SURVAI PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DERAH BUKITSUSAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU
Oleh: Dahlan Ibrahim Subdit Batubara, DIM
SARI Daerah Bukitsusah termasuk kedalam Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kecamatan Batang Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Secara geografis terletak diantara 00°45’00” - 01°00’00” LS dan 101°50’00” - 102°05’00” BT, meliputi wilayah seluas lebih kurang 75.000 ha. Survai pendahuluan endapan bitumen padat ini adalah salah satu upaya dalam mendukung kebijakan diversifikasi energi. Endapan bitumen padat didefinisikan sebagai batuan sedimen klastik halus biasanya berupa serpih yang kaya kandungan organik dan dapat diekstraksi menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi. Keterdapatan endapan ini pada beberapa cekungan sedimentasi di Indonesia diperkirakan cukup potensial. Daerah Bukitsusah merupakan salah satu daerah yang diperkirakan mempunyai potensi endapan bitumen padat. Informasi geologi daerah Bukitsusah mengacu pada Peta Geologi Lembar Rengat dan Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera. Daerah ini secara geologi terletak pada peralihan antara Cekungan Sumatera Tengah dan Cekungan Sumatera Selatan dengan batas kedua cekungan diperkirakan adalah suatu tinggian batuan alas yang dikenal sebagai Pegunungan Tigapuluh. Stratigrafi daerah Bukitsusah tersusun oleh seri batuan Pra Tersier, Tersier dan Kuarter yaitu Formasi Gangsal, Formasi Lakat, Formasi Tualang, Formasi Gumai, Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai. Dari penyelidikan lapangan endapan bitumen padat ditemukan pada Formasi Lakat berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Lapisan bitumen padat terbentuk pada suatu struktur antiklin asimetris berarah sumbu Baratlaut – Tenggara dengan kemiringan sayap sekitar 34° di bagian utara dan sekitar 29° di bagian selatan. Ketebalan lapisan bervariasi antara 1,00 – 2,00 m. Hasil analisis retort menunjukkan kandungan minyak bervariasi antar 10 – 110 l/ton, perhitungan sumberdaya bitumen padat menghasilkan jumlah sumberdaya tereka sebesar lebih kurang 1,072 juta ton.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Selama beberapa dasawarsa terakhir laju konsumsi dan kebutuhan energi nasional meningkat dengan cukup pesat, seiring dengan meningkatnya pemakaian energi untuk keperluan industri, transportasi dan rumahtangga. Di sisi lain terdapat keterbatasan jumlah cadangan energi konvensional khususnya minyakbumi. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut pemerintah telah mencanangkan kebijakan efisiensi dan diversifikasi energi, antara lain dengan mendorong penggunaan sumber energi lain di luar minyakbumi seperti gas-alam, batubara, gambut, panas bumi, tenaga air, tenaga surya dan lainnya. Disamping itu juga pemerintah juga berupaya mencari bahan energi lain yang bersumber dari alam di luar yang telah diketahui selama ini, salah satunya adalah endapan bitumen padat. Endapan bitumen padat adalah terminilogi dalam bahasa Indonesia untuk istilah oil shale. Istilah PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
ini digunakan di lingkungan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM), didefinisikan sebagai sebagai batuan sedimen klastik halus biasanya berupa serpih dengan kandungan material organik dalam kuantitas yang cukup signifikan dan bisa diekstrasi menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi yang berpotensi ekonomis. Salah satu daerah yang diperkirakan mengandung endapan bitumen padat adalah Daerah Bukitsusah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau dan dalam tahun anggaran 2005 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral berencana akan melakukan kegiatan survai pendahuluan endapan bitumen padat di daerah tersebut. Kegiatan ini dibiayai oleh Proyek Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) tahun 2005
Maksud dan Tujuan Survai pendahuluan endapan bitumen padat dimaksudkan untuk memperoleh data-data awal dari endapan bitumen padat yang antara lain meliputi lokasi dan koordinat singkapan, ketebalan, BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
kedudukan, penyebaran dan kualitas dari endapan bitumen padat disamping aspek-aspek geologi lainnya yang dapat menunjang penafsiran bentuk geometris dari endapan bitumen padat di daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya bitumen padat di daerah tersebut yang antara lain mencakup : Kuantitas, kualitas dan prospek pengembangan di masa mendatang. Hasil survai ini diharapkan akan menambah informasi mengenai potensi bahan galian khususnya endapan bitumen padat di daerah Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau, sehingga akan menjadi masukan bagi daerah bersangkutan. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan dan penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Lokasi Penyelidikan Daerah penyelidikan terletak di Kabupaten Kuantan Singingi dan sebagian di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Dibatasi oleh koordinat geografis 00°45’00” - 01°00’00” Lintang Selatan dan 101°50’00” – 102°05’00” Bujur Timur dengan luas daerah penyelidikan sekitar 75.000 ha. Lokasi daerah penyelidikan terletak lebih kurang 80 km ke arah Tenggara Kota Talukkuantan, ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi atau sekitar 200 km ke arah Selatan Kota Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Pencapaian lokasi dapat dilakukan melalui jalan darat Pekanbaru – Talukkuantan – Lubukjambi – Lokasi atau Pekanbaru – Airmolek – Simpangnapal – Lokasi.
