SennmwYucional Peternakan don Veteriner 1999
SUPEROVULASI DENGAN TEKNIK LASERPUNKTUR PA DA KA IN1 It I NG PERANAKAN ETTAWAH SI P1,1) (
i! TNT()IM, N 1'Nt
SIIYASA, 1AP PARWAT1,
dan M
RAt YASA
lnstalavi Pendiliem dim Pcrngkajian Teknologi Pertanian Denpasar P.0, Box 3480, Denpasar 80222 ABSTRAK Salah saw upaya untuk mcninglettkan produktivitas kambing induk adalah meningkatkan juntlah anak kambing sckclahinm (filter size) melalui teknik superovulasi . Superovulasi dapat diinduksi deng,tn pcmbcrian hormon (misal PSMG) . Suatu penelitian pengaruh penggunaan teknik laserpunktur tcrhaclap gertak bcralli dan superovulasi dilaksanakan pada ternak kambing Peranakan Ettawah (PE) . Untctk mengetaluu efektivitas sinar laser, telah dilakukan penelitian terhadap 32 ekor kambing, yam , dipchllara para peternak di desa Pohsanten-Kabupaten Jembrana . Terhadap 16 ekor kambing clibcrikan perlakuan laserpunktur pada 22 titik akupunktur. Sedangkan 16 ekor kambing yang lain scbagai kontrol . Pada kambing perlakuan setelah berahi dikawirilcan menggimakan inscnfnasi buatan scclangkan pada kambing kontrol dikawinkan secara alami . Hasil penelitian mentujjukkan bahwa gertak berahi dengan sinar laser memberikan tingkat keberhasilan 100% . Dengan sclang awal bcralli antar individu terpanjang 1 hari, yang jauh lebih pendek dibandingkan kontrol, selang awal berahi terpanjang antar individu 18 hari . Perkawinan dengan IB ntenibcrikan tingkm kebunting,,m 81,25%, lebih tinggi dibandingkan cara alami yang menghasilkan kcbuntingan 68 .75'Y . . . Berdasarkan data kelahiran, superovulasi dengan laserpurilctur nyata meningkatkan liller size dari rata-rata 1,62 ekor (pada kontrol) menjadi 2,56 secara (P<(),()5) .
Kata kunci : Kambing . laserpunktur. superovulasi, litter size PENDAHULUAN Di daerah Bali kini tcrclapat sekitar 122 .000 ekor kambing atau sekitar 1% dari seluruh populasi kambing di Indonesia . Adanya introduksi kambing jenis PE (Peranakan Ettawah) sejak talutn 80 - an . sehingga populasi .jenis kambing ini di Bali kini mencapai 79 .000 ekor atau sekitar 65% dari seluruh populasi kambing di Bali (DISNAKPROPINSiBALi, 1998). Perkembangan juntlah pcnduduk . pariwisata serta industri pengolahan hasil, uienyebabkan kebutuhan daging kambing di Bali lcrus meningkat, sehingga tidak dapat terpenuhi seluruhnya dari produksi pctani sctcmpat . Seti,lp tahunnya daerah Bali kekurangan sekitar 4 .000 - 5 .000 ekor kambing dan untuk mcmcnuhinya harus didatangkan dari luar daerah (DISNAK PROPINSI BALI, 1997) . Padalial potcnsi sumbcrclava alam yang ada di Bali khususnya clan di Indonesia pada tununinya mcmiliki claya dukung yang cukup besar untuk pengembangan kambing . Kambing dapat dikembangkan secara intcnsif sebagai salah satu komponen dalam diversifikasi usahatani bersama tanaman industri di clacrah perkebua ;m . disamping dapat dikembangkan di daerah lalian kritis, seperti di daerah Bali Timur clan Bali Ulara, yang potensinya mencapai 51 .000 ha (DISNAK PROPINSI BALI, 1997) 264
Semir~nr ;1'a .cionol Peternakan don Veteriner 1999
Untuk meningkatkan produksi daging kambing perlu upaya mempercepat perkembangan populasi melalui peningkatan daya reproduksi disamping peningkatan produktivitas melalui perbaikan mutu genetik, pakan dan menajenien (HLINTER, 1995) . Dari aspek reproduksi masih diperlukan beberapa perbaikan dalam manajemen pada kondisi lapang, antara lain untuk mentperpendek selang beranak. Selang beranak kambing bervariasi sekitar 7 - 12 bulan (SfNTnItI et al., 1998, SARWONO et al., 1993 yang dikutip oleh HARYANTO et al., 1997), dan untuk kambing PE rata-rata selang beranak 0,89 tahun atau 10,68 bulan (HARYANTO
