STUDI POLA OPERASI WADUK SELOREJO DENGAN PENINGGIAN LOW WATER LEVEL OPERASIONAL Kurdianto Idi Rahman, Donny Harisuseno, Rispiningtati Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Kondisi sedimentasi Waduk Selorejo saat ini dengan volume tampungan mati tersisa 1,71 juta m3 atau 13,99% dan profil sedimen dekat dengan intake. Hal ini beresiko terhadap PLTA apabila operasi waduk dilakukan sampai dengan elevasi Low Water Level (LWL) 606 m. oleh karena itu diperlukan studi pola operasi waduk dengan peninggian LWL untuk mengetahui pola operasi dengan LWL yang paling optimal terhadap water supply dan produksi listrik. Dalam studi ini membahas simulasi operasi waduk pada kondisi eksisting dan pada kondisi peninggian LWL pada elevasi 610 m, 611 m dan 612 m dengan elevasi awal 612 m dan sesuai LWL pada kondisi normal, basah dan kering. Dari simulasi pola operasi waduk tersebut dilakukan perbandingan produksi listrik untuk menentukan LWL yang paling optimal. Hasil analisa menunjukkan bahwa pola operasi waduk dengan peninggian LWL 610 m, 611 m dan 612 m bisa memenuhi kebutuhan outflow minimum di hilir sebesar 4 m3/det. Dan dari produksi energi listrik pada operasi waduk dengan peninggian LWL 612 m pada pola tahun normal didapatkan peningkatan sebesar 210,12 MWh atau 0,88 % terhadap kondisi eksisting sehingga dapat disimpulkan bahwa peninggian LWL pada elevasi 612 m adalah yang paling optimal. Kata kunci : sedimentasi, pola operasi waduk, LWL, produksi energi listrik.
ABSTRACT Sedimentation problem of Selorejo Reservoir mentioned the remaining reservoir dead capacity of 1.71 million m3 or 13.99% and sediment profile is near intake It is very risky for the hydropower when reservoir operation performed up to Low Water Level (LWL) of 606 m. Therefore, it is necessary to study the reservoir operations with increased LWL to the determine the reservoir operations with the most optimum LWL for Water supply and electricity. This study discusses the simulation of reservoir operation on the existing condition and on the increased LWL at an elevation of 610 m, 611 m and 612 m by initial elevation of 612 m and equal to LWL under normal, wet and dry conditions. By the simulation of the reservoir operation is performed the comparasion of electricity production to determine the most optimum LWL. The results of the analysis mentions that the reservoir operation with LWL elevation of 610 m, 611 m and 612 m able to meet the minimum outflow of the downstream requirements of 4 m3/s. Electricity production by reservoir operations with increased LWL of 612 m in normal condition obtain an increase of 210.12 MWh or 0.88% of the existing, so it can be concluded that the increased LWL up to 612 m is the most optimum. Keywords : sedimentation, reservoir operations, LWL, electricity production
1. PENDAHULUAN Permasalahan sedimentasi yang terjadi pada Waduk Selorejo merupakan masalah serius yang mengancam operasional waduk. Hasil pengukuran echosounding tahun 2011 menyebutkan kapasitas tampungan kotor terukur sebesar 38,25 juta m3 atau 61,40% dari rencana tampungan awal, tampungan efektif sebesar 35,73 juta m3 atau 72,94% dan tampungan mati sebesar 1,71 juta m3 atau
13,99%. Hasil pengukuran profil sedimen Waduk Selorejo menggambarkan bahwa lidah sedimen di waduk berjarak 300 meter dari intake. Hal ini menyebabkan operasi PLTA sangat riskan dan beresiko terhadap laju sedimen yang akan masuk ke intake apabila dilaksanakan sampai dengan elevasi Low Water Level (LWL) 606 m. Untuk mencegah agar lidah sedimen tidak semakin mendekati intake maka operasi PLTA dilakukan pada
elevasi yang lebih tinggi dari LWL. Kondisi ini otomatis akan berdampak pada tereduksinya kapasitas tampungan efektif Waduk Selorejo. Untuk itu diperlukan simulasi pola operasi waduk dengan peninggian LWL operasional. Maksud dari studi ini adalah untuk mengetahui gambaran operasi waduk apabila dilakukan peningian LWL operasional dengan melakukan simulasi operasi waduk. Dari simulasi tersebut dapat dianalisa bagaimana operasi waduk dan produksi energi listriknya apabila dilakukan peninggian LWL dan pada elevasi LWLberapa yang paling optimal. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui perbandingan operasi waduk kondisi eksisting dan kondisi simulasi dengan peninggian LWL dan besaran produksi energi listrik hasil simulasi tersebut.
