hanya karena sesuatu yang supranatural terjadi, tidak otomatis berarti itu dari Tuhan. Sayangnya, ada banyak “mujizat dan tanda-tanda palsu” terjadi di banyak jemaat. Yesaya (8:20) mengatakan, “Carilah Pengajaran (Torah) dan Kesaksian! Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan firman ini, itu dikarenakan tidak ada terang di dalam mereka.” Simon si penyihir ingin membeli kuasa mujizat dari Shimon Kefa, termasuk kemampuan untuk menumpangkan tangan ke atas orang untuk menerima Roh Kudus. Shimon Kefa dengan keras menegur dia, dan akhirnya Simon si penyihir bertobat dari kejahatan ini. Karunia dari Elohim adalah gratis, bukan sesuatu yang diperjualbelikan sebagai sarana hiburan.
Seorang Yahudi Kulit Hitam Menemukan Mesias Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 8 Ketika Yeshua memulai pelayananNya di bumi, Dia berkata, “Janganlah kamu menyimpang ke jalan Bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”1 Kemudian Dia berkata, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”2 Saat itu, Kabar Baik tentang Mesias Ibrani hanya diperuntukkan bagi orang Ibrani. Setelah kematian dan kebangkitanNya, Yeshua berkata, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan celupkanlah3 mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”4 Luar biasa, Kabar Baik tentang Mesias Ibrani sekarang disampaikan kepada Bangsa-bangsa juga. Rabi Shaul berkata, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Elohim yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”5 Rabi Shaul menjaga pola ini kemanapun dia berkhotbah tentang Mesias. Dia selalu bersaksi kepada orang Yahudi terlebih dahulu di setiap komunitas di Galut6 yang dia kunjungi.7 Dalam KPR pasal 10, kita membaca tentang pertama kalinya Kabar Baik benar-benar sampai kepada orang Bangsa-bangsa yang tidak melakukan konversi ke agama Yahudi.8 Tetapi sebelum Kabar Baik tentang Mesias mencapai Bangsa-bangsa, ini harus disampaikan bahkan kepada komunitas Yahudi Kulit Hitam yang terpencil di Etiopia. Filipus terpilih untuk tugas ini.
1
Matius 10:6. Istilah “Israel” dan “Yahudi” digunakan secara umum, berarti semua orang yang berasal dari 12 suku, sama seperti pada masa kini. Ratusan tahun sebelumnya, ada pemisahan antara Israel, yang merupakan suku di utara, dan Yehuda, yang merupakan suku di selatan. Tetapi pemisahan itu hilang dalam masa antara Maleakhi dan Matius. 2
Matius 15:24
3
“baptislah.”
4
Matius 28:19-20a
5
Roma 1:16. Istilah “Yunani” digunakan secara umum kepada semua orang Bangsa-bangsa, apapun kewarganegaraannya. 6
“Diaspora” atau “Pembuangan”
7
Contohnya, lihat Kisah 13:5, 14; 14:1; 16:13; 17:1-2; 18:4,26.
8
Kabar Baik juga sampai kepada orang Samaria, tetapi mereka dianggap “setengah Yahudi.”
Beberapa orang berpendapat bahwa orang Etiopia ini adalah seorang Bangsa-bangsa, yang saya kira tidak masuk akal. Orang Yahudi Kulit Hitam dari Etiopia dikenal dengan nama Falasha, yang berarti “orang buangan” atau “orang asing” dalam bahasa Amharic9 di Etiopia. Mereka lebih memilih dipanggil “Beta Israel,” atau “Umat Israel.” Mereka menderita penganiayaan anti-Semit selama ratusan tahun di Etiopia, lalu terhina lebih lagi karena tidak diterima sebagai Yahudi oleh lembaga Rabinik di Israel sampai tahun 1980-an, ketika ribuan orang Yahudi Hitam ini pertama kali dibawa ke Israel. Mereka sekarang diterima sebagai Yahudi. Pemerintah Israel melakukan pengangkutan udara besar-besaran pada Mei 1991, selama perang saudara di Etiopia. Sebagian besar orang Falasha diterbangkan ke Israel dengan pesawat jumbo jet milik maskapai El Al. Untuk misi ini, mereka sengaja melepas kursi pesawat supaya sebanyak mungkin orang bisa masuk. Dalam satu kali penerbangan, diangkut lebih dari 1000 orang, sebuah rekor jumlah yang tidak pernah bisa dilampaui oleh penerbangan lain. Tidak ada seorangpun di antara penumpang ini yang pernah naik pesawat sebelumnya. Bahkan ada beberapa bayi lahir di pesawat, sehingga jumlah orang yang turun dari pesawat lebih banyak daripada yang naik! Yang membuat ngeri para kru El Al, beberapa penumpang berusaha membuat api di dalam pesawat untuk menghangatkan makanan yang mereka bawa. Untungnya, apinya dapat segera dipadamkan. Istilah “Etiopia” berasal dari bahasa Yunani, dari kata aethein (terbakar) dan ips (wajah)10. Asal mula kaum “Beta Israel” masih diperdebatkan. Para Rabi di Israel memutuskan bahwa mereka adalah keturunan suku Dan, tetapi saya tidak tahu dari mana mereka berkesimpulan seperti itu. Walaupun berkulit gelap, mereka secara etnis berbeda dengan orang Etiopia lainnya. Ada beberapa pendapat menyatakan mereka adalah keturunan orang Israel yang kawin campur dengan orang kulit hitam Etiopia yang konversi ke Yudaisme. Ada juga legenda Etiopia yang mengatakan ketika Ratu Sheba pergi ke Israel untuk bertemu dengan Raja Salomo, dia kembali ke Etiopia dalam keadaan mengandung anak dari Salomo, yang dia namai Menelik. Keluarga kerajaan Etiopia menganggap diri mereka keturunan Salomo dan Menelik. Anggota terakhir dari dinasti kerajaan itu adalah Raja Haile Salassie, yang digulingkan dalam kudeta militer tahun 1974. Sebelumnya, Etiopia selalu memiliki hubungan yang hangat dan bersahabat dengan Israel. Kudeta itu mengantar Letnan Kolonel Mengistu, seorang diktator kejam, menjadi kepala Negara. Mengistu adalah simpatisan Komunis, dan sangat memusuhi Israel. Namun, kediktatorannya akhirnya digulingkan pada 28 Mei 1991. Sejak saat itu, hubungan Etiopia dengan Israel dan orang Yahudi terus membaik. Kaum “Beta Israel” di Etiopia tetap menjalankan Torah meski selama 2000 tahun terpisah dari komunitas Yahudi lainnya. Bahkan, dalam beberapa hal, lebih ketat daripada orang Yahudi Ortodoks. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Talmud, jadi sangat jelas bahwa asal mula mereka jauh sebelum Abad Masehi. Mereka sangat mementingkan kebersihan ritual. Setelah melakukan bisnis dengan orang non Yahudi, mereka akan mandi di sungai sebelum kembali ke desa Falasha, dan melakukan mandi ritual untuk segala hal kekotoran ritual. Akibatnya, orang non Yahudi di Etiopia mengatai kaum Beta Israel “mabok air.” Torah mereka dituils dalam bahasa kuno Ge’ez, yang berakar dari bahasa Ibrani.
9
Amharic ialah sebuah bahasa Semit kuno, yang digunakan oleh sebagian besar dari orang Etiopia.
10
Seperti yang dikutip dari Dr. David Stern’s Jewish New Testament Commentary, halaman 250.
Dalam pasal 8, kita membaca tentang seorang sida-sida (kasim, pria yang dikebiri) dari Etiopia datang ke Yerusalem untuk beribadah. Anehnya, dalam D’varim (Ulangan) 23:1 jelas dikatakan, “Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah YHWH.” Jika orang Etiopia ini benar seorang kasim, dia akan dilarang beribadah di dalam Bait Suci. Saya berasumsi bahwa dia datang ke Yerusalem pada salah satu dari tiga hari raya ziarah,11 walaupun penulis KPR tidak mengatakannya. Namun, jika dia benar seorang kasim, maka, meski sudah menempuh perjalanan jauh untuk ke Yerusalem, dia tetap tidak bisa masuk ke dalam Bait Suci. Ini menunjukkan bagaimana kesungguhan orang ini terhadap Tuhan. Tuhan memiliki catatan sendiri untuk para kasim yang takut akan Tuhan: “Sebab beginilah firman YHWH: "Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama--itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan--,suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka.” Yesaya 56:4-5. Kemungkinan lain adalah pria itu bukanlah seorang kasim. Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai kasim adalah “eunouchos,” yang menurut kamus Strong’s Concordance dapat berarti kasim (pria yang dikebiri), seorang pria yang tidak menikah, atau seorang pria yang impoten. Dalam Perjanjian Baru Aramaik12, istilah yang digunakan ialah “m’haimna,” yang dapat berarti “sida-sida,” tetapi juga dapat diterjemahkan sebagai “orang percaya” atau “orang yang setia.” Seorang malaikat berbicara kepada Filipus, dengan berkata, “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.”13 Dia melakukan seperti yang diperintahkan, dan bertemu dengan sida-sida Etiopia, seorang pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, Ratu negeri Etiopia. Filipus mendengarnya sedang membaca dari Kitab nabi Yesaya, dan berkata kepadanya, “Mengertikah Anda apa yang Anda baca itu?” Orang Etiopia itu menjawab, “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Yang sedang dibaca adalah Yesaya 53:7-8: “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.”
11
Ulangan 16. Tiga hari raya ziarah di mana pria dewasa harus pergi ke Yerusalem adalah Pesakh (Passover), Shavuot (Minggu-minggu), dan Sukkot (Tabernakel). 12
Manuskrip tertua Perjanjian Baru bahasa Aramaik lebih tua daripada manuskrip tertua Perjanjian Baru bahasa Yunani. Tetapi, ini tidak serta merta membuktikan bahwa naskah Aramaik adalah yang lebih tua. Ini hanya menunjukkan bahwa iklim kering di Timur Tengah menyebabkan manuskrip kuno terjaga lebih baik. 13
Kisah 8:26.
Wow! Sungguh kesempatan baik untuk membagikan Kabar Baik! Sebuah “kebetulan” yang luar biasa karena orang ini sedang membaca dari Yesaya 53, dan sedang mencari pembimbing yang dapat memberitahukan artinya! Sebenarnya, ini bukanlah kebetulan; ini adalah rancangan Tuhan. Orang Etiopia itu mengundang Filipus untuk naik dan duduk di sampingnya. Filipus mulai dari ayat itu dan “berkhotbah tentang Yeshua kepadanya.”14 Orang Etiopia itu percaya, dan meminta untuk dipermandikan (“dibaptis”). Istilah Ibraninya adalah “tevilah” ( ). Tevilah adalah mandi ritual yang dilakukan dalam sebuah mikveh, yang dapat berupa badan air alami atau bak/kolam penampungan air khusus untuk tevilah. Tevilah dilakukan dalam Yudaisme untuk pembersihan ritual dari kekotoran ritual. Ini juga dilakukan ketika seseorang melakukan konversi ke Yudaisme. Si “pembaptis”15 hanya mengawasi permandian. Orang yang dipermandikan mencelupkan diri sendiri ke dalam air tiga kali. Orang Yahudi Eseni melakukan permandian seperti dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Beberapa orang percaya bahwa Yohanes dididik oleh kaum Eseni. Kemudian “Roh Tuhan” membawa Filipus pergi, dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi, tetapi dia meneruskan perjalanan dengan sukacita. Sida-sida Etiopia itu kembali ke negaranya, dan dia membawa Kabar Baik kepada orang-orang Etiopia. Akhirnya, jemaat orang percaya mula-mula di Etiopia berkembang menjadi Gereja Koptik. Gereja Koptik Etiopia pada mulanya menjalankan Shabbat di hari ketujuh dan juga hari-hari raya alkitabiah dalam Imamat 23 sampai akhirnya mereka dibujuk oleh orang Kristen Jesuit Eropa pada akhir tahun 1500an untuk beralih ke perayaan hari Minggu. Sayangnya, Gereja Koptik saat ini sangat berorientasi hari “Minggu”. Mereka yang menjalankan Shabbat biasanya menderita penganiayaan di Etiopia modern karena dominannya Pemuja Minggu di dalam Kristen Koptik. Ada juga bibit jemaat Yahudi Mesianik di Addis Ababa. Sebagai tambahan, ada Yahudi Mesianik Etiopia yang bergabung dalam jemaat Yahudi Mesianik di Israel.
14
Kisah 8:35
15
Si “pembaptis” itu biasanya adalah seorang Rabi, dan dia akan sangat tidak suka disebut pembaptis!
“Konversi” Sha’ul Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 9 “Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh talmidim (muridmurid) Tuhan. Ia menghadap Kohen HaGadol, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.” Ayat di atas membuka KPR pasal 9. Tampaknya, Sha’ul adalah anggota Sanhedrin, dan menyetujui pembunuhan Stefanus, dalam KPR 8:1. Dia tidak puas hanya menganiaya Yahudi Mesianik di Yerusalem; dia ingin pergi keluar Yerusalem untuk menangkap Yahudi Mesianik di Damaskus (Damsyik). Hampir semua orang Kristen diajari bahwa Sha’ul (yang kemudian dipanggil Paulus) sedang meminta izin dari imam besar untuk pergi ke Damaskus (Damsyik) untuk menangkapi orang-orang Kristen. Namun, di bawah hukum Roma, Sanhedrin hanya memiliki yurisdiksi dalam masalah internal agama Yahudi saja. Orang Yahudi tidak dapat menangkap kaum pagan, Kristen, atau anggota kelompok keagamaan lainnya. Orang Yahudi Mesianik (yang disebut “Pengikut Jalan”, di ayat di atas, atau HaDerekh dalam bahasa Ibrani) dianggap sebagai salah satu sekte Yudaisme, yaitu sekte sesat. Karena itu, sesuai dengan hukum Roma, Sanhedrin memiliki wewenang hukum dalam masalah internal agama Yahudi ini. Perhatikan di ayat 2, orang Yahudi Mesianik ditemukan di dalam sinagoga. Sinagoga adalah salah satu tempat ibadah kaum Yahudi Mesianik. Saya ingat ketika saya dan istri saya adalah orang percaya baru dalam Mesias. Belum ada jemaat Mesianik di Rochester pada tahun 1975. Kami berkeinginan untuk menghadiri ibadah sinagoga non-Mesianik. Teman-teman Kristen kami tidak dapat mengerti sama sekali! Beberapa orang memandangi saya dengan bingung, dan berkata, “Apakah Anda masih selamat?” Mereka tidak mengerti mengapa seseorang yang sudah percaya kepada “Yesus” masih mau pergi ke sinagoga! Akan tetapi, karena kerinduan untuk pergi ke sinagoga, kami mengikuti contoh yang diajarkan oleh orang percaya mula-mula di Abad Pertama. Rabi Sha’ul sangat bersemangat untuk menyingkirkan kesesatan dalam komunitas Yahudi. Dia tidak puas menganiaya kaum Yahudi Mesianik di Yerusalem. Dia ingin pergi ke negara lain (Siria) untuk menangkapi kaum Yahudi Mesianik dan membawa baik pria maupun wanita kembali ke Yerusalem, untuk diadili di hadapan Sanhedrin. Israel dan Siria adalah bagian dari Kekaisaran Roma, jadi keduanya ada di bawah hukum Roma. “Dan terjadilah, ketika melanjutkan perjalanannya mendekati Damaskus, dan tiba-tiba memancarlah ke sekelilingnya suatu cahaya dari langit. Dan sambil rebah ke tanah, dia mendengar suatu suara yang berkata kepadanya, “Sha’ul, Sha’ul, mengapa engkau menganiaya Aku?” Dan dia berkata, “Siapakah Engkau, Tuan?” Dan Tuhan berkata, “Akulah YESHUA yang sedang engkau aniaya; sukar bagimu menendang ke benda runcing!” Lalu, dengan gemetar dan heran, dia berkata, “Ya Tuhan, Engkau ingin aku melakukan apa?” Dan Tuhan berkata kepadanya, “Bangunlah dan masuklah ke dalam kota, dan akan diberitahukan kepadamu, apa yang seharusnya engkau lakukan.”” (KPR 9:3-6, ILT) Sha’ul mengalami perjumpaan supranatural dengan Yeshua. Dalam Yudaisme dinyatakan roh nubuat sudah meninggalkan Israel setelah zaman Maleakhi, nabi terakhir dalam Tanakh. Setelahnya, Elohim tidak lagi berbicara secara langsung kepada umatNya. Dia berbicara kepada umatNya secara tidak langsung, dengan semacam gema, lewat bat kol, atau “suara surgawi.” (Secara literal, bat kol berarti
“putri suara.”) Bat kol juga kadang dipakai Tuhan untuk berbicara kepada para nabi, seperti dalam Yesaya 6:8-13 dan Daniel 10:7. Kita juga melihat hal ini dalam Wahyu 1:10-11, di mana Yokhanan mendengar suara, dan kemudian “berpaling untuk melihat suara itu.”1 Pada awalnya, suara itu berkata, “Sha’ul, Sha’ul, mengapa engkau menganiaya Aku?” Menganiaya Jemaat sama dengan menganiaya Mesias sendiri, karena Jemaat adalah tubuhNya, seperti yang kita baca dalam Efesus 1:22-23. Sangat jelas bahwa Sha’ul tidak mengetahui sumber suara itu, karena dia harus bertanya, “Siapakah Engkau, Tuan?” Kata Yunani kurios dapat berarti “Tuhan” atau hanya “tuan.” Saya pikir, “tuan” adalah terjemahan yang lebih baik, karena Rabi Sha’ul sama sekali tidak mengetahui siapa yang berbicara dengan dia. Yeshua berkata kepada Sha’ul bahwa dia “menendang ke benda runcing” (Kata-kata ini dalam Alkitab LAI tidak ada). Dalam bahasa Inggris adalah “kicking against the pricks.” Terjemahan yang lebih baik adalah “goads (KJV),” yaitu sebuah tongkat berujung tajam yang ditaruh di belakang hewan ternak untuk memaksanya berjalan. Jika Anda menendang sebuah tongkat tajam, dan bukan maju sesuai arah tongkat itu, pastilah terasa sangat sakit. Namun, itulah yang Sha’ul lakukan. “Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.”2 Rabi Sha’ul menceritakan kembali perisitwa ini dalam KPR 22:9, tetapi tampak bertentangan di dalam terjemahan KJV. Saya bukan ahli bahasa Yunani. Namun, versi New American Standard tampaknya memiliki terjemahan yang lebih baik untuk Kisah 22:9 : “Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi tidak mengerti tentang suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.” “Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.” Ini pastilah pengalaman yang sangat mengerikan! Sha’ul menyadari bahwa dia telah menganiaya Yeshua, yang sekarang dia ketahui adalah Mesias. Dan sekarang dia buta! Dia berpikir bahwa dia pasti sedang dihukum karena kebutaan rohaninya! Mungkin hal itu menghilangkan nafsu makannya, atau mungkin dia memang sengaja melakukan tiga hari puasa untuk introspeksi diri. “Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: ‘Ananias!’ Jawabnya: ‘Ini aku,3 Tuhan!’ Firman Tuhan: ‘Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Sha’ul. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.’”
1
Ini istilah yang aneh – “berpaling untuk melihat suara.” Mengingatkan saya pada Keluaran 20:18, ketika orang-orang “menyaksikan guruh.” Di alam roh, Anda kadang-kadang dapat melihat suara! 2
Kisah 9:7.
3
Dalam bahasa Ibrani, dia akan berkata, “Hineini.”
Kita melihat Elohim secara supranatural melakukan intervensi pada beberapa peristiwa di Kisah Para Rasul. Pada kejadian ini, Tuhan menginginkan Ananias (“Chananyah” dalam bahasa Ibrani) untuk mendoakan Sha’ul. Tetapi, Dia tahu bahwa Ananias akan sangat enggan menghampiri orang yang datang ke Damsyik untuk menangkapi kaum Yahudi Mesianik, dan telah berhasil menganiaya kaum Yahudi Mesianik di Yerusalem. Dalam kejadian ini, YHWH mempersiapkan Sha’ul dan Ananias untuk perjumpaan yang telah Dia rancang. Dia sengaja memberi penglihatan kepada keduanya. Dalam penglihatan, Ananias diperintahkan untuk pergi kepada Sha’ul. Ananias juga diberitahu bahwa Sha’ul mendapat penglihatan serupa, yaitu Sha’ul diberitahu bahwa Ananias akan menumpangkan tangan kepadanya agar dapat melihat kembali. Walaupun Tuhan dapat (dan memang!) berbicara secara supranatural kepada umatNya, cara yang paling umum ialah Dia berbicara kepada kita melalui FirmanNya. Pada titik ini, boleh diasumsikan bahwa iman Sha’ul telah bergabung bersama mereka yang sebelumnya dia aniaya. Pada judul artikel ini, saya menulis “Konversi” dengan tanda kutip. Alasan tanda kutip itu adalah Sha’ul telah menerima Yeshua sebagai Mesiasnya. Jika kita percaya bahwa Yeshua adalah Mesias Ibrani (dan memang demikian!), maka sangat jelas bahwa seorang Yahudi tidak perlu melakukan konversi ke agama lain (Kristen) untuk menerima Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat Ibrani. Tetapi, meski sudah mendapat penglihatan, Ananias tetap tidak yakin. Sepertinya, dia merasa bahwa Tuhan tidak sadar bagaimana sebenarnya karakter Sha’ul ini! “Jawab Ananias: ‘Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap kadoshim (“orang-orang kudus,” orang-orang yang terpisah)-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.’ Tetapi firman Tuhan kepadanya: ‘Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena namaKu.’” Tuhan memastikan bahwa Dia tidak membuat kesalahan. Terlebih lagi, Dia telah memilih Sha’ul – penganiaya besar kaum Yahudi Mesianik – sebagai alat pilihan untuk memberitakan nama Elohim kepada orang Yahudi dan Bangsa-bangsa. Selain itu, Tuhan juga memberitahu Ananias bahwa Sha’ul akan sangat menderita karena memberitakan Injil. “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Sha’ul, katanya: ‘Shaul, saudaraku, Tuhan Yeshua, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.’ Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Sha’ul tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.” Sha’ul menjadi buta karena perjumpaan supranatural dengan Yeshua. Setelah Ananias menumpangkan tangan ke atasnya, kebutaan itu secara supranatural menghilang. Akhirnya, setelah 3 hari tanpa makan dan minum, Sha’ul dapat kembali makan dan menghabiskan waktu beberapa hari sebagai seorang yang lahir baru di dalam Mesias dengan talmidim (murid-murid) di Damaskus. “Ketika itu juga ia (Sha’ul) memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Elohim. Semua orang yang mendengar dia menjadi heran dan berkata: ‘Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yeshua ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam
kepala?’ Akan tetapi Sha’ul semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yeshua adalah Mesias.” Ini tentu saja berbeda 180 derajat dari harapan kaum Yahudi non-Mesianik di Damaskus. Rumor beredar dengan sangat cepat! Tidak tergantung pada koran atau internet! Di zaman Alkitab, penyebaran kabar yang utama adalah dari mulut ke mulut. Mereka “mengetahui” bahwa Sha’ul datang untuk menangkapi kaum Yahudi Mesianik. Sebaliknya, dia malah menjadi salah satu dari mereka! Tidak hanya itu, dia juga berkhotbah tentang Yeshua di sinagoga-sinagoga. Berkhotbah tentang Yeshua di sinagoga selanjutnya menjadi pola tetap seumur hidup Sha’ul, seperti yang dapat kita baca di dalam Kisah 13:5; 14:1; 17:1-2; 18:4,19; dan 19:4. Dengan melakukan hal ini, dia dapat berkhotbah kepada orang Yahudi, dan juga Bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan, karena sinagoga adalah tempat di mana Bangsa-bangsa belajar tentang Tuhan Israel, yang adalah Tuhan Pencipta – Tuhan Semesta Alam. “Beberapa hari kemudian orang Yahudi (yang tidak percaya) merundingkan suatu rencana untuk membunuh Sha’ul. Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Sha’ul. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang.” Tampaknya, orang-orang Yahudi yang tidak percaya di Damaskus sangat tidak suka dengan Sha’ul yang membagikan kabar tentang Yeshua. Orang Yahudi telah berulang kali dikecewakan oleh mesias palsu, baik sebelum kedatangan Yeshua (seperti yang disebutkan dalam Kisah 5:33-37), juga setelahnya, hingga zaman modern. Tentara penjajah Roma juga tidak akan tanggung-tanggung bertindak kepada siapapun yang memiliki semangat Mesianik untuk menggulingkan kekuasaan Roma. Dalam Galatia 1:17-18, kita mengetahui bahwa Rabi Sha’ul menghabiskan waktu tiga tahun di Arabia sebelum pergi ke Yerusalem. KPR pasal 9 tidak menceritakan semuanya secara detil. Banyak yang tidak diceritakan. Namun, perlu dicatat bahwa ada tiga tahun jeda antara Kisah 9:25 dengan 9:26. “Setibanya di Yerusalem Sha’ul mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada sh’lichim (rasul-rasul) dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Sha’ul melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yeshua. Dan Sha’ul tetap bersama-sama dengan mereka masuk dan keluar di Yerusalem.” Karena Barnabas menjadi perantara bagi Sha’ul dengan kaum Yahudi Mesianik, dia jadi mampu berkelana untuk bersaksi tentang Yeshua di seluruh Yerusalem. “Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi Helenis,4 tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.” Anehnya, bukan orang Yahudi Ibrani yang ingin membunuh Sha’ul, melainkan kaum Yahudi Helenis, yaitu orang Yahudi yang berbahasa Yunani, dan seringkali terjerat dalam budaya Yunani. Mungkin kaum Yahudi Helenis ini berusaha “membuktikan” keyahudian mereka kepada kaum Yahudi Ibrani dengan menyerang Sha’ul, yang dianggap sebagai ancaman utama bagi komunitas Yahudi. 4
Alkitab KJV menerjemahkan ini dengan kata “Grecians,” yang adalah tidak tepat. Dalam Kisah 6:1, kata Yunani Hellenistes berarti “Helenis,” yang berarti orang Yahudi yang mengadopsi budaya Yunani.
“Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus. Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” Tampaknya, ketika Sha’ul menjadi percaya Yeshua, sumber utama penganiayaan terhadap kaum Yahudi Mesianik lenyap. Setelah itu, jemaat di Israel memiliki kedamaian, dan terus bertumbuh secara jumlah dan secara rohani. Namun, Sha’ul sudah tidak aman di Yerusalem. Karena itu, kaum Yahudi Mesianik pertama-tama mengirimkan dia ke Kaisarea5 untuk keselamatannya, dan akhirnya ke Tarsus, kota di mana Sha’ul dilahirkan.
5
Reruntuhan kota Kaisarea terkubur selama berabad-abad, terlindung dari kerusakan oleh alam, dan sebagian besar telah digali kembali di zaman modern, masih tampak seperti aslinya ketika dibangun oleh Herodes pada Abad Pertama. Kaisarea memainkan peran penting dalam KPR pasal 10.
Babi di Dalam Selimut (atau, Mesias Ibrani Menjangkau Bangsa-bangsa) Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 10 Mazmur pasal Dua, adalah Mazmur Mesianik yang pertama. Yang berbunyi: 1
Mengapa rusuh Goyim (bangsa-bangsa), mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?
2
Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan YHWH dan yang diurapi (Mesias)Nya: 3
“Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!”
4
Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka.
5
Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: 6
Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!
7
Aku mau menceritakan tentang ketetapan YHWH; Ia berkata kepadaKu: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. 8
Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadaMu menjadi milik pusakaMu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. 9
Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." Mazmur ini dengan jelas mengatakan bahwa Mesias juga untuk Bangsa-bangsa. Juga bahwa Kerajaan Mesianik akan didirikan di Zion. Yerusalem adalah ibukota Israel. Orang Arab Palestina dan seluruh dunia ingin melihat Yerusalem menjadi ibukota “Palestina.” Namun, tidak pernah ada dalam sejarah, negara merdeka yang disebut “Palestina.” Juga, tidak pernah ada di dalam sejarah, Yerusalem menjadi ibukota negara Arab manapun; Yerusalem selalu menjadi ibukota Israel. Ketika Mesias Yeshua kembali untuk memulai pemerintahanNya, Dia akan menetap di Yerusalem yang akan menjadi ibukota dunia! Ayat terakhir yang dikutip (di atas) menyatakan kepada kita Raja Mesias akan memulai pemerintahanNya dengan pengadilan. Nabi Yesaya menulis: “Maka sekarang,” firman YHWH, “yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hambaNya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya (maka aku dipermuliakan di mata YHWH, dan Elohimku menjadi kekuatanku), firman-Nya: ” Terlalu ringan bagiMu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orangorang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat Engkau menjadi terang bagi Goyim (bangsa-bangsa) supaya keselamatan yang dari pada-Ku (yeshua) sampai ke ujung bumi.”1 1
Yeshayahu (Yesaya) 49:5-6.
Sangat jelas dinubuatkan dalam ayat Mesianik ini bahwa Mesias juga memiliki pelayanan untuk Bangsabangsa. Namun, selama Yeshua di bumi, Dia hampir secara ekslusif melayani orang Yahudi. Bahkan, Dia menginstruksikan talmidim (murid-murid)Nya, “Janganlah kamu menyimpang ke jalan Bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”2 Tetapi, setelah kematian dan kebangkitanNya, Dia memberi izin untuk pergi kepada Bangsa-bangsa lain. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…”3 Tepat sebelum kenaikan Yeshua, Dia mengatakan kepada talmidimNya, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Ruakh HaKodesh (Roh Kudus) turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria (yang dikenal dengan Tepi Barat) dan sampai ke ujung bumi (Kisah 1:8).” Ini pengulangan perintah Yeshua sebelumnya untuk membawa Kabar Baik sampai kepada Bangsa-bangsa. Meski ada perintah ini, para murid pada awalnya (semua Yahudi Mesianik) merasa enggan membagikan Injil kepada Bangsa-bangsa. Mungkin mereka meragukan perintah Yeshua. Mungkin mereka berpikir, “Dia tidak mungkin bermaksud membagi kabar Mesias Ibrani kepada Bangsa-bangsa! Ketika Dia menyuruh kita untuk ‘menjadikan semua bangsa muridNya,’ pasti maksudNya agar kita membawa Kabar Baik ini kepada orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa itu.” Itu kesimpulan yang logis, karena orang Yahudi bahkan pada masa itu tinggal di banyak negara. Apapun alasannya, Injil tetap menjadi milik ekslusif orang Yahudi selama beberapa tahun setelah Yeshua naik ke Surga. Satu-satunya “Bangsa-bangsa” yang menjadi percaya kepada Mesias Ibrani adalah mereka yang menjadi penganut agama Yahudi, di dalam Kisah 2:10. Bahkan sida-sida dari Etiopia di pasal 8 adalah orang Yahudi, yang biasanya disebut orang Yahudi Falasha, dari sekte Yahudi Kulit Hitam yang memilih dipanggil “Beta Israel.” Dibutuhkan intervensi supranatural untuk membuat kaum Yahudi Mesianik ini bersedia memberitakan Injil tentang Mesias Ibrani kepada Bangsa-bangsa. Kalau dipikir-pikir, Yeshua adalah Mesias Ibrani, bukankah Anda harus menjadi Yahudi untuk percaya kepadaNya? Terdengar logis bagi saya! Dan mungkin ada juga masalah prasangka etnis. Anti-Semitisme bukan sesuatu yang baru terjadi kemarin. Orang-orang Yahudi telah dianiaya selama ribuan tahun. Salah satu gerakan anti-Semitisme yang terburuk diceritakan dalam Kitab Ester. Lebih dari 500 tahun sebelum Yeshua, terdapat konspirasi untuk membunuh semua orang Yahudi – pria, wanita, dan anak-anak. Karena dianiaya oleh Bangsa-bangsa, mungkin saja tidak ada keinginan pada orang-orang Yahudi Mesianik ini untuk membagikan Injil kepada mereka.
2
Matius 10:5-6. Lihat juga Matius 15:21-28.
3
Matius 28:19.
Juga, aturan kebersihan ritual sangat diperhatikan oleh orang Yahudi, tetapi tidak oleh Bangsabangsa. Hal ini termasuk soal menstruasi, “buangan di malam hari,” dan konsumsi makanan-makanan tak bersih ritual. Orang Yahudi enggan berdekatan dan bergaul dengan orang Bangsa-bangsa karena takut disentuh oleh Bangsa-bangsa yang tak bersih ritual, sehingga menjadi tuma (kotor secara ritual). HaShem4 punya rencana! Seperti sudah dinubuatkan oleh para nabi, Dia ingin agar Mesias (dan Israel) menjadi “terang bagi bangsa-bangsa lain.”5 RencanaNya dimulai dengan seorang perwira Roma bernama Kornelius. Ingatlah bahwa Israel sedang berada di bawah penjajahan Roma! Tentara Italia menjaga kekuasaan dan otoritas Roma dengan tangan besi. Banyak orang Yahudi telah disalibkan karena menentang Roma. Dengan selera humorNya yang unik, HaShem memilih seorang perwira Roma sebagai kandidat orang Bangsa-bangsa pertama untuk dikenalkan kepada Mesias Ibrani tanpa konversi ke Yudaisme. Walaupun Kornelius seorang perwira Roma, dia seorang yang baik. Dia tinggal di Kaisarea, sebuah kota di Israel yang dibangun oleh Herodes dan dinamai sesuai nama Kaisar Agustus. Kaisarea adalah kota pusat pendudukan Roma. Kornelius digambarkan sebagai “seorang yang sangat saleh, seorang yang takut akan Tuhan beserta seisi rumahnya, yang memberikan banyak sumbangan kepada orang-orang Yahudi, dan berdoa kepada Tuhan secara terus-menerus.”6 Dalam Yudaisme, orang seperti itu disebut “orang yang takut akan Tuhan (God-fearer),” atau “orang asing di pintu gerbang,” yaitu, orang Bangsabangsa yang menyembah Elohim Israel, tetapi tidak melakukan konversi ke Yudaisme secara resmi dengan melakukan sunat dan dipermandikan secara publik.7 Kornelius mendapat penglihatan seorang malaikat “pada jam kesembilan (Kisah 10:3).” Jam kesembilan (sekitar jam 3 sore) dijelaskan dalam Kisah 3:1 sebagai “jam sembahyang.” Tampaknya perwira Roma ini mentaati jam sembahyang orang Yahudi! Malaikat itu memberitahu dia, “Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Elohim.” Malaikat itu memberitahu Kornelius agar menjemput beberapa orang dari Jaffa (“Yafo” – perbatasan kota modern Tel Aviv), dan membawa Shimon Kefa (Simon Petrus) yang tinggal di rumah seorang penyamak kulit.8 Jaffa terletak sekitar 50 km (30 mil) dari Kaisarea, sebuah jarak yang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki! Kornelius mengirim orang seperti yang diperintahkan.
4
“Nama Itu” (nama Elohim)
5
Yeshayahu (Yesaya) 49:6.
6
Kisah 10:2.
7
Tevila, pencelupan ke dalam air yang merupakan syarat proselit ke Yudaisme.
8
Ini adalah pekerjaan yang dianggap kotor. Pada zaman itu, proses penyamakan kulit perlu menggunakan kotoran anjing. Para rabi berpendapat, adalah sah untuk menceraikan suami jika pekerjaannya adalah penyamak kulit.
Sementara itu, ketika orang-orang ini menuju Yafo, Shimon Kefa naik ke atas atap untuk sembahyang pada jam keenam (tengah hari). Shimon Kefa (Simon Petrus) merasa lapar, lalu memasuki kondisi trance (setengah sadar) dan mendapat penglihatan. Dia melihat selembar kain besar turun dari langit dengan segala macam binatang tak bersih ritual (tidak tahir) di dalamnya! Sebuah suara berkata, “Hai Petrus, bangun, sembelihlah dan makanlah!” Kefa, seorang Yahudi yang taat, menjawab, “Tidak, ya Tuhan, karena aku tidak pernah makan setiap yang cemar atau najis.” Sebuah suara datang lagi kepadanya dan berkata, “Apa yang Elohim tahirkan, janganlah engkau mencemarkannya.” Hal ini terjadi tiga kali. Kemudian selimut besar itu diangkat kembali ke langit. Tidak ada satupun yang dimakan oleh Kefa! Kefa (Petrus) menjadi bingung oleh penglihatan itu. Apa maksudnya ini? Apakah Mesias mati untuk mengubah binatang-binatang tak bersih menjadi bersih? Apakah sekarang diperbolehkan makan anjing dan babi? Di saat kebingungan ini, orang-orang utusan Kornelius tiba. Mereka memberitahu Kefa tujuan kedatangan mereka. Kemudian semuanya klik! Kefa sekarang mengerti arti penglihatan itu! “Kamu tahu, betapa terlarang bagi seorang Yahudi untuk dihubungi atau didatangi oleh orang asing;9 tetapi Elohim telah menunjukkan kepadaku agar tidak menyebut seseorang, siapapun, cemar atau najis”10 Nah! Itulah arti penglihatan itu! Kita tidak boleh menganggap “seorang manusia sebagai najis atau tidak tahir”! Namun, dalam Study Bible NAS saya, dikatakan, “Yesus sudah menaruh dasar untuk membatalkan hukum tentang makanan bersih ritual dan tak bersih ritual (hal. 1593).” Luar biasa! Tampaknya para “sarjana Alkitab terpelajar” ini tidak percaya dengan interpretasi Petrus untuk penglihatannya sendiri! Petrus tidak pernah memakan makhluk-makhluk itu! Anda mungkin tidak sependapat dengan interpretasi Petrus tentang arti penglihatan itu. Kalau begitu, Anda boleh menghapus surat-surat Petrus dari Perjanjian yang Diperbaharui. Secara pribadi, saya percaya dengan interpretasi Petrus, yang menyebabkan Injil menjangkau Bangsa-bangsa, yang adalah maksud Tuhan. Shimon Kefa bersedia menemani orang-orang itu kembali ke Kaisarea, di mana ia bertemu dengan Kornelius dan “banyak orang yang sudah datang berkumpul.” Sekali lagi, di dalam Kisah 10:34-35, Kefa berkata, “Berdasarkan kebenaran, aku memahami bahwa Elohim bukanlah pemandang muka. Namun di antara setiap bangsa, siapa yang takut akan Dia dan mengerjakan kebenaran, dia berkenan kepadaNya.” Kefa melanjutkan dengan menjelaskan semua pekerjaan baik dan mujizat besar yang dilakukan oleh Yeshua. Dia menyimpulkannya dengan berkata, “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya.” “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Ruakh HaKodesh (Roh Kudus) ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang percaya yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Elohim. Lalu kata Petrus: “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita? Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yeshua sang Mesias. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.” 9
Ini tidak benar. Torah tidak melarang orang Yahudi bergaul dengan orang Bangsa-bangsa. Tetapi, ada aturan Talmud yang melarang hal itu. Jadi, aturan ini adalah halakhah. Torah punya otoritas; sedangkan Talmud/halakhah tidak. 10 Kisah 10:28.
Orang Bangsa-bangsa ini berbicara bahasa lidah dan memuliakan Tuhan! Luar biasa! Kaum Yahudi Mesianik yang menyaksikan hal ini terkejut! Orang Bangsa-bangsa ini tidak hanya percaya kepada Mesias, tetapi mereka juga dipenuhi oleh Ruakh HaKodesh, dengan bukti berbicara bahasa lidah (seperti dalam Kisah 2:4,11). Tetapi, bahasa lidah hanyalah satu dari banyak tanda kepenuhan Roh Kudus, bukan satu-satunya. Seperti yang kita pelajari dari Kisah 1:8, tujuan utama pemenuhan dengan Roh Kudus adalah ini: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Tujuan baptisan Roh Kudus adalah untuk menjadi saksi bagi Yeshua. Masih ada juga karunia Roh Kudus yang lain, beberapa bersifat supranatural, dan lainnya, seperti pengajaran dan memberi nasehat (Roma 12:6-8; 1 Kor. 12:28-29) lebih bersifat duniawi. Bagaimanapun juga, ketika Roh Kudus “turun” ke atas orang, tampak jelas bagi orang yang melihat peristiwa itu. Tetapi, tidak semua manifestasi supranatural berasal dari Tuhan. Dalam Kisah 5:32, kita membaca bahwa Roh Kudus “diberikan kepada mereka yang taat kepadaNya.” Yehezkiel 36:27 berkata kepada kita, “Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Saya tidak peduli betapa fasihnya orang berbahasa roh: Jika dia anti-Torah, dia mungkin dipenuhi roh, tetapi jelas bukan Roh Kudus. Semua ini terjadi begitu cepat. Kornelius, walaupun seorang yang takut akan Tuhan, tidak melakukan konversi ke Yudaisme. Namun, dia dan semua yang bersamanya secara jelas menerima Yeshua sebagai Juru Selamat. Mereka juga dipenuhi oleh Roh Kudus, dengan bukti bahasa lidah (berbicara bahasa yang tidak pernah mereka pelajari). Kemudian, mereka dibaptis. Saya berasumsi itu dilakukan dalam tevilah (permandian di dalam air) secara Yahudi. Para “pembaptis” hanya mengawasi. Orang yang dipermandikan mencelupkan diri sendiri ke dalam air – tiga kali! Para “pembaptis” hanya memastikan bahwa orang-orang itu benar-benar masuk ke dalam air sampai menutupi kepala. Kolamnya bisa berupa genangan air alami atau sebuah mikveh (mirip kolam baptisan di gereja-gereja). Dalam Perjanjian yang Diperbaharui, hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa kita mengakui kematian, penguburan, dan kebangkitan Mesias, sama seperti kita mati terhadap dosa dan kedagingan kita. (Roma 6:1-16)
Kristen yang Pertama Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 11 Dalam KPR pasal 10, Kornelius, keluarganya, para pelayannya, dan teman-temannya mendengar Kabar Baik tentang Mesias. Dalam KPR 2:10, ada orang Bangsa-bangsa penganut Yudaisme (gerim) yang mendengar tentang Yeshua. Kornelius adalah seorang Bangsa-bangsa yang Takut akan Tuhan (Godfearer). Namun, dia tidak melakukan konversi ke Yudaisme. Meskipun begitu, ketika Kefa (Petrus) memberitakan Mesias Ibrani, para Bangsa-bangsa ini percaya. Kemudian, Roh Kudus dicurahkan kepada mereka, dengan bukti berbahasa lidah (Kisah 10:46). Ayat pembuka pasal 11 berbunyi: “Dan Sh’lichim (Rasul-rasul) dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Elohim.” Kata pembuka “Dan” menunjukkan bahwa pembagian pasal terjadi di tengah paragraf. Meski tidak ada koran dan internet, berita ini dengan cepat mencapai saudara-saudara di Yudea. Namun, mereka tidak terlalu senang dengan hal ini. Kita membaca: “Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat1 berselisih pendapat dengan dia. Kata mereka: ‘Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.’” Kisah 11:2-3. Berita bahwa Kefa (Petrus) telah pergi untuk bersaksi kepada goyim (Bangsa-bangsa) tidak membuat mereka gembira. Ini bahkan menyebabkan perselisihan. Mereka kecewa karena Kefa makan semeja dengan orang Bangsa-bangsa itu. Tradisi Rabinik – bukan Torah – pada masa itu melarang pergaulan akrab dengan Bangsa-bangsa. Tetapi, perlu dicatat, Petrus tidak makan sandwich isi daging babi bersama orang Bangsa-bangsa ini, walaupun banyak orang Kristen berpikir dia melakukan itu. Kemudian, Shimon Kefa menceritakan penglihatan yang dia dapat di kota Jaffa (Yafo/Yope), sebelah kota modern Tel Aviv. Dia menceritakan penglihatan hewan-hewan tak bersih ritual di dalam selimut yang turun dari langit, dengan suara yang berseru, “Bangunlah Kefa, sembelihlah dan makanlah.” Tentu saja, sebagai orang Yahudi yang taat dan mencintai Torah, dia bertanya-tanya apa maksud penglihatan itu, sampai orang utusan Kornelius datang. Kemudian dia mengerti maksudnya: “Elohim telah menunjukkan kepadaku bahwa aku tidak boleh menganggap manusia najis atau tidak tahir.”2 Jika artinya adalah bahwa dia sekarang boleh makan hewan tak bersih ritual, maka dia dapat langsung mencari sandwich isi ham dan menyuruh utusan Kornelius pulang ke Kaisarea.
1
Sangat aneh karena mereka disebut “dari golongan yang bersunat.” Semua orang Percaya di Yudea saat itu adalah orang Yahudi yang disunat. Mungkin ini untuk menyatakan bahwa kaum Yahudi Mesianik ini lebih rajin di dalam Torah daripada orang Percaya lainnya. 2
Kisah 10:28.
Kefa terus menceritakan bagaimana dia membagikan Kabar Baik kepada Bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan ini. “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita.” Kemudian Kefa (Petrus) teringat firman Yeshua tentang Yokhanan Pencelup,3 “Yokhanan membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Ruakh HaKodesh (Roh Kudus).”4 Akhirnya, kaum Yahudi Mesianik ini menjadi tenang dan memuliakan Elohim, berkata, “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Elohim mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.” Bagian pertobatan itu sangatlah penting! Hari-hari ini, terlalu banyak orang hanya ingin “keselamatan” supaya tidak masuk neraka. Tetapi, mereka tidak mau mengubah hidup mereka! Saya sungguh meragukan keselamatan mereka yang tidak peduli dengan pertobatan. Percobaan Besar Dalam KPR pasal 11:19, kita mendengar lagi tentang penganiayaan besar yang muncul setelah kematian Stefanus beberapa tahun sebelumnya di dalam KPR 8:2.5 Akibatnya, kaum Yahudi Mesianik di Yudea tersebar ke lokasi lain, termasuk Fenisia (Libanon sekarang), Siprus (sebuah pulau di sebelah barat Lebanon), dan Antiokia (berlokasi dekat pantai di sebelah barat daya Siria sekarang). Penyebaran ini dimulai sejak kematian Stefanus, dan berlanjut hingga beberapa tahun setelahnya. Penganiayaan ini pastilah sangat berat sehingga menyebabkan kaum Yahudi Mesianik meninggalkan rumah mereka di Yudea. Namun, daripada menyangkal iman mereka kepada Yeshua, mereka berkemas dan meninggalkan Yudea dan pindah ke negara lain. Di tengah kesusahan yang mereka tanggung, mereka terus menyebarkan firman. Namun, mereka mambagikan firman hanya kepada orang Yahudi. Tetapi, beberapa Yahudi Mesianik di Siprus dan Kirene (Libia masa kini) datang juga ke Antiokia, dan mulai menyebarkan firman kepada orang Yunani (nonYahudi). “Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.” Ini titik balik yang sangat penting. Dimulai dari rumah tangga Kornelius. Sekarang, terdapat “sejumlah besar”orang yang percaya dan berbalik kepada Tuhan. Saya ingin segera menambahkan: Kami telah bertemu beberapa orang yang “percaya,” tetapi tidak mau menanggung harga yang harus dibayar dari kepercayaannya, dan tidak berbalik kepada Tuhan. Ada orang-orang yang merasa nyaman dalam dosa, dan tidak mau meninggalkan kehidupan yang lama. Dalam kasus lain, percaya kepada Yeshua dapat menyebabkan perpecahan dengan keluarga dan teman. Bertahun-tahun yang lalu, ketika seorang Yahudi menerima Yeshua sebagai Mesias, sudah umum bagi keluarganya untuk memperlakukan seolaholah dia sudah mati. Semua komunikasi diputus, karena dia dikucilkan dari komunitas Yahudi dan keluarganya sendiri. Kemudian keluarga itu akan melakukan shiva. Ini adalah 7 hari perkabungan di mana keluarga berkumpul dan berkabung setelah kematian orang yang dikasihi. Beberapa bahkan sampai membuat kuburan dengan nama putra atau putri mereka yang “mati”. 6 3
Alias “Yohanes Pembaptis.” Dia bukan jemaat Gereja Baptis. Dia Yahudi. Kisah 11:16; 1:5. 5 Kitab KJV Gideon saya menuliskan tahun kematian Stefanus di Kisah 7 pada 33 M, dan peristiwa dalam Kisah 11 tahun 41 M. 6 Ini sebenarnya ada untungnya. Ketika HaSatan menuduhkan dosa-dosanya di masa lalu, dia dapat berkata bahwa HaSatan adalah pendusta, dan menunjukkannya kuburan ini, yang membuktikan bahwa “manusia lamanya” sudah mati, dan tidak ada lagi. 4
Di negara Komunis, percaya kepada Yesus mungkin berakibat dimasukkan ke gulag (kamp kerja paksa) sampai bertahun-tahun. Di Negara-negara Islam, ketika seorang Muslim pindah agama, Islam memerintahkan agar orang itu dihukum mati. Kita di negara Barat lebih baik. Kita bisa percaya kepada Yeshua, dan penganiayaan terbesar yang mungkin kita dapat hanyalah kehilangan beberapa teman. Jangan khawatir! Anda akan mendapatkan banyak teman baru, lebih baik daripada yang hilang! Kabar tentang Bangsa-bangsa yang percaya kepada Yeshua di Antiokia ini sampai ke Yerusalem. Kehilah (jemaat) di Yerusalem memutuskan untuk mengutus Barnabas ke Antiokia untuk menilik mereka. Ini adalah kebijakan dari para pemimpin Jemaat di Yerusalem untuk menilik jemaat baru. Barnabas ,“ketika datang dan melihat kasih karunia Elohim, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.” Nama asli Barnabas adalah “Bar-Nabba.” Menurut buku Jewish New Testament Commentary tulisan Dr. David Stern, namanya berarti “Anak Penasihat.” Bar adalah bahasa Aramaik untuk anak dan Nabba berhubungan dengan shoresh (akar kata) untuk nabi. Tugas nabi adalah untuk menasihati dan menguatkan. Tampaknya pria ini memiliki nama yang tepat, karena ia pergi ke Antiokia untuk menguatkan jemaat Bangsa-bangsa yang baru Percaya kepada Yeshua. Dia juga digambarkan sebagai “orang yang baik, dan penuh dengan Roh Kudus dan iman.” Saya percaya bahwa komunitas Yahudi Mesianik di Yerusalem sangat peduli dengan kesejahteraan jemaat Bangsa-bangsa yang memeluk iman Mesianik ini. Mereka mengirimkan orang terbaik untuk menemui, mengajar, dan menguatkan mereka. Barnabas bersukacita saat melihat Jemaat Bangsa-bangsa yang Percaya ini. Kaum Yahudi Mesianik tampaknya membuat pilihan yang tepat dengan mengutus Barnabas, karena hasil akhirnya adalah “sejumlah orang ditambahkan bagi Tuhan.” “Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Sha’ul; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokia-lah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.”7 Meskipun ada kesulitan dan penganiayaan yang dialami oleh Yahudi Mesianik di Yerusalem, mereka tetap melakukan tanggung jawab terhadap jemaat Bangsa-bangsa yang baru Percaya dengan sangat serius. Barnabas mencari Sha’ul dan membawanya ke Antiokia. Kemudian mereka tinggal di Antiokia selama setahun penuh mengajar dan memuridkan Jemaat Orang Percaya baru ini! Akhirnya, setelah lewat dari setengah kitab Perjanjian Baru, kita menemukan kata “Kristen” untuk pertama kalinya. Tidak ada seorangpun yang dipanggil Kristen sebelum Kisah 11:26. Hal ini mungkin mengejutkan bagi beberapa orang, tetapi Yesus tidak pernah memeluk agama Kristen. Dan tidak ada seorangpun di antara talmidim (murid-murid)Nya pernah masuk agama Kristen. Mereka semua tetap orang Yahudi sejati dan taat kepada Torah, seperti yang sudah diajarkan oleh Rabi mereka. Namun, di dalam Kisah 11:26, kita melihat dengan jelas bahwa orang-orang percaya dari Antiokia ini disebut Kristen, murid-murid pertama yang disebut dengan istilah itu. 7
Kisah 11:25-26
Perbedaan antara murid-murid ini dengan murid-murid dalam kitab Injil, adalah mereka orang Bangsabangsa. Bahasa yang mereka gunakan bukan Ibrani atau Aramaik, tetapi bahasa Yunani. Istilah Mashiach (Mesias) tidak akan memiliki arti bagi orang Bangsa-bangsa ini. Namun, ada sebuah kata Yunani Christos (atau Khristos) yang berarti “yang diurapi,” artinya sama dengan Mashiach. Mashiakh dan Khristos, sama-sama berarti seorang yang diurapi, biasanya dengan menggunakan minyak. Pengurapan ini dilakukan untuk raja-raja dan kohenim (imam-imam), jadi dengan pengertian itu, setiap imam dan raja adalah mashiach (yang diurapi). Namun, Yudaisme juga memiliki konsep HaMashiach (Sang Mesias), yang akan datang untuk mendirikan Kerajaan Mesianik. Sebenarnya, Yudaisme memiliki konsep Dua Mesias. Ada Mashiach ben Yosef (Mesias anak Yusuf), Mesias yang menderita. Akan ada juga Mashiach ben David (Mesias anak David), Raja Mesias yang akan mendirikan Kerajaan Mesianik dan memerintah dunia dari Yerusalem, menciptakan kedamaian di seluruh dunia. Lucunya, para anti-Semit menuduh orang Yahudi merencanakan untuk menguasai dunia. Yeshua datang 2000 tahun yang lalu sebagai Mesias ben Yosef, Mesias yang menderita. Dia akan kembali sebagai Mesias ben David, Raja Mesias yang akan mengalahkan musuh-musuh Israel, dan memerintah dunia dari Yerusalem. Dalam hal ini, orang-orang anti-Semit ini ada benarnya; Mesias Ibrani akan memerintah seluruh dunia! Bahkan, datanglah segera Yeshua! Orang Bangsa-bangsa di Antiokia ini tidak terbiasa dengan istilah Ibrani “mashiach.” Mereka, bagaimanapun juga, lebih terbiasa dengan istilah Yunani Christos. Sebagai Bangsa-bangsa yang percaya kepada Mesias Ibrani, adalah wajar jika mereka dipanggil dengan istilah Yunani “Kristen.” Ini menjadi sebutan untuk Orang Bangsa-bangsa yang Percaya kepada Yeshua sampai masa kini. Istilah “Kristen” tidak digunakan untuk orang Yahudi yang Percaya. Kaum Yahudi Mesianik menggunakan istilah seperti di Kisah 22:3, di mana Rabi Sha’ul hanya menyebut dirinya Yahudi. Dalam Kisah 24:14, orang Yahudi yang Percaya disebut dengan “Pengikut Jalan,” atau “HaDerekh” dalam bahasa Ibrani. Dalam Kisah 24:5, mereka dipanggil “sekte Nasrani” atau “Notzrim” dalam bahasa Ibrani. Istilah “Notzrim” saat ini di Israel digunakan untuk menyebut “Kristen.” Akan tetapi, pada mulanya, istilah ini digunakan untuk kaum Yahudi yang Percaya. Sekarang, orang Yahudi Mesianik Israel menyebut diri mereka Yehudim Meshichim (Yahudi Mesianik). Roh Nubuat “Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokia. Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar yang terjadi pada zaman Kaisar Klaudius. Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus.” Kisah 11:27-30. Dalam ayat 27, kita melihat para nabi datang ke Antiokia dari Yerusalem. Ini adalah fenomena baru. Menurut para Rabi, roh nubuat sudah meninggalkan Israel (dan dunia) setelah kematian Maleakhi, penulis kitab nabi terakhir. Namun, dengan kedatangan Yokhanan sang Pembaptis, roh nubuat telah kembali, karena dia dianggap nabi seperti tercatat dalam Matius 11:9. Tentu saja, Yeshua adalah Mesias, tetapi juga nabi, karena Dia menubuatkan kejadian yang akan terjadi di Abad Pertama, termasuk juga kejadian yang akan segera digenapi, seperti yang dijelaskan dalam Matius 24 dan Kitab Wahyu. Bagaimanapun juga, munculnya nabi-nabi di dalam Kisah 11:27 di antara kaum Yahudi Mesianik adalah yang pertama kalinya di dalam Kisah Para Rasul.
