ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DISENTRI AMOEBA DI RUANG MELATI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS Tanggal 16-20 Juni 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan Di STIKes Muhammadiyah Ciamis
Disusun oleh : ARINDRIANA BELLAPRILIA NIM : 13DP277008
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN CIAMIS 2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R USIA PRA TODDLER (2 TAHUN) DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DISENTRI AMOEBA DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS TANGGAL 16 s.d 20 JUNI 2016 Arindriana Bellaprilia 2, Ade Fitriani3 INTISARI Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). Berdasarkan data yang di peroleh dari Rekam Medik BLUD Kabupaten Ciamis tahun 2016, Jumlah pasien yang di rawat di ruang Melati akibat Disentri atau Diare adalah sebanyak 96 anak menduduki peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbesar yang dirawat di RSUD Ciamis Ruang Melati. Penyakit Disentri merupakan penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang di kaitkan dengan diare. Hampir 15 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita Disentri. Dampak dari disentri dapat menimbulkan dehidrasi, biasanya karena ketidaktahuan orang tua untuk menanggulangi disentri sehingga pasien harus di rawat bahkan kemungkinan ada yang menimbulkan kematian. Tujuan penulisan adalah Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komperhensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dengan pendekataan proses keperawatan pada klien disentri. Asuhan keperawatan yang dilakukan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi. Hasil selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada An. R dari tanggal 16 Juni sampai 20 Juni 2016 penulis menemukan diagnosa keperawatan yaitu : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Defisit perawatan diri dan kecemasan keluarga, Hospitalisasi. Simpulan : setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 5 hari masalah teratasi semua. Asuhan keperawatan di harapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kerjasama antara perawat, klien dan keluarga maupun dengan petugas kesehatan yang lain, sehingga dapat melakasakan dan memperlancar tindakan dalam upaya proses penyembuhan Disentri pada anak. Kata kunci Kepustakaan Jumlah Halaman
: Disentri, Asuhan keperawatan, Usia Toddler : 14 buah, (2006-2013) : IV BAB, Halaman, Tabel, Gambar, Lampiran Keterangan : 1. Judul Karya Tulis Ilmiah 2. Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis 3. Dosen Pembimbing STIKes Muhammadiyah Ciamis
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian balita dan anak di Dunia mengalami penurunan cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir termasuk di beberapa Negara miskin. Meski demikian, target Millenium Development Goals yang harus dicapai tahun 2015 diperkirakan masih jauh. Badan WHO yang mengurusi anak-anak, Unicef mengungkapkan pada tahun 2010 tercatat jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun (balita) sebanyak 7,6 juta. Angka ini jauh lebih rendah di bandinngkan angka tahun 1990, yaitu sekitar 12.000 kasus/hari di bandingkan 10 tahun silam. Sementara jika dibandingkan dengan angka kelahiran, angka kematian balita berkurang dari 88 kasus menjadi 57 kasus tiap 100.000 kelahiran hidup mencapai 12 juta kematian. Beberapa Negara memang masih mencatat angka kematian yang cukup tinggi, bahkan hampir 50 persen dari angka kematian balita di seluruh dunia terkonsentrasi di 5 negara. Kelima Negara tersebut adalah India, Nigeria, Kongo, Pakistan dan China.(Word Health Organitation, 2014). WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi penyebab penting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare.
1
2
UNICEF
telah
memainkan
peranan
yang
besar
dalam
memperingatkan dunia mengenai beban yang sangat berat akibat penyakit dan kematian yang dialami oleh anak-anak di dunia. Bagaimana pun, dalam beberapa decade penanganan masalah ini di perkirakan bahwa di seluruh dunia 12 juta anak mati setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala awalnya diare (Anderson, 2012). Menurut data tahun 2012 di Indonesia, angka kematian bayi 59,4% dan 47,5% kematian balita terajadi pada usia neonatal, atau ada lebih dari 200.000 balita Indonesia yang meninggal setiap tahunnya. Sedangkan di Malaysia, dengan angka kematian balita sebesar 6.1 kematian per 1000 kelahiran hidup, ada 3.694 kematian balita, jauh lebih sedikit dari pada Indonesia. Sementara di Filipina, yang juga merupakan Negara kepulauan dengan penduduk yang besar, ada sekitar 85.400 kematian balita, tidak sampai setengah dari angka kematian di Indonesia. Angka kematian bayi di bawah usia 1 tahun (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah sebesar 34 kematian per 1000 kelahiran hidup. Dengan kata lain, ada sekitar 157.000 kematian anak setiap tahunnya. Di bandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, angka ini jauh lebih dari Malaysia (3.633 kematian anak per tahun) dan dari Filipina (67.092 kematian anak per tahun).Penyebab kematian utama anak balita adalah : Diare, Pneumonia, Malaria (di daerah Endemis Malaria), dan Campak. (Lancet, 2013).
3
Hasil riset penelitian penyakit disentri di Jawa Barat pada periode 2007-2010 adalah 149 kasus, kelompok usia 0-10 tahun lebih sering terkena disentri sedangkan pada usia >40 tahun lebih sering terkena abses hepar amoeba, jumlah penderita laki-laki adalah 104 penderita sedangkan pada perempuan 45 penderita. (Kemenkes RI, 2011).
Q.S Al-Maidah ayat 88 :
Artinya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (Q.S. Al-Maidah:88).
Ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya agar makan rezeki yang halal dan baik, yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka. “Halal” di sini mengandung pengertian, halal bendanya dan halal cara memperolehnya. Sedangkan “baik” adalah dari segi kemanfaatannya, yaitu mengandung manfaat dan maslahat bagi tubuh, mengandung gizi, vitamin, protein dan sebagainya. Makanan tidak baik, selain tidak mengandung gizi, juga jika dikonsumsi akan merusak kesehatan seperti terkena penyakti Disentri.
