STUDI IMPLEMENTASI SISTEM BIOSECURITY DAN BIOSAFETY DI KARANTINA HEWAN PUSAT TIMOR LESTE
OLAVIO MORAIS
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Implementasi Sistim Biosecurity dan Biosafety di Karantina Hewan Pusat Timor Leste adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Olavio Morais B04084801
ABSTRAK OLAVIO MORAIS. Studi Implementasi Sistim Biosecurity dan Biosafety di Karantina Hewan Pusat Timor Leste. Dibimbing oleh I WAYAN TEGUH WIBAWAN dan ABDUL ZAHID ILYAS. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kondisi sumber daya manusia dan implementasi sistem biosecurity dan biosafety di Karantina Hewan Pusat Timor Leste. Penilitian ini dilakukan berdasarkan observasi dan wawancara responden dengan mengunakan kuisioner dan checklist. Hasil evaluasi studi menunjukan bahwa kondisi sumber daya manusia di Karantina Hewan Pusat Timor Leste belum memadai berdasarkan fungsi dan luasan wilayah kerjanya. Hasil evaluasi Implementasi sistim biosecurity dan biosafety di Karantina Pusat Timor Leste juga masih pada tingkat kategori sedang. Beberapa saran yang dapat diberikan dari studi ini, yakni meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia serta pembenahan bangunan dan fasilitas karantina hewan. Kata kunci: Biosecurity, Biosafety, Karantina Hewan, Timor Leste
ABSTRACT OLAVIO MORAIS. Study of Implementation Biosecurity and Biosafety System at the Centre of Animal Quarantine in Timor Leste. Supervised by I WAYAN TEGUH WIBAWAN and ABDUL ZAHID ILYAS.
The aim of this study was to evaluate of the human resources condition and implementation of biosecurity and biosafety system at the Center of Animal Quarantine in Timor Leste. The study was conducted with observation and respondent interview by using questionnares and checklist. The result of this study showed that there were still lack in human resources. The implementation of biosecurity dan biosafety system at the Center of Animal Quarantine in Timor Leste was still at a moderate level as well. From this study, some suggestions are provided such as to increase the number and the quality of human resources and to optimalize the use of animal quarantine. Keywords: Animal Quarantine, Biosafety, Biosecurity, Timor Leste
STUDI IMPLEMENTASI SISTEM BIOSECURITY DAN BIOSAFETY KARANTINA HEWAN PUSAT DI TIMOR LESTE
OLAVIO MORAIS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Studi Implementasi Sistim Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan Pusat Di Timor Leste Nama : Olavio Morais NIM : B04084801
Disetujui oleh
Prof.Dr.drh. I W.T. Wibawan,MS Pembimbing I
drh A. Zahid Ilyas, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus:
Judu! Sluipsi: Studi Jmp!ementasi Sistim Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan Pusat Di Timor Leste : Olavio Morais Nama : B04084801 NlM
Disetujui oleh
~~ Prof.Dr.drh. I W.T. Wibawan,MS Pembimbing I
drlf:;( Zahid Ilyas, MSi Pembimbing II
o MS Ph.D APVet
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul „ Studi Implementasi Sistem Biosecurity dan Biosafety di Karantina Hewan Pusat Timor Leste‟. Timor Leste merupakan Negara baru yang masih sangat minim dalam penyediaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) yang menunjang dalam upaya penegakkan tindakan biosecurity dan biosafety yang ketat. Hal ini yang mendorong penulis tertarik untuk mengkaji implementasi biosecurity dan biosafety sebagai upaya pencegahan strategis terhadap dampak kemungkinan penyebaran penyakit hewan dan bahaya hayati lainnya di Timor Leste. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof.Dr.drh. I wayan Teguh Wibawan, MS selaku dosen Pembimbing I dan drh. Abdul Zahid Ilyas, MS selaku pembing II atas segala arahan dan bimbingan sebelum, selama hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drh. Srihadi Agungpriyono Ph.D PAvet Sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Hewan. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. drh. Nurhidayat, MS, PAvet selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya. Ucapan terima kasih kepada drh. Rui Daniel de Carvailho selaku Direktur Nasional Karantina dan Biosecurity Timor Leste atas izin pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada drh. Manuel da Costa selaku Kepala Karantina Hewan Timor Leste beserta seluruh staf medik dan paramedik veteriner atas segala bantuan dan kerja samanya. Ucapan terima kasih kepada Komunitas Salesian Don Bosco (Australia, Timor Leste, Indonesia), Ucapan terima Kasih kepada Mr. Adrian and Luoise, Mrs. Libby dan semua teman-teman di Denmark (Autralia) serta Keluarga tercinta dan teman-teman seperjuangan atas segala dukungan semangat moril dan materil selama ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi khalayak umum yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2013 Olavio Morais
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Hipotesis
3
METODE
3
Waktu dan Lokasi Penelitian
3
Jenis dan Sumber Data
3
Model Pengumpulan Sampel
3
Penilaian Tingkat Biosecurity dan Biosafety
4
Model Analisis (Analisis Deskriptif)
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Karakteristik Pegawai Karantina Hewan Pusat di Timor Leste
5
Penilaian Aspek Biosecurity Karantina Hewan
7
Penilaian Aspek Biosafety Karantina Hewan
8
Penilaian Aspek Bangunan dan Fasilitas di Karantina Hewan
10
Penilaian Kategori Implementasi Biosecurity dan Biosafety
11
Kemungkinan Dampak Implementasi system Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan di Timor Leste Penyebaran Penyakit Hewan Invasive Species Animal (Invasive Alien Species) Agen Senjata Biologis (Bioweapons) SIMPULAN DAN SARAN
12 12 13 13 14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
25
DAFTAR TABEL 1 Distribusi Karakteristik Pegawai Karantina Hewan Pusat di Timor Leste 2 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada aspek biosecurity Karantina Hewan Pusat di Timor Leste 3 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada aspek biosafety Karantina Hewan Pusat di Timor Leste 4 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada aspek tindakan Karantina Hewan Pusat di Timor Leste 5 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada aspek fasilitas dan bangunan Karantina Hewan Pusat di Timor Leste 6 Jumlah Penyimpangan Implementasi Sistim Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan Pusat di Timor Leste 7 Model Evaluasi Kategori Implementasi Sistem biosecurity dan biosafety Karantina Hewan
4 7 8 9 10 11 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kerangka Pemikiran Studi Implementasi Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan di Timor Leste 2 Kuisioner dan checklist Penelitian
16 17
PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi dan perdagangan bebas memudahkan perpindahan penyakit dari satu wilayah ke wilayah lain atau bahkan antar benua dalam waktu relatif singkat. Batas antar wilayah hampir tidak ada berkaitan dengan kemajuan berbagai aspek kehidupan terutama di bidang teknologi transportasi. Hal ini dapat menimbulkan munculnya beragam isu global yang dapat mempengaruhi perdagangan internasional, keamanan dan kesehatan masyarakat, keamanan pangan, degradasi lingkungan, ancaman penyakit eksotik serta berbagai bahaya hayati lainnya. Hal ini menuntut tindakan karantina hewan yang ketat untuk mencegah perpindahan bibit penyakit dan biohazard lainnya antar wilayah. Penyebaran penyakit hewan dan ancaman bioteroris dewasa ini ramai diberitakan dimana pada era globalisasi ini, perubahan status dan situasi penyakit berlangsung sangat cepat dan sulit dihindari sehingga mampu melintasi negara atau beberapa negara tanpa batas (tansboundary disease). Jones et al. (2008) menyatakan bahwa terdapat 1415 spesies organisme patogen pada manusia, 61,3% dari emerging infectious diseases maupun re-emerging infectious disease diklasifikasikan zoonosis dan 71.8 % dari zoonosis tersebut bersumber dari satwa liar. Data dari Center of Disease Control (CDC) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Animal Health Organization/Office International of Epizootic/OIE) merilis ± 80 % patogen zoonotik digunakan sebagai agen bioterorisme (bioweapons agent). Data ini mengindikasikan bahwa pentingnya implementasi bisecurity dan biosafety yang maksimum dan kontinyu, sebagai salah satu konsep strategis pencegahan bibit penyakit dan biohazard melalui karantina hewan. Menurut Azari (2007), Karantina hewan sebagai Port of Entry, yang memiliki peran penting dan strategis khususnya dalam hal pengawasan lalu lintas perdagangan hewan dan produk hewan serta bahan hayati lainnya yang bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan. Sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-undang RI.No.18 tahun 2009, bahwa karantina hewan adalah tindakan sebagai upaya pecegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Selanjutnya Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit ke induk semang dan atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengkontaminasi atau disalahgunakan, misalnya tujuan untuk bioterorisme. Atlas dan Reppy (2005) menyatakan bahwa harmonisasi peraturam internasional memerlukan implemetasi biosecurity yang ketat guna mengurangi risiko bioterosist. Sama seperti pada sistem keamanan yang lainnya diperlukan kerja sama yang baik dan kuat dalam menerapkan sistim kontrol akses bahayabahaya pathogen, program transparansi biodefense, asistansi dan transfer teknolgi kepada negara-negara berkembang untuk meningkatkan biosecurity dan biosafety, meningkatkan kesadaran secara global dari penyalagunaan ilmu melalui terrorist dan pengembangan ketaatan terhadap etika.
