Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi Raihul Janah1), Totok Wianto2) dan Sudarningsih2)
Abstract: Done observation petrography to detect colour, structure, texture, mineral composition and rock classification. Rock sample that taken from Aranio River, South Kalimantan as much as 4 (four) samples, made to be thin slice measures 6 cm x 3 cm x 3 mm use rock clipper dan rock slice refiner. Rock thin slice is analyzed by means of polarization microscope. Analysis result petrography mentions that any sample amphibolites rocks (hornblende sekis) that belong in faces metamorphic rock. Two samples among others textured grano-lepidoblastic and poikiloblastic, while two textured another samples granolepidoblastic and textured lepidoblastic and poikiloblastic. Crystal size from rock samples amphibolites revolve from 0,40 mm until 0,80 mm, has lineation structure (crystal instruction) and clear colour up to muddy greenness. This rock principal mineral composition consists of amphibole (34 – 60 %), quartz (22 – 44 %), plagioclase (4 – 14 %), biotitic (1 %), epidotic (4 – 10 %), garnet (1 – 2 %), cyanide (1 – 6 %) and pyroxene (2 %); addition mineral consists of oxide iron (1 – 3 %) and calcite (6%). Keywords: petrography, polarization microscope, amphibolites (hornblende sekis), metamorphic rock
. PENDAHULUAN Batuan adalah material alam yang
tersusun
(agregat)
atas
mineral,
batuan metamorfosa atau batuan
kumpulan baik
malihan (metamorphic rocks) (Nandi,
yang
2010).
terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi
serta
Batuan merupakan sumber
terbentuk
daya alam yang keterdapatannya
sebagai hasil proses alam. Batuan
banyak sekali ditemukan di bumi,
bisa
sehingga mengenal macam-macam
mengandung
beberapa
mineral
satu
atau
(Warmada
&
dan sifat batuan sangat penting.
Titisari, 2004).
Untuk mempelajari dan mengetahui
Berdasarkan
kejadiannya
sifat, komposisi mineral, penamaan
komposisi
dan klasifikasi batuan diperlukan
mineral, batuan dapat dibagi menjadi
suatu pengamatan. Metode yang
tiga, yaitu batuan beku (igneous
sangat mendasar untuk mendukung
rocks), batuan endapan atau batuan
analisis
sedimen (sedimentory rocks), dan
petrografi (Sukandarrumidi, 2004).
(genesa),
1) 2)
tekstur
dan
tersebut
adalah
Mahasiswa PS Fisika, FMIPA, , Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Staf Pengajar PS Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
141
metode
142
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (141 – 148)
Untuk
dapat
melakukan
pengamatan petrografi
diperlukan
Tujuan dari penelitian ini adalah
alat yang disebut mikroskop, yakni
menentukan warna, struktur dan
mikroskop yang memiliki cahaya
tekstur
(sinar) polarisasi, karena dengan
komposisi
cahaya ini beberapa sifat mineral
mendapatkan
penyusun batuan akan nampak jelas
klasifikasi batuan dari sungai Aranio
terlihat
dengan metode petrografi.
(Graha,
berhubungan
1987).
Hal
dengan
itu
batuan; mineral
mendapatkan batuan;
serta
penamaan
dan
teknik
pembacaan data yang dilakukan
METODE PENELITIAN
melalui lensa yang mempolarisasi
Alat
yang
dipergunakan
obyek pengamatan. Hasil polarisasi
dalam penelitian ini adalah Global
obyek tersebut selanjutnya dikirim
Positioning
melalui lensa obyektif dan lensa
geologi, mesin pemotong batuan,
okuler ke mata.
mesin
Berdasarkan uraian di atas, penulis
melakukan
penelitian
struktur,
kanada
komposisi
pemoles/penipis
palu
sayatan
pelat pemanas, karborundum, kaca preparat,
dan
(GPS),
batuan, penghalus sayatan batuan,
mengenai sifat batuan seperti warna, tekstur,
System
kaca
penutup,
batangan,
balsam
entelan,
mineral batuan. Selanjutnya dengan
mikroskop
deskripsi tersebut dapat dilakukan
bahan
penamaan
batuan yang berasal dari sungai
batuan.
dan
pengklasifikasian
Sampel
digunakan
batuan
berasal
dari
yang sungai
Banjar,
yang
Aranio
Sedangkan
digunakan
Kabupaten
adalah Banjar,
Kalimantan Selatan.