Para nabi ini dengan akurat memprediksi peristiwa kelaparan, yang benar-benar terjadi di Yudea, ketika Klaudius menjadi Kaisar Roma. Dalam hal ini, Perjanjian Baru bahasa Yunani menyebutkan kelaparan di seluruh dunia. Dalam PB bahasa Aramaik, kata yang digunakan adalah a’ra, yaitu padanan kata untuk eretz, yang dapat diterjemahkan sebagai “tanah” atau “dunia.” Kata eretz biasa digunakan untuk menyebut “Tanah Israel.” Saya percaya ini seharusnya terjemahan yang lebih tepat. Lagipula, jika terjadi kelaparan di seluruh dunia, setiap bangsa akan menyimpan makanan untuk dirinya sendiri. Sangatlah baik mengirim bantuan ke Israel, tetapi tidak bijaksana jika Anda juga menghadapi kelaparan di negeri Anda. Jemaat Bangsa-bangsa yang Percaya ini sungguh peduli kepada saudara dan saudari Yahudi di Yudea. Mereka mengirimkan bantuan untuk membantu Jemaat di Yudea menghadapi kelaparan. Ini contoh yang baik untuk generasi Kristen di masa depan. Yang disesalkan, seiring berjalannya waktu, generasi orang Kristen berikutnya malah memusuhi akar iman mereka, dan akhirnya juga memusuhi orang Yahudi. Namun, kita diberkati karena hidup di zaman di mana banyak orang Kristen Injili mengasihi orang Yahudi. Kristen Injili bahkan seringkali lebih Zionis daripada orang Yahudi, karena mereka mendukung hak orang Yahudi atas Tanah Israel. Arab memiliki hak atas 22 negara yang mereka kontrol, tetapi Israel adalah milik orang Yahudi.
Penangkapan dan Pembebasan Shimon Kefa (“Petrus”) Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 12 “Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari Jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yokhanan, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang-orang Yudea, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Kefa juga. (Waktu itu hari raya Matzah - Roti Tidak Beragi.) Setelah Kefa ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah Ibrani1 ia menghadapkannya ke depan orang banyak.” (Kisah 12:1-4). Herodes yang dimaksud di atas adalah Herodes Agrippa I, cucu dari “Herodes Agung,” yang memerintahkan pembantaian bayi laki-laki di Betlehem.2 Seperti Musa, Yeshua sang Mesias selamat dari pembantaian anak Yahudi. Anak dari Herodes Agrippa I adalah Herodes Agrippa II yang kita baca di dalam KPR 25:13-26:32. Pada ayat 1, banyak terjemahan menggunakan kata “church.” Saya memilih kata “jemaat,” karena lebih akurat mewakili kata Yunani ekklesia. Ekklesia juga digunakan untuk menterjemahkan kata “jemaat” dalam Septuaginta.3 Kata “church” memiliki konotasi yang berbeda dan bersifat non-Yahudi. Talmidim Yahudi Yeshua tidak konversi ke Kekristenan. Mereka mengikuti agama Yeshua, yaitu, Yudaisme. Yeshua tidak datang ke bumi untuk memulai agama baru; Dia datang untuk menjadi Mesias dan Juru Selamat dari agama yang lama, yaitu, Yudaisme. “Ia (Herodes Agrippa I) menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yokhanan, dengan pedang.”4 Herodes membunuh Yakobus (atau Ya’akov) saudara Yokhanan (Matius 4:21). Alkitab versi King James dan kebanyakan terjemahan bahasa Inggris lainnya memakai nama “James” untuk “Yakobos” dalam Perjanjian Baru. Dua nama yang jauh berbeda, itu pasti bukan transliterasi. Saya menduga itu dilakukan oleh para penterjemah untuk menyenangkan hati Raja James, yang memerintahkan penterjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris sehari-hari pada masanya. Yakobos adalah versi bahasa Yunani untuk “Jacob,” yang adalah penginggrisan dari nama Ibrani “Ya’akov.” Yang aneh juga, dalam Alkitab bahasa Spanyol milik istri saya, nama ini ditulis sebagai “Santiago.” Saya heran mengapa para penterjemah tidak suka melihat nama Yahudi yang baik seperti Jacob! Namun, pada masa kini, Jacob menjadi salah satu nama favorit untuk bayi laki-laki di Amerika, baik orang Kristen, maupun Yahudi. 1
Kata asli Yunani adalah Pascha, yang berarti Pesakh (Passover). Pascha muncul 28 kali dalam Perjanjian yang Diperbaharui dan diterjemahkan dengan benar menjadi “Passover/Paskah Yahudi.” Namun, di ayat ini, Alkitab King James Version (untuk alasan yang tidak dapat dipahami) menterjemahkan Pascha menjadi “Easter.” “Easter” adalah nama versi Anglo-Saxon (Inggris) untuk dewi “Ishtar.” Menurut agama Babilonia, sebuah telur raksasa turun dari langit. Ketika menetas, keluarlah Ishtar. Inilah alasan adanya Easter egg (telur paskah). Ishtar adalah dewi kesuburan dan digambarkan memiliki banyak buah dada. Kelinci yang terkenal subur (beranak banyak), juga menjadi bagian dari perayaan Easter (easter bunny). Kaum Yahudi Mesianik di Israel Abad Pertama tidak merayakan Easter (hari raya pagan/berhala). 2 Matius 2:16-18. 3 Septuaginta (LXX) adalah terjemahan bahasa Yunani dari Kitab Tanakh (PL) diselesaikan oleh orang-orang Yahudi di bawah perintah Ptolemy dari Mesir sekitar tahun 200 SM. 4 Kisah 12:2
Pembunuhan Yakobus (atau “James”) memuaskan orang-orang Yudea. Saya menggunakan kata “orang-orang Yudea” dalam ayat 3 daripada “Yahudi,” mengikuti rujukan buku Dr. David Stern yaitu Jewish New Testament. Kata Yunani “Ioudaios” dapat diterjemahkan sebagai “orang Yahudi” atau “orang Yudea,” seperti di dalam Strong’s #2453. Pastilah, pembunuhan Yakobus (atau “Ya’akov”) tidak akan menyenangkan kaum Yahudi Mesianik di Yerusalem. Tetapi, itu memuaskan beberapa orang dari lembaga keagamaan, yang tinggal di wilayah Yudea dan sekitar Yerusalem. Ketika para penterjemah menulis bahwa pembunuhan “James” memuaskan “orang Yahudi,” itu membuat seolah-olah orang Yahudi menganiaya orang Kristen! Dan sangat memberi nuansa anti-Semit pada terjemahan, baik disengaja ataupun tidak. Yang sebenarnya terjadi adalah sekelompok orang Yahudi (“lembaga keagamaan” Yahudi) dipuaskan dengan penganiayaan kelompok Yahudi lainnya (orang-orang Yahudi yang percaya Yeshua sebagai Mesias). Bukan satu agama (Yahudi) menganiaya agama lain (Kekristenan), seperti dikesankan oleh KJV dan terjemahan bahasa Inggris lainnya. “Ketika ia (Herodes Agripa I) melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yudea, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Kefa juga (Waktu itu hari raya Matzah- Roti Tidak Beragi).” Meski Israel ada dijajah Roma, bahkan diktator kejam seperti Herodes masih berusaha menyenangkan rakyatnya (dalam hal ini, orang-orang Yahudi yang tidak percaya Yeshua). “Herodes Agung,” yang memerintahkan pembunuhan ratusan bayi laki-laki Yahudi, memugar dan menambah kemegahan Beit HaMikdash (Bait Suci) di Yerusalem, sehingga menjadi satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Sekarang cucunya, Herodes Agripa I, mengetahui bahwa kaum Yahudi Mesianik di Yerusalem tidak begitu populer di antara populasi Yerusalem, berusaha memuaskan kelompok Yahudi mayoritas dengan menganiaya sekte Yahudi yang masih relatif kecil ini. Hal ini terjadi selama masa perayaan Roti Tidak Beragi (Matzah), yang juga disebut Pesakh (Passover), seperti yang kita lihat dari apa yang disebutkan di dalam ayat 4. Begitu juga, dalam Lukas 22:1, kita melihat Pesakh dan Roti Tidak Beragi dianggap satu dan Perayaan yang sama. Ini persis seperti yang ada di dalam Yudaisme. Kalender Ibrani menyebut setiap hari dari hari-hari Roti Tidak Beragi sebagai hari-hari Pesakh (Passover). Orang Kristen dan bahkan beberapa kelompok Yahudi Mesianik seringkali membuat Pesakh menjadi tiga hari raya yang terpisah (Pesakh, Roti Tidak Beragi, dan Buah Sulung). Buah Sulung (Bikurim) muncul selama pekan Passover, dan dilakukan sehari setelah Shabbat yang terjadi selama pekan Passover. “Setelah Kefa ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah Ibrani ia menghadapkannya ke depan orang banyak.” “Empat regu” adalah satuan penjaga yang terdiri empat prajurit. Ada empat regu yang bergiliran menjaga Kefa, 16 prajurit semuanya. Namun, untuk alasan politis, dan karena menghormati hari raya (Paskah Ibrani), Herodes Agripa I berencana menahan Kefa dalam penjara sampai setelah Paskah Ibrani. Dia tidak ingin menyinggung kelompok agama minoritas dengan mengadili salah satu pemimpin mereka selama pekan Paskah Ibrani, ketika ketegangan politik sedang tinggi. Kefa Dibebaskan dari Penjara “Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Elohim. Pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: ‘Bangunlah segera!’ Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus. Lalu kata malaikat itu
kepadanya: ‘Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sandalmu!’ Iapun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya: ‘Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!’ Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Dan setelah sadar akan dirinya, Kefa berkata: ‘Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yudea.’”5 Kefa (Petrus) mengalami penglihatan yang realistik dalam KPR 10. Ingat tentang selimut yang turun dari langit? Dia berpikir bahwa dia sedang mengalami tipe penglihatan yang sama. Kefa menghadapi situasi genting. Herodes Agripa I telah membunuh Yakub (“James”) saudara Yokhanan (“Yohanes”), yang adalah satu dari Kedua Belas Sh’lichim (Para Rasul). Tuhan sanggup menyelamatkannya, tetapi karena suatu alasan yang tak kita ketahui, Dia tidak melakukannya. Herodes Agripa kemudian menangkap Kefa, dan berharap mendapat dukungan politik dari lembaga agama Yahudi dengan menangkap Sh’lichim Yeshua lainnya. Dia dijaga dengan sangat ketat, sehingga mustahil meloloskan diri, dan tak mungkin juga bagi yang lain untuk menyelamatkannya. Situasi ini benar-benar suram. Sementara di ayat 5, kita melihat murid-murid (talmidim) berdoa tanpa henti untuk Kefa. Herodes berencana untuk mengadili Kefa keesokan hari. Malam itu, Kefa dirantai ke kedua penjaga di kedua sisinya, dan dua penjaga lainnya menjaga pintu. Meski tidak nyaman, Kefa tertidur di antara kedua penjaga itu. Tiba-tiba cahaya menyinari sel penjara itu, dan seorang malaikat Tuhan menepuk Kefa untuk membangunkannya, berkata, “Bangunlah segera!” Para penjaga terus tertidur. Rantai lepas dari tangan Kefa, dan dia mengenakan sandal dan jubahnya, bangun, dan pergi bersama malaikat itu. Karena baru bangun tidur dan belum sadar penuh, dia merasa seperti sedang mendapatkan penglihatan, sampai dia melewati penjagaan pertama dan kedua, dan akhirnya tiba di pintu gerbang besi yang menuju kota. Pada titik ini, barulah dia menyadari bahwa ini kejadian nyata yang benar-benar terjadi, dan kemudian malaikat itu meninggalkan dia. “Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Miriam, ibu Yokhanan yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa. Dan ketika ia mengetuk pintu gerbang, datanglah seorang hamba perempuan bernama Rode untuk mengetahui siapa yang mengetuk itu. Dan ketika dia mengenal suara Kefa, tetapi karena girangnya ia tidak membuka pintu gerbang itu dan segera masuk ke dalam untuk memberitahukan, bahwa Kefa ada di depan pintu gerbang. Kata mereka kepada perempuan itu: ‘Engkau mengigau.’ Akan tetapi ia tetap mengatakan, bahwa benar-benar demikian. Kata mereka: ‘Itu malaikatnya.’ Tetapi Kefa terus-menerus mengetuk dan ketika mereka membuka pintu
5
Kisah 12:5-11.
dan melihat dia, mereka tercengang-cengang. Tetapi Kefa memberi isyarat dengan tangannya, supaya mereka diam, lalu ia menceriterakan bagaimana Tuhan menuntunnya ke luar dari penjara. Katanya: ‘Beritahukanlah hal ini kepada Yakobus dan saudara-saudara kita.’ Lalu ia keluar dan pergi ke tempat lain.” Kisah 12:12-17. Sungguh menakjubkan! Teman-teman Kefa sedang mengadakan pertemuan doa, dan mereka berdoa dengan sungguh-sungguh untuk kebebasannya (12:5). Kemudian Kefa secara supranatural dilepaskan dari penjara dengan pertolongan malaikat. Dia sampai ke rumah Miriam, ibu dari Yokhanan, yang juga disebut Markus. Kefa mengetuk pintu gerbang, di mana pertemuan doa itu sedang berlangsung. Seorang hamba perempuan bernama Rode pergi ke gerbang untuk melihat siapa yang mengetuk. Dia menemukan Kefa di sana! Karena sangat gembira melihat Kefa, dia sampai lupa membuka pintu gerbang. Dia justru kembali ke dalam dan memberitahu semua orang bahwa Kefa (Petrus) ada di gerbang. Mereka berkata kepadanya bahwa dia gila. Dia bersikukuh pada ceritanya bahwa Kefa ada di gerbang. Para murid mengatakan tidak mungkin Kefa ada di sana, dan pastilah itu malaikatnya. Orang Yahudi percaya akan adanya malaikat penjaga, yang juga umum di kalangan orang Kristen. Kemungkinan lainnya adalah mereka berpikir bahwa itu adalah hantunya Kefa, dan dia pasti sudah mati! Mereka sedang berdoa untuk kebebasannya. Para pengajar “Iman” pasti mengatakan bahwa doa semacam ini tidak akan dijawab. Namun, Orang-orang Percaya ini, walaupun sedang mendoakan kebebasannya, tidak percaya bahwa itu sudah terjadi! Ini bukan doa berdasarkan iman, namun ini dijawab – walaupun mereka semua kurang beriman! Sementara itu, Kefa terus mengetuk pintu gerbang. Akhirnya, mereka pergi ke pintu gerbang, dan melihatnya sendiri. Mereka terkejut! Mereka tampaknya sangat gaduh karena terkejut. Kefa mengisyaratkan agar mereka tenang. Dia mungkin cemas suara gaduh itu akan menyadarkan para penguasa bahwa tahanan nomor wahid telah lari dari penjara! Dia menyuruh mereka memberitahu Yakobus bahwa dia sudah keluar dari penjara, dan untuk memberitahu yang lainnya. Ada hal lain yang perlu diperhatikan juga. Mereka melakukan pertemuan ibadah di rumah Miriam. Ini mungkin kebiasaan yang umum di masa itu. Kita juga menemukan Orang Percaya berkumpul di Bait Suci dan sinagoga. Pergerakan mereka masih terbilang baru untuk dapat membangun tempat ibadah sendiri. Namun, mungkin juga, berkumpul di rumah adalah kebiasaan Orang Percaya saat itu. Bahkan sekarang, banyak jemaat Mesianik (termasuk milik kami sendiri) berkumpul di rumah. Ini menghemat banyak uang agar dapat digunakan untuk hal lainnya, seperti diberikan kepada orang yang membutuhkan, kepada pelayanan lainnya, atau bahkan untuk menerbitkan sesuatu yang bisa disebarkan ke seluruh dunia! Tetapi, saya tidak menentang memiliki sebuah tempat untuk ibadah. Bangunan itu dapat menjadi kesaksian bagi komunitas sekitar bahwa ada jemaat Mesianik di tengah-tengah mereka, dengan tempat mereka sendiri. Bahkan ada juga jemaat-jemaat Mesianik yang memiliki sekolah, sehingga gedung yang mereka miliki dapat dimanfaatkan secara optimal. Kefa juga menunjukkan kepedulian terhadap keselamatan kaum Yahudi Mesianik di rumah Miriam. Dia ingin memberi tahu bahwa dia telah keluar dari penjara, tetapi tidak ingin membahayakan keselamatan mereka dengan memasuki rumah itu.
Terakhir, Kefa mengakui Yakub (James – saudara Yeshua) sebagai pemimpin komunitas Yahudi Mesianik di Yerusalem. Kefa mengingatkan mereka agar memberitahu Yakub bahwa dia telah bebas. “Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan Kefa. Herodes Agripa menyuruh mencari Kefa, tetapi ia tidak ditemukan. Lalu Herodes menyuruh memeriksa pengawal-pengawal itu dan membunuh mereka. Kemudian ia berangkat dari Yudea ke Kaisarea dan tinggal di situ.” Kisah 12:18-19. Otoritas Roma sangat keras. Akibat lolosnya Kefa, para penjaga (keempat regu yang bertugas saat itu) akan dihukum mati. Dalam pasal 16, kita menemui situasi serupa di mana Sha’ul (Paulus) dan Silas dipenjara, dan pintu-pintu penjara secara supranatural terbuka. Penjaga yang bertugas saat itu mengambil pedangnya untuk bunuh diri, mengira semua tahanan telah kabur. Sha’ul menghentikan dia, memberi tahu bahwa para tahanan tidak kabur. Penjaga itu lalu berlutut di hadapan Sha’ul dan Silas, dan berkata, “Apakah yang harus kulakukan agar diselamatkan?”6 Pertanyaan itu bukan bermaksud rohani. Dia bertanya bagaimana dia dapat selamat dari hukuman yang mengerikan. Rabi Sha’ul justru menjawab bagaimana dia dan keluarganya dapat diselamatkan dalam arti rohani. “Percayalah kepada Tuhan Yeshua dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” “Herodes sangat marah terhadap orang Tirus dan Sidon. Atas persetujuan bersama mereka pergi menghadap dia. Mereka berhasil membujuk Blastus, pegawai istana raja, ke pihak mereka, lalu mereka memohonkan perdamaian, karena negeri mereka beroleh bahan makanan dari wilayah raja. Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas tahta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: ‘Ini suara tuhan dan bukan suara manusia!’ Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Elohim; ia mati dimakan cacing-cacing. Maka firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang. Barnabas dan Saul kembali dari Yerusalem, setelah mereka menyelesaikan tugas pelayanan mereka. Mereka membawa Yohanes, yang disebut juga Markus.” Ayat-ayat akhir pasal 12 semakin mengungkap kejahatan Herodes Agripa I. Sangat jelas bahwa kekuasaan, kekayaan, atau ketenaran dapat membuat orang merasa dirinya lebih tinggi daripada manusia lain. Mereka merasa tidak terikat dengan hukum dan aturan yang sama dengan kita semua, dan menginginkan hak istimewa. Herodes dipuja bagai tuhan ketika dia muncul di hadapan publik dalam pakaian kebesarannya. Kesombongannya membuat dia menerima pujian itu, sehingga Tuhan memukulnya, dan dia dimakan hidup-hidup oleh cacing dari dalam tubuhnya, dan mengalami kematian yang menyakitkan dan mengerikan. Ini sangat mirip dengan kematian Antiokus Epifanes yang kita dengar kisahnya setiap tahun selama masa Hanukah. Dalam 2 Makabe 9, kita membaca Antiokus Epifanes membuat janji seperti ini:
6
Kisah 16:30
“Yerusalem akan kujadikan pekuburan bagi orang-orang Yahudi, segera setelah aku tiba di sana.” Namun, YHWH menghukumnya dengan penyakit yang tidak tersembuhkan. Baru saja mulutnya selesai mengucap kata-kata itu kesakitan yang luar biasa terasa dalam perutnya, sebuah siksaan dari dalam yang menyakitkan. Bahkan dalam kondisi seperti itu, dalam kesombongannya, dia masih menyemburkan amarah terhadap orang Yahudi. Tiba-tiba, dia terlempar dari kereta kudanya, terjatuh dengan kepala lebih dulu di jalanan. Kemudian kita membaca, “Dengan tanduan ia harus diangkut dan dengan demikian dinyatakannya kekuasaan Tuhan kepada sekalian orang. Halnya bahkan sampai sedemikian jauhnya, sehingga ulat-ulat muncul dari badan orang fasik itu. Selagi hidup daging orang fasik itu sudah jatuh berpenggal-penggal disertai banyak derita dan sengsara, sehingga seluruh tentaranya terganggu oleh bau busuknya. Orang yang sejurus sebelumnya masih menyangka dapat mencapai bintang-bintang di langit, kini tiada seorangpun dapat memikulnya lagi karena hebatnya bau busuk yang tak tertahan itu.” Akhirnya, ketika kematian mendekat, dia mulai berdoa, dan mengakui hak orang Yahudi terhadap Yerusalem. Dia berkata bahwa dia akan menjadi Yahudi dan mengunjungi setiap tempat di mana manusia hidup untuk menyatakan kekuasaan Elohim. Akan tetapi, Tuhan tidak menganggap pertobatannya murni. Ayat penutup dari 2 Makabe 9 berbunyi: “Akan tetapi pembunuh manusia dan penghujat Tuhan itu terus menderita sengsara yang hebat sekali, sebagaimana yang telah ditimpakannya sendiri kepada orang-orang lain. Di negeri asing, di daerah pengunungan, sang raja mengakhiri hidupnya .”7 Satu lagi musuh orang Yahudi kalah telak. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa orang Yahudi tidak akan memiliki musuh. Dia berjanji bahwa Dia akan mengutuk siapa saja yang mengutuki orang Yahudi, dan memberkati siapa saja yang memberkati orang Yahudi.8
7
Seperti dikutip dari The Jerusalem Bible, Doubleday and Co. © 1968. (Ini adalah Alkitab Katolik, jangan tertukar dengan Alkitab Yahudi dengan judul yang sama.) 8
Kejadian 12:3; 26:4; Bilangan 23:8; 24:9; Yesaya 60:12; Yeremia 2:3; Matius 25:40-45.
Tim Misi Yahudi Mesianik yang Pertama Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 13 Di sepanjang kitab Kisah Para Rasul, kita membaca kaum Yahudi Mesianik Abad Pertama dengan sukacita dan sukarela berbagi Kabar Baik tentang Mesias Yeshua, pertama-tama kepada saudarasaudara Ibrani mereka, dan kemudian kepada Bangsa-bangsa. “Penginjilan” yang pertama terjadi selama Perayaan Shavuot (Pentakosta) di Bait Suci di Yerusalem dalam KPR pasal 2. Karena khotbah Shimon Kefa (Simon Petrus), ada 3000 orang Yahudi yang menerima firman itu dan dibaptis. Pada awalnya, seperti dalam KPR 5:20-25, Beit HaMikdash (Bait Suci) mungkin menjadi tempat utama dalam membagikan Kabar Baik. Tidak ada satupun dari 3000 orang Yahudi dalam KPR 2 ini yang “pindah agama” menjadi Kristen. Saat itu, tidak ada yang namanya Kristen. Ber-miriad1 orang Yahudi di Yerusalem, yang percaya kepada Yeshua, “semuanya sangat giat memelihara dan melakukan Torah (Hukum Taurat).”2 Setelah ditangkap karena mengajar tentang Mesias Ibrani, Stefanus menyampaikan uraian tentang sejarah bangsa Israel yang berakhir pada kisah penangkapan dan penyaliban Yeshua. Dalam uraiannya, Stefanus memakai banyak kutipan dari Tanakh (PL) dalam KPR 7. Dalam KPR 8, kita melihat jemaat Yahudi Mesianik dianiaya oleh seorang muda bernama Sha’ul, yang kemudian dikenal sebagai Paulus. Dalam pasal 9, Sha’ul mengalami pertemuan supranatural dengan Yeshua yang sudah bangkit, lalu dia mulai mengajar tentang Yeshua di banyak sinagoga. Sampai saat itu, Injil masih terbatas pada orang Yahudi dan penganut Yudaisme seperti dalam KPR 2:10. Perintah Yeshua dalam Matius 28:19-20 dan Kisah 1:8 jelas mengatakan bahwa Kabar Baik harus sampai kepada Bangsa-bangsa, setelah terlebih dahulu tiba kepada orang Yahudi.3 Tetapi, sampai di sini, tidak ada kaum Yahudi Mesianik yang membagikan Injil kepada orang Bangsa-bangsa. Lagipula, Yeshua adalah Mesias Yahudi! Mungkin mereka berpikir, “Buat apa susah-susah memberitakan Mesias Yahudi kepada Bangsa-bangsa?” Injil juga disampaikan ke orang Etiopia, dalam pasal 8. Sangat jelas bahwa orang Etiopia ini – yang datang untuk beribadah di Bait Suci – juga orang Yahudi. Injil harus menjangkau Yahudi Kulit Hitam di Etiopia sebelum dapat diberitakan kepada Bangsa-bangsa. Hal ini tercapai ketika Filipus menjelaskan Yesaya 53 kepada orang Etiopia ini, yang kemudian membawa Kabar Baik ini kepada kaumnya (umumnya disebut “Yahudi Falasha”) di Etiopia. Pada pasal 10, kita membaca kisah Shimon Kefa pergi ke Kaisarea untuk membagikan Injil kepada Kornelius, seorang Bangsa-bangsa. Diperlukan penglihatan supranatural untuk mendorong Shimon Kefa untuk melakukannya. Dan, inilah “pemecah kebekuan,” dan sejak saat itu, lebih banyak kaum Yahudi Mesianik bersedia memberitakan Kabar Baik kepada Bangsa-bangsa. 1
Myriad (bahasa Yunani), artinya “puluhan ribu.”
2
Kisah 21:20.
3
Lihat juga Roma 1:16.
Dalam KPR 11, penganiayaan yang dilakukan orang Yahudi non-Mesianik terhadap kaum Yahudi Mesianik membuat kehilah (jemaat) Yahudi Mesianik di Yerusalem terpencar ke beberapa tempat seperti Fenisia (yang sekarang adalah Lebanon Utara), Siprus (pulau besar Mediterania di sebelah Barat Laut Israel), dan ke Antiokia (sebuah kota yang sekarang terletak di Barat Laut Siria). Para pengungsi Yahudi Mesianik ini memberitakan Injil kepada orang Bangsa-bangsa yang memberi tempat perlindungan bagi mereka. Di Antiokia, mereka sangat berhasil: “Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.”4 Yang pertama disebut Kristen adalah orang percaya Bangsa-bangsa di Antiokia ini.5 Kisah Para Rasul 13 Dalam pasal 13, kita mendapati tim misi Yahudi Mesianik yang pertama pergi ke berbagai komunitas di Galut.6 (Perjalanan misi sebelumnya – seperti di pasal 8 – hanya kepada orang Yahudi yang tinggal atau sedang berkunjung di Israel.) Masa kini, kebanyakan orang Yahudi cenderung tidak menyukai orang yang berusaha menginjili komunitas Yahudi. Ada alasan yang historis dan masuk akal untuk hal ini. Beberapa abad belakangan, kebanyakan orang Yahudi yang percaya kepada “Yesus” meninggalkan Yudaisme. Mereka “dulunya” Yahudi, kemudian “menjadi” Kristen. Barulah, pada awal Abad Kedua Puluh, ada kebangkitan Yahudi Mesianik, seperti yang dulu dipraktekkan di Abad Pertama. Selama berabad-abad, Orang Yahudi mengalami penurunan jumlah akibat pemaksaan pindah agama dan pogrom (penindasan terhadap ras Yahudi di Eropa), dan puncaknya adalah Holocaust, di mana 6 juta orang Yahudi dibunuh secara sistematis, dan banyak yang dilukai secara mental, emosional, dan fisik. Juga, Yudaisme masa kini tidak mendukung pencarian penganut dari kalangan Bangsa-bangsa. Pola pikir mereka ialah agama Yahudi tidak mencari penganut! Namun, di masa lalu, orang Yahudi menjaring penganut dari Bangsa-bangsa. Kita baca dalam Keluaran 12:38, “Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka; lagi sangat banyak ternak kambing domba dan lembu sapi.” Ini adalah saat orang Israel keluar dari tanah Mesir. Orang “dari berbagai-bagai bangsa” adalah orang Bangsabangsa yang menempelkan diri kepada Israel sebagai penganut Yudaisme. Tampaknya mereka bergabung ke dalam berbagai suku Israel. Kita mengetahui ini karena ketika bangsa Israel tiba di Tanah Perjanjian, tanah itu dibagi untuk dua belas suku Israel; tidak ada wilayah yang diperuntukkan bagi “suku dari berbagai-bagai bangsa.” Di saat bangsa Israel tiba di Tanah Perjanjian (Israel), mereka telah menjadi satu dengan Israel. Kemudian, kita membaca di dalam Ester 8:17b: “Dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.” Mereka menjadi penganut Yudaisme karena takut, bukan motivasi yang baik. Namun, ingatlah juga abad-abad di mana orang Yahudi dipaksa menjadi “Kristen” oleh gereja yang jelas sesat dengan Yesus palsu. Selama masa Yeshua, banyak orang Yahudi secara aktif mencari penganut dari orang Bangsa-bangsa. Kita membaca firman Yeshua di dalam Matius 23:15: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orangorang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.” 4
Kisah 11:21 Kisah 11:26 6 “Diaspora,” wilayah di luar Israel. 5
Tetapi, pada masa penjajahan Yunani dan Roma, menjaring penganut dari kalangan Bangsa-bangsa dapat mendatangkan bahaya. Hampir semua orang Yunani dan Roma tidak suka terhadap konversi semacam itu. Dan akhirnya, Gereja Katolik Roma menetapkan hukuman mati untuk perpindahan ke agama Yahudi, bagi rabi yang melakukan konversi dan orang yang pindah agama. Akibatnya, orang Yahudi menjadi enggan untuk mencari penganut dari kalangan Bangsa-bangsa. “Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Sha’ul.”7 Tampaknya, jemaat orang percaya di Antiokia mengalami kemajuan yang cukup pesat sejak pertama kali mendengar Kabar Baik dalam KPR 11. Mereka memiliki nabi-nabi dan pengajar-pengajar. Saya percaya peran nabi menjadi lebih penting di Abad Pertama, yaitu sebelum ada penemuan mesin cetak. Nubuat adalah karunia khusus untuk pewahyuan, seperti yang dialami oleh para nabi penulis Tanakh (PL). Perjanjian yang Diperbaharui belum ditulis dan disusun. Kisah di pasal 13 terjadi sekitar tahun 44 M, beberapa tahun sebelum Injil Matius ditulis (sekitar tahun 50 M). Pada masa kini, cara utama untuk Tuhan berbicara kepada kita adalah melalui Firman Tertulis. Tetapi, di Abad Pertama, teks utama ialah Torah, Ketuvim dan Nevi’im.8 Perjanjian yang Diperbaharui yang berisi tulisan tentang pelayanan Yeshua di Bumi belum ada. Karena itu, adalah sebuah bantuan besar jika memiliki orang-orang dengan karunia nubuat dalam jemaat, bagi mereka yang membutuhkan firman langsung dari YHWH. Selain itu, ada para pengajar di Antiokia. Para pengajar sangat penting di Abad Pertama, dan tetap penting di masa kini. Di Abad Pertama, akses kepada Tanakh (PL) masih sangat terbatas. Gulungan Torah ditulis di atas kulit binatang yang kosher, dan ditulis tangan oleh ahli tulis kitab suci yang secara hati-hati menyalin Torah ke dalam gulungan baru. Mereka memakai gulungan salinan yang baik untuk dipakai sebagai “master” dari salinan baru. Mereka memakai prosedur yang rumit untuk cek dan ricek, salah satunya menghitung huruf dan kata dari setiap baris untuk memastikan bahwa gulungan baru adalah salinan yang tepat dari gulungan lama. Prosedurnya sangat baik! Ketika Dead Sea Scroll ditemukan pada tahun 1947 dan 1948, didapati bahwa gulungan-gulungan yang berumur kurang lebih 2000 tahun itu hampir sama persis dengan gulungan yang digunakan di Abad 20. Ketelitian yang sangat tinggi, harga kulit hewan dan keahlian penulis kitab, menjadikan harga sebuah gulungan Torah sangat mahal. Gulungan Torah hanya dapat ditemukan di sinagoga atau rumah orang kaya. Dan seperti yang saya sebutkan sebelumnya, Perjanjian yang Diperbaharui belum ditulis! Karena itu, memiliki pengajar yang baik di Abad Pertama bahkan lebih penting daripada saat ini. Mari kita perhatikan identitas para nabi dan pengajar jemaat Antiokia dalam KPR 13:1. Barnabas adalah orang yang dikirim ke Antiokia dalam KPR 11:22. Dia tinggal untuk menguatkan dan memperlengkapi jemaat Orang Percaya ini. Kemudian ada “Simeon (Shi’mon) yang juga disebut Niger.” Simeon (Shi’mon) adalah nama Ibrani, menunjukkan bahwa dia orang Yahudi. Istilah “Niger” adalah bahasa Latin untuk “orang kulit hitam,” mungkin menunjukkan bahwa dia berkulit gelap, atau mungkin kategori rasial. 7
Kisah 13:1
8
Torah, Kitab Tulisan, dan Kitab Para Nabi, tiga bagian dari Kitab Suci yang membentuk Tanakh (PL).
Kita tahu ada orang Yahudi Kulit Hitam yang datang beribadah di Yerusalem, seperti orang Etiopia di pasal 8. Mungkin beberapa dari Yahudi Kulit Hitam itu ada yang tinggal terus di Israel, atau, seperti dalam kasus ini, pergi untuk tinggal di daerah lain seperti Simeon, yang tinggal di Antiokia. Kemudian, ada Lukius (Lucius) dari Kirene. Lukius adalah nama Latin. Kirene adalah ibukota dari Libya. Meskipun bepergian di Abad Pertama sangat sulit, kita menemukan bahwa orang-orang melakukan perjalanan dengan jarak yang cukup jauh. Terakhir, adalah Menahem (ditulis Manaem dalam terjemahan Alkitab lainnya.) Menahem adalah orang Yahudi, adik angkat dari Herodes Antipas, anak “Herodes Agung.” Karena itu, Menahem dibesarkan dalam kehidupan yang penuh kekayaan dan hak istimewa. Dia pasti juga belajar tentang kekuasaan dan otoritas, karena tinggal di rumah Herodes, yang disebut sebagai “Raja Orang Yahudi” oleh Senat Roma. Setelah kematian Herodes “Agung,”9 anaknya, Herodes Antipas memerintah di tempat yang sekarang adalah wilayah utara Israel. S’mikhah (Pentahbisan/Peresmian) “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Sha’ul bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’ Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.”10 Sangat jelas bahwa para murid ini adalah orang percaya yang sungguhsungguh. Mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa. Pada saat itu, Ruakh HaKodesh (Roh Kudus) berkata, “Khususkanlah Barnabas dan Sha’ul bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Saya ragu apakah Ruakh HaKodesh berbicara dengan suara yang langsung terdengar. Roh Kudus berbicara melalui para nabi yang disebutkan di ayat 1. Kemudian para talmidim menumpangkan tangan mereka ke atas Barnabas dan Sha’ul, mentahbiskan mereka bagi pekerjaan itu. Satu hal yang perlu dipahami, Roh Kudus bukanlah suatu kuasa tanpa kepribadian (impersonal force), seperti yang dikatakan beberapa orang. Roh Kudus memiliki karakteristik personal. Di ayat ini, kita menemukan bahwa Roh Kudus “berbicara.” Efesus 4:30 memberitahukan kepada kita bahwa Roh Kudus dapat merasa sedih. Saya percaya akan keilahian Roh Kudus. Tetapi, saya tidak sependapat dengan orang Kristen untuk satu hal: Berdoa/menyembah kepada Roh Kudus. Tidak ada seorangpun dalam Kitab Suci yang melakukan itu. Saya sarankan agar kita tidak melakukan hal-hal yang tidak Alkitabiah. “Penumpangan tangan” pertama kali dijelaskan di dalam Bilangan 27:18-23, ketika Musa menumpangkan tangan ke atas Yosua, mentahbiskan dia sebagai penerusnya. Penumpangan tangan masih dilakukan sampai sekarang di dalam Yudaisme untuk s’mikhah (pentahbisan/peresmian). “Para orang bijak memberi gelar Rabi atau Rav kepada para muridnya, sehingga mereka diizinkan untuk membuat keputusan dalam hal hukum sipil dan agama (halakhah)… sang guru, di hadapan dua orang guru lainnya, mentransfer otoritasnya kepada murid yang akan menjadi guru di kemudian hari dengan menaruh tangannya di atas muridnya. Prinsip yang berlaku adalah ‘semua yang ditahbiskan dapat mentahbiskan.’”11 Di zaman modern, pentahbisan rabi hanya dilakukan di seminari rabinik dalam komunitas Yahudi. 9
Herodes “Agung” adalah pembantai yang bertanggung jawab atas kematian bayi dan balita laki-laki di Betlehem (Matius 2:16-17), dan bahkan beberapa saudaranya sendiri. 10 Kisah 13:2-3. 11 Dikutip dari Encyclopedia of Jewish Concepts, Philip Birnbaum, Hebrew Publishing Co., NY ©1979, halaman 440.
“Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Sha’ul pergi turun ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Elohim di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi. Dan Yokhanan (Yohanes) menyertai mereka sebagai pembantu mereka.”12 Ini adalah yang pertama dari empat perjalanan penginjilan Sha’ul. Perjalanan lainnya disebutkan di dalam KPR 15:40 sampai 18:22; 18:23 sampai 21:15 dan 27:1 sampai 28:16. Sekali lagi, kita melihat Ruakh HaKodesh memiliki karakteristik personal. Adalah Roh Kudus yang mengutus Sha’ul dan Barnabas ke dalam misi ini. KPR 13:4 memberitahukan kepada kita bahwa mereka “pergi turun” ke Seleukia. Dalam pemikiran Ibrani, pergi ke Israel (khususnya ke Yerusalem) dianggap melakukan aliyah, artinya, “naik ke atas.” Ini tidak berhubungan dengan ketinggian geografis (altitude). Jika seorang Yahudi pindah dari kota pegunungan seperti Denver, Colorado atau Bogota, Kolombia, ke pantai Yam HamMelah,13 secara geografis dia pindah ke tempat yang lebih rendah, karena Denver dan Bogota 1 mil lebih tinggi dari permukaan laut, sedangkan Laut Mati (Yam HamMelah) adalah tempat paling rendah di bumi, sekitar 1300 kaki di bawah permukaan laut. Namun, secara Ibrani, perpindahan semacam itu disebut “aliyah,” naik ke Israel. Ketika meninggalkan Israel, dianggap “turun ke bawah.” Orang Israel yang beremigrasi dari Israel ke negara lain disebut yordim, artinya, “mereka yang turun ke bawah.” Ini adalah istilah yang menghina, sama sekali tidak disukai oleh emigran dari Israel. Seleukia adalah kota pelabuhan di Antiokia di sebelah Barat Laut Siria, jadi dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa mereka benar-benar “turun ke bawah,” meski setiap kali seorang Yahudi meninggalkan Israel dianggap “turun ke bawah.” Kemudian, dari kota pelabuhan ini, mereka pergi ke Siprus, sebuah pulau besar di Barat Daya Israel, yang pada saat itu ditinggali oleh komunitas Yahudi yang cukup besar. Faktanya, kemanapun Sha’ul pergi, dia selalu menemui komunitas Yahudi. Bahkan di Abad Pertama, lebih banyak orang Yahudi tinggal di luar Israel daripada di dalam Israel, dan tetap demikian hingga hari ini.14 Siprus di Abad Pertama adalah pulau semi-tropis yang sangat indah, bahkan sampai hari ini. Tetapi, Sha’ul dan Barnabas memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan ketimbang menikmati keindahan pantai. Mereka pergi ke Salamis, sebelah timur Siprus, di mana terdapat banyak sinagoga, jadi sangat jelas terdapat komunitas Yahudi yang cukup besar. Mereka memberitakan firman Tuhan kepada orangorang Yahudi di sinagoga-sinagoga ini. Inilah ide dalam Kitab Suci. Dalam Roma 1:16, Rabi Sha’ul berkata, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Elohim yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Pola ini berlanjut di seluruh Kisah Para Rasul. Kemanapun Rabi Sha’ul pergi, dia membagikan Kabar Baik pertama-tama kepada orang Yahudi, dan kemudian kepada orang Bangsa-bangsa.
12
Kisah 13:4-5. Artinya, “Laut Garam,” tetapi dalam bahasa Inggris sekarang disebut Dead Sea atau Laut Mati. 14 Ini dapat berubah. Populasi orang Yahudi di Israel sekarang meningkat, sedangkan populasi orang Yahudi di luar Israel berkurang karena rendahnya angka kelahiran dan kawin campur. Sekarang lebih banyak orang Yahudi di Israel daripada di Amerika Serikat. Namun, masih lebih banyak orang Yahudi di Galut (“Pembuangan” atau Diaspora) daripada di dalam Israel. 13
Pada masa itu, relatif lebih mudah untuk membagikan Kabar Baik tentang Yeshua di sinagoga. Dulu, ada tradisi di sinagoga untuk mempersilakan tamu menyampaikan “D’var Torah,” yaitu, memberi pengajaran atau telaah pada parasha (bagian Torah atau Haftarah yang dibaca pada pekan itu). Terlebih lagi, jika tamu yang datang tampaknya adalah seorang rabi dan orang terpelajar. Juga, kabar tentang Yeshua masih merupakan pesan Ibrani pada masa itu. Rabi Sha’ul tidak datang ke sinagoga agar orangorang Yahudi ini konversi ke agama lain. Seorang Yahudi tidak perlu menjadi Kristen untuk percaya kepada Mesiasnya sendiri. Sekarang, tradisi mempersilakan tamu menyampaikan pengajaran di sinagoga sudah tidak dilakukan lagi. Saya menduga ini untuk mencegah “penginjilan” di dalam sinagoga, berdasarkan pengalaman yang didapat dari Yahudi Mesianik yang berkunjung ke sinagoga-sinagoga di Abad Pertama. Mereka juga bersama Yokhanan (Yohanes) sebagai penolong mereka. Para penelaah Alkitab sepakat bahwa ini adalah Yohanes Markus, yang menulis Injil Markus. Menurut Kolose 4:10, Yohanes Markus adalah sepupu Barnabas. “Mereka mengelilingi seluruh pulau itu sampai ke Pafos. Di situ mereka bertemu dengan seorang Yahudi bernama Bar-Yesus. Ia seorang tukang sihir dan nabi palsu. Ia adalah kawan gubernur pulau itu, Sergius Paulus, yang adalah orang cerdas. Gubernur itu memanggil Barnabas dan Saulus, karena ia ingin mendengar firman Elohim. Tetapi Elimas--demikianlah namanya dalam bahasa Yunani--,tukang sihir itu, menghalang-halangi mereka dan berusaha membelokkan gubernur itu dari imannya.”15 Setelah memberitakan tentang Mesias di dalam sinagoga-sinagoga di kota Seleukia, Sha’ul dan Barnabas pergi ke Pafos, sebuah kota sekitar 100 mil di sebelah barat Seleukia, di ujung barat pulau Siprus. Pafos adalah markas besar kekuasaan Roma untuk wilayah di luar Italia, yang pada saat itu terbentang di hampir seluruh garis pantai Laut Mediterania, dan terus sampai ke dalam Eropa. Oleh karena itu, Pafos adalah kota yang sangat penting di Abad Pertama. Perjumpaan dengan Penyihir Yahudi Sebuah peperangan rohani yang nyata terjadi di Pafos. Dunia okultisme tumbuh subur selama Abad Pertama Masehi, dan menjadi sangat aktif di Zaman Akhir ini. Dalam ayat ini, kita menemukan seorang penyihir Yahudi bernama Bar-Yesus (tepatnya, “Bar-Yeshua”), juga disebut Elimas, sebuah ungkapan Semitik yang berarti “penyihir” atau “orang pintar.” Dia juga seorang nabi palsu. Jangan kaget! Mereka yang bermain-main dengan okultisme pasti melawan Injil. Anda mungkin terkejut membaca ada seorang penyihir Yahudi. Mungkin Anda pikir orang ini hanya belajar trik-trik sulap, bukan sihir betulan. Namun, Moshe memperingatkan kita tentang okultisme di dalam Ulangan 18:10-14. Sejak dulu, ada orang Yahudi yang terlibat dalam berbagai agama pagan, bahkan hingga hari ini. Ada juga orang Yahudi (dan bahkan orang Bangsa-bangsa seperti Madonna!) yang bermain-main dengan Kabala – mistik/klenik Yahudi – yang sangat dipengaruhi Hindu dan okultisme. Jadi tidak terlalu mengagetkan bagi saya menemukan seorang penyihir menentang Injil. Roh di dalam si penyihir tidak suka dengan Roh yang tinggal di dalam Sha’ul dan Barnabas. Kemudian kita membaca, Sha’ul, (yang juga dipanggil Paulus), dipenuhi oleh Roh Kudus, menatap matanya, dan berkata: "Hai anak Iblis, engkau penuh dengan ruparupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu? Sekarang, lihatlah, tangan Tuhan datang menimpa engkau, dan engkau menjadi buta, beberapa hari lamanya engkau tidak dapat melihat matahari." Dan seketika itu juga orang itu merasa diliputi kabut dan gelap, dan sambil meraba-raba ia harus mencari orang untuk menuntun dia. 15
Kisah 13:6-8.