Keadaan Lingkungan Daerah survai secara administratif sebagian termasuk kedalam Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, meliputi Desa-Desa Sungai Besar dan Ibul, sebagian lagi termasuk Kecamatan Batang Peranap dan Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, meliputi DesaDesa Pesajian dan Lubuk Kandis. Wilayah survai terletak cukup jauh dari pusat desa, pemukiman penduduk umumnya berupa dusun-dusun kecil terpencil atau pondok peladang maupun pekerja kayu. Penduduk yang mendiami daerah ini suku Melayu Riau dan pendatang dari daerah lain seperti Suku Jawa, Minang, Batak dan lainnya. Di pedalaman masih terdapat suku Kubu yang bertempat tinggal di hutan dan sebagian masih hidup secara nomad. Sarana dan prasarana yang tersedia masih minim, baik penerangan, komunikasi, logistik maupun sekolah. Jaringan jalan umumnya merupakan jalan tanah bekas perusahaan kayu dan perkebunan. Kondisi jalan masih berupa jalan tanah dengan kondisi tidak begitu baik. Pada saat survai adalah awal musim hujan, kondisi jalan menjadi rusak, licin dan berlumpur. sehingga PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
cukup menyulitkan dalam hal transportasi dan mobilitas kerja. Lahan di daerah ini sebagian merupakan hutan rimba dan hutan belukar. Daerah Perbukitan di bagian tengah yaitu sekitar Bukitsusah merupakan hutan lindung dengan kondisi berupa hutan lebat dan jarang ditempuh oleh penduduk. Satwa yang hidup di daerah ini cukup beragam antara lain rusa, gajah, babihutan, tapir, berbagai jenis burung. Binatang buas seperti harimau dan beruang juga masih cukup banyak, sebagian areal ini terutama di lereng dan puncak perbukitan dengan kondisi hutan yang masih lebat dikenal merupakan daerah koloni harimau. Dengan makin berkurangnya areal hutan akibat penebangan yang kurang terkontrol dan makin sempitnya tempat hidup satwa dilindungi khususnya harimau maka akhir-akhir ini ada usulan sebagian daerah ini dijadikan hutan suaka alam. Beberapa kali kasus masyarakat yang jadi korban harimau di daerah ini merupakan salah satu dasar untuk usulan tersebut. Sebagaimana daerah Sumatera lainnya daerah ini beriklim tropis, tingkat kelembaban tinggi, temperatur berkisar antara 26° - 32° C dengan curah hujan cukup tinggi. Musim hujan biasanya berlangsung pada bulan Oktober – April, curah hujan rendah biasanya terjadi pada Juli – Agustus.
Penyelidik Terdahulu Penyelidik terdahulu yang pernah melakukan penyelidikan geologi di daerah ini antara lain adalah Suwarna, dkk, 1994 (Puslitbang Geologi, Bandung) dan Silitonga, dkk, 1995 (Puslitbang Geologi, Bandung). Suwarna, dkk, 1994, melakukan penyelidikan geologi regional di bagian timur daerah penyelidikan dan hasilnya dirangkum dalam publikasi Peta Geologi Lembar Rengat, Sumatera, terbitan Puslitbang Geologi Bandung. Demikian juga dengan Silitonga, dkk, 1995, yang menyelidiki geologi regional bagian barat dan dirangkum dalam Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera. Kedua penulis menerangkan daerah survai antara lain tersusun oleh seri batuan sedimen Tersier berumur dari Oligosen Akhir – Plistosen yang diantaranya terendapkan di lingkungan yang memungkinkan terbentuknya endapan bitumen padat. Beberapa perusahaan suasta juga pernah melakukan penyelidikan geologi dalam rangka penyelidikan batubara namun hasil peneyelidikan tidak dipublikasikan secara terbuka.