2. METODE PENELITIAN Bendungan Selorejo terletak di Desa Pandansari Kecamatan Ngantang Kabupaten Malangyang membendung Kali Konto dan berada pada ketinggian ± 650 m diatas permukaan laut. Tujuan dan manfaat dibangunnya Bendungan Selorejo yaitu: 1. Pengendalian banjir maksimum (1000 tahun) sebesar 920 m3/det dapat dikendalikan menjadi 360 m3/det. 2. Irigasi dengan memberikan tambahan debit dimusim kemarau sebesar 4 m3/det pada daerah irigasi Pare dan Jombang, sehingga menambah luas daerah padi 5.700 Ha. 3. Pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 1 x 4,5 MW. 4. Manfaat lain untuk perikanan darat dan pariwisata.
Gambar 1. Lokasi Bendungan Selorejo Data-data yang diperlukan dalam studi ini meliputi: 1. Data debit inflow rata-rata dasarian Waduk Selorejo selama 30 tahun (tahun 1983–2012) 2. Data pola operasi dan produksi listrik Waduk Selorejo tahun 2012-2013.
3. Data teknis waduk dan lengkung kapasitas waduk. (Pengukuran tahun 2011) 4. Data profil sedimen waduk tahun 2011. 5. Data Teknis Bendungan Selorejo. Langkah-langkah pengolahan data untuk menganalisa ketersediaan air dan kebutuhan air yang ada perlu dilakukan sebagai berikut:
1. Disusun 2 (dua) pola dalam setahun, yaitu Pola Musim Hujan (Desember s/d Mei) dan Pola Musim Kemarau (Juni s/d Nopember). Dimana Pola Musim Hujan diawali dari kondisi muka air waduk rendah (LWL) sampai dengan muka air waduk tinggi (HWL). Sebaliknya Pola Musim Kemarau diawali HWL sampai dengan LWL. 2. Dalam setiap periode pola (MH, MK) dibagi dalam interval waktu dasarian (10 harian), dan dihitung debit andalannya (inflow) serta kebutuhan airnya. 3. Perumusan model simulasi dengan menggunakan MS. Excel. 4. Dari hasil simulasi didapatkan produksi energi listrik tiap tahun. Simulasi pola operasi waduk menggunakan simulasi tampungan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Kondisi waduk awal simulasi. Dalam studi ini tampungan awal yang digunakan adalah tampungan efektif dari waduk pada akhir operasi tahun 2012 yaitu pada akhir bulan Nopember 2012 sesuai dengan POWAA Tahun 2013. 2. Luas genangan waduk diambil dari data karakteristik waduk dan diperlukan untuk memperoleh nilai kehilangan air di waduk akibat evaporasi. 3. Menentukan debit masukan inflow di waduk Debit masukan didapatkan dari besarnya debit andalan pada bulanbulan yang bersangkutan. Debit andalan yang digunakan merupakan debit andalan berdasarkan tahun normal, basah dan kering. Debit inflow andalan Waduk Selorejo dihitung berdasarkan data historis sampai dengan tahun terakhir. 4. Menentukan kehilangan air di waduk akibat evaporasi. Kehilangan air akibat evaporasi di waduk sangat dipengaruhi oleh luas tampungan. Makin luas tampungan makin besar evaporasi yang terjadi.
5. Menentukan debit keluaran (outflow) dari waduk yang diperoleh dari besar debit optimal yang bisa digunakan dalam pembangkitan listrik. 6. Menghitung besarnya tampungan akhir. Tampungan akhir merupakan nilai dari tampungan awal ditambahkan dengan selisih antara debit inflow dan debit outflow. Pada awal perhitungan debit inflow ditambahkan dengan tampungan efektif, sedangkan debit outflow ditambah dengan nilai evaporasi. Dan untuk bulan selanjutnya nilai tampungan akhir bulan sebelumnya digunakan sebagai tampungan awal pada bulan itu. Jika tampungan awal kurang dari 0 maka berarti debit inflow tidak dapat memenuhi debit outflow. 7. Hasil Perhitungan Setelah semua data ketersediaan air (elevasi awal muka air waduk, tabel HV waduk, kebutuhan air) diperoleh, kemudian dilakukan simulasi ”Trial and Error” dengan menambah/mengurangi debit keluaran, maka akan diperoleh Pola Operasi Waduk Selorejo. 8. Cek apakah St+1 < tampungan efektif atau dibawah batas tampungan mati, maka dianggap tidak terjadi limpasan. 9. Jika St+1 > tampungan efektif, maka hitung limpasan dimana limpasan = St+1 dikurangi dengan tampungan efektif. 10. Proses tersebut berulang hingga pada tampungan akhir periode (1 tahun). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Debit Andalan Dari analisa perhitungan debit andalan metode Weibull dengan data historis debit inflow Waduk Selorejo selama 30 tahun didapatkan debit andalan periode dasarian masing-masing pola tahun basah (probabilitas 20%), tahun normal (probabilitas 50%) dan tahun kering (probabilitas 80%) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Debit Andalan Pola Tahun Bulan Peri Basah Normal Kering 50% 80% ode 20% 1 13.62 10.17 7.76 Des 2 14.10 9.87 7.48 3 13.24 10.16 7.84 1 14.70 12.95 10.17 Jan 2 15.51 12.32 9.62 3 17.92 14.77 9.63 1 22.22 15.72 12.50 Feb 2 19.27 15.56 11.42 3 19.50 16.29 12.83 1 18.29 15.56 12.80 Mar 2 19.83 13.87 12.67 3 16.91 14.61 10.83 1 17.23 13.45 11.76 Apr 2 17.32 14.03 10.99 3 14.74 12.50 9.63 1 12.71 11.05 9.24 Mei 2 11.60 9.88 8.12 3 11.42 9.51 7.83
Pola Tahun Bulan Peri Basah Normal Kering 50% 80% ode 20% 1 10.86 9.12 7.23 Jun 2 9.96 8.28 7.36 3 9.13 7.94 6.95 1 8.58 7.75 6.57 Jul 2 8.26 7.35 6.40 3 8.28 6.81 5.99 1 7.57 6.47 5.71 Agu 2 7.35 6.17 5.56 3 7.54 6.35 5.47 1 7.60 6.19 5.50 Sep 2 7.75 6.08 5.36 3 7.48 6.42 5.29 1 8.07 6.21 5.77 Okt 2 8.26 6.57 5.54 3 8.37 7.22 5.92 1 9.77 7.62 6.36 Nop 2 10.68 8.36 6.66 3 11.83 9.70 7.28 Sumber : perhitungan
2. Kehilangan air akibat evaporasi Besar nilai rerata evaporasi yang diperhitungkan berdasarkan data hasil pengamatan evaporasi tahun 2012 dan ditampilkan seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Evaporasi Perio de 1 2 3
Evaporasi (mm) Feb Mar Apr Mei 1.39 1.91 2.11 2.89 1.60 2.35 1.91 2.15 1.67 1.73 1.87 1.90
Jun 2.59 1.94 2.00
Perio Evaporasi (mm) Jul Agu Sep Okt Nop de 1 1.99 1.80 2.17 2.00 2.55 2 2.12 2.46 1.95 2.37 1.66 3 2.22 2.16 1.78 1.88 2.12
Des 1.94 2.04 2.59
Jan 1.58 2.20 2.26
Sumber : Data
