e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
TEKNIK PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X IPB MAN PATAS KECAMATAN GEROKGAK Muh Hisni 1, IB. Sutresna 2,IB Putrayasa3 1,2,3Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) teknik penguatan yang diterapkan guru dalam pembelajaran menulis (2) respons siswa setelah guru memberikan penguatan dalam pembelajaran menulis, dan (3) kendala-kendala yang dialami guru guru memberikan penguatan dalam pembelajaran tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas X IPB MAN Patas, kecamatan Gerokgak. Objek penelitian ini adalah teknik penguatan guru dalam pembelajaran menulis, respons siswa setelah guru melakukan penguatan, dan kendala dalam menggunakan teknik penguatan tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, perekaman, dan wawancara. Metode analisis data pada penelitian ini mencakup yaitu 1) identifikasi data, 2) klasifikasi data, 3) penyajian data, dan 4) verifikasi dan penarikan simpulan. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) teknik penguatan yang ditampilkan dan dilakukan guru sudah bervariasi terlihat dari sudah adanya teknik penguatan yang digunakan guru, (2) respons siswa setelah guru memberikan teknik penguatan, yaitu (a) respons verbal,yang berupa ucapan “terima kasih” (b) respons nonverbal, yang berupa senyuman, dan anggukan kepala (3) Kendala-kendala yang dihadapi guru bersumber dari faktor guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan khususnya dalam pengorganisasian kelas. Kata Kunci: teknik penguatan, menulis, verbal, nonverbal Abstract This study aimed to describe (1) the techniques applied strengthening teacher in writing (2) a student's response after the teacher provides reinforcement in learning to write, and (3) the constraints experienced teachers provide reinforcement teacher in the learning. This research uses descriptive qualitative research design. The subjects were Indonesian teachers in class X MAN IPB Patas, sub Grokgak. The object of this study is the technique Strengthening teacher in writing class, a student's response after strengthening teacher, and constraints in using the reinforcement techniques. Data collection method used is the method of observation, recording, and interviews. Methods of data analysis in this study include: 1) identification of the data, 2) classification of data, 3) data, and 4) verification and drawing conclusions. The results of this study indicate that (1) strengthening techniques shown and do teachers have varied looks of own their reinforcement techniques used by teachers, (2) response to the student after the teacher provides reinforcement techniques, namely (a) the response verbally, in the form of saying "thank you "(b) nonverbal responses, in the form of a smile and a nod of the head (3) constraints faced by teachers sourced from a factor of teachers, students, facilities and infrastructure, especially in the organization of the classroom environment. Keywords: reinforcement techniques, writing, verbal, nonverbal
1
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
PENDAHULUAN Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, karena bahasa merupakan media komunikasi utama yang digunakan oleh manusia. Pembelajaran bahasa Indonesia di arahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis (Depdikbud, 1993:2) . Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis siswa terlebih dahulu harus menguasai keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini menunjukkan bahwa keempat aspek tersebut sangat penting untuk di ajarkan di sekolah. Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dikuasai oleh siswa adalah menulis. Akhaidah (dalam Yande, 2012:143) menyatakan bahwa menulis bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan merupakan proses hasil belajar-mengajar dan ketekunan berlatih. Dikatakan sebagai proses karena kegiatan menulis bukan pekerjaan langsung dan kegiatan menulis ini memerlukan tahap-tahap dalam penyelesaianya. Untuk mengetahui tahaptahap tersebut, seorang penulis perlu mengetahui banyak tentang menulis dan berlatih secara intensif dan dengan keterampilan menulis, seseorang dimungkinkan dapat mencapai kesuksesan dengan mudah dalam lapangan pekerjaan. Menurut Taringan (2006:4) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain melainkan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan menulis ialah suatu keterampilan bahasa yang didapat tidak secara otomatis melainkan diperlukan suatu proses pengembangan dan latihan. Keterampilan menulis dapat dikatakan memegang peran penting dalam kehidupan siswa untuk menuangkan pendapat, ide atau gagasan
