STUDI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN JARING INSANG (GILL NET) DI KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI 1
Bernadus Manai Sikaraja, Alfian Zein2 dan Junaidi2 Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera Ulak Karang, Padang E-mail :
[email protected] 1
Abstract The objective of the study are analyze the socio-economic condition,ast the level of income and the level of welfare for the fishermen in the village of Muara Sikabaluan District of North Siberut. The method used in this study is a survey. Formula used to calculate income Salvatore (2001). The socio-economic condition to find out is used a qualitative descriptive analysis. as well as the poor criteria is used for the central body stats. Whereas to determine the level of fishermen is adjusted coordinating body of national family planning . The results showed that the respondents' level of education is low, already owned is their own homes. completeness of the respondents have been using electricity as a means of lighting and there have been fishermen who use TV, radio and newspapers as a means of information. The median income of fishermen are amounting to Rp 1,342,600 per month, respondents were coordinating body of national family planning welfare including welfare group II. Fishing households are not poor as much as 12.9%, not nearly poor as much as 5.6%, poor almost as much as 35.2% and poor as much as 46.3%. Key words : Socio-Economic Studies,Fisherman, North Siberut dalam masyarakat kita yang sangat intensif didera kemiskinan. Oleh karena itu, kemiskinan merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan kawasan pesisir (Kusnadi 2007). Kecamatan Siberut Utara sebagai kawasan pesisir dimana pada kawasan ini nelayannya memiliki karakteristik sosial ekonomi yang sama dan berbeda dengan kawasan pesisir lainnya didalam kehidupan sehari-hari mereka Nelayan di Muara pada umumnya menggunakan perahu tanpa motor berupa perahu dayung atau sampan . Pada tahun 2011 masyarakat nelayan di Siberut Utara mendapat bantuan mesin long tail sebanyak 90 unit dan untuk 90 nelayan dari DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, mesin perahu motor yang umumnya digunakan adalah mesin yang berkapasitas sebesar 5,5 PK dan 6,5 PK.
PENDAHULUAN Masyarakat nelayan yang bermukim di kawasan pesisir dikenal sebagai masyarakat yang paling tertinggal dalam berbagai sentuhan pembangunan selama ini. Khususnya pada kelompok nelayan tradisional yang dicirikan oleh teknologi produksi yang rendah, berakibat pada kemampuan akses terhadap produksi relatif rendah, yang mengakibatkan hasil produksi yang diperoleh rendah juga. Dengan adanya krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1997/1998, semakin diperparah kehidupan masyarakat di kawasan pesisir, yang mengarah pada kemiskinan (Zein, 2011). Studi tentang masyarakat nelayan sebagian besar berfokus pada aspek sosial ekonomi. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat nelayan merupakan salah satu kelompok sosial 1
Setelah mereka mendapatkan bantuan belum ada kajian tentang pengaruh bantuan mesin long tail kepada masyarakat nelayan disana, peneliti mengkaji tentang “Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Gill Net di Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai”.
pendidikan / pengetahuan, keadaan perumahan, kelengkapan rumah tangga, pengeluaran, tingkat kemiskinan dan tingkat kesejahteraan. Untuk menghitung pendapatan, digunakan analisa dengan rumus Salvatore, (2001). Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi digunakan analisa deskriftif kualitatif dengan melihat rata-rata dan persentase dari hasil data yang telah di tabulasikan berdasarkan tingkat pendidikan, perumahan, dan kelengkapan rumah yang telah diolah. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kemiskinan keluarga nelayan digunakan perbandingan rata-rata perkapita pengeluaran nelayan jaring insang dengan kriteria miskin digunakan BPS (2012). Untuk tingkat kesejahteraan nelayan jaring digunakan analisa deskriftif kualitatif dengan memperhatikan kehidupan responden dan membandingkan dengan ketetapan kriteria BKKBN, (2013).
Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi analisa tingkat pendapatan dan tingkat kesejateraan keluarga Nelayan Jaring Insang (Gill Net) di Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara. Sedangkan manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai panduan untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang perikanan tangkap dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai serta instansi terkait lain dalam merumuskan strategi model pemberdayaan masyarakat nelayan khususnya pada perikanan tangkap didaerah penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perikanan di Kecamatan Siberut Utara. Siberut merupakan sebuah pulau terbesar dari dari empat pulau di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terletak di lepas pantai daratan Sumatera Barat dengan luas wilayah 4.030 km2. Pulau Siberut terletak di sebelah selatan khatulistiwa di antara titik koordinat 01020’ - 20000’ LS dan 99000’ - 99040’ BT. Jarak antara pulau Siberut dan pulau Sumatera sekitar 155 km dengan melintasi Selat Mentawai. Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Siberut Utara tidak saja kaya akan potensi sumber daya hutannya yang masih terbilang perawan, akan tetapi juga kaya akan sumber daya kelautan dan perikanan.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, dimana dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan guna mendapatkan gambaran tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Desa Muara Sikabaluan kecamatan Siberut Utara. Metode penarikan sampel digunakan untuk mendapat keterwakilan (representativeness) dilakukan dalam bentuk acak (random), dimana responden dan elemen dalam sampel dapat menggambarkan keadaan dan ciri populasinya. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu meliputi data primer dan data sekunder, kemudian dari variabel sosial ekonomi penelitian ini yang akan di analisa sebanyak 7 (tujuh) variabel saja, antara lain ; tingkat pendapatan,
Pendapatan Nelayan Biaya investasi gill net terdiri atas; perahu penangkapan, motor perahu dan alat tangkap seperti pada Tabel 8.
2
Tabel 8. Biaya Investasi Alat Tangkap Perikanan Responden No 1 2 3
Total Investasi Perahu Tenaga Penggerak Alat Tangkap Jumlah Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2013
Total Investasi (Rp) 1.500.000 1.500.000 693.800 3.693.800
Total pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang selalu dilakukan oleh
responden dalam melakukan operasi penangkapan, seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Responden No 1
Biaya Tetap Biaya Penyusutan - Perahu 5 tahun - Motor perahu 5 tahun - Alat tangkap 3 tahun Jumlah Penyusutan 2 Biaya Perawatan - Perahu - Motor perahu - Alat tangkap Jumlah Perawatan Jumlah fixed cost No Biaya Tidak Tetap 1 Rokok 2 BBM Jumlah Total Total Cost (TC) Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
Biaya Total (Rp)
Biaya Total/ bulan (Rp)
300.000 300.000 231.300 831.300
5.000 5.000 6.400 16.400
200.000 150.000 150.000 500.000 1.331.300
16.700 12.500 12.500 41.700 58.100 169.200 901.100 1.070.300 1.128.400
Pendapatan rata-rata responden perbulan diperoleh dari usaha
penangkapan dan usaha diluar perikanan seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Responden per Bulan No
Trip
Total Cost
Jumlah 989 60.933.400 Rata-rata 18 1.128.400 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2013.
Nilai Produksi 118.085.000 2.186.800
Rata-rata trip penangkapan sebanyak 18 kali dengan nilai produksi sebesar Rp 2.186.800/ bulan. Pendapatan rata-rata responden sebesar Rp 1.342.600/bulan yang berasal dari pendapatan dibidang perikanan sebesar Rp 1.058.400/bulan dan pendapatan di luar perikanan sebesar Rp 365.500/bulan. Pendapatan responden terngantung
Pendapatan 57.151.600 1.058.400
Pendapatan Tambahan 15.350.000 365.500
Total Pendapatan 72.501.600 1.342.600
pada jumlah tripe. Faktor yang lain membuat pendapatan nelayan disebabkan oleh pengaruh musim dan cuaca. Pendapatan dari hasil melaut merupakan sumber pendapatan yang paling besar dan utama dibandingkan dengan pendapatan tambahan lain diluar dari usaha perikanan.
3
keluarga yang mempunyai tingkat pendapatan yang rendah. Untuk jumlah anggota keluarga responden berkisaran antara 3 sampai 6 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Jumlah Anggota Keluarga Responden Berdasarkan jumlah anggota keluarga sangatlah berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraannya, terutama pada
Tabel 11. Sebaran Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga ( Orang ) 1 3 2 4 3 5 4 6 Jumlah Sumber: Data Primer yang telah diolah 2013 No
Jumlah Responden ( Orang ) 11 25 15 3 54
Persentase (%) 20,37 46,29 27,78 5,56 100
pendidikan maka semakin besar pula kemampuan untuk menyerap pengetahuan yang ada. Tingkat pendidikan nelayan manyoritas hanya tamat SD, seperti pada gambar 7.
Pendidikan Tingkat pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam menentukan perkembangan suatu daerah dan mencari pekerjaan, karna semakin tinggi tingkat
Gambar 7 : Sebaran Tingkat Pendidikan Responden. Kondisi ini terjadi karena lemahnya dorongan orang tua untuk menyekolahkan atau memotivasi anaknya kejenjang yang lebih tinggi dengan alasan biaya sekolah mahal dan mereka merasa tidak mampu untuk membiayai anak-anaknya.
dibangun dipingir pantai dan berada disekitar pinggir jalan. Perumahan terbuat dari papan. Semua nelayan yang memiliki status rumah sendiri. Jenis dinding rumah terbuat dari kayu hal ini karena biaya material kayu lebih murah daripada semen. Pondasi rumah berasal dari batu karang hal ini karena nelayan di Muara Sikabaluan lebih dekat dengan laut sehingga mereka lebih mudah mengambil batu karang daripada batu kali. Jenis lantai terluar adalah kayu karena pada umumnya bentuk rumah nelayan responden adalah rumah
Perumahan Pada umumnya kondisi perumahan masyarakat nelayan di Desa Muara Sikabaluan cukup baik, karena mereka telah menyadari pentingnya memiliki rumah yang layak untuk keluarganya. Dari pengamatan langsung kondisi perumahan 4
panggung, sumber penerangan nelayan menggunakan listrik yang didapat dari PLN. Nelayan jaring insang masih ada sebagian yang membuang air besar di pantai hal ini dilakukan oleh nelayannelayan yang sudah tua dan adanya faktor kebiasan mereka yang sulit mereka tinggalkan. Sumber memanfaatkan sumur sebagai air minum maupun untuk mandi. Rumah yang besar dan luas merupakan idaman setiap orang untuk tempat tinggal keluarganya. Kenyamanan dan kebahagian dalam keluarga juga dipengaruhi oleh tempat tinggal. Nelayan di
Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut memiliki luas rumah yang cukup luas untuk bermain anak-anak mereka. kondisi ini karena mereka sering mengadakan pertemuan atau menjamu tamu diruma dan tempat anak-anak mereka juga senang bermain di teras rumah. Rumah yang besar sering digunakan untuk mengadakan pesta pernikahan baik yang dilakukan oleh keluarga dekat mereka maupun oleh mereka sendiri dan rumah besar sudah menjadi tradisi mereka yang turun temurun.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Luas Rumah Nelayan Responden No 1 2 3 4 5
Sumber :
Luas rumah (m 2)
< 34 35-40 41-50 51-60 61-70 Jumlah Hasil Pengolahan Data Primer, 20013
Jumlah Nelayan (Orang) 12 1 39 2 54
Persentase (%) 22,22 1.86 72,22 3,70 100
nelayan yang memiliki barang-barang penunjang/ pelengkap seperti sepeda motor, televisi dan radio. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 15
Kelengkapan Rumah Tangga Berdasarkan data wawancara dengan nelayan di Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara, sudah ada Tabel 15. Kepemilikan Harta Benda Responden
No Kepemilikan Harta Nelayan Jumlah nelayan (Orang) 1 Sepeda Motor 11 2 Televisi 30 3 Radio/tipe 40 Sumber : Data Survei Rumah Tangga Responden 2013
Dari Tabel 15 di atas terlihat bahwa nelayan yang sudah dapat mengakses informasi yang didapat dari luar. Informasi ini banyak didapat dari TV hal ini karna jumlah masyarkat yang memilki TV sebanyak 55,56 % artinya setengah dari mereka sudah memiliki TV. Selain TV, alat elektronik seperti radio juga menjadi sarana mereka untuk mandapatkan infomasi, dimana masyarakat sebagian sudah memiliki radio atau tipe.
Persentase (%) 20,37 55,56 74,07
Pengeluaran Rumah Tangga Karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk dapat mempertahankan sesuatu demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhankebutuhan itu meliputi kebutuhan makanan yaitu kebutuhan pangan. Untuk dapat mengetahui kebutuhan makanan dan non makanan dan lebih jelasnya tentang pengeluaran responden dapat dilihat pada Tabel 16.
5
Tabel 16. Total Pengeluaran Rumah Tangga Responden No 1 2
Jenis Pengeluaran Kebutuhan Makanan Kebutuhan Non Makanan Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
Total Pengeluaran (Rp) 445.800 364.300 810.000
Pengeluaran nelayan di Desa Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara untuk masing-masing keluarga mempunyai kebutuhan yang bervariasi tergantung dari jumlah anggota keluarga, umur, jenis kelamin dan jenis pekerjaanPendapatan yang didapat akan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pengeluaran meliputi untuk makanan dan non makanan. Pengeluaran makanan adalah pengeluaran yang mutlak atau harus dipenuhi oleh suatu rumah tangga atau masyarakat agar bisa hidup dengan layak (Hermawati, 2004).
(1). Tidak miskin adalah mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610. (2). Hampir tidak miskin dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp. 280.488 s/d Rp. 350.610 atau sekitar antara Rp. 9.350 s/d Rp. 11.687 per orang per hari. (3). Hampir miskin dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp. 233.740 s/d Rp. 280.488 atau sekitar antara Rp. 7.780 s/d Rp. 9.350 per orang per hari. (4). Miskin dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp. 233.740 ke bawah atau sekitar Rp. 7.780 ke bawah per orang per hari. (5) Sangat miskin (kronis) tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari.
Tingkat Kemiskinan Standar kemiskinan untuk yaitu:
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Persentase ( % ) 55,1 44,9 100
Persentase 35,2
Gambar 8 :
< 233740
Tidak Miskin Tidak Hampir Miskin
280488-233740
5,6 305610-280488
> 305610
12,9
46,3
Hampir Miskin
Miskin
Grafik Kriteria Tingkat Kemiskinan Nelayan Jaring Insang di Kecamatan Siberut Utara
Berdasarkan gambar 8 diketahui bahwa jumlah banyak nelayan jaring insang di Muara Sikabaluan yang tergolong hampir miskin dan miskin.
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Jaring Insang (Gill Net) Tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan seseorang baik sosial material maupun spiritual yang disertai dengan rasa keselamatan, 6
kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin. Nelayan di Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan psikologisnya antara lain: 1). beribadah menurut agama yang dianut. 2). Seluruh anggota keluarga makan 2 sehari. 3). Tidak ada lantai yang terbuat dari tanah. 4). Apabila anggota keluarga sakit dibawa kepuskesmas. 5). Sebagian nelayan telah memperoleh berita dari acara dari televisi dan radio. 6). Telah menggunakan transportasi berpergian. 7). Anggota keluarga (anak) sudah ada yang bersekolah. Namun nelayan jaring insang di Muara Sikabaluan belum dapat menabung di bank, hal karna belum adanya Bank di Kecamatan Siberut Utara. Berdasarkan hal ini, menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2013) bahwa nelayan jaring isang di Muara sikabaluan tergolong pada tingkat keluarga sejahtera tahap II, dimana kelompok keluarga sejahtera II adalah keluarga-keluarga yang di samping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti menabung dan memperoleh informasi.