2 Timor Leste merupakan Negara baru, yang masih minim dalam hal penyediaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) yang menunjang, dalam upaya implementasi sistem biosecurity dan biosafety yang maksimun dan berkesinambungan. Hal ini mengambarkan bahwa Timor Leste merupakan salah satu negara yang berisiko terhadap kemungkinan dampak penyebaran penyakit hewan maupun bahaya hayati lain dari sudut pandang geografis. Berdasarkan letak geografis, Timor Leste berada di antara Negara Kesatuan Republik (NKRI) dan Australia, baik secara maritim, daratan maupun lalu lintas udara. Hal ini berarti bahwa Timor Leste merupakan salah satu Negara berpotensi terhadap risiko kemungkinan dampak penyebaran penyakit hewan dan ancaman hayati yang dimaksud. Risiko-risiko tersebut dapat berupa penyakit hewan eksotik (exotic diseases), ancaman senjata biologis (bioweapons terrorist) dan masuknya spesies atau hewan lain yang invasive (Invasive alien spesies/IAS) yang akan mengancam keberadaan flora dan fauna endemik di Timor Leste. Menurut hasil observasi OIE (2005) bahwa jalur perdangangan merupakan salah satu faktor pendukung terhadap berkembangnya invasive alien species atau invasive animals species di seluruh dunia. Hal ini berhubungan dengan komoditas ekspor maupun impor melalui sarana transportasi, oleh karena itu OIE menghimbau kepada seluruh karantina wilayah maupun negara untuk memberi perhatian penuh, dalam hal menjaga kontrol ekspor dan impor komoditi yang berisiko. Selain itu diminta kerja sama dari semua stakeholders untuk transparan dan aktif berpartisipatif dalam memberikan informasi terkait IAS. Pentingnya bahaya-bahaya yang dimaksud perlu ketegasan pemerintah Timor Leste dalam mengambil langkah kebijakan maksimum terhadap Badan Karantina Hewan, dalam praktek Inplementasi System Biosecurity dan Biosafety yang ketat. Kebijakan yang strategik dan komitmen transparansi yang dibangun akan menjadi salah satu kunci pemerintah Timor Leste dalam menciptakan stabilitas keamanan hayati (biodefence) terhadap keamanan, keselamatan dan kesehatan manusia, hewan serta lingkungan. Hal ini tentunya turut serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat Timor Leste ke arah yang lebih baik, yang mengacu pada visi dan misi Badan Kesehatan Hewan Dunia (WAHO/OIE) sebagaimana dituangkan dalam persetujuan Sanitary dan Physosanitary (SPS) oleh Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Perumusan Masalah Penelitian ini mengkaji dampak kemungkinan penyebaran penyakit hewan di Timor Leste. Permasalahan utama yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia khususnya tenaga medis dan para medis kesehatan hewan di Karantina hewan Timor Leste? 2. Bagaiman sarana dan prasarana penunjang di instalasi-instalasi karantina hewan? 3. Penyakit hewan eksotik dan strategis apa saja yang menjadi perhatian serius di Timor Leste? 4. Apa dampak ekonomi (bisnis peternakan) terhadap isu penyakit hewan selama ini? 5. Apa dampak ekologi pasca kemerdekaan di Timor Leste?
3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai kondisi sumber daya manusia dan implementasi sistem biosecurity dan biosafety terhadap pelaksaan kegiatan dan fasilitas penunjang di Karantina Hewan Pusat Timor Leste, melalui observasi dan wawancara responden dengan mengunakan kuisioner dan checklist. Manfaat Penelitian Hasil evaluasi ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Pemerintah Timor Leste, khususnya para pengambil kebijakan di Badan Karantina Hewan tentang pentingnya penerapan sistim biosecurity dan biosafety yang maksimum dan berkesinambungan. Hasil evaluasi ini juga dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, penentu kebijakan dan para stakeholders lainnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan penyediaan fasilitas instalasi karantina dan sarana penunjang lain yang memadai.
Hipotesis Implementasi sistem biosecurity dan biosafety di Karantina Hewan Pusat Timor Leste baik. Implementasi yang baik akan meminimalisir kemungkinan dampak penyebaran penyakit hewan dan ancaman biohazard lainnya terhadap keamanan dan kesehatan manusia, hewan dan lingkungan di Timor Leste.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Kementerian Pertanian dan Perikanan, Direktorat Nasional Karantina dan Biosecurity, Departemen Karantina Hewan Pusat di Bandara Internasional Presiden Nicolao Lobato, Comoro, Dili - Timor Leste. Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian ini berupa survei langsung ke lokasi penelitian dengan sumber data primer. Pengumpulan data secara primer yang diperoleh langsung dari responden (seluruh staf medik dan paramedik veteriner) sebagai pemangku jabatan di Departemen Karantina dan Biosecurity Timor Leste khususnya Departemen Karantina Hewan. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan mengunakan pertanyaan/kuisioner serta checklist yang terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian (Contoh kuisioner dan checklist dapat dilihat pada Lampiran 2).
4 Model Pengumpulan Data Jenis penelitian ini berupa survei langsung ke lokasi penelitian dengan seumber data primer. Pengumpulan data secara primer yang diperoleh langsung dari responden (seluruh staf medik dan paramedik veteriner) sebagai pemangku jabatan di Departemen Karantina dan Biosecurity Timor Leste khususnya Departemen Karantina Hewan. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan mengunakan pertanyaan/kuisioner serta checklist yang terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian (Contoh kuisioner dan checklist dapat dilihat pada Lampiran 2). Model Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih langsung seluruh staf medik dan paramedik veteriner (10 orang) yang berhubungan langsung dengan kinerja di wilayah Karantina Hewan Timor Leste, yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian. Jumlah instalasi karantina yang menjadi obyek penelitian terdiri dari tiga wilayah strategis pintu masuk Timor Leste yakni Perbatasan Darat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Timor Leste, Pelabuhan Laut dan Bandara Udara Internasional Presidente Nicolao Lobato. Penilaian Tingkat Biosecurity dan Biosafety Kondisi biosecurity dan biosafety ini dinilai berdasarkan penyimpanganpenyimpangan yang terjadi baik terhadap tindakan karantina maupun fasilitas penunjang di Karantina Hewan Pusat Timor Leste. Penyimpangan-penyimpangan yang dimaksud dikelompokkan ke dalam empat kategori, yakni minor, mayor, serius dan kritis. Keempat kategori penyimpangan dinilai berdasarkan jenis penyimpangan yang disusun dengan pernyataan negatif terkait risiko penyebaran penyakit hewan. Kategori minor yaitu penyimpangan tidak berpengaruh langsung terhadap Karantina Hewan dan mempunyai risiko penyebaran penyakit relatif kecil, kategori mayor yaitu penyimpangan tidak berpengaruh langsung terhadap Karantina Hewan dan mempunyai risiko penyebaran penyakit relatif sedang, kategori serius menunjukkan bahwa penyimpangan berpengaruh langsung terhadap Karantina Hewan dan mempunyai risiko penyebaran penyakit relatif sedang serta kategori kritis menunjukkan bahwa penyimpangan berpengaruh langsung terhadap Karantina Hewan dan mempunyai risiko penyebaran penyakit relatif besar. Hasil evaluasi dibagi dalam tiga tingkat yaitu baik, sedang dan buruk berdasarkan akumulasi penyimpangan yang ditemukan dari hasil wawancara responden dan observasi langsung di Karantina Hewan Pusat Timor Leste. Model Analisis (Analisis Deskriptif) Data yang diperolah dari responden dianalisa secara deskriptif untuk memberikan gambaran evaluasi kondisi sumber daya manusia dan implementasi sistem biosecurity dan biosafety di Badan Karantina Hewan dan Biosecurity Timor Leste.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pegawai Karantina Hewan Pusat di Timor Leste Karakteristik pegawai Karantina Hewan Pusat di Timor Leste yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, status pekerjaan, pendidikan, pengalaman kerja, usaha atau pekejaan sambilan, curahan waktu kerja dan pengalaman keikutsertaan dalam pelatihan tentang perkarantinaan. Penelitian ini di lakukan langsung di wilayah karantina Pusat terhadap pegawai atau staf aktif yang bertindak sebagai medik maupun paramedik veteiner. Distribusi karakteristik ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pegawai Karantina Hewan Pusat di Timor Leste Karakteristik Umur < 30 tahun 30 - 50 tahun > 50 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SD/ sederajat SMP/ sederajat SMU/ sederajat Diploma Sarjana Dokter hewan Master Doktor
