TAWASSUL DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
Zuherni AB Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Kompleks Asrama Haji, Kota Banda Aceh
ABSTRACT The relevance of the concept of intermediation (tawassul) is an established fact. Intermediation (tawassul) its self is a two fold act: on the one hand, it acknowledges the humility and helplessness of the creature who has a pressing need to be fulfilled; on the other hand, it asserts the superiority of an act which has been hallowed by divine sanction, or of a personage who enjoys divine approval through a series of noble deeds. The idea behind intermediation (tawassul) is not to supplant divine authority but to facilitate the acceptance of human needs through the act of prayer. Thus the act of intermediation involves a sliding-scale of graded functions: at the bottom is the humble creature who hopes for a favorable divine response; in the middle is the sanctified act or the personage who has developed closer affiliation with God through meditation, prayer and human service and at the top is God Himself Who Alone possesses the power to grant the prayer.
Kata Kunci: Tawassul, tasawuf, al-Qur’an
PENDAHULUAN Kehambaan manusia akan kelemahannya merupakan fakta bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang amat sangat atas kebaikan Allah. Allah, dengan demikian adalah tempat mengajukan permohonan, maka berdoa adalah sarana untuk pelaksanaannya. Dalam konteks komunikasi dua arah ini, maka dapat disebutkan jika wahyu adalah cara Allah membahasakan maksud-Nya kepada manusia, maka berdoa merupakan respon terhadap pembicaraan tersebut. 1 Dengan syarat-syarat tertentu, setiap doa yang dipanjatkan manusia dijamin akan terpenuhi, sesuai dengan firman Allah sendiri yaitu pada QS: Ghafir: 60.
_____________ 1
Toshihiko Izutsu, God and Man in The Quran,Kuala Lumpur, Islamic Book Trust, 2008,
211 Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
155
Dan Tuhan kamu berfirman: "Berdoalah kamu kepadaKu niscaya Aku kabulkan doamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong berdoa kepadaku, akan masuk ke dalam neraka jahannam dalam keadaan hina.2 Fakta selanjutnya adalah dalam kondisi normalnya, manusia tidak mempunyai cukup keberanian diri untuk melaksanakan doa, dimana ia menyadari syarat syarat yang dipunyai kurang memadai untuk makbulnya doa tersebut, maka alternatif solusinya adalah dengan bertawassul. Tawassul ini sendiri dipahami sebagai sarana atau perantara untuk menutupi kekurang-percayaan dirinya yang bertujuan agar permohonannya dapat disahuti oleh Allah. Perantara yang dimaksud seseorang atau sesuatu yang dinilai mempunyai kelebihan dan nilai ekstra.3 Dalam konteks ini tentunya perantara bukanlah tujuan akhir, ia adalah sarana serta perantara. Tujuan utama sejatinya adalah Allah, ridha-Nya dan ampunan-Nya Berdasarkan asumsi dan keyakinan tersebut, maka tulisan ini akan melihat sejauh mana pandangan Al-Qur’an sendiri terhadap tawassul berikut dukungan dari hadits, baik yang secara literal mendukung praktik tersebut, maupun memberikan batasan-batasannya. PENGERTIAN TAWASSUL Wasilah menurut bahasa ialah sesuatu yang dapat mendekatkan kepada yang lain. Di dalam Lisan al-‘Arab dinyatakan: Wasilah bermaksud al-manzilatu inda al-maliki yang berarti satu kedudukan di sisi raja. Diartikan juga dengan aldarjah (derajat) dan al-qurbah (dekat). Wasilah ‘amala ‘amalan taqarruba bihi ilahi Ta’ala. (Dia mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah).4 Dalam