Teknik Sampling dan Memperkitakan ............ Sekitar P. Parang, Kep. Karimunjawa (Nugraha, Y., et al)
TEKNIK SAMPLING DAN MEMPERKIRAKAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA EKOSITEM MANGROVE DI SEKITAR P. PARANG, KEP. KARIMUNJAWA Yusup Nugraha, Henra Kuslani dan Rahmat Sarbini Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya ikan-Jatiluhur Teregistrasi I tanggal: 20 Juni 2013; Diterima setelah perbaikan tanggal: 31 Juli 2013; Disetujui terbit tanggal: 25 September 2013
PENDAHULUAN Kepulauan Karimunjawa secara geografis terletak 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut Kota Jepara. Dengan ketinggian 0 sampai 605 m di atas permukaan laut secara geografis teletak antara 50 40’ 39" – 50 55’ 00" LS dan 1000 05’ 57" – 1000 31’ 15" BT, luas wilayah 169.800 ha, terdiri dari daratan seluas 7.120 ha dan perairan seluas 162.680 ha. Secara administrasif termasuk Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Dati II Jepara, Jawa Tengah. Kawasan Pulau Parang merupakan kumpulan pulau-pulau kecil yang memiliki ekositem mangrove di tiap pesisir sebagai pelindung dari kikisan air laut. Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis penting, antara lain sebagai penyedia nutrien, tempat pemijahan (spawning ground), tempat pembesaran (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi biota-biota laut tertentu (Soehardjono dan Soemarto, 1998 dalam Hendrayana 2011). Mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari serasah daun dan dahan pohon mangrove sehingga dari sana akan tersedia banyak makanan bagi biota laut yang mencari makan di ekosistem mangrove (Claridge dan Burnett, 1993 dalam Hendrayana 2011).
pakan alami bagi biota laut terutama ikan karena fitoplankton mempunyai kemampuan memproduksi bahan organik dari bahan inorganik (fitoplankton sebagai produsen primer). Bahan organik yang diproduksi merupakan sumber energi untuk melaksanakan segala fungsi kehidupan; selain itu energi yang terkandung dalam fitoplankton dapat mengalir keberbagai komponen ekositem melalui rantai makanan (food chain). Makalah ini menyajikan teknik pengambilan contoh fitoplankton dan pengamatan untuk memperkirakan kelimpahan pada ekositem mangrove di kawasan P. Parang, Kep. Karimunjawa. POKOK BAHASAN Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 di sekitar P. Parang, Kep. Karimunjawa. Pengambilan contoh dilakukan pada 5 stasiun, yaitu P. Kembar (Stasiun I) , Legon Boyo (Stasiun II), Watu Merah (Stasiun III), P. Kumbang (Stasiun IV), P. Nyamuk (Stasiun V). Peta lokasi pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 1, sedang Tabel 1 adalah posisi tiap stasiun. Alat dan Bahan
Menurut Nontji (2008) fioplankton adalah tumbuhan renik (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang) yang hidupnya mengapung atau melayang dalam laut, ukuranya sangat kecil antara 2-200 μm (1 μm = 0,001 mm). Fitoplankton memiliki fungsi penting sebagai
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan dan pengamatan fitoplankton dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Posisi Geografis Stasiun Penelitian
No 1. 2. 3. 4. 5.
Stasiun P. Kembar Legon Boyo Watu Merah P. Kumbang P. Nyamuk
Posisi Geografis LS 5o 44’ 14,4” LS o 5 44’ 31,3” LS o 5 44’ 47,8” LS o 5 46’ 4,4” LS o 5 49’ 9,8” LS
BT 110o 11’ 22,7” BT o 110 13’ 59,1” BT o 110 15’ 12,3” BT o 110 13’ 34,3” BT o 110 9’ 33,51” BT
45
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 : 45-49
1
2
3
4
5
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh fitoplankton di perairan sekitar P. Parang, Kep. Karimunjawa, 2012. Table 2. Alat dan bahan penelitian yang digunakan. No. 1
Nama Alat dan Bahan Botol sampel fitoplankton (100 ml)
2 3 4
Buku datal lapangan dan ATK Global Positioning System (GPS) Fitoplankton net (80 um)
5
Formalin 40 %
6 7 8 9 10
Tali 10 m Aquades Mikroskop Binokuler Pipet Sadgwich Rafter
Teknik Pengambilan Contoh Fitoplankton Untuk mendapatkan data fitoplankton yang akurat di kawasan pulau Parang maka pengambilan contoh fitoplankton perlu memperhatikan kondisi pasangsurut air laut dan tingat kerapatan mangrove; dan dalam pelaksanaannya pengambilan contoh fitoplakton dipilih di lokasi dengan tingkat kerapatan mangrove sedang serta kondisi perairan dalam keadaan pasang untuk mempermudah pengambilan contoh. Jika kondisi kerapatan mangrove tinggi maka pengambilan contoh fitoplankton dapat dilakukan di sekitar sisi luar pantai yang dekat dengan ekosistem mangrove.