Status Pegawai Pegawai negeri Pegawai honorer Pengalaman Kerja < 1 tahun 1-3 tahun ≥ 3 tahun Pengalaman Keikutsertaan Pelatihan Pernah Belum pernah Curahan Waktu Kerja ≤ 8 jam 8 - 10 jam > 10 jam Pekerjaan Sambilan Ada Tidak ada Sumber : Hasil Responden dari Kuisioner Penelitian di Lapangan
Jumlah
Persentase (%)
2 8 -
20 80 -
9 1
90 10
1 6 3 -
10 60 30 -
10 -
100
8 2
80 20
8 2
80 20
10 -
100 -
2 8
20 80
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Karantina Hewan Pusat Timor Leste sebanyak 10 orang, dengan spesifikasi dan karakteristik seperti terlihat pada Tabel 1. Sebagian besar staf medik dan paramedik veteriner Karantina Hewan Pusat Timor Leste (80%) termasuk dalam kategori usia produktif, yakni berumur antara 30-50 tahun, sementara yang termasuk dalam kategori usia sangat produktif
6 yakni berumur kurang dari 30 tahun sebesar 20 %. Gambaran kondisi usia staf medik dan paramedik veteriner Karantina Hewan yang mayoritas dalam kategori usia produktif ini memungkinkan pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan adopsi inovasi baru dalam rangka peningkatan kualitas kerja di Karantina Hewan lebih mudah dilakukan. Staf medik dan paramedik veteriner terdiri dari 9 orang laki-laki (90 %) dan 1 orang perempuan (10 %). Jumlah ini belum ideal apabila dikaitkan dengan luasan wilayah kerja karantina. Karantina Hewan Pusat mewadahi 4 wilayah kerja strategis sehingga dipandang perlu untuk menambah sumber daya manusia sekurang-kurangnya 5 orang per wilayah. Proporsi perempuan diharapkan per masing-masing wilayah minimal 1 orang dari total staf baru yang direkrut baik sebagai tenaga laboratorium, administrasi maupun pelaksana teknis di lapangan. Mayoritas tingkat pendidikan staf medik dan paramedik di Karantina Hewan Pusat Timor Leste adalah sarjana (60%) dan dokter hewan (30%). Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap kemampuan teknis maupun manajerial. Staf dengan pendidikan yang lebih tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemapuan majerial yang lebih baik dari yang berpendidikan lebih rendah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui program capacity building yang berkelanjutan, baik melalui pendidikan formal maupun seminar dan pelatihan-pelatihan singkat. Seluruh staf medik dan paramedik veteriner di Karantina Hewan Pusat Timor Leste (100 %) berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Status kepegawaian staf ini diharapkan berpengaruh terhadap kualitas kerja sehingga memiliki kinerja yang lebih baik. Mayoritas pengalaman kerja staf medik dan paramedik veteriner di Karantina Hewan Pusat Timor Leste adalah 1-3 tahun (80 %) dan sisanya (20 %) memiliki pengalaman kerja ≥ 3 tahun. Masa kerja staf berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Staf dengan masa kerja lebih lama tentunya memiliki pengetahuan, ketrampilan, manajerial serta pelayanan yang lebih baik dari pada staf yang baru. Mengingat kondisi pengalaman kerja mayoritas staf medik dan paramedi veteriner Karantina Hewan pusat Timor Leste relatif baru maka perlu ditingkatkan kualitasnya baik melalui pendidikan formal maupun non formal (pelatihan dan seminar) terkait dengan aspek perkarantinaan. Seluruh staf medik dan paramedik veteriner memiliki curahan waktu kerja yang sama yakni 8 jam perhari (100 %). Curahan waktu kerja dapat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan baik pelayanan administratif di kantor maupun teknis di lapangan. Curahan waktu kerja 8 jam per hari sudah ideal sesuai dengan aturan yang berlaku untuk setiap pegawai negeri dari pemerintah setempat. Berdasarkan hasil survei terdapat 2 orang (20 %) staf medik dan paramedik veteriner yang memiliki pekerjaan lain selain pekerjaan utama sebagai staf karantina hewan. Meskipun jumlah staf yang memiliki kerja sampingan hanya berjumlah 2 orang namun perlu mendapat perhatian yang serius dari pemeritntah. Staf yang memiliki pekerjaan lain akan berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas kerja dimana staf yang hanya bekerja di karantina hewan lebih fokus pelayanan kerja dibandingkan dengan yang memiliki pekerjaan lain. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ditingkatkan kesejahteraan staf, sehingga curahan waktu kerja dapat dioptimalkan di lingkungan karantina hewan.
7 Penilaian Aspek Biosecurity Karantina Hewan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan penyimpanganpenyimpangan dari aspek biosecurity pada Karantina Hewan Pusat di Timor Leste. Penyimpangan-penyimpangan dimaksud dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada Aspek Biosecurity Karantina Hewan Pusat di Timor Leste Kategori
Jenis Penyimpangan
Kritis
Instalasi kandang isolasi tidak terpisah pada satu area Tidak dilakukan screening test di instalasi kandang sementara sebelum keluar dari area karantina Tidak dilakukan pemusnahan terhadap hewan atau produk asal hewan yang terindikasi berbahaya Tidak dilakukan isolasi terhadap hewan yang masuk melalui karantina hewan Alat transportasi hewan atau produk asal hewan yang masuk /keluar dari Timor Leste tidak diperiksa sebelum melintasi batas area karantina hewan ke tempat tujuan Alat transportasi yang masuk atau keluar di wilayah karantina hewan tidak disucihamakan (spraying and dipping) Pengunjung atau tamu yang masuk/keluar ke wilayah karantina tidak dilakukan program disinfeksi (pintu masuk/keluar) Tidak dilakukan disinfeksi pada semua peralatan yang digunakan oleh petugas karantina Lama tindakan isolasi tidak sesuai dengan aturaan tentang perkarantinaan Kandang isolasi tidak dipagari guna menghindari pengunjung yang tidak berkepentingan Areal karantina tidak dibersihkan dengan desinfektan Kandang isolasi dan penampungan hewan sementara tidak dibersihkan dengan desinfektan Tidak ada peringatan atau tanda pada pagar/pintu masuk kandang isolasi Jumlah Penyimpangan
Serius
Mayor
Minor
T
Y √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7
6
Keterangan : T = Tidak, Y = Ya Pada Tabel 3 terlihat, dari 13 pernyataan jenis penyimpangan ditemukan 6 jenis penyimpangan atau tidak dilakukan kegiatan yang seharusnya diimplementasikan di Karantina Hewan Pusat Timor Leste sebagaimana diakui responden. Keenam jenis penyimpangan tersebut masing-masing dalam kategori kritis (2 jenis), serius (2 jenis), mayor (1 jenis) dan minor (2 jenis). Tujuh jenis kegiatan lainnya menurut responden dapat diimplementasikan, artinya tidak terjadi penyimpangan. Biosecurity merupakan salah satu tindakan yang penting dan strategis guna mencegah masuk atau keluarnya suatu penyakit atau bahaya hayati lain ke suatu wilayah atau negara yang bebas, oleh karena itu perlu implementasi sistem biosecurity yang maksimun dan berkelanjutan guna mencegah bahaya penyebaran penyakit dan bahan hayati lainnya. Elemen dasar biosecurity antara lain isolasi, pembersihan dan desinfeksi dan pengaturan lalulintas (FAO 2008).
