Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI RAMAH LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN BANTUL ENVIRONMENTAL FRIENDLY OF SOYBEAN CULTIVATION TECHNOLOGY WITH INTEGRATED CROP MANAGEMENT APPROACH IN BANTUL DISTRICT Arif Anshori1, Catur Prasetiyono2, dan Arlyna Budi Pustika3 1,2,3
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta 1 email :
[email protected] ABSTRAK
Kegiatan budidaya kedelai, selain memberikan manfaat bagi kehidupan, juga dapat berdampak buruk apabila tidak selaras lingkungan. Potensi residu pestisida dan bahan agrokimia, inefisiensi pemakaian air dan akumulasi logam berat merupakan sebagian dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Kabupaten Bantul, serta tingkat penerimaannya oleh petani. Penelitian dilakukan pada tahun 2012. Teknologi dirakit secara partisipatif bersama petani, dengan memperhatikan kondisi biofisik setempat. Hasil rakitan teknologi budidaya kedelai dicoba oleh 15 orang petani kooperator. Dilakukan pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman, serta analisis ekonomi. Persepsi dan tingkat penerimaan petani terhadap paket teknologi yang diperkenalkan diukur pada saat awal dan akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil kedelai lebih baik dan secara ekonomi lebih menguntungkan dari pada kedelai yang tanpa pengenalan teknologi. Petani cenderung menerima teknologi setelah melihat contoh, pertumbuhan dan hasil serta analisis ekonomi. Kata kunci : kedelai, budidaya, ramah lingkungan, pengelolaan tanaman terpadu
ABSTRACT Soybean cultivation activities, in addition to providing benefits for life, it can also adversely affect the environment if they are not aligned. Potential residues of pesticides and agrochemicals, the inefficiency of water use and accumulation of heavy metals are some of the negative impacts that can be caused. The purpose of this study was produced soybean cultivation of environmentally friendly technologies with the approach of integrated crop management in Bantul, and the level of acceptance by farmers. The study was conducted in 2012. The technology is assembled in a participatory manner with farmers, having regard to local biophysical conditions. Results assemblies soybean cultivation technology tested by 15 the farmer cooperators. Observed the growth and yield, and economic analysis. Perception and acceptability of farmers to technology packages that were introduced were measured at the beginning and end of the study. The results showed that the growth, soybean yield better and more economically advantageous than the local soybean farmers without the introduction of technology. Farmers are likely to receive technology after seeing an example, the growth and yield and economic analysis. Keywords : soybean, cultivation, environmental friendly, integrated crop management
188
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 PENDAHULUAN Kegiatan pertanian, selain dihadapkan pada permasalahan peningkatan produksi, juga dihadapkan pada peningkatan pencemaran lingkungan. Akumulasi residu pestisida akan menurunkan keanekaragaman hayati dan lebih jauh membahayakan kesehatan manusia. Residu pemakaian pupuk menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan air tanah. Rendahnya efisiensi pemakaian air untuk pertanian dapat berakibat pada terjadinya kelangkaan sumberdaya air. Dewasa ini juga mulai diungkap tentang sumbangan gas rumah kaca dari sektor pertanian, yang lebih jauh akan mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Interaksi antara manusia dengan lingkungan terus berlanjut. Masyarakat menyadari bahwa merusak lingkungan ternyata sama halnya dengan tidak memikirkan masa depan lingkungan (Susilo, 2012). Dalam upaya mengantisipasi kerusakan lingkungan pertanian