Melihat apa yang telah terjadi itu, percayalah gubernur itu; ia takjub oleh ajaran Tuhan. Lalu Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia; tetapi Yohanes (yaitu Yohanes Markus) meninggalkan mereka lalu kembali ke Yerusalem.”16 Di ayat 9, kita membaca, “Sha’ul, (juga disebut Paulus).” Di Abad Pertama, dan bahkan sampai sekarang, sangat umum bagi orang Yahudi untuk memiliki 2 nama, yaitu nama Yahudi dan nama “Bangsa-bangsa.” Ketika seorang Yahudi di dalam sinagoga diminta untuk membacakan Torah atau mengucapkan b’rachot (berkat), dia dipanggil dengan nama Ibrani. Tetapi, di Galut (Diaspora), hampir semua orang mengenal individu ini dengan nama Bangsa-bangsa. Ketika Sha’ul meninggalkan Israel, dia biasa dipanggil “Paulus.” Tetapi, di dalam sinagoga, dia akan dipanggil dengan nama Ibraninya, Sha’ul. Contoh lain adalah “Hadassah, yaitu, Esther (Esther 2:7)” dan “Yokhanan yang juga dipanggil Markus (Kisah 12:12).” Kemudian di ayat yang sama, kita membaca bahwa Sha’ul “dipenuhi oleh Roh Kudus.” Ketika melawan kekuatan setan, kita tidak menggunakan senjata duniawi. Dalam Efesus 6:12-13, Rabi Sha’ul berkata, “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintahpemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Elohim, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.” Penyihir ini dikalahkan oleh senjata rohani. Sangatlah menarik bahwa kebutaan rohaninya bertransformasi menjadi kebutaan fisik untuk sementara. Kurang lebih sama dengan yang terjadi pada Sha’ul, ketika peristiwa di jalan menuju Damaskus menyebabkan dia buta sementara (KPR 9). Fakta bahwa penyihir ini dikalahkan oleh senjata rohani membuktikan bahwa dia benar-benar seorang penyihir, bukan seorang penipu yang memainkan trik sulap. Gubernur di Pafos terpana dengan apa yang dia lihat, dan akhirnya menjadi percaya kepada Kabar Baik. Saya sangat setuju dengan manifestasi asli dari kuasa Roh Kudus. Sayangnya, banyak yang kita lihat di hari-hari ini adalah “tanda dan mujizat palsu,” yang beberapa di antaranya mungkin okultisme, dan yang lainnya merupakan perbuatan daging. Tetapi, adanya karunia palsu membuktikan bahwa ada karunia yang asli. Tuhan kita memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada semua kekuatan setan dan penghulu-penghulunya. Saya sangat rindu melihat manifestasi asli dari kekuatan Roh Kudus terjadi di tengah kita.
16
Kisah 13:9-13.
Iman Mesianik Terus Berkembang! Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 14 “Dan terjadilah di Ikonium, dengan cara yang sama mereka (Sha’ul dan Barnabas) masuk ke sinagoga orang-orang Yahudi, dan berbicara sedemikian rupa sehingga sejumlah besar orang menjadi percaya, baik orang Yahudi maupun Yunani. Namun orang-orang Yahudi yang tidak percaya mengacaukan dan meracuni jiwa-jiwa bangsa-bangsa lain menentang saudara-saudara itu.”1 (Dikutip dari Alkitab ILT) Ayat pembukaan pasal 14 menerangkan kelanjutan dan perkembangan misi Yahudi Mesianik bagi orang Yahudi dan Bangsa-bangsa di Abad Pertama. Dalam KPR 9-11, kaum Yahudi Mesianik menjadi sadar bahwa Mesias bukan untuk orang Yahudi saja. Yudaisme Mesianik juga untuk Bangsa-bangsa! Saya sengaja menyebutnya “Yudaisme Mesianik,” karena pada saat itu di Abad Pertama, sekitar tahun 52 CE,2 belum ada agama terpisah bernama “Kekristenan.” Pada saat itu, orang Bangsa-bangsa yang percaya Yeshua bahkan tidak pernah bermimpi menyelenggarakan perayaan pagan/berhala, contohnya Easter,3 atau menukar Shabbat Alkitabiah dengan Minggu, yang adalah hari penyembahan Dewa Matahari. Dalam ayat yang dikutip di atas, kita melihat Rabi Sha’ul (Paulus) dan Barnabas pergi ke sinagoga orang Yahudi di Ikonium. Lokasi Ikonium masa kini adalah Turki sebelah Barat Daya. Mereka mengajar dalam sinagoga ini. Di Abad Pertama, ada kebiasaan untuk mempersilakan tamu orang Yahudi menyampaikan D’var Torah.4 Tanpa ragu, mereka menggunakan kesempatan ini untuk membagikan Kabar Baik tentang Mesias Yeshua. Sebagai hasil dari pengajaran mereka, “sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya.” Banyak orang Yahudi dan juga Bangsa-bangsa menjadi percaya kepada Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat mereka. Sinagoga adalah tempat orang-orang Yahudi beribadah. Dan juga tempat di mana orang Bangsa-bangsa datang untuk belajar tentang Elohim, seperti yang kita dapat lihat di KPR 13:43; 17:4,17; dan 18:4. Ini sangat penting! Banyak orang Kristen membaca hasil putusan Konsili di Yerusalem: “Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Elohim, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.”5 Itu adalah daftar larangan yang sangat pendek! Bahkan tidak memasukkan larangan mencuri, atau harus menghormati orang tua, atau hal lainnya. Sayangnya, banyak orang hanya membaca sampai ayat 20. Sedangkan, di ayat 21, kita membaca, “Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat.” Diasumsikan bahwa orang Bangsa-bangsa ini akan terus datang ke sinagoga, dan sambil terus menerus belajar, mereka akan lebih banyak memasukkan Torah dalam kehidupan mereka.
1
Kisah 14:1-2. “Common Era,” setara dengan “Masehi.” 3 Ini adalah versi Inggris dari Ishtar, nama dewi kesuburan Babilonia. 4 “Firman dari Torah” – berupa pengajaran singkat dari bagian Torah atau Haftarah yang dibacakan pada pekan itu. 5 Kisah 15:19-20. 2
Tetapi, tidak semua orang merasa senang melihat orang Yahudi dan Bangsa-bangsa ini percaya kepada Yeshua. Kita membaca bahwa “orang Yahudi yang tidak percaya mengacaukan dan meracuni jiwa-jiwa bangsa-bangsa lain menentang saudara-saudara itu.” Dengan kata lain, terjadi koalisi orang Yahudi dan Bangsa-bangsa melawan pengajaran yang diberikan oleh Sha’ul dan Barnabas. “Karenanya, Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.”6 Kita melihat Sha’ul dan Barnabas menyampaikan firman diikuti oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Tujuan utama mujizat adalah untuk mengkonfirmasi kebenaran dari berita yang disampaikan, dan menunjukkan persetujuan dari Elohim. Juga, di Markus 16:20, kita membaca, “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan Firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” Mundur sekitar 1500 tahun sebelumnya, kita melihat sebuah pola yang sama dalam peristiwa Sepuluh Tulah di Mitzrayim (Mesir). Sebagai contoh, dalam Keluaran 8:5, kita membaca: “Katakanlah kepada Harun: ‘Ulurkanlah tanganmu dengan tongkatmu ke atas sungai, ke atas selokan dan ke atas kolam, dan buatlah katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir.’” Kemudian kita melihat ketaatan, Keluaran 8:6a: “Lalu Harun mengulurkan tangannya ke atas segala air di Mesir.” Kemudian kita mendapatkan mujizat di kelanjutan ayat tersebut: “Maka bermunculanlah katak-katak, lalu menutupi tanah Mesir.” Terlihatkah polanya? Firman, ketaatan pada Firman, kemudian tanda dan mujizat mengikuti. Terlalu banyak orang hanya menginginkan mujizat, dan melewatkan ketaatan pada Firman. Mereka bisa saja mendapat tanda dan mujizat, tapi mungkin bukan dari Tuhan. “Tetapi orang banyak di kota itu terbelah menjadi dua: ada yang memihak kepada orang Yahudi (yang tidak percaya), ada pula yang memihak kepada kedua rasul itu.”7 Tampaknya Sha’ul dan Barnabas cukup membuat heboh. Pengajaran mereka sampai keluar tembok sinagoga, hingga ke seluruh kota! Menarik untuk dicatat bahwa Sha’ul (Paulus) dan Barnabas disebut “rasul (apostles)” di hampir semua terjemahan bahasa Inggris. Complete Jewish Bible (CJB) menggunakan istilah “emissaries (utusan),” yang mirip dengan arti kata sh’lichim. Dalam bentuk tunggal, seorang shaliach adalah orang Israel yang melayani di Galut (Diaspora) sebagai seorang utusan yang mendorong orang Yahudi untuk melakukan aliyah.8 Dalam kasus ini, Sha’ul dan Barnabas merupakan utusan, yang berusaha membawa pengetahuan tentang Yeshua kepada mereka yang tinggal di luar wilayah Israel. “Maka mulailah orang Bangsa-bangsa dan orang-orang Yahudi (yang tidak percaya) bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin mereka menimbulkan suatu gerakan untuk menyiksa dan melempari kedua rasul itu dengan batu. Setelah rasul-rasul itu mengetahuinya, menyingkirlah mereka ke kota-kota di Likaonia, yaitu Listra dan Derbe dan daerah sekitarnya. Di situ mereka memberitakan Injil.”9 Para pengajar “Iman” mungkin menganggap mereka memiliki iman yang kecil ketika mereka pergi dari kota itu. Namun, Amsal 22:3 mengatakan kepada kita, “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia.” Dalam kasus ini, situasi tak bersahabat di Ikonium memimpin Sha’ul dan Barnabas untuk pergi mengabarkan Injil di kota-kota lain yang belum pernah terjangkau. 6
Kisah 14:3. Kisah 14:4. 8 Secara literal, “naik ke atas,” tetapi juga digunakan sebagai istilah untuk pindah ke Israel. 9 Kisah 14:5-7. 7
“Para dewa telah turun mendatangi kita” “Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan. Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus (Sha’ul) berbicara. Dan Paulus (Sha’ul) menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan. Lalu kata Paulus (Sha’ul) dengan suara nyaring: ‘Berdirilah tegak di atas kakimu!’ Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari.”10 Ini mirip dengan mujizat Shimon Kefa (Petrus) dan Yokhanan di KPR 3. Mereka juga melihat seorang lumpuh sejak dari kandungan ibunya. Kemudian di ayat 6, Shimon Kefa menjawab, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yeshua Mesias, orang Nazaret itu, berjalanlah!” Baik di pasal 3 maupun 14, kita melihat hasil yang sama. Ini adalah mujizat yang mengagumkan. Seseorang yang tidak pernah berjalan akan mengalami penciutan otot kaki! Ketika saya masih bayi, membutuhkan waktu hampir satu tahun untuk belajar bagaimana caranya berjalan! Dan di sini kita menemukan kedua pria ini langsung meloncat dan berjalan! Mujizat semacam ini biasanya menarik perhatian, dan demikian juga kedua kasus ini! Namun, dalam KPR 3, para saksinya adalah orang-orang Yahudi. Dalam pasal 14, yang menyaksikan adalah para penyembah berhala, jadi reaksinya sangat berbeda: “Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: ‘Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.’ Barnabas mereka sebut Jupiter (Zeus) dan Paulus mereka sebut Merkurius (Hermes), karena ia yang berbicara. Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada para sh’lichim (rasul-rasul) itu. Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: ‘Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Elohim yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dalam zaman yang lampau Elohim membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.’ Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan korban kepada mereka.” Ada sebuah kuil Dewa Jupiter (atau Zeus, dalam mitologi Yunani) di Likaonia, yang adalah dewa pelindung Likaonia. Orang-orang ini melihat sebuah mujizat telah terjadi. Namun, mereka tidak memiliki pengetahuan tentang YHWH – tuhan Israel. Karenanya, mereka menghubungkan mujizat itu dengan dewa mereka. Mereka menganggap Barnabas adalah Zeus, jadi mungkin Barnabas adalah seorang berperawakan besar. Sha’ul dianggap sebagai Merkurius (atau Hermes , dalam mitologi Yunani). Hermes adalah penyampai pesan para dewa. Sha’ul tampil sebagai pembicara, jadi sangat logis bagi para pagan ini untuk berasumsi demikian.
10
Kisah 14:8-10.
Orang lain mungkin akan tersanjung karena dianggap dewa. Namun, Sha’ul dan Barnabas sangat ketakutan! Mereka mengoyakkan pakaian mereka, yaitu cara orang Yahudi mengekspresikan kesedihan mendalam, seperti di Kejadian 37:29-34, di mana Yakub mengoyakkan pakaiannya, mengira bahwa Yusuf telah dibunuh hewan buas.11 Dengan susah payah Sha’ul dan Barnabas akhirnya dapat mencegah orang-orang itu membuat persembahan bagi mereka. Mereka akhirnya dapat menyakinkan orang banyak itu bahwa – meski terjadi mujizat – mereka hanyalah manusia biasa. Mereka harus mulai dari awal, dan mengenalkan mereka kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan segala isinya. Mereka sedang menjelaskan tentang Yeshua kepada orang banyak itu ketika tiba-tiba diinterupsi: “Tetapi datanglah beberapa orang Yahudi dari Antiokia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Sha’ul dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. Akan tetapi ketika talmidim (murid-murid) itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersamasama dengan Barnabas ke Derbe. Sha’ul dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokia. Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Elohim, kita harus mengalami banyak sengsara.”12 Metode eksekusi untuk penghujat adalah dilempari batu sampai mati. Beberapa orang Yahudi yang tidak percaya menghasut orang-orang Likaonia bahwa Rabi Sha’ul dan Barnabas bukan orang baik, meski nyatanya mereka baru saja mendoakan dan menyembuhkan seorang pria yang lumpuh sejak lahir, dan baru beberapa menit sebelumnya orang Likaonia ingin mempersembahkan korban kepada Sha’ul dan Barnabas! Orang-orang Yahudi ini kemudian merajam Sha’ul, dan menyeretnya keluar kota. Tetapi, ketika murid-murid mengelilingi tubuhnya, dia berdiri di atas kakinya. Dia pergi bersama Barnabas untuk berkhotbah di Derbe, kemudian ke Listra lagi, dan kemudian kembali ke Ikonium, dan akhirnya sampai di Antiokia.13 Sepertinya Sha’ul mengalami pengalaman hampir mati, atau mungkin pengalaman melihat kehidupan setelah kematian. Dia membicarakan pengalaman ini dalam 2 Korintus 12:2-7: “Aku tahu tentang seseorang di dalam Mesias; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Elohim yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Elohim yang mengetahuinya-- ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
11
Dalam upacara pemakaman Yahudi masa kini, kadang dibagikan pita untuk dikoyakkan dan kemudian disematkan ke baju yang sedang dipakai. 12 Kisah 14:19-22. 13 Ada dua kota bernama Antiokia. Yang disebut di Kisah 11 adalah di Barat Daya Siria. Antiokia yang disebut dalam Kisah 14:22 ini terletak di sebelah barat Turki masa kini.
Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Satan untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.” Kemungkinan Sha’ul mendapat pengalaman “di luar tubuh” ketika hampir mati dirajam. Roh Sha’ul diangkat ke langit ketiga (disebut Firdaus, atau Gan Eden – Taman Eden14 dalam tradisi Yudaisme). Di sana dia melihat, mendengar, dan mengalami hal-hal yang tidak tergambarkan dengan kata-kata manusia. Pengalaman itu dapat menyebabkan ia meninggikan diri karena merasa lebih istimewa daripada manusia lain. Karenanya, Tuhan memberi kepadanya “duri di dalam daging” untuk menjaganya tetap rendah hati, suatu kelemahan tubuh yang tak diceritakan. Apapun yang terjadi kepada Paulus (oops! Maksud saya Sha’ul!), dia menjadi semakin berani untuk memberitakan Kabar Baik di Derbe, Listra, dan sekali lagi Ikonium, dan akhirnya di Antiokia, meski pernah hampir mati dirajam, dan terus dibayangi bahaya karena mengabarkan Kabar Baik tentang Mesias Yeshua. Dia juga memberi peringatan kepada setiap calon orang percaya, dan juga mereka yang sudah ada di dalam iman, bahwa “untuk masuk ke dalam Kerajaan Tuhan, kita harus mengalami banyak sengsara (Kisah 14:22).” Pada waktu itu, sering kali perlu pengorbanan untuk percaya kepada Yeshua sang Mesias. Beberapa menjadi martir karena iman mereka. Di beberapa negara pada masa kini (terutama di negara-negara Islam), Orang Percaya masih dianiaya, dan kadang dibunuh. “Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka. Mereka menjelajah seluruh Pisidia dan tiba di Pamfilia. Di situ mereka memberitakan firman di Perga, lalu pergi ke Atalia, di pantai. Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Elohim untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan. Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Elohim lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi Bangsa-bangsa lain kepada iman. Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu.” Kisah 14:23-28. Di ayat 23, kita melihat Sha’ul dan Barnabas menetapkan penatua-penatua di berbagai jemaat yang telah mereka bentuk. Hal ini membuat saya berpikir. Para “penatua” ini semuanya adalah orang yang baru percaya. Saya perkirakan mereka adalah orang Yahudi yang paham Kitab Suci, dan juga Orang Bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan yang selalu datang ke sinagoga. Belum ada orang percaya yang memiliki iman “dewasa” selama bertahun-tahun. Tampaknya, perkembangan rohani talmidim mulamula ini terjadi cukup cepat. Tetapi, Sha’ul dan Barnabas tidak asal-asalan memilih orang; mereka membuat keputusan untuk memilih pemimpin jemaat-jemaat ini dengan doa dan puasa terlebih dahulu. Ini adalah teladan yang baik bagi kita di masa sekarang. Jangan membuat keputusan tanpa berdoa – bahkan jika perlu dengan puasa!
14
Para Rabi percaya ada dua Gan Eden (Taman Eden), yaitu di dunia dan di Surga.
15
Kisah 14:27.
“Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Elohim lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi Bangsabangsa lain kepada iman.”15 Sha’ul dan Barnabas sangat bersukacita karena Kabar Baik tentang Yeshua sang Mesias sekarang telah sampai di tengah Bangsa-bangsa. Orang yang dipakai Tuhan untuk penyebaran Firman kepada Bangsa-bangsa adalah kaum Yahudi Mesianik yang taat Torah. Kehilot (jemaat-jemaat) baru ini semuanya ada di sekitar pantai Barat Daya Turki sekarang. Bahkan, semua kota dan desa yang disebutkan di pasal ini berada di Turki modern, sama seperti lokasi 7 jemaat dalam Kitab Wahyu. Sayang, Turki masa kini 99 persen beragama Islam. Pada masa kini, banyak peziarah Kristen datang ke Turki untuk mengunjungi reruntuhan dan galian arkeologis Tujuh Jemaat dalam Kitab Wahyu, dan napak tilas perjalanan Rasul Paulus. Namun, yang tidak akan Anda temui di sana adalah adanya jemaat Kristen yang aktif. Anda hanya akan menemukan masjidmasjid, bukan gereja. Di abad-abad berikutnya, yang disebut “gereja” menjadi sangat sesat, dan anti-Semit. Para pengikut Muhammad dan tuhannya – Allah –berhasil menghancurkan sisa-sisa Kekristenan maupun Yudaisme. Namun, dengan bersikap adil kepada orang-orang Turki, mereka telah menjadi berkat bagi orang Yahudi. Pada tahun 1492, Kerajaan Spanyol menawarkan “pilihan-pilihan” berikut kepada orang Yahudi yang tinggal di Spanyol: 1. Pindah agama menjadi Katolik 2. Meninggalkan Spanyol 3. Dihukum mati dengan cara dibakar Banyak orang Yahudi memilih pergi. Tetapi sangat sedikit negara Eropa yang mau menerima para pengungsi Yahudi. Namun, Turki dengan murah hati membuka perbatasannya untuk ribuan orang Yahudi, dan menawarkan kebebasan beragama serta keamanan. Banyak keturunan pengungsi Yahudi ini tetap tinggal di Turki sampai sekarang. Dan Turki adalah salah satu dari sedikit negara Islam di dunia yang tetap menjaga hubungan persahabatan dengan Israel. Semoga Elohim memberkati Turki dengan keselamatan lewat Mesias Yeshua! Namun, beberapa tahun terakhir, pemerintahan Turki tak lagi sekuler, dan sekarang menjadi sangat Islami. Sebagai akibatnya, Turki menjadi bermusuhan dengan Israel sama seperti hampir semua negara Islam lainnya.
Konsili di Yerusalem Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 15 “Dan ada beberapa orang yang turun dari Yudea, mereka mengajar saudara-saudara itu, ‘Jika kamu tidak disunat menurut minhag1 Musa, maka kamu tidak dapat diselamatkan.’” (KPR 15:1, ILT) Ayat di atas membuka pasal 15 dari Kisah Para Rasul. Ayat ini juga memperkenalkan kita dengan yang disebut para Yudais. Istilah “Yudais” pada dasarnya bernuansa anti-Semit. Ini sering digunakan di mimbar-mimbar gereja di seluruh dunia untuk menunjuk beberapa Orang Percaya Yahudi di dalam Perjanjian yang Diperbaharui. Istilah “Yudais” juga digunakan untuk melawan Yahudi Mesianik atau siapapun yang mematuhi hal-hal seperti aturan makan atau Hari-Hari Raya di dalam Imamat 23. Pasal ini dimulai dengan kata “Dan.” Inilah satu lagi kesalahan pembagian pasal yang dibuat oleh manusia. Kita perlu kembali ke bagian akhir dari pasal sebelumnya untuk menemukan konteks. Rabi Sha’ul (Paulus) dan Barnabas telah menyelesaikan satu perjalanan misi mereka. Akhirnya mereka tiba di Antiokia. Antiokia adalah sebuah kota di pinggir pantai Barat Daya Siria. Inilah lokasi di mana sejumlah besar Orang Bangsa-bangsa menjadi percaya di dalam Mesias Yeshua. Orang Percaya Bangsa-bangsa ini disebut Kristen. Anda dapat membaca tentang mereka di dalam KPR 11:20-26. Pada ayat 1 kita membaca, orang-orang Yahudi yang percaya yang “turun” dari Yudea. Orang Israel yang pergi keluar dari Israel seringkali disebut “yordim,” artinya, “mereka yang turun ke bawah.” Orang Percaya Yahudi ini “turun” dari Yudea, karena setiap orang yang meninggalkan Israel atau Yudea dianggap “turun ke bawah.” Tidak ada hubungannya dengan ketinggian. Faktanya, Laut Mati di Israel adalah tempat terendah di Planet Bumi! Orang Percaya Yahudi di KPR 15:1 juga disebut sebagai anggota “sekte Farisi” dalam ayat 5. Orang Farisi selalu dicap buruk jika Perjanjian yang Diperbaharui kita baca secara dangkal. Dalam ayat ini, kita melihat ada orang Farisi yang percaya kepada Yeshua sebagai Mesias. Rabi Sha’ul (yaitu Paulus – yang sering disebut “rasul kebebasan”) juga seorang Farisi! Dalam Kisah 23:6, dia berkata, “Saya seorang Farisi.” Saya tidak membela orang Farisi Mesianik di dalam KPR 15. Tujuan mereka mungkin baik, tetapi yang mereka katakan adalah teologi yang mengerikan. Orang Percaya Bangsa-bangsa di Antiokia telah percaya kepada Mesias Ibrani tanpa konversi ke Yudaisme terlebih dahulu. Hal ini sulit diterima oleh mereka. Mereka pikir, bukankah Yeshua adalah Mesias Yahudi?
1
“Adat istiadat.” Tradisi turun temurun (seperti pemakaian kippah) yang posisinya disetarakan dengan Hukum (Torah) dalam Yudaisme, walaupun tidak diperintahkan di dalam Torah. Sunat diperintahkan di dalam Torah. Namun, ada banyak variasi tradisi Rabinik tentang cara melakukan mitzvah (perintah) ini.
Pada masa kini, Kristen Bangsa-bangsa adalah mayoritas di dalam Tubuh Mesias. Banyak orang Kristen Bangsa-bangsa berasumsi (secara salah, tentunya) bahwa seorang Yahudi harus meninggalkan Yudaisme untuk percaya kepada “Yesus Kristus.” Orang Kristen beranggapan bahwa “Yesus” (yaitu, Yeshua) diutus ke bumi untuk memulai agama baru. Seakan-akan Tuhan memutuskan bahwa Yudaisme tidak berjalan sesuai rencana, lalu Dia mengutus AnakNya ke Bumi untuk memulai agama baru. Yesus dan murid-muridNya diasumsikan sebagai “orang Kristen.” Ini mengingatkan saya pada sebuah serial komedi di tahun 1970-an, “All in the Family.” Karakter utamanya adalah Archie Bunker. Ketika teman baiknya, Stretch Cunningham, mati, Archie diundang ke pemakamannya untuk menyampaikan pidato perpisahan. Archie tiba di alamat yang dituju, dan terkejut melihat bahwa perkabungan Yahudi! Dia diberi sebuah kippah (penutup kepala) untuk dipakai. Dia melangkah naik ke depan podium, dan mengekspresikan keterkejutannya bahwa Stretch Cunningham ternyata orang Yahudi! Segera dia menambahkan, “Tentu saja tidak ada yang salah dengan menjadi Yahudi! Bahkan Yesus juga orang Yahudi, sampai BapaNya menarikNya ke samping dan berkata, ‘Tidak ada lagi yang seperti itu!’” Seperti Archie Bunker, banyak orang Kristen beranggapan bahwa mereka yang percaya kepada ‘Yesus’ harus membuang semua hal-hal “Yahudi” seperti Shabbat, Hari-hari Raya, dan aturan makanan. Saya bahkan pernah mendengar orang Kristen berkata, “Saya tidak percaya seorang Yahudi sudah diselamatkan sebelum saya melihat dia makan sandwich isi daging babi.” Situasi di Abad Pertama adalah kebalikannya. Di Abad Pertama, orang-orang Yahudi terkejut karena seorang Bangsa-bangsa bisa menerima Mesias Ibrani tanpa terlebih dahulu konversi ke Yudaisme. Dalam kasus ini, para Yahudi Mesianik ini berkata kepada Orang Percaya Bangsa-bangsa di Antiokia, “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” Ini teologi yang mengerikan! Tidak ada seorangpun yang “diselamatkan” karena disunat! Bahkan mengenai Bapa kita Abraham, ada tertulis dalam Kejadian 15:6, “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN (YHWH), maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Ini terjadi sebelum Abraham disunat dalam Kejadian 17. Inilah urutan yang benar. Tidak ada seorangpun dibenarkan karena mengerjakan Hukum. Kita tidak “melakukan” Hukum Taurat untuk “mendapatkan” keselamatan. Torah berisi instruksi bagi mereka yang sudah ditebus. Dalam hal ini, Abraham dianggap sebagai orang benar. Dan kemudian dia disunat pada beberapa pasal berikutnya. Yakub (Yakobus) pasal 2 mengatakan kepada kita “… jika iman itu tidak mempunyai perbuatan, dengan sendirinya dia adalah mati.”2 Saya tidak percaya iman yang mati dapat menyelamatkan seseorang. Sangat disesalkan, “Hukum Taurat” dipandang buruk oleh hampir semua Kekristenan. Salah satu sebabnya adalah karena terjemahan yang buruk. Istilah “Torah” lebih tepat diterjemahkan sebagai “Instruksi.” Namun, Septuaginta3 menterjemahkan “Torah” dengan kata Yunani “Nomos,” yang berarti “Hukum,” yang tidak memiliki konotasi baik seperti “Instruksi.”
2
Yakobus 2:17.
3
Sebuah terjemahan Tanakh (PL) ke dalam bahasa Yunani yang diselesaikan sekitar tahun 200 SM.
Tuhan tidak berpikir negatif tentang Torah. Dalam Ulangan 4:2, Musa menulis, “Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN (YHWH), Elohimmu, yang kusampaikan kepadamu.” Yudaisme tradisional telah melakukan kesalahan dengan “menambahi firman.” Yudaisme tradisional memberi kita Talmud, sebuah tulisan yang sangat panjang dan banyak, bahkan melebihi Torah. Para Rabi mengatakan bahwa Talmud adalah Hukum Lisan yang diberikan oleh Musa di Gunung Sinai, yang akhirnya ditulis pada abad-abad awal Masehi. Namun, Keluaran 24:4 mengatakan, “Lalu Musa pun menuliskan seluruh firman YAHWEH.” Tidak ada Hukum Lisan diberikan di Gunung Sinai. Saya tidak mengatakan bahwa Talmud tidak bernilai. Tetapi, itu hanyalah kebijaksanaan manusia, tidak boleh disetarakan dengan Firman yang diwahyukan dalam Kitab Suci. Namun, janganlah terlalu keras kepada para Rabi. Ulangan 4:2 juga memerintahkan untuk tidak “mengurangi” firman yang Elohim sudah berikan kepada Musa. Dalam Kekristenan tradisional, banyak yang percaya bahwa “Hukum Taurat” sudah dipaku di Salib dan tidak berlaku lagi, secara langsung bertentangan dengan perkataan Yeshua dalam Matius 5:17-19. Namun, seperti orang Yahudi, orangorang Kristen juga telah menambahi banyak perintah buatan manusia. Dalam Kisah 15:2, kita membaca, “Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu naik ke atas4 ke Yerusalem kepada rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.” Para Yahudi Mesianik yang turun dari Yudea ini cukup membuat keributan! Para Bangsa-bangsa sekarang bingung dan mulai resah. Tetapi, para Yahudi yang percaya – dan juga orang Bangsa-bangsa yang percaya di Antiokia – mengakui wewenang jemaat Mesianik di Yerusalem, dan memutuskan untuk mengutus Sha’ul dan Barnabas ke Yerusalem untuk mendapat jawaban atas masalah yang membingungkan ini. Konsili di Yerusalem akan memutuskan Halakhah5 Yahudi Mesianik, dan apa yang harus dilakukan oleh para Bangsa-bangsa yang baru memeluk iman Mesianik. “Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria,6 dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang Bangsa-bangsa. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ.”7 Rabi Sha’ul dan Barnabas “diutus” ke Yerusalem untuk menghadiri beit din (artinya, “rumah penghakiman”) untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dengan orang Bangsa-bangsa yang baru percaya. 4
Orang yang pergi ke Israel atau Yerusalem dianggap “naik ke atas.” Imigran baru di Israel disebut “olim,” yaitu “mereka yang naik ke atas.” 5 Halakhah adalah aturan teknis yang disepakati tentang bagaimana cara mematuhi Torah. 6 Ketika menuju ke selatan Antiokia, mereka akan melalui Fenisia yang saat ini adalah Lebanon. Orang Fenisia adalah orang-orang yang cerdas. Mereka raja di lautan, dan menyerap kebijaksanaan peradaban dari tempattempat yang jauh. Mereka juga menciptakan cerita-cerita legenda monster laut untuk menakut-nakuti orang lain yang mencoba mengarungi lautan, untuk menjaga monopoli mereka di laut lepas. Kemudian, Sha’ul dan Barnabas melanjutkan perjalanan melalui Samaria. Dalam 2 Raja-raja 17:33, kita membaca, “Mereka (orang Samaria) berbakti kepada YHWH, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada ilah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan.” Orang Samaria pada awalnya memiliki agama campuran, mirip dengan Kekristenan masa kini. Kekristenan Modern merupakan sinkretisme dari berbagai agama tradisi, yang diadopsi oleh Kekristenan untuk menarik para penyembah berhala. Kekristenan Kuno mengambil hari raya pagan seperti Ishtar (nama dewi kesuburan Babilonia, juga disebut Easter). Kekristenan juga mengambil hari ibadah bagi Dewa Matahari sebagai hari kudus– Sunday. 7 Kisah 15:3.
Ke manapun mereka pergi, mereka menceritakan tentang pertobatan berbagai kelompok Bangsabangsa yang memberikan kegembiraan besar kepada saudara-saudara. Saya berasumsi bahwa saudarasaudara di Fenisia ini adalah Orang Percaya Yahudi. Saudara-saudara di Samaria mungkin merupakan orang Samaria yang pada mulanya didatangi oleh Yeshua sendiri, melalui wanita Samaria di sumur di Yokhanan (Yohanes) pasal 4, yang adalah orang pertama di dalam pelayanan Yeshua di bumi yang mengakuiNya sebagai Mesias. “Dan setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatuapenatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Elohim lakukan dengan perantaraan mereka. Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: ‘Orangorang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti Torah Musa.’” Sha’ul dan Barnabas menceritakan pertobatan yang terjadi di antara orang Bangsa-bangsa di sepanjang pelayanan mereka. Mungkin mereka mengharapkan respon antusias seperti yang mereka terima di Fenisia dan Samaria. Tetapi, reaksi kaum Yahudi Mesianik dari sekte Farisi malah memberi peringatan. Mereka berkata, “Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti Torah Musa.” Itu akan menjadi beban yang sangat berat bagi orang Bangsa-bangsa yang baru percaya. Mereka sepertinya berkata, “Oke, memang bagus bahwa Anda percaya kepada Yeshua. Tetapi sekarang Anda harus disunat dan memelihara semua Hukum Taurat Musa agar dapat diselamatkan.” “Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Shimon Kefa dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Elohim memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku orang Bangsa-bangsa mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Elohim, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Elohim dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yeshua Mesias kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’” Sha’ul dan Barnabas terlibat dalam perdebatan yang emosional dan memanas ini. Mereka yang dari sekte Farisi tidak senang bahwa orang Bangsa-bangsa beriman dalam Mesias Ibrani tanpa terlebih dahulu melakukan konversi ke Yudaisme. Shimon Kefa (Petrus) ikut terlibat, mengingatkan para Orang Percaya Farisi tentang Kornelius dan seluruh isi rumahnya, yang menerima Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat tanpa terlebih dahulu konversi ke Yudaisme. Sebagai bukti dari hal ini, Shimon Kefa mengingatkan mereka: “Dan Elohim, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.”8 Orang Bangsa-bangsa yang baru percaya ini telah menerima Roh Kudus. Dalam KPR 10:45, kita membaca, “Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Shimon Kefa, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas orang Bangsa-bangsa juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Elohim.” 8
Kisah 15:8-9.
Saya sedikitpun tidak percaya bahwa manifestasi bahasa roh selalu membuktikan baptisan Roh Kudus, walaupun itu terjadi kepada Kornelius dan seisi rumahnya. Saya yakin Kornelius sama terkejutnya dengan Orang Percaya Yahudi yang ada di tengah-tengah mereka. Kornelius belum pernah mendengar tentang karunia bahasa roh!9 Orang Yahudi yang percaya tidak dapat menyangkal bahwa sesuatu yang supranatural telah terjadi, yaitu bahwa orang Bangsa-bangsa ini telah dibaptis oleh Ruakh HaKodesh, sama seperti yang terjadi kepada orang Yahudi yang percaya dalam Kisah 2:4-8. Kemudian Shimon Kefa menyimpulkan dengan kata-kata berikut ini: “Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Elohim dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yeshua Mesias kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.” 10 Anggapan umum, tentu saja, bahwa “beban” yang dimaksud Petrus adalah Hukum Taurat “yang menekan.” Tetapi, seorang Yahudi yang taat (seperti Shimon Kefa) tidak akan pernah menganggap “Hukum Taurat” sebagai sesuatu yang berat atau menekan. Pemazmur (119:35) berkata, “Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.” Juga, “Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku (119:92).” Inilah bukti bahwa Shimon Kefa tidak akan menganggap Taurat sebagai sebuah beban yang menekan atau berat. Mitzvot (perintah-perintah) dalam Torah yang awalnya diberikan kepada kita melalui Musa tidaklah sukar. Tetapi kemudian, timbul Yudaisme Farisi, yang daripadanya muncul Yudaisme Rabinik. Tiba-tiba, segala hal menjadi rumit karena banyaknya tambahan Rabinik kepada Torah, seperti Talmud dan tulisan Rabinik lainnya. Dengan cara yang sama, orang Kristen juga memberi banyak tambahan kepada standar kekudusan Elohim. Banyak denominasi memiliki aturan yang melarang anggotanya menari, minum anggur, pergi ke bioskop, dan seabrek larangan lain yang tidak ditemukan di dalam Kitab Suci. Juga pernah ada pembaca majalah ini (Petah Tikvah) yang berpendapat bahwa penggunaan segala jenis alat musik adalah dosa, walaupun kitab suci sendiri memerintahkan penggunaan alat musik dalam ibadah. Bahkan Mazmur Shabbat (92:1-3) menyebutkan penggunaan alat musik pada hari Shabbat.11 Dan Mazmur 149 dan 150 menyatakan kepada kita untuk memuji Tuhan dengan tarian dan lagu dan berbagai jenis alat musik. Maksud saya adalah, baik Yahudi maupun Kristen telah menaruh beban (atau kuk) yang sesungguhnya tidak ada dalam Kitab Suci, di atas jemaatnya. Shimon Kefa memperingatkan kaum Yahudi Mesianik dari sekte Farisi tentang menaruh beban buatan manusia kepada orang-orang. Jika dia menulis pada masa kini, dia akan memperingatkan para pemimpin Kristen tentang beban (legalisme buatan manusia) yang telah mereka taruh juga di atas orang-orang. Tetapi, dia tidak akan pernah menganggap Torah Elohim sebagai beban berat. Dia akhirnya menutup dengan, “Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yeshua Mesias kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.” Baik Yahudi maupun Bangsa-bangsa diselamatkan melalui anugerah/kasih karunia. Tidak ada satupun dari kita yang “dilayakkan” untuk menerima keselamatan karena melakukan sesuatu.
9
Ini adalah berbicara dalam bahasa belum pernah dipelajari. Dalam Kisah 2:8, itu merupakan bahasa manusia. Saya penasaran, kira-kira bahasa apa yang diucapkan oleh Kornelius dan keluarganya… 10 Kisah 15:10-11. 11 Sayangnya, dalam Yahudi Ortodoks, tidak ada alat musik yang diizinkan dalam sinagoga di hari Shabbat. Ini adalah larangan sementara, sebagai tanda perkabungan karena penghancuran Bait Suci di tahun 70M. Ketika Bait Suci dibangun kembali, maka alat musik akan diperbolehkan kembali.
“Maka diamlah seluruh umat itu, lalu mereka mendengarkan Paulus dan Barnabas menceriterakan segala tanda dan mujizat yang dilakukan Elohim dengan perantaraan mereka di tengah-tengah orang Bangsa-bangsa.”12 Tampaknya, kata-kata Shimon Kefa sangat mengena kepada semua hadirin dalam Konsili Yerusalem ini, dan semua terdiam merenungkan kata-kata itu. Kemudian, Barnabas dan Rabi Sha’ul menceritakan segala tanda dan mujizat yang dilakukan Tuhan melalui perantaraan mereka di tengah-tengah orang Bangsa-bangsa. Kita tidak mengetahui apa saja tanda dan mujizat itu. Pastilah, itu berupa kesembuhan ajaib, manifestasi bahasa roh, dan mungkin juga nubuatan. Tetapi, mujizat terbesar adalah perubahan hidup, karena orang Bangsa-bangsa ini telah bertobat dan menyembah Tuhan Abraham, Ishak, dan Yakub. Inilah yang menimbulkan perubahan besar dalam gaya hidup mereka, karena orang Bangsa-bangsa ini tiba kepada iman dan meninggalkan semua cara hidup dan hari raya pagan. Menyangkut manifestasi supranatural, Rabi Sha’ul menulis, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”13 Dengan kata lain, jika Anda tidak memiliki kasih, apapun tanda atau mujizat yang dimanifestasikan tidak berguna. Hanya kesia-siaan, atau bahkan, kemungkinan terburuknya adalah sebuah pemalsuan dari Satan. Saya rindu manifestasi supranatural terjadi di tengah-tengah kita, tetapi itu harus yang berasal dari Tuhan, bukan dari HaSatan atau dari kedagingan. Banyak tanda/mujizat yang kita lihat di masa kini dalam gereja-gereja Pentakosta adalah kepalsuan. Yesaya 8:20 mengatakan kepada kita, “Kepada Taurat dan kepada kesaksian! Jika mereka tidak berbicara menurut perkataan ini (Kitab Suci), itu dikarenakan tidak ada terang di dalam mereka.” “Setelah Paulus dan Barnabas selesai berbicara, berkatalah Yakub (Yakobus): ‘Hai saudara-saudara, dengarkanlah aku: Shimon Kefa telah menceriterakan, bahwa sejak semula Elohim menunjukkan rahmat-Nya kepada orang Bangsa-bangsa, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya.’”14 Dalam hal ini, “Yakobus” (Yakub), saudara seibu dari Yeshua, berbicara di hadapan Konsili. Dia mengingatkan mereka tentang pekerjaan yang dipelopori oleh Shimon yaitu membawa orang Bangsa-bangsa kepada pengenalan akan Elohim Abraham dengan memberitakan Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat mereka. Keputusan Konsili Yerusalem “Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari orang Bangsa-bangsa yang berbalik kepada Elohim, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di sinagogasinagoga.”15 12
Kisah 15:12.
13
1 Korintus 13:1-2.
14
Kisah 15:13-14.
15
Kisah 15:19-21.
Ini adalah keputusan dari Ya’akov (Yakub/Yakobus), saudara tiri Yeshua, yang disebut “James” di hampir semua Alkitab terjemahan bahasa Inggris. Saya tidak tahu bagaimana nama ini bisa diterjemahkan menjadi “James.” Nama Ibraninya adalah Ya’akov. Dalam naskah PB Yunani, dia disebut Yakobos. Versi Inggris yang ekuivalen dengan Yakobos adalah Jacob. Saya menduga para penterjemah Alkitab King James ingin menghormati Raja James, yang memerintahkan penterjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris, yang pertama kali diterbitkan tahun 1611.16 Dalam Alkitab bahasa Spanyol milik istri saya, Yakobus disebut “Santiago,” jadi saya menduga para penterjemah Spanyol ingin menghormati orang lain lagi. Sepertinya, nama Ya’akov (atau bahkan Yakub) masih terlalu “Ibrani” bagi selera para penterjemah. Elohim menjaga FirmanNya, tetapi di dalam bahasa aslinya. Terjemahan pasti tidak akan sempurna. Keputusan dari Yakobus adalah orang Bangsa-bangsa yang baru percaya harus “menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.” Ini adalah standar ketaatan minimum bagi orang Bangsa-bangsa yang baru percaya untuk dapat masuk dalam persekutuan dengan orang Yahudi Mesianik. Ada beberapa orang berpendapat bahwa Konsili Yerusalem menerapkan hukum Nuh versi Rabinik, yang menurut para Rabi wajib ditaati semua bangsa. Namun, hukum Nuh versi para Rabi tidak sama dengan keputusan Konsil Yerusalem. Hukum Nuh versi Rabinik berisi Larangan terhadap: 1. Penyembahan Berhala 2. Pembunuhan 3. Pencurian 4. Penghujatan 5. Perkawinan antar saudara (incest) 6. Memakan daging dari hewan yang masih hidup Hukum Nuh yang ketujuh bersifat positif (bukan larangan): 7. Menyelenggarakan pengadilan yang Adil. Tujuh Hukum Nuh ini dianggap sebagai syarat minimum bagi seorang Bangsa-bangsa untuk mendapatkan keselamatan. Seperti yang dapat Anda lihat, hukum Nuh dan aturan yang disebutkan dalam Kisah 15:19-20 sangatlah berbeda. 16
Alkitab terjemahan King James sebenarnya cukup bagus. Namun, para penggemarnya terlalu mengidolakan Alkitab yang disebut King James Version edisi tahun 1611. Saya menggunakan kata “yang disebut,” karena hampir semua Alkitab King James 1611 yang sekarang ada adalah revisi keempat dari KJV 1611. Thomas Nelson Publishers mencetak KJV 1611 yang asli, sebelum semua revisi itu dibuat. Anda dapat memesan KJV 1611 yang asli ini dari Toko Buku Alkitab, atau lewat Christian-Book.com. Bahasa yang digunakannya lebih kuno daripada Alkitab KJV 1611 yang sudah direvisi, yang disebut sebagai Alkitab yang tidak ada cacatnya menurut banyak orang Kristen Fundamental. Seperti terjemahan lainnya, KJV juga tidak sempurna dalam banyak hal. Saya lebih banyak menggunakan Alkitab New American Standard, tetapi itu juga tidak sempurna, namun cukup baik.
Banyak yang menganggap larangan dalam Kisah 15:19-20 adalah satu-satunya perintah yang mengikat bagi orang Bangsa-bangsa yang beriman kepada Yeshua. Tetapi, jika benar demikian, maka diperbolehkan bagi orang Bangsa-bangsa untuk mencuri, membunuh, dan melakukan pelanggaranpelanggaran lainnya. Masalahnya adalah kebanyakan orang berhenti membaca di ayat 20, dan melewatkan ayat 21: “Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di sinagoga-sinagoga.” Ini adalah ayat kunci untuk memahami keseluruhan pasal, sehingga saya menggunakan cetak tebal untuk menyorotinya. Kitab Kisah Para Rasul ditulis di Abad Pertama. Pada Abad Pertama, ke manakah orang-orang (baik Yahudi maupun Bangsa-bangsa) pergi untuk belajar tentang Elohim? Saya yakin, mereka tidak pergi ke kuil berhala yang tersebar di mana-mana. Mereka yang tertarik kepada Elohim Pencipta pergi ke sinagoga, baik orang Yahudi maupun Bangsa-bangsa. Bukti dari pernyataan ini dapat ditemukan di dalam Kitab Kisah Para Rasul: “Ketika orang-orang Yahudi meninggalkan sinagoga, orang Bangsa-bangsa memohon agar pokok itu dikhotbahkan kembali kepada mereka pada hari Sabat berikutnya. Sekarang ketika ibadah di sinagoga telah selesai, banyak orang Yahudi dan orang Bangsa-bangsa penganut-penganut agama Yahudi yang takut akan Elohim, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Elohim.” Kisah 13:42-43. “Di Ikoniumpun kedua rasul itu masuk ke sinagoga orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani (orang Bangsa-bangsa) menjadi percaya.” Kisah 14:1. “Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah sinagoga orang Yahudi. Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yeshua, yang kuberitakan kepadamu.’ Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Elohim, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.” Kisah 17:1-4. “Karena itu di sinagoga ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang Bangsa-bangsa yang takut akan Elohim, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ.” Kisah 17:17. “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam sinagoga dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani (orang Bangsa-bangsa).” Kisah 18:4. Seperti yang sudah ditunjukkan oleh ayat-ayat di atas, banyak orang Bangsa-bangsa mendatangi sinagoga untuk belajar lebih banyak tentang Elohim yang mereka sembah. Sekarang Anda bisa mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang keputusan Konsili di Yerusalem. Ada beberapa standar minimal yang harus dipatuhi oleh orang Bangsa-bangsa yang percaya di dalam Yeshua. Akan menjadi beban yang sangat berat bagi orang Bangsa-bangsa yang baru percaya ini jika tiba-tiba harus melakukan semua mitzvot (perintah-perintah) dalam Torah. Tetapi, di bagian akhir, mereka menulis, “Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di sinagoga-sinagoga.” Dengan kata lain, dianggap bahwa orang Bangsa-bangsa yang baru bertobat ini akan terus datang dan belajar di sinagoga, seperti yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun. (Mereka tentu tidak akan pergi ke Kuil Zeus untuk belajar tentang Elohim!)
Sambil terus belajar lebih banyak, mereka akan memasukkan lebih banyak Torah ke dalam hidup mereka. Sekali lagi, mematuhi perintah Elohim tidak dilakukan untuk “memperoleh” keselamatan; sebaliknya, kita patuh karena sudah ditebus. Dalam Kisah 15:22, kita membaca, “Maka rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat itu mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka beberapa orang yang akan diutus ke Antiokia bersama-sama dengan Sha’ul (Paulus) dan Barnabas, yaitu Yudas yang disebut Barsabas dan Silas. Keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara itu.” Sesuai keputusan Konsili Yerusalem, Sha’ul dan Barnabas diutus untuk mengantarkan hasil dari Konsili itu kepada orang Bangsabangsa yang percaya di Antiokia. Satu-satunya konsili “gereja” yang dikenal dalam Kitab Suci adalah Konsili di Yerusalem sekitar tahun 50 M. Konsili-konsili “gereja” yang berikutnya, dimulai dengan Konsili Nicea pada tahun 325 M, adalah bentuk dari agama Samaria kuno, mencampur berhala, tradisi berhala, dan hari raya berhala ke dalam Kekristenan, yang pada waktu itu telah berubah menjadi agama yang sepenuhnya terpisah dari Yudaisme. Pada 325 M, Kekristenan telah menjadi sebuah agama campur, berlawanan dengan Yudaisme, orang-orang Yahudi, dan juga melawan Instruksi Elohim (Torah). Sangat disesalkan, ketika Reformasi Protestan muncul, mereka kurang banyak “protes.” Banyak budaya, tradisi, dan hari-hari raya gereja Katolik Roma masih dimasukkan ke dalam Kekristenan Protestan. Pada masa kini, di Abad ke-21, Yahudi Mesianik lahir kembali, hampir sama seperti apa yang dipraktekkan di Abad Pertama. Perselisihan Antara Sha’ul dan Barnabas “Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Sha’ul kepada Barnabas: ‘Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka.’ Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi Sha’ul dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka. Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus. Tetapi Sha’ul memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Elohim berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.”17 Anda mungkin berpikir bahwa dua orang pemimpin Yahudi Mesianik yang sudah dewasa dalam iman akan selalu akur, sehati dan sepikir dalam segala hal penting. Anda salah. Roma 8:28 berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Elohim turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Elohim.” YHWH menggunakan perselisihan antara Sha’ul dan Barnabas agar mereka terpisah menjadi dua tim misi, sehingga dapat menjangkau lebih banyak orang daripada jika mereka tetap bersama.
17
Kisah 15:36-41.
Tampaknya, Yokhanan (Yohanes Markus) adalah orang percaya yang belum cukup dewasa, dan meninggalkan Sha’ul dan Barnabas pada sebuah perjalanan misi.18 Barnabas ingin memberi kesempatan dan menerima Yohanes Markus kembali ke dalam tim misi. Tetapi, Sha’ul tidak ingin melakukannya, merasa bahwa Yohanes Markus belum dapat dipercaya. Yohanes Markus (Yokhanan) akhirnya membuktikan dirinya dapat diandalkan. Rabi Sha’ul menulis di dalam sebuah surat kepada Timotius sebagai berikut: “Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah (Yohanes) Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.”19 Surat ini ditulis dari dalam penjara, seperti surat-surat lainnya yang ditulis oleh Sha’ul, yang kemudian dimasukkan ke dalam Kitab Suci. Pada saat itu, di Abad Pertama, satu-satunya Alkitab yang dipegang oleh Orang Percaya (baik Yahudi maupun Bangsa-bangsa) adalah Kitab Tanakh, yang sekarang disebut orang Kristen dengan “Perjanjian Lama.”
18
Kisah 13:13. Yohanes Markus meninggalkan Sha’ul di Pamfilia.
