STUDI IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL PERUTEAN OSPF DALAM JARINGAN KAMPUS USU
O L E H
NAMA
: AHMAD FAUSAN
NIM
: 040402051
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
STUDI IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL PERUTEAN OSPF DALAM JARINGAN KAMPUS USU OLEH: NAMA NIM
: :
AHMAD FAUSAN 040402051
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Sidang pada tanggal 22 bulan Agustus tahun 2009 di depan Penguji : 1. Rahmad Fauzi, ST. MT.
: Ketua Penguji
: ……….
2. Ir. Arman Sani, MT.
: Anggota Penguji
: ……….
3. Ali Hanafiah Rambe ST. MT : Anggota Penguji
: ……….
Disetujui oleh : Pembimbing Tugas Akhir,
(Ir. M. Zulfin, MT.) NIP : 131 945 356 Diketahui oleh : Pelakasan Harian Ketua Departemen Teknik Elektro
(Prof. DR. Ir. Usman Baafai) NIP : 194 610 221 973 021 001
Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
STUDI IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL PERUTEAN OSPF DALAM JARINGAN KAMPUS USU OLEH: : AHMAD FAUSAN : 040402051
NAMA NIM
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Sidang pada tanggal 22 bulan Agustus tahun 2009 di depan Penguji : 1. Rahmad Fauzi, ST. MT.
: Ketua Penguji
: ……….
2. Ir. Arman Sani, MT.
: Anggota Penguji
: ……….
3. Ali Hanafiah Rambe, ST. MT.
: Anggota Penguji
: ……….
Diketahui oleh : Pelaksan Harian Ketua Departemen Teknik Elektro,
Disetujui oleh : Pembimbing Tugas Akhir,
(Prof. DR. Ir. Usman Baafai)
(Ir. M. Zulfin,MT.)
NIP : 194 610 221 973 021 001
NIP : 131 945 3561
Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara memiliki jaringan komputer kampus untuk menghubungkan jaringan komputer antar fakultas dan mengakses internet. Jaringan ini memiliki switch layer tiga yang dapat menjalankan protokol routing. Protokol routing yang digunakan pada jaringan ini adalah protokol Open Shorthest Path First (OSPF) sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, peralatanpun kini menjadi komponen penting dalam pembangunan jaringan komputer antara lain router. Namun, sering kali terjadi permasalahan pada jaringan komputer diantaranya data yang dikirimkan lambat, rusak, bahkan tidak sampai ke tujuan, komunikasi sering mengalami time-out, dan jika terjadi gangguan sangat sulit dilakukan pemantauan dan perawatan jaringan. Oleh sebab itu, jaringan komputer memerlukan sebuah router yang berfungsi sebagai pengatur jalur lalu-lintas data sehingga tepat pada sasarannya. Namun, harga router tidak murah. Hingga ditemukan sebuah solusi yaitu sistem operasi (OS) yang dikhususkan untuk networking, yaitu mikrotik router OS yang terbukti murah dan handal dalam melakukan kerjanya sebagai router. Dengan berbagai fasilitas yang dimiliki mikrotik, maka komunikasi pada jaringan komputer dapat berjalan dengan baik karena dapat dikontrol, di-monitoring dari tabel routing yang dihasilkan.
i Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adapun Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang penulis beri judul “Studi Implementasi Mikrotik pada Protokol Perutean OSPF dalam Jaringan Kampus USU”. Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu ayahanda Nasmuddin, ibunda Nursipa, Kakak saya Reni Elpia, serta adik-adik saya, Rona Iriani dan Ahmad Fosma, yang merupakan bagian hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga sekarang. Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. M. Zulfin, MT, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas segala bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Soeharwinto, ST. MT, yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Ir. Syahrawardi, selaku dosen wali penulis atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan. 4. Bapak Prof. DR. Ir. Usman Baafai, selaku pelaksana harian Ketua Departemen Teknik Elektro FT-USU ii Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
5. Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro FT-USU 6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU. 7. Rekan-rekan yang memberikan sumbangsih ilmu, pikiran, tenaga, alat, tempat, dan transportasi dalam pengerjaan tugas akhir ini yaitu Bang Juliman, M. Salman, Lutfi Abdurrahman, Jhoni Hidayat, dan Nursyamsi. 8. Teman-teman angkatan ’04, Tosa, Hafiz, Rudi, Salman, Aris, Bismo, Aulia, Luthfi, Daus, Harry, Muhfi, Adi, Fahmi, Hans, Ijal, Juan, Roy, Dodi Barus, Anhar, Wahyu, Eko, Ronal Trimayudi, Ai, Adi, Augus, Sabri, dan temanteman ’04 lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. 9. Rekan-rekan junior di Elektro Teguh, M. Azhari Siregar, Iqri, Luthfi Abdurrahman, Prindi Wibowo, Fachrurrazy Nasution, Salman Alfarisi, Rahmuddin, Mutiara Siregar, Dedi, Khoirul Irpan, Diana, Harpen Hidayat, dan Apri dan Junior lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 10. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata, Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kesalahan dan kekurangan, namun penulis tetap berharap semoga tugas akhir ini bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pengembangan selanjutnya.
