1
SURVEY PEMBELAJARAN SENI BUDAYA SUB MATERI SENI TARI UNTUK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KRAS KEDIRI Dina Tri Mulyawanti E-mail: DinaFanan @yahoo.com Abstract: Culture art education was one of the subjects which were in first and secondary study program that referred to Basic Competence Curriculum (KBK), that was operational curriculum which was made and it was conducted in every single education. This KBK was a curriculum which oriented to life skill, that was basic ability which was got from a private experience not only experience in the school, but also experience in living with people, then this KBK was perfected in level of the education curriculum (KTSP). The presence SMPN 1 Keras Kediri in art dance learning became a part of culture art learning subjects that was an effort from the school to develop students’ ability in appreciating and creative working through art dance. Besides knowledge, the values of art dance education trivially could be found in soft or rough movement, certain laws, attitude movement which was included inside and all over could be applied to give students self confident, discipline, and students’ strength. Kata kunci: Pembelajaran Seni Budaya, Seni Tari Pendidikan seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada program pendidikan dasar dan menengah, yang mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yaitu kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KBK ini merupakan kurikulum yang juga mempunyai orientasi terhadap life skill, yakni kemampuan dasar yang diperoleh dari pengalaman pribadi baik pengalaman yang ada disekolah maupun pengalaman dalam hidup bermasyarakat, kemudian KBK ini disempurnakan lagi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seni tari merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran seni budaya yang diterapkan di sekolah umum seperti yang ada disekolah menengah pertama (SMP), dengan tujuan mengapresiasikan karya seni tari dan mengekspresikannya melalui karya-karya yang dihasilkan dari pengembangan kemampuan dasar dan kreativitas gerak. siswa secara menyeluruh. Keikutsertaan SMP Negeri 1 Kras Kediri dalam pembelajaran seni tari menjadi bagian dari mata pelajaran pendidikan seni budaya yakni salah satu usaha sekolah untuk mengembangkan potensi siswa dalam berapresiasi dan berkarya kreatif melalui seni tari. Selain wawasan, nilai-nilai pendidikan seni tari secara sederhana dapat ditemukan pada gerak-gerak lembut atau kasar, aturan-aturan tertentu, sikap gerak yang terkandung di dalamnya dan kesemuanya itu dapat diaplikasikan untuk menanamkan sikap
2 percaya diri, disiplin, dan keteguhan jiwa seorang (siswa). Penelitian ini diksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan (1) Perencanaan, (2) Kecenderungan metode yang digunakan guru, (3) Pelaksanaan pelajaran seni budaya sub materi seni tari untuk kelas VIII di SMP Negeri 1 Kras Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian survey. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara bersamaan pada saat dilakukan penelitian. Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Kras Kediri dengan sumber data guru seni tari dan siswa kelas VIII khususnya kelas VIIIA.Untuk mendapatkan validitas maka penulis menggunakan triangulasi data serta ketekunan dalam pengamatan. Tahap-tahap penelitian antara lain (1) Tahap Persiapan, (2) Penyusunan Rancangan Penelitian, (3) Pelaksanaan penelitian, (4) Penyusunan Laporan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru seni tari telah membuat perangkat pembelajaran seni tari, yang terdiri dari Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum KTSP. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran seni budaya sub materi seni tari adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), karena model pembelajaran ini memiliki banyak manfaat yang positif dalam pembelajaran seni budaya sub materi seni tari. Pelaksanaan pembelajaran seni tari baik pada standar kompetensi mengapresiasi karya seni tari maupun mengekspresikan diri melalui karya seni tari kelas VIII di SMP Negeri 1 Kras Kediri sudah berjalan dengan sangat baik, meskipun ada sedikit kendala namun tidak begitu berpengaruh terhadap kegiatan belajar.