yang lebih parah ke depan, perlu diterapkan etika atau prinsip-prinsip moral lingkungan (Sutrisno dan Kurnia, 2007). Etika lingkungan merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan yaitu perhatian yang seimbang antara hak dan kewajiban terhadap lingkungan, serta membatasi tingkah laku dan upaya agar kegiatan terkendali dan tetap berada dalam batas yang aman bagi kelestarian lingkungan hidup (Soerjani, et al, 1987). Demi tercapainya kelestarian lingkungan, teknologi pertanian yang ramah lingkungan perlu diperkenalkan kepada petani, tidak terkecuali dalam budidaya kedelai. Aspek lingkungan seringkali menuntut tambahan biaya secara ekonomi, sehingga pengenalan teknologi ramah lingkungan seringkali tidak dapat dilakukan dalam satu paket khusus, tetapi bersinergi dengan program lain. Pengenalan budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu merupakan salah satu alternatif yang bersifat sinergis. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan produksi kedelai nasional menuju swasembada. Dewasa ini produksi produksi nasional lebih banyak ditentukan oleh luas areal tanam dari pada produktivitas. Meskipun demikian, peluang untuk meningkatkan produksi melalui melalui peningkatan produktivitas masih dapat terus dilakukan, mengingat produktivitas kedelai petani masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, terobosan teknologi budidaya kedelai yang efisien dan berkelanjutan perlu terus ditingkatkan. Upaya dapat dilakukan melalui perakitan teknologi dengan memperhatikan kesesuaian terhadap kondisi biofisik lahan, sosial ekonomi dan kelembagaan petani. Teknologi budidaya yang mengacu pada hal tersbut merupakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Pengelolaan tanaman terpadu kedelai diterapkan di sentra-sentra produksi kedelai, baik di lahan sawah maupun di lahan kering. Dalam aplikasinya, pengelolaan tanaman terpadu kedelai dilaksanakan dalam bentuk sekolah lapang. Display varietas unggul kedelai merupakan salah satu kegiatan untuk mendukung pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu kedelai. Display varietas unggul kedelai bertujuan mengenalkan varietas unggul baru kedelai kepada petani, lengkap dengan teknologinya yang disusun secara partisipatif bersama petani. Sinergi antara teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pengelolaan tanaman terpadu kedelai berpotensi untuk diperkenalkan melalui display varietas unggul kedelai. Teknologi dalam display varietas unggul baru kedelai memasukkan unsur ramah lingkungan dalam perakitan dan pelaksanaannya. Teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dirakit dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Kabupaten Bantul merupakan salah satu penghasil kedelai di D.I. Yogyakarta setelah Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten Bantul melaksanakan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu kedelai, sebagai upaya untuk meningkatkan produksi. Teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan diperkenalkan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu kedelai, dalam bentuk display varietas unggul baru kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan persepsi petani terhadap teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan yang diperkenalkan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, dalam bentuk display varietas unggul baru kedelai.
189