4
Berdasarkan data yang penulis temukan di Ruang Melati BLUD Ciamis dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.1 10 Besar Penyakit di Ruang Melati BLUD Ciamis Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Diagnosa Jumlah Thphoid 101 Diare 96 Kejang demam 58 Asthma 31 TB Paru 27 DHF 19 Bronchopheumonia 17 Anemia 11 Gastritis 9 Disentri 6 TOTAL 375 Sumber : (Rekam Medik BLUD Ciamis) 2015
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik BLUD Ciamis tahun 2015, Jumlah pasien yang dirawat di ruang Melati akibat disentri adalah sebanyak 6 anak atau 1,6% anak menduduki peringkat ke 10 dari 10 penyakit terbesar yang dirawat di BLUD Ciamis Ruang Melati. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik BLUD Ciamis tahun 2016 Periode Januari-Mei, Jumlah pasien yang dirawat di ruang Melati akibat disentri tidak termasuk kedalam kategori 10 besar BLUD Ciamis Ruang Melati. Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.
5
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). Disentri yang terjadi pada anak dapat membuat orang tua cemas karena penyakit tersebut dapat berbahaya. Selama disentri/ diare berlangsung, ada kemungkinan anak akan mengalami dehidrasi berat karena kehilangan banyak cairan karena diare. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri. Dampak dari disentri dapat menimbulkan dehidrasi berat, biasanya karena ketidaktahuan orang tua untuk menanggulangi disentri sehingga harus segera di rawat, karena jika dehidrasi berlangsung lama maka akan menimbulkan komplikasi penyakit lain bahkan kemungkinan ada yang menyebabkan kematian. Karena alasan-alasan itu, maka penulis merasa tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara didokumentasikan dalam bentuk karya tulis dengan judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DISENTRI AMOEBA DI RUANG MELATI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS TANGGAL 16 s.d 20 Juni 2016.
6
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komperhensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dengan pendekataan proses keperawatan pada klien disentri. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada anak pada kasus disentri. b. Mampu menentukan diagnose dengan menganalisis data yang diperoleh dari pengkajian kasus disentri. c. Mampu membuat perencanaan keperawatan terhadap masalah yang timbul sesuai dengan prioritas masalah kasus disentri. c. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada anak dengan disentri. d. Mampu
mengevaluasi
asuhan
keperawatan
terhadap
tindakan
keperawatan pada pasien disentri. e. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan disentri.
C. Metode penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah metode dekskriftif yaitu metode yang proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta yang
7
bersifat umum, dengan tehnik studi kasus (memutuskan perhatian pada suatu kasus secara intensif) Adapun tehnik pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapai oleh klien dan merupakan suatu komunikasi yang di rencanakan. 2. Observasi/ Pengamatan Mengamati prilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. 3. Pemeriksaan Fisik Melakukan pemeriksaan fisik yang dipergunakan untuk memperoleh data objektif dan data subjektif dari riwayat kesehatan klien dan keluarga. 4. Studi dokumentasi Salah satu cara untuk mempelajari data-data pada status klien dengan catatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. Meliputi catatan keperawatan, rekam medik, serta catatan lainnya dari Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan Puskesmas. 5. Studi kepustakaan Salah satu cara mendapatkan keterangan sebagai landasan teori dan berbagai referensi,untuk memperoleh data-data klien yang
8
komperhensif perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan
masalah
klien.
Memperoleh
literatur/referensi
sangat
membantu dalam asuhan keperawatan yang benar dan tepat.
D. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penyusunan penulisan dibagi menjadi 4 Bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, metode telaah, serta sistematik penulisan. BAB II
: TINJAUAN TEORITIS Menjelaskan tentang teori yang berisikan teori yang relepan dengan membahas konsep dasar penyakit disentri yang meliputi pengertian, anatomi system pencernaan, etiologi, patofisiologi,
tanda
penatalaksanaan, dampak
penyakit,
dan
gejala
pencegahan, karakteristik
atau
manifestasi,
dampak serta
hospitalisasi,
tinjauan
asuhan
keperawatan pada anak dengan disentri. BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Tinjauan kasus berisikan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan diagnosa,
yang
meliputi
perencanaan
pengkajian,
mencakup
analisa
tujuan,
data,
intervensi,
9
rasionalisasi, implementasi, dan evaluasi serta catatan perkembangan,
pembahasan
kesenjangan-kesenjangan perbandingan
antara
berisikan
yang
ditemukan
pendekatan
teoritis
tentang dari dengan
pelaksanaan keperawatan. BAB IV : SIMPULAN DAN REKOMENDASI Menjelaskan tentang uraian simpulan dari seluruh proses keperawatan dan rekomendasi pada tahap pengkajian dan diagnosa keperawatan, tahap perencanaan keperawatan, tahap pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Disentri a. Definisi Disentri adalah peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer serta terus-menerus (diare). Bahkan, saat buang air besar disertai lendir dan darah. (Dwi Sunar Prasetyono, 2012). Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). (Nanda NicNoc, 2013). Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni : a. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus b. Berak-berak, dan c. Tinja mengandung darah dan lendir Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus 10
11
dinding kolon dan bersarang di bawahnya. Penyakit ini sering kali terjadi karena kebersihan tidak terjaga, baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan. (FKUI, 2007). b. Anatomi Fisiologi 1. Sistem digestif terdiri dari : a) Organ utama: Traktus gastro intestinal b) Organ assesory : (1) Kelenjar saliva (2) Hepar (3) Pankreas (4) Kandungempedu c) Berfungsi : (1) Menyediakan nutrient untuk dikirim kesel (2) Eliminasi makanan yang tidak dapat dicerna
12
Gambar 2.1 Sistem Pencernaan Makanani (Pearce. Evelin C, 2008) 2. Rongga mulut Mulut adalah adalah salah satu organ saluran pencernaan yang pertama, proses pencernaan makanan secara mekanik dan kimiawi sudah dimulai pada bagian ini. Mulut terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
13
a) Bagian luar atau vestibula,yaitu ruangantara gusi, bibir dan pipi (1) Bibir Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Disebelah luar ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). (2) Pipi Dilapisi
dari
dalam
oleh
mukosa
yang
mengandung papilla. b) Bagian dalam atau rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris, palatum, mandibulla dan faring (1) Gigi Gigi terbagi menjadi dua, yaitu : (a) Gigi sulung (b) Gigi tetap Ada empat macam gigi, yaitu : (a) Gigi seri (b) Gigi taring (c) Gigi geraham depan (d) Gigi geraham belakang (2) Lidah Lidah sebagian besar lidah terdiri atas otot.
