1
Wulandari, et.al., Perbandingan Pemisahan Aliran Dasar menggunakan Dua Metode Grafis...
TEKNOLOGI PERTANIAN Studi Pemisahan Baseflow menggunakan Metode Grafis dan Metode Recursive Digital Filter (RDF) di Wilayah UPT PSDA Lumajang Baseflow Separation Study Using Graphics and Recursive Digital Filter (RDF) Methods in UPT PSDA Lumajang (Eastern part of East Java) Wulandari1), Indarto, Elida Novita. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember, Jl. Kalimantan no. 37 Kampus Tegalboto, Jember, 68121 1)E-mail:
[email protected] ABSTRACT Technique baseflow separation can be performed by graphics and Recursive Digital Filter (RDF) methods. This research was conducted in to estimate the baseflow contribution at seven watersheds in administratif UPT PSDA Lumajang – Eastern part of East Java. Two graphical methods of baseflow separation (Local Minimum Method dan Fixed Interval Method) and Eckhardt filter were compared to separated baseflow from total flow. Eckhardt filter of the Recursive Digital Filter (RDF) method of baseflow separation.. Methodology consist of : (1) data inventorying (2) data processing, (3) calibrating and validating, and (4) models performances evaluating. Daily discharge were used as main input for the analysis 1996-2005. Furthermore, each algorithm was calibrate using daily discharge data for each year. The mean values of parameters obtained used to separate baseflow for whole period of record. RMSE, R Squared and FDC used to evaluate the model performance during dry periode (Juli to September – with assumtion that there was no rainfall occurred in this period). Calibration was conducted on each watershed with the same technique. Validation was conducted using parameter values obtained from watershed having more complete data ( Rawatamtu watershed) to others watersheds. The results showed that Local Minimum Method perform better then others algorithms. Keywords: discharge, method, baseflow PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah kawasan yang di batasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirknan air hujan yang jatuh dan masuk ke dalam aliran sungai. Aliran Sungai mempunyai kecepatan aliran persatuan waktu yang biasa disebut dengan debit. Aliran Sungai terdiri dari aliran dasar, aliran permukaan, aliran air bawah permukaan, aliran air bawah tanah dan butir-butir hujan yang langsung jatuh ke dalam aliran sungai (Arsyad, 1989 : 44). Aliran dasar (baseflow) adalah aliran sungai yang berasal dari aliran bawah tanah (groundwater). Nilai aliran dasar (baseflow) dari suatu DAS ditentukan dengan teknik pemisahan baseflow dari hidrograf debit aliran. Terdapat berbagai cara yang bisa digunakan dalam pemisahan baseflow salah satunya dengan metode recursive digital filter (Smakhtin 2001). Data yang dipergunakan berupa data debit dan luas daerah aliran sungai. Data di olah dengan menggunakan software HydroOficce berguna untuk pemisahan baseflow. Metode pemisahan baseflow yang dipergunakan yaitu metode grafis menggunakan metode Local Minimum Method dan metode Fixed Interval Method sedangkan pemisahan baseflow pada metode RDF menggunakan Eckhardt Filter. Dari ketiga metode tersebut dibandingkan nilai baseflow yang dihasilkan sehingga dapat dipilih metode dengan kinerja terbaik. Penelitian ini menggunakan data wilayah administratif UPT PSDA Lumajang, terdiri dari beberapa DAS yaitu DAS Rawatamtu, DAS Mayang, DAS Wonorejo, DAS Karang Asam, DAS Mujur, DAS K. Asen Sentul dan DAS Sanenrejo. Tujuan penelitian ini untuk memperkiraan besarnya aliran dasar menggunakan 2 metode grafis, yaitu: (1) Fixed Interval Method, (2) Local Minimum Method dan 1 metode RDF, yaitu: Eckhardt
Filter. Ketiga metode menggunakan data debit mengetahui keadaan aliran sungai di sebuah DAS.
untuk
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari–Desember 2014. Penelitian menggunakan data wilayah UPT PSDA Lumajang. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan penentuan lokasi ini berdasarkan kelengkapan data, diantaranya: data debit, data hujan, layout peta stasiun hujan, layout peta jaringan sungai dan layout peruntukan lahan.