et al.,
1997)
Disantping itu, litter size relatif rendah, rata-rata 1,49 ekor dengan jumlah anak sapih per tahun (induk reproduksi induk) 1,42 ekor (HARYANTo et al., 1997) . Bahkan, WARDHANI et al. (1997) memperoleh litter size kambing PE didaerah Gunung Kidul rata-rata hanya 1,18 ekor. Melalui pushing (perbaikam pak~m setclah perkawinan) diperoleh peningkatan litter size menjadi rata-rata 1,3 ekor . Sementara itu, SANDII[ et al. (1986) mendapatkan litter size kambing PE di Bali rata-rata 1,5 ekor . Untuk meningkatkan daya reproduksi diintroduksikan berbagai teknologi, antara lain pemilihan induk dari garis keturumm prolifik, sehingga secara kontinyu dapat menghasilkan litter size lebili tinggi . Untuk mcmudahkan deteksi berahi dan efisiensi perkawinan dapat dilakukan dengan rangsangan berahi, disamping itu untuk meningkatkan litter size, kini tengah banyak dicoba teknik superovulasi yang diclahului dengan gertak berahi (SAMIK et al., 1995) . Berahi adalali tingkah laku seksual dimana pada hewan betina dalam keadaan siap secara fisiologis untuk bereproduksi jika clikawinkan dengan pejantan, yang lamanya pada kambing berkisar 25 - 45 jam (SORENSEN, 1979) dan siklus berahi berlangsung selama 18 - 22 hari dengan rata-rata 19 hari (SUFAMA dan Bi IDIARSANA, 1997) . WODZICKA et rrl . (1991) menyalakan pada dasarnya berahi akan timbul diawali dengan nienunmnya kadar hormon pr(Westeron akibat pecahnya corpus lutheum, turunnya hormon progesteron akan diikuti meningkatkaa kadar estrogen dalam darah yang akan merangsang sentakan FSH (Follicle SUumlatit-~g llurutun) dan LH (Lutinaizing Hormon) dari hipofisa anterior yang akan menyebabkan munculnya tingkah laku berahe
Salah saw sebab lrtnjangnya selang beranak pada kambing yang dipelihara petani karena banyaknya kegagalan konsepsi dalam perkawinan antara lain disebabkan karena ketidak cermatan dalatu deteksi berahi, adanya berahi Icrsclubung sehingga pelaksanaan perkawinan kurang tepat waktu (SANDHI et al.. 1991), disamping adanya berahi yang tanpa ovulasi (SLrrAMA dan BUDIARSANA, 1997) .
Rangsangan beralti pacla kambing betina yang telah lazim dilakukan adalah dengan penggunaan Prostaglandin (PGF-2(x). baik melalui intramusculer matipun intra uterin. Penggunaan PGF-2(x cukup praklis dilakukan pada ntminansia untuk mengatasi kesulitan dalam deteksi berahi (INSKEEP, 1973) . Menurut HAt-EZ (1980), penyuntikan PGF-2a pada siklus berahi akan mempercepat regresi Corpus lutheun yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan folikel, beralti din ovulasi. DI VENDRA dan BuRN (1994), menyebutkan bahwa ovulasi pada kambing terjadi pada masa akhir clari Berahi . hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi keterlambatan dalam perkawinan alau inseminasi pada kambing betina . Pernberian PGF- 2(x yang diikuti dengan petnberian hormon PSMG (Pregnant More Serum Gonadotropin) pada ltari ke-8 selclali berahi akan menghasilkan superovulasi (HERRY et al.,
265
Seminal- Mosional Peternakan dam Veteriner 1999