14
Pada permukaan atas lidah banyak terdapat tonjolan yang disebut papilla. (a) Radiks lingua (b) Dorsum lingua (c) Apeks lingua (3) Kelenjar ludah Kelenjar ludah menghasilkan air liur (saliva). Kelenjar ludah dalam mulut ada tiga pasang, yaitu : (a) Kelenjar parotis, terletak dibawah telinga (b) Kelenjar submandibularis, terletak dirahang bawah (c) Kelenjar sublingualis, terletak dibawah lidah Fungsi ludah Ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan, membasahi, dan melumasi makanan sehingga mudah ditelan. 3. Faring (tenggorokan) Faring adalah penghubung antara rongga mulut dan esophagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar limpa yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
15
4. Esophagus Sebelum ke esophagus pada pangkal tenggorokan terdapat laring yaitu suatu bagian yang memiliki katup yang disebut epiglottis. Esophagus
adalah
tabung
berotot
yang
dilalui
sewaktu makanan mengalir dari mulut ke dalam lambung. Makanan mengalir dibantu dengan gerakan peristaltic 5. Lambung Lambung adalah suatu tempat untuk menyimpan makanan yang telah ditelan untuk sementara waktu. Fungsi lambung: a) Fungsi motorik, mencampur dan mengosongkan b) Funsi pencernaan dan sekresi Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, sintesis dan pencernaan gastrin, sekresi factor intrinsic, sekresi mucus . 6. Hati Hati terletak dibawah sekat rongga badan dan mengisi sebagian besar bagian atas rongga perut sebelah kanan. Hati membuat empedu yang terkumpul dalam kantung empedu.
16
a) Fungsi hati : Menyimpan glikogen. b) Mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa. c) Glukoneogenesis (pelubahab molekul-molekul lemak, protein, dan laktat menjadi glukosa). d) Membentuk
senyawa
kimia
dari
hasil
perantara
metabolism karbohidrat. e) Mempertahankan konsentrasi gula dalam darah. 7. Kelenjar pancreas Pancreas berbentuk huruf U terbaring, terdapat dua macam kelenjar, yaitu : a) Kelenjar endokrin penghasil hormone insulin. b) elenjar eksokrin penghasil getah pancreas. 8. Usus halus Usus halus adalah bagian saluran cerna diantara lambung dan usus besar.Usus halus bergulung mengisi sebagian besar rongga abdomen. 9. Duodnum (usus dua belas jari) Duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke
jejunum.Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus halus dengan panjang sekitar 25 cm. Duodenum digambarkan dalam empat bagian, yaitu :
17
a)
Bagian I
: berjalan kekanan
b)
Bagian I I
: berjalan kebawah
c)
Bagian III
: berjalan mendatar ke kiri dan ke
depan vena cava inferior dan aorta d)
BagianIV
: berjalan keatas bersambungan dengan
jejunum. Lambung melepaskan makanan ke dalam duodenum yang merupakan bagian pertama dari usus. Makana masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bias dicerna oleh usus halus. 10 Jejunum Jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, diantara duodenum dan ileum. Dengan panjang 2-8 meter, 1,2 meter adalah bagian jejunum. Jejunum dan ileum digantung dalam tubuh dengan mesenterium. 11. Ileum Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.Ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum dilanjut oleh sekum.Ileum memiliki Ph antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. 12. Suplai darah usus halus Oleh percabangan arteri mesenterica superior (cabang
18
dari aorta), cabang berhubungan didalam mesenterium oleh sejumlah acarde arteri yang keluar dari cabang terminal. a) Drainage vena usus halus Kedalam vena mesenterika superior dan kemudian kedalam vena porta. b) Drainagelimfeusus halus Ke dalam nodus di dalam mesenterium dan kemudian ke dalam kelenjar aorticus dancisterna chyli. c) Inervasi usus halus Oleh nervus simpatis danparasimpatis (vagus). d) Fungsi usus halus : 1). Sekresi cairan usus 2). Menerima empedu dangetah pankreas 3). Pencernaan makanan 4). Absorbsi air,garam danvitamin e) Gerakan Isi usus sepanjang usus oleh kontraksi segmental pendek dan gelombang rush yang menggerakan isi sepanjang usus lebih cepat. f)
Struktur Membran mukosa, berbentuk banyak lipatan sirkuler atau semi sirkuler atauspiral. Seluruh permukaannya ditandai dengan jutaan vili, vilus adalah tonjolan kecil
19
yang
ditutupi
olah
selapis
sel
dan
mengandung
pembuluh darah, kelenjar limfe, saraf dan serat otot. g) Plak peyeri Plak jaringan limfe pada membran mukosa,sering terdapat pada ileum dari pada jejunum. h) Lapisan submukosa i)
Lapisan muskuler : serat sirkuler dan longitudinal
j)
Peritoneum.
13. Enzim pencernaan a) Enzim Pancreas menghidrolisis Karbohidrat, lemak, dan protein b) Carbonat padasekret pancreas menetralkan asam c) Empedu hati mengemulsikan lemak ke ssus besar atau kolon d) Caecum Kantong lebar terletak pada fossa iliaka dextra.Ileum memasuki sisi kirinya pada lubang ileosekal, celah oval yang dikontrol oleh sfingter otot. 14. Apendiks Tonjolan seperti cacing dengan panjangsampai18 cm dan membuka padacaecum sekitar 2,5 cm dibawah katup ileosaekal.