Medan, Agustus 2009 Penulis, Ahmad Fauzan NIM 040402051
iii Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
DAFTAR ISI ABSTRAK.........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xi
I.
II.
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................... 2
1.4
Batasan Masalah................................................................................ 3
1.5
Metode Penulisan................................................................... ........... 3
1.6
Sistematika Penulisan........................................................................ 4
DASAR JARINGAN KOMPUTER 2.1
Umum................................................................................................ 5
2.2
Dasar - Dasar Networking................................................................. 5
2.3
Model OSI..............................................................................
6
2.3.1
Lapis Fisik (Physical Layer)...........................................
7
2.3.2
Lapis Taut Data (Data Link layer)..................................
8
2.3.3
Lapis Jaringan (Network Layer).....................................
9
iv Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
2.3.4
Lapis Transpor (Transport Layer)...................................
10
2.3.5
Lapis Sesi (Session Layer)..............................................
10
2.3.6
Lapis Presentasi (Presentation Layer).............................
11
2.3.7
Lapis Aplikasi (Application Layer)................................
11
2.4
Jenis-Jenis Jaringan Komputer...............................................
2.4.1
Local Area Network (LAN)............................................
11 11
2.4.2 Metroplitan Area Network (MAN)......................... 13 2.4.3 Wide Area Network (WAN)...........................................
13
2.5
IP Address...............................................................................
14
2.6
Subneting................................................................................
16
2.7
Routing....................................................................................
16
2.8
Jenis - Jenis Routing…………………………………………
17
2.8.1
Routing Statis.......................................................... 17
2.8.2
Routing Default....................................................... 18
2.8.3
Routing Dinamis...................................................... 18
2.9
Routing Protocol......................................................................
18
2.10
Beberapa Protokol Perutean IGP.............................................
19
2.10.1
Routing Information Protocol (RIP)........................ 19
2.10.2
Open shortest Path First (OSPF).............................. 20
v Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
III.
2.10.3
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP).............. 21
2.10.4
Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
ROUTING OSPF 3.1
Umum.........................................................................................
23
3.2
Hubungan OSPF dengan Router Lain........................................
25
3.3
Media Kerja Protokol OSPF....................................................
26
3.3.1 Broadcast Multiaccess................................................
26
3.4
3.5
3.3.2
Point-to-Point........................................................... 27
3.3.3
Point-to-Multipoint.................................................. 27
3.3.4
Non-Broadcast Multiaccess (NBMA)................... 27
Mekanisme Kerja OSPF..........................................................
28
3.4.1
Membentuk Perute yang Bersebelahan…………… 29
3.4.2
Memilih DR dan BDR...........................................
3.4.3
Mengumpulkan State-state dalam Jaringan............. 31
3.4.4
Memilih Rute Terbaik untuk Digunakan................. 33
3.4.5
Menjaga Kemutakhiran Informasi Routing……….. 33
Tipe-tipe Router OSPF.............................................................
30
34
3.5.1
Internal Router......................................................... 35
3.5.2
Backbone Router....................................................... 35
vi Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
3.6
3.7 IV.
3.5.3
Area Border Router (ABR)........................................ 36
3.5.4
Autonomous System Boundary Router (ASBR)
Jenis Area dalam OSPF………….............................................
36 37
3.6.1
Backbone Area......................................................... 37
3.6.2
Standar Area............................................................. 37
3.6.3
Stub Area................................................................. 38
3.6.4
Totally Stub Area area............................................. 39
3.6.5
Not So Stubby Area (NSSA).................................. 39
Kelebihan dan Kekurangan OSPF……………………....…....
