PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN TERHADAP SISTEM PHBM DI PERUM PERHUTANI (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)
SUKESTI BUDIARTI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
i
PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN TERHADAP SISTEM PHBM DI PERUM PERHUTANI (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)
SUKESTI BUDIARTI E14063032
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
i
RINGKASAN SUKESTI BUDIARTI. E14063032. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat). Dibimbing oleh SUDARYANTO Hutan merupakan salah satu kekayaan Negara Indonesia yang dikelola oleh Negara untuk kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan hutan dilakukan oleh salah satu Badan Umum Milik Negara (BUMN) yaitu Perum Perhutani KPH Cianjur yang mengelola hutan secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Keberhasilan sistem PHBM ini dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan dapat dilihat dari persepi dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan PHBM Perum Perhutani KPH Cianjur. Jika persepsi masyarakat semakin tinggi maka tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan PHBM semakin tinggi , sehingga kegiatan PHBM akan berjalan sesuai rencana dan kesejaheraan masyarakat meningkat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu Kabupaten Cianjur pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2010. Data yang digunakan yaitu data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa data monografi desa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan PHBM, mengetahui persepsi dan partisipasi serta memperoleh informasi mengenai faktor-faktor internal (usia, pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan, pengalaman bertani dan jenis pekerjaan) dan eksternal (luas lahan milik) yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 90 responden. Responden ini di wawancarai dengan menggunakan kuesioner dan data yang diperoleh dianalisis dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kegiatan PHBM dibedakan menjadi kegiatan di dalam kawasan hutan seperti penanaman tanaman pokok, penebangan, tumpangsari dan penanaman kopi. Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi ternak kambing, ternak sapi dan kegiatan di bidang sosial meliputi pembangunan sarana dan pasarana umum. Kegiatan ini mempengaruhi persepsi masyarakat sebesar 85,56% dari 90 responden memiliki persepsi yang tinggi terhadap kegiatan PHBM karena mereka merasakan manfaat dari kegiatan PHBM. Persepsi yang tinggi ini mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu berada pada kriteria Rendah sedangkan tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukamekar berada pada kriteria Sedang. Pembentukan persepsi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengalaman bertani dan jenis pekerjaan dan faktor internal yang mempengaruhi partisipasi dari ketiga desa yaitu jenis pekerjaan dan pendidikan formal yang telah ditempuh oleh masyarakat. Luas lahan milik sebagai faktor eksternal ikut mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat di Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu. Kata kunci : PHBM, Persepsi, Partisipasi, Masyarakat
i
SUMMARY SUKESTI BUDIARTI. E14063032. Public Perception and Participation of Forest Margin Villages Community Toward System Perum Perhutani’s FMC System (Case of Cianjur KPH Office of Perum Perhutani Unit III, West Java). Under the Supervision of SUDARYANTO Forest is one of Indonesia's State assets managed by the State for the welfare of the community. Forest management carried out by one of the General Board of State-Owned Enterprise (SOE) is Perhutani office KPH Cianjur who manage forests sustainably to improve the welfare of the community with a system with the Community Forest Management (FMC). The success of FMC systems in improving the welfare of rural community can be seen from the perception and public participation in FMC activities Perhutani office KPH Cianjur. If the public perception of the higher the level of community participation in FMC activities higher, so that FMC activities will go as planned and for the walfare society increases. The research was conducted in the village Sukajembar, village Sukamekar and village Sukaratu Cianjur regency in September to October 2010. The data used are primary data in the form of questionnaires and secondary data monograph village. The purpose of this research is to know the implementation of FMC activities, perception and participation as well as obtain information about internal factors (age, education, number of family, income, farming experience and type of work) and external (owned land area) that influence perceptions and participation community. The number of respondents used in this experiment were 90 respondents. These respondents are interviewed by using questionnaires and data were analyzed with quantitative and qualitative analysis The research data showed that the FMC activities are divided into activities in forest areas such as staple crop planting, harvesting, intercropping and planting coffee. Activities outside the forest area include goats, cattle and social activities in the field include the construction of infrastructure and public pasarana. These activities affect the public perception of 85.56% from 90 respondents have a high perception of FMC activities because they feel the benefits of FMC activities. This high perception affects people's participation in FMC activities. The level of community participation in village Sukaratu and village Sukajembar located on Lower criteria while the level of community participation in village Sukamekar located on medium criteria. Establishment of public perception Sukajembar Village, Village Sukamekar and Village Sukaratu influenced by internal factors such as farming experience and the type of work and internal factors that influence the participation of the three villages namely the type of work and formal education which has been adopted by the community. Area of land as external factor influence the perceptions of and participation in rural communities village Sukajembar and village Sukaratu. Keywords: FMC, Perception, Participation, Community
i
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2011
Sukesti Budiarti E14063032
i
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian
Nama Mahasiswa
: Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perutani Unit III, Jawa Barat ) : Sukesti Budiarti
Nomot Pokok
: E14063032
Departemen
: Manajemen Hutan
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sudaryanto NIP: 19480310 198003 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB
Dr.Ir.Didik Suharjito, MS NIP: 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus :
i
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Agustus 1988 dari pasangan Budi Paryono dan Sutiah. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Taman Kanak-kanak (TK) Angkasa Ria II pada tahun 1993-1994, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Curug IV pada tahun 1994-2000, kemudian pada tahun 2000-2003 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 7 Depok dan kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) Panglima Besar Sudirman (PBS) pada tahun 2003-2006. Setelah lulus SMAI pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan berikutnya dengan menimba ilmu di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), setelah satu tahun penulis mengikuti pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) ditingkat pertama, selanjutnya penulis memilih Departemen Manajemen Hutan sebagai Mayor pada tahun kedua hingga sekarang. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi yaitu pengurus DKM Ibaddurahman dan pengurus Human Resource Development (HRD) Himpro Manajemen Hutan Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2007-2008, pengurus Public Relation (PR) FMSC dan Sekretaris International Forest Student Association Local Committe IPB (IFSA-LC IPB) pada tahun 2008-2009 dan pada tahun 2009-2010 menjadi bendahara IFSA LCIPB. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitiaan diantaranya anggota panitia Bina Desa FMSC tahun 2007-2008, anggota panitia Beat The Heat tahun 2007, anggota panitia divisi acara Temu Manajer tahun 2008, ketua divisi Dana Usaha E-Green dan anggota panitia divisi PR (Public Relation) International Foterst Student Symphosium (IFSS) tahun 2008. Penulis juga aktif melakukan praktek kerja lapang (magang) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi tahun 2007, Lintas Alam tahun 2008, Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di BKPH Sancang dan
ii
BKPH Kamojang tahun 2008, asisten praktikum Inventarisasi Sumberdaya Hutan tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di HPGW tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Austal Byna, Sikui-Kalimantan Tengah tahun 2010. Penulis melakukan praktek khusus (penelitian) dengan judul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat) di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu di bawah bimbingan Ir. Sudaryanto sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemen Hutan IPB.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat) dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sudaryanto atas arahan, pemikiran dan bimbingannya selama ini serta segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini, sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pembaca. Akhirnya dengan kemampuan yang terbatas dan dengan segala kekurangan, Penulis memiliki harapan semoga karya kecil ini memiliki manfaat untuk penulis, pembaca, Pehutani serta dunia pendidikan dengan memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat sehingga dapat lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan hutan.
Bogor, Maret 2011
Penulis
ii
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan
skripsi
ini
dapat
diselesaikan.
Penulis
ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terimaksih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dukungan dan semangat, baik selama penyusunan proposal, penelitian di lapangan, hingga penyusunan karya tulis ini. Ucapan terimaksih yang tulus diucapkan oleh penulis kepada : 1.
Ayah (Budi Paryono) dan Ibu (Sutiah), Kakak (Taufiq Prabowo dan Taufiq Hidayat), Adik (Nur Septiasari), Kakak Ipar (Anisa dan Suliana) dan Keponakan (Gilang Pratama Putra) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, nasihat, harapan dan doa yang tak pernah terputus.
2.
Bapak Ir. Sudaryanto selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi yang telah senantiasa memberikan nasihat, pemikiran, arahan, pengalaman dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
3.
Bapak Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc, bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc, dan Ibu Resti Meilani, S.hut, M.Si sebagai dosen penguji pada sidang komprehensif dan telah memberikan ilmu serta nasihat-nasihat kehidupan.
4.
Ibu Siti, Ibu Yeli, Pak Yayat, Pak Dudi dan Pak Herlizyah dari KPH Cianjur yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di KPH Cianjur dan telah banyak membantu dalam berjalannya penelitian dengan berdiskusi dan bertukar pikiran.
5.
Bapak Didi Asper Sukanegara Selatan, Pak Juhana, Pak Yadi dan Pak Hendrik sebagai ketua LMDH serta keluarga yang banyak membantu dalam penelitian ini.
6.
Sahabat Kos Pondok Irafan (Linda Z., Wiwin, Ani, Nesya, Ayu, Surya, Listi, Ridha, mba Lia dan mba Dian) yang telah menemani dan menghibur serta memberikan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Seluruh sahabat-sahabat FE (Andre, Andi, Yayat, Danesh, Linda S., Hania, Rahma dan Rika) atas dukungan dan kerjasama membantu memberikan semangat dan saran serta kesediaan membantu mempersiapkan seminar dan sidang.
iii
ii
8.
Seluruh sahabat MNH 43 yang selalu kompak, kreatif dan menghibur di setiap saat (Dhani, Kris, Amel, Asri, Anita, Ifah, Sifa, Dola, Elisda, Miranti, Suci, Yani, Mae, Putri, Andin, Hasan, Macik, Ice, Aris, Agus, Cindera, Bayu, Zi, Upi, Devi, Ica, Budi, Subhan, dan Ifki) dan teman-teman MNH 43 lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. MNH 42 yang telah membantu dan memberikan ilmu (Kak Afwan, Kak Sidiq, Kak Tantri, Ka Canny dan Kak Rofik).
9.
Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut membantu dan memberikan sumbangsih yang tidak ternilai terhadap penulisan skripsi ini.
iv
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ...
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
x
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................
1 2 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) .... 2.1.1 Sejarah PHBM di Perum Perhutani ..................................... 2.1.2 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ...... 2.1.3 Pengertian Masyarakat Desa Hutan .................................... 2.1.4 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ...................... 2.2 Persepsi ........................................................................................ 2.3 Partisipasi ..................................................................................... 2.4 Motivasi .......................................................................................
5 5 7 9 10 11 12 15
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... . 3.3 Alat dan Bahan ............................................................................. 3.4 Sasaran Penelitian ........................................................................ 3.5 Metode Pengambilan Data ........................................................... 3.5.1 Penentuan Desa Contoh dan Jumlah Responden ................ 3.5.2 Jenis Dara dan Pengumpulan Data ...................................... 3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................. 3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 3.6.2 Uji Korelasi dan Analisis Data Hubungan antar Peubah .... 3.7 Definisi Operasional ....................................................................
17 20 20 20 20 20 22 23 27 28 31
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Luas dan Batas Desa Penelitian .................................................... 4.1.1 Desa Sukajembar ................................................................. 4.1.2 Desa Sukamekar .................................................................. 4.1.3 Desa Sukaratu ...................................................................... 4.2 Kondisi Tofografi dan Kelerengan .............................................. 4.3 Iklim dan Curah Hujan ................................................................ 4.4 Jenis Tanah ................................................................................... 4.5 Status Lahan Desa Hutan ............................................................ 4.6 Kependudukan ............................................................................
34 34 34 34 34 35 36 36 37
iv
v
4.7 Mata Pencaharian ........................................................................ 4.8 Pendidikan ................................................................................... 4.9 Biologi ......................................................................................... 4.9.1 Vegetasi .............................................................................. 4.9.2 Satwa .................................................................................. 4.10 Sosial, Ekonomi dan Budaya ..................................................... 4.10.1 Sosial-Ekonomi ............................................................... 4.10.2 Budaya ............................................................................. 4.11 Indeks Pembangunan Manusia Kota Cianjur ............................ 4.12 Perkembangan Pengelolaan Hutan KPH Cianjur ...................... 4.12.1 Perkembangan Wilayah Kerja ....................................... 4.12.2 Produksi .......................................................................... 4.12.3 Kegiatan PHBM .............................................................
38 40 42 42 42 43 43 43 44 45 45 45 46
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Perum Perhutani KPH Cianjur .............................................. 48 5.1.1 Kegiatan-kegiatan PHBM di Perum Perhutani KPH Cianjur ................................................................................. 50 5.2 Karakteristik Responden Terpilih ................................................ 62 5.2.1 Umur Responden ................................................................ 65 5.2.2 Pendidikan Formal Responden ........................................... 67 5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga Responden ................................ 68 5.2.4 Luas Lahan Milik Responden ............................................. 69 5.2.5 Pendapatan Responden ....................................................... 70 5.2.6 Pengalaman Bertani Responden ........................................ 71 5.2.7 Jenis Pekerajaan Responden ............................................... 73 5.3 Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Kegiatan PHBM ........................................................... 74 5.3.1 Persepsi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ....................... 74 5.3.2 Motivasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ..................... 79 5.3.3 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ................. 80 5.4 Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Persepsi dan Partisipasi 88 5.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan PHBM ................................................ 88 5.4.2 Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Tahapan Kegiatan .................................... 91 5.4.3 Faktor Ekternal yang Mempengaruhi Persepsi dan Partisipasi………………………………………………….. 98 5.5 Peningkatan Pendapatan Masyarakat ........................................... 102 5.5.1 Kontribusi Kegiatan PHBM Terhadap Pendapatan Masyarakat ……………………………………………….. 102 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................... 104 6.2 Saran ............................................................................................. 104 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 105 LAMPIRAN ................................................................................................ 108
vi
DAFTAR TABEL Halaman 1. Daftar Desa dan LMDH di Kabupaten Cianjur ....................................... 21 2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 23 3. Skor Pertanyaan pada Persepsi ................................................................. 24 4. Kategori Tingkat Persepsi ........................................................................ 24 5. Skor Pertanyaan Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan ........ 24 6. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan ..... 25 7. Skor Pertanyaan Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan ............................ 25 8. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pelaksanaan ......... 25 9. Skor Pertanyaan Partisipasi dalam Tahap Pemanfaatan .......................... 25 10. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pemanfaatan ...... 25 11. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM ............ 26 12. Data dan Pengolahan Karakteristik Responden ........................................ 27 13. Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach .......................................... 28 14. Tingkat Keeratan Hubungan antar Variabel ............................................. 31 15. Indikator Partisipasi Responden pada Tahap Kegiatan PHBM ................ 33 16. Klasifikasi Kelerengan KPH Cianjur ...................................................... 35 17. Fungsi Kawasan Hutan KPH Cianjur ...................................................... 35 18. Status Lahan Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu ..................... 37 19. Klasifikasi Penduduk Desa Sukajembar Berdasarkan Umur ................... 37 29. Klasifikasi Penduduk Desa Sukamekar Berdasarkan Umur....................... 37 21. Klasifikasi Penduduk Desa Sukaratu Berdasarkan Umur .......................... 38 22. Klasifikasi Masyarakat Desa Sukajembar Berdasakan Mata Pencaharian . 38 23 Klasifikasi Masyarakat Desa Sukamekar Berdasarkan Mata Pencaharian. 39 24. Klasifikasi Masyarakat Desa Sukaratu Berdasarkan Mata Pencaharian .... 39 25. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukajembar ................................. 40 26. Sarana Umum Desa Sukajembar .............................................................. 40 27. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukamekar .................................. 40 28. Sarana Umum Desa Sukamekar ................................................................. 41 29. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukaratu ......................................... 41 30. Sarana Umum Desa Sukaratu… …………………………………………. 42 31 Kegiatan LMDH Rimba Lestari ............................................................... 53
ii
vii
32. Kegiatan LMDH Wana Sukamekar ........................................................... 56 33. Kegiatan LMDH Ratu Kencana .............................................................. 60 34. Karakteristik Responden Desa Sukajembar ............................................ 63 35 Karakteristik Responden Desa Sukamekar .............................................. 64 36. Karakteristik Responden Desa Sukaratu .................................................... 65 37. Nilai Validitas dari Pertanyaan Persepsi .................................................. 74 38. Tingkat Persepsi Responden Terhadap Sistem PHBM .............................. 75 39. Tingkat Motivasi Masyarakat….……….…………………………………. 80 40 Nilai Validitas Pertanyaan Perencanaan .................................................... 81 41. Tingkat Partisipasi Responden Tahap Perencanaan................................... 82 42. Nilai Validitas Pertanyaan Pelaksanaan
................................................. 83
43. Tingkat Partisipasi Responden Tahap Pelaksanaan
............................... 84
44. Nilai Validitas Pertanyaan Pemanfaatan .................................................. 85 45 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahapan Pemanfaatan ..................... 86 46. Tingkat Partisipasi Masyarakat .................................................................. 88 47. Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Masyarakat dengan Uji Spearman ............................................................................................ 89 48. Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Masyarakat dengan Uji Chi-Kuadrat.......................................................................................... 89 49. Hubungan faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan dengan Uji Spearman........................................................... 91 50. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan dengan Uji Chi-Kuadrat ....................................................... 91 51. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pelaksanaan dengan Uji Spearman
....................................................... 93
52. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pelaksanaan dengan Uji Chi-Kuadrat .................................................... 94 53. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pemanfaatan dengan Uji Spearman ........................................................ 95 54. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat Tahap Pemanfaatan dengan Uji Chi-Kuadrat ..................................................... 95 55. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat dengan Uji Spearman .................................................................................................. 97
viii
56. Hubungan Faktor Internal dengan Partisipasi Masyarakat dengan Uji Chi-Kuadrat ......................................................................................... 97 57. Hasil Uji Faktor Eksternal Terhadap Persepsi dengan Uji Spearman ...... 99 58. Hasil Uji Faktor eksternal Terhadap Partisipasi Masyarakat dengan Uji Spearman .................................................................................................. 100 59. Data Pendapatan Masyarakat dari Hasil Hutan dan Non Hutan................. 102
ixiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Proses Pembentukan Persepsi .................................................................. 12 2. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 19 3. Histogram IPM Kota Cianjur ................................................................... 44 4. Kegiatan LMDH Tumpangsari Cabai dan Kopi ........................................ 54 5. Kegiatan LMDH Ternak Sapi dan Tumpang Sari Sawi ............................. 58 6. Hitogram Umur Responden antar Desa ..................................................... 66 7. Histogram Perbandingan Jenjang Pendidikan antar Desa.......................... 67 8. Histogram Perbandingan Jumlah Anggota Keluarga antar Desa ............. 69 9. Histogram Perbandingan Luasan Lahan Responden antar Desa ............. 70 10. Histogram Pendapatan Responden dari Setiap Desa .............................. 71 11. Histogram Pengalaman Bertani Responden antar Desa .......................... 72 12. Histogram Perbandingan Jenis Pekerjaan disetiap Desa ......................... 73 13. Histogram Persepsi Responden ................................................................ 76
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pengkodean Karakteristik Responden, Persepsi dan Partisipasi Desa Sukajembar ............................................................................................. 109 2. Pengkodean Karakteristik Responden, Persepsi dan Partisipasi Desa Sukamekar ............................................................................................. 110 3. Pengkodean Karakteristik Responden, Persepsi dan Partisipasi Desa Sukaratu ................................................................................................. 111 4. Pendapatan Masyarakat Desa Sukajembar dari Kegiatan Hutan ............. 112 5. Pendapatan Masyarakat Desa Sukamekar dari Kegiatan Hutan ............... 118 6. Pendapatan Masyarakat Desa Sukaratu dari Kegiatan Hutan. ................... 123 7. Pendapatan Masyarakat Desa Sukajembar dari Kegiatan Non Hutan ..... 129 8. Pendapatan Masyarakat Desa Sukamekar dari Kegiatan Non Hutan ........ 133 9. Pendapatan Masyarakat Desa Sukaratu dari Kegiatan Non Hutan ......... 138 10. Pendapatan Total Masyarakat Desa Sukajembar ..................................... 143 11. Pendapatan Total Masyarakat Desa Sukamekar ...................................... 144 12. Pendapatan Total Masyarakat Desa Sukaratu ............................................ 145 13. Dokumentasi Kegiatan LMDH ................................................................ 146 14. Implementasi Kegiatan LMDH Desa Sukajembar .................................... 148 15. Implementasi Kegiatan LMDH Desa Sukamekar ..................................... 151 16. Implementasi Kegiatan LMDH Desa Sukaratu ........................................ 154 17. Sketsa Peta Lokasi Lahan Garapan Responden Desa Sukajembar ............ 156 18. Sketsa Peta Lokasi Lahan Garapan Responden Desa Sukamekar ............. 157 19. Sketsa Peta Lokasi Lahan Garapan Responden Desa Sukaratu ................. 158 20. Perjanjian Kerjasama LMDH..................................................................... 159 21. Form Penilaian LMDH .............................................................................. 164 22. Peta Lokasi Penelitian Desa Sukajembar ................................................... 172 23. Peta Lokasi Penelitian Desa Sukamekar .................................................... 173 24. Peta Lokasi Penelitian Desa Sukaratu ........................................................ 174
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut Suharjito (1998), kepemilikan sumberdaya alam hutan memiliki status public property. Sesuai dengan UUD 1945 bahwa bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya adalah rahmat Tuhan dan dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut UU No. 41 Tahun 1999, salah satu penyelenggaraan kehutanan bertujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa dalam pengelolaan hutan sebagai sumberdaya alam dengan status public property bermanfaat untuk kemakmuran rakyat sehingga perlu adanya kerjasama dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara lestari. Karena dalam prakteknya penyelenggara Negara ditangani oleh lembaga milik negara, maka lembaga milik negara itulah yang memegang mandat rakyat dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan kegiatan terhadap rakyat. Perusahaan kehutanan di Indonesia yang memiliki status sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perum Perhutani maupun berstatus swasta seperti HPH, telah memiliki kegiatan yang terencana untuk mempertahankan eksistensinya dan menjadi good business. Kegiatan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Salah satu contohnya adalah kegiatan yang berbasis sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Perum Perhutani. Kegiatan-kegiatan yang berbasis sistem tersebut dilakukan bersama pula dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan Pemerintah Daerah serta
2
pihak terkait lainnya. PHBM merupakan salah satu sistem kerja sama dalam mengelola hutan yang dikenalkan oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan yang memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan. Pelaksanaan sistem PHBM bukanlah sekedar untuk merealisasikan kewajiban yang bersifat tanggung jawab moral, tetapi kegiatan PHBM diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk kekuatan investasi sosial (social investment) yang dapat menghadirkan ketenangan berusaha serta meningkatkan interaksi sosial, ekonomi, dan budaya antara komunitas sosial masyarakat dengan unit manajemen perusahaan dan diharapkan mampu mewujudkan terciptanya aspek perlindungan dan keamanan hutan. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Perhutani untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan perlindungan serta keamanan hutan yang salah satu diantaranya adalah sistem PHBM. Namun pada kenyataannya di lapangan, terkadang sistem PHBM belum berjalan sesuai rencana sehingga sistem PHBM belum dirasa optimal manfaatnya bagi Perhutani dan masyarakat. Maka untuk mengetahui apakah program PHBM sudah dipandang optimal manfaatnya atau belum bagi Perhutani dan masyarakat diperlukan penggalian informasi dengan melakukan penelitian untuk mengkaji persepsi masyarakat dan partisipasi masyarakat terhadap sistem PHBM di Perhutani. Penggalian informasi dari persepsi dan partisipasi masyarakat membantu Perum Perhutani untuk mengetahui dan mengevaluasikan kegiatan yang sudah dilakukan sudah memiliki manfaat atau belum memiliki manfaat bagi masyarakat desa hutan. 1.2 Perumusan Masalah Rendahnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah, akses Sumber Daya Alam (SDA) rendah, keterampilan rendah, ketidakberdayaan dan pengangguran serta resistensi terhadap perubahan. Hal ini dipengaruhi oleh letak desa hutan yang berada di sepanjang batas hutan relatif lebih jauh dari pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat pertumbuhan ekonomi, serta bercirikan areal pertanian tadah hujan.
3
Beberapa permasalahan di atas mendorong Perhutani sebagai BUMN untuk melakukan kegiatan yang bergerak dibidang kehutanan dan berkewajiban mengelola hutan dengan salah satu tujuan yang dijelaskan oleh undang-undang No. 41 tahun 1999 bahwasanya pengelolaan hutan dilakukan dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Masyarakat diharapkan dapat membantu melaksanakan pengelolaan hutan secara lestari dan masyarakat dapat merasakan manfaat hutan dalam kehidupan. Maka Perhutani mencanangkan sistem PHBM dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan yang optimal dan peningkatan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan serta diharapkan mampu mewujudkan terciptanya aspek perlindungan dan keamanan hutan. Namun kenyataannya di lapangan, upaya Perhutani tersebut belum terlaksana secara optimal dan masih memiliki kendala yang harus ditangani secara cepat agar tujuan sistem ini tersampaikan dan manfaat sistem PHBM ini dirasakan optimal oleh masyarakat. Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka dapat dirinci beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut : 1.
Peranan sistem PHBM terhadap kehidupan masyarakat desa sekitar hutan.
2.
Persepsi masyarakat terhadap sistem PHBM dan tingkat partisipasi mereka dalam sistem PHBM.
3.
Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan PHBM.
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui pelaksanaan kegiatan-kegiatan PHBM di Perum Perhutani KPH Cianjur.
2.
Mengetahui persepsi masyarakat terhadap sistem PHBM dan partisipasi mereka dalam kegiatan PHBM di KPH Cianjur.
3.
Memperoleh Informasi mengenai faktor-faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam sistem PHBM.
4
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Memberikan informasi kepada Perhutani tentang persepsi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan berbasis sistem PHBM di Perum Perhutani.
2.
Memberikan
informasi
faktor-faktor
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi persepsi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) 2.1.1 Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Perum Perhutani Perum Perhutani dalam kaitannya dengan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) ini memiliki sejarah panjang dari masa ke masa dengan landasan utama kerja sama. Pada masa Kolonial Belanda, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga kerja murah untuk kerja hutan. Oleh karena itu, diciptakan sistem tumpang sari dalam kegiatan penanaman hutan, dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja penanaman hutan (pesanggem) untuk nama palawija (tanaman pangan) dalam mencukupi kebutuhan pangannya. Dalam pelaksanaannya, banyak diterapkan persyaratan-persyaratan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan pihak kehutanan atau pengelola hutan. Selain itu, masyarakat diikat dengan kontrak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang berkaitan dengan pengelolaan hutan dengan imbalan (uang kontrak) yang jumlahnya relatif sangat kecil. Selain itu, pemerintah Hindia Belanda juga mewajibkan pemerintah desa pada saat itu untuk menyediakan tenaga blandong (Suharjito 2000). Pada pertengahan tahun 1970-an FAO dan SIDA mempertemukan kelompok ahli tentang kehutanan dan pembangunan masyarakat lokal. Hasil pertemuan itu telah mendorong untuk menggali kembali pengalaman-pengalaman berbagai program kehutanan masyarakat yang diselenggarakan dibeberapa Negara, antara lain social forestry di India, village woodlots di Korea, forest villages di Thailand, village forestation di Tanzania dan tumpangsari di Jawa. Upaya pengembangan kehutanan masyarakat mendapatkan dukungan dari para ahli dan praktisi kehutanan sedunia dengan mengadakan Kongres Kehutanan Sedunia VIII pada 16-28 Oktober 1978 di Jakarta dengan tema pokok ‘Forest for People’. Gagasan forest for people dalam perkembangannya dituntut bukan hanya diwujudkan melalui penyediaan hasil hutan bagi masyarakat atau melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan, melainkan juga menempatkan masyarakat
6
sebagai aktor utama pengelolaan hutan, baik sebagai pengelola hutan yang di usahakan pada lahan sendiri maupun lahan Negara (Suharjito 2000). Dalam kepustakaan terdapat beberapa istilah yang digunakan secara bergantian atau saling melengkapi yakni community forestry, social forestry, participatory farm forestry, agroforestry dan lain-lain. Pada umumnya istilah social forestry digunakan sebagai istilah payung yang mencakup programprogram dan kegiatan kehutanan yang sedikit atau banyak melibatkan peranan masyarakat atau rakyat lokal atau yang dikembangkan untuk kepentingan masyarakat banyak. Pardo (1995) dalam Suharjito (2000) menyatakan bahwa pada tahap akhir perkembangan social forestry adalah perubahan yang fundamental pada peranan pemerintah, dari sebagai pengelola lahan (Land Manager) menjadi penyuluh (Extension forester). Dari konsepsi-konsepsi social/community forestry yang telah dijelaskan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan pengertian bagi praktek kehutanan masyarakat, yaitu sistem pengelolaan hutan yang dilakukan oleh individu, komunitas, atau kelompok pada lahan Negara, lahan komunal, lahan adat atau lahan milik (individual/rumah tangga) untuk memenuhi kebutuhan individu/rumah tangga dan masyarakat, serta diusahakan secara komersial. Negara Indonesia dikenal beberapa istilah berkaitan dengan sistem pengelolaan hutan yang bermaksud menempatkan masyarakat sebagai pelaku utamanya, yaitu perhutanan sosial, kehutanan masyarakat, kehutanan sosial dan hutan kemasyarakatan. Kartasubrata (1988) memandang bahwa perhutanan sosial, kehutanan sosial dan hutan kemasyarakatan sebagai padanan kata dengan istilah social forestry. Istilah perhutanan sosial digunakan pertama kali dalam penyelenggaraan program oleh Perum Perhutani di Jawa pada tahun 1986 dan proyek percontohan oleh kantor Wilayah Departemen Kehutanan yang salah satunya adalah di Belangian. Pengembangan program perhutanan sosial oleh Perum Perhutani di Jawa merupakan penyempurnaan program-program prosperity approach, yaitu intensifikasi tumpangsari dan PMDH (Pembinaan Masyarakat Desa Hutan.) Perkembangan ini mendorong Perhutani membuat sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang dikenal dengan PHBM pada tahun 1999 yang
7
berbeda dengan kegiatan yang berbasiskan masyarakat seperti MALU (Mantri Lurah), Pengelolaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), perhutanan sosial dan lain sebagainya. Sistem PHBM ini menempatkan masyarakat menjadi mitra sejajar Perum Perhutani yang mampu membangun, melindungi, dan memanfaatkan sumberdaya hutan di dalam sistem PHBM. Perum Perhutani bersama-sama dengan
stakeholder
lain
yang
aktif
memfasilitasi
masyarakat
untuk
menumbuhkembangkan budaya dan tradisi pengelolaan sumberdaya hutan di lahan-lahan desa pada beberapa wilayah yang kurang berkembang. Sistem ini diangankan secara mendasar dapat berbagi kewenangan, berbagi tugas, dan dengan demikian dapat membangun model pengelolaan hutan bersama yang sejati, serta akhirnya berbagi hasil secara adil dengan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, maka budaya tanggung jawab masyarakat terhadap pengelolaan hutan dapat terbangun dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri (Suharjito 2000). 2.1.2 Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Sumberdaya Hutan adalah kegiatan yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan konservasi alam. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat merupakan kebijakan perusahaan yang menjiwai strategi, struktur dan budaya perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Jiwa yang terkandung dalam pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat merupakan kesediaan perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan untuk berbagi dalam pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kaidah-kaidah keseimbangan, keberlanjutan, kesesuaian dan keselarasan (Natalia 2005). Menurut Keputusan Direksi PT. Perhutani (Persero) yang sekarang menjadi Perum Perhutani No. 001/KPTS/DIR/2002 tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dengan Masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan Masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proposional.
8
Salah satu maksud dan tujuan dilaksanakannya PHBM untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial secara proporsional dan profesional. Peningkatan peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak lain yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan dengan model kemitraan. Dalam Keputusan tersebut dimaksud dengan : 1.
Masyarakat desa hutan adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya.
2.
Kelompok masyarakat desa hutan adalah perkumpulan orang-orang desa hutan berbentuk kelompok ekonomi, kelompok sosial maupun kelompok budaya yang tumbuh dari keswadayaan.
3.
Pihak yang berkepentingan adalah pihak-pihak di luar perusahaan dan masyarakat desa hutan yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya PHBM, yaitu Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat, Usaha swasta, Lembaga pendidikan dan Lembaga Donor. Adapun Tujuan Pengelolaan hutan bersama masyarakat secara lengkap
sebagaimana disebutkan yaitu : 1.
Meningkatkan tanggung jawab perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan.
2.
Meningkatkan peran perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan.
3.
Menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai dengan kondisi dan dinamika sosial masyarakat desa hutan.
4.
Meningkatkan mutu sumberdaya hutan sesuai karakteristik wilayah.
5.
Meningkatkan pendapatan perusahaan, masyarakat desa hutan serta pihak yang berkepentingan secara stimulan.
9
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat digantungkan berbagai harapan yang diantaranya, bahwa melalui PHBM keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan terasa lebih nyata. PHBM memiliki semangat kebersamaan yang mengandung arti berbagi, baik dalam peran, ruang, waktu maupun keuntungan. PHBM dimaksudkan memberikan akses kepada masyarakat (kelompok masyarakat) di sekitar hutan dan para pihak terkait (stakeholder) sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing untuk mengelola hutan secara partisipatif tanpa mengubah status dan fungsi hutan berlandaskan azas manfaat, kelestarian, kebersamaan, kemitraan, keterpaduan, kesederajatan dan bagi hasil (system sharing) (Perhutani 2001). Dengan demikian, masyarakat dapat ikut berperan serta secara aktif dalam mengelola hutan, sehingga diharapkan akan tumbuh rasa memiliki dan rasa turut bertanggung jawab terhadap keberadaan dan kelestarian hutan. 2.1.3 Pengertian Masyarakat Desa Hutan Masyarakat (community) adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan yang disepakati bersama oleh kelompok yang bersangkutan. Berdasarkan pada tipologinya, masyarakat desa hutan adalah masyarakat yang mendiami wilayah yang berada disekitar atau di dalam hutan dan mata pencaharian (pekerjaan) masyarakatnya tergantung pada interaksi terhadap hutan (Perhutani
2002).
