Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017
PENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI DATA DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN LKS EKSPERIMEN DAN NON EKSPERIMEN PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI Totong Muslihat SMA Negeri 2 Cirebon
[email protected] Abstrak Penelitian tindakan kelas ini menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan media yaitu lembar kerja peserta didik (LKS) eksperimen dan non eksperimen, sehingga diharapkan peserta didik mampu menginterpretasi data dan kemudian mengkomunikasikannya dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan dan setiap kali pertemuan (tindakan) terdiri dari empat fase, yaitu berhadapan dengan masalah, pengumpulan data (dari hasil eksperimen), perumusan penjelasan, dan menganalisis hasil temuan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Cirebon, subyek penelitian peserta didik kelas X-7 MIPA yang berjumlah 44 orang terdiri dari 26 perempuan dan 18 laki-laki dan terlibat 1 orang guru kimia yang bertugas sebagai pengamat. Hasil refleksi siklus ke 1 yang digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke 2 adalah penekanan pada pengurangan dominasi guru atau teacher center agar interaksi dapat berlangsung dengan lebih terarah. Hasil penelitian menunjukkan telah adanya peningkatan kemampuan interpretasi data dan komunikasi selama dua siklus dengan hasil pada siklus ke 1 40 %, dan pada siklus ke 2 meningkat menjadi 63 %. Kendala utama yang dihadapi guru adalah peserta didik masih kesulitan menemukan sendiri konsep yang dipelajari sehingga peran guru yang seharusnya hanya sebagai fasilitator belum maksimal. Kata kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, LKS Eksperimen, LKS Non Eksperiman Pendahuluan Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai model atau metode, antara lain model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri menciptakan kemampuan berfikir peserta didik dan mampu bersikap ilmiah dan komunikasi Oleh sebab itu pembelajaran kimia mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan pembelajaranya yaitu pemberian pengalaman secara langsung di laboratorium melalui pengembangan proses dan sikap ilmiah.
124
Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi
Inkuiri sendiri adalah metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran modern. Pembelajaran bermodel inkuiri umumnya mengarahkan peserta didik untuk meneliti masalah dan pertanyaan dengan merujuk pada fakta yang tersedia (Kardi dan Nur, 2003: 3). Sedangkan Cleaf dalam Putrayasa (2009: 2) berpendapat bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Model pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk cermat dan terampil dalam menyelidiki masalah dan mengumpulkan informasi. Lebih lanjut, dalam bukunya Sanjaya (2006: 201) mengungkapkan bahwa terdapat langkah yang dapat dilakukan untuk menggunakan model pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah yang dimaksud adalah melakukan orientasi masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai ilmiah sehingga tindakan dalam proses pembelajaran akan menciptakan kondisi yang melibatkan peserta didik secara aktif. Gagne dalam Dahar (1986: 18) menjelaskan bahwa melalui mengembangkan keterampilan IPA peserta didik akan dibuat kreatif, mereka akan mampu dan bisa mempelajari IPA di level yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Dalam National Science Education Standard (1996: 20), dikatakan bahwa belajar sains adalah sesuatu yang harus dilakukan peserta didik, bukan sesuatu yang dilakukan pada mereka. Dengan demikian pembelajaran sains adalah salah satu proses aktif, yang melibatkan peserta didik berinteraksi bersama guru dan sesama peserta didik. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan IPA, para guru seharusnya membuat rencana pembelajaran atau model yang sesuai dan dibantu dengan media pembelajaran sehingga keterampilan proses yang akan dikembangkan dapat berjalan. Pada pengelolaan kegiatan pembelajaran di kelas X, penulis menemukan rendahnya penguasaan keterampilan proses peserta didik baik itu melalui metode diskusi, demonstrasi, ataupun metoda eksperimen, sehingga perlu perbaikan dalam kegiatan pembelajaran. Keterampilan proses yang masih perlu ditingkatkan yaitu, interpretasi data dan komunikasi.
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
125
Wawat Hermawati
Usaha meningkatkan keterampilan interpretasi data dan komunikasi pada kelas ini, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan interpretasi dan komunikasi. Dari sekian model pembelajaran yang ada salah satu alternatif yang dipilih penulis adalah model pembelajaran yang termasuk dalam kategori model pembelajaran pemrosesan informasi yaitu model inkuiri yang dikembangkan oleh Richard Suchman. Model ini dibentuk untuk membuat peserta didik terlatih dalam melaksanakan penelitian ilmiah yang membutuhkan rasa ingin tahu dan ingin berkembang, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereksplorasi sehingga pengetahuan baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik. Model pembelajaran ini diharapkan dapat merangsang peserta didik dalam mengembangkan keterampilan proses, seperti keterampilan pengamatan, klasifikasi, prediksi, komunikasi dan interpretasi data.
