TEKNIK OPERASI CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT YANG DIGUNAKAN DI SULAWESI SELATAN PADA TAHUN 2010-2013
SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
SRI HARYUTI J111 10 253
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
ABSTRAK Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Gangguan yang terjadi pada saat intra uterin terutama pada masa-masa pembentukan organ, bisa menyebabkan timbulnya kelainan pada anak yang akan dilahirkan. Kelainan yang sering muncul adalah kelainan pada wajah, antara lain celah bibir.1Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja teknik operasi celah bibir dan langit-langit yang digunakan di Sulawesi Selatan
pada tahun 2010-2013. Sampel penelitian yang digunakan
adalah data pasien yang telah di diagnosis celah bibir dan langit-langit dan melakukan operasi labioplasty atau palatoplasty yang terdapat pada medical record. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan pada operasi celah bibir dan langit-langit yang dilakukan di Sulawesi Selatan pada tahun 2010-2013 sebanyak 207 pasien dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan operasi yang digunakan. Untuk operasi celah bibir unilateral teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik linear atau Straight line closure. Sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Quadrangular. Pada celah bibir bilateral teknik operasi yang paling banyak digunakan yaitu teknik Barsky, sedangkan teknik yang paling jarang di gunakan teknik Manchester. Kemudian untuk operasi celah palatum teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik 2-flap sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Von Langenbeck. Kata kunci : celah bibir, celah langit-langit, teknik operasi, labioplasty, palatoplasty.
Abstract Growth and development of the face and oral cavity is a very complex process. Disturbance during intrauterine especially in times of formation of organs, can cause abnormalities in the children who will be born. The disorder is a disorder that often appear on the face, such as cleft lip.1 The purpose of this study is to determine what operating techniques of cleft lip and palate used in South Sulawesi in 2010-2013. The samples used in this study is the data in the diagnosis of patients who have cleft lip and palate surgery and labioplasty or palatoplasty contained in the medical record. The study was conducted using a cross-sectional approach using purposive sampling method. The results showed the cleft lip surgery and palate conducted in South Sulawesi in the year 20102013 a total of 207 patients were stratified by type of surgery is used. For unilateral cleft lip surgery technique is the most widely used technique of linear or Straight line closure. While most techniques are rarely used technique Quadrangular. In the bilateral cleft lip surgery technique is the most widely used techniques Barsky, while the technique least used techniques Manchester. Cleft palate surgery and then for the most widely used technique is 2-flap technique while the most rarely used technique that Von Langenbeck technique. Key words : cleft lip, cleft palate,operating techniques,labioplasty,palatoplasty.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Gangguan yang terjadi pada saat intra uterin terutama pada masa-masa pembentukan organ, bisa menyebabkan timbulnya kelainan pada anak yang akan dilahirkan. Kelainan yang sering muncul adalah kelainan pada wajah, antara lain celah bibir.1 Pertumbuhan yang salah pada awal perkembangan merupakan dasar dari kelainan kranofasial. Pada kelainan celah bibir terjadi karena kegagalan penyatuan prosesus frontonasalis dengan prosesus maksilaris pada masa kehamilan antara minggu ke-4 hingga minggu ke-7. Pertumbuhan wajah berkembang cepat pada usia 5 tahun pertama dan setelah usia 13 tahun mulai menurun.2 Embrio pada daerah kepala dan leher mesoderm bermigrasi melalui atas maupun samping kepala. Migrasi melalui samping kepala dan atas memperkuat dinding epithelial dan membran bibir. Setelah lebih banyak mesoderm bermigrasi kearah medial, maka terbentuklah dasar hidung sampai nostril sill disusul terjadinya
