KAJIAN PENGARUH PANJANG CACAHAN (Chopped) SILASE RUMPUT MULATO (Brachiaria hybred cv. Mulato) TERHADAP TINGKAT KONSUMSI DAN KECERNAAN PADA TERNAK KAMBING
(Study on the Effect of Chopping Lenght of Mulato Grass Silage (Brachiaria Hybred cv. Mulato) on the Consumption and Digestibility For Goat) Andi Ella Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang Makassar email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian telah dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Gowa, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawe si Selatan, untuk mengetahui tingkat kesukaan dan kecernaan rumpu Mulato ((Brachiaria hybred cv. Mulato) pada ternak kambing. Rumput Mulato dipotong pada umur 2 minggu dan 3 minggu setelah pemotongan seragam, Selanjurnya diberi perlakuan pencacahan (chopper) dan tidak dicacah (unchopper), kemudian dibuat silase dengan menggunakan drum plastic dengan kapasitas 200-liter. Perlakuan selanjutnya adalah pemberian pada ternak untuk megetahui tingkat kesukaan dan tingkat kecernanya pada enam belas ekor ternak kambing jantan yang digunakan, dengan rata-rata berat awal 22 kg, ternak tersebut ditempatkan dalam kandang individu dengan perlakuan pakan silase rumput mulato yang dicencang dan tidak dicencang pada umur pemotongan yang berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pola faktorial, masing-masing 4 ulangan. Kotoran ternak ditimbang dikumpul dalam kantong plastic selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari di analisa. Hasil yang diperoleh tenyata kecernaan bahan kering (DM), protain kasar (CP), NDF dan ADF sangat nyata lebih tinggi (P <0,01) dari tanaman yang dipotong pada umur 3 minggu dibandingkan dengan tanaman yang dipotong pada umur 4 minggu. Perlakuan pencacahan rumput sebelum dibuat silase meningkatkan kecernaan (P <0,01) pada DM, CP, NDF, ADF dan hemiselulosa pada , dibandingkan dengan rumput yang tidak dicacah. Pengujian tingkat konsusmi ternak tidak memberikan perbedaan terhadap kecernaan bahan kering (DM) dari dua umur pemotongan rumput yang berbeda. Pencacahan rumput sebelum di buat silase meningkatkan konsumsi bahan kering (P<0,01) lebih tinggi 26% dibandingkan dengan yang tidak dicacah. Kata Kunci: Kecernaan, Konsumsi, Rumput Mulato, Pakan, Rumput tropis. PENDAHULUAN Rumput mulato ((Brachiaria hybred cv. Mulato) adalah salah satu rumput unggul hasil persilangan antara Brachiarish ruzizinensis clone 44-6 dengan Brachiariah brizantha cv. Mandu oleh Internationanis Centre for tropical Agriculture (CIAT) di Colombia (CIAT. 2001). Jenis rumput ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi, serta toleran terhadap kekeringan, sehingga sangat cocok dikembangkan pada daerah dengan bulan hujan yang pendek (Bahar,
92
2001). serta cepat pertumbuhannya kembali setelah digembalakan atau dipotong, juga kualitas gizinya sangat baik (Argel et al., 2007; Darmy et al., 2008) Di Indonesia jenis rumput ini telah banyak dikembangkan sebaga pakan ternak ruminansi. Menurut Syarif, dkk (2008), rata-rata produksi bahan kering rumput mulato dapat mencapai 5,16 t/th bila tumbuh pada kondisi tampa naungan, sehingga tidak menutup kemungkinan produksi hijauan akan berlebihan pada musim hujan. Namun bila dipotong pada saat tersebut sudah pasti kualitasnya tidak dapat dipertahankan pada jangka waktu yang lama. Maka dari itu untuk mempertahankan kualitas pakan tersebut maka dapat dilakukan melalu proses