3. Simulasi Pola Operasi Waduk dan PLTA Simulasi waduk digunakan untuk mengisi ketersediaan inflow yang dikorelasikan dengan kebutuhan. Pada tahap awal dilakukan simulasi pada kondisi pola operasi waduk eksisting untuk tahun 2013 (Musim Hujan Desember 2012 s/d Mei 2013 dan Musim Kemarau Juni s/d Nopember 2013). Kemudian simulasi kedua dengan kondisi peninggian LWL (elevasi 610 m, 611 m dan 612 m) dengan Pola Normal, Basah dan Kering serta pada elevasi awal = 612 m, elevasi awal = LWL dan elevasi awal = 606 m. Skenario simulasi tersebut di ilustrasikan seperti pada Tabel 3. Simulasi pola operasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar energi yang dihasilkan
untuk perbandingan pada kondisi eksisting dan kondisi peninggian LWL. Tabel 3. Skenario Pola Operasi No
Uraian
1 Pola Eksisting
Elev. Awal Elev. LWL (m) 606
612
610 611 612
Normal Basah Kering Normal Basah Kering Normal Basah Kering
610 611
610 611
Normal Basah Kering Normal Basah Kering
612
612
Normal Basah Kering
2 Pola Peninggian LWL (Elevasi awal = Pola eksisting) 3 Pola Peninggian LWL (Elevasi awal = Pola eksisting)
Pola Tahun
(m) 612
Normal
4. Ketentuan Umum Operasi Waduk Selorejo Ketentuan umum yang dipakai dalam operasi Waduk Selorejo berdasarkan Buku Manual Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Selorejo Tahun 2007 adalah sebagai berikut : a. Musim kemarau ditentukan antara bulan Juni s/d Nopember dan musim hujan antara bulan Desember s/d Mei. Air waduk dipakai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan membangkitkan tenaga listrik sepanjang tahun. b. Volume efektif sebesar 31.169.872 m3 dari elevasi 622,00 m sampai elevasi 606,00 m. Hubungan antara elevasi muka air waduk dan volume waduk seperti Gambar 2. c. Pemberian air irigasi yang diharapkan dari Waduk Selorejo sebagai tambahan debit air irigasi untuk daerah Pare dan Jombang pada musim kemarau sebesar 4 m3/det.
Gambar 2. Lengkung Kapasitas Waduk Selorejo
d. Operasi waduk dilaksanakan sesuai dengan pola operasi wadukwaduk dan alokasi air di DAS Kali Brantas yang disepakati dalam rapat Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) WS Brantas. 5. Pola Operasi Waduk Eksisting Pola operasi waduk eksisting adalah Pola Operasi Waduk dan Alokasi Air (POWAA) yang berlaku untuk operasi Waduk Selorejo pada tahun 2012/2013 yakni POWAA musim hujan tahun 2012/2013 (Bulan Desember 2012 s/d Mei 2013) dan POWAA musim kemarau tahun 2013 (Bulan Juni s/d Nopember 2013). Hasil analisa simulasi pola operasi waduk eksisting pada tahun normal dengan kondisi elevasi awal 612 m dan elevasi akhir 606 m didapatkan total energi listrik sebesar 23,882 MWh diilustrasikan seperti pada pada Tabel 4 dan Gambar 3. Tabel 4. Hasil Simulasi Pola Operasi Waduk Kondisi Eksisting
6. Pola Operasi Waduk dengan Peninggian LWL Hasil simulasi pola operasi waduk dengan peninggian LWL pada pola tahun normal, basah dan kering dengan elevasi awal = 612 m dan elevasi awal = LWL ditampilkan seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Hasil Simulasi Pola Operasi Waduk Dengan Elevasi Awal = 612 m No
Uraian
Satuan 3
1
Inflow Total
juta m
2
Inflow Minimum
m3/det
3
3
Inflow Maksimum
m /det 3
4
Outflow Total