Masyarakat juga sebagai masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di dalam kabupaten yang biasa disebut sebagai Desa. Desa Hutan begitu mereka menyebut desa-desa yang berada di tepian hutan. Sebenarnya, desa itu sama saja seperti desa-desa yang lainnya, kecuali secara geografis letaknya berbatasan dengan hutan, atau bahkan berada di dalam hutan. Desa Hutan didefinisikan sebagai wilayah desa yang secara geografis dan administratif berbatasan dengan kawasan hutan atau di sekitar kawasan hutan (Perhutani 2001). Desa didalam hutan merupakan desa yang berada didalam lingkungan hutan yang telah ditetapkan sebagai desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan desa yang berada di sekitar hutan adalah desa-desa yang berada
10
di sekitar kawasan hutan. Maka masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah penduduk yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan, yang memiliki kesatuan komunitas sosial dengan mata pencaharian yang bergantung pada hutan. Sebagian besar desa hutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut aksesibilitas yang terbatas hampir di semua dimensi, baik aksesibilitas terhadap informasi, pendidikan,
teknologi,
permodalan,
pasar,
dan
sumberdaya
lainnya,
pembangunannya tertinggal, letaknya berada di sepanjang batas hutan, relatif lebih jauh dari pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat pertumbuhan ekonomi, serta bercirikan areal pertanian tadah hujan. Selain itu, masyarakat perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan agar tujuan mensejahterahkan masyarakat dapat dilakukan secara optimal. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat
adalah
segala
upaya
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat (SDM), meningkatkan akses terhadap sumberdaya alam serta penguatan kelembagaan agar secara individu maupun
bersama-sama
mampu
meningkatkan
kualitas
hidup
atau
kesejahteraannya. 2.1.4 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Lembaga adalah wadah dimana sekumpulan orang berinisiatif untuk memenuhi kebutuhan bersama, dan yang berfungsi mengatur akan kebutuhan bersama tersebut dengan nilai dan aturan bersama. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada di dalam atau di sekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya (Awang 2008). Pihak yang terlibat di dalam proses pengembangan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ini adalah seluruh anggota dan pengurus dari LMDH, pemerintah daerah (desa sampai kabupaten) dan pihak terkait sesuai dengan kebutuhan (dinas atau instansi terkait), pihak yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan lembaga (investor, perguruan tinggi, LSM), dan fasilitator yang dapat dipilih dari masyarakat sendiri atau pihak luar.
11
2.2 Persepsi Persepsi pada hakikatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap objek yang dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interpretasi atau penaksiran tentang objek yang dimaksud. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil respon seorang manusia terhadap sesuatu yang ditangkap oleh panca indera. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor dan menyebabkan aktifnya organisme. Stimulus dapat berupa benda, isyarat, informasi maupun situasi dan kondisi tertentu. Pendapat lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2005). Menurut Sudaryanto et al (1987) persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera peraba dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan tersebut dapat disadari. Selain itu, persepsi juga merupakan pandangan atau sikap lahir yang dibentuk dari pemahaman dan motivasi sesuai dengan pedoman yang berlaku. Beberapa pendapat diatas mengenai persepsi, dapat diketahui bahwa proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada diri manusia. Proses ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang dialami oleh pribadi masingmasing dalam merespon segala sesuatu. Persepsi setiap manusia akan berbedabeda satu dengan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu seperti karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan dan pengetahuan, kebutuhan, usia dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi (stimulus) pola pikir dan pandangan seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain
12
yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah keluarga. Adapun pembentukan persepsi ada tiga mekanisme yaitu selectivity, closure, dan interpretation menurut model persepsi Littere Asngari (1984) dalam Harihanto (2001) yang dijelaskan pada Gambar 1. Pengalaman masa lalu
Interpretasi Informasi sampai ke individu
Persepsi Selectivity
Closure Prilaku
Gambar 1 Proses pembentukan persepsi. Melihat dari bagan pada Gambar 1 persepsi terbentuk karena ada informasi dan pengalaman masa lalu yang diterima oleh individu kemudian diseleksi oleh individu tersebut sehingga dapat diartikan melalui pandangan kemudian dibentuk menjadi pola pikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Orang yang konsep dirinya positif, ia akan tetap yakin dan percaya diri dalam berkomunikasi sehingga memperteguh citra baik yang telah dimilikinya, sebaliknya orang yang konsep dirinya negatif dengan terlalu memperhitungkan respon orang sehingga kredibilitasnya tidak nampak karena tertutupi oleh pandangan negatif terhadap sesuatu dan sikap yang tidak percaya diri. Persepsi ini akan melahirkan sikap seseorang yang apabila dikaitkan dengan motivasi akan menentukan perilaku seseorang. Penelitian ini diharapkan persepsi dapat menentukan perilaku berupa partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM. 2.3 Partisipasi Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003), partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri,
13
dibimbing oleh cara berpikir sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat adalah suatu proses bertingkat dari perdistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar untuk hidup mereka sendiri. Menurut Suradisastran 1995 dalam Sianturi (2007), partisipasi masyarakat dalam segala aspek pembangunan sebagai keikutsertaan yang lebih dipengaruhi oleh kehendak sendiri dengan sukarela dan itu merupakan partisipasi secara spontan. Jika keikutsertaan dalam keadaan terpaksa maka keikutsertaan tersebut dapat dikatakan bukan partisipasi. Cohen dan Uphoff (1980) dalam Ramadyanti (2009), menyatakan partisipasi yang dibagi dari dimensi partisipasi yaitu 1. Jenis partisipasi yang diharapkan meliputi : a.
Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan)
b.
Partisipasi dalam pelaksanaan
c.
Partisipasi dalam menerima manfaat
d.
Partisipasi dalam evaluasi
2. Siapa yang berpartisipasi terdiri dari : a. Penduduk setempat b. Pemimpin setempat, meliputi: pemimpin informal, pemimpin organisasi formal, dan pemerintah setempat. c. Orang luar desa 3. Bagaimana proses partisipasi itu berlangsung, meliputi beberapa hal : a.
Apakah inisiatif partisipasi itu timbul dari atas atau dari bawah?
b.
Apakah dorongan untuk berpartisipasi itu bersifat bebas atau paksaan?
c.
Bagaimana struktur partisipasi masyarakat?
d.
Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara kolektif, apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah partisipasi itu langsung atau tidak langsung?
e.
Jangka waktu partisipasi
14
f.
Lingkup partisipasi
g.
Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang diharapkan sebagai hasil partisipasinya.
Berdasarkan pernyataan diatas, tipe-tipe partisipasi didasarkan atas tahaptahap kegiatan, yang dapat digolongkan antara lain tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Bentuk sumbangan dapat digolongkan, antara lain pikiran, tenaga, waktu, dan modal. Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut Pangestu (1995) dalam Ramadyanti (2009) adalah sebagai berikut: 1.
Faktor internal, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.
2.
Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak mengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan mengutungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran itu akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Menurut Silaen (1988) dalam Ramadyanti (2009), semakin tua umur
seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Faktor jumlah beban keluarga, menurut Ajiwarman (1996) dalam Ramadyanti (2009), menunjukkan bahwa semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Murray dan Lappin (1976) dalam Ramadyanti (2009) menyatakan bahwa lama tinggal adalah faktor internal yang mempengaruhi partisipasi. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai
15
bagian dari lingkungan, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal. Selain faktor pendorong terdapat pula faktor-faktor penghambat partisipasi antara lain adalah masalah struktural. Masalah struktural mengalahkan lapisan bawah terhadap interest pribadi aparatur pemerintah yang lebih kuat (Nasdian 2003). Selain masalah struktural, faktor lain yang menghambat partisipasi masyarakat adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yaitu sikap masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu lama tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat kurang kreatif. Budaya tersebut secara langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Secara garis besar partisipasi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif yaitu masyarakat secara langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan sedangkan partisipasi pasif dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang secara tidak langsung menunjang keberadaan hutan secara lestari dengan menjaga hutan sesuai dengan waktu yang relatif jarang. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kehutanan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Sesuai dengan derajat partisipasinya dapat diturunkan dari derajat terendah sampai tertinggi yaitu kelompok yang hanya terlibat dalam pelaksanaan, kelompok yang terlibat sampai tingkat perencanaan serta kelompok yang terlibat sampai tingkat pengambilan keputusan (Harjanto 2003 dalam Sitanggang 2009). 2.4 Motivasi Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan pembuatannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998). Wahjosumidjo (1987) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, keputusan yang terjadi pada seseorang dan sebagainya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis timbul
16
diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik atau faktor di luar diri seseorang yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor didalam diri seseorang atau faktor intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor diluar diri atau ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber antara lain pimpinan, kolega atau faktor lain yang sangat kompleks. Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu : pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan didalamnya, seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya, seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya (Farhan 2010). Motivasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan keadaan di dalam organisme, tingkah laku dan tujuan kearah mana tingkah laku itu ditunjukkan. Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi individu, dalam kaitannya dengan suatu pekerjaan meliputi karakteristik biografikal (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman), latar belakang atau status sosial ekonomi, pendidikan, kepribadian, nilai-nilai yang dianut dan persepsi individu terhadap kegiatannya. Motivasi dapat mendorong seseorang untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam mengambil keputusan untuk mengelola hutan.
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perum Perhutani merupakan Badan Umum Milik Negara yang bergerak dibidang kehutanan. Selain memupuk keuntungan, Perum Perhutani juga memiliki tugas untuk mensejahterahkan masyarakat di sekitar hutan dengan pembinaan masyarakat desa sekitar hutan dan melakukan kegiatan berbasis Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). PHBM didefinisikan sebagai suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa atau pihak Perhutani dengan masyarakat desa hutan dengan pihak lain yang berkepentingan dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional. Kerjasama dalam pelaksanaan sistem PHBM ini tidak hanya Perhutani dengan masyarakat saja, namun Perhutani dan masyarakat dapat pula bekerjasama dengan pihak-pihak terkait yang mempunyai tujuan dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya PHBM. Pihak terkait yaitu seperti pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM), Lembaga Sosial Masyarakat, Lembaga Pendidikan dan Lembaga Donor dan lain-lain. Kegiatan berbasis sistem PHBM yang dilakukan diharapkan dapat terlaksana dengan sukses sesuai rencana. Tingkat keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan dapat diketahui dari persepsi masyarakat, motivasi dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap sistem PHBM ini. Persepsi dan motivasi masyarakat terhadap kegiatan PHBM diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai partisipasi yang akan dilakukan masyarakat terhadap kegiatan dari sistem PHBM. Persepsi yang baik akan tercermin dengan adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan persepsi masyarakat ini merupakan pandangan masyarakat terhadap suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor internal (faktor individu) dan faktor eksternal (faktor sosial) yang dialami oleh individu.
18
Persepsi dan motivasi dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan berbasis sistem PHBM. Partisipasi masyarakat merupakan respon tindakan yang dilakukan masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat dilihat dari peran aktif masyarakat melalui sumbangan pemikiran, tenaga maupun pengorbanan waktu. Tahapan kegiatan berbasis sistem PHBM ini terdiri dari kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan dan kegiatan pemanfaatan bagi hasil. Beberapa faktor internal yang diduga berhubungan dengan persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat adalah umur, tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pengalaman bertani dan jenis pekerjaan (faktor internal). Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi yaitu luas lahan milik, penyuluhan dan pendidikan serta pelatihan dan fasilitas yang tersedia. Faktor-faktor
yang
diduga
mempengaruhi
persepsi
dan
patisipasi
masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran implementasi pada tahapan pelaksanaan kegiatan PHBM. Pelaksanaan sistem PHBM bukanlah sekedar untuk merealisasikan kewajiban yang bersifat tanggung jawab moral, namun diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk kekuatan investasi sosial (social investment) yang dapat menghadirkan ketenangan berusaha, meningkatkan interaksi sosial, ekonomi, dan budaya antara komunitas sosial masyarakat dengan unit manajemen perusahaan serta diharapkan mampu mewujudkan terciptanya aspek perlindungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keamanan hutan. Berdasarkan pemikiran ini maka dapat dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada gambar 2.
19
Masyarakat (Pelaku)
LMDH (Penggerak dan Wadah Masyarakat)
Faktor Internal : ‐ Umur ‐ Pendidikan ‐ Pendapatan ‐ Pengalaman bertani ‐ Pekerjaan ‐ Jumlah Keluarga
Faktor Ekternal : ‐ Luas Lahan Milik ‐ Penyuluhan ‐ Pendidikan dan Pelatihan ‐ Fasilitas (Sarana dan Prasarana)
Persepsi
Mitra
Motivasi
Partisipasi
Perum Perhutani (Regulator dan Fasilitator)
PHBM
Pihak terkait ( Investor, LSM, LEM, Pemerintah Daerah, lembaga donor dan lain-lain) (membantu dan memberdayakan masyarakat serta memfasilitasi pendanaan dengan skema dan aturan tertentu yang telah disepakati bersama)
Kesejahteraan masyarakat meningkat dan keamanan hutan tetap terjaga Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian. 19
20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu (Perum Perhutani KPH Cianjur) Kabupaten Cianjur (Lampiran 22, 23 dan 24). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2010. 3.3 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai interview guide disertai alat tulis menulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi, kalkulator, komputer, SPSS (Statistical Program for Social Science) 17.0, Microsoft Excel dan Microsoft Word. 3.4 Sasaran Penelitian Sasaran atau objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di desa-desa sekitar Perum Perhutani Cianjur sebagai peserta sistem PHBM. Masyarakat yang menjadi responden ini telah berpartisipasi dalam KTH, LMDH (Anggota dan Pengurus LMDH), Perhutani dan pihak terkait lainnya yang berkontribusi serta sebagai pelaku dalam kegiatan PHBM seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat dan lain-lain. 3.5 Metode Pengambilan Data 3.5.1 Penentuan Desa Contoh dan Jumlah Responden Penentuan Desa Contoh yang dapat mewakili KPH Cianjur ditentukan dengan cara purposive sampling sesuai dengan kriteria keberhasilan organisasi dalam sistem PHBM. Total desa yang digunakan sebagai desa contoh yaitu sebanyak 3 desa dari 31 desa yang berada dibawah naungan Perhutani Cianjur yang telah dilakukan penilaian kinerja (Tabel 1). Ketiga desa yang dipilih yaitu Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu. Pemilihan desa ini ditentukan oleh Perum Perhutani dari hasil penilaian kinerja LMDH pada form penilaian (Lampiran 21) yang dimiliki oleh setiap desa. Hasil penilaian ini akan menentukan LMDH memiliki kriteria Sangat Baik, Baik dan Sedang sesuai dengan skor penilaian yang didapatkan serta mempertimbangkan akses dan konflik masyarakat yang terjadi. Hasil dari pertimbangan yang dilakukan oleh
21
Perum Perhutani dalam menentukan desa contoh yaitu Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu sebagai desa yang diteliti dan diharapkan desa yang terpilih ini dapat menjadi wakil desa-desa hutan lainnya. Tabel 1 Daftar desa dan LMDH di Kabupaten Cianjur No.
Ketua
1
Juhana
2
H.M Kusmana
LMDH Wana Suka Mekar
Desa Sukamekar
Mekar Tani
Cikangkareng
Kemang Lestari Cega Rimba Lestari
Kemang
5 6
Drs. Husen Toni Kurniawan Eden Mahmud Abudin
Sugih Mukti Wana Tani Mekar
Sukadana Mekar Sari
7
Ayi Sobari
Bukit Walet
Cihea
8 9 10 11 12 13 14
Ayi Jana H. Solahudin Dadang S. Adang A. Suparman Tatam Rohidin
Mekar Galih Jaya Mandiri Mukti Jaya Giri Karya Sinar Harapan Sumber Tani Sukaluyu
Mekar Galih Kertajadi Jatisari Cikanyere Balegede Sirnasari Sukaluyu
15 16
A. Suhendi Sumeri
Sukaratu Karangnunggal
17 18 19 20
Enen A. Rahman H. Ocim M. Apep
Ratu Kencana Giri Langgeung Wana Mekar Harapan Boga Sari Mekar Mukti Bina Wana
21 22
Acep Baehaki Adang R.
Girijaya Lembahsari
23
Sodikin
Sukamanah Giri Tegar Rahayu Lembah Sari Lestari
24 25
Ridwansyah A. Suharna
26
3 4
Ciguha
Cisaranten Muaracikadu Bojongpetir Sukamanah
Mekarjaya Karangjaya Sukarame
Usep S.
Giri Mekar Lestari Tirta Jaya Wana Karya Mekar
27
Mulyadi
Rimba Lestari
Sukajembar
28 29 30
M.Dadih Dama Ade S.
Cigunung Herang Giri Mulya Sumber Rejeki
Sukamulya Leuwikoja Sukasirna
31
Aman
Sukasirna
Sumber : Data Penilaian Perum Perhutani 2010
Sukajembar
BKPH Sukanegara Utara Tanggeung Ciranjang Selatan Sukanegara Selatan Ciangjur Tanggeung Ciranjang Selatan Ciranjang Utara Sindangbarang Tanggeung Cianjur Cibarengkok Tanggeung Sindangbarang Cianjur Cianjur Ciranjang Selatan Cibarengkok Sindangbarang Tanggeung Sukanegara Utara Cibarengkok Ciranjang Utara Ciranjang Utara Cibarengkok Sukanegara Selatan Sukanegara selatan Ciranjang Utara Sindangbarang Cianjur Sukanrgara Utara
Total Nilai 1.031
Kriteria Sangat Baik
927
Baik
915
Baik
905
Baik
889 847
Baik Baik
827
Baik
827 822 817 807 803 793 763
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
761 757
Baik Baik
753 741 728 727
Baik Baik Baik Baik
725 721
Baik Baik
703
Baik
701 699
Baik Baik
681
Baik
651
Sedang
607 582 581
Sedang Sedang Sedang
573
Sedang
Keterangan >1000 : Sangat Baik 676-1000 : Baik 450-675 :Sedang <450 : Kurang
22
Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu yang sudah terpilih menjadi desa contoh dalam penelitian ini seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 yang kemudian dari masing-masing desa tersebeut akan dipilih sebanyak 30 orang masyarakat yang tergabung dalam LMDH yang menjadi responden sebagai objek penelitian secara random sampling. Jumlah responden yang dipilih dari standar minimal penelitian survey adalah sebanyak 30 orang (Singarimbun dan Effendi 1995). Sehingga dalam penelitian peneliti menggunakan total responden dari Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu sebanyak 90 orang. 3.5.2 Jenis Data dan Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden sedangkan data sekunder merupakan data yang berkaitan dengan penelitian namun diperoleh secara tidak langsung dari responden namun informasi yang diperoleh dari dokumen, arsip dan laporan. Data-data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, data persepsi dan partisipasi serta gambaran umum kondisi hutan yang dikelola bersama masyarakat yang merupakan pengetahuan mereka. Data-data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi kondisi umum lokasi penelitian, struktur organisasi masyarakat (LMDH), struktur organisasi Perhutani dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik-teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data primer dan sekunder yaitu: 1. Teknik wawancara (tanya jawab) terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan wawancara secara tidak terstruktur dengan mengadakan tanya jawab secara langsung tanpa menggunakan kuesioner kepada responden. 2. Teknik pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan PHBM yang dilakukan oleh responden di lapangan. 3. Studi pustaka yaitu dengan cara mencatat dan mempelajari laporan, dokumen, literatur, karya ilmiah, hasil penelitian dan arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian ini yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.
23
Teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas digunakan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data primer dan data sekunder diperoleh dengan teknik pengumpulan yang berbeda-beda seperti yang dijelaskakan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis data dan teknik pengumpulan data No. 1
Jenis data Data primer a. Karakteristik responden (umur, pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, luas lahan dan pengalaman bertani). b. Persepsi dan partisipasi masyarakat c. Informasi gambaran umum kegiatan PHBM
2
Data Sekunder a. Kondisi umum lokasi penelitian, keadaan tanah,topografi, jumlah penduduk dan keadaan penduduk b. Struktur organisasi masyarakat (LMDH) dan struktur organisasi Perum Perhutani c. Informasi dan data lain yang mendukung penelitian
Teknik pengumpulan data Wawancara terstruktur dengan kuesioner Wawancara terstruktur dengan kuesioner Wawancara tidak terstruktur tanpa kuesioner dan teknik pengamatan langsung di lapangan Studi pustaka dari dokumen dan arsip Desa serta pengamatan langsung di lapangan Studi pustaka dari dokumen dan arsip lembaga dan Perhutani Studi pustaka dari dokumen, arsip dan penelitian terdahulu (skripsi dan tesis)
Sumber: Data rekapan jenis data dan teknik pengumpulan data penelitian tahun 2010
Tabel 2 menjelaksan bahwa pengumpulan data persepsi dan partisipasi (data primer) diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dengan kuesioner terbuka dan tertutup dengan mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai beberapa hal mengenai persepsi dan partisipasi masyarakat. Kuesioner tertutup menggunakan pilihan jawaban dengan menggunakan skala likert.
Pilihan jawaban untuk
persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM yaitu (5) Sangat Setuju (SS), (4) Setuju (S), (3) Ragu-ragu (R), (2) Tidak Setuju (TS) dan (1) Sangat Tidak Setuju (STS) sedangkan pilihan jawaban untuk partisipasi yaitu (5) Selalu melakukan, (4) Sering melakukan, (3) Jarang melakukan,(2) Pernah melakukan dan (1) Tidak Pernah melakukan kegiatan PHBM. 3.6
Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan menjadi
beberapa tahapan yaitu : 1.
Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di KPH Cianjur dan Kegiatan PHBM di LMDH Rimba Jaya, Wana Sukamekar dan Ratu Kencana.
24
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem PHBM dan kegiatan sistem PHBM di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu. 2.
Persepsi Masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu Persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM diukur berdasarkan jumlah
skor dari 10 pertanyaan dari kuesioner dengan menggunakan skala likert. Masingmasing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 : Tabel 3 Skor pertanyaan pada persepsi No. 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Ragu-ragu Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor 5 4 3 2 1
Sumber: Data kuesioner penelitian tahun 2010
Tabel 4 Kategori tingkat persepsi No. 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor 42≤x<50 34≤x<42 26≤x<34 18≤x<26 10≤x<18
Sumber: Data perhitungan penelitian tahun 2010
3.
Partisipasi Masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu Partisipasi masyarakat (responden) diukur berdasarkan jumlah skor dari 21
pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Kegiatan partisipasi dalam kegiatan PHBM meliputi: a. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan terdapat 10 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5 Skor pertanyaan partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan No. 1 2 3 4 5
Kategori Selalu Melakukan Sering Melakukan Kadang-kadang Melakukan Jarang Melakukan Tidak Pernah Melakukan
Sumber: Data kuesioner penelitian tahun 2010
Skor 5 4 3 2 1
25
Tabel 6 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan No. 1 2 3 4 5
Kategori
Skor 42≤x<50 34≤x<42 26≤x<34 18≤x<26 10≤x<18
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sumber: Data perhitungan penelitian tahun 2010
b. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan kegiatan terdapat 6 pertanyaan yang masingmasing pertanyaan memiliki skor seperti Tabel 7 dan Tabel 8: Tabel 7 Skor pertanyaan partisipasi dalam tahap pelaksanaan No. 1 2 3 4 5
Kategori Selalu Melakukan Sering Melakukan Kadang-kadang Melakukan Jarang Melakukan Tidak Pernah Melakukan
Skor 5 4 3 2 1
Sumber: Data kuesioner penelitian tahun 2010
Tabel 8 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan No Kategori 1 Sangat Tinggi 2 Tinggi 3 Sedang 4 Rendah 5 Sangat Rendah Sumber: Data perhitungan penelitian 2010
Skor 25,2≤x<30 20,4≤x<25,2 15,6≤x<20,4 10,8≤x<15,6 6≤x<10,8
c. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pemanfaatan Partisipasi masyarakat dalam tahap pemanfaatan kegiatan terdapat 5 pertanyaan dengan masing-masing memiliki skor seperti Tabel 9 dan Tabel 10 : Tabel 9 Skor pertanyaan partisipasi dalam tahap pemanfaatan No. 1 2 3 4 5
Kategori Selalu Melakukan Sering Melakukan Kadang-kadang Melakukan Jarang Melakukan Tidak Pernah Melakukan
Skor 5 4 3 2 1
Sumber: Data kuesioner penelitian tahun 2010
Tabel 10 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pemanfaatan No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sumber: Data perhitungan penelitian tahun 2010
Skor 21≤x<25 17≤x<21 13≤x<17 9≤x<13 5≤x<9
26
Tingkat partisipasi masyarakat diketahui dengan menjumlahkan partsipasi masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemafaatan yang kemudian di skoring untuk menentukan kategori tingkat partisipasi pada Tabel 11. Tabel 11 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor 88,2≤x<105 71,4≤x<88,2 54,6≤x<71,4 37,8≤x<54,6 21≤x<37,8
Sumber: Data perhitungan penelitian tahun 2010
d. Motivasi Masyarakat dalam Melakukan Kegiatan PHBM Motivasi masyarakat ini diketahui dari jawaban masyarakat terhadap tujuan atau alasan mereka melakukan kegiatan PHBM setelah itu jawaban disalin dan dihitung jumlah orang yang memiliki motif yang sama dan dibagi dengan jumlah masyarakat sehingga dapat diketahui rata-rata motif atau alasan masyarakat melakukan kegiatan PHBM dalam bentuk persentase (%). e. Faktor Internal dan Eksternal Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam membentuk persepsi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM Perum Perhutani yang diukur dengan menggunakan skala likert. Faktor internal meliputi faktor-faktor dari dalam diri manusia (masyarakat) seperti umur, pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan pengalaman bertani sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia seperti luas lahan milik. Beberapa data karakteristik responden sebagai faktor internal dan eksternal yang diperlukan dalam pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 12 mengenai karakteristik yang digunakan dalam pengolahan data.
27
Tabel 12 Data dan pengolahan karakteristik responden No. Variabel Faktor Internal 1 Umur
2
Tingkat Pendidikan
3
Jumlah Keluarga
4
Pendapatan
5
Luas Lahan Pribadi
6
Lama Mengelola Lahan Hutan
Faktor Eksternal 7 Jenis Pekerjaan
Kategori
Skor
Dasar Pengukuran
1. Remaja 16-25 tahun 2.Dewasa muda 26-35 tahun 3. Dewasa Sedang 36-45 tahun 4. Dewasa Tua 46-55 tahun 5. Tua > 55 tahun
1 2 3 4 5
Sebaran contoh
1. Tidak Sekolah
1
Sebaran contoh
2. Sekolah Dasar
2
3. Sekolah Menengah Pertama
3
4. Sekolah Menengah Atas
4
5. Perguruan Tinggi 1. 1≤x<3 orang 2. 3≤x<5 orang 3. 5≤x<7 orang 4. 7≤x<9 orang 5. 9≤x≤12 orang 1. x≤ Rp.8.102.000/tahun 2. Rp.8.102.000/tahun <x≤Rp.16.204.000/tahun 3.Rp.16.204.000/tahun<x≤Rp.24.306.000/tahun 4.Rp.24.306.000/tahun<x≤Rp.32.408.000/tahun 5.Rp.32.408.000/tahun<x≤Rp.40.510.000/tahun 1. x≤6.000 m² 2. 6.000 m²<x≤12.000 m² 3. 12.000 m²<x≤18.000 m² 4. 18.000 m² <x≤24.000 m² 5. 24.000 m²<x≤30.000 m² 1. 1≤ x<11tahun 2. 11 tahun≤x<21 tahun 3. 21 tahun≤x<31 tahun 4. 31 tahun≤x<41 tahun 5. 41 tahun≤x<50 tahun
5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Usaha Tani 2. Non Usaha Tani
1 2
Sebaran Contoh
Sebaran Contoh
Sebaran Contoh
Sebaran Contoh
Sebaran Contoh
Sumber: Data Penelitian 2010
3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini. Uji ini menunjukkan skor, nilai dan ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Instrumen valid apabila nilai korelasi (Spearman correlation) adalah positif dan nilai
28
probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05 (selang kepercayaan 95%). Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing–masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment. rxy=
∑XY ∑X∑Y ∑X
∑X
∑Y
∑Y
Keterangan: rxy = korelasi antar X dan Y n = jumlah responden X = skor masing-masing pertanyaan Y = skor total Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien Alpha Cronbach pada software SPSS 17.0 (Sarwono 2006). Jika ri positif dan nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0,6) maka pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 13). Tabel 13 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach Alpha 0.00 – 0.20 > 0.20 – 0.40 > 0.40 – 0.60 > 0.60 – 0.80 > 0.80 – 1.00
Tingkat Reliabilitas kurang reliabel agak reliabel cukup reliabel Reliabel sangat reliabel
Sumber : Sari (2007)
Uyanto (2009) menyatakan bahwa suatu pengukuran mungkin reliabel tapi tidak valid, tetapi suatu pengukuran tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel. Ini berarti realibilitas (realibility) merupakan syarat perlu tapi tidak cukup (necessary but not sufficicient condition) untuk validitas (validity). 3.6.2 Uji Korelasi dan Analisis Data Hubungan antar Peubah Metode pengolahan dan analisis yang digunakan adalah pendekatan metode integratif
(mixed
methods
approaches)
yaitu
metode
penelitian
yang
menggunakan gabungan metode kuantitatif deskriptif dan metode kualitatif. Analisis kuantitatif deskriptif digunakan untuk menganalisis data-data primer yang diperoleh dari wawancara dengan kuesioner kepada responden di desa .
29
Lembar kuesioner yang telah terkumpul kemudian diberi kode agar mempermudah dalam kegiatan pengolahan data. Penyajian secara deskriptif digunakan untuk menjelaskan tanggapan yang diberikan berdasarkan nilai persentase jumlah responden. Nilai persentase tersebut diperoleh dengan cara membagi
jumlah
responden
berdasarkan
tanggapannya
dengan
jumlah
keseluruhan responden. Tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM dikelompokkan menjadi lima kategori yakni kategori Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan studi literatur diolah secara deskriptif dengan mengacu pada kerangka pemikiran. Analisis deskriptif dituangkan dalam bentuk teks narasi, tabel, grafik, bagan dan gambar. Pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, penilaian, memasukkan data, pengujian data, serta menganalisis data dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 17.0 for Windows. Data yang didapatkan dilakukan pengeditan untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner, setelah itu dilakukan pemberian kode di buku kode untuk mempermudah pengolahan data, sistem penilaian dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan dan selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan teknik penilaian secara normatif yang dikategorikan berdasarkan interval kelas: N= Max - Min ∑k Keterangan : N = batas selang Max = nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor Min = nilai minimum yang diperoleh dari skor ∑k = jumlah kategori Data-data hasil penelitian di lapangan mendapatkan perlakuan yang berbeda antara data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif akan diolah melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data kuantitatif hasil penyebaran kuesioner di lapangan terlebih
30
dahulu dilakukan pengeditan, selanjutnya dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah disiapkan. Untuk analisis kuantitatif digunakan uji hipotesa dengan uji Chi-Kuadrat dan uji korelasi peringkat Spearman (Sarwono, 2006). Uji korelasi ini bersifat Non-parametrik sehingga menggunakan uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui hubungan antar variabel berskala nominal (jenis pekerjaan) dengan persepsi dan partisipasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ² Dimana x2 = k = oi = ei =
nilai Chi-Kuadrat banyaknya kategori/ sel frekuensi observasi untuk kategori ke-i frekuensi ekspektasi untuk kategori k
Uji Rank Spearman dilakukan untuk mengetahui nilai koefisien korelasi sehingga dapat mengukur kekuatan (keeratan) suatu hubungan antar variabel. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal (Non-parametrik) dengan rumus uji Spearman : RS = 1-
∑N
Keterangan: Rs : Koefisien Rank Spearman di : Selisih peringkat X dan Y N : Jumlah Sampel Hasil uji korelasi dapat benilai positif (+) atau negatif (-). Jika korelasi menghasilkan angka positif maka hubungan kedua variabel bersifat searah. Searah maksudnya mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantung juga besar. Jika korelasi bernilai negatif maka hubungan kedua variabel bersifat tidak searah. Tidak searah maksudnya jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi bernilai 0 s/d 1, dengan ketentuan jika angka mendekati 1 maka hubungan kedua variabel semakin kuat dan jika angka korelasi mendekati 0 maka hubungan kedua variabel semakin lemah. Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan apakah asumsi dapat diterima atau ditolak. Hal ini ditentukan dengan melihat P value. 1.
Jika P value (Sig 2-tailed) ≤ 0,05 maka tolak Ho dan terima H1 pada α = 5%
31
2.
Jika P value (Sig 2-tailed) ≥ 0,05 mka terima Ho dan tolak H1 pada α = 5% Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah
Ho
= Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji.
H1
= Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji. Data yang setelah diolah uji validitas, reliabilitas dan uji korelasi maka
diperlukan pengambilan kesimpulan mengenai keeratan hubungan antar variabel dengan mengacu terhadap pedoman Sarwono (2006) (Tabel 14) : Tabel 14 Tingkat keeratan hubungan antar variabel Interval Koefisien 0,00 - 0,25 >0,25 - 0,40 >0,5 - 0,75 >0,75 - 1
Tingkat Hubungan Sangat Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat
Sumber : Sarwono (2006)
3. 7 Definisi Operasional Untuk menghindari adanya kesalahpahaman terhadap variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini, variabel-variabel penelitian didefinisikan sebagai berikut: 1.
Individu adalah responden terpilih dalam penelitian.
2.