8 Menurut UU RI No. 18 tahun 2009, Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit ke induk semang dan atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengkontaminasi atau disalahgunakan, misalnya tujuan untuk bioterrorist. Pernyataan ini didukung oleh Atlas dan Reppy (2005) yang menyatakan bahwa untuk menghamonisasikan peraturan internasional diperlukan implementasi biosecurity yang ketat guna mengurangi risiko bioterrosist. Biosecurity dapat diterapkan di berbagai tingkatan dari yang paling kecil seperti bisecurity tingkat kandang sampai yang besar seperti biosecurity tingkat negara, untuk seterusnya berbagai tingkatan ini akan di wakili dengan istilah wilayah. Biosecurity haruslah diterapkan secara terus menerus dan dalam berbagai tahapan yang saling terkait untuk mencegah masuknya organisme yang dapat memberikan efek merugikan. Penerapan yang terus menerus dan dalam berbagai tahapan yang saling terkait ini dikenal sebagai rangkaian biosecurity atau biosecurity continuum. Pelaksanaan biosecurity continuum, dapat di bagi menjadi tiga aktifitas yang berbeda dan saling terkait yaitu biosecurity pre-border (biosecurity sebelum perbatasan), biosecurity border (biosecurity di perbatasan), dan biosecurity post-border (biosecurity setelah perbatasan). Penilaian Aspek Biosafety Karantina Hewan Hasil evaluasi menunjukkan terdapat beberapa penyimpangan pada aspek biosafety di Karantina Hewan Pusat Timor Leste. Penyimpangan-penyimpangan dimaksud selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada aspek biosafety Karantina Hewan Pusat di Timor Leste Kategori
Jenis penyimpangan
Kritis
Petugas karantina hewan tidak mengunakan perlengkapan laboratorium (masker, helm, sarung tangan, sepatu boot) selama menangani hewan atau pengujian bahan asal hewan di laboratorium Tidak mengunakan perlengkapan laboratorium atau pakaian kerja keluar dari laboratorium ke areal publik atau rumah Petugas karantina tidak mencuci tangan dengan disinfektan sebelum dan sesudah menangani hewan atau produk asal hewan Pengunjung atau tamu tidak diberikan perlengkapan laboratorium yang steril guna menghindari bahaya biologi atau kimia di areal laboratorium dan kandang isolasi Tidak membuang sampah bekas peralatan pada tempat yang terpisah (jarum suntik, pecahan botol) Petugas atau pengunjung tidak diberi tanda peringatan larangan menjauhi bahan atau peralatan laboratorium yang berbahaya Jumlah Penyimpangan
Serius
Mayor Minor
T
Y
√ √ √ √ √ √ 3
3
Keterangan : T = Tidak, Y = Ya
Data pada Tabel 3 terlihat, dari 6 pernyataan jenis penyimpangan ditemukan 3 jenis penyimpangan atau tidak dilakukan kegiatan yang seharusnya diimplementasikan di Karantina hewan Pusat Timor Leste sebagaimana diakui responden. Ketiga jenis penyimpangan tersebut masing-masing dalam kategori serius (1 jenis), mayor (1 jenis) dan minor (1 jenis), sementara 3 jenis kegiatan
9 lainnya menurut responden dapat diimplementasiskan artinya tidak terjadi penyimpangan. Implementasi biosafety sangat penting dan mutlak diperlukan di karantina hewan. Hal ini karena praktek standar operasional prosedur biosafety laboratorium yang sesuai sangat diperlukan untuk mencegah terpapar (expoxure) dan infeksi terkait laboratorium. Expoxure yang dimaksud dapat berupa chemical hazard maupun biological hazard yang dapat mengancam keselamatan operator (personal) laboratorium dan lingkungan sekitar labotaratorium di karantina hewan. Menurut laporan dari Laboratorium Sandia tahun 2005 bahwa laboratorium biosafety merupakan salah satu ukuran untuk mengurangi resiko biologi yaitu bertujuan untuk mengurangi terpaparnya petugas laboratorium atau orang lain disekitar lingkungan laboratorium yang berpotensi terhadap agen-agen bahaya yang ikut serta dalam penelitian di bidang biologi maupun biokimia. World Health Organization (WHO 2006) menyatakan bahwa biosafety laboratorium adalah prinsip penyimpanan, teknologi dan praktek yang dilaksanakan dalam rangka melindungi pekerja laboratorium dari paparan bahanbahan berbahaya potensial (patogen dan toksin) serta tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Sistim biosafety dapat di implementasikan pada tingkat atau level yang disesuaikan dengan tingkat bahaya atau resiko (risk group) karena setiap bahaya patogen dan toksin memiliki perlindungan yang berbeda. Implementasi biosafety level 1 (BSL-1) diterapkan pada risk group-1, BSL-2 pada risk group 2, BSL-3 pada risk group- 3 dan BSL-4 pada Risk gorup- 4. Penilaian Aspek Tindakan Karantina Hewan Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan adanya penyimpangan dalam penerapan tindakan karantina di Pusat Karantina Hewan Pusat Timor Leste. Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada aspek Tindakan Karantina Hewan Pusat di Timor leste Kategori Kritis
Serius
Mayor Minor
Jenis Penyimpangan Tidak melakukan pemeriksaan dokumen terhadap hewan atau produk asal hewan sebelum masuk atau keluar dari Karantina Hewan Tidak memeriksa hewan dan produk asal hewan yang akan masuk atau keluar dari karantina hewan Timor Leste Tidak melakukan penahanan hewan atau produk asal hewan yang tidak memiliki dokumen resmi dari negara asal Hewan yang dicurigai secara fisik tidak ditangani secara intensif oleh petugas medis sebelum dibebaskan Tidak melakukan penahanan hewan atau produk asal hewan yang dicurigai membawa bahaya atau terjangkit suatu penyakit Tidak melakukan tindakan pemusnahan terhadap hewan menderita penyakit berbahaya atau berpotensi zonosis Tidak melakukan pemusnahan terhadap produk asal hewan yang membawa hazard Tidak melakukan tindakan pengamatan terhadap hewan baik secara fisik maupun laboratoriun Tidak melakukan tindakan pembebasan terhadap hewan atau bahan asal hewan yang diangap sehat dan lengkap dokumen resmi dari karantina asal Hewan yang sudah diangap sehat oleh tim medis karantina selama masa pengasingan tidak dibebaskan untuk keluar atau masuk ke tempat tujuan Jumlah Penyimpangan
Keterangan : T = Tidak, Y = Ya
T
Y
√ √ √ √ √
√
√
√
√ √ √ √ 10
0
10 Tabel 4 menunjukkan dari 10 jenis kegiatan yang harus diimplementasikan di Karantina Hewan Pusat Timor Leste tidak diterdapat satu pun kegiatan yang menyimpang. Hasil ini mengambarkan bahwa konsistensi dan tanggungjawab staf medik maupun paramedik veteriner dalam melaksanakan tindakan karantina hewan sudah sesuai prosedur. Tindakan karantina yang direalisasikan di lapangan meliputi kegiatan pemeriksaan, penahanan, pengamatan, pemusnahan dan pembebasan. Djajalogawa dan Pramudy (2008) menyatakan bahwa suatu negara ingin aman dari penyakit eksotik atau suatu penyakit hewan lainnya yang masuk ke negara itu maka harus didukung oleh sistem perkarantinaan yang kuat. Sistem Kesehatan Hewan Nasional, karantina menjadi satu-satunya pintu masuk (entry point) hewan, bahan asal hewan dan hasil ikutan lainnya dari luar negeri serta antar pulau dalam negeri. Praktek implementasi tindakan karantina hewan di Timor Leste dinilai jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan aspek lainnya. Penilaian Aspek Bangunan dan Fasilitas di Karantina Hewan Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa penyimpangan dari aspek bangunan dan fasilitas di Pusat Karantina Hewan Pusat di Timor Leste. Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis dan Kategori Penyimpangan pada aspek Bangunan dan Fasilitas Karantina Hewan Pusat di Timor Leste Kategori Kritis
Serius
Mayor Minor
Jenis Penyimpangan Tidak tersedia bangunan ( kandang) isolasi hewan khusus yang permanen Tidak disediakan kandang atau tempat penampungan sementara hewan di karantina Tidak tersedia air bersih di area karantina hewan Tidak tersedia tempat pembuangan limbah baik padat maupun cair yang khusus Tidak disediakan bangunan khusus untuk laboratorium sesuai level Biosafety Tidak tersedia bangunan khusus untuk klinik hewan yang permanen Tidak disediakan kolam dipping dan fasilitas spraying desinfektan pada pintu masuk atau keluar pengunjung dan kendaraan Tidak disediakan tempat pemusnahan khusus untuk hewan/produk yang berbahaya Tidak tersedia fasilitas penerangan yang memadai Tidak disediakan toilet dan kamar mandi yang memadai
T
Y √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
Tidak menyediakan sabun dan air bersih untuk petugas dan pengunjung
√
Tidak tersedia instalasi khusus ternak impor
√ √
Tidak tersedia tempat khusus mencuci peralatan lapangan Jumlah Penyimpangan
4
9
Keterangan : T = Tidak, Y = Ya
Pada Tabel 5 terlihat, dari 13 pernyataan jenis penyimpangan ditemukankan 9 jenis penyimpangan atau tidak dilakukan kegiatan yang seharusnya diimplementasikan di Karantina Hewan Pusat Timor Leste sebagaimana diakui responden. Kesembilan jenis penyimpangan tersebut masing-masing dalam kategori kritis (2 jenis), serius (4 jenis) mayor (1 jenis) dan minor (2 jenis).