yang sekolah dengan menggunakan biaya dari hasil melaut mereka. Hal ini karena adanya peningkatan pendapatan orang tua mereka dari hasil melaut. Menurut Tresnawati A, (2007) menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan nelayan Indonesia umumnya dan nelayan di desa Muara Siberut pada khususnya harus di antisipasi melalui program pendidikan untuk dapat memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang akan mereka terima. Pengeluaran untuk kebutuhan makanan lebih banyak dari kebutuhan non makanan. Hal ini juga karena dipengaruhi oleh bahan makanan mereka sudah banyak yang dibeli. Pengeluaran rumah tangga juga dapat menjadi indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga yaitu melihat pengeluaran biaya konsumsi dan non konsumsi. Seseorang akan mendahulukan kebutuhan konsumsi sehingga pada kelompok masyarakat yang sebagian besar pendapatannya secara perlahan akan menjadi pengeseran penurunan porsi untuk non konsumsi menandakan meningkatnya kesejahteraan. Pengeluaran rumah tangga sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi rumah tangga, umur dan jenis kelamin (Rosmiyati, 2005). KESIMPULAN DAN SARAN
Pembahasan Menurut Junaidi (2008) mengatakan bahwa nilai yang diberikan seseorang atas barang dan jasa atau disiapkan agar dibanyar untuk mendapatkan selera dan kesukaan individu amat penting dalam mempengaruhi jumlah yang dibanyar. Ketika jumlah unit barang atau jasa dikonsumsi meningkat, maka kesediaan membanyar untuk unit-unit tambahan barang tersebut menurun dan dimana nilai tambahan juga mempunyai sebuah dimensi waktu. Telah banyak dari responden yang bersekolah dan tidak ada lagi nelayan yang buta aksara. Anak-anak mereka sudah ada
Kesimpulan 1. Kondisi sosial nelayan seperti pendidikan mereka tergolong tamat SD. Untuk status kepemilikan rumah adalah milik sendiri, akses informasi dari luar, mereka mendapatkannya lewat TV,radio dan ada sebagian yang membaca dari Koran. 2. Rata-rata total pendapatan nelayan jaring insang Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara 1.342.600/bulan yang berasal dari usaha perikanan dan diluar usaha perikanan. 3. Rumah nelayan tidak miskin sebanyak 12,9%, hampir miskin sebanyak 5,6 %, hampir miskin sebanyak 35,2 %, dan 7
miskin sebanyak 46,3 %. Perbandingan tingkat kesejahtera nelayan jaring insang Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara menurut BKKBN, (2013) telah memenuhi golongan keluarga sejahtera tahap II yaitu; keluargakeluarga yang di samping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti menabung dan memperoleh informasi.
DAFTAR PUSTAKA BPS, 2012. Kemiskinan di Indonesia Diperkirakan Meningkat. BKKBN, 2013. Proyeksi penduduk indonesia 2010-2035 Hermawati. 2004. Analisis Social Ekonomi Masyarakat Nelayan Jaring Insang (Gill Net) Di Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.skripsi fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas bung hatta. Padang Junaidi. 2008. Ekonomi Sumber Daya Alam. Bung Hatta University Press. Padang. Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Pusat Penelitian Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Jember: Lembaga Penelitian Universitas Jember. 152 hlm. Rosmiaty. 2005. Peranan Wanita Nelayan dalam Ketahanan Pangan dan Gizi Keluarga di Desa Sikakap Kecamatan Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang Salvatore, D. 2001. Managirial Ekonomis DalamPerekonomian Global. Edisi Keempat Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta Tresnawati , A. 2007. Analisis Pendapatan Wanita Nelayan yang Melakukan Penangkapan Udang dengan Seser. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Bung Hatta. Zein, A. 2011. Wanita Nelayan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga .Bung Hatta University Press. Padang
Saran 1. Diharapkan kepada pemerintah daerah setempat/insatansi terkait untuk dapat memberikan penyuluhan kepada nelayan supaya bisa mengatur pengeluaran rumah tangga dan menghimbau untuk menabung sisa hasil pendapatan. 2. Perlu pembinaan kepada nelayan menuju taraf hidup perekonomian yang lebih baik sehingga masyarakat nelayan dapat hidup sejahtera. 3. Diharapkan pada pemerintah daerah agar memberikan solusi kepada nelayan agar memberikan pelatihan dalam mengolah atau menangani hasil tangkapan dengan baik dan membantu nelayan dalam memasarkan hasil tangkapan.
8