SUMMARY ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI KELURAHAN PAGUYAMAN KECAMATAN KOTA TENGAH WAHYUNI GOBEL 811409031 ABSTRAK Wahyuni Gobel. 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K Yusuf M.Kes Pembimbing II dan Lia Amalia, SKM, M.Kes. Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Dari 6 kelurahan yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Dulalowo salah satu kelurahan yang rentan terkena hipertensi yaitu kelurahan Paguyaman karena sebagian wilayah dari kelurahan Paguyaman ini terpapar langsung dengan kebisingan yang berasal dari bunyi PLTD, dan kebisingan ini merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Penelitian ini dilakukan dengan desain survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study (potong lintang), dengan jumlah responden 276 sampe! dari 900 Populasi. Teknik penganibilan sarnpel menggunakan tekiiik simple random sampling. Analisis data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan chi square dan OR. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor risiko dari hipertensi yaitu umur (OR=2,2), riwayat keluarga (OR=5,4), kebiasaan merokok (OR=1,5) dan intensitas kebisingan (OR=2,8) dan untuk jenis kelamin dan kebisingan merupakan faktor protektif dari kejadian hipertensi karena < 1 masing masing OR = 0,9 dan 0,6. Disimpulkan bahwa faktor risiko dari kejadian hipertensi yaitu umur,riwayat keluarga dan kebiasaan merokok dan untuk jenis kelamin dan kebisingan merupakan faktor protektif dari dari kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, diharapkan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi tentang pola makan, yaitu makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat liubuiigarmya dengan hipertensi dan Iiasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam pola hidup sehat. Kata Kunci: Hipertensi, Faktor Risiko
faktor keturunan. Merokok secara langsung meningkatkan PENDAHULUAN Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah denyut jantung dan tekanan darah, karena pengaruh nikotin yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target dalam peredaran darah. (Menurut Bustan, 2007 : 64) Selain seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk rokok mengkonsumsi alkohol lebih dari 3 kali perhari juga pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle merupakan faktor risiko dari hipertensi. hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak Dari 6 kelurahan yang ada di Wilayah kerja Puskesmas yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke Dulalowo salah satu kelurahan yang rentan terkena hipertensi yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007 : 60) yaitu kelurahan Paguyaman karena sebagian wilayah dari Menurut WHO (dalam anonim, 2010 : 2) mengemukakan kelurahan Paguyaman ini terpapar langsung dengan kebisingan bahwa perempuan penderita hipertensi lebih tinggi, yaitu 37%, yang berasal dari bunyi PLTD, dan kebisingan ini merupakan sedangkan pria 28%. Prevalensi hipertensi di negara-negara salah satu faktor risiko hipertensi. Berdasarkan latar belakang maju cukup tinggi, yaitu mencapai 37%, Sementara di yang telah di paparkan di atas maka peneliti tertarik untuk negara-negara berkembang 29,9 %. melakukan penelitian yang berjudul "Analisis Faktor Risiko Penderita hipertensi di Indonesia prevalensinya terus Kejadian Hipertensi di kelurahan Paguyaman Kecarnatan Kota terjadi peningkatan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Tengah". (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan METODE PENELITIAN 27,5% pada tahun 2001 dan 2004, Selanjutnya, diperkirakan Penelitian ini di lakukan di kelurahan paguyaman meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% kecamatan kota tengah. kelurahan paguyaman salah satu pada tahun 2025. kelurahan yang rentan terkena hipertensi karena sebagian prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat wilayah dari kelurahan Paguyaman ini terpapar langsung dengan menjadi 34,1% tahun 2010. kebisingan yang berasa! dari bunyi PLTD, dan kebisingan ini Gorontalo prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. termasuk kasus yang sedang minum obat (31,5%), Prevalensi Penelitian ini dilakukan dengan desain survey analitik hipertensi nasional berdasarkan pengukuran saja adalah (26,8 dengan pendekatan Cross Sectional Study (potong lintang), %), Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau dengan jumlah responden 276 