11 Sedangkan tiga jenis kegiatan menurut responden dapat diimplementasikan, artinya tidak terjadi penyimpangan. Berdasarkan hasil survei terhadap aspek fasilitas dan bangunan di karantina hewan pusat di Timor Leste, mengambarkan bahwa kondisi yang diobservasi masih dalam kategori tingkat buruk. Hasil ini ditunjukkan dengan masih sangat minimnya fasilitas dan bangunan khusus yang permanen untuk kebutuhan karantina hewan. Bangunan dan fasilitas yang dimaksud antara lain kandang isolasi, kandang penampungan hewan sementara, tempat pembuangan limbah padat maupun cair yang khusus, laboratorium biosafety level, klinik hewan, instalasi kandang khusus ternak impor, fasilitas disinfeksi untuk petugas dan pengunjung. Karantina Hewan harus memenuhi persyaratan teknis baik lokasi, konstruksi, sistem drainase, kelengkapan sarana dan prasarana. Penetapan lokasi berkaitan dengan analisis risiko penyebaran hama penyakit, peta situasi hama penyakit hewan, kesejahteraan hewan, sosial budaya dan lingkungan serta jauh dari lokasi budidaya hewan lokal. Fasilitas dan bangunan karantina hewan merupakan elemen penting selain sumber daya manusia yang berperan serta mendukung dalam implentasi sistim biosecurity dan biosafety karantina hewan yang baik. Canadian Food Inspection Agency/CFIA (2003) bahwa dalam penerapan biosecurity karantina, menyatakan bahwa fasilitas minimun karantina hewan yaitu penyediaan fasilitas yang diperuntukkan untuk pengujian hewan setelah masuk atau observasi penyakit-penyakit yang tidak ditanggani dengan fasilitas level menenegah hingga tinggi. Fasilitas karantina minimun tidak digunakan untuk penyakit-penyakit yang tercatat dalam list A OIE. Fasilitas yang dimaksud antara lain, lingkungan atau lokasi karantina, bangunan yang dilengkapi dengan pagar, air bersih, penerangan, tempat pembuangan limbah, fasilitas desinfeksi, security terhadap pengunjung, staf kontrol hewan dan medical record. Pernyataan ini menunjukkan bahwa, Karantina Hewan Timor Leste sudah memenuhi kriteria minimun fasilitas karantina yang dimaksud namun perlu pengkhususan fasilitas dan bangunan yang memadai. Penilaian Kategori Implementasi Biosecurity dan Biosafety Penilaian kategori implementasi biosecurity dan biosafety di Karantina Hewan Pusat Timor Leste dapat dievaluasi berdasarkan keempat aspek penilaian yakni biosecurity, biosafety, tindakan karantina hewan, serta bangunan dan fasilitas karantina hewan. Aspek penilain didasarkan pertimbangan penyimpangan tingkat risiko yang dimulai dari minor, mayor, serius dan kritis. Hasil evaluasi dari keempat aspek tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Cara evaluasi ini merupakan adopsi dari model evaluasi kategori Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah dimodifikasi. Tabel 6 Jumlah Penyimpangan Implementasi Sistem Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan Pusat di Timor Leste No 1 2 3 4
Kategori Minor Mayor Serius Kritis
Total Pernyataan 6 8 17 11
Jumlah Penyimpangan 4 3 8 2
12
Tabel 7 Model Evaluasi Kategori Implementasi sistem Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan Pusat Timor Leste Tingkat Baik Sedang Buruk
Minor <2 3- 4 >4
Jumlah penyimpangan Mayor Serius ≤2 ≤5 3-5 6 - 11 >5 > 11
Kritis ≤3 4-7 >7
Tabel 6 memperlihatkan jumlah penyimpangan yang terjadi dalam kategori minor sebanyak 4 jenis, kategori mayor sebanyak 3 jenis, kategori serius sebanyak 8 jenis dan kategori kritis sebanyak 2 jenis penyimpangan. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa tingkat implementasi sistem biosecurity dan biosafety karantina hewan secara keseluruhan di Timor Leste masih dalam kategori sedang. Hasil evaluasi ini merupakan akumulasi jumlah penyimpangan yang ditemukan pada keempat aspek penilaian (biosecurity, biosafety, tindakan karantina hewan serta aspek bangunan dan fasilitas) di Karantina Hewan Pusat Timor Leste. Kemungkinan Dampak Implementasi Sistem Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan di Timor Leste Penyebaran Penyakit Hewan Menurut badan kesehatan hewan dunia (organization Internationale des epizotica/OIE), menyatakan bahwa 60 % dari penyebab penyakit pathogen yang ditularkan ke manusia berasal dari hewan. Penyakit-penyakit ini dikenal sebagai penyakit zoonosis yang dapat ditransmisikan dari hewan domestik maupun hewan liar. Peyakit-penyakit yang dapat ditularkan ke manusia seperti avian influenza, rabies, brucellosis, dan bovine spongioform encephalopathy, saat ini menjadi perhatian kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Pemeritah Timor Leste dalam hal ini Departemen Karantina Hewan harus sigap untuk mencegah masuknya penyakit-penyakit zoonosis yang dimaksud melalui implementasi sistem biosecurity dan biosafety yang ketat. Ada lima penyakit hewan yang masuk dalam daftar teratas agenda Zoosanitary internasional beberapa tahun terakhir ini. Penyakit-penyakit tersebut seperti Avian Influenza, bovine spongioform encephalopathy, foot and mouth deseases, rabies and rinderspest. Ada beberapa penyakit yang masih menyebar di beberapa wilayah di dunia, sehingga memerlukan konsern dan kesigapan pengamanan serta informasi yang transparan secara saintifik. Penyakit-penyakit tersebut di beberapa wilayah atau negara menjadi penyakit eksotik salah satunya adalah Timor Leste masih menyandang status bebas dari kelima penyakit tersebut. Status ini tidak menutup kemungkinan terhadap resiko penyebaran penyakit hewan melalui lalu lintas orang dan barang yang tidak terkendali melalui perdagangan bebas. Menurut Kimball (2006), penyediaan sumber pangan dan obat-obatan serta kebutuhan hayati lainnya melalui perdagangan bebas begitu cepat menyeluruh. Hal ini mengambarkan bahwa perpindahan barang dari satu wilayah ke wilayah lain akan membawa mikroba yang akan mengancam kesehatan hewan dan manusia. Kejadian penyakit virus H1N1 (swine flu) di Meksiko yang dilaporkan oleh WHO pada tahun 2009, bahwa transmisi agen penyakit berpindah dari hewan
13 ke manusia dan meyebar ke suatu populasi degan sangat cepat. Hanya dalam waktu 6 minggu virus H1N1 terdeteksi di Meksiko pada Februari 2009, virus itu sudah menyerang lebih dari 2000 orang di 23 negara melalui perjalanan internasional. Hal ini menunjukkan bahwa setiap negara termasuk Timor Leste berpotensi terhadap ancaman suatu mikroba sehingga diperlukan kewaspadaan dini untuk mencegah masuk atau keluarnya suatu agen penyakit melalui inplementasi biosecurity dan biosafety melalui karantina yang ketat. Invasive Species Animal (invasive alien species) Invasive alien species (IAS) merupakan organisme invasive di suatu lingkungan yang mengancam perekonomian yang berdampak pada pertanian, kesehatan manusia dan nilai dari suatu lingkungan yang alami. Pejchar et al. (2009), IAS didefinisikan sebagai spesien yang bukan endemik yang dapat mengancam ekosistem, habitas atau spesies. Mooney (2005), IAS juga dapat menyebabkan dampak yang serius terhadap proses ekosistem yang jadi dasar kesehahteraan manusia. IAS merupakan isu global penting yang sangat berisiko, oleh karena itu perlu tangungjawab dan pendekatan karantina dalam mengambil tidakan sesuai dengan level proteksi pada batas-batas perdagangan yang efektif dan efisien dalam mencegah, mendeteksi dan mengkontrol spesies invasif (hewan). Hal ini karena organisme maupun hewan yang bukan endemik di suatu wilayah akan mengancam ekosistem flora dan fauna setempat sehingga menimbulkan ancaman kesehatan manusia, hewan, lingkugan maupun perekonomian. Timor Leste merupakan salah satu negara berisiko terhadap keberadaan IAS. Faktor-faktor pendukung masuknya IAS ke Timor Leste adalah banyaknya produk impor dari luar negeri melalui kapal-kapal kargo semenjak masuknya tentara perdamain (PBB) hingga saat ini. Masih minimnya industri peternakan dan bahan pangan lainnya, maka peningkatan aktivitas impor memudahkan perpindahan IAS ke Wilayah Timor Leste. Menurut hasil observasi OIE (2011), jalur perdangangan merupakan salah satu faktor pendukung terhadap berkembangnya invasive alien species atau invasive animals species di seluruh dunia. Hal ini berhubungan dengan komoditas ekspor maupun impor melalui sarana transportasi, oleh karena itu OIE menghimbau kepada seluruh karantina wilayah maupun negara untuk memberi perhatian penuh, dalam hal menjaga dalam control ekspor dan impor komoditikomoditi yang berisiko. Selain itu diminta kerja sama dari semua stakeholder untuk transparan dan partisipatif dalam memberikan informasi terkait IAS. Agen Senjata Biologis (bioweapons) Agen-agen penyebab penyakit pada hewan termasuk penyakit zoonosis berpotensi untuk digunakan sebagai “biological weapons” atau sejata biologis sebab mereka memiliki dampak ekonomi dan kepanikan social besar contohnya agen penyebab penyakit mulut dan kuku (foot and mouth diseases). Pada dasarnya ada dua kategori dari agen biologis yang dipakai sebagai senjata antara lain mikroorganisme (bakteri dan virus) dan toksin (seperti toxin botulinum). Menurut OIE banyak penyakit zonotik dari hewan yang dapat berperan mengancam kesehatan masyarakat. Sekitar 60 % penyakit infeksius pada manusia yang bersifat zoonotic dan 75 % dari penyakit infeksi baru pada manusia berasal dari