40
IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL PERUTEAN OSPF JARINGAN KAMPUS USU 4.1 Pengenalan Mikrotik..........................................................
41
4.2 Manajemen Bandwidth pada Mikrotik...............................
42
4.3 Menu Manajemen Bandwidth pada Mikrotik....................
43
4.3.1 Menu Interface.................................................
43
4.3.2 Menu IP............................................................
44
4.4
Syarat Instalasi Mikrotik...................................................
45
4.5
Tahap-tahap Instalasi Mikrotik dengan Vmware...............
46
4.6
Topologi Jaringan Kampus USU menggunakan Protokol
vii Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
V.
Routing OSPF...................................................................
57
4.7
Hasil Konfigurasi Mikrotik Router OS dalam Tabel Routing
59
4.8
Fungsi Mikrotik dari Tabel Routing yang dihasilkan.........
71
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan........................................................................
73
5.2
Saran..................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA
viii Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model OSI……………………………………………………….
6
Gambar 2.2 Local Area Network…………………………………………….
12
Gambar 2.3 Metropolitan Area Network…………………………………….
13
Gambar 2.4 Wide Area Network……………………………………………. .
14
Gambar 4.1 Tampilan layar untuk pilihan Vmware………...………………..
46
Gambar 4.2 Tampilan layar konfigurasi yang disediakan................................
47
Gambar 4.3 Tampilan layar sistam operasi yang akan diinstal dalam VM......
47
Gambar 4.4 Tampilan layar untuk nama virtual machine yang digunakan......
48
Gambar 4.5 Tampilan layar tipe jaringan yang inginkan Ditambahkan............
48
Gambar 4.6 Tampilan layar besarnya kapasitas untuk instalasi........................
49
Gambar 4.7 Tampilan layar dari VMware........................................................
49
Gambar 4.8 Tampilan layar dari remove harddisk.............................................
50
Gambar 4.9 Tampilan layar tipe hardware yang akan diinstal............................ .. 50 Gambar 4.10 Tampilan layar tipe disk yang akan dikreasi...............................
51
Gambar 4.11 Tampilan layar penyimpanan informasi.....................................
51
Gambar 4.12 Tampilan layar saat proses berlangsung.....................................
51
Gambar 4.13 Tampilan layar harddisk yang sudah berganti jadi IDE..............
52
Gambar 4.14 Tampilan layar tipe hardware yang akan diinstal....................
52
Gambar 4.15 Tampilan layar tipe jaringan yang ingin ditambahkan...............
53
Gambar 4.16 Tampilan layar bridge networking setelah di add……………..
53
Gambar 4.17 Tampilan layar untuk pengaturan cd rom................................
54
Gambar 4.18 Tampilan layar boot mikrotik...................................................
54
Gambar 4.19 Tampilan layar aplikasi atau paket yang akan diinstal.............
55
Gambar 4.20 Tampilan layar intallasi paket mikrotik.................................
55
Gambar 4.21 Tampilan layar saat mikrotik login...........................................
56
Gambar 4.22 Tampilan layar setelah dilakukan login....................................
56
Gambar 4.23 Tampilan layar mikrotik setelah diinstal dan dapat digunakan..
57
Gambar 4.24 Skema jaringan kampus USU…………………………………
57
ix Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
Gambar 4.25 Skema Sederhana Jaringan Kampus USU...............................
59
Gambar 4.26 Tampilan tabel routing dari FT..................................................
59
Gambar 4.27 Tampilan tabel routing dari BIRO, PSI, PERPUS, MIPA, dan FT
60
Gambar 4.28 IP address dan interface dari router MIPA............................. ..
61
Gambar 4.29 IP address dan Interface dari router PERPUS..........................
62
Gambar 4.30 IP address dan Interface dari router PSI...................................
63
Gambar 4.31 IP address dan Interface dari router BIRO...............................
64
Gambar 4.32 Routing OSPF Neighbor dan Interface dari FT........................
65
Gambar 4.33 Routing OSPF Interface dari PERPUS ………………………
66
Gambar 4.34 Routing OSPF Neighbor dari PSI…………………………….
67
Gambar 4.35 Routing OSPF Interface dari PSI……………………………..