Munjid disebutkan pula bahwa wasilah berarti sesuatu yang didekatkan kepada yang lain.5 Ibnu Katsir menyebutkan Wasilah ialah sesuatu yang menyampaikan kepada maksud, dan nama sebuah tempat kediaman Rasulullah saw dalam surga, yang paling dekat dengan ‘Arasy.6 DALIL-DALIL TENTANG TAWASSUL Dalil dari al-Qur’an Hidup mati kita adalah milik Allah, inilah yang menjadi alasan mengapa Allah menjadi tujuan utama hidup sekalian manusia. Untuk kepentingan ini pula dalam banyak kesempatan al-Qur’an mengulas sejumlah dalil yang menguatkan formulasi dalam proses pendekatan diri manusia dengan Allah. Berikut ini dapat kita temui bagaimana antusiasnya Allah menerima setiap diri dengan segala ketaatannya menuju kepadaNya. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah: 35
_____________ 2
QS: Ghafir (40) :60 Ibn Taymiyyah, Majmu’ Fatawa, Beirut: Dar al-Wafa, 2005, hal 143. 4 Ibn Mandhur, Lisan al-‘Arab, Beirut: Dar al-Fikr, tt, jilid II, 725. 5 Al-Munjid fi al-Lughah wa al-a’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 2005, 900. 6 Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Adhim, Dar Thaibah, 1999, 103. 3
156
Zuherni ab: tawassul dalam pandangan al-qur’an
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.7 Surat Al-Isra’, 57:
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.8 Maksud ayat di atas adalah Nabi Isa, para malaikat dan 'Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah. Lafaz wasilah dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul terhadap zat para nabi dan orang-orang shalih baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik. Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sebelum Nabi Muhammad. Surat Yusuf ayat 97 mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf yang memohon ampunan kepada Allah melalui perantara ayahandanya yang juga nabi dan rasul, yakni Nabi Ya’qub. Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan untuk putera-puteranya. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). N. Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".9
Ummat Nabi Musa berdoa menginginkan selamat dari azab Allah dengan meminta bantuan Nabi Musa agar berdoa kepada Allah untuk mereka. Bahkan secara eksplisit menyebutkan kedudukan Nabi Musa as sebagai nabi dan utusan Allah, sebagai wasilah terkabulnya do'a mereka. Hal ini ditegaskan dalam ayat berikut: _____________ 7
QS: Al-Maidah (5): 35. QS: Al-Isra (17): 57. 9 QS: Yusuf (12):97-98. 8
Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
157
Dan apabila azab yang tersebut itu menimpa mereka, mereka berkata: "Wahai Musa! mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami Dengan (kehormatan) pangkat Nabi Yang diberikanNya kepadamu (yang menjadikan permohonanmu senantiasa makbul). Sesungguhnya jika Engkau hapuskan azab itu daripada kami, tentulah Kami akan beriman kepadaMu, dan sudah tentu Kami akan membebaskan kaum Bani Israil (pergi) bersamamu".10
Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah dalam surat al-Nisa’: 64 bahkan dengan janji taubat mereka pasti akan diterima. Syaratnya, yakni mereka harus datang ke hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah di hadapan Rasulullah yang juga mendoakannya. Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.11
Dalil dari hadits Tawassul kepada nabi Muhammad saw dalam masa hidupnya.