fermentasi berupa ensilase. Rumput yang sudah bentuk silase kualitannya dapat dipertahankan untuk beberapala lama kedepan. Hijauan pakan yang telah dibuat silase belum banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh petani, hal ini disebabkan karena petani masih lebih mudah menyiapkan hijauan yang tanpa melalui proses insilase. Mungkin saat ini belum terasa peting, tapi kedapan dengan semakin sulitnya memperoleh hijauan terutama dimusim kemarau, dan sebaliknya pada musing hujan hijauan masih bisa diperoleh lebih dari yang dibutuhkan, untuk mempertahankan kualitas hijauan yang berlebih agar dapat tahan lebih lama maka salah satu teknologi yang dapat dilakukan adalah pembuatan silase. Pada daerah yang memiliki empat musin, penggunaan rumput yang telah memlalui proses insilase telah banyak diberikan pada ternak. Umur tanaman pada saat dipotong sangat berpengaruh terhadap kualitas hijauan dan tingkat kecernaannya, telah diketahui secara luas bahwa kecernaan hijauan akan bekorelasi negatif dengan umur tanaman pada saat dipotong, dimana semakin tua umur tanaman rumput mengakibakan kecernaannya semakin menurun, selain itu pencacahan rumput yang diberikan pada ternak akan meningkatkan konsumsi pakan tersebut (Anderson, 1982). Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari tahap pertumbuhan tanaman pada saat pemotonga serta pencacahan pada kecernaan dan tingkat konsumsi rumput mulato silase oleh kambing jantan. MATERI DAN METODE Rumput Mulato ditanam di kebun percobaan (KP) Gowa, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan dengan menggunakan sobekan anakan (pols), Pemotongan seragam (uniform cut) pada saat tanaman berumur 30 hari (satu bulan) setelah tanam, selanjutnya dibiarkan bertumbuh dan dipotong kembali pada umur 3minggu dan 4-minggu (sebagai perlakuan), masing-masing perlakuan dipisah sebagian untuk dicacah (panjang 2-3 cm) dan sebagian tidak dicacah dan selanjutnya dibuat silase yang ditempatkan dalam drum plastic dengan kapasitas 200-liter, Bahan campuran dari silase adalah 4% dedak padi, 4 molasses dan 1% urea. Setelah dibiarkan selam 21 hari silase dibuka, diambil sampel untuk dianalasi untu mengetahui komposisi nutrisinya, teknik pembuatan silase pada tanaman makanan ternak telah dilaporkan oleh Panditharatne et al (1986). Uji tingkat konsumsi dan kecernaan dari dua perlakuan hijauan rumput mulato (dicacah dan tidak) dilakukan pada ternak kambing jantan sebanyak 16 ekor, dengan rata-rata berat badan 22-kg. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah pola Faktorial dan masing-masing perlakuan diberikan pada 4 ekor ternak kambing yang ditempatkan secara acak, pada kandang individu (4 ekor unutk tanaman pakan yang
93
dipotong 2 minggu dicacah, 4 ekor 2 minggu tdk dicacah, 4 ekor umur 3 minggu dicacah dan 4 ekor 3 minggu tdk dicacah), air minum disiapkan terus menerus. Pembiasaan makanan dilakukan selama tiga hari, maka didapatlah kemampuan komsumsi oleh ternak bekisar 458, 385, 452 dan 409 g bahan kering (DM) / hari, sehingga ditetapkan pada saat pengambilan data setiap ternak diberikan silase hijauan mulato 450 g berdasarkan bahan kering (DM) setiap hari. Pengumpulan data konsumsi dan kecernaan dilakukan selama 7-hari. Kotoran ternak dikumpul selanjutnya diovenkan untuk dianalisa (AOAC, 1980). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan analisis varians (Gomez and Gomez, 1984) HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi nutrisi silase rumput mulato Dari hasil analisa Laboratorium memperlihtakna bahwa perlakuan umur tanaman yang dipotong 3 minggu dan 4 minggu setelah pemotongan seragam tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap komposisi bahan keringngan silase, s (Tabel 1). Pada table tersebut juga terlihat bahwa prosentase kandungan protein dari tanaman yang dipotong pada umur 3 minggu nyata (P<0,05) lebih rendah dari tanaman yang dipotong pada umur 4 minggu, hal ini menujukkan bahwa dalam penelitian rumput mulato mempunyai batasan pertumbuhan yang optimum untuk menghasilkan komposisi nutrisi yang optimal. Pencacahan rumput mulato sebelum dibuat silase berpengaruh terhadap kandungan bahan kering, dimana apabila dicacah sebelum dibuat silase dapat meningkatkan komposisi bahan kering silase. Tabel 1. Komposisi Silase Rumput Mulato Parameter BK b PK b NDFa Pemotongan 3 minggu Pemotongan 4 minggu
ADF
CEL
HEMI
LIG
Tida dicacah
16.35d
13.75d
57.85d
46.35ab
35.85abc
11.85d
8.15a
Dicacah
19.35ab
17.15b
63.35a
45.05bc
35.75bc
18.55ab
7.25bc
Tida dicacah Dicacah
17.35c
17.45ab
58.05cd
42.55d
34.65c
15.85c
4.95d
19.15b
14.55cd
61.15b
43.95cd
33.15d
17.45b
6.75c
0.97
0.83
1.85
1.61
1.43
2.14
0.85
SE
Superscrip yang berbeda dalam kolom yang sama berbeda nyata * Dicacah dan tidak dicacah (P<0,05) * Interaksi Pemotongan dan pencacahan (P<0,05) BK = Bahan Kering LIG = Lignin PK = Protein Kasar SE = Standar Error NDF = Neuteral Detergen Fiber CEL = Cellulosa ADF = Acid Detergen Fiber HEM = Hemicellulosa
Tingkat konsumsi Tidak terlihat adanya pengaruh yang nyata antara umur pemotongan terhadap tingkat konsumsi bahan kering (DM) pada ternak kambing, perbedaan yang sangat nyata terlihat pada perlakuan dicacah lebih tinggi dari perlakuan yang tidak dicacah, baik pada pemotongan 3 minggu maupun pada pemotongan 4 minggu (Tablel 2). Hal ini dapat terjadi akibat pengaruh dari kualitas fermentasi hijauan yang sempurna
94
(Panditharatnet et al., 1986), juga hal yang sama terjadi pada tingkat kecernaan (Tabel 3). Dari hasil penelitian pada ternak domba yang dilaporkan Andderson (1982) bahwa umur kematangan silase tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat konsumsi dan kecernaan dari pakan yang dikonsusmsi. Tabel 2. Konsumsi Bahan Kering silase rumput mulato pada ternak kambing Pemotongan 3 minggu Parameter
Pemotongan 4 minggu Dicacah
Standar Erros
538b
Tidak di Cacah 435a
565c
24.3
51.85g
43.15f
53.65g
2.2
Dicacah
Gram/hari
Tida di Cacah 450a
Gram/Berat badan/hari
45.15f
Superscrip yang berbeda dalam baris yang sama berbeda sangat nyata *Dicacah dan tidak dicacah (P<0,01)
Dalam penelitian ini, mengidikasikan bahwa umur pemotongan yang lebih mudah (3 minggu) konsumsi bahan keringnya lebih tinggi apabila silase tidak dicacah dibandingkan dengan umur pemotongan yang lebih tua (4 minggu), meskipun perbedaan tersebut tidak berpengaruh nyata. Hasil ini menggambarkan bahwa tanaman hijauan pakan yang dipotong pada umur muda dapat meningkatkan daya konsumsi ternak (Andrerson, 1982). Pengaruh pencacahan terhadap tingkat komsumsi pakan oleh ternak kambing mungkin berhubungan erat dengan tingkat fermentasi yang lebih baik dari hijauan yang tidak dicacah (Panditharatnet et al., 1986,) Selanjutnya Anderson, (1982) mengatakan bahwa, hal ini juga kemungkinan bahwa dapat terjadi akibat tertundanya efektifitas degradasi dinding sel ternak yang menkonsumsi hijauan silase yang lebih