68
Gambar 4.36 Routing OSPF Neighbor dari BIRO…………………………
69
Gambar 4.37 Routing OSPF Interface dari router BIRO…………………...
70
x Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pada saat ini perkembangan jaringan komputer begitu cepat, hal ini
terterbukti dengan semakin banyaknya organisasi yang memanfaatkan jaringan komputer untuk berkomunikasi baik itu dalam jangkauan
kecil yang seringkali
disebut sebagai Local Area Network (LAN), maupun dalam jangkauan lebih luas yang seringkali disebut sebagai Wide Area Network (WAN). Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai salah satu lembaga pendidikan perguruan tinggi negeri yang ada di provinsi Sumatera Utara sampai dengan saat ini telah memiliki 12 fakultas. Dimana mempunyai ruang kuliah, laboratorium, ruang dosen di gedung fakultas masing-masing. Selain itu juga di lingkungan USU terdapat beberapa UPT (Unit Pelaksana Teknis), seperti UPT Pusat Komputer atau PSI (Pusat Sistem Informasi), UPT Perpustakaan. Saat ini Universitas Sumatera Utara telah memiliki sistem backbone jaringan yang disebut cyber campus yang berpusat di gedung Pusat Komputer dan Informasi. Jaringan cyber campus ini menghubungkan jaringan antar fakultas untuk mengakses database akademik, administrasi USU dan akses inernet dengan kecepatan 100 Mbps yang terkoneksi ke provider penyedia layanan internet yaitu ASTINET. Konfigurasi backbone cyber campus antar fakultas di lingkungan USU merupakan konfigurasi topologi ring
1
menggunakan protokol routing OSPF dengan pusat jaringan terletak di Pusat Komputer dan Informasi (PSI) menggunakan wireless LAN. Sering kali terjadi permasalahan pada jaringan komputer antara lain data yang dikirimkan lambat, rusak dan bahkan tidak sampai ke tujuan. Komunikasi sering mengalami time-out, hingga masalah keamanan. Oleh sebab itu, jaringan komputer memerlukan sebuah router, yaitu alat yang berfungsi sebagai pengatur jalur lalulintas data sehingga tepat pada sasarannya. Router mampu menjawab tantangan daripada permasalahan jaringan komputer itu sendiri. Dengan berbagai fasilitas yang dimiliki router, maka komunikasi pada jaringan komputer dapat berjalan dengan baik. Namun, harga router tidak murah, hal ini sesuai dengan kinerja yang dihasilkan dari router itu sendiri. Hingga ditemukannya sebuah solusi yaitu Sistem Operasi yang dikhususkan untuk networking, yaitu MikroTik Router OS yang terbukti murah dan handal dalam melakukan kerjanya sebagai router. Banyak digunakan di ISP (Internet Service Provider) sebagai Limit bandwidth, router pada warnet, Gateway pada Kantor, hingga pada kafe sebagai hotspot. 1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
antara lain: 1. Bagaimana prinsip kerja jaringan LAN? 2. Bagaimana prinsip / prosedur dari protokol OSPF? 3. Bagamana langkah-langkah mikrotik merouterkan jaringan?
2
4. Apa hasil implementasi mikrotik pada protokol perutean OSPF? 1.3
Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari Tugas Akhir ini adalah: a. Memberikan gambaran sederhana mengenai dasar - dasar jaringan komputer. b. Memahami cara kerja routing protocol terutama protokol routing OSPF c. Memberikan penyajian informasi protocol routing yang digunakan pada jaringan kampus USU dalam sebuah tabel routing menggunakan mikrotik. d. Mengenalkan dan memberikan langkah-langkah dalam penggunaan mikrotik router OS, sehingga diperoleh suatu pengetahuan dasar tentang mikrotik router OS.
1.4
Batasan Masalah Untuk menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu
membatasinya. Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah: 1. Hanya membahas tentang protokol routing OSPF. 2. Tidak membahas perangkat-perangkat jaringan komputer secara terperinci. 3. Konfigurasi mikrotik tidak dibahas secara mendetail. 4. Tidak membahas tentang komunikasi data secara mendetail. 1.5
Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:
3
•
Studi Literatur, berupa studi kepustakaan, kajian dari buku - buku teks pendukung dan jurnal – jurnal dari internet.
•
Studi lapangan, berupa mencari data yang diperlukan untuk menunjang analisis TA.
1.6
Sistematika Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai
berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode