TATA LETAK RUMAH TRADISIONAL MADURA DI DESA MANGARAN SITUBONDO Kurnia Wulan Suci Nur Azizah1, Antariksa2, Abraham Mohammad Ridjal2 1Mahasiswa 2Dosen
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat Email penulis:
[email protected]
ABSTRAK Desa Mangaran merupakan salah satu desa yang masih memiliki dan menerapkan tata letak permukiman tradisional Madura asli. Etnis Madura pendhalungan yang berada di Desa Mangaran menjadi satu hal yang menarik untuk diteliti terutama pada tata letak permukiman tradisionalnya. Banyak faktor yang mempengaruhi rumah tradisionalMadura di Desa Mangaran sehingga menimbulkan perbedaan dengan rumah tradisional asli di Pulau Madura. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tata letak dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya rumah tradisional Madura di Desa Mangaran, Kabupaten Situbondo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan teknik populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan beberapa tata letak kelompok rumah tradisional Madura di Desa Mangaran yang berubah. Perubahan tersebut terlihat dari penambahan, pengurangan, dan perubahan letak rumpun rumah tradisionalnya. Terdapat tiga faktor yang sangat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain man (manusia), society (sosial), dan network (jaringan). Kata kunci: Tata letak, Rumah tradisional, Madura
ABSTRACT Mangaran village is one of the village that still has and implement the layout of the original Madurese traditional settlement. Trasmigration happened linear to the Java Island, causing acculturation between Java and Madura called pendhalungan. Pandhalungan Madurese ethnic in Mangaran village to be one of the thing that is interesting to study especially on the layout of the traditional settlement. There are many factors affect Madurese traditional house in Mangaran village causing the difference with the original Madurese traditional house on the Madura Island. The result of research goal are to identify and to analyze the layout and the factors that influence the formation of Madurese traditional house in Mangaran village, Situbondo. The reaserch methode is using a descriptive qualitative with population approach. The results of this study show that found several layout of Madurese traditional house has changed. These changes are reflected on the addition, subtraction, and changing location of traditional’s clumps house. There are three factors that influence these changes, such as man, society, and the network. Keywords: The arrangement, tradisional houses, Madura
1.
Pendahuluan
Arsitektur tradisional merupakan warisan budaya lokal yang mencerminkan nilai-nilai luhur serta keseharian masyarakat di suatu daerah. Salah satu kebudayaan yang tersebar luas, khususnya di Pulau Jawa ialah kebudayaan Madura. Dewasa ini, banyak terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota dan juga sebaliknya yang
mengakibatkan banyaknya masyarakat pendatang yang menempati daerah tersebut. Terdapat trasmigrasi linier yang dilakukan secara besar-besaran dari Madura ke Jawa sehingga menyebabkan akulturasi budaya antara yang disebut dengan pendhalungan. Secara etimologis, konsep pendhalungan berasal dari kata dalung yang berarti “dulang besar terbuat dari logam” (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1985). Desa Mangaran merupakan desa yang berdekatan dengan Pulau Madura, yaitu berada di ujung Utara sehingga menyebabkan banyak penduduk Madura yang menetap dan menikah dengan warga Desa Mangaran. Selain itu, Desa Mangaran merupakan salah satu desa yang masih menerapkan tata letak permukiman tradisional Madura asli. Budaya kekerabatan yang menjadi faktor pembentuk tata letak rumah tradisonal Madura adalah ciri khas menetap pada satu keluarga. Namun dengan adanya perbedaan geografis, tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan pola tata letak rumah tradisonal Madura. Penelitian yang mengambil objek Desa Mangaran belum banyak dilakukan sebelumnya, sehingga kajian mengenai tata letak rumah tradisional Madura sangat diperlukan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tata letak dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya rumah tradisional Madura di Desa Mangaran, Kabupaten Situbondo. 2.