METODE PENELITIAN Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui proses pembelajaran seni budaya sub materi seni tari untuk kelas VIII di SMP Negeri 1 Kras Kediri maka diperlukan pendekatan dan jenis penelitian. Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Untuk mencari fakta-fakta tersebut, penelitian ini menggunakan metode yang sistematis yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk
3 penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006: 72). Sedangkan menurut (Moleong, 2004: 3) pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Alasan digunakanya pendekatan kualitatif karena penelitian ini lebih bersifat memaparkan kondisi nyata yang terjadi yang berkaitan dengan proses pembelajaran seni tari. Pengkajian dilaksanakan secara mendalam dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan guna memperoleh suatu deskripsi yang jelas terhadap kegiatan pembelajaran seni tari secara keseluruhan. Penelitian ini mengarah pada rancangan deskriptif dimana rancangan tersebut bertujuan untuk mengetahui semua apa yang terjadi secara langsung tanpa harus menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Adapun prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Observasi Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara lansung maupun tidak langsung menggunakan teknik yang disebut dengan pengamatan atau observasi. Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret semua keadaan yang sebenarnya dari hasil pengamatan (Arikunto, 2002: 127). Observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas selama berlangsungnya pembelajaran seni tari di lokasi penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan metode observasi ini peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa catatan. Catatan yang dilakukan oleh peneliti ini digunakan selama belajar pembelajaran seni tari berlangsung. Tujuan yang akan di peroleh dalam kegiatan observasi adalah mengamati proses yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan saat proses pembelajaran, khususnnya pada pembelajaran seni budaya sub materi seni tari untuk kelas VIII di SMPN 1 Kras Kediri. 2.
Metode Wawancara Wawancara (interview) atau disebut kuisioner lisan merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan nara sumber data mengenai permasalahan
4 yang dihadapinya secara lisan (Arikunto, 2002: 132). Karena data yang diperoleh nantinya berupa data deskriptif yang nyata di lapangan berupa kata-kata dari nara sumber secara langsung, yaitu guru seni budaya khususnya untuk sub materi seni tari yang mengajar kelas VIII SMP Negeri 1 Kras Kediri dan siswa-siswi kelas VIII. Dalam hal ini wawancara digunakan dengan acuan pedoman wawancara. Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu menggunakan wawancara mendalam dan wawancara terstruktur. Wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu. Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan kepada responden yang dianggap menguasai masalah penelitian. Maka dari itu, peneliti mempunyai alasan menggunakan teknik wawancara ini, antara lain: dengan teknik ini peneliti dapat menggali sesuatu yang diketahui, dirasakan, dan dialami oleh subyek penelitian, peneliti juga dapat menggali data secara utuh dan lengkap, serta peneliti juga dapat bebas menanyakan apa saja informasi yang akan dikumpulkan pada nara sumber. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menjaring data yang berupa jawaban atau pendapat guru, yaitu tentang pembelajaran seni budaya. Selain itu, pedoman wawancara ini juga digunakan untuk menjaring data pada siswa-siswi SMP Negeri 1 Kras tentang minat belajar mereka pada mata pelajaran seni budaya sub materi seni tari.
3.
Studi Dokumen Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Moleong, 2004: 216). Dokumen
sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen yang akan diteliti adalah perencanaan model pembelajaran seni budaya, meliputi: program semester (promes), program tahunan (prota), silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penilaian atau evaluasi pembelajaran, serta dokumen lain yang dapat menunjang pada pelajaran seni budaya sub materi seni tari. Dengan adanya pedoman dokumentasi itulah yang akan membuat suatu data menjadi lebih jelas dan akurat.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya Sub Materi Seni Tari di SMP Negeri 1 Kras Kediri Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, didapatkan oleh peneliti bahwa, yang pertama, guru seni budaya telah membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan sub bidang studi (seni rupa,dan seni tari) yang mencangkup pada mata pelajaran seni budaya. Hal tersebut terlihat pada pembuatan perangkat pembelajaran seperti Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang dan dibuat oleh guru seni budaya. Dari program tahunan (Prota) yang telah dibuat oleh guru seni budaya telah dilaksanakan dengan baik, terlihat bahwa pada pembelajaran seni tari baik pada standar kompetensi mengapresiasi maupun mengekspresi, guru seni budaya mampu memberikan materi yang sesuai kepada siswa berdasarkan dengan kompetensi dasar serta alokasi waktu yang telah dirancang sebelumnya. Jika suatu kompetensi dasar terlalu sulit maka memerlukan waktu yang lebih panjang dalam proses pencapaianya , maka guru dapat mengalokasikan waktu yang cukup untu mencapainya, dan menurunkan target kompetensinya (Sugeng, 2010: 130). Pada program semester (Promes), guru seni budaya membuatnya berdasarkan semester yang ditempuh dan dibuat menggunakan kolom. Program semester merupakan rencana aksi yangakan dilakukan guru dalam kurun waktu satu semester (Sugeng, 2010: 130). Untuk bidang studi seni tari guru menjabarkan semua pokok bahasan yang akan ditempuh dikolom SK dan KD, dan jika guru seni budaya ingin mengetahui pokok bahasan yang akan disampaikan atau yang telah disampaikan, maka guru seni budaya dapat melihat pada kolom pelaksanaan yang dijabarkan dalam bentuk bulan. Untuk silabus guru seni budaya telah menyusunnya dengan baik dan sudah sesuai dengan KTSP. Pada silabus yang disusun oleh guru seni budaya terdapat beberapa komponen-komponen yang ada didalamnya yaitu sebagai berikut: Kompetensi Dasar, Indikator, Materi Ajar, Pengalaman Belajar, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, serta Penilaian. Silabus yang dibuat oleh guru seni budaya tersebut berdasarkan standar kompetensinya yaitu mengapresiasi karya seni tari dan mengekpresikan diri melalui karya seni tari. Sedangkan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada bidang studi seni tari, guru seni budaya harus mampu menyusun langkah-langkah yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum (KTSP). Guru seni budaya mampu menyusun rencana pelaksanaan
6 pembelajaran (RPP) sesuai dengan langkah-langkah yaitu sebagai berikut: (1) Standar Kompetensi, (2) Kompetensi Dasar, (3) Indikator, (4) Tujuan pembelajaran, (5) Materi Pembelajaran, (6) Metode Pembelajaran, (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) Sumber belajar, (9) Penilaian serta (10) Aspek Penilaian.
Kecenderungan Metode yng Digunakan Guru Dalam Pembelajaran Seni Budaya Sub Materi Seni Tari Di SMP Negeri 1 Kras Kediri Metode pembelajaran seni tari yang digunakan oleh guru seni budaya banyak sekali diilhami dari berbagai metode. Diharapkan dari beberapa metode tersebut nantinya siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran seni tari dan juga tidak mudah bosan di dalam kelas. Menurut Slamento (2011: 92) guru harus mempergunakan beberapa metode pada waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa dan kelas menjadi hidup. Karena itu dalam pembelajaran perlu diperhatikan metode yang dipergunakan. Seluruh metode yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran seni tari secara menyeluruh dari kegiatan awal hingga kegiatan penutup. Dari beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran tari SMP Negeri 1 Kras Kediri, yang sering digunakan adalah metode penugasan dan demonstrasi. Selain metode guru seni budaya juga menggunakan model pembelajaran yang bervariasi hal ini dapat ditemukan pada Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satu model pembelajaran yang paling sering digunakan guru dalam pembelajaran seni budaya (seni tari) yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), hal ini juga dapat terlihat dari kegiatan guru dan siswa pada saat pembelajaran seni tari berlangsung dengan langkah-langkah pembelajaran apresiasi dan ekspresi. Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2004: 32) Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Sedangkan Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) seperti yang diungkapkan Tjokrodihardjo dalam Trianto (2010: 133) memiliki langkah-langkah:
7 a.
Langkah 1-Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat.
b.
Langkah 2-Berpasangan (Pairing): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c.
Langkah 3-Berbagi (Sharing): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan siswa untuk membentuk kelompok yag lebih besar untuk beragi tentang apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas. Dari hasil wawancara juga menunjukkan bahwa model pembelajaran ini membawa
banwak manfaat positif bagi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang dianggap efektif dalam pembelajaran seni tari, sehingga nampak kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini.
Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya Sub Materi Seni Tari di SMP Negeri 1 Kras Kediri Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) guru telah membuat perencanaan yang sesuai dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menurut Trianto (2010: 69-70) dikatakan bahwa dalam merancang model pembelajaran kooperatif diperlukan persiapan antara lain: 1) Perangkat pembelajaran 2) Membentuk kelompok kooperatif 3) Menentukan aturan pembelajaran 4) Pengaturan tempat duduk 5) Kerja kelompok 6) Mentukan sekor penilaian Secara umum, terdapat 3 (tiga) bagian pokok dalam kegiatan pembelajaran seni tari yang dilakukan oleh guru seni budaya, antara lain: mencangkup kegiatan awal (Pra Instruksional),
8 kegiatan inti (Insruksional), dan kegiatan akhir (Pasca Instruksional). Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat guru melaksanakan pengajaran. Pada materi apresiasi bahan ajar yang diberikan guru berupa pengetahuan seputar ciri khas tari tunggal nusantara, sedangkan pada materi ekspresi guru memberikan bahan ajar mengeksplorasi gerak tari tunggal nusantara. Dalam kegiatan apresiasi maupun ekspresi ini guru telah melakukan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu: Think (Berpikir), Pairing (Berpasangan), Share (Berbagi). Pada pengelolaan kela apresiasi maupun ekspresi guru dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa sudah memiliki sikap yang prima. Dalam hal ini guru dapat dikatakan prima jika guru tersebut mampu menyajikan materi dengan antusias, berwibawa, supel, humoris, fasih, menarik, serta menganggap siswa mampu. Hal ini seperti yang dikatakan Majid (2011: 120) implikasi kesadaran sebagai seorang guru akan nampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis dan berwibawa. Sebagai seorang guru seni budaya, memiliki sikap prima adalah modal utama meraih kesuksesan. Karena dengan memilki sikap prima tersebut, siswa akan menjadi senang dengan pembelajaran seni budaya yang diberikan oleh guru, selain itu siswa tidak akan mudah jenuh berada di dalam kelas. Bahkan siswa menerima materi yang disampaikan oleh guru dengan senang hati. Guru juga mampu memberikan peragaan contoh gerak dalam menyampaikan materi sehingga siswa menjadi lebih paham. Pada pengelolaan kelas pembelajaran seni tari, guru tidak lupa selalu memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar siswa selalu bersemangat, anak yang memiliki motivasi akan memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, penilaian pada pembelajaran seni tari terhadap siswa kelas VIII menggunakan alat penilaian berupa tes uraian maupun objektif dan non tes berupa pengamatan, proyek/produk. Berdasarkan penelitian dilapangan guru menggunakan penilaian berbasis kelas (PBK) yaitu guru tidak hanya menilai dari hasil akhir saja tetapi guru juga menilai dari segi proses.
PENUTUP Kesimpulan 1.
Perencanaan pembelajaran seni tari oleh guru seni budaya dilakukan dengan menyusun atau membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum (KTSP), yang terdiri dari
9 program tahunan (Prota), program semester (Promes), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2.
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran seni budaya sub materi seni tari adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), karena model pembelajaran ini memiliki banyak manfaat yang positif dalam pembelajaran seni budaya sub materi seni tari.
3.