Gambar 1. Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data debit aliran sungai dan data hujan pada tahun 1997-2002 di
Berkala Ilmiah TEKNOLOGI PERTANIAN. Volume 1, Nomor 1, Januari 2015, hal 1-5
2
Wulandari, et.al., Perbandingan Pemisahan Aliran Dasar menggunakan Dua Metode Grafis... wilayah UPT PSDA Lumajang. Alat yang di gunakan adalah seperangkat Personal Computer (PC), Microsoft Excel 2007, Software ArcGIS, dan Software Hidrooffice.
Tahap Penelitian Persiapan Data yang dipergunakan yaitu data debit dan data hujan harian pada 7 DAS di UPT PSDA Lumajang. Pada DAS Rawatamtu menggunakan data yang paling lengkap yaitu pada tahun 1996 – 2005. Data DAS yang lain ada yang memiliki data yang tidak lengkap yaitu tahun 1996– 2005. Data debit harian yang didapatkan diubah formatnya menjadi extensi.txt kemudian diolah menggunakan software Hydrooffice (Gregor.2010). Data tersebut diolah dengan cara masing-masing metode sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis dari hasil ketiga metode.
Proses kalibrasi dilakukan dengan memasukkan nilai parameter secara manual sampai menghasilkan nilai aliran dasar yang sesuai pada tiap tahunnya. Setelah didapatkan parameter yang sesuai pada tiap tahunnya kemudian dilakukan rata-rata. Nilai rata-rata parameter tersebut adalah nilai parameter yang digunakan untuk memisahkan baseflow. Kalibrasi dilakukan pada tiap-tiap DAS dengan cara yang sama. Proses penentuan parameter setiap tahun dicontohkan berdasarkan Gambar (2) dibawah ini pada DAS Rawatamtu.
Metode yang digunakan untuk memperkirakan besar aliran dasar dalam penelitian ini adalah 2 metode grafis dan 1 metode RDF, yaitu: (1) Local Minimum Method Metode ini pertama kali dikemukakan oleh Pattyjohn (Pattyjohn et al.,1979) mengevaluasi debit setiap harinya untuk menentukan apakah hari tersebut termasuk debit terendah atau tidak pada interval yang dimaksud dengan menggunakan rumus sebagai berikut: [0,5 (2N-1)] hari .......................................................................... (1) (2) Fixed Interval Method Metode ini pertama kali dikemukakan oleh Pattyjohn (Pattyjohn et al.,1979) dapat digambarkan dengan diagram batang yang ditarik ke atas hingga bersentuhan dengan debit terendah pada setiap interval. Banyaknya hari dalam setiap interval ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (2N) hari ...................................................................................... (2) (3) Eckhardt Filter Metode ini (Eckhardt, 2005) menjelaskan bahwa nilai aliran dasar merupakan penjumlahan dari nilai aliran dasar sebelum i dengan debit total saat i. Persamaan metode ini adalah sebagai berikut: bi =.
…..........................................
(3) Keterangan: bi
: nilai aliran dasar saat i
bi-1
: nilai aliran dasar sebelum i
BFImax
: nilai indeks aliran dasar
α Qi
: koefisien parameter : debit total saat i
Kalibrasi Pada tiap DAS Kalibrasi adalah proses untuk menentukan parameter dalam pengujian metode yang digunakan. Nilai parameter ditentukan dengan memeriksa bentuk pemisahan aliran dasar setiap tahun dengan melihat selisih antara garis pemodelan aliran dasar (debit terhitung) dengan aliran sungainya (debit terukur).
Gambar 2. Proses kalibrasi pada DAS Rawatamtu Ketiga metode dapat dikatakan optimal dalam memisahkan aliran dasar (debit terhitung) terhadap aliran total (debit terukur di sungai) apabila pada periode kering kedua grafik mendekati berimpit dan jika diuji dengan statistik nilai RMSE mendekati nol. Sebaliknya, pada periode dimana terjadi banyak hujan grafik FDC (Flow Duration Curve) akan terlihat terpisah pada daerah debit besar, yang menunjukan periode hujan. Analisis uji statistik hasil kalibrasi dilakukan denganRoot Mean Square Error (RMSE) menurut Mulla dan Addiscott (1999: 30) sebagai berikut:
RMSE = (4)
…............................................