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 METODE PENELITIAN Penelitian terhadap teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dan persepsinya oleh petani dilaksanakan di Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta pada periode Maret–Oktober 2012. Teknologi diperkenalkan kepada petani melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, dalam bentuk display varietas unggul baru kedelai. Tingkat penerimaan petani diukur berdasarkan hasil wawancara sebelum dan sesudah pengenalan teknologi. Wawancara dilakukan secara terstruktur terhadap 10 orang petani kunci. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Penelitian ini berpedoman pada Creswell (2010). Pengenalan teknologi dilakukan melalui pelaksanaan display varietas unggul baru kedelai, yang dilaksanakan oleh 15 orang petani di dua kecamatan, Bambanglipuro dan Srandakan. Areal display varietas unggul baru kedelai berfungsi sebagai obyek diskusi bagi petani. Pada akhir musim tanam dilakukan perhitungan produktivitas kedelai. Analisis usahatani kedelai dilakukan dengan mengacu pada Suratiyah (2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Kedelai di Kabupaten Bantul Kedelai di Kabupaten Bantul ditanam pada lahan sawah dan tegalan, serta terjadi fluktuasi luas tanam dan panen (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul, 2008-2012). Pada lahan sawah beririgasi kedelai ditanam pada musim kemarau. Namun demikian ada petani lahan sawah irigasi yang menanam kedelai pada musim hujan ke 2, sekitar bulan April–Juni, setelah tanam padi. Pada lahan tegalan atau lahan kering kedelai umumnya ditanam pada musim hujan. Kabupaten Bantul merupakan daerah penghasil kedelai di D.I. Yogyakarta setelah Kabupaten Gunungkidul, dengan perkembangan yang fluktiatif. Fluktuasi luas tanam, panen dan produktivitas kedelai disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ketersediaan lahan, curah hujan, harga dan permintaan kedelai dan serangan organisme pengganggu tanaman. Produktivitas yang berfluktuasi menunjukkan perlu adanya teknologi yang tepat dalam budidaya kedelai. Iklim suatu daerah akan berpengaruh terhadap pola dan waktu tanam, tidak terkecuali tanaman kedelai. Ketepatan dalam memilih waktu tanam kedelai akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan usaha tani kedelai, terutama untuk daerah-daerah tadah hujan, karena akan dapat menghindarkan tanaman kedelai dari bahaya kekeringan atau cekaman air serta gangguan hama dan penyakit. Dalam masa pertumbuhan, mulai tumbuh sampai mendekati panen, hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai sangat banyak dan beragam, sehingga pengendalian hama dan penyakit secara terpadu harus dilakukan sepanjang waktu pertanaman kedelai. Ketepatan pemilihan saat tanam dapat meminimalisir perkembangan hama dan penyakit, mengurangi pemakaian pestisida atau bahan kimia lain, sehingga bersifat lebih ramah terhadap lingkungan. Ketidaktepatan waktu tanam kedelai dapat menurunkan hasil atau bahkan kegagalan panen, karena tanaman kedelai peka terhadap lingkungan tumbuh. Ketersediaan air yang cukup sangat diperlukan pada masa awal tumbuh, berbunga dan pengisian polong. Selain itu harus dibuat saluran drainase untuk membuang air yang berlebih. Di Kabupaten Bantul, kedelai tidak ditanam secara serempak, menyesuaikan dengan kondisi pola dan waktu tanam, lingkungan atau agroekosistem setempat. Komponen teknologi budidaya kedelai Komponen teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu kedelai yang diperkenalkan kepada petani dapat dilihat pada Tabel 1. Komponen teknologi dibedakan menjadi teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman kedelai. Penerapan komponen teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat dan partisipasi aktif petani (Kementerian Pertanian, 2011). Komponen teknologi diterapkan mulai saat perencanaan, penataan tanaman, pengelolaan hara, pemeliharaan tanaman dan panen serta pasca panen.
190