20
15. Colon ascendenes Kolon asenden membentang dari caecum pada fossa iliaka dektrake sisi kanan abdomen sampai fleksura colica dektra di baah lobus hepatis dektra. 16. Colon transversum Pada fleksura colica dektra colon membelok ke kiri dengan tajang dan menyilani abdomen. 17. Colon desenden Pada fleksura colica sinistra,colon membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri abdomen sampai tepi pelvis. 18. Colon sigmoid Colon sigmoid memiliki beberapa lengkungan didalam pelvis dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan sakrum tempatnya berhubungan dengan rektum. 19. Rectum Rektum memiliki panjang sekitar 12 cm. Rektum dimulai pada pertengahan sakrum dan berakhir pada canalis analis. Berfungsi mengabsorbsi
air, tempat
fermentasi
sisa
pencernaan oleh mikroorganisme menjadi feses 20. Anus Adalah
bagian
dari
saluran
pencermaran
yang
menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus diperkuat oleh 3 sfingter :
21
a) Sfingter ani internus berada diatas, bekerja tidak menurut kehendak b) Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak c) Sfingter ani eksternus berada dibawah, bekerja menurut kehendak. (Meita Shanty, 2011). c. Etiologi Menurut Nanda Nic-Noc (2013) penyebab disentri amoeba adalah sebagai berikut : 1) Bakteri (Disentri basiler) a) Shigella, penyebab disentri terpenting dan tersering (+ 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella). b) Escherichia coli enteroinvasif (EIEC). c) Salmonella. d) Campylobacter jejuni, terutama pada bayi. 2) Amoeba (Disentri Amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia >5 tahun. Menurut FKUI (2007) disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang terdiri atas 3 golongan besar, yaitu :
22
a) Shigella shiga yang banyak terdapat di daerah tropis termasuk Indonesia, Shigella ambiguna, Shigella boydii. b) Shigella flexneri yang sering disebut pula Shigella paradysenteriae, yang terutama terutama terdapat di daerah garis lintang utara. c) Shigella
sonnei
(basilus
Sonne-Duvel)
sifat
organisme ini ialah tidak bergerak, gram negatif, tidak bersimpai dan tidak tahan panas. d. Patofisiologi Menurut FKUI (2007) basil ini membentuk endotoksin, menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus, terutama daerah kolon dan sebagian ileum. Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut, terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan disekitarnya. Berbeda dengan tukak akibat amubiasis yang tidak disertai dengan tanda-tanda peradangan yang khas. Biasanya akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening sekitarnya, tukak tersebut kadang-kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang sampai terjadi perforasi.
23
e. Pathway
Sumber : https://www.google.com/search?q=pathway+disentri Gambar 2.2 Pathway Patofisiologi Disentri
24
f. Tanda dan Gejala Pasien
dengan
disentri
akibat
infeksi
sering
mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai dengan kejang perut, demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik
harus
dihindari.
Kekurangan
cairan
menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti Asidosis Metabolikakan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (labih dari 120 kali/menit), tekanan darah menurun sampai tak teratur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurunkan sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tidak segera diatasi dapat menimbulkan penyulit berupa nekrosis tubular akut. 1) Disentri basiler a) Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
25
b) Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic. Muntahmuntah. c) Anoreksia. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. d) Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi). 2) Disentri amoeba a) Diare disertai darah dan lendir dalam tinja. b) Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari). c) Sakit perut hebat (kolik). d) Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus). (Nanda Nic-Noc, 2013). g. Penatalaksanaan 1) Medik Bila pasien dalam keadaan dehidrasi, diberikan cairan intravena dan selanjutnya diberikan diet yang sesuai dengan toleransi pasien. Kemoterapi dengan preparat sulfat dari golongan sulfonamid misalnya sulfadiazin,
gantrisin
dengan
dosis
100-200mg/kg
BB/hari. Jika terdapat kesulitan pemberian per oral
26
karena pasien muntah-muntah dapat di pertimbangkan pemberian kotrimoksazol secara intravena. Antibiotik yang diberikan kloramfenikol dengan dosis 50-100mg/kg BB/dibagi 4 dosis. Jika tetrasiklin dosis 30-50 mg/kg BB/hari per oral dalam 4 dosis. Prognosis biasanya baik. 2) Keperawatan Masalah pasien tergantung pada frekuensi buang air besarnya.jika diare sering dapat terjadi dehidrasi. Jika penyakitnya berat dapat disertai demam dan kesadaran akan menurun. Masalah utama ialah gangguan rasa nyaman dan aman karena pasien sering sekali buang air besar(dapat lebih dari 10-15 kali sehari disertai adanya tenemus). Pertolongan yang di perlukan yaitu: a) Pemberian obat yang tepat b) Pasien harus isrtirahat di tempat tidur walaupun tidak harus bedrest total karenadai sering buang air besar, untuk menghindari pasien kelelahan
maka harus
ditolong di tempat tidur. Biasanya buang airnya sedikit hanya lendir dan darah, membersihkannya menggunakan tissu yang di basahi kemudian di keringkan lagi dengan tissu (kecuali fesesnya banyak di bersihkan secara biasa). Pasien harus banyak minum.
27
c) Diet. Biasanya pasien di berikan bubur dengan lauk yang tidak merangsang, buah hanya pisang. Jika disentri sudah benar sembuh kembali makanan biasa dan pemberian buah seperti semula. Masalah lain ialah kurangnya pengetahuan orang tua mengenai diare basiler. Penyuluhan yang di berikan sama seperti pada tifus abdominalis sebagai sumber infeksi adalah feses,
dan
lalat
sebagai
penyebarnya.
Kebersihan
lingkungandan cara hidup sehat dapat mencegah penyakit tersebut. (Ngastiyah, 2006). h. Pencegahan Buang airlah ditempatnya dan tidak disembarang tempat, latih anak untuk buang air dikakus. 1)
Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.