Keterangan: QM : debit terhitung Q0
: debit terukur
n
: jumlah sampel Selanjutnya, kalibrasi pada masing-masing DAS dilakukan dengan cara yang sama, sehingga didapatkan nilai parameter optimal dari ketiga metode pada masing-masing DAS. Validasi dari DAS Rawatamtu ke DAS lainnya Proses validasi dilakukan dengan menggunakan nilai parameter dari DAS Rawatamtu ke DAS lainnya (data kurang lengkap). Validasi dilakukan menggunakan data debit pada periode panjang, yaitu 1996 – 2005. Perbandingan Nilai Parameter Perbandingan nilai parameter hasil kalibrasi pada tiap DAS dan hasil validasi dari satu DAS Rawatamtu ke DAS lainnya dilakukan untuk menguji apakah nilai parameter yang didapat pada satu DAS dapat digunakan pada DAS lainnya. KARAKTERISTIK FISIK HIDROLOGI DAS Pada dasarnya karakteristik DAS memiliki sifat yang berbeda-beda pada setiap DAS. Tabel 1. Perbandingan karakteristik fisik DAS
Berkala Ilmiah TEKNOLOGI PERTANIAN. Volume 1, Nomor 1, Januari 2015, hal 1-5
3
Wulandari, et.al., Perbandingan Pemisahan Aliran Dasar menggunakan Dua Metode Grafis... Gambar 5. Jenis Tanah pada UPT PSDA Lumajang
Karakteristik DAS No.
DAS
Bentuk DAS
Luas DAS
Triangle melebar
771,83
1
Rawatamtu
2
Mayang
Memanjang
264,25
3
Wonorejo
Triangle melebar
116,84
4
K. Asen Sentul
Triangle melebar
32,48
5
Karang Asam
Memanjang
179,16
6
Mujur
Memanjang
199,14
7
Sanenrejo
Elips memanjang
275.48
DAS 1
2
3
4
5
6
7
%
%
%
%
%
%
%
Mediteran
95.10
25.54
0.91
62.40
14.93
63.72
0.00
Andosol
4.85
45.43
96.11
28.10
16.50
0.00
68.40
Grumusol
0.00
27.20
0.00
9.33
68.06
35.40
31.59
Aluvial
0.00
0.40
2.79
0.00
0.00
0.00
0.00
Jenis tanah
(Sumber: Data primer diolah, 2014)
(Sumber: Data sekunder diolah, 2014) Tabel 2. Nilai Statistik Karakteristik Hujan tahun 1997-2002
HASIL DAN PEMBAHASAN
Curah hujan No.
DAS
Min (mm/hari)
Rerata (mm/hari)
Max (mm/hari)
1
Rawatamtu
0.00
0.90
68.40
2
Mayang
0.00
0.90
69.70
3
Wonorejo
0.00
0.80
99.30
4
K. Asen Sentul
0.00
13.00
38.00
5
Karang Asam
0.00
7.53
104.00
6
Mujur
0.00
7.53
124.20
7
Sanenrejo
0.00
3.88
102.50
(Sumber: Data primer diolah, 2014) Tabel 3. Nilai Statistik Karakteristik Debit tahun 1997-2002 DAS
Min (mm/hari)
Rerata (mm/hari)
Max (mm/hari)
1
Rawatamtu
0,82
35,91
588,00
2
Mayang
0,21
5,75
70,45
3
Wonorejo
10,00
18,57
196,06
4
K. Asen Sentul
1,68
7,53
104,00
5
Karang Asam
1,68
14,35
104,00
6
Mujur
0,17
5,05
23,20
7
Sanenrejo
0.03
9.89
283
Parameter Metode
N
f
a
BFI (max)
Local Minimum Method
4,00 – 9,00
0,87 – 0,89
-
-
Fixed Interval Method
9,00 – 21,00
-
-
0,96 – 0,99
0.80
-
-
(Sumber: Data primer diolah, 2015) Tabel 6 menampilkan rentang nilai parameter dari ketiga metode pemisahan aliran dasar yang diuji melalui metode trial and error pada tiap tahunnya. Nilai dari rentang parameter tersebut mencakup semua range nilai terkecil sampai terbesar yang diuji cobakan pada masing-masing DAS. Nilai Parameter Optimal pada setiap DAS Nilai parameter optimal yang merupakan hasil dari nilai rerata parameter pada setiap tahunnya di masing-masing DAS ditampilkan pada (Tabel 7) . Tabel 7. Nilai parameter optimal pada masing-masing DAS No.
(Sumber: Data primer diolah, 2014) Tabel 4. Peruntukan lahan 7 DAS pada UPT PSDA Lumajang DAS Peruntukan lahan
Tabel 6. Rentang nilai parameter yang diuji tiap tahunnya pada semua DAS
Eckhardt Filter
Debit No.