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Tabel 1. Teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta No. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Komponen Teknologi Teknologi Dasar Varietas Unggul Baru Benih Saluran Drainase Pengaturan Populasi Tanaman Pengendalian OPT Teknologi Pilihan Penyiapan Lahan Pemupukan Pemberian Pupuk Organik Pengairan Periode Kritis Panen dan Pascapanen
Diperkenalkan Argomulyo, Burangrang, Detam-1, Gema, Kaba, Tanggamus Bermutu dan Berlabel, daya berkecambah > 80% 2-3 meter ; 20 x 30 cm Jarak tanam 40 x 20 cm, 2-3 benih per lubang Prinsip-prinsip PHT Tanpa olah tanah ; Tugal NPK 200 kg/ha, pupuk daun 2 ton/ha sebelum tanam padi pada MH-1, atau saat tanam Irigasi 2-3 minggu sekali ; menyesuaikan fase pertumbuhan 95% polong coklat dan daun berwarna kuning
Tahap perencanaan terdiri dari tiga komponen teknologi yaitu varietas unggul baru, benih bermutu dengan daya tumbuh > 80% dan berlabel serta penyiapan lahan. Varietas unggul baru dan benih bermutu dan berlabel merupakan komponen teknologi dasar yang sangat potensial untuk diadopsi oleh petani. Argomulyo, Burangrang, Detam-1, Gema, Kaba dan Sinabung, merupakan varietas unggul kedelai yang dikenalkan kepada petani. Kedelai ditanam tanpa oleh tanah. Tahap penataan tanaman terdiri dari dua komponen teknologi, yaitu pembuatan saluran drainase berjarak 2-3 meter dengan dimensi saluran 20x30 cm dan pengaturan populasi tanaman berjarak tanam 20x40 cm dengan 2-3 benih per lubang. Pengaturan populasi akan mempermudah dalam pemeliharaan tanaman, upaya preventif pengendalian hama, penyakit dan gulma, serta dapat menghindari terjadinya kompetisi hara dan sinar matahari yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kedelai. Pengendalian hama, penyakit dan gulma secara preventif akan mendukung tercapainya kelestarian lingkungan. Tahap pengelolaan hara terdiri dari dua komponen teknologi yaitu pemupukan anorganik NPK majemuk 200 kg/ha dilengkapi dengan pupuk daun dan pemberian bahan organik dosis 2 ton/ha sebelum tanam kedelai atau sebelum tanam padi pada pertanaman sebelumnya. Pemupukan ini diharapkan terjadi penyerapan hara lebih efisien, mengurangi kehilangan dan residu pupuk yang dapat mencemari lingkungan. Tahap pemeliharaan tanaman terdiri dari dua komponen teknologi yaitu pengairan pada periode kritis dan pengendalian OPT secara terpadu. Periode kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan terjadi saat pembentukan bunga hingga pengisian biji (fase reproduktif). Tanaman perlu diairi pada awal pertumbuhan (20 – 25 hari setelah tanam), masa berbunga (30 – 40 hari setelah tanam) dan pada masa pembentukan dan pengisian polong (50 – 60 hari setelah tanam (Kasijadi, et al., 2000). Hama dan penyakit yang berpotensi menyerang tanaman kedelai cukup banyak, beberapa jenis dapat menimbulkan kerugian. Pengendalian hama dan penyakit terpadu harus dilakukan sejak persiapan lahan, awal pertumbuhan sampai menjelang panen, mengacu pada strategi pengendalian berdasarkan asas ekologi dan ekonomi. Hal ini juga berlaku pada pengendalian gulma. Pengendalian ini akan mendukung tercapainya kelestarian lingkungan. Biji atau benih kedelai bermutu tinggi akan diperoleh dari tanaman kedelai dengan varietas murni, tanaman subur, tidak terserang hama dan penyakit, panen tepat waktu dan pasca panen yang baik dan tepat. Panen dilakukan saat tanaman sudah masak ditandai dengan 95% daun berwarna kuning. Pasca panen kedelai meliputi penjemuran brangkasan kedelai, pengeringan, pembijian, pembersihan dan penyimpanan biji. Persepsi awal petani Secara umum, petani belum memahami tentang teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan. Dalam berbudidaya kedelai, petani lebih menekankan pada tingkat kemudahan dan hasil tinggi
191