GEOLOGI UMUM Informasi mengenai geologi regional daerah survai antara lain mengenai tektonik dan fisiografi, struktur geologi dan stratigrafi regional termasuk penamaan formasi diperoleh dari publikasi Puslitbang Geologi Bandung yaitu Peta Geologi Lembar Rengat, BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
Sumatera, (Suwarna, dkk., 1994) dan Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera (Silitonga, dkk., 1995). Secara tektonik Pulau Sumatera terletak di sepanjang tepi baratdaya Lempeng Benua Sundaland. Menurut Hamilton (1979) penunjaman kerak samudera yang mendasari Samudera Indonesia umumnya terjadi ke arah utara-timurlaut miring ke bawah P. Sumatera, dengan kecepatan sekitar 6 cm per tahun (Le Pichon, 1968). Di bagian timur Sumatera dan berlanjut ke Laut Cina, pada bagian busur belakang terbentuk jalur-jalur cekungan yang memanjang berumur Kenozoikum, diantaranya adalah Cekungan Sumatera Tengah dan Cekungan Sumatera Selatan. Wilayah penyeldikan secara geologi terletak pada peralihan antara Cekungan Sumatera Tengah dan Cekungan Sumatera Selatan. Walaupun batuan yang yang membentuk bagian utara dan baratlaut Lembar Rengat terdapat di dalam Cekungan Sumatera Tengah dan di bagian tenggara terdapat di dalam Cekungan Sumatera Selatan, batas antara kedua cekungan tersebut tidak jelas, tetapi diperkirakan ditandai dengan tinggian batuan alas yamg kenampakan permukaannya berupa Pegunungan Tigapuluh. Stratigrafi Menurut Suwarna dkk. (Puslitbang Geologi, 1991) stratigrafi Lembar Rengat tersusun oleh batuanbatuan Pra Tersier berumur Permokarbon, Tersier, Kuarter dan Batuan terobosan asam. Batuan Pra Tersier di daerah ini terdiri atas seri batuan metamorf derajat sedang yang membentuk Pegunungan Tigapuluh, yaitu Formasi Gangsal, Formasi Pengabuhan dan Formasi Mentulu termasuk Anggota Condong. Hubungan stratigrafi antara formasi-formasi di atas tidak jelas, kemungkinan saling menjemari dan berumur sama. Batuan terobosan umumnya terdapat di Pegunungan Tigapuluh, terdiri atas Granit-biotit, granodiorit, aplit dan pegmatit. Batuan terobosan ini diperkirakan berumur Trias Akhir sampai Kapur Awal. Batuan Tersier terdiri atas Formasi Kelesa, Formasi Lakat, Formasi Tualang, Formasi Gumai, Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim, Formasi Kasai dan Formasi Kerumutan yang berumur mulai Eosen – Oligosen hingga Plio – Plistosen. Endapan Kuarter merupakan endapan termuda yang menutupi daerah tersebut terdiri atas Endapan Aluvium, undak sungai, endapan rawa dan kipas aluvial berumur Plistosen – Holosen. Struktur Geologi Struktur geologi regional daerah ini umumnya adalah perlipatan dan sesar. Perlipatan berupa antiklin dan sinklin berarah umum Baratlaut – Tenggara, sedangkan sesar merupakan sesar mendatar dan sesar normal dengan arah umum : BaratBaratlaut– TimurTenggara, Baratlaut – Tenggara, UtaraBaratlaut – SelatanTenggara UtaraTimurlaut – SelatanBaratdaya dan Timurlaut – Baratdaya. Pensesaran ini umumnya lebih berkembang pada batuan Pra Tersier. PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
Indikasi Endapan Bitumen Padat Sebagaimana telah dijelaskan daerah survai antara lain tersusun oleh seri batuan sedimen Tersier antara lain Formasi Lakat berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Dari penelitian terdahulu antara lain Kajian Terpadu Cekungan Pengendapan Bitumen Padat di Indonesia (Sukardjo, dkk, 2003, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral) dinyatakan bahwa Formasi Lakat pada Cekungan Sumatera Selatan diperkirakan merupakan salah satu formasi yang berpotensi mengandung endapan bitumen padat sehingga penyelidikan lapangan lebih difokuskan terhadap Formasi Lakat yang tersingkap di daerah ini.