juta m
5
Outflow Minimum
m3/det
6 7
Tahun Normal Tahun Basah Tahun Kering Kondisi Elevasi LWL Elevasi LWL Elevasi LWL Batas 610 m 611 m 612 m 610 611 612 610 611 612 316.71 316.71 316.71 390.47 390.47 390.47 256.46 256.46 256.46 6.08
6.08
6.08
7.35
7.35
7.35
5.29
5.29
5.29
16.29
16.29
16.29
22.22
22.22
22.22
12.83
12.83
12.83
317.75 316.38 314.91 375.70 374.36 373.66 257.45 256.09 254.62 8.00
8.00
8.00
9.25
9.25
9.25
7.00
7.00
7.00
Outflow Maksimum m /det 14.00 Spillout Total juta m3 0.00
14.00
14.00
14.90
14.90
14.90
9.25
9.25
9.25
0.00
0.00
15.70
15.70
14.93
0.00
0.00
0.00
3
Sumber : Hasil perhitungan
Tabel 6. Hasil Simulasi Pola Operasi Waduk Dengan Elevasi Awal = LWL No
Uraian
Satuan 3
1
Inflow Total
juta m
2
Inflow Minimum
m3/det
3
3
Inflow Maksimum
m /det 3
4
Outflow Total
juta m
5
Outflow Minimum
m3/det
6 7
Tahun Normal Tahun Basah Tahun Kering Kondisi Elevasi LWL Elevasi LWL Elevasi LWL Batas 610 m 611 m 612 m 610 611 612 610 611 612 316.71 316.71 316.71 390.47 390.47 390.47 256.46 256.46 256.46 6.08
6.08
6.08
7.35
7.35
7.35
5.29
5.29
5.29
16.29
16.29
16.29
22.22
22.22
22.22
12.83
12.83
12.83
315.05 314.97 314.91 378.20 376.86 375.30 254.74 254.68 254.62 8.00
8.00
8.00
9.25
9.25
9.25
7.00
7.00
7.00
Outflow Maksimum m /det 14.00 3 Spillout Total juta m 0.00
14.00
14.00
14.90
14.90
14.90
9.25
9.25
9.25
0.00
0.00
10.51
11.81
13.30
0.00
0.00
0.00
3
Sumber : Hasil perhitungan
7. Perbandingan Energi Listrik Pola Operasi Eksisting dan Hasil Simulasi Dari hasil simulasi operasi waduk pada pola tahun normal, basah dan kering dengan kondisi elevasi awal operasi = 612 m dan elevasi awal operasi = LWL, didapatkan hasil perbandingan energi listrik seperti berikut ini. Tabel 7. Perbandingan Total Inflow, Outflow dan Energi Hasil Simulasi(Elevasi awal = 612m) No
Uraian
Satuan
Tahun Normal Eksisting
Tahun Normal
Tahun Basah
Tahun Kering
LWL 610 LWL 611 LWL 612 LWL 610 LWL 611 LWL 612 LWL 610 LWL 611 LWL 612 m m m m m m m m m 316.71 316.71 316.71 390.47 390.47 390.47 256.46 256.46 256.46
1 Total Inflow
juta m3
316.71
2 Total Outflow
juta m3
322.14
317.75
316.38
314.91
375.70
374.36
373.66
257.45
256.09
1.66
1.74
1.77
1.81
1.86
1.86
1.88
1.79
1.81
3 Total Evaporasi juta m
3
4 Total Spillout
juta m
3
5 Total Energi
MWH
254.62 1.83
0.00
0.00
0.00
0.00
15.70
15.70
14.93
0.00
0.00
0.00
23,882
23,997
24,024
24,092
28,508
28,493
28,491
20,046
20,026
19,995
Sumber : Perhitungan
Tabel 8. Perbandingan Total Inflow, Outflow dan Energi Hasil Simulasi(Elevasi awal = LWL) 1 Total Inflow
Tahun Tahun Normal Tahun Basah Tahun Kering Normal Eksisting LWL 610 LWL 611 LWL 612 LWL 610 LWL 611 LWL 612 LWL 610 LWL 611 LWL 612 316.71 316.71 316.71 390.47 390.47 390.47 256.46 256.46 256.46 juta m3 316.71
2 Total Outflow
juta m3
No
Uraian
Satuan
3 Total Evaporasi juta m3
Gambar 3. Grafik pola operasi waduk eksisting
4.00
3
4 Total Spillout
juta m
5 Total Energi
MWH
Sumber : Perhitungan
322.14
315.05
314.97
314.91
378.20
376.86
375.30
254.74
254.68
1.66
1.67
1.74
1.81
1.77
1.81
1.86
1.71
1.77
254.62 1.83
0.00
0.00
0.00
0.00
10.51
11.81
13.30
0.00
0.00
0.00
23,882