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 dibandingkan kelestarian lingkungan. Teknologi boros air irigasi ataupun penggunaan bahan kimia dapat meninggalkan residu berbahaya seringkali menjadi pilihan petani dalam melakukan budidaya kedelai. Persepsi awal petani terhadap teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persepsi awal petani Kabupaten Bantul terhadap teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu Teknologi PTT kedelai Varietas unggul baru Benih bermutu dan berlabel Saluran drainase Jarak tanam 20 x 40 cm 2 – 3 biji per lubang Pengendalian gulma terpadu Pengendalian hama terpadu Pengendalian penyakit terpadu Mulsa jerami Tanam tugal Pemupukan sesuai kebutuhan Pemberian pupuk organik Pengairan pada periode kritis Panen saat 95% daun kuning Tebal pengeringan biji 25 cm
Setuju 10 10 50 40 10 30 30 100 20 100 30 40 100
Kurang Tidak Tidak Setuju setuju Tahu Persentase (%) 20 60 10 30 40 20 10 90 30 20 30 30 10 80 20 50 20 50 20 80 30 50 20 50 20 40 -
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sebagian besar petani tidak memilih penggunaan varietas unggul baru dan benih bermutu dan berlabel karena kesulitan dalam memperoleh. Saluran drainase tidak disetujui petani karena dianngap akan mengurangi areal pertanaman kedelai, walaupun dengan saluran irigasi akan meningkatkan efisiensi pemakaian air. Setengah petani menerima jarak tanam dengan alasan sudah dilakukan pada pertanaman padi. Penanaman 2-3 benih per lubang tidak sepenuhnya diterima karena akan ada benih yang tidak tumbuh, karena terbiasa dengan benih berkualitas rendah. Petani lebih menyukai pengendalian gulma secara kimiawi sebelum tanam kedelai, dari pada melakukan penyiangan tanaman kedelai. Demikian juga untuk pengendalian hama dan penyakit, petani lebih suka melakukan penyemprotan dengan pestisida. Sebagian besar petani tidak setujua dengan mulsa jerami, karena lebih diutamakan untuk pakan ternak. Petani sudah terbiasa melakukan penanaman sistem tugal, sehingga menyetujuinya. Sebagian besar petani tidak memupuk tanaman kedelai dengan pupuk organik. Petani menyetujui pemupukan organik karena sudah tersedia melakukan dengan memanfaatkan limbah kandang. Sebagian petani tidak setuju pengairan periode kritis, karena lebih menyesuaikan dengan ketersediaan air irigasi dan bukan pada fase pertumbuhan tanaman. Panen untuk kebutuhan kedelai rebus menyebabkan sebagian petani tidak setuju panen saat kedelai masak. Semua petani setuju untuk menjemur kedelai dengan ketebalan 25 cm. Produktivitas kedelai hasil penerapan teknologi Melaui display varietas unggul baru kedelai, petani diharapkan lebih memahami cara-cara budidaya kedelai dengan melihat dan melakukan percontohan secara langsung. Melalui display varietas unggul baru kedelai ini juga diselipkan teknologi budidaya kedelai yang ramah lingkungan, mengurangi residu pupuk dan pestisida serta dampak negatifnya, serta efisien dalam pemakaian air. Petani diharapkan bisa menerima karena perakitan teknologi dilakukan secara aktif bersama petani, melibatkan partisipasi petani. Pengenalan teknologi dilakukan di 2 kecamatan di Kabupaten Bantul, Kecamatan Bambanglipuro dan Srandakan, pada MH-2 antara bulan April –Juli 2012. Secara umum, produktivitas kedelai dalam pengenalan teknologi berhasil baik. Produktivitas dihitung berdasarkan berat biji kering hasil ubinan 2,5 x
192