sampel dari 900 Populasi. Teknik minum obat prevalensinya yaitu (10,8%) dan cakupan tenaga pengambilan sampel menggunakan teknik simple random kesehatan terhadap hipertensi adalah (31,7%). sampling. Analisis data secara univariat dan bivariat dengan Data dari Dinas Kesehatan Kota gorontalo pada tahun 2011 menggunakan chi square dan OR. Penyakit Hipertensi berada di peringkat 8 yaitu sebanyak 5370 Sumber data penelitian di peroleh dari hasil wawancara kasus, sedangkan pada Tahun 2012 Penyakit Hipertensi berada langsung dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang berisi di peringkat 6 yaitu sebanyak 5681 Kasus. pertanyaan tentang Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, Menurut data dari Puskesmas Dulalowo tahun 2012 kebiasaan rnerokok, dan pengukuran intensitas kebisingan di hipertensi termasuk pada 10 besar penyakit menonjol yaitu wilayah sekitar tempat penelitian. sebanyak 1651 kasus dari 27176 jiwa yang terdaftar di Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Kerja Puskesmas Dulalowo. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan (Menurut Yundini : 2006) Faktor-faktor yang antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat rnenyebabkan terjadinya kejadian hipertensi terbagi menjadi dua serta besarnya risiko variabel bebas terhadap variabel terikat, bagian yaitu faktor yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat yakni menggunakan analisa bivariate. dikontrol, Faktor yang dapat dikontrol antara lain obesitas, stres, kurang aktivitas fisik, kurang olahraga, rnerokok, menderita diabetes mellitus, mengkonsumsi garam berlebih, minum alkohol, minum kopi,stres emosional dan sebagainya. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan. Kebisingan adalah polusi lingkungan yang di sebabkan oleh suara(Sihar, 2005 : 8). Menurut Saraswati (dalam Wardana, 2004). "Stimulasi bising melalui rnekanisme saraf simpatik menyebabkan naiknya tekanan darah rnelalui peningkatan tahanan perifer total dan curah jantung. Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mernpercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi. Disamping karena suara bising, tekanan darah dapat terjadi karena bertambahnya umur dan
Tabel4.11 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi Hubungan Urnur dengan dengan Kejadian Hipertensi Di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Hubungan Umur dengan kejadian Hipertensi disajikan Tengah pada tabel 4.10 a.
Tabel 4.10 Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi Di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah Kejadian hipertensi
Umur (Tahun)
Jml
OR
Nilai Proba bilitas
n
%
%
n
%
62,6 37,4
52 69
42,9 57,0
149 127
54,0 46,0
100
121
100
276
100
n
X
P L
Hipertensi
Jumiah
10,5
2,2 Lwr=1,4
69%
OR Nilai Proba bilitas
Tidak Hipertensi
n
%
n
%
n
%
80 75
51,6 48,4
67 54
55,4 44,6
147 129
53,2 46,7
0,9 Lwr = 0,5 Uppr = 1,4 0,38
97 58 155
X
2
Jumiah
2
Tidak Hipertensi
Hipertensi
>40 < 40
Jumlah
Kejadian Hipertensi Jenis Kelamin
1S5
100
121
100
276
47,4 %
100
Sumber: Data Primer
uppr = 3,6
Dari hasil analisis hubungan antara jenis keiamin dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang berjenis keiamin wanita yang memiliki hipertensi berjumlah 80 Dari hasil analisis hubungan antara umur dengan kejadian responden (51,5%) dan untuk jenis kelamin laki-laki yang Hipertensi diperoleh bahwa responden yang berumur lebih dari memiliki hipertensi berjumlah 75 responden (48,4%), 40 tahun yang memiliki hipertensi berjumlah 97 responden sedangakan berjenis kelamin perempuan yang tidak hipertensi (62,6%) dan yang berumur kurang dari sama dengan 40 tahun berjumlah 67 responden (55,4%) dan yang berjenis kelamin yang menderita hipertensi berjumlah 58 responden (37,4%), laki-laki yang tidak hipertensi berjumlah 54 responden (44,6%). sedangkan responden yang lebih dari 40 tahun yang tidak Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square = 0,535 maka hipertensi berjumlah 52 responden (42,9%) dan kurang dari dapat disimpulkan tidak ada hubungan jenis keiamin dengan sama dengan 40 tahun yang tidak hipertensi berjumlah 69 kejadian hipertensi. responden (57,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square Nilai OR untuk jenis keiamin 0,9 dengan nilai Lower 0,5 =10,515 (x2=3,841) ini dapat disimpulkan ada hubungan umur dan nilai Upper 1,4 hal ini dapat di simpulkan bahwa pada jenis dengan kejadian yaitu hipertensi. kelamin perempuan memiliki