19
2 Timotius 4:11.
Iman Mesianik Tersebar di Eropa Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 16 “Dan tibalah dia (Sha’ul) di Derbe dan Listra. Dan lihatlah, di sana ada seorang murid dengan nama Timotius, anak seorang perempuan Yahudi yang setia, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Dia (Timotius) yang dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium. Paulus menginginkan orang ini pergi bersamanya. Dan sesudah mengambilnya, dia menyunatkannya karena orang-orang Yahudi yang ada di tempat itu, sebab mereka semua mengenal ayahnya, bahwa dia seorang Yunani.” (ILT) Penyunatan Timotius Ayat-ayat di atas mengawali KPR pasal 16. Ayat-ayat itu sangat mengganggu para teolog Kristen Dispensasi. Teologi Dispensasi membagi perintah-perintah Tuhan menjadi “Hukum Moral” dan “Hukum Seremonial.” Di dalam apa yang disebut “Dispensasi Kasih Karunia” (yang dianggap menggantikan “Dispensasi Hukum”), semua “Hukum Seremonial” telah “dipaku di Kayu Salib,” dan tidak perlu ditaati lagi. Namun, Tuhan tidak pernah membagi-bagi TorahNya yang kudus menjadi “Hukum Moral” yang bersifat abadi dan “Hukum Seremonial” yang dapat ditinggalkan begitu saja karena muncul yang namanya “Dispensasi Kasih Karunia.” Harus diyakini tanpa keraguan bahwa “Kasih Karunia” telah diberikan kepada umat manusia jauh sebelum Yeshua mati di Golgota. Kasih karunia telah diberikan kepada Raja David sama seperti kasih karunia telah diberikan kepada kita. Demikian juga, Yeshua telah meyakinkan kita dalam Matius 5:17-19 bahwa Dia tidak datang untuk membatalkan Hukum Taurat atau Kitab Para Nabi, tetapi untuk menggenapinya. Perintah sunat diberikan di Kejadian 17:9 sebagai kewajiban abadi bagi semua keturunan laki-laki Abraham secara “turun-temurun.” Ini bukan sekedar “hukum seremonial” yang “dapat dibatalkan.” Orang Yahudi mentaati perintah ini hingga hari ini. Ibunda Timotius adalah seorang Yahudi, tetapi dia belum disunat. Menurut aturan Rabinik, seorang anak dianggap Yahudi jika ibunya orang Yahudi. Seorang anak akan dianggap Bangsa-bangsa jika ibunya orang Bangsa-bangsa, meskipun Ayahnya memakai nama Yahudi seperti Goldstein. Tetapi, garis keturunan ayah juga diakui dalam Kitab Suci. Anak-anak Rahel masih dianggap anak-anak perjanjian, walaupun dia masih terikat dengan berhala ayahnya!1 Seperti itu, akan sulit menganggapnya seorang “petobat” yang menyembah Elohim Abraham, Ishak, dan Yakub. Bagaimanapun juga, garis keturunan ayah memastikan Yusuf dan Benyamin (anakanak Rahel) adalah anak-anak perjanjian. Para Rabi Ortodoks memakai Ezra 10:2-3 sebagai dasar penggunaan garis keturunan ibu. Namun, menurut pendapat saya, anak-anak hasil dari hubungan itu adalah anak-anak penyembah berhala akibat didikan ibunya. Jika dibiarkan, mereka akan menjadi sumber kerusakan rohani di antara bangsa Israel. Karenanya, Ezra menyuruh untuk mengusir semua istri dan anak-anak penyembah berhala. Kalau saja mereka dibesarkan secara Yahudi, mereka tidak akan diusir. Mitzvah (perintah) sunat seharusnya dilakukan pada Timotius saat ia berusia 8 hari. Namun, ayahnya bukan orang Yahudi. Mungkin karena itu, b’rit milah (sunat) belum dilakukan padanya. Sekarang, Timotius sudah berusia lebih dari 13 tahun, maka menjadi tanggung jawabnya sendiri untuk melakukan perintah itu. Namun, sunat akan lebih menyakitkan saat seseorang bertambah tua. Ingat para pria di Sikhem dalam Kejadian 34:25? Mereka semua baru disunat.
1
B’reisheet (Kejadian) 31:34.
Pada hari ketiga setelah disunat, mereka sedang mengalami kesakitan luar biasa, dan sama sekali tidak bisa membela diri. Bahkan bagi bayi, sunat bukanlah tindakan yang tidak menyakitkan. Saya disunat ketika saya masih bayi, dan tidak dapat berjalan hingga genap setahun! Kami pernah menghadiri acara b’rit milah di mana bayinya tidak menangis sama sekali, dan pernah juga ke acara serupa di mana bayinya menangis dengan keras. Tetapi pada dasarnya, sunat adalah sebuah tindakan operasi kecil bagi bayi jika dilakukan dengan baik, tetapi menjadi trauma besar untuk orang dewasa. Kisah 16:3 mengatakan bahwa Sha’ul melakukan proses b’rit milah. Kitab suci memberitahu kita bahwa Salomo membangun Bait Suci, tetapi kita tahu bahwa Salomo menggunakan para tukang bangunan untuk membangun Bait Suci. Di kasus ini, Sha’ul mungkin saja benar-benar seorang mohel2, dan melakukan penyunatan itu sendiri. Seorang mohel lebih terampil melakukan sunat daripada ahli urologi. Menarik untuk diketahui bahwa keluarga kerajaan Inggris menyunatkan anak laki-laki mereka, dan itu dilakukan oleh seorang mohel!3 Mereka ingin itu dilakukan dengan benar! Poinnya adalah Timotius disunat. Paulus (Sha’ul) tidak “mengkompromikan imannya” karena melakukan itu. Banyak yang percaya bahwa Saul menjadi seorang Bangsa-bangsa dengan konversi ke Kekristenan. Tetapi, faktanya adalah bahwa Sha’ul tetap seorang putra Israel yang setia. Dalam Kisah 22:3, dia berkata, “Saya seorang Yahudi,” menunjuk pada masa sekarang. Dalam Kisah 25:8, Sha’ul berkata, “Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi (Torah) maupun terhadap Bait Elohim ...” Dalam Kisah 23:6, dia berkata, “Saya seorang Farisi.” Orang Farisi seringkali dicap buruk oleh orang-orang Kristen. Tetapi, harus diketahui bahwa sekitar setengah dari Perjanjian Baru ditulis oleh Paulus orang Farisi! Kita menjumpai banyak orang Farisi yang adalah pelaku Torah percaya kepada Yeshua di dalam Kisah 15:1-5. Sementara banyak Farisi lainnya memusuhi Yeshua, banyak juga yang merupakan Yehudim Meshichim (Yahudi Mesianik). Sebagai seorang Israel sejati, Sha’ul menyunatkan Timotius. “Paulus” mungkin saja seorang mohel yang memiliki kemampuan untuk melakukan proses operasi ini, bahkan pada pria dewasa! Seperti saya bangga kepada Paulus, demikian juga kepada Timotius! Dia disunat saat dewasa, pada masa di mana bius lokal belum ditemukan. Saya tidak akan berani disunat saat dewasa tanpa dibantu obat pemati rasa. Untunglah Papa dan Mama telah menyunatkan saya ketika saya masih bayi! Sha’ul sadar bahwa orang Yahudi lainnya mengetahui Timotius belum disunat ketika masih kanakkanak. Jika sekarang dia menolak untuk disunat, itu akan menghalangi penyebaran Kabar Baik di antara orang Yahudi. Tetapi yang terutama, Sha’ul menyunatkan Timotius bukan untuk memuaskan orang Yahudi atau orang lainnya; dia melakukan itu karena ketaatan kepada mitzvah (perintah). Sha’ul menulis dalam Surat Galatia 1:10, “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Elohim? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Mesias.”
2
Mohel adalah seorang Yahudi yang taat yang memiliki keahlian khusus untuk melakukan sunat. Complete Idiot’s Guide to Understanding Judaism. Rabi Benjamin Blech, Alpha Books, Indianapolis IN, © 1999, hal. 197. 3
Sha’ul menyunatkan Timotius bukan untuk menyukakan manusia, tetapi untuk menyukakan Elohim! Setelah Timotius sembuh dari luka sunat, mereka siap untuk melakukan perjalanan misi4. “Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Sha’ul dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya. Demikianlah kehilot (jemaat-jemaat) diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya.” (Kisah 16:4-5). Sha’ul dan Silas kembali ke kota-kota di mana mereka telah mendirikan kehilot (jemaat). Mereka menyampaikan keputusan Konsili Yerusalem yang tertulis dalam KPR 15:19-21. Ada beberapa standar minimal yang harus dipenuhi oleh orang-orang percaya Bangsa-bangsa yang masih baru ini. Tetapi, ayat 21 berasumsi bahwa orang percaya Bangsa-bangsa akan terus menghadiri ibadah di sinagoga. Sementara mereka melakukannya, mereka akan belajar lebih banyak mitzvot. Dan ketika mereka belajar lebih banyak mitzvot, mereka akan mematuhi Torah lebih banyak lagi. Di masa kini, sangat jarang orang Bangsa-bangsa menghadiri sinagoga. Tetapi, di Abad Pertama, ke sanalah orang Bangsabangsa pergi untuk belajar tentang Elohim, seperti yang kita lihat di dalam Kisah 13:43; 14:1; 17:4,17; dan 18:4. Jemaat-jemaat dikuatkan oleh pengajaran dari Rabi Sha’ul dan Silas, dan “bertambah banyak jumlahnya setiap hari”! Pertumbuhan iman Mesianik di Abad Pertama sangat luar biasa! Dari sekumpulan kecil talmidim (murid-murid) yang ketakutan di Yerusalem, di akhir Abad Pertama Masehi telah menyebar ke Asia Minor (Turki) dan sebagian besar Eropa. Ini terjadi meskipun (atau mungkin disebabkan oleh) ada penganiayaan dari pihak Yunani maupun Yahudi. “Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Ruakh HaKodesh (Roh Kudus) mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Kudus tidak mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ Setelah Sha’ul melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Elohim telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.” (Kisah 16:6-10). Tuhan secara supranatural memberi arahan kepada Sha’ul dan Silas melalui RohNya. Mereka akan pergi ke Asia dan Bitinia, tetapi Ruakh HaKodesh tidak mengizinkan. Sekedar informasi, istilah “Asia” dulu ditujukan untuk sebuah provinsi yang sekarang adalah sebelah barat Turki. Di kemudian hari, istilah “Asia” digunakan untuk seluruh benua. Sama seperti itu, istilah “Zion” awalnya digunakan untuk menunjuk Bukit Bait Suci, lalu menjadi Yerusalem, dan kemudian diperluas hingga mencakup seluruh Israel. Kitab Suci tidak menceritakan secara rinci bagaimana Roh Kudus berbicara kepada Sha’ul dan Silas. Apakah melalui suara yang bisa terdengar? Apakah melalui penglihatan dan mimpi, seperti yang terjadi kepada para Nabi? Tuhan juga dapat berbicara secara langsung kepada kita pada masa kini. Tetapi, cara utama Dia berbicara kepada kita sekarang adalah melalui FirmanNya – Kitab Suci.
4
Istilah “misi (missionary)” bukanlah sesuatu yang buruk. Namun, orang Yahudi seringkali menjadi korban pemaksaan pindah agama, dan cenderung tidak menyukai siapapun yang berusaha “mengkonversi” mereka. Kita, tentu saja, juga melawan mereka yang berusaha “mengkonversi” orang Yahudi! Mengapa seorang Yahudi harus konversi ke agama lain untuk menerima Mesias mereka sendiri?
Di masa kini, sangat jarang ada negara yang kekurangan Kitab Suci. Dengan adanya mesin cetak, jumlah Kitab Suci melimpah jauh dibanding pada zaman Yeshua. Di Abad Pertama, kitab suci ditulis tangan, dan jumlahnya sangat sedikit. Karenanya, lebih dibutuhkan Roh Kudus untuk secara langsung berkomunikasi dengan Sha’ul dan Silas, dan khususnya untuk memberi tahu ke mana mereka harus pergi untuk membagikan Kabar Baik, sesuatu yang tidak dapat diketahui melalui pembelajaran Tanakh (PL). Tanakh, tentu saja, adalah satu-satunya Kitab Suci yang dipegang oleh Orang Percaya Mesianik pada masa itu. “Perjanjian Baru” bahkan belum ditulis! Banyak orang pada masa kini dengan mudah berkata, “Beginilah Tuhan berfirman …” Tetapi seringkali, mereka menaruh kata-kata mereka sendiri di mulut Tuhan. Ini sangat berbahaya dan sangat salah. Di zaman Alkitab, hukuman untuk “nubuat palsu” adalah mati! Kita harus sangat berhati-hati dalam hal bernubuat. Saya akan menaruh pagar di sekitar perkataan profetik, mungkin dengan mengatakan, “Saya percaya Tuhan berkata begini dan begitu…” Pertemuan Orang Yahudi di Tepi Sungai “Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis; dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari. Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.”5 Dua ribu tahun yang lalu, beit knesset (tempat perkumpulan atau sinagoga) biasa didirikan di dekat sungai atau aliran air. Aliran air itu menjadi sumber air untuk mikveh, atau dapat juga langsung dipakai sebagai kolam mikveh. Sha’ul dan Silas berjalan ke Filipi, sebuah kota di Makedonia. Tempat ini sekarang adalah sebelah utara Yunani. Kota Filipi dinamakan berdasarkan Philip II, ayah dari Alexander Agung, sang penakluk dunia dan pendiri Kerajaan Yunani. Namun, kekaisaran datang dan pergi. Pada masa itu, Kerajaan Yunani sudah tidak ada lagi, hanya tinggal kenangan. Kerajaan Romawi bangkit dari sisa-sisa Kerajaan Yunani, dan penduduk Yunani di Filipi dengan bangga menjadi warga negara Romawi. Selama kepemimpinan Kaisar Klaudius, orang-orang Yahudi diusir dari Roma (Kisah 18:2-3). Pembersihan etnis bukanlah sesuatu yang baru, dan sayangnya, orang Yahudi seringkali menjadi korban dari “pembersihan etnis” semacam itu. Sejarah memberitahukan kepada kita bahwa orang Yahudi juga diusir dari Filipi tidak lama setelahnya. Tetapi, Rabi Sha’ul tahu di mana harus mencari orang Yahudi yang saat itu hidup seperti Yahudi Marano dari Spanyol atau Portugal. Yahudi Marano adalah orangorang Yahudi yang berpenampilan seperti orang Bangsa-bangsa tetapi mempraktekkan Yudaisme secara sembunyi. Mungkin Sha’ul memiliki informasi bahwa orang Yahudi “yang bersembunyi” mungkin berjemaat di dekat sebuah sungai. Versi NAS dari Kisah 16:13 tertulis sebagai berikut, “Dan pada hari Shabbat, kami pergi keluar gerbang menuju sebuah tepi sungai, di mana kita mengira bahwa mungkin di sana ada tempat untuk berdoa; dan kita duduk dan mulai berbicara kepada seorang wanita yang sedang berkumpul.” Dengan kata lain, mereka sudah punya dugaan bahwa orang Yahudi akan berkumpul di sana.
5
Kisah 16:11-13.
Saya percaya bahwa itu dipimpin oleh Roh Kudus. Mereka menemukan lokasi di mana beberapa orang Yahudi berkumpul untuk berdoa di hari Shabbat. Tetapi, mereka semua wanita. Saya perkirakan semua pria Yahudi di kota Filipi telah pergi setelah ada keputusan dari Kaisar Klaudius. Sunat adalah tanda Keyahudian. Sunat juga adalah tanda perjanjian Abraham yang Tuhan buat dengan orang Yahudi. Sungguh sangat keji bahwa tanda perjanjian Ilahi digunakan untuk melawan orang Yahudi. Orang Yunani telah melakukan ini di abad-abad awal. Dan selama Holocaust Perang Dunia II, Nazi juga mencari pria yang disunat untuk dieksekusi, menganggap mereka Yahudi. Apapun alasannya, hanya ada wanita Yahudi yang beribadah di tepi sungai. Pada masa kini, pria Yahudi Ortodoks menghindari berbicara dengan wanita yang tidak dikenal di ruang publik. Untungnya, Rabi Sha’ul tidak terikat dengan tradisi semacam itu. KPR 16:13 berkata bahwa “setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.” Yang dimaksud dengan kami adalah setidaknya Sha’ul dan Silas dan juga Lukas yang menulis Kitab Kisah Para Rasul, dan mungkin juga Timotius. Pastilah mereka menyampaikan kata-kata penghiburan untuk menguatkan wanita-wanita Yahudi yang tinggal di Filipi dalam kondisi sulit itu, dan terus beribadah di hari Shabbat walaupun bahaya mengintai mereka. Apakah mereka diperkenalkan kepada Mesias pada saat itu? Saya percaya bahwa Kisah 16:14 menjawab pertanyaan ini. Salah satu wanita yang mendengarkan Sha’ul adalah Lidia, dan dia menjadi percaya di dalam Yeshua. Saya yakin benih iman juga ditanamkan kepada wanita-wanita lain. Tugas kita bukan untuk “membuat orang lain selamat.” Tugas kita adalah membagikan Kabar Baik. Mereka mungkin memilih untuk tidak percaya. Tetapi, kita setidaknya telah memberitakan jalan menuju kehidupan kekal. Bagaimana sikap orang terhadap pesan keselamatan ialah urusan antara mereka dan Tuhan, tetapi tangan Anda akan bersih. “Petobat” Pertama Sha’ul di Eropa “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu (a seller of purple, KJV) dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Elohim. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: ‘Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.’ Ia mendesak sampai kami menerimanya.” (Kisah 16:14-15). Lidia adalah orang pertama di benua Eropa yang menjadi percaya kepada Yeshua sebagai hasil dari khotbah Sha’ul.6 Rabi Sha’ul meyakinkan kita di Roma 1:16 bahwa Injil ialah untuk “pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Karenanya, sangat beralasan untuk percaya bahwa Lidia adalah seorang wanita Yahudi. Nama “Lidia” berasal dari nama provinsi di sebelah barat, yang sekarang adalah sebelah barat Turki. Oleh karena itu, banyak yang berasumsi bahwa Lidia adalah seorang Bangsa-bangsa, karena namanya berasal dari nama provinsi Bangsa-bangsa. Tetapi, orang Yahudi sering menggunakan nama Bangsa-bangsa. Irving Berlin adalah seorang Yahudi, walaupun nama belakangnya sama dengan nama ibukota Jerman!
6
Orang Percaya Mesianik juga ada di Eropa. Kita membaca dalam Kisah pasal 2 tentang banyaknya orang Yahudi dari Asia, Eropa, dan Afrika Utara merayakan Shavuot (Pentakosta) di Yerusalem. Ribuan orang menjadi percaya kepada Yeshua sebagai Mesias. Tidak diragukan lagi, ketika mereka kembali ke daerah asal, mereka membagikan Kabar Baik sehingga keluarga dan teman juga percaya kepada Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat.
Lidia adalah seorang penjual bahan pewarna ungu. Bahan pewarna “ungu” adalah bahan pewarna yang sangat mahal di Abad Pertama. Mungkin ini adalah bahan pewarna yang digunakan untuk mewarnai “benang biru” untuk tsitsit (jumbai ritual) dalam Bilangan 15:38-40. Pewarna “biru” adalah bahan pewarna ungu kebiruan (techelet) yang biasa digunakan orang Yahudi untuk tsitsit di empat sudut tallit (jubah doa). Kitab Gemara (dalam Menachot 43b) menyatakan sumber bahan pewarna itu adalah cairan tubuh chilazon, sejenis kerang di Laut Mediterania. Tetapi, antara tahun 500 sampai 700 CE,7 kerang ini menghilang, sehingga tidak dapat digunakan untuk membuat pewarna. Karenanya, daripada menggunakan warna biru yang salah, orang Yahudi tidak menggunakan benang biru dan semua benang pada tsitsit berwarna putih. Namun, beberapa puluh tahun lalu, kerang ini ditemukan kembali. Pada masa kini, Anda dapat pergi ke toko Yahudi Ortodoks di Israel dan memesan tsitsit dengan techelet, bahan pewarna kebiruan yang mungkin sama dengan yang digunakan 2000 tahun yang lalu. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan Yahudi Ortodoks. Rabi Gershon Hanoch Leiner (Rebbe Radzyner) pada tahun 1880an memutuskan bahwa bahan pewarna techelet berasal dari ikan sotong, hewan sejenis cumi-cumi. Pendapat pribadi saya adalah Lidia mungkin memproduksi techelet, yang digunakan untuk tsitsit. Selain Lidia, seisi rumahnya juga menjadi percaya. Semuanya dibaptis dengan cara Yudaisme tradisional. Orang yang dibaptis mencelupkan diri sendiri ke dalam air. Ini dilakukan dengan diawasi seorang Yahudi yang taat. Rabi Sha’ul (Paulus) tentu saja adalah seorang Yahudi yang taat. Dia (Lidia) berhasil mengajak Paulus, Silas, Dr. Lukas, dan mungkin Timotius juga untuk tinggal di rumahnya. Ini adalah ide yang cemerlang, karena dia dan seisi rumahnya perlu dimuridkan, dan belum ada jemaat orang percaya di Eropa! Iblis Diusir! “Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: ‘Orang-orang ini adalah hamba Elohim Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.’ Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ‘Demi nama Yeshua sang Mesias aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu. Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa. Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar-pembesar kota itu, berkatalah mereka, katanya: ‘Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi, dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Romawi tidak boleh menerimanya atau menurutinya.’” (Kisah 16:16-21). Episode ini dimulai dengan Sha’ul, Silas dan Lukas (yang menulis Kitab ini) pergi ke tempat sembahyang yang kita temukan di Kisah 16:13. Lalu ada seorang hamba perempuan mulai mengikuti mereka, sambil berkata, “Orang-orang ini adalah hamba Elohim Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.” Kalimat itu terdengar seperti PR (Public Relations) yang bagus, seperti iklan gratis. Awalnya, Sha’ul dan yang lainnya mungkin menghargai usahanya.8 Tetapi, itu berlangsung selama berhari-hari, dan kemudian 7 8
“Common Era,” sama dengan Masehi. Saya tidak akan senang bila seseorang mengikuti saya sambil membuat pengumuman seperti itu!
Sha’ul mengerti bahwa gadis ini dikuasai roh tenung, yang adalah roh okultis. Dia menjadi sangat terganggu, dan berbalik kepada gadis ini, dan langsung berbicara kepada roh jahat itu, dan berkata, “Demi nama Yeshua sang Mesias aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.” Dia tidak perlu sesi pelepasan yang panjang untuk mengatasi masalah itu. Dia hanya memerintahkan roh itu keluar dari gadis itu dalam nama Yeshua, dan roh itu keluar. Para majikan hamba perempuan itu tidak senang. Karena mereka mencari uang melalui dia, mungkin dengan menjual jasanya untuk meramal orang. Di dunia masa kini, mereka mungkin akan membawa dia ke Las Vegas. Mereka menangkap Sha’ul dan Silas dan membawanya kepada penguasa. Mereka berkata, “Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi, dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Romawi tidak boleh menerimanya atau menurutinya.” Tuduhan itu bernuansa anti-Semitisme. Sha’ul dan Silas dituduh sebagai orang Yahudi yang mengajarkan adat istiadat Yahudi yang adalah melawan hukum jika dilakukan oleh warga Romawi. Mereka tidak mengajarkan warga Romawi untuk melanggar hukum. Perlu dicatat bahwa mereka tidak menuduh Paulus dan Silas karena menjadi orang Kristen. Paulus dan Silas tidak pindah agama untuk mengikuti Mesias Ibrani mereka sendiri. Sha’ul dan Silas Dipenjara “Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.”9 Beberapa pasal sebelumnya, dalam Kisah 9, Rabi Sha’ul memegang surat perintah untuk menangkapi Yahudi Mesianik di Damsyik. Dia, penganiaya terbesar kaum Yahudi Mesianik, akhirnya menjadi seorang Yahudi Mesianik! Dan sekarang, untuk pertama kalinya, dia berada di sebuah sel penjara yang gelap, lembab dan bau. Ini bukan yang terakhir. Beberapa orang benar sebelum dia, seperti Yusuf, Yeremia, Daniel dan banyak lainnya juga merasakan pahitnya penjara. Bahkan Rabi Sha’ul menulis separuh dari Perjanjian yang Diperbaharui ketika dipenjara! Sha’ul dan Silas mengusir roh jahat dari seorang hamba perempuan yang malang. Dan karena “kejahatan” ini, pakaian mereka dikoyakkan, kemudian “didera,” yang berarti dicambuk sampai kulit punggung mereka terkoyak, dan kemudian dilemparkan ke ruang penjara yang paling tengah, jauh dari udara segar dan sinar matahari. Lebih parah lagi, kaki mereka dipasung sehingga mustahil untuk bergerak. Jika ingin beristirahat, punggung mereka yang luka dan berdarah akan dipaksa untuk berbaring di lantai yang kotor. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengasihani diri. “Tetapi kira-kira tengah malam Sha’ul dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Elohim dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri,
9
Kisah 16:22-24.
karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. Tetapi Sha’ul berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!’ Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Sha’ul dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: ‘Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?’”10 Saya hanya bisa berharap saya bisa bersikap seperti itu: Setelah dicambuk dan disiksa karena berbuat baik, dan kemudian dilemparkan ke penjara yang gelap dan bau, saya menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Yang lebih mungkin, saya mengeluh dan protes kepada Tuhan tentang ketidakadilan ini. Tetapi tidak dengan Sha’ul dan Silas! Mereka benar-benar menyanyikan pujian kepada Elohim. Luar biasa! Para tahanan lain yang mendengar mereka. Apakah mereka terkesan? Atau mereka berpikir bahwa Sha’ul dan Silas meshugeh (gila)? Akhirnya, setelah sesi pujian dan penyembahan ini, ada gempa bumi yang menggoncangkan penjara itu, menyebabkan pintu penjara terbuka dan melepaskan belenggu para tahanan. Elohim datang menolong mereka! Kepala penjara mengira para tahanan telah melarikan diri. Dalam Kisah 12, Shimon Kefa (Petrus) dipenjara, dan dijaga oleh dua orang penjaga penjara, satu di masing-masing sisinya. Dia secara ajaib dilepaskan dari penjara. Dalam Kisah 12:19, kita menemukan bahwa para penjaga dieksekusi karena tahanan mereka telah kabur. Hukum Roma sangat kejam. Sekarang di Kisah 16, kita menemukan kepala penjara lain. Dia mengira para tahanan sudah melarikan diri. Dia bersiap untuk bunuh diri dengan pedangnya, daripada ditangkap, disiksa, dan dieksekusi. Sha’ul berteriak kepadanya, “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!” Kemudian kepala penjara bergegas sambil gemetar. Dia berseru kepada Sha’ul dan Silas, “Tuantuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” Dia tidak meminta traktat Chick yang menjelaskan Empat Hukum Spiritual untuk masuk Surga. Pertanyaannya sama sekali tidak “spiritual.” Sebaliknya, di dalam ketakutan, dia minta tolong agar bisa selamat dari “pengadilan” Roma, yang mungkin akan menyiksanya sampai mati. Pertanyaan si kepala penjara, “Apakah yang harus saya lakukan agar selamat?” bukanlah pertanyaan rohani/spiritual. Namun, Rabi Sha’ul memberikan jawaban spiritual: “Percayalah kepada Tuhan Yeshua dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu (16:31).” “Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Elohim.” Penjara adalah tempat yang aneh untuk bertemu Tuhan. Tetapi, ada banyak kesaksian hidup dari ribuan tahanan yang mengalaminya. Penjara seringkali menjadi pendorong bagi pria dan wanita untuk mencari jawaban spiritual atas masalah kehidupan. Banyak yang bertemu Tuhan yang ada dalam Alkitab; banyak juga yang tertarik kepada Islam atau okultisme. Dalam kasus ini, kepala penjara dan seisi rumahnya sampai kepada iman di dalam Yeshua, sama seperti yang telah terjadi kepada Kornelius dan seisi rumahnya di Kisah pasal 10. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan: “Ketika kehidupan memberimu jeruk lemon,
10
Kisah 16:25-30.
Anda dapat bekerja bersama Tuhan untuk mengubahnya menjadi es limun!” Kalimat itu berdasarkan prinsip dalam Roma 8:28: “Kita tahu sekarang, bahwa Elohim turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Elohim.” “Setelah hari siang pembesar-pembesar kota menyuruh pejabat-pejabat kota pergi kepada kepala penjara dengan pesan: ‘Lepaskanlah kedua orang itu!’ Kepala penjara meneruskan pesan itu kepada Paulus, katanya: ‘Pembesar-pembesar kota telah menyuruh melepaskan kamu; jadi keluarlah kamu sekarang dan pergilah dengan selamat!’ Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: ‘Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar.’ Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Roma, maka takutlah mereka. Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu. Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.” Ini yang namanya chutzpah!11 Setelah disiksa dan dipenjara, mereka mengatakan kepada para pembesar bahwa mereka adalah warga negara Roma. Di masa Kekaisaran Roma, hanya warga negara Roma yang diakui hak asasi-nya sebagai manusia, termasuk hak untuk mendapatkan proses hukum yang sah. Ketika mereka mengetahui bahwa Sha’ul dan Silas adalah warga negara Roma, mereka sangat takut, dan meminta agar Sha’ul dan Silas untuk diam-diam keluar dari penjara dan meninggalkan kota. Para pembesar kota tidak ingin dapat masalah apapun dengan otoritas Roma! Sha’ul menuntut agar para pembesar datang sendiri ke penjara dan meminta langsung agar Sha’ul dan Silas pergi. (Kalau saya, saya akan langsung pergi dari penjara secara diam-diam, bergembira karena saya telah dibebaskan! Namun, Sha’ul melakukannya dengan benar!) Setelah dilepaskan dari penjara, mereka pergi ke rumah Lydia, di mana mereka menghibur dan menguatkan saudara-saudara.
11
Kata dalam bahasa Yiddish yang berarti “keberanian” atau “nyali”
Menjelajahi Yunani Bersama Rabi Sha’ul Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 17 “Sha’ul dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah sinagoga orang Yahudi. Seperti biasa Sha’ul masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturutturut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yeshua, yang kuberitakan kepadamu.’ Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Sha’ul dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Elohim, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.”1 Rabi Sha’ul (“Paulus”) melintasi Makedonia (Yunani utara) lewat Jalur Egnatian, jalan paling penting di Makedonia. Setelah berjalan sekitar 100 mil sebelah barat Filipi (Kisah 16:12-18), dia tiba di Tesalonika – sebuah kota yang cukup besar (populasi lebih dari 200,000) dengan sebuah koloni Yahudi. Tidak seperti di Filipi, ada sebuah sinagoga di Tesalonika. Rabi Sha’ul mempunyai kebiasaan mengunjungi komunitas Yahudi di setiap lokasi yang dia datangi sebelum pergi ke komunitas orang Bangsa-bangsa. Ini adalah pola yang dia tulis dalam Roma 1:16: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Elohim yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama kepada orang Yahudi, tetapi juga kepada orang Yunani.” Ada beberapa alasan praktis mengapa Sha’ul datang ke sinagoga sebelum pergi kepada Bangsabangsa. Mereka yang menghadiri sinagoga setidaknya tahu tentang Kitab Suci (Tanakh – PL). Selain itu, suasana di sinagoga siap untuk menerima pengajaran karena dipenuhi oleh pria dan wanita yang datang untuk beribadah dan belajar Kitab Suci. Selain itu, di sinagoga ada kebiasaan mempersilakan tamu – terutama para rabi seperti Rabi Sha’ul – untuk menyampaikan D’var Torah (artinya, “Firman dari Torah”, yaitu pengajaran dari Kitab Suci). Dan juga, setiap kali Rabi Sha’ul mengajar di sinagoga, dia bertemu banyak orang Bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan. Tentu saja, sinagoga adalah tempat di mana orang Bangsa-bangsa belajar tentang Elohim di Abad Pertama. Mereka tidak akan datang ke kuil Zeus untuk belajar tentang Tuhan Pencipta Semesta. Orang Bangsa-bangsa ini juga sudah memiliki dasar pengetahuan tentang Tanakh. Pada masa kini, sangat tidak lazim bagi orang Bangsa-bangsa untuk pergi ke sinagoga. Namun, dalam Kitab Kisah Para Rasul, kita terus-menerus melihat orang Bangsa-bangsa beribadah di sinagoga: Kisah 13:43; 14:1; 17:4; 17:17; 18:4. Saya dan istri saya diselamatkan di sebuah gereja Pentakosta tradisional di tahun 1975. Pada saat itu, tidak ada jemaat atau perkumpulan Mesianik di Rochester. Kami berdua merasa bahwa “Yesus” adalah seorang Yahudi, dan kami membaca bahwa Dia terus-menerus menghadiri sinagoga. Seperti Dia hidup, demikian juga kita. Jadi kami mulai menghadiri ibadah di sinagoga. Teman-teman Kristen saya sangat bingung tentang ini. Beberapa orang bahkan bertanya, “Apakah kamu masih selamat?” Saya meyakinkan mereka bahwa saya “masih selamat.” Tetapi mereka mungkin merasa kami sedang mengalami kemunduran. Ibadah di sinagoga adalah pengalaman belajar yang sangat baik bagi kami berdua. Tetapi, kami juga terus menghadiri gereja itu selama beberapa tahun.
1
Kisah 17:1-4
Di bagian awal bab ini, kita membaca bahwa Rabi Sha’ul seperti biasa pergi ke sinagoga. Tentu saja: Dia seorang Yahudi yang taat! Selama tiga kali Shabbat, dia berbicara tentang Mesias Ibrani dari Kitab Suci. Saya yakinkan Anda: Dia tidak menggunakan Perjanjian yang Diperbaharui dalam khotbahnya. Perjanjian yang Diperbaharui bahkan belum ada. Mungkin sudah ada kitab Injil Matius yang beredar, tetapi itu akan sangat jarang, karena semua “buku” pada masa itu berupa gulungan yang ditulis tangan. Lagipula, Eropa adalah wilayah “yang masih perawan.” Sangat sedikit orang Eropa yang pernah mendengar tentang Yeshua sebelum kedatangan Rabi Sha’ul. Rabi Sha’ul menggunakan satu-satunya Kitab Suci yang ada di sinagoga untuk membagikan Kabar Baik tentang Mesias – yaitu Tanakh (PL), Kitab Suci Pondasi. Bahkan sampai sekarang, cara terbaik untuk memberitakan Yeshua kepada seorang Yahudi adalah melalui Tanakh. Sayang, kebanyakan orang Yahudi berpikir bahwa Perjanjian yang Diperbaharui adalah Kitab Suci “Bangsa-bangsa.” Kebanyakan orang Yahudi (dan kebanyakan orang Kristen juga!) mengabaikan fakta bahwa Perjanjian yang Diperbaharui ditulis oleh orang Yahudi, tentang orang Yahudi, dan – sebagian besar – ditujukan untuk orang Yahudi di Abad Pertama. Namun, meski mereka menyadari asal-usul Yahudi dari Perjanjian yang Diperbaharui, saya percaya tetap lebih baik menggunakan “Perjanjian Lama” untuk memberitakan Injil. Nubuat dalam Tanakh merupakan bukti absolut bahwa Yeshua adalah Mesias. Itu juga membuktikan asal muasal Tanakh yang supranatural. Tidak ada manusia yang bisa meramalkan kejadian sejarah secara akurat seperti para nabi dalam Kitab Suci. Saya tidak tahu nubuatan Mesianik mana yang digunakan Rabi Sha’ul untuk mengajar di sinagoga Tesalonika, tetapi mungkin dia menggunakan Yesaya 53 dan Mazmur 22. Kita membaca bahwa Rabi Sha’ul “membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yeshua, yang kuberitakan kepadamu.’” Di ayat 4, kita membaca, “Dan beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Sha’ul dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Elohim, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.” Ketika Sha’ul berbicara di sinagoga, dia juga menjangkau orang Bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan yang menghadiri sinagoga. “Tetapi orang-orang Yahudi yang tidak percaya menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat (17:5).” Injil tidak selalu diterima dengan baik, dan tidak semua orang akan menyukainya, atau bahkan tidak menyukai Anda karena Injil! Dalam kasus ini, beberapa orang Yahudi yang tidak percaya iri hati dengan kesuksesan Rabi Sha’ul menjangkau hati orang Yahudi maupun orang Bangsa-bangsa di dalam sinagoga. Mereka berniat buruk. Sha’ul dan Silas tinggal di rumah Yason. Walaupun “Yason” adalah nama Yunani, dia adalah Yahudi. Orang Yahudi sering menggunakan nama non-Yahudi. Bahkan Ratu Ester memakai nama non-Yahudi.2 Nama Ibraninya adalah Hadassah. Saya perkirakan Sha’ul memilih tinggal di rumah seorang Yahudi agar tidak menyinggung komunitas Yahudi lokal. Namun, itu tidak berhasil, seperti yang kita lihat!
2
Sebenarnya, Ester adalah nama pagan, berasal dari nama dewi kesuburan Ishtar.
“Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang menjungkirbalikkan seluruh dunia telah datang juga ke mari, dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yeshua.’ Ketika orang banyak dan pembesar-pembesar kota mendengar semuanya itu, mereka menjadi gelisah. Tetapi setelah mereka mendapat jaminan dari Yason dan dari saudara-saudara lain, merekapun dilepaskan (17:6-9).” Orang banyak itu tidak dapat menemukan Sha’ul dan Silas, jadi mereka menyeret Yason, dan sebagai gantinya mungkin menyeret juga beberapa orang Yahudi yang percaya lainnya dari Tesalonika. Tuduhan terburuk yang dapat dibuat oleh seorang Yahudi terhadap orang Yahudi lainnya adalah penghujatan. Tetapi, orang-orang Yahudi yang tidak percaya ini menyeret Yason dan orang lainnya ke hadapan pembesar-pembesar kota. Tuduhan yang paling berbahaya adalah pengkhianatan terhadap Roma. Mereka pertama-tama menuduhnya dengan “menjungkirbalikkan seluruh dunia.” Ini sesuatu yang dibesar-besarkan, walaupun tidak diragukan bahwa hal ini telah menimbulkan kegemparan di sinagoga, karena banyak yang percaya kepada Yeshua. Apakah Anda akan dituduh telah “menjungkirbalikkan seluruh dunia” setelah hanya tiga Shabbat berkhotbah di sinagoga? Mereka juga menuduh bahwa Yason dan yang lainnya telah “bertindak melawan ketetapanketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yeshua.” Ini adalah tuduhan yang dialamatkan kepada Yeshua ketika Dia disalibkan, ketika para penuduhNya menuduh Yeshua mengklaim diriNya sebagai seorang Raja. Orang yang melawan ketetapan Kaisar berisiko mendapatkan hukuman yang kejam. Namun, setiap orang yang mendukung raja lain selain Kaisar Roma juga berisiko menerima penyiksaan dan hukuman mati. Ini tuduhan yang berbahaya. Namun, tampaknya para pembesar kota tidak terlalu memperhatikan. KJV mengatakan bahwa mereka meminta “keamanan” kepada mereka, sedangkan New American Standard mengatakan mereka meminta “jaminan.” Tampaknya Yason dan saudara-saudara mungkin “membayar jaminan” atau didenda dan dibebaskan, sehingga para penuduh sangat kecewa. Rabi Sha’ul di Berea “Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke sinagoga orang Yahudi (Kisah 17:10).” Kejutan, kejutan! Apakah Anda berharap Rabi Sha’ul akan pergi ke tempat lain selain “sinagoga orang Yahudi”? Sama seperti di Tesalonika, ketika tiba di Berea pertama-tama dia mencari sebuah sinagoga. “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani (17:11-12).” Kalimat ini terdengar seperti sindiran tajam bagi orang Yahudi di Tesalonika. Pada awal pasal ini, kita menemukan banyak orang Yahudi Tesalonika diyakinkan dan menerima Yeshua sebagai Penebus mereka. Tetapi, saudara-saudara yang percaya akhirnya harus menyuruh Sha’ul dan Silas pergi demi keselamatan mereka, karena orang Yahudi Tesalonika yang tidak percaya berkonspirasi dengan otoritas orang Bangsa-bangsa.
Di Berea, Sha’ul dan Silas sekali lagi memberitakan tentang Mesias Yeshua dari Tanakh. Orang-orang Berea itu mempelajari Kitab Suci setiap hari, dan sampai kepada kesimpulan bahwa Yeshua adalah benar sang Mesias. Dan seperti di Tesalonika, banyak juga orang Yunani menjadi percaya kepada Yeshua, dengan penekanan khusus pada wanita yang percaya, sama seperti di Tesalonika. Saya percaya bahwa para wanita lebih spiritual daripada pria. Anda dapat perhatikan ada lebih banyak wanita yang menghadiri ibadah daripada pria. Tetapi, Anda juga akan menemukan wanita lebih banyak terlibat dalam okultisme. Kebanyakan orang yang terlibat dalam ilmu sihir adalah wanita. Saya percaya ini disebabkan karena wanita lebih merindukan hal-hal spiritual. Inilah alasan mengapa lebih penting untuk menjangkau wanita dengan Kabar Baik. Ada orang Kristen yang percaya bahwa orang Yahudi tidak membutuhkan Yeshua. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Penyelamat bagi Orang Bangsa-bangsa. Dan mereka percaya bahwa orang Yahudi sudah memiliki perjanjian, yaitu perjanjian Abraham, Ishak dan Yakub. Orang Yahudi sudah memiliki Musa, dan tidak membutuhkan Yesus. Saya secara emosional dapat mengerti alasan timbulnya pandangan semacam itu. Orang-orang Kristen itu menyadari adanya sejarah tragis anti-Semit Kristen, di mana ribuan orang Yahudi dipaksa pindah agama ke dalam bentuk Kristen yang salah. Dan kita memiliki sebuah kesamaan – pada poin tertentu. Kita tidak ingin “mengkonversi” orang Yahudi ke dalam Kekristenan. Kita rindu melihat orang Yahudi mengakui Yeshua sebagai Mesias mereka dan tetap setia menjadi anak-anak Abraham, Ishak, dan Yakub. Kita juga menyadari bahwa Paulus dan para Rasul mengalami penganiayaan berat karena memberitakan Yeshua kepada saudara-saudara Yahudi. Mereka dilempari batu, dicambuk, dipukuli, dipenjara, dan bahkan dibunuh oleh saudara-saudara Yahudi. Jika “Yesus” bukan untuk orang Yahudi, maka pengorbanan para Rasul itu sia-sia! Namun, Rabi Sha’ul menulis sebagai berikut: “Aku mengatakan kebenaran dalam Mesias, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Mesias demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani, yaitu orang Israel; sebab mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjianperjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Elohim yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” Roma 9:1-5. Dia juga menulis: “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguhsungguh giat untuk Elohim, tetapi tanpa pengertian yang benar.”3 Melalui perkataan dan perbuatannya, Rabi Sha’ul menunjukkan betapa pentingnya pengabaran Kabar Baik (Injil) kepada saudara-saudaranya, orang Yahudi. Dia tidak ingin melihat mereka mati di dalam dosa tanpa darah penebusan yang disediakan oleh Mesias Yeshua. Rabi Sha’ul menulis separuh dari Perjanjian yang Diperbaharui, jadi kalau Anda percaya bahwa dia salah, Anda mungkin harus mengambil gunting untuk memotong setengah dari Perjanjian yang Diperbaharui.
3
Roma 10:1-2.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Rabi Sha’ul menggunakan nubuatan di dalam Tanakh (PL) untuk membuktikan bahwa Yeshua adalah Sang Mesias. Hasilnya adalah banyak orang Berea yang benar-benar mempercayai Yeshua. Saya percaya inilah kebenaran tak terbantah di segala tempat dan waktu: Pendalaman Kitab Suci (Tanakh) secara jujur – terutama di ayat-ayat yang menubuatkan Mesias Israel – akan menunjukkan bahwa Yeshua adalah sang Mesias. Hasil akhirnya ialah banyak orang akan datang kepada iman kepada Juru Selamat. Juga penting untuk dicatat bahwa orang Berea menjadi percaya melalui pendalaman “Kitab Suci.” Satu-satunya Kitab Suci yang mereka miliki saat itu adalah Tanakh (PL). Terlalu sering dan terlalu banyak penginjil yang cenderung berkhotbah dari Perjanjian yang Diperbaharui, dan mengabaikan Tanakh. Akibatnya, ketika banyak orang percaya kepada Yeshua, mereka cenderung mengabaikan Tanakh, yang sesungguhnya adalah Kitab Suci Pondasi. Tanpa pondasi yang kokoh di dalam Torah dan Kitab Para Nabi, kita melihat banyak orang percaya tidak kuat menghadapi panah api musuh dan seringkali terjatuh. Kita sungguh percaya kepada pengajaran dari Perjanjian yang Diperbaharui, tetapi itu harus dipahami dalam konteks Tanakh. Kedua Perjanjian itu tidak mungkin saling bertentangan. “Tetapi ketika orang-orang Yahudi yang tidak percaya dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan firman Elohim oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak. Tetapi saudara-saudara menyuruh Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea. Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya sampai di Atena, lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, supaya mereka selekas mungkin datang kepadanya.”4 Sayangnya, orang-orang yang menentang Yeshua juga memiliki semangat yang tinggi. Rabi Sha’ul mungkin dapat memahami mereka yang menentang, karena dulu dia juga menganiaya kaum Yahudi Mesianik dengan berapi-api, menangkapi kaum Yahudi Mesianik dan membawa mereka ke Yerusalem (Kisah 9). Tetapi, Yeshua menampakkan DiriNya kepada Sha’ul. Sha’ul kemudian malah lebih berapi-api bagi Yeshua daripada yang dulu saat menentangNya. Banyak orang Yahudi Ortodoks pada masa kini memiliki semangat ketaatan yang tinggi. Bayangkan apa yang akan terjadi jika mereka menerima Yeshua! Orang Yahudi Tesalonika yang tidak percaya tidak puas menganiaya Sha’ul (Paulus) di Tesalonika; mereka datang ke Berea untuk membangkitkan orang Yahudi yang tidak percaya di Berea untuk melawan Sha’ul. Akibatnya, Rabi Sha’ul melarikan diri lagi, dari Berea menuju Atena. Kemudian dia memanggil Timotius dan Silas untuk bergabung dengannya di Atena. Banyak orang berasumsi bahwa Rabi Sha’ul pergi ke Atena menggunakan kapal. Namun, jika Anda melihat peta, Anda akan melihat bahwa dia harus mengitari sebuah pulau besar dan sebuah semenanjung untuk mencapai Atena dengan kapal. Lebih masuk akal jika kita berasumsi bahwa dia melalui jalan darat pinggir pantai untuk pergi ke Atena.
4
Kisah 17:13-15
Rabi Sha’ul di Atena Bahkan di masa Rabi Sha’ul, Atena adalah kota yang sangat besar. Tetapi, ia bukan lagi pusat kerajaan. Pada masa kekuasaan Alexander Agung, Atena adalah pusat kekaisaran Yunani yang mencakup sebagian besar selatan Eropa, Afrika Utara, dan sebagian besar Asia hingga Sungai Indus di India. Bahasa, budaya, dan agama Yunani disebarkan di seluruh Kerajaan Yunani. Kemudian, Roma menjadi kekuatan adidaya, merebut kejayaan yang sebelumnya dimiliki Yunani. Namun, bangsa Roma adalah peniru orang Yunani. Seperti orang Inggris mengambil musik rock and roll Amerika, dan mengemasnya ulang, dan mengirimkannya kembali kepada kami di tahun 1960-an (dalam bentuk Beatles, dll), begitu juga orang Roma mengambil budaya dan agama Yunani, dan mengemasnya ulang, dan menyebarkannya ke seluruh wilayah Laut Mediterania. Orang Roma juga menyembah dewa-dewa Yunani, tetapi dengan nama yang baru, seperti Yupiter untuk Zeus, dan Merkurius untuk Hermes. Walaupun Atena tidak lagi menjadi adikuasa, tetapi ia masih menjadi pusat filosofi dunia. Warga Atena sangat bangga dengan filosofi mereka yang sia-sia. Filosofi Atena terus memberi pengaruh besar kepada orang Roma yang telah menaklukkan kota itu beberapa abad sebelumnya. Bahkan sekarang, Atena (melalui filosofi Yunani) masih menjadi adikuasa di dalam pemikiran dan agama. Sayangnya, filosofi Yunani telah mempengaruhi banyak teolog Kristen dalam pemahaman mereka terhadap Alkitab. Dewa-dewa Yunani bersifat plin-plan, berubah-ubah kehendak sesuai suasana hati. Tetapi Tuhan orang Ibrani – YHWH – stabil dan tidak berubah. “Bahwasanya Aku, YHWH, tidak berubah.”5 Juga, “Yeshua sang Mesias, tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”6 Namun, ketika filosofi Yunani masuk dalam gereja Kristen, kita langsung mendapatkan “Dispensasi,” di mana Tuhan berubah pikiran sepanjang waktu. Ini menimbulkan teologi “Dispensasi Hukum,” lalu digantikan oleh “Dispensasi Kasih Karunia,” dan muncul juga beberapa “dispensasi” lainnya. Anda tidak akan menemukan konsep seperti itu di dalam Kitab Suci. Tetapi, Anda akan menemukannya diajarkan di seminari (sekolah teologi) di seluruh dunia. Mencampuradukkan cara berpikir Yunani dengan kebenaran Alkitab adalah suatu kesalahan besar. Baik Tanakh (PL) maupun Perjanjian yang Diperbaharui seharusnya dibaca dan dipahami dengan cara berpikir Ibrani. Semua penulis kitab dalam Alkitab adalah orang Yahudi yang berpikir seperti orang Yahudi. Semua tulisan mereka seharusnya dipahami sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh para penulisnya, tanpa campuran filosofi Yunani atau agama Babilonia di dalamnya. “Sementara Sha’ul menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Karena itu di sinagoga ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang Bangsa-bangsa yang takut akan Elohim, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ (Kisah 17:16-17).”