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 2,5 meter. Produktivitas beberapa varietas unggul kedelai pada pengenalan teknologi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Produktivitas varietas unggul baru kedelai, rerata petani dan target kabupaten di Kabupaten Bantul Secara umum, semua varietas kedelai, Argomulyo, Burangrang, Detam-1, Gema, Kaba dan Sinabung mempunyai produktivitas yang tinggi. Produktivitas ke enam varietas lebih tinggi dari pada rerata petani dan juga target yang ditetapkan oleh Kabupaten Bantul, baik di Kecamatan Bambanglipuro maupun Srandakan. Pengecualian untuk varietas Gema yang tidak ditanam di Kecamatan Bambanglipuro. Teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu ternyata dapat meningkatkan produktivitas kedelai di Kabupaten Bantul. Peluang untuk menghasilkan kedelai dengan produktivitas tinggi dan ramah lingkungan terbuka lebar. Analisis ekonomi Analisis biaya produksi, pendapatan dan B/C dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memulai suatu usaha budidaya kedelai. Hal pokok yang harus menjadi perhatian dalam melakukan perhitungan dalam usaha tani kedelai adalah harga kedelai di pasaran, serta resiko kegagalan panen. Analisis usaha tani kedelai, pada setiap tempat dan waktu, dapat berbeda sesuai dengan perkembangan upah tenaga kerja, sarana prosuksi pertanian, harga alat dan harga kedelai di pasaran. Dalam analisis usaha tani kedelai pada tahun 2012, harga kedelai dipatok sebesar Rp. 6.500,- walaupun menurut sebagian besar petani harga ini masih terlalu rendah. Analisis usaha tani kedelai di Kab. Bantul tertera dalam tabel 3. Rata-rata produksi kedelai yang diperoleh petani dalam menanam varietas Argomulyo, Burangrang, Detam-1, Gema, Kaba dan Tanggamus berkisar antara 1.778 – 2.855 kg/ha. Dengan harga kedelai per kg Rp. 6.500,- penerimaan yang diperoleh petani berkisar antara Rp. 11.557.000,- - Rp 18.557.500,-. Total biaya, yang meliputi biaya pembelian alat, biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja, Rp. 8.967.500,- maka pendapatan petani berkisar antara Rp. 2.589.500,- - Rp 9.590.000,-, dengan nilai B/C berkisar antara 1,29 – 2,07. Nilai B/C yang berkisar antara 1,29 – 2,07, menunjukkan bahwa usaha tani kedelai masih memberikan keuntungan dan layak dikembangkan.
193
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Tabel 3. Analisis usaha tani beberapa varietas unggul kedelai dengan penerapan teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Kabupaten Bantul MT II tahun 2012 URAIAN Penerimaan Produksi Kedelai (Kg/ha) 1. Argomulyo 2. Burangrang 3. Detam-1 4. Gema 5. Kaba 6. Tanggamus Biaya Alat a. Sabit (Buah) b. Karung (Buah) c. Terpal Penjemur (Buah) d. Cangkul (Buah) e. Sewa Handsprayer (Paket) Total Biaya Alat 2. Biaya Sarana Produksi a. Benih (kg/ha ) b. Ponska (kg/ha ) c. Pupuk Kandang (kg/ha ) d. Pestisida (Paket/ha ) e. Pupuk Daun (Botol/ha) Total Biaya Sarana Produksi 3. Tenaga Kerja (HOK) a. Penanaman b. Penyiangan c. Pemupukan d. Penyemprotan e. Pemanenan f. Pengeringan/Penjemuran/Pengepakan Total Biaya Tenaga Kerja Total Biaya = 1+2+3
Volume
Harga (Rp)
Total ( Rp )
2.218 2.527 2.441 1.778 2.651 2.855
6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
14.417.000 16.425.500 15.866.500 11.557.000 17.231.500 18.557.500
5 40 1 1 1
27.500 4.500 250.000 50.000 100.000
137.500 180.000 250.000 50.000 100.000 717.500
40 200 2.000 1 2
10.000 2.600 500 600.000 90.000
400.000 520.000 1.000.000 600.000 180.000 2.700.000
20 70 20 50 10 15
30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
600.000 2.100.000 600.000 1.500.000 300.000 450.000 5.550.000 8.967.500
Pendapatan = Penerimaan – Total Biaya 5.449.500 7.458.000 6.899.000 2.589.500 8.264.000 9.590.000
1. Argomulyo 2. Burangrang 3. Detam-1 4. Gema 5. Kaba 6. Tanggamus
B/C Ratio 1,61 1,83 1,77 1,29 1,92 2,07
Persepsi petani setelah pengenalan teknologi Pada awal pengenalan teknologi, sebelum pelaksanaan uji coba teknologi secara langsung, petani mempunyai kecenderungan untuk tidak menyetujui. Namun persepsi petani berubah setelah melihat, melaksanakan sendiri teknologi dan mengetahui hasil analisis ekonomi, petani melaui menerima. Namun petani menerima dengan catatan, yaitu tersedianya benih yang berkualitas tinggi. Persepsi petani setelah pelaksanaan uji coba budidaya kedelai dapat dilihat pada Tabel 4. Petani secara umum, tidak terkecuali petani kedelai, dalam mengambil keputusan penerapan paket teknologi yang diperkenalkan, yang dalam hal ini adalah komponen teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu kedelai, akan sangat ditentukan oleh