Metode
2.1
Teori Permukiman
Pengertian dasar permukiman menurut Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya setiap manusia pasti membutuhkan tempat untuk tinggal, bernaung, dan berlindung. Menurut Dwi&Antariksa (2005: 79) menyebutkan bahwa Sifat dari tata letak permukiman secara umum yaitu, terbentuk dari beberapa sifat dan hubungan faktor-faktor yang berbeda serta nantinya akan mengakibatkan terbentuknya persebaran suatu permukiman. Selain itu, faktor ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, serta pengaruh politik merupakan faktor-faktor yang sangat menentukan terbentuknya Tata letak dan struktur lingkungan fisik. Dwi Ari & Antariksa (2005:79) membagi beberapa kategori pola permukiman berdasarkan bentuknya menjadi beberapa bagian, antara lain: 1. Pola permukiman berbentuk memanjang, terdiri dari memanjang mengikuti jalan, garis pantai, dan sungai; 2. Pola permukiman berbentuk persegi panjang; 3. Pola permukiman berbentuk kubus; dan 4. Pola permukiman berbentuk melingkar. 2.2
Teori Pola Permukiman
Setiap tata letak yang terbentuk tidak hanya menunjukkan tatanan ruangnya saja tetapi juga memiliki beberapa rangka struktur pembentuk ruang yang di dalamnya mengandung makna centres dan axes yang terdapat pada komposisi ruang. Jayadinata (1992: 46-51) telah menjelaskan tata letak permukiman yang terbagi menjadi dua, antara lain: a. Permukiman memusat, yaitu permukiman yang letak rumahnya mengelompok (aglomerated rural settlement) yang terdiri dari kurang dari 40 rumah dan
b.
2.3
kampung yan terdiri dari lebih dari 40 rumah bahkan lebih dari rartusan rumah serta di sekitarnya terdapat lahan pertanian, perikanan, peternakan dan lain-lain yang dapat menunjang masyarakatnya mencari nafkah. Pada umumnya, perkampuungan daerah pertanian bentuknya mendekati bujur snagkar; dan Permukiman terpencar, yaitu permukiman yang letak rumahnya terpencar menyendiri (disseminated rural settlement) dan biasanya terdapat di negara bagian Amerika Serikat, Eropa Barat, Australia, Canada, dan lain-lain. Umumnya permukiman tersebut hanya terdapat sebuah rumah petani terpencil namun dilengkapi dengan peralatan yang mendukungnya. Teori Faktor Pembentuk Permukiman
Tata letak permukiman yang telah terbentuk, secara otomatis akan memunculkan beberapa faktor pembentuknya. Adapun beberapa unsur ekistik pada sebuah permukiman menurut (Doxiadis 1968:21), sebagai berikut: 1. Nature (unsur fisik alam), yaitu unsur fisik alami yang merupakan wadah/tempat bagi manusia sebagai seorang individu; 2. Man (manusia), yaitu sebagai individu yang di dalamnya dapat membentuk satu atau lebih kelompok-kelompok sosial; 3. Society (sosial), yaitu suatu kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan dan membutuhkan suatu perlindungan; 4. Shell (tempat berlindung), yaitu tempat berlindung untuk dapat melaksanakan kehidupan; dan 5. Network (jaringan), yaitu perkembangan dari shell yang semakin besar dan semakin kompleks sehingga dapat menunjang berfungsinya lingkungan permukiman. 2.4
Teori Kekerabatan
Sistem kekerabatan yang terbentuk dan terjadi di suatu daerah dalam masyarkat tertentu mempunyai ciri khas dan sangat tergantung pada budaya yang berada di daera tersebut. Kekerabatan merupakan unit-unit sosial terkecil yang terdiri dari beberapa keluarga dan memiliki hubungan darah atau perkawinan. Beberapa pengertian kekerabatan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa hubungan sistem kekerabatan merupakan elemen yang sangat penting dalam stuktur sosial antara individu satu dengan individu lainnya dan merupakan gabungan dari jaringan kompleks, yaitu hubungan darah, perkawinan ataupun bangsa (Isabella 2013). Sistem kekerabatan yang terbentuk dan terjadi di suatu daerah dalam masyarkat tertentu mempunyai ciri khas dan sangat tergantung pada budaya yang berada di daera tersebut. Antariksa (2011) membagi sistem keturunan menjadi tiga macam hubungan kekerabatan, antara lain: 1. Patrilineal (keturunan dari garis ayah) adalah sistem yang membagi dan menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki saja; 2. Matrilineal (keturunan dari garis ibu) adalah sistem yang membagi dan menghitung hubugan kekerabatan melalui garis keturunan perempuan saja; dan 3. Bilateral (keturunan ayah dan ibu) adalah sistem yang membagi dan menghitung hubungan kekerabatan melalui dua garis keturunan, yaitu laki-laki dan perempuan.
2.5
Konsep Permukiman Masyarakat Madura
Pada dasarnya, semua rumah dibangun di bagian Utara halaman dengan sisi depannya menghadap ke arah Selatan. Peletakan dapur dan kandang berada berhadapan dengan perumahan dengan sisi depannya menghadap ke Utara. Hal tersebut bertujuan agar petani dapat dan harus bisa mengawasi istri serta ternaknya. Posisi langgar berada di bagian Barat, menutup pekarangan. Di sekitar pekarangan terdapat tanaman yang membuat sebagian besar dari perumahan tersebut tertutup dari pandangan mata. Di Madura bagian Timur, perumahan petani yang berkelompok menjadi satu disebut dengan taneyan lanjhang (Jonge 1989:13). Jonge (1989: 14) juga menyebutkan bahwa setiap taneyan lanjhang memiliki akses pintu masuk secara resmi. Sebagian besar penduduk Madura pedesaan hidu p secara terpisah di daerah pedalaman dalam rumah-rumah petani dan bergabung dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompokkelompok perumahan tersebut terletak di antara ladang dan persawahan yang saling dihubungkan oleh jalan setapak yang rumit. Biasanya, anak perempuan yang telah menikah tetap tinggal di pekarangan orang tuanya. Sedangkan anak laki-laki yang juga sudah menikah, pindah ke rumah istri atau mengikuti mertuanya (Jonge 1989:14). 3.
Hasil dan Pembahasan
Nature (alam) di Desa Mangaran memiliki karakteristik yang sama, yaitu keadaan geografis yang cenderung panas dan tanah subur. Berdasarkan hasil observasi (pengamatan lapangan) mengenai karakteristik rumah tradisional Madura di Desa Mangaran, dapat ditemukan lima belas kelompokan rumah tradisional Madura dan dibagi menjadi dua jenis, yaitu pola permukiman berkelompok dan pola permukiman linier atau memanjang mengikuti jalan. Berikut akan dibahas lebih jelas berdasarkan pola yang telah dikelompokkan dan peta lokasi permukiman rumah tradisional Madura: 3.1
Tata Letak Rumah Tradisional Madura Berkelompok Pak Kusumo (Pola I)
A.
Man (Manusia) Kelompok rumah tradisional milik Pak Kusumo merupakan salah satu permukiman berkelompok yang menggunakan silsilah keuarga dalam menentukan letak rumah kerabat. Rumah anak pertama berada di ujung Barat sampai ujung Timur merupakan rumah anak terakhir. (Gambar 1) Bangunan tambahan berupa kandang yang terdapat di beberapa rumah (kandang pribadi) R 5
Pintu masuk utama berada berdekatan dengan musholla/ langgar di sebelah Barat
R 6
M
Pintu masuk kedua
R 2 U KM
Musholla/ langgar sebagai penanda taneyan lajhang yang terletak di dekat pintu masuk dan berada di Barat
R 8
R 9
TANEY AN
Pintu masuk utama
R 7
R 3
R 4
Taneyan lanjhang berorientasi BaratKeterangan: Timur Orientasi rumah Musholla/ langgar tinggal/ rumah kerabat, yaitu UtaraRumah kerabat Selatan dan saling Kamar mandi berhadapan (menghadap taneyan Kandang lanjhang)
R 1
Pekarangan/ tegalan berada di samping pola permukiman Kamar mandi terletak berdekatan dengan musholla/ langgar untuk memudahkan saat mengambil wudlu
Pekarangan/ tegalan Sawah keluarga berada di belakang pekarangan/ tegalan
Gambar 1. Pola rumah tradisional Madura Pak Kusumo
Sawah Taneyan lanjhang
B.