panjang, dengan demikian, berarti waktu retensi di reticulum dari fraksi yang tidak tercerna akan lebih lama, sehingga konsumsi pakan berkurang, menurut Devendra (1977) dalam laporan penelitinnya mengatakan bahwa tingkat konsusmsi bahan kering dari rumput Guinea pada ternak kambing dan domba dari hijauan pakan yang dicacah lebih tinggi dari pada yang tidak dicacah. Ini disebabkan adalah karena bentuk fisik pakan tersebut. Pakan yang digiling dan bentuk pelet dapat menaikkan tingkat konsumsi, mempercepat pengunyahan dan dapat mengakibatkan perubahan beberapa kondisi fisiologis dalam rumen. Secara khusus, dilaporkan bahwa kerusakan pengolahan pakan akan mengakibatkan perubahan komponen struktural rumput sehingga hijauan lebih mudah diakses oleh proses pencernaan, dan akan mengurangi beberapa factor penghambat untuk dikonsumsi. Tingkat kecernaan Rumput mulato sangat disukai oleh ternak karena teksturnya lembut dan gizinya tinggi terutama kandungan proteinya dibandingkan dengan rumput gajah yang hanya berkisar 5-9% dari bahan kering (ACIAR, 2008), disamping itu ternak yang diberi pakan rumput mulato penampilannya sangat baik disbanding bila hanya diberi rumput alam. Menurut Marsetyo et al (2009) sapi Bali yang diberi rumput alam hanya dapat member pertambahan berat badan harian sebesar 193 g/hari, setelah pakannya diganti dengan rumput mulato maka pertambahan berat badan harian dapat mencapai 366 g/h.
95
Disamping faktor kualitas, tingkat kecernaan dan kesuakaan ternak terhadap suatu hijauan pakan juga dapat dipengaruhi dari umur pemotongan dan perlakuan pencacahan. Hasil penelitian rumput mulato yang dibuat silase sebagian besar memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap semua parameter nutrisi yang diuji (Tabel 3). Prosentase kecernaan bahan kering, protein, NDF, ADF dan fraksi lainnya dari silase rumput mulato sangat nyata lebih tinggi (P <0,01) untuk umur pemotongan 3minggu dibandingkan dengan umur pemotongan 4-minggu keatas. Nampaknya hal ini akan berlaku umum bahwa tingkat kecernaan hijauan pakan akan mengalami penurunan dengan meningkatnya umur tanaman (Devendra, 1977). Rendahnya kecernaan hijauan mulato yang dipotong umur 4 minggu pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan terjadinya ratio proporsi daun lebih rendah dari ratio proporsi batang. Perlakuan pencacahan tanaman sebelum di buat silase sanga nyata pengaruhnya terhadap meningkatnya kecernaan (P <0,01) bahan kering, protein, NDF, ADF dan fraksi lainnyaa pada ternak kambing jantan kecuali lignin pada pemotongan 3 minggu dan cellulose pada pemotongan 4 minggu (Tabel 3). Meningkatnya kecernaan rumput mulato mungkin disebabkan terjadinya proses fermentasi yang lebih baik, hal ini dilaporkan oleh (Panditharatnet et al., 1986), bahwa terjadi korelasi negatif antara meningkatnya panjang cacahan dengan kualitas fermentasi dalam pembuatan rumput silase, dimana dilaporkan bahwa panjang cacahan yang lebih pendek memungkinkan terjadinya pemadatan pada saat pembuatan silase, sehingga terjadi proses fermentasi yang lebih sempurna oleh microorganisme. Pada umumnya tingkat kecernaan silase yang dicacah lebih tinggi dari pada yang tidak dicacah ( Thomas et al., 1976). Tabel 3. Kecernaan silase rumput mulato pada ternak kambing Parameter Pemotongan 3 minggu(a) Pemotongan 4 minggu(b) SE
BK
PK
NDF
ADF
CEL
HEMI
LIG
Tida dicacah
59.35e
61.25e
57.05e
60.25e
67.45d
42.35f
37.45d
Dicacah
66.35c