14 hewan dan sekitar 80% agen pathogen zoonotic digunakan sebagai agen bioterorist. Menurut Riedel (2004), meningkatnya ancaman bioteroris menimbulkan risiko penggunaan beragam mikroorganisme sebagai senjata biologi sehingga perlu dievaluasi pemahaman yang lebih baik mengenai sejarah pengembangan dan penggunaan agen-agen biologi. Timor Leste merupakan negara baru yang sebagian besar penduduknya masih minim pengetahuan tentang bioterisme yang dimaksud. Hal ini dapat menimbulkan ketakutan, kepanikan sosial serta memperburuk ekonomi yang tinggi sehingga diperlukan sosialisasi dan kontrol ketat terhadap penggunaan mikroba dan toksin di laboratorium. Atlas dan Reppy (2005), untuk memperkuat peraturan internasional diperlukan implemetasi biosecurity yang ketat guna mengurangi resiko bioterosist. Seperti pada system keamanan yang lainnya diperlukan kerja sama yang baik dan kuat dalam menerapkan sistim kontrol akses bahaya-bahaya pathogen, program transparansi biodefense, asistansi dan transfer teknolgi kepada negara-negara berkembang untuk meningkatkan biosecurity dan biosafety, meningkatkan kesadaran secara global dari penyalagunaan ilmu melalui terrorist dan pengembangan ketaatan terhadap etika. Perlu kerjasama secara kolektif dan memanfaatkan lembaga internasional maupun regional yang telah memiliki peran dalam mendukung keamanan maupun kenyamanan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penilaian menunjukkan bahwa kondisi sumber daya manusia di Karantina Hewan Pusat Timor Leste belum memadai baik secara teknis maupun manajerial. Evaluasi dari keempat aspek yang dinilai yakni aspek biosecurity, biosafety, tindakan karantina hewan serta aspek bangunan dan fasilitas menunjukkan bahwa pelaksanaan implementasi system biosecurity dan biosafety Karantina Hewan Timor Leste masih pada kategori tingkat sedang. Kondisi ini sangat berpontensi terhadap ancaman kemungkinan penyebaran penyakit hewan dan biohazard lainnya terhadap kesehatan, keamanan dan keselamatan manusia, hewan dan lingkungan di Timor Leste. Saran Saran dari penilitian ini, pemerintah Timor Leste dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Perikanan khususnya Direktorat Nasional Karantina dan Biosecurity, Departemen Karantina Hewan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya staf medik dan paramedik veteriner, baik dalam hal teknis maupun manajerial. Perlu pengembangan dan penyediaan fasilitas dan bangunan karantina yang memadai dan terpadu khususnya di wilayah perbatasan yang strategis sebagai pintu masuk (entry point) sesuai dengan kebutuhan IPTEKS di karantina hewan. Penilitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengkaji dampak biologi, kimia dan bahaya lainnya terhadap ancaman penyebaran penyakit hewan dan biohazard lain di Timor Leste.
15
DAFTAR PUSTAKA [CFIA] Canadian Food Inpection Agent. 2003. Criteria for Minimun security Quarantine Fasilities. [Diunduh 5 Juli 2013] dalam (http://www.inspection.gc.ca/animals/terrestrialanimals/imports/policies/li ve-animals/quarantine-facilities/2003-5/eng/) [Deptan RI] Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Direktorat Kesehatan Hewan. 2004. Penyakit Eksotik Pada Hewan. Jakarta : Departemen Pertanian. [FAO] Food and Agricultural Organization of The United Nations. 2008. Biosecurity for Higly Pathogenic Avian Influenza. FAO Animal Production and Health Paper. Roma: Food and Agricultural Organization. [OIE] Organization Internationale des Epizotica. 2011. Guidelines For Assessing The Risk Of Non-Native Animals Becoming Invasive. [Sandia Report] Sandia National Laboratory. 2005. Laboratory Biosecurity Implementation Guidelines. Alburqueque, New Mexico 87185 and Livermore, California 94550 [OIE] Organization Internationale des Epizotica. One Health. (http://www.oie.int/for-the-media/editorials/detail/article/one-health/). [diunduh, 23 Maret 2013] [UU RI.No.18/2009] Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2009. Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta : PDHI. [WHO] World Health Organization. 2004. Laboratory Biosafety Manual. Third Edition. Geneva : World Health Organization. [WHO] World Health Organization. 2006. Biorisk Management: Laboratory Biosecurity Guidance. Geneva : World Health Organization. [WHO]World Health Organization. 2006. Guidline for development of Healthy Food Market in Indonesian Public Health Inventions for prevention and control of avian influenza. New Delhi: World Health Organization Atlas RM, Reppy J. 2005. Globalizing biosecurity. Biosecurity and terrorism: Biodefense Strategy, Practice and Science 3(1):51-60. Azhari. 2007. Revitalisasi Laboratorium Karantina Hewan Bbkp Tanjung Priok. (http://www.deptan.go.id/bbkptgpriok/detailberita.php?id). [diunduh, 8 Agustus 2012] Dekretu-Lei No.21/31 Dezembru 2003 no regulamento Geral No. 1/2006) Konaba Juridiku Quarantena Konaba Inportasaun no exportasaun Animal Moris no Produto Animal Nia no Kontrola Sanitario ba Mercadoria Internasional. Departamento Informasaun Geral Quarantena: Timor Leste Djajalogawa SS, Pambudy R. 2008. Menjelang dua Abad sejarah peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia:”Peduli Peternak Rakyat”. Jakarta : Yayasan Agrindo Mandiri. Jones KE, Patel NG, Levy MA, Storegard A, Balk D, Gittleman JL, Daszak P. 2008. Global Trends in Emerging Infectious Diseases. Nature. 21:451990.
16 Kimball AM. 2006. Risky Trade : Infectious Diseases in an Era of Global Trade. London: Ashgate Publisher. Mooney HA. 2005. Invasive Alien Species: the Nature of The Problem. In Invasive Alien Species. England : Island Press Pejchar L, Mooney HA. 2009. Invasive Species, Ecosystem Services and Human Well-Being. USA : Stanford Inc. Riedel S. 2004. Biological Warfare and Bioterorism: a Historical Riview. Proc (Bayl Univ Med Cent). v.17 (4): 400-406. PMCID: PMC1200679.
17 Lampiran 1 Kerangka Pemikiran Studi Implementasi Biosecurity dan Biosafety Karantina Hewan
Studi
Evaluasi Karantina Hewan
Aspek Biosecurity
Aspek Biosafety Komponen Evaluasi
Aspek Tindakan Karantina Hewan
Minor Kategori Penyimpan gan
Mayor Serius Kritis
Baik Hasil Evaluasi
Sedang Buruk
Dampak
Penyebaran Penyakit Hewan dan biohazard di Timor Leste
WILAYAH STUDI
Aspek Fasilitas dan Bangunan
18
Lampiran 2 Format Kuisioner dan Checlist yang digunaan dalam Penelitian
KUISIONER PROFIL BIROKRASI PEGAWAI ADMINISTRATIF STRUKTURAL MAUPUN TEKNIS DI KARANTINA HEWAN TIMOR LESTE ==================================================================== Tanggal
:
Nama Karantina
:
Alamat Karantina
:
Nama Pegawai
:
Alamat Jelas
:
Posisi
:
GAMBARAN UMUM TENTANG PEGAWAI DI KARANTINA HEWAN 1.
Status kepegawaian di karantina Hewan? o Pegawai negri o Pegawai honor o Dan lain-lain, sebutkan…………… 2. Berapakah penghasilan yang diterima setiap bulannya di departemen ini ? o Rata-rata o o Maksimum o 3. Sudah berapa lamakah Bapak/Ibu kerja di Karantina Hewan ? o < 2 tahun o o < 4 tahun o o < 6 tahun o 4. Pendidikan formal : o Lulus SD o o Tidak lulus o o Lulus SMP o o Tidak lulus o o Lulus SMA/sederajat o 5.
6.
7.
8.