Karakteristik individu adalah ciri-ciri dan kondisi sosial responden pada daerah penelitian yang dimiliki oleh pria maupun wanita dibagi menjadi : a. Umur yaitu usia yang diukur dengan menghitung selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilakukan penelitian dan berdasarkan usia produktif. Umur responden digolongkan menjadi 5 kelompok yaitu 16 tahun-25 tahun, 26 tahun-35 tahun, 36 tahun-45 tahun, 46 tahun-55 tahun dan >55 tahun. b. Tingkat Pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Jenjang pendidikan digolongkan menjadi 5 kelompok yang terdiri dari Tidak sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan perguruan tinggi (PT). c. Jumlah Anggota Keluarga yaitu jumlah individu dalam keluarga responden yang mash ditanggung oleh responden. Jumlah anggota keluarga dalam penelitian berkisar antara 1 sampai dengan 12 dengan
32
dibagi menjadi 5 kelompok terdiri dari 1≤ x < 3 orang, 3≤ x < 5 orang, 5≤ x < 7 orang dan 9≤ x ≤ 12 orang. d. Luas Lahan Milik yaitu luas lahan yang dimiliki oleh responden . luas lahan dikelompokkan menjadi 5 kelompok terdiri dari x ≤ 6000 m², 6000 < x ≤ 12000 m², 12000 < x ≤ 18000 m², 18000 < x ≤ 24000 m², dan 24000 < x ≤ 30000 m². e. Pendapatan Responden yaitu total pendapatan yang diterima oleh responden selama satu tahun dari mata pencaharian non hutan. Pendapatan dikelompokkan menjadi 5 kelompok terdiri dari x≤ Rp.8.102.000/tahun, Rp. 8.102.000/tahun <x≤ Rp. 16.204.000/tahun, Rp.
16.204.000/tahun
24.306.000/tahun<x≤
<x≤ Rp.
Rp.
24.306.000/tahun,
32.408.000/tahun,
dan
Rp. Rp.
32.408.000/tahun<x≤ Rp. 40.510.000/tahun. f. Pengalaman Bertani yaitu waktu yang ditempuh oleh responden dalam melakukan kegiatan bertani dari pertama kali hingga saat ini. Pengalaman bertani dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu 1≤x<11 tahun, 11≤x<21 tahun,, 21≤x<31 tahun, 31≤x<41 tahun, dan 41≤x≤50 tahun. g. Jenis Pekerjaan yaitu pekerjaan responden yang menjadi sumber mata pencaharian dikelompokkan menjadi 2 jenis pekerjaan jenis pekerjaan usaha tani dan pekerjaan non usaha tani. 3.
Persepsi adalah penilaian responden terhadap pengertian, manfaat, peranan dan
tingkat kepuasan terhadap program PHBM. Indikator yang diukur
adalah: a.
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap pengertian PHBM
b.
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap manfaat ekologi, ekonomi dan sosial dari pelaksanaan PHBM serta tingkat kepuasan masyarakat setelah diadakan PHBM
4.
Motivasi adalah dorongan atau kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan pada individu atau kelompok dalam masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan PHBM. Indikator yang
33
diamati adalah Motif masyarakat bergabung dalam kelompok tani dan LMDH dan mengikuti PHBM. 5.
Partisipasi berdasarkan jumlah keterlibatan atau keikutsertaan peserta PHBM pada tahap-tahap kegiatan. Jumlah seluruh kegiatan pada tahap perencanaan PHBM, pelaksanaan PHBM dan pemanfaatan hasil dari kegiatan PHBM. Kriteria tingkat partisipasi adalah penilaian responden terhadap peran serta
atau keikutsertaan responden terhadap kegiatan PHBM. Pengukurannya dengan mengelompokkan data yang didapat menjadi beberapa kelompok dan bernilai baik jika nilai presentase yang tinggi. Beberapa indikator yang digunakan sebagai dasar pemikiran dan batasan dalam pertanyaan kuesioner partisipasi terdapat pada Tabel 15. Indikator pada Tabel 15 ini digunakan untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam tahapan-tahapan kegiatan serta sebagai batasan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Tabel 15 Indikator partisipasi responden pada tahap kegiatan PHBM No.
Jenis Partisipasi
1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaan
3.
Pemanfaatan bagi Hasil
Indikator Partisipasi Kehadiran dalam penandatanganan kerjasama Perhutani dan Masyarakat Penentuan Bagi Hasil/sharing Kesempatan memberikan masukan kepada pengelola Kehadiran dalam rapat Kehadiran berkonsultasi Keterlibatan dalam kegiatan perencanaan Keterlibatan dalam kegiatan pelaksanaan Kehadiran dalam rapat Kehadiran berkonsultasi Keterlibatan dalam kesepakatan bagi hasil Keterlibatan dalam rapat pemanfaatan bagi hasil Kehadiran dalam rapat dan Konsultasi
Sumber: data rekapan indikator kuesioner penelitian 2010
34
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Luas dan Batas Desa Penelitian 4.1.1 Desa Sukajembar Desa Sukajembar Kecamatan Sukanegara Kabupaten Cianjur memiliki luas 2.623.107 ha. Adapun Batas-batas wilayah Desa Sukajembar adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gunungsari c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sindangsari d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cempaka 4.1.2
Desa Sukamekar Desa Sukamekar Kecamatan Sukanegara Kabupaten Cianjur memiliki luas
2.952,640 ha. Adapun batas-batas wilayah
Desa Sukamekar adalah sebagai
berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cempaka b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukanegara c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajembar d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cempaka Mulya 4.1.3
Desa Sukaratu Desa Sukaratu Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur memiliki luas
941,410 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Sukaratu adalah sebagai berkut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Songgom dan Desa Bangbayang b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cintaasih c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikahuripan d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cikacana 4.2 Kondisi Topografi dan Kelerengan Topografi desa–desa tempat penelitian merupakan golongan dataran rendah, sedang dan tinggi dengan masing-masing ketinggian yaitu Desa Sukajembar memiliki ketinggian 950-1.200 meter dpl. Desa Sukamekar memiliki ketinggian
35
>1000 m dpl dan begitu juga dengan Desa Sukaratu memiliki ketinggian 550 m dpl. Secara umum topografi di daerah Cianjur berkisar antara 5-1.553 meter dpl. Klasifikasi klerengan lapangan KPH Cianjur sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/kpts/Um/II/1980, tanggal 24 November 1980 tentang tata cara dan kriteria penetapan Hutan Lindung (Tabel 16). Tabel 16 Klasifikasi kelerengan KPH Cianjur No. 1 2 3 4 5
Kriteria Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Jumlah
Lelas Lereng (%) 0-8 8-15 15-25 25-45 >45
Luas (ha) 3.951,91 17.132,52 33.426,20 13.755,20 1.844,44 70.110,27
Sumber: Perum Perhutani KPH Cianjur (2010)
Dengan terbitnya SK Menteri Kehutanan No. 195/Kpts-II/2003 tanggal 4 juli 2003 tentang penunjukkan kawasan hutan di wilyah provinsi Jawa Barat maka KPH Cianjur dibagi menjadi tiga fungsi kawasan hutan (Tabel 17). Tabel 17 Fungsi kawasan hutan KPH Cianjur No. 1 2
Fungsi Hutan Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas HPT < 15 % HPT > 15% Hutan Lindung Jumlah
3
Luas (ha) 24.506,17
Persen (%) 34,95
16.382,20 4.916,27 24.305,63 70.110,27
23,37 7,01 34,67
Sumber: Perum Perhutani KPH Cianjur (2010)
4.3
Iklim dan Curah Hujan Curah hujan rata-rata daerah Cianjur adalah 100 mm/bulan dengan
temperatur rata-rata 21˚-26˚C berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Furguson (1951) dengan membandingkan bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan pengumpulan data banyaknya curah hujan di wilayah kerja KPH Cianjur memiliki curah hujan rata-rata per tahun mencapai 1.326,3 mm/th atau rata-rata curah hujan perbulan mencapai 110,5 mm/bulan, dengan banyaknya jumlah hari hujan 86 hari. Menurut Schmidt dan Ferguson (1951), wilayah KPH Cianjur, dengan memperhatikan perbandingan bulan basah dan bulan kering (nilai Q Schmidt dan Ferguson), Tipe Iklim wilayah KPH Cianjur termasuk Tipe Iklim C, dengan nilai Q 50,22%.
36
4.4
Jenis Tanah Berdasarkan peta tanah tinjau yang disusun menurut pemetaan oleh TWG
Dames dan Supraptohardjo dkk diketahui bahwa wilayah hutan KPH Cianjur terdapat empat macam jenis tanah, yaitu latosol, grumosol, mediteran dan aluvial. Jenis tanah yang tedapat ditempat penelitian merupakan tanah latosol cokelat dan podsolik merah kuning. Kesesuaian jenis tanah di Cianjur dengan jenis tanaman yang sesuai ditanam di dareah Cianjur dengan tujuan komersial seperti mahoni, rasamala, damar, akasia, pulai dan mindi. Tujuan pengkayaan yaitu jenis tanaman yang ditanam seperti johar, sonokeling, pilang, kepoh, kesambi, randu, asem jawa dan trembesi. 4.5 Status Lahan Desa Hutan Lahan memiliki tata, fungsi dan status kepemilikan. Fungsi utama penggunaan lahan di desa penelitian baik Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu yaitu sebagai areal pemukiman, areal perkebunan, pertanian dan sarana umum masyarakat seperti sarana peribadatan, sarana olahraga, sarana jalan umum dan sarana bangunan umum. Setiap desa penelitian mendapatkan hak mengelola lahan hutan Perum Perhutani sesuai dengan perjanjian kerjasama antara masyarakat dengan Perum Perhutani Cianjur. Luas lahan yang dikerjasamakan dan telah disepakati yaitu Desa Sukajembar seluas 1.101,68 Ha (terdiri dari tegakan rasamala, pinus, akasia puspa dan campuran), Desa Sukamekar luas pangkuan hutan 830,36 Ha (terdiri dari tegakan pinus, pulai, rasamala dan campuran) dan Desa Sukaratu luas pangkuan Hutan 97 Ha (terdiri dari tegakan mahoni, pinus dan campuran). Masing-masing desa memiliki status kepemilikan lahan dan dengan luasan yang berbeda-beda. Status kepemilikan lahan ini bermanfaat dalam ilegalitas kepemilikan dan tidak terjadinya perebutan hak serta mengurangi konflik yang terjadi diantara pemilik lahan. Karena sudah jelas batas-batas lahan dan luasan setiap pemilik (Tabel 18).
37
Tabel 18 Status lahan Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu Kategori Penggunaan Lahan Tanah Kas Negara Tanah Perhutani Tanah Perkebunan Tanah Warga Masyarakat Lain-lain Total
Desa Sukajembar 13.400 1.600 475.690 574.417 1.558.000 2.623.107
Luas Lahan (ha) Desa Sukamekar 5 713 430 1145 659,64 2952,64
Desa Sukaratu 26 25 70 800 20,41 941,41
Sumber : Data monografi Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu (2009)
4.6 Kependudukan Jumlah Penduduk di Desa Sukajembar pada tahun 2009 adalah 4.655 jiwa yang terdiri dari 2.334 orang laki-laki (50,14%) dan 2.321 orang Perempuan (49,86%) dengan jumlah Kepala Keluarga 1.484 KK. Bila diklasifikkasikan menurut usia penduduk Desa Sukajembar (Tabel 19). Tabel 19 Klasifikasi penduduk Desa Sukajembar berdasarkan umur Usia (Tahun) 0-14 15-64 ≥65 Total
Jumlah (Jiwa) 1.467 2.777 411 4.655
Persentase (%) 31,51 59,67 8,82 100
Sumber :Data monografi potensi Desa Sukajembar ( 2009)
Jumlah penduduk Desa Sukamekar pada Tahun 2009 yaitu 8.180 jiwa yang terdiri dari 4.113 orang laki-laki (50,28%) dan 4.067 orang perempuan (49,72 %) dengan total kepala keluarga 2.538 KK. Berdasarkan klasifikasi umur Desa Sukamekar memiliki jumlah dan persentase yang berbeda-beda (Tabel 20). Tabel 20 Klasifikasi penduduk Desa Sukamekar berdasarkan umur Usia ( Tahun ) 0-14 15-64 ≥65 Total
Jumlah ( Jiwa ) 1509 5.542 1129 8.180
Persentasi ( % ) 18,45 67,75 13,8 100
Sumber : Data monografi potensi Desa Sukamekar ( 2009)
Desa Sukaratu pada tahun 2009 memiliki jumlah penduduk sebesar 5.621 jiwa yang terdiri dari 2.839 orang laki-laki ( 50,50%) dan 2.782 orang perempuan (49,50%) dan terdiri dari 1.810 KK. Berdasarkan kalsifikasi umur Desa Sukaratu memiliki jumlah penduduk dan persentase disetiap kategori umur (Tabel 21).
38
Tabel 21 Klasifikasi penduduk Desa Sukaratu berdasarkan umur Usia ( Tahun ) 0-14 15-64 ≥65 Total
Jumlah ( Jiwa ) 1870 2.995 756 5.621
Persentasi ( % ) 33,27 53,28 13,45 100
Sumber :Data monografi potensi Desa Sukaratu (2009)
Melihat
data
kependudukan
yang
diperoleh
maka
tingkat
rasio
ketergantungan masyarakat belum produktif dan tidak produktif terhadap masyarakat produktif. Tingkat ratio ketergantungan total pada Desa Sukajembar sebesar 67,63% yang dapat menunjukkan bahwa setiap 100 jiwa penduduk produktif menanggung 68 jiwa yang belum produktif dan yang sudah tak produktif. Desa Sukamekar memiliki angka ketergantungan sebesar 47,60% menunjukkan bahwa setiap 100 jiwa produktif menanggung 48 jiwa yang belum produktif dan tidak produktif dan Desa Sukaratu memiliki angka 87,68 % tingkat rasio ketergantungan yang menunjukkan 100 jiwa produktif menanggung 88 jiwa yang belum produktif dan yang sudah tak produktif lagi. Data-data tersebut dapat menyimpulkan bahwa tingkat ketergantungan terhadap masyarakat produktif terbesar pada Desa Sukaratu dibandingkan dengan Desa Sukajembar dan Desa Sukamekar. 4.7 Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukajembar merupakan desa yang berada di sekitar hutan yang memiliki aksesibilatas yang rendah namun masyarakatnya tetap memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam (Tabel 22). Tabel 22 Klasifikasi masyarakat Desa Sukajembar berdasarkan mata pencaharian Jenis Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Buruh Migran Buruh Perkebunan Prgawai Negeri Sipil Pedagang keliling Peternak TNI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pegawai Swasta Dukun Kampung Terlatih Total
Jumlah (Jiwa) 758 1.356 43 170 141 6 0 0 5 423 0 2.902
Sumber :Data monografi Desa Sukajembar (2009)
Peresentase (%) 26,11 46,73 1,48 5,86 4,86 0,21 0 0 0,17 14,58 0 100
39
Hal ini menunjukkan bahwa Desa Sukajembar mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani dan petani dengan persentase terbanyak sebesar 46,73% dan petani sebesar 26,11%. Masyarakat Desa Sukamekar memiliki beberapa bidang mata pencaharian seperti yang dijelaskan pada Tabel 18. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani hal ini karena masyarakat Desa Sukamekar memiliki jumlah kepemilikan lahan pribadi yang rendah dan jarangnya penduduknya bekerja pada sebuah pabrik ataupun perusahaan karena dipicu oleh tidak adanya perusahaan atau pabrik yang berada di daerah desa tersebut kecuali perkebunan (Tabel 23). Tabel 23 Klasifikasi masyarakat Desa Sukamekar berdasarkan mata pencaharian Jenis Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Buruh Migran Buruh Perkebunan Prgawai Negeri Sipil Pedagang Peternak TNI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pegawai Swasta Dukun Kampung Terlatih Total
Jumlah (Jiwa) 171 497 81 321 26 4 3 1 15 233 2 1.354
Peresentase (%) 12,63 36,71 5,98 23,71 1,92 0,29 0,22 0,07 1,11 17,21 0,15 100
Sumber : Data monografi Desa Sukamekar (2009)
Buruh tani memiliki persentase yang tinggi yaitu sebesar 36,71% jika dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang, peternak dan lain-lain. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan demografi desa ini yang didominasi oleh kawasan hutan dan pertanian. Desa Sukaratu tidak terlalu memiliki perbedaan dalam ragam jenis pekerjaan masyarakatnya (Tabel 24). Tabel 24 Klasifikasi masyarakat Desa Sukaratu berdasarkan mata pencaharian Jenis Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Tenaga Kerja Migran Pegawa Negeri Sipil Pedagang Montir Bidan TNI Polri Karyawan Swasta Total
Jumlah ( Jiwa ) 719 596 160 17 83 5 2 1 2 244 1829
Sumber : Data monografi potensi Desa Sukaratu (2009)
Persentase ( % ) 39,31 32,58 8,74 0,92 4,54 2,733 1,09 0,54 1,09 13,34 100
40
Menurut Tabel 24, mata pencaharian masyarakat Desa Sukaratu yaitu sebagai petani dan buruh tani dengan persentase masing-masing sebesar 39,31% dan 32,58%. Setelah itu urutan persentase mata pencaharian masyarakat Desa Sukaratu adalah karyawan swasta, tenaga kerja migran, pedagang dan lain-lainnya. 4.8 Pendidikan Pendidikan yang pernah ditempuh oleh masyarakat maka dapat dilihat pada Tabel 25 dibawah ini. Desa Sukajembar memiliki tingkat pendidikan masyarakat yang ditempuh selama hidup dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Tabel 25 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukajembar Jenis Pendidikan Sekolah Dasar ( SD ) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ) Perguruan Tinggi Total
Jumlah ( jiwa ) 3258 931 233 233 4655
Persentase (%) 70 20 5 5 100
Sumber :Data monografi Desa Sukajembar (2009)
Tingkat pendidikan desa Sukajembar mayoritas pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Hal ini dapat dipengaruhi pula oleh letak sekolah dan tersedianya fasilitas di desa tersebut (Tabel 26). Tabel 26 Sarana umum Desa Sukajembar Sarana Umum Sarana Peribadatan Jumlah Masjid Jumlah Mushola Jumlah Madrasah Diniyah Jumlah Madrasah / Taklim Sarana Olahraga Lapangan Sepak Bola Lapangan Bola Voli Lapangan Tenis Meja Lapangan Bulutangkis Total
Jumlah ( buah ) 8 45 2 15 1 3 2 1 77
Sumber :Data mongrafi Desa Sukajembar (2009)
Desa Sukamekar merupakan desa yang letaknya dekat dengan jalan Negara sehingga akses desa lebih baik dari Desa Sukajembar. Desa Sukamekar juga memiliki variasi pendidikan yang pernah ditempuh selama ini (Tabel 27). Tabel 27 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukamekar Jenis Pendidikan Sekolah Dasar ( SD ) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ) Perguruan Tinggi Total Sumber : Data monografi Desa Sukamekar (2009)
Jumlah ( jiwa ) 3579 2227 1670 477 7953
Persentase (%) 45 28 21 6 100
41
Tingkat pendidikan tertinggi yang mayoritas di tempuh oleh masyarakat adalah tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) dengan persentase 45%. Sarana umum pendidikan mempengaruhi tingkat pendidikan. Desa Sukamekar memiliki sarana umum yang dibangun untuk kepentingan masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari (Tabel 28). Tabel 28 Sarana umum Desa Sukamekar Sarana Umum Sarana Peribadatan Jumlah Masjid Jumlah Mushola Jumlah Madrasah Diniyah Jumlah Madrasah / Taklim Sarana Olahraga Lapangan Sepak Bola Lapangan Bola Voli Lapangan Tenis Meja Lapangan Bulutangkis Total
Jumlah ( buah ) 21 158 18 2 6 6 2 213
Sumber : Data monografi Desa Sukamekar (2009)
Desa Sukaratu yang merupakan desa penelitian yang ketiga. Letak desa ini cukup stategis karena dekat dengan kabupaten Cianjur sehingga akses desa lebih baik dari Desa Sukajembar dan Desa Sukamekar. Namun, dalam hal tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat ternyata tidak jauh berbeda nyata dengan desa-desa lain. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat Desa Sukaratu rata-rata Sekolah Dasar (Tabel 29). Tabel 29 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukaratu Jenis Pendidikan Sekolah Dasar ( SD ) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ) Perguruan Tinggi Total
Jumlah ( jiwa ) 3.008 322 135 54 3.519
Persentase (%) 85,47 9,15 3,85 1,53 100
Sumber : Data mongrafi Desa Sukaratu (2009)
Jika dilihat kembali maka Desa Sukaratu memiliki kesamaan dengan desa lain dalam hal tingkat pendidikan mayoritas yang ditempuh oleh masyarakat yaitu tingkat Sekolah Dasar. Selain tingkat pendidikan, sarana umum yang tersedia di desa ini memiliki peranan yang penting dalam memfasilitasi kegiatan masyarakat (Tabel 30).
42
Tabel 30 Sarana umum Desa Sukaratu Sarana Umum Sarana Peribadatan Jumlah Masjid Jumlah Mushola Jumlah Madrasah Diniyah Jumlah Madrasah / Taklim Sarana Olahraga Lapangan Sepak Bola Lapangan Bola Voli Lapangan Tenis Meja Lapangan Bulutangkis Total
Jumlah ( buah ) 14 40 1 7 2 3 3 70
Sumber :Data monografi Desa Sukaratu (2009)
4.9 Biologi Kondisi biologi dikawasan hutan KPH Cianjur sebagai berikut : 4.9.1 Vegetasi Vegetasi utama yang ada dalam wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Cianjur adalah jenis jati (Tectona grandis) dan jenis pinus (Pinus merkusii) yang diusahan sebagai tanaman komersil. Penyebaran tanaman jati dari yang berusia 10 tahun - 50 tahun dan membentuk formasi hutan tanaman dengan struktur tegakan yang homogen. Pada kawasan untuk tujuan produksi juga dikenal jenis tanaman mahoni (Swietenia macrophyla), damar (Agathis damara), pulai (Alstonia scholaris), akasia (Acacia mangium), mindi (Melia azedarach), gmelina (Gmelina arborea), puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), suren (Toona sureni), maesopsis (Maesopsis manii), eucalyptus (Eucalyptus alba), waru (Hibiscus tiliaceus) dan kaliandra (Caliandra callthyrus). 4.9.2 Satwa Keberadaan satwa di kawasan KPH Cianjur, berdasarkan informasi dari petugas lapangan antara lain dari jenis mamalia adalah macan tutul (Neofelis nebulosa), surili (Presbytis cristata), lutung (Presbytis melalophos), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet ekor pendek (Macaca namestriana), kijang (Muntiacus atherodes), landak (Hystric brachyura), babi hutan (Sus domesticus), owa (Hylobates agilis), bajing (Sundasciurus tenuis) dan lainnya. Jenis aves seperti puyuh batu (Coturnix chinensia), ayam hutan (Gallus varius), walik (Ptilinovus melanospilia), tekukur kutilang (Picnonotus aurigaster), walet, gagak (Corvus machrorhynchos), burung hantu (Tyto alba), elang (Elanus caeruleus) dan jinjing teureup.
43
4.10 Sosial, Ekonomi dan Budaya 4.10.1 Sosial-Ekonomi Wilayah KPH Cianjur memiliki 148 desa naungan dan tiga diantaranya merupakan desa penelitian dalam hal menggali informasi persepsi dan partisipasi masyarakat sekitar hutan terhadap sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani. Tiga desa tersebut terdiri dari Desa Sukajembar Kecamatan Sukanegara Selatan, Desa Sukamekar kecamatan Sukanegara Utara dan Desa Sukaratu kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur. Ketiga desa ini pada umumnya kehidupan masyarakatnya mengandalkan sektor pertanian dengan menggarap lahan di lokasi hutan. Sekitar 51,4% dari jumlah total masyarakat Cianjur bekerja di sektor pertanian, sebesar 23,04% bekerja di sektor perdagangan dan selebihnya bekerja di sektor jasa, industri, pertambangan serta penggalian. Wilayah Cianjur terdiri dari 32 kecamatan. Tingkat perkembangan desadesa hutan diwilayah lingkup KPH Cianjur terbagi kedalam 2 kategori yaitu desa swadaya dan desa swakarya yang mempunyai implikasi terhadap prilaku, sikap dan persepsi masyarakat terhadap sumber daya hutan yang ada di wilayahnya. Umumnya masyarakat yang mendiami wilayah desa swadaya dan swakarya kehidupannya mengandalkan pada sektor pertanian dengan menggarap lahan di lokasi hutan. 4.10.2 Budaya Secara umum masyarakat Cianjur masih memiliki adat istiadat yang kuat hal ini dipengaruhi oleh agama yang dianut dan tradisi setempat. Hal ini dapat dibuktikan oleh masih adanya upacara keagamaan dan ritual tradisional. Budaya masyarakat Cianjur tidak dapat lepas dari tiga hal yaitu Ngaos, Mamaos dan Maenpo. Ngaos merupakan tradisi masyarakat yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat yang lekat dengan keberagaman. Mamaos merupakan seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi pekerti dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup. Maenpo yaitu kesenian bela diri khas Cianjur yang sejak dulu dikenal sebagai seni beladiri pencak silat.
44
4.11 Indeks Pembangunan Manusia Kota Cianjur Indeks pembangunan manusia merupakan nilai pembangunan dan kemajuan sumberdaya manusia. IPM ini merupakan cerminan daerah yang memiliki tingkat potensi sumberdaya manusia yang dapat diperdayakan dan ditingkatkan serta bersifat dinamis setiap waktu. Pencapaian Indeks pembangunan manusia (IPM) di wilayah kabupaten Cianjur selama beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang signifikan pada Gambar 3, kenaikan ini terutama di tiga bidang ini berkat kerja keras seluruh jajaran Pemkab (pemerintah kabupaten) Cianjur. 90 80 Persentase (%)
70
80.26 80.4882.06 79.19 69.18 69.42 68.33 69.73
55.36 56.25 54.81 57.06
60 50
Tahun 2006
40
Tahun 2007
30
Tahun 2008
20
Tahun 2009
10 0 Pendidikan
Kesehatan
Daya Beli
Bidang
Gambar 3 Histogram IPM Kota Cianjur. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Cianjur pada Gambar 3 memberikan gambaran bahwa kota Cianjur terus melakukan usaha memperbaiki sumberdaya untuk menyongsong era globalisasi. Peningkatan angka yang signifikan dari tahun 2006 sampai tahun 2009 ini walau tidak terlalu besar peningkatan namun selalu terjadi peningkatan angka disetiap bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat. Pemberantasan buta aksara sedang dilakukan oleh Kabupaten Cianjur. Menurut Wakil Bupati Dadang bahwa data angka melek aksara dari tahun 2009 hingga sekarang sudah selesai diberantas. Ini semua lanjutnya, berkat keseriusan Pemkab Cianjur melalui program pendidikan keaksaraan dan program pendidikan keaksaraan lainnya melalui jalur Pramuka, PKK, serta lainnya.
45
4.12 Perkembangan Pengelolaan Hutan KPH Cianjur 4.12.1 Perkembangan Wilayah Kerja Guna kepentingan kegiatan perencanaan, wilayah hutan KPH Cianjur dikelompokkan ke dalam 6 (enam) bagian hutan yaitu Bagian Hutan Agrabinta, Bagian Hutan Cisokan, Bagian Hutan Cugenang, Bagian Hutan Citiis, Bagian Hutan Caringin dan Bagian Hutan Cisadea. Pembagian wilayah kerja pengelolaan hutan KPH Cianjur terbagi ke dalam 2 Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH), yaitu SKPH Cianjur Utara dan SKPH Cianjur Selatan. Masing-masing SKPH terbagi kedalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Jumlah BKPH dan luas masing-masing adalah sebagai berikut Sub KPH Cianjur Utara (Terdiri 4 BKPH) dan Sub KPH Cianjur Selatan (4 BKPH). Masing-masing BKPH mempunyai 3 sampai 5 Resort Polisi Hutan (RPH). 4.12.2 Produksi KPH Cianjur merupakan wilayah kerja Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang mengelola kelas perusahaan jati dan kelas perusahaan pinus. Kawasan hutan KPH Cianjur dibedakan menjadi beberapa kelas hutan, dengan penggolongan kawasan hutan kedalam kelas-kelas berdasarkan aspek dan tujuan tertentu. Kelas perusahaan pinus lebih mendominasi kawasan KPH Cianjur dari pada kelas perusahaan jati. Hutan ini didominasi oleh hutan alam yaitu seluas 24.305,63 ha berupa hutan lindung dan seluas 4.689,55 berupa hutan alam kayu lain (HAKL). Kawasan hutan di wilayah KPH Cianjur dibagi menjadi beberapa kelas hutan, yaitu penggolongan kawasan hutan ke dalam kelas-kelas berdasarkan aspek dan tujuan tertentu. Pembagian kawasan hutan di wilayah KPH Cianjur telah diatur di dalam Suplemen RKPH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan) KPH Cianjur jangka 2010-2016 (untuk KP pinus). Pembagian kawasan hutan di dalam RKPH tersebut mengacu kepada Surat Keputusan Direktur Jendral Kehutanan No. 143/KPTS/DJ/I/1974. Berdasarkan suplemen RKPH KP Jati KPH Cianjur jangka 2010-2017, pembagian kawasan hutan di wilayah KPH Cianjur terbagi menjadi 2 induk kelas hutan yaitu kawasan hutan untuk produksi dan kawasan bukan produksi, namun berdasarkan rencana RPHL kawasannya terbagi
46
menjadi kawasan perlindungan, kawasan efektif untuk produksi dan kawasan tidak efektif untuk produksi. 4.12.3. Kegiatan PHBM Perum Perhutani merupakan perusahaan yang bergerak di sektor kehutanan. Perum Perhutani memiliki status sebagai Badan Umum Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab mengelola hutan secara lestari dan berkelanjutan. Sejak tahun 1974, Perum Perhutani telah menggunakan pola pendekatan kesejahteraan didalam pengelolaan sumberdaya hutan melalui program MALU (Mantri dan Lurah). Selanjutnya program ini dikembangkan menjadi program Pembangunan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada tahun 1982 dan pada tahun 1986 lahirlah kebijakan baru yaitu program Perhutanan Sosial (PS). Perum Perhutani terus berupaya mencari bentuk-bentuk kebijakan yang dapat mendorong terwujudnya pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan. Hutan bagi Perum Perhutani tak hanya dikelola secara lestari namun juga harus mampu mendukung keberlanjutan perusahaan, menyumbang devisa Negara dan juga dapat menesejahterahkan masyarakat desa sekitar hutan. Maka pada tahun 2001 Perum Perhutani meluncurkan satu kebijakan berupa sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan diterbitkannya Keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor 136/Kpts/Dir/2001 tentang pengaturan PHBM. Kebijakan PHBM memiliki ciri-ciri seperti bersama, berdaya dan berbagi yang berbasis lahan dan non lahan dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan atau pihak yang berkepentingan. KPH Cianjur memiliki 148 desa yang memiliki LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) namun yang diteliti adalah LMDH Rimba Lestari di Desa Sukajembar, LMDH Wana Sukamekar di Desa Sukamekar dan LMDH Ratu Kencana yang berada di Desa Sukaratu. Penentuan tiga desa yang memiliki LMDH untuk diteliti disesuaikan dengan hasil penilaian KPH Cianjur atas kinerja dan semangat membangun desa dengan kegiatan kegiatan yang bekerjasama dengan Perhutani. Hasil penilaian menentukan LMDH memiliki tingkatan kemajuan dengan kriteria Sangat Baik, Baik dan Sedang dengan dilihat dari skor penilaian.
47
LMDH Rimba lestari merupakan lembaga masyarakat desa hutan yang di didirikan pada tahun 2007 dengan Luasan HPD 1.101,68 ha. Kegiatan yang sudah dimitrakan dengan pihak perhutani adalah tanaman kopi, tumpangsari dan kegiatan penebangan pohon yang telah disepakati pembagian hasilnya berupa limbah kayu. Sedangkan LMDH Wana Sukamekar di Desa Sukamekar berdiri tahun 2005 dengan kegiatan yang sudah dimitrakan berupa tanaman kopi, tumpangsari, sapi dan kegiatan penebangan yang dilakukan oleh pihak Perhutani dan ditentukan bagi hasilnya. Luasan HPD LMDH Wana Sukamekar adalah 1.071,08 Ha. LMDH Ratu Kencana didirikan pada tahun 2007 dan kegiatan yang sudah dimitrakan berupa tanaman kopi, tumpang sari dan kegiatan penebangan dengan luasan HPD yang dimitrakan seluas 97 ha. Kegiatan-kegiatan LMDH setiap tergantung kreatifitas dan potensi yang ada di desa tersebut. Sehingga setiap desa yang memiliki LMDH akan berlomba-lomba melakukan kegiatan untuk menambah pendaptaan masyarakat. LMDH memiliki pengurus dan anggota yang masing-masing memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola lahan hutan secara lestari.