46
Kegunaan Wadah contoh fitoplankton setelah penyaringan Mencatat data lapangan Menera posisi geografis Untuk mengambil contoh fitoplankton Bahan pengawet untuk contoh fitopalnkton Untuk menarik fitoplankton net Cairan pembersih Pengamatan fitoplankton Mengambil aquades Membantu indentifikasi fitoplankton
Pengambilan contoh fitoplankton dilakukan dengan menggunakan fitoplankton net berbentuk kerucut yang mempunyai diameter bagian mulut 31 cm, panjang 100 cm dan ukuran mata jaring 0.08 mm (80 μm). Sebelum pengambilan contoh perlu dipersiapkan alat dan bahan yang dipakai, meliputi fitoplankton net , botol sampel, formalin 40 % dan tali 10 m. Fitoplankton net diikat dengan tali sepanjang 10 m. Pengambilan contoh fitoplankton dilakukan dengan menarik fitoplankton net secara horizontal seperti terlihat pada foto Gambar 2. Setelah penyaringan kemudian dibilas supaya fitoplankton yang menempel pada saringan dan net dapat terlepas dan masuk ke
Teknik Sampling dan Memperkitakan ............ Sekitar P. Parang, Kep. Karimunjawa (Nugraha, Y., et al)
dalam wadah fitoplankton. Contoh fitoplankton kemudian dipindahkan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan formalin ±4% sebanyak 16
cc agar fitoplankton tidak rusak. Selanjutnya contoh fitoplankton dibawa ke laboratorium marine biologi untuk dilakukan pengamatan.
Gambar 2. Penarikan secara horizontal fitoplankton net di perairan sekitar P. Parang, Kep. Karimunjawa. Pengamatan Fitoplankton Pengamatan dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI). Pengamatan fitoplankton dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 100X dan object glass ‘Sedgwich Rafter’. Object glass ‘Sedgwich Rafter’ adalah object glass yang memiliki kotak-kotak sehingga membantu memudahkan dalam pengamatan dan identifikasi jenis fitoplankton sekaligus menghitung tiap jenis fitopalnkton yang ditemukan (Gambar 3). Langkahlangkah pengamatan sebagai berikut :
1. Membersihkan object glass Sedgwick Rafter dan cover glass-nya yang akan digunakan dengan menggunakan aquades, yaitu dengan cara membilas semua bagian Sedgwick Rafter dan kemudian dibersihkan dengan tissue, 2. Kocok terlebih dahulu botol berisi contoh fitoplankton yang akan diamati supaya merata, kemudian buka penutup botol hati-hati agar tidak tumpah, 3. Contoh fitoplankton diambil dengan menggunakan pipet dan teteskan sebanyak 1 ml pada object glass Sedgwich Rafter dengan posisi tegak lurus. Contoh akan tertutup dengan sendirinya oleh cover glass. Pastikan tidak ada gelembung udara di dalamnya.
Gambar 3. Object glass Sedgwich Rafter, object glass dengan bidang bantuan berbentuk kotak-kotak.
47
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 : 45-49
4. Letakan object glass Sedgwich Rafter di bawah mikroskop binokuler dan lakukan pengamatan dengan perbesaran mikroskop 100X. Contoh fitoplankton dihitung secara acak sebanyak 100 kali pergerakan atau lapang pandang tanpa pengulangan di tempat yang sama, 5. Identifikasi fitoplankton mengacu pada Yamaji (1979).
HASIL DAN BAHASAN Hasil pengamatan contoh fitoplankton bulan Juni, September dan Desember 2012 pada ekosistem mangrove di sekitar P. Parang ditemukan sebanyak 55 genus fitoplankton, sebagian besar (48 genera) terdiri atas Kelas Bacillariophyceae, sedang sisanya dari Kelas Dinophyceae (5 genera) dan Kelas Chlorophyceae (2 genera).