Aliran Dasar (Baseflow) Periode Kalibrasi Nilai parameter yang diuji Parameter adalah sebuah acuan yang dipergunakan untuk menetapkan keadaan atau kondisi maupun ukuran tertentu. Nilai dari rentang parameter yang didapatkan dari masingmasing metode ditampilkan pada (Tabel 6) sebagai berikut:
DAS
Local Minimum Method
Fixed Interval Method
Eckhardt Filter
f
N
N
a
BFI (max)
1
Mayang
0.89
4
10
0.96
0.80
2
Rawatamtu
0.89
9
21
0.99
0.80
3
Sanenrejo
0.88
4
9
0.98
0.80
1
2
3
4
5
6
7
%
%
%
%
%
%
%
Pemukiman
12.30
11.50
6.30
4.80
4.20
1.50
7.32
4
K. A. Sentul
0.88
6
10
0.97
0.80
Sawah Irigasi
22.90
29.30
0.10
4.00
20.70
2.50
30.14
5
Karang Asam
0.89
5
9
0.96
0.80
S.Tdh Hujan
5.30
0.10
4.30
2.80
5.60
0.00
11.28
6
Mujur
0.87
6
16
0.98
0.80
Kebun
16.60
24.20
20.90
0.00
10.60
18.40
13.30
7
Wonorejo
0.88
5
9
0.97
0.80
Hutan
26.10
24.50
5.20
61.60
23.90
65.70
19.64
Smk Belukar
4.20
2.20
11.90
14.90
23.00
8.50
1.32
Ladang
12.00
6.70
50.40
11.90
8.50
2.90
14.21
(Sumber: Data primer diolah, 2014)
(Sumber: Data primer diolah, 2015) Nilai RMSE pada DAS Rawatamtu, yang memiliki data terlengkap dari DAS lainnya ditampilkan pada (Tabel 8) Tabel 8. Nilai RMSE pada DAS Rawatamtu
Berkala Ilmiah TEKNOLOGI PERTANIAN. Volume 1, Nomor 1, Januari 2015, hal 1-5
4
Wulandari, et.al., Perbandingan Pemisahan Aliran Dasar menggunakan Dua Metode Grafis...
Metode
RMSE Periode Kalibrasi
K. Asen Sentul
0.185
0.263
0.235
Local Minimum Method
0.140
Karang Asam
0.190
0.267
0.274
Fixed Interval Method
0.149
Mujur
0.051
0.053
0.054
Eckhardt Filter
0.085
Wonorejo
0.150
0.156
0.160
Min
0.016
0.018
0.017
Maks
0.190
0.267
0.214
Rerata
0.130
0.171
0.169
Standar deviasi
0.075
0.109
0.106
(Sumber: Data primer diolah, 2015) Dari hasil uji statistik menggunakan RMSE menunjukkan bahwa metode yang menghasilkan kinerja yang lebih baik dari ketiga metode adalah Local Minimum Method dan Eckhardt Filter. Nilai RMSE yang mendekati nol menunjukkan tingkat kesalahan selama pengolahan data semakin kecil. Nilai R Squared (R2 ) pada DAS Rawatamtu, yang memiliki data terlengkap dari DAS lainnya ditampilkan pada (Gambar 3)
(Sumber: Data primer diolah, 2015)
Tabel 9. menampilkan hasil nilai RMSE pada semua DAS dengan menggunakan parameter yang sama pada tiap DASnya. Metode yang memiliki kinerja terbaik pada saat musim kemarau yang menghasilkan nilai RMSE mendekati nilai 0 terdapat pada dua metode yaitu Lokal Minimum Method. 2. Analisis Kurva Durasi Aliran (FDC)
Local Minimum Method
Fixed Interval Method
Flow Duration Curve (FDC) untuk merangking semua data yang ada di dalam suatu rentang waktu dan diplotkan dengan nilai persentase kemunculannya dari 0% hingga 100%. FDC digunakan untuk melihat lebih detail kecenderungan signifikan yang dihasilkan dari perhitungan ketiga metode.
Eckhardt Filter
Gambar 3. Grafik hubungan antara debit terukur dan terhitung di DAS Rawatamtu Gambar 3. menampilkan garis linier yang ada di titik-titik penyebaran data. Titik-titik penyebaran yang semakin mendekati garis linier menunjukkan bahwa tingkat kebenaran antara debit terukur dan debit terhitung tidak terlalu menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa prediksi tingkat kebenarannya lebih tinggi.