5
Maleakhi 3:6
6
Ibrani 13:8
Seperti biasa, Rabi Sha’ul pertama kali pergi ke sinagoga. Inilah tempat di mana dia beribadah sebagai seorang Yahudi, dan inilah tempat di mana dia mendapatkan kesempatan terbaik untuk memberitakan Mesias Ibrani kepada orang Yahudi. Sinagoga juga adalah tempat orang Bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan untuk belajar tentang Tuhan orang Yahudi (yang adalah Tuhan bagi segala bangsa!). Orang-orang Bangsa-bangsa ini sudah memiliki pengetahuan dasar tentang Kitab Suci, sehingga lebih mudah bagi Rabi Sha’ul untuk memberitakan Mesias kepada mereka. Namun, dia tidak membatasi diri pada tempat “relijius”; dia juga memberitakan Kabar Baik di pasar. Yeshua memerintahkan kita untuk menjadi “penjala manusia.”7 Ikan-ikan tidak selalu mendatangi Anda; Andalah yang harus mencari mereka! “Kemudian beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: ‘Apakah yang hendak dikatakan si pengoceh ini?’ Tetapi yang lain berkata: ‘Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing.’ Sebab ia memberitakan Injil tentang Yeshua dan tentang kebangkitan-Nya. Lalu mereka membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan: ‘Bolehkah kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? Sebab engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. Karena itu kami ingin tahu, apakah artinya semua itu.’ (Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru.)” Kisah 17:18-21. Ada dua aliran besar di antara para filsuf Yunani. Aliran Epikuros mengajarkan bahwa kebaikan tertinggi adalah kesenangan. Pada masa itu, mereka adalah para hedonis penikmat hidup, menjalani gaya hidup sensual. Aliran Stoa mengajarkan bahwa manusia harus menekan perasaan dan hawa nafsu. Iman Mesianik tidak anti kesenangan. Kita bahkan diperintahkan untuk bersukacita! Kita merayakan Hari-hari Raya! Secara seimbang, kita menghindari kutub ekstrem hedonis dari Epikuros dan kemuraman Stoa. Orang-orang di pasar itu mungkin sudah bosan mendengar filosofi yang itu-itu lagi. Telinga mereka gatal untuk mendengar sesuatu yang baru! Tetapi, beberapa orang menuduh Sha’ul seorang pengoceh yang tidak berbobot, sementara yang lain mengira dia memberitakan dewa asing. Sebagai penyembah berhala, mereka tidak memiliki kerangka pikir untuk memahami apa yang Rabi Sha’ul katakan. Mereka membawanya ke Areopagus, sidang pemegang otoritas urusan agama dan moral di Atena. “Tuhan yang Tidak Dikenal” di Areopagus “Dan Paulus, dengan berdiri di tengah-tengah sidang Areopagus, ia berkata, ‘Hai para lelaki, hai orang-orang Atena, dalam segala hal aku memandang kamu sebagai orang-orang yang sangat beribadah. Sebab ketika sedang jalan berkeliling dan mengamati barang-barang sesembahanmu, aku juga mendapati sebuah mezbah yang di atasnya tertulis: KEPADA TUHAN YANG TIDAK DIKENAL. Oleh karena itu, apa yang kamu sembah, yang tidak dikenal, Dia inilah yang aku beritakan kepadamu. Elohim yang telah menjadikan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, Dia inilah yang menjadi Tuhan atas langit dan bumi. Dia tidak berdiam di dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, tidak pula dilayani oleh tangan-tangan manusia seolah-olah membutuhkan sesuatu. Dia sendiri yang memberikan segala kehidupan dan nafas bagi segala sesuatu. Dia juga telah menjadikan segala bangsa manusia dari satu darah untuk berdiam di atas seluruh muka bumi, dengan menentukan musim-musim dan batas-batas kediaman mereka ketika direncanakan sebelumnya, agar mencari Tuhan, sekiranya kemudian pada 7
Markus 1:17
akhirnya mereka dapat menjamah dan mendapatiNya, sekalipun sesunggunya berada tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, dan bergerak, dan ada, seperti juga beberapa pujangga di antaramu mengatakan: Karena kita pun keturunanNya. Oleh karena itu, sebagai keturunan Elohim, kita tidak seharusnya berpikir bahwa hal yang ilahi adalah serupa dengan emas, atau perak, atau baut, tanda ukiran dan gagasan manusia. Kemudian sesungguhnya, dengan mengabaikan zaman kebodohan, Elohim sekarang memerintahkan kepada semua orang di mana saja, supaya bertobat. Sebab Dia telah menetapkan satu hari, yang di dalamnya Dia akan segera menghakimi dunia dalam keadilan, oleh satu Orang yang telah Dia tentukan, setelah Dia memberikan bukti kepada semua orang dengan membangkitanNya dari antara yang mati.” Saya suka cerita ini! Di sini kita mendapatkan Rabi Sha’ul pergi ke Areopagus (Bukit Dewa Ares). Dia melihat penyembahan berhala di sekelilingnya. Bangsa Yunani dikenal sebagai pematung yang hebat, jadi Sha’ul mungkin menyaksikan karya seni yang indah. Tetapi, sebagai seorang Yahudi Ortodoks, dia pasti muak melihat semua itu. Dia bisa saja langsung melontarkan kegeraman. “Kamu kumpulan penyembah berhala yang jahat! Kamu semua akan pergi ke neraka bersama berhalamu!” Namun, Sha’ul tidak ingin menghakimi mereka; dia berusaha mencari cara untuk menyelamatkan jiwa mereka! Ketika dia melihat berbagai macam berhala, dia juga melihat sebuah mezbah pemujaan kepada “Tuhan yang tidak dikenal.” Agaknya orang Yunani tidak ingin melewatkan satu dewapun. Karena takut kalau-kalau ada dewa yang terlewat, mereka menyediakan satu patung khusus untuk Tuhan yang Tidak Dikenal. Sha’ul melihat ini sebagai sebuah kesempatan untuk bersaksi kepada mereka tentang Tuhan Pencipta. Dia berkata bahwa mereka sangat “beribadah (ILT) / relijius (NAS).” Alkitab KJV menulis, “bersifat takhayul.” Yang satu bisa menjadi pujian, sementara yang lainnya adalah penghinaan. Kata Yunaninya dapat diterjemahkan menjadi dua arti itu. Saya percaya terjemahan Alkitab NAS, “relijius,” lebih akurat dalam kasus ini. Sha’ul sedang berusaha membujuk mereka keluar dari paganisme. Dia memberitahu mereka tentang “Tuhan yang Tidak Dikenal” sebagai Tuhan yang menciptakan dunia. Seluruh manusia berasal dari darah yang sama, karena semua merupakan keturunan Adam. Hanya ada satu ras – yaitu ras manusia! Tuhan memberi kepada kita semua nafas dan kehidupan. Tuhan bukanlah sesuatu yang dibuat oleh tangan manusia. Di masa lalu, Tuhan “menutup mata” pada dosa kebodohan/ketidaktahuan kita. Namun, “Dia telah menetapkan satu hari, yang di dalamnya Dia akan segera menghakimi dunia dalam keadilan, oleh satu Orang yang telah Dia tentukan, setelah Dia memberikan bukti kepada semua orang dengan membangkitanNya dari antara yang mati.” Yeshua, yang telah bangkit dari antara Orang Mati, akan menghakimi seluruh dunia. “Dan ketika mendengar kebangkitan orang mati, memang mereka mengejek, tetapi yang lain berkata, “Kami ingin mendengarkan engkau lagi tentang hal ini.” Dan, demikianlah Paulus pergi dari tengah-tengah mereka. Dan beberapa orang, setelah menggabungkan diri dengan dia, mereka menjadi percaya, yang di antaranya ada Dionisius, anggota Areopagus, dan seorang perempuan dengan nama Damaris, juga orang-orang lain yang bersama mereka (Kisah 17:32-34).”
Rabi Sha’ul di Korintus Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 18 Setelah meninggalkan Atena – ibukota Kerajaan Yunani – Rabi Sha’ul pergi ke Korintus. Korintus adalah kota dengan standar moral rendah, mirip Las Vegas atau kota-kota besar di Eropa masa kini. Korintus terletak di daratan sempit memanjang yang menghubungkan daratan Yunani utara dan selatan. Kota ini memiliki pelabuhan di Teluk Saronic di sebelah timur, dan Laut Ionia di sebelah barat kota. Lokasi ini membuatnya sangat populer dan penting untuk pelayaran. Banyaknya pelaut yang berlabuh berkontribusi kepada suasana mesum kota Korintus. Karena terletak di daratan yang menjembatani bagian utara dan selatan Yunani, kota ini juga sangat penting untuk perjalanan darat. Seperti umumnya kota-kota di Yunani, penduduk Korintus menjunjung tinggi filosofi dan kebijaksanaan. Pada masanya, kota ini sangat besar, berpenduduk 250,000 orang bebas dan hampir 400,000 orang budak. Korintus adalah kota yang sangat “relijius,” dengan banyaknya kuil pemujaan berbagai dewa dan dewi. Namun, kuil yang paling penting adalah kuil Aphrodite,1 dewi “cinta,” walaupun istilah yang lebih tepat adalah “nafsu seks.” Para pemuja Aphrodite mempraktekkan pelacuran bakti, dengan adanya lebih dari seribu imam wanita–pelacur. Ada banyak masalah di antara orang-orang percaya di Korintus. Namun, mengingat lingkungan tempat mereka tinggal, hal itu mudah dimengerti. Ketika saya masih bergabung dalam militer, ada orang-orang Kristen Injili dalam berbagai kesatuan tentara kami. Saya kagum melihat mereka mampu mempertahankan integritas dan kesaksian iman di tengah kehidupan tentara yang tidak bermoral di akhir tahun 1960-an. Saya membayangkan bahwa godaan hidup di Korintus cukup memberi dampak pada orang-orang percaya ini, sama seperti godaan hidup di Abad ke-21 mempengaruhi kehidupan Orang Percaya pada masa kini. “Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.” (Kisah 18:1-2). Seperti kebiasaannya, Sha’ul mencari orang Yahudi dan komunitas Yahudi. Bahkan kota yang sangat pagan ini memiliki komunitas Yahudi, dan juga sinagoga. Dalam kasus ini, Sha’ul bertemu sepasang suami istri Yahudi – Akwila dan Priskila – yang sudah percaya Yeshua! Mereka diusir dari kota Roma bersama seluruh komunitas Yahudi. Kaisar Klaudius mengeluarkan keputusan yang memaksa orangorang Yahudi keluar dari Roma di tahun 49 CE.2 Menurut sejarawan kuno Suetonius, orang-orang Yahudi diusir karena “keributan terus-menerus di antara mereka yang merupakan hasutan dari Chrestus.” Jika yang dimaksud dengan “Chrestus” adalah “Kristus,” (kesalahan ejaan) ini mungkin menunjuk pada keributan “tentang” Yeshua, dan pasti bukan disebabkan “oleh” Dia. Ada orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yeshua, dan banyak yang lainnya secara keras menentang Dia. 1
Orang Roma menyebutnya “Venus.”
2
“Common Era,” sama dengan Masehi.
Pertanyaannya adalah: “Bagaimana mungkin ada orang Yahudi yang percaya kepada Yeshua di Roma pada saat itu?” Jawabannya adalah perayaan Shavuot (Pentakosta) di Kisah pasal 2. Pada perayaan itu terdapat “baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi/proselit (‘gerim’)”3 dari banyak negara, termasuk Roma. Banyak di antara mereka menjadi percaya kepada Yeshua sebagai Mesias pada hari itu. Mereka tidak “pindah agama menjadi Kristen.” Agama Kristen bahkan belum ada pada saat itu. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang menjadi percaya kepada Mesias mereka sendiri. Ketika mereka kembali ke daerah Diaspora Yahudi, mereka membawa berita tentang Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat. Sebagai hasilnya, beberapa orang, seperti Akwila dan Priskila, menjadi percaya kepada Yeshua, bersama dengan banyak orang Yahudi lainnya. Hal ini menimbulkan perpecahan dalam komunitas Yahudi di Roma, yang menyebabkan keributan sehingga membuat Kaisar Klaudius mengusir semua orang Yahudi. Perlu dicatat: Akwila dan Priskila tidak diusir karena mereka Kristen; Akwila dan Priskila masih dianggap sebagai orang Yahudi. Tak lama setelah itu, Klaudius juga mengusir orang Yahudi dari Filipi. Ketika Rabi Sha’ul mengunjungi Filipi,4 dia menemukan beberapa wanita Yahudi beribadah secara sembunyi-sembunyi pada hari Shabbat di dekat sungai di Filipi. Para pria Yahudi tidak dapat bersembunyi, karena tanda sunat akan membongkar identitas mereka, jadi mereka harus meninggalkan Filipi seperti yang diperintahkan. “Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.” (Kisah 18:3) Menarik untuk dicatat bahwa Rabi Sha’ul yang hebat sekalipun memiliki pekerjaan sekuler. Jika Anda pergi ke Israel sekarang, Anda akan menemukan ribuan pria dari berbagai usia yang pekerjaannya hanya belajar di berbagai yeshiva yang tersebar di seluruh Israel, dan tidak bekerja mencari nafkah untuk menghidupi dirinya. Sebaliknya, mereka mendapat sokongan dari amal, dan bahkan disubsidi oleh para pembayar pajak di Israel. Penurunan ekonomi akhir-akhir ini telah membuat banyak dari mereka akhirnya bekerja. Luar biasa! Para ahli Torah di masa lalu tidak pernah terlalu sombong untuk bekerja mencari nafkah. Rambam dan Ramban (Maimonides dan Nachmanides) bekerja sebagai dokter. Kaum Amoraim bekerja dengan berdagang. Shammai dan Hillel, pemimpin dua mazhab terbesar dari golongan Farisi, juga melakukan pekerjaan sekuler. Saya tidak menentang orang-orang yang memperoleh penghasilan dari pelayanan. Hal itu memungkinkan lebih banyak waktu digunakan untuk pelayanan. Rabi Sha’ul sendiri juga mengatakan bahwa mereka yang mengabarkan Kabar Baik patut mendapat sokongan.5 Tetapi bukan sesuatu yang memalukan untuk memiliki pekerjaan sekuler jika pelayanan tidak dapat memenuhi kebutuhan finansial. Rabi Sha’ul adalah seorang pembuat kemah, dan suatu kebetulan yang menyenangkan, Akwila dan Priskila juga pembuat kemah. Karena Rabi Sha’ul sering bepergian (tanpa fasilitas penginapan yang mudah), kemungkinan besar dia sangat pandai membuat kemah. Pada masa itu, biasanya seorang ayah Yahudi mengajari anak laki-lakinya keahlian yang dikuasainya, jadi sangat mungkin bahwa ayah Sha’ul adalah pembuat kemah juga.
3
Kisah 2:10
4
Kisah 16:12-13
5
1 Korintus 9:14
“Dan setiap hari Sabat, Sha’ul berbicara dalam sinagoga dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.”6 Apakah Anda mengharapkan sesuatu yang berbeda? Menurut Sha’ul, Injil adalah “pertama-tama untuk orang Yahudi dahulu, tetapi kemudian juga untuk orang Yunani.”7 Bagaimanapun juga, dari segi kepraktisan, adalah lebih masuk akal untuk pertama-tama pergi ke sinagoga. Di sana berkumpul orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang Kitab Suci dan mengenal rencana penebusan Elohim. Sinagoga adalah situasi dan kondisi yang siap untuk menerima pengajaran, dengan jadwal ibadah yang teratur, sebuah gedung, dan kesempatan untuk berbicara, yang biasanya diberikan bila ada tamu datang ke sinagoga, terutama jika tamu itu adalah seorang rabi, seperti yang terjadi pada kasus Sha’ul. Juga, sinagoga adalah tempat ke mana orang Bangsa-bangsa datang jika mereka ingin belajar tentang Elohim. “Dan ketika Silas dan Timotius turun dari Makedonia, Sha’ul terus dicengkeram oleh Roh untuk bersaksi dengan sungguh-sungguh kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yeshua adalah Mesias (Kisah 18:5).” Dalam Kisah 17:15, Sha’ul menginstruksikan Silas dan Timotius agar bergabung dengannya sesegera mungkin. Walaupun mereka tidak bergabung dengannya di Atena, akhirnya mereka bergabung dengannya di Korintus. Dan sekali lagi, Sha’ul sangat sibuk bersaksi kepada orang-orang Yahudi bahwa Yeshua adalah Mesias. “Namun karena mereka menentang dan menghujatnya, sambil mengebaskan jubahnya, dia berkata kepada mereka, “Darahmu ada di atas kepalamu, aku bersih, mulai sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain.’” Saya tidak tahu apa hujatan yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi itu, tetapi tampak jelas itu sangat mengecewakan Sha’ul. Dia mengutip Yehezkiel 18:13 ketika dia berkata, “Darahmu tertimpa kepadamu sendiri; aku bersih.” Dengan kata lain, dia telah melakukan tugasnya mengabarkan keselamatan. Adalah tugas kita juga untuk memberitakan Kabar Baik. Bagaimana respon orang lain untuk menanggapi kabar itu adalah urusan mereka sendiri. Sha’ul menentang konversi/pindah agama secara paksa, seperti yang gereja sesat lakukan beberapa ratus tahun terakhir, atau seperti yang orang Muslim lakukan pada masa kini. Saya penasaran dengan Sha’ul yang “mengebaskan jubahnya”! Apakah itu berarti dia mengebaskan pakaian di tubuhnya? Atau dia melepas pakaian luarnya dan mengebaskannya kepada mereka? Saya tidak tahu! Bagian akhir dari kalimat berbunyi, “mulai dari sekarang aku akan pergi kepada Bangsa-bangsa lain.” Sayangnya, frase ini – yang diucapkan Sha’ul di puncak kemarahannya – sering digunakan oleh para anti-Semit untuk “membuktikan” bahwa Tuhan tidak lagi tertarik dengan orang Yahudi. Namun, di beberapa ayat setelahnya di pasal yang sama (dan di seluruh Kitab Kisah Para Rasul, dan juga di semua kitab lain yang ditulis oleh “Paulus”), kita melihat bahwa Rabi Sha’ul selalu mendatangi orang-orang Yahudi lagi dan lagi. “Maka keluarlah ia dari situ, lalu datang ke rumah seorang bernama Titius Yustus, seorang yang beribadah kepada Elohim, dan yang rumahnya berdampingan dengan sinagoga.” Sha’ul meninggalkan sinagoga, dan pergi ke sebuah rumah yang berdampingan dengan sinagoga. Ini adalah rumah Titius Yustus, seorang Bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan, dan mungkin dipekerjakan oleh sinagoga. Sampai hari ini, sinagoga biasanya mempekerjakan orang Bangsa-bangsa untuk melakukan pekerjaan
6
Kisah 18:4
7
Roma 1:16
yang tidak dapat dilakukan orang Yahudi pada hari Shabbat, seperti menyalakan api untuk menghangatkan gedung, atau membuka gedung sebelum ibadah dimulai. Shabbos Goy (orang goyim yang bekerja di hari Shabbat) berperan penting di dalam sinagoga. Dia biasanya juga bertugas sebagai penjaga sinagoga (koster, ed.). “Tetapi Krispus, kepala dari sinagoga itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis.” Tampaknya, ini terjadi di rumah Titius Yustus. Sha’ul membagikan Kabar Baik kepada Krispus, sehingga dia menjadi percaya kepada Yeshua, begitu juga dengan “banyak orang Korintus (baik orang Yahudi maupun Bangsa-bangsa)”. Setelah memiliki iman, mereka dibaptis. Krispus adalah salah satu orang yang Sha’ul sebutkan dibaptis dalam 1 Korintus 1:14. “Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: ‘Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini (18:910).’” Ini bukan pertama kalinya Sha’ul mendapat penglihatan dari Tuhan. Dalam Kisah 9:4-6, dia mendapat penglihatan dari Yeshua yang sudah bangkit ketika sedang menuju Damsyik untuk menganiaya kaum Yahudi Mesianik di sana. Inilah yang membuat Sha’ul percaya kepada Yeshua. Sekarang Sha’ul justru berada di pihak yang dianiaya karena percaya kepada Yeshua. Juga, di Kisah 22:17-19, kita melihat Rabi Sha’ul berdoa di Beit HaMikdash (Bait Suci) di Yerusalem. Ayat 17 mengatakan Sha’ul “masuk ke dalam penglihatan,” dan kemudian dia melihat Yeshua lagi, memperingatkannya untuk cepat meninggalkan Yerusalem demi keselamatannya. Mungkin Sha’ul mengalami banyak penglihatan lain lagi dari Yeshua, mungkin juga tidak. Namun, saya tidak percaya bahwa ini adalah cara komunikasi yang normal antara Tuhan dengan kita. Cara komunikasi yang normal antara Tuhan dan kita adalah melalui firmanNya. Mimpi dan penglihatan adalah untuk keadaan khusus, dan masih tetap ada hingga hari ini – hanya untuk keadaan tertentu. Jika Anda hanya ingin mendapat mimpi dan penglihatan, HaSatan (si Musuh) akan memberikannya, dan Anda akan sangat terbuka kepada penyesatan. “Maka tinggallah Sha’ul di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Elohim di tengah-tengah mereka (18:11).” Di antara semua tempat dan kota yang didatangi oleh Sha’ul, ini adalah tempat di mana Sha’ul menetap dalam waktu lama (1 ½ tahun). Ayat berikutnya menunjukkan bahwa Sha’ul juga melayani di daerah tetangga, Akhaya. Jika Anda membaca seluruh Surat Korintus, Anda akan menemukan banyak masalah dihadapi para orang percaya di sana. Kita pada masa kini mungkin menganggap mereka orang “Karismatik” atau “Pentakosta,” dengan berbagai karunia Roh Kudus. Namun, mereka masih sangat belum dewasa dalam iman, dan mengalami banyak masalah moral yang mungkin disebabkan oleh kondisi amoral di sekitar mereka. Mereka membutuhkan Sha’ul untuk tinggal di sana selama 1 ½ tahun! Sha’ul “ditangkap” “Akan tetapi setelah Galio menjadi gubernur di Akhaya, bangkitlah orang-orang Yahudi yang tidak percaya bersama-sama melawan Sha’ul, lalu membawa dia ke depan pengadilan. Kata mereka: ‘Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Elohim dengan jalan yang bertentangan dengan Torah’ (18:12-13).” Galio adalah saudara dari filsuf Yunani, Seneca. Dia dikagumi karena berkepala dingin dan adil. Namun, dia seorang Yunani penyembah berhala! Dia tidak tertarik mengurusi masalah hukum orang Yahudi. Apalagi, tuduhan itu juga palsu. Rabi Sha’ul tetap menjadi orang Yahudi yang taat Torah, bahkan ia seorang Farisi. (Lihat Kisah 23:6; 28:17.)
“Ketika Sha’ul hendak mulai berbicara, berkatalah Galio kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Hai orangorang Yahudi, jika sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu, tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau Torah yang berlaku di antara kamu, maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya; aku tidak rela menjadi hakim atas perkara yang demikian.’ Lalu ia mengusir mereka dari ruang pengadilan.” Saya dapat menghargai kemarahannya. Mengapa orang-orang Yahudi ini menginginkan Galio memutuskan perkara hukum Yahudi? “Maka orang Yunani itu semua menyerbu Sostenes, kepala sinagoga, lalu memukulinya di depan pengadilan itu; tetapi Galio sama sekali tidak menghiraukan hal itu (18:17).” Kita tiba-tiba mendapatkan kepala sinagoga baru. Dalam Kisah 18:8, Krispus adalah kepala sinagoga. Namun, setelah percaya kepada Yeshua, sang Mesias Ibrani, dia digantikan oleh Sostenes. Orang-orang Yahudi seringkali harus membayar harga mahal karena percaya kepada Yeshua. Saya menduga, Sostenes yang membawa Sha’ul ke hadapan pengadilan Galio untuk dihukum. Ketika Galio menolak untuk terlibat dalam masalah hukum Yahudi, orang-orang Yunani memukuli Sostenes karena telah mengganggu Galio dengan masalah semacam itu. Galio tampaknya menyetujui pemukulan itu. Menarik untuk dicatat bahwa Sostenes juga menjadi percaya kepada Yeshua di kemudian hari. Rabi Sha’ul menyebutkan Sostenes di dalam Surat kepada Jemaat di Korintus yang Pertama, di ayat yang pertama! Dua kepala sinagoga secara beruntun menjadi Yahudi Mesianik! “Dan Sha’ul tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ, dan berlayar ke Siria, sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea, karena ia telah bersumpah. Priskila dan Akwila menyertai dia (18:18).” Sha’ul menyadari bahwa dia memiliki perlindungan dari Galio, maka ia tinggal lebih lama di Korintus. Kemudian, dia berlayar ke Siria, bersama pasangan Yahudi Roma, Akwila dan Priskila. Kemudian dia mencukur rambutnya, karena memenuhi sebuah sumpah. Dulu, saya beranggapan bahwa ini adalah sumpah Nazar seperti dalam Bilangan 6. Dalam aturan Nazar, seorang yang bernazar (nazir) menetapkan sendiri berapa lama nazar itu berlaku. Selama masa itu, dia harus menghindari segala macam hasil pohon anggur, termasuk wine, buah anggur, kismis, jus anggur, atau cuka anggur. Dia juga tidak mencukur rambut sampai akhir kenazirannya. Namun, ketika sumpah Nazar selesai, seorang Nazir akan mencukur rambutnya dan mempersembahkan korban (Bilangan 6:13-18). Satu-satunya tempat untuk melakukan itu adalah di Bait Suci di Yerusalem. Jadi, tindakan Sha’ul ini bukanlah pemenuhan Nazar seperti di Bilangan 6. Juga, Mishna menyatakan bahwa sumpah Nazar yang dilakukan di Galut (Diaspora) tidak sah. Jadi, saya tidak tahu sumpah apa yang dilakukan oleh Sha’ul di ayat ini. Hari ini, tidak ada sumpah Nazar yang sah, bahkan di Israel sendiri, karena tidak ada Beit HaMikdash (Bait Suci) untuk mempersembahkan korban. Namun, orang Yahudi Kulit Hitam dari sekte Rastafaria di Jamaika membuat modifikasi sumpah Nazar tanpa korban. Mereka tidak pernah mencukur rambut dan terkenal dengan rambut gimbal panjang seperti yang dimiliki penyanyi Bob Marley. Mereka juga tidak makan hasil pohon anggur. Meski mereka tidak minum wine atau alkohol, mereka seringkali mengkonsumsi mariyuana. Mereka vegetarian. Mereka memuliakan Kaisar Haile Salassie, pemimpin Etiopia yang sudah meninggal, sebagai Kristus yang Sudah Datang Kedua kalinya, dan tampaknya masih mengharapkan dia untuk menebus semua orang kulit hitam.
Seorang Yahudi Mesianik Bernama Apolos “Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang
Yeshua, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yokhanan (Yohanes). Ia mulai mengajar dengan berani di sinagoga. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Elohim dengan lebih akurat. Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada talmidim (murid-murid) di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Elohim, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia meyakinkan orang-orang Yahudi dan di muka umum membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yeshua adalah Mesias.” Aleksandria adalah kota yang didirikan oleh Aleksander Agung di pantai utara Mesir. Aleksandria adalah kota kedua terbesar di Kekaisaran Romawi. Kota itu memiliki populasi Yahudi yang lebih besar dibandingkan kota-kota lain di luar Israel. Dua dari lima distriknya didominasi oleh orang Yahudi. Aleksandria adalah pusat Yahudi Helenis di Galut (Diaspora). Aleksandria juga merupakan pusat budaya dan pendidikan. “Di kota itu berkembang variasi Yudaisme yang lebih mengakomodasi budaya Yunani – semacam ‘Yudaisme Reform’ pada masa itu. Aleksandria bahkan memiliki Bait Suci sendiri. Septuaginta8 diselesaikan di Aleksandria pada sekitar tahun 200 SM.”9 Banyak orang beranggapan bahwa sebagian besar orang Yahudi tinggal di Israel selama awal Abad Pertama. Namun, bahkan pada saat itu, lebih banyak orang Yahudi tinggal di Diaspora (“Pengasingan”). Apolos mungkin dibesarkan di lingkungan Yahudi yang pada masa kini akan dianggap cukup liberal, menggabungkan budaya Yunani dan Ibrani. Dia juga memiliki kitab suci dalam bahasa Ibrani maupun Yunani. Kita membaca bahwa dia “sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci.” Dalam pasal ini, kita menemukan bahwa dia ada di Efesus, sebuah kota di pantai barat Turki masa kini. Apolos adalah seorang percaya di dalam Yeshua, dan cukup bersemangat di dalam imannya. Namun, pengetahuannya tentang iman Mesianik masih terbatas, karena dia hanya mengenal baptisan Yokhanan. Priskila dan Akwila membawanya ke rumah mereka untuk mengajarkan lebih banyak tentang iman. (Menarik untuk dicatat bahwa wanita “diperbolehkan” untuk mengajari seorang pria!) Apolos kemudian pergi ke Akhaya. (Korintus adalah ibukota distrik Akhaya.) Orang Percaya Mesianik di Akhaya didorong untuk menerima Apolos. Ketika di Akhaya, dia menggunakan Kitab Suci (Tanakh, atau “Perjanjian Lama”) untuk meyakinkan orang Yahudi bahwa Yeshua adalah benar sang Mesias. Tanakh, tentu saja, adalah satu-satunya Kitab Suci yang dikenal pada saat itu. Perjanjian yang Diperbaharui belum “ditemukan”.
8 9
Terjemahan Tanakh (PL) dan Apokripa dalam bahasa Yunani.
Dikutip dari Dr. David Stern’s Jewish New Testament Commentary, hal. 291, © 1989, Messianic Jewish Resources, 6120 Day Long Lane, Clarksville MD 21029
Rabi Sha’ul di Efesus Pendalaman Kisah Para Rasul Pasal 19 Sha’ul dan Apolos Bertukar Tempat Dalam Kisah 19:1, kita menemukan bahwa Apolos ada di Korintus, di mana Rabi Sha’ul telah mengajar. Sementara, Rabi Sha’ul pergi ke Efesus, di mana Apolos pernah tinggal di Kisah 18:24. Apolos tampaknya telah menaruh landasan bagi Rabi Sha’ul, di mana Rabi Sha’ul bertemu beberapa talmidim (murid-murid). Dia bertanya kepada mereka, “Sudahkah kamu menerima Ruakh HaKodesh (Roh Kudus), ketika kamu menjadi percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ Lalu kata Sha’ul kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yokhanan.’ Kata Sha’ul: ‘Baptisan Yokhanan adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yeshua.’” Tampaknya, orang-orang ini mengetahui Yokhanan Pembaptis, tetapi pengetahuan mereka tentang Yeshua sangat terbatas. Ketika mereka mendengar lebih banyak tentang Yeshua, mereka dibaptis di dalam nama Yeshua. Dan ketika Sha’ul1 menumpangkan tangan ke atas mereka, mereka mulai berbicara dalam bahasa lidah dan bernubuat. Simpanlah di dalam pikiran Anda bahwa tidak ada seorangpun mengajari mereka bahasa lidah, dan tidak ada seorangpun melatih mereka untuk bernubuat. Itu semua terjadi seperti dalam Kisah pasal 2 sebagai gerakan yang murni dari Tuhan. Saya beranggapan bahwa – sama seperti di dalam Kisah 2:6 dan 10:46 – “bahasa lidah” yang diucapkan adalah bahasa-bahasa yang diketahui manusia. Mereka juga bernubuat. Akan sangat menarik untuk mengetahui apa yang mereka ucapkan. Namun, Dr. Lukas memilih untuk tidak mencatat apa yang mereka katakan atau nubuatkan. “Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang.” “Selama tiga bulan Rabi Sha’ul mengunjungi sinagoga di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Elohim (19:8).” Kejutan, kejutan! Apakah Anda berharap dia melakukan hal yang berbeda? Seperti biasa, Paulus pergi ke komunitas Yahudi terlebih dahulu. “Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan talmidimnya2 (murid-muridnya) dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus (19:9).” Ada sebuah pola di sini: Rabi Sha’ul mengajar di sinagoga; banyak yang menjadi percaya kepada Yeshua; timbul perlawanan; Rabi Sha’ul pergi; dia membawa bersamanya banyak orang yang telah menjadi percaya dalam Yeshua. Dalam kasus ini, dia membawa talmidimnya ke sekolah Tiranus.3 Saya percaya ini adalah sekolah Yahudi, yaitu yeshiva4 atau shul (bahasa Yiddish untuk ‘sekolah’). Bahasa Yunaninya adalah schole, yang merupakan akar kata dari shul dan school. Rabi Sha’ul tidak meninggalkan sinagoga untuk bergabung dengan persekutuan Bangsa-bangsa. Dia tetap tinggal dalam komunitas Yahudi.
1
“Paulus.” “Murid-murid.” 3 Sarjana bangsa-bangsa S.P. Hunter setidaknya percaya pada kemungkinan bahwa Tiranus adalah seorang rabi Yahudi. Jewish New Testament Commentary, David Stern, hal. 293. 4 Tempat untuk belajar Torah. 2
“Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan Yeshua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani (19:10).” Pada saat itu di Abad Pertama, mengikut Yeshua adalah sesuatu yang “sangat Yahudi.” Rabi Sha’ul tidak membangun komunitas orang percaya yang berlawanan dengan komunitas Yahudi. Shul atau yeshiva ini memiliki talmidim (murid-murid) orang Yahudi maupun orang Bangsa-bangsa. Yeshiva ini menyediakan tempat untuk Rabi Sha’ul melakukan pertemuan dan pengajaran. Di ayat 8, kita menemukan bahwa dia mengajar dengan berani di sinagoga selama 3 bulan, waktu yang cukup lama. Di ayat 10, kita menemukan bahwa dia tinggal di Sekolah Tiranus di Efesus, selama total 2 tahun dan 3 bulan, periode waktu yang cukup panjang. Inilah periode waktu terpanjang yang Sha’ul habiskan di satu kota, kecuali saat ia dipenjara di kota Roma. Rabi sekolah itu tampaknya cukup bertoleransi, sampai perlawanan terhadap Sha’ul muncul. Sha’ul tampaknya bepergian ke seluruh Asia, karena kita membaca, “semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan Yeshua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.” Namun, Asia pada waktu itu adalah sebuah provinsi kecil di sebelah barat Turki masa kini. Lama kelamaan, cakupan istilah Asia meluas ke seluruh Turki, dan hari ini istilah Asia digunakan untuk seluruh benua, bahkan, benua terbesar di Planet Bumi! (Begitu pula, Zion awalnya adalah istilah untuk Har HaBayit [Gunung Bait Suci] di mana Bait Suci pernah berdiri. Kemudian, Zion menjadi sinonim dari kota Yerusalem. Sekarang, Zion berarti seluruh Israel!) Sha’ul sangat berperan penting dalam memastikan semua orang Yahudi dan Yunani yang tinggal di Asia mendengar firman Tuhan Yeshua. Ini juga adalah tugas saya dan tugas Anda – untuk memberitakan Firman. Kita tidak pernah membaca bahwa seluruh penduduk Asia menjadi percaya. Tetapi setidaknya mereka telah mendengar Firman. “Oleh Paulus Elohim mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat (19:11-12).” Mujizat seringkali menjadi bagian dari pelayanan Rabi Sha’ul, seperti yang telah terjadi juga dengan Yeshua dan Shimon Kefa (Kisah 5:1516). Saya meragukan bahwa mujizat selalu terjadi, tetapi sangat jelas mujizat telah terjadi. Ajaibnya, bahkan potongan kain yang pernah tersentuh tubuhnya memiliki urapan yang dapat menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Inilah mujizat sejati. Orang-orang disembuhkan dari berbagai macam penyakit, dan iblis diusir keluar. Mujizat seperti itu juga masih terjadi pada masa kini, karena “Mesias Yeshua tetap sama dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya.”5 Namun, sangat menyakitkan bagi saya ketika membaca tentang seorang yang disebut “evangelis” menjual sapu tangan kepada mereka yang sakit, dan kepada mereka yang putus asa mengharapkan kesembuhan. Ini adalah perdagangan yang licik, yang saya yakin Rabi Sha’ul tidak akan setuju. “Dan ada beberapa orang dari mereka yang suka berkeliling, yaitu para pengusir setan dari bangsa Yahudi, mereka berusaha keras menyebut nama Tuhan Yeshua atas mereka yang kerasukan roh-roh jahat, dengan mengatakan, “Kami mendesak kamu demi YESHUA yang Paulus beritakan!” Dan yang melakukan hal ini ialah ketujuh anak laki-laki Skewa, seorang imam kepala bangsa Yahudi. Dan sambil menanggapi, roh jahat itu berkata, “Aku mengenal YESHUA, dan aku pun mengetahui Paulus, tetapi kamu, siapakah kamu?” Dan orang itu, yang padanya ada roh jahat, dengan melompat ke atas mereka dan dengan menundukkan mereka, dia mengungguli mereka, sehingga sambil telanjang dan terluka mereka melarikan diri dari rumah itu.”6 5
Ibrani 13:8.
6
Kisah 19:13-16.
Kisah ini bagi saya sangat lucu. Tetapi, jika itu terjadi pada saya, tentu tak akan lucu. Adalah seorang bernama Skewa, yang berhubungan saudara dengan Kohen HaGadol (Imam Besar). Dia memiliki tujuh orang anak, yang melihat banyak orang disembuhkan dalam nama Yeshua dan setan-setan terusir. Mereka merasa mendapat mantra baru yang ampuh untuk digunakan dalam pekerjaan mereka.7 Mereka berkata, “Kami mendesak kamu demi nama YESHUA yang Paulus beritakan.” Mereka tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yeshua; mereka hanya menggunakan namaNya sebagai salah satu mantra pengusir setan. Sungguh malang, orang yang kerasukan setan itu memiliki kekuatan supranatural dan mampu mengalahkan ketujuh anak itu, sehingga mereka lari dari rumah itu telanjang dan berdarah. Roh jahat itu sama sekali tidak takut dengan ‘kuasa’ anak-anak Skewa ini. Ketika bertugas sebagai polisi militer di Jerman pada tahun 1969, saya dan seorang teman patroli dipanggil untuk membantu tiga orang polisi Jerman untuk menahan seorang tentara Amerika yang membuat keributan. Kami tiba dan menyaksikan ketiga polisi Jerman ini mencoba menahan dan memukulnya dengan pentungan karet, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, dengan bantuan saya dan teman patroli, kami berlima akhirnya mampu mengalahkan pria ini dan memborgolnya. Jika ditinjau ulang, saya percaya bahwa dia dirasuki setan, karena tidak ada orang normal yang sekuat itu. Dalam perjalanan kembali ke markas polisi militer, teman patroli saya mengemudi. Saya duduk di kursi belakang bersama orang ini yang terus-menerus berusaha menendang kami berdua. Saya pukuli dia dengan pentungan kayu, namun tak berefek banyak untuk menghentikan dia. Tujuh orang Yahudi pengusir setan ini tidak memiliki senjata apapun, dan sangat tidak diuntungkan ketika menghadapi orang yang kerasukan setan yang kuat ini. EPHESUS: Pusat Seni Sihir “Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yeshua. Banyak di antara mereka yang telah menjadi percaya, datang dan mengaku di muka umum, bahwa mereka pernah turut melakukan perbuatan-perbuatan seperti itu. Banyak juga di antara mereka, yang pernah melakukan sihir, mengumpulkan kitab-kitabnya lalu membakarnya di depan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu ditaksir lima puluh ribu uang perak. Dengan jalan ini makin tersiarlah firman Elohim dan makin berkuasa (19:17-20).” Efesus adalah kota pusat ilmu sihir. “Kitab-kitab” di Abad Pertama berbentuk gulungan. Semua buku dalam Alkitab pada mulanya juga ditulis dalam bentuk gulungan. Semua buku pada masa itu ditulis tangan, dan biasanya ditulis di atas lembaran perkamen dari kulit binatang. Karena itu, semua “kitab” selalu berharga sangat mahal. Harga gulungan-gulungan kitab yang dicatat di atas adalah sebesar 50,000 uang perak. Satu keping uang perak (atau drachma) pada masa itu adalah nilai upah kerja sehari. Kitabkitab itu dapat disimpan sebagai investasi, atau langsung dijual. Namun, gulungan-gulungan itu dibakar. Orang-orang Efesus ini mengetahui bahwa iman di dalam Yeshua lebih berharga daripada gulungangulungan yang sangat mahal itu. Hasilnya adalah bahwa “makin tersiarlah firman Elohim dan makin berkuasa.”
7
Sampai hari ini, ada orang Yahudi yang bekerja sebagai pengusir setan, terutama di kalangan Yahudi Hasidik, yang mengusir shedim (roh jahat) dan dybbuk (arwah penasaran).
KUIL ARTEMIS Kesuksesan dapat menimbulkan iri hati. Sesembahan paling penting bagi orang Efesus adalah Artemis (orang Roma menyebutnya Diana). Ini menyangkut masalah agama dan juga ekonomi. Banyak orang mendapat penghasilan besar dengan membuat patung perak Artemis. Kuil Artemis banyak didatangi peziarah dan mereka pasti membawa uang. Selain itu, terdapat ribuan pelacur bakti yang dipekerjakan untuk menyembah Artemis. Para peziarah membelanjakan banyak uang di Efesus. Kuil Artemis adalah salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Panjangnya adalah 425 kaki (129 meter) dan lebarnya 220 kaki (67 meter). Terdapat 127 pilar marmer putih dengan tinggi 62 kaki (18 meter) dan jarak antar pilar kurang dari 4 kaki (1,2 meter).8 Di dalam kuil, terdapat patung batu Artemis dengan banyak buah dada, dan batunya dipercaya jatuh dari surga. Banyak ahli yakin bahwa batu itu adalah meteorit. Anehnya, orang Muslim juga melakukan haji (ziarah ke Mekah) setidaknya sekali dalam seumur hidup. Ketika di Mekah, mereka mengunjungi Kaabah, sebuah kuil batu berbentuk persegi. Di dalam Kaabah terdapat sebuah batu hitam yang sangat suci bagi Islam. Orang Muslim percaya bahwa batu itu turun dari surga, dan karena itulah ia dianggap suci. Déjà vu! Terdengar sangat mirip dengan batu di Kuil Artemis! “Sebab ada seorang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Usahanya itu mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit bagi tukang-tukangnya. Ia mengumpulkan mereka bersama-sama dengan pekerja-pekerja lain dalam perusahaan itu dan berkata: ‘Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa kemakmuran kita adalah hasil perusahaan ini! Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Sha’ul, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa. Dengan jalan demikian bukan saja perusahaan kita berada dalam bahaya untuk dihina orang, tetapi juga kuil Artemis, dewi besar itu, berada dalam bahaya akan kehilangan artinya. Dan Artemis sendiri, Artemis yang disembah oleh seluruh Asia dan seluruh dunia yang beradab, akan kehilangan kebesarannya.’ Mendengar itu meluaplah amarah mereka, lalu mereka berteriak-teriak, katanya: ‘Besarlah Artemis (Diana) dewi orang Efesus!’ Seluruh kota menjadi kacau dan mereka ramai-ramai membanjiri gedung kesenian serta menyeret Gayus dan Aristarkhus, keduanya orang Makedonia dan teman seperjalanan Paulus.”9 Para anti-Semit seringkali memusatkan perhatian pada saat orang Yahudi yang tidak percaya memusuhi Kabar Baik. Harus dicatat juga bahwa kaum Yahudi Mesianik seringkali menghadapi perlawanan dari penyembah berhala! Tentu saja, ada alasan yang kuat untuk ini! Injil Yeshua tidak boleh berkompromi dengan penyembahan berhala. Pada masa itu, kaum pagan menyadari kebenaran mendasar ini. Sayangnya, beberapa ratus tahun kemudian, gereja Kristen tidak lagi mengerti kebenaran mendasar ini. Orang Kristen justru membangun pemisah antara “gereja” dan orang Yahudi dengan mengeliminasi banyak pondasi iman dalam Torah. Lebih parah lagi, mereka berusaha membuat Kekristenan Bangsa-bangsa lebih menarik bagi kaum pagan. Mereka melakukannya dengan berkompromi: mengadopsi banyak tradisi, hari raya dan hari ibadah pagan, bahkan teologi pagan, dan digabungkan dengan Kekristenan. 8
NASB Study Bible, Zondervan, hal. 1613.
9
Kisah 19:24-29.
Tentu saja, ini memuluskan transisi dari paganisme kepada Kekristenan. Ini taktik yang sangat jitu. Dalam beberapa abad, Kekristenan yang bercampur pagan menyebar ke hampir seluruh Eropa. Namun, ini adalah Kekristenan yang sesat, tidak sama dengan iman yang pernah diturunkan kepada orang-orang kudus. Berabad-abad kemudian, ketika Kekristenan Protestan bangkit, banyak dari kompromi sesat itu diadopsi juga oleh gereja Protestan. Mungkin yang paling menyolok adalah perayaan Easter (“Paskah Kristen”), yang adalah nama dewi berhala. Banyak tradisi Kristen seputar Easter berasal dari bangsa Babilonia, dan tidak ada hubungannya dengan Kebangkitan Yeshua. Ternyata kaum Protestan kurang banyak protes! Kembali ke kejadian di Efesus: Orang banyak itu menjadi menggila! Keselamatan Aleksander (seorang teman seperjalanan Sha’ul) dan talmidim lainnya terancam. “Tetapi ketika mereka tahu, bahwa ia (Aleksander) adalah orang Yahudi, berteriaklah mereka bersama-sama kira-kira dua jam lamanya: ‘Besarlah Artemis (Diana) dewi orang Efesus!’”10 Tolong dicatat: Mereka tidak hendak menyerang dia karena dia seorang Kristen; melainkan karena dia seorang Yahudi! Seperti “Paulus,” Aleksander tetap menjadi seorang Yahudi. Orang Yahudi tidak perlu konversi ke agama lain untuk menerima Mesias mereka sendiri! Ketika mereka mengetahui bahwa dia seorang Yahudi mereka berteriak, “Besarlah Artemis (Diana) dewi orang Efesus!” selama dua jam! “Akan tetapi panitera kota menenangkan orang banyak itu dan berkata: ‘Hai orang Efesus! Siapakah di dunia ini yang tidak tahu, bahwa kota Efesuslah yang memelihara baik kuil dewi Artemis, yang mahabesar, maupun patungnya yang turun dari langit? Hal itu tidak dapat dibantah, karena itu hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak. Sebab kamu telah membawa orangorang ini ke sini, walaupun mereka tidak merampok kuil dewi kita dan tidak menghujat namanya. Jadi jika Demetrius dan tukang-tukangnya ada pengaduannya terhadap seseorang, bukankah ada sidangsidang pengadilan dan ada gubernur, jadi hendaklah kedua belah pihak mengajukan dakwaannya ke situ. Dan jika ada sesuatu yang lain yang kamu kehendaki, baiklah kehendakmu itu diselesaikan dalam sidang rakyat yang sah. Sebab kita berada dalam bahaya akan dituduh, bahwa kita menimbulkan huru-hara pada hari ini, karena tidak ada alasan yang dapat kita kemukakan untuk membenarkan kumpulan yang kacau-balau ini.’ Dan dengan kata-kata itu ia membubarkan kumpulan rakyat itu.” Saya tidak tahu siapa panitera kota ini. Namun, menurut buku telaah Alkitab saya, panitera kota adalah penghubung antara warga kota Efesus dan otoritas Roma. Panitera kota ini berbicara secara rasional dan sangat cerdas. Efesus adalah bagian dari Kekaisaran Roma. Roma dapat bertindak kejam terhadap musuh-musuhnya. Namun, orang Roma juga sangat memegang hukum dan peraturan. Mereka sangat tidak suka kekacauan. Situasi di Efesus ini dapat dengan mudah menjadi tidak terkontrol. Orang-orang mungkin dapat main hakim sendiri. Itu akan membawa murka Roma atas Efesus. Panitera kota yang sangat bijaksana ini melindungi Aleksander, Sha’ul, dan talmidim lainnya dari orang banyak yang berbahaya. Dia juga menyelamatkan kota Efesus dari kejamnya “hukum” Roma.
10
Kisah 19:34.
Bahaya Mengikuti Rabi Sha’ul Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 20 “Dan setelah reda keributan itu, Sha’ul (Paulus) memanggil talmidim (murid-murid) dan menguatkan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia. Ia menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani. Sesudah tiga bulan lamanya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria. Tetapi pada waktu itu orang-orang Yahudi (yang tidak percaya) bermaksud membunuh dia. Karena itu ia memutuskan untuk kembali melalui Makedonia.” (Kisah 20:1-3). Kalimat pembuka dari Kisah 20 dimulai dengan kata “Dan,” menunjukkan kepada kita bahwa pasal ini dimulai di tengah-tengah sebuah paragraf, yaitu lanjutan pasal 19, di sana hampir terjadi kekacauan terhadap para pengikut Yeshua. Para talmidim diselamatkan dari kemarahan para penyembah Artemis di Efesus. Rabi Sha’ul meninggalkan Efesus, di mana dia telah tinggal selama dua tahun dan tiga bulan (19:8;10). Efesus terletak di pantai barat Turki saat ini. Dari sana, dia berangkat ke Makedonia (sebelah utara Yunani). Rabi Sha’ul tetap sangat konsisten dengan kesaksiannya tentang Yeshua sang Mesias, dan tidak menghiraukan kesulitan, bahaya, dan bahkan keadaan hampir rusuh yang disebabkan oleh kesaksiannya. Rabi Sha’ul adalah seorang Rabi yang sangat terpelajar. Ia berguru pada Gamaliel. Dia jelas sangat tidak materialistik. Saya meragukan bahwa dia memiliki rumah; dia selalu ada di perjalanan, memberitakan Injil, seringkali mengalami kesulitan besar. Dia tidak sama dengan para pengajar “Iman” masa kini, yang “mempercayai Tuhan” untuk mendapat kemakmuran berlimpah. Dalam Kisah 20, kita melihat Rabi Sha’ul meneruskan perjalanan di sekitar Mediterania menyampaikan pesan keselamatan baik kepada Yahudi maupun Bangsa-bangsa. Kali ini, Sha’ul tinggal di Yunani selama tiga bulan, mungkin di provinsi Akhaya di mana Korintus berada. Dia berencana untuk pergi ke Siria. Namun, karena ada rencana pembunuhan oleh beberapa orang Yahudi yang tidak percaya, dia memilih untuk pergi melalui jalur yang lebih jauh, yaitu melalui Makedonia. “Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari Derbe, dan Timotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus. Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan kami di Troas (20:4-5).” Bepergian pada masa itu sangat sulit dan juga berbahaya. Dalam 1 Korintus 16:1-4, kita membaca bahwa Sha’ul telah meminta jemaat di Korintus untuk menyisihkan uang pada hari pertama1 dari setiap minggu. Sha’ul akan membawa semua uang koin itu untuk kaum Yahudi Mesianik yang miskin di Yerusalem, seperti yang sudah ia lakukan di Kisah 11:29-30. Jika pengumpulan ini dilakukan setiap pekan, saya perkirakan ada cukup banyak uang yang dibawa ke Yerusalem. Oleh karena itu, di ayat 4, kita membaca tentang ketujuh orang yang menemani Sha’ul. Saya percaya mereka ada untuk melindungi Sha’ul. Ingat, pada zaman itu uang kertas belum ditemukan.
1
Orang Yahudi yang taat tidak mengurus uang pada hari Shabbat. Karenanya, mereka melakukan pengumpulan pada hari Minggu.
Semua uang berbentuk koin, terbuat dari tembaga, perunggu, perak dan emas. Kumpulan uang itu pasti akan terasa berat dan besar. Sha’ul pasti membutuhkan bantuan untuk membawa semua koin-koin itu, bersama dengan semua barang yang dia perlukan dalam perjalanan. Jika pergi sendirian, ia akan jadi sasaran empuk bagi penyamun. “Tetapi sesudah hari raya Matzah (Roti Tidak Beragi) kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya (20:6).” Hari Raya Roti Tidak Beragi adalah Pesakh. Pesakh dan Roti Tak Beragi bukan dua hari raya terpisah. Seperti yang dikatakan di dalam Lukas 22:1, “Hari raya Roti Tidak Beragi, yang disebut Paskah, sudah dekat.” Semua kalender Yahudi mencantumkan kata Pesakh pada setiap hari selama sepekan perayaan Roti Tidak Beragi. Baik Yudaisme maupun Perjanjian yang Diperbaharui setuju bahwa semua ini bukanlah hari raya yang terpisah. Sayangnya, banyak Yahudi Mesianik masa kini mengadopsi kesalahan dari Kekristenan dalam membuat Pesakh dan Hari Raya Roti Tidak Beragi sebagai hari raya yang terpisah. Tetapi yang lebih penting adalah Kisah 20:6 sekali lagi menunjukkan bahwa Sha’ul tetap seorang Yahudi yang taat, merayakan Pesakh. Tidak akan pernah terbersit kepadanya untuk merayakan hari raya pagan seperti Easter. Maka, seharusnya kita juga mengikuti teladan Paulus, melewatkan (pass over) daging ham perayaan Easter dan merayakan Yeshua Sang Domba Passover (Pesakh). “Pada Motzi Shabbat2 (“hari pertama dalam minggu itu”), ketika kami berkumpul untuk memecahmecahkan roti, Sha’ul berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Sha’ul amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ‘Jangan ribut, sebab ia masih hidup.’ Setelah kembali di ruang atas, Sha’ul memecahmecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur.” (Kisah 20:7-12). Saya sangat suka cerita ini. Bayangkan keadaan saat itu. Pertama-tama, kita harus menghapus sudut pandang gereja dalam pikiran kita. Mereka berkumpul pada “hari pertama dalam minggu itu.” Ingat, secara alkitabiah, setiap hari dimulai pada saat matahari terbenam, dan berakhir saat matahari terbenam 24 jam kemudian. Dengan demikian, “hari pertama dalam minggu itu” dimulai pada hari Sabtu, yaitu setelah Shabbat berakhir. Dalam Yudaisme, ini disebut “Motza’ei-Shabbat,” atau dalam bahasa Yiddish Ibrani disebut “Motzi Shabbat.” Ini berarti “Kepergian Shabbat.” Pertemuan ini diadakan pada Sabtu malam. Ada banyak orang yang berkumpul untuk mendengarkan Paulus berbicara untuk terakhir kalinya, dan untuk “memecahkan roti” bersama. Ini bukan “komuni atau perjamuan kudus,” seperti yang sering diajarkan. Dalam tradisi Yahudi, orang-orang Yahudi sering berkumpul untuk “memecahkan roti.” Ini berarti mengucapkan berkat atas roti, dan dapat dilanjutkan dengan makan bersama, tetapi ini bukan komuni atau perjamuan kudus! 2
Kata Yunaninya adalah “Sabaton.” (Shabbat).