48
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Perum Perhutani KPH Cianjur Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem yang persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki manfaat yang tinggi dalam kehidupan manusia. Hutan juga merupakan salah satu objek kelola dan tanggung jawab Perum Perhutani. Perum Perhutani merupakan perusahaan yang bergerak di sektor kehutanan. Perum perhutani memiliki status sebagai Badan Umum Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab mengelola hutan secara lestari dan berkelanjutan. Perum Perhutani juga memiliki tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-CSR) ini sudah menjadi salah satu tujuan utama perusahaan untuk mensejahterahkan masyarakat sekitar perusahaan dan unit kelola perusahaan. Sehingga dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan maka Perum Perhutani juga memiliki inisiatif membentuk suatu sistem sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dibidang sosial. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial Perhutani yang sudah mulai dicanangkan adalah sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). PHBM ini merupakan sistem kerjasama antara Perum Perhutani dengan masyarakat dalam mengelola hutan. Sistem ini sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2001. Namun, di KPH Cianjur sistem ini baru benar-benar berjalan di lapangan pada tahun 2007. Sistem PHBM ini memiliki tujuan memberdayakan masyarakat sekitar hutan yang rata-rata kondisi kehidupannya jauh dari akses informasi, akses transportasi dan akses teknologi sehingga menyebabkan masyarakat desa sekitar hutan terisolasi dan memiliki tingkat perekonomian yang rendah. Komponen kegiatan PHBM menurut keputusan direksi Perum Perhutani nomor: 628/KPTS/DIR/2009 bab V pasal 6 mengenai ruang lingkup kerjasama berbasis desa hutan dengan ruang lingkup di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan baik berbasis lahan maupun bukan lahan. Contoh kegiatan lahan berupa pengaturan jarak tanam dan pengembangan unit usaha kegiatan
49
perekonomian masyarakat. Kegiatan berbasis bukan lahan dapat dilakukan di dalam dan di luar kawasan meliputi pengembangan unit usaha dan kegiatan perekonomian masyarakat. Implementasi sistem PHBM meliputi proses sosial dan proses fisik yang meliputi tahapan kegiatan yaitu 1). Sosialisasi sistem PHBM kepada pihak internal dan ekternal, 2). Pemetaan wilayah hutan menjadi wilayah-wilayah Hutan Pangkuan Desa (HPD) serta inventarisasi potensi desa dan potensi hutan, 3). Pembentukan kelembagaan desa (Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)), 4). Penyusunan rencana dan strategi pengelolaan hutan antara LMDH dan Perum Perhutani, 5). Penandatanganan Perjanjian kerja sama (PKS) PHBM antara LMDH dengan Perum Perhutani dan 6). Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PHBM. PHBM Perum Perhutani KPH Cianjur ikut berperan serta dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat yaitu kontribusi kepada masyarakat yang terdiri dari kontribusi langsung dan tak langsung. Kontribusi tak langsung merupakan kontribusi Perum Perhutani kepada masyarakat melalui kegiatan tumpang sari sedangkan kontribusi langsung terdiri dari penyerapan tenaga kerja, sharing atau bagi hasil produksi kayu dan non kayu. Sharing adalah bagi hasil produksi kayu dan non kayu yang diberikan kepada LMDH berdasarkan kontribusi dari masyarakat dalam proses produksi. Pelaksanakan sharing kayu mengacu
pada
keputusan
Direksi
PT.
Perhutani
(Persero)
nomor
001/KPTS/DIR/2002 tentang pedoman berbagi Hasil Hutan Kayu. Sharing non Kayu berasal dari produksi dibawah tegakan, ekowisata, galian dan jasa lingkungan. Tanaman dibawah tegakan meliputi jenis-jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Kegiatan PHBM ini merupakan kegiatan mitra antara Perum Perhutani dengan masyarakat dalam mengelola hutan untuk melestarikan lingkungan hidup serta mencapai keamanan hutan sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dengan terlaksananya kegiatan ini. Kerjasama yang terjalin disetiap LMDH berbeda-beda tergantung akte notaris yang dibuat untuk mengatur segala bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Perjanjian kerjasama yang dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak digunakan sebagai pedoman dalam mengatur segala
50
bentuk kerjasama serta pembagian hasil dari semua kegiatan yang telah dilakukan. Masyarakat seharusnya tidak hanya bermitra dengan Perum Perhutani, namun melakukan kerjasama juga dengan lembaga yang berkepentingan lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat, lembaga ekonomi dan lembaga penyuluh lainnya sebagai donatur atau meminjamkan dana dengan prosedur dan aturan tertentu dari setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan PHBM ini didukung oleh Bupati Cianjur dengan mengeluarkan Keputusan mengenai pengaturan PHBM yang dilakukan oleh Perum Perhutani dan masyarakat serta komponen penting lainnya seperti LSM, pemerintah desa dan lain-lain. Kerjasama ini diharapkan dapat bersinergi dengan baik sehingga tujuan utama dari pelaksanaan sistem ini benar-benar tercapai. Peraturan Bupati Cianjur No.21 tahun 2006 tentang PHBM BAB II yang mengatur jiwa dan prinsip dasar yang terkandung dalam PHBM yaitu Perum dan masyarakat memiliki peran masing-masing yang disesuaikan dengan jiwa keseimbangan, kesesuaian dan keselarasan serta saling berbagi manfaat dari waktu, pemanfaatan hasil dan saling mendukung serta saling memperkuat satu dengan lainnya. Hal inilah yang ditanamkan pada jiwa masyarakat yang tergabung dalam sistem PHBM, Perum Perhutani dan aparat desa di masing-masing desa. 5.1.1 Kegiatan-kegiatan PHBM di Perum Perhutani KPH Cianjur Perum Perhutani KPH Cianjur merupakan salah satu KPH unit III Jawa Barat yang memiliki tugas untuk mengelola hutan secara lestari tanpa melupakan tujuan utama untuk mensejahterahkan masyarakat. Oleh karena itu, KPH Cianjur melakukan berbagai rangkaian kegiatan pembinaan, pelatihan dan kerjasama dengan masyarakat desa hutan dalam mengelola hutan secara lestari. PHBM merupakan bentuk kerjasama antara Perum Perhutani KPH Cianjur dengan masyarakat desa sekitar hutan dalam mengelola hutan secara lestari. PHBM ini memiliki rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kawasan hutan dan juga di luar kawasan hutan. Kegiatan PHBM yang dilakukan atas dasar ruang lingkup di dalam dan di luar kawasan hutan yang berbasis lahan dan non lahan di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu memiliki variasi kegiatan. Variasi kegiatan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakatnya dalam mengelola
51
lahan hutan. Kegiatan-kegiatan tersebut disepakati bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat. Penentuan kegiatan ini pihak Perum Perhutani memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memikirkan dan menentukan kegiatan yang sesuai dengan kondisi lahan, kebutuhan dan dapat dikerjasamakan dengan berbagi ruang, waktu dan keuntungan. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan tujuan utama dari kerjasama ini yaitu menjaga dan mengelola hutan secara lestari. Kegiatan-kegiatan PHBM yang sedang dilakukan oleh Perum Perhutani KPH Cianjur di dalam kawasan hutan yaitu kerjasama dalam kegiatan penanaman tanaman pokok Perhutani, penebangan, tumpangsari dan penyadapan getah pinus. Kegiatan di luar kawasan hutan yang sedang dilaksanakan adalah kegiatan sosial dan berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian. Kegiatan PHBM ini dilakukan oleh Perhutani KPH Cianjur dengan desa hutan sekitar hutan Perum Perhutani. Kegiatan di dalam kawasan hutan yaitu semua jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kawasan hutan dengan menggunakan lahan maupun non lahan hutan. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan kegiatan yaitu tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pengevaluasian. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan yang dapat terlaksana di lapangan. Namun, tahapan pengevaluasian tidak dapat dilakukan karena rata-rata kegiatan yang dilakukan baru sampai tahap pelaksanaan dan pemanfaatan. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan PHBM yang dilakukan oleh LMDH Rimba Lestari di Desa Sukajembar, LMDH Wana Sukamekar di Desa Sukamekar dan LMDH Ratu Kencana di Desa Sukaratu : a. LMDH Rimba Lestari di Desa Sukajembar LMDH Rimba Lestari merupakan salah satu LMDH yang berada di desa sekitar hutan KPH Cianjur yang melakukan kerjasama dengan Perum Perhutani KPH Cianjur dalam mengelola hutan. Kegiatan yang dilakukan oleh LMDH Rimba Lestari di Desa Sukajembar meliputi kegiatan di dalam kawasan hutan seperti penanaman tanaman pokok Perum Perutani, penebangan, penyadapan getah pinus, penanaman tumpangsari pertanian, tumpang sari tanaman kopi, tumpang sari tanaman tembakau dan menjaga keamanan hutan sedangkan
52
kegiatan di luar kawasan hutan berupa ternak kambing dan kegiatan dibidang sosial (Tabel 31). Kegiatan penanaman tanaman pokok yang dilakukan masyarakat Desa Sukajembar LMDH Rimba Lestari disesuaikan dengan rencana yang dibuat oleh pihak Perum Perhutani sedangkan masyarakat hanya melakukan tahapan perencanaan dengan menentukan cara-cara penanaman dan menentukan orangorang yang melakukan pengangkutan bibit ke areal penanaman, melakukan penanaman bibit, pemeliharaan bibit dan penentuan upah yang diperoleh. Kemudian setelah direncanakan, masyarakat melaksanakan penanaman tanaman pokok. Kegiatan penanaman ini sudah dilakukan sejak tahun 1980-an. Saat itu, masyarakat belum melakukan kesepakatan kerjasama tetapi masyarakat memiliki kesadaran untuk membantu Perum Perhutani dalam menanam tanaman pokok Perum Perhutani.
53
Tabel 31 Kegiatan LMDH Rimba Lestari No. Program Perencanaan Desa Sukjembar Dalam Kawasan Hutan 1 Penanaman Rapat Rencana wilayah Penanaman,pekerja dan upah 2 Penebangan Rapat Rencana Penebangan
Pelaksanaan
Pemanfaatan
Keterangan
Menanam Pohon Pokok
Mendapat wilayah garapan dan kayu bakar
Menebang Pohon yang direncanakan Menyadap Pohon Pinus sesuai dengan target
Kayu Bakar
Penanaman dilakukan sesuai perintah Perum Perhutani Penebangan dilakukan sesuai dengan rencana Kegiatan sedang berjalan mengikuti target Perum Perhutani pengamanan hutan bekerjasama dengan masyarakat Penanaman Kopi sedang Berjalan dan baru dalam proses persemaian
3
Sadapan Getah Pinus
Rapat penentuan wilayah sadapan dan pekerja
4
Keamanan Hutan
Rapat mengamankan hutan
Menjaga pohon utama yang ada di wilayah garapan
Berkurangnya pencurian pohon
5
Penanaman Kopi
Rapat Rencana lahan penanaman dan bibit kopi yang terbaik
Menambah penghasilan masyarakat
6
Penanaman Tembakau
Rapat rencana Penanaman Tembakau
Menanam kopi dan melakukan perawatan dengan teknik Silvikultur Menanam tembakau dilahan yang telah disepakati
7
Tumpang sari
Rapat rencana penanaman jenis tanaman tumpangsari Kegiatan Diluar Kawasan Hutan 8 Ternak Rapat Kambing merencanakan menernak kambing 9 Bidang Rapat merencanakan Sosial pembangunan dan pengabdian masyarakat
Menambah penghasilan Masyarakat
Menambah penghasilan masyarakat
Menanam jenis tanaman di lahan garapan
Menambah penghasilan Masyarakat
menernak kambing dilahan pribadi Melakukan Pembangunan Sarana umum
Menambah penghasilan masyarakat Sarana umum dapat digunakan oleh masyarakat
Penanaman tembakau sedang berjalan dan baru dimulai selama 4 bulan Tumpangsari dilakukan diselasela tanaman pokok kehutanan ternak kambing berjalan sesuai dengan rencana Pembangunan sarana sudah berjalan sesuai rencana
Sumber: Data penelitian tahun 2010
Jika melihat hasil laporan kegiatan penanaman di lapangan tingkat keberhasilan penanaman mencapai 95%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penanaman berjalan sesuai dengan rencana. Penanaman yang pernah dilakukan oleh LMDH Rimba Lestari pada tahun 2008 yaitu penanaman jenis kayu pulai di petak 3c dengan luas 15,50 ha, di petak 23 G dengan luas 29,09 ha dan dipetak 21 d dengan luasan 15,44 ha dan pada tahun 2009 dalam penanaman jenis puspa dan rasamala dipetak 23 dengan luasan 30,28 ha dan dipetak 21 dengan luas 8 ha
54
(Lampiran 14). Setelah melakukan penanaman, masyarakat dituntut untuk memelihara tanaman pokok Perhutani dengan menjaga keamanan hutan (patroli hutan) dan kegiatan tumpangsari dengan menanam tanaman pertanian maupun tanaman perkebunan disela-sela tanaman pokok. Tabel 31 ini menunjukkan tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan oleh LMDH dari perencanaan sampai pemanfaatan hasil kegiatan pada setiap kegiatan baik kegiatan di dalam kawasan hutan meliputi penanaman tanaman pokok, penebangan, kegiatan tumpang sari kopi, tembakau dan tanaman pertanian serta kegiatan di luar kawasan hutan seperti ternak sapi dan melakukan kegiatan sosial seperti pembangunan sarana umum masyarakat. Kegiatan tumpang sari ini memberikan manfaat bagi masyarakat karena masyarakat dapat mengelola lahan hutan menjadi lahan garapan dengan tetap menjaga hutan dan mengelola hutan secara lestari. Kegiatan tumpang sari di lapangan meliputi kegiatan tumpang sari tanaman pertanian dan tanaman kopi (Gambar 4). Kegiatan penanaman sistem tumpang sari tanaman pertanian seperti cabai, tomat dan lain sebagainya hanya dapat dilakukan oleh masyarakat dalam kurun waktu 3-4 tahun usia tanaman pokok Perhutani. Sehingga masyarakat harus mencari informasi mengenai tanaman yang memiliki toleransi terhadap penutupan tajuk dan dapat menjadi tanaman yang berproduksi selama beberapa tahun kedepan. Hal ini dilakukan, agar masyarakat tetap dapat memperoleh penghasilan dari kegiatan tumpang sari walaupun pohon pokok Perhutani sudah tumbuh dewasa dan memiliki tajuk yang lebat.
Gambar 4 Kegiatan LMDH. Ket: (kiri) Tumpangsari Cabai dan (kanan) Kopi.
55
Tanaman perkebunan seperti kopi arabika (Gambar 4 (Kanan)) merupakan jawaban dari informasi yang diperoleh masyarakat untuk tetap dapat melakukan kegiatan tumpang sari dalam waktu lebih dari 4 tahun. Kopi yang ditanam oleh LMDH Rimba Lestari merupakan jenis arabika yang memiliki keunggulan tertentu. Kopi ini mulai berbuah pada tahun ke 5 dengan minimal hasil buah kopi 5 kg/pohon. Penggunaan lahan untuk melakukan kegiatan tumpang sari ini telah disepakati oleh Perum Perhutani dan masyarakat dengan adanya Hutan Pangkuan Desa (HPD). Luas HPD LMDH Rimba Lestari sebesar 1.101,68 ha yang dapat dikelola oleh masyarakat untuk menanam tanaman tumpang sari. Luas lahan garapan masyarakat itu tergantung kepada kemampuan mereka dalam mengelola lahan sehingga memiliki luasan yang berbeda-beda. Lahan garapan di lahan hutan ini dilakukan kegiatan bercocok tanam dengan sistem tumpang sari. Jens tanaman tumpang sari ini akan dibuat perjanjian kerjasama (PKS) untuk melakukan pembagian hasil atas asas keuntungan. Lahan garapan masyarakat di lapangan dapat digambarkan berupa sketsa lahan garapan masyarakat pada HPD di Lampiran 17. b. LMDH Wana Sukamekar di Desa Sukamekar LMDH Wana Sukamekar merupakan salah satu LMDH yang dinaungi oleh Perum Perhutani KPH Cianjur yang berprestasi. LMDH ini berhasil mendapatkan juara II pada perlombaan LMDH terbaik dari seluruh LMDH di pulau Jawa. Juara ini diperoleh dari kerja keras antara ketua LMDH dengan masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan PHBM yang tetap menjaga keamanan dan kelestarian hutan. Desa Sukamekar memiliki kesamaan dengan Desa Sukajembar dalam melakukan rangkaian kegiatan dari tahapan perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan sampai pemanfaatan hasil kegiatan di setiap kegiatan PHBM yang telah disepakati (Tabel 32). Kegiatan penanaman tanaman pokok yang dilakukan pada tahun 2007 menanam pulai dengan luasan 68,80 ha dan 106,59 ha tahun 2008 dengan persentase pertumbuhan 99,68%. Kegiatan lain yang dilakukan yaitu penyadapan getah pinus masyarakat yang bekerja sebanyak 47 orang yang terbagi dalam 14 lokasi pohon pinus. Penyadapan getah pinus ini disesuaikan dengan kemampuan
56
dari masyarakat itu sendiri untuk menyadap pohon pinus dengan jumlah tertentu. Hasil penyadapan akan dikumpulkan dan ditimbang untuk menghitung penghasilan upah yang diperoleh. Upah setiap 1 kg getah mendapatkan uang sebesar Rp.1.600. Upah ini masih terbilang rendah terkait dengan resiko dan kondisi alam yang menjadi faktor pembatas dalam penyadapan getah. Jika hutan terus menerus turun maka masyarakat tidak dapat mengambil getah sehingga mereka tidak memiliki penghasilan. Selain menyadap getah, masyarakat juga dapat memperoleh kayu bakar dari ranting-ranting pohon yang sudah kering serta masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menjaga pohon pinus sadapannya dari para pencuri pohon. Tabel 32 Kegiatan LMDH Wana Sukamekar No. Program Perencanaan Desa Sukamekar Dalam Kawasan Hutan 1 Penanaman Rapat Rencana wilayah Penanaman,pekerja dan upah 2 Penebangan Rapat Rencana Penebangan 3
Sadapan Getah Pinus
Rapat penentuan wilayah sadapan dan pekerja
4
Keamanan Hutan
Rapat mengamankan hutan
5
Penanaman Kopi
Rapat Rencana lahan penanaman dan bibit kopi yang terbaik
6
Tumpang sari
Rapat rencana penanaman jenis tanaman tumpangsari Kegiatan Diluar Kawasan Hutan 7 Ternak Rapat Sapi merencanakan menernak Sapi 8 Bidang Rapat Sosial merencanakan pembangunan dan pengabdian masyarakat Sumber: Data penelitian tahun 2010
Pelaksanaan
Pemanfaatan
Menanam Pohon Pokok
Mendapat wilayah garapan dan kayu bakar
Menebang Pohon yang direnakan Menyadap Pohon Pinus sesuai dengan target Menjaga pohon utama yang ada di wilayah garapan Menanam kopi dan melakukan perawatan dengan teknik Silvikultur Menanam jenis tanaman di lahan garapan
Kayu Bakar
Menernak Sapi dilahan pribadi
Menambah penghasilan Masyarakat Sarana umum dapat digunakan oleh masyarakat
Melakukan Pembangunan Sarana umum
Menambah penghasilan Masyarakat Berkurangnya pencurian pohon
Keterangan Penanaman dilakukan sesuai perintah Perum Perhutani Penebangan dilakukan sesuai dengan rencana Kegiatan sedang berjalan mengikuti target Perum Perhutani pengamanan hutan bekerjasama dengan masyarakat
Menambah penghasilan Masyarakat
Penanaman Kopi sedang Berjalan dan baru dalam persemaian
Menambah penghasilan masyarakat
Tumpangsari dilakukan diselasela tanaman pokok kehutanan Ternak Sapi berjalan sesuai dengan rencana Pembangunan sarana sudah berjalan sesuai rencana
57
Tabel 32 ini menunjukkan rencana kegiatan masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan PHBM yang disepakati. Setiap kegiatan sudah mulai melakukan perencanaan kegiatan agar tujuan yang diharapkan tercapai. Setelah dilakukan perencanaan yang optimal maka masyarakat dapat melaksanakan kegiatan dan memanfaatkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Terencananya kegiatan PHBM ini bermanfaat bagi masyarakat untuk melatih bertanggung jawab atas hak dan kewajibannya mengelola hutan. Penebangan merupakan salah satu kegiatan PHBM yang tentunya akan memberikan peluang kepada masyarakat untuk terlibat sebagai tenaga kerja. Hasil tebangan akan dibuatkan Berita Acara Penebangan (BAP) untuk melegalkan penjualan kayu limbah hasil penebangan oleh LMDH dalam bagi hasil. Bagi hasil pada kegiatan penebangan akan disesuaikan dengan tingkat keamanan hutan serta lamanya LMDH melakukan kerjasama PHBM dengan Perum Perhutani yang diatur oleh LMDH. Oleh karena itu, LMDH berupaya untuk turut serta melakukan penyadaran melalui penyuluhan kepada penggarap agar turut serta dalam menjaga keamanan hutan. Kegiatan PHBM lainnya yaitu Budi daya tanaman kopi arabika, tumpang sari kacang-kacangan, jagung dan cabe yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sukamekar untuk menambah penghasilan dengan menggunakan lahan hutan yang sudah dikerjasamakan di wilayah Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Sukamekar dan sudah melakukan Perjanjian Kerjasama (PKS) (Gambar 5). PKS ini dibuat untuk mengatur pembagian hasil kerjasama yang dilakukan (Lampiran 20). Kegiatan Tumpang sari ini, masyarakat diberikan kebebasan untuk mengolah lahan hutan dengan melakukan bercocok tanam di sela-sela tanaman pokok sesuai dengan kemampuan masyarakat serta turut aktif menjaga pohon yang di sela dari pencurian.
58
Gambar 5 Kegiatan LMDH. Ket: (kiri) Ternak sapi dan (kanan)Tumpang sari Sawi. Gambar 5 ini menggambarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh Desa Sukamekar dalam mensukseskan kegiatan PHBM. Gambar 5 tumpang sari (kanan) merupakan salah satu bentuk tumpang sari yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kegiatan LMDH Gambar 5 (kiri) merupakan kegiatan di luar kawasan hutan yang dilakukan oleh LMDH Wana Sukamekar yaitu ternak sapi yang merupakan bantuan dari dinas peternakan Kabupaten Cianjur sebanyak 50 ekor dan sekarang sudah mencapai 80 ekor. Kegiatan di bidang sosial modal LMDH yang didapatkan dari bagi hasil dan kegiatan tumpangsari dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan sekolah paud, posyandu dan pembangunan sarana dan prasarana seperti jembatan serta bantuan pengobatan (Lampiran 13). Kegiatan penguatan kelembagaan pun dilakukan pula oleh LMDH Wana Sukamekar dengan melakukan pelatihan peternakan sapi dan ulat sutera. Namun karena terdapat kendala kemitraan dalam modal pembudidayaan ulat sutera sehingga budidaya ini tidak berjalan. Luas lahan Hutan Pangkuan Desa Sukamekar yaitu 1.071,08 ha yang dikerjasamakan dalam pengelolaan lahan untuk melakukan kegiatan tumpang sari. Luas lahan garapan masyarakat pun memliki luasan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan sehingga dapat dilihat sketsa lahan garapan masyarakat pada Lampiran 18.
59
c. LMDH Ratu Kencana di Desa Sukaratu LMDH Ratu Kencana adalah LMDH yang memiliki luasan Hutan Pangkuan Desa (HPD) seluas 97 ha. LMDH ini berada di Desa Sukaratu Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur yang letaknya berada di Kota Cianjur sehingga akses transportasi dan informasi lebih baik dibandingkan dengan Desa Sukajembar dan Desa Sukamekar. Luas Hutan Pangkuan Desa ini dikelola oleh masyarakat LMDH untuk melakukan kegiatan budi daya tanaman dengan sistem tumpang sari. Luas HPD ini merupakan hasil kesepakatan antara Perhutani dengan LMDH sebagai wakil masyarakat. HPD ini menjadi tanggung jawab masyarakat desa untuk mengelola lahan hutan secara lestari serta menjaga keamanan hutan. Pengelolaan hutan dan menjaga keamanan hutan ini dapat dilakukan dengan memberikan masyarakat tanggung jawab menggunakan atau menggarap lahan HPD untuk melakukan cocok tanam dengan sistem tumpang sari. Luas lahan garapan masyarakat di lahan hutan ini dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat itu sendiri sehingga luas lahan garapan mereka berbeda-beda. Gambaran lahan garapan masyarakat di lahan hutan Desa Sukaratu dapat dilihat pada Lampiran 19. LMDH Ratu Kencana ini melakukan kerjasama dengan Perhutani dalam kegiatan PHBM hanya dilakukan di dalam kawasan hutan sedangkan kegiatan di luar kawasan hutan sedang dalam perencanaan berupa hutan rakyat. LMDH ini terdiri dari 12 pengurus dan 140 anggota yang memiliki tujuan memanfaatkan hasil hutan untuk kesejahteraan masyarakat desa hutan. LMDH ini melakukan tahapan kegiatan seperti perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan hasil kegiatan. Tahapan kegiatan ini ditempuh dengan tujuan melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan rencana dan tercapainya tujuan akhir yang diinginkan. Tahapan kegiatan dari perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil ini memberikan gambaran bahwa LMDH Ratu Kencana memiliki tanggung jawab untuk mengelola hutan secara lestari (Tabel 33 ).
60
Tabel 33 Kegiatan LMDH Ratu Kencana No. Program Perencanaan Desa Sukaratu Dalam Kawasan Hutan 1 Penanaman Rapat Rencana wilayah Penanaman,pekerja dan upah 2 Penebangan Rapat Rencana Penebangan 3
Sadapan Getah Pinus
Rapat penentuan wilayah sadapan dan pekerja
4
Keamanan Hutan
Rapat mengamankan hutan
5
Penanaman Kopi
Rapat Rencana lahan penanaman dan bibit kopi yang terbaik
6
Tumpang sari
Rapat rencana penanaman jenis tanaman tumpangsari
Pelaksanaan
Pemanfaatan
Menanam Pohon Pokok
Mendapat wilayah garapan dan kayu bakar
Menebang Pohon yang direnakan Menyadap Pohon Pinus sesuai dengan target Menjaga pohon utama yang ada di wilayah garapan
Kayu Bakar
Menanam kopi dan melakukan perawatan dengan teknik Silvikultur Menanam jenis tanaman di lahan garapan
Menambah penghasilan Masyarakat Berkurangnya pencurian pohon
Menambah penghasilan Masyarakat Menambah penghasilan Masyarakat
Keterangan Penanaman dilakukan sesuai perintah Perum Perhutani Penebangan dilakukan sesuai dengan rencana Kegiatan sedang berjalan mengikuti target Perum Perhutani pengamanan hutan bekerjasama dengan masyarakat Penanaman Kopi sedang Berjalan dan baru dalam persemaian Tumpangsari dilakukan diselasela tanaman pokok kehutanan
Sumber: Data penelitian tahun 2010
Tabel 33 ini memberikan gambaran perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan yang dilakukan masyarakat Desa Sukaratu dalam setiap kegiatan LMDH. Kegiatan-penanaman tanaman pokok Perum Perhutani ini, dalam pelaksanaannya di lapangan masyarakat hanya mengikuti petunjuk dari Perum, Masyarakat turut serta merencanakan dalam penentuan jumlah orang yang menanam dan upah. Setelah direncanakan, penanaman dilakukan di tempat bekas tebangan yang sudah dibugarkan. Penanaman tanaman pokok Perhutani sudah dilaksanakan maka selanjutnya tanggung jawab masyarakat yaitu menjaga tanaman pokok Perhutani yang sudah ditanam dengan melakukan penanaman tumpang sari di sela-sela tanaman pokok dan melakukan patroli hutan. Kegiatan-kegiaan PHBM yang dilakukan oleh LMDH Ratu Kencana yaitu Penanaman tanaman pokok, kegiatan penebangan, menjaga keamanan hutan, penyadapan pinus, tumpang sari tanaman kopi dan tumpang sari tanaman pertanian. Kegiatan penanaman tanaman pokok Perhutani yang pernah dilakukan yaitu penanaman pinus di petak 60D dengan luasan 8,5 ha pada tahun 1994, 61D
61
dengan luasan 5,1 ha tahun 1997 dan 61E dengan luas 19,4 ha pada tahun 2000 serta penanaman mahoni pada petak 60F dengan luas 3 ha pada tahun 1989, 61A dengan luas 15 ha tahun 2003 dan 61B dengan luas 14,10 ha tahun 1993 (Lampiran 16). Kegiatan Penjarangan termasuk dalam rangkaian kegiatan penebangan pohon Perum pada saat usia pohon mencapai 5 tahun. Hal ini dilakukan agar pohon dapat tumbuh dengan baik tanpa adanya gangguan pertumbuhan. Kegiatan penjarangan ini menjadi bagian kegiatan yang diikuti oleh masyarakat LMDH Ratu Kencana. Hasil penjarangan 100% bagi hasilnya dilimpahkan kepada LMDH untuk dikelola atau dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup. Namun berbeda dengan saat kegiatan penebangan pohon pada masa daur dilakukan. Jika penebangan dilakukan maka bagi hasilnya sudah mengikuti aturan perhitungan Perum Perhutani yang mengacu pada keputusan Direksi PT. Perhutani (Persero) nomor 001/KPTS/DIR/2002 tentang pedoman berbagi Hasil Hutan Kayu. Kenyataannya di lapangan hasil limbah dan hasil penebangan yang diperoleh LMDH Ratu Kencana sampai saat ini sepenuhnya masih diberikan kepada masyarakat untuk digunakan dalam pembuatan jalan, perbaikan rumah, pembuatan kandang hewan ternak dan digunakan sebagai kayu bakar sehingga LMDH ini belum memiliki pemasukan berupa simpanan dana kas. Kegiatan lain PHBM berupa penanaman kopi yang dilakukan menggunakan bibit cabutan yang diperoleh dari desa tetangga sehingga modal yang diperlukan tidak melambung tinggi terkait dengan melihat bagi hasil yang diperoleh LMDH hanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperbaiki rumah, kandang dan jalan sehingga bagi hasil yang dilakukan tidak berupa materi yang diperoleh masyarakat. Kegiatan tumpang sari jenis kopi yang digunakan adalah jenis kopi torabika dan arabika yang di tanam di sela-sela tegakan pinus dan mahoni. Kopi yang di tanam oleh masyarakat desa Sukaratu belum bisa menghasilkan buah karena masa produksi/panennya pada tahun 2013.
Namun, walaupun masih
menunggu 2-3 tahun lagi masyarakat tetap merasa senang dan bahagia melakukan penanaman kopi karena mereka berpikir bahwa dengan menanam kopi mereka memiliki tabungan untuk masa depan.
62
Masyarakat Desa Sukaratu memiliki semangat yang tinggi untuk melaksanakan kegiatan PHBM walaupun mereka masih memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi dalam mensukseskan kegiatan yang telah direncanakan. Hal ini dirasakan pula oleh masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukamekar yang masih memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasiinformasi penting mengenai PHBM. Keterbatasan ini tidak membuat masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu putus asa dalam melaksanakan kegiatan PHBM yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan mereka. Banyak cara yang bisa mereka tempuh untuk mencari informasi bukan hanya menunggu informasi demi suksesnya kegiatan PHBM yang sudah direncanakan ini. 5.2 Karakteristik Responden Terpilih Karakteristik individu yang diteliti dari responden Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu ini meliputi umur, pendidikan, jumlah keluarga, luas lahan milik, pendapatan dan pengalaman bertani serta jenis pekerjaan. Faktor umur, pendidikan, jumlah keluarga, luas lahan milik, pendapatan, pengalaman bertani dan jenis pekerjaan memiliki hubungan terhadap persepsi dan partisipasi responden pada suatu kegiatan PHBM. Responden yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 30 responden yang mewakili desa dan LMDH. Sehingga total responden yang dipilih dari Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu sebanyak 90 responden (Tabel 34, 35 dan 36).