yang dituangkan secara tertulis. Untuk menuangkan pendapat, ide atau gagasan siswa memerlukan seorang guru yang memotivasi pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar yang berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswa pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dengan tanggung jawab tersebut, guru memiliki peran yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran ini merupakan hasil belajar siswa setelah melakukan proses belajar di bawah bimbingan guru dalam kondisi yang kondusif. Dalam hal mencapai tujuan pembelajaran, sangat diperlukan hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peran yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar untuk mengantarkan siswa/anak didiknya ke taraf yang dicitacitakan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru juga harus menguasai keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru. Keterampilan dasar tersebut diterapkan oleh guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang tenaga pendidik. Sudiana (2006) mengemukakan sejumlah keterampilan dasar mengajar yang wajib dimiliki seorang guru guna dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik. Keterampilan dasar mengajar tersebut ada 8, yaitu (1) membuka dan menutup pembelajaran, (2) memberikan penguatan, (3) bertanya, (4) mengadakan variasi, (5) menjelaskan, (6) memimpin diskusi kelompok kecil, (7) mengajar kelompok kecil dan perorangan, dan (8) mengelola kelas. Kedelapan keterampilan tersebut wajib dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal. Di antara
2
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
kedelapan keterampilan dasar mengajar tersebut, keterampilan memberikan penguatan sangat penting untuk dipahami oleh guru. Bukan berarti bahwa keterampilan dasar mengajar yang lain kurang penting, melainkan mengingat peran guru sebagai tenaga pendidik, keterampilan memberikan penguatanlah yang perlu untuk mendapatkan perhatian khusus. Hardianti (dalam Hamid Darmadi2010:2) mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut. Keterampilan memberi penguatan merupakan respon positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap prilaku siswa dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan prilaku tersebut. Menurut Djamarah, (2005: 103) Penguatan terdiri atas Penguatan Verbal dan penguatan Nonverbal . Penguatan verbal dinyatakan melalui kata-kata dan kalimat yang disampaikan oleh guru sedangkan non verbal dapat diungkapkan melalui berbagai cara seperti sentuhan, gerak isyarat, gerak mendekati, melalui kegiatan yang menyenangkan, pemberian simbol atau benda, serta penguatan penuh dan tidak penuh. Jadi penulis menyimpulkan bahwa Keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi. Penguatan yang dilakukan guru sehausnya berjalan seiring dengan keaktifan dan keantusiasan siswa dalam menjawab dan berpartisifasi di kelas. Seperti yang dikemukakan oleh budiningsih (2012: 30) sebagai mahluk sosial tentunya perlu mendapatkan respon atau penguatan untuk memungkinkan kembali prilaku positif serta merasa dihargai. Pada saat proses pembelajaran dilaksanakan, sesekali secara tidak langsung guru memberikan penguatan
kepada peserta didiknya untuk meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Contohnya, siswa yang masih memiliki sikap kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Dalam hal ini guru menginginkan siswa tersebut bersedia melakukan yang diinginkan oleh guru melalui penguatan yang disampaikan. Salah satu contoh data di lapangan mengenai penguatan yang diterapkan oleh guru kepada siswa. Guru: “ya bagus sekali, jawaban ridho benar, ridho diam-diam ternyata lebih pintar dari teman yang lainya” Konteks tuturan di atas terjadi pada saat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X IPB MAN Patas. Percakapan di atas menyatakan teknik penguatan secara verbal yang diterapkan oleh guru terhadap siswa, yaitu memberikan sebuah pujian. Pujian terhadap prilaku yang baik atau hasil kerja dan hasil belajar siswa yang baik merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kepada hasil belajar yang baik. Pernyataan seperti ”Bagus Sekali”, “Hebat”, “Menakjubkan”, disamping menyenangkan siswa, pernyataan tersebut mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, sehingga merupakan suatu persetujuan atau pengakuan sosial, apalagi penghargaan itu diberikan di depan orang banyak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam keterampilan penguatan yang disampaikan oleh guru kepada siswa akan menigkatkan kinerja belajar siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai keterampilan penguatan guru kepada siswa pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Teknik Penguatan Dalam Pembelajaran Menulis Di Kelas X IPB MAN Patas. Alasan peneliti memilih pembelajaran menulis dikarenakan pembelajaran menulis pada kelas X ada di setiap materi ajar kurikulum 2013. Hal tersebut peneliti ketahui dari observasi awal disekolah bahwa materi-materi yang diajarkan yaitu mengenai materi menulis, seperti: menulis
3
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
teks anekdot, menulis teks eksposisi, dan menulis laporan observasi. Alasan lainya memilih pembelajaran menulis dikarenakan pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang kompleks. Perlu adanya pemberian stimulus ( rangsangan ) agar siswa tidak bosan mempelajarinya apalagi siswa kelas X siswa peralihan smp ke sma yang mudah cepat bosan jika tidak menyukai pembelajaran yang diajarkan. Berhubung pembelajran menulis merupakan pembelajaran yang kompleks dan bukan hal yang mudah di pahami. Sudah tentu perlu adanya stimulus ataupun pemberian penguatan yang dilakukan guru untuk siswanya. Hal tersebut untuk memotivasi siswa agar antusias dan terfokus dalam pembelajaran menulis. Faktor tersebutlah yang menyebabkan peneliti memilih pembelajaran menulis dalam penelitian ini karna pemberian penguatan penting dalam keterampilan guru dalam mengajar. Namun pada kenyataanya dilapangan pada observasi kekelas guru jarang memberikan penguatan terhadap siswanya, hanya sesekali saja guru memberikan penguatan. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti penguatan guru dalam pembelajaran. Adapun peniliti memilih MAN Patas sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah Aliah atau sekolah islam berpredikat Negeri yang ada di Buleleng dan kelas X sebagai fokus penelitian karena kelas X merupakan kelas peralihan dari SMP ke SMA yang artinya siswa merasakan suasana baru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, siswapun memerlukan motivasi yang belum pernah didapat sebelumnya. Dengan alasan dipilihnya kelas X sebagai fokus penelitian dapat memungkinkan peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan penelitian ini. Dari hasil pengamatan peneliti sejauh ini, terdapat beberapa penelitian sejenis mengenai keterampilan memberikan penguatan dalam pembelajaran yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
Yang pertama Penerapan Keterampilan Memberi Penguatan Guru Dalam Pembelajaran Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Oleh Hardiyanti Pada tahun 2015. Yang kedua Variasi Penguatan Oleh Guru Bahasa Bali Yang Telah Lulus Sertifikasi Dalam Interaksi Belajar Mengajar Di SMP Negeri Se Kota Singaraja Karya Gede Pande Widiarta pada tahun 2013. Kedua penelitian sejenis diatas berbeda dengan penelitian ini. Perbedaan tersebut terletak pada objek penelitian, tempat penelitian dan rumusan masalah penelitian, serta lokasi penelitian yang digunakan. Untuk lebih jelasnya terkait penelitian sejenis yang digunakan dalam penelitian ini dibahas lebih rinci pad bab selanjutnya yaitu pada bab 2. Penelitian mengenai penguatan dalam pembelajaran menulis belum pernah diteliti. Maka dari itu, penelitian ini merupakan penelitian baru. Untuk itulah, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Teknik Penguatan Dalam Pembelajaran Menulis Di Kelas X IPB MAN Patas. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu 1. Teknik-teknik penguatan apa sajakah yang diterapkan guru dalam pembelajaran menulis di kelas X IPB MAN Patas, 2. Bagaimanakah respons siswa setelah guru memberikan penguatan dalam pembelajaran menulis di kelas X IPB MAN Patas, 3. Apa sajakah kendalakendala guru memberikan penguatan dalam pembelajaran menulis di kelas X IPB MAN Patas Tujuan dilaksanakannya penelitian ini, yaitu (1) untuk mengetahui teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis siswa kelas X MAN Patas, Grokgak; (2) untuk mengetahui respons diswa setelah guru melakukan penguatan; dan (3) untuk mengetahui kendalakendala yang dialami guru dalam menggunakan teknik penguatan tersebut. Manfaat dari penelitian ini, yaitu (1) Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bermanfaat dalam menerapkan teknik pemberian penguatan yang baik dan benar, sehingga motivasi belajar
4
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
siswa kelas X IPB MAN Patas dapat ditingkatkan. (2) Bagi guru Melalui hasil penelitian ini guru dapat mengetahui tentang teknik-teknik penguatan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran agar penguatan guru menjadi lebih efektif. (3) Peneliti mendapatkan jawaban atas pertanyaan terkait teknik-teknik penguatan dalam pembelajaran menulis.,dan Bagi peneliti lain Peneliti lain yang ingin mengaji mengenai teknik penguatan dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan informasi, atau bahan bandingan terhadap penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian itu akan berguna untuk meningkatkan kepercayaan terhadap hasil penelitian ini. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian deskriptif ini dipilih karena mampu menggambarkan secara keseluruhan keterampilan mengadakan penguatan mengajar oleh guru dalam pembelajaran menulis. Selain itu, rancangan penelitian deskriptif juga dapat menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Subjek penelitian dalam peneliti ini adalah guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X MAN Patas. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah penguatan yang dilakukan guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran menulis, Respons siswa setelah guru melakukan penguatan, dan Kendala-kendala melakukan teknik penguatan. Untuk mendapatkan data yang akurat, metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (1) metode observasi, (2) metode perekaman, dan (3) metode wawancara. Sesuai dengan metode observasi, instrumen penelitian (instrumen pengumpulan data) yang digunakan adalah lembar observasi. Pada saat melaksanakan observasi, hasil observasi dicatat dalam lembar observasi tersebut. Selain itu, sebagai pendukung