KEGIATAN PENYELIDIKAN Secara garis besar kegiatan yang dilakukan dapat dibedakan atas pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor. Pekerjaan lapangan antara lain meliputi pemetaan geologi permukaan dan pengambilan conto bitumen. Pekerjaan kantor meliputi pengujian conto batubara di laboratorium, penyusunan laporan dan presentasi hasil penyelidikan.
Penyelidikan Lapangan Penyelidikan lapangan yang meliputi beberapa jenis kegiatan yaitu :
dilakukan
•
Mencari lokasi singkapan batuan yang diperkirakan mengandung bitumen padat yang umumnya terkandung pada batuan klastik bertekstur halus seperti serpih atau batulempung. Salah satu cara untuk mendeteksi kandungan bitumen padat adalah dengan membakar batuan dan tercium bau khas minyak.
•
Mengukur Jurus, kemiringan dan ketebalan dari lapisan bitumen padat tersebut serta mengamati lapisan sekitarnya
•
Mengambil conto batuan yang diperkirakan mengandung bitumen padat untuk kepentingan analisa.
•
Mengamati aspek-aspek geologi lainnya yang dapat menunjang penafsiran bentuk geometris dari endapan bitumen padat.
Analisis Laboratorium Analisis conto bitumen padat di laboratorium adalah untuk mengetahui kualitas bitumen padat khususnya kandungan minyak (analisis retorting). Conto batubara diambil dari conto hasil sumur-uji. Jenis analisis meliputi analisis kimia, fisika dan petrografi. Analisis kimia dilakukan terdiri atas analisis proksimat dan ultimat dengan parameter yang di analisis antara lain kandungan moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang (VM), kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur total (St). Analisis fisika terutama untuk mengetahui nilai kalori BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
(CV), berat jenis (SG), sedangkan analisis petrografi terutama untuk mengetahui kandungan maseral, nilai reflektansi vitrinit dan kandungan mineral (lempung, oksida besi, pirit). HASIL PENYELIDIKAN Geologi Daerah Penyelidikan Daerah penyelidikan ditutupi oleh batuan Pra Tersier, Tersier dan Kuarter dengan sedimen-sedimen Tersier mendominasi dengan sebaran mencapai sekitar 80 %. Endapan Kuarter tersingkap di bagian selatan dan utara sedangkan batuan Pra Tersier tersingkap sedikit di lereng selatan dari Bukitsusah yang merupakan tinggian batuan alas.. Berdasarkan kenampakan bentang alam daerah penyelidikan dapat dibedakan atas tiga satuan morfologi yaitu : Perbukitan bergelombang rendah, Perbukitan bergelombang sedang – terjal, Dataran. Perbukitan bergelombang rendah dominan di daerah ini. Elevasinya sekitar 50 – 100 m dpl, ditempati oleh batuan Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai. Perbukitan bergelombang sedang – terjal terletak di bagian tengah, umumnya ditempati oleh Formasi Gumai, Formasi Tualang, Formasi Lakat dan Formasi Gangsal. Dataran terhampar sedikit di bagian selatan, ditempati oleh Aluvium sebagai endapan permukaan. Stratigrafi daerah Bukitsusah dan sekitarnya tersusun oleh seri Batuan Pra Tersier, Tersier dan Kuarter. Batuan Pra Tersier adalah Formasi Gangsal. berumur Perm. Batuan Tersier terdiri atas Formasi Lakat, Formasi Tualang, Formasi Gumai, Formasi Airbenakat dan Formasi Muaraenim yang berumur Oligosen Akhir – Pliosen sedangkan endapan Kuarter terdiri atas Formasi Kasai.dan Aluvium. Formasi Gangsal terdiri atas batusabak, filit, kuarsit dan marbel. Batuan formasi ini merupakan batuan malihan berumur Perm yang merupakan batuan alas cekungan. Formasi Lakat tersusun di bagian bawah oleh konglomerat polimik dan batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, tufa dan lensa batubara. Bagian atas adalah perselingan batupasir kuarsa dan batulempung, lanau, serpih dan karbonan, mengandung siderit. Formasi Lakat diperkirakan berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Formasi Tualang menindih selaras Formasi Lakat dan tersusun di bagian bawah oleh batulempung bersisipan batupasir kuarsa, setempat gampingan dan lanauan, lensa batupasir gampingan, halus, mengandung glaukonit dan muskovit. Bagian atas adalah Batupasir kuarsa bersisipan batulempung, batulumpur berpirit dan batupasir glaukonitan. Formasi Tualang diperkirakan berumur Miosen Awal. Formasi Gumai menindih selaras Formasi Tualang dan litologinya tersusun oleh serpih, batulempung dan batulumpur bersisipan batupasir dan batulanau, mengandung lensa batugamping mikrit. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal – Miosen Tengah. PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