2)
Cuci tangan sebelum memasak makanan dan pastikan tangan anda selalu bersih ketika memberikan makan pada bayi atau balita. Pastikan peralatan makan dan minum anak bersih dan tidak terkontaminasi kuman apapun juga.
3)
Untuk bayi usahakan Selalu memasak atau merebus peralatan makan dan minumnya terlebih dahulu.
28
4)
Minum dan makanlah makanan yang sudah dimasak. Hindari
memberikan
makanan
setengah
masak/setengah matang pada anak. 5)
Pastikan air yang dimasak benar-benar mendidih.
6)
Berikanlah
ASI
selama
mungkin
kepada
anak,
disamping pemberian makanan lainnya. 7)
Bayi yang minum susu botol lebih mudah terserang diare dari pada bayi yang disusui ibunya.
8)
Tetap menyusui anak walaupun anak terserang diare.
9)
Pastikan
tangan
sipengasuh
tetap
bersih
ketika
mengasuh anak atau memberikan makan dan minum pada anak. 10) Jaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.(Odasunrisenurse. 2011).
2. Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Toddler a. Cemas karena perpisahan Balita belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita. Hubungan anak dengan ibu akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
29
1) Tahap Protes (Phase of Protest) Tahap
dimanifestasikan
dengan
menangis
kuat,
menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal, dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal, anak menyerang dengan rasa marah, seperti mengatakan “pergi”. Prilaku tersebut dapat
berlangsung
dari
beberapa
jam
sampai
beberapa hari. 2) Tahap Putus Asa (Phase of Despair) Pada tahap ini, anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regrasi (misalnya : mengompol atau mengisap jari) 3) Tahap Menolak (Phase Of Denial) Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang lain.
30
b. Kehilangan Kendali Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran
sakit.
Anak
akan
bereaksi
terhadap
ketergantungan dengan negatifistis, terutama anak akan menjadi cepat marah dan agresif. (Nursalam, 2008). 3. Dampak penyakit terhadap kebutuhan dasar Manusia a. Ketidak seimbagan cairan dan elektrolit dalam tubuh Terdapatnya makanan atau zat makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meningkat dalam rongga usus, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam usus. Isi rongga usus akan terangsang untuk
mengeluarkannya
karena
berlebihan,
sehingga
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan apabila tidak segera diatasi akan mengakibatkan asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah, dan pasien akan jatuh kedalam shock. b. Kebutuhan nutrisi Pasien yang mengalami diare biasanya juga mengalami anoreksia, sehingga masukan nutrisi dan cairan tidak adekuat tetapi pengeluaran cairan dalamtubuh bertambah.
31
Akibatnya tubuh menjadi kehilangan nutirisi. Kurangnya nutrisi akan bertambah lama jika pasien muntah-muntah atau diare lama, sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun. c. Perubahan eliminasi BAB Peningkatan frekwensi BAB terjadi pada penderita diare dengan
konsistensi
lembek
atau
cair.
Peningkatan
peristaltik yang berlebihan akan memperkecil penyerapan dan terus mengeluarkan isi usus. d. Risiko kerusakan integritas kulit Akibat dari frekwensi BAB yang meningkat dengan konsistensi yang encer dan feses yang bersifat asam maka akan mengakibatkan anus menjadi lecet dan terjadi gangguan integritas kulit. e. Gangguan pola aktivitas Penderita diare akan mengalami dehidrasi, sehingga mengakibatkan kelemahan terhadap otot-otot tubuh yang dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas. f.
Pola tidur Istirahat tidur dapat terganggu disebabkan karena adanya frekwensi BAB yang meningkat, dan juga dapat disebabkan karena merasa tidak enak perut. Efek hospitalisasi pada
32
anak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan istirahat tidur karena adanya suasana asing dan baru. g. kecemasan Penyakit diare yang diderita bayi atau anak dapat menimbulkan kecemasan pada anak maupun orang tua terutama pada orang tua yang kurang pengetahuannya terhadap penyakit yang diderita pada anaknya. h. Risiko komplikasi infeksi Komplikasi yang sering terjadi adalah dehidrasi asidosis, tetapi
komplikasi
juga
terjadi
sebagai
akibat
dari
pengoabatan dan lingkungan yang kurang sehat seperti : 1)
Infeksi pada daerah infus.
2)
Kelebihan cairan/oedem.
3)
Sisa feses pada kulit.
4)
Komplikasi pada kulit (iritasi dan lecet pada anus).
4. Karekteristik Anak Usia Toddler 1-3 tahun a. Pertumbuhan 1) Berat badan Pertumbuhan
(growth)
berkaitan
dengan
masalah
perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilo), ukuran panjang
33
(sentimeter, meter), keseimbangan metabolik (resensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan anak usia toddler adalah rata-rata pertambahan berat badan 1,8 sampai 2,7 kg pertahun. Tinggi badan rata-rata anak usia 2 tahun adalah 86,6 cm. Kecepatan pertahanan lingkar kepala melambat pada akhir masa bayi, dan lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar dada pada usia 1-2 tahun. Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan melebihi lingkar kepala selama masa toddler. 2) Tinggi badan Keistimewaanya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada umur 1820 tahun. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badan berjalan cukup stabil atau lambat. Rata-rata bertambah sekitar 2,3 kg/tahun, sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6-7 cm/tahun (tungkai
bawah
lebih
dominant
untuk
bertambah
dibanding anggota tubuh lainnya).hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil dan sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training.
34
3) Lingkar lengan atas Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan, laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1-3 tahun. b. Perkembangan 1) Kepribadian atau Tingkah laku sosial Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Gerakan motorik halus Kemampuan
motorik
adalah
kemampuan
yang
berhubungan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan berkembang melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya. Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa memegangi cangkir, memasukan jari kelubang, membuka kotak, melempar benda. Pada anak usia 18
35
bulan sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyusun balokbalok. Pada usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, sudah bisa menggunakan
gelas
atau
cangkir,
sudah
bisa
menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada anak usia 36 bulan sudah bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri, menggosok gigi. Anak pada usia 2-3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara lain : anak sangat aktip mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Motivasi pada anak usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan. 3) Bahasa Perkembangan bahasa usia anak toddler secara umum pemerolehan bahasa anak usia 1-3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik dalam kemampuan
anak
dalam
memproduksi
kata-kata
36
ditandai oleh perkembangan bibir, lidah dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan simbol-simbol bunyi dengan kematangan
otaknya.
Sedangkan
secara
psikis,
kemampuan memproduksi kata-kata variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata-kata. Pada saat ini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudia saat dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar akan komunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. Pada usia 13 bulan, anak sudah bisa mengucapkan kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata dan mengutamakan pesan-pesan seperti “adik mau susu”. Pada
anak
usia
18-23
bulan,
anak
memiliki
perkembangan yang sangat pesat dalam mengucapkan kata-kata.
37
4) Gerakan motorik kasar Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan
dengan
gerak-gerak
kasar
yang
melibatkan sebagai besar organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda. Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak pada usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai sering naik tangga tetapi masih dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36 bulan sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga. (Aziz Alimul Hidayat, 2008).
38
B. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan menganamnesa pasien dengan menanyakan tentang : a. Pengumpulan data 1) Identitas 2) Biodata anak 3) Nama, umur, jenis kelamin, no.medrec, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangan dan diagnosa medis. 4) Biodata orangtua Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, sukuIbangsa, agama, alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi). b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Menanyakan sebab atau alasan utama klien datang ketempat
pelayanan
kesehatan.
Dalam
hal
ini
menanyakan kepada klien atau penanggung jawab klien. Biasanya keluhan utama yang disebutkan klien atau kelurga klien adalah demam, mual muntah 2) Riwayat kesehatan sekarang Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST : P:
Palliative/provokatif yaitu faktor-faktor apa saja
39
yang memperberat atau memperingan keluhan utama. Q:
Qualitatif/Quantitatif, yaitu berupa gangguan atau keluhan yang dirasakan seberapa besar.
R:
Region/radiasi, yaitu dimana terjadi gangguan atau apakah keluhan mengalami penyebaran.
S : Skala berupa tingkat atau keadaan sakit yang dirasakan. T:
Timing, yaitu waktu gangguan dirasakan apakah terus menerus atau tidak.
3) Riwayat kesehatan keluarga a) Struktur internal Dikaji dengan menggunakan genogram, kaji mengenai penyakit menular yang ada pada keluarga seperti influenza, pneumonia, TBC, serta penyakit keturunan
yang ada dalam
keluarga seperti asthma, kaji pula penyakit kronis yang ada dalam keluarga. Kaji pula mengenai keluarga
struktur dalam
keluarga
pengenalan,
klien,
fungsi
pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah dalam keluarga terutama masalah kesehatan.
40
b)
Struktur eksternal Dikaji dengan menggunakan ecomap, mengenai budaya yang meliputi bahasa yang digunakan, latar belakang, etnis dan lama tinggaI
dilingkungan
saat
ini,
kondisi
lingkungan, kebiasaan membersihkan rumah, letak geografis rumah, tetangga, komunitas, keluarga besar dan perkembangan keluarga. 4)
Pola aktivitas sehari-hari Menanyakan kebiasaan
kepada
makan,
minum,
klien
atau
eliminasi
keluarga BAB/BAK,
pemenuhan personal hygiene (mandi, cuci rambut, gosok gigi, gunting
kuku),
pola
istirahat
tidur
siang/malam dan aktivitas yang biasa diklakukan seperti berpakaian. Hal yang perlu dikaji diantaranya: frekuensi, jenis,
jumlah
dan
masalah/hambatan-hambatan.
Semua itu ditanyakan sebelum dan selama sakit, tujuannya
untuk
mengidentifikasi
masalah
dan
tindakan keperawatan, bahkan bisa diobservasi langsung ketika klien berada di rumah sakit.
41
5)
Pemeriksaan Fisik Penurut Nikmatur Rohmah (2009) ,pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan di dokumentasikan secara persistem yang meliputi: (a) Sistem pernafasan Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas, auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi napas. (b) Sistem kardiovaskuler Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapi keadaan tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakan individu. (c) Sistem pencernaan Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui peristaltik usus. (d) Sistem persyarafan Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi sensori, serta fungsi reflex.
42
Tabel 2.1 Sistem Persyarafan No 1
Nama Olfaktorius
Jenis Sensorik
2
Optic
sensorik
3
Okulomotor
motorik
4 5
Troklearis Trigeminus
Motorik Gabungan
6 7
Abdusen Fasialis
Motorik Gabungan
8
Vestibulokokl earis
Sensorik
9
Glosofaringe us
Gabungan
10
Vagus
Gabungan
11
Aksesorius
Motorik
12
Hipoglossus
Motorik
Fungsi Menerima rangsangan dari hidung dan menghantarkannya ke otak untuk dip roses sebagai sensasi bau. Menerima rangsangan dari mata dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual. Menggerakan sebagian besar otot mata. Menggerakan beberapa otot mata. Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk diproses di otaksebagai sentuhan Motorik: Menggerakan rahang. Abduksi mata. Sensorik: Menerima rangsangan dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah. Sensori sistem vestibular: mengendalikan keseimbangan Sensori koklea: menerima rangsangan untuk diproses diotak sebagai suara. Sensori: Menerima rangsangan dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa Motorik: mengendalikan organorgan dalam Sensori : Menerima rangsangan dari organ dalam Motorik: Mengendalikan organorgan dalam. Mengendalikan pergerakan kepala. Mengendalikan pergerakan lidah.
Sumber : (http://sridianti.com/12-pasang-saraf-kranial-dan-fungsinya.html)
43
(e) Sistem penginderaan Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguan tergantung dari luka. (f) Sistem muskuloskeletal Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak persendian tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dikatakan klien waktu bergerak, observasi adanya luka, adanya kelemahan dan penurunan toleransi terhadap aktifitas. Table 2.2 Range Of Motion (ROM) ROM Fleksi Pergerakan lengan atau kaki bagian dalam Ekstensi Pergerakan lengan atau kaki bagian Abduksi Pergerakan lengan atau kaki bagian samping luar Aduksi Pergerakan lengan atau kaki bagian samping luar Rotasi Putaran lengan atau kaki Hiperektensi Ekstensi lebih lanjut Eversi Perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk suduk persendian Inversi Perputaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut persendian Pronasi Pergerakan telapaktangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah Supinasi Pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas Oposisi Gerakan menyentuh ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama Sumber : (http://kdek-suwartana.blogspot.co.id/2012/11/range-of-motionromhtml?m=1)
44
Table 2.3 Skala dan keterangan kekuatan otot Skala kekuatan otot 0
Kenormalan Kekuatan (100%) 0
1
10
2
25
3
50
4
75
5 100 Sumber : (NOC-NIC, 2009)
(g)
Skala keterangan Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi, bila lengan atau tungkai dilepas akan jatuh (100% pasif) Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh Mampu menahan tegak walaupun sedikit dorongan tetapi tidak mampu melawan tekanan atau dorongan dari pemeriksa Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain Kekuatan utuh
Sistem integumen Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan fungsi perabaan. Kaji keadaan luka. Pada klien post operasi biasanya terdapat luka dengan panjang tergantung dari luas luka.
(h)
Sistem endokrin Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak. Biasanya tidak ada masalah pada sistem endokrin.
45
(i) Sistem perkemihan Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan benjolan didaerah vesika urinaria. 6)
Pola Aktivitas Pada klien dengan keluhan demam biasanya aktivitas sehari-harinya terganggu begitu juga pada status personal hygiene akan mengalami perubahan sehingga personal hygiene klien dibantu oleh keluarga atau perawat di ruangan.
7)
Data Penunjang Menurut Nikmatur Rohmah (2009) data penunjang adalah sebagai berikut : a) Data psikologi Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaan oleh perawat. b) Data sosial Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika dirumah atau dirumah sakit. Biasanya ada perubahan tingkah laku karena merasakan suhu tubuh meningkat yang dirasakan klien.
46
c) Data spiritual Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama sakit. Perlu pula dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Aktivitas ibadah klien biasanya terganggu. d) Data ekonomi Data ekonomi klien tergantung pada tiap individu. l)
Pemeriksaaan penunjang/laboratorium (a) HematologiWidal (b) Urin Rutin (Nursalam, 2008).
a. Analisa data Analisa data terdiri dari Prolem dan etiologi, atau problem, etiologi dan symptom) yang dikelompokan lalu tentukan masalah keperawatannya (berdasarkan dukungan data yang ada). Data dikelompokan kedalam data subjektif dan data objektif. Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsif
yang
relevan
untuk
membuat
kesimpulan
dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. (Nikmatur Rohmah, 2009).
47
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa
keperawatan
adalah
pernyataan
yang
menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
atau
untuk
mengurangi,
menyingkirkan
atau
mencegah perubahan. (Nikmatur Rohmah, 2009). Berdasarkan
manifestasi
klinis
yang
muncul
maka
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien disentri adalah : a.
Gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare. b.
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang. c.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kurangnya
informasi. d.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare.
48
e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare. f.
kecemasan keluarga berhubungan dengan ketidak tahuan informasi
Cemas
(ringan,
sedang
atau
berat)
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang prognosis atau perjalanan penyakit (Sujono, Sukarmin,2009). 3. Perencanaan Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. (Nikmatur Rohmah, 2009). a.
Gangguan
keseimbangan
berhubungan
dengan
cairan
kehilangan
dan
elektrolit
cairan
skunder
terhadap diare. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal Kriteria hasil : -
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S: 36-37,50 c, RR : < 40 x/menit.
-
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong.
-
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
49
Tabel 2.4 Intervensi Dan Rasional Intervensi Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Pantau intake dan output
Rasional Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit. R Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak kuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
1. Timbang berat badan setiap hari
2.
Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 liter.
Anjurkan keluarga untuk memberi Mengganti cairan dan elektrolit minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr secara adekuat dan cepat.
3. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) 1. Cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur 2. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik).
Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin. Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009) b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil :
50
-
Nafsu makan meningkat
-
BB meningkat atau normal sesuai umur
Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional
Intervensi 1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) 2.
Rasional Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi : Diet Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi TKTP rendah serat, susu tubuh Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)
c. Defisit perawatan diri berubungan dengan ketidak tahuan informasi Tujuan
:
Untuk mengatasi kenyamanan klien Kriteria Hasil : - Klien merasa segar - Klien merasa nyaman - Keluarga klien pamah akan cara memandikan
51
Tabel 2.6 Intervensi dan Rasional Intervensi
Rasional
1. Lakukan memandikan klien dengan air hangat
Klien tampak klien nyaman
kooperatifSupaya
2. Ganti baju
Klien mampak mengikuti arahan untuk ganti baju
3. Sisir rambut
Klien tampak rapih
4. Gosok gigi (oral hygine)
Klien mampu melakukannya sendiri
Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)
d. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan di harapkan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. Kriteria Hasil : - Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) - Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).
52
Tabel 2.7 Intervensi dan Rasional Intervensi
Rasional
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
Merangsang pusat pengatur panas untuk
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
Merangsang pusat pengatur panas di otak
Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)
e. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare). Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu Kriteria Hasil : -
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
-
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar.
53
Tabel 2.8 Intervensi dan Rasional Intervensi
Rasional
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur.
Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman.
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya).
Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces.
3.
Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi.
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009) f. Untuk keluarga : Cemas (ringan, sedang atau berat) berhubungan dengan ketidaktahuan tentang prognosis atau perjalanan penyakit. Tujuan
:
Tidak terjadi kecemasan pada keluarga klien Kriteria Hasil : - Tingkat kecemasan berkurang atau hilang dari cemas tingkat ringan (ketegangan yang menyebabkan waspada) sampai tidak terjadi kecemasan (masalah terantisipasi). - Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit yang diderita klien. - Keluarga mengerti tentang keadaan penyakit yang diderita.
