STUDI PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN TATA AIR RAWA NON-PASANG SURUT, KECAMATAN DUSUN SELATAN, KABUPATEN BARITO SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Dico Nasrulloh1, Ussy Andawayanti2, Prima Hadi Wicaksono2 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1
[email protected] ABSTRACT Semakin pesatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, mengakibatkan semakin menurunnya perkembangan sektor pertanian sebagai suplai kebutuhan pangan nasional. Ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk domestik, menjadikan pengembangan area lahan pertanian baru wajib dilakukan, demi terwujudnya swasembada pangan. Alih fungsi lahan berupa rawa lebak sebagai area pertanian produktif merupakan solusi alternatif yang sangat menjanjikan. 1
Hasil yang diperoleh dari studi akhir ini berupa dimensi saluran drainasi dengan debit buangan sebesar 0.308 m3/dtk/ha. Saluran drainasi memiliki kemiringan dasar saluran 0.0002 dengan kemiringan talud 1 : 1 dan lebar dasar saluran 0.5 m – 1.5 m. Dengan bantuan pompa mampu membuang 664.444 m3 kiri dan 395.827 m3 kanan Pada saluran tersier drainasi menggunakan pintu skot balok, sedangkan pada saluran primer drainasi menggunakan pintu sorong. Kata Kunci: Saluran Drainasi, Rawa Lebak, HEC-RAS, Tata Air. ABSTRACT The Rapid conversion of agricultural land into residential land, resulting the decline in agricultural sector developments production as the supply of national food needs. Insufficiency of food production to fulfill the requirements of domestic population. Making the development of new agricultural plants area shall be for the realization of foodselfsufficiency. Land use such as lowland swamp as a productive agricultural land was a very promising alternative in the future. The result obtained from this study in the form of dimensional drainage channels. Discharge of drainage at 0.308 m3/sec. Drainage channel has a channel bottom slope 0.002 with a slope channel basic talud 1:1 and channel base width 0.5-1.5 m. By using the pump able to dispose of 664.444 m3 right and 395.827 m3 leftAt the tertiary drainage channels using scotch beams sluice gates, while in the primary drainage channel using the sliding sluice gates. Keywords: Drainage channels, Lebak Swamp, HEC-RAS, Water Management. PENDAHULUAN Laju pertambahan penduduk di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini akan mengakibatkan semakin mendesaknya kebutuhan akan pemukiman dan kebutuhan akan pangan. Namun dalam kenyataanya dua kebutuhan tersebut saling bertolak
belakang ketersediaanya. Semakin pesatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, mengakibatkan semakin berkurangnya suplai pangan, utamanya kebutuhan akan makanan pokok berupa beras. Sejak menurunnya perkembangan sektor pertanian dan membanjirnya beras impor yang memasuki pasar domestik
mengakibatkan turunnya gairah petani, menjadikan sistem ketahanan pangan nasional semakin melemah. Pemerintah Indonesia berusaha untuk menjembatani kesenjangan yang terjadi melalui peningkatan produktifitas tanaman padi dengan diversifikasi (penganekaragaman)pangan. Diversifikasi pangan adalah suatu proses pemanfaatan dan pengembangan suatu bahan pangan sehingga penyediaannya semakin beragam. Penambahan kebutuhan pangan juga dapat dilakukan dengan dua cara yaitu intensifikasi pertanian dan ekstensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaikbaiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit. Pada awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program Panca Usaha Tani, yang kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani. Sedangkan,ektensifikasi pertanian merupakan usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru, misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawarawa yang banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Studi ini akan dilakukan di Desa Teluk Mampun, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Propinsi Kalimantan Tengah dengan potensi luas lahan pertanian 126 Ha. Daerah studi merupakan lahan rawa non pasang surut (lebak). Lahan ini sudah dimanfaatkan seluas 60 Ha, namun terdapat berbagai kendala. Seringkali terjadi genangan air hujan dengan intensitas yang tinggi yang mengakibatkan tanaman padi mati