Lampu minyak dinyalakan untuk penerangan. Banyaknya jumlah orang dan asap pembakaran minyak lampu menyebabkan penipisan oksigen di udara. Orang muda bernama Eutikhus ini tampaknya mencari udara segar dan duduk di pinggir jendela di lantai tiga. Paulus tetap berbicara sampai tengah malam. Tampaknya Eutikhus tidak dapat tetap terjaga, dan waktu sudah larut malam. Dia tertidur pulas lalu jatuh dari jendela lantai tiga ini. Tidak mengejutkan bahwa dia mati karena jatuh. Rabi Sha’ul (Paulus) merebahkan diri ke atasnya, mendekapnya, dan menghidupkannya kembali! Ini sangat mirip dengan tindakan Eliyahu (Elia) dalam 1 Raja-raja 17:21-23, ketika dia merentangkan tubuhnya ke atas tubuh seorang anak yang meninggal karena sakit, dan nyawa anak itu kembali lagi ke tubuhnya. Setelah kejadian dengan Eutikhus ini, Paulus kembali ke atas, melanjutkan makan, dan mengajar sampai fajar menyingsing! Dan orang-orang kadang mengeluh ketika saya mengajar lebih dari satu jam! Dan kemudian Sha’ul pergi! Bayangkan itu: mengajar dan berkhotbah semalaman, lalu pergi untuk sebuah perjalanan jauh. Pada masa kini, orang-orang seringkali tertidur di pesawat atau kereta. Saya berpikir tidak akan mudah bagi Sha’ul untuk tidur di atas kapal laut yang akan membawanya dari Troas ke Miletus, sebuah perjalanan hampir 200 mil melalui pantai barat Turki saat ini. Dalam Kisah 20:13-16, kita melihat Rabi Sha’ul sengaja tidak berhenti di Efesus, karena dia sedang terburu-buru agar tiba di Yerusalem pada saat Shavuot (Pentakosta). Shavuot, dari dulu sampai sekarang, adalah satu dari Shalosh Regalim (Tiga Hari Raya Ziarah), seperti yang ditulis dalam Ulangan 16:16. Karenanya, ini dianggap lebih penting daripada Hari Raya seperti Rosh HaShanah (lebih tepat disebut “Yom Tru’ah”) atau Yom Kippur, terutama pada masa di mana Beit HaMikdash (Bait Suci) masih berdiri. Menurut tradisi Rabinik, ini adalah hari di mana Aseret HaD’varim (“Sepuluh Perintah” – secara literal “Sepuluh Firman”) diberikan di Gunung Sinai. Untuk alasan itulah, Shavuot telah (dan masih) menjadi hari raya yang penting dalam Yudaisme. Rabi Sha’ul tetap seorang Yahudi yang taat Torah, dan dia memprioritaskan untuk ziarah ke Yerusalem untuk merayakan hari yang sangat penting ini. Shavuot semakin penting ketika Ruakh HaKodesh (Roh Kudus) dicurahkan pada para talmidim di Kisah 2, yang melahirkan Yudaisme Mesianik sebagai pergerakan besar di dalam Yudaisme.
PERPISAHAN DENGAN EFESUS “Karena itu ia (Sha’ul) menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat3 datang ke Miletus. Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: ‘Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan4 dari pihak orang Yahudi (yang tidak percaya) yang mau membunuh aku. Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Elohim dan percaya kepada Tuhan kita, Yeshua sang Mesias.” (Kisah 19:17-21) 3
Hampir semua Alkitab berbahasa Inggris menggunakan kata “church.” Namun, anggota jemaat ini berasal dari sinagoga di Efesus dan yeshiva Tiranus. Ini termasuk juga orang Bangsa-bangsa, namun, sebagian besar adalah orang Yahudi. Ini bukan “church” dalam arti yang kita ketahui pada masa kini. 4 Terjemahan KJV menerjemahkan peirasmos sebagai “godaan” dalam ayat ini. Mungkin Sha’ul mengalami godaan di Efesus. Namun, hampir semua terjemahan menggunakan kata “cobaan” di ayat ini.
Seperti disebutkan sebelumnya, Sha’ul sedang terburu-buru pergi ke Yerusalem. Karenanya, dia tidak pergi ke Efesus, tetapi sebaliknya memanggil para penatua di Efesus untuk datang ke Miletus. Dia menjelaskan kepada mereka bahwa sepanjang waktu dia bersama mereka di Efesus, dia telah melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati dan banyak air mata. Pelayanan tidaklah mudah, terutama jika seseorang sungguh peduli pada kawanan dombanya! Dia juga menyebutkan pencobaan yang dia alami sebagai akibat dari orang Yahudi yang tidak percaya. Secara historis, orang Yahudi tidak menganiaya penganut agama lain; orang Yahudi menganiaya sesama orang Yahudi yang mereka anggap sesat atau salah. Inilah penganiayaan yang Paulus terima. Paulus dianiaya bukan karena dia seorang Kristen, karena Paulus tidak pernah pindah agama. Paulus (Sha’ul) dianiaya oleh komunitas Yahudi yang tidak percaya karena mereka menganggap dia mengajarkan bentuk Yudaisme yang sesat. Ada kesesatan yang dihembuskan oleh Kristen Zionis bahwa ‘Yesus’ adalah Mesias bagi orang Bangsa-bangsa saja, dan Dia bukan Mesias bagi orang Yahudi, dan bahwa orang Yahudi tidak memerlukan Yeshua. Kita sungguh menghargai orang-orang Kristen Zionis ini, dan devosi mereka yang sungguh-sungguh kepada Israel dan orang Yahudi. Namun, mereka salah jika percaya bahwa orang Yahudi tidak memerlukan Yeshua. Tampaknya Rabi Sha’ul tidak belajar di sekolah teologi mereka. Kita melihat di ayat 21 bahwa dia terus bersaksi baik kepada orang Yahudi maupun orang Yunani tentang pertobatan, dan iman di dalam Yeshua sang Mesias. “Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yeshua kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Elohim.” (Kisah 20:22-24) Rabi Sha’ul bersemangat untuk berangkat ke Yerusalem untuk merayakan Shavuot, walaupun dia tahu melalui kesaksian Ruakh HaKodesh bahwa dia menghadapi penjara dan penderitaan di sana. Namun demikian, dia tidak menyayangkan nyawanya sendiri, bahwa mungkin dia akan mengakhiri “perjalanannya dengan sukacita.” Dia bersedia taat meski harus mati karena ia melihat hidup yang kekal. Jika kehidupan ini adalah satu-satunya kehidupan yang kita jalani, saya akan merasa sangat depresi. Namun, seperti Rabi Sha’ul, saya percaya pada kehidupan sesudah kematian. Saya percaya ada kehidupan melampaui empat dimensi5 yang terlihat di sekitar saya. Anehnya, Nachmanides6 mengajarkan bahwa ada sepuluh dimensi – empat yang kita ketahui, dan enam yang tidak kita ketahui, mungkin termasuk alam roh. Saya tidak mengerti tentang hal itu sama sekali. Tetapi anehnya, para fisikawan modern telah setuju dengan apa yang Nachmanides katakan sekitar 800 tahun yang lalu itu. “Dan sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Elohim. Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Elohim kepadamu (20:25-27).” 5 6
Panjang, lebar, tinggi dan waktu.
Rabi, kabbalis, dan pujangga dari Spanyol (1194-1270). Juga dikenal sebagai Ramban, dia diusir dari Spanyol. Dia pergi ke Eretz Yisrael pada 1267.
Sha’ul tahu bahwa pelayanannya mendekati akhir. Dia telah berjuang dalam pertandingan yang baik. Dia mengingatkan mereka bahwa dia tidak memiliki hutang darah kepada seluruh manusia. Dia telah memberitakan seluruh Kabar Baik. Jika seseorang mati dan menolak Kabar Baik, Sha’ul dapat tetap tenang karena dia tahu bahwa dia telah membagikan Firman (“seluruh maksud Elohim,” termasuk Torah), dan karenanya tidak bersalah atas darah mereka. Serigala Datang Untuk Menghancurkan Kawanan “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Elohim yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik talmidim dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata (20:28-31).” Rabi Sha’ul sangat sadar bahwa setelah kepergiannya, yang lain akan datang ke dalam jemaat di Efesus membawa penyesatan rohani. Dia menyebut mereka “serigala yang ganas.” Serigala-serigala, tentu saja, tidak punya niat baik bagi para domba; mereka hanya tertarik untuk menghancurkan kawanan. Juga, kesesatan rohani akan muncul dari dalam jemaat sendiri. Sungguh menyedihkan bahwa banyak jemaat yang dibentuk dan dilayani oleh Rabi Sha’ul berada di wilayah yang sekarang adalah Turki modern. Pertama, mereka jatuh ke dalam kesalahan rohani. Diadakan beberapa kali Konsili Gereja di Efesus. Konsili Efesus yang Pertama di tahun 190 CE7 menetapkan hari raya Easter pada hari Minggu, menggantikan Passover (Pesakh) yang dirayakan oleh jemaat Yahudi Mesianik dan Kristen mula-mula. Konsili Efesus tahun 431 menetapkan Pemujaan kepada Perawan Maria, yang sampai saat ini disembah sebagai “Ibu Tuhan” dan sebagai perantara kepada Tuhan. Setelah berkali-kali dihancurkan dan dibangun kembali, kota Efesus benar-benar jatuh pada abad ke15, dan sekarang tinggal reruntuhan. Pusat Gereja Ortodoks Timur selama berabad-abad ada di Konstantinopel, di sebelah utara Turki. Sekarang, Turki didominasi oleh Muslim. Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh “serigala-serigala” itu untuk menuntaskan pekerjaan mereka di Efesus. Rabi Sha’ul telah memberi peringatan dalam Kisah 20:29-30. “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Elohim dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya. Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.” (Kisah 20:32-34) Rabi Sha’ul tinggal cukup lama di Efesus dan wilayah sekitarnya. Kisah 19, ayat 8 dan 10, menyatakan bahwa dia menghabiskan sekitar 2 tahun dan 3 bulan di sana. Dia menyerahkan mereka kepada Tuhan dan kepada Firman yang telah dia taburkan dalam hati mereka. Dia juga mengingatkan mereka bahwa dia melayani mereka dengan gratis, tidak mengharapkan emas atau perak. 7
“Common Era,” sama artinya dengan Masehi.
Rabi Sha’ul memenuhi kebutuhannya dengan tangannya sendiri, mungkin sebagai seorang pembuat kemah profesional. Saya tidak menentang orang-orang yang mendapat penghasilan dari pelayanan. Dalam 1 Korintus 9:14, Sha’ul berkata bahwa, “Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.” Namun, kita melihat Paulus seringkali tidak mengambil upah apapun dari jemaat yang ia layani. Dia bekerja secara sukarela. Saya yakin Rabi Sha’ul akan terkejut jika melihat betapa banyak “pelayan” Injil masa kini mengumpulkan kekayaan bagi diri mereka. “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yeshua, sebab Ia sendiri telah mengatakan: ‘Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima (20:35).’” Rabi Sha’ul menggarisbawahi pentingnya memberi untuk membantu mereka yang lebih lemah daripada kita. Dan dia mengutip perkataan Yeshua yang tidak kita temukan dalam Injil. Yokhanan (Yohanes) 21:25 mengatakan kepada kita bahwa “masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yeshua, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” Ini terdengar seperti melebih-lebihkan. Namun, saya percaya bahwa Yeshua adalah Mitra Pencipta Alam Semesta, jadi tentu saja itu tidak berlebihan! Dan selama waktu Yeshua bersama talmidimNya, saya yakin Dia mengatakan dan melakukan banyak hal yang tidak dicatat dalam Injil. Amsal 11:24-25 (NAS) mengatakan kepada kita, “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” Kami telah mengalami ini secara pribadi. Ketika kami semakin banyak memberi, Elohim memberkati kami dengan tambahan berkat finansial, jadi kami mampu memberi bahkan lebih banyak lagi! “Sesudah mengucapkan kata-kata itu Sha’ul berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua. Maka menangislah mereka semua tersedu-sedu dan sambil memeluk Sha’ul, mereka berulangulang mencium dia. Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena ia katakan, bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka mengantar dia ke kapal (20:36-28).” Mereka sangat mengasihi Paulus. Mereka sangat sedih karena dia harus pergi.
Sha’ul Berangkat ke Yerusalem Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 21 “Sesudah perpisahan yang berat itu bertolaklah kami dan langsung berlayar menuju Kos. Keesokan harinya sampailah kami di Rodes dan dari situ kami ke Patara. Di Patara kami mendapat kapal, yang hendak menyeberang ke Fenisia. Kami naik kapal itu, lalu bertolak. Kemudian tampak Siprus di sebelah kiri, tetapi kami melewatinya dan menuju ke Siria. Akhirnya tibalah kami di Tirus, sebab muatan kapal harus dibongkar di kota itu. Di situ kami mengunjungi talmidim (murid-murid) dan tinggal di situ tujuh hari lamanya. Oleh bisikan Roh murid-murid itu menasihati Paulus, supaya ia jangan pergi ke Yerusalem.” Kisah 21:1-4. Ayat-ayat ini mengantarkan kita kepada KPR 21. Kejadian di pasal ini berlangsung sekitar tahun 60M, sekitar 30 tahun setelah kematian, penguburan, dan kebangkitan Mesias Yeshua. Di pasal sebelumnya, Sha’ul berpisah dengan para murid di Efesus di provinsi Asia, yang pada masa kini adalah di pantai barat Turki. Sha’ul berlayar menyusuri pantai barat Turki, dan ke Siprus, sebuah negara pulau di sebelah barat laut Israel, dan kemudian ke Fenisia, yang sekarang adalah Libanon modern. Orang Fenisia adalah pelaut-pelaut hebat, berlayar jauh hingga ke lautan lepas. Mereka juga memiliki peradaban yang tinggi, karena menyerap peradaban dari tempat-tempat jauh yang mereka kunjungi. Saya yakin, ada banyak peristiwa dalam perjalanan ini yang tidak dicatat, karena pada waktu itu perjalanan adalah sesuatu yang sangat sulit. Di Tirus (juga terletak di Libanon masa kini), kapal itu membongkar muatannya. Pada masa itu, tidak ada kapal penumpang. Jika Anda bepergian menggunakan kapal, biasanya itu adalah kapal kargo pengangkut barang dagangan. Di Tirus, Sha’ul menemui murid-murid yang memberitahu Sha’ul “melalui Roh” agar tidak pergi ke Yerusalem. Namun, dalam Kisah 20:22-23, kita membaca bahwa Sha’ul “terikat di dalam Roh” untuk pergi ke Yerusalem, juga memberitahukannya bahwa rantai dan penderitaan menunggu dia. Saya yakin para murid di Tirus menyadari “melalui Roh” bahwa kesulitan dan penderitaan sedang menanti Sha’ul. Karenanya, mereka mencegah dia. Namun, Elohim dapat (dan pernah) “mengubah pikiranNya.” Dia pernah mengatakan akan memusnahkan penduduk Niniwe, tetapi “mengubah pikiranNya” ketika mereka bertobat. “Tetapi setelah lewat waktunya, kami berangkat meneruskan perjalanan kami. Murid-murid semua dengan isteri dan anak-anak mereka mengantar kami sampai ke luar kota; dan di tepi pantai kami berlutut dan berdoa. Sesudah minta diri kami naik ke kapal, dan mereka pulang ke rumah. Dari Tirus kami tiba di Ptolemais dan di situ berakhirlah pelayaran kami. Kami memberi salam kepada saudarasaudara dan tinggal satu hari di antara mereka.” Sekali lagi, kita melihat murid-murid merasa berat hati akan ditinggal Sha’ul. Namun, baik orang dewasa maupun anak-anak tampaknya menemani Sha’ul ke tempat di mana dia akan naik ke kapal. Mereka kemudian berlutut di pantai dan berdoa. Dua ribu tahun yang lalu, adalah biasa bagi orang Yahudi untuk berlutut dan berdoa. Sayangnya, ketika orang Yahudi melihat orang Kristen (dan kemudian orang Muslim) berlutut untuk berdoa, orang Yahudi memutuskan untuk mengubah tradisi itu. [Sekarang, orang Yahudi berlutut dan berdoa hanya dalam ibadah Yom Kippur di beit Knesset (sinagoga)] Kemudian mereka mengucapkan perpisahan, dan Sha’ul menaiki kapal ke Ptolemais, yang dinamakan sesuai dengan nama Ptolemy dari Mesir, yang berkuasa di wilayah ini sebelum zaman Antiokus Epifanes. Lalu, nama kota ini – yang berlokasi sedikit di utara Haifa – diubah menjadi Acco, tetapi dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Acre. Sha’ul tinggal satu hari bersama saudara-saudara di Acco.
Dari Tirus kami tiba di Ptolemais dan di situ berakhirlah pelayaran kami. Kami memberi salam kepada saudara-saudara dan tinggal satu hari di antara mereka. Filipus sang evangelis, yang merupakan salah satu dari tujuh diaken, mempunyai empat anak dara yang beroleh karunia untuk bernubuat. Kaisarea ada di sebelah selatan Acco, dan adalah “ibukota” pendudukan Roma di Israel. Sampai saat ini, Anda masih dapat melihat sebuah koloseum yang sangat besar yang dibangun oleh Roma untuk gedung pertunjukan dan olahraga 2000 tahun yang lalu! Bangunan bangsa Roma sungguh kuat! Kita menemukan Filipus di Kaisarea. Ini bukanlah Filipus salah satu dari kedua belas murid. Filipus ini adalah salah satu shammash (pelayan) yang terpilih untuk “melayani meja” dalam Kisah 6:5. Salah satu syarat untuk para pelayan ini adalah harus “dipenuhi oleh Roh (Kisah 6:3).” Tidak hanya Filipus yang “dipenuhi oleh Roh,” tetapi juga putri-putrinya yang adalah nabiah! Ada beberapa orang pada masa kini tidak setuju dengan nabi wanita, tetapi ini Alkitabiah, seperti yang kita lihat dalam Kisah 21:9. Kita juga melihat di Keluaran 15:20 bahwa Miriam (saudari Moshe) juga seorang nabiah. Juga, Devorah (Hakimhakim 4:4) adalah hakim sekaligus nabiah di Israel! Rabi Sha’ul membahas perilaku nabi wanita dalam 1 Korintus 11:5, berkata bahwa kapanpun seorang wanita berdoa atau bernubuat, dia harus menutupi kepalanya. Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus. Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Sha’ul. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: "Demikianlah kata Roh Kudus: ‘Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan orang Bangsabangsa’." Mendengar itu kami bersama-sama dengan murid-murid di tempat itu meminta, supaya Paulus jangan naik ke atas ke Yerusalem. Tetapi Sha’ul menjawab: "Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yeshua." Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan!" Sekali lagi, kita menemukan seorang nabi asli (bernama Agabus) yang memperingatkan Sha’ul tentang apa yang menunggu dia di Yerusalem. Dialah salah satu nabi Yahudi Mesianik yang turun dari Yerusalem untuk melayani orang Bangsa-bangsa yang baru percaya di Antiokia dalam Kisah 11:27-28. Semua urusan “nabi” ini masih sangat baru. Menurut tradisi Rabinik, “roh nubuatan” telah meninggalkan Israel setelah Maleakhi mati, yang adalah nabi terakhir yang menulis kitab. Setelahnya, Elohim tidak pernah berkomunikasi secara langsung dengan manusia. Cara yang biasa Dia pakai untuk berbicara dengan manusia adalah melalui bat kol (literal, “putri suara,” tetapi secara umum diterjemahkan menjadi “suara surgawi”). Bat kol digambarkan seperti gema, karena manusia tidak dapat lagi mendengar suara Elohim secara langsung. Selama berabad-abad tidak ada nabi di Israel. Tetapi tibatiba, dengan bangkitnya Yudaisme Mesianik, muncul lagi nabi-nabi di Tanah itu! Dalam kasus ini, Agabus mengambil ikat pinggang (atau sabuk), dan mengikat dirinya sendiri dengan itu, dan berkata bahwa pemilik sabuk ini akan diikat seperti itu dan kemudian diserahkan “ke dalam tangan orang Bangsabangsa.” Mirip dengan itu, Lukas 18:32-33, Yeshua berkata bahwa Dia (Yeshua) akan “diserahkan kepada orang Bangsa-bangsa, dan akan dihina, diperlakukan tidak adil, diludahi, dan setelah mereka membuatNya menderita, mereka (orang Bangsa-bangsa) akan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Dia akan bangkit kembali.” Sungguh menarik karena baik Yeshua maupun Sha’ul dikhianati dan diserahkan ke tangan orang Bangsa-bangsa! Ini juga terjadi kepada Yusuf di dalam Kitab Kejadian. Sha’ul tahu bahwa masa-masa sulit akan datang, dan meminta mereka untuk berhenti menangis dan tidak melemahkan hatinya. Dia juga mengatakan bahwa dia rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga mati
di Yerusalem karena nama Tuhan Yeshua. Kemudian di ayat 14, mereka tampaknya sampai pada kesimpulan bahwa inilah kehendak Tuhan dan mereka berkata, “Jadilah kehendak Tuhan!” Sesudah beberapa hari lamanya tinggal di Kaisarea, berkemaslah kami, lalu berangkat ke Yerusalem. Bersama-sama dengan kami turut juga beberapa murid dari Kaisarea. Mereka membawa kami ke rumah seorang yang bernama Manason. Ia dari Siprus dan sudah lama menjadi murid. Kami akan menumpang di rumahnya. Ketika kami tiba di Yerusalem, semua saudara menyambut kami dengan suka hati. Pada keesokan harinya pergilah Sha’ul bersama-sama dengan kami mengunjungi Yakobus;1 semua penatua telah hadir di situ. Sha’ul memberi salam kepada mereka, lalu menceriterakan dengan terperinci apa yang dilakukan Elohim di antara orang Bangsa-bangsa oleh pelayanannya. Sha’ul berusaha tiba di Yerusalem untuk perayaan Shavuot (Pentakosta), seperti kita baca di Kisah 21:16. Dia berhasil, bahkan sebelum perayaan! Sha’ul tinggal di rumah Manason, yang berasal dari Siprus. “Yakobus” (James) adalah saudara seibu Yeshua, dan memimpin kaum Yahudi Mesianik yang tinggal di Yerusalem, dan adalah pemimpin Konsili Yerusalem dalam Kisah 15. Ini adalah suatu perubahan, karena di awal pelayanan Yeshua, tidak ada satupun saudaraNya percaya kepadaNya, seperti ditulis dalam Yokhanan (Yohanes) 7:5. Di kemudian hari, “Yakobus/Ya’akov” menulis kitab “James” (atau Yakobus). Kemudian, dia mati syahid di sekitar tahun 62 CE.2 Jika imannya tidak asli, dia dapat dengan mudah menyangkali Yeshua dan menghindari pembunuhan oleh komunitas Yahudi tradisional. Setelah Sha’ul menyapa kaum Yahudi Mesianik di Yerusalem, dia mengabarkan pekerjaan Tuhan di antara orang Bangsa-bangsa melalui pelayanannya. Kaum Yahudi Mesianik bersuka cita karena mendengar hal ini, seperti yang kita lihat di sini: Mendengar itu mereka memuliakan Tuhan. Lalu mereka berkata kepada Sha’ul: "Saudara, lihatlah, myriads (puluhan ribu) orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara Torah.” (21:20) Kaum Yahudi Mesianik di Yerusalem memuliakan Tuhan karena mendengar tentang semua pekerjaan Tuhan di antara Goyim (orang Bangsa-bangsa). Dan kemudian mereka berkata kepada Sha’ul, “Saudara, lihatlah, myriads (puluhan ribu) orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara Torah.” Alkitab KJV (dan juga LAI, ed.) mengatakan “ribuan,” sedangkan manuskrip Yunani secara spesifik mengatakan, muriades, akar kata “myriads,” yang berarti “puluhan ribu.”
1
Terjemahan bahasa Inggris menggunakan nama “James.” Mungkin karena para penterjemah Alkitab King James Version ingin menghormati Raja James. Alkitab berbahasa Spanyol menggunakan nama “Santiago.” Namun, manuskrip Kisah Para Rasul berbahasa Yunani menyatakan nama Yakobos, yang adalah kata Yunani untuk “Yakub,” atau Ya’akov, nama Ibraninya. 2
“Common Era,” sama dengan Masehi.
Saya tidak tahu berapa jumlah populasi Yerusalem pada saat itu. Populasi Yahudi terbesar di dunia pada saat itu ada di kota Aleksandria, Mesir, berjumlah sekitar 200,000 sampai 400,000 orang Yahudi, yaitu 40% dari total populasi Aleksandria. Sementara, total populasi Yerusalem diperkirakan kurang dari 100,000 pada masa itu. Jumlah Yahudi Mesianik di Yerusalem ternyata cukup besar jika dibandingkan dengan total populasi Yerusalem. Namun, “myriads” itu mungkin termasuk kaum Yahudi Mesianik pengunjung, yang datang untuk menghadiri Hari Raya Shavuot (Pentakosta). Tetapi yang lebih penting, kita membaca bahwa kaum Yahudi Mesianik ini “semuanya rajin memelihara Torah.” Mereka menganggap serius kata-kata Mesias Yeshua, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat (Torah) atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”3 Tentu saja, inilah kerinduan kita untuk melihat kaum Yahudi Mesianik modern (dan Bangsa-bangsa) mengikuti pola orang percaya mula-mula ini. Beberapa tahun lalu, banyak orang Kristen memakai gelang bertulisan W.W.J.D.?, singkatan dari “What Would Jesus Do?” Dalam keadaan apapun, pemakainya diingatkan untuk bertindak seperti Yesus mungkin bertindak dalam keadaan serupa. Jadi, apa yang akan Yesus lakukan? Akankah Dia menghadiri ibadah pada hari Minggu, atau akankah Dia mencari tempat untuk beribadah pada hari Shabbat? Akankah Dia memakan sandwich daging babi? Catatan kehidupanNya dalam Perjanjian yang Diperbaharui menyatakan bahwa Dia menjalani kehidupan dalam ketaatan terhadap mitzvot (perintahperintah) Elohim. Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau (Sha’ul) mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara orang Bangsa-bangsa untuk melepaskan hukum Moshe, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita. Jadi bagaimana sekarang? Tentu mereka akan mendengar, bahwa engkau telah datang ke mari. Ada tuduhan palsu terhadap Paulus (Sha’ul) bahkan di Abad Pertama, berkata bahwa Paulus mengajarkan untuk melawan Torah (Hukum Taurat) dan melawan sunat. Anehnya, di banyak gereja Kristen masa kini, Anda akan mendengar bahwa Paulus mengajar untuk melawan Hukum Taurat, jadi “tuduhan” palsu itu masih berlanjut sampai sekarang. Namun, beberapa orang Kristen sekarang mulai mengerti bahwa Paulus tidak mengajarkan melawan Hukum Taurat. Sha’ul juga dituduh mengajarkan orang Yahudi untuk tidak “berjalan menurut adat istiadat.” Ini adalah berbagai tradisi Rabinik yang dimasukkan ke dalam Yudaisme, tetapi tidak ada dalam Hukum Musa. Tuduhan palsu ini memberi citra buruk pada kaum Yahudi Mesianik di Yerusalem. Mereka sudah cukup memiliki masalah karena mengikuti Rabi Yeshua dari Galilea yang kontroversial. Mereka tidak mau ada tambahan masalah dengan tuduhan palsu tentang Rabi Sha’ul. Mereka berkata, “Jadi bagaimana sekarang? Tentu mereka akan mendengar, bahwa engkau telah datang ke mari.”
3
Matius 5:17-18
Sebab itu, lakukanlah apa yang kami katakan ini: Di antara kami ada empat orang yang bernazar. Bawalah mereka bersama-sama dengan engkau, lakukanlah pentahiran dirimu bersama-sama dengan mereka dan tanggunglah biaya mereka, sehingga mereka dapat mencukurkan rambutnya; maka semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau sendiripun tetap memelihara hukum Taurat (Torah). Ini merupakan solusi baru. Ada empat orang yang telah melakukan sumpah Nazar. Sebagai bagian dari sumpah itu, para nazir harus menghindari segala hasil pohon anggur, yaitu wine, jus anggur, buah anggur, dan kismis. Rambut mereka harus dibiarkan terus tumbuh selama masa sumpah Nazar. Nazir juga dilarang untuk mendekati orang mati. Di akhir masa sumpah, dia akan mencukur rambutnya dan mempersembahkan korban di Beit HaMikdash (Bait Suci), seperti yang dijelaskan di dalam Bilangan 6:920. Ini akan menghabiskan biaya yang besar, untuk membayar biaya pemotongan rambut dan terutama untuk binatang yang dikorbankan, yaitu seekor domba betina, seekor domba jantan, dan dua ekor burung tekukur untuk setiap orang dari empat pria tersebut. Terdapat juga persembahan gandum dan anggur. Sha’ul membayar biaya yang besar untuk membuktikan kepada orang Yahudi bahwa dia tetap memegang dan mematuhi Torah. Tetapi mengenai orang Bangsa-bangsa, yang telah menjadi percaya, sudah kami tuliskan keputusankeputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Pada hari berikutnya Sha’ul membawa orang-orang itu serta dengan dia, dan ia mentahirkan diri bersamasama dengan mereka, lalu masuk ke Bait Elohim untuk memberitahukan, bilamana pentahiran akan selesai dan persembahan akan dipersembahkan untuk mereka masing-masing. Ada beberapa syarat minimal yang wajib diikuti oleh orang Bangsa-bangsa yang percaya kepada Yeshua, yaitu tersebut di atas, yang telah diputuskan di Konsili Yerusalem dalam Kisah 15:19-20. Akan luar biasa berat jika orang Bangsa-bangsa yang baru percaya kepada Mesias Ibrani ini harus langsung menjalankan seluruh mitzvot (perintah-perintah). Namun, di ayat berikutnya, di Kisah 15:21, kita membaca, “Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di sinagoga-sinagoga.” Diasumsikan bahwa orangorang Bangsa-bangsa yang baru percaya ini akan terus menghadiri ibadah sinagoga, seperti yang mereka lakukan dalam Kisah 13:43; 14:1; 17:4; dan 18:4. Ketika mereka belajar Torah lebih dalam, mereka akan menerapkan lebih banyak mitzvot dalam kehidupan mereka. Kemudian kita membaca tentang bagaimana Rabi Sha’ul membawa para pria Nazir itu, dan mentahirkan dirinya bersama mereka, dan membawa mereka ke Beit HaMikdash, dan bahkan mempersembahkan korban untuk mereka masing-masing. Hal ini sangat mengganggu bagi banyak orang Kristen. Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah di radio yang kecewa karena Paulus telah “mengkompromikan Injil.” Mereka merasa bahwa Paulus telah melakukan kesalahan besar (atau bahkan berdosa) karena mempersembahkan korban. Hanya untuk dicatat, saya senang karena sekarang saya tidak perlu mempersembahkan korban binatang untuk ritual pentahiran. Hari ini, tidak ada Bait Suci di Yerusalem, dan karenanya tidak ada korban Bait Suci. Tak masalah bagi saya! Namun, untuk mereka yang memutuskan untuk melakukan sumpah Nazir, korban-korban ini adalah kewajiban berdasarkan instruksi dalam Bilangan 6. Sekali lagi, hari ini tidak ada Bait Suci, jadi tidak mungkin untuk sepenuhnya menjalankan sumpah Nazir. Karenanya, tidak ada Nazir dalam Yudaisme masa kini. Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Beit Elohim (Bait Elohim), lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia (Sha’ul), sambil berteriak: "Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar
semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang Torah (“Pengajaran,” atau hukum Taurat) dan tempat ini! Dan sekarang ia membawa orang-orang Yunani pula ke dalam Bait Elohim dan menajiskan tempat suci ini!" (Sebab mereka telah melihat Trofimus dari Efesus sebelumnya bersama-sama dengan Paulus di kota, dan mereka menyangka, bahwa Paulus telah membawa dia ke dalam Bait Elohim.) Masa “tujuh hari” adalah masa untuk ritual pentahiran dalam sumpah Nazar (Bilangan 6:9), di mana para nazir harus mencukur rambut mereka. Orang-orang Yahudi dari Asia (tepatnya sebelah barat Turki) mengetahui tentang Sha’ul (Paulus). Seperti Sha’ul, mereka datang ke Bait Suci untuk merayakan Shavuot. Mereka menuduh Sha’ul mengajarkan untuk melawan orang Israel, melawan Torah, dan melawan Bait Suci. Ini semua tuduhan palsu. Anehnya, bahkan orang Kristen masa kini memiliki kepercayaan yang salah bahwa Sha’ul mengajarkan melawan Torah. Orang Yahudi yang tidak percaya melihat Trofimus orang Efesus bersama Sha’ul, dan menyangka Sha’ul telah membawanya ke dalam Bait Suci. Orang bukan Yahudi tidak diperbolehkan masuk lebih jauh dari Serambi Bangsa-bangsa. Setiap orang Bangsa-bangsa yang masuk ke Serambi Israel akan dibunuh. Terdapat papan peringatan dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin yang melarang orang Bangsa-bangsa untuk masuk lebih jauh. Bahkan tentara Roma menghormati hukum ini, dan tidak melangkah lebih jauh dari Serambi Bangsa-bangsa. Maka gemparlah seluruh kota, dan rakyat datang berkerumun, lalu menangkap Sha’ul dan menyeretnya keluar dari Bait Elohim dan seketika itu juga semua pintu gerbang Bait Elohim ditutup. Sementara mereka merencanakan untuk membunuh dia, sampailah kabar kepada kepala pasukan, bahwa seluruh Yerusalem gempar. Kepala pasukan itu segera bergerak dengan prajurit-prajurit dan perwira-perwira dan maju mendapatkan orang banyak itu. Ketika mereka melihat dia dan prajuritprajurit itu, berhentilah mereka memukul Sha’ul. Terhadap tuduhan bahwa Sha’ul mengajarkan melawan Torah, orang-orang Yahudi di dalam Bait Suci mungkin tidak menanggapi, karena tuduhan itu sulit untuk dibuktikan. Namun, jika dia membawa seorang Bangsa-bangsa ke dalam Serambi Israel, ini sesuatu yang nyata. Semua yang masuk ke halaman itu pasti melihat tanda larangan yang tidak boleh dilanggar. Tetapi, menurut hukum, mereka seharusnya berusaha membunuh Trofimus, bukan Sha’ul. Tampaknya ada orang yang melapor kepada kepala pasukan Roma tentang kekacauan yang sedang terjadi. Dalam Kisah 23:26, kapten ini bernama Klaudius Lisias. Dia segera membawa serdadu dan para perwira. Setiap perwira memimpin sekitar 100 serdadu, jadi ini adalah unjuk kekuatan. Pemerintah Roma mungkin lalim, tetapi mereka tidak menyukai kekacauan. Mereka berusaha menjaga ketertiban dengan segala cara. Ketika orang-orang Yahudi yang tidak percaya melihat bahwa serdadu Roma mendekat, mereka segera berhenti memukuli Sha’ul. PENANGKAPAN SHA’UL (PAULUS) Kepala pasukan itu mendekati Sha’ul, menangkapnya dan menyuruh mengikat dia dengan dua rantai, lalu bertanya siapakah dia dan apakah yang telah diperbuatnya. Tetapi dari antara orang banyak itu ada yang meneriakkan kepadanya ini, ada pula yang meneriakkan itu. Dan oleh karena keributan itu ia tidak dapat mengetahui apakah yang sebenarnya terjadi. Sebab itu ia menyuruh membawa Sha’ul ke markas. Ketika sampai ke tangga Sha’ul terpaksa didukung prajurit-prajurit karena berdesak-desaknya orang banyak, yang berbondong-bondong mengikuti dia, sambil berteriak: "Enyahkanlah dia!" Tentara Roma menganggap Sha’ul sebagai “sumber masalah.” Dia diikat dengan dua rantai. Seperti Shimon Kefa (Petrus) dalam Kisah 12:6, Sha’ul diikat kepada seorang penjaga di kedua sisinya. Kepala pasukan ingin mengetahui kejahatan apa yang telah Sha’ul perbuat. Seperti penangkapan Yeshua, orang
banyak itu tidak dapat menjelaskan dengan benar, dan meneriakkan macam-macam tuduhan. Tanpa mengetahui apa perbuatan Sha’ul, dia memerintahkan Sha’ul untuk dibawa ke barak.4 Namun, massa semakin gelisah dan brutal. Sha’ul harus digotong oleh para serdadu untuk melindunginya dari serangan orang banyak. Ketika Paulus hendak dibawa masuk ke markas (Benteng Antonia), ia berkata kepada kepala pasukan itu: "Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?" Jawabnya: "Tahukah engkau bahasa Yunani? Jadi engkau bukan orang Mesir itu, yang baru-baru ini menimbulkan pemberontakan dan melarikan empat ribu orang pengacau bersenjata ke padang gurun?" Sha’ul menjawab: "Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal di Kilikia; aku minta, supaya aku diperbolehkan berbicara kepada orang banyak itu." Sesudah Sha’ul diperbolehkan oleh kepala pasukan, pergilah ia berdiri di tangga dan memberi isyarat dengan tangannya kepada rakyat itu; ketika suasana sudah tenang, mulailah ia berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani, katanya… Sha’ul berusaha berbicara dengan kapten pasukan. Sang kapten, seorang warganegara Roma, pastilah fasih berbahasa Latin. Namun, Sha’ul tampaknya berbicara kepadanya dalam bahasa Yunani, karena sang kapten bertanya, “Apakah Anda berbahasa Yunani?” Bahasa orang Mesir (baik orang Bangsa-bangsa maupun Yahudi) di bawah kekuasaan Ptolemy adalah bahasa Yunani. Karena Sha’ul berbicara Yunani, muncul kecurigaan bahwa Sha’ul mungkin orang Mesir yang telah memimpin sekumpulan “Pembunuh” yang melawan Roma. Bahasa Latin untuk “Pembunuh” adalah “Sicarii,” yang artinya “Orang Berbelati.” Mereka adalah gerilyawan yang melawan penjajah Roma dengan bersenjata pisau belati. Mereka biasa menyusup di belakang tentara Roma, mencengkeramnya dari belakang, dan menghunjamkan belati ke lehernya. Banyak kaum Zeloti juga tergabung dalam kelompok “Sicarii.” Tentu saja, Sha’ul bukanlah orang Yahudi Mesir yang telah memimpin pemberontakan yang gagal itu. Yosephus dalam bukunya, Antiquities of the Jews, 20:8:6, mengatakan bahwa Felix mengalahkan orang Yahudi Mesir ini, membunuh 400 orang “Pembunuh” itu. Namun, “orang Mesir” itu berhasil kabur. Sha’ul meyakinkan kapten ini bahwa dia bukan orang Mesir, melainkan seorang Yahudi dari Tarsus di Kilikia (berlokasi di pantai selatan Mediterania dari Turki modern). Sha’ul diizinkan berbicara kepada orang banyak. Dia memberi isyarat dengan tangannya, menunjukkan bahwa dia ingin berbicara kepada mereka. Orang banyak itu menjadi tenang, dan Sha’ul mulai berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani. Sangat disesalkan, beberapa “sarjana Alkitab” dari Jerman pada tahun 1800-an melontarkan ide bahwa bahasa Ibrani tidak lagi digunakan di Israel pada Abad Pertama. Karenanya, beberapa Alkitab seperti versi New International Version menyatakan bahwa Paulus berbicara kepada mereka dalam bahasa Aramaik. Tidak benar! Bahasa Ibrani adalah bahasa tutur yang digunakan di Israel Abad Pertama, seperti telah dikonfirmasi oleh arkeologi modern. Tetapi, untuk mengetahui apa yang Sha’ul katakan, Anda harus pergi ke pasal berikutnya. Bab selanjutnya akan mendiskusikan apa yang dia katakan. Pembagian pasal ini terjadi di tengah-tengah kalimat!
4
Terjemahan KJV sangat menyesatkan dengan mengatakan “istana” bukannya “barak.” Benteng Antonia berlokasi di sebelah Bait Suci, lebih tinggi dari Bait Suci, sehingga tentara Roma dapat memonitor orang Yahudi yang sedang beribadah.
Pembelaan Rabi Sha’ul di Hadapan Orang Sebangsanya Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 22 “Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah, apa yang hendak kukatakan kepadamu sebagai pembelaan diri. Ketika orang banyak itu mendengar ia berbicara dalam bahasa Ibrani, makin tenanglah mereka. Ia berkata: Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini (Yerusalem); dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Elohim sama seperti kamu semua pada waktu ini.” Ini adalah pembuka KPR pasal 22. Di ayat terakhir pasal sebelumnya, kita membaca Rabi Sha’ul (Paulus) berdiri di hadapan para penuduhnya, memberi isyarat agar mereka diam. Dia ditemani oleh pemimpin1 pasukan Roma. Ketika dia berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani, mereka menjadi lebih tenang. Karena bahasa Aramaik dipakai lebih luas, mereka mungkin harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan menjadi lebih tenang karena tidak ingin melewatkan satu katapun. Namun, harus dicatat bahwa bahasa Ibrani adalah bahasa utama yang digunakan di Yerusalem dan Yudea di Abad Pertama. Sayangnya, beberapa terjemahan seperti New International Version secara salah telah menyatakan dalam teksnya bahwa Paulus berbicara kepada orang banyak dalam bahasa Aramaik. Ini karena beberapa sarjana Alkitab di Jerman pada tahun 1800-an memunculkan ide aneh bahwa bahasa Ibrani tidak digunakan di Abad Pertama.2 Temuan arkeologi modern telah membuktikan bahasa Ibrani sungguh-sungguh digunakan pada Abad Pertama, terutama di daerah sekitar Yerusalem. Di Israel Abad Pertama berkembang beberapa bahasa tutur. Generasi muda Yahudi yang pulang dari pembuangan Babel sejak tahun 516 BCE3 berbicara bahasa Aramaik, tetapi generasi tua masih mempertahankan kemampuan berbicara bahasa Ibrani. Pada masa kekuasaan Yunani, orang Yahudi Helenis memilih bahasa Yunani. Kemudian di bawah penjajahan Roma, bahasa Latin digunakan oleh tentara dan pemerintahan. Pastilah, banyak orang Yahudi juga tertarik untuk belajar bahasa Latin. Rabi Sha’ul menekankan identitas Yahudinya, tetapi juga menyatakan dirinya sebagai orang Yahudi dari Asia (yaitu daerah di sebelah barat Turki saat ini) dengan menyebutkan bahwa dia lahir di Tarsus (lokasi sekarang adalah di sebelah selatan Turki). Orang-orang Yahudi dari Asia adalah para penuduh utama di pasal 21. Mereka datang ke Yerusalem untuk ziarah hari raya Shavuot (Pentakosta). Orangorang Yahudi dari Asia ini memfitnah Paulus dengan tuduhan mengajar melawan orang Yahudi, Torah, dan Bait Suci (21:28). Dia juga difitnah telah membawa seorang Bangsa-bangsa masuk ke bagian Bait Suci yang diperuntukkan bagi orang Yahudi saja, dan mencemari Bait Suci. 1
Dalam Kisah 23:26, kita mempelajari bahwa nama komandan pasukan itu adalah Klaudius Lisias.
2
Orang Jerman jugalah yang membuat ajaran konyol “School of Higher Criticism,” yang mengklaim bahwa Torah adalah kumpulan dokumen “Jehovah,” dokumen “Elohim,” dokumen “Keimaman/Priestly,” dan “Ulangan/Deuteronomy” (J, E, P, dan D). Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa Torah tidak datang dari Tuhan, melainkan adalah kumpulan berbagai macam tradisi buatan manusia. Sama sekali tidak ada bukti yang menguatkan ajaran itu. Kenyataannya, ini adalah “School of Higher Anti-Semitism,” karena ini adalah serangan kepada Torah, kitab suci fundamental bagi Yudaisme. Sayangnya, “Higher Criticism” ini masih diajarkan pada masa kini di seminari Kristen liberal dan bahkan di seminari Yahudi liberal seperti dalam Yudaisme Reform (atau “Progresif”). 3
“Before Common Era,” artinya, Sebelum Masehi.
Dalam pasal 22, kita membaca Rabi Sha’ul membela diri terhadap tuduhan palsu ini. Tetapi aneh, banyak orang Kristen justru percaya bahwa Paulus mengajarkan melawan Torah, Bait Suci, dan orang Yahudi. Jika itu benar, mengapa Paulus (yaitu Rabi Sha’ul) perlu membela diri terhadap tuduhantuduhan ini? Bukankah itu sama saja dengan menipu? Rabi Sha’ul berguru pada Gamaliel (atau Gamli’el, seperti yang dikenal dalam Yudaisme). Gamaliel adalah rabi yang paling dihormati di Abad Pertama. Dia adalah cucu Hillel, rabi yang paling dihormati di abad sebelumnya. Terdapat dua mazhab besar di antara kaum Farisi Yahudi – Mazhab Hillel dan Mazhab Shammai. Rabi Sha’ul dididik menurut ajaran Hillel, namun dia juga sangat mengenal ajaran Shammai dan mazhab lainnya. Shammai cenderung lebih legalistik dalam penerapan Torah, sedangkan Hillel lebih menekankan “roh” dari Torah. Dalam pembelaannya, Rabi Sha’ul menekankan bahwa dia dibesarkan dengan ketat sesuai Torah, dan bahwa dia sangat giat untuk Elohim, sama seperti para pendengarnya. Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara. Tentang hal itu baik Kohen hagadol (Imam Besar) maupun Sanhedrin (Majelis Tua-Tua) dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum. Rabi Sha’ul menceritakan kembali betapa bersemangatnya dia menganiaya kaum Yahudi Mesianik dulu, seperti yang dapat Anda baca di KPR 8 dan 9. Dia bahkan membawa surat kuasa dari Sanhedrin untuk menangkap kaum Yahudi Mesianik di Damsyik. Sangat mungkin bahwa Rabi Sha’ul juga seorang anggota Sanhedrin. Harus dicatat, di bawah hukum Roma, Sanhedrin tidak memiliki wewenang atas agama di luar Yahudi, terutama ketika pergi ke negara lain di dalam Kekaisaran Roma. Damsyik adalah ibukota Siria, sampai saat ini. Paulus pergi ke Damsyik bukan untuk menangkapi “orang-orang Kristen.” Istilah Kristen bahkan baru muncul di KPR pasal 11. Yang mula-mula menjadi percaya kepada Yeshua adalah orang Yahudi, dan tetap beragama Yahudi! Kekristenan adalah gerakan yang muncul kemudian. Orang Bangsa-bangsa di Antiokia yang menjadi percaya kepada Mesias Yeshua adalah yang pertama disebut Kristen.4 Sha’ul pergi ke Damsyik untuk menangkap kaum Yahudi Mesianik, yang dianggap sebagai kelompok sesat dalam agama Yahudi. Dia membawa surat yang memberinya wewenang untuk menangkap, menahan, dan membawa orang-orang Yahudi “sesat” ini – baik pria maupun wanita – ke Yerusalem, di mana mereka akan diberi hukuman. Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tibatiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku. Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Sha’ul, Sha’ul, mengapakah engkau menganiaya Aku? Jawabku: Siapakah Engkau, Tuan? Kata-Nya: Akulah Yeshua, orang Nazaret, yang kauaniaya itu. Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar. Maka kataku: Tuan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.
4
Kisah 11:20,26.
Inilah waktunya untuk “Bersaksi!” Rabi Sha’ul pertama-tama menceritakan semangatnya dalam menganiaya kaum Yahudi Mesianik. Kemudian dia menceritakan kejadian supranatural yang membawanya menjadi percaya kepada Yeshua sebagai Mesias dan Juru Selamat pribadinya. Dia berjumpa dengan Yeshua dalam penglihatan, kemudian menjadi buta. Seperti Bileam dalam Bilangan 22, Rabi Sha’ul juga terjatuh dari keledainya dan kemudian memberkati orang-orang yang tadinya akan dia kutuk. Dia diberitahu agar pergi ke Damsyik, di mana Yeshua akan memberi petunjuk apa yang harus dia lakukan. Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawankawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik. Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang mentaati Torah dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ. Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Sha’ul, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia. Lalu katanya: Elohim nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan! Dalam Kisah 10, Tuhan mengintervensi kehidupan Shimon Kefa (“Petrus”) dan Kornelius, dengan membuat Shimon Kefa mengalami ‘trance’ (keadaan setengah sadar, ILT), dan memberi penglihatan supranatural pada mereka berdua. Dengan cara yang sama, Tuhan mempersiapkan hati Ananias (Hananyah) untuk menerima Sha’ul. Harus dicatat, Ananias adalah “seorang saleh yang mentaati Torah.” Jelaslah, dia tidak belajar di seminari Kristen yang percaya bahwa “Hukum Taurat” sudah “dibatalkan.” Amsal 29:18 mengatakan kepada kita, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada Hukum Taurat.” Jujur saja, saya meragukan “penglihatan” yang dialami oleh orang-orang Kristen “Tanpa Hukum”, saya lebih percaya kepada penglihatan yang diberikan kepada mereka yang menghormati perintah-perintah Tuhan. Ananias berdoa untuk Sha’ul, yang kemudian dapat melihat kembali. Ananias kemudian bernubuat terhadap Sha’ul, mengatakan bahwa dia akan menjadi saksi Elohim bagi semua orang. Dia kemudian menyuruh Sha’ul untuk dicelup (dibaptis), dalam nama Yeshua. Pencelupan dalam air (atau tevilah) adalah tradisi Yahudi, tetapi juga perintah! Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang berdoa di dalam Bait Elohim, rohku diliputi oleh kuasa ilahi.5 Aku melihat Dia, yang berkata kepadaku: Lekaslah, segeralah tinggalkan Yerusalem, sebab mereka tidak akan menerima kesaksianmu tentang Aku. Jawabku: Tuhan, mereka tahu, bahwa akulah yang pergi dari rumah ibadat yang satu ke rumah ibadat yang lain dan yang memasukkan mereka yang percaya kepada-Mu ke dalam penjara dan menyesah mereka. Dan ketika darah Stefanus, saksi-Mu itu, ditumpahkan, aku ada di situ dan menyetujui perbuatan itu dan aku menjaga pakaian mereka yang membunuhnya. Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada orang Bangsa-bangsa." Sha’ul masih menceritakan peristiwa di Kisah pasal 9. Tampaknya, Sha’ul tidak tinggal lama di Damsyik. Dia kembali ke Yerusalem, dan pastilah tanpa seorangpun tawanan Yahudi Mesianik! Sha’ul mengalami kepenuhan roh ketika berdoa di dalam Beit HaMikdash (Bait Suci). Ketika di dalam 5
Istilah “trance/diliputi kuasa ilahi, LAI” (keadaan setengah sadar, ILT) digunakan di Kisah 10:10, 11:5; dan diterjemahkan dari kata Yunani “ekstasis,” yang merupakan akar dari kata “ecstasy.” Yang berarti, “berada di luar dirinya sendiri.”
Bait Suci, dia melihat Yeshua dalam roh, yang memperingatkan untuk meninggalkan Yerusalem secepatnya. Sha’ul “berargumentasi” dengan Yeshua, mengingatkanNya tentang bagaimana dulu dia menganiaya kaum Yahudi Mesianik di semua sinagoga. Mungkin, Sha’ul mengira bahwa semangatnya untuk melawan Yahudi Mesianik dulu dapat membuat kumpulan orang banyak itu berpihak padanya. Ternyata tidak! Ketika dia mengatakan bahwa dia akan menjadi saksi bagi Bangsa-bangsa (horor!), kerusuhan terjadi sekali lagi. Rakyat mendengarkan Paulus sampai kepada perkataan itu; tetapi sesudah itu, mereka mulai berteriak, katanya: "Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup!" Mereka terus berteriak sambil melemparkan jubah mereka dan menghamburkan debu ke udara. Karena itu kepala pasukan memberi perintah untuk membawa Sha’ul ke markas dan menyuruh memeriksa dan menyesah dia, supaya dapat diketahui apa sebabnya orang banyak itu berteriak-teriak sedemikian terhadap dia. Para hadirin Yahudi yang tenang dan terhormat itu tiba-tiba berubah menjadi beringas! Mereka ingin Sha’ul dieksekusi! Terjemahan KJV mengatakan mereka “melemparkan pakaiannya.” Saya pikir orang-orang Yahudi yang taat dan konservatif ini tidak akan tiba-tiba buka baju dan telanjang! Alkitab versi NAS mengatakan mereka melemparkan “jubah” mereka, yaitu, pakaian luar mereka. Pastilah mereka melambaikan jubah di udara untuk melampiaskan emosi mereka. Mereka juga “menghamburkan debu ke udara.” Apakah di sana tidak ada batu? Mungkin juga, tapi saya tidak pernah melihat ada kekurangan batu di Israel! Saya menduga, mereka ingin melemparkan batu, tapi takut terhadap tentara Roma. Kepala pasukan kuatir kekacauan akan terjadi. Dia “memerintahkan untuk membawa Sha’ul untuk diperiksa dan disesah.” Ini adalah metode interogasi Roma yang brutal. Cambuk Romawi terbuat dari tiga tali kulit besar, dan pada tali kulit itu ditempelkan kepingan timah, porselen, dan logam. Mereka akan mendera cambukan pertama dengan tidak terlalu keras. Jika tidak ada pengakuan, cambukan berikutnya akan lebih mengerikan, merobek kulit dan daging orang yang diinterogasi. Korban biasanya akan mengakui kejahatan apapun yang dituduhkan padanya karena tak tahan kesakitan. “Keadilan” ala Roma juga “menyelesaikan” banyak kasus kejahatan lainnya, karena korban seringkali juga mengakui kejahatan yang tidak dia lakukan. Hukum Yahudi melarang lebih dari 40 cambukan. Tentara Roma mematuhi hukum ini dengan melakukan tidak lebih dari 13 cambukan (13 cambukan x 3 tali kulit = 39 cambukan). Dengan penyiksaan yang begitu brutal, sang tertuduh seringkali mati saat “diinterogasi.” Tetapi ketika Sha’ul ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: "Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Roma, apalagi tanpa diadili?" Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: "Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Roma." Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Sha’ul dan berkata: "Katakanlah, benarkah engkau warganegara Roma?" Jawab Sha’ul: "Benar." Lalu kata kepala pasukan itu: "Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal." Jawab Sha’ul: "Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku." Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Sha’ul, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Roma. Namun kepala pasukan itu ingin mengetahui dengan teliti apa yang dituduhkan orang-orang Yahudi kepada Sha’ul. Karena itu pada keesokan harinya ia menyuruh mengambil Sha’ul dari penjara dan memerintahkan, supaya imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama berkumpul. Lalu ia membawa Sha’ul dari markas dan menghadapkannya kepada mereka. Menjadi warganegara Roma benar-benar menguntungkan! Seperti ketika di penjara Filipi, Rabi Sha’ul menggunakan kewarganegaraan Roma untuk menghindari perlakuan yang lebih kejam. Orang
Percaya tidak perlu bermental keset! Dia meminta dan menerima haknya untuk diperlakukan secara adil. Sha’ul adalah warganegara sejak lahir, artinya kedua orang tuanya adalah orang Yahudi warganegara Roma. Warganegara Roma tidak boleh diinterogasi dengan penyiksaan. Sama seperti sipir di Filipi, komandan pasukan ini menjadi takut karena dia telah merantainya, dan akan menyiksanya! Dia memerintahkan agar Sha’ul dilepaskan dari ikatannya, dan memerintahkan Kohenim (para imam) dan Sanhedrin untuk kembali mengkonfrontasi sang tertuduh. (Bab berikutnya: Di Hadapan Sanhedrin!)
Paulus, si Orang Farisi Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 23 Rabi Sha’ul (“Paulus”) difitnah dengan berbagai tuduhan (Kisah 21:28). Dia terancam akan dibunuh oleh kumpulan orang Yahudi yang marah. Jika tuduhan itu benar, mungkin akan menjadi pembunuhan yang “dibenarkan” sampai batas-batas tertentu. Namun, itu berarti main hakim sendiri. Dalam Yudaisme, putusan hukuman harus dihasilkan dalam pengadilan yang jujur dan adil, namun itu tidak diberikan kepadanya. Dia sudah pasti dibunuh, kalau saja tidak ada tentara Roma! Kisah 21:32 mengatakan bahwa beberapa perwira (centurion) dan tentara datang untuk menyelamatkan Sha’ul. Karena seorang centurion mengepalai 100 tentara, ini berarti setidaknya ada sekitar 200 tentara Roma menyelamatkan dia. Pada pasal berikutnya, komandan pasukan Roma (Klaudius Lisias) mengizinkan Paulus berbicara kepada orang banyak untuk menyampaikan pembelaan. Semua berjalan baik, sampai dia menyebutkan bahwa dia akan pergi kepada orang Bangsa-bangsa (22:21). Kemudian timbullah kekacauan. Sha’ul berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani (Kisah 21:40), jadi tentu saja komandan pasukan tidak mengerti apa yang dikatakannya. Ketika dia melihat betapa marahnya orang banyak itu, dia mengira Sha’ul pasti melakukan kesalahan! Karenanya, dia membawanya kembali ke barak untuk diinterogasi. Dalam Kisah 22:30, kita melihat komandan Roma memanggil Sanhedrin1 dan imam-imam kepala (Kohenim) untuk memeriksa apa kejahatan Sha’ul. Ini sangat tidak biasa. Biasanya, Sanhedrin menyelenggarakan sidang tanpa perintah siapapun! Namun, Sanhedrin juga ingin membuat Sha’ul dihukum sehingga dengan senang hati bekerjasama dengan penjajah Roma. Sambil menatap anggota-anggota Konsili Sanhedrin (Mahkamah Agama), Sha’ul berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Elohim." Begitulah Paulus memulai pembelaannya di hadapan Sanhedrin, dalam Kisah 23:1. Besar kemungkinan, Sha’ul dulu juga anggota Sanhedrin sehingga dia memanggil mereka “saudara.” Dulu dia diberi otoritas untuk menangkap kaum Yahudi Mesianik, bahkan di negara lain. Dalam Kisah 9, dia sedang dalam perjalanan ke Damsyik untuk menangkapi kaum Yahudi Mesianik, ketika dia bertemu dengan Mesias yang telah bangkit. Dia menyatakan, “sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Elohim.” Dia menangkapi kaum Yahudi Mesianik bukan karena dia jahat; dia menangkapi kaum Yahudi Mesianik karena dia merasa melakukan pekerjaan Tuhan untuk mencegah “kesesatan” menyebar. Sha’ul memahami saudara-saudara sebangsanya, yang memiliki “semangat untuk Elohim, tetapi tidak berdasarkan pengetahuan.”2
1
Sanhedrin sebenarnya adalah istilah Yunani, yang berarti pengadilan tinggi. Sanhedrin Gedolah (“Sanhedrin Agung”) terdiri dari 71 anggota. Mereka membuat tafsir atas hukum-hukum alkitab dan membuat hukum baru, dan memiliki otoritas dalam masalah keagamaan. Kini, Sanhedrin dihidupkan lagi di Israel, tetapi tidak semua rabi mengakui otoritasnya. 2
Roma 10:2.
Tetapi Kohen hagadol (“Imam Besar”) Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri dekat Paulus menampar mulut Paulus. Membalas itu Paulus berkata kepadanya: "Elohim akan menampar engkau, hai tembok yang dikapur putih-putih! Engkau duduk di sini untuk menghakimi aku menurut Torah, namun engkau melanggar Torah oleh perintahmu untuk menampar aku?" (Kisah 23:2-3) Menjadi seorang imam besar (Kohen hagadol) tidak menjamin kemurnian moral. Keimaman Yahudi terkenal korup, sehingga beberapa golongan, seperti kaum Esseni, secara total memisahkan diri dari ibadah di Bait Suci. Ananias (Hananyah) adalah imam besar dari tahun 47 sampai 60 CE.3 Namun, dia terkenal kejam, dan kemudian dibunuh oleh orang-orangnya sendiri selama pemberontakan kepada Roma sepuluh tahun kemudian. Dia menyuruh orang lain untuk menampar mulut Sha’ul. Sha’ul tidak bermental keset. Dia tidak menawarkan pipinya yang satunya lagi untuk ditampar! Sebaliknya, dia merespons kekerasan ini dengan sangat keras, dan berkata, “Elohim akan menampar engkau, hai tembok yang dikapur putih-putih! Engkau duduk di sini untuk menghakimi aku menurut Torah, namun engkau melanggar Torah oleh perintahmu untuk menampar aku?” “Tembok yang dikapur putih” adalah seperti ucapan Yeshua dalam Matius 23:27, ketika Yeshua bicara tentang kuburan yang dilabur putih. Luarnya bagus, tetapi dalamnya penuh dengan segala hal yang tidak bersih (mayat). Dia (Sha’ul) menuduh Kohen hagadol sebagai orang munafik, karena menghakimi orang lain sebagai pelanggar Torah, namun melakukan penamparan yang bertentangan dengan Torah. Dan orang-orang yang hadir di situ berkata: "Engkau mengejek Kohen hagadol Elohim?" Jawab Sha’ul: "Hai saudara-saudara, aku tidak tahu, bahwa ia adalah Kohen hagadol. Memang ada tertulis: Janganlah engkau berkata jahat tentang seorang pemimpin bangsamu!" Tampaknya mustahil bahwa Sha’ul tidak tahu bahwa dia sedang ada di hadapan imam besar, dan dialah yang memerintahkan orang untuk menampar Sha’ul. Namun, beberapa orang menyimpulkan berdasarkan Galatia 4:15 dan 6:11 bahwa mungkin penglihatan Sha’ul kurang baik. Kacamata baru ditemukan beberapa abad kemudian, jadi pada masa itu pastilah banyak orang mengalami gangguan penglihatan. Mungkin juga, dia bermaksud menyindir, karena Kohen hagadol tidak bertingkah seperti layaknya seorang imam besar. Namun, Sha’ul mengingatkan dirinya sendiri maupun mereka yang hadir tentang perintah di dalam Keluaran 22:28 agar tidak berkata jahat tentang pemimpin bangsamu. Tetapi ketika Sha’ul tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam (Sanhedrin) Mahkamah Agama itu, katanya: "Hai para pria dan saudara-saudaraku, aku adalah seorang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati." Ketika ia berkata demikian, timbullah perpecahan antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki dan terbagi-bagilah orang banyak itu. Sebab orang-orang Saduki mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya. Maka terjadilah keributan besar. Beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi tampil ke depan dan membantah dengan keras, katanya: "Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini! Tetapi jika ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya, marilah kita jangan melawan Elohim."
3
“Common Era,” sama dengan “Masehi.”
Anda mungkin berpikir mengapa kaum Saduki harus marah? Mereka tidak percaya kepada kebangkitan orang mati, malaikat atau roh. Mereka percaya bahwa ketika Anda mati, ya sudah sampai di situ; Anda mati saja! Tidak ada kehidupan setelah kematian. Mungkin kita perlu menghargai mereka; karena tampaknya mereka melayani Tuhan karena kasih, tanpa berharap menerima imbalan dalam kekekalan. Dalam Sanhedrin terdapat kelompok Saduki (Tz’dukkim) dan Farisi (P’rushim), dan keduanya hadir saat itu. Encyclopedia of Jewish Concept4 mengatakan bahwa sejak zaman Makabe, dominasi dalam Sanhedrin tergantung menurut watak otoritas yang berkuasa. Kaum Saduki juga mendominasi Bait Suci dan ibadah di Bait Suci. Beberapa imam besar juga Saduki. Namun, setelah kehancuran Beit HaMikdash (Bait Suci) di tahun 70 M, kekuasaan kaum Saduki memudar dan kemudian tidak muncul lagi. Rabi Sha’ul melihat kesempatan untuk membela diri dengan mengadu domba kaum Farisi dan Saduki, karena dia sendiri seorang Farisi. Dia berseru, “Hai para pria dan saudara-saudaraku, aku adalah seorang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati.” Perhatikan, dia mengatakan, “Para pria dan saudara.” Tampaknya dia menyebut kaum Farisi sebagai saudara, tetapi kaum Saduki hanya disebut pria. Kemudian dia berkata, “Aku adalah seorang Farisi.” Tolong dicatat: Dia tidak berkata, “Saya dulu seorang Farisi, tetapi kemudian saya pindah agama dan menjadi seorang Kristen.” Dia menggunakan keterangan waktu sekarang (present tense): “Aku adalah seorang Farisi (I am a Pharisee).” Dia tetap menjadi seorang Yahudi yang setia. Orang Yahudi tidak perlu konversi ke agama lain untuk mengikuti Mesias mereka!5 Dan Paulus tidak melihat adanya konflik antara percaya kepada Yeshua dan menjadi seorang Farisi. Orang Kristen harus berhati-hati dalam mengutuki kaum Farisi. Hampir setengah dari Perjanjian yang Diperbaharui ditulis oleh Paulus, yang mengaku adalah seorang Farisi bahkan setelah menerima Yeshua! Beberapa orang berpendapat bahwa Paulus berbohong dengan mengatakan, “Saya seorang Farisi,” untuk menyebabkan perpecahan di antara anggota Sanhedrin. Itu adalah tuduhan yang jahat. Saya tidak percaya bahwa Paulus berbohong untuk melindungi dirinya. Sebaliknya, dia menggunakan kebenaran untuk menyelamatkan dirinya! Karena orang Farisi juga percaya kepada kebangkitan, sangat mungkin bagi seorang Farisi untuk tetap menjadi Farisi setelah percaya kepada Yeshua. Kita melihat ini juga di dalam Kisah 15:5, di mana banyak Yahudi Mesianik adalah orang Farisi. Namun, kaum Farisi juga tidak monolitik. Ada berbagai “aliran” dalam Farisi, yang paling menonjol adalah Aliran Shammai dan Aliran Hillel, yang seringkali berdebat sengit satu sama lain. Secara umum, hampir semua Yahudi Ortodoks masa kini lebih sesuai dengan Aliran Hillel. Begitu juga, pengajaran Rabi Sha’ul dan Yeshua secara umum lebih sesuai dengan Aliran Hillel, namun baik Yeshua maupun Sha’ul tidak menganggap ajaran Hillel memiliki otoritas final dalam hal doktrin.
4 5
Philip Birnbaum, Hebrew Publishing Company, NY, © 1975, halaman 441
Dengan rendah hati kita percaya bahwa Yeshua tidak datang ke Planet Bumi untuk membuat agama baru (“Kekristenan”); Dia datang ke Bumi untuk menjadi Mesias dari agama yang lama: Yudaisme!
Akhirnya, Rabi Sha’ul berhasil memecah Konsili Sanhedrin, dan seorang Farisi maju dan berkata, “Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini! Tetapi jika ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya, marilah kita jangan melawan Elohim.” Ini sangat mirip dengan keputusan Gamaliel dalam Kisah 5:38-39, ketika dia berkata, “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Elohim, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Elohim” Maka terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Sha’ul. Karena itu ia memerintahkan pasukan untuk turun ke bawah dan mengambil Sha’ul dari tengah-tengah mereka dan membawanya ke markas/barak. Sekali lagi, Sha’ul diselamatkan dari orang-orang sebangsanya oleh tentara Roma. Sha’ul dapat memahami semangat mereka yang salah arah, karena dulu dia juga memiliki semangat yang sama, yang ditunjukkan melalui penganiayaan terhadap orang Yahudi yang dia rasa sesat. Sha’ul banyak menderita di tangan orang sebangsanya. Tetapi, dia terus mengasihi mereka. Dalam Roma 9:1-5, dia menulis sebagai berikut: Aku mengatakan kebenaran dalam Mesias, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Ruakh HaKodesh, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Mesias demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan pemberian Torah, dan ibadah kepada Elohim, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Elohim yang harus dipuji sampai selamalamanya. Amin! Sungguh suatu dosa besar bahwa banyak orang yang disebut Kristen sepanjang sejarah telah menjadi salah satu penganiaya terbesar bagi orang Yahudi. Orang-orang Kristen membaca bagaimana “Paulus” dan “Yesus” dianiaya oleh orang Yahudi yang tidak percaya, dan ini tampaknya menguatkan rasa anti Semit di kalangan “Kristen.” Bagaimanapun juga, Paulus dan Yesus adalah orang Yahudi, dan mereka tidak pernah berhenti mencintai dan mengasihi saudara sebangsanya. Dalam ayat 3 di atas, Paulus bahkan berharap dirinya dikutuk – terkutuk di neraka kekal – agar saudara-saudara Yahudi terkasih dapat diselamatkan. Kita memuji Tuhan karena banyak orang Kristen Injili modern mengasihi Israel dan orang Yahudi di zaman ini. Tetapi sayang, banyak orang Yahudi masih mengingat sejarah memilukan karena penganiayaan dari “orang-orang Kristen.” Di Roma 11:11, Rabi Sha’ul berkata bahwa orang percaya Bangsa-bangsa seharusnya “memprovokasi mereka (orang Yahudi) menjadi cemburu.” Sayangnya, orang Bangsa-bangsa “memprovokasi mereka” bukan kepada kecemburuan. Namun, sejak Perang Enam Hari pada 1967, kita telah melihat ribuan orang Yahudi mengenal Mesias mereka. Dalam banyak kasus, itu adalah karena kesaksian orang Bangsa-bangsa yang percaya. Kita selamanya berterima kasih pada orang Kristen sejati yang mengasihi orang Yahudi! Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya: "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma." Sekali lagi, Yeshua yang sudah bangkit secara supranatural melakukan intervensi dalam kehidupan Sha’ul, memberi arahan tentang apa yang harus dilakukannya. Tetapi, ini bukan kejadian yang biasa terjadi sehari-hari. Bahkan, Abraham seringkali harus menunggu sampai beberapa tahun untuk
mendengar langsung dari Elohim. Jalur utama untuk Elohim berkomunikasi dengan kita adalah melalui FirmanNya – Kitab Suci. Terlalu banyak orang ingin mendengar langsung dari Tuhan, sama seperti apa yang Paulus alami pada kejadian ini. Di lingkungan Gereja Pentakosta, sudah umum mendengar orang berkata, “Tuhan bicara kepada saya demikian…” atau “Saya mendengar Tuhan bicara begini…” Biasanya, saya anggap ini akibat imajinasi yang terlalu aktif. Bagi mereka yang hanya mencari pewahyuan langsung, saya peringatkan: HaSatan (si Musuh) dapat menyesatkan dengan sangat meyakinkan. Kitab suci tidak mengatakan bagaimana Yeshua berkomunikasi dengan Sha’ul dalam kejadian ini. Apakah itu berupa suara yang terdengar? Apakah melalui penglihatan? Dalam Kisah 9:4-5, itu berupa suara. Dalam Kisah 10 (sama seperti kepada para Nabi), itu lewat mimpi dan penglihatan. Dengan Moshe (Musa), itu melalui percakapan langsung. Sha’ul menerima “perintah” langsung dari Yeshua, mengatakan kepadanya bahwa dia juga akan menjadi saksiNya di Roma. Dan setelah hari siang orang-orang Yahudi (yang tidak percaya)6 mengadakan komplotan dan bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh Sha’ul. Jumlah mereka yang mengadakan komplotan itu lebih dari pada empat puluh orang. Mereka pergi kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan berkata: "Kami telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa kami tidak akan makan atau minum, sebelum kami membunuh Sha’ul. Karena itu hendaklah kamu bersama-sama dengan Sidang (Sanhedrin) menganjurkan kepada kepala pasukan, supaya ia menghadapkan Sha’ul lagi kepada kamu, seolaholah kamu hendak memeriksa perkaranya lebih teliti, dan sementara itu kami sudah siap sedia untuk membunuh dia sebelum ia sampai kepada kamu." Akan tetapi kemenakan Sha’ul, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan itu. Ia datang ke markas7 dan setelah diizinkan masuk, ia memberitahukannya kepada Sha’ul. Lalu Sha’ul memanggil salah seorang perwira dan berkata kepadanya: "Bawalah anak ini kepada kepala pasukan, karena ada sesuatu yang perlu diberitahukannya kepadanya." Perwira itu membawanya kepada kepala pasukan dan berkata: "Sha’ul orang tahanan itu, memanggil aku dan meminta, supaya aku membawa anak muda ini kepadamu, sebab ada yang perlu diberitahukannya kepadamu." Maka kepala pasukan itu memegang tangan anak muda itu, lalu membawanya ke samping dan bertanya: "Apakah yang perlu kauberitahukan kepadaku?" Jawabnya: "Orang-orang Yahudi (yang tidak percaya) telah bersepakat untuk meminta kepadamu, supaya besok engkau menghadapkan Sha’ul lagi ke Mahkamah Agama, seolah-olah Mahkamah itu mau memperoleh keterangan yang lebih teliti dari padanya. Akan tetapi janganlah engkau mendengarkan mereka, sebab lebih dari pada empat puluh orang dari mereka telah siap untuk menghadang dia. Mereka telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh dia; sekarang mereka telah siap sedia dan hanya menantikan keputusanmu." Lalu kepala pasukan menyuruh anak muda itu pulang dan memerintahkan kepadanya: "Jangan katakan kepada siapapun juga, bahwa engkau telah memberitahukan hal ini kepadaku." 6
Saya menambahkan “yang tidak percaya” di dalam kurung untuk penjelasan, karena tidak ada dalam naskah aslinya. Sebagian besar Orang Percaya pada waktu itu adalah orang Yahudi (dan juga penganut Yudaisme). Tanpa penjelasan itu, akan membuat seolah-olah semua orang Yahudi melawan Paulus, yang tentu saja sangat TIDAK benar. 7 KJV salah menterjemahkan dengan kata “istana (castle)” di sini dan di seluruh pasal. Kata yang tepat adalah “barak (markas).” Benteng Antonia ada di sebelah Bait Suci. Inilah tempat Sha’ul ditahan.
Di sini kita mendapati orang Yahudi yang tidak percaya berencana membunuh Sha’ul. Dalam semangatnya, mereka ingin memastikan bahwa Sha’ul segera mati. Otoritas Roma telah dua kali menyelamatkan Sha’ul, sehingga mereka tidak yakin hukum Roma akan mengeksekusi Sha’ul. Mereka bersumpah tidak akan makan atau minum sampai Paulus mati. Mereka berencana meminta kapten pasukan mengantar Sha’ul ke Sanhedrin untuk diinterogasi lebih lanjut. Namun, dalam perjalanan, lebih dari 40 pria akan menghadang dan membunuh dia. Entah bagaimana, keponakan Paulus mendengar tentang rencana itu. Mungkin dia juga anggota Sanhedrin. Dia pergi ke barak di Benteng Antonia untuk memberitahukan otoritas Roma tentang rencana itu. Kapten pasukan memerintahkan agar rencana itu jangan dibocorkan. Kemudian kepala pasukan memanggil dua perwira dan berkata: "Siapkan dua ratus orang prajurit untuk berangkat ke Kaisarea beserta tujuh puluh orang berkuda dan dua ratus orang bersenjata lembing, kira-kira pada jam sembilan malam ini. Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks." Dan ia menulis surat, yang isinya sebagai berikut: Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia. Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma. Untuk mengetahui apa alasannya mereka mendakwa dia, aku menghadapkannya ke Mahkamah Agama mereka. Ternyatalah bagiku, bahwa ia didakwa karena soal-soal hukum Taurat mereka, tetapi tidak ada tuduhan, atas mana ia patut dihukum mati atau dipenjarakan. Otoritas Roma sekali lagi menyelamatkan Sha’ul dari para penuduhnya. Ini bukan karena alasan “belas kasih”. Ini terutama karena orang Roma sangat memegang hukum dan keteraturan. Mereka tidak ingin orang Yahudi manapun bertindak main hakim sendiri. Juga, karena Sha’ul adalah warganegara Roma sehingga dia mendapatkan perlindungan lebih daripada orang yang bukan warganegara Roma. Dalam kasus ini, dia memerintahkan 470 tentara untuk mengantar Sha’ul kepada gubernur Felix, yang berlokasi di Kaisarea, ibukota dari pendudukan Roma di Israel. Dia juga memerintahkan untuk disediakan hewan tunggangan bagi Sha’ul. Dia menghabiskan dana yang sangat besar untuk memastikan bahwa Sha’ul memperoleh pengadilan yang adil. Dia juga menyimpulkan bahwa Sha’ul dituduh melanggar Hukum Yahudi, tetapi tidak melakukan sesuatu yang layak untuk dijatuhi hukuman mati, atau bahkan dipenjara, menurut hukum Roma. Lalu, apa yang terjadi pada 40 lebih orang yang bersumpah untuk membunuh Sha’ul? Apakah mereka semua mati kelaparan akibat sumpah bodoh itu? Sumpah seperti itu dapat dibatalkan oleh para rabi. “Para bijak telah mengizinkan empat jenis sumpah untuk dibatalkan: sumpah yang memaksa, sumpah yang berlebihan, sumpah yang dibuat dengan kesalahan, dan sumpah yang dibuat di bawah tekanan” (Mishna N’darim 3:1).8 Bukannya dibunuh, Sha’ul malah berhasil dibawa ke Praetorium – “dewan perwakilan” pendudukan Roma – di Kaisarea. Di sana dia ditempatkan dalam tahanan militer untuk perlindungan, karena tidak ada tuduhan yang dialamatkan kepadanya. 8
Dikutip dari buku Dr. David Stern’s Jewish New Testament Commentary, halaman 309.
Pembelaan Sha’ul di Hadapan Felix Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 24 Dalam Kisah 23, Sha’ul (Paulus) disidang di hadapan Sanhedrin Yahudi, dan kemudian dibawa ke barak.1 Kemudian dia dipindahkan ke Kaisarea, yang adalah “ibukota” pendudukan Roma di Israel, di mana kita menemukan dia di awal pasal 24: Lima hari kemudian datanglah Kohen HaGadol (Imam Besar) Hananyah (Ananias) bersama-sama dengan beberapa orang tua-tua dan seorang pengacara bernama Tertulus. Mereka menghadap wali negeri dan menyampaikan dakwaan mereka terhadap Sha’ul. Sha’ul dipanggil menghadap dan Tertulus mulai mendakwa dia, katanya: "Feliks yang mulia, oleh usahamu kami terus-menerus menikmati kesejahteraan, dan oleh kebijaksanaanmu banyak sekali perbaikan yang telah terlaksana untuk bangsa kami. Semuanya itu senantiasa dan di mana-mana kami sambut dengan sangat berterima kasih. Akan tetapi supaya jangan terlalu banyak menghabiskan waktumu, aku minta, supaya engkau mendengarkan kami sebentar dengan kemurahan hatimu yang terkenal itu. Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani. Malahan ia mencoba melanggar kekudusan Bait Elohim. Oleh karena itu kami menangkap dia dan hendak menghakiminya menurut hukum Taurat kami. Tetapi kepala pasukan Lisias datang mencegahnya dan merebut dia dengan kekerasan dari tangan kami, lalu menyuruh para pendakwa datang menghadap engkau. Jika engkau sendiri memeriksa dia, dapatlah engkau mengetahui segala sesuatu yang kami tuduhkan kepadanya." Dan juga orang-orang Yahudi menyokong dakwaan itu dengan mengatakan, bahwa perkara itu sungguh demikian. Di awal pasal ini, kita membaca bahwa Sha’ul telah berada di Kaisarea selama lima hari. Imam Besar (Ananias) melakukan perjalanan dari Yerusalem ke Kaisarea di pantai sebelah barat laut Israel untuk mengikuti pendakwaan Sha’ul di hadapan Felix. Kita juga melihat bahwa dia menyewa seorang juru bicara bernama Tertulus untuk menyampaikan dakwaan mereka terhadap Sha’ul. Walaupun Tertulus adalah nama Latin, dia memakai istilah “kami” dalam penyebutan orang Yahudi dalam Kisah 24:5-6, jadi jelas bahwa ia seorang Yahudi. Dia mungkin seorang Yahudi Helenis, yaitu, orang Yahudi yang mengadopsi budaya Bangsa-bangsa di sekelilingnya. Dengan demikian, dia tak asing dengan hukum dan budaya Roma. Selain ahli orasi, dia juga seorang “pengacara penuntut” yang sangat baik. Tertulus memulai dengan sanjungan berlebihan terhadap Gubernur Felix. Selama enam tahun pemerintahannya, Felix telah melenyapkan berbagai gerombolan perampok yang menggangu kedamaian orang Roma maupun orang Yahudi. Itu sangat baik! Namun, dia dilengserkan oleh Roma dua tahun setelah peristiwa di pasal ini karena dianggap tidak kompeten. Karena itu, dia sebenarnya tidak layak menerima semua pujian itu, walaupun itu menolong lawan Sha’ul dalam menyampaikan dakwaan. (Saya segera menambahkan: Orang Yahudi membenci penjajah Roma. Semua pujian itu tidak tulus. Tetapi orang Yahudi juga takut kepada Roma.) Dalam Kisah 24:5, Sha’ul disebut “penyakit sampar,” yang bukan termasuk pelanggaran dalam sistem hukum Roma. Tuduhan lainnya, yaitu membuat kekacauan, dapat diancam hukuman – 1
KJV salah menterjemahkan menggunakan kata “istana”. Tempat Sha’ul ditahan adalah Benteng Antonia berlokasi di dekat Bait Suci di Yerusalem.
yaitu mati. Dia juga dituduh sebagai seorang “tokoh sekte Nasrani.” Tuduhan terakhir inilah yang paling mengganggu bagi Tertulus dan orang Yahudi lainnya yang hadir. Kitab Suci Perjanjian Baru berbahasa Ibrani saya menggunakan kata “Natzrim” untuk kata yang diterjemahkan sebagai “Nasrani (Nazarenes).” Jewish New Testament dari David Stern menggunakan istilah “Natzarim.” Istilah itu menunjuk suatu sekte agama Yahudi yang percaya kepada Yeshua. (Dalam bahasa Ibrani Modern, istilah Notzrim digunakan untuk menyebut orang Kristen.) Ini juga termasuk pelanggaran, karena semua sekte Yudaisme harus mendapat pengesahan Roma, seperti Farisi dan Saduki. (Saya meragukan legalitas sekte Eseni. Tetapi lokasi mereka sangat terpencil, sehingga Roma tidak menganggap mereka sebagai ancaman.) Sha’ul dituduh “berusaha” melanggar kekudusan Beit HaMikdash (Bait Suci). Sekarang, mereka tahu bahwa sebetulnya pelanggaran itu tidak terjadi. Tuduhan itu muncul karena orang-orang Yahudi dari Asia2 yang ada di Yerusalem untuk merayakan Shavuot (Pentakosta) mengira Sha’ul membawa orang Bangsa-bangsa masuk ke bagian Bait Suci yang hanya diperuntukkan bagi orang Yahudi. Semua tuduhan yang dilancarkan kepada Sha’ul (Kisah 21:28) adalah tuduhan palsu. Dia dituduh berkhotbah melawan orang Yahudi, mengajarkan untuk melawan Torah (“Hukum Taurat”), berkhotbah melawan Bait Suci, dan terakhir, membawa orang Bangsa-bangsa ke dalam Bait Suci. Anehnya, orang-orang Kristen masa kini seringkali percaya bahwa Paulus mengajarkan melawan “Hukum Taurat,” tetapi di dalam konteksnya, kita melihat bahwa Sha’ul tidak mengajarkan melawan Torah. Dia mengajar orang-orang untuk taat dan memeluk pengajaran dari Torah. Dalam Kisah 24:6-7, Tertulus mengklaim bahwa mereka berusaha mengadili Sha’ul menurut hukum Yahudi, dan bahwa komandan Lisias mengambil Sha’ul dari tangan mereka dengan kekerasan. Ini pemutarbalikan fakta. Saya bukan pembela bangsa Roma. Tetapi yang diperbuat Lisias sebenarnya adalah menyelamatkan Sha’ul dari tindakan main hakim sendiri oleh orang Yahudi. Sha’ul adalah seorang Yahudi, seorang anak Abraham, Ishak, dan Yakub yang setia. Tetapi dia juga seorang warganegara Roma. Karenanya, dia menikmati perlindungan dari hukum Roma, dan dia memiliki hak untuk membela diri terhadap tuduhan-tuduhan palsu ini. Dalam 24:10, Sha’ul memulai pembelaannya dengan mengatakan: "Aku tahu, bahwa sudah bertahun-tahun lamanya engkau menjadi hakim atas bangsa ini. Karena itu tanpa ragu-ragu aku membela perkaraku ini di hadapanmu: Engkau dapat memastikan, bahwa tidak lebih dari dua belas hari yang lalu aku datang ke Yerusalem untuk beribadah. Dan tidak pernah orang mendapati aku sedang bertengkar dengan seseorang atau mengadakan huru-hara, baik di dalam Bait Elohim, maupun di dalam rumah ibadat, atau di tempat lain di kota. Dan mereka tidak dapat membuktikan kepadamu apa yang sekarang dituduhkan mereka kepada diriku. Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Elohim nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat (Torah) dan dalam kitab Nabi-nabi (Nevi’im). Aku menaruh pengharapan kepada Elohim, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar. Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Elohim dan manusia. Dan setelah beberapa tahun lamanya aku datang
2
Pada masa itu, Asia adalah nama provinsi yang saat ini adalah Turki modern. Istilah Asia belum digunakan untuk seluruh benua seperti saat ini.
kembali ke Yerusalem untuk membawa pemberian bagi bangsaku dan untuk mempersembahkan persembahan-persembahan. Sementara aku melakukan semuanya itu, beberapa orang Yahudi dari Asia mendapati aku di dalam Bait Elohim, sesudah aku selesai mentahirkan diriku, tanpa orang banyak dan tanpa keributan. Merekalah yang sebenarnya harus menghadap engkau di sini dan mengajukan dakwaan mereka, jika mereka mempunyai sesuatu terhadap aku. Namun biarlah orangorang yang hadir di sini sekarang menyatakan kejahatan apakah yang mereka dapati, ketika aku dihadapkan di Mahkamah Agama. Atau mungkinkah karena satu-satunya perkataan yang aku serukan, ketika aku berdiri di tengah-tengah mereka, yakni: Karena hal kebangkitan orang-orang mati, aku hari ini dihadapkan kepada kamu." Dua belas hari telah berlalu sejak Sha’ul tiba di Yerusalem untuk merayakan Shavuot dengan orangorang ini. Selama lima hari terakhir, dia ada di Kaisarea (24:1). Tidak seperti Tertulus, Sha’ul tidak memuji-muji Felix dengan segala kata-kata manis. Dia mengakui bahwa Felix telah menjadi hakim atas Israel selama beberapa tahun, dan kemudian meluncurkan pembelaannya. Dia mengaku tergabung dalam HaDerekh (Pengikut Jalan), yaitu istilah penyebutan untuk kaum Yahudi Mesianik selama Abad Pertama. Dia juga mengakui bahwa para penuduhnya menganggap sekte Yudaisme ini sebagai sesat, dan menambahkan, “Aku berbakti kepada Elohim nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat (Torah) dan dalam kitab Nabi-nabi (Nevi’im).” Hal ini seharusnya menghentikan kebohongan dari para penuduhnya (dan juga tuduhan orang Kristen modern) bahwa Paulus “menghentikan” pelaksanaan Torah bagi mereka yang percaya kepada Yesus (Yeshua). Dia juga menekankan kepercayaannya pada kebangkitan orang mati, baik orang benar maupun orang jahat, yang adalah satu dari Tiga Belas Prinsip Iman dalam Yudaisme. Dia juga menekankan bahwa hati nuraninya adalah bersih, terhadap Elohim maupun manusia. Diakuinya, pada satu masa pernah menganiaya kaum Yahudi Mesianik. Namun, dia melakukan itu dengan hati nurani yang murni, karena dia percaya sedang menghukum kaum sesat. Dan sekarang dia bergabung dengan mereka yang pernah dia anggap sesat! Dia dapat berempati kepada para penuduh, karena dia juga pernah berpikir sama seperti mereka. Sha’ul mengatakan dia membawa sedekah bagi bangsanya – mungkin bagi kaum Yahudi Mesianik maupun bagi mereka yang belum percaya Yeshua. Sedekah ini dikumpulkan di Galatia dan Korintus (1 Kor. 16:1-3, Gal. 2:10), dan juga dari Makedonia, Akhaya, dan Roma (Roma 15:25-27). Itu adalah wilayah yang dihuni oleh sebagian besar komunitas Orang Percaya non-Yahudi yang mendukung Israel dengan cara yang sangat nyata – dengan uang mereka. Dia juga membantah tuduhan palsu bahwa dia menyebabkan kekacauan di Beit HaMikdash (Bait Suci), dan berkata bahwa orang Yahudi dari Asia yang telah memfitnahnya seharusnya ada di sana dan menyampaikan tuduhan mereka. Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan Tuhan, menangguhkan perkara mereka, katanya: "Setibanya kepala pasukan Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu." Lalu ia menyuruh perwira itu tetap menahan Sha’ul, tetapi dengan tahanan ringan, dan tidak boleh mencegah sahabat-sahabatnya melayani dia. Dan setelah beberapa hari datanglah Feliks bersamasama dengan isterinya Drusila, seorang Yahudi; ia menyuruh memanggil Sha’ul, lalu mendengar dari padanya tentang kepercayaan kepada Yeshua sang Mesias. Tetapi ketika Sha’ul berbicara tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut (gemetar) dan berkata: "Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil engkau." Sementara itu ia berharap, bahwa Paulus akan memberikan uang kepadanya, supaya dia dibebaskan. Karena itu ia sering memanggilnya untuk bercakap-cakap dengan dia. Tetapi
sesudah genap dua tahun, Feliks digantikan oleh Perkius Festus, dan untuk mengambil hati orang Yahudi, ia membiarkan Paulus tetap dalam penjara. Feliks sungguh ahli menunda-nunda. Dia berjanji menunda sampai Lisias sang komandan datang. Tampaknya, hal ini tidak terjadi. Tidak ada disebutkan di dalam Kitab Suci bahwa Lisias datang ke Kaisarea untuk bertemu dengan Feliks. Namun, saya percaya Feliks bersimpati kepada Sha’ul. Penjara Romawi terkenal akan kejorokannya, dan para tahanan seringkali diperlakukan secara kejam. Tetapi Sha’ul mendapatkan kelonggaran. Juga, teman-temannya diperbolehkan datang menjenguk. Saya pernah berkunjung ke penjara di Amerika. Saya tidak diizinkan membawa buku, makanan, atau hal lainnya untuk para tahanan. Namun, teman-teman Sha’ul diperbolehkan untuk melayani dia. Feliks adalah orang Bangsa-bangsa, tetapi istrinya, Drusila, adalah seorang Yahudi. (Dia adalah putri Herodes Agripa I, yang adalah orang Yahudi dari keturunan Idumea [orang Edom]. Orang-orang Idumea dipaksa konversi ke Yudaisme setelah John Hyrcanus {Yokhanan Girhan, pemimpin kelompok Makabe, abad 2 SM} mengalahkan mereka sekitar tahun 126 SM.) Mungkin Drusila tertarik untuk mendengar tentang Mesias Ibrani, dan mendorong Feliks bertemu Sha’ul untuk berbicara tentang iman di dalam Yeshua. Sementara Sha’ul mendiskusikan tentang kebenaran dan pengadilan yang akan datang, Feliks menjadi takut dan gemetar. Namun, bukannya menerima pesan keselamatan, dia malah menyuruh Sha’ul pergi. Sha’ul memiliki tanggung jawab untuk memberitakan Injil. Fakta bahwa Feliks dan Drusila menolak Injil itu bukanlah kesalahan Sha’ul. Begitu juga, kita memiliki tanggung jawab untuk membagikan Injil. Bagaimana respon orang terhadap Injil, itu adalah urusan mereka dengan Tuhan. Tampaknya, hal yang paling menarik bagi Feliks adalah uang. Dia mendengar bahwa Sha’ul membawa sejumlah uang untuk jemaat di Yerusalem. Mungkin dia merasa bahwa Sha’ul memiliki akses untuk mendapatkan lebih banyak. Dia berharap Sha’ul akan menawarkan uang suap supaya dibebaskan. Tetapi, dia salah, dan Sha’ul tetap dipenjara. Ketika Feliks digantikan oleh Perkius Festus, Sha’ul tetap dipenjara.
Rabi Sha’ul di Hadapan Festus Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 25 “Tiga hari sesudah tiba di propinsi itu naiklah Festus dari Kaisarea ke Yerusalem. Di situ Kohen HaGadol (Imam Besar) dan pemimpin-pemimpin Yahudi datang menghadap dia dan menyampaikan dakwaan terhadap Sha’ul. Kepadanya mereka meminta suatu anugerah, yang merugikan Sha’ul, yaitu untuk menyuruh Sha’ul datang ke Yerusalem. Sebab mereka sedang membuat rencana untuk membunuh dia di tengah jalan. Tetapi Festus menjawab, bahwa Sha’ul tetap ditahan di Kaisarea dan bahwa ia sendiri bermaksud untuk segera kembali ke sana. Katanya: ‘Karena itu baiklah orang-orang yang berwewenang di antara kamu turut ke sana bersama-sama dengan aku dan mengajukan dakwaan terhadap dia, jika ada kesalahannya.’” (Kisah 25:1-5.) Di pasal sebelumnya (Kisah 24), Rabi Sha’ul (Paulus) dibawa ke Kaisarea, di mana dia disidang di hadapan Felix. Dia dipenjara selama dua tahun di Kaisarea dan kemudian Felix digantikan oleh Festus sebagai prokurator (“gubernur”) atas Yudea. Menurut Yosephus (dalam buku Antiquities of the Jews), Festus adalah seorang pejabat yang bijaksana dan adil dibandingkan dengan Feliks, pendahulunya, atau Albinus, penerusnya. Namun, dia hanya bertugas selama dua tahun sampai dia mati. Festus belum mengenal daerah Yudea. Karenanya dia “naik”1 dari Kaisarea ke Yerusalem, supaya dia dapat mempelajari lebih banyak tentang provinsi ini. Para pemimpin Yahudi masih berusaha untuk membunuh Sha’ul. Jadi mereka membuat rencana seperti di Kisah 23:12. Mereka berpura-pura ingin menginterogasi Sha’ul di Yerusalem, tetapi seperti yang kita baca di Kisah 25:3, mereka berniat menghadangnya dalam perjalanan ke Yerusalem dan menghabisi dia. Festus menolak permintaan ini, mengatakan kepada pembawa pesan bahwa Rabi Sha’ul (Paulus) akan tetap ditahan di Kaisarea, yang adalah ibukota dari pendudukan Roma di Yudea. Sebaliknya, Festus menawarkan beberapa pemimpin Yahudi untuk datang bersamanya ke Kaisarea, untuk menanyai Sha’ul di hadapan sidang dan mencari apa kesalahannya. Festus tinggal lebih dari pada sepuluh hari di Yerusalem. Sesudah itu ia pulang ke Kaisarea. Pada keesokan harinya ia mengadakan sidang pengadilan, dan menyuruh menghadapkan Paulus. Sesudah Sha’ul tiba di situ, semua pemimpin Yahudi yang datang dari Yerusalem berdiri mengelilinginya dan mereka mengemukakan banyak tuduhan berat terhadap dia yang tidak dapat mereka buktikan. Sebaliknya Sha’ul membela diri, katanya: "Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap Torah orang Yahudi maupun terhadap Bait Elohim atau terhadap Kaisar." (Kisah 25:6-8) Kalimat terjemahan dapat terdengar anti-Semit. Di dalam 4 Injil, “orang Yahudi” menentang Yesus. Di dalam Kisah Para Rasul, sekali lagi “orang Yahudi” menuduh Paulus. Harus selalu diingat bahwa baik Yesus maupun Paulus (yaitu, Yeshua dan Sha’ul) juga orang Yahudi! 1
Ini tidak berhubungan dengan ketinggian, walaupun dalam kasus ini Yerusalem terletak lebih tinggi daripada Kaisarea. Setiap orang yang pergi ke Yerusalem dianggap “naik,” meskipun ia datang dari sebuah puncak gunung di tempat lain. Istilah “aliyah” digunakan untuk mereka yang pindah ke Israel, yang secara literal berarti “naik ke atas.”