Aranio yang terletak dalam wilayah Kabupaten
polarisasi.
dan
Tahapan-tahapan yang harus
Kalimantan
dilakukan untuk mengetahui warna,
Selatan. Secara geografis wilayah
struktur, tekstur, komposisi mineral,
Kabupaten Banjar berada di antara
penamaan dan klasifikasi batuan
2°49'55" - 3°43'38" Lintang Selatan
dengan metode petrografi adalah
dan 114°30'20" - 115°35'37" Bujur
pengambilan
Timur.
sampel, dan analisis mikroskopis.
sampel,
preparasi
Jannah, R, Wianto, T dan Sudarningsih, Studi Mikroskopis Batuan ..............
Pengambilan sampel batuan
Preparasi sampel Sayatan tipis batuan
143
Gambar 1. Bagan alir prosedur penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk
warna,
Karena dengan sinar itu beberapa
komposisi
sifat dari batuan akan nampak jelas
mineral penyusun batuan yang tidak
sekali. Salah satu faktor yang paling
dapat
penting adalah warna dari setiap
struktur,
mengetahui
dipergunakan harus sinar polarisasi.
tekstur
dan
dideskripsikan
megaskopis dilakukan
di
secara
lapangan
analisis
sayatan
maka tipis
mineral,
dapat
diketahui
batuan
tersebut.
nama
Pengamatan
Pada
disebut mikroskop. Mikroskop yang
terpotong
dipergunakan pada prinsipnya sama dengan
dipergunakan
pertama
pola
kristal)
lineasi
dan
telah
oleh
deformasi
yang
kedua,
memiliki
tujuh
mineral
yaitu
macam
kuarsa, plagioklas,
pengamatan
amfibol, biotit, epidot, garnet dan
biologi. Keutamaan dari mikroskop
oksida besi. Kuarsa yang berwarna
ini
bening tampak berasosiasi dengan
adalah
dalam
biasa
sampel
memperlihatkan (pengarahan
yang
mineral
berkembang dengan kristal sedang,
petrografi memerlukan alat yang
mikroskop
setiap
mempunyai warna yang khusus.
batuan dengan metode petrografi sehingga
karena
cahaya
(sinar)
yang
144
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (141 – 148)
plagioklas yang berwarna bening
tuk lineasi atau kesekisan) dan
kecoklatan, kadang-kadang berkem-
memiliki delapan macam mineral
bang dengan relief rendah. Amfibol
yaitu kuarsa, plagioklas, amfibol,
(hornblende) berwarna hijau dan
epidot, garnet, kyanit, oksida besi,
coklat-hitam prismatik memanjang
dan kalsit. Kuarsa dan plagioklas
hadir cukup banyak, bisa rangkap
yang tampak membentuk tekstur
kuat. Biotit dengan warna coklat tua
poikiloblastik bersama-sama dengan
relief
amfibol.
