Jurnal EduBio Tropika, Volume 1, Edisi Khusus, Desember 2013, hlm. 60-100
Suriani Siregar Mahasiswa Prodi Magister Pendidikab Biologi PPs Unsyiah, Banda Aceh, Aceh Korespondensi:
[email protected]
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS MEDIA ANIMASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP, SIKAP ILMIAH DAN ASSESMEN KINERJA SISWA PADA KONSEP SINTESIS PROTEIN ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi terhadap pemahaman konsep, sikap ilmiah dan assesmen kinerja siswa pada konsep sintesis protein. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 9 Banda Aceh. Populasi penelitian berjumlah 144 siswa. Sampel berjumlah 55 siswa terdiri dari dua kelas yaitu kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 27 siswa dan kelas XII IPA2 sebagai kelas pembanding berjumlah 28 siswa. Data diperoleh menggunakan tes. Data sikap ilmiah diperoleh dengan kuesioner. Data asesmen kinerja diperoleh dengan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian diperoleh: 1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep secara signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri menggunakan media animasi dengan model diskusi menggunakan media gambar; 2) Terdapat perbedaan signifikan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri dan media animasi dengan model diskusi dengan media gambar; 3) Terdapat perbedaan assesmen kinerja siswa secara signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri dan media animasi dengan model diskusi dan media gambar; 4) Terdapat hubungan positif antara pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri dengan media animasi (r=0,743>0,389). Kata Kunci: inkuiri, animasi, pemahaman konsep, sikap ilmiah, dan kerja ilmiah
EFFECT OF INQUIRY-BASED LEARNING MODEL AGAINST UNDERSTANDING MEDIA ANIMATION CONCEPTS, SCIENTIFIC AND ATTITUDES ASSESSMENT STUDENT PERFORMANCE ON THE CONCEPT OF PROTEIN SYNTHESIS ABSTRACT: The research of this study aims to determine the effect of inquiry-based learning model to understanding the concept of animation media, scientific attitude and assessment of student performance on the concept of protein synthesis. In this study conducted in class XII student of SMAN 9 Banda Aceh. The study population totaled 144 students. Sample was composed of 55 students of class XII are two classes IPA1 as an experimental class numbered 27 students and the class as a class XII IPA2 comparison numbered 28 students. Understanding of the concept of data collected using the test method, the scientific attitude of data collected by questionnaire and assessment of student performance was collected using the observation sheet. Data were analyzed using the statistical t-test. The results showed: 1) There is a significant difference between the understanding of concepts students are using inquiry learning model with the model animation and media discussion with media images; 2) There are significant differences in the scientific attitude among students who learn to use inquiry learning model with the model animation and media discussion with media images; 3) There are differences in assessments of student performance significantly among students who are taught using inquiry learning model with the model animation and media discussion with media images; 4) There is a positive relationship between the understanding of scientific concepts and attitudes of students who learned with inquiry learning model with animated media (r = 0.743 > 0.389). Keywords: inquiry, animation, understanding of the concept, scientific attitude, and scientific work
PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha menumbuh tor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. kembangkan potensi sumber daya manusia melalui Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis kegiatan pembelajaran. Pendidikan merupakan fak- melainkan sesuatu yang bersifat dinamis sehingga 101
102
Siregar
selalu menuntut adanya perbaikan yang dilangsungkan terus menerus. Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala, 2007). Pembelajaran Biologi di sekolah dituntut efektif agar anak didik mampu menguasai materi pelajaran dengan optimal. Supaya pembelajaran di kelas efektif, guru harus menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dan berprestasi dalam pelajaran sains khususnya Biologi, yang mana Biologi merupakan ilmu yang diperoleh melalui eksperimen dan bersifat kuantitatif. Dengan model pembelajaran dan media pembelajaran yang bervariasi diharapkan siswa tidak mengalami kejenuhan dan merasa senang dalam mengikuti pelajaran sehingga prestasi belajarnya meningkat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 9 Banda Aceh Khususnya pada kels XII IPA, guru masih menggunakan metode konvensional sehingga mata pelajaran yang diajarkan menjadi tidak menarik, dan prestasi belajar siswa belum mencapai prestasi yang diharapkan. Oleh karenanya guru dituntut lebih kreatif dalam membuat rancangan pembelajaran biologi sebagai solusi yang menarik dan mampu mengembangkan kemampuan memori siswa yakni pembelajaran biologi berbasis inkuiri menggunakan media animasi. Metode pembelajaran inkuiri merupakan suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Penemuan adalah metode pembelajaran di mana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri, karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara mendalam. Inti pembelajaran inkuiri adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan siswa. Pengetahuan pada pembelajaran inkuiri ini di konstruksi oleh siswa. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Hal ini relevan dengan teori pembelajaran konstruktivisme yang terdapat pada Gagne dalam Dahar (1989) dimana siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan
prinsip-prinsip, sehingga siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Jadi inkuiri adalah metode pembelajaran di mana siswa terlibat aktif dalam menemukan prinsip-prinsip atau jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Selain penggunaan metode yang tepat, media pembelajaran merupakan sesuatu yang tidak kalah penting dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat terbantu memahami materi pelajaran yang disampaikan guru bila materi pelajaran tersebut dikemas dalam media pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran Biologi, peran media pembelajaran cukup vital karena materi pelajaran biologi dapat disampaikan pada siswa dengan lebih jelas bila guru memakai media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berbentuk animasi. Media ini dipilih karena dapat dengan baik mewakili penggambaran atas berbagai kejadian dalam bidang biologi. Animasi tersebut dibuat dengan menggunakan program Macromedia Flash. Animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan (Wahono, 2008). Salah satu keunggulan animasi dibanding media lain adalah kemampuannya untuk menjelaskan perubahan keadaan tiap waktu. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan uru-tan kejadian. Animasi dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke siswa. Animasi digunakan sebagai media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dan menumbuhkan kreatifitas siswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi terhadap pemahaman konsep, sikap ilmiah dan asesmen kinerja siswa pada konsep sintesis protein di SMA Negeri 9 Banda Aceh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri berbasis animasi terhadap pemahaman konsep, sikap ilmiah dan asesmen kinerja siswa pada konsep sintesis protein. Hasil penelitian ini diharapkan dapat Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep sintesis protein dan Memberikan pengalaman belajar yang lebih bervariasi sehingga diharapkan siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran Biologi. Bagi guru, dapat memberikan masukan atau metode yang cocok dalam menyajikan materi agar mampu merangsang siswa untuk belajar. Bagi sekolah Agar lebih memperhatikan pengadaan media pendidikan bagi menunjang lancarnya pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Media Animasi
METODE Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah pretest dan posttest control group desain. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII SMA Negeri 9 Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XII IPA SMA Negeri 9 Banda Aceh yang berjumlah 144 siswa tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah dua kelas, yaitu: kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 27 siswa dan kelas XII IPA2 sebagai kelas pembanding dengan jumlah 28 siswa. Data penelitian yang diperoleh dilakukan uji normalitas memakai uji Chi-kuadrat, sedang untuk uji homogenitas digunakan uji F. Uji hipotesis dengan Uji-t dan dilanjutkan dengan uji lanjut, jika terdapat perbedaan yang sangat nyata. HASIL DAN PEMBAHASAN Objek dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep, sikap ilmiah dan asesmen kinerja siswa sebagai hasil perlakuan antara penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi dan metode diskusi dengan media gambar. Ada empat hal yang dibandingkan dalam penelitian ini, yaitu: 1) model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi dan metode diskusi dengan media gambar dalam peningkatan penguasaan konsep siswa, 2) model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi dan metode diskusi dengan media gambar dalam peningkatan sikap ilmiah siswa, 3) model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi dan metode diskusi dengan media gambar dalam peningkatan asesmen kinerja siswa, 4) model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi dan metode diskusi dengan media gambar dalam hubungan peningkatan pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa. Pemahaman Konsep Kemampuan utama yang diamati dalam penerapan model inkuiri dengan animasi pada pembelajaran sintesis protein di SMA Negeri 9 Banda Aceh adalah kemampuan pemahaman konsep, Pemahaman konsep siswa ditempuh dengan dua tahap yaitu: Kemampuan Awal Siswa (pretest) dan pemahaman konsep diakhir pembelajaran (posttest) setelah didapat nilai pretest dan posttest dari kedua kelas penelitian dapat dilakukan uji normalitas Gain untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa terhadap sintesis protein. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 1. dapat diketahui rata-rata nilai rata-rata pretest kedua kelas terdistribusi normal dan homogen. Artinya kemampuan awal dari kelas eksperimen dan pembanding memiliki kemampuan awal yang sama.
103
Tabel 1. Rata-rata nilai pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas pembanding No. Kelas Eksperimen 1 Pembanding 2
Rata-rata Pretest Posttest 28,48 85,26 21,00 63,96
Gain 56,78 42,96
Setelah diperoleh nilai pretes dan postes pada kedua kelas dilakukan uji signifikansi peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menguji signifikansi peningkatan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas pembanding di tempuh dengan menguji rata-rata N-gain pada kedua kelas. Hasil penelitan tentang penerapan model inkuiri berbasis animasi dikelas eksperimen dan model diskusi dengan media gambar di kelas pembanding memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep didiri siswa, dimana siswa di kelas model inkuiri berbasis animasi memperoleh nilai yang lebih baik dibandingkan dengan siswa di kelas diskusi dengan media gambar. Dimana ratarata N-Gain dikelas eksperimen 80,89 sedangkan dikelas pembanding 71,71. Perbedaan ini dapat dikarenakan adanya penggunaan animasi selama proses pembelajaran di kelas eksperimen. Media animasi yang ditampilkan membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar dan siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga bisa mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan. Penyajian materi dalam bentuk slide dengan animasi, gambar, dan variasi warna yang menarik mengarahkan perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk memahami materi-materi yang disajikan dan bertahan lama dalam ingatan siswa. Siswa dapat melihat langsung ilustrasi abstrak dan penyajian materi pun dapat dilakukan secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama. Sesuai dengan pendapat Hamalik dalam Arsyad, (2002), bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Hasil proses pembelajaran yang menggunakan media animasi diperoleh beberapa informasi seperti: siswa memahami materi sintesis protein yang diberikan oleh guru karena dimodekan dengan media animasi, pembelajaran menjadi menantang dan memotivasi siswa untuk mencari tahu dengan bertanya, siswa menjadi aktif dan serius memperhatikan penjelasan guru saat penyajian kelas berlangsung, siswa menyukai animasianimasi yang digunakan guru selama pembelajaran.
104
Siregar
Sikap Ilmiah Siswa Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kedua kelas terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa di kelas eksperimen dan kelas pembanding. Hasil uji statistik diperoleh harga thitung = 2,94. Sedangkan harga t-tabel dengan db = 55 sebesar = 2,01. (thitung > ttabel). Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model inkuiri berbasis animasi dengan kelas pembanding dengan diskusi berbasis media gambar pada siswa kelas XII SMAN 9 Banda Aceh diterima. Melalui pembelajaran model inkuiri berbasis animasi semua siswa dapat melihat bagaimana proses sintesis protein terjadi di dalam tubuh melalui tayangan animasi yang dilakukan oleh guru yang selama ini tidak dapat dilihat oleh siswa. Melalui animasi yang ditayangkan dapat menimbulkan pertanyaan pada diri siswa hingga siswa lebih aktif dibandingkan dengan menampilkan gambar. Setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa tidak langsung dijawab oleh guru, melainkan dikumpulkan dan dibuat menjadi rumusan masalah. Rumusan masalah yang telah ditentukan akan diberikan kembali pada siswa dalam bentuk kelompok siswa dapat membuat hipotesis, melakukan pengamatan, membaca beberapa buku yang berhubungan dengan sintesis protein. Hasil akhir siswa dapat menganalisis hasil pengamatan hingga membuat kesimpulan. Melalui diskusi permasalahan yang didiskusikan merupakan pilihan dari guru, sehingga membuat siswa kelihatan kurang berantusias dalam berdiskusi. Siswa dikelas eksperimen tampak lebih aktif belajar dibandingkan dengan kelas pembanding, aktifnya siswa belajar menumbuhkan sikap ilmiah positif pada diri siswa. Sikap ilmiah siswa dapat terlihat dari bagaimana mereka memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, memahami suatu konsep baru dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan, kritis terhadap suatu permasalahan yang perlu dibuktikan kebenarannya, dan mengevaluasi kinerjanya sendiri. Hal-hal inilah yang dapat membantu siswa belajar secara ilmiah, terstruktur, dan mandiri. Penelitian sebelumnya juga telah membuktikan bahwa melalui model inkuiri dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa seperti yang dikemukakan oleh Rustaman dan Efendi (2004) siswa yang belajar sains dengan berinkuiri memiliki penguasaan konsep yang tidak berbeda dengan siswa yang belajar dengan metode ceramah dan penugasan, tapi mereka memiliki kelebihan dalam semangat berinkuiri dan keterampiln proses dan serta sikap ilmiah. Asesmen Kinerja Siswa Hasil analisis hipotesis menunjukkan terda-