Juga, ketika Mesias Yeshua hidup di bumi, mayoritas pengikutNya adalah orang Yahudi. Karenanya, dalam pasal ini, saya sengaja memperhalus terjemahan dengan menggunakan istilah “pemimpin Yahudi” daripada “orang Yahudi.” Karena faktanya para pemimpin Yahudi di Yerusalemlah yang menuduh Paulus, bukan orang Yahudi biasa yang sedang lewat. Para pemimpin Yahudi membuat banyak tuduhan berat terhadap Sha’ul, tetapi tidak dapat membuktikan satupun dari tuduhan itu. Di hadapan Festus, Rabi Sha’ul mendengarkan setiap tuduhan itu. Kemudian dia menjawab, “Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap Torah orang Yahudi maupun terhadap Bait Elohim atau terhadap Kaisar.” Banyak orang Kristen telah menyadari bahwa Yeshua tidak pernah berkhotbah melawan Hukum Taurat (Torah). Namun, seorang teman dari Gereja Baptis pernah berkata kepada saya, semua peristiwa dalam Injil yang terjadi sebelum penyaliban dan kebangkitan masih berada dalam “Dispensasi Hukum.” Menurut dia, Dispensasi Hukum berakhir saat kebangkitan Yesus, lalu diganti oleh Dispensasi Kasih Karunia. Paulus diurapi untuk memberi pengajaran tentang Dispensasi Kasih Karunia yang baru ini. Sebelum berlanjut lebih jauh, saya ingin Anda tahu bahwa saya sepenuhnya menolak Teologi Dispensasi. Teologi semacam ini lebih cocok dengan dewa-dewi Yunani yang plin-plan daripada Tuhan Israel. Maleakhi 3:6a mengatakan, “Bahwasanya Aku, YHWH, tidak berubah…” Dalam Ibrani 13:8, kita membaca, “Yesus Kristus (Yeshua sang Mesias) tetap sama, kemarin dan hari ini, dan bahkan sampai selama-lamanya.” Kasih karunia terdapat di dalam Tanakh (PL), dan Hukum Taurat ada di dalam Perjanjian yang Diperbaharui. Setiap orang yang percaya bahwa Raja David diselamatkan hanya oleh pekerjaan Hukum Taurat, dan bahwa tidak ada kasih karunia di dalam Perjanjian Lama, lebih baik membaca ulang kisah David. Juga, dalam Khotbah Yeshua di Bukit, kita melihat Hukum Taurat sebenarnya diperkuat bukan “dibatalkan.” (Lihat Matius 5:27-48). Dalam pasal ini (25:8), kita mempelajari bahwa Paulus tidak pernah berbuat melanggar Hukum Taurat (Torah) atau terhadap Bait Suci. Dalam Kisah 23:6, kita mempelajari bahwa Rabi Sha’ul tetap seorang Farisi. Orang Farisi tidaklah sempurna, tetapi beberapa orang Kristen cenderung kelewat batas dalam menyerang orang Farisi. Mungkin mereka perlu mempertimbangkan satu fakta yang sangat penting: Sekitar setengah dari Perjanjian yang Diperbaharui ditulis oleh seorang Farisi – Paulus! Setelah tiba di Roma, Sha’ul sekali lagi bersaksi (Kisah 28:17), berkata, “Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma.” Rabi Sha’ul tetap seorang anak Abraham yang setia. Mereka yang menggunakan tulisan-tulisan Paulus untuk menyerang orang Yahudi sesungguhnya bersikap masa bodoh terhadap Paulus maupun tulisan-tulisannya. Paulus bahkan tidak melakukan apapun yang melawan “adat istiadat nenek moyangnya.” Agaknya, ini berarti bahwa Paulus adalah seorang yang taat pada perintah Rabinik, yang bahkan lebih daripada apa yang diperintahkan oleh Torah. Paulus tidak akan pernah memakan produk susu dan daging secara bersamaan, karena interpretasi Rabinik terhadap Keluaran 23:19: “Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya.” Bagi saya, ini berarti bahwa saya tidak boleh memasak bayi binatang di dalam susu induknya. Namun, para Rabi mengartikan ini menjadi susu dan daging tidak boleh dimakan dalam makanan yang sama. Ini adalah satu dari sekian banyak perintah yang dikuatkan oleh para Rabi. Untuk menjadi seorang yang taat Torah secara Alkitabiah tidak sulit. Namun, menjadi seorang yang taat Torah secara Rabinik sangatlah sulit. Tetapi Festus yang hendak mengambil hati orang Yahudi, menjawab Paulus, katanya: "Apakah engkau bersedia pergi ke Yerusalem, supaya engkau dihakimi di sana di hadapanku tentang perkara ini?" Tetapi kata Paulus: "Aku sekarang berdiri di sini di hadapan pengadilan Kaisar dan di sinilah aku
harus dihakimi. Seperti engkau sendiri tahu benar-benar, sedikitpun aku tidak berbuat salah terhadap orang Yahudi. Jadi, jika aku benar-benar bersalah dan berbuat sesuatu kejahatan yang setimpal dengan hukuman mati, aku rela mati, tetapi, jika apa yang mereka tuduhkan itu terhadap aku ternyata tidak benar, tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan aku sebagai suatu anugerah kepada mereka. Aku naik banding kepada Kaisar!" Setelah berunding dengan anggotaanggota pengadilan, Festus menjawab: "Engkau telah naik banding kepada Kaisar, jadi engkau harus pergi menghadap Kaisar." Festus mungkin berharap Sha’ul bersedia naik ke Yerusalem untuk menghadapi pengadilan di hadapan para pemimpin Yahudi (ayat 9). Namun, Sha’ul menyatakan alasan mengapa dia tidak mau melakukannya. Sha’ul ingin membawa kasusnya kepada Kaisar, dan karena ia seorang warganegara Roma, dia berhak naik banding ke pengadilan tertinggi di Kekaisaran Roma, yaitu di kota Roma. Naik banding kepada Kaisar tidak harus diartikan secara literal. Kaisar adalah Raja dari Kekaisaran Roma yang perkasa. Dia tidak akan punya waktu untuk mengurusi setiap orang yang ingin “naik banding kepada Kaisar.” Pengadilan tertinggi adalah di depan perwakilan Kaisar, seperti pengadilan federal di Amerika atau Mahkamah Agung di Indonesia. Dalam ayat 13, kita membaca, “Beberapa hari kemudian datanglah raja Agripa dengan Bernike ke Kaisarea untuk mengadakan kunjungan kehormatan kepada Festus.” Festus adalah penguasa yang baru dilantik, sebuah posisi sementara, seperti gubernur. Raja Agripa ini adalah Raja Agripa II, yaitu cicit dari Herodes. Bernike adalah saudara perempuan Agripa II. Mereka berhubungan incest. Bernike kemudian menjadi selir dari anak Kaisar Vespasian, Titus, yang menjadi Kaisar setelah Vespasian mati. Agripa II adalah raja terakhir dari dinasti Herodes. Ibukotanya di Kaisarea Filipi, pada masa kini disebut Banyas, dekat Gunung Hermon. Karena mereka beberapa hari lamanya tinggal di situ, Festus memaparkan perkara Sha’ul kepada raja itu, katanya: "Di sini ada seorang tahanan yang ditinggalkan Feliks pada waktu ia pergi. Ketika aku berada di Yerusalem, imam-imam kepala dan tua-tua orang Yahudi mengajukan dakwaan terhadap orang itu dan meminta supaya ia dihukum. Aku menjawab mereka, bahwa bukanlah kebiasaan pada orang-orang Roma untuk menyerahkan seorang terdakwa sebagai suatu anugerah sebelum ia dihadapkan dengan orang-orang yang menuduhnya dan diberi kesempatan untuk membela diri terhadap tuduhan itu. Karena itu mereka turut bersama-sama dengan aku ke mari. Pada keesokan harinya aku segera mengadakan sidang pengadilan dan menyuruh menghadapkan orang itu. Tetapi ketika para pendakwa berdiri di sekelilingnya, mereka tidak mengajukan suatu tuduhanpun tentang perbuatan jahat seperti yang telah aku duga. Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yeshua, yang sudah mati, sedangkan Sha’ul katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup. Karena aku ragu-ragu bagaimana aku harus memeriksa perkara-perkara seperti itu, aku menanyakan apakah ia mau pergi ke Yerusalem, supaya perkaranya dihakimi di situ. Tetapi Paulus naik banding. Ia minta, supaya ia tinggal dalam tahanan dan menunggu, sampai perkaranya diputuskan oleh Kaisar Agustus. Karena itu aku menyuruh menahan dia sampai aku dapat mengirim dia kepada Kaisar." Di sini Festus perlu dihargai. Dia menyebutkan pokok masalah terbesar: Rabi Sha’ul mengajarkan tentang Yeshua, yang dia yakin masih hidup, tetapi para pemimpin Yahudi meyakini sudah mati. Dia menyebut ini sebagai “tuduhan terhadapnya sebagai soal-soal agama mereka.” Kedua pihak yang berselisih dianggap sebagai Yahudi. Tidak ada pelanggaran terhadap hukum Roma dilakukan oleh Sha’ul. Orang Romawi bisa sangat kejam, tetapi mereka sangat mementingkan aturan hukum. Orang Roma benci ketidakteraturan. Raja Agripa II juga tertarik akan kasus ini, dan setuju untuk mendengarkan Rabi Sha’ul.
Pada keesokan harinya datanglah Agripa dan Bernike dengan segala kebesaran dan sesudah mereka masuk ruang pengadilan bersama-sama dengan kepala-kepala pasukan dan orang-orang yang terkemuka dari kota itu, Festus memberi perintah, supaya Sha’ul dihadapkan. Festus berkata: "Ya raja Agripa serta semua yang hadir di sini bersama-sama dengan kami. Lihatlah orang ini, yang dituduh oleh kumpulan orang Yahudi, baik yang di Yerusalem, maupun yang di sini. Mereka telah datang kepadaku dan sambil berteriak-teriak mereka mengatakan, bahwa ia tidak boleh hidup lebih lama. Tetapi ternyata kepadaku, bahwa ia tidak berbuat sesuatupun yang setimpal dengan hukuman mati dan karena ia naik banding kepada Kaisar Agustus, aku memutuskan untuk mengirim dia menghadap Kaisar. Tetapi tidak ada apa-apa yang pasti yang harus kutulis kepada Kaisar tentang dia. Itulah sebabnya aku menghadapkan dia di sini kepada kamu semua, terutama kepadamu, raja Agripa, supaya, setelah diadakan pemeriksaan, aku dapat menuliskan sesuatu. Sebab pada hematku tidaklah wajar untuk mengirim seorang tahanan dengan tidak menyatakan tuduhan-tuduhan yang diajukan terhadap dia." Raja Agripa dan Bernike datang dengan kemegahan dan kebesaran, sama seperti tata cara anggota kerajaan sampai masa kini. Semua orang terkemuka dari kota itu dan komandan militer juga hadir. Dan karena raja Agripa ingin melihat Sha’ul, sang tertuduh juga dibawa masuk. Festus terdengar seperti pengacara bagi sang tertuduh, membela Sha’ul di hadapan Agripa, termasuk menyebutkan haknya untuk muncul di hadapan Kaisar Agustus (atau pengadilan perwakilannya). Dia juga menyatakan tuduhan yang dialamatkan kepada Sha’ul tidak jelas, dan tidak terbukti. Faktanya, semua tuduhan terhadap dia (Kisah 21:28) adalah palsu, seperti yang kita lihat di dalam ayat-ayat berikutnya. Sangat menarik bahwa Sha’ul dulu menjadi bagian dari lembaga keagamaan, dan dengan sangat giat menganiaya kaum Yahudi Mesianik di pasal 8 dan 9. Sekarang dia berhadapan dengan orang Yahudi yang sama giatnya seperti dia dulu.
Rabi Sha’ul di Hadapan Raja Agripa Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 26 “Kemudian kata Agripa kepada Sha’ul (Paulus): ‘Engkau diberi kesempatan untuk membela diri.’ Sha’ul memberi isyarat dengan tangannya, lalu memberi pembelaannya seperti berikut: Ya raja Agripa, aku merasa berbahagia, karena pada hari ini aku diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di hadapanmu terhadap segala tuduhan yang diajukan pemimpin-pemimpin Yahudi terhadap diriku, terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku dengan sabar.” (Kisah 26:1-3) Ini adalah pembukaan Kisah 26. Seperti disebutkan sebelumnya di buku ini, kita menghargai adanya pembagian bab dalam Alkitab. Namun, tidak ada pembagian pasal atau ayat di dalam manuskrip aslinya. Dalam kasus ini, pembagian bab terjadi di tengah-tengah sebuah paragraph (lagi!), seperti yang kita lihat pada kata pertama dari pasal ini, “Dan” atau “Kemudian” (KJV). Di ayat penutup dari pasal 25, Rabi Sha’ul (Paulus) dihadapkan pada Agripa II, raja Yudea, oleh Festus, sang prokurator (atau “gubernur”) Yudea. Festus adalah pejabat baru, belum terlalu mengenal kebiasaan dan tradisi Yahudi. Walaupun ditunjuk oleh Roma, dia tampak tulus dalam menegakkan keadilan di wilayahnya. Festus tahu bahwa Raja Agripa memiliki pengetahuan tentang masalah Yahudi. Agripa mengontrol keuangan Bait Suci dan bahkan dapat menunjuk Kohen HaGadol (Imam Besar), meski kekuasaan seperti itu tidak disukai orang Yahudi. Pemerintah Roma sering berkonsultasi dengan Agripa mengenai masalah keyahudian. Raja Agripa II adalah cicit dari Herodes. Salah seorang isteri Herodes adalah Mariamne, seorang putri dinasti Hasmonea, sehingga menurut Halakhah, keturunan mereka yaitu Agripa I kemudian Agripa II diakui sebagai Yahudi. Di ayat 1, Agripa mengizinkan Sha’ul mengutarakan perkaranya. Ini sebenarnya hanya formalitas, karena Festus telah mengizinkan Sha’ul membawa perkaranya ke hadapan Kaisar. Bagaimanapun juga, Sha’ul tetap bersemangat menceritakan kisahnya, dan Festus serta Agripa sangat penasaran untuk mendengar apa yang akan dia katakan. Sha’ul terutama sangat puas karena Agripa mendengarkan kasusnya, “terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi (26:3).” Dia kemudian mulai bersaksi sebagai berikut: “Semua orang Yahudi mengetahui jalan hidupku sejak masa mudaku, sebab dari semula aku hidup di tengah-tengah bangsaku di Yerusalem. Sudah lama mereka mengenal aku dan sekiranya mereka mau, mereka dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama kita.” (26:4-5) Tidak seorangpun dapat menuduh Sha’ul melalaikan agamanya. Dia dimuridkan di bawah kaki Gamliel (Gamaliel),1 rabi yang paling terkemuka pada masanya, dan orang-orang Yahudi mengetahui tentang ini. Dia juga menjalani gaya hidup Farisi yang sangat ketat, dan tetap menjadi seorang Farisi setelah beriman kepada Yeshua,2 sama seperti banyak kaum Yahudi Mesianik lainnya.3
1
Kisah 22:3.
2
Kisah 23:6.
3
Kisah 15:5.
“Dan sekarang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan kegenapan janji, yang diberikan Elohim kepada nenek moyang kita, dan yang dinantikan oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam melakukan ibadahnya dengan tekun. Dan karena pengharapan itulah, ya raja Agripa, aku dituduh orang-orang Yahudi. Mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Elohim membangkitkan orang mati?” (26:5-8) Banyak orang berasumsi bahwa Sepuluh Suku di Utara yang dibawa ke Pembuangan Asyur telah hilang karena bercampur baur dengan suku bangsa lain. Namun, beberapa ratus tahun setelah Pembuangan Asyur, kita menemukan Chana (Hana) dari suku Asyer melayani di Bait Suci “siang dan malam (Lukas 2:36-37).” Surat James4 ditulis “kepada Kedua Belas Suku yang tersebar di luar negeri” (Yakobus 1:1). Juga, 144,000 orang di Kitab Wahyu 7:4-8 terdiri dari 12,000 orang dari masing-masing suku di Israel. Rabi Sha’ul sendiri juga berasal dari suku Benyamin (Roma 11:1). Banyak individu dari berbagai suku itu mungkin telah “hilang” di tengah lautan manusia, tetapi suku itu sendiri tidak lenyap. Beberapa telah terisolasi dari Israel selama berabad-abad, dan kembali ditemukan di zaman modern, seperti orang Yahudi B’nei Israel dari Etiopia dan B’nei Manashe di perbatasan India-Burma. Akibat pemaksaan pindah agama ke Kekristenan dan Islam, dan juga pembauran, sangat mungkin banyak orang di dunia ini memiliki darah Yahudi, tetapi tidak menyadarinya. Namun, Elohim mengetahui, dan pada waktunya, orang-orang ini juga akan dikumpulkan kembali ke Israel. Tentu saja, poin utama Sha’ul dalam argumennya kepada Agripa bukanlah tentang Kedua Belas Suku; dia menyebutkan ini hanya sebagai selingan. Poin utama yang sedang disampaikan adalah tentang janji kedatangan Mesias, juga kebangkitan orang mati, dan khususnya kebangkitan Yeshua. Ini adalah “tuduhan” utama kepada Sha’ul, fakta bahwa dia mengkhotbahkan Yeshua yang bangkit sebagai Mesias. Sha’ul tampaknya heran bahwa seorang Yahudi dapat menganggap kebangkitan seorang Yahudi lain sebagai sesuatu yang mengejutkan. Namun, Sha’ul sendiri juga pernah berada bersama orang-orang skeptis itu, seperti yang kita lihat dari kata-katanya: “Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yeshua dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam setiap sinagoga aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.” (26:9-11) Sha’ul menceritakan masa lalunya sebagai seorang penganiaya kaum Yahudi Mesianik. Dia mencari mereka di salah satu tempat utama di mana mereka bisa ditemukan: di sinagoga! Kemudian kaum Yahudi Mesianik dilemparkan ke penjara, dan banyak yang dihukum mati, seringkali karena kesaksian Sha’ul. Dia bahkan memaksa mereka untuk menyangkali imannya, mungkin melalui siksaan atau ancaman. Sha’ul bahkan pergi ke kota-kota lain untuk menganiaya kaum Yahudi Mesianik, seperti dalam pasal 9, ketika dia dalam perjalanan untuk menganiaya kaum Yahudi Mesianik di Damsyik. Tetapi, harus dicatat bahwa lembaga agama Yahudi (termasuk Sha’ul) memiliki yurisdiksi hanya terhadap penganut agama Yahudi. Mereka tidak memiliki otoritas terhadap kaum pagan atau agama lain. Hal ini terutama berlaku di luar Yudea. Damsyik berada di Siria (bahkan sampai sekarang), masih termasuk
4
Dalam bahasa Yunani, namanya adalah Yakobos, yang merupakan ekuivalen dari Ya’akov, atau “Yakub.”
Kekaisaran Romawi, sama seperti Yudea, tetapi itu merupakan negara lain. Wewenang lembaga agama Yahudi di bawah hukum Roma tidak dapat dibawa ke negara lain untuk menganiaya penganut agama lain. Orang Percaya di Damsyik adalah penganut agama Yahudi, tetapi dianggap sebagai sekte Yahudi sesat. Sha’ul memiliki surat dari pemimpin Yahudi, dan mungkin juga dari otoritas Roma, yang memberinya izin untuk pergi ke Damsyik untuk menangkapi kaum Yahudi Mesianik. Yahudi Mesianik tidak dianggap sebagai agama lain, seperti Kekristenan. Yang pertama kali disebut Kristen adalah orang percaya Bangsa-bangsa di Antiokia (Kisah 11:20,26). “Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik, tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku. Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Sha’ul, Sha’ul, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuan? Kata Tuhan: Akulah Yeshua, yang kauaniaya itu. Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari orang Bangsa-bangsa. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Elohim, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.” (26:12-18) Sha’ul mengalami pertemuan supranatural dengan Yeshua. Entah mengapa peristiwa ini digambarkan dengan berbeda dalam Kisah 9 dan Kisah 22, walaupun esensinya tetap sama. Seperti Bileam dalam Kitab Bilangan, Sha’ul sedang dalam perjalanan untuk mengutuki umat Elohim. Juga, seperti Bileam, dia akhirnya malah memberkati umat yang akan dia kutuk. Namun, tidak seperti Bileam, pertemuan Sha’ul dengan Yeshua mengubah hidupnya. Bukannya menjadi penganiaya Yahudi Mesianik, dia malah menjadi Yahudi Mesianik! Sangat menarik untuk dicatat bahwa Yeshua berbicara kepada Sha’ul dalam bahasa Ibrani! Di Abad 19, para cendekiawan Kristen mengajarkan bahwa 2000 tahun yang lalu bahasa Ibrani bukanlah bahasa tutur. Alasannya, ketika orang Yahudi kembali dari Pembuangan Babilonia, mereka hanya menggunakan bahasa Aramaik. Memang benar bahwa generasi muda yang kembali dari Babilonia berbahasa Aramaik. Namun, dalam masa satu generasi bahasa Ibrani kembali menjadi bahasa tutur, terutama di Yudea, bagian selatan Israel, meski Aramaik juga masih digunakan di bagian utara Israel. Dengan cara yang sama, di Abad 20 orang Yahudi dari berbagai negara kembali ke Israel dengan menggunakan berbagai macam bahasa. Namun, bahasa Ibrani hidup kembali sebagai bahasa lisan sehari-hari. Mereka dan anak-anaknya segera belajar untuk menggunakan Lashon HaKodesh – Bahasa Kudus. Penemuan arkeologis pada Abad 20 memberi sangat banyak bukti bahwa bahasa Ibrani adalah bahasa yang aktif digunakan 2000 tahun yang lalu. Namun, “para sarjana” Kristen terus mengajarkan informasi yang salah ini bahwa orang Yahudi yang hidup di Israel 2000 tahun yang lalu hanya menggunakan bahasa Aramaik. Sayangnya, terjemahan NIV5 mengubah teks ayat di atas
5
New International Version, atau (lebih akurat) “nearly” inspired version.
sehingga menyatakan bahwa Yeshua berbicara kepada Sha’ul dalam bahasa Aramaik, dengan demikian mengubah terjemahan agar sesuai dengan keyakinan mereka yang salah. Ketika Yeshua berbicara kepada Rabi Sha’ul, Dia berkata, “Akulah Yeshua, yang kau aniaya itu.” Karena Dia bicara dalam bahasa Ibrani, Dia pasti tidak mengatakan, “Akulah Yesus.” Istilah “Yesus” tidak pernah terdengar oleh Mesias kita. Istilah “Jesus,” yang digunakan di negara berbahasa Inggris, adalah istilah yang relatif baru, yaitu diambil dari bahasa Yunani, dan kemudian di-transliterasi ke bahasa Inggris. Namun, bunyi “J” dalam bahasa Inggris modern bahkan belum ada sampai akhir tahun 1600-an. Sebelum waktu itu, bunyi “J” dalam bahasa Inggris adalah seperti bunyi “I” atau “Y” modern. Beberapa orang menuduh Yahudi Mesianik membuat “tembok pemisah” dengan menggunakan istilah Yeshua dan bukannya Jesus. Tetapi, istilah Yeshua memiliki arti! Itu berarti Keselamatan. Itulah nama Mesias kita! Istilah Yesus atau Jesus tidak memiliki arti apapun. Saya harus menambahkan: nama Yeshua ditulis dan diucapkan secara berbeda di setiap negara. Contohnya, dalam bahasa Spanyol, namaNya ditulis Jesus, tetapi diucapkan “He-sus.” Yeshua memberi perintah kepada Sha’ul, memberitahukan mengapa dia dipanggil, yaitu untuk menjadi saksi tentang apa yang telah dia lihat dan apa yang akan dia lihat. Dia juga menggunakan istilah seperti orang Yahudi Eseni kuno, membalikkan orang Yahudi dan Bangsa-bangsa dari gelap kepada terang, dan dari kuasa Iblis kepada Elohim, supaya mereka memperoleh pengampunan dosa. Ada beberapa orang pada masa kini mengajarkan bahwa orang Yahudi sudah memiliki perjanjian dengan Tuhan, dan tidak membutuhkan Yeshua. Namun, hampir semua dari Kedua Belas Murid mengalami kematian yang mengenaskan karena kesaksian mereka kepada kaum sebangsanya. Sha’ul sendiri sangat menderita karena bersaksi kepada orang Yahudi. Jika orang Yahudi tidak membutuhkan Yeshua, penderitaan mereka adalah sia-sia. “Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada orang Bangsa-bangsa, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Elohim serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu. Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di Beit HaMikdash (Bait Suci), dan mencoba membunuh aku. Tetapi oleh pertolongan Elohim aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada orang Bangsa-bangsa.” (Kisah 26:19-23) Rabi Sha’ul bersaksi dengan kuat, dan tidak malu membagikan berita Injil kepada semua yang hadir, terutama kepada Raja Agripa. Dia menyatakan ketaatannya pada penglihatan itu, termasuk kepada perintah di mana dia harus membagikan Injil: pertama-tama kepada orang Yahudi, dan kemudian kepada orang Bangsa-bangsa. Ini adalah perintah yang kita baca di Roma 1:16: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Elohim yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Ini juga yang kita lihat di seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Sha’ul selalu pergi kepada orang Yahudi dahulu, selalu mengajar di sinagoga, ke manapun dia pergi. Sesudah itu barulah dia pergi kepada orang Bangsa-bangsa. Dia juga mengajar bahwa semua – baik Yahudi maupun orang Bangsa-bangsa – perlu bertobat, berbalik kepada Elohim, dan kemudian melakukan “pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
pertobatan itu.” Kita perlu berbuat lebih dari sekedar percaya. Seperti yang dikatakan dalam Yakobus 2:19: “Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Jika percaya saja sudah cukup, setan-setan juga akan selamat! Yakobus 2:24 mengatakan kepada kita “bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” Jika seseorang berkata bahwa dia beriman, tetapi hidupnya tidak berubah, saya ragu apakah dia benar-benar selamat. Ngomong-ngomong, ketika Martin Luther menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman, dia berniat tidak memasukkan Kitab Yakobus, karena bertentangan dengan keyakinannya tentang keselamatan hanya oleh iman. Dia juga ingin meninggalkan Kitab Ester, tetapi akhirnya kedua kitab itu dimasukkan juga dalam Alkitab Luther. Ya, benar. Kita diselamatkan melalui iman. Akan tetapi, pekerjaan (atau perbuatan) adalah bukti bahwa kita sudah diselamatkan. Kita seharusnya diselamatkan dari dosa-dosa kita, bukan diselamatkan di dalam dosa-dosa kita. Sha’ul juga membagikan pesan Injil, seperti yang dinubuatkan Musa dan Para Nabi, bahwa Mesias harus menderita sengsara, dan mati, dan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan “memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada Bangsa-bangsa.” Selama masa hidup Yeshua, Injil diberitakan terutama kepada orang Yahudi. Setelah kebangkitanNya, Injil juga harus disampaikan kepada orang Bangsa-bangsa. Festus, melihat bahwa Sha’ul seorang yang sangat terpelajar, tetapi karena berasal dari latar belakang non-Yahudi dia sangat bingung dengan kata-kata Sha’ul: “Sementara Sha’ul mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: ‘Engkau gila, Sha’ul! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.’” Dia mungkin merasa bahwa Sha’ul sedang mempermalukan dirinya di hadapan Raja Agripa dan orang banyak, dan mungkin benar-benar merasa bahwa Sha’ul telah menjadi gila karena kebanyakan belajar. Sha’ul menjawab dia dengan sangat ramah, dan berkata, “Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat! Raja juga tahu tentang segala perkara ini, sebab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin, bahwa tidak ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya, karena perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.” Sha’ul kemudian menghimbau kepada Raja Agripa, yang dia tahu setidaknya percaya kepada Musa dan Para Nabi, meski tidak hidup mentaatinya. Agripa menjawab (menurut terjemahan KJV, dan juga LAI dan ILT, ed.) “Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen.” Karena Agripa seorang Yahudi, sama seperti Paulus, jawaban yang lebih tepat mungkin begini: “Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi percaya kepada Yeshua sebagai Mesias.” Agripa sudah sangat dekat! Tetapi, seperti dalam permainan bola basket, jika bolanya tidak masuk, tidak ada nilai yang dicetak. Pesannya hampir diterima, dan Agripa hampir diselamatkan. Namun, Agripa tidak benar-benar menerimanya. Tanggung jawab kita bukanlah menyelamatkan orang; tanggung jawab kita, sama seperti Sha’ul, adalah memberitakan keselamatan. Apa yang orang perbuat dengan berita itu adalah urusan mereka dengan Pencipta mereka. Sha’ul merespon Agripa, dengan berkata, “Aku mau berdoa kepada Elohim, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.” Paulus berharap semua yang hadir di sana, termasuk para pemimpin Yahudi dan orang Bangsa-bangsa, sampai kepada pengakuan bahwa Yeshua adalah Juru Selamat. Dia mungkin berbicara kepada mereka dalam bahasa Latin, karena dia warganegara Roma, seperti Festus. Dia mungkin juga berbicara dalam bahasa Ibrani, karena Raja Agripa dan para pemimpin Yahudi lebih fasih berbahasa Ibrani. Dia berusaha menjangkau
sebanyak mungkin orang, mungkin berbicara dua bahasa secara bergantian. Dia berharap agar semua akan menjadi seperti dia, tetapi tanpa belenggu. Lalu bangkitlah raja dan wali negeri serta Bernike dan semua orang yang duduk bersama-sama mereka. Sementara mereka keluar, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Orang itu tidak melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati atau hukuman penjara." Kata Agripa kepada Festus: "Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar." Walaupun Agripa dan Festus menolak berita keselamatan, mereka berdua menyadari bahwa Sha’ul tidak bersalah atas pelanggaran yang layak dihukum mati atau penjara. Dia mungkin akan dibebaskan pada saat itu, kalau saja dia tidak naik banding kepada Kaisar, seperti yang kita baca di ayat penutup. Namun, seperti yang kita baca di dalam Roma 8:28, “Elohim turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Elohim.” Sha’ul bisa saja dibebaskan, dan bebas bepergian ke seluruh dunia memberitakan keselamatan. Tetapi jika demikian, dia tidak akan pernah masuk penjara, yang pada akhirnya menjadi sesuatu yang baik. Ingat, justru dari dalam penjara dia menulis hampir semua suratnya yang luar biasa kepada jemaat maupun kepada orang-orang di berbagai tempat. Tulisannya – tulisantulisan dari seorang narapidana – membentuk sekitar separuh dari Perjanjian yang Diperbaharui.
Rabbi Sha’ul Dikirim ke Roma Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 27 “Dan setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Sha’ul dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar. Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami.” (Kisah 27:1-2) Ayat di atas membuka pasal ke-27 dari Kisah Para Rasul. Dalam Kisah 26, Rabi Sha’ul menyampaikan pembelaan di hadapan Raja Agripa. Dia tampaknya melakukan itu dengan sangat baik: “Lalu bangkitlah raja dan wali negeri serta Bernike dan semua orang yang duduk bersama-sama mereka. Sementara mereka keluar, mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Orang itu tidak melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati atau hukuman penjara.’ Kata Agripa kepada Festus: ‘Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar.’” (Kisah 26:30-32) Sha’ul (Paulus) telah naik banding kepada Kaisar, dan keinginannya dikabulkan. Seharusnya, jika dia tidak naik banding kepada Kaisar, dia telah mematahkan semua tuduhan dan dakwaan terhadapnya, dan tidak perlu mengalami banyak sakit hati, pencobaan dan kesusahan. Dia berakhir di penjara (mungkin tahanan rumah di Roma, seperti dalam Kisah 28:16), dan akhirnya dihukum mati di sekitar tahun 64 CE. 1 Menurut tradisi gereja, dia dipenggal, yang dianggap sebagai hukuman mati yang manusiawi, jika dibandingkan penyaliban. Namun, Rabi Sha’ul menuliskan sebagian besar dari apa yang kemudian dinamai Perjanjian yang Diperbaharui, selama dia dipenjara, jadi itu semuanya bekerja mendatangkan kebaikan! Dalam dua ayat pembuka pasal 27, kita membaca “setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia.” Siapakah “kami” yang dimaksud? Karena Dr. Lukas yang menuliskan kitab ini, sangat jelas bahwa dia termasuk dalam “kami” di sini. Juga, di ayat 2, kita membaca bahwa seseorang bernama Aristarkhus juga menemani Sha’ul. Kita pertama kali bertemu dengan Aristarkhus dalam Kisah 19:29, sebagai salah satu teman seperjalanan Sha’ul dari Makedonia. Sha’ul diberi beberapa keistimewaan karena dia warganegara Roma, seperti yang kita ketahui dari Kisah 21:39 dan 22:25-27. Saya perkirakan tidak semua tahanan diperbolehkan membawa teman dalam pelayaran ke Roma untuk diadili. Dan juga, tidak seorangpun kecuali seorang warganegara Roma yang berhak naik banding kepada Kaisar! Warganegara Roma memang istimewa. Sudah mendekati akhir tahun pada saat itu. Bulan-bulan musim gugur dan musim dingin adalah waktu yang sangat berbahaya untuk berlayar menyeberangi Laut Mediterania. Pertama, mereka menyusuri pesisir pantai timur, naik ke Sidon (di daerah Libanon modern). Kemudian, kita membaca bahwa mereka berlayar “di sepanjang pantai Asia,” yaitu, di sepanjang pantai yang pada masa kini kita sebut Turki. Dengan menyusuri pantai, mereka akan terhindar dari ombak ganas di perairan dalam Laut Mediterania. Kisah perjalanan Sha’ul ke Roma adalah penggambaran yang bagus tentang bagaimana perjalanan melalui laut pada Abad Pertama.
1
“Common Era,” sama dengan Masehi.
Kepala pasukan yang memimpin kapal ini adalah seorang Roma yang baik bernama Yulius. Dia seorang pria yang adil dan berbelas kasih, seperti yang akan kita lihat nanti di pasal ini. Di tengah zaman kekejaman Roma, sangat penting untuk dicatat bahwa tidak semua serdadu Roma jahat dan kejam. “Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya (Kisah 27:3).” Seperti yang saya katakan, Yulius adalah seorang yang baik. Sha’ul diperlakukan lebih seperti tamu daripada tahanan. “Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus (Kisah 27:4).” Siprus dulu (sampai sekarang) terletak di sebelah barat laut Israel, cukup dekat dengan perbatasan selatan Turki modern. Perairan di antara Siprus dan Turki biasanya lebih “aman” daripada perairan dalam dan terbuka di Laut Mediterania. Kemudian kapal itu pergi ke Mira, di mana mereka menaiki kapal Aleksandria ke Knidus yang ada di pantai barat daya Turki masa kini. Kapal Aleksandria itu berangkat dari pelabuhan pertamanya di Mesir utara pada masa kini. Aleksandria pada masa itu bukanlah kota yang amat besar, tetapi ia mungkin kota yang paling berpendidikan dan kosmopolitan, dengan perpustakaan paling terkenal di dunia dan tempat berkumpulnya orang terpelajar dari berbagai negara, termasuk populasi orang Yahudi yang cukup besar. Kapal dari Aleksandria itu membawa berton-ton gandum, yang akhirnya dibuang (27:38) karena badai. Itu juga merupakan kapal penumpang, dengan membawa total 276 orang (27:37). Kapten kapal berusaha berlayar di rute teraman, yang berarti menyusur selatan pulau Kreta. Di masa yang lebih kuno, Kreta adalah lokasi peradaban Minoan kuno, yang mungkin merupakan peradaban paling modern di masa itu. Namun, gempa bumi, erupsi vulkanik, dan tsunami menghancurkan peradaban ini sekitar tahun 1450 SM. Di Abad Pertama, orang Kreta memiliki reputasi yang buruk (Titus 1:12). Meski begitu, Kreta adalah pulau yang dapat melindungi dari badai di sisi selatan pulau itu. Namun, Kreta bukan tempat persinggahan yang baik. Dalam Kisah 27:9, kita membaca, “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa (the fast) sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Sha’ul memperingatkan mereka…” Terdapat berbagai macam puasa dalam kalender Yahudi, tetapi hanya satu yang disebut “the fast.” Banyak Alkitab dengan baik dan benar mencatat bahwa Dr. Lukas merujuk kepada puasa Yom Kippur (Hari Raya Pendamaian). Hal berarti bahwa Rabi Sha’ul tetap melakukan puasa Yom Kippur bahkan setelah menjadi orang percaya dalam Mesias Ibrani! Ini tentu saja bukan kejutan besar. Dalam Kisah 23:6, dia dengan tegas menyatakan, “I am a Pharisee,” (Saya seorang Farisi) bukan “I used to be a Pharisee” (Saya dulu seorang Farisi.) Dalam Kisah 21:23-26, Rabi Sha’ul ikut mentahirkan diri dan membayar biaya untuk empat pria lain yang berada di bawah “sumpah,” yang termasuk “korban-korban… untuk setiap orang dari mereka (21:26).” Dalam pembelaannya di hadapan Festus, Rabi Sha’ul berkata, “Aku tidak menentang Torah atau orang Yahudi atau Beit HaMikdash (Bait Suci), atau Kaisar (25:8).” Dalam Kisah 28:17, kita menemukan bahwa dia bahkan tidak melakukan halhal yang bertentangan dengan adat istiadat orang Yahudi. Jadi, ya, tentu saja, Sha’ul tetap melakukan puasa Yom Kippur. Kemudian, di dalam Kisah 27:10, Sha’ul memperingatkan semua orang yang ada di kapal agar tidak berlayar, karena akan sangat berbahaya. Tetapi, mereka tetap berlayar. Dimulai di ayat 14, kita membaca tentang sebuah badai besar (angin badai Timur Laut) menyerang kapal, memaksanya menjauhi pulau. Mereka terpaksa membuang banyak muatan kapal untuk menyelamatkan penumpang kapal (27:18-19), karena badai itu terjadi berhari-hari. Orang-orang yang ada di kapal telah putus asa. Namun, seorang malaikat Tuhan (27:23) berbicara kepada Sha’ul (mungkin melalui penglihatan). Kapal itu akan karam, tetapi tidak akan ada korban jiwa. Dia juga memberitahu mereka bahwa kapal akan
terdampar di sebuah pulau, dan itu benar terjadi, karena kemudian kapal menabrak karang dan hancur ketika mendekati Malta, sebelah selatan dari Sisilia masa kini. Di ayat 34, Rabi Sha’ul membujuk orang-orang untuk makan roti untuk memperbaharui kekuatan mereka. Dalam ayat 35, kita membaca, “Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Elohim di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan.” Bagaimana dia mengucap syukur? Di mengucapkan b’rakhah (berkat) tradisional Yahudi: Barukh Atah Adonai, Eloheinu Melekh HaOlam, HaMotzi lechem min HaAretz (“Diberkatilah Engkau, Tuhan Elohim kami, Raja Alam Semesta, yang menghasilkan roti dari bumi.”) “Roti” yang dibawa Sha’ul pastilah tidak beragi (matzah). Mereka telah berjuang melawan badai selama dua minggu (27:33). Roti beragi akan busuk dalam dua minggu. Namun, butuh waktu berbulan-bulan untuk matzah membusuk! Para prajurit di kapal ingin membunuh semua tahanan, karena takut beberapa akan kabur. Ini tampaknya agak kejam. Namun, di bawah hukum Roma, jika seorang tahanan melarikan diri, maka penjaga tahanan yang akan dihukum mati. Ingat ketika Shimon Kefa (Petrus) dilepaskan dari penjara oleh seorang malaikat di dalam Kisah 12? Penjaga yang menjaganya dibunuh (12:9). Namun, kepala pasukan (Yulius) ingin memastikan bahwa Sha’ul dibawa dengan selamat. Karenanya, dia memerintahkan agar mereka yang bisa berenang untuk melompat ke laut dan berenang ke darat. Sedangkan yang tidak bisa berenang menggunakan sisa-sisa badan kapal untuk mengapung sampai daratan. Di ayat terakhir, kita mengetahui bahwa semua dibawa ke daratan dengan selamat, seperti yang dinubuatkan oleh Rabi Sha’ul lewat penglihatan dari malaikat. Merupakan suatu mujizat bahwa mereka menemukan pulau Malta yang sangat kecil di tengah-tengah lautan luas selama badai. Jika mereka tidak mengalami kapal karam di Malta, mereka mungkin akan hilang di tengah lautan.
Rabbi Sha’ul Tiba di Roma Pendalaman Kisah Para Rasul pasal 28 Nah, kita sampai di pasal terakhir dari Kisah Para Rasul! Dalam pasal 26, Rabi Sha’ul naik banding kepada Kaisar, dan permintaannya dikabulkan oleh Raja Agripa. Di pasal 27, Rabi Sha’ul memulai perjalanan panjangnya ke Roma sebagai seorang tahanan. Namun, karena dia juga seorang warganegara Roma yang terhormat, dia diberi keistimewaan. Namun, kapal yang dia tumpangi mengalami badai besar tak lama setelah berangkat dari pulau Kreta, dan berlanjut sampai ke pulau Malta (juga dikenal sebagai pulau Melita oleh orang Yunani dan Romawi). Pulau ini ada di sebelah selatan Sisilia. Negara Malta modern adalah negara merdeka yang terdiri dari tujuh pulau, hanya tiga pulau yang berpenghuni. Pulau terbesar dari ketujuh pulau itu disebut pulau Malta. Populasi negara kecil seluas 316 km persegi ini kurang dari setengah juta. Tetapi yang sangat menarik (setidaknya bagi saya!) adalah bahwa bahasa Malta, yaitu Maltese, adalah bahasa Semitik! Ini karena orang Fenisia kuno telah menghuni pulau ini. Dalam Kisah 28:1-2, kita menemukan bahwa Paulus (Rabi Sha’ul) ada di pulau Malta: “Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa daratan itu adalah pulau Melita (Malta). Penduduk pulau1 itu sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin.” Keramahan yang luar biasa ini ditunjukkan oleh orang-orang yang di dalam Alkitab KJV disebut “orang barbar.” (Lihat catatan kaki di bawah.) Mereka melihat sejumlah besar orang mengalami kapal karam, dan kedinginan serta kelaparan. Mereka mulai menyalakan api untuk menghangatkan para “tamu” tak diundang ini, dan itu bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan di tengah hujan. “Ketika Sha’ul memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. Ketika orang-orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Sha’ul, mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.’ Tetapi Sha’ul mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa (28:3-6).” Rabi Sha’ul dengan senang hati membantu mengumpulkan ranting untuk api unggun. Namun, seekor ular beracun terdapat di antara ranting itu, dan telah terganggu olehnya, dan kemudian membenamkan taringnya ke tangan Sha’ul. Sha’ul adalah seorang pria berkepala dingin. Dia tidak panik dan hanya mengibaskan ular itu ke dalam api. Para penduduk pulau memperhatikannya, menunggu tangannya membengkak dan melihatnya mati. Para penduduk merasa bahwa telah terjadi semacam keadilan ilahi.
1
KJV menyebut mereka “orang-orang barbar (barbarous people).” Namun, kata bahasa Yunaninya adalah “barbaros” yang berarti “orang asing,” yaitu orang non-Yunani atau tidak berbahasa Yunani. Penduduk pulau itu bukanlah orang barbar yang tidak beradab, seperti yang dikesankan ketika Anda membaca KJV. Orang-orang ini sangat beradab. Peradaban yang cukup tinggi sudah ada di pulau itu bahkan sebelum kedatangan orang-orang Fenisia.
Walaupun Sha’ul selamat dari badai dan kapal karam, gigitan ular beracun pasti akan membunuhnya, karena “pasti” ia telah berbuat suatu kejahatan yang membutuhkan keadilan ilahi. Sebaliknya, Rabi Sha’ul tidak terluka sedikitpun. Dia baik-baik saja! Saat itulah, mereka yakin bahwa Sha’ul adalah dewa! Di bagian tenggara Amerika, ada sekte Kristen yang suka memegang ular dan bermain-main dengan ular derik. Mereka melakukan ini atas dasar kata-kata Yeshua di dalam Markus 16:18, “mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka. Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Sekte ini juga meminum racun. Terkadang mereka mati karena gigitan ular atau keracunan. Yeshua tidak memerintahkan kita untuk memegang ular beracun atau meminum racun; Dia hanya berkata bahwa jika seekor ular menancapkan taringnya ke dagingmu, Anda tidak akan mati. Inilah apa yang terjadi kepada Rabi Sha’ul. Dia tidak mencari ular untuk bermain-main dengan ular itu; dia secara tidak sengaja mengganggu seekor ular, dan racun dari ular itu tidak membunuhnya. “Tidak jauh dari tempat itu ada tanah milik pemimpin pulau itu. Pemimpin itu namanya Publius. Ia menyambut kami dan menjamu kami dengan ramahnya selama tiga hari. Ketika itu ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Sha’ul masuk ke kamarnya; ia berdoa serta menumpangkan tangan ke atasnya dan menyembuhkan dia. Sesudah peristiwa itu datanglah juga orang-orang sakit lain dari pulau itu dan merekapun disembuhkan juga. Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan (28:7-10).” Publius adalah “walikota” di pulau itu. Ayahnya sakit disentri dan demam. Rabi Sha’ul menaruh tangannya ke atasnya, seperti yang diperintahkan kepada kita di dalam Markus 16:18, dan orang itu disembuhkan. Pada saat itu, orang lain datang kepada Paulus untuk disembuhkan, dan mereka disembuhkan. Mujizat kesembuhan masih terjadi sampai hari ini, tetapi tidak sesering yang saya ingin. Saya percaya akan ada pencurahan roh Elohim besar-besaran, dengan tanda-tanda dan mujizat yang mengikuti. Sayangnya, apa yang biasa kita lihat adalah “tanda dan mujizat palsu” dari banyak nabi palsu. “Tiga bulan kemudian kami berangkat dari situ naik sebuah kapal dari Aleksandria yang selama musim dingin berlabuh di pulau itu. Kapal itu memakai lambang Castor dan Pollux (anak kembar dewa Zeus).”2 Bepergian jarak jauh adalah sesuatu yang sulit 2000 tahun yang lalu! Setelah bertahan begitu rupa di dalam Kisah 27, mereka menghabiskan musim dingin di Malta, tiga bulan. Mereka berangkat di sebuah kapal dari Aleksandria, Mesir, berangkat pada awal Maret. “Kami singgah di Sirakusa dan tinggal di situ tiga hari lamanya. Dari situ kami menyusur pantai, lalu sampai ke Regium. Sehari kemudian bertiuplah angin selatan dan pada hari kedua sampailah kami di Putioli. Di situ kami berjumpa dengan anggota-anggota jemaat, dan atas undangan mereka kami tinggal tujuh hari bersama-sama mereka. Sesudah itu kami berangkat ke Roma (Kisah 28:12-14).” Sirakusa adalah kota yang paling penting di Sisilia, pulau besar di dekat “jempol kaki” Italia. Mereka akhirnya sampai ke Putioli, di mana mereka menemukan beberapa “saudara.” Di Putioli terdapat koloni Yahudi, dan Rabi Sha’ul dapat menyebut semua orang Yahudi sebagai “saudara.” Namun, saya menduga bahwa yang dia temui adalah orang Yahudi Mesianik. Ingatlah bahwa Sha’ul adalah seorang tahanan! Namun, para penjaganya mengizinkan Sha’ul tinggal bersama para “saudara” ini selama tujuh hari! 2
Kisah 28:11.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Roma. “Saudara-saudara yang di sana telah mendengar tentang hal ihwal kami dan mereka datang menjumpai kami sampai ke Forum Apius dan Tres Taberne. Ketika Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Elohim lalu kuatlah hatinya. Setelah kami tiba di Roma, kepala pasukan menyerahkan para tahanan kepada kepala penjaga, tetapi Sha’ul diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya (28:15-16).” Sungguh luar biasa, betapa cepatnya berita tersebar. Bagaimana mereka bisa tahu di mana Paulus berada sehingga mereka dapat pergi menemui dia? Bagaimana mereka bisa tahu bahwa dia masih hidup! Setelah menghabiskan waktu di pulau Kreta dan tiga bulan di Malta, dan selamat dari kapal karam, bagaimana mereka bisa mengetahui waktu dan tempat untuk menemui Sha’ul? Mungkinkah seorang nabi memberi tahu mereka? Akhirnya, di ayat 16, mereka tiba di Roma, kota tujuan! Sekali lagi, kita menemukan Sha’ul mendapat perlakuan istimewa. Ayat 16 memberitahu kita bahwa dia tinggal sendiri bersama seorang prajurit yang mengawal dia. Ayat 30 mengatakan bahwa dia tinggal di rumah yang disewanya sendiri! Mungkin bukan rumah yang mewah. Tetapi ini jauh lebih baik daripada ditahan di penjara ala Roma! Orang Roma biasanya merantai penjaga kepada tahanannya, seperti di dalam Kisah 12:6, dan seperti di pasal ini, ayat 20. “Tiga hari kemudian Sha’ul memanggil orang-orang terkemuka bangsa Yahudi dan setelah mereka berkumpul, Paulus berkata: ‘Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma. Setelah aku diperiksa, mereka bermaksud melepaskan aku, karena tidak terdapat suatu kesalahanpun padaku yang setimpal dengan hukuman mati. Akan tetapi orang-orang Yahudi3 menentangnya dan karena itu terpaksalah aku naik banding kepada Kaisar, tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku. Itulah sebabnya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu, sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.’ Akan tetapi mereka berkata kepadanya: ‘Kami tidak menerima surat-surat dari Yudea tentang engkau dan juga tidak seorangpun dari saudara-saudara kita datang memberitakan apa-apa yang jahat mengenai engkau. Tetapi kami ingin mendengar dari engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang mazhab ini kami tahu, bahwa di mana-manapun ia mendapat perlawanan (28:17-22).’” Rabi Sha’ul diizinkan untuk mengumpulkan orang-orang Yahudi terkemuka di Roma. Kaisar Klaudius telah mengusir semua orang Yahudi dari kota Roma, seperti yang kita lihat di dalam Kisah 18:2. Ketika perintah itu berakhir, sebagian besar kembali ke Roma. Sha’ul sangat bersemangat untuk mengatakan kepada para pemimpin Yahudi di Roma ini tentang tuduhan yang dialamatkan kepadanya, dan juga mengatakan tentang Mesias Yeshua. Para pemimpin Yahudi ini tampaknya menyadari bahwa mereka berhadapan dengan seorang tahanan Yahudi yang terkenal, dan mereka penasaran untuk mendengarnya. Apakah yang sudah dia perbuat? Juga, mereka belum tahu banyak tentang aliran Yahudi yang percaya kepada Yeshua ini. Ada orang-orang Yahudi Mesianik yang tinggal di Roma. Dalam Kisah 2:10, kita menemukan ada orang Yahudi dari Roma yang hadir di Bait Suci pada hari Shavuot, yaitu hari ketika Ruakh dicurahkan ke 3
Ingat, Rabi Sha’ul juga seorang Yahudi! Istilah “Yahudi” ini mungkin menujuk kepada orang-orang Yudea, atau mungkin berarti “para pemimpin Yahudi.”
atas orang-orang, ketika talmidim (murid-murid) berbicara kepada orang Yahudi dari seluruh penjuru dunia dengan aneka bahasa para pendengar. Mereka telah mendengar khotbah Shimon Kefa (Petrus) pada hari itu, di mana dia mengajar dari Mazmur dan nabi Yoel, membuktikan Yeshua adalah sang Mesias. Mereka mungkin juga menyaksikan penganiayaan terhadap kaum Yahudi Mesianik. Mungkin ketika mereka kembali ke Roma, mereka memilih untuk “tenang,” dan diam-diam tentang iman mereka. Mereka tidak ingin dianiaya oleh para pemimpin Yahudi. Namun, di dalam Kisah 28, kita melihat bahwa para pemimpin Yahudi sangat penasaran untuk mendengar dari Rabi Sha’ul tentang imannya kepada Yeshua. Rabi Sha’ul melakukan pekerjaan membagikan Kabar Baik, sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh kaum Yahudi Mesianik di Roma. Ayat 17 sangat penting. Rabi Sha’ul mengatakan kepada para pemimpin Yahudi, “Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma.” Sha’ul tetap setia sebagai anak Abraham, Ishak, dan Yakub. Dalam Kisah 25:8, dia berkata, “Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap hukum Taurat (Torah) orang Yahudi maupun terhadap Bait Elohim atau terhadap Kaisar.” Dalam Kisah 23:6, dia berkata, “I am a Pharisee (aku adalah orang Farisi).” Akhirnya, dalam Kisah 28:17, dia berkata bahwa dia tidak pernah melakukan sesuatu yang melanggar “adat istiadat dari nenek moyang kita.” Itu artinya, dalam kehidupan pribadinya, dia menjalankan imannya secara rabinik. Sebagai contoh, dia tidak akan memakan hasil susu dan daging pada saat bersamaan, walaupun Hukum tertulis tidak melarangnya. Meski demikian, dalam tulisan-tulisannya, Rabi Sha’ul tidak pernah menganjurkan orang lain untuk hidup menurut Halakhah4 Rabinik. “Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang ditentukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Elohim; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore (28:23).” Perhatikan bagaimana Paulus memberitakan Injil kepada para pemimpin Yahudi. Dia tidak menggunakan Perjanjian yang Diperbaharui (yang saat itu bahkan belum ditulis!). Dia menggunakan Hukum Taurat (Torah) dan Kitab Para Nabi (Nevi’im). Dia mungkin menggunakan ayat-ayat dari Torah mengenai dosa dan darah penebusan, dan bagaimana korban-korban merujuk kepada pemenuhan nubuatan Mesianik di dalam Yeshua. Dia pasti juga mengutip dari Mazmur 22. Saya menduga bahwa dia mengutip dari Yesaya 53 dan ayat-ayat Mesianik lainnya dari Nevi’im. Menarik untuk dicatat bahwa dia berbicara kepada mereka di “rumah tumpangannya,” yaitu, rumah sewaan di mana dia tinggal. Dan dia mungkin “berkhotbah” kepada mereka sambil dirantai kepada seorang prajurit Romawi, seperti yang disimpulkan di ayat 20. Walaupun saya membayangkan Sha’ul menulis surat-suratnya dari dalam sel penjara, faktanya adalah, dia menulis dari sebuah rumah yang cukup nyaman, di mana dia menjadi tahanan rumah bersama dengan Dr. Lukas. Para pemimpin Yahudi pasti sangat tertarik dengan apa yang mereka dengar, karena mereka mendengarkan dia “dari pagi sampai sore.” Orang-orang zaman dulu memang lebih sabar. Kebanyakan pengkhotbah dan pengajar Firman masa kini akan kesulitan untuk menahan pendengar lebih dari satu jam.
4
Halakhah berisi instruksi Rabinik tentang bagaimana cara melakukan Torah, kebanyakan isinya tidak Alkitabiah.
“Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya. Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Sha’ul masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Elohim ini disampaikan kepada orang Bangsa-bangsa dan mereka akan mendengarnya.’ Dan setelah Sha’ul berkata demikian, pergilah orang-orang Yahudi itu dengan banyak perbedaan paham antara mereka.” Ada pemimpin Yahudi percaya, dan ada yang tidak, seperti telah dinubuatkan dalam Yesaya 6:9-10. Dia juga memberitahu mereka bahwa banyak Goyim (orang Bangsa-bangsa) akan menjadi percaya kepada Mesias Ibrani! “Dan Sha’ul tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Elohim dan mengajar tentang Tuhan Yeshua sang Mesias (28:30-31).” Akhirnya, Sha’ul dihukum mati karena imannya, ketika Kaisar Nero berkuasa, setelah tahun 64 M.