Minimum Lain-lain, sebutkan………………. < 8 tahun < 10 tahun Lain-Lain, sebutkan………. Tidak Lulus D1/D2/D3/ Sarjana Magister Doctor
Apakah Bapak/Ibu Memiliki Pekerjaan sampingan? o Bisnis o Guru/dosen o Lain-lain, sebutkan………………………………. Jenis pekerjaan apa yang Bapak/Ibu tanggani di Karantina Hewan? o Tenaga Medis o Administrasi o Tenaga Paramedis o Humas o Lain-lain, sebutkan…………… o Kerjasama Berapa lamakah Bapak/Ibu bekerja di Karantina Hewan?..................jam o Jam Masuk :………………………. o Jam Keluar :………………………. Apakah Bapakit/Ibu pernah mendapatkan/mengikuti pelatihan tentang manajemen perkarantinaan (strukturisasi/pelatihan administrasi/Medik/ Paramedik)? o Ya
19 o Tidak (Langsung bagian II. Aspek biosecurity) Berapa lamakah Bapak/Ibu mengikuti pelatihan tersebut? o 1 Minggu o 1 Bulan o 1 Tahun 10. Dari manakah anda mendapatkan pelatihan tersebut? o Dinas, sebutkan:………….. o Swasta
9.
o
Lain-lain, sebutkan :………………………….
o o
Universitas Lain-lain, sebutkan :……………………
KARAKTERISTIK PENILAIAN I. 1.
2.
3.
ASPEK BIOSECURITY Prinsip Isolasi a. Apakah intalasi karantina hewan memiliki kandang Isolasi hewan/ternak? o Ya o Tidak b. Apakah pihak karantina melakukan tindakan isolasi bagi hewan/ternak yang diduga bermasalah? o Ya o Tidak c. Berapa lamakah hewan/ternak tersebut di isolasi? o 1 Minggu o 1 Bulan o 2 Minggu o Lain-lain, sebutkan :……………. d. Apakah kandang isolasi ternak/hewan dari berbagai spesies ada pada satu area? o Ya o Tidak o Lain-lain, sebutkan : ………………. Prinsip Pengaturan Lalulintas a. Jalur manakah yang sering digunakan untuk keluar masuknya hewan/ternak? o Bandara Udara o Daratan o Pelabuhan laut b. Kendaraan manakah yang sering digunakan sebagai transportasi hewan/ternak? o Kapal o Pesawat o Mobil c. Apakah alat transportasi pengangkutan hewan/ternak diperiksa sebelum masuk atau keluar dari area Karantina hewan? o Ya o Tidak d. Apakah Kendaraan yang mengangkut ternak/hewan disaat melewati area karantina hewan dilakukan tindakan desinfeksi ? o Ya o Tidak e. Seperti apakah Tindakan desinfeksi yang dilakukan terhadap alat transportasi tersebut? o Dipping o Spraying o Lain-lain, sebutkan : ……………………. Prinsip Higiene dan Sanitasi a. Berasal dari manakah sumber Air yang digunakan untuk Keperluan di karantina hewan o Sumur o Sungai o PDAM o Lain-lain, sebutkan : …………….. b. Berapa sering lantai kandang karantina dan isolasi hewan dibersihkan ? o 1 kali/sehari o 3 kali/sehari o 2 kali/sehari o Lain-lain, Sebutkan :………. c. Kapan kegiatan kebersihan kandang dilakukan ? o Pagi o Siang o Malam o Lain-lain, sebutkan:…….
20 d.
4.
Bagaimana cara Bapak/Ibu membersihkan lantai ? o Hanya di sapu saja o Disapu dan sambil disiram dengan air saja o Disapu dengan mengunakan sabun lantai o Lain-lain, sebutkan : ………………………………………………. Prinsip Test and slaughtering a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui adanya tindakan test and slaughtering di Karantina? o Ya o Tidak (langsung ke II. Biosafety dan Higiene personal) b. Ternak jenis apakah yang sering didiagnosa positif penyakit tertentu? o Ungags o Sapi o Kambing dan domba o Babi o Lain-lain, sebutkan:……………………. c. Bagaiman hasil test bagi hewan (ternak) yang menderita penyakit? o Dipotong o Dikembalikan ke pemilik o Lain-lain, sebutkan:…………..
ASPEK TINDAKAN KARANTINA 1.
2.
3.
4.
Prinsip Pemerikasaan a. Apakah petugas karantina melakukan pemeriksaan terhadap hewan sebelum, selama dan sesudah masuk ke wilayah Karantina Timor Leste? o Ya o Tidak o Tidak Tahu b. Tindakan pemeriksaan apa saja yang menjadi target petugas Karantina? o Kelengkapan dokumen hewan o Surat izin lintas daerah/negara o Lain-lain, sebutkan :……………………………. c. Setahu Bapak/Ibu, pernahkah menemukan adanya kasus pemalsuan dokumen hewan/surat izin masuk dari negara lain? o Ya o Tidak (lanjut ke bagian ii. pengasingan) o Tidak tahu d. Tindakan apa yang dilakukan Pihak karantina atas pemalsuan dokumen hewan masuk ke Timor Leste? o Ditolak o Diizinkan tetap masuk o Lain-lain, sebutkan :………………. Prinsip pengasingan a. Apakah petugas pernah melakukan tindakan pengasingan terhadap hewan atau bahan asal hewan yang membahayakan? o Ya o Tidak o Tidak tahu b. Setahu Bapak/Ibu, berapa seringkah Petugas Karantina Hewan melakukan tindakan pengasingan? o Sering o Kadang-kadang o Lain-lain: sebutkan :………………………………….. Prinsip Pengamatan a. Apakah petugas Karantina Hewan melakukan tindakan pengamatan hewan/bahan asal hewan ? o Ya o Tidak o Tidak tahu b. Apa saja yang diamati petugas Karantina hewan setelah sampai di karantina? o Pemeriksaan fisik o Diagnose laboratorium o Lain-lain, sebutkan:…………….. Prinsip Penahanan a. Apakah Petugas Karantina Hewan pernah melakukan Penahanan hewan/bahan asal hewan yang akan keluar atau masuk ke Wilayah Timor Leste? o Ya o Tidak o Tidak tahu
21 b.
5.
Apa alasan pihak arantina melakukan penahanan? o Dokumen tidak lengakap o Hewan sakit o Lain-lain, sebutkan:………………………………… Prinsip penolakan a. Setahu Bapak/Ibu, pihak karantina pernah melakukan penolakan hewan/ternak atau bahan asal hewan masuk ke wilayah Timor Leste? o Ya o Tidak o Tidak tahu
b.
6.
7.
II.
Hewan/ternak yang mengalami tindak penolakan dari karantina o Ternak ungags o Ternak sapi o Ternak Babi o Lain-lain, sebutkan :……………………… c. Setahu Bapak/Ibu alasan kenapa ditolak masuk ke negara Timor Leste? o Ternak tertular penyakit o Berasal dari negara endmis o Tidak memiliki dokumen resmi o Lain-lain, sebutkan :………………………. Prinsip Pemusnahan a. Apakah pihak karantina melakukan tindakan pemusnahan bagi hewan/ternak atau asal hewan yang bermasalah? o Ya o Tidak o Tidak tahu b. Berapa kali pihak karantina melakukan pemusnhan? o Sering o Tidak pernah o Lain-lain, sebutkan :…………….. Prinsip Pembebasan a. Apakah petugas Karantina Hewan melakukan pembebasan terhadap hewan/bahan asal hewan sehat dan lengakap dokumennya? o Ya o Tidak o Tidak tahu b. Berapa seringkah Petugas karantina melakukan pembebasan ? o Sering o Tidak pernah o Lain-lain, sebutkan : ……………………….. o Aspek Biosafety dan Higiene Personal 1. Apakah Bapak/Ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah menanggani hewan/ternak atau bahan asal hewan? o Ya o Tidak 2. Bagaimana Bapak/Ibu membersihkan tangan? o Dibersihkan dengan air saja o Dibersihkan dengan Sabun o Dibersihkan dengan air dan sabun o Lain-lain, sebutkan : ……………. 3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami kontaminasi mikroba infeksius atau toksin lain berbahaya selama bekerja di karantina Hewan? o Ya o Tidak (langsung ke pertanyaan ke-5) o Lain-lain, sebutkan : …………… 4. Tindakan apa yang dilakukan pihak Karantina setelah terpapar? o Dibawah ke rumah sakit o Ditangani langsug o Lain-lain, sebutkan:……………… 5. Apakah Bapak/Ibu mengunakan perlengkapan (sepatu boot, sarung tangan, masker, wearpack dan jas lab) selama menanggani ternak/hewan? o Ya o Tidak o Lain-lain,sebutkan:…………………………
22 NO : CHECKLIST BIOSECURITY DAN BIOSAFETY DI INSTALASI KARANTINA HEWAN ENUMERATOR :
TANGGAL:
Identitas Instalasi Karantina Hewan
Nama Karantina Alamat
Diretorat Nasional Karantina no Biosecurity, Departamentu Karatena Animais Rua Aeroporto Internasional Presidente Nicolao Lobato, Comoro, Dili, Timor Leste (+670 333 1010)
Ketentuan Pengisian Berilah tanda silang (X) pada kotak yang disediakan dalam tabel jika terjadi penyimpangan (pernyataan pada aspek yang dinilaisesuai dengan kondisi dan situasi yang ada), jika tidak terjadi penyimpangan berikan tanda checklist (√) pada kolom OK No. I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. II. 1.
