58
SUMMARY PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO ABSTRAK Feriyanto MB. Taha. 2013. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. Skripsi, S1-Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I DR. Hj. Rama P. Hiola. M. Kes dan Pembimbing II DR. Hj. Rosmin Ilham S. Kep. Ns. MM Kecemasan merupakan masalah yang paling sering dialami oleh lansia. Kecemasan yang kerap terjadi pada Lansia, khususnya pada Lansia berada di panti sosial sering kali berhubungan dengan dukungan sosial terhadap dirinya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo, Yang menjadi alasan Lansia tinggal di panti sosial adalah terlantar karena tidak mempunyai sanak keluarga selain itu juga disebabkan karena faktor ekonomi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. Jenis penelitian adalah Ananlisis Deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi penelitian adalah lansia di panti sosial dengan teknik Purposive sampling sebanyak 50 responden. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman rho. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan pada lansia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat kecemasan lansia ringan, dukungan sosial yang diperoleh cukup, dan terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan pada lansia di panti sosial tresna werha provinsi gorontalo. Diharapkan dari hasil penelitian ini agar pihak panti sosial maupun keluarga dapat memberikan dukungan sosial terhadap lansia lebih efektif agar kecemasan dapat tertanggulangi. Kata Kunci : Dukungan sosial, Kecemasan, Lansia.
59
1. Pendahuluan Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif (Depkes RI, 2010). Menurut Quin (1993 dalam Friedman, Bowden dan Jones, 2003), mengatakan bahwa Lansia menganggap masa tua sebagai tahun terbaik dalam kehidupannya. namun dilain pihak banyak Lansia yang menganggap sebagai awal kehidupan yang sulit, karena berbagai perubahan terjadi saat memasuki masa tua salah satunya terganggunya kesehatan Lansia. Data demografi terbaru di dunia menunjukkan peningkatan pesat populasi usia yang lebih tua. Hal itu akan terus berkembang sepanjang abad ini. Populasi Geriatri berkembang pesat secara global pada tahun 2005-2010, lanjut usia akan sama dengan anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (±9%) dari penduduk. Diperkirakan antara tahun 2000 dan 2050 proporsi individu di atas usia 65 tahun akan lebih dua kali lipat yaitu dari 6,9% menjadi 16,4% dan pada tahun 2020, angka ini akan
meningkat menjadi 70% dari total penduduk dunia (Saunders et al, 2005). Pada era sebelumnya tidak begitu banyak individu yang menjalani hidup yang panjang seperti itu. Mayoritas populasi Lansia di dunia (60%) hidup di negara-negara berkembang(Saleem et al, 2009). Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 1998, peningkatan jumlah Lansia dan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia seperti yang terlihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Jumlah Lansia dan Usia Harapan Hidup di Indonesia tahun 1980-2020 Tahun
Jumlah Persen UHH Lansia (Tahun) (Juta) 1980 7,7 5,2 52,2 1990 11,3 8,9 59,8 2010 23,9 9,77 67,4 2020 28,8 11,4 71,1 Sumber: Data pusat statistik Indonesia (BPS: 1998). Di Provinsi Gorontalo jumlah Lansia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo jumlah Lansia tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 nampak pada Grafik penduduk lansia. Grafik penduduk 1.1 jumlah Lansia di Provinsi Gorontalo tahun 2008-2011
59
80
2008 (49.902)
60 40
2009 (62.379)
20 0 Jumlah Lansia (>60 Tahun)
2010 (62.379)
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Tahun 2012 Grafik diatas menunjukkan peningkatan jumlah Lansia di Gorontalo dari tahun ketahun. Meskipun pada tahun 2011 terjadi penurunan jumlah penduduk, akan tetapi ini tetap menjadi suatu permasalahan karena mengingat jumlah lansia tetap meningkat pada tahun tersebut. Peningkatan jumlah lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. Dengan adanya Peningkatan jumlah Lansia setiap tahunnya menyebabkan perlu adanya antisipasi terhadap peningkatan jumlah Lansia yang mengalami masalah kesehatan baik fisik maupun psikologis. Dengan bertambahnya usia tidak dapat dihindari terjadi penurunan kondisi fisik dan psikologis. Sehingga menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan merupakan masalah yang paling sering dialami oleh lansia yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kehidupannya yang cenderung menimbulkan anggapan bahwa dirinya sudah tidak produktif lagi,