1996) . Namun dalam aplikasinya penggunaan PMSG dirasakan terlalu mahal dan kurang praktis. Disamping itu, penggumaan PSGM dapat memberikan efek samping yang kurang menguntungkan antara lain dengan timbulnya unovulatedf<Wicel (HAFEZ, 1993). Cara lain untuk merangsang superovulasi pada temak yang lebih efisien adalah dengan metode akupunktur, dan untuk ternak kambing akan lebih efektif dengan menggunakan teknik laserpunktur (ADIKARA, 1992) . Kjm)t: dan KUNG (1977) menyatakan, rangsangan akupunktur dapat dilakukan pada hewan kecil untuk mengatasi kendala infertilitas. Penggunaan laserpunktur dalam gertak berahi maupun dalam superovulasi diharapkan akan dapat mengganti penggunaan hormon (PGF-2 ot maupun PMSG), yang harganya relatif mahal sehingga akan lebih efisien (HERR )' et al ., 1996). Untuk rangsangan berahi pada kambing dilakukan pada 7 (tijuh) titik akupunktur (KLiDE dan KUNG, 1977) yakni pada bagian depan tubercoccy (2 buah; kiri - kanan) dan bagian belakang tubercoccv (2 buali kiri - kanan), bagian pangkal ekor (pertemuan vertebrae sacralis dan vertebrae coccvgialis : 1 buah) serla dikiri - kanan pertengahan vulva . Rangsangan pada 7 (tujuh) titik akupunktur dengan sinar laser kapasitas 20 KHZ masing-masing selama 5 detik akan menimbulkan gejala berahi pada I - 2 hari setelah perlakuan (ADIKARA, 1995). Sedangkan titik akupunktur untuk superovulasi terletak pada inter processus transversus vertebrae lumbalis 1 - 6 kiri dam kanan (10 buah) dam inter processus spinosus vertebrae lumbalis (5 buah) (KLIDE dam KUNG, 1997). SAMIK et al . (1995) mendapatkan bahwa penembakan sinar laser pada 15 titik akupunktur reproduksi terbukti dapm meningkatkan kadar progesteron secara nyata dalam darah, yakni 3,12 4, 94 mikro gram/ml . Konsentrasi progesteron yang tinggi pada hari 3 - 11 pada siklus berahi menunjukkan kemungkinan timbui n_ya corpus lutheum lebih dari satu buah (DAVENDRA dan BURN, 1994) . HERRY et al. (1996) menyatakan hasil superovulasi dengan laserpunktur diperoleh corpus luteum rata-rala 3,50 _+ 1,73, seclangkan penggunaan PMSG dihasilkan jumlah corpus luteum rata 3,25 +_ 1,89 . Pengginaan laserpunktur untuk gertak berahi juga memberikan kecepatan respon yang tidak kalah dengan penggunaan hormon (SAMIK et al., 1995) .
Dengan perlakuan gertak berahi dan superovulasi yang bisa dilaksanakan secara bersamaan, maka aplikasi laserpunktur akan lebili praktis dan hemat waktu dibandingkan dengan penggunaan hormon . Dengan biaya eksploitasi laser yang relatif murah, diharapkan teknologi ini akan dapat diaplikasikan di masyarakat . MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di clesa Polisanten Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana dengan mengglmakan 32 ekor kambing PE (Peranak Ettawah) betina yang telah beranak 1- 3 kali dengan berat antara 30 - 43 kg dan 2 ekor kambing jantan PE jamtan dengan berat 65 dan 71 kg. Kambing-kambing betina tersebut dipelihara oleh 16 oramg petani atau 2 ekor per petani yang masing-masing dipelihara dalam hetak kandang yang berbeda beda (1 ekor per petak) . Dari 32 ekor kambing betina tersebut 16 ekor diberikan perlakuan berupa gertak berahi dengan laserpunktur pada 22 titik akupuunktur, yakni : 2 titik kiri-kanan Vulva, 1 titik pangkal 266
Seniiinir :\Ia .siorn(d Peternakan don Veteriner 1999
ekor, 4 titik depan - belakang din kiri kiman tubercoccy), 10 titik pada inter processus tranversus vertebrae lumbalis 1 - 6 kiri - kanan, clan 5 titik pada inter processus spinosus vertebrae lumbalis 1 - 6 dengan sinar laser, teasing-in,ising 5 detik per titik . Perlakuan ini diulangi pada hari ke-2 . Sekitar 48 jam sejak perlakuan pertatna, kambing mulai menampakkan gejala berahi dan timbul ovulasi . Kantbing bctina yang incrtgAmni berahi segera dikawinkan dengan teknik inseminasi buatan (IB), menggtmakan setnen seg ir clari pejantan yang dipelihara petani dengan volume semen 1 cc/dosis. Sementara itu, 16 ekor kambing bctina yang lain tidak diberikan perlakuan untuk rangsangan berahi ntaupun superovulasi . Kmnbing-kambing yang berahi secara alami dan perkawinan dilakukan secara alanii ilt pula. .Ow Terdapat dua inac~un perlakuan ) Perlakuan I Perlakuan 11