2. 3.
4.
5.
III. 1. 2. 3. 4. IV. 1.
2.
Aspek Biosecurity dan Tindakan Karantina yang Dinilai Prinsip Isolasi Tidak dilakukan isolasi terhadap hewan/ternak yang masuk melalui Karantina Hewan Timor Leste Karantina hewan Timor Leste tidak memiliki kandang isolasi Waktu (lama) tindakan isolasi ternak atau hewan tidak sesuai dengan aturan perkarantinaan Instalasi kandang isolasi setiap spesies tidak terpisah pada satu area Kandang isolasi tidak dipagari untuk menghindari akses pengunjung yang tidak berkepentingan Tidak ada peringatan atau tanda pada pagar atau pintu masuk kandang isolasi Prinsip Pengaturan Lalulintas Alat transport hewan/bahan asal hewan yang masuk/keluar dari Timor Leste tidak diperiksa sebelum melintasi batas area steril Karantina hewan. Alat transportasi yang masuk/keluar ke wilayah karantina tidak dibebashamakan Tidak melakukan desinfektan dengan cara rendam ban/roda kendaraan pada kolam yang berisi desinfektan di Karantina Hewan untuk kendaraan yang masuk/keluar dari Timor Leste (dipping) Tidak melakukan desinfeksi pada jalur atau pintu khusus yang dilengkapi dengan selang/pipa desinfektan untuk penyemprotan kendaraan (spraying) Tidak tersedia fasilitas pada jalur/pintu masuk ke areal steril karantina yang berisi desinfektan untuk pengunjung Prinsip Higiene dan Sanitasi Areal karantina tidak dibersihkan dengan desinfektan Kandang isolasi dan penampungan hewan sementara tidak dibersihkan dengan desinfektan. Semua peralatan yang digunakn oleh petugas tidak dibersihkan dengan desinfektan. Tidak tersedia air dan sabun untuk petugas dan pengunjung Prinsip Test and Slaughtering Tidak Dilakukan screening terhadap hewan pada saat di Border (area karantina) sebelum keluar dari area karantina. Hasil screening yang positive tidak dikembalikan ke
Min
May
Ser
Kri
OK
Ket
23
3.
No.
pengirim untuk dipotong atau dimusnahkan bagi penyakit zoonosis yang berbahaya. Tindakan pemusnahan ternak/hewan yang terindikasi berbahaya tidak dilakukan oleh petugas kanrantina langsung di Area karantina Aspek Biosafety dan Higiene Personal yang Dinilai
1.
2.
3. 4. 5.
I 1. 2.
II 1. 2.
III 1.
2.
IV 1.
2. V 1.
2.
1. 2. 3. 4.
5.
Petugas karantina hewan tidak mencuci tangan dengan desifektan sebelum dan sesudah menangani hewan. Petugas karantina hewan tidak mengunakan masker, sepatu boot, sarung tangan dan perlengakapan lain selama menangani hewan/pengujian bahan asal hewan di laboratorium. mengunakan perlengkapan lab atau pakaian kerja keluar dari lab ke area public atau ke rumah. Petugas atau pengunjung tidak diberi peringatan menjauhi alat/barang labaratorium yang berbahaya Tidak melakukan system kunjungan yang safety, dimana pengunjung tidak diberi perlatan guna menghindari kontaminasi bahan-bahan kimia atau hayati lain yang berbahaya. Aspek Tindakan Karantina Hewan Prinsip Pemeriksaan Tidak melakukan pemeriksaan dokomen sebelum masuk atau keluar dari Karantina hewan Tidak melakukan pemeriksaan hewan dan bahan asal hewan yang akan masuk atau keluar dari karantina hewan. Prinsip Pengamatan Tidak melakukan tindakan pengamatan terhadap hewan secara fisik (Diagnosa Klinik). Hewan yang dicurigai secara fisik tidak akan ditangani secara intensif melalui oleh petugas medis sebelum dibebaskan. Prinsip Penahanan Tidak melakukan penahanan Hewan atau bahan asal hewan yang tidak memiliki izin atau dokumen resmi dari Badan Karantina asal. Tidak melakukan penahanan terhadap Hewan atau bahan asal hewan yang dicurigai atau terjangkit suatu penyakit. Prinsip Pemusnahan Tidak Melakukan tindakan pemusnahan terhadap hewan/ternak yang menderita penyakit berbahaya atau potensi zoonosis Tidak Melakukan pemusnahan terhadap produk hewan/ternak yang bermasalah Prinsip Pembebasan Tidak melakukan tindakan pembebasan terhadap hewan atau bahan asal hewan yang dianggap sehat dan lengkap dokumen resmi dari karantina asalnya. Hewan-hewan yang dinggap sehat oleh tim medis karantina selama masa pengasingan tidak dibebaskan untuk keluar atau masuk ke tempat tujuan. Aspek Bangunan dan Fasilitas di Karantina Hewan Tidak Adanya kandang isolasi hewan Tidak Disediakan kandang atau tempat penampungan sementara hewan di karantina Tidak Disediakan ruang atau bangunan khusus untuk laboratorium dan klinik hewan Tidak Tersedia kolam dipping dan fasilitas spraying desinfektan pada pintu masuk atau atau keluar pengunjung, kendaraan dan peralatan. Tidak Tersedia air bersih
24 6. 7. 8. 9. 10.
Tidak Tersedia toilet dan kamar mandi yang memadai Tidak Tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan. Tidak Tersedia fasiltas penerangan yang memadai. Tidak Tersedia tempat pembuangan limbah cair (manur, feses) Tidak tersedia tempat pemusnahan khusus untuk produk-produk hewan yang berbahaya Total
Keterangan : Min = Minor, May = Mayor, Ser = Serius, Kri = Kritis Penilaian Kategori Implementasi System Biosecurity dan Biosafety Tingkat Minor
Jumlah Penyimpangan Mayor Serius
Kritis
Baik Sedang Buruk
Penilaian Cara penilaian dengan melihat komposisi jumlah penyimpangan implementasi sistim biosecurity dan biosafety di Karantihan Hewan Pusat di Timor Leste, dimulai dari kriteria kritis sampai dengan minor. Kemudian dicocokkan dengan penilaian terhadap tindakan karantina hewan serta implementasi tindakan biosecurity dan biosafety di Istalasi Karantina Hewan Pusat Timor Leste Jumlah Penyimpangan (Ketidak-sesuaian) Implementasi System Bosecurity dan Biosafety di Karantina Hewan. 1 Kritis 2 Serius 3 Mayor 4 Minor Kesimpulan Kategori Implementasi Biosecurity dan Biosafety : Baik
Sedang
Buruk
25
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mehara, Timor Leste pada tanggal 5 Februari 1982. Penulis merupakan anak ke 10 dari 12 bersaudara dari pasangan Gaspar Morais dan Rosalina Da Cruz. Penulis menempuh pendidikan di Escola Tecnica de Agricola, Colegio Dom Bosco Fuiloro - Timor Leste pada Tahun 1999 dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis mengikuti program International Exhange Student di Denmark Agricultural College, Australia. Setelah dari Australia, Penulis bekerja sebagai asisten laboratorium di Dom Bosco Fuiloro (2002-2003). Penulis melanjutkan studi Diploma Teknisi Medis Veteriner di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Setelah lulus, Penulis kembali ke Timor Leste dan mengabdi di almamater tercinta sebagai guru di Escola Tecnica de Agricola, Colegio Dom Bosco Fuiloro. Pada tahun 2008, penulis diterima kembali di jenjang S1 kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ahli Jenis Pendidikan dan berstatus sebagai mahasiswa asing. Semasa kuliah di Diploma IPB, penulis aktif dalam kelembagaan mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-FKH) periode 2004-2005, Himpunan Minat Profesi Ruminansia periode 2003-2006, Pecinta Alam LAWALATA-IPB 2003-2004, Keluarga Mahasiswa Katholik-IPB dan Unit Kreatifitas Mahasiswa (UKM) sepak bola dan bela diri Merpati Putih. Kemudian di jenjang S1 Kedokteran Hewan, penulis aktif di International Students Forum (ISF-IPB) sebagai Menteri Pendidikan dan Urusan Kemahasiswaan periode 20092010. Penulis juga dipercayakan sebagai Presiden Mahasiswa Timor Leste seJakarta,Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (JABODETABEK) periode 20102012.