sehingga perannya dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan semakin berkurang (Martini, Adiyanti, & Indiati, 1993). Kecemasan merupakan reaksi psikologis yang dialami Lansia yang disebabkan perubahan fungsi pada Lansia. Perpisahan dengan anggota keluarga, atau lebih spesifik dengan anak-anak, terlebih lagi ketika keluarga tidak mampu untuk mengurus, mengharuskan mereka pada akhirnya tinggal dipanti werdha atau dipanti jompo. Secara bertahap keadaan ini dapat menimbulkan perasaan hampa pada diri Lansia dan semakin menambah perasaan cemas yang mereka alami (Gunarsa, 2004). Kecemasan yang kerap terjadi pada Lansia, khususnya pada Lansia berada di panti sosial sering kali berhubungan dengan dukungan sosial terhadap dirinya. Lansia yang tinggal di panti sosial baik sakit atau tidak sakit akan mengalami kecemasan. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai bentuk informasi yang menyatakan bahwa dia merasa dicintai, diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai melalui jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan sosial sangat dibutuhkan bagi Lansia berkaitan dengan kecemasan karena masalah – masalah kesehatan yang dihadapinya. Pengunaan sistem dukungan sosial keluarga atau individu harus menjadi bagian
60
integral dari perawatan kesehatan keluarga maupun di panti sosial (Kelley.et.al.1997). Pada penelitian terdahulu tentang pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian di Panti sosial Habibi dan Habibah Di Kelurahan Tanah Tinggi Kota Madya Binjai Terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Artinya semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh lansia, maka kesepiannya kan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh maka semakin tinggi kesepiannya. Presentase dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia adalah sebesar 27,7%, dan sisanya yaitu sebesar 72.3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6 Maret 2013 di Panti Sosial Tresna Werdha “Ilomata” Kota Gorontalo, Yang menjadi alasan Lansia tinggal di panti sosial tresna werdha Ilomata kota gorontalo adalah sekitar 28,6 % Lansia terlantar karena tidak mempunyai sanak keluarga yang tentunya secara langsung menyebabkan tidak adanya dukungan sosial dari pihak keluarga. Dan sisanya 71,4 % disebabkan karena faktor ekonomi (berasal dari keluarga miskin). Begitu pula halnya dipanti werdha dikelurahan hutuo kecamatan limboto. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang
Lansia yang tinggal di panti mengatakan bahwa mereka sebenarnya lebih senang bersamasama dengan anggota keluarga, tapi karena tidak ingin membebani anggota keluarganya mereka akhirnya bersedia tinggal di panti tersebut. Walaupun setiap harinya mereka berada di panti dan dapat mengikuti setiap kegiatan yang dijadwalkan tapi mereka masih selalu memikirkan keluarga yang berada di rumah. Sehingga membuat mereka merasa cemas, kurang tidur, dan kadang bermimpi buruk tentang keadaan keluarga yang dirumah.Halhal tersebut merupakan beberapa gejala awal kecemasan lansia. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan di dalam penelitian ini adalah kurangnya dukungan sosial pada Lansia sehingga menyebabkan timbulnya kecemasan pada Lansia di Panti sosial tresna werdha provinsi gorontalo. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. ” Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. Secara khusus tujuan Khusus dari penelitian
61
ini adalah : Mengetahui dukungan sosial pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo, Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada Lansia di di Panti Sosial Tresna Provinsi Gorontalo dan Mengetahui pengaruh dukungan pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. 1. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo selama lebih kurang 1 bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2013. Desain Penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel independen dan variabel dependen diukur pada waktu bersamaan. Sebagai variabel independen adalah dukungan sosial. Variabel dependen adalah Tingkat Kecemasan. Keuntungan dari metode penelitian cross sectional ini adalah memudahkan penelitian karena sangat efisien dan tidak memerlukan tindak lanjut.. Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia yang berumur 60 tahun keatas dan berada di Panti Tresna Werda provinsi Gorontalo tahun 2013 dengan jumlah Lansia di Panti Werdha Ilomata Kota Gorontalo berjumlah 35 Jiwa dan di Panti Werdha Kelurahan Hutuo Kecamatan Limboto berjumlah 25
jiwa, jadi total populasi berjumlah 60 jiwa. Sampel dalam penelitian berjumlah 50 lansia yang ditentukan dengan menggunakan Tekhnik sampling Purposive Sampling, Dimana dari 60 jiwa populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 50 jiwa yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Setelah data primer terkumpul dari kuisioner pada responden Lansia, data kemudian dianalisa dengan menggunakan komputer program SPSS. Analisa data yang digunakan adalah analisa data univariat dimana analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dan Analisa bivariat dimana analisis ini berfungsi untuk menganalisis pengaruh antara dukungan sosial dengan kecemasan Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. Dalam penelitian ini akan digunakan analisis Crosstab Corelation dan Analisis Spearman rho melalui bantuan komputer program Windows SPSS yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungn sosial terhadap kecemasan pada lansia. 2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : 3.1.1 Analisis Univariat .
62
1). Dukungan sosial pada lansia Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial di Panti Tresna Werdha Provinsi Gorontalo tahun 2013 Derajat dukungan sosial
Frekuensi (orang)
%
Baik 13 26,0 Cukup 37 74,0 Kurang Total 50 100 Sumber : data primer, tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Memperlihatkan bahwa sebagian besar dukungan sosial yang diperoleh lansia selama dipanti sosial yaitu dalam kategori cukup (74,0%). 2). Kecemasan pada lansia Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan pada lansia di Panti Tresna Werdha Provnsi Gorontalo tahun 2013 Tingkat Kecemasan
Frekuensi (orang)
%
Tidak Ada Kecemasan
4
8,0
Ringan 32 64,0 Sedang 14 28,0 Berat Panik (Sangat Berat) Total 50 100 Sumber : data primer, tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan pada lansia di panti sosial tresna werdha dalam kategori ringan (64,%). 3.1.2 Analisa Bivariat Berdasarkan hasil penelitin dengan menggunakan Analisis Spearman rho diperoleh bahwa terdapat hubungan sebesar π=0.448 antara dukungan sosial dengan kecemasan pada lansia. Menurut interpretasi angka korleasi Prof. Sugiyono (2010) korelasi ini termasuk dalam kategori sedang (0,40 - 0,599). Selain itu diperoleh pada taraf signifikan p=0,000 (p<α=0,05) yang artinya semakin baik dukungan sosial yang diterima oleh lansia, maka kecemasan yang dirasakan oleh lansia akan semakin berkurang. Dengan demikian terdapat pengaruh antara dukungan sosial dengan kecemasan pada lansia di panti sosial tresna werdha provinsi gorontalo. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Dukungan sosial Dukungan sosial merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan seseorang saat memasuki masa lansia, terutama bagi lansia yang hidup di panti sosial. Dari hasil penelitian di panti sosial tresna werdha provinsi gorontalo dengan idiperoleh sebagian sebanyak 37 orang (74,0%) termaksud dalam kategori cukup. Peneliti berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena lansia yang ada di panti sosial kurang
63
mendapat kunjungan maupun support dari keluarga, dan orang terdekatnya dimana hal tersebut yang merupakan salah satu sumber dukungan sosial. Menrut Azizah L.M (2011), sumber dukungan sosial berasal dari keluarga, teman dekat dan orang yang mempunyai ikatan emosi. Meskipun lansia telah mendapatkan dukungan sosial yang cukup, bukan berarti kehidupan psikologis lansia tersebut tercukupi. Akan tetapi lansia tetap harus melakukan aktivitasaktivitas yang berguna bagi kehidupannya untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya. Selain itu bentuk dukungan sosial yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh lansia tersebut. Sheridan dan radmacher (1992), sarafino (1998), serta taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam 5 bentuk, yaitu : 1) Dukungan instrumental, 2) Dukungan informasional, 3) Dukungan emosional, 4) Dukungan pada harga diri, 5) dukungan dari kelompok sosial. (Azijah. L.M : 2011). Untuk itu diharapkan kepada pihak panti agar kiranya dapat meningkatkan mutu pelayanan seperti memberikan penghargaan atau bantuan dalam melakukan berbagai macam aktivitas maupun memecahkan masalah yang sedang dirasakan oleh lansia serta bimbingan termaksud bimbingan