Metodologi Penelitian Populasi dan sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas X-7 MIPA SMA Negeri 2 Cirebon Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 44 orang, yang terdiri dari 26 perempuan dan 18 laki-laki. Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus dengan mengacu pada model yang diadopsi dari Hopkins (1993: 48). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Selanjutnya empat kegiatan itu berlangsung terus, namun ada modifikasi pada tahap perencanaan yaitu perbaikan perencanaan. Prosedur penelitian tindakan kelas mengikuti tahapan kegiatan sebagai berikut (model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis, Rochiati Wiraatmadja): (1) Refleksi awal Penelitian diawali dengan adanya masalah rendahnya kemampuan peserta didik menginterpretasi data dan komunikasi untuk memahami konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, (2) Perencanaan tindakan 1 dilakukan untuk mengatasi masalah diatas, maka disusun beberapa instrumen untuk melakukan penelitian antara lain, penyusunan rencana pembelajaran (RP), menyusun Lembar Kerja Peserta didik (LKS), soal tes, lembar observasi dan angket respon peserta didik, (3) Pelaksanaan tindakan 1 dilalui
126
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi
dengan praktikum eksperimen dengan menggunakan media alat-alat praktikum dan LKS eksperimen, larutan elektrolit dan non elektrolit untuk mengumpulkan data hasil eksperimen dan menginterpretasi data (4) Observasi dan refleksi tindakan 1. Dari hasil observasi, kemudian dianalisa untuk merencanakan tindakan ke 2, agar indikator yang diharapkan peneliti tercapai, peserta didik melaksanakan tes siklus ke 1, (5) Pelaksanaan tindakan 2 dilakukan melalui kegiatan dengan media LKS non eksperimen, larutan elektrolit dan non elektrolit dan peserta didik melakukan interpretasi data dari data-data yang terdapat pada LKS dan mengkomunikasikannya, (6) Observasi dan refleksi tindakan 2 dilakukan dengan kegiatan guru yang mengobservasi masing-masing tindak tanduk peserta didik lalu hasil observasi tersebut dianalisa untuk mengukur ketercapaian indikator yang diharapkan. Setelah proses KBM berakhir, peserta didik melaksanakan tes siklus ke 2 dan mengisi angket tentang sikap/respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran, sedangkan untuk memperoleh data prestasi hasil belajar, dapat diketahui dari pos tes. Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan cara menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Seperti yang telah disebutkan, melalui teknik pengumpulan data observasi, instrumen penelitian yang digunakan disini adalah lembar observasi. Sedang data yang terkumpul adalah data primer yang didapat langsung dari subjek penelitian.
Hasil dan Pembahasan 1. Kemampuan Interpretasi Data dan Komunikasi selama Pembelajaran Kemampuan Interpretasi Data dan Komunikasi selama Pembelajaran Berdasarkan analisis lembar observasi kemampuan interpretasi data dan komunikasi pada setiap siklus didapat hasil yang dinyatakan pada tabel 1. Tabel 1 Prosentase Kemampuan Interpretasi Data dan Komunikasi Peserta Siklus ke didik perempuan 1 12 2 15
%
Peserta didik laki-laki
%
Jumlah
%
27 34
8 12
18 27
20 27
45 61
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
127
Wawat Hermawati
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka dapat dilihat bahwa pada siklus ke-1 jumlah peserta didik yang mampu dalam menginterpretasi data dan komunikasi berjumlah 20 orang atau 45 % (terdiri dari 12 peserta didik perempuan atau 27 % dan 8 peserta didik laki-laki atau 18 %), dan pada siklus ke-2 terjadi peningkatan menjadi 27 orang atau 61 % (terdiri dari 15 peserta didik perempuan atau 34 % dan 12 peserta didik laki-laki atau 27 %). Pada siklus ke-1 jumlah peserta didik yang mampu menginterpretasi data dan komunikasi baru 20 orang peserta didik (45 %) dari jumlah peserta didik 44 orang. Hal ini menggambarkan bahwa pada siklus ke-1 penggunaan lembar kerja peserta didik dengan model inkuiri belum menunjukkan hasil yang optimal. Pada siklus ke-2 jumlah peserta didik yang mampu menginterpretasi data dan komunikasi menjadi 27 orang peserta didik (61 %) dari jumlah peserta didik yang hadir 44 orang berarti terjadi peningkatan 16 %. Hal ini terjadi dikarenakan guru telah mengubah tindakan dengan melakukan penegasan-penegasan kembali pada data pengamatan, dan guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran, serta guru sudah memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok peserta didik yang kurang. Secara keseluruhan dari siklus ke-1 sampai siklus ke-2 penelitian tindakan kelas pada pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit telah berhasil meningkatkan kemampuan interpretasi data dan komunikasi yaitu terjadi peningkatan dari 45 % menjadi 61 %, berarti lebih dari separuh peserta didik kelas X-7 MIPA telah mampu menginterpretasi data dan komunikasi.
2. Aktivitas Belajar Peserta didik Berdasarkan hasil observasi
kegiatan peserta didik pada saat siklus 1
sampai 2 pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan alat bantu LKS dengan model pembelajaran inkuiri mempunyai perubahan yang signifikan yaitu adanya peningkatan aktivitas peserta didik. Peningkatan aktivitas peserta didik pada siklus 1 sampai siklus 2 dapat dilihat pada tabel 2.
128
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi
Tabel 2 Prosentase Keaktifan PESERTA DIDIK
Siklus ke 1 2
Prosentase keaktifan peserta didik 64% 77%
Rata-rata 71%
Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa pada siklus ke-1 aktivitas peserta didik 64 % (28 orang peserta didik), dan meningkat pada siklus ke-2 menjadi 77 % (34 orang peserta didik) dan rata-rata keaktifan 71 %. Hal ini terjadi karena guru telah mengubah tindakan dengan memberikan latihan-latihan dan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik yang kurang aktif. Aktivitas peserta didik meningkat pada pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit melalui kegiatan yang sudah dirancang oleh guru pada setiap fase dalam model pembelajaran inkuiri. 3.
Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik Siklus 1 Berdasarkan analisis hasil tes peserta didik pada siklus 1, maka didapat hasil yang dinyatakan pada tabel 3. Tabel 3 Ketercapaian Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit No Soal Ketercapaian Keterangan 1 47% Tidak 2 77% Tercapai 3 70% Tercapai 4 70% Tercapai 5 70% Tercapai 6 70% Tercapai 7 67% Tercapai 8 47% Tidak 9 50% Tidak 10 77% Tercapai Rerata 64,5% Berdasarkan analisis dari lembar ketuntasan pada siklus 1 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, dengan KKM 76, jumlah peserta didik yang sudah tuntas 28 orang peserta didik (63,6 %) dan yang belum tuntas 16 orang peserta didik. Dari tabel 3 terlihat bahwa untuk konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ketercapaian penguasaan konsep hanya mencapai 64,5 %. Konsep yang belum
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
129
Wawat Hermawati
dikuasai peserta didik berdasarkan hasil tes terdapat pada soal nomor 1, 8, dan 9 yaitu tentang merumuskan penjelasan atau menginterpretasi data dan menganalisis hasil temuan dari data-data percobaan. Berarti keterampilan interpretasi data dan komunikasi belum dikuasai peserta didik. 4.
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 2 Berdasarkan analisis hasil tes peserta didik pada siklus 2 maka didapat hasil yang dinyatakan pada tabel 4. Tabel 4 Ketercapaian Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan non elektrolit No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata
Ketercapaian 83% 93% 90% 73% 47% 77% 97% 97% 67% 37% 76,1%
Keterangan Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai Tidak Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai Tidak
Berdasarkan analisis dari lembar ketuntasan pada siklus 2 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, dengan KKM 76. Jumlah peserta didik yang sudah tuntas 34 orang peserta didik (77,3%) dan yang belum tuntas 10 orang peserta didik. Dari tabel 4 terlihat bahwa untuk konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ketercapaian penguasaan konsep hanya mencapai 76,1 %. Konsep yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan hasil tes terdapat pada soal nomor 5 dan 10 yaitu tentang menuliskan reaksi ionisasi larutan elektrolit. 5.
Kendala yang Dihadapi Oleh Guru Kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit adalah: a. Peserta didik kurang terampil merangkai alat untuk praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit. Guru harus memberikan contoh atau penjelasan pada pra
130
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi
eksperimen secara detail, hal ini berpengaruh pada alokasi waktu yang telah ditentukan. b. Pengetahuan prasyarat peserta didik masih kurang terutama pada senyawa ion dan senyawa kovalen polar. Sehingga perlu waktu tambahan untuk mengetahui prasyarat pengetahuan, akibatnya berpengaruh pada alokasi waktu yang telah disediakan untuk fase-fase yang lain. c. Keaktifan peserta didik masih rendah yaitu pada siklus ke-1 53 %. Untuk itu komunikasi guru harus lebih ditingkatkan yaitu pada saat peserta didik melakukan percobaan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terutama kepada peserta didik yang kurang aktif. d. Kemampuan interpretasi data masih rendah, peserta didik sulit untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari, karena peserta didik belum memahami materi yang sedang dipelajari. e. Kemampuan komunikasi peserta didik masih kurang pada saat diskusi kelas, peserta didik masih malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya atau bertanya. Untuk itu guru harus membimbing teknik bertanya dan cara mengemukakan pendapat dalam diskusi kelas. 6.
Respon Peserta didik Berdasarkan angket respon peserta didik yang disebarkan kepada peserta didik setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus ke 2, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya peserta didik kelas X-7 MIPA bersikap positif terhadap penggunaan media lembar kerja peserta didik dengan model pembelajaran inkuiri sebab penemuan konsep menjadi lebih mudah karena dalam LKS tersebut disusun pertanyaan-pertanyaan yang menuntun peserta didik. Respon peserta didik dapat dilihat seperti yang tertera pada tabel 5. Tabel 5 Respon Peserta didik No. 1
Pernyataan Kesan saya selama mengikuti pembelajaran kimia konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan media LKS eksperimen dan non eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
SS
S
KS
TS
20%
70%
10%
0%
131
Wawat Hermawati
No. 2
3
4
5
Pernyataan SS S KS merasa lebih mudah. Saya senang dan antusias mengikuti tahapan-tahapan 23% 60% 17% penemuan konsep yang disajikan dalam LKS. Bimbingan guru pada saat pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dapat 33% 63% 4% mengarahkan saya memahami materi pembelajaran. Adanya media LKS eksperimen dan non eksperimen memudahkan 33% 53% 14% saya dalam pemahaman konsep larutan elektrolit dan non elektrolit. Pemahaman saya terhadap pembelajaran larutan elektrolit dan 27% 67% 6% non elektrolit lebih baik setelah kegiatan pembelajaran. Prosentase rata-rata 27,2% 62,6% 10,2%
TS
0%
0%
0%
0% 0%
Keterangan: SS
= sangat setuju
S
= setuju
KS
= kurang setuju
TS
= tidak setuju
Dari tabel respon peserta didik dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang sangat setuju dan setuju dengan menggunakan media LKS dengan model pembelajaran inkuiri prosentase rata-rata yang memilih sangat setuju 27,2 % yang memilih setuju 62,6 %, yang memilih kurang setuju 10,2 % dan yang memilih tidak setuju 0 %, berarti peserta didik dapat menerima penerapan media lembar kerja peserta didik eksperimen dan non eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri.
Kesimpulan Penelitian tentang meningkatkan kemampuan interpretasi data dan komunikasi dengan menggunakan alat bantu LKS eksperimen dan non eksperimen pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan model pembelajaran inkuiri selama 2 siklus menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Guru telah mampu mengupayakan peningkatan kemampuan interpretasi data dan komunikasi. Hal ini dapat dilihat dari
132
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi
analisis data yang menunjukkan kemampuan interpretasi data dan komunikasi pada siklus ke 1 sebesar 45 % (20 orang), meningkat menjadi 61 % (27 orang) pada siklus ke 2, berarti ada peningkatan 16 %. (2) Keaktifan peserta didik dalam mengikuti tahaptahap pembelajaran meningkat, yaitu pada siklus ke 1 aktivitas peserta didik 64 % (28 orang peserta didik), dan meningkat pada siklus ke 2 menjadi 77 % (34 orang peserta didik) dan rata-rata keaktifan 71 %. Hal ini terjadi karena guru telah mengubah tindakan dengan memberikan latihan-latihan dan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik yang kurang aktif. Aktivitas peserta didik meningkat pada pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit melalui kegiatan yang sudah dirancang oleh guru pada setiap fase dalam model pembelajaran inkuiri; (3) Kendala yang utama dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran adalah sulit memotivasi peserta didik agar dapat membangun dan menemukan sendiri konsep larutan elektrolit dan non elektrolit yang sedang dipelajari dari fakta-fakta percobaan; (4) Ketuntasan hasil belajar peserta didik dari aspek kognitif pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan media LKS eksperimen dan non eksperimen dalam model pembelajaran inkuiri meningkat, yaitu ketuntasan belajar peserta didik meningkat 16,6 %, yaitu 56,7 % pada silus 1 menjadi 73,3 % pada siklus 2. Dan Adanya peningkatan penguasaan konsep sebesar 11,6 % , yaitu 64,5 % pada siklus 1, menjadi 76,1 pada siklus 2; (5) Sikap/respon peserta didik terhadap pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan media LKS eksperimen dan non eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri cukup positif, yaitu prosentase rata-rata yang memilih sangat setuju 27,2 % yang memilih setuju 62,6 %, yang memilih kurang setuju 10,2 % dan yang memilih tidak setuju 0 %, artinya model pembelajaran ini mendapat tanggapan yang baik oleh peserta didik.
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
133
Wawat Hermawati
BIBLIOGRAFI
Dahar, R. W. 1986. Pengelolaan Pengajaran Kimia. Bandung: Universitas Terbuka. David Hopkins. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. Kardi, S., dan M. Nur. 2003. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. National Research Council. 1996. National Science Education Standards. United Stante of Amerika: National Academy of Science Putrayasa. 2009. Model Pembelajaran Inkuiri. Disudur dari http://ipotes.wordpress.com tanggal 27 Juli 2017 Pukul 15.57 WIB. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
134
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017