terendam air. Genangan air ini terkurung pada lahan karena kondisi lahan yang berupa cekungan, ditambah lagi belum tertatanya sistem irigasi dan drainasi secara baik pada kondisi eksisting. Desa Teluk Mampun secara topografi dapat diklasifikasikan sebagai wilayah yang relatif datar. Elevasi lahan berkisar antara + 14.00 m sampai dengan +18.00 m di atas muka air laut. Wilayah ini mempunyai sifat datar sampai bergelombang (cekungan) yang terkadang tergenang. Daerah di sekitar aliran Sungai Barito umumnya sering kali tergenang dan merupakan daerah endapan serta bersifat organik dan asam. Lokasi studi ini memiliki karakteristik tanah gambut. Solusi atas permasalahan yang dibahas dalam studi ini adalah : 1. Merencanakan sistem tata air yang tepat guna pada lokasi studi 2. Merencanakan desain dimensi dan bentuk saluran berdasarkan besaran debit pada sistem tata air tersebut 3. Merencanakan pola operasi pintu yang efisien 4. Menghitung pengaruh kekuatan pondasi cerucuk dalam menopang bangunan pintu sorong, beserta desain Tujuan dari studi ini adalah : 1. Sistem jaringan tata air pada lokasi studi. 2. Dimensi dan bentuk saluran rencana yang sesuai dengan sistem tata air pada lokasi studi. 3. Dimensi dan bentuk bangunan air yang sesuai dengan sistem tata air pada lokasi studi. 4. Pola pengoperasian pintu yang efektif. 5. Pondasi cerucuk yang mampu menambah daya dukung tanah terhadap beban bangunan air Manfaat dari tugas akhir ini sebagai informasi maupun masukan mengenai
pengelolaan air pada lahan rawa lebak (non pasang surut).
METODE Pengertian Rawa Rawa adalah suatu wilayah yang secara permanen atau temporal (musiman) tergenang air dikarenakan tidak adanya sistem drainasi alami atau drainasi kondisi eksisting yang terhambat. Rawa memiliki karakteristik struktur penyusun tanah berupa tanah gambut yang mengandung tingkat keasaman yang tinggi dan memiliki topografi yang relatif datar. Menurut jenisnya lahan rawa dibagi menjadi dua, yaitu: Rawa Pasang Surut Rawa pasang surut merupakan lahan rawa yang tergenang sepanjang musim dan tidak pernah kering. Genangan dpengaruhi oleh pasang surutnya air laut atau sungai besar disekitarnya. Rawa Non Pasang Surut (Lebak) Rawa Lebak merupakan daerah rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut sungai maupun air laut. Daerah rawa ini merupakan lahan tanah yang berbentuk cekungan dan dalam musim hujan seluruhnya digenangi air. Tetapi pada musim kemarau air tersebut berangsur-angsur kering dengan intensitas tertentu selama masa yang relatif singkat (1-2 bulan). Untuk daerah yang berada di dekat sungai atau air laut, air yang menggenangi derah rawa berasal dari luapan air sungai terdekat di sekitarnya, dan ada pula rawa yang mudah tenggelam terus-menerus akibat hujan sebelum melimpahkan airnya ke daerah sekitarnya. Berdasarkan ketinggian dan lamanya genangan, rawa lebak dibagi menjadi: Lebak Dangkal (Pematang) Lebak ini memiliki wilayah yang mempunyai tinggi genangan 25-50
cm. Wilayahnya mempunyai topografi yang relatif lebih tinggi dan merupakan wilayah yang paling dekat dengan tanggul. Jangka waktu genangan air relatif pendek, sehingga memiliki prospek cakupan tata guna lahan yang lebih luas. Lebak Tengah Lebak ini memiliki wilayah yang mempunyai tinggi genangan 50-100 cm. Wilayahnya mempunyai topografi yang lebih rendah daripada lebak dangkal dan merupakan wilayah antara lebak dangkal dan lebak dalam.
Lebak Dalam Lebak ini memiliki wilayah yang mempunyai tinggi genangan > 100 cm. Wilayahnya mempunyai topografi paling rendah sehingga jangka waktu tergenangnya relatif lama (tergenang terus-menerus).
Jaringan Tata Air Jaringan tata air yang akan digunakan dalam studi akhir ini adalah system tata air sisir. Sistem sisir merupakan pengembangan sistem anjir yang dialihkan menjadi satu sistem saluran utama atau dua saluran yang dibentuk sejajar sungai utama. Sistem saluran dipisahkan antara saluran pemberi air (irigasi) dan saluran drainasi. Pada setiap saluran tersier dipasang pintu air yang bersifat otomatis (aeroflapegate). Proses buka tutup pintu terjadi secara otomatis mengatur tinggi muka air sesuai dengan besarnya pengaruh pasang surut air sungai yang terjadi (Noor, 2001:104). Kelebihan sistem sisir : 1. Panjang saluran sekunder pada sistem sisir dapat mencapai 10 km. 2. Pada sistem sisir tidak dibuat kolam penampung pada ujung-ujung saluran sekunder sebagaimana system garpu
sehingga dalam perencanaannya lebih ekonomis Kelemahan sistem sisir : 1. Terjadinya air mati (dead water) di tengah-tengah saluran primer. 2. Endapan yang tinggi pada ujung saluran primer sehingga diperlukan suatu usaha pengerukan sedimen yang dilakukan secara rutin untuk mempertahankan sistem kinerja jaringan tata air yang effisien. Pemilihan sistem tata air sisir dalam studi ini berdasarkan : 1. Sistem saluran pada lokasi studi dipisahkan antara saluran pemberi air dan drainasi. Hal ini disebabkan karena lokasi studi merupakan rawa lebak yang tidak terpengaruh pasang surut. 2. Kondisi topografi dari lokasi studi yang kurang memungkinkan untuk digunakan sistem jaringan tata air selain sisir. Karena sungai yang ada di lokasi hanya satu buah dan sebagai hilir dari saluran drainasi rencana nantinya.
rancangan 3 harian dengan kala ulang 5 tahun digunakan untuk menghitung debit drainasi dan dimensi saluran. Karena kemungkinan ada kesalahan dalam pembacaan, alat pengukur curah hujan yang pindah lokasi atau alat rusak maka diperlukan adanya pengecekan data hujan dengan uji konsistensi data. Analisa Klimatologi Klimatologi adalah ilmu yang membahas dan menerangkan tentang iklim, bagaimana iklim itu dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Iklim sendiri adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun yang sifatnya tetap. Sedangkan cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifanya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dalam analisa klimatologi tentu memerlukan data klimatologi. Data klimatologi merupakan data-data dasar yang diperlukan untuk menentukan kebutuhan pokok tanaman akan air yang didasarkan pada keadaaan pola tanam yang ada. Data klimatologi yang 1. S yaitu curah hujan (r), diperlukan temperatur a(t), kelembaban udara (Rh), penyinaran matahari (n) dan kecepatan l(u).Untuk angin perhitungannya menggunakan metode Penmann. u r Eto = c . ET* a ET* = w (0,75 Rs – Rn-1) + (1 - w) f(u) (ea - ed)2. S
Gambar 1. Sistem Sisir 1. 2. 3. 4. 5.
Saluran Primer Saluran Sekunder Saluran Tersier Saluran Pelindung Sungai
Analisa Hidrologi Analisa Hidrologi dilakukan untuk mendapatkan besarnya curah hujan
Analisa Kebutuhan Air Pengaturan pola tata tanam diperlukan untuk memudahkan pengelolahan air agar air tanaman yang dibutuhkan tidak melebihi air yang tersedia. Pola tata tanam memberikan gambaran tentang waktu dan jenis tanaman yang akan diusahakan dalam satu tahun.
Pola tata tanam yang direncanakan untuk suatu daerah persawahan merupakan jadwal tanam yang disesuaikan dengan ketersediaan air. Secara umum pola tata tanam dimaksudkan untuk : 1. Menghindari ketidakseragaman tanaman. 2. Melaksanakan waktu tanam sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Menurut Hartoyo (Suhardjono, 1994:108), pola pengelolaan air didukung dengan dua macam kegiatan yaitu : a. Pada musim hujan (saat tanam padi) air digunakan untuk pencucian guna meningkatkan kualitas air dan tanah. Diadakan bangunan-bangunan pintu air di saluran sekunder untuk mengurangi hilangnya air dari lahan sawah dan bila diperlukan disertai dengan pembuatan dan pemerataan muka tanah. b. Pada musim kemarau (saat tanam palawija) air tanah dijaga dengan pengoperasian bangunan pintu di tersier untuk mengendalikan muka air tanah. Cu = k x Eto Dalam hal ini: Cu = Kebutuhan air tanaman (mm/hari) k = Koefisien tanaman Eto = Evaporasi potensial (mm/hari) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perhitungan Data hujan harian untuk analisa hidrologi diperoleh dari stasiun hujan Buntok dan stasiun hujan Tabak Kanilan yang terletak di Kabupaten Barito Selatan selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Dimana data hujan harian 2 stasiun ditampilkan pada lampiran.
Tabel 1. Data hujan maksimum rerata Tinggi Hujan (mm) Tahun 1 Harian 2 Harian 3 Harian 2004 75,000 112,350 128,950 2005 75,000 130,850 126,350 2006 60,000 100,600 113,350 2007 56,800 57,550 73,700 2008 55,550 108,250 118,500 2009 65,250 84,100 89,100 2010 62,500 96,750 99,250 2011 45,000 57,750 57,750 2012 52,500 92,600 120,250 2013 112,250 112,250 125,650 Sumber: Hasil Perhitungan Sedangkan data hujan 10 harian nantinya akan digunakan untuk menghitung curah hujan andalan (R80) yang akan digunakan untuk menghitung besarnya curah hujan efektif. Tabel 2. C.H 1 Harian Maks Tahunan No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2011 2012 2008 2007 2006 2010 2009 2004 2005 2013
Curah Hujan (mm) 45.00 52.50 55.55 56.80 60.00 62.50 65.25 75.00 75.00 112.25
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 3. C.H 2 Harian Maks Tahunan No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2007 2011 2009 2012 2010 2006 2008 2013 2004 2005
Curah Hujan (mm) 57.55 57.75 84.10 92.60 96.75 100.60 108.25 112.25 112.35 130.85
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4. C.H 3 Harian Maks Tahunan No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2011 2010 2009 2007 2004 2008 2006 2012 2013 2005
Curah Hujan (mm) 57.75 73.7 89.1 99.25 113.35 118.5 120.25 125.65 126.35 128.95
Tabel 7. Log Pearson Tipe III 3 Harian No
Tr
P(%)
1 2 3 4 5 6
2 5 10 25 50 100
50 20 10 4 2 1
K (tabel) 0,211 0,837 1,062 1,236 1,319 1,418
Xt (mm) Log X mm 2,03 108,20 2,11 128,08 2,13 136,07 2,15 142,62 2,16 145,84 2,18 149,76
Sumber: Hasil Perhitungan
4. +1 00 2. +1
Dari Hasil analisa pada tabel diatas nantinya akan digunakan dalam perhitungan curah hujan rancangan dengan metode Log Pearson Tipe III. Di bawah ini adalah hasil perhitungannya.
00
+1
6.
00
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 5. Log Pearson Tipe III 1 Harian No
Tr
P(%)
1 2 3 4 5 6
2 5 10 25 50 100
50 20 10 4 2 1
K (tabel) -0,185 0,741 1,341 2,072 2,597 3,106
Xt (mm) Log X mm 1,79 61,09 1,89 77,10 1,95 89,64 2,03 107,74 2,09 122,94 2,15 139,69
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 6. Log Pearson Tipe III 2 Harian No
Tr
P(%)
K (tabel)
1 2 3 4 5 6
2 5 10 25 50 100
50 20 10 4 2 1
0,160 0,853 1,133 1,376 1,506 1,606
Xt (mm) Log X mm 1,98 96,49 2,07 116,82 2,10 126,21 2,13 134,99 2,15 139,92 2,16 143,83
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 2. Layout Jaringan Tata Air Modulus Drainasi Analisa modulus drainase dilakukan untuk memperoleh besarnya debit buangan dari lahan. Dalam studi akhir ini wilayah debit yang dibuang diakibatkan oleh besarnya curah hujan yang turun saja. Curah hujan yang turun dipilih pada periode 3 harian, sehingga besarnya curah hujan yang dimaksud =128.081 mm (hasil perhitungan Log Pearson Tipe III) dan kala ulang = 5 tahun. Dalam studi ini menggunakan dua metode, yaitu: 1. Metode Analitis (D3)5
