Jurnal EduBio Tropika, Volume 1, Nomor 2, Edisi Khusus, Desember 2013, hlm. 61-120
Devi Handayani Mahasiswa Prodi Magister Pendidikab Biologi PPs Unsyiah, Banda Aceh, Aceh Korespondensi:
[email protected]
UJI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamark) PADA PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN RENDAMAN AIR KAPUR SIRIH (CaCO3) DAN EKSTRAK DAUN UBI KARET (Manihot glaziovii M.A) ABSTRAK: Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh rendaman kapur sirih, ekstrak daun ubi karet dan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas, telah dilaksanakan bulan Mai 2013 dikawasan Gampong Doi Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Metode penelitian ini adalah metode experimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4x4 dengan 16 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuan dengan dua faktor yaitu konsentrasi rendaman air kapur sirih (K) dan konsentrasi ekstrak daun ubi karet (U) dengan masing-masing konsentrasi 0%, 1,25%, 2,5% dan 3,75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada rendaman air kapur sirih menyebabkan keong mas mati dengan cepat pada 48 jam perlakuan, dan dengan menggunakan ekstrak daun ubi karet menyebabkan mortalitas keong mas mati pada 72 jam, sedangkan pada perlakuan antara kombinasi rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet menyebabkan kematian yang sangat cepat pada 24 jam perlakuan. Simpulan penelitian (1) Rendaman kapur sirih berpengaruh terhadap mortalitaas keong mas, (2) Ekstrak daun ubi karet berpengaruh terhadap mortalitas keong mas, dan (3) Kombinasi antara rendaman air kapur dan ekstrak daun ubi karet berpengaruh terhadap mortalitas keong mas. Kata Kunci: Keong mas, Kapur dan ekstrak daun ubi karet
THE EFFECTIVENESS TEST OF GOLDEN SNAIL (Pomacea canaliculata Lamark) CONTROL ON PADDY IN THE FIELD BY USING WHITING WATER IMMERSION (CaCO3) AND CEARA RUBBER LEAVES EXTRACTS (Manihot glaziovii M.A.) ABSTRACT: It had been conducted a research entitled “The study aims to determine the effect of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract and the combination of whiting water immersion and ceara leaves extract toward the mortality of golden snail. The study was conducted on May 2013 in Gampong Doi, district of Ulee Kareng, Banda Aceh. The method used in this study is an experimental method using a completely randomized design (CRD) with a 4x4 factorial pattern with 16 treatments repeated four times. The treatment consists of two factors: the concentration of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract, in which each of concentrations is 0%, 1.25%, 2.5% and 3.75%. The results showed that whiting water immersion causes snails die rapidly at 48 hours of treatment, and the use of ceara rubber leaves extract cause snails die at 72 hours of treatment, whereas the combination from both of them cause rapid death at 24 hours of treatment. The conclusion of the study (1) Whiting water immersion influences the mortality of golden snail, (2) Ceara rubber leaf extract influences the mortality of golden snail and (3) combination of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract influences the mortality of golden snail. Keywords: Golden snail, whiting and ceara rubber leaf extract
PENDAHULUAN Keong mas atau disebut siput murbei (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan siput air tawar yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1981 sebagai hewan hias. Ada dua pendapat tentang masuknya keong mas ke Indonesia, yaitu dengan membiakkannya sebagai hewan hias untuk komoditas eksport, dan dipihak lain keong mas
menjadi hama pada tanaman (Hendarsih dan Nia, 2009). Keong mas telah menjadi hama utama di Aceh, terutama pada areal sawah beirigasi. Serangan dapat terjadi pada persemaian sampai tanaman berumur dibawah empat minggu setelah tanam. Gangguan keong mas terjadi pada anakan, sehing-
107
108
Handayani