63
Tabel 34 Karakteristik responden Desa Sukajembar No 1
2
3
4
5
6
7
Karakteristik Responden Umur 16-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun >55 tahun Pendidikan Formal Tidak sekolah SD SMP SLTA Perguruan tinggi Jumlah Keluarga 1≤x<3 orang 3≤x<5 orang 5≤x<7 orang 7≤x<9 orang 9≤x≤12 orang Luas Lahan Pribadi x≤6000 m² 6000<x≤12000 m² 12000<x≤18000 m² 18000<x≤24000 m² 24000<x≤30000 m² Pendapatan Non Hutan x≤ Rp.8.102.000 Rp.8.102.000<x≤ Rp.16.204.000 Rp. 16.204.000<x≤ Rp. 24.306.000 Rp. 24.306.000<x≤Rp. 32.204.000 Rp. 32.204.000<x≤Rp. 40.510.000 Pengalaman Bertani 1≤x<11 tahun 11≤x<21 tahun 21≤x<31 tahun 31≤x<41 tahun 41≤x≤50 tahun Jenis pekerjaan Usaha tani non usaha tani
Sumber: Data penelitian tahun 2010
Frekuensi
Persentase (%)
2 5 10 7 6
6,67 16,67 33,33 23,33 20
0 27 1 2 0
0 90 3,33 6,67 0
4 11 12 2 1
13,33 36,67 40 6,67 3,33
26 1 1 1 1
86,67 3,33 3,33 3,33 3,33
24 5 0 1 0
80 16,67 0 3,33 0
22 5 3 0 0
73,33 16,67 10 0 0
19 11
63,33 36,67
64
Tabel 35 Karakteristik responden Desa Sukamekar No 1
2
3
4
5
6
7
Karakteristik Responden Umur 16-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun >55 tahun Pendidikan Formal Tidak sekolah SD SMP SLTA Perguruan tinggi Jumlah Keluarga 1≤x<3 orang 3≤x<5 orang 5≤x<7 orang 7≤x<9 orang 9≤x≤12 orang Luas Lahan Pribadi x≤6000 m² 6000<x≤12000 m² 12000<x≤18000 m² 18000<x≤24000 m² 24000<x≤30000 m² Pendapatan Non Hutan x≤ Rp.8.102.000 Rp.8.102.000<x≤ Rp.16.204.000 Rp. 16.204.000<x≤ Rp. 24.306.000 Rp. 24.306.000<x≤Rp. 32.204.000 Rp. 32.204.000<x≤Rp. 40.510.000 Pengalaman Bertani 1≤x<11 tahun 11≤x<21 tahun 21≤x<31 tahun 31≤x<41 tahun 41≤x≤50 tahun Jenis Pekerjaan Usaha Tani Non Usaha Tani
Sumber: Data penelitian tahun 2010
Frekuensi
Persentase (%)
2 2 5 15 6
6,67 6,67 16,67 50 20
0 27 1 2 0
0 90 3,33 6,67 0
1 6 13 4 6
3,33 20 43,33 13,33 20
29 1 0 0 0
96,67 3,33 0 0 0
20 9 1 0 0
66.67 30 3,33 0 0
17 6 6 1 0
56,67 20 20 3,33 0
15 15
50 50
65
Tabel 36 Karakteristik responden Desa Sukaratu No 1
2
3
4
5
6
7
Karakteristik Responden Umur 16-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun >55 tahun Pendidikan Formal Tidak sekolah SD SMP SLTA Perguruan tinggi Jumlah Keluarga 1≤x<3 orang 3≤x<5 orang 5≤x<7 orang 7≤x<9 orang 9≤x≤12 orang Luas Lahan Pribadi x≤6000 m² 6000<x≤12000 m² 12000<x≤18000 m² 18000<x≤24000 m² 24000<x≤30000 m² Pendapatan Non Hutan x≤ Rp.8.102.000 Rp.8.102.000<x≤ Rp.16.204.000 Rp. 16.204.000<x≤ Rp. 24.306.000 Rp. 24.306.000<x≤Rp. 32.204.000 Rp. 32.204.000<x≤Rp. 40.510.000 Pengalaman Bertani 1≤x<11 tahun 11≤x<21 tahun 21≤x<31 tahun 31≤x<41 tahun 41≤x≤50 tahun Jenis pekerjaan Usaha tani Non usaha tani
Frekuensi 2 1 11 5 11
Persentase (%) 6,67 3,33 36,67 16,67 36,67
0 28 0 2 0
0 93,33 0 6,67 0
2 6 11 5 6
6,67 20 36,67 16,67 20
29 1 0 0 0
96,67 3,33 0 0 0
20 8 1 0 1
66,67 26,67 3,33 0 3,33
13 4 7 4 2
43,33 13,33 23,33 13,33 6,67
12 18
40 60
Sumber: Data penelitian tahun 2010
5.2.1
Umur Responden Hasil penelitian menyatakan bahwa sebaran umur responden di Desa
Sukajembar tertinggi terdapat pada jenjang umur 36-45 tahun sebanyak 10 responden (33,33%), diikuti dengan jenjang umur 46-55 tahun sebanyak 7 responden (23,33%), jenjang umur >55 tahun sebanyak 6 responden (20%), umur 26-35 tahun sebanyak 5 responden (16,67%) dan umur 16-25 tahun sebanyak 2
66
responden (6,67%) yang ditunjukkan pada Gambar 5. Sedikit berbeda dengan sebaran umur di Desa Sukamekar, di desa ini jenjang umur tertinggi yaitu pada umur 45-55 tahun sebanyak 15 responden (50%), diikuti dengan jenjang >55 tahun sebanyak 6 responden (20%), umur 35-45 tahun 5 responden (16,67%) dan sebaran umur pada jenjang 16-25 tahun serta 26-35 memiliki jumlah yang imbang sebanyak 2 responden (6,67%) pada masing-masing jenjang umur. Responden di Desa Sukaratu memiliki sebaran umur yang hampir sama dengan jenjang umur pada desa Sukajembar dengan sebaran umur tertinggi pada umur 36-45 tahun dan >55 tahun sebanyak 11 responden (36,67%) pada masing-masing jenjang umur, kemudian diikuti dengan jenjang umur 46-55 tahun sebanyak 5 responden (16,67%), 16-25 tahun sebnayak 2 responden (6,67%) dan jenjang 26-35 tahun sebanyak 1 orang (3,33%) (Gambar 6).
60 50
Persentase (%)
50 36,67
40 30
Sukajembar
23,33 16,67
20 10
36,67
33,33
6,67 6,67 6,67
16,67
16,67
20 20
6,67 3,33
Sukamekar Sukaratu
0 16-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun >55 tahun Umur (tahun)
Gambar 6 Histogram umur responden antar desa. Sebaran umur pada Gambar 6 menunjukkan bahwa di ketiga desa rata-rata masyarakatnyanya berusia antara 36-55 tahun sehingga dapat diketahui masyarakat di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu berada pada usia produktif. Hal ini menyebabkan angka ketergantungan usia non produktif dengan usia produktif dapat ditekan. Rendahnya jumlah umur muda yang tidak produktif dibandingkan dengan usia produktif disebabkan oleh umur muda biasanya sebelum beranjak dewasa rata-rata mengadu nasib di luar kota sehingga jumlah umur muda relatif rendah dibandingkan dengan umur tua. Umur juga
67
merupakan salah satu indikator kematangan berpikir, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, biasanya kematangan berpikir, pengetahuan dan pengalaman seseorang berbanding lurus terhadap umur yang dimilikinya. Salah satu kriteria dalam penokohan seseorang dimasyarakat adalah kematangan seseorang dilihat dari segi usianya. Hal ini yang menjadi alasan mengapa dari ketiga desa tersebut yang berperan aktif adalah usia tua. 5.2.2 Pendidikan Formal Responden Pendidikan formal merupakan salah satu kriteria ataupun tolak ukur dari kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraannya. Sehingga dengan diketahuinya jenjang pendidikan dari responden setidaknya menjadi contoh gambaran keadaan sumberdaya manusia di setiap desa. Jenjang pendidikan responden di Desa Sukajembar terbanyak pada jenjang sekolah dasar (SD) dengan jumlah 27 responden (90%), sekolah menengah pertama sebanyak 1 responden (3,33%) dan sekolah menengah atas sebanyak 2 responden (6,67%). Sama halnya dengan Desa Sukajembar, Desa Sukamekar ratarata jenjang pendidikan responden terbanyak ditingkat sekolah dasar (SD) sebanyak 27 responden (90%), sekolah menengah pertama 1 responden (3,33%) dan sekolah menengah atas sebanyak 2 responden (6,67%). Desa Sukaratu yang memiliki jenjang pendidikan terbanyak di sekolah dasar (93,33%) dan sekolah menengah atas sebanyak 2 responden (6,67%) tanpa ada yang jenjang sekolah
Persentase (%)
menengah pertama (Gambar 7). 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
93,33
90 90
Sukajembar Sukamekar 3,33 3,33
000 Tidak sekolah
SD
6,67
6,67
6,67
0
SMP
SLTA
Sukaratu 000 Perguruan tinggi
Tingkat Pendidikan
Gambar 7 Histogram perbadingan jenjang pendidikan antar desa.
68
Gambar 7 menunjukkan jenjang pendidikan responden yang rata-rata sekolah dasar (SD) sehingga dapat digolongkan bahwa ketiga desa ini memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah. Tingkat pendidikan tersebut hanya terkait dengan pendidikan formal tidak terkait dengan pendidikan non formal yang dimiliki oleh masing-masing responden. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan pendidikan diharapkan dapat pula meningkatkan persepsi dan partisipasi responden terhadapat sistem PHBM. 5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga Responden Jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang dalam keluarganya yang menjadi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, terdiri dari isteri, anak dan saudara kalau ada yang ikut dalam rumah dan menjadi tanggung jawab kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga responden dapat menjadi gambaran kecil jumlah penduduk dan kepadatan di desa tersebut. Gambar 8 menunjukkan bahwa Desa Sukajembar sebagai salah satu desa tempat penelitian memiliki rata-rata responden dengan jumlah anggota keluarga 5-6 orang sebanyak 12 responden (40%), kemudian dengan 3-4 orang jumlah anggota keluarga sebanyak 11 responden (36,67%), jumlah anggota keluarga 1-2 orang sebanyak 4 responden (13,33%), 7-8 jumlah anggota senyak 2 orang (6,67%) dan jumlah anggota 9-12 orang sebanyak 1 responden(3,33%). Desa Sukamekar juga memiliki sebaran jumlah keluarga responden pada jumlah anggota keluarga 5-6 orang sebanyak 13 responden (43,33%), jumlah anggota 3-4 anggota dan 9-12 anggota memiliki jumlah responden yang sama dengan jumlah 6 responden untuk masing-masing kriteria (20%), jumlah anggota 7-8 sebanyak 4 responden (13,33%) dan pada jumlah anggota keluarga 1-2 orang hanya berjumlah 1 responden (3,33%). Responden Desa Sukaratu memiliki sebaran anggota keluarga hampir sama dengan kedua desa yang telah disebutkan sebelumnya. Jumlah anggota keluarga 5-6 masih memiliki jumlah responden terbanyak sejumlah 11 responden (36,67%), jumlah anggota 3-4 dan 9-12 memiliki jumlah responden yang sama sebanyak 6 responden (20%), selanjutnya jumlah anggota keluarga sebanyak 7-8 anggota dengan jumlah 5 responden (16,67%) dan jumlah 1-2 sebanyak 2 responden (6,67%).
Persentase (%)
69 50 43,33 45 40 36,67 40 36,67 35 30 20 25 20 20 20 16,67 20 13,33 13,33 15 3,33 6,67 10 3,33 6,67 5 0 1≤x<3 orang 3≤x<5 orang 5≤x<7 orang 7≤x<9 orang
Sukajembar Sukamekar Sukaratu
9≤x≤12 orang
Jumlah anggota keluarga
Gambar 8 Histogram perbandingan jumlah anggota keluarga antar desa. Gambar 8 memperlihatkan bahwa Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu memiliki jumlah anggota keluarga yang cukup banyak karena mayoritas jumlah anggota keluarga berkisar antara 5≤x<7 orang perkeluarga. 5.2.4
Luas Lahan Milik Responden Kepemilikan lahan milik responden bervariasi dengan kisaran 0 m²-30.000
m². Namun, kondisi di lapangan responden rata-rata berkisar pada luasan lahan kurang dari sama dengan 6.000 m². Melihat Gambar 9, 26 responden (86,67%) Desa Sukajembar rata-rata memiliki luas lahan milik x<6000 m², sedangkan luasan yang lebih dari 6000-12.000 m² sebanyak 1 responden (3,33%), luasan 12.000-18.000 m² sebanyak 1 responden (3,33%), 18.000-24000 m² sebanyak 1 responden (3,33%) dan luasan 24.000-30.000 m² sebanyak 1 responden (3,33%) pula. Desa Sukamekar pun sama halnya dengan Desa Sukajembar yang rata-rata respondennya memiliki luasan lahan milik berkisar kurang dari sama dengan 6000 m² sebanyak 29 responden (96,67%) dan luasan antara 6000 m²-12.000 m² hanya dimiliki oleh 1 (3,33%) orang dan tidak ada responden yang memiliki luasan lahan lebih dari 12.000 - 30.000 m². Desa Sukaratu memiliki jumlah responden yang sama dengan jumlah kepemilikan lahan milik pada Desa Sukamekar. Desa Sukaratu jumlah terbanyak responden memilki luasan lahan seluas kurang dari sama dengan 6000 m² sebanyak 29 responden (96,67%), kemudian luasan lahan lebih besar dari 6000 m² - 12.000 m² sebanyak 1 responden (3,33%) dan tidak ada yang memiliki luasan lahan lebih dari 12000 m² - 30000 m² (Gambar 8). Hal inilah yang menjadi faktor masyarakat bersedia mengelola lahan hutan karena
70
tingkat kepemilikan lahan di ketiga desa masih relatif kecil yaitu rata-rata kurang dari 6000 m² atau kurang dari 0.6 ha. Gambar 9 menunjukkan perbandingan luasan lahan antar desa.
Persentase (%)
120 100
96.67 96.67 86.67
80 60 40 20
3.33
3.33 3.33
3.33 0 0
3.33 0 0
0
3.33 0 0
Sukajembar Sukamekar Sukaratu
Luas Lahan (m2)
Gambar 9 Histogram perbandingan luasan lahan milik responden antar desa. 5.2.5
Pendapatan Responden Pendapatan responden merupakan penerimaan ataupun pemasukan berupa
uang yang diterima karena telah melakukan kegiatan (bekerja) dalam kurun waktu tertentu dengan perhitungan tertentu pula. Pendapatan ini dapat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat desa dengan terpenuhinya kebutuhan hidup. Pendapatan pun berasal dari berbagai kegiatan berdasarkan lahan yang digunakan yang salah satunya pendapatan dari hutan dan non hutan. Pendapatan non hutan maksudnya pendapatan atau penerimaan masyarakat (responden) dari luar kegiatan di hutan seperti pertanian, perkebunan dan peternakan yang dilakukan di luar areal hutan serta buruh dan lain sebagainya. Melihat Gambar 10 maka dapat diketahui Masyarakat Desa Sukajembar memiliki pendapatan dari kegiatan non hutan dengan kisaran pendapatan kurang dari sama dengan x≤Rp.8.102.000/tahun sebanyak 24 responden (80%), pendapatan antara Rp.8.102.000<x≤ Rp.16.204.000/tahun sebanyak 5 responden (16,67%), Rp. 16.204.000<x≤ Rp. 24.306.000/tahun sebanyak 0 responden, Rp. 24.306.000<x≤Rp. 32.204.000/tahun sebanyak 1 responden (3.33%) dan Rp. 32.204.000<x≤Rp. 40.510.000/tahun sebanyak 0 responden (3,33%). Desa Sukamekar pendapatan responden rata-rata terdapat pada x≤ Rp.8.102.000/tahun sebanyak 20 responden (66,67%), pendapatan Rp.8.102.000<x≤ Rp.16.204.000/tahun sebanyak 9 responden (30%) dan pendapatan Rp. 16.204.000<x≤ Rp.
71
24.306.000/tahun sebanyak 1 responden (3.33%). Begitu juga dengan Desa Sukaratu yang respondennya rata-rata pendapatannya x≤ Rp.8.102.000/tahun sebanyak 20 responden (66,67%), sebanyak 8 responden (26,67%) berpendapatan Rp.8.102.000<x≤Rp.16.204.000/tahun, dan responden yang memiliki pendapatan antara Rp.16.204.000<x≤Rp.24.306.000/tahun dan Rp.32.204.000<x≤Rp.40.510.000/tahun hanya 1 responden (3,33%).
Persentase (%)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
80 66,67 66,67 30 16,67
26,67 03,33 3,33
3,33 00
0 0 3,33
Sukajembar Sukamekar Sukaratu
Pendapatan (Rp/tahun)
Gambar 10 Histogram pendapatan responden dari setiap desa. Gambar 10 menunjukkan perbandingan pendapatan yang didapatkan dari kegiatan non hutan pada responden diantara Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu. Pendapatan responden dari ketiga desa khususnya dari kegiatan non hutan membantu masyarakat memperoleh tambahan pendapatan, hal ini pula yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk bekerja lebih giat untuk mencukupi kebutuhan dan mencari pekerjaan tambahan dengan menggarap hutan agar para responden dapat menambah pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup. 5.2.6
Pengalaman Bertani Responden Pengalaman bertani merupakan unsur pribadi yang dapat menambah
pengetahuan dan mempengaruhi seseorang (responden) dalam menentukan suatu tindakan. Pengalaman merupakan ilmu yang paling berharga seperti kata mutiara
72
bahwa “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pengalaman seseorang dalam bertani setidaknya dapat menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki responden terhadap kegiatan pertanian. Setiap responden memiliki pengalaman bertani yang berbeda-beda. Rata-rata pengalaman bertani di Desa Sukajembar berkisar antara 1 tahun hingga 11 tahun dengan jumlah responden 22 orang (73,33%), pengalaman bertani dengan kisaran 11 tahun hingga 21 tahun sebanyak 5 responden (16,67%) dan pengalaman bertani pada kisaran 21 tahun hingga 31 tahun sebanyak 3 responden (10 %). Sebaran pengalaman bertani masyarakat di Desa Sukamekar memiliki sebaran pengalaman yang bervariasi. Pengalaman bertani 1 tahun - 11 tahun sebanyak 17 responden (56,67%), jangka waktu pengalaman sebesar 11 tahun - 21 tahun dan 21 tahun - 31 tahun memiliki responden masing-masing sebanyak 6 responden (20%) dan kisaran jangka waktu 31tahun - 41 tahun hanya 1 responden (3,33%). Responden Desa Sukaratu pun memiliki pengalaman bertani yang bervariasi yaitu pada jangka 1tahun-11tahun sebanyak 13 responden (43,22%), 11 tahun-21 tahun sebanyak 4 responden (13,33%), 21 tahun - 31 tahun sebanyak 7 responden (23,33%), 31 tahun - 41 tahun memiliki jumlah 4 responden (13,33%) dan pada jangka 41 tahun -50 tahun sebanyak 2 responden (6,67%) seperti pada Gambar 11. 80
73,33
Persentase (%)
70 60 50
56,67 43,33
40
Sukajembar
30 16,67
20 10
20 23,33
20
Sukamekar
13,33 10
13,33 0
0 1≤x<11 tahun
11≤x<21 tahun
21≤x<31 tahun
3,33
31≤x<41 tahun
6,67
Sukaratu
00 41≤x≤50 tahun
Pengalaman bertani (tahun)
Gambar 11 Histogram pengalaman bertani responden antar desa.
73
Gambar 11 menunjukkan pengalaman bertani di ketiga desa yang rata-rata berada pada skala 1≤x<11 tahun. Pengalaman ini dapat menjadi guru terbaik untuk responden sebagai petani yang dapat mengelola lahan untuk pertanian sesuai dengan pengalaman masing-masing. Pengalaman ini diharapkan dapat mencerminkan kemajuan di bidang pertanian baik di lahan hutan maupun di luar kawasan hutan sehingga diharapkan dapat mensukseskan kegiatan PHBM yang dikerjasamakan. 5.2.7 Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu memiliki jenis pekerjaan yang dikelompokkan pada usaha tani dan non usaha tani (Gambar 12). Pekerjaan yang ditekuni masyarakat diharapkan dapat memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pekerjaan dibidang usaha tani dilakukan di lahan pribadi maupun di lahan hutan. Pekerjaan yang termasuk usaha tani adalah petani dan buruh tani. Pekerjaan non usaha tani meliputi pekerjaan di luar pertanian seperti buruh pabrik, buruh serabutan, pegawai swasta, pegawai negeri dan lain-lain. 70
63,33
60
60 Persentase (%)
50
50
50 40
40
36,67 Sukajembar
30
Sukamekar
20
Sukaratu
10 0 Usaha tani
Non usaha tani Jenis pekerjaan
Gambar 12 Histogram perbandingan jenis pekerjaan disetiap desa. Gambar 12 ini merupakan hasil wawancara yang menunjukkan jenis pekerjaan di setiap desa dengan variasi jumlah responden yang melakukan pekerjaan usaha tani dan non usahatani. Desa Sukajembar memiliki jumlah responden yang bekerja dibidang usaha tani sebanyak 63,33% lebih banyak
74
dibanding Desa Sukamekar 50% dan Sukaratu 40%. Jenis kelompok kerja non usaha tani di Desa Sukajembar memiliki jumlah responden 36,67 % lebih kecil dari Desa Sukamekar 50% dan Desa Sukaratu 60%. Hasil ini menunjukkan bahwa memang di lapangan masyarakat Desa Sukajembar lebih banyak melakukan kegiatan pertanian dibanding dengan desa lainnya karena faktor demografi yang jauh dari pabrik sehingga mengharuskan masyarakat Desa Sukajembar bekerja sebagai petani. Hal ini berbeda dengan Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu yang letak desanya dekat dengan pabrik-pabrik teh dan garmen. 5.3 Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan PHBM 5.3.1 Persepsi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM Persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM dapat diketahui dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Analisis pengujian pertanyaan yang valid diketahui bahwa 10 pertanyaan memiliki nilai Sig-2Tailed < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa 10 pertanyaan tersebut valid. Nilai validitas dari setiap pertanyaan disajikan dalam Tabel 37. Tabel 37 Nilai validitas dari pertanyaan persepsi Indikator Persepsi
Nilai Sig2tailed
1
PHBM memberikan pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat
0,000
2
Kehadiran PHBM dapat meningkatkan kesejahteraan Hidup
0,000
3
Kehadiran PHBM dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga
0,000
4 5 6 7 8 9 10
Kehadiran dapat memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan baru PHBM tidak mengakibatkan kerusakan hutan PHBM tidak menggeser nilai budaya atau adat Kehadiran PHBM dapat meningkatkan sarana dan prasarana desa Kehadiran PHBM dapat memajukan desa dengan bangunan-bangunan fisik Kegiatan PHBM memberikan lapangan pekerjaan Kegiatan PHBM yang dilakukan sesuai dengan potensi masyarakat dan desa
0,000 0,000 0,017 0,000 0,000 0,000 0,012
No.
Keterangan : pertanyaan valid jika Sig-2tailed < 0,05
Setelah dilakukan uji Validitas pada setiap pertanyaan selanjutnya dilakukan uji reliabilitasnya. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Hasil uji reliabilitas menunjukkan pada keseluruhan pertanyaan yang valid diperoleh hasil uji reliabilitas 0,642, dimana pertanyaan akan reliabel jika alpha cronbach > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut reliabel (Sari 2007).
75
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid dan reliabel ini digunakan untuk mengukur persepsi masyarakat mengenai manfaat kegiatan PHBM. Manfaat, pengaruh dan dampak PHBM menjadi indikator pertanyaan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM ini. Selanjutnya dari indikator tersebut dibuat skoring untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM dengan 5 kategori berdasarkan skala likert yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Setelah dilakukan analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat dalam kategori tinggi dengan melihat pada Tabel 35. Persepsi masyarakat di Desa Sukamekar didominasi oleh persepsi masyarakat yang tinggi sebanyak 25 responden (83,33%), Desa Sukajembar dan Sukaratu didominasi persepsi masyarakat yang tinggi sebanyak 26 responden (86,67%) (Tabel 38 dan Gambar 13 ). Tabel 38 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM Kategori
Variabel Persepsi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sagat Rendah
42≤x<50 34≤x<42 26≤x<34 18≤x<26 10≤x<18
Desa Sukajembar
Desa Sukamekar
N
N
4 26 0 0 0
% 13,33 86,67 0,00 0,00 0,00
5 25 0 0 0
Desa Sukaratu
% 16,67 83,33 0,00 0,00 0,00
N 4 26 0 0 0
% 13,33 86,67 0,00 0,00 0,00
Total Persepsi Responden % 14,44 85,56
Sumber: Data hasil penelitian 2010
Umumnya 85,56% responden (Tabel 35) memiliki persepsi dalam kategori tinggi dengan menyatakan bahwa kegiatan PHBM bermanfaat bagi masyarakat. Masyarakat menilai bahwa kegiatan PHBM memberikan pengaruh positif dalam kehidupan mereka. Pengaruh positif yang dirasakan oleh masyarakat dari kegiatan PHBM
meliputi
peningkatan
kesejahteraan
hidup
masyarakat
dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat, bertambahnya pengalaman dan ilmu pengetahuan baru, meningkatnya sarana dan prasarana umum (seperti perbaikan jalan, jembatan, memperbaiki sarana ibadah desa), bantuan sosial lainnya seperti pendanaan kesehatan dan bantuan berupa pendanaan untuk membangun sekolah serta membuka lapangan pekerjaan dengan lahan garapan.
76
Persentase (%)
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
86,67
83,33 86,67
D.Sukajembar D.Sukamekar
16,67 13,33 13,33
Sangat Tinggi
D.Sukaratu
Tinggi
000
000
000
Sedang
Rendah
Sagat Rendah
Tingkatan persepsi
Gambar 13 Histogram persepsi responden. Histogram (Gambar 13) ini memberikan gambaran bahwa perbandingan persepsi di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu memiliki persepsi yang sama-sama pada kategori tinggi mengenai keberadaan hutan, manfaat hutan, manfaat kegiatan PHBM sampai pengaruh atau dampak yang ditimbulkan dari kegiatan PHBM. Persepsi pada hakikatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap objek, persepsi dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interpretasi atau penaksiran tentang objek yang dimaksud atau pandangan individu terhadap sesuatu. Persepsi terbentuk didalam diri manusia karena suatu rangsangan atau stimulus terhadap sesuatu. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM yang dicanangkan oleh Perum Perhutani dan motivasi masyarakat melatarbelakangi mereka mengambil keputusan untuk bersikap dalam partisipasi dalam kegiatan PHBM. Persepsi masyarakat di ketiga desa sangat positif atas keberadaan sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) sehingga persepsi masyarakat berada pada kategori yang tinggi. Hal ini mengidentifikasikan bahwasannya hutan yang dikelola dengan sistem PHBM ini memiliki manfaat yang tinggi bagi kehidupan masyarakat. Hutan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
77
desa hutan sehingga menjadi kewajiban masyarakat untuk mengelola dan menjaga hutan. Persepsi responden yang positif dan tinggi ini didukung pula oleh keadaan hutan yang semakin membaik dari kerusakan hutan. Walaupun hutan di Desa Sukamekar memiliki keadaan hutan lebih baik dari Desa Sukajembar dan Sukaratu, namun hutan di ketiga desa tersebut sudah berhasil menurunkan tingkat kerusakan dan pencurian SDH (sumberdaya
hutan).
Masyarakat
Desa
Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu memiliki motto “Leweung hejo masyarakat ngejo” artinya hutan hijau masyarakat dapat mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dari ketiga desa ini memiliki persepsi positif terhadap hutan dan kegiatan PHBM yang memiliki manfaat bagi kehidupan mereka. Persepsi positif ini mendukung masyarakat untuk mensukseskan kegiatan PHBM dalam mengelola hutan secara lestari. Persepsi yang positif dipengaruhi pula oleh ketergantungan responden terhadap hutan, sehingga hutan memiliki nilai positif di mata masyarakat (responden). Semakin masyarakat desa hutan tergantung dengan hutan maka semakin positiflah persepsi terhadap manfaat hutan. Tingkat ketergantungan masyarakat ini dipengaruhi oleh seberapa sering masyarakat berinteraksi dengan hutan sehingga persepsi dapat terbentuk dari pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2005). Persepsi positif dan tinggi pada diri masyarakat dapat diketahui dari hasil wawancara yang diperoleh dari 30 responden di tiga desa sebesar 93,33% responden masyarakat Desa Sukajembar setuju akan kehadiran PHBM yang memberikan dampak positif dengan meningkatkan kesejahteraan hidup. Persepsi ini didukung pula oleh 86,67% responden dari Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu yang setuju akan dampak kesejahteraan yang dirasakan dipengruhi oleh kegiatan PHBM. Kehadiran PHBM pun dapat meningkatkan pendapatan responden dengan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati untuk dilakukan sehingga 93,33% masyarakat Desa Sukajembar, 66,67% masyarakat Desa Sukamekar dan 86,67% masyarakat Desa Sukaratu setuju dengan hal tersebut. Peningkatan pendapatan yang diperoleh masyarakat dari kegiatan PHBM sangat
78
membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun tidak semua peningkatan kesejateraan dan pendapatan berupa uang. Peningkatan kesejahteraan hidup juga dapat berupa pemenuhan kebutuhan hidup seperti tersedianya bahan pakan dan papan (sayuran dan limbah kayu tebangan). Selain itu, kegiatan PHBM juga memberikan pengatahuan dan pengalaman baru bagi masyarakat karena diadakannya penyuluhan dan pelatihan masyarakat. Kegiatan PHBM ini pun meningkatkan sarana dan prasarana desa yang dirasakan juga oleh masyarakat sehingga persepsi terhadap kegiatan PHBM pun menjadi lebih positif. Hal ini tercermin pada Desa Sukamekar yang sudah meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan serta sanitasi masyarakat. Persepsi ini didukung dengan tingkat kesetujuan masyarakat Desa Sukamekar sebesar 93,33% menganggap PHBM meningkatkan sarana dan prasarana desa. Potensi desa dan masyarakat pun menjadi pertimbangan dalam penentuan dalam pelaksanakaan kegiatan PHBM di Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu. Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu semua respondennya memiliki nilai positif terhadap pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan bekerjasama
bersama
Perhutani
sehingga
tercipta
kolaborasi
yang
menguntungkan. Persepsi masyarakat Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu tinggi terhadap kegiatan PHBM karena mereka meyakini bahwa menjaga kelestarian hutan merupakan hal yang harus dilakukan, tindakan mengambil kayu di hutan merupakan tindakan yang dilarang, namun demikian apabila tindakan itu dilakukan
itu
hanyalah
untuk
mencukupi
kebutuhan
keluarga
tidak
diperjualbelikan. Persepsi positif masyarakat ini didukung pula oleh persepsi dari pihak Pemerindah daerah, Asisten Perhutani, dan pihak Perhutani (KSS PHBM) yang telah merasakan dampak dari kerjasama kegiatan PHBM yang menguntungkan baik dari pihak Perhutani dan pihak masyarakat. Kegiatan ini akan semakin memiliki manfaat asalkan semua kesepakatan dan peraturan dijalankan dengan komitmen, menumbuhkan pemahaman dan pengertian terhadap sistem PHBM diantara masyarakat dan Perhutani. Komunikasi terjalin dengan baik antara pihak masyarakat dan Perhutani dengan mengadakan rapat ataupun penyuluhan
79
mengenai kehutanan sehingga semua permasalahan yang timbul di lapangan dapat terselesaikan dengan damai. PHBM ini sebagai bentuk tanggung jawab dan kerjasama masyarakat dengan pihak Perhutani dalam pengelolaaan hutan sehinggga kegiatan PHBM ini membuat hubungan yang terjalin antara masyarakat dengan Perum Perhutani semakin baik dibandingkan tahun 1990an dimana pihak perum menganggap masyarakat sebagai pengganggu atas kelestarian hutan karena masyarakat sekitar hutan banyak melakukan tindak kriminal seperti pencurian kayu, pembukaan areal dan menguasai areal hutan untuk tempat tinggal. 5.3.2
Motivasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM Motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang
yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, keputusan yang terjadi pada seseorang dan sebagainya (Wahjosumidjo 1987). Motivasi yang diukur dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM. Jenis dorongan atau motivasi seseorang yang digunakan yaitu 3 tingkatan diantaranya motivasi yang pertama didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Hal ini menunjukkan seseorang melakukan sesuatu karena takut jika tidak melakukan maka sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama karena sudah ada tujuan didalamnya, seseorang akan melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu seperti meningkatkan pendapatan. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya, seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya (Farhan 2010). Tiga tingkatan motivasi tersebut melatarbelakangi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM Perum Perhutani KPH Cianjur. Tingkat motivasi yang dimiliki oleh masyarakat memiliki peranan penting dalam mempengaruhi tindakan yang akan diambil untuk menjalankan kegiatan PHBM. Hasil wawancara menunjukkan tingkat motivasi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa
80
Sukaratu berada pada tingkat motivasi achievement motivation karena mereka berpartisipasi dalam kegiatan PHBM hanya untuk menambah pendapatan rumah tangga. Hal ini diketahui bahwa sebesar 95,56% masyarakat dari ketiga desa memiliki tingkat motivasi kedua (achievement motivation) dalam melakukan kegiatan PHBM disajikan pada Tabel 39. Tabel 39 Tingkat motivasi masyarakat Variabel Motivasi
Kategori fear motivation achievement motivation inner motivation
Desa Sukajembar % N
Desa Sukamekar N %
Desa Sukaratu N %
Ratarata (%)
1
3,33
0
0
0
0
1,11
28 1
93,33 3,33
29 1
96,67 3,33
29 1
96,67 3,33
95,56 3,33
Sumber: hasil perhitungan penenlitian 2010
Menambah pendapatan rumah tangga menjadi faktor utama yang mendorong masyarakat Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM Perum Perhutani. 5.3.3 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan PHBM Partisipasi merupakan respon dari persepsi yang sudah terbentuk dan motivasi dari dalam diri seseorang. Persepsi masyarakat yang tinggi dan motivasi untuk menambah pendapatan (achievement motivation) memberikan pengaruh kepada tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM. Partisipasi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu diharapkan memiliki nilai positif. Sehingga dapat mensukseskan sistem PHBM yang dicanangkan Perhutani sejak tahun 2007. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan dapat diketahui dari hasil wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat. Kuesioner digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Pertanyaan untuk tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan dan tahapan pemanfaatan hasil kegiatan memiliki jumlah yang berbeda-beda. Pertanyaan untuk mengetahui partisipasi pada tahap perencanaan sebanyak 10 pertanyaan, pertanyaan untuk partisipasi pada tahap pelaksanaan sebanyak 6 pertanyaan dan 5 pertanyaan untuk mengetahui partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil kegiatan.
81
a. Partsipasi Tahap Perencanaan Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan ini dapat diketahui dari jawaban masyarakat dalam pengisian kuesioner. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner pada tahap ini yaitu sebanyak 10 pertanyaan. Pertanyaan ini dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas pertanyaan menggunakan program SPSS 17.0. Hasil uji validitas tersebut menghasilkan nilai Sig-2tailed yang dapat menunjukkan kevalidan pertanyaan kuesioner. Pertanyaan valid jika nilai Sig-2tailed < 0,05. Nilai validitas ini untuk mengetahui hasil pengukuran pengamatan yang dilakukan. Hasil uji ini menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan partisipasi tahap perencanaan terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid. Nilai validitas dari setiap pertanyaan disajikan dalam Tabel 40. Tabel 40 Nilai validitas pertanyaan perencanaan N0. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indikator Perencanaan Keterlibatan dalam penyusunan Rencana kegiatan PHBM Keterlibatan tokoh masyarakat dalam pnyusunan kegiatan Masyarakat menghadiri penandatanganan kerjasama dengan perhutani Undangan menghadiri pertemuan dalam penentuan pelaksanaan kegiatan PHBM Keikutsertaan masyarakat dalam penentuan tanaman yang akan ditanam Keterlibatan masyarakat dalam penentuan areal lokasi penanaman Keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam meningkatkan kegiatan dan menjaga keamanan hutan Keikutsertaan masyarakat dalam menentukan pembagian hasil usaha kegiatan PHBM Masyarakat menghadiri rapat untuk merencanakan kegiatan PHBM yang akan dilakukan Masyarakat menghadiri acara konsultasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan
Nilai Sig2tailed .000 .000 .000 .000 .000 .063 .000 .000 .000 .000
Keterangan : pertanyaan dinyatakan valid jika nilai Sig-2tailed < 0,05
Setelah uji validitas pada setiap pertanyaan (Tabel 40) maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi pada seluruh pertanyaan diperoleh hasil uji reliabilitas sebesar 0,834, dimana pertanyaan ini dinyatakan sangat reliabel karena nilai alpha cronbach > 0,800. Perencanaan merupakan satu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu yang mencakup keterlibatan dalam penyusunan rencana, kehadiran dalam merencanakan kegiatan dan kehadiran dalam penandatanganan kerjasama serta kehadiran dalam konsultasi mengenai kegiatan PHBM. Beberapa indikator tersebut digunakan dalam pertanyaan partisipasi tahap perencanaan. Selanjutnya dari jawaban pertanyaan ini dibuat skoring untuk mengetahui tingkat
82
partisipasi masyarakat berdasarkan skala likert dengan kategori yang diperoleh adalah Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Hasil wawancara menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahapan perencanaan berada pada kategori yang Sedang (S) untuk masyarakat Desa Sukamekar dan kriteria Rendah (R) untuk masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu (Tabel 41). Tabel 41 Tingkat partisipasi responden tahap perencanaan Variabel Partisipasi Perencanaan
Kategori 42≤x<50(ST) 34≤x<42 (T) 26≤x<34 (S) 18≤x<26 (R) 10≤x<18 (SR)
Desa Sukajembar N % 2 6,67 2 6,67 8 26,67 18 60,00 0 0,00
Desa Sukamekar N % 1 3,33 1 3,33 18 60,00 10 33,33 0 0,00
Desa Sukaratu N % 1 3,33 1 3,33 8 26,67 20 66,67 0 0,00
Sumber : Hasil perhitungan penelitian tahun 2010
Tabel 41 menunjukkan 60% masyarakat Desa Sukajembar dan 66,67% masyarakat Desa Sukaratu memiliki tingkat partisipasi tahap perencanaan pada kriteria Rendah (R) sedangkan 60% masyarakat Desa Sukamekar memiliki tingkat partisipasi tahap perencanaan pada kriteria Sedang (S). Hal ini karena faktanya di lapangan, masyarakat Desa Sukamekar lebih sering melaksanakan rapat untuk merancanakan kegiatan yang akan dilakukan. Rapat yang sering diadakan ini dipengaruhi oleh ketua dan pengurus LMDH Wana Sukamekar yang kreatif dan memiliki inisiatif untuk merencanakan kegiatan pengelolan hutan secara lestari, sehingga rapat selalu diadakan untuk memusyawarahkan ide-ide ketua dan pengurus dalam merancang kegiatan yang akan dilakukan. Masyarakat Desa Sukajembar (60%) dan masyarakat Desa Sukaratu (66,67%) memiliki kriteria Rendah (R). Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu pada tahap perencanaan yaitu disebabkan karena rata-rata masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu langsung melakukan kegiatan pelaksanaan, sehingga kegiatan perencanaan tidak dilakukan secara matang. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu jarang berpartisipasi tahap perencanaan dikarenakan letak rumah masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu yang berjauhan dan waktu diadakannya rapat yang bersamaan dengan waktu kerja sehingga menjadi kendala masyarakat dari kedua desa tersebut untuk dapat berpartisipasi pada tahap perencanaan.
83
Keterlibatan masyarakat di lapangan terlihat dalam penyusunan kegiatan sebesar 46,67% masyarakat Desa Sukajembar, 56,67% masyarakat Desa Sukamekar dan 46,67% masyarakat Desa Sukaratu
mengikuti kegiatan
perencanaan PHBM. Penentuan tanaman yang akan ditanam pun masyarakat Desa Sukajembar turut berpartisipasi sebanyak 43,33% masyarakatnya menghadiri rapat ini sedangkan sebesar 56,67% masyarakat Desa Sukamekar dan 40% masyarakat Desa Sukaratu mengikuti kegiatan perencanaan dengan menghadiri rapat yang diadakan oleh LMDH. Persentase keterlibatan masyarakat ini menggambarkan masyarakat dari Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu turut berpartisipasi aktif dalam tahap perencanaan di lapangan. b. Partisipasi Tahap Pelaksanaan Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan ini dapat diketahui dari jawaban masyarakat dalam pengisian kuesioner. Jumlah pertanyaan pada tahap ini sebanyak 6 pertanyaan. Pertanyaan ini dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas pertanyaan menggunakan program SPSS 17.0. Hasil uji vaiditas tersebut menghasilkan nilai Sig-2tailed yang dapat menunjukkan kevalidan pertanyaan kuesioner. Pertanyaan valid jika nilai Sig-2tailed < 0,05. Nilai validitas ini untuk mengetahui hasil pengukuran pengamatan yang dilakukan. Nilai validitas dari setiap pertanyaan disajikan dalam Tabel 42. Tabel 42 Nilai validitas pertanyaan pelaksanaan No. 1 2 3 4 5 6
Indikator Pelaksanaan Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PHBM yang sudah direncanakan Keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan persemaian, penanaman, penebangan dan bagi hasil Keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan hasil dari pelaksanaan kegiatan PHBM Keikutsertaan masyarakat dalam rapat pelaksanaan kegiatan Masyarakat diundang dan dilibatkan dalam pembentukan KTH (Kelompok Tani Hutan) Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan konsultasi kegiatan yang dilaksanakan
Nilai Validitas .000 .000 .001 .000 .000 .000
Keterangan : pertanyaan valid jika Sig-2 tailed < 0,05
Setelah uji validitas pada setiap pertanyaan (Tabel 42) maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi pada seluruh pertanyaan diperoleh hasil uji reliabilitas sebesar 0,775, dimana pertanyaan ini dinyatakan reliabel karena nilai alpha cronbach > 0,600.
84
Keterlibatan dalam pelaksanaan, keikutsertaan dalam rapat pelaksanaan, keterlibatan dalam kelompok tani hutan dan keikutsertaan dalam kegiatan konsultasi menjadi indikator yang digunakan dalam pertanyaan partisipasi tahap pelaksanaan. Selanjutnya dari jawaban pertanyaan ini dibuat skoring untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan skala likert dengan kategori yang diperoleh adalah Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Hasil wawancara menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahapan pelaksanaan berada pada kriteria Rendah (R) untuk masyarakat Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu sedangkan Desa Sukajembar berada pada kriteria Sedang (S) (Tabel 43). Tabel 43 Tingkat partisipasi responden tahap pelaksanaan Variabel Partisipasi Pelaksanaan
Kategori 25,2≤x<30 (ST) 20,4≤x<25,2 (T) 15,6≤x<20,4 (S) 10,8≤x<15,6 (R) 6≤x<10,8 (SR)
Desa Sukajembar N % 2 6,67 4 13,33 13 43,33 11 36,67 0 0,00
Desa Sukamekar N % 1 3,33 2 6,67 12 40,00 15 50,00 0 0,00
Desa Sukaratu N % 0 0,00 3 10,00 12 40,00 15 50,00 0 0,00
Sumber : Hasil perhitungan penelitian tahun 2010
Tabel 43 ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan sebesar 43,33% masyarakat Desa Sukajembar memiliki tingkat partisipasi tahap pelaksanaan dengan kriteria Sedang (S) yang berbeda dibandingkan dengan Desa Sukamekar dan Sukaratu yang memiliki 50% responden yang berpartisipasi pada tahap ini dengan kriteria Rendah (R). Hal ini diduga berdasarkan fakta di lapangan keaktifan responden Desa Sukajembar dalam pelaksanaan kegiatan PHBM ini dikarenakan Desa Sukajembar memiliki rasa tanggung jawab lebih tinggi dan tingkat gotong royong serta kerjasama yang tinggi untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan. Rendahnya partisipasi tahap perencanaan tidak menyebabkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan juga rendah, hal ini dipengaruhi rata-rata masyarakat langsung melakukan pelaksanaan tanpa mengikuti perencanaan. Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu memiliki masyarakat yang berpatisipasi tahap pelaksanaan berada pada kriteria Rendah (R). Hal ini, dipengaruhi oleh ketidakpercayaan dan pola pikir masyarakat Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu dalam melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan. Mereka akan
85
melaksanakan kegiatan yang direncanakan jika sudah melihat keberhasilan dari desa (LMDH) lain yang telah berhasil melakukan kegiatan yang sama. Faktor lain yang menjadi alasan utama masyarakat Desa Sukamekar memiliki tingkat partisipasi tahap pelaksanaan pada tingkat Rendah (R) sedangkan pada tahap perencanaan berada pada kriteria Sedang (S) yaitu keterbatasan masyarakat melakukan kegiatan yang telah direncanakan. Contoh kegiatan ini adalah budi daya ulat sutera yang belum dapat dilaksakan karena banyak kendala yang dialami. Desa Sukaratu pun jarang melakukan kegiatan yang telah direncanakan karena banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan di lapangan. Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan ini terlihat dari keikutsertaan masyarakat dari Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu di lapangan. Kegiatan penanaman, persemaian, dan penebangan dilapangan diikuti oleh 66,67% masyarakat Desa Sukajembar, 56,67% masyarakat Desa Sukamekar dan 56,67% masyarakat Desa Sukaratu. Persentase ini menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan kegiatan di lapangan. c. Partisipasi Tahap Pemanfaatan Partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan ini diketahui dari jawaban masyarakat dalam pengisian kuesioner. Jumlah pertanyaan yang digunakan sebanyak 5 pertanyaan. Pertanyaan ini dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas seperti pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Uji validitas pertanyaan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Hasil uji vaiditas tersebut menghasilkan nilai Sig-2tailed yang dapat menunjukkan kevalidan pertanyaan kuesioner. Pertanyaan valid jika nilai Sig-2tailed < 0,05. Nilai validitas ini untuk mengetahui hasil pengukuran pengamatan yang dilakukan. Nilai validitas dari setiap pertanyaan disajikan dalam Tabel 44. Tabel 44 Nilai validitas pertanyaan pemanfaatan No 1 2 3 4 5
Indikator Pemanfaatan Keterlibatan masyarakat dalam kesepakatan bagi hasil kegiatan PHBM Keterlibatan masyarakat dalam rapat pemanfaatan bagi hasil kegiatan PHBM Masyarakat hadir rapat dan konsultasi pembagian hasil dengan perhutani dan LMDH Keikutsertaan masyarakat dalam penyaluran (Pemasaran) hasil usaha produksi kegiatan PHBM Keikutsertaan masyarakat mencari informasi baru dari media massa untuk terlaksananya kegiatan
Keterangan : pertanyaan yang dinyatakan valid jika nilai Sig-2tailed < 0,05
Nilai Validitas .000 .000 .000 .000 .000
86
Setelah melakukan uji validitas pada setiap pertanyaan (Tabel 44) maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi pada seluruh pertanyaan diperoleh hasil uji reliabilitas sebesar 0,907, dimana pertanyaan ini dinyatakan sangat reliabel karena nilai alpha cronbach > 0,800 sehingga dapat digunakan untuk mengetahui partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan. Keterlibatan dalam kesepakatan bagi hasil kegiatan PHBM, keterlibatan pemanfaatan bagi hasil kegiatan, kehadiran konsultasi dan mencari informasi untuk mensukseskan kegiatan ini menjadi indikator yang digunakan dalam pertanyaan partisipasi tahap pemanfaatan. Selanjutnya dari jawaban pertanyaan ini dibuat skoring untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan skala likert dengan kategori yang diperoleh adalah Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Hasil wawancara menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu pada kriteria Sangat Rendah (SR) dalam pemanfaatan hasil sedangkan Desa Sukamekar berada pada kriteria Rendah (R) disajikan pada Tabel 45. Tabel 45 Tingkat partisipasi responden pada tahapan pemanfaatan Variabel Partisipasi Pemanfaatan
Desa Sukajembar Kategori
N
%
Desa Sukamekar N
%
Desa Sukaratu N
%
21≤x<25 (ST) 17≤x<21 (T) 13≤x<17 (S) 9≤x<13 (R)
2 0 1 1
6,67 0,00 3,33 3,33
1 0 2 16
3,33 0,00 6,67 53,33
1 0 0 0
3,33 0,00 0,00 0,00
5≤x<9 (SR)
26
86,67
11
36,67
29
96,67
Sumber : Hasil perhitungan penelitian tahun 2010
Tabel 45 ini menunjukkan bahwa Desa Sukamekar memiliki 53,33% masyarakatnya berpartisipasi tahap pemanfaatan pada kriteria Rendah (R) yang artinya masyarakat Desa Sukamekar jarang melakukan kegiatan pemanfaatan hutan sedangkan sebesar 86,67% masyarakat Desa Sukajembar dan 96,67% masyarakat Desa Sukaratu berada pada kriteria Sangat Rendah (SR) yang rata-rata masyarakatnya sangat jarang melakukan pemanfaatan hasil hutan. Masyarakat Desa Sukamekar sebesar 60% pernah melakukan kegiatan pemanfaatan hasil hutan sedangkan sebesar 83,33% masyarakat Desa Sukamekar dan 93,33% masyarakat Desa Sukaratu tidak pernah melakukan pemanfaatan hasil
87
kegiatan. Perbedaan tingkat pemanfaatan hasil kegiatan diketiga desa disebabkan oleh tingkat kesuksesan dan keberhasilan serta keadaan hutan yang dimiliki. Desa Sukamekar memiliki tingkat keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan di lapangan yang tinggi serta terciptanya keadaan hutan dan keamanan hutan yang semakin baik. Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Sukamekar dapat berpartisipasi tahap pemanfaatan hasil kegiatan lebih tinggi dari pada partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu pada tahap pemanfaatan. Keadaan, keamanan dan tingkat keberhasilan kegiatan Desa Sukamekar dalam kegiatan PHBM lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu yang masih terjadi pencurian kayu walaupun kayu yang dicuri hanya untuk hidup responden bukan untuk dijual. Manfaat yang dapat dirasakan oleh responden Desa Sukamekar lebih besar jika keadaan hutan lebih aman terkendali dari segala bentuk tindakan yang mengurangi manfaat hutan dibandingkan dengan Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu yang masih terganggu tingkat kesadaran masyarakatnya dalam mengelola hutan secara lestari. Faktor lain yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan di lapangan kurang optimal karena biasanya sebagian besar hasil kegiatan di lapangan langsung dikelola oleh pengurus LMDH sehingga masyarakat tidak langsung berperan mengatur manfaat dari kegiatan. Pengaturan manfaat dari hasil kegiatan dikelola oleh LMDH untuk membangun kepentingan umum. Hal ini yang mengakibatkan masyarakat merasa tidak pernah berpartisipasi pada tahap pemanfaatan, karena masyarakat lebih dominan menilai sesuatu yang bermanfaat jika dikelola sendiri dan merasakan manfaat secara langsung pula. d. Tingkat Partisipasi Masyarakat terhadap Kegiatan PHBM Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM diperoleh dari akumulasi indeks skor tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil kegiatan. Hasil pencapain indeks skor tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM ini dapat dilihat pada Tabel 46.
88
Tabel 46 Tingkat partisipasi masyarakat Variabel Partisipasi Partisipasi
Kategori 88,2≤x<105 (ST) 71,4≤x<88,2 (T) 54,6≤x<71,4 (S) 37,8≤x<54,6 (R) 21≤x<37,8 (SR)
Desa Sukajembar N % 2 6.67 1 3.33 8 26.67 19 63.33 0 0.00
Desa Sukamekar N % 1 3.33 1 3.33 15 50.00 13 43.33 0 0.00
Desa Sukaratu N % 1 3.33 0 0.00 3 10.00 26 86.67 0 0.00
Sumber : Hasil perhitungan penelitian tahun 2010
Tabel 46 ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu memiliki tingkat partisipasi dalam kegiatan PHBM yang Rendah (R) sedangkan masyarakat Desa Sukamekar memiliki tingkat patisipasi dalam kegiatan PHBM pada kriteria Sedang (S). Tingkatan partisipasi masyarakat dari ketiga desa berbeda-beda tergantung kesadaran dan motivasi yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM. Partisipasi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu dalam kegiatan PHBM ini dipengaruhi oleh persepsi masyarakat yang positif dan dilatarbelakangi oleh motivasi mereka yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menambah penghasilan. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukamekar dalam kegiatan PHBM lebih tinggi daripada partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu. Tingkat partisipasi ini ditunjukkan oleh tingkat keberhasilan kegiatan PHBM masyarakat Desa Sukamekar di lapangan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu. Hal ini di dukung pula oleh penilaian yang dilakukan Perum Perutani pusat terhadap kinerja LMDH Wana Sukamekar yang memperoleh juara kedua dari dari seluruh LMDH yang ada di pulau jawa. Prestasi ini cukup memberi gambaran bahwa masyarakat Desa Sukamekar memiliki semangat yang tinggi untuk mensukseskan kegiatan PHBM dan mereka berharap kegiatan ini dapat merubah kehidupan masyarakat desa sekitar hutan menjadi lebih baik dan tidak terisolasi dari kemajuan teknologi. 5.4 Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Persepsi dan Partisipasi 5.4.1 Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan PHBM Hubungan faktor internal seperti usia, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pendapatan non hutan, pengalaman bertani dan jenis pekerjaan terhadap persepsi yang terbentuk pada diri individu dapat diketahui dari hasil pengujian Chi-kuadrat dan uji Rank Spearman.
89
Hasil uji ini akan menunjukkan faktor-faktor internal yang memiliki pengaruh terhadap pembentukan persepsi yang disajikan pada Tabel 47 dan Tabel 48. Tabel 47 Hubungan faktor internal dengan persepsi masyarakat dengan uji Spearman Faktor Internal Usia Pendidikan formal Jumlah anggota keluarga Pendapatan non hutan Pengalaman bertani
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang 0,257 0,17 0,207 0,273
Persepsi Masyarakat Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang 0,2 0,289 -0,149 0,432
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang 0,263 0,16 0,288 0,122
0,151 0,326 0,417*
0,212 0,232 0,363*
-0,012 0,185 0,364*
0,427 0,079 0,022
0,26 0,217 0,048
0,951 0,328 0,048
Keterangan tabel : ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) ; * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed).
Tabel 48 Hubungan faktor internal dengan persepsi masyarakat dengan uji Chi-kuadrat
Faktor Internal Jenis Pekerjaan
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang 2,672 0,102
Persepsi Masyarakat Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang -4,509 0,034
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang 0,192 0,661
Keterangan tabel : nilai peluang < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan.
Tabel 47 dan Tabel 48 merupakan hasil pengujian korelasi antara faktor internal dengan persepsi masyarakat. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu dipengaruhi nyata oleh pengalaman bertani masyarakat. Selain pengalaman bertani, persepsi masyarakat Desa Sukamekar juga dipengaruhi oleh faktor internal lain yaitu jenis pekerjaan masyarakat. Hal ini ditujukkan dengan nilai peluang yang diperoleh < 0,05 (terima H1) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel yang diuji. Pengalaman bertani masyarakat Desa Sukajembar memiliki hubungan yang kuat dengan pembentukan persepsi masyarakat yaitu sebesar 41,7% dan nilai peluang < nilai α (0,022<0,05) pada selang kepercayaan 95%. Pengalaman bertani pun mempengaruhi persepsi masyarakat Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu. Pengaruh pengalaman bertani cukup kuat terhadap persepsi masyarakat Desa Sukamekar sebesar 36,4% dengan nilai peluang 0,048 < 0,005 pada selang kepercayaan 95% dan 36,4% pengaruh pengalaman bertani yang cukup kuat terhadap pembentukan persepsi masyarakat Desa Sukaratu dengan nilai peluang 0,048 < 0,05 pada selang kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa
90
hubungan yang terjadi bernilai positif atau memiliki hubungan yang searah, semakin lama pengalaman bertani masyarakat maka semakin tinggi persepsi masyarakat yang terbentuk terhadap kegiatan PHBM. Pengalaman bertani memiliki pengaruh nyata terhadap persepsi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu hal ini karena pengalaman bertani seseorang mempengaruhi pola pikir seseorang terhadap suatu kegiatan yang bersinggungan dengan kegiatan bertani.Semakin lama pengalaman bertani masyarakat maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh masyarakat dari pengalaman hidup bertani. Ilmu ini akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM dalam mengelola lahan hutan untuk meningkatkan pendapatan dengan melakukan kegiatan bercocok tanam. Secara keseluruhan ratarata pengalaman bertani masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu berada pada kisaran 1≤x≤11 tahun sehingga waktu ini cukup untuk menambah pengatahuan masyarakat dalam bertani. Faktor lain yang mempengaruhi persepsi masyarakat Desa Sukamekar secara nyata yaitu jenis pekerjaan dengan nilai peluang < α (0,034<0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar -4,509 yang menunjukkan bahwa hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi yang terbentuk bernilai negatif atau tidak searah. Tingginya persepsi masyarakat Desa Sukamekar terhadap kegiatan PHBM dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang berada di luar usaha tani. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang bekerja di luar usaha tani seperti buruh memiliki persepsi yang tinggi terhadap kegiatan PHBM karena rata-rata masyarakat yang bekerja sebagai buruh hanya bekerja setengah hari saja sehingga masyarakat ini dapat berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Persepsi masyarakat yang bekerja di luar usaha tani ini lebih tinggi terhadap manfaat kegiatan PHBM yang dipengaruhi oleh keyakinan mereka bahwa kegiatan PHBM ini akan memberikan keuntungan. Berbeda dengan masyarakat yang bekerja pada usaha tani yang selalu memperhitungkan segala kegiatan baik pengeluaran maupun pemasukan dan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi sehingga gambaran keuntungan yang diperoleh tidak melambung tinggi. Sehingga persepsi masyarakat yang bekerja di luar usaha tani lebih tinggi dari
91
masyarakat yang bekerja pada usaha tani. Manfaat yang dirasakan dari kegiatan PHBM yang dilakukan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai kegiatan ini. 5.4.2 Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Tahapan Kegiatan a.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan Masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu dalam
berpartisipasi pada tahap perencanaan kegiatan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pendapatan non hutan, pengalaman bertani dan jenis pekerjaan. Namun, setelah dilakukan pengujian
Spearman
dan
Chi-kuadrat
didapatkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi pada tahap perencanaan disajikan pada Tabel 49 dan Tabel 50. Tabel 49 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat tahap perencanaan dengan uji Spearman Faktor internal Perencanaan Usia Pendidikan Jumlah anggota keluarga Pendapatan Pengalaman bertani
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang
Partisipasi Masyarakat Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang
0,091 0,265
0,634 0,157
0,012 0,12
0,949 0,529
-0,202 0,485**
0,284 0,007
0,046 0.232 0,391*
0,81 0,217 0,032
0,087 0,086 0,550**
0,648 0,649 0,002
-0,19 0,219 -0,091
0,314 0,245 0,634
Keterangan tabel : ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) ; * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed).
Tabel 50 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat tahap perencanaan dengan uji Chi-kuadrat
Faktor internal Jenis Pekerjaan
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang 4,163 0,358
Partisipasi Masyarakat Desa Sukamekar Desa Sukaratu Koefisien Koefisien Korelasi Peluang Korelasi Peluang 8,705 0,010 1,538 0,228
Keterangan tabel : nilai peluang < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan
Hasil pengujian Spearman dan Chi-kuadrat (Tabel 49 dan Tabel 50) menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi dalam tahap perencanaan kegiatan yaitu masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukamekar dipengaruhi oleh pengalaman bertani dalam
92
berpartisipasi dan faktor lain yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukamekar tahap perencanaan yaitu jenis pekerjaan. Berbeda dengan faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukaratu dalam tahap perencanaan yaitu pendidikan formal. Pengalaman bertani yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukamekar memiliki nilai peluang < α (terima H1) artinya terdapat hubungan antara variabel yang diuji. Pengalaman bertani cukup kuat mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dengan nilai korelasi 39,1% dan nilai peluang 0,032<0,05 pada selang kepercayaan 95%. Pengalaman bertani juga kuat mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukamekar dalam tahap perencanaan dengan nilai korelasi 55% dan nilai peluang 0,002<0,05 pada selang kepercayaan 99%. Hubungan yang terjadi antara pengalaman bertani dengan tingkat partisipasi masyarakat yaitu bernilai positif dan searah. Semakin lama pengalaman bertani maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan (Tabel 49). Pengalaman bertani rata-rata masyarakat Desa Sukamekar dan Desa Sukajembar berada pada kisaran 1≤x≤11 tahun sehingga dengan kurun waktu tersebut masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru mengenai kehidupan bertani. Ilmu ini akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan karena masyarakat ini memiliki ilmu dan pengalaman yang menjadi landasan untuk merencanakan kegiatan PHBM ini terutama yang berbasis lahan hutan. Faktor lain yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukamekar dalam tahap perencanaan ini yaitu jenis pekrjaan. Jenis pekerjaan ini memiliki pengaruh terhadap partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dengan nilai peluang < α (0,010<0,05) dan nilai korelasi 8,705 pada selang kepercayaan 95% (Tabel 50). Hubungan yang terjadi antara jenis pekerjaan dengan partisipasi tahap perencanaan bernilai positif dan searah yaitu tingkat partisipasi yang tinggi dalam perencanaan didominasi oleh masyarakat yang bekerja di usaha tani. Masyarakat yang bekerja pada usaha tani memiliki tingkat partisipasi tahap perencanaan yang tinggi karena mereka memiliki pengetahuan untuk merencanakan kegiatan dalam
93
bercocok tanam atau kerjasama pada kegiatan yang dilakukan berbasis lahan hutan. Masyarakat Desa Sukaratu melakukan partisipasi dalam tahap perencanaan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal masyarakat. Pendidikan formal ini memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap partisipasi masyarakat Desa Sukaratu dalam tahap perencanaan dengan nilai tingkat korelasi 48,5% dan nilai peluang 0,007<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 99%. Hubungan yang terjadi ini memiliki hubungan positif dan searah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan. Kenyaataannya di lapangan masyarakat yang berpartisipasi pada tahap ini yaitu masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan cukup tinggi walaupun hanya pada tingkat sekolah dasar. Sekolah dasar di Desa Sukaratu termasuk pendidikan yang tinggi karena rata-rata masyarakatnya tidak bersekolah. b.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan Tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan
Desa Sukaratu dalam tahap pelaksanaan kegiatan PHBM dipengaruhi oleh faktorfaktor internal yang telah diuji Spearman dan uji Chi-kuadrat disajikan pada Tabel 51 dan Tabel 52. Tabel 51 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat tahap pelaksanaan dengan uji Spearman Faktor internal Pelaksanaan Usia Pendidikan formal Jumlah anggota keluarga Pendapatan non hutan Pengalaman bertani
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang
Partisipasi Masyarakat Desa Sukamekar Desa Sukaratu Koefisien Koefisien Korelasi Peluang Korelasi Peluang
0,24
0,234 0,202
0,031 0,077
0,871 0,686
-0,021 0,463**
0,913 0,01
0,194 0,307 0,281
0,303 0,099 0,134
0,204 0,075 0,295
0,28 0,695 0,113
0,019 0,256 -0,006
0,92 0,172 0,974
Keterangan tabel : ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) ; * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed).
94
Tabel 52 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat tahap pelaksanaan dengan uji Chi-kuadrat
Faktor internal Jenis Pekerjaan
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang 2,368 0,101
Partisipasi Masyarakat Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang 7,081 0,015
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang 0,069 0,572
Keterangan tabel : nilai peluang < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan
Hasil pengujian Spearman dan Chi-kuadrat (Tabel 51 dan Tabel 52) menunjukkan faktor internal yang mempengaruhi masyarakat dalam partisipasi tahap pelaksanaan yaitu jenis pekerjaan yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukamekar dan faktor pendidikan formal mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukaratu dalam melaksanakan kegiatan PHBM. Masyarakat Desa Sukamekar berpartisipasi dalam tahap pelaksanaan kegiatan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan dengan nilai korelasi 7,081 dan nilai peluang sebesar 0,015<0,05 (terima H1) pada selang 95% yang memiliki makna yaitu terdapat hubungan yang sigifikan (nyata) antara jenis pekerjaan dengan partisipasi masyarakat Desa Sukamekar (Tabel 52). Hubungan yang terjalin adalah hubungan positif dan searah. Masyarakat yang berpartisipasi dalam tahap pelaksanaan kegiatan adalah masyarakat yang bekerja dalam usaha tani. Masyarakat yang bekerja di usaha tani memiliki kemampuan mengelola lahan dan memiliki pengetahuan dalam bertani, hal ini yang menjadi dorongan utama masyarakat yang bekerja di usaha tani untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan PHBM terutaman kegiatan yang berbasis lahan hutan dalam bercocok tanam. Pendidikan formal memiliki pengaruh yang cukup kuat sebesar 46,3% tarhadap partisipasi Masyarakat Desa Sukaratu dalam tahap pelaksanaan kegiatan PHBM dengan nilai peluang 0.015<0,05 (terima H1) terdapat hubungan yang signifikan pada selang 99% (Tabel 51). Hubungan yang ini bernilai positif sehingga semakin tinggi pendidikan formal yang ditempuh oleh masyarakat Desa Sukaratu maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan ini. Menurut Tilaar (1997) menyatakan bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah proses untuk menguak potensi individu dan cara manusia untuk mampu mengontrol potensi yang telah dikembangkan agar bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidupnya. Sehingga dengan potensi pendidikan yang pernah
95
ditempuh walaupun hanya pada tingkat sekolah dasar maka masyarakat memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis. Kemampuan ini akan memberikan pengetahuan dalam bersikap positif untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan demi suksesnya kegiatan PHBM yang dilaksanakan. c.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pemanfaatan Pendidikan formal yang ditempuh oleh masyarakat Desa Sukaratu kuat
mempengaruhi tingkat partisipasi tahap pemanfaatan sebesar 69,5% sedangkan faktor pendidikan formal yang ditempuh oleh masyarakat Desa Sukamekar memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap tingkat partisipasi tahap pemanfaatan ini sebesar 46,4% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (Tabel 53). Faktor lain yang mempengaruhi masyarakat Desa Sukamekar untuk melakukan partisipasi pada tahap pemanfaatan adalah jenis pekerjaan (Tabel 54). Hasil pengujian Spearman dan Chi-kuadrat ini disajikan pada Tabel 53 dan Tabel 54. Tabel 53 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat tahap pemanfaatan dengan uji Speraman Faktor internal Pemanfaatan Usia Pendidikan formal jumlah anggota keluarga Pendapatan non hutan Pengalaman bertani
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang
Partisipasi Masyarakat Desa Sukamekar Desa Sukaratu Koefisien Koefisien Korelasi Peluang Korelasi Peluang
0,097 0,321
0,61 0,084
-0,204 -0,464**
0,279 0,01
-0,147 0,695**
0,438 0
0,076 0,217 0,291
0,688 0,249 0,119
-0,204 -0,159 0,236
0,281 0,402 0,208
-0,222 0,35 -0,192
0,238 0,058 0,309
Keterangan tabel : ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) ; * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed).
Tabel 54 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat tahap pemanfaatan dengan uji Chi-kuadrat
Faktor internal Jenis Pekerjaan
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang 2,010 0,191
Partisipasi Masyarakat Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang 12,609 0,003
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang 0,690 0,406
Keterangan tabel : nilai peluang < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan
Hasil pengujian yang dilakukan menurut Tabel 53 menujukkan bahwa pendidikan formal memiliki hubungan yang positif terhadap partisipasi
96
masyarakat Desa Sukajembar. Hubungan ini memiliki nilai peluang sebesar 0<0,05 (terima H1) pada selang 99% sehingga memiliki hubungan yang signifikan (nyata). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukaratu maka tingkat partisipasi masyarakat tahap pemanfaatan hasil kegiatan juga semakin tinggi. Kenyataannya di lapangan, masyarakat yang berpartsipasi pada tahap pemanfaatan yaitu masyarakat yang memiliki pendidikan minimal sekolah dasar. Pendidikan yang pernah ditempuh ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk memanfaatan hasil kegiatan secara lestari dan tidak merusak lingkungan. Hubungan ini berbeda dengan hubungan yang terjalin di Desa Sukamekar. Masyarakat Desa Sukamekar dipengaruhi oleh pendidikan formal dalam memanfaatkan hasil kegiatan, namun memiliki nilai negatif dengan nilai peluang 0,01<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 99% yang berarti terdapat hubungan yang signifikan (nyata). Kenyataan di lapangan bahwa masyarakat Desa Sukamekar yang berpartisipasi pada tahap pemanfaatan ini rata-rata memiliki pendidikan yang rendah. Pendidikan formal yang pernah ditempuh masyarakat semakin rendah maka semakin tinggi masyarakat Desa Sukamekar berpartisipasi dalam memanfaatkan hasil kegiatan PHBM. Hal ini dipengaruhi oleh masyarakat yang berpendidikan tinggi rata-rata bekerja sebagai guru atau aparat desa sehingga kurang aktif berperan dalam mengelola hasil kegiatan yang dipengaruhi oleh waktu kerja yang terikat dengan instansi. Masyarakat Desa Sukamekar yang memiliki pendidikan rendah biasanya bekerja sebagai buruh sehingga waktu sisa setelah bekerja sebagai buruh digunakan untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan. Waktu kerja buruh yang tak terikat dan hanya setengah hari mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan. Faktor lain yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Sukamekar yaitu jenis pekerjaan yang memiliki pengaruh postif terhadap patisipasi tahap pemanfaata kegiatan dengan nilai korelasi sebesar 12,609 dan nilai peluang 0,003<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 95% yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diuji (Tabel 54). Hubungan ini memiliki nilai positif dan searah, seperti yang terjadi dilapangan bahwa
97
masyarakat Desa Sukamekar yang berperan aktif dalam memanfaatkan hasil kegiatan adalah mereka yang bekerja di usaha tani. Pengalaman yang dimiliki oleh orang yang bekerja pada usaha tani memiliki peran sebagai pengetahuan untuk memanfaatkan hasil kegiatan secara optimal, lestari dan tidak merusak lingkungan sesuai dengan teknik-teknik pemanfaatan yang dimiliki oleh masyarakat. d.
Faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Faktor internal hasil pengujian dengan Spearman dan Chi-kuadrat diperoleh
hasil bahwa jenis pekerjaan mempengaruhi masyarakat Desa Sukamekar dalam berpartisipasi pada kegiatan PHBM yang dilakukan sedangkan partisipasi masyarakat di Desa Sukaratu dipengaruhi oleh pendidikan formal yang pernah ditempuh (Tabel 55 dan Tabel 56). Tabel 55 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat dengan uji Spearman Partisipasi Masyarakat Faktor internal
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang
Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang
Partisipasi Usia Pendidikan jumlah keluarga Pendapatan
0,122 0,334
0,522 0,071
-0,144 0,049
0,447 0,796
0,059 0,706**
0,757 0
0,123 0,244
0,518 0,195
-0,063 0,078
0,739 0,681
-89 0,262
0,639 0,162
Pengalaman
0,333
0,072
0,311
0,095
0,24
0,202
Keterangan tabel : ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) ; * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed).
Tabel 56 Hubungan faktor internal dengan partisipasi masyarakat dengan uji Chi-kuadrat Partisipasi Masyarakat Faktor internal Jenis Pekerjaan
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang
Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang
2,350
11,366
1,581
0,276
0,001
0,556
Keterangan tabel : nilai peluang < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan
Hasil pengujian yang diperoleh pada Tabel 55 dan 56 diketahui bahwa masyarakat Desa sukamekar melakukan partisipasi pada kegiatan PHBM dengan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu jenis pekerjaan yang memiliki hubungan signifikan positif dengan nilai peluang 0,001<0,05 (terima H1) pada selang 95%
98
dengan koefisien korelasi sebesar 11,366. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukamekar dipengaruhi oleh jenis pekerjaan masyarakat dibidang usaha tani. Pekerjaan masyarakat di bidang usaha tani ini memberikan masyarakat pengalaman dan pengetahuan untuk melakukan partisipasi pada kegiatan PHBM di lapangan. Pengalaman dan pengetahuan bertani yang dimiliki masyarakat membantu masyarakat dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan untuk menglola lahan hutan dan melakukan kegiatan PHBM yang telah disepakati. Partisipasi masyarakat Desa Sukaratu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh masyarakat. Pendidikan formal ini memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap partisipasi masyarakat Desa Sukaratu sebesar 70,6% dengan nilai peluang 0<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 99%. Semakin tinggi pendidikan yang di tempuh maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat dalam mensukseskan kegiatan PHBM. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh masyarakat memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk membaca dan menulis sehingga mereka mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola dan melakukan kegiatan PHBM. Terlihat sekali dilapangan, masyarakat yang berperan aktif dalam kegiatan berbasis PHBM yaitu masyarakat yang pernah mengemban pendidikan walaupun rata-rata hanya sampai Sekolah Dasar. Hal ini karena pendidikan formal di Desa Sukaratu tergolong rendah yang disebabkan karena pendapatan rumah tangga yang rendah, masih ada daerah yang tak terjangkau aliran listrik dan fasilitas pendidikan yang ada pun terbatas, sehingga pendidikan jenjang SD pun tergolong tinggi karena masyarakat sudah dapat membaca dan menulis. Rendahnya tingkat prndidikan masyarakat Desa Sukaratu mendorong Pemerintah Kabupaten untuk bertindak dengan melaksanakan program pemberantasan buta huruf dengan mengejar paket bagi masyarakat yang berkeinginan untuk bisa membaca dan menulis. 5.4.3 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Persepsi dan Partisipasi a. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat Desa Sukajembar, Desa Sukamekar dan Desa Sukaratu selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu
99
luas lahan yang memiliki pengaruh nyata terhadap pembentukan persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM (Tabel 57). Tabel 57 Hasil uji faktor eksternal terhadap persepsi dengan uji Spearman Faktor Eksternal Luas Lahan Milik
Desa Sukajembar Koefisien korelasi Peluang 0,422* 0,002
Persepsi Masyarakat Desa Sukamekar Koefisien korelasi Peluang -0,083 0,663
Desa Sukaratu Koefisien korelasi Peluang 0,473** 0,008
Keterangan tabel: nilai peluang<0,05 memiliki pengaruh yang signifikan.
Hasil pengujian dengan uji korelasi Spearman (Tabel 57) menunjukkan bahwa persepsi masyarakat Desa Sukajembar dan masyarakat Desa Sukaratu dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu luas lahan milik. Luas lahan milik masyarakat Desa Sukajembar memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pembentukan persepsi sebesar 42,2% dengan nilai peluang 0,002 < 0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 95%.
Semakin luas lahan milik yang dimiliki
masyarakat Desa Sukajembar maka semakin tinggi persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM. Faktor ini juga mempengaruhi masyarakat Desa Sukaratu dalam pembentukan persepsi. Luas lahan milik ini memiliki pengaruh cukup kuat terhadap pembentukan persepsi masyarakat Desa Sukaratu sebesar 47,3% dengan nilai peluang 0,008<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 99%. Semakin luas lahan milik maka semakin tinggi persepsi masyarakat mengenai kegiatan PHBM. Lahan milik masyarakat yang semakin luas memberikan pandangan dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan lahan hutan pada kegiatan PHBM. Lahan milik yang semakin luas dikelola secara maksimal dapat memberikan keuntungan dengan menambah pendapatan sehingga akan memberikan gambaran dan pengetahuan kepada masyarakat apabila lahan hutan yang lebih luas dari lahan milik itu dikelola secara baik dan benar. Manfaat yang akan diperoleh jika masyarakat mengelola lahan hutan dan mengikuti kegiatan PHBM menambah pandangan positif masyarakat terhadap kegiatan PHBM ini. Persepsi yang tinggi dan motivasi dalam diri masyarakat akan mendorong masyarakat melakukan partsipasi dalam kegiatan PHBM Perum Perhutani. Sehingga kegiatan PHBM Perum Perhutani dapat berjalan sesuai dengan tujuan untuk mengelola lahan hutan secara lestari serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan.
100
b. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Faktor eksternal juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM Perum Perhutani. Faktor eksternal yang memiliki pengaruh dalam tingkat partisipasi masyarakat dalam penelitian ini adalah luas lahan milik masyarakat. Setelah dilakukan pengujian korelasi dengan uji Spearman maka diperoleh hasil hubungan yang signifikan antara variabel yang telah diuji dengan nilai peluang (P) < 0,05 dengan asumsi terima H1. Hubungan yang signifikan antar luas lahan milik terhadap tingkat partisipasi terjadi pada msayarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu sedangkan masyarakat Desa Sukamekar dalam partisipasinya tidak dipengaruhi oleh luas lahan milik. Data ini disajikan pada Tabel 58. Tabel 58 Faktor ekternal terhadap partisipasi masyarakat dengan uji Spearman Faktor Eksternal Perencanaan Luas Lahan Milik Pelaksanaan Luas Lahan Milik Pemanfaatan Luas Lahan Milik Partisipasi Luas Lahan Milik
Desa Sukajembar Koefisien Korelasi Peluang
Partisipasi Masyarakat Desa Sukamekar Koefisien Korelasi Peluang
Desa Sukaratu Koefisien Korelasi Peluang
0,441*
0,015
0,067
0,726
0,325
0,08
0,379*
0,039
0,143
0,451
0,322
0,083
0,482**
0,007
-0,259
0,167
-0,034
0,856
0,511**
0,004
0,132
0,486
0,454*
0,012
Keterangan tabel : **korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed/peluang) * korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed/peluang)
Hasil pengujian Spearman pada Tabel 58 menunjukkan partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan dipengaruhi oleh faktor eksternal luas lahan milik. Tahap perencanaan ini partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh luas lahan milik sebesar 44,1% dengan nilai peluang 0,015<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 95%, partisipasi tahap pelaksanaan masyarakat Desa Sukajembar cukup kuat dipengaruhi oleh luas lahan milik sebesar 37,9% dengan nilai peluang 0,039<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 95%, partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan juga cukup kuat dipengaruhi oleh luas lahan milik sebesar 48,2% dengan nilai peluang 0,007<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 99% dan partisipasi masyarakat Desa Sukajembar secara keseluruhan dipengaruhi kuat oleh luas lahan sebesar 52,1% dengan nilai peluang 0,004<0,05 (terima H1) pada
101
selang kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan semakin luas lahan milik maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM. Luas lahan milik yang dikelola secara optimal akan memberikan gambaran manfaat pengelolaan lahan hutan dengan meningkatkan persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM. Persepsi ini akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi melakukan kegiatan PHBM sehingga mereka akan berperan aktif melakukan kegiatan kerjasama ini untuk memperoleh manfaat yang tinggi demi kesejahteraan hidup. Faktor luas lahan milik ini juga mempengaruhi tingkat partisipasi secara keseluruhan masyarakat Desa Sukaratu dalam kegiatan PHBM. Namun, luas lahan milik masyarakat ini mempengaruhi masyarakat Desa Sukaratu dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan secara tidak nyata. Luas lahan ini memiliki pengaruh cukup kuat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sebesar 45,4% dengan nilai peluang sebesar 0,012<0,05 (terima H1) pada selang kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sukaratu memiliki tingkat partisipasi yang tinggi jika lahan milik semakin luas. Luasnya lahan milik yang dikelola oleh masyarakat akan memberikan pandangan manfaat yang dihasilkan jika masyarakat juga mengelola lahan hutan secara optimal dan maksimal sehingga masyarakat akan berperan aktif melakukan kegiatan PHBM untuk meningkatkan pendapatan demi kesejahteraan hidup mereka. Faktor eksternal ini tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukamekar. Keaktifan masyarakat desa ini tidak dipengaruhi oleh luasan lahan miilik. Terdapat faktor internal dan eksternal lain yang menjadi pendorong aktifnya masyarakat Desa Sukamekar dalam kegiatan partisipasi ini. Selain itu untuk meningkatkan persepsi dan partisipasi masyarakat yang tinggi maka
diperlukannya
peningkatan
kegiatan
peyuluhan,
pelatihan
serta
pembangunan sarana dan prasarana agar masyarakat memiliki motivasi baru meningkatkan kesejahteraan hidup.
102
5.5
Peningkatan Pendapatan Masyarakat
5.5.1 Kontribusi Kegiatan PHBM Terhadap Pendapataan Masyarakat KPH Cianjur memberikan akses kepada masyarakat terhadap Sumber Daya Hutan (SDH) melalui pemanfaatan lahan berupa tumpangsari (pemanfaatan lahan dibawah tegakan) serta pemanfaatan hasil hutan non kayu (HHNK) berupa perencekan dan pengambilan hijauan makanan ternak (HMT). Pemanfaatan lahan dan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar hutan telah memberikan kontribusi pada pendapatan keluarga masyarakat sekitar hutan. Di tahun 2009, dari kegiatan tumpang sari, pemanfaatan kayu bakar, agroforestry dan jasa lingkungan, tercatat telah memberikan koontribusi dengan kelas nominal sebesar Rp.7.687.000.000,-. (Laporan dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan 2010) Nilai aktual dari kontribusi ini jauh lebih besar, hal ini dikarenakan banyaknya data yang tidak tercatat atau dilaporkan. Kontribusi pendapatan dari kegiatan non hutan lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi dari kegiatan hutan (Tabel 59). Tabel 59 Data pendapatan masyarakat (responden) dari hasil hutan dan non hutan Desa Sukajembar
Desa Sukamekar
Desa Sukaratu
1.622.666,67
4.382.900
6.066.833,33
Total Kontribusi Rata-rata Pendapatan Berbasis Non Hutan (Rupiah/Tahun/orang)
20,79%
41,15%
40,03%
6.184.000
6.269.300
9.087.066,67
Total Kontribusi
79,21%
58,85%
59,97%
Jenis Pendapatan Rata-rata Pendapatan Berbasis Hutan (Rupiah/Tahun/orang)
Sumber: Data penelitian 2010
Tabel 59 menunjukkan kontribusi dari kegiatan kehutanan memiliki persentase lebih kecil dari kegiatan non hutan dalam meningkatkan pendapatan. Kontribusi pendapatan berbasis hutan memiliki persentase 20,79% untuk masyarakat Desa Sukajembar, 41,15% untuk masyarakat Desa Sukamekar dan 40,03% untuk masyarakat Desa Sukaratu. Kontribusi ini masih lebih kecil dari kontribusi pendapatan dari kegiatan non hutan dengan rata-rata kontribusi 79,21% untuk masyarakat Desa Sukajembar, 58,85% untuk masyarakat Desa Sukamekar dan 59,97% untuk masyarakat Desa Sukaratu (Lampiran 10,11 dan 12). Jika dihitung rata-rata pendapatan masyarakat desa Sukajemabar masih berada
103
dibawah UMR kota Cianjur yang memiliki besaran Rp.743.500. Hal ini menjadi dorongan tersendiri bagi masyarakat dan pihak perhutani untuk meningkatkan kegiatan yang dapat menambah pendapatan rumah tangga masyarakat namun tetap masih menjaga keamanan lingkungan serta terhindar dari kerusakan hutan.
104
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Kegiatan PHBM yang dilakukan oleh Masyarakat Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu yang bekerjasama dengan Perum Perhutani menurut kawasan yang dikerjasamakan dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan di dalam kawasan hutan dan kegiatan di luar kawasan hutan. Kegiatan di dalam kawasan hutan meliputi kegiatan penanaman tanaman pokok Perhutani, penebangan, tumpangsari dan menanam kopi sedangkan kegiatan di luar kawasan meliputi ternak kambing dan ternak sapi serta kegiatan dibidang sosial (pembangunan sarana umum). 2. Masyarakat Desa Sukajembar, Sukamekar dan Sukaratu sebesar 85,56% memiliki persepsi yang tinggi terhadap kegiatan PHBM dan manfaat hutan. Persepsi ini mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu berada pada kriteria Rendah sedangkan partisipasi masyarakat Desa Sukamekar berada pada kriteria Sedang. 3. Faktor internal masyarakat yang mempengaruhi persepsi masyarakat Desa Sukajembar dan masyarakat Desa Sukaratu yaitu pengalaman bertani, sedangkan masyarakat Desa Sukamekar dipengaruhi oleh pengalaman bertani dan jenis pekerjaan masyarakat. Berbeda halnya dengan tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukajembar yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dalam kegiatan berbasis PHBM, sedangkan partisipasi masyarakat Desa Sukamekar dipengaruhi oleh jenis pekerjaan dan tingkat partisipasi masyarakat Desa Sukaratu dipengaruhi oleh pendidikan formal yang pernah ditempuh. Faktor eksternal seperti luas lahan milik memiliki peranan dalam pembentukan persepsi dan partisipasi pada Desa Sukajembar dan Desa Sukaratu sedangkan Desa Sukamekar tidak dipengaruhi oleh luas lahan milik. 6.2 Saran 1. Perlu adanya peningkatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan mengenai PHBM oleh pihak Perum Perhutani 2. Perlu adanya partisipasi aktif dari berbagai pihak untuk mensukseskan kegiatan berbasis sistem PHBM bukan hanya dari pihak kehutanan saja.
105
DAFTAR PUSTAKA Allen
IE, Seaman CA. 2007. Likert Scale and Data Analyses. http://www.asq.org/quality-progress/2007/07/statistics/likert-scales-anddata-analyses.html [10 Jan 2010].
Awang S.A., Wahyu T.W., Baiatul H., Ambar A., Ratih M.S., Solehuding dan Antonius N., 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan. http://www.cifor.cgiar.org. [25 Juni 2010]. Aziz N A. 2006. Partisipasi Masyarakat dalam Program GNRHL : Kasus di Desa Senagalih dan Pamalayan, Kecamatan Boyongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. [Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Farhan A. 2010. Tingkatan Motivasi. Kedah. akhmadfarhan.wordpress.com [19 Maret 2009]. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai [Disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Kartasubrata J. 1986. Partisipasi rakyat dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan di Jawa (Studi social di daerah kawasan hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi). Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Mangkunegara AK. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasdian FT. 2003. Materi Kuliah Pengembangan Masyarakat. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Natalia P. 2005. Kajian Kemitraan antara Perum Perhutani dengan Petani Melalui Program PHBM (Kasus di Desa Cibeber II, RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang KPH Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ramadyanti MN. 2009. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Corporate Social Responcibility (CSR) PT. Unilever Indonesia (Studi Kasus Program Jakarta Green and Clean (JGC) 2007) [Skripsi]. Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bogor: Fakultas Ekologi Manusi. Institut Pertanian Bogor. Nurlaela S. 2004. Faktor-faktor yang berhungan dengan tingkat partisipasi dalam proyek reboisasi pola hutan kemasyarakatan (HKm): Kasus Desa Triwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. [Perum Perhutani] Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Negara Indonesia. 2001. Keputusan Direksi Perum Perhutani Tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Jakarta: Perum Perhutani.
106
[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Negara Indonesia. 2002. Keputusan Direksi Perum Perhutani Tentang Pedoman Berbagi Hasil Hutan Kayu. Jakarta: Perum Perhutani. [Perum Perhutani] Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Negara Indonesia. 2009. Keputusan Direksi Perum Perhutani Tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Jakarta: Perum Perhutani. [Perum Perhutani] Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Negara Indonesia KPH Cianjur. 2010. Laporan Hasil Monev Implementasi PHBM Bidang PHBM & lingkungan dan PKBL Biro Kelola SDH. Cianjur: KPH Cianjur. [Perum Perhutani] Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Negara Indonesia KPH Cianjur. 2010. Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL). Cianjur: KPH Cianjur. Pujo . 1997. Upaya Pengembangan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada PT. Kiani Lestari, Kabupaten kutai, Provinsi Kaltim [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sari SM. 2007. Analisis tingkat kepuasan karyawan terhadap kinerja karyawan terhadap kinerja program keselamatan & kesehatan kerja [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung : Andi Media. Sianturi J. 2007. Sikap dan Partisipasi Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang (Studi Kasus di Desa Batu Layang Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Singarimbun., Masri dan Sofian E. 1995. Metode Penelitin Survei. Jakarta : LP3S. Indonesia. Sitanggang HA. 2009. Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sudaryanto, Ahmad H., Andi S. 1987. Persepsi Hak Pengusahaan Hutan Terhadap Sisitem Tebang Pilih Indonesia. Penelitian Pengelolaan Sumber Kehutanan Berwawasan Lingkungan Kerjasama Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suharjito D., Khan A., Djatmiko W.A., Sirait M.T., Evelyna S. 2000. Karakteristik Pengelolaan Hutan Berbasiskan Masyarakat. Yogyakarta : Aditya Media. Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
107
Susiatik T. 1998. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Pengembangan Masyarakat Desa Hutan Terpadu (PMDHT) di Desa Mojorebo Kecamatan Wirosari Kabupaten Dati II Grobogan Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Tilaar H A R. 1997. Pengembangan SDM era globalisasi: Visi, Misi dan program pendidikan dan pelatihan menuju 2020. Jakarta: PT Grasindo. Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dalam Motivasi. Jakarta. Ghalia Indonesia.
108
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkodean karakteristik responden, persepsi dan partisipasi Desa Sukajembar Responden Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30
Usia 4 4 5 1 4 3 2 3 5 4 5 3 5 3 4 4 3 3 2 3 3 3 5 2 5 2 3 1 4 2
Pendidikan 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Jumlah keluarga 2 3 5 1 3 2 2 2 3 3 4 2 4 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 3 2 3 1 3 1
Pendapatan 4 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pengalaman 1 2 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1
Jenis pekerjaan 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
Luas lahan milik 5 1 4 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Persepsi 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
Perencanaan 5 5 3 4 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2
Pelaksanaan 5 5 3 4 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 4 3 3 2
Pemanfaatan 5 5 2 4 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1
Partisipasi 5 5 3 4 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2
109
110
Lampiran 2 Pengkodean karakteristik responden, persepsi dan partisipasi Desa Sukamekar
Responden Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30
Usia 4 4 3 2 4 3 3 1 1 4 4 5 5 4 2 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4
Jumlah keluarga
Pendidikan 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 4 3 2 3 2 2 1 2 5 3 4 3 3 3 5 4 5 3 2 3 3 5 3 3 5 4 3 2 5
Pendapatan non hutan 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2
Pengalaman bertani 2 2 1 1 3 1 1 1 1 2 3 4 3 2 1 1 3 1 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3
Jenis pekerjaan 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1
Luas lahan milik
Persepsi 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5
Perencanaan 3 3 3 3 5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4
Pelaksanaan 3 3 4 3 5 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 2 3
Pemanfaatan 1 1 2 1 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3
Partisipasi 3 3 3 3 5 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4
Lampiran 3 Pengkodean karakteristik responden, persepsi dan partisipasi Desa Sukaratu
Responden Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30
Usia 5 4 3 3 2 5 3 3 4 3 3 3 5 5 5 5 5 3 4 3 5 4 4 3 1 3 5 1 5 5
Pendidikan 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
jumlah keluarga 3 3 5 3 2 4 2 2 5 3 2 3 4 3 5 2 3 5 4 3 5 4 3 3 1 5 3 1 2 4
pendapatan non hutan 1 1 1 1 1 1 1 3 1 5 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1
Pengalaman bertani 5 2 1 1 1 5 1 1 3 3 1 1 4 3 4 3 2 1 2 1 3 3 4 1 1 1 3 1 4 2
Jenis Pekerjaan 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1
Luas Lahan Milik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Persepsi 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Perencanaan 3 3 3 2 3 2 2 5 2 4 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
Pelaksanaan 4 3 3 2 2 2 2 4 2 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2
Pemanfaatan 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Partisipasi 3 2 2 2 2 2 2 5 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
111
112
Lampiran 4 Pendapatan masyarakat Desa Sukajembar dari kegiatan hutan Responden 1
2
3
4
5
6
7
Komponen 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 3.Komoditi Harga Nilai 4.Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.15000 Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.15000 -
6 bulan
Tahunan -
Cabai Rp 20.000/kg Rp 150.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp. 750.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.50.000 Cabai Rp. 20.000/kg Rp. 3.500.000 Tomat Rp.2000/kg Rp.90.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.20.000
Tahunan (Rp/Tahun) -
0
Cabai 300000 Rp.300.000 Cabai Rp.1.500.000 Singkong
0
0
1600000
Rp.100.000 Kayu Bakar 180000 Rp.180.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Cabai Rp.7.000.000 Tomat Rp.180.000 Singkong Rp.40.000
7400000
Lanjutan lampiran 4 Responden 8
9
10
11
Komponen 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 3.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 3.Komoditi Harga Nilai 4.Komoditi Harga Nilai 5.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.15000 Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.15000 Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.15000 -
6 bulan Cabai Rp. 20.000/kg Rp. 1.300.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.100.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.200.000 Cabai Rp. 20.000/kg Rp.1.200.000 Kol Rp.2000/kg Rp.100.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.20.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.200.000 Cabai Rp. 20.000/kg Rp.1.200.000
Tahunan Kayu Bakar
Tahunan (Rp/Tahun)
Rp.180.000 Cabai Rp.2.600.000 Singkong
3380000
Rp.200.000 Pisang Rp.400.000 Kayu Bakar 180000 Rp.180.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Cabai Rp.2.400.000 Kol 3220000 Rp.200.000 Singkong Rp.40.000 Pisang Rp.400.000 Cabai 2900000 Rp.2.400.000
113
114
Lanjutan Lampiran 4 Responden 11
12
13
14
15
16
17
18
Komponen 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 3.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai
Harian -
-
Mingguan -
-
Bulanan Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.15000
-
6 bulan Cabai Rp. 20.000/kg Rp.1.200.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.50.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.200.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1.360.000
Cabai Rp.20.000/kg Rp.600.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1000.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1000.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.500.000 -
Tahunan Cabai
Tahunan (Rp/Tahun)
Rp.2.400.000 Singkong 2900000 Rp.100.000 Pisang Rp.400.000 Cabai 2720000 Rp.2.720.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Cabai
1380000
Rp.1.200.000 Cabai 2000000 Rp.2000.000 Cabai 2000000 Rp.2000.000 Cabai
0
1000000 Rp.1.000.000 -
0
Lanjutan Lampiran 4 Responden 19
20
21
22
23
24
25
Komponen 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 3.Komoditi Harga Nilai 4.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.15000 -
6 bulan Cabai Rp.20.000/kg Rp.400.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.700.000 Cabai Rp. 20.000/kg Rp. 800.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.50.000 Pisang Rp.50.000/kg Rp.100.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.700.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.900.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.600.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.100.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1.200.000
Tahunan Cabai
Tahunan (Rp/Tahun) 800000
Rp.800.000 Cabai 1400000 Rp.1.400.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Cabai Rp.1.600.000 Singkong
2080000
Rp.100.000 Pisang Rp.200.000 Cabai 1400000 Rp.1.400.000 Cabai 1800000 Rp.1.800.000 Cabai Rp.1.200.000 Pisang
1400000
Rp.200.000 Cabai 2400000 Rp.2.400.000
115
116
Lampiran lanjutan 4 Responden 26
27
28
29
30
Komponen 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 3.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 3.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 1.Komoditi Harga Nilai 2.Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15000/ikat Rp.30.000 -
6 bulan Cabai Rp. 20.000/kg Rp.500.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.50.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.200.000 Cabai Rp. 20.000/kg Rp.560.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.30.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.150.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.500.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.200.000 Padi Rp.5000/kg Rp.1.850.000 Padi Rp.5000/kg Rp.350.000
Tahunan Cabai
Tahunan (Rp/Tahun)
Rp.1.000.000 Singkong 1500000 Rp.100.000 Pisang Rp.400.000 Cabai Rp.1.120.000 Singkong Rp.60.000 Pisang Rp.300.000 Cabai
1480000
Rp.1.000.000 Pisang Rp.400.000 Padi
1400000
Rp.3.700.000 Kayu Bakar
3700000
Rp.360.000 Padi Rp.700.000
1060000
Lampiran 5 Pendapatan masyarakat Desa Sukamekar dari kegiatan hutan Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.960.000 Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.128.000 Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.800.000
6 Bulan -
Tahunan Kopi Rp.3000/kg Rp.1.750.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.875.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.400.000 Sadap Pinus Rp.11.520.000 Sadap Pinus Rp.1.536.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.700.000 Sadap Pinus Rp.9.600.000
Total (Rp/Tahun)
1750000
0
1055000
180000
1580000
11520000
2236000
10090000
117
118
Lanjutan lampiran 5 Responden 8
9
10
11
12
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.800.000 Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.480.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.640.000 Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.768.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000
6 Bulan Cabai Rp.20.000/kg Rp.700.000 Sawi Rp.1000/kg Rp.50.000 Tomat Rp.2000/kg Rp.600.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1000.000
Tahunan Sadap Pinus Rp.9.600.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.490.000 Sadap Pinus
Total (Rp/Tahun)
10090000
Rp.5.760.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.350.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Sadap Pinus Rp.7.680.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.700.000 Cabai
6290000
8380000
Rp.1.400.000 Sawi Rp.100.000 Tomat Rp.1.200.000 Cabai
11916000
Rp.2.000.000
2400000
Lanjutan lampiran 5 Responden 12
13
14
15
16
17
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 -
6 Bulan Cabai Rp.20.000/kg Rp.1000.000 Tomat Rp.2000/kg Rp.200.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.600.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.2000.000 Kol Rp.2000/kg Rp.200.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.900.000 -
Tahunan Cabai
Total (Rp/Tahun)
Rp.2.000.000 Tomat Rp.400.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.700.000 Cabai Rp.1.200.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.700.000 Cabai
2580000
700000
1900000
Rp.4.000.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.7.000.000 Kol Rp.400.000 Cabai Rp.1.800.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.050.000
11400000
0 2850000
119
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai
120
Lanjitan Lampiran 5 Responden 18
19
20
21
22
23
24
25
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp. 640.000 -
6 Bulan Cabai Rp.20.000/kg Rp.150.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1000.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.180.000 Cabai Rp.20.000 Rp.600.000 -
Tahunan Cabai Rp.300.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.050.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.400.000 Cabai
Total (Rp/Tahun)
300000
1050000
1400000
Rp.1.000.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.400.000 Singkong Rp.360.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.17.500.000 Sadap Pinus Rp.7.680.000 Cabai Rp.1.200.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.875.000
2760000
17500000
7680000
0
2235000
Lanjutan lampiran 5 Responden 25
26
27
28
29
30
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000
6 Bulan Cabai Rp.20.000 Rp.600.000 singkong Rp.1000/kg Rp.80.000 Cabai Rp.20.000 Rp.445.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.80.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1.300.000 kol Rp.2000 Rp.200.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.1000.000
Tahunan Cabai
Total (Rp/Tahun)
Rp.1.200.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.875.000 Singkong Rp.160.000 Cabai
2235000
Rp.890.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.10.500.000 Singkong Rp.160.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.700.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Cabai
11550000
700000
3500000
Rp.2.600.000 Kol Rp.400.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.925.000
3000000
3205000
121
122
Lanjutan Lampiran 5 Responden 30
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 -
6 Bulan Singkong Rp.1000/kg Rp.1000.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.600.000 Tomat Rp.2000/kg Rp.40.000
Tahunan Kopi Rp.3000/kg Rp.1.925.000 Cabai
Total (Rp/Tahun)
Rp.1.200.000 Tomat Rp.80.000
5385000
Lampiran 6 Pendapatan masyarakat Desa Sukaratu dari kegiatan hutan Responden 1
2
3
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 4. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 4. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 -
6 Bulanan
Tahunan Kayu Bakar
-
Rp.180.000 Padi
Padi Rp.5000/kg Rp.2.500.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.500.000 ‐ ‐ ‐ Cabai Rp.20.000/kg Rp.600.000
Rp.5000.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.7.000.000 Singkong
13180000
Rp.1.000.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Cabai
Singkong Rp.1000/kg Rp.30.000 ‐ ‐ ‐ Cabai Rp.20.000/kg Rp.600.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.30.000
Total (Rp/Tahun)
Rp.1.200.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.875.000 Singkong Rp.60.000 Kayu Bakar