pengumpulan data, pada metode observasi juga digunakan alat perekam yang berupa handycam untuk merekam pembelajaran menulis naskah drama yang berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih lengkap yang tidak bisa penulis catat dalam lembar observasi. Untuk metode wawancara, peneliti menggunakan instrument berupa lembar wawancara. Dalam lembar observasi yang telah peneliti siapkan berisi tentang komponen teknik pengatan yang ditampilkan guru pada saat KBM berlangsung. Begitu pula lembar wawancara yang telah peneliti siapkan berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada rumusan masalah ketiga, kendala-kendala yang dihadapi guru saat menggunakan variasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan kata-kata. Analisis data dalam penelitian ini mencakup empat tahap, yaitu 1) identifikasi data, 2) klasifikasi data, 3) penyajian data, dan 4) verifikasi dan penarikan simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Terkait dengan teknik penguatan yang digunakan oleh guru, peneliti memperoleh data penguatan verbal dan nonverbal. Penguatan verbal yang dilakukan guru dengan 4 diksi penguatan yang bervariasi yaitu berupa kata “bagus, tepat, benar, dan lumayan bagus”. Pemerolehan data penggunaan penguatan verbal selama satu minggu. Dalam satu kali pertemuan, guru menggunakan penguatan verbal sebanyak 2-6 kali dengan diksi penguatan yang sama. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peniliti di lapangan tidak ditemukan adanya diksi penguatan verbal lain yang digunakan guru dalam memberikan penguatan untuk siswanya selain empat diksi yang sudah dipaparkan sebelummnya. Jumlah penggunaan penguatan verbal dengan empat diksi penguatan verbal yang sama diberikan pada setiap siswa dalam pemberian penguatan tergolong jumlah
5
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
yang sedikit.. Penggunaan diksi penguatan verbal yang digunakan guru tergolong sedikit karena menurut jawaban guru pada saat peneliti melakukan wawancara bahwa empat diksi penguatan tersebut sudah lumrah dan gampang digunakan dalam setiap pemberian penguatan. Selain itu juga, responden mengatakan bahwa dengan pemberian penguatan verbal itu saja sudah membuat siswa merasa senang. Pengalaman kerja guru nampaknya tidak terlepas dari wawasan pengetahuan guru terkait katakata yang bisa dijadikan sarana pemberian penguatan seperti kata “wah pintar sekali, istimewa, luar biasa, bangga ibu dengan mu, dan sangat menarik hasil kerjanya”. Faktor tersebutlah yang menyebabkan sedikitnya jumlah penggunaan penguatan verbal yang dilakukan guru dan diksi penguatan yang didapat peniliti dari hasil penelitian. Penggunan penguatan verbal diberikan untuk menghargai perilaku positif siswa serta prestasi yang telah dicapai anak didik dalam keaktifannya di kelas. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Djamarah (2005: 53) yang menyatakan bahwa pujian sebagai bentuk penguatan verbal yang diberikan pada anak didik menunjukkan bahwa seorang pendidik berkenan dan menghargai perbuatan serta prestasi yang telah dicapai anak didik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Widiarta (2013: 46) yaitu, hasil penelitian yang didapat terkait penggunaan penguatan verbal yang digunakan guru dalam penelitiannya ketika memberikan penguatan sudah bervariasi. Diksi penguatan verbal tersebut berupa kata pujian seperti“Becik, inggih becik pisan, patut, inggih sampun becik, dan beneh”. Hanya saja penggunaan bahasanya yang berbeda antara hasil penelitian ini dengan hasil penelitiannya. Itu berarti, hasil yang didapat peneliti dengan hasil yang didapat Widiarta memiliki kesamaan ketika guru memberikan penguatan verbal untuk siswanya yaitu sama-sama menggunakan penguatan verbal berupa kata pujian seperti “ bagus, tepat, benar, cukup bagus, Becik, inggih becik pisan, patut,
inggih sampun becik, dan beneh”. Adapun intensitas penggunaan pemakaiannya memiliki perbedaan antara peneliti dengan penelitiannya yaitu, penelitian Widiarta (2013: 46) menggunakan penguatan verbal sebanyak 120 kali pemberian penguatan yang dilakukan oleh ketiga guru yang ditelitinya. Adapun pemerolehan jumlah hasil dari 120 kali tersebut merupakan jumlah keseluruhan pemberian penguatan yang dilakukan ketiga guru selama satu minggu. Dalam satu harinya, jumlah pemberian penguatan dari ketiga guru tersebut berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya. Namun, tetap menggunakan diksi penguatan yang sama. Perbedaan jumlah yang dihasilkan dalam pemberian penguatan verbal yang dilakukan guru dalam penelitian ini dengan guru dalam penelitian Widiarta sangat berbeda. Hal tersebut terlihat dari subjek yang digunakan oleh peneliti yaitu pada penelitian Widiarta (2013: 46) menggunakan tiga guru dengan sekolah yang berbeda sedangkan peneliti