Society (Sosial) Musholla/ langgar menjadi tempat sakral dan sebagai simbol keberadaan suatu rumah tradisional Madura. Semua kegiatan keagamaan, kebudayaan dan tradisi serta Mata pencaharian bertani dan wirausaha
Keterangan: R5
Musholla/ langgar
Pintu masuk utama
Rumah kerabat
R 6
Pintu masuk kedua
Kandang Pekarangan/ tegalan
R 2
Taneyan lanjhang Religi
R 3
R 4
R 1
Taneyan digunakan sebagai tempat mengadakan kegiatan keagamaan, yaitu taraweh (bila musholla/ langgar tidak cukup untuk menampung jamah
Kebudayaan dan tradisi Mata pencaharian
R 9
U KM
Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh keluarga pada satu permukiman, berpusat pada musholla/ langgar
Sawah
R 8
TANEYAN
M
Kamar mandi
R 7
Orientasi pelaksanaan semua kegiatan ke Barat
Panggung yang diletakkan di sebelah Barat atau Timur dari permukiman apabila terdapat acara keagamaan Mata pencaharian bertani dan PNS
Gambar 2. Pola kegiatan religi, kebudayaan, dan tradisi serta mata pencaharian di rumah tradisional Madura Pak Kusumo
mata pencaharian yang dilakukan setiap keluarga berpusat di dalamnya dan juga di taneyan lanjhang. (Gambar 2) Setiap rumah tradisional Madura memiliki kelengkapan rumpun taneyan. Kelengkapan rumpun rumah tradisional Madura Pak Kusumo, antara lain: 1. Musholla/ langgar
(a)
(b)
Gambar 3. (a) pintu masuk rumah tradisional Madura dan (b) musholla/ langgar
2.
Kamar mandi
Gambar 4. Kamar mandi di luar bangunan
3. C.
Bangunan rumah yang terdiri dari rumah milik
Shell (Tempat Berlindung) Pada rumah tradisional Madura Pak Kusumo, terdapat beberapa pembagian zona, yaitu publik, privat dan semi publik. Zona publik terdiri dari taneyan lanjhang dan
musholla/ langgar. Zona privat terdiri dari bangunan rumah dan kandang. Sedangkan zona semi publik terdiri dari pekarangan/ tegalan, sawah, dan kamar mandi. Pembagian Pintu masuk utama Pintu masuk kedua
Keterangan:
R5
R 6
R 7
R 8
R 9
TANEYAN
M R 2
R 3
R 4
R 1
U KM
Musholla/ langgar
Pekarangan/ tegalan
Rumah kerabat
Sawah
Kamar mandi
Zona publik
Taneyan lanjhang
Zona privat
Kandang
Zona semi publik
Gambar 5. Pembagian zona pada rumah tradisional Madura Pak Kusumo
zona pada rumah tradisional Madura Pak Kusumo ditentukan berdasarkan pengguna yang menggunakan tempat tersebut. (Gambar 5) Perubahan tata letak yang terjadi di rumah tradisional Madura milik Pak Kusumo, antara lain perubahan bangunan yaitu arah hadap (orientasi) karena faktor pertambahan ekonomi, perubahan tata letak yaitu penambahan dan pergeseran bangunan rumah kerabat. Istri Pak Welly membuka salon kecantikan sehingga rumah yang semula berorientasi menghadap Selatan, berubah orientasi ke Barat (menghadap jalan). Keterangan: R
Pintu masuk utama
Pintu masuk kedua U
R
R
R
R
Musholla/ langgar Rumah kerabat
TANEYAN
M
Kamar mandi R
R
R
R
Kandang
Terdapat kandang di beberapa rumah. Penambahan tersebut terjadi karena Pembangunan ruang tambahan, yaitu toko milik Pak Kusumo kegemaran memelihara berorientasi ke Barat (menghadap jalan) dan terletak di depan hewan ternak dan untuk menambah pendapatan rumah pertama. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan dan besaran ruang yang semakin bertambah serta untuk keluarga mempermudah akses dari dan ke toko tersebut K
Pekarangan/ tegalan Sawah Taneyan lanjhang
Gambar 6. Perubahan bangunan pada rumah tradisional Madura Pak Kusumo Keterangan: R
Pintu masuk utama Pintu masuk kedua
R 6
R 8
R 9
TANEYAN
M
U
R 7
Musholla/ langgar
Pekarangan/ tegalan