spiritual sehingga dukungan sosial sosial yang diterima lansia dapat terpenuhi. 3.2.2 Kecemasan pada lansia Kecemasan kerap terjadi pada Lansia, khususnya pada Lansia berada di panti sosial baik dalam tingkatan ringan, sampai pada tingkatan yang sangat berat (panik). Dari hasil penelitian ditemukan sebanyak 32 orang (64%) termaksud dalam tingkat kecemasan ringan, 14 orang (28,0%) termaksud dalam tingkat kecemasan sedang. Yang berarti bahwa seluruh lansia yang ada di Panti SosiaL Tresna Werdha Provinsi Gorontalo mengalami kecemasan walaupun hanya dalam tingkat kecemasan ringan dan sedang. Peneliti berpendapat bahwa hal ini disebabkan Karena faktor psikologis dari lansia tersebut. Dimana saat seseorang memasuki masa lansia maka akan terjadi perubahan-perubahan dalam hidupnya yang meliputi perubahan fisik baik fungsi maupun struktur, sehingga berdampak pada psikologis lansia. Timbulnya kecemasan lansia di panti sosial disebabkan oleh beberapa Faktor. Yaitu : 1) Faktor psikologis, 2) Faktor psikososial. 3) Faktor budaya (Endah dkk, 2003). Upaya-upaya yang dilakukan dalam penanganan kecemasan agar tidak berdampak pada depresi. Antara lain : 1) Pendekatan psikodinamik, 2) Pendekatan prilaku belajar, 3) Pendekatan Kognitif.
64
4) Pendekatan Humanistik Eksistensial, 5) Pendekatan Farmakologis. (Azijah L.M : 2011) 3.2.3 Pengaruh dukungan sosial pada kecemasan lansia Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan. Dari hasil penelitian diperoleh terdapat pengaruh antara dukungan sosial dengan kecemasan pada lansia di panti sosial tresna werdha provinsi gorontalo. Pada penelitian terdahulu tentang pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian di Panti sosial Habibi dan Habibah Di Kelurahan Tanah Tinggi Kota Madya Binjai diperoleh Terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Artinya semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh lansia, maka kesepiannya kan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh maka semakin tinggi kesepiannya. Presentase dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia adalah sebesar 27,7%, dan sisanya yaitu sebesar 72.3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. (Hayati : 2010) Fessman dan Lester (2000) menjelaskan bahwa kurangnya dukungan sosial merupakan prediktor bagi munculnya kecemasan. Maksudnya disini adalah individu yang memperoleh dukungan sosial terbatas lebih berpeluang mengalami kecemasan, sementara
individu yang memperoleh dukungan sosial yang lebih baik tidak terlalu merasa cemas. Hal ini juga menunjukkan akan pentingnya dukungan sosial dikalangan lansia untuk mengantisipasi masalah kecemasan tersebut (dalam Gunarsa, 2004). Adapun sumber-sumber dukungan sosial yang dapat diberikan kepada Lansia berupa : 1) Dukungan dari keluarga, 2) Dukungan dari teman dekat, 3) Berasal dari orang yang mempunyai ikatan emosi. 3. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian. 4.1.1 Dukungan sosial yang diterima oleh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo tergolong cukup. 4.1.2 Kecemasan yang dialami oleh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo tergolong dalam tingkat kecemasan ringan. 4.1.3 Terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap kecemasan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo 4.2 Saran Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, maka
65
peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran ini diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan dukungan sosial maupun kesepian pada lansia. 4.2.1 Saran metodologis 1. Disarankan pada peneliti berikutnya yang berminat untuk meneliti kecemasan pada lansia dapat agar dapat mengkaji faktor-faktor lainya yang dapat menimbulkan kecemasan pada lansia kecemasan. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan menggunakan sampel yang lebih besar agar hasil penelitian lebih representatif. 3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan sampel lansia, diharapkan dalam pengadministrasian skala, mayoritas skala diberikan dan dibacakan secara langsung oleh peneliti, sehingga peneliti dapat langsung menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau halhal yang tidak dimengerti subjek dari pernyataan-pernyataan skala yang diberikan. 4.2.2 Saran Praktis 1. Diharapkan agar para lansia tetap beraktifitas dan melakukan kontak dengan orang lain baik di lingkungan sekitar panti, maupun diluar panti , sehingga lansia dapat memperoleh dukungan sosial dari orang lain. 2. Diharapkan agar keluarga lansia