bibir dan akhirnya merah bibir. Kegagalan dari proses ini
menyebabkan kelainan pada bentuk bibir yang dinamakan bibir sumbing ( celah bibir ).3
Pembentukan wajah terjadi pada minggu ke-5 sampai dengan minggu ke10. Pada saat minggu ke lima, dua tonjolan akan tumbuh dengan cepat, yaitu tonjolan nasal medial dan lateral. Tonjolan nasal lateral akan membentuk alae hidung, sedangkan tonjolan medial akan membentuk (1) bagian tengah hidung, (2) bagian tengah bibir atas, (3) bagian tengah rahang atas, serta (4) seluruh langitlangit primer. Secara simultan, tonjolan maksila akan mendekati tonjolan nasal lateral dan medial akan tetapi tetap tidak menyatu karena dipisahkan oleh suatu lekukan yang jelas.4 Selama dua minggu berikutnya terjadi perubahan bermakna pada wajah. Tonjolan maksila terus tumbuh kearah medial dan menekan tonjolan nasal kearah midline. Selanjutnya terjadi penyatuan tonjolan-tonjolan nasal dengan tonjolan maksila disisi lateral. Jadi bibir bagian atas dibentuk oleh dua tonjolan nasal dan dua tonjolan maksila.4 Tonjolan yang menyatu di bagian medial, tidak hanya bertemu di daerah permukaan, tetapi terus menyatu sampai dengan bagian yang lebih dalam. Struktur yang dibentuk oleh dua tonjolan yang menyatu ini dinamakan segmen intermaksilaris. Bagian ini terdiri dari (1) bagian bibir yang membentuk philtrum dan bibir atas, (2) komponen rahang atas yang mendukung empat gigi insisivus, (3) komponen palatum yang membentuk segitiga palatum primer. Di bagian atas, segmen intermaksila menyatu dengan septum nasal yang dibentuk oleh prominence frontal.4
Palatum sekunder terbentuk dari pertumbuhan dua tonjolan maksila yang disebut palatine shelves. Pada minggu ke enam, palatine shelves tumbuh miring kearah bawah di kedua sisi lidah. Pada minggu ke tujuh posisinya horizontal di atas lidah dan kemudian kedua sisinya menyatu dan membentuk palatum sekunder. Di bagian anterior terjadi penyatuan dengan palatum primer, pada titik pertemuan ini terjadi foramen incisivum.4 Pada saat yang sama, septum nasal tumbuh kearah bawah dan bergabung dengan permukaan atas palatum yang baru terbentuk. Palatine shelves saling menyatu dengan palatum primer pada minggu ke tujuh dan ke sepuluh masa pertumbuhan embrio.4 Kelainan celah bibir dan langit dapat di sebabkan oleh gen yang diturunkan oleh kedua orang tua penderita ( herediter ) dan faktor lingkungan :5 1. Herediter Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat keluarga yang mengalami mutasi genetik. Faktor genetik hanya 20% -30% berpengaruh pada terjadinya celah bibir atau celah langit-langit. Insiden celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit 1 : 750-1000 kelahiran adapun dilihat dari segi etnis insiden pada ras Asia 1 : 500 kelahiran, ras Kaukasia 1 : 1.750 kelahiran, ras Afrika Amerika 1 : 2000 kelahiran. 2. Lingkungan Lingkungan ikut berperan pada perkembangan embriologi antara lain defisiensi nutrisi, radiasi, beberapa jenis obat, virus, kekurangan vitamin
dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Beberapa jenis obat dan kebiasaan antara lain : phenytoin, alkohol, retinoic acid, perokok dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Faktor lingkungan sebagai penyebab celah bibir dan langit-langit telah banyak diketahui, walaupun tidak sepenting faktor genetik, tetapi faktor lingkungan adalah faktor yang dapat dikendalikan sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan.4 Menurut penelitian di Amerika serikat dari 700 kelahiran terdapat satu kelahiran dengan celah bibir dan langit-langit. Kedua deformitas akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Biasanya celah bibir terjadi secara bersamaan dengan celah langit-langit, hanya kurang lebih 5% celah bibir yang ditemukan tanpa di sertai dengan celah langit-langit. Celah bibir kebanyakan terjadi hanya pada satu sisi saja ( unilateral ) dan lebih dari 20% kasusnya terjadi pada sisi kanan.6 Kejadian celah bibir dan celah langit-langit hampir 45%, di ikuti dengan celah langit-langit saja 35% dan celah bibir saja hampir 20%. Frekuensi kejadian pada laki-laki dua kali lipat dari pada wanita. Celah bibir satu sisi lebih sering dibandingkan dua sisi dan lebih sering terjadi pada sisi kiri, perbandingan insidensi sisi kiri dan sisi kanan adalah 6 : 3. Celah bibir lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan, dengan perbandingan 3 : 2, sedangkan celah langit-langit saja lebih sering terjadi pada anak perempuan.2
Kelainan yang ditimbulkan akibat celah bibir dapat terlihat, terasa dan terdengar maka kelainan tersebut menyebabkan penderitaan bagi pasien. Adanya kelainan ini juga menimbulkan shock barat bagi orang tua. Akibat fisik yang ditimbulkan antara lain berupa kelainan bentuk wajah, rongga mulut, suara, gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang, erupsi dan letak gigi tidak teratur. Hal tersebut mengakibatkan aktifitas makan dan minum terganggu, suara sengau, bicara kurang jelas karena intonasi huruf tidak sempurna. Dampak yang kemudian muncul adalah rasa rendah diri.5,6 Untuk mengatasi keadaan tersebut maka tindakan bedah labioplasty atau palatoplasty perlu dilakukan untuk merekonstruksi celah bibir dan celah langitlangit. Syarat pembedahan mengacu pada “The Rule of Tens”, yaitu berat bayi mencapai 10 pound ( 4,5 kg ), jumlah leukosit dibawah 10.000 per milimeter kubik, HB di atas 10 gr%, dan umur di atas 10 minggu. Sedangakan menurut Fisher, rekonstruksi celah bibir sebaiknya dikerjakan sedini mungkin.7,1 Penanganan dilakukan untuk memelihara fungsi rongga mulut dan usaha mempertahankan perkembangan dan pertumbuhan normal. Agar hasil koreksi celah bibir memuaskan maka perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut : 1). Penyatuan kulit, otot dan membran mukosa yang cermat; 2). Dasar cuping hidung simetris; 3). Lubang hidung simetris; 4). Vermillion border simetris; 5). Bibir harus mencuat dan; 6). Jaringan parut minimal.2 Ada beberapa metode yang bisa di gunakan untuk operasi celah bibir bilateral yaitu Barsky, Straight Line Clossure, Millard, Manchester. Untuk
perawatan celah bibir unilateral dikalsifikasikan kedalam empat kategori besar, yaitu : Linear, Triangular, Quadrangular, Rotation. Sedangkan teknik pembedahan untuk pasien dengan celah palatum meliputi : Von Langenbeck, 2flap, 3-flap (V-to-Y), dan Double Z-plasty (Furlow) bedah palatum. Pemilihan metode ini di dasarkan pada kondisi kelainan celah bibir pada masing-masing pasien.1,8,9 Metode Barsky digunakan untuk celah bibir bilateral dengan prolabium yang pendek, dengan metode ini bisa memperpanjang prolabium. Straight Line Clossure digunakan untuk celah bibir bilateral komplit dengan prolabium yang panjang. Metode Millard bisa digunakan untuk celah bibir bilateral komplit maupun
inkomplit,
dapat
digunakan
untuk
memperpanjang
prolabium,