Formasi Airbenakat menindih selaras Formasi Gumai dan tersusun oleh perselingan batulempung, batupasir, serpih dan batulanau, berisisipan batupasir tufaan, lensa batupasir kuarsa dan lignit. Formasi Airbenakat diperkirakan berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Formasi Muaraenim menindih selaras Formasi Airbenakat dan tersusun oleh perselingan batupasir tufaan, batulempung tufaan, serpih tufaan dan tufa, bersisipan lignit, oksida besi. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir – Pliosen. Formasi Kasai terletak tak selaras di atas Formasi Muaraenim, litologinya terdiri atas batupasir tufaan, batupasir kuarsa, konglomerat polimik, tufa, batulempung tufaan, batupasir tufaan dan batupasir kerikilan – kerakalan. Formasi Kasai diperkirakan berumur Pliosen.- Plistosen. Endapan Aluvium merupakam endapan permukaan dan umumnya tersingkap di daerah aliran sungai besar. Struktur geologi yang memepengaruhi daerah ini secara umum mengikuti pola struktur geologi regional. Perlipatan berupa sinklin dan antiklin dengan arah sumbu relatif Baratlaut – Tenggara, sesar terdiri atas sesar mendatar, sesar naik dan sesar normal dengan arah Baratlut – Tenggara, Timurlaut – Baratdaya dan Barat – Timur. Potensi Endapan Bitumen Padat Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu Formasi Lakat di daerah ini diperkirakan merupakan salah satu formasi pembawa bitumen padat, sehingga penyelidikan lebih difokuskan terhadap formasi ini walaupun tidak mengabaikan kemungkinan keberadaan bitumen padat pada formasi lainnya. Sebaran Formasi Lakat terbentuk pada suatu struktur antiklin berarah sumbu relatif Baratlaut – Tenggara, sebagai formasi yang lebih tua kedudukannya terletak pada daerah inti sumbu antiklin. Dari pengamatan di lapangan dan berdasarkan informasi Suwarna, dkk. (1994) Formasi Lakat di daerah ini dapat dibagi atas dua bagian : Bagian Atas dan Bawah. Endapan Bitumen ditemukan pada Formasi Lakat bagian atas. Hasil pemetaan geologi dan penyelidikan lapangan telah mengamati sekitar 17 singkapan batuan bertekstur halus antara lain serpih, batulempung dan batulanau terutama di sekitar sungai-sungai yang berhulu dari Bukitsusah yaitu S. Peladangan, S. Kelawaran, S. Kandis dan S. Cenaku. Lintasan pengamatan sungai ini antara lain memotong sebaran beberapa formasi antara lain : Formasi Kasai, Formasi Muaraenim, Formasi Airbenakat, Formasi Gumai, Formasi Tualang dan Formasi Lakat. Dari pengamatan tersebut diperoleh hasil bahwa batuan sedimen bertekstur halus terindikasi bitumen padat terkandung pada Formasi Lakat, tepatnya pada bagian atas formasi ini. Endapan bitumen dicirikan oleh serpih berwarna kelabu – coklat, keras, getas, jika dibakar menyala dan mengeluarkan bau khas minyak, serpih ini merupakan sisipan-sisipan pada batulempung kelabu. BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
Kualitas Enam conto bitumen padat telah dianalisa di Laboratorium Penguji Fisika – Kimia Mineral dan Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. Jenis pengujian adalah Analisis Retort yang meliputi : kandungan minyak, kandungan air dan berat jenis (Specific Gravity) batuan dan minyak. Disamping itu dilakukan juga analisis petrografi yang bertujuan anatara lain untuk mengetahui tingkat kematangan, maseral dan kandungan organik dari conto batuan.