tinggi
kristal
halus,
sama
Amfibol
ini
kebanyakan
dengan epidot yang reliefnya sangat
prismatik memanjang dengan bias
tinggi. Mineral bijih seperti opak dan
rangkap kuat dan beberapa bagian
berkristal halus. Garnet kecoklatan,
telah cenderung tergantikan menjadi
dengan relief tinggi dan isotropik
klorit retrograde. Epidot (klinozoisit)
tampak
kurang
berwarna kuning dan berkristal halus
merata. Sampel ini dapat dinamakan
tidak merata, sama dengan garnet
batuan amfibolit, hal ini dilihat dari
yang isotropik dengan relief sangat
warnanya
tinggi. Kalsit berwarna abu-abu dan
bercak
berkristal
yang
bergaris
halus
bening
dengan
kehijauan,
ber-
berkristal
kasar
hadir
sebagai
tekstur grano-lepidoblastik, struktur
pengisi rongga kekar fase deformasi
yang berlineasi atau berfoliasi dan
terakhir, sedangkan oksida besi juga
mineral utama penyusunnya amfibol
mengisi
((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
sebelumnya. Kyanit berwarna kelabu
meskipun jumlah kehadiran mineral
dengan relief tinggi berkristal halus
kuarsa dominan daripada amfibol
tidak merata. Sampel kedua ini
namun batuan pada sampel tersebut
mempunyai warna bening dengan
tidak bisa dikatakan sebagai batuan
bercak bergaris kehijauan dan hitam,
kuarsit dikarenakan struktur sampel
bertekstur grano-lepidoblastik dan
batuan berfoliasi sedangkan kuarsit
poikiloblastik, berstruktur lineasi atau
memiliki struktur non-foliasi (Graha,
foliasi
1987).
penyusunnya Sampel kedua memiliki fase
deformasi minimal tiga kali (terlihat
sehingga
kekar
dan
fase
deformasi
mineral amfibol
sampel
ini
utama (38
%)
dinamakan
batuan amfibolit.
dari pola deformasi membenJannah, R,yang Wianto, T dan Sudarningsih, Studi Mikroskopis Batuan .............. 145 Tabel 1. Hasil uji petrografi sampel batuan
Sampel
Warna
Stuktur
Tekstur
Komposisi Mineral
Penamaan
1
Bening dengan bercak bergaris kehijauan
Lineasi (pengara han kristal)
Granolepidoblastik dengan kristal berukuran sedang (rata-rata 0,40 mm)
Amfibolit atau hornblende sekis
2
Bening dengan bercak bergaris kehijauan dan hitam
Lineasi (pengara han kristal)
3
Bening– keruh kehijauan dengan bercak coklat– hitam Bening– keruh kehijauan dengan beberapa bercak coklat dan hitam
Lineasi (pengarahan kristal)
Granolepidoblastik dan poi-kiloblastik dengan kristal berukuran sedang (rata-rata 0,80 mm) Lepidoblastik dan kadang-kadang poikiloblastik dengan kristal berukuran sedang (rata-rata 0,60 mm) Granolepidoblastik dan poikiloblastik dengan kristal sedang (rata-rata 0,60 mm)
Kuarsa, SiO2 = 44 % Plagioklas(Na,Ca)Al(Si,Al)Si2O8=14% Amfibol, (Na,Ca)2 (Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22 (OH)=34% Biotit, K(Mg,Fe)3 (Al Si3O10)(OH)2=1% Epidot, Ca2(Al,Fe)3 Si3O12(OH)=4% Garnet, Al3B2(SO4)3 = 2 % Oksida besi, Fe2 O3 = 1 % Kuarsa = 30 % Plagioklas = 12 % Amfibol = 38 % Epidot = 8 % Garnet = 1 % Kyanit, Al2SiO5 = 6 % Oksida besi = 3 % Kalsit, CaCO 3 = 6 % Kuarsa = 22 % Plagioklas = 4 % Amfibol = 60 % Epidot = 8 % Garnet = 1 % Kyanit = 3 % Oksida besi = 2 % Kuarsa = 23 % Plagioklas = 4 % Amfibol = 58 % Epidot = 10 % Kyanit = 1 % Piroksen, (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 ) =2% Oksida besi = 2 %
Amfibolit atau hornblende sekis
4
Lineasi tidak sempurna
Sampel ketiga memiliki tujuh macam
mineral
yaitu
kuarsa,
bening–keruh bercak
kehijauan
coklat–hitam,
Amfibolit atau hornblende sekis
dengan bertekstur
plagioklas, amfibol, epidot, garnet,
lepidoblastik
kyanit dan oksida besi; dan memiliki
strukturnya
pola lineasi yang cukup baik, yang
utama penyusunnya amfibol (60 %)
didukung
sehingga sampel ini juga dinamakan
oleh
amfibol
dengan
kristal-kristal prismatik memanjang plagioklas
membentuk
tekstur
Mineral
yang
berupa
epidot
lain
poikiloblastik,
lineasi
dan
mineral
batuan amfibolit.