ِ ِ ال َح َّدثَِِن أَِِب َعحب ُد اللَّ ِه بح ُن الح ُمثَ ََّّن َحدَّثَنَا ح َ َي ق َ َاْلَ َس ُن بح ُن ُُمَ َّم ٍد ق ُّ صا ِر َ ال َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بح ُن َعحبد اللَّه حاْلَنح ٍ ِس ب ِن مال ِ َّاْلَط ٍ ََع حن ُُثَ َامةَ بح ِن َعحب ِد اللَّ ِه بح ِن أَن َّ ك أ اب َر ِض َي اللَّهُ َعحنهُ َكا َن إِذَا َن ُع َمَر بح َن ح َ س َع حن أَنَ ِ ح ِ ِاس بح ِن َعحب ِد الحمطَّل ِ َّاستَ حس َقى بِالح َعب ك بِنَبِيِّ نَا فَتَ حس ِقينَا َوإِنَّا َ ب فَ َق َ ال اللَّ ُه َّم إِنَّا ُكنَّا نَتَ َو َّس ُل إِلَحي قَ َحطُوا ح ُ .ال فَيُ حس َق حون َ َاس ِقنَا ق َ نَتَ َو َّس ُل إِلَحي ك بِ َع ِّم نَبِيِّ نَا فَ ح Riwayat Bukhari: dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:"Ya Tuhanku sesunggunya kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlah hujan kepada kami, lalu turunlah hujan.12 Nabi Muhammad saw melakukan tawassul _____________ 10
QS: Al-‘Araf (7): 137. QS: Al-Nisa’ (4): 64. 12 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-‘Ilmiyyah, 1998, 540. 11
158
Zuherni ab: tawassul dalam pandangan al-qur’an
ِ ِ ِ اْلَ حه ِم َحدَّثَنَا ض ُل بح ُن الح ُم َوفَّ ِق أَبُو ح ُّ ُّس ََِت ي َحدَّثَنَا الح َف ح َ َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بح ُن َسعِيد بح ِن يَِز يم الت ح َ يد بح ِن إبح َراه ٍ ِوق عن ع ِطيَّةَ عن أَِِب سع ِ ُ ال رس ٍ صلَّى اللَّهُ َعلَحي ِه َو َسلَّ َم َم حن يد ح َ َي ق ِّ اْلُ حد ِر َ ُف َ ول اللَّه ضحي ُل بح ُن َم حرُز َ ح َ َ ح ُ َ َ َال ق َ ِِ َّ ال اللَّه َّم إِ ِِّّن أَسأَلُك ِِب ِّق ِ َّ خرج ِمن ب يتِ ِه إِ ََل ِ َ ُك وأَسأَل اي َه َذا فَِإ ِِّّن َ السائل َ َ َ ح َح ني َعلَحي َ َ ح َ َ ح ُ َ الص ََلة فَ َق َ ََ ك ِبَ ِّق ََح ِ َ َشرا وََل بطَرا وََل ِرياء وََل ُسُحعةً وخرجت اتِّ َقاء سخ ِط ك أَ حن َ َُسأَل َ ِضات َ ك َوابحتغَاءَ َم حر َخ ُر حج أ َ ً َ َ ً َ َ ً َ َ َ َ َ ح ُ َ ُ ح ََلح أ ح ك فَأ ح ِ ِ ُّ تُعِي َذِِّن ِم حن النَّا ِر َوأَ حن تَ حغ ِفر ِِل ذُنُ ِوِب إِنَّهُ ََل يَ حغ ِفر َ وب إََِّل أَنح ُاستَ حغ َفَر لَه ت أَقح بَ َل اللَّهُ َعلَحيه بَِو حج ِهه َو ح َ ُالذن ُ َ ٍ َف مل ِ .ك َ َسحب عُو َن أَلح Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda: ”Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan shalat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu”, maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya.13 Macam-macam Tawassul Dalam pandangan Ibn Taymiyyah tawassul secara umum terbagi pada dua macam: Pertama adalah tawassul yang dibenarkan syara’, yaitu tawassul kepada Allah dengan Asma dan Sifat-Nya, dengan amal shalih yang dikerjakannya atau melalui doa orang yang shalih yang masih hidup. Yang kedua Tawassul yang dilarang Adapun wasilah yang dilarang, adalah berwasilah kepada sesuatu yang menurut keyakinannya, dapat memberikan manfaat dan mudharat kepadanya. Wasilah seperti ini dapat menjerumuskan orang ke dalam syirik, sebagaimana yang dilakukan orang di zaman jahiliyah.14 Secara detail berikut ini penjelasan Ibn Taymiyyah tentang pembagian kedua jenis tawassul diatas: Tawassul yang dibenarkan syara’: 1. Tawassul dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah Tawassul dengan cara ini dilakukan seseorang yang memulai doanya kepada Allah dengan mengagungkan, membesarkan, memuji, mensucikan terhadap zat-Nya yang Mahatinggi, nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifatNya yang tinggi kemudian berdoa dengan apa yang dia inginkan dengan menjadikan pujian, pengagungan dan pensucian ini hanya untuk Allah, dengan pengharapan Allah akan mengabulkan apa yang dia pinta. Tawassul dengan cara ini didasarkan pada sebuah dalil al-Qur’an berikut:
_____________ 13 14
Imam Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Dar al-Fikr, 1996, 770. Ibn Taymiyyah, Majmu’ Fatawa..., 201.
Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
159
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.15 2. Seorang muslim bertawassul dengan amal shalihnya Allah berfirman: (Yaitu) orang-orang yang berdo’a: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.16 3. Tawassul kepada Allah dengan doa orang shalih yang masih hidup Jika seorang Muslim menghadapi kesulitan atau tertimpa musibah besar, namun ia menyadari kekurangan-kekurangan dirinya di hadapan Allah, sedang ia ingin mendapatkan sebab yang kuat kepada Allah, lalu ia pergi kepada orang yang diyakini keshalihan dan ketakwaannya, atau memiliki keutamaan dan pengetahuan tentang al-Quran dan Sunnah, kemudian ia meminta kepada orang shalih itu agar berdoa kepada Allah untuk dirinya, supaya ia dibebaskan dari kesedihan dan kesusahan, maka cara demikian ini termasuk tawassul yang dibolehkan. Tawassul yang dilarang 1. Tawassul yang mengarah pada syirik اآل Ingatlah! (hak Yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah Segala Ibadat dan bawaan Yang suci bersih (dari Segala rupa syirik). dan orang-orang musyrik Yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi Pelindung dan Penolong (sambil berkata): "Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya mereka mendampingkan Kami kepada Allah sehampir-hampirnya", - Sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang-orang Yang tidak melakukan syirik) tentang apa Yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang Yang tetap berdusta (mengatakan Yang bukan-bukan), lagi senantiasa kufur (dengan melakukan syirik).17
_____________ 15
QS: Al-‘Araf (7) : 180. QS: Ali Imran (3) : 16. 17 QS: Al-Zumar (39) : 3. 16
160
Zuherni ab: tawassul dalam pandangan al-qur’an
2. Tawassul terhadap anggapan sesuatu mendatangkan manfaat dan mudharat Tawassul dengan anggapan bahwa sesuatu itu akan mendatangkan manfaat maupun mudharat terhadap dirinya. Larangan tersebut ditegaskan lewat firman Allah dalam Q.S. Yunus: 18 : Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa`atan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).18
3. Tawassul dengan makhluk Tawassul inipun tidak dibolehkan, karena dua alasan: pertama, bahwa Allah tidak wajib memenuhi hak atas seseorang, tetapi justru sebaliknya, ketaatan adalah faktor utama dimana Allah menganugerahi hak tersebut kepada makhlukNya, yang sama sekali berbeda dengan balasan sesama makhluk. Ini dijelaskan secara tegas dalam ayat berikut:
ِ َّ ِ ِ ِ ولَ َق حد أَرسلحنَا ِمن قَبلِك رس ًَل إِ ََل قَوِم ِهم فَجاء صُر َجَرُموا َوَكا َن َحقِّا َعلَحي نَا نَ ح َُُ ح ح ين أ ح ُُ َ حَ ح ح َ وه حم بالحبَ يِّنَات فَانحتَ َق حمنَا م َن الذ ِِ ني َ الح ُم حؤمن “Dan adalah hak Kami menolong orang-orang yang beriman.19 Kedua, hak yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya, adalah hak khusus bagi diri hamba tersebut. jika ada yang bertawassul dengannya, padahal dia tidak mempunyai hak berarti ia bertawassul dengan perkara asing yang tidak ada kaitannya antara dirinya dengan hal tersebut dan itu tidak bermanfaat untuknya sama sekali. KESIMPULAN Tawassul adalah berdoa kepada Allah melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang shalih yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. Sehingga tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah. Seseorang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantara berupa sesuatu yang dicintainya, dengan keyakinan bahwa Allah juga mencintai perantara tersebut. Seseorang yang bertawassul, dengan aturan-aturan yang ada, tidak dibenarkan meyakini perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan mudharat kepadanya. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan _____________ 18 19
QS: Yunus (10): 18. QS: Rum (30) : 47.
Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, juli 2011
161
perantaraan menuju Allah itu bisa memberi manfaat dan mudharat, maka tawassul seperti akan menjerumuskan seseorang dalam perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan mudharat sesungguhnya hanyalah Allah semata. Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdoa agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan hamdalah dan shalawat dan meminta doa kepada orang shalih. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar doa yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah. Dengan demikian, tawassul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan.
DAFTAR PUSTAKA Al-Munjid fi al-Lughah wa al-a’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 2005. Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Adhim, Dar Thaibah, 1999. Ibn Mandhur, Lisan al-‘Arab, Beirut: Dar al-Fikr, tt, Ibn Taymiyyah, Majmu’ Fatawa, Beirut: Dar al-Wafa, 2005. Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-‘Ilmiyyah, 1998. Imam Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Dar al-Fikr, 1996. Toshihiko Izutsu, God and Man in The Quran,Kuala Lumpur, Islamic Book Trust, 2008.
162
Zuherni ab: tawassul dalam pandangan al-qur’an