hanya menggunakan satu guru dalam satu sekolah. Mengingat waktu yang dimiliki untuk melaksanakan penelitian pun sangat terbatas. Alasan lain yang membedakan jumlah yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan penelitiannya dilihat dari intensitas penggunaan penguatan verbal yang digunakan masing-masing guru. Guru dalam penelitian Widiarta menggunakan penguatan verbal secara lebih intens dalam artian dari awal pelajaran hingga akhir pelajaran guru selalu memberikan/menggunakan penguatan. Hal ini dilakukan guru agar siswa tetap terfokus dengan pembelajaran. Guru dalam penelitian ini menggunakan penguatan verbal tidak seintens yang dilakukan guru dalam penelitian Widiarta, pemberian penguatan dilakukan guru hanya untuk menstimulus/membuka pengetahuan siswa agar atusias dalam pembelajaran. Pemberiannya dilakukan dengan rasio acak tertentu untuk membuat siswanya selalu siap bekerja atau belajar Pemerolehan data mengenai penggunaan penguatan verbal didapat juga dari melakukan wawancara dengan
6
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
responden (guru) yaitu pemberian penguatan verbal yang diberikan untuk siswa berupa kata pujian seperti “bagus, tepat, benar, lumayan bagus, dan cukup baik”. Diksi penggunaan penguatan verbal tersebut sering dilakukan guru dalam memberikan penguatan karena lebih gampang untuk dilakukan. Guru juga menyatakan bahwa pemberian penguatan dilakukan agar siswa merasa senang, tetap antusias dalam belajar, tetap berpartisipasi di kelas, meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran dan membangkitkan motivasinya. Pernyataan yang dinyatakan guru terkait tujuan pemberian penguatan sejalan dengan pernyataan (Sudiana, 2006: 93) yang menyatakan bahwa pemberian penguatan mampu meningkatkan perhatian siswa, memelihara dan membangkitkan motivasi siswa, memudahkan siswa belajar, mengontrol dan memodifikasi perilaku siswa yang kurang positif, serta mendorong munculnya perilaku yang positif. Pemberian penguatan diberikan guru untuk siswa yang rajin membuat tugas, mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar, mampu mempresentasikan tugas dengan baik dan benar, serta menyelesaikan tugas dengan baik, benar dan tepat waktu. Pemberian penguatan ditujukan kepada siswa secara perorangan maupun kelompok. Hasil yang diperoleh peneliti ketika guru memberikan penguatan nonverbal untuk siswanya pada saat pembelajaran menulis teks negosiasi berupa ekspresi wajah 4 kali, gerakan tangan (jempol) 1 kali, gerakan mendekati 6 kali, penguatan tanda 2 kali, dan sentuhan 3 kali. Jumlah keselurahan penguatan nonverbal yang dilakukan guru dalam satu minggu yaitu muncul sebanyak 16 kali. Dalam satu kali pertemuan, guru menggunakan penguatan nonverbal sebanyak 2-3 kali. Jumlah penggunaan penguatan nonverbal yang dilakukan guru tersebut dalam pemberian penguatan tergolong jumlah yang sedikit. Hal tersebut karena pemberian penguatan yang dilakukan secara nonverbal saja sangat kaku untuk dilakukan guru pada saat memberikan penguatan. Jawaban lain yang diperoleh dari responden terkait pemberian penguatan nonverbal yaitu
guru menyatakan bahwa pemberian penguatan verbal saja sudah diyakini anak tersebut termotivasi dalam belajar. Pada sisi lain, dalam alam demokrasi sekarang ini atau dilihat dari faktor sosial budaya Indonesia sikap badan/gestur untuk menyatakan kekaguman/menyatakan hormat dalam pemberian penguatan dilakukan secara berlebih tampaknya tidak baik untuk dilakukan (Suandi dan Sri Indriani, 2013:4). Disadari atau tidak ketika melakukan komunikasi dengan orang lain, nilai-nilai atau norma menyesuaikan dengan latar belakang sosial-budaya yang telah mempengaruhi. Pemberian makna terhadap suatu pesan nonverbal didasarkan pada nilai atau norma yang berlaku pada suatu kelompok tertentu (Suranto, 2013: 149-153). Pengalaman kerja guru nampaknya tidak terlepas dari wawasan pengetahuan guru terkait katakata yang bisa dijadikan sarana pemberian penguatan seperti kata “wah pintar sekali, istimewa, luar biasa, bangga ibu dengan mu, dan sangat menarik hasil kerjanya”. Hal tersebutlah yang menjadi faktor sedikitnya jumlah penggunaan penguatan nonverbal yang dilakukan guru saat memberikan penguatan. Penguatan nonverbal berupa ekspresi wajah mengkomunikasikan penilaian tentang ekspresi senang atau tidak senang yang menunjukkan komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk. Senyuman yang diberikan guru ketika memberikan penguatan tentu saja senyuman yang mengekspresikan perasaan senang sehingga siswa merasa senang diberikan penguatan (Elfanany, 2013: 33). Sejalan dengan pendapat Elfanany (2013: 33) makna ekspresi wajah yang dilakukan guru dalam penelitian ini menandakan perasaan senang, menandakan kepuasan dan menunjukkan kesukaan guru terhadap hasil kerja, pendapat, dan penampilan siswa. Dengan penguatan nonverbal berupa ekspresi wajah, mengkomunikasikan penilaian senang dan meyakinkan yang menunjukkan komunikator (guru) memandang objek penelitiannya (siswa) baik, pintar, dan benar dalam menjawab.