2315000 1440000
Rp.180.000 Cabai Rp.1.200.000 Singkong Rp.60.000
123
124
Lanjutan lampiran 6 Responden 4
5
6
7
8
9
10
11
12
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan -
6 Bulanan Jambu Biji Rp.1000/kg Rp.100.000
Tahunan Jambu Biji
Cabai Rp.20.000 Rp.400.000 Cabai Rp.20.000 Rp.800.000
Rp.200.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Cabai Rp.800.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.5.250.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.2.100.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.10.500.000 Cabai Rp.1.600.000
Total (Rp/Tahun)
3700000
3500000
4300000
5250000
0
3500000
2100000
10500000
16650000
Lanjutan lampiran 6 Responden 12
13
14
15
16
17
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 4. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000
6 Bulanan Cabai Rp.20.000 Rp.800.000 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Cabai Rp.20.000/kg Rp.500.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.120.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.1.400.000 -
Tahunan Cabai Rp.1.600.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.15.050.000 Kayu Bakar
Total (Rp/Tahun)
16650000
Rp.180.000 Cabai Rp.1.000.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.750.000 Singkong Rp.240.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.750.000 Cabai Rp.2.800.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.2.450.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.10.500.000 Kayu Bakar Rp.180.000
3170000
1750000
5250000
10500000
10680000
125
126
Lanjutan Lampiran 6 Responden 17
18
19
20
21
22
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai . Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Sadap Pinus Rp.1.600/kg Rp.640.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 -
6 Bulanan Cabai Rp.20.000/kg Rp.1.200.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.60.000 Cabai Rp.20.000/kg
Tahunan Kayu Bakar Rp.180.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.10.500.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Cabai
Total (Rp/Tahun)
10680000
3500000
Rp.2.400.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.750.000 Singkong Rp.120.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.700.000 Sadap Pinus Rp.7.680.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Kayu Bakar
4270000
700000
11180000
Rp.180.000 Cabai 11720000
Lanjutan lampiran 6 Responden 22
23
24
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 4. Komoditi Harga Nilai 5. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.30.000 -
6 Bulanan Cabai Rp.20.000/kg Rp.2000.000 Singkong Rp.1000/kg Rp.70.000 Pisang Rp.50.000/Tandan Rp.200.000 Cabai Rp.20.000/kg Rp.2000.000 Tomat Rp.2000/kg Rp.120.000 ‐ ‐ ‐ Cabai Rp.20.000/kg Rp.1.200.000 -
Tahunan Kayu Bakar
Total (Rp/Tahun)
Rp.180.000 Cabai Rp.4.000.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.7.000.000 Singkong Rp.140.000 Pisang Rp.400.000 Cabai
11720000
Rp.4.000.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Tomat Rp.240.000 Kayu Bakar
7740000 3980000
Rp.180.000 Cabai Rp.2.400.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.1.400.000
127
128
Lanjutan Lampiran 6 Responden 25
26
27
28
29
30
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian -
Mingguan -
Bulanan Kayu Bakar Rp.15.000/ikat Rp.15.000 -
6 Bulanan -
Tahunan Kopi Rp.3000/kg Rp.350.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.850.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.3.500.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.5.250.000 Kayu Bakar Rp.180.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.17.500.000 Kopi Rp.3000/kg Rp.10.500.000
Total (Rp/Tahun)
350000
3850000
3500000
5250000
17680000
10500000
Lampiran 7 Pendapatan masyarakat Desa Sukajembar dari kegiatan non hutan Responden 1
2
3
4
5
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai
Harian buruh Teh Rp.10.000/hari Buruh Serabutan Rp.20.000/hari buruh Teh Rp.16.000/hari Buruh Serabutan Rp.15.000/hari Buruh Serabutan Rp.15.000/hari Pembuat Aren Rp.20.000/hari -
Mingguan -
Bulanan Buruh teh Rp.250.000 Buruh Serabutan Rp.600.000 Buruh Teh Rp.200.000 Buruh Serabutan Rp.300.000 Buruh Serabutan Rp.150.000 Pembuat Aren Rp.600.000 -
6 Bulanan -
Tahunan Pemilik kebun teh Rp.560.000/bulan Rp.6.720.000 Pemilik penggiling padi Rp.1.875.000/Bulan Rp.22.500.000 Buruh Teeh Rp.3.000.000 Buruh
Total (Rp/Tahun)
29220000
10200000
Rp.7.200.000 Buruh Teh Rp.4.800.000 Buruh Serabutan 10800000 Rp.3.600.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh Serabutan
0 11400000
Rp.1.800.000 Pembuat Aren Rp.7.200.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000
129
130
Lanjutan Lampiran 7 Responden 6
7
8
9
10
11
12
13
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Tani Rp.20.000/hari buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari
Buruh Tani Rp.10.000/hari Buruh Rp.10.000/hari pemetik teh Rp.5000/hari Buruh Rp.5000/hari Buruh Rp.15.000/hari -
Mingguan -
-
Bulanan Buruh Tani Rp.600.000 Buruh Rp.150.000 Buruh Rp.375.000 Anak Rp.200.000/bulan buruh Tani Rp.250.000 Buruh Rp.300.000 Buruh Rp.375.000 Anak Rp.300.000
6 Bulanan -
-
Tahunan Buruh Tani
Total (Rp/Tahun)
Rp.7.200.000 Buruh
7200000
Rp1.800.000 Buruh
1800000
Rp.4.500.000 Anak Rp.2.400.000 Buruh Tani Rp.3.000.000 Insentif Rp.50.000/bulan Rp.600.000 Buruh Rp.3.600.000 Pemetik Teh
6900000
3600000
3600000 300000
Rp.300.000 Buruh Rp.25.000/bulan Rp.300.000 Buruh Rp.4.500.000 Anak Rp.300.000/bulan Rp.3.600.000
300000
8100000
Lanjutan Lampiran 7 Responden 14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000 pembuat aren Rp.20.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.20.000/hari Buruh Rp.20.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.375.000 Buruh Rp.375.000 Pembuat Aren Rp.600.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.375.000 Buruh Rp.600.000 Buruh Rp.600.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.375.000
6 Bulanan -
Tahunan Buruh
Total (Rp/Tahun) 4500000
Rp.4.500.000 Buruh \ Rp.4.500.000 Pembuat Aren Rp.7.200.000 Anak Rp.100.000/bulan Rp.1.200.000 Buruh
4500000
8400000
5400000 Rp.5.400.000 Buruh 4500000 Rp.4.500.000 Buruh 7200000 Rp.7.200.000 Buruh 7200000 Rp.7.200.000 Buruh 5400000 Rp.5.400.000 Buruh 5400000 Rp.5.400.000 Buruh 4500000 Rp.4.500.000
131
132
Lanjutan Lampiran 7 Responden 24
25
26
27
28
29
30
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.17.500/hari Buruh Rp.15.000/hari -
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.525.000 Buruh Rp.450.000 -
6 Bulanan -
Tahunan Buruh Rp.5.400.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh
Total (Rp/Tahun)
7800000
5400000 Rp.5.400.000 Buruh 5400000 Rp.5.400.000 Buruh 6300000 Rp.6.300.000 Buruh 5400000 Rp.5.400.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Orang Tua Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000
2400000
2400000
Lampiran 8 Pendapatan masyarakat Desa Sukamekar dari kegiatan non hutan Responden 1
2
3
4
5
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 4. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.30.000/hari
Buruh Rp.30.000/hari -
Mingguan -
-
Bulanan Buruh Rp.150.000 Buruh Rp.600.000
Buruh Rp.600.000 -
6 Bulanan -
-
Tahunan Pemilik kebun Aren Rp.840.000/Bulan Rp.10.080.000 Aparat Desa (kaur pemerintahan) Rp.450.000/bulan Rp.5.400.000 sewa tanah Desa Rp.250.000/bulan Rp.3000.000 Buruh Rp.1.800.000 Aparat Desa (kaur umum) Rp.233.000/bulan Rp.2.796.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Sewa Tanah Desa Rp.250.000/bulan Rp.3000.000 Buruh Rp.7.200.000 Ternak Sapi Rp.800.000/ekr Rp.7.200.000 Buruh Rp.7.200.000 Ternak Sapi Rp.800.000/ekr Rp.7.200.000
Total (Rp/Tahun)
18480000
7479000
14400000
7200000
7200000
133
134
Lanjutan Lampiran 8 Responden 6
7
8
9
10
11
12
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.18.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.20.000/hari -
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.75.000 Buruh Rp.300.000 Buruh Rp.500.000 -
6 Bulanan -
Tahunan
Total (Rp/Tahun) -
0
Buruh Rp.5.400.000
5400000 -
0
Buruh Rp.900.000 Buruh Rp.3.600.000 Anak Rp.100.000/bulan Rp.1.200.000 Buruh Rp.6.000.000 Ternak domba Rp.600.000/ekor Rp.2.400.000 Anak Rp.100.000/bulan Rp.1.200.000 Ternak domba Rp.600.000/ekor Rp.2.400.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000
900000
4800000
9600000
4800000
Lanjutan Lampiran 8 Responden 13
14
15
16
17
18
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.10.000/hari buruh kebun the Rp.7.000/hari buruh kebun teh Rp.8.000/hari
buruh kebun teh Rp.18.000/hari buruh kebun teh Rp.10.000/hari
Mingguan -
-
Bulanan Buruh Rp.250.000 Buruh perkebunan Rp.210.000 Buruh perkebunan teh Rp.200.000
Buruh Kebun Teh Rp.450.000 Buruh kebun Teh Rp.250.000
6 Bulanan -
-
Tahunan Buruh
Total (Rp/Tahun)
Rp.3.000.000 Aparat Keamanan Rp.300.000/bulan Rp.3.600.000 Pelatih buruh teeh Rp.250.000/bulan Rp.3000.000 Buruh
9600000
Rp.2.520.000 Anak Rp.100.000/bulan Rp.1.200.000
3720000 -
0
Buruh pemetik teh Rp.2.400.000 Pengemudi angkot Rp.500.000/bulan Rp.6.000.000 Buruh kebun teh Rp.5.400.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh kebun teh Rp.3.000.000
8400000
7800000
9000000
135
136
Lanjutan Lampiran 8 Responden 18
19
20
21
22
23
24
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian buruh kebun the Rp.10.000/hari buruh kebun teh Rp.15.000/hari buruh kebun teh Rp.10.000/hari buruh tani Rp.15.000/hari buruh kebun teh Rp.18.000/hari buruh Rp.15.000/hari -
Mingguan -
-
Bulanan Buruh kebun Teh Rp.250.000 Buruh kebun teh Rp.300.000 Buruh kebun teh Rp.250.000 Buruh Tani Rp.375.000 Buruh Kebun Teh Rp.450.000 Anak Rp.100.000 Buruh Rp.150.000 Dagang Rp.900.000
6 Bulanan -
-
Tahunan Buruh kebun teh
Total (Rp/Tahun)
Rp.3.000.000 Dagang Rp.500.000/bulan Rp.6.000.000 Buruh kebun teh Rp.3.600.000 Anak Rp.100.000/bulan Rp.1.200.000 Buruh
9000000
4800000
Rp.3.000.000 Buruh Tani 7500000
Rp.4.500.000 Buruh kebun teh Rp.5.400.000 Anak
6600000
Rp.1.200.000 Buruh Rp.1.800.000
1800000 -
Rp.10.800.000
0
10800000
Lanjutan Lampiran 8 Responden 25
26
27
28
29
30
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai
Harian buruh Rp.15.000/hari buruh Rp.15.000/hari buruh kebun teh Rp.10.000/hari buruh Rp.15.000/hari buruh Rp.15.000/hari buruh kebun teh Rp.10.000/hari buruh Rp.15.000/hari -
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.375.000 Buruh Rp.375.000 Buruh Kebun Teh Rp.250.000 Buruh Rp.300.000 Buruh Rp.375.000 Buruh Rp.250.000 Buruh Rp.375.000 -
6 Bulanan -
Tahunan Buruh Rp.4.500.000 Buruh R.4.500.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh
Total (Rp/Tahun)
4500000
6900000
Rp.3.000.000 Buruh Rp.3.600.000 Buruh Rp.4.500.000 Dagang Rp.250.000/bulan Rp.3000.000 Buruh Rp.3.000.000 Buruh
6600000
7500000
3000000 9300000
Rp.4.500.000 Pengobatan Tradisional Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000
137
138
Lampiran 9 Pendapatan masyarakat Desa Sukaratu kegiatan non hutan Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.20.000/hari Buruh Rp.20.000/hari Buruh Rp.20.000/hari Buruh Rp.20.000/hari -
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.600.000 Buruh Rp.600.000 Buruh Rp.600.000 Buruh Rp.600.000 -
6 Bulanan Padi Rp.5000/kg Rp.3.020.000 -
Tahunan Buruh Rp.5.400.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp2.400.000 Buruh
Total (Rp/Tahun)
7800000
Rp.5.400.000 Buruh
5400000
Rp.7.200.000 Buruh
7200000
Rp.7.200.000 Buruh
7200000
Rp.7.200.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh
7200000
Rp.7.200.000 Padi
7200000
Rp.6.040.000 Aparat Desa Kaur Ekbang Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Istri Rp.1.200.000/bulan Rp.14.400.000
2400000
22840000
Lanjutan Lampiran 9 Responden 9
10
11
12
13
14
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 4. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.10.000/hari -
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.375.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.250.000 -
6 Bulanan Padi RP.5000/kg Rp.14.705.000 Cabe Rp.20.000/kg Rp.900.000 Padi Rp5000/kg Rp.7.300.000
Tahunan Buruh Rp.4.500.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000
Total (Rp/Tahun)
6900000
Rp.29.410.000
Rp.2.700.000 Wakil Ketua BPD Rp.450.000/bulan Rp.5.400.000 Tani Desa Rp.250.000/bulan Rp.3.000.000 Buruh
40510000
Rp.5.400.000 Buruh
5400000
Rp.5.400.000 Buruh
5400000
Rp.3.000.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000
5400000
Rp.14.600.000
14600000
139
140
Lanjutan Lampiran 9 Responden 15
16
17
18
19
20
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.15.000/hari
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.450.000 Buruh Rp.375.000
6 Bulanan Padi Rp.5000/kg Rp.1.460.000 -
Tahunan Buruh Rp.5.400.000 Anak Rp.300.000/bulan Rp.3.600.000 Padi Rp.2.920.000 Kadus II Rp.275.000/bulan Rp.3.300.000 Tani Desa Rp.250.000/bulan Rp.3.000.000 Kadus III Rp.691.000/bulan Rp.8.292.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh Rp.5.400.000 Aparat Desa Rp.800.000/bulan Rp.9.600.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh Rp.4.500.000
Total (Rp/Tahun)
9000000
9220000
10692000
5400000
12000000
4500000
Lanjutan Lampiran 9 Responden 21
22
23
24
25
26
27
28
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.25.000 Buruh Rp.20.000/hari Buruh Rp.17.000/hari Buruh Rp.15.000/hari Buruh Rp.20.000/hari Buruh Kebun Teh Rp.10.000/hari Buruh Rp.50.000/hari Buruh Rp.20.000/hari
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.375.000 Buruh Rp.625.000 Buruh Rp.500.000 Buruh Rp.425.000 Buruh Rp.375.000 Buruh Rp.600.000 Buruh Rp.200.000 Buruh Rp.1.250.000 Buruh Rp.500.000
6 Bulanan -
Tahunan Buruh Rp.4.500.000 Buruh Rp.7.500.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh
Total (Rp/Tahun)
4500000
9900000
Rp.6.000.000 Buruh
6000000
Rp.5.100.000 Buruh
5100000
Rp.4.500.000 Buruh
4500000
Rp.7.200.000 Buruh Rp.2.400.000 Anak Rp.200.000/bulan Rp.2.400.000 Buruh
12000000
Rp.15.000.000 Buruh
15000000
Rp.6.000.000
6000000
141
142
Lanjutan Lampiran 9 Responden 29
30
Komponen 1. Komoditi Harga Nilai 1. Komoditi Harga Nilai 2. Komoditi Harga Nilai 3. Komoditi Harga Nilai
Harian Buruh Rp.20.000/hari Buruh Rp.20.000/hari Buruh kebun Teh Rp.8.500 -
Mingguan -
Bulanan Buruh Rp.500.000 Buruh Rp.200.000 Buruh Rp.212.500 -
6 Bulanan -
Tahunan Buruh Rp.6.000.000 Buruh
Total (Rp/Tahun)
6000000
Rp.2400.000 Buruh Rp.2.555.000 Anak Rpp.200.000/bulan Rp.2.400.000
7350000
143
Lampiran 10 Pendapatan total masyarakat Desa Sukajembar No.
Responden
1
Responden 1
2
Responden 2
3
Responden 3
4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah Pendapatan Total
Rata-rata Pendapatan
Hutan
Rp/Tahun
Rp/Bulan
0
Non Hutan 29220000
29220000
2435000
10200000
10500000
875000
0
10800000
10800000
900000
Responden 4
0
0
0
0
Responden 5
1600000
11400000
13000000
1083333
Responden 6
180000
7200000
7380000
615000
1800000
9200000
766667
Responden 8
3380000
6900000
10280000
856667
Responden 9
180000
3600000
3780000
315000
Responden 10
3220000
3600000
6820000
568333
Responden 11
2900000
300000
3200000
266667
300000
Responden 7
300000
7400000
12
Responden 12
2720000
3020000
251667
13
Responden 13
1380000
8100000
9480000
790000
14
Responden 14
2000000
4500000
6500000
541667
15
Responden 15
2000000
4500000
6500000
541667
16
Responden 16
0
8400000
8400000
700000
17
Responden 17
1000000
5400000
6400000
533333
18
Responden 18
0
4500000
4500000
375000
19
Responden 19
800000
7200000
8000000
666667
20
Responden 20
1400000
7200000
8600000
716667
Responden 21
2080000
5400000
7480000
623333
Responden 22
1400000
5400000
6800000
566667
Responden 23
1800000
4500000
6300000
525000
Responden 24
1400000
7800000
9200000
766667
Responden 25
2400000
5400000
7800000
650000
Responden 26
1500000
5400000
6900000
575000
1480000
6300000
7780000
648333
21 22 23 24 25 26 27
Responden 27
28
Responden 28
1400000
5400000
6800000
566667
29
Responden 29
3700000
2400000
6100000
508333
30
Responden 30
1060000
2400000
3460000
288333
48680000
185520000
234200000
Distribusi
20,79
79,21
100
Rata-rata
1622666.67
6184000
Total
Pendapatan (Rp/Tahun)
144
Lampiran 11 Pendapatan total masyarakat Desa Sukamekar
No.
Responden
Pendapatan (Rp/Tahun)
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30
1750000 0 1055000 180000 1580000 11520000 2236000 10090000 6290000 8380000 11916000 2580000 700000 1900000 11400000 0 2850000 300000 1050000 1400000 2760000 17500000 7680000 0 2235000 11590000 700000 3500000 3000000 5385000
18480000 7479000 14400000 7200000 7200000 0 5400000 0
131487000 41,15 4382900
188079000 58,85 6269300
Hutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total Kontribusi Rata-rata
Non Hutan
900000 4800000 9600000 4800000 9600000 3720000 0 8400000 7800000 9000000 4800000 7500000 6600000 1800000 0 10800000 4500000 6900000 6600000 7500000 3000000 9300000
Jumlah Pendapatan Total
Rata-rata Pendapatan
Rp/Tahun
Rp/Bulan 20230000 7479000 15455000 7380000 8780000 11520000 7636000 10090000 7190000 13180000 21516000 7380000 10300000 5620000 11400000 8400000 10650000 9300000 5850000 8900000 9360000 19300000 7680000 10800000 6735000 18450000 7300000 11000000 6000000 14685000 319566000 100
1685833 623250 1287917 615000 731667 960000 636333 840833 599167 1098333 1793000 615000 858333 468333 950000 700000 887500 775000 487500 741667 780000 1608333 640000 900000 561250 153500 608333 916667 500000 1223750
145
Lampiran 12 Pendapatan total masyarakat Desa Sukaratu No.
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Kontribusi Rata-rata
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30
Pendapatan (Rp/Tahun) Non Hutan Hutan 13180000 7800000 2315000 5400000 1440000 7200000 3700000 7200000 3500000 7200000 4300000 2400000 5250000 7200000 0 22840000 3500000 6900000 2100000 40510000 10500000 5400000 16650000 5400000 3170000 5400000 1750000 14600000 5250000 9000000 10500000 9220000 10680000 10692000 3500000 5400000 4270000 12000000 700000 4500000 11180000 4500000 11720000 9900000 7740000 6000000 3980000 5100000 350000 4500000 3850000 12000000 3500000 15000000 5250000 6000000 17680000 6000000 10500000 7350000 182005000 272612000 40,03 59,97 6066833,33 9087066,67
Jumlah Pendapatan Total
Rata-rata Penghasilan
Rp/Tahun 20980000 7715000 8640000 10900000 10700000 6700000 12450000 22840000 10400000 42610000 15900000 22050000 8570000 16350000 14250000 19720000 21372000 8900000 16270000 5200000 15680000 21620000 13740000 9080000 4850000 15850000 18500000 11250000 23680000 17850000 454617000 100
Rp/Bulan 1748333.333 642916.6667 720000 908333.3333 891666.6667 558333.3333 1037500 1903333.333 866666.6667 3550833.333 1325000 1837500 714166.6667 1362500 1187500 1643333.333 1781000 741666.6667 1355833.333 433333.3333 1306666.667 1801666.667 1145000 756666.6667 404166.6667 1320833.333 1541666.667 937500 1973333.333 1487500
Lampiran 14 Implementasi Kegiatan LMDH Rimba Lestari Desa Sukajembar Kegiatan No
Program
Perencanaan
Pelaksanaan
Pemanfaatan
Kegiatan Dalam Kawasan
1
2
3
Panamanan Kopi
Panaman tembakau
Tumpang sari padi gogo, sayur mayur dan palawija
1.Merecanakan menanam tanaman kopi Arabika di petak 21 A, 21 D, 23 G dan 23 dengan luas 98,31 ha 2. merencanakan anggota yang berkeiginan untuk menanam kopi
1.Merecanakan menanam tanaman tembakau di petak dengan luas 98,31 ha 2. merencanakan anggota yang berkeiginan untuk menanam tembakau
1. merencanakan pembagian wilayah garapan 2. merencanakan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan dan cuaca 3.merencanakan jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan keuangan
1. membeli benih kopi 30 kg
2. menanam benih pada polibag 3.melakukan perawatan dengan menyiram, menyiangi dan setelah 2 bulan di semai
1. membeli benih tembakau
1. hasil panen nantinya akan di sharingkan sesuai dengan persentasi kesepakatan 2. hasil panen dapat menambah penghasilan masyarakat
1. hasil panen nantinya akan di sharingkan sesuai dengan persentasi kesepakatan
2. hasil panen dapat menambah penghasilan 2. menanam benih pada lahan kosong masyarakat 3.melakukan perawatan dengan menyiram, menyiang dan menjaga dari hama hewan dengan menggunakan sistem silvikultur
1. membeli benih tanaman palawija, padi gogo dan tumbuhan sayur
2. menanam benih pada lahan kosong 3.melakukan perawatan dengan menyiram, menyiang dan menjaga dari hama hewan dengan menggunkan sistem silvikultur
1. hasil panen akan di sharingkan sesuai dengan persentasi kesepakatan 2. hasil panen dapat dijual dan menambah penghasilan masyarakat serta memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
148
149
Lanjutan Lampiran 14 Kegiatan No
4
5
Program Penanaman tanamna pokok dari perhutani
Penebangan
Perencanaan 1. rapat merencanakan wilayah yang perlu diadakan penanaman
1. menerima benih yang diberikan oleh pihak perum untuk ditanam seperti jenis Pulai dan Rasamala
2. rapat mengenai pembagian upah 3. rapat mengenai pembagian kerja penanaman tergantung anggota dan luas wilayah 4. mengikuti penyuluhan dari perum perhutani
2. melaksanakan penanaman benih pada lahan persemaian
1. rapat merencanakan penebangan mulai dari alur jalan, pekerja dan pembuatan kesepakatan tertulis mengenai pembagian hasil penebangan
2. penentuan pekerja atau buruh borongan 3. merencanakan alur jalan pengangkutan 4. melakukan kerjasama dengan masyarakat yang lahan miliknya dilewati oleh jalan pengengkutan dengan menyepakati ganti rugi
Pelaksanaan
3. melakukan sistem silvikultur 4. setelah 3 bulan tanaman siap disemai 5. pembagian kelompok penanaman pembagian Wilayah
1. masyarakat melakukan tugas masing-masing yang telah disepakati 2. masyarakat atau buruh borongan memiliki tanggung jawab penuh dalam pengangkutan kayu dan diusahan seminimal mungkin mengurangi kecacatan kayu 3. setelah dikumpulkan maka kayu log di sortir dan dipsahkan sesuai dengan ukuran 4. setelah dilakukan pemisahan maka kayu log produksi untuk produksi perhutani yang akan dijual dan sisa limbahnya di berikan ke LMDH untuk diolah dan modal kegiatan
Pemanfaatan 1. setalah masa tanaman lebih dari 5 tahun maka ranting-ranting kering yang jatuh dari pohon dapat digunakan 2. pada tahun kelima akan dilakukan penjarangan pertama sehingga masyarakat dapat mendapatkan limbah penjarangan 3. penjarangan kedua juga mendapatkan limbah penebangan 4. penebangan produksi maka akan ada bagi hasil penebangan sesuai dengan kesepakatan
1. masyarakat mendapat pekerjaan dan penghasilan tambahan
2. hasil limbah dimanfaatkan sebagai modal usaha LMDH untuk memajukan masyarakat 3. ranting-ranting atau kayu bakar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga
4. hasil limbah penebangan digunakan sebagai modal sewa sekretariat LMDH
Lanjutan Lampiran 14 Kegiatan No
6
Program
Keamanan Hutan
Perencanaan 1.LMDH melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai peranan PHBM 2. mensosialisasikan kegiatankegiatan PHBM
Pelaksanaan
Pemanfaatan
1. melakukan pendekatan-pendekatan kepada masyarakat dan para anggota LMDH dalam menimbulkan sikap kesadaran akan pentingnya keberadaan hutan
1. tingkat pencurian kayu rendah dan hutan aman
2. melakukan kegiatan pemantauan Hutan
2. gangguan hutan sudah diminimalisirkan.
Kegiatan Diluar kawasan
7
8
Ternak kabing
bidang sosial
1. LMDH memberikan sosialisai kepada anggota maksud dan tujuan dari menernak kambing perorang 2. LMDH melakukan penyuluhan mengenai kegiatan ternak kambing setiap anggota LMDH 1. merencanakan memperbaiki jembatan dan jalan umum 2. merencanakan memperbaiki masjid
1. membeli kambing
2. menernak kambing sesuai dengan kesepakatan
1. membangun jembatan dan jalan 2. memperbaiki masjid
1. masyarakat mendapat pekerjaan dan penghasilan tambahan
2. masyarakat dapat pengalaman baru dibidang peternakan 3. bagi hasil sesuai kesepakatan 1. masyarakat dapat menggunakan jalan umum 2. masyarakat dapat menggunakan fasilitas umum ibadah
150
151
Lampiran 15 Implementasi Kegiatan LMDH Wana Sukamekar Desa Sukamekar Kegiatan No
Program
Perencanaan
Kegiatan didalam kawasan hutan Pananaman 1.Merecanakan menanam tanaman kopi Arabika 1 Kopi di petak 38c dengan Luas 6,30 Ha 2. Merencanakan anggota yang berkeiginan untuk menanam kopi
2
Tumpang sari padi gogo, sayur mayur dan palawija
1. merencanakan pembagian wilayah garapan 2. merencanakan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan dan cuaca 3.merencanakan jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan keuangan
3
Penanaman tanaman pokok dari perhutani
1. rapat merencanakan wilayah yang perlu diadakan penanaman
2. rapat mengenai pembagian upah 3. rapat mengenai pembagian kerja penanaman tergantung anggota dan luas wilayah
4. mengikuti penyuluhan dari perum perhutani
Pelaksanaan
1. membeli benih kopi 2. menanam benih pada polibag 3.melakukan perawatan dengan menyiram, menyiangi dan setelah 2 bulan di semai (sistem Silvikultur)
1. membeli benih tanaman palawija, padi gogo dan tumbuhan sayur
2. menanam benih pada lahan kosong 3.melakukan perawatan dengan menyiram, menyiang dan menjaga dari hama hewan
Pemanfaatan 1. hasil panen nantinya akan di sharingkan sesuai dengan persentasi kesepakatan 2. hasil panen dapat menambah penghasilan masyarakat
1. hasil panen akan di sharingkan sesuai dengan persentasi kesepakatan 2. hasil panen dapat dijual dan menambah penghasilan masyarakat serta memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
1. setalah masa tanaman lebih dari 5 tahun maka ranting-ranting kering yang jatuh dari pohon dapat digunakan 2. pada tahun kelima akan dilakukan 2. melaksanakan penanaman benih pada penjarangan pertama sehingga masyarakat lahan persemaian dapat mendapatkan limbah penjarangan 3. penjarangan kedua juga mendapatkan 3. melakukan sistem silvikultur limbah penebangan 4. penebangan produksi maka akan ada bagi hasil penebangan sesuai dengan 4. setelah 3 bulan tanaman siap disemai kesepakatan 5. pembagian kelompok penanaman pebagian wilayah 1. menerima benih yang diberikan oleh pihak perum untuk ditanam seperti Pulai
Lanjutan lampiran 15 Kegiatan No
5
Program
Penebangan
Perencanaan 1. rapat merencanakan penebangan mulai dari alur jalan, pekerja dan pembuatan kesepakatan tertulis mengenai pembagian hasil penebangan 2. penentuan pekerja atau buruh borongan
6
Keamanan Hutan
3. merencanakan alur jalan pengangkutan 4. melakukan kerjasama dengan masyarakat yang lahan miliknya dilewati oleh jalan pengengkutan dengan menyepakati ganti rugi 1.LMDH melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai peranan PHBM 2. mensosialisasikan kegiatankegiatan PHBM
Kegiatan Diluar kawasan 1. LMDH memberikan sosialisai Ternak kepada anggota maksud dan tujuan 7 Sapi dari menernak kambing perorang 2. LMDH melakukan penyuluhan mengenai kegiatan ternak kambing setiap anggota LMDH
Pelaksanaan
Pemanfaatan
1. masyarakat melakukan tugas masing-masing yang telah disepakati 2. masyarakat atau buruh borongan memiliki tanggung jawab penuh dalam pengangkutan kayu dan diusahan seminimal mungkin mengurangi kecacatan kayu
1. masyarakat mendapat pekerjaan dan penghasilan tamahan 2. hasil limbah dimanfaatkan sebagai modal usaha LMDH untuk memanjukan masyarakat 3. ranting-ranting atau kayu bakar dapat dimanfaatkan seagai bahan bakar rumah tangga
3. setelah dikumpulkan maka kayu log di sortir dan dipsahkan sesuai dengan ukuran
4. setelah dilakukan pemisahan maka kayu log produksi untuk produksi perhutani yang akan dijual dan sisa limbahnya di berikan ke LMDH untuk diolah dan modal kgiatan 1. melakukan pendekatan-pendekatan kepada masyarakat dan para anggota LMDH dalam menimbulkan sikap kesadaran 1. tingkat pencurian kayu rendah dan akan pentingnya keberadaan hutan hutan aman 2. gangguan hutan sudah 2. melakukan kegiatan pemantauan Hutan diminimalisirkan.
1. mendapat bantuan sapi yang merupakan bantian dari dinas peternakan kabupaten Cianjur sejumlah 50 ekor
2. menernak sapi sesuai dengan kesepakatan
1.menambah penghasilan masyarakat 2. memberikan pengalaman baru bagi masyarakat engenai bidang peternakan 3. bagi hasil atas kerjasama yang telah terjalin sesuai dengan kesepakatan
152
153
Lanjutan Lampiran 15 Kegiatan No 8
Program Bidang social
Perencanaan 1.merencanakan memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan 2.merencanakan memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan
Pelaksanaan
Pemanfaatan
1. membangun PAUD 2. memberikan bantuan ke madrasar berupa bahan bangunan semen senilai Rp 650.000 3. membangun Balai tempat belajar SD Sukarajin senilai Rp.450.000 3. membantu membangun MCK 4. membangun tempat kegiatan posyandu 5. membantu pengobatan kepada anggota LMDH senilai Rp.250.000
1. masyarakat memiliki bangunan PAUD 2. masyarakat memiliki bangunan balai pengajaran diluar bangunan sekolah 3. masyarakat memiliki tempat untuk kegiatan posyandu 4. masyarakat memiliki tempat MCK
Lampiran 16 Implementasi Kegiatan LMDH Ratu Kencana Desa Sukaratu Kegiatan No Program Perencanaan Kegiatan Didalam Kawasasn 1.Merecanakan menanam tanaman kopi Arabika di Pananaman petak 21 A, 21 D, 23 G dan 1 Kopi 23 dengan luas 98,31 ha 2. merencanakan anggota yang berkeiginan untuk menanam kopi
2
3
Tumpang sari padi gogo, sayur mayur dan palawija
Penanaman tanaman pokok dari perhutani
1. merencanakan pembagian wilayah garapan 2. merencanakan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan dan cuaca 3.merencanakan jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan keuangan 1. rapat merencanakan wilayah yang perlu diadakan penanaman 2. rapat mengenai pembagian upah 3. rapat mengenai pembagian kerja penanaman tergantung anggota dan luas wilayah
Pemanfaatan
1. membeli benih kopi 30 kg
1. hasil panen nantinya akan di sharingkan sesuai dengan persentasi kesepakatan
2. menanam benih pada polibag 3.melakukan perawatan dengan menyiram, menyiangi dan setelah 2 bulan di semai
1. membeli benih tanaman palawija, padi gogo dan tumbuhan sayur
2. menanam benih pada lahan kosong
2. hasil panen dapat menambah penghasilan masyarakat
1. hasil panen akan di sharingkan sesuai dengan persentasi kesepakatan 2. hasil panen dapat dijual dan menambah penghasilan masyarakat serta memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
3.melakukan perawatan dengan menyiram, menyiang dan menjaga dari hama hewan
2. melaksanakan penanaman benih pada lahan persemaian
1. setalah masa tanaman lebih dari 5 tahun maka ranting-ranting kering yang jatuh dari pohon dapat digunakan 2. pada tahun kelima akan dilakukan penjarangan pertama sehingga masyarakat dapat mendapatkan limbah penjarangan
3. melakukan sistem silvikultur
3. penjarangan kedua juga mendapatkan limbah penebangan
1. menerima benih yang diberikan oleh pihak perum untuk ditanam seperti Pulai
154
Pelaksanaan
155
Lanjutan Lampiran 16 Kegiatan No
4
Program
Penebangan
Perencanaan 4. mengikuti penyuluhan dari perum perhutani 1. rapat merencanakan penebangan mulai dari alur jalan, pekerja dan pembuatan kesepakatan tertulis mengenai pembagian hasil penebangan
2. penentuan pekerja atau buruh borongan 3. merencanakan alur jalan pengangkutan 4. melakukan kerjasama dengan masyarakat yang lahan miliknya dilewati oleh jalan pengengkutan dengan menyepakati ganti rugi
5
Keamanan Hutan
1.LMDH melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai peranan PHBM 2. mensosialisasikan kegiatankegiatan PHBM
Pelaksanaan 4. setelah 3 bulan tanaman siap disemai 5. pembagian kelompok penanaman pebagian wilayah
Pemanfaatan 4. penebangan produksi maka akan ada bagi hasil penebangan sesuai dengan kesepakatan
1. masyarakat melakukan tugas masing-masing yang telah disepakati 2. masyarakat atau buruh borongan memiliki tanggung jawab penuh dalam pengangkutan kayu dan diusahan seminimal mungkin mengurangi kecacatan kayu 3. setelah dikumpulkan maka kayu log di sortir dan dipsahkan sesuai dengan ukuran 4. setelah dilakukan pemisahan maka kayu log produksi untuk produksi perhutani yang akan dijual dan sisa limbahnya di berikan ke LMDH untuk diolah dan modal kgiatan 1. melakukan pendekatan-pendekatan kepada masyarakat dan para anggota LMDH dalam menimbulkan sikap kesadaran akan pentingnya keberadaan hutan
1. masyarakat mendapat pekerjaan dan penghasilan tamahan
2. melakukan kegiatan pemantauan Hutan
2. gangguan hutan sudah diminimalisirkan.
2. hasil limbah dimanfaatkan sebagai modal usaha LMDH untuk memanjukan masyarakat 3. ranting-ranting atau kayu bakar dapat dimanfaatkan seagai bahan bakar rumah tangga
1. tingkat pencurian kayu rendah dan hutan aman
Lampiran 17 Sketsa pembagian lahan garapan di lahan Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Sukajembar
156
Lampiran 18 Sketsa pembagian lahan garapan di lahan Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Sukamekar
157
Lampiran 19 Sketsa pembagian lahan garapan di lahan Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Sukaratu
158
Lampiran 22 Peta Lokasi Penelitian Desa Sukajembar, Kecamatan Sukanegara Selatan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
172
Lampiran 23 Peta Lokasi Penelitian Desa Sukamekar, Kecamatan Sukanegara Utara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
173
Lampiran 24 Peta Lokasi Penelitian Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
174