dalam jumlah banyak. Kuarsa dan jarang
dan
Amfibolit atau hornblende sekis
Sedangkan sampel keempat
tampak
mempunyai tujuh macam mineral
poikiloblastik.
yaitu kuarsa, plagioklas, amfibol,
jarang
hadir
epidot, kyanit, piroksen dan oksida
halus
besi. Amfibol yang pada umumnya
berkristal
dengan relief tinggi, begitu pula
berbentuk
prismatik
dengan kyanit yang tersebar tidak
yang
merata. Sampel menunjukkan warna
pengarahan kristal. Pola deformasi
kadang
memanjang
memperlihatkan
146
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (141 – 148)
minimal
dua
kali
tampak
pada
geologi
lembar
Banjarmasin
batuan ini. Kuarsa anhedral tampak
menunjukkan bahwa di sekitar anak
memperlihatkan
tekstur
sungai Riam Kanan dijumpai batuan
kadang
gabro dan peridotit (Sikumbang dan
bercampur dengan plagioklas dan
Heryanto, 1994). Jadi batuan gabro
piroksen
hitam.
dan peridotit kemungkinan keduanya
Epidot dengan kristal halus relief
merupakan batuan yang mengalami
sangat tinggi tampak cukup merata
proses
terutama
pada
bidang-bidang
terbentuk
deformasi.
Sama
halnya
pada
Aranio, dapat dikatakan demikian
sampel-sampel sebelumnya, dilihat
karena gabro dan peridotit memiliki
dari warnanya yang bening–keruh
kandungan mineral olivin.
poikiloblastik,
yang
berwarna
hijau
kehijauan dengan beberapa bercak
metamorfosa batuan
ini
Gabro
sehingga di
dan
sungai
peridotit
coklat dan hitam, bertekstur grano-
merupakan batuan dari klasifikasi
lepidoblastik
poikiloblastik,
batuan beku intrusif. Batuan beku
dan
mineral
intrusif terbentuk apabila magma
utama penyusunnya amfibol (58 %)
mendingin dan membeku di bawah
maka dapat dikatakan bahwa batuan
permukaan bumi
pada sampel ini adalah amfibolit.
2006).
berstruktur
dan lineasi
Mineral batuan
utama
amfibolit
Amfibol
terbentuk
(Sapiie et al.,
Kemudian
terjadi
proses
penyusun
metamorfosa pada batuan ini. Jenis
adalah
amfibol.
metamorfosa yang pernah terjadi
dari
ubahan
adalah metamorfosa regional, hal ini
mineral olivin, dan olivin merupakan
ditunjukkan
salah satu mineral utama pembentuk
(lembaran-lembaran mineral penyu-
batuan
amfibolit
sun batuan yang memperlihatkan
metamorfosa
adanya penjajaran) pada sampel
beku.
merupakan
Batuan
hasil
batuan basal atau gabro (Graha,
oleh
adanya
foliasi
batuan.
1987). Namun menurut Gaol et al.