23,477
23,781
24,092
28,154
28,307
28,482
19,585
19,802
19,995
4.00
Tabel 9. Perbandingan Total Energi Listrik Kondisi Eksisting dengan Hasil Simulasi (Pola Tahun Normal) No
Elevasi LWL
Pola Eksisting (LWL = 606 m) Energi Listrik (MWh)
Elevasi awal = 612 m
Elevasi awal = LWL
Elevasi awal = 606 m
Energi Energi Energi Deviasi Deviasi Deviasi Listrik Listrik Listrik (MWh) (MWh) % (MWh) (MWh) % (MWh) (MWh) % 23,996.80 114.76 0.48% 23,477.12 -404.92 -1.70% 19,386.85 -4,495.19 -18.82%
1
(m) 610
2
611
23,882.04 24,024.02 141.98 0.59% 23,781.19 -100.85 -0.42% 19,366.49 -4,515.55 -18.91%
3
612
24,092.16 210.12 0.88% 24,092.16 210.12 0.88% 19,338.45 -4,543.59 -19.03%
Sumber : Perhitungan
4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil simulasi pola operasi waduk kondisi eksisting tahun 2013 didapatkan total inflow 316,71 juta m3, total outflow 322,14 juta m3 dan tidak terjadi spillout. Energi listrik yang dihasilkan sebesar 23.882 MWh. 2. Hasil simulasi pola operasi waduk dengan peninggian LWL adalah sebagai berikut: a. Pola operasi dengan elevasi awal = 612 m - Pola Tahun Normal Total inflow 316,71 juta m3. Pada LWL 610 m, total outflow 317,75 juta m3, tidak terjadi spillout danenergi listrik sebesar 23.996 MWh. Pada LWL 611 m, total outflow 316,38 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 24.024 MWh.Pada LWL 612 m, total outflow 316,71 juta m3 dan tidak terjadi spillout dan energi sebesar 24.092 MWh. - Pola Tahun Basah Total inflow 390,47 juta m3. Pada LWL 610 m, total outflow 317,75 juta m3, total spillout 15,70 juta m3 dan energi listrik sebesar 28.507 MWh.Pada LWL 611 m, total outflow 316,38 juta m3, total spillout 15,70 juta m3 dan energi listrik sebesar 28.492 MWh.Pada LWL 612 m, total outflow 316,71 juta m3, total spillout 14,93 juta m3 dan energi listrik sebesar 23.491 MWh. - Pola Tahun Kering
Total inflow 256,46 juta m3. Pada LWL 610 m, total outflow 257,45 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 20.046 MWh.Pada LWL 611 m, total outflow 256,09 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 20.026 MWh.Pada LWL 612 m, total outflow 254,62 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 19.995 MWh. b. Pola operasi dengan elevasi awal = LWL - Pola Tahun Normal Total inflow 316,71 juta m3. Pada LWL 610 m, total outflow 315,05 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 23.477 MWh.Pada LWL 611 m, total outflow 314,97 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 23.781 MWh.Pada LWL 612 m, total outflow 314,91 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 24.092 MWh. - Pola Tahun Basah Total inflow 390,47 juta m3. Pada LWL 610 m, total outflow 378,28 juta m3, total spillout 10,51 juta m3 dan energi listrik sebesar 28.153 MWh.Pada LWL 611 m, total outflow 376,86 juta m3, total spillout 11,81 juta m3 dan energi listrik sebesar 28.306 MWh. pada LWL 612 m, total outflow 375,30 juta m3, total spillout 13,30 juta m3 dan energi listrik sebesar 28.482 MWh. - Pola Tahun Kering Total inflow 256,46 juta m3. Pada LWL 610 m, total outflow 254,74 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 19.584 MWh.Pada LWL 611 m, total outflow 254,68 juta m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 19.802 MWh.Pada LWL 612 m, total outflow 254,62 juta