Dari 6 conto bitumen padat, 3 conto diantaranya mengandung minyak antar 10 - 110 l/ton, 3 conto kandungan minyaknya tidak terdeteksi. Kandungan minyak conto serpih di sayap selatan antiklin tampaknya lebih besar walaupun satu conto tidak terdeteksi sedangkan dari 3 conto pada sayap sinklin bagian utara hanya 1 conto yang mengandung minyak. Dari kenyataan ini ternyata kandungan minyak lapisan bitumen ini cukup variatif yang kemungkinan mencerminkan kondisi pra, saat atau setelah pengendapan yang bervariasi.
Tabel 1. Hasil Analisis Retort Bitumen Padat Daerah Bukitsusah Kandungan l/ton
Specific Gravity
No.
Kode Conto
Air
Minyak
Batuan
Minyak
1
BS-01
75
tt
2,49
-
2
BS-02
140
tt
2,48
-
3
BS-03
80
10
2,51
-
4
BS-04
110
100
1,6
-
5
BS-05
35
tt
3
-
6
BS-06
80
110
1,68
-
tt = tidak terdeteksi
Sumber Daya Penghitungan sumber daya bitumen padat dilakukan terhadap bitumen yang memiliki kandungan minyak dengan kriteria : •
P = Panjang lapisan ke arah jurus dihitung hingga 500 m dari singkapan terluar
•
L = Lebar lapisan ke arah kemiringan dihitung hingga kedalaman 50 m
•
T = Ketebalan lapisan dianggap ketebalan singkapan terdekat
•
BJ = Berat Jenis adalah hasil analisis laboratorium.
•
Sumberdaya = P x L x T x BJ
Berdasarkan kriteria di atas diperoleh sumberdaya endapan bitumen padat di daerah Bukitsusah adalah 1.071.902 ton atau sekitar 1,072 juta ton yang dikategorikan sebagai sumberdaya tereka
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
Prospek Pemanfaatan Bitumen Padat
dan
Pengembangan
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan ditunjang dengan pengujian conto bitumen di laboratorium beberapa hal yang dapat dinformasikan :
1.
Kualitas lapisan bitumen di daerah ini secara setempat memiliki kandungan minyak yang cukup baik walaupun dengan terdapat beberapa nilai yang bervariasi.
2.
Kuantitas endapan bitumen padat yang berpotensi cukup baik tidak memiliki dimensi yang cukup besar baik dari segi penyebaran dan ketebalan.
3.
Akumulasi endapan bitumen padat terdapat dalam hutan lindung dan kemungkinan akan ditingkatkan menjadi suaka alam, kondisi daerah ini termasuk daerah yang sulit dijangkau karena jauh dari akses jalan dan medan yang cukup sulit dicapai.
4.
Pengembangan selanjutnya tidak disarankan di daerah ini namun dapat dipertimbangakan untuk menyelidiki Formasi Lakat yang terdapat di sebelah timur daerah penyelidikan yang termasuk Kabupaten Indragiri Hulu. BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
•
Sumberdaya bitumen padat di daerah ini sekitar 1,072 juta ton merupakan sumber daya tereka.
•
Lokasi yang terletak dalam kawasan hutan lindung dengan pencapaian serta medan yang sulit menjadi kendala untuk pengembangan lebih lanjut.