67.65c
66.85c
66.65d
76.05c
67.55c
38.95cd
Tida dicacah Dicacah
55.95f
48.05f
52.95f
54.15f
65.55de
48.85e
33.05f
60.35d
69.35c
59.55d
85.95c
62.15fe
57.95d
35.35e
1.35
1.95
1.85
1.45
4.55
4.65
1.85
Superscrip yang berbeda dalam kolom yang sama berbeda sangat nyata *Pemotongan 3 minggu dengan 4 minggu (P<0,01) *Tidak Dicacah dan dicacah (P<0,01) *Interaksi Pemotongan dan dicacah (P<0,01) BK = Bahan Kering CEL = Cellulosa PK = Protein Kasar HEM = Hemicellulosa NDF = Neuteral Detergen Fiber LIG = Lignin ADF = Acid Detergen Fiber SE = Standar Error
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpukan bahwa, umur tanaman pada saat dipotong berpengaruh terhadap daya cerna, namun tidak berpengaruh terhadap
96
tingkat konsusmsi. Hijauan pakan mulato yang dicacah sebelum dibuat silase dapat meningkatkan konsusmsi dan kecernaan pada ternak kambing. DAFTAR PUSTAKA Anderson, R. 1982. Effect of stage of maturity and chop length the chemical composition and utilization of formic acid-treated ryegrass and formic acid silage by sheep. Grass Forage Sci. 27:139. Bahar, S. 2009. Introduksi rumput dan leguminosa untuk pakan ternak pada berbagai tipe lahan Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan.Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Vol.13 No.1 Hal.54-61. ACIAR. 2008. Strategies to increase growth of weaned Bali cattle. Final Report. Project number LPS 2004 023. AOAC. 1980. Official Methode of Analysis (12th ED.). Association of official Analytical Chemisth. Washington, D.C. Argel, J.P., Miles, J.W., Guiot, J.D., Cuadrado, H. and Lascano, C.E. 2007. Cultivar Mulato II (Brachiaria hybrid CIAT 36087), High Quality Forage Grass, Resistant to Spittlebug and Adapted to Well-Drained Acid Tropical Soils. CIAT, Columbia. CIAT. 2001. Tropical gasses and Legumes: Optimizing genetic diversity for multipurpose use. Annual Report, Project IP-5. CIAT, Columbia. Damry, Marsetyo, Quigley, S.P. and Poppi, D.P. 2008. Strategies to enhance growth of weaned bali (Bos sondaicus) calves of smallholders in Donggala District, Central Sulawesi. Journal of Animal Production 10:135-139. Damry, Marsetyo and Suharno Hi. Syukur. 2009. Growth, production and nutritive value of Brachiaria mulato as affected by Levels of urea fertilization. The 1st International Seminar on Animal Industry. Bogor, 23-24 November 2009 Devendra. C. 1977. Studies in the intake and digestibility of two varietas (Serdang and Coloniao) of Guinea grass (Panicum maximum) by goats and sheep. Mardi Res. Bull. 5(2):110. Gomez, K.A and Gomez, A.A. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Socond Edition. An International Rice Research Institute Book. A Wiley Intercience Publication. Marsetyo, Damry, and Suharno Hi. Syukur. 2009. Feed Intake, Digestibility and Live Weight Gain of Early Weaned Bali Calves Fed a Native Grass or Mulato Grass Supplemented or not with a Mixture of Rice Bran and Copra Meal. Proceeding of a national seminar on Pengembangan Sapi Bali Berkelanjutan dalam Sistem Peternakan Rakyat, Mataram 28 Oktober 2009. Panditharatne, S., V.G. Allen, J.P. Fontenot and M.N.C. Jayasuriya. 1986. Ensiling Characteristic of tropical grass as influenced by stage of growth additives and chopping length. J. Anim. Sci. 63: 197. Thomas, P. C., N. C. Kelly and M. K.. Wait. 1976. The effect of physical form of a silage on its voluntary consumption and digestibility by sheep. J. Br. Grassl. Soc. 31:19
97