Rumah kerabat
Sawah
Kamar mandi
Taneyan lanjhang
Kandang K
R 2
Perubahan pola rumah tradisional Madura
R 3
R 4
R 1
Perubahan arah hadap rumah yang berbeda. Semula menghadap Selatan, namun sekarang menghadap jalan (Barat) Pintu masuk utama
R
R 6
R 8
R 9
TANEYAN
M Pintu masuk kedua U
R 7
R 2
R 3
R 4
R 1
Gambar 7. Perubahan pola pada rumah tradisional Madura Pak Kusumo
Kandang ayam pripadi milik keluarga Pak Murtadha’ dan Pak Iyas
Pola tata letak rumah yang tidak berubah, namun terdapat beberapa rumah tinggal yang telah mengalami perubahan fasad bangunan
Pekarangan / tegalan
Perubahan arah hadap rumah, yaitu ke jalan (barat)
Kandang ayam pribadi milik keluarga Pak Edi Bangunan tambahan, yaitu kamar mandi
Pintu masuk utama permukiman Musholla/ langgar yang berada di sebelah barat
U
Penambahan rumah dan toko pada bangunan Pak Kusumo Pintu masuk kedua pada permukiman
Gambar 8. Perspektif perubahan tata letak pada rumah tradisional Madura Pak Kusumo
Kandang ayam Pak Iyas
Rumah 7 (Pak Iyas)
Rumah 4 (Pak Mur)
Rumah 6 (Pak Saipur)
Rumah 3 (Pak Asis)
Rumah 8 (Pak Welly)
Rumah 1 (Pak Ruddin)
Rumah 5 (Pak Zaini)
Musholla/ langgar
Kandang ayam Pak Edi
Taneyan lanjhang
U
Rumah tambahan milik
Rumah 2 (Pak Kusumo)
Rumah 9 (Pak Edi)
Gambar 9. Perletakan tata letak rumah pada rumah tradisional Madura Pak Kusumo
D.
Network (Jaringan) Terdapat beberapa kebutuhan jaringan yang semakin kompleks sehingga dapat menunjang berfungsinya permukiman rumah tradisional Madura milik Pak Kusumo, antara lain:
1. 2. 3.
4.
Sistem transportasi jalan, yaitu jalan utama pada tata letak rumah trasisional Madura ini berada di sebelah Barat sehingga tata letak rumahnya berhadaphadapan; Jaringan air bersih, yaitu masi h menggunakan sumur galian untuk mempererat hubungan kekeluargaan antar keluarga; dan Jaringan drainase dan sampah, yaitu masing-mamasing-masing rumah telah menggunakan septic tank dan pengelohan sampah dilakukan dengan cara dibakar untuk dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi tata letak rumah tradisional Madura di Desa Mangaran antara lain, nature (alam), man (manusia), society (sosial), shell (tempat berlindung), dan network. Namun terdapat tiga faktor utama sebagai penentu perubahan tata letak rumah tradisional Madura di Desa Mangaran Situbondo, yaitu man (manusia) berupa penggunaan urutan silsilah keluarga dalam meletakkan setiap pembangunan rumah, society (sosial) berupa peningkatan ekonomi yang juga menyebabkan peningkatan mata pencaharian dan naiknya strata sosial di masyarakat, dan network (jaringan) berupa orientasi jalan utama. Daftar Pustaka Antariksa. 2011. Pola Permukiman Tradisional. http://antariksaarticle.blogspot.co.id/2011/01/pola-permukiman-tradisional.html. (diakses 10 Agustus 2015) Doxiadis, C. A. 1968. Ekistics. An Introduction to the Science of Human Settlements. London: Hutchinson & Co (Publishers (LTD). Dwi Ari, I. R. & Antariksa. 2005. Studi Karakteristik Pola Permukiman di Kecamatan Labang, Madura. ASPI. IV (2) : 79-80. Isabella. 2013. Pengaruh Sistem Kekerabatan terhadap Sikap Nasionalisme Masyarakat Batak Toba di Bandar Lampung. Kultur Demokrasi. I (5) Jayadinata, J. T. 1992. Tata Guna Tanah dan Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Bandung: Penerbit ITB. Jonge, H. d. 1989. Madura dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembanagn Ekonomi, dan Islam, Suatu Studi Antropologi Ekonomi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.