kekurangan dari metode ini membutuhkan operasi bertahap. Metode Menchester digunakan untuk celah bibir bilateral tingkat ringan, sedang sampai berat. Keuntungannya yaitu : Mucocutan junction dapat dipertahankan, bentuk rekonstruksi bibir sesuai anatomi, jaringan parut yang terbentuk sangat minim, kekurangan dari metode ini tidak bisa menambah panjang pada pada kasus celah bibir bilateral dengan prolabium yang pendek.1 Teknik Von Langenbeck mengacu terhadap pentingnya memisahkan oral dan kavitas nasal. Keuntungan teknik ini yaitu dengan sedikitnya dilakukan diseksi serta tekniknya juga sederhana. Kerugian dari teknik ini adalah tidak bertambahnya panjang palatum, di sebabkan oleh keterbatasan dalam penutupan secara tepat dan celah tambahan. Teknik 2-flap merupakan cara yang paling umum digunakan untuk penutupan celah komplit. Tidak terdapat penambahan
lebar yang biasanya dilakukan untuk penutupan terhadap setiap celah pada alveolar pada metode ini dalam perbaikannya. Keuntungannya yaitu berkurangnya insiden terhadap fistula posterior. Teknik Doble Z-plasty sulit dilakukan pada celah yang lebar, akan tetapi merupakan metode yang baik digunakan ketika celah cukup sempit atau jika terdapat celah submukosa.8,10 Untuk mengetahui keberhasilan operasi maka perlu dilakukan evaluasi pasca operasi labioplasty atau palatoplasty yaitu dengan pemeriksaan subyektif melalui wawancara yang meliputi : 1) keluhan dari segi bicara, 2) keluhan dari segi fungsi makan dan minum, 3) perubahan perilaku setelah dilakukan operasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan obyektif meliputi : 1) berhasil tidaknya operasi dengan melihat kondisi klinis pada luka operasi terjadi penutupan sempurna atau tidak, 2) ada tidaknya fistula, 3) penyambungan bibir atau palatum.5 Pada kesempatan ini penulis akan menguraikan lebih lanjut mengenai halhal yang dapat menyebabkan kelainan celah bibir dan langit-langit serta penatalaksaan atau perawatan terhadap celah bibir dan langit-langit.
1.2 Rumusan Masalah Apa saja teknik operasi celah bibir dan langit-langit yang digunakan di Sulawesi Selatan pada tahun 2010-2013 ?
1.3 Tujuan penelitian Untuk mengetahui apa saja teknik operasi celah bibir dan langit-langit yang digunakan di Sulawesi Selatan pada tahun 2010-2013
1.4 Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi di bidang kesehatan mengenai teknik perawatan celah bibir dan langit-langit.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Celah bibir merupakan keadaan kongenital (kadang-kadang melibatkan tulang rahang atas) berupa cacat pertumbuhan sepanjang garis fusi normal jaringan bibir, mengakibatkan timbulnya celah atau fisur. Celah langit-langit merupakan kurangnya fusi sepanjang garis perkembangan normal dari palatum. Bisa terjadi secara unilateral atau bilateral,komplit atau inkomplit.5,11 Pada operasi celah bibir dan langit-langit yang dilakukan di Sulawesi Selatan pada tahun 2010-2013 sebanyak 207 pasien dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan operasi yang digunakan. Untuk operasi celah bibir unilateral teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik linear atau Straight line closure. Sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Quadrangular. Pada celah bibir bilateral teknik operasi yang paling banyak digunakan yaitu teknik Barsky, sedangkan teknik yang paling jarang di gunakan teknik Manchester. Kemudian untuk operasi celah palatum teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik 2-flap sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Von Langenbeck. 5.2 Saran Kejadian celah bibir dan langit-langit dapat dicegah pada masa kehamilan yaitu dengan mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok, konsumsi alkohol dan