54
Tabel 2.9 Intervensi Dan Rasional Intervensi
Rasional
1. Lakukan pendekatan inter personal terhadap klien dan keluarga.
Agar klien dan keluarga merasa diperhatikan sehingga akan mengurangi tingkat kecemasan dan membina hubungan saling percaya.
2. Beri support mental.
Dengan dukungan mental keluarga tidak akan merasa cemas dan optimis akan kesembuhan klien.
3. Jelaskan tentang penyakit yang diderita klien dan perawatan yang harus dijalani.
Dengan menjelaskan tentang penyakit (pengertian, tanda dan gejala) dan perawatan yang harus dijalani sehingga pengetahuan dan informasi keluarga klien bertambah.
4. Libatkan keluarga dalam prosedur tindakan medis dan perawatan
Dalam melibatkan keluarga akan mengurangi tingkat kecemasan serta belajar secara mandiri dalam pemberian perawatan pada anaknya.
Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)
4. Implementasi Implementasi keperawatan
untuk
adalah
inisiatif
mencapai
dari
tujuan
rencana
spesifik
tindakan
yang
dapat
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan
Rohmah, 2009).
dan
memfasilitasi
koping.
(Nikmatur
55
5. Evaluasi Merupakan pengukuran keberhasilan proses keparawatan yang berorientasi pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan, evaluasi adalah hasil/akhir dari proses keperawatan, selanjutnya perkembangan
proses
keparawatan
ditulis
dalam
catatan
perkembangan. Tipe-tipe evaluasi asuhan keperawatan (Nikmatur Rohmah, 2009) adalah : a. Evaluasi formatif Evaluasi ini merupakan hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat dan setelah intervensi keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa yang terjadi saat ini. b.
Evaluasi sumatif Evaluasi ini merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan pasien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan pada tujuan keperawatan.
Kesimpulan
sumatif
menunjukkan
adanya
perkembangan yang direncanakan dapat mencapai suatu keadaan yang menggambarkan hasil yang diharapkan sesuai kerangka tujuan, atau adanya masalah baru diluar dari kerangka tujuan yang telah ditetapkan.
56
Melalui evaluasi
memungkinkan perawat
untuk
memonitor kealfaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun evaluasi yang menggunakan penedekatan dengan format SOAPIER adalah: S
: Subjektif Subjektif adalah informasi yang didapat dari klien.
O
: Objektif Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien atau keluarga klien, dan yang dirasakan klien stelah dilakukan tindakan keperawatan.
A
: Assesment Assesment (pengkajian) adalah suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah atau diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P
: Planning Planning adalah rencana tindakan yang di ambil.
57
I
: Implementasi Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen Planning (perencanaan).
E
: Evaluasi Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
R
: Reassesment Reassesment
adalah
pengkajian
ulang
yang
telah
dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan (NOC-NIC, 2009). 6. Dokumentasi Dokumentasi di definisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat di andalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Dokumen asuhan keperawatan adalah susunan cacatan dokumen yang berisi tentang riwayat kesehatan pasien, perawatan yang diperlukan, dan perawtan yang telah diberikan. (Nikmatur Rohmah, 2009). Beberapa tehnik pencatatan dokumen asuhan keperawtan antara lain:
58
a. Pencatatan dengan naratif Bentuk naratif merupakan sistem pencatatan yang berbentuk cerita atau kalimat. Pencatatan ini memperlihatkan unsur siapa yang mencatat, mengapa harus mencatat, dimana dan kapan
informasi
atau
data
tersebut
didokumentasikan.
(Nikmatur Rohmah, 2009). b. Pencatatan dengan flow sheet dan chek list Flow sheet dan chek list memperlihatkan perkembangkan pasien yang aktual, dirancang untuk memeperoleh informasi pasien yang spesifik menurut parameter yang telah ditentukan sebelumnya.
Flow
sheet
sering
disebut
perkembangan ringkas. (Nikmatur Rohmah, 2009).
catatan
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Surah Al-Maidah ayat 88 dan (HR. Tirmizi) Alimul Hidayat, Aziz. (2008). Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Anderson, (2012). UNICEF-Penyakit yang dialami anak-anak di Dunia. http.//www.google/Scribd/Penyakit yang dialami anak-anak di Dunia/UNICEF.2012. FKUI, (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta Herman, Sudibyo (2010), kematian anak dan bayi di indonesia. http.//www.google/Scribd/Angka Kematian Anak dan Bayi di Indonesia/2010. Kemenkes (2011). Riset kesehatan dasar. Diakses di www.depkes.go.id Lancet, (2013). Angka Kematian Bayi. http.//www.google/Scribd/Angka Kematian Bayi di Indonesia/ 2013 Ngastiyah (2006). Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC NIC-NOC, (2013). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis. Edisi 1.Jakarta : EGC Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Putra
(2015), angka kematian anak dan bayi di dunia. http.//www.google/Scribd/Angka Kematian Anak dan Bayi di Dunia/WHO.2015. BLUD Ciamis. (2016). Pencatatan dan Pelaporan Rekam Medik. Kabupaten Ciamis.
Rohmah, Nikmatur. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Jakarta : Ar-Ruzmesdia Ruang Melati BLUD Ciamis (2016). Pencatatan dan Pelaporan Rekam Medik. Kabupaten Ciamis. Shanty, Meita. (2011). Penyakit saluran pencernaan. Jogjakarta : Kata Hati.
Sunar Prasetyono, Dwi. (2013). Daftar tanda dan gejala Ragam Penyakit. Jogjakarta : Flash Books. Syamsul, Arif (2012). Info kesehatan anatomi sistem pencernaan. http.//www.google/Scribd/Gambar/Anatomi/sistem pencernaan/2012