pat perbedaan asesmen kinerja antara siswa di kelas eksperimen dan kelas pembanding. Perbedaan asesmen kinerja siswa diuji dengan menggunakan uji t dengan taraf signifikan 0,05 dan dk n1+ n2 -2, diperoleh ttabel = 2,01 dan thitung = 2,258. Karena thitung > ttabel, maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan asesmen kinerja siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model inkuiri berbasis animasi dengan kelas pembanding dengan diskusi berbasis media gambar pada siswa kelas XII SMAN 9 Banda Aceh diterima. Perbedaan asesmen kinerja siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas pembanding hal ini dapat disebabkan oleh penyajian materi sintesis protein di kelas eksperimen yang mengharuskan siswa untuk melakukan langkah-langkah ilmiah melalui inkuiri. Siswa di kelas pembanding tidak melakukkan langkah-langkah ilmiah, melainkan diskusi kelompok dalam pembahasan materi sintesis protein. Hubungan Pemahaman Konsep dengan Sikap Ilmiah Siswa Hasil analisis regresi juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa berpengaruh secara signifykan terhadap tanggapan siswa mengenai model pembelajaran yang digunakan oleh guru (thitung > ttabel pada taraf signifikan 0,05) Hubungan yang positif antara sikap ilmiah siswa dengan pemahaman konsep dikelas eksperimen diperoleh dengan membandingkan nilai rhitung dan rtabel, hasil uji regresi diperoleh rhitung = 0,743 dan rtabel = 0,389. rhitung > rtabel, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan pemahaman konsep dikelas eksperimen. Hasil uji regresi di kelas pembanding diperoleh rhitung = -0,151 dan rtabel = 0,374, rhitung < rtabel, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan pemahaman konsep dikelas pembanding. Perbedaan hubungan sikap ilmiah terhadap pemahaman konsep siswa juga dapat dilihat pada Gambar 1. Perbedaan hubungan sikap ilmiah dengan pemahaman konsep di kedua kelas dapat disebabkan oleh perasaan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran sintesis protein. Perasaan senang dalam mengikuti pelajaran dapat merangsang siswa untuk belajar lebih aktif dibandingkan dengan keterpaksaan, hal ini yang dirasakan oleh siswa di kelas eksperimen sehingga siswa di kelas eksperimen memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Perasaan senang ataupun tidak senang siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dipengaruhi oleh ketepatan guru dalam menggunakan metode pembelajaran, ketepatan pemilihan metode dapat juga mempengaruhi sikap ilmiah siswa. Menurut Solahuddin (1993), pembelajaran bi-
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Media Animasi
105
Gambar 1. Hubungan Sikap Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa ologi dengan menggunakan strategi dan media pembelajaran yang tepat seperti yang diharapkan dalam GBPP sangat berpengaruh positif pada sikap siswa SMA. Hovland dalam Azwar (2003) juga menyatakan efek terjadinya perubahan sikap pada seseorang siswa sangat tergantung pada sejauh mana proses komunikasi diperhatikan, dipahami dan diterima. Model pembelajaran inkuiri dengan animasi memberikan peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan dalam menjawab petanyaan yang diajukan oleh siswa, dan siswa juga dapat menemukan jawaban hingga menganalisa permasalahan sehingga lebih mudah bagi siswa untuk memahami apa yang dikomunikasikan dibandingkan dengan berdiskusi dengan media gambar.
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan hipotesis yang diajukan, dapat disimpulkan: terdapat perbedaan pemahaman konsep, Sikap ilmiah dan asesmen kinerja siswa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media animasi dan lebih baik dibandingkan dengan metode diskusi dengan media gambar pada konsep sintesis protein di SMA Negeri 9 Banda Aceh dan Ada hubungan positif antara pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri dengan media animasi dan tidak ada hubungan pemahaman konsep dan sikap ilmiah terhadap penerapan model diskusi dengan media gambar pada konsep sintesis protein di SMA Negeri 9 Banda Aceh.
DAFTAR RUJUKAN Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dahar, W. R. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Kusmarni, Y. 2012. Penerapan Asesmen Kinerja pada Pembelajaran IPS. Prosiding. http://file. upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJ ARAH/196601131990012-YANI_KUSMARNI/Prociding_IPS.pdf. diakses pada tanggal 18 November 2013. Rustaman, N. dan Efendi. (2004). A Study on Learning Cycles Models Through Hand on Techniques Based on Conceptual Mastery And Inquiry Ability for Secondary School Science. Paper Presented in APEC Seminar on Best an Innovations in The Teaching and Learning Science and Mathematics at the Secondary School Level. Di Penang, Malaysia. Rustaman., Arifin dan Permanasari. 2007. Mengefektifkan Pembelajaran Sains dan Animasi-
nya untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dengan Berbagai Metode. Laporan Penelitian Hibah Pasca. Depdiknas. Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sanger, M. J. 2000. Adressing Student Misconceptions Concerning Electron Flow in Aqueous Solutions With Instruction Including Computer Animations and Conceptual Change strategies. International Journal Science and Education, Vol.22.No.5, 521-537. Diakses pada tanggal 10 November 2013. Sholahuddin, (1993). Pemberdayaan Mata Pelajaran IPA Dalam Upaya Menumbuh Kembangkan Sikap Positif Terhadap Lingkungan. http//www.Depdiknas.go.id/jurnal /32/pemberdayaan mata pelajaran IPA. Htm. diakses September 2012. Wahono, R.S. 2008. Guru dan Pengembangan Media Pembelajaran. http://romistria waho-
106
Siregar
no net/2008/04/17. Guru dan pengembangan multimedia pembelajaran. Diakses tanggal 20 Oktober 2013.