Penghitungan Kelimpahan Fitoplankton Penghitungan kelimpahan fitoplankton dilakukan dengan metode ‘Lackey drop microtransect counting’ (APHA, 2005) berdasarkan rumus sebagai berikut :
dimana : A = jumlah kotakan pada Sedgwich Rafter (1000 kotak). B = jumlah kotakan yang diamati (100 kotak). C = volume air sampel yang tersaring (ml). D = volume air sampel yang diamati (ml). E = volume air yang disaring (m3). N = kelimpahan (sel/m3). n = jumlah individu perlapang pandang. Volume air yang disaring (E) diperoleh dengan rumus Perry (2004) sebagai berikut : V = ð r2 x L dimana : V = volume air yang disaring (L). r = jari-jari fitoplankton net (½ diameter lingkaran = 0,15 m). L = jarak penarikan = 10 m.
48
Hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton dengan metode ‘Lackey drop microtransect counting’ (APHA, 2005) di seluruh stasiun disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel dapat dilihat dari 3 kali pengambilan contoh pada bulan Juni, September dan Desember Kelas Bacillariophyceae paling dominan. Pada bulan Juni tidak ditemukan Kelas Chlorophyceae, dan kelas ini ditemukan pada bulan September dan Desember. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada bulan September, yaitu di stasiun I (P. Kembar) dimana Kelas Bacillariophyceae sebanyak 305.450 sel/m3 dan Kelas Chlorophyceae sebanyak 78.570 sel/m3. Kelas Bacillariophyceae diperkirakan merupakan komponen utama fitoplankton di perairan Kep. Karimunjawa dan paling umum dijumpai di laut dimana saja dari tepi pantai hingga ke tengah samudra seperti dinyatakan oleh Nontji (2008). Bulan September di Laut Jawa sudah memasuki musim peralihan antara musim timur (Juni-Agustus) ke musim barat (Desember-Februari). Berdasarkan hasil penelitian pada musim ini terjadi puncak musim ikan pelagis kecil di daerah penangkapan utama di Laut Jawa termasuk perairan Karimunjawa (Atmaja et al., 1986). Dominasi Kelas Bacillariophyceae (diatom) diduga berperan sebagai makanan utama ikan-ikan pelagis tersebut.
Tabel 3. Kelimpahan Fitoplakton KELIMPAHAN FITOPLANKTON (sel/m³) BULAN
JUNI
SEPTEMBER
DESEMBER
KELAS
STASIUN I
Bacillariophyceae 114.764
Chlorophyceae 0
Dinophyceae 0
II
128.889
0
883
III
30.898
0
1.766
IV
128.006
0
6.621
V
60.031
0
0
I
305.450
78.570
294
II
159.787
13.536
883
III
81.806
9.417
IV
289.560
0
V
235.709
53.262
I
133.598
0
II
47.671
0
0
III
54.734
9.417
1.471
IV
50.026
0
294
V
55.028
0
2.648
0 589 1.766 544
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Di perairan sekitar P. Parang (Kep. Karimunjawa) pada bulan Juni, September dan Desember (2012) ditemukan sebanyak 55 Genera fitoplankton; Kelas Bacillariophyceae paling dominan dan selalu ditemukan sebanyak 48 genera, fitoplankton lainnya terdiri dari Kelas Chlorophyceae dan Dinophyceae. 2. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada bulan September terutama di stasiun I (P. Kembar), IV (P. Kumbang) dan V (P. Nyamuk). Kelas Bacillariophyceae merupakan komponen utama fitoplankton.
American Public Health Association (APHA). 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water Including Bottom Sediment and Sludges. Publ. Health Association Inc, New York. Page: I-55.
PERSANTUNAN Terima kasih diucapkan kepada Penanggung Jawab penelitian ini atas ijin dan dukungannya sehingga dapat terselesaikanya tulisan ini. Penelitian merupakan bagian dari kegiatan penelitian berjudul “Pengkajian ekosistem sumber daya ikan terumbu karang di kawasan konservasi perairan Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah” yang dibiayai oleh APBN Tahun Anggaran 2012.
Atmaja S.B., Suwarso and Nurhakim S. 1986. Hasil Tangkapan pukat cincin menurut musim dan daerah penangkapan di laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Laut 36: 57-65. Hendrayana 2011. Studi Bioekologi Ikan Kiper (Scatophagus argus) Di Wilayah Perairan Morosari Kecamatan Sayung kabupaten Demak. Skripsi jurusan Fakultas perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang (tidak di publikasikan) 80 p. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta. p. 11-12. Perry, R. 2011. A Guide to Marine Plankton of Southem California. UCLA Ocean GLOBE & Malibu High School. Diakses dari Http : www.msc.ucla.edu/ oceanglobe. 10 November 2011 Yamaji, I. 1979. Ilustrations of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha Publising Co. Osaka Japan. 530 p.
49
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 :
50