Pada peta geologi komplek
(2005) hadirnya batuan di anak
akresi Bobaris-Meratus menunjuk-
sungai Riam Kanan di desa Aranio
kan bahwa desa Aranio merupakan
atau
bagian dari komplek pegunungan
yang
dinamakan
dengan
sungai Aranio kemungkinan hasil
Bobaris-Meratus
proses metamorfosa dari batuan
Heryanto, 1994). Deretan pegunung-
peridotit.
an Bobaris-Meratus terbentuk akibat
Jika
dilihat
dari
peta
(Sikumbang
dan
147
Jannah, R, Wianto, T dan Sudarningsih, Studi Mikroskopis Batuan ..............
subduksi atau tumbukan (collision)
dalam klasifikasi batuan metamorf.
kerak benua. Saat satu segmen
Komposisi mineral batuan terdiri dari
kerak mengalami stress, kompresi
amfibol, kuarsa, plagioklas, biotit,
horizontal, batuan dalam kerak akan
epidot,
garnet,
terlipat dan melengkung (buckling).
oksida
besi
Akibatnya kerak akan menebal pada
disebutkan
satu tempat. Dasar kerak yang
mineral
menebal akan terdorong lebih dalam
adalah amfibol. Unsur utama dari
ke arah selubung sehingga bagian
mineral
dasar kerak tersebut mengalami
magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan
peningkatan
natrium (Na). Oleh karena kehadiran
suhu
dan
tekanan.
kyanit,
dan
piroksen,
kalsit.
sebelumnya
utama
bahwa
batuan
amfibol
Telah
amfibolit
adalah
Sumber panasnya ini berasal dari
unsur-unsur
magma yang dihasilkan pegunungan
dapat dimanfaatkan untuk membuat
Bobaris-Meratus. Oleh karena terjadi
baja, pupuk, semen, keramik, kapur,
peningkatan suhu dan tekanan itulah
gigi dan tulang atau rangka tiruan,
batuan
sabun, tekstil, dan kaca.
beku
peridotit)
intrusif
perlahan-lahan
(gabro
&
tersebut
(Fe),
batuan
ini
berubah
menjadi batuan metamorf (amfibolit).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
Dari hasil penelitian yang
Gaol et al. (2005) menyebutkan
telah
dilakukan,
bahwa proses metamorfosa yang
disimpulkan bahwa:
menyertai pembentukan batuan di
1. Sampel batuan berwarna bening
anak sungai Riam Kanan diiringi
hingga
proses
berstruktur
pengangkatan
selama
maka
keruh
dapat
kehijauan,
lineasi,
dan
pembentukan pegunungan Bobaris-
bertekstur
Meratus, sesar normal dan sesar
lepido-blastik dan poikiloblastik.
geser. Selain proses-proses tersebut
grano-lepidoblastik,
2. Komposisi mineral batuan yang
kemungkinan ada satu proses lagi
digunakan
yang menyebabkan batuan amfibolit
terdiri
tersingkap
plagioklas, biotit, epidot, garnet,
di
permukaan sungai
Aranio yaitu karena adanya proses erosi.
dari
dalam amfibol,
penelitian kuarsa,
piroksen, oksida 148kyanit, Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7besi No.2,dan Agustus 2010 (141 – 148) kalsit.
Batuan amfibolit atau sama
3. Batuan yang terdapat di sungai
dengan hornblende sekis termasuk
Aranio adalah batuan amfibolit
(hornblende tergolong
sekis) dalam
yang batuan
metamorf.
DAFTAR PUSTAKA Gaol,
K. L., H. Permana, A. Kadarusman, N. D. Hananto, D. D. Wardana, Y. Sudrajat. 2005. Model Gayaberat Pegunungan Bobaris-Meratus, Kalimantan Selatan, dan Implikasi Tektoniknya. Jurnal Geofisika.
Graha, D.S. 1987. Batuan Mineral. Nova, Bandung.
dan
Nandi. 2010. Batuan, Mineral dan Batubara. Fakultas Pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sapiie, B., N. A. Magetsari, A. H. Harsolumakso, C. I. Abdullah. 2006. Geologi Fisik. ITB, Bandung. Sikumbang, N & R. Heryanto. 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan 1: 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sukandarrumidi. 2004. Bahan Galian Industri. Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta. Warmada, I.W & A. D. Titisari. 2004. Agromineralogi. Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.