m3, tidak terjadi spillout dan energi listrik sebesar 19.995 MWh. 3. Pola operasi dengan peninggian LWL = 612 m adalah kondisi yang paling optimal karena total energi listrik yang dihasilkan lebih besar dari kondisi eksisting dan kondisi peninggian LWL pada 610 m dan 611 m. Adapun saran yang dapat diberikan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam pola operasi Waduk Selorejo dengan peninggian LWL ini diharapkan adanya studi optimasi bisa dilakukan dengan memperhitungkan pembangkitan listrik secara keseluruhan dalam sistem Cascading Selorejo Mendalan Siman.
8.
9.
10.
11. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1973. Kali Konto (Selorejo) Hydro-Power Station: Instruction Manual For Operation And Maintenance. Indonesia: Nippon Koei Co., Ltd. 2. Anonim. 1976. Completion Report on Selorejo Dam Project: Main Report Part 1. Indonesia: Ministry of Public Works and Electricity. 3. Anonim. 2004. Pengoperasian Waduk Tunggal (Pd T-25-2004-A). Jakarta: Puslitbang Sumber Daya Air Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 4. Anonim. 2007. Final Report onStrengthening of The Operation and Maintenance System for PJT I: Volume VII Data Book IV. Indonesia: Nippon Koei Co., Ltd. 5. Anonim. 2007. Manual Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Selorejo. Malang: Perum Jasa Tirta I. 6. Anonim. 2011. Laporan Akhir Pekerjaan Echo Sounding Waduk Selorejo. Malang: Perum Jasa Tirta I. 7. Anonim. 2012. Pola Operasi Waduk dan Alokasi Air (POWAA) Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Brantas
12.
13.
14.
15. 16.
17.
18. 19.
Musim Hujan Tahun 2012/2013 dan Musim Kemarau Tahun 2013. Surabaya: Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas. Djajasinga, V. 2012 Kajian Ekonomi Penanganan Sedimen Pada Waduk Seri di Sungai Brantas (Sengguruh, Sutami dan Wlingi). Tesis Tidak Dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Karamouz, M. 2003. Water Resources Systems Analysis. Florida, US: CRC Press LLC. Kreuze, J.F.P. 1978. Reservoir Operations. Delft, Netherland: International Institute For Hydraulic And Environmental Engineering. Legowo, Sri. Hadihardaja, I. K. & Azmeri. 2009. Estimation of Bank Erosion Due to Reservoir Operation in Cascade (Case Study: Citarum Cascade Reservoir). ITB Science Engineering Journal Vol. 41, No. 2, hlm. 148-166. Mays, L.W. & Tung, Y.K. 1992. Hydrosystems Engineering and Management. New York: McGrawHill Book Co. McMahon TA. 1978. Reservoir Capacity and Yield. New York: Elsevier Scientific Publishing Co. Sarono, E. & Asmoro, W. 2007. Evaluasi Kinerja Waduk Wadas Lintang. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. Sosrodarsono, S. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Suripin. 2004. Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset. Sutopo, W. 2010. Operasi Waduk Tunggal. Malang: CV. Asrori. http://www.tva.gov/power/hydro.htm (diakses 1 Agustus 2013).