tanha pcnycrcmlmk<m beralti dan superovulasi dengan laserpuntur, kambing dik
Seluruh kambing bctina mimptm kambing jantan diberikan pakan berupa hijauan secara ad libitum, terdiri dari jettis rutttput-rumpumn (rumput Gajah, rumput lapangan) dan daun-daunan (legtuninosa, dll) dengan perbandingan sekitar 1 :1 (50%:50%). Disamping itu diberikan pakan penguit berupa declak padi scb~myak 0 .2 kg/ekor/hari . Kantbing dipelihmra clalain kandang berlantai panggung dengan luas 1,5 m2/ekor . Deteksi berahi terhadap kambing-kambing kontrol dilakukan setiap hari clan bila diantaranya terdapat betina yang berahi akan dikawink ;m dengan pejantan. Sementara itu, pada kambing perlakuan, deteksi berahi dilakukan nuilai sckimr 15 - 20 jam semenjak diberi perlakuan laserpunktur. Pada kambing yang ntenunjukkan gciala berahi dikawinkan secara 113, sekitar 10 - 18 jam sejak menunjukkan gejala berahi . Parameter yang di.mmli tmiara lain tingkat keserempakan berahi, tingkat kebuntingan, jumlalt anak per induk per kelaltiran (litter size) dan berat lahir. Dalam penelitian ini tnenggunakan Rancangin Acak Lcngkap (RAL) . IIASIL DAN PEMBAHASAN Kcscrcmpakan berahi Pentberian sinar laser pada ti6k ;tkupunktur reproduksi menghasilkan gejala berahi 100%, dimana 6 ekor (37,50%) mulai ntcttun.iukkan gejala berahi pada hari pertama (20-30 jam) sctelah perlakuan dan 10 ekor (62,50'Yo) tttulai menunjukkan gejala berahi pada hari kedua (40-50 jam) setelah perlakuan . Pada kambing yang inendaImt perlakuan, tingkat keserempakan berahi lebih tinggi, dimana jarak awal berahi anlar imliviclu Icrlmnjang 1 hari (24 jam), sedangkan pada kontrol jarak awal berahi antar individu terp
Seminar Afasional Peternakan dan Veteriner 1999
kontrol tingkat petubengkakan vulva pada kambing perlakuan kurang menonjol. Dengan keberhasilan 100%, berard rangsangan berahi dengan laserpunktur ini sangat efektif. Disamping itu, respon berahi yang ditanipilkan kambing dibanding dengan penggunaan hormon, pada perlakuan laserpunktur Icbili cepal . climana pada penenggunaan hormon PGF-2 alpha, kambing baru memberikan respon berahi ? - 4 hari kemudian (SAMIK et al., 1995), sedangkan dengan stimulasi sinar laser akan memtnjnkkan gejala berahi 1 - 2 hari setelah perlakuan . Dengan tingkat keserempakan berahi yang tinggi (Jarak awal berahi terpanjang antar individu 1 hari), laserpunktur akan sangat mendukung cfisiensi dan kcmudahan pelaksanaan program IB. Tingkat kebuntingan Kebuntingan dapat diketalmi Imfng cepat setelah 1 (satu) siklus berahi atau (19- 21) hari semenjak kambing dikaNvinkan . 13ila dalam siklus deteksi berikutnya tidak terjadi berahi, kemungkinan kambing dalam kcaclaan bunting. Di atas umur satu bulan kebuntingan bisa dibuktikan antara lain dengan palpasi rahim atau mengamati penampilan luar. Semakin tua umur kebuntingan, gejalanya akan sentakin jelas. Berdasarkan pemcriksaan kebuntingan, pada hari ke-30, 40 dan 60 setelah dilakukan sekali perkawinan maka pada kambing perlakuan diperoleh angka kebuntingan 81,25%, sedangkan pada kontrol (dikawinkan secara alami) mengllasllkan kebuntingan 68,75% untuk setiap kali perkawinan . Pencapain tingkat kebtinllngan pada perlakuan IB (81,25%) ini, tergolong cukup tinggi .Tingginya tingkat kebuntingan Ixida perlakuan IB ini mungkin disamping disebabkan waktu perkawinan yang tepat, juga karena clalam aplikasinya menggunakan alat bantu (intruducer) . Di samping itu, pemberian Iiijauan bennutu dan tambahan pakan konsentrat (dedak) juga dapat membantu mempertinggi Iertilitas