risiko 0,9 kali lebih besar atau Nilai OR untuk umur yaitu 2,2 dengan nilai Lower 1,44 47,4 menderita hipertensi di bandingkan responden berjenis dan nilai Upper 3,6 hal ini dapat di simpulkan bahwa umur lebih kelamin Laki-Laki. dari sama dengan 40 tahun memiliki risiko 2,2 kali lebih besar Dari hasil wawancara yang telah di lakukan di dapatkan hasil atau 69% untuk menderita hipertensi di bandingkan yang bahwa penderita hipertensi ini berasal dari keturunan atau kurang dari 40 tahun. keluarga orang tua mereka dalam hal ini ayah atau ibu yang Banyaknya responden yang menderita hipertensi di atas menderita hipertensi, walaupun tidak menutup kemungkinan umur 40 tahun hal ini di disebabkan pada umur 40 tahun keatas bahwa disini juga ada riwayat dari kakek atau nenek penderita. lebih rentan terkena hipertensi, hal ini juga di sebabkan Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi responden yang di wawancarai banyak yang berumur lebih dari terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi iebih 40 tahun, sehingga kemungkinan yang akan banyak menderita banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada hipertensi ini adalah responden dengan umur lebih dari 40 tahun heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang Menurut bannet (1997) bahwa umur akan cenderung mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap kejadian suatu dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama penyakit. Semakin bertambah umur seseorang akan semakin lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang menurun pula daya tahan tubuh seseorang. dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi gejala (Qiu, 2003 : 130). meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun Hal tersebut menunjukan bahwa responden yang paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini mempunyai keluarga yang menderita hipertensi mempunyai disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah risiko mempunyai penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini dan hormon. Apabila perubahan tersebut disertai faktor-faktor sejalan dengan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sugiharto lain maka bisa rnemicu terjadinya hipertensi. bahwa riwayat keturunan merupakan faktor risiko dari kejadian Penelitian sejenis yang di lakukan oleh Rosidah tentang hipertensi. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai umur yaitu rnengatakan bahwa umur merupakan factor risiko hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% dari kejadain hipertensi, tekanan darah meningkat pada usia kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita lanjut, tekanan darah sitolik akan meningkat seeara perlahan mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit pada umur 40 tahun dan akan teras meningkat curam setalah tersebut 60%. umur 40 tahun. c. Hubungan Riwayat Keluarga dengan kejadian Hipertensi b. Hubungan Jenis Kelamin dengan kejadian Hipertensi Hubungan Riwayat Keluarga dengan kejadian Hipertensi Hubungan Jenis Kelamin dengan kejadian Hipertertensi disajikan pada tabel 4.12 disajikan pada tabel 4.11. Sumber: Data Primer
d. Tabel 4.12 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi Di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah Kejadian Hipertensi
Riwayat Keluarga
Hipertensi
Jumlah
Nilai Prob abilit as
n
%
n
%
Ya Tidak
113 42
73,0 27,0
40 81
33,0 67,0
153 123
55,4 44,6
Jml
155
121
100
276
100
43,7
5,4 Lwr = 3,2 Uppr = 9.2
84,4%
Kejadian Hipertensi
Kebiasaa n
Meroko k
%
Sumber: Data Primer
OR
Tidak Hiperte nsi
n
100
X2
Hubungan Merokok dengan kejadian Hipertensi Hubungan Merokok dengan kejadian Hipertensi disajikan pada tabel 4.1 Tabel 4.13 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Di Kelurahan, Paguyaman Kecamatan Kota Tengah
Ya Tidak Jml
Hipertensi
n
%
80 75 155
51,6 48,4 100
Jumlah X2
Tidak Hipertensi n
%
50 41,3 71 8,7 121 100
OR Nilai Probabilitas
N
%
13 0 14 276 6
47,1 52,9 100
2,88
1,5 Lwr = 0,9 Uppr =2,4
60%
Sumber: Data Primer