7
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widiarta (2013). Bahwasannya, guru dalam penelitiannya memberikan penguatan berupa ekspresi wajah pada saat siswa benar mengemukakan jawaban. Makna ekspresi wajah tersebut menunjukkan perhatian lebih ke arah siswa pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Dengan demikian, dapat disimpulkan hasil dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widiarta yaitu guru sama-sama menggunakan penguatan ekspresi wajah dalam memberikan penguatan untuk siswa pada saat siswa benar mengemukakan jawaban. Penguatan nonverbal mendekati dilakukan guru dengan cara menghampiri siswa, berdiri di samping siswa atau bahkan duduk bersama-sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, tentunya siswa merasa diperhatikan sehingga siswa akan merasa senang dan aman (Djamarah, 2005: 32). Dalam konteks pembelajaran menulis teks negosiasi, penguatan nonverbal gerkan mendekati dilakukan ketika guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru terkait struktur menulis teks negosiasi. Penggunaan penguatan mendekati sebagai salah satu cara agar siswa termotivasi, aktif dan antusias dalam pembelajaran di kelas serta mau berpikir untuk bisa menemukan jawaban dari pertanyaan guru. Dengan adanya bentuk penguatan mendekati, siswa merasa diperhatikan oleh guru, siswa lebih dekat dengan guru, dan tidak ada batasan antara dirinya dengan guru. Penguatan nonverbal mendekati, dilakukan juga oleh guru dalam penelitian Widiarta(2013). Penggunaan penguatan mendekati dalam penelitiannya yaitu guru mendekati siswa yang menjawab pertanyaan, mendekati siswa yang kesulitan dalam menulis aksara bali, serta mendekati siswa saat membacakan teks pidato. Penggunaan penguatan mendekati yang dilakukan guru dalam penelitiannya sebagai salah satu cara untuk memotivasi siswa agar aktif mengikuti proses belajarmengajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penguatan nonverbal
mendekati sama-sama digunakan guru dalam penelitian ini dan guru dalam penelitian Widiarta(2013). Penggunaan penguatan tersebut dilakukan guru saat siswa menjawab pertanyaan serta mendekati siswa yang kesulitan dalam belajar. Penguatan sentuhan yaitu adanya kontak fisik antara guru dengan siswa. Dengan penguatan sentuhan dimaksudkan untuk lebih akrab dan membangkitkan motivasi siswa agar bersemangat mengikuti pembelajaran sehingga mendorong terjadinya proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif (Djamarah, 2005: 30). Penguatan sentuhan yang dilakukan guru dalam penelitian ini yaitu sentuhan pada pundak dan punggung siswa.. Dengan adanya penguatan sentuhan, siswa merasakan kasih sayang guru untuk dirinya, siswa merasa diperhatikan serta diajarkan halhal yang belum bisa dipahami ketika berlangsungnya proses pembelajaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Widiarta (2013) yaitu dalam penelitiannya guru memberikan penguatan sentuhan pada lengan dan tangan siswa. Penggunaan penguatan tersebut dilakukan guru saat siswa membaca contoh pidato di depan kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru dalam penelitian ini dengan guru dalam penelitian Widiarta sama-sama menggunakan penguatan sentuhan pada bagian tubuh tertentu siswa dan pemberian penguatan sentuhan dilakukan saat siswa membacakan contoh bacaan yang diberikan guru. Penguatan tanda yang dilakukan guru berupa pemberian nilai pada siswa. Penguatan tanda dilakukan ketika siswa aktif mengemukakan pendapat, menampilkan dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan benar, serta menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. Pemberian penguatan tanda dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas perilaku positif yang ditunjukkan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Selain itu juga, pemberian penguatan tanda dilakukan guru sebagai timbal balik untuk memotivasi siswa agar tetap lebih aktif dan antusias dalam setiap
8
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
pembelajaran. Pemberian penguatan tanda diberikan guru secara perorangan maupun kelompok. Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widiarta. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa guru dalam penelitiannya menggunakan penguatan tanda pada saat inti pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Penguatan tanda dilakukan untuk memotivasi siswa agar termotivasi untuk belajar dan aktif di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penguatan tanda yang dilakukan guru dalam penelitian ini dilakukan juga oleh guru dalam penelitian Widiarta, hanya saja rentang pemberian penguatan yang dilakukannya berbeda antara penelitiannya dengan penelitian ini. Adapun tujuan dari pemberian penguatan tersebut sama-sama bertujuan untuk memotivasi siswa agar tetap akfif dalam setiap pembelajaran di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara keseluruhan yaitu empat dari lima penguatan nonverbal yang dinyatakan oleh Djamarah (2005: 29) yaitu mimik dan gerakan badan, gerakan mendekati, sentuhan, serta penguatan tanda dilakukan guru dalam penelitian ini dan dilakukan juga oleh guru dalam penelitian Widiarta. Respons siswa terhadap penguatan yang diberikan oleh guru dibagi dua yaitu respons verbal dan respons nonverbal. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rusman (2010:84) menyatakan bahwa respons dapat juga bersifat verbal dan nonverbal (biasanya dilakukan dengan ucapan, gerak, isyarat). Dalam penelitian ini ditemukan respon verbal siswa yaitu menjawab dengan ucapan “terimakasih buk” ketika diberikan penguatan oleh gurunya. Contohnya salah satu siswa siswa menjawab benar pengertian menulis teks negosiasi kemuadian guru menanggapinya dengan memberiakan penguatan verbal berupa kata-kata “ya bagus jawabanya” siswa kemudian merespons dengan menjawab “terimakasih buk”. Dalam peroses pembelajaran menulis kebanyakan respons verbal siswa berupa kata-kata terimakasih. Respons nonverbal yang
berupa senyuman, dan anggukan kepala. Respons tersebut terjadi pada saat guru memberikan pertanyaan mengenai struktur yang ada dalam menulis teks negosiasi. Saat guru memberikan penguatan verbal “ Bagus” kepada siswa, siswa merespon dengan senyuman dan anggukan kepala. Setelah siswa tersenyum, guru kemudian melanjutkan pembelajran menulis . siswa yang diberikan penguatan pun menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Adapun beberapa kendala yang dialaminya yaitu, yang pertama siswa sering kali tidak merespon maksud penguatan yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menjadi salah pengertian atau salah paham dan mengakibatkan siswa bercanda atau teman yang lain merespon ada sesuatu yang lain dari penguatan yang guru berikan. Yang kedua pada saat pemilihan pemberian penguatan, guru masih bingung untuk memilih penguatan yang bagaimana yang cocok untuk diberikan kepada siswanya. Dikarenakan setiap siswa memiliki tipikal pemikiran yang berbeda-beda. Guru dalam hal ini sangatlah berhati- hati dalam pemilihan teknik penguatan yang akan digunakan. Yang ketiga, kegaduhan sering terjadi jika teknik penguatan yang dilakukan guru monoton atau berulang-ulang dilakukan seperti memberikan penguatan tanda, siswa berebut untuk meminta menjawab agar semata-mata mendapat nilai dari guru hal ini mengakibatkan kegaduhan didalam kelas. Jadi pada intinyakendala yang dimiliki guru dalam menerapkan teknik penguatan dipengaruhi oleh kondisi siswa yang terkadang keinginan belajarnya masih rendah. Oleh karna itu setiap teknik penguatan yang akan dilakukan oleh guru memiliki makna dan tujuan yang berbeda untuk siswa yang memiliki minat belajar belajar yang rendah. Untuk menanggulangi kendala tersebut guru berupaya memilih teknik penguatan yang tepat untuk pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi siswa. Teori yang dikemukakan oleh Ferry Anggriawan (dalam http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/05/fa
9
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
ktor-yangmempengaruhikualitas.html) mengenai kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Sejalan dengan hasil penelitian peneliti mengenai kendala-kendala yang dialami oleh guru. Ada beberapa kendala yang disebutkan yang mempengaruhi keberhasilanpembelajaran yaitu, “Pertama, tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajran harus menggambarkan bentuk hasil belajar yang ingin dicapai siswa melalui proses pembelajaran. Kedua, guru. Seorang guru dapat memotivasi dan memberikan pengarahan kepada naka-anak didiknya bagaimana cara belajar yang baik. Ketiga, anak didik. Aspek anak didik yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar adalah psikologi anak didik, biologis anak didik,intelektual anak didik. Keempat, media pembelajaran. Kelima , kegiatan pembelajaran.” Berdasarkan teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kendala-kendala yang dialami guru dalam menerapkan teknik penguatan dalam pembelajaran menulis dengan teori yang ada. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pemaparan di atas, simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Teknik penguatan yang dilakukan guru diantaranya, A). Penguatan verbal yang dilakukan guru dalam pemberian penguatan pada saat pembelajaran menulis selama 2 minggu observasi di kelas X IPB MAN Patas muncul sebanyak 14 kali dengan 4 diksi penguatan yang bervariasi yaitu berupa kata “bagus, tepat, benar, dan cukup bagus”. Pemberian penguatan ditujukan kepada siswa secara perorangan maupun kelompok. B). Penguatan nonverbal dilakukan sebanyak 16 kali dengan bentuk penguatan yang meliputi ekspresi muka 4 kali, gerakan tangan 1 kali, gerakan mendekati 6 kali, penguatan tanda sebanyak 2 kali dan sentuhan sebanyak 3 kali. Pemberian penguatan nonverbal yang dilakukan guru dalam penelitian ini sudah menunjukkan adanya kebervariasian dalam memberikan penguatan. 2. Respons-respons siswa