= (R3)5+(n x (IR-ETo-P))-Sn = 128.081 + (3 x (0- 0-0))- 50 = 78.081 mm/hari
Tabel 8. Perhitungan dengan cara analitis
0,044 = ( 1 x R2/3 x S1/2) x A
n
R(n)5+∆S
IR
Et
P
Sn
D(n)5
DM
Hari
(mm/hari)
(mm/hari)
(mm)
(mm/hari)
(mm)
(mm/hari)
(lt/dt/ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
1
77.096
0.000
0.000
0
50.000
27.096
3.136
2
116.815
0.000
0.000
0
50.000
66.815
3.867
3
128.081
0.000
0.000
0
50.000
78.081
10.015
Sumber: Hasil Perhitungan 2. Metode Grafis
Grafik Modulus Drainase
Genangan (mm)
128.081
116.815
120 100 80
Genangan Ijin (Sn) D(n)5
77.096
60
(α)
50
40
D(n)5 (3harian)
20 0 0
0.5
1
1.5
2
2.5
0,044
=(
1 x ( 0,5.h h 2 )2/3 x 0.025 0,5 2h 2
0.00021/2) x (0,5.h + h2)
3.012
Total
140
n
3
Hari
Gambar 5. Grafik Modulus Drainasi Dari perhitungan sebelumnya diperoleh besarnya modulus drainasi dengan cara analitis sebesar 3,021 lt/dt/ha sedangkan dengan cara grafis diperoleh 3,021 lt/dt/ha. Analisa Dimensi Saluran Drainasi Dimensi daluran direncanakan untuk menampung atau membuang kelebihan air yang diakibatkan oleh tingginya intensitas hujan yang bisa menggangu pertumbuhan tanaman. Dimensi ini direncanakan berdasarkan besarnya debit drainasi untuk tiap saluran. Di bawah ini merupakan contoh perhitungan dari perencanaan dimensi Saluran Drainasi Tersier Kiri 1
Dengan cara coba-coba(trial and error didapat nilai h=0.304 m Pintu Sorong Fungsi dari pintu sorong di saluran drainasi adalah untuk membuang kelebihan air pada saat air di lahan melebihi kebutuhan. Dimensi pintu air ditetapkan berdasarkan elevasi muka air hulu di saluran dan debit output buangan hilir. Setelah merencanakan pintu air, selanjutnya dapat memperhitungkan rating curve debit pintu air berdasarkan tinggi muka air, dengan rumus sebagai berikut: Q= K.µ.a.b. 1. Pintu sorong di Sal. Drainasi Primer 1
Gambar 6.Grafik rating curve S.D.Primer 1 operasi 1 pintu
Q (debit drainasi) 1,62.Dm.A 0,92=1,62. 3,012. (10,914) 0,92 =43.986 lt/dtk Qrencana 0,044 = V x A
=0.044 m3/dtk = Qaktual
Gambar 7.Grafik rating curve S.D.Primer 1 operasi 2 pintu
2. Pintu sorong di Sal. Drainasi Primer 2
.
Gambar 8.Grafik rating curve S.D.Primer
Gambar
2 operasi 1 pintu Analisa Hidrolika Analisa hidrolika diperlukan untuk mengetahui karakteristik maupun profil muka air yang terjadi di saluran rencana pada daerah studi. Selain itu, juga berfungsi untuk memperkirakan kemampudan saluran drainasi untuk menampung debit buangan pada lahan. Dari hasil pemrosesan data, dapat diketahui bahwa saluran rencana untuk drainasi dapat menampung debit buangan dari lahan Beberapa contoh hasil dari pemrosesan dengan menggunakan program HECRAS analisa steady flow pada saluran drainasi sebagai berikut:
Gambar 9.Tampilan geometri skema drainasi kanan
10.
Tampilan geometri skema drainasi kiri
Hasil output running Hec-Ras adalah sebagai berikut:
Gambar
11.Tampilan running perspective plot drainasi kanan
x-y-z pada
Gambar
12.Tampilan running perspective plot drainasi kiri
x-y-z pada
Kiricoy
Plan: Plan 01
9/16 /2015
sal drainasi S.D Tersier 1.1 15.8
Legend EG PF 1 WS PF 1 Crit PF 1 Ground
Tabel 10. Volume total awal sekunder kanan sebelum di pompa
15.7
No 1 2 3 4
Elevation (m)
15.6
15.5
Nama Saluran Sekunder S.D Sekunder Ka 1 S.D Sekunder Ka 2 S.D Sekunder Ka 3 S.D Sekunder Ka 4
A 0.185 0.261 0.462 0.491
Volume Total
15.4
Tahapan Penyelesaian 15.3
Panjang sal (m) 546.823 518.236 575.900 123.241
0
100
200
300
400
500
600
Volume (m3) 101.162 135.260 266.066 60.511 562.999
Sumber: Hasil Perhitungan
700
Main Channel Distance (m)
Gambar 13. Tampilan long section pada drainasi kiri Kiricoy
Plan: Plan 01
9/16 /2015
sal drainasi S.D Tersier 1.1 15.8
Legend EG PF 1 WS PF 1 Crit PF 1 Ground
15.7
No 1 2 3 4 5
Nama Saluran Sekunder S.D Sekunder Ki 1 S.D Sekunder Ki 2 S.D Sekunder Ki 3 S.D Sekunder Ki 4 S.D Sekunder Ki 5
A 0.186 0.313 0.343 0.406 0.456
Elevation (m)
15.6
Tabel 11.Volume total buang sekunder kiri Panjang sal (m) 450.403 421.890 446.527 455.751 242.158 Volume Total
Volume (m3) 83.775 132.052 153.159 185.035 110.424 664.444
15.5
Sumber: Hasil Perhitungan 15.4
15.3
0
100
200
300
400
500
600
700
Main Channel Distance (m)
Gambar 14. Tampilan long section pada drainasi kanan
Tabel 12.Volume total buang sekunder kanan No 1 2 3 4
Nama Saluran Sekunder S.D Sekunder Ka 1 S.D Sekunder Ka 2 S.D Sekunder Ka 3 S.D Sekunder Ka 4
A 0.147 0.240 0.268 0.298
Pola Operasi Pompa
Volume Total
Dari gambar potongan memanjang, didapat besaran volume total yang akan dibuang, terdiri dari volume buang pada saluran kanan sebesar 395.827 m3 dan volume buang pada saluran kiri sebesar 664.444 m3, melihat kondisi besarnya volume, maka dipilih 2 unit pompa sentrifugal merk Dab Pump dengan kapasitas 0.0185 m3/dtk untuk saluran sekunder kiri dan kapasitas 0.011 m3/dtk untuk saluran sekunder kanan. Berikut rincian perhitungannya Tabel 9. Volume total awal sekunder kiri sebelum di pompa No 1 2 3 4 5
Nama Saluran Sekunder S.D Sekunder Ki 1 S.D Sekunder Ki 2 S.D Sekunder Ki 3 S.D Sekunder Ki 4 S.D Sekunder Ki 5
A 0.445 0.610 0.661 0.721 0.767
Panjang sal (m) 546.823 518.236 575.900 123.241
Panjang sal (m) 450.403 421.890 446.527 455.751 242.158
Volume (m3) 200.429 257.353 295.154 328.596 185.735
Volume Total
1267.268
Volume (m3) 80.383 124.377 154.341 36.726 395.827
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 13.Pola operasi pompa per jam sekunder kiri Jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam 7 jam 8 jam 9 jam 10 jam
Volume Total Saluran Awal 1267.268 1200.628 1133.988 1067.348 1000.708 934.068 867.428 800.788 734.148 667.508 Total vol.buang
Volume buang/jam 66.640 66.640 66.640 66.640 66.640 66.640 66.640 66.640 66.640 66.640 666.444
Sumber: Hasil Perhitungan
Pompa Kapasitas 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk 0.0185 m3/dtk
Sisa volume 1200.628 1133.988 1067.348 1000.708 934.068 867.428 800.788 734.148 667.508 600.868
Tabel 14.Pola operasi pompa per jam sekunder kanan Jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam 7 jam 8 jam 9 jam 10 jam
Volume Total Saluran Awal 562.999 523.416 483.833 444.250 404.667 365.084 325.501 285.918 246.335 206.752
Volume buang/jam 39.583 39.583 39.583 39.583 39.583 39.583 39.583 39.583 39.583 39.583
Total vol.buang
395.830
Pompa Kapasitas 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk 0.011 m3/dtk
Sisa volume 523.416 483.833 444.250 404.667 365.084 325.501 285.918 246.335 206.752 167.169
Sumber: Hasil Perhitungan
cerucuk
Sal
Direncanakan:
Diameter kayu galam (Ɵ) = 0.15 m Jarak antar cerucuk (2.Ɵ) = 0.30 m Panjang cerucuk = 4.00 m Dari data sondir kedalaman 4 m didapat nilai qc =8 kg/cm2, dan Tf=258.30 kg/cm2(diketahui) Berat beban struktur (Wu)=3.633 ton (perhitungan)
Perhitungan: Q ult tiang tunggal Ap
= ¼. ℷ .d2 =1/4. 3.14. (15)2 = 176.625 cm2
K
= ℷ. D = 3.14.15 = 47,100 cm
Qult
= 1-[
].Ɵ
E
=1-[
].26,565 = 0.656
Pondasi Cerucuk 1. Perhitungan pondasi Drainasi Primer 1
E
Direncanakan pondasi cerucuk sebanyak 6 buah Dari perhitungan kapasitas daya dukung kelompok tiang pada struktur pintu air diperoleh daya dukung tiang dalam kelompok adalah 0,656 kali daya dukung tiang tunggal, jadi 0.656*2.480 ton= 1,627 ton daya dukung tiang kelompok adalah 1.627 ton/tiang,sedangkan jumlah tiang 6 buah, maka pondasi dapat mendukung beban sebesar 1.627*6= 8.135 ton Berat total struktur tanggul (Wu) adalah 3.633 ton, sedangkan daya dukung total yang mampu dilakukan oleh pondasi cerucuk sebesar 8.135 ton = AMAN
2. Perhitungan pondasi Drainasi Primer 2
= 13.579 ton =2.480 ton (Q izin) Daya dukung tiang kelompok
Sal
Direncanakan:
= (qc x Ap)+(Tf x K) = (8 x 176.625)+( 258.300 x 47.100)
cerucuk
Diameter kayu galam (Ɵ) = 0.10 m Jarak antar cerucuk (2.Ɵ) = 0.20 m Panjang cerucuk = 4.00 m Dari data sondir kedalaman 4 m didapat nilai qc =10 kg/cm2, dan Tf=267.670 kg/cm2(diketahui) Berat beban struktur (Wu)=0.281 ton (perhitungan)
Perhitungan: Q ult tiang tunggal Ap
= ¼. ℷ .d2 =1/4. 3.14. (10)2 = 78.500 cm2
K
= ℷ. D = 3.14.10 = 31,400 cm
Propinsi Kalimantan Tengah diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Qult
= (qc x Ap)+(Tf x K)
1. Sistem tata air di lokasi studi direncanakan hanya dengan saluran drainase, dikarenakan lokasi merupakan lahan rawa lebak (berupa cekungan) dimana elevasi intake pengambilan lebih rendah daripada daerah irigasi yang akan dialiri. 2. Bentuk dan dimensi saluran drainasi yang direncanakan:
= (10 x 78,500)+( 267,670 x 31,400) = 9,189 ton = 1.943 ton (Q izin) Daya dukung tiang kelompok E
E
].Ɵ
= 1-[
=1-[
].26,565 = 0.852
Direncanakan pondasi cerucuk sebanyak 2 buah Dari perhitungan kapasitas daya dukung kelompok tiang pada struktur pintu air diperoleh daya dukung tiang dalam kelompok adalah 0,852 kali daya dukung tiang tunggal, jadi 0.852*1.943 ton= 1,655 ton daya dukung tiang kelompok adalah 1.655 ton/tiang,sedangkan jumlah tiang 2 buah, maka pondasi dapat mendukung beban sebesar 1.655*2= 3.310 ton Berat total struktur tanggul (Wu) adalah 0.281 ton, sedangkan daya dukung total yang mampu dilakukan oleh pondasi cerucuk sebesar 3.310 ton = AMAN
Saluran S.D Tersier 1.1 S.D Tersier 1.2 S.D Tersier Ki 1 S.D Tersier Ki 2 S.D Tersier Ki 3 S.D Tersier Ki 4 S.D Tersier Ki 5 S.D Tersier Ki 6 S.D Primer 2 S.D Sekunder Ki 1 S.D Sekunder Ki 2 S.D Sekunder Ki 3 S.D Sekunder Ki 4 S.D Sekunder Ki 5
Q rencana b 3
(m /dt) 0.032 0.027 0.044 0.050 0.052 0.017 0.022 0.016 0.059 0.094 0.146 0.163 0.184 0.201
(m) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1 1 1 1 1
Sumber: Hasil Perhitungan Saluran S.D Tersier Ka 1 S.D Tersier Ka 2 S.D Tersier Ka 3 S.D Tersier Ka 4 S.D Tersier Ka 5 S.D Sekunder Ka 1 S.D Sekunder Ka 2 S.D Sekunder Ka 3 S.D Sekunder Ka 4 S.D Primer 1
Q rencana b 3
(m /dt) 0.014 0.016 0.019 0.051 0.008 0.030 0.048 0.099 0.108 0.308
(m) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1 1 1.5
Sumber: Hasil Perhitungan
KESIMPULAN Dari Analisis data dan perencanaan yang telah dilakukan di studi akhir ini dengan mengambil lokasi studi di Desa Teluk Mampun Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan
A 2
(m ) 0.194 0.169 0.245 0.269 0.277 0.125 0.147 0.118 0.304 0.445 0.610 0.661 0.721 0.767
A 2