scbagaimana diungkapkan WARDHANi et al. (1997), bahwa tingkat kebuntingan rata-rala pada kambing-kambing betina di Gunung.Kidul secara alami hanya mencapai 4_5%, namun dengan perlakuan fhashing ternyata meningkat menjadi 50%. Litter size Jumlah anak per kelaltiran (liuer size) bisa dijadikan tolok ukur tingkat keberhasilan superovulasi . Berdasarkan jumlali anak yang dilahirkan, diperoleh litter size rata-rata untuk perlakuan 2,56 ekor clengan kisaran 2-5 ekor, sedangkan uniuk kambing kontrol rata-rata 1,62 ekor dengan kisaran 1-3 ckor dan secara satifstik berbeda nyata (P<0,05) . Bahkan pada kambingkambing yang dipefliara secara tradisioanal (cara petani) di daerah setempat rata-rata litter sizenya hanya 1,45 . Dengan adama kcnaikan angka litter size 58%, dibandingkan kontrol menunjukkan bahwa superovulasi dengan laserpunktur cukup efektif Tabel 1. N()
Penganili lascilmnktur elan 113 tcrliadap penampilan reproduksi
4
Pcn :unh0an rclxOLluksi Respon berahi Jarak awal berahi antar incliviilu Icipanjang Tingkat kebuntingan Lama bunting
5
Lillersize
1
2 3
6
268
Bobot Iahir
Perlakuan 100% 1 hari
Kontrol
81,25%
68,75%
18 Hari
145 hari
149,5 hari
2,92
3,05
2,56 ekor
1,62 ekor
J'eininar i\'askonal Peternakan dan Veteriner 1999
Sedangkan lama kebuntingan bervariasi antara . 138 - 161 hari, namun tidak terjadi perbedaan yang nyata antara kontrol clan perlakuan di mana pada perlakuan rata-rata lama kebuntingan 145 hari dan 149,5 hari pacla kontrol . Variasi lamanya kebuntingan bisa dipengaruhi oleh sifat genetik, di mana untuk jenis kambing Ettawah atau PE umur kebuntingan cenderung lebih lama dibanding kambing Kacang (lokal) . Namun dalam penelitian ini seluruhnya menggunakan kambing sejcnis (PE) . Dari segi genetik inemang sifat prolifik dapat menurun, namun pengaruh ini telah dieliminasi dengan nlcnempatkan kambing-kambing prolifik (berdasarkan catatan pemilik) pada kelompok kontrol maupun perlakuan . Balikan jumlah induk yang sebelumnya memiliki anak kembar pada kelompok kontrol lebih banyak (7 ekor) daripada kelompok perlakuan (6 ekor) dari masing-Inasing sebanyak 16 ckor incluk . Berat lahir Berdasarkan hasil pcniinbangan pada saat kelahiran -diperoleh angka berat anak rata-rata 3,05 kg untuk kelompok kontrol clan 2 .92 kg untuk kelompok perlakuan dan seeara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) . Hal iiii incnunjukkan bahwa, walaupun perlakuan laserpunktur menghasilkan junilah anak yang Iebill banyak, namun ukuran anaknya tetap normal (tidak terlalu kecil), sehingga perwmbuhannya uanti diharapkan dapat normal sebagaimana anak-anak kambing yang non-superovulasi . Kcaclaan ini agaknya juga didukung oleh faktor pakan yang memadai, baik junilah maupun mutunya . KESIMPULAN Dari data-data yang cliperolch, dalanl penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut " " "
Laserpunktur memberikan rcspon bcralu yang sangat tinggi dan dalam waktu yang relatif cepat. Rangsangan laserpunktur clapai incnghasilkan ovulasi, terbukti dengan terjadinya konsepsi setelah dilakukan inscininasi . Pcrkawinan dengan inseminasi buatan memberikan tingkat keberhasilan yang lebill fnggi . Superovulasi dengan laserpunktur terbukti dapat meningkatkan litter size, seeara nyata yakni sebesar 58"o. Berat lahir rata - rala anak yang dilahirkan lebih rendah dibandingkan kontrol, tetapi fdak berbeda nyata . SARAN
"
Diperlukan penelitian Icbih lanjut dengan jumlah ternak yang lebih banyak, untuk Ineyakinkan efektivitas laserpunktur untuk gertak berahi dan superovtilasi seeara lebih menyakiinkan . DA FTAR PUSTAKA
DITJEN PETERNAKAN .
