Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati-hati agar jangan sampai akar bibit terganggu. Pengendalian Hama dan Penyakit Beberapa hama yang bisa menyerang bibit adalah semut, tikus, rayap, dan cacing. Sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan. Seleksi Bibit Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dipndah ke lapangan maksudnya yaitu mengelompokkan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakn prioritas pertama yang bisa dipindahkan ke lapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensif guna memcu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata. Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.
2.
Penyapihan Bibit Kegiatan penyapihan bibit dilakukan ketika kecambah berukuran ± 5 cm dan sebelum akar sekunder terbentuk. Sebaiknya penyapihan dilakukan pada pagi atau sore hari, di mana sehari sebelum penyapihan dilakukan penyiraman bak tabur, agar akar kecambah tidak terpotong pada saat penyapihan dilakukan. Penyapihan dilakukan dengan bantuan kayu kecil untuk membantu mencabut semai. Sebelum penyapihan perlu dilakukan pencampuran media secara merata dan media tersebut dimasukkan ke dalam polibag setinggi ¾ bagian, ketukkan ke tanah agar media turun dan padat (tetapi jangan terlalu padat). Kecambah ditanam dalam polybag yang telah terisi dengan media, selanjutnya kecambah disiram sehingga tanah dalm polybag bisa menyatu. Setiap polybag, ditanam satu batang kecambah. Polybag yang telah berisi bibit, diletakkan pada tempat teduh (naugan > 30%), naungan diberikan selama 1-2 minggu setelah penyapihan. Naungan dapat dikurangi menjadi 20-30% setelah sebulan penyapihan. Naungan dapat dihilangkan setelah penyapihan berjalan satu bulan. Polybag ditempatkan pada posisi tegak, karena polybag dalam posisi miring akan mengganggu pertumbuhan akar dan batang. Pinggir polybag ditata saling bersinggungan namun jangan saling berdesakan atau tertekan.
3.
Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut : Penyiraman Penyiranaman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai/bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan mengunakan nozzle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas. Pemupukan Pemupukan dilakukan hanya apabila terdapat indikasi kekurangan unsur hara tertentu pada bibit.
yang diatur tidak tertlalu rapat sehingga cahaya matahari masih bisa masuk ke bedengan.
4. Jalan pemeriksaan Jalan pemeriksaan dibuat diantara bedengan dengan tujuan untuk memudahkan pengelola melakukan kegiatan penaburan, penyapihan, pemeliharaan dan pengangkutan bibit. Lebar jalan pemeriksaan antar bedeng adalah 50 cm, sedangkan lebar jalan pemeriksaan utama minimal 150 cm.
5. Sarana penyiraman Sarana penyiraman berupa pompa air, bak penampungan air, selang, ember, gembor, gayung dan sebagainya.
Pembuatan Bibit 1.
Penaburan Benih Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas. Bedeng tabur diisi dengan media tabur setebal 10 cm, usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada semai. Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan. Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya tergantung dengan ukuran benih dan diusahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk.
Perlakuan Pendahuluan Untuk mempercepat perkecambahan, sebagian jenis benih perlu dilakukan perlakuan pendahuluan :
Perlakuan air dingin (rendam 12 – 48 jam)
Perlakuan air panas (mendidih --- dinginkan 10 menit --- rendam 2 hari)
Perlakuan air mendidih (rendam 2 menit --- air dingin --- rendam 2 hari)
Perlakuan mekanik (pemotongan dengan pisau, penggesekan pada lantai kasar dan dengan kertas pasir, pembakaran)
Pembuatan Sarana dan Prasarana Penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang perlu diadakan adalah sebagai berikut : 1. Papan Nama Persemaian dan Papan Pengenal Bedengan Secara umum ukuran papan nama persemaian 80 x 120 cm yang berisikan informasi nama pemilik persemaian dan jenis-jenis bibit yang diproduksi. Sedangkan papan pengenal bedeng umumnya berukuran 15 x 30 cm yang berisikan informasi nama dan asal benih yang ditabur/disapih, tanggal penaburan/penyapihan serta jumlah benih yang ditabur/disapih.
2. Bedengan Bedengan adalah tempat menabur benih dan/atau menyapih bibit yang terbuat dari bambu atau papan atau bahkan dari batako (permanen). Ukuran bedengan yang digunakan adalah 1 x 5 m atau 1 x 10 m, hal ini dilakukan untuk memudahkan pengaturan pekerjaan dan penghitungan jumlah bibit yang akan diproduksi.
3. Naungan Naungan dibuat untuk menghindarkan kerusakan semai dari cahaya dan suhu udara yang berlebihan serta kerusakan yang disebabkan oleh air hujan, sehingga diperoleh bibit dengan pertumbuhan yang baik dengan jalan memberikan cahaya serta suhu sesuai yang dibutuhkannya. Untuk jenis-jenis yang tidak memerlukan naungan atau cahaya penuh, diberikan naungan yang ringan misalnya naungan yang dibuat dari bahan kasa plastik atau alang-alang/daun kelapa sebagai atap
PEMBIBITAN TANAMAN HUTAN Persiapan Lahan Salah satu keberhasilan pembuatan persemaian, ditentukan oleh ketepatan pemilihan lahan, jadi usahakan untuk memilih lokasi yang ; 1. Tanahnya landai dan rata agar sistem pembuangan air (drainase) bisa lancar. 2. Memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim (dekat dengan mata air, sungai atau persawahan). 3. Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandung tanah liat. 4. Lokasi aman dan terlindung dari gangguan hewan ternak dan angin kencang. 5. Aksesibilitas mudah sehingga memudahkan pengawasan dan pengangkutan bibit. Persiapan Benih untuk Bibit Benih untuk membuat bibit dapat berasaal dari biji (generatif) maupun dari stek, cangkok atau okulasi (vegetatif) dan sebaiknya benih tersebut terjamin mutunya, yaitu berasal sumber benih yang jelas asal usulnya (bersertifikat), memiliki sifat-sifat genetik yang baik, sehat dan bentuk fisiknya cukup baik. Untuk mendapatkan benih bersertifikat, bisa menghubungi Balai Perbenihan Tanaman Hutan atau Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang Kehutanan. Ciri-ciri bentuk fisik benih yang baik adalah sebagai berikut :
Kulit bersih dan mengkilat
Ukuran benih maksimum
Tenggelam dalam air ketika benih direndam dan
Bentuk benih masih utuh
Selain penampakan visual, perlu diperhatikan pula daya tumbuhnya yaitu dengan mengupas benih tersebut sehingga diketahui kondisi lembaga dan cadangan makanannya. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
KEMENTERIAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL
BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN SULAWESI
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang Tlp (0411) 550076 FAX. (0411) 554501
Makassar
SIARAN RRI KE-19 PEMBIBITAN TANAMAN HUTAN
Makassar, November 2012