194
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 keuntungan yang akan diperoleh. Keuntungan merupakan selisih antara total nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Walaupun pada kenyataannya petani sering mengabaikan biaya tenaga kerja, karena melakukan sendiri kegiatan usahataninya. Tabel 4. Persepsi petani Kabupaten Bantul terhadap teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, setelah uji coba melalui display varietas unggul baru kedelai Teknologi PTT kedelai Varietas unggul baru Benih bermutu dan berlabel Saluran drainase Jarak tanam 20 x 40 cm 2 – 3 biji per lubang Pengendalian gulma terpadu Pengendalian hama terpadu Pengendalian penyakit terpadu Mulsa jerami Tanam tugal Pemupukan sesuai kebutuhan Pemberian pupuk organik Pengairan pada periode kritis Panen saat 95% daun kuning Tebal pengeringan biji 25 cm
Setuju 100 100 50 100 100 100 100 100 10 100 100 100 100 80 100
Kurang Tidak Tidak Setuju setuju Tahu Persentase (%) 40 10 80 10 20 -
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Petani kedelai di Kabupaten Bantul secara umum menerima teknologi yang diperkenalkan. Varietas unggul baru, benih bermutu dan berlabel, jarak tanam, 2 – 3 biji per lubang, pengendalian gulma-hama-penyakit secara terpadu, tanam tugal, pemupukan sesuai kebutuhan dan pemberian pupuk organik, petani menerima secara mutlak. Saluran drainase sebagian petani kurang setuju karena lahan sudah berdrainase cepat sehingga kemungkinan terjadinya genangan sangat kecil. Pemakaian mulsa jerami tidak semua petani setuju karena akan mengurangi pakan ternak. Pengairan pada periode kritis sebagian besar petani setuju karena air tersedia melalui pengairan, yang tidak setuju khawatir akan memicu timbulnya penyakit. Untuk teknologi panen sebagian besar petani sudah dapat menerima dan bahkan melaksanakannya. Lebih jauh, teknologi ini diterima karena secara perhitungan ekonomi menguntungkan.
KESIMPULAN Hasil penelitian disimpulkan bahwa pertumbuhan dan hasil kedelai lebih baik dan secara ekonomi lebih menguntungkan dari pada kedelai yang tanpa pengenalan teknologi. Petani cenderung menerima teknologi setelah melihat contoh, pertumbuhan dan hasil serta analisis ekonomi. Teknologi budidaya kedelai ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, yang dilaksanakan dalam bentuk display varietas unggul baru kedelai, merupakan sebuah sinergi antara keduanya. Dengan teknologi ini, produktivitas kedelai meningkat serta secara ekonomi menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Bantul. 2008-2012. Kabupaten Bantul dalam angka. BPS Kabupaten Bantul. Bantul. Creswell, J.W. 2010. Research Design : Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Kasijadi, F., Suyamto dam M. Sugianto. 2000. Rakitan Teknologi Budidaya Padi, Jagung dan Kedelai spesifik lokasi Mendukung Gema Palahung di Jawa Timur. BPTP Karangploso, Jawa Timur.
195
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum PTT Kedelai. Soerjani, M., R. Ahmad dan R. Munir. 1987. Lingkungan : Sumberdaya alam dan kependudukan dalam pembangunan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Suratiyah, K. 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Susilo, R.K.D. 2012. Sosiologi lingkungan. Rajawali Pers. Jakarta Sutrisno, N. dan U. Kurnia. 2007. Pengelolaan lingkungan pertanian. Dalam : Pengelolaan lingkungan pertanian menuju mekanisme pembangunan bersih (Eds. Fagi, A.M., E. Pasandaran dan U. Kurnia). Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.
196