Pelaksanaan pembelajaran seni tari baik pada standar kompetensi mengapresiasi karya seni tari maupun mengekspresikan diri melalui karya seni tari kelas VIII di SMP Negeri 1 Kras Kediri sudah berjalan dengan sangat baik, meskipun ada sedikit kendala namun tidak begitu berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Berdasarkan dengan pelaksanaan pembelajaran seni tari tersebut, terlihat bahwa guru seni budaya mampu melakukan beberapa hal, diantaranya yaitu:
a.
Guru seni budaya (seni tari) mampu memberikan bahan ajar atau materi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun atau dibuat sebelumnya.
b.
Guru seni budaya mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran seni tari mulai dari kegiatan awal (pra instruksional), kegiatan inti (instruksional), hingga kegiatan akhir (pasca instruksional).
c.
Guru seni budaya telah mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang sesuai dengan langkah-langkah dan materi yang diajarkan, yaitu: Thinking (Berpikir), Pairing (Berpasangan), Sharing (Berbagi).
d.
Guru seni budaya juga mampu menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya metode yang digunakan adalah: metode ceramah, metode tanya jawab, metode penugasan, metode diskusi, metode demonstrasi, metode unjuk kerja.
e.
Dalam mengelola kelas guru telah melakukan kegiatan yaitu : terciptanya kelas yang kondusif dan produktif serta mampu memberikan penguatan kepada siswa dalam pembelajaran seni tari.
f.
Evaluasi pada pelaksanaan pembelajaran seni tari di SMP Negeri 1 Kras Kediri menggunakan penilaian tes dan non tes yang disesuaikan dengan pencapaian standart kompetensinya baik mengapresiasi karya seni tari maupun mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Selain itu juga penilaian yang dilakukan oleh guru seni budaya SMP Negeri
10 1 Kras Kediri menggunakan Penilaian Berbasis Kelas (PBK), yaitu penilaian yang tidak hanya dilihat dari hasil akhir saja tetapi guru juga menilai dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari. g.
Guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari telah melakukan evaluasi baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui daya serap siswa terhadap mata pelajaran seni tari. Guru seni tari melakukan evaluasi disetiap akhir pembelajaran dan penyampaian materi, evaluasi ini tidak hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi juga digunakan dalam melihat tingkat keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sebagai feed back.
Saran 1.
Bagi sekolah dan guru seni budaya SMP Negeri 1 Kras Kediri Guru seni budaya diharapkan lebih serius dalam mengajar sehingga mampu
meningkatkan ketrampilan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari dan mampu meningkatkan hasil prestasi siswa dalam belajar. Siswa menjadi lebih bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dan tumbuhnya sikap kerjasama yang baik. Sehingga tujuan kurikulum akan tercapai dengan maksimal. Selain itu diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang digunakan guru seni budaya ini bisa digunakan pula untuk mata pelajaran yang lain. 2.
Bagi siswa Diharapkan dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
tersebut, siswa menjadi lebih termotivasi dan bersemangat dalam menerima pembelajaran seni tari, siswa dapat saling menghargai pendapat temanya, saling membantu dan bekerjasama untuk sukses, siswa juga dapat meningkatkan kreativitas dan ketrampilan yang dimilikinya dalam pembelajaran seni tari, sehingga dengan mudah siswa mampu menghasilkan hasil karya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan berdasarkan pengetahuan yang mereka peroleh. 3.
Bagi peneliti selanjutnya Dengan makin berkembangnya kurikulum dan adanya otonomi daerah tentang
pendidikan yang diserahkan sepenuhnya kepada sekolah masing-masing, maka bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, dapat memilih sampel lain sebagai pengamatan. Sehingga bisa didapatkan hasil penelitian yang berbeda atau yang mendukung dari penelitian ini.
11 DAFTAR RUJUKAN Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugeng, Faridah. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Malang: UIN-Maliki Perss (Anggota IKPI). Slavin, Robert E. 2010. Cooperative learning. Bandung: Nusa Media. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.