Dari hasil analisis hubungan antara riwayat keluarga Dari hasil analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi dan memiliki kebiasaan merokok yang menderita hipertensi menderita hipertensi berjumlah 113 responden (73,0%) dan yang berjumlah 80 responden (51,6%) dan yang tidak memiliki tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi dan kebiasaan merokok dan menderita hipertensi berjumlah 75 menderita hipertensi berjumlah 42 responden (27,0%), responden (48,4%)5 sedangkan yang memiliki kebiasaan sedangkan yang rnemiliki riwayat keluarga yang menderita merokok dan tidak hipertensi berjumlah 50 responden (41,3%) hipertensi tapi tidak hipertensi berjumlah 40 responden (33,0%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak dan yang tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi berjumlah 71 responden (58,7%). Hasil uji statistik hipertensi dan tidak menderita hipertensi berjumlah 81 didapatkan nilai chi square - 2,88 maka dapat disimpuikan tidak responden (67,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian = 43,67 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara riwayat hipertensi. keluarga dengan kejadian hipertensi. Nilai OR pada kebiasaan merokok yaitu 1,5 dengan nilai Nilai OR untuk Riwayat Keturunan yaitu 5,4 dengan nilai Lower 0,9 dan nilai Upper 2,4 hal ini dapat di simpulkan bahwa Lower 3,2 dan nilai Upper 9,2 hal ini dapat di simpulkan bahwa kebiasaan merokok memiliki risiko 1,5 kali lebih besar atau riwayat keluarga 5,4 kali lebih besar atau 84,4% menderita 60% menderita hipertensi di bandingkan responden yang tidak hipertensi di bandingkan responden yang tidak mempunyai mempunyai kebiasaan merokok. riwayat keluarga yang hipertensi. Responden yang menderita hipertensi di keluarahan Responden yang menderita hipertensi di keluarahan paguyaman lebih banyak memiliki kebiasaan merokok, dari paguyaman lebih banyak memiliki kebiasaan merokok, dari hasil wawancara yang dilakukan kebiasaan merokok ini bukan hasil wawancara yang di lakukan kebiasaan merokok ini bukan hanya pada laki-laki tapi perernpuan pun memiliki kebiasaan hanya pada laki-laki tapi perempuan pun memiliki kebiasaan tersebut, sehingga untuk kejadian hipertensi antara laki-laki dan tersebut, sehingga untuk kejadian hipertensi antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang. perempuan hampir seimbang. Hal ini didukung oleh teori bahwa apapun yang Hal ini didukung oleh teori bahwa apapun yang menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan rnenimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah, termasuk nikotin yang ada tekanan darah, termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf simpatik, rnerangsang sistem saraf sirnpatik, sehingga pada ujung saraf sehingga pada ujung saraf tersebut rnelepaskan hormon stres tersebut melepaskan hormon stres norephinephrine dan segera norephinephrine dan segera mengikat hormon receptor-. mengikat hormon receptor-. Hormon ini mengalir dalam Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung akan Oleh karena itu, jantung akan berdenyut lebih cepat dan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan mengkerut. pembuluh darah akan mengkerut. Selanjutnya akan Selanjutnya akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi dan menghalangi arus darah secara normal, sehingga tekanan arus darah secara normal, sehingga tekanan darah akan darah akan rneningkat.(Kodyat, 2008 : 76) meningkat(Kodyat, 2008 : 76) Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang cukup Kandungan nikotin dan zat senyawa kirnia yang cukup berbahaya yang terdapat pada rokok juga memberikan peluang berbahaya yang terdapat pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang menderita hipertensi terutama pada mereka besar seseorang menderita hipertensi terutarna pada rnereka yang termasuk dalam perokok aktif. Tak hanya rnengkibatkan yang terrnasuk dalam perokok aktif. Tak hanya mengkibatkan hipertensi, zat rokok yang terhirup dan rnasuk ke dalam tubuh hipertensi, zat rokok yang terhirup dan masuk ke dalam tubuh akan meningkatkan resiko pada penyakit diabetes mellitus, akan rneningkatkan resiko pada penyakit diabetes rnellitus, serangan jantung dan stroke. serangan jantung dan stroke. Penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh sugiarto Penelitian sebelurnnya yang di lakukan oleh sugiarto Kebiasaan merokok, untuk perokok terbukti merapakan faktor Kebiasaan merokok, untuk perokok terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,001; OR = 2,47; risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,001; OR = 2,47; 95% CI = 1,44 - 4,23 mendapatkan bahwa ada hubungan 95% CI = 1,44 - 4,23 rnendpatkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian hipertensi karena kandungan yang ada merokok dengan kejadian hipertensi karena kandungan yang dalam rokok tersebut. ada dalam rokok tersebut.
e. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan kejadian Hipertensi dibandingkan yang tinggal di daerah dengan intensitas bising Hubungan Intensitas Kebisingan dengan kejadian kurang dari nilai ambang batas. Hipertensi disajikan pada tabel 4.1 KESIMPULAN DAN SARAN Disimpulkan bahwa faktor risiko dari kejadian hipertensi Tabel 4.14 Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Kejadian Hipertensi yaitu umur,riwayat keluarga dan kebiasaan rnerokok dan untuk jenis kelarnin dan kebisingan merupakan faktor protektif dari Di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah dari kejadian hipertensi. Nilai Intensit Kejadian Jumlah X2 OR Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, diharapkan Probabilitas as Hipertensi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor Bising Hipertensi Tdk (dB) yang mempengaruhi kejadian hipertensi tentang pola makan, Hipertensi yaitu niakanan yang dikonsurnsi oleh niasyarakat hubungannya dengan hipertensi dan hasil penelitian ini dapat digunakan n % n % n % sebagai data dasar dalam pola hidup sehat. DAFTAR PUSTAKA >55 111 71,6 75 62 186 67,4 1,5 60% Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. 2,87 <55 44 28,4 46 38 90 32,6 Lwr=0,4 Jakarta : Pdnekacipta Saraswati, R. 2008. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Jml 155 100 121 100 276 100 Uppr Pekerja Industri Tekstil. Tesis, Program Pasca =1,9 Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Sumber: Data Frimer Soepudin, M. 2011. Metedologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Pontianak : TIM Dari hasil analisis hubungan antara kebiasaan Tambunan, S. T. B. 2005. Kebisingan Di Tempat Kerja kebisingan dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa (Occupational Noise). Yogyakarta: Penerbit responden, yang terpapar dengan kebisingan lebih dari sama Andi. dengan 55 dB dan menderita hipertensi berjumlah 111 responden (71,6%) dan yang terpapar dengan kebisingan kurang Tamilian. S, Rahajeng. E . 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Artikel, Maj Kedokt dari 55 dB dan menderita hipertensi bejumlah 44 responden Indon, Volume: 59, Nomor: 12 (28,4%), sedangkan yang terpapar dengan kebisingan lebih dari Wardana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. sama dengan 55 dB dan tidak hipertensi berjumlah 75 Yogyakarta : Penerbit Andi responden (62%) dan yang terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 dB dan tidak hipertensi berjumlah 46 responden (38%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square -2,87 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi. Nilai OR pada intensitas kebisingan yaitu 1,5 dengan nilai Lower 0,4 dan nilai Upper 1,9 hai ini dapat di sirnpulkan bahwa intensitas kebisingan lebih dari sama dengan 55 dB 1,5 kali lebih besar atau 60% menderita hipertensi di bandingakan responden yang tidak tidak terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 dB. Intensitas kebisingan di sini merupakan faktor risiko dari kejadian hipertensi karena di kelurahan paguyaman ini terdapat PLTD yang menimbulkan suara bising yang sangat menganggu masyarakat sekitar yang berada di wilayah tersebut. Kebisingan bisa di respon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stress, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stress seperti epinephrine (hormon katekolamin yang disekresi oleh bagian mendula kelenjar adrenal dan sebuah neurotransmiter yang dilepas oleh neuron-neuron tertentu yang bekerja aktif di sistem susunan saraf pusat), norepineprhrine (salah satu katakolamin alamia) dan cortisol (glukokortikoid alami utama yang disintesis dalam zona fascieulata cortex adrenalis; mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak dan memiliki aktivitas mineralokor tikoid yang cukup berarti). Stress akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada denyutan jantung, yang mengakibatkan perubahan tekanan darah. Stress yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan berakibat pada hipertensi. Penelitian sejenis yang di lakukan oleh rosidah bahwa ada hubungan antara intensitas bising dengan kejadian hipertensi pada masyarakat yang tinggal di sekitar lintasan kereta api. Nilai p value 0,022 dan besamya rasio prevalens 1,483 CL 95% = 1,076 - 2,044 artinya prevalensi kejadian hiperter.si pada wanita yang tinggal di daerah dengan intensitas bising yang melebihi nilai ambang batas 1,483 kali lebih besar