Gambar 4. Grafik FDC pada DAS Mayang periode panjang tahun 1996-2005
Analisis Aliran Dasar (Baseflow) Periode Validasi Proses validasi dilakukan pada masing-masing metode untuk semua tahun. Proses ini bertujuan untuk menentukan apakah nilai parameter yang didapatkan dari proses kalibrasi pada DAS Rawatamtu bisa digunakan untuk memisahkan aliran dasar pada DAS lainnya. Proses validasi ditampilkan dalam bentuk RMSE, FDC dan BFI (Baseflow Index). 1. Analisis Root Mean Square Error (RMSE) Tabel 9. Nilai RMSE periode kmarau pada masing-masing DAS RMSE periode bulan Juli-September Local Minimum Method
Fixed Interval Method
Eckhardt Filter
Mayang
0.016
0.018
0.017
Sanenrejo
0.062
0.063
0.060
DAS
Gambar 5.Grafik FDC pada DAS Rawatamtu periode panjang tahun 1996-2005
Berkala Ilmiah TEKNOLOGI PERTANIAN. Volume 1, Nomor 1, Januari 2015, hal 1-5
5
Wulandari, et.al., Perbandingan Pemisahan Aliran Dasar menggunakan Dua Metode Grafis... tahun 1996-2005
Gambar 6.Grafik FDC pada DAS Sanenrejo periode panjang tahun1996-2005
Gambar 10. Grafik FDC pada DAS Wonorejo periode panjang tahun 1996-2005 Hasil dari grafik FDC menunjukkan hubungan antara debit dengan persentase waktu. Pada grafik dapat dilihat bahwa garis debit terhitung masing-masing metode hampir berhimpitan atau mendekati garis debit terukur. Grafik yang menunjukkan metode yang memiliki kinerja terbaik adalah Local Minimum Method dan Eckhardt Filter. 3. Analisis Baseflow Index (BFI) Tabel 10. menunjukkan hasil Baseflow Index (BFI) di wilayah UPT PSDA Lumajang periode tahun 1996-2005. Tabel 10. Perbandingan nilai Baseflow Index (BFI)
Gambar 7. Grafik FDC pada DAS K.Asen Sentul periode panjang tahun 1996-2005 (Sumber: Data primer diolah, 2015) BFI merupakan perbandingan antara volume aliran dasar dibagi dengan volume total aliran sungai. Semakin tinggi nilai BFI maka semakin baik persediaan air yang terdapat pada DAS. Tabel 10 menunjukkan bahwa metode yang menghasilkan nilai BFI paling tinggi yaitu metode Local Minimum Method. Hal ini menunjukkan ketersediaan air pada masing-masing DAS.
KESIMPULAN
Gambar 8. Grafik FDC pada DAS Karang Asam periode panjang tahun 1996-2005
Penelitian ini dalam pemodelan aliran dasar (baseflow), Local Minimum Method dan Eckhardt Filter memiliki kinerja terbaik, tetapi Eckhardt Filter cenderung mengestimasi baseflow lebih tinggi dari seharusnya. Jadi metode yang memiliki kinerja terbaik yaitu Local Minimum Method. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB. Eckhardt, K. 2005. How to construct recursive digital filtersfor Berkala Ilmiah TEKNOLOGI PERTANIAN. Volume 1, Nomor 1, Januari 2015, hal 1-5
Wulandari, et.al., Perbandingan Pemisahan Aliran Dasar menggunakan Dua Metode Grafis... baseflow separation; Hydrol. Processes 19. 507–515. Gregor, M. 2010. BFI+ 3.0 User’s Manual. Department of Hidrogeology and Geothermal Energy, Geological Survey of Slovak Republic, Bratislava. Mulla, D.,J, dan Addiscott, T.,M. 1999. Validation Approaches for Field Basin And Regional Scale Water Quality. Assessment of non point source pollution. Geophysical. Washington, DC. American Geophysical Union. Pattyjohn, W.,A, dan Henning, R. 1979. Preliminary estimate of ground-water recharge rates, related streamflow and water quality in Ohio. Ohio State University Water Resources Centre Project Completion Report No 552. Smakhtin. 2001. Low flow hydrology: a review. J Hydrology 240, 147-186.
Berkala Ilmiah TEKNOLOGI PERTANIAN. Volume 1, Nomor 1, Januari 2015, hal 1-5
6