•
Disarankan untuk menyelidiki daerah sebaran Formasi Lakat di sebelah Timur dari daerah penyelidikan yang termasuk ke dalam Kabupaten Indragiri Hulu.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penyelidikan dapat disimpulkan sebagai berikut : •
•
Daerah Bukitsusah terletak pada transisi antara Cekungan Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah, dimana kedua cekungan ini merupakan cekungan Tersier yang berpotensi mengandung endapan bitumen padat. Endapan bitumen padat terdapat pada Formasi Lakat berumur Oligosen Akhir – Miosen
•
Ditemukan satu lapisan bitumen padat dengan ketebalan bervariasi antara 1,00 – 2,00 m yang terbentuk pada suatu struktur antiklin berarah sumbu relatif Baratlaut – Tenggara. Bitumen padat memeperlihatkan ciri fisik : serpih, berwarna kelabu – coklat tua, keras, getas, merupakan sisipan-sisipan pada batulempung kelabu.
•
Analisis Retort menunujukkan kandungan minyak antara 10 –110 l/ton, kandungan minyak lebih tinggi pada sayapa antiklin sebelah selatan
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
DAFTAR PUSTAKA Silitonga, P.H., dkk, 1995, Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera, Puslitbang Geologi, Bandung. Sukardjo, dkk, 2003, Kajian Terpadu Cekungan Pengendapan Bitumen Padat di Indonesia, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Suwarna, N., dkk, 1994, Peta Geologi Lembar Rengat, Sumatera,Puslitbang Geologi Bandung
BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
A UT ARA
A
L
A
BAGANSIAPIAPI
SUM ATER
2° 00" LU
M
Y
S
I A
BATUPANJANG UJUNGTANJUNG DUMAI
1° 00" LU
P RO VINS I
SEDINGINAN BENGKALIS
DURI P. PADANG
BALAIPUNGUT DALUDALU
KOTATENGAH
P. RANGSANG
P.KARIMUN TANJUNG BALAI KARIMUN
SELATPANJANG
PASIRPANGARAIAN KOTALAMA
MINAS P.KENDUR
SUNGAIAPIT
SIAKSRIINDRAPURA
GADING P. PENYELER
ROKAN
0° 00"
PR O
UJUNGBATU
PEKANBARU
BANGKINANG
PANGKALANBUNUT RANTAU
LANGGAN
VI
KUALAKAMPAR
N SI
TELUKMERANTI LIPATKAIN
SU M AT E
RA
MANDAH
KUALANAPUH
TEMBILAHAN
MUARALEMBU
AIRMOLEK RENGAT
BA R AT
BASERAH CERINTI
TEMPULING PERANAP
TELUKKUANTAN
ENOK
SEBERIDA
LUBUKJAMBI
PULAUKIJANG KERITANG
1° 00" LS
KUALATUNGKAL
LOKASI DAERAH PENYELIDIKAN
100° 00" BT
PROVINSI JAMBI 101° 00" BT
102° 00" BT
103° 00" BT
PETA LOKASI DAERAH BUKIT SUSAH, KUANSING, PROVINSI RIAU
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan Bukitsusah
PLISTOSEN
KUARTER
UMUR
PEMERIAN
FORMASI KASAI
Batupasir tufaan,batupasir kuarsa,konglomerat polimik,tufa,batulempung tufaan batupasir,kerakalan.
MUARA
Perselingan batupasir tufaan,serpih tufaan,tufa,lensa batubara
PLIOSEN ENIM AKHIR
AWAL
T E R S I E R
MIOSEN
TENGAH
AIR BENAKAT
GUMAI
TUALANG
LAKAT OLIGOSEN
Pra Tersier
GANGSAL
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Sungai,danau
Transisi darat - laut dangkal
Perselingan batulempung,batupasir, serpih,batulanau,sisipan batupasir,lensa batupasir,kuarsa lignit
Laut dangkal - darat
Serpih,batulempung,sisipan batupasir, karbonan,gampingan,kaya foram
Sub litoral - Batial
A. Batupasir kuarsitan,batulempung, batulempung kaya pirit,batupasir Peralihan Sub litoral glukonit - Sublitoral luar B.Batulempung dan batupasir kuarsa,gampingan,lanauan A. Batupasir kuarsa,batulempung Fluviatil, serpih, lanau,karbonan,pirit,kayu lakustrin, terkersikan payau,dataran pasang B.Konglomerat polimik,Batupasir surut kuarsa,batulempung,tufa,batu lanau,lensa batubara Batu sabak, filit, kuarsit, marbel
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
---------
BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH
Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Penyelidikan
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005
BITUMEN PADAT – BUKITSUSAH