lebih memperhatikan serta membantu lansia karena hal tersebut merupakan suatu bentuk dukungan sosial bagi lansia yang ternyata mempengaruhi kecemasan yang dialami oleh lansia. 3. Diharapkan kepada masyarakat agar tetap bersosialisasi dengan lansia dan tidak mengucilkan atau memberikan stereotipe yang negatif terhadap lansia yang dapat membuat lansia merasa tidak memperoleh dukungan sosial, sehingga dapat mempengaruhi kecemasan lansia tersebut. 4. Bagi pihak petugas panti sosial diharapkan dapat meningkatkan bantuan, kepedulian serta pelayanan kepada lansia seperti pemeriksaan kesehatan gratis, bimbingan spiritual, serta acara jalan-jalan yang juga dapat meningkatkan keakraban diantara lansia itu sendiri, dan juga mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh lansia tersebut. 5. Daftar Pustaka Ardiansyah. S. H. (2012). Hubungan Antara Peningkatan Usia Lansia Dengan Tingkat Kecemasan yang Dialami Pada PSTW Propinsi DIY. jurnal Kedokteran, 3-7. UMY : Yogyakarta Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
66
Praktik. Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta. Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta Depkes RI, (2010). pedoman pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas kesehatan. Direktorat jendral bina kesehatan komunitas. Jakarta Gunarsa, S. D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut : bunga rampai psikologi anak.BPK Gunung Mulia http://books.google.co.id/books?i d=GUAGhG74nH4C&pg=PA417 &dq=kesepian+lansia#PPA409,M 1 Diakses : 28 maret 2013, pukul : 20.00 wita Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta. Martini, W., Adiyanti, M. G., Indiati, A. (1993). Ciri Kepribadian Lanjut Usia. Jurnal Psikologi, 1, 1-6. Notoatmodjo. S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Reneka Cipta. Jakarta. Nugroho, w (2000). Keperawatan gerontik, edisi-2. ECG : Jakarta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi I. Salemba Medika : Jakarta
Peplau, (1963). Tingkat kecemasan. (Online) http://wirnursing.blogspot.com/2009/11/ans ietas-atau-kecemasan.html?m=1 diakses : tanggal 28 maret 2013, pukul : 20.00 wita PSIK.FIKK.UNG.2013.Buku panduan penyusunan proposal dan skripsi. UNG : Gorontalo Puspita Sari, Endah. (2002). Penerimaan Diri Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi No 2, 7388. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta Santrock, J. W. (2006). Perkembangan Masa Hidup : Edisi Kelima ( Terjemahan Juda Damanik & Achmad Chusairi). UI Press : Jakarta Sugiyono (2010). Statistika Untuk Penelitian. Best seller. Alfabeta : Bandung Supriyanto & Djohan A.J (2011). Metodologi Riset Bisnis Dan Kesehatan : Edisi Pertama. Kompas Gramedia : Kalimanyan Undang-undang republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. (online) dari http://www.bpkp.go.id/unit/huku m/u/1998/13-98 Diakses : 28 maret 2013, pukul : 20.00 wita Weiss, Cutrona ,(1994). Konsep dukungan social. Online http://subhankadir.files.wordpress .com/2008/01/perkembanganlansia.pdf. Diakses : 28 maret 2013, pukul : 20.00 wita WHO. (1994). World Health Organization Quality of Life.
67