konsumsi obat yang berlebihan, selain itu dapat pula dicegah dengan banyak mengkonsumsi asam folat yang dapat mengurangi insiden terjadinya celah bibir dan langit-langit. Dapat dilakukan penelitian selanjutnya yang serupa untuk mengetahui distribusi terjadinya celah bibir dan langit-langit serta teknik operasi yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Gunarto SA, Prihatiningsih. Rekonstruksi celah bibir bilateral pada pasien pasca operasi labioplasti, Maj Ked Gi;2008:15(2): 121-4 2. Wulandari PD, Soelistiono. Labioplasty metode barsky dengan anestesi lokal pada penderita celah bibir bilateral inkomplit, Maj Ked Gi;2008: 15(2): 131-4 3. Artono AM, Prihatiningsih. Labioplasty metode barsky dengan pemotongan tulang vomer pada penderita bibir sumbing dua sisi komplit di bawah anestesi umum, Maj Ked Gi;2008; 15(2): 149-152 4. Arumsari Asri, Kasim Alwin. Embriogenesis celah bibir dan langit-langit akibat merokok selama kehamilan, Majalah PABMI; 2004:2:268-271 5. Astuti TR Elizabeth, Rahmat MM, Rahardjo, Evaluasi klinis pasca palatoplasti di poliklinik bedah mulut rumah sakit umum pusat dr.sardjito yogyakarta 2006-2009, J Ked Gi; 2010:1: 21-8 6. Sianita P Pricillia, Alawiyah T. Kelainan celah bibir serta langit-langit dan permasalahannya dalam kaitan dengan interaksi sosial dan perilaku, JITEKGI; 2011: 8(2):42-6 7. Pedersen W Gordon. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Purwanto Basoeseno,editor. Jakarta: EGC;1996. hal 8. Riden K. Oral & maxillofacial surgery. United Kingdom: BIOS; 1998.p.79-80 9. Demke C Joshua, Tatum A Sherard. Analysis and evolution of rotation prinsiples in unilateral cleft lip repair, JPRAS; 2011: 64: 313-8 10. Ross. Treatment variables affecting facial growth in unilateral cleft lip and palate Part 4: Repair of the Cleft Lip, Cleft Palate Journal:1987: 24: 46-50
11. Harty FJ.Kamus kedokteran gigi. Narlan Sumawinata,editor. Jakarta: EGC, 1995. 12. Bishara E Samir. Textbook of Orthodontics. Philadephia: A Harcourt health sciences company; 2001.p. 17-23 13. Rahardjo Pambudi. Ortodonti dasar. Surabaya : Airlangga University Press;2009.hal.188-193 14. Barbara Anderson RN BSN, Cynthia K Anonsen MD, Cassandra Aspinall MSW, dkk. Cleft lip and palate. 2003.p. 1-21 15. Pujiastuti nurul, Hayati Retno. Perawatan celah bibir dan langitan pada anak usia 4 tahun, Ind J Dent: 2008: 15 (3): 233-4 16. Primasari ameta. Peranan gen pada kelainan celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit nonsindromik, M I Kedokteran Gigi: 2009:24: 6-7 17. Soelistiono H. Operasi celah bibir unilateral komplit usia 6 bulan dengan teknik Cronin,M.I. Kedokteran Gigi: 2006:21: 69-73 18. Han
Honginsik
MD.
Unilateral
cleft
lip
repair,
Avaible
at
http://www.emedicine.com/plastic/topic170.htm Diakses 12 Januari 2013 19. Archer W Harry 1975. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol. III. W. B. Saunders Co: Philadelphia-London-Toronto 20. Hoffman Saul,Wesser David, Calostypis Fanny, Simon E Bernard. The rotation-advancement technique (millard) as a secondary prosedure in cleft lip deformities,New York 21. Patterson J Larry. Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed.st.Louis Missouri: The CV Mosby;2003.p.633-40
22. Kaban B Leonard, Troulis J Maria. Pediatric oral and maxillofacial surgery. Philadelphia: Sounders; 2004.p. 415 23. Hector O.O, Abubakar H, Wasiu L. A. Survey of Management of Children With Cleft Lip and Palate in Teaching and Specialist Hospitals in Nigeria. The Cleft Palate-Craniofacial Journal: March 2011, Vol. 48, No. 2, pp. 150-155. 24. TJ. Sitzman, JA Girotto, JR Marcus. Curent surgical practice in cleft care : unilateral cleft lip repair. Duke university Medical durham, USA 25. Paranaiba RML, De almeida, de Barros Martelli BRD, Junior ODJ, Junior MH. Current surgical technique for cleft lip in Minas Gerais Brazil. 2009. Braz J Otorhinolaryngol; 75(6): 839-43