1991 . B (rrhagai TA.nologi Aitematif. Exponak 1991 . Ditjen Peternakan-Departemen
Pertanian Jakarta .
DINAS PETERNAKAN PROPINSI I3ALL 1997 .
Propinsi Dati 1 Bali-Doilmsar .
hifxtniasi Data Peternakan Propinsi Dati 1 Bali . Dinas Peternakan
269
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1999
Dims PETERNAKAN PROPINSI 13ALL 199S . Ittlinmasi Data Peternakan Propinsi Dati I Bali . Dinas Peternakan Propinsi Dati I Bali-Denpasar. Ar)iKARA, RTS . 1992 . .=1knlnmnkmr Veleriner. rakultas Kedokteran Hewan-Universitas Airlangga Surabaya. ADiKARA, RTS . 1995 . Pemanlaatan Sinar Laser Sebagai Bio Stimulator dalain Teknologi Akupunktur untuk Peningkatan Produktivitas Ternak . Pusat Penelitian Bioenergi-Unair, Surabaya . DEVENDRA, C and BURN . 1994 . Gcuts Prothtclion in Tropical Farming. Penerbit rM-Bandung . HAFEz, E. 1980 . Reptwhiclion in Fatnt .-Inintal. 4 th . Ed . Lea and Febliger Philadelphia . HAFEz, E. 1993 . Reprmltiction in Fat in : Initnal . 6 th . Ed. Lea and Febliger Philadelpha : 97-102 . 141-143. HARYANTO, B ., INOt.TM1, dan Sutama . 1997. Ketersedinan dan kebutuhan teknologi produksi kambing dan domba. Pros . Seminar Nasional Peternakan dan Viteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor : 7-8 Januari 1997 . HERRY, A H., RTS . ADiKtviA and SAMit;. 1996. Tlie EtTect of Laserpuncture Towad Superovulation and Sistic Follicle on Local Goat Comparison With PMSG . Departement of Anatomy, Faculty Of Veterinary Medicine, Airlangga - Surabaya . HUNTER, RHF. 1995 . Fisiologr and Tecltaolopy of Reproduction in Domestic Animals. Institut Teknologi Banding. Bandung. p : 51-56. 73-79. INSKEEP, E.K . 1973 . Potential Use of Reproduction Cyck of Domestic Animals. J. Animal Sci. 36 : 1149-1153. KLiDE, A. and S .H . KijN(-;. 1997 . Veterinary Acupunture . University of Pennsylvania Press. SAMIK, A. HERRY, and Ai)iKARA . 1995 . The ElTects of Laserpuncture on Reproductivity and Progesteron Senun of Kacano Coat . fKI-1-1 1NAIR, Surabaya . SANDHi, GN, MAYUN MANDALA, dan I)ARMAJA . 1986 . Beberapa performance Reproduksi dan Produksi Kambing Peranakau httawali (1T) . Suatu Penelitian Pendahuluan . Kumpulan Reprint Publikasi : Lab Reproduksi 1980 - 1986 . hak. Peternakan - UNUD, Denpasar. SORENSEN . AM . 1979 . Anintal Reelwoduction Principle and Practices . Mc . Grow Hill Book Company. New York . SuTAMA, I.K . dan IGM. BuDIARNANA . 1997 . Kambing Peranakan Ettawah, penghasil susu sebagai sumber periumbuhan baru sub - sektor petemakan di Indonesia. Pros . Seminar - Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitan dan Pengembangan Peternakan - Badan Litbang Pertanian. Bogor : 18 19 Nopember 1997 . WARDI-IANI, N.K ., AjimAU M(.JSAFn :, dan RunY HARWONO. 1997 . Upaya perbaikan pakan dengan metode flushing untuk menin g kutkan produktivitas ternak kambing di wilayah lahan kering . Propinsi DIY. Pros. Seminar Nsional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Litbang Pertanian . Bo ;_or : I S - 19 Nopember 1997 . WoDzicKA-T(AWZEWKA, M. ;md M. MAS I t:A . 1993 . EtTect of Feeding Molasses- Urea Blocks on Growth Rate and Onsef Of Puberty In Ettawa-Cross goats. In : Advences in Small Riminat Research in Indonesia. Pros .Workshop, Ciami li
TANYA JAWAB Penanya : Apakah ternak dilaparoscopy dan bagaimana kualitas semenya ? Suprio Gunton) : Tidak dilaparoscopy dan lidak diukur kualitasnya . 270