terhadap penguatan yang di berikan oleh guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis. Respons tersebut diantaranya, yang pertama. Respons verbal yang dilakukan siswa dengan menjawab dengan ucapan “terimakasih buk” ketika diberikakn penguatan oleh gurunya.. Yang kedua respon nonverbal yang berupa senyuman, dan anggukan kepala. 3. Kendala yang dialami guru dalam menerapkan teknik penguatan yaitu, yang pertama siswa sering kali tidak merespon maksud penguatan yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menjadi salah pengertian atau salah paham dan mengakibatkan siswa bercanda atau teman yang lain merespon ada sesuatu yang lain dar penguatan yang guru berikan. Yang kedua pada saat pemilihan pemberian penguatan, guru masih bingung untuk memilih penguatan yang bagaimana yang cocok untuk diberikan kepada siswanya. Dikarenakan setiap siswa memiliki tipikal pemikiran yang berbeda-beda. Guru dalam hal ini sangatlah berhati- hati dalam pemilihan teknik penguatan yang akan digunakan. Yang ketiga, kegaduhan sering terjadi jika teknik penguatan yang dilakukan guru monoton atau berulang-ulang dilakukan seperti memberikan penguatan tanda, siswa berebut untuk meminta menjawab agar semata-mata mendapat nilai dari guru hal ini mengakibatkan kegaduhan didalam kelas. Jadi pada intinyakendala yang dimiliki guru dalam menerapkan teknik penguatan dipengaruhi oleh kondisi siswa yang terkadang keinginan belajarnya masih rendah. Oleh karena itu setiap teknik penguatan yang akan dilakukan oleh guru memiliki makna dan tujuan yang berbeda untuk siswa yang memiliki minat belajar belajar yang rendah. Untuk menanggulangi kendala tersebut guru berupaya memilih teknik penguatan yang tepat untuk pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi siswa. Berdasarkan simpulan di atas. Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penguatan yang digunakan guru dalam pemberian penguatan pada saat pembelajaran menulis yaitu berupa penguatan verbal,
10
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
nonverbal dan penguatan. Hal tersebut terlihat pada kesesuaian antara bentuk dan fungsi yang digunakan oleh guru ketika memberikan penguatan. Namun, perlu ditingkatkan kembali diksi dan bentuk pemberian penguatan yang diberikan untuk siswa agar lebih bervariasi lagi. Keintensitasan yang dilakukan harus berimbang dan perlu dperhatikan kembali antara pemberian penguatan verbal, nonverbal. Mengingat pentingnya pemberian penguatan untuk memotivasi dan meningkatkan semangat belajar siswa, hal tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan bahkan disempurnakan oleh guru. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada jenjang SMA/MA kelas X. Oleh karena itu, penelitian lain dapat melakukan penelitian mengenai penguatan verbal dan nonverbal di jenjang sekolah lainnya, baik TK, SD, maupun, SMA. 3. Penguatan verbal dan nonverbal yang peneliti lakukan terfokus pada pemberian penguatan sebagai salah satu dasar keterampilan dasar mengajar. Peneliti lain bisa memfokuskan penguatan verbal dan nonverbal pada keterampilan dasar mengajar lainnya yang memungkinkan untuk dikaji, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, dan keterampilan dasar lainnya. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad, dan Sakura Ridwan. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. -------. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Departeman Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Devito, A Joseph. 2005. Komunikasi antar Manusia. Jakarta: Indonesia.
Djamrah, Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. -------. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta -------. 2007. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta Elfanany, Burhan. 2013. Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru dan Dosen. Yogyakarta: Aksara. Sudiana, I Nyoman. 2006. Interaksi Belajar-Mengajar. Surabaya: Media Ilmu. Suranto. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta. Widiarta, Kadek. 2013.”Variasi Penguatan oleh Guru Bahasa Bali yang Lulus Sertifikasi dalam Interaksi Belajar Mengajar di SMP Negeri se-Kota Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa Bali, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Winaputra, Udin S. 2000. Strategi BelajarMengajar. Jakarat: Universitas Terbuka Wisnuwardhani dan Sri Fatmawati. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta: Selemba Humanika. Yande. 2013. Kesantunan Imperatif Tuturan Guru untuk Memotivasi Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja. skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
11
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
12