(m ) 0.109 0.120 0.135 0.273 0.074 0.185 0.261 0.462 0.491 1.077
z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
h (m) 0.256 0.231 0.304 0.326 0.332 0.183 0.208 0.175 0.355 0.334 0.427 0.454 0.486 0.509
h (m) 0.164 0.177 0.195 0.329 0.119 0.247 0.319 0.344 0.361 0.530
3. Dari hasil analisa hidrolika dapat diketahui bahwa saluran rencana untuk drainase dapat menampung debit buangan dari lahan yang tidak terpengaruh kenaikan muka air akibat banjir pada daerah hilir dan efek backwater di hilir akibat pengaruh pasang surut
4. Pintu sorong pada saluran drainase berfungsi untuk membuang kelebihan air yang ada di lahan pada saluran drainasi primer menuju ke output. Sedangkan pintu skot balok berfungsi untuk mengatur besarnya debit yang akan dibuang dari saluran drainasi tersier menuju ke saluran drainasi sekunder. 5. Dengan pemakaian pompa dengan kapasitas 0.0185 m3/dtk untuk saluran sekunder kiri. dalam 1 jam mampu membuang 0.0185x60x60=66.64 m3/jam , jadi dalam waktu 10 jam mampu membuang volume sebesar 3 664.444 m , sedangkan dengan kapasitas 0.011 m3/dtk untuk saluran sekunder kanan dalam 1 jam mampu membuang 0.011x60x60=39.583 m3/jam, jadi dalam waktu 10 jam mampu membuang volume sebesar 3 395.830 m /jam 6. Pondasi cerucuk mampu menambah daya dukung tanah terhadap beban pintu sorong. Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait studi akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Perlu dibentuknya suatu himpunan petani pemakai air yang anggotanya terdiri dari para petani penggarap sawah guna menindak lanjuti operasi dan pemeliharaan pintu air yang ada, agar keberadaannya berlangsung sesuai usia guna yang telah direncanakan. 2. Perlu dilakukan pengerjaan perluasan tampungan danau mangga, sehingga kedepannya dapat menampung debit yang mampu dimanfaatkan untuk irigasi, pada tahapan selanjutnya. Perlu dilakukan perhitungan mengenai analisa stabilitas pondasi cerucuk kayu
dolken pada bangunan area rawa yang memiliki kondisi tanah lunak bergambut, sehingga hal ini dapat digunakan untuk mengetahui kuat struktur keamanan bangunan terhadap geser dan guling DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986a. Standar Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP-01). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 1986b. Standar Perencanaan Irigasi Bagian Saluran (KP-03). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Wardana, IGN dkk. 2015. Panduan Penulisan Skripsi. Malang : UPT Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Chow, Ven Te., Maidment, D., & Mays, L. 1988. Applied Hidrology. Singapore: McGraw-Hill Book Co. Chow, Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga. Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hydrologic Engineering Center, 2010, HEC-RAS River Analysis System, Hydraulic Reference Manual, Version 4.1, January 2010, U. S. Army Cormps of Engineers, Davis, CA. Limantara, L. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung: CV Lubuk Agung. Noor,
Muhammad.2001. Pertanian Lahan Gambut Potensi dan Kendala. Yogyakarta: Kanisius.
Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid I. Bandung: Nova. Sosrodarsono, S. Dan K. Takeda 1980. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Suhardjono. 1984. Drainasi. Malang : Universitas Brawijaya. Suhardjono. 1984a. Kebutuhan Air Tanaman. Malang : ITN Malang Press. Suhardjono. 1984b. Diktat Penunjang Perkuliahan Reklamasi Rawa. Malang : Universitas Brawijaya. Suhardjono. 1994c. Rancangan Saluran dan Bangunan Drainasi Persawahan Pasang Surut. Malang : Universitas Brawijaya. Suhardjono., Prasetyorini, L., & Haribowo R. 2010. Reklamasi Daerah Rawa. Malang: CV Citra Malang. Sunggono, KH.1995. Sipil. Bandung: Nova
Buku
Teknik