ga jumlah anakan produktif menjadi berkurang. Jika populasi tanaman di peraian berkurang akibat dimakan keong mas, maka lingkungan akan kumuh dan kesehatan masyarakat terganggu (Carlsson, 2006). Untuk menekan populasi dan mengurangi kerusakan tanaman oleh keong mas dapat dilakukan pengendalian secara terpadu. Pengendalian keong mas pada tanaman budidaya perlu dilakukan sejak persiapan tanam hingga setelah panen (Hendarsih dan Nia, 2009). Keong mas maupun telur keong mas berada pada daerah yang mempunyai kelembaban yang tinggi atau berada di sawah, yang terendam air dalam jangka waktu yang lama (Syam dan Wurjandari, 2005). Apabila lahan berada dalam kondisi tergenang, keong mas akan berkembang secara cepat dan apabila lahan dalam keadaan kering, hama ini masih dapat hidup dengan istirahat didalam tanah. Keong mas mampu bertahan hidup didalam tanah sampai 6 bulan lamanya dan jika mendapat pengairan maka keong akan berkembangbiak kembali. Keong mas muda memakan ruas-ruas tanaman padi yang masih muda (umur ± 1-2 bulan) dan membuat ruas-ruas tanaman menjadi patah berserakan di sekitar rumpun tanaman padi. Dampak terburuk adalah produktivitas sawah semakin menurun, bahkan gagal panen (IRRI, 2003). Populasi keong mas yang tinggi dapat merusak tanaman padi sampai 100% (Hamidy dkk., 2004; Anonymous, 2004; Sery dkk., 2006; dan Syahpriansyah dkk., 2009). Berbagai langkah penanggulangan keong mas telah dilakukan, mulai dari pengendalian secara mekanik, kultur teknik hingga biologis. Dalam penerapannya banyak mengalami hambatan, sehingga keong mas mudah berkembang biak karena bersifat hemaprodit dan menempati lahan yang sangat luas. Pengendalian hama di Indonesia dilakukan dengan menggunakan moluskisida sintetis (pestisida) yang tinggi, sehingga dapat mencemari lingkungan serta mengganggu organisme non target seperti musuh alami dan manusia (Sulistiono, 2007). Pengendalian dengan menggunakan moluskisida sintetis berakibat keong mas dapat terbunuh, tetapi cangkang akan tertinggal di dalam. Hal ini akan menimbulkan masalah baru bagi petani yang melukai telapak kaki, sehingga perlu kegiatan untuk petani mengumpulkan cangkang diareal yang telah diberi pestisida (Hamidy dkk., 2004). Pemanfaatan pestisida untuk menekan pertumbuhan keong mas di sawah pada saat ini tidak
banyak dilakukan oleh petani, karena mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Anonimous, 2004). Sebagai upaya dalam mengatasi perkembangan hama secara luas perlu dilakukan teknologi pengendalian yang tepat, efektif dan ramah lingkungan. Salah satu cara pengendalian hama diantaranya melalui penerapan moluskisida nabati seperti daun sirih hutan, daun tembakau dan pinang yang sudah di lakukan oleh orang lain. Sejauh ini rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet belum ada yang teliti, maka peneliti tertarik untuk meneliti rendaman kapur sirih (CaCO3) dan ekstrak daun ubi karet (Manihot glaziovii M.A) yang menjadi agen kimia dalam membasmi keong mas. Rendaman air kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet sangat efektif dilakukan sebagai pengendalian hama pada padi sawah karena selain dapat menetralkan tanah asam, kapur juga dapat dijadikan sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Pada daun ubi karet mengandung zat toksik yaitu asam sianida (HCN) yang dapat mengendalikan hama keong mas. Penelitian memakai rendaman kapur sirih terhadap pengendalian keong mas belum pernah dilakukan, sehingga perlu pembuktian dengan judul uji efektivitas pengendalian keong mas pada padi sawah dengan menggunakan rendaman air kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh rendaman kapur sirih terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck), Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas dan untuk mengetahui pengaruh rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck). METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 4x4 perlakuan dengan dua faktor yaitu konsentrasi air kapur sirih (K) dan konsentrasi daun ubi karet (U) dengan 16 perlakuan dosis rendaman air kapur sirih, ekstrak daun ubi karet dan kontrol. Setiap perlakuan diadakan pengulangan sebanyak empat kali, sehingga didapat 64 perlakuan. Konsentrasi dengan air rendaman kapur sirih yang diperlakukan adalah K0 = 0%, K1=1,25%, K2=2,5% dan K3=3,75%. Sementara ekstrak daun ubi karet memiliki konsentrasi U0= 0%, U1= 1,25%, U2= 2,5% dan U3= 3,75%.
109
Uji Efektivitas Pengendalian Keong Mas (Pomacea canaliculata lamark)
Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Terhadap Keong Mas Air Kapur (K)
Ekstrak daun ubi
Konsentrasi
K0 (0 %)
K1 (1,25 %) K2 (2,5 %)
K3 (3,75 %)
karet (U)
U0 (0 %)
U0K0
U0K1
U0K2
U0K3
U1 (1,25%)
U1K0
U1K1
U1K2
U1K3
U2 (2,5%)
U2K0
U2K1
U2K2
U2K3
U3 (3,75%)
U3K0
U3K1
U3K2
U3K3
1.12
1.30 1.30
1.00
1.20 1.00
1.30 1.30
1.30 1.30
1.40
1.00 1.00 1.00
Prosedur Penelitian Pembiakkan keong mas Induk keong mas di ambil dari sawah dan di biakkan ke dalam kolam buatan yang berisi air, rumput-rumputan dan batang padi yang masih muda sebagai makanannya. Keong mas dibiarkan bertelur sampai telurnya menetas dan hidup selama ± 60 hari yang berdiameter cangkangnya berkisar antara 2 cm sampai 3 cm. Pembuatan rendaman air kapur sirih stok Kapur sirih seberat 1.200 gr dicampur air 2.000 ml sehingga diperoleh 100% dibagi menjadi konsentrasi 1,25 %, 2,5 % dan 3,75%. Pembuatan ekstrak daun ubi karet Daun ubi yang digunakan adalah daun yang berada pada tangkai ke 6 dari pucuk. Daun ubi dipetik lalu ditimbang sebanyak 2 kg. Daun ubi di potong halus dan direndam dengan menggunakan 16 liter etanol selama 24 jam sebagai penarikan ekstrak, setelah itu dilakukan evaporasi untuk memisahkan antara ekstrak dengan etanol sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 100%. Konsentrasi 100 % dibagi menjadi konsentrasi 1,25 %, 2,5 % dan 3,75% setiap perlakuannya. Teknik Pengumpulan Data Setiap toples diisi 10 individu keong mas, pengamatan dilakukan pada jam 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Kemudian menghitung jumlah mortalitas keong mas serta persentase mortalitas keong mas setiap perlakuan. Analisis Data Model yang digunakan untuk desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial antara ekstrak daun ubi karet dengan kapur, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Yijk = π + Ui + Kj + (UK)ij + εijk
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Rendaman Air Kapur Sirih Terhadap Mortalitas Keong Mas Hasil penelitian yang dilakukan pada pengamatan 24 jam, 48 jam dan pada pengamatan 72 jam, dapat ditampilkan berdasarkan waktu pada Gambar 1.
Rata-rata Mortalitas (Berdasarkan data log)
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah laju mortalitas (jam) dan jumlah mortalitas keong mas berdasarkan tingkat konsentrasi (individu). Kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 1.
1.12
Faktor
0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 Kontrol
1,25%
2,50%
3,75%
Konsentrasi Perlakuan 24 Jam
48 Jam
72 Jam
Gambar 1. Mortalitas Keong Mas pada Perlakuan Rendaman Kapur Sirih Selama 24 Jam, 48 Jam dan 72 Jam
Gambar 1. menunjukkan bahwa mortalitas rata-rata tertinggi pada perlakuan rendaman air kapur sirih selama 48 dan 72 jam dengan konsentrasi 1,25%, 2,50% dan 3,75% dengan angka mortalitas angka mortalitas 1,30 individu. Sedangkan pada perlakuan selama 24 jam belum menyebabkan mortalitas keong mas secara keseluruhan, ini dibuktikan bahwa konsentrasi 2,50 % dan 3,75% hanya mampu mematikan keong mas dengan angka 1,12 individu. Sedangkan pada konsentrasi 1,25% belum menyebabkan keong mas mati, akan tetapi keong mas sudah mulai mengeluarkan lendir dari dalam mulutnya. Ini pertanda bahwa kapur yang ada pada wadah sudah ditelan oleh keong 109
110
Handayani
Gambar 2. menunjukkan bahwa mortalitas rata-rata keong mas tertinggi pada perlakuan ekstrak daun ubi karet selama 72 jam dengan konsentrasi 3,75% angka mortalitas mencapai 1,27 individu, pada konsentrasi 2,50% turun menjadi 1,16 individu dan konsentrasi 1,25% turun dengan mortalitas 1,11 individu. Pada perlakuan ekstrak daun ubi karet selama 48 jam mortalitas keong mas kembali turun pada konsentrasi 3,75% dengan angka mortalitas 1,09 individu, selanjutnya pada konsentrasi 2,50% turun sedikit menjadi 1,08 individu dan terakhir turun pada konsentrasi 1,25% menjadi 1,04 individu. Perlakuan ini menyebabkan kematian pada keong mas sangat kecil dan lambat. Senyawa sianida ditelan oleh keong mas sehingga menyebabkan keracunan pada sistem pernafasan dan sistem sarafnya, sehingga keong mas yang teracuni mengalami kelumpuhan syaraf mulut dan tidak bisa makan akhirnya menyebabkan kematian. Tingkat keracunan ini tergantung pada pemberian dosis dan lama perlakuannya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin banyak pula kandungan senyawa sianida yang bersifat sebagai senyawa moluskisida bagi keong mas. Hal ini mengidentifikasi bahwa semakin banyak zat racun maka semakin banyak hama uji yang mati dalam kurun waktu penelitian (Musman, dkk, 2001). Pada perlakuan ekstrak daun ubi karet selama 24 jam dan kontrol tidak menyebabkan kematian pada keong mas. Perlakuan selama 24 jam meskipun belum mengalami kematian, namun tubuh keong mas tampak lemas dan mengeluarkan 1.40 lendir. Ini terlihat jelas bahwa keong mas sudah mulai terkontaminasi oleh zat toksik sebagai racun 1.20 yang ada dalam ekstrak daun ubi karet yang didalamnya mengandung asam sianida (HCN). 1.00 Daun ubi mengandung zat toksik akibat ion sianida mulai dari akar (ubi) hingga daun, yang da0.80 pat membunuh manusia dan hewan tertentu dalam kadar yang berlebihan. Daun dan kulit batang ubi 0.60 kayu mengandung HCN yang 3-4 kali lebih besar dibanding kandungan HCN pada bagian akar. 0.40 Kandungan HCN yang tinggi juga ditentukan oleh jenis ubinya (Rukmana, 1997). 0.20 Sistem saraf pusat merupakan organ target utama untuk toksisitas sianida. Senyawa asam sia0.00 nida ditelan atau dihirup oleh keong mas sehingga Kontrol 1,25% 2,50% 3,75% menyebabkan keracunan pada sistem pernafasan Konsentrasi Perlakuan dan sistem sarafnya (Halifah, 2009). Toksisitas 24 Jam 48 Jam 72 Jam suatu bahan tergolong efektif apabila mampu Gambar 2. Mortalitas Keong Mas pada Perlakuan membunuh 50% atau lebih dari populasi hewan Ekstrak Daun Ubi Karet Selama 24 uji. Jam, 48 Jam dan 72 Jam Rata-rata Mortalitas (Berdasarkan data log)
1.00 1.09
1.00 1.08 1.16
1.00 1.04 1.11
1.00 1.00 1.00
1.27
mas sehingga sistem saraf keong mas sudah terganggu. Perlakuan kontrol tidak berpengaruh nyata pada mortalitas keong mas, jelas terlihat bahwa keong mas sangat aktif dan sehat berjalan mengelilingi wadah, dan tidak satupun dari keong mas tersebut menutup cangkangnya. Awal kematian keong mas yang terinfeksi kapur ditandai dengan perubahan tingkah laku keong mas yaitu tubuh keong mas berubah warna dari kuning terang menjadi kuning kehitaman. Tubuh terus menerus mengeluarkan lendir dikarenakan terjadi kerusakan pada selaput lendir. Berkurangnya cairan lendir pada tubuh keong mas mengakibatkan kekejangan otot pada kaki keong mas sehingga pergerakannya menjadi lambat. Bahagian tubuh berusaha keluar dari cangkang akibat panas dari kapur, hal ini disebabkan senyawa yang masuk kedalam tubuh keong mas mengganggu kerja jaringan tubuh keong mas, proses ini mengakibatkan keong mas mati dengan cepat. Pengapuran (CaO) dapat menyebabkan keong mas kurang aktif, turunnya daya makan dan bahkan mati. Pengapuran dengan takaran 50 kg/ha efektif menekan perkembangan keong mas (Hendarsih dan Kurniawati, 2002). Pengapuran dianjurkan pada saat populasi keong mas rendah atau pada saat tanam. Pengaruh Ekstrak Daun Ubi Karet Terhadap Mortalitas Keong Mas Hasil penelitian yang dilakukan pada pengamatan 24 jam, 48 jam dan pada pengamatan 72 jam, ditampilkan pada Gambar 2.
Uji Efektivitas Pengendalian Keong Mas (Pomacea canaliculata lamark)
1.40
Rata-rata Mortalitas (Berdasarkan data log)
1.20 1.00
1.08
1.06
U1K2
U1K3
1.00
1.13
1.26
1.23
U3K1
U3K2
1.18
111
1.28
1.09
0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 U1K1
U2K1
U2K2
U2K3
U3K3
Kombinasi Perlakuan
Gambar 3. Mortalitas Keong Mas Selama 24 Jam dengan Kombinasi Rendaman Kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet
Rata-rata Mortalitas (Berdasarkan data log)
1.40
1.30
1.30
1.30
1.30
1.30
1.30
1.30
1.30
1.30
U1K1
U1K2
U1K3
U2K1
U2K2
U2K3
U3K1
U3K2
U3K3
1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
Kombinasi Perlakuan
Gambar 4. Mortalitas Keong Mas Selama 48 dan 72 Jam dengan Kombinasi Rendaman Kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet Pengaruh Kombinasi Antara Rendaman kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet terhadap Mortalitas Keong Mas Perlakuan Selama 24 Jam Hasil pengamatan tingkat mortalitas keong mas pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet selama 24 jam disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. menunjukkan bahwa mortalitas tertinggi pada perlakuan kombinasi antara kapur dan ekstrak daun ubi karet yaitu pada perlakuan ekstrak daun ubi karet dengan konsentrasi 3,75% dengan kapur pada konsentrasi 3,75% sebanyak 1,28 individu, menurun sedikit pada perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan Kapur pada konsentrasi 1,25% dengan angka mortalitas 1,26 individu selanjutnya menyusul turun dengan perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan kapur pada konsentrasi 2,50% sebanyak 1,23 individu, dan turun pada perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur pada kon-
sentrasi 2,50% sebanyak 1,18 individu dan menyusul perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur pada konsentrasi 1,25% sebanyak 1,13 individu. Pada ekstrak daun ubi karet konsentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur 3,75% turun sebanyak 1,08 individu, pada perlakuan ekstrak daun ubi karet konsentrasi 1,25% dengan kombinasi kapur pada konsentrasi 3,75% sebanyak 1,06 individu dan sedangkan pada perlakuan ekstrak daun ubi karet konsentrasi 1,25% dengan kombinasi kapur 1,25% tidak menyebabkan keong mas mati. Hasil pengamataan perlakuan dengan kombinasi antara ekstrak daun ubi karet dan rendaman kapur sirih dapat mematikan keong mas lebih cepat, ini diduga bahwa keong mas memakan ekstrak daun ubi karet yang seolah-olah menjadi makanan baginya, namun disisi lain keong mas tidak mengetahui bahwa didalam ekstrak ubi karet sudah terkontaminasi dengan rendaman kapur sirih. Keadaan tubuh keong mas setelah menelan kombinasi ekstrak daun ubi karet dan rendaman kapur sirih
112
Handayani
menyebabkan tubuh keong mas menjadi kaku dan mengeras, dengan tutup cangkang yang sedikit terbuka. Perlakuan Selama 48 dan 72 Jam Hasil pengamatan tingkat mortalitas keong mas pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet selama 48 dan 72 jam disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. menunjukkan bahwa mortalitas rata-rata tertinggi pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet yaitu rata-rata mortalitas pada perlakuan selama 48 dan 72 jam menyebabkan keong mas mati seluruhnya. Hal ini membuktikan bahwa pada mortalitas keong mas dengan perlakuan rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet ini sangat efektif digunakan. Lebih banyak waktu yang diberikan maka semakin banyak zat racun yang masuk kedalam tubuh keong mas, sehingga mempengaruhi daya makan keong mas akibat senyawa yang bersifat panas yang dapat mengganggu sistem pernafasan dan sarafnya. Hasil uji anova terhadap mortalitas keong mas disajikan pada Tabel 2.
kapur pada konsentrasi 2,50% berbeda nyata dengan semua ekstrak daun ubi karet, konsentrsi 0% dengan angka 3,25 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 2 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 7,25 individu. Pada perlakuan kapur dengan konsentrasi 3,75% juga berbeda nyata dengan semua faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan angka 3,25 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 1,5 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 2,25 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 9 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan faktor kapur pada konsentrasi 0% dan 1,25% tidak berbeda nyata dengan angka 0 individu, sedangkan perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% berbeda nyata dengan kosentrasi 2,50% dengan angka 3,25 individu. Pada perlakuan kapur dengan konsentrasi 2,50% dan 3,75% tidak berbeda nyata. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan faktor kapur pada konsentrasi 0% dan 1,25% tidak berbeda nyata dengan angka 0 individu, sedangkan perlakuan kapur
Tabel 2. Anova faktorial selama 24 jam Sumber Variasi Rata-rata Perlakuan : Daun Ubi Karet (U) Kapur (K) Kombinasi Kekeliruan JUMLAH
Dk 1
JK 76,87
KT 76,87
F-hit
F-tabel
3 3 9 48 64
0,24 0,22 0,57 0,10 77,54
0,08 0,07 0,06 0,002
38,4*) 35,2*) 30,4*)
3,86 3,86
Tabel 3. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada jam ke 24 Perlakuan U0 U1 U2 U3
K0 0a 0a 0a 0a
Hasil analisis menunjukkan Jika F hitung ≥ F tabel maka Ha diterima. Terdapat adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan konsentrasi. Tabel 3. menunjukkan bahwa faktor kapur konsentrasi 0% dengan faktor ekstrak daun ubi karet pada semua konsentrasi tidak berbeda nyata dengan angka 0 individu. Perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% dengan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dan 1,25% juga tidak berbeda nyata, perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% dengan faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan angka 3,75 individu berbeda nyata dengan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan angka 8 individu. Perlakuan
K1 0a 0a 3,75cd 8f
K2 3,25bcd 2bc 5de 7,25ef
K3 3,25bcd 1,5ab 2,25bc 9f
pada konsentrasi 1,25% berbeda nyata dengan konsentrasi 2,50% dengan angka 2 individu dan 3,75% dengan angka 1,5 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% berbeda nyata dengan semua faktor kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 3,75 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 2,25 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% berbeda nyata dengan semua faktor kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 8 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 7,25 individu dan konsentrasi 3,75% dengan
Uji Efektivitas Pengendalian Keong Mas (Pomacea canaliculata lamark)
angka 9 individu. Hasil anova disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis menunjukkan Jika F hitung ≥ F tabel maka Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan konsentrasi. Hasil persentase mortalitas keong mas dalam uji lanjut BNT taraf nyata 5% selama 48 jam disajikan pada Tabel 5.
113
angka 1 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Fak-tor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 2 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Fak-tor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% deng-
Tabel 4. Tabel anova faktorial pada 48 perlakuan jam Sumber Variasi Rata-rata Perlakuan : Daun Ubi Karet (U) Kapur (K) Kombinasi Kekeliruan JUMLAH
Dk 1
JK 98,25
KT 98,25
F-hit
3 3 9 48 64
0,01 0,73 0,76 0,01 99,02
0,0 16,00*) 0,24 1168,00*) 0,08 405,33*) 0,0002
F-tabel
3,86 3,86
Tabel 5. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada 48 jam perlakuan Perlakuan U0 U1 U2 U3
K0 0a 1b 2c 2,5c
K1 10d 10d 10d 10d
K2 10d 10d 10d 10d
K3 10d 10d 10d 10d
Tabel 6. Tabel anova faktorial pada 72 jam perlakuan Sumber Variasi Rata-rata Perlakuan : Daun Ubi Karet (U) Kapur (K) Kombinasi Kekeliruan JUMLAH
Dk 1
JK KT 101,58 101,58
F-hit
F-tabel
3 3 9 48 64
0,03 0,01 0,35 0,12 0,47 0,05 0,01 0,0002 102,06
48,00*) 560,00*) 250,67*)
3,86 3,86
Tabel 7. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada 72 jam perlakuan Perlakuan U0 U1 U2 U3
K0 0a 3b 4,5c 8,75d
Tabel 5 menunjukkan bahwa rendaman kapur sirih pada konsentrasi 0% berbeda nyata dengan semua faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 1 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 2 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 2,5 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu.Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan
K1 10e 10e 10e 10e
K2 10e 10e 10e 10e
K3 10e 10e 10e 10e
an angka 2,5 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Sementara kombinasi lainnya tidak berbeda nyata. Hasil anova disajikan pada perlakuan 72 jam disajikan pada Tabel 6. Tabel 7 menunjukkan bahwa rendaman kapur sirih pada konsentrasi 0% berbeda nyata dengan semua faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 3 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 4,5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 8,75 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan faktor
114
Handayani
rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu.Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 3 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 4,5 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 8,75 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Sementara kombinasi lainnya tidak berbeda nyata. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ternyata bahan nabati yang diuji dapat digunakan untuk mengendalian keong mas dengan sifat daya kerja yang berbeda. Perbedaan DAFTAR RUJUKAN Anonymous., 2004. Opsi-opsi Pengendalian Siput Murbai. Tersedia di: Http//www.applesnail. net. (Diakses 6 Oktober 2004). Carlsson, N.O.L., 2006. “ Invasive Golden Apple Snails are Threatening Natural Ecosystems in Southeast Asia.” In Joshi. R.C. and L.S. Sebastian (Ed.) Global Advances in Ecology and Management of Golden Apple Snail. PhilRice, Ingnieria DICTUC and FAO. P. 61-72. Halifah, P., 2009. “Pengaruh Perasan Daun Ubi Kayu terhadap Mortalitas Keong Mas”. Tersedia di: file:///G:/Keong Mas (ubi kayu). htm. (Diakses April 2009). Hamidy, S., Khalid, J., Adil, M; dan Hamdani, 2004. Rakitan Teknologi Pengendalian Keong Mas. Hendarsih, S dan Kurniawati, Nia., 2002. “Prospek Moluskisida Nabati dalam Pengendalian Siput Murbai”. Berita Puslitbangtan 24:1112. Hendarsih, S dan Kurniawati, Nia., 2009. “Keong mas dari hewan peliharaan menjadi hama utama padi sawah ”. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. International Rice Reserch Institude., 2003. Rice Knowledge Bank, Philipina: Version 2.2. IRRI.
konsentrasi dan jenis senyawa dapat memberikan pengaruh berbeda terhadap penghambatan aktivitas makan hama. Proses kematian hama akan semakin cepat dengan pertambahan konsentrasi yang digunakan. SIMPULAN Rendaman kapur sirih berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada perlakuan selama 24, 48 dan 72 jam. Ekstrak daun ubi karet berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada perlakuan selama 72 jam, sedangkan pada perlakuan selama 24 dan 48 jam belum menyebabkan keong mas mati.Interaksi antara rendaman kapur sirih dengan ekstrak daun ubi karet berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada perlakuan selama 24, 48 dan 72 jam.
Musman M., Sofia dan Kurnianda V., 2001. Selektivitas fraksi Rf<0,5 ekstrak etil asetat (EtOAc) biji putat air (Barringtonia racemesa) terhadap keong mas (Pomaceae canaliculata) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus). Jurnal Depik 1(2):99-102. Rukmana, R., 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius. Sery, R.A., Sunarsi; dan Idris, 2006. Pengelola Keong Mas (Pomacea canaliculata) untuk mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi Sawah. Sulistiono., 2007. Cara Aman Mengendalikan Keong Mas. Bogor : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut pertanian Bogor (FPIK-IPB). Syahpiansyah, N., Wibowo, L., dan Indryati, 2009. Pengaruh Eksrak Kasar Buah palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata W) Terhadap Mortalitas Keong Mas (Pomacea sp) di Rumah Kaca. Syam, M. dan D. Wujandari., 2005. Masalah Lapang (Hama, Penyakit dan Hara) pada Padi. Jakarta: Kerjasama Balai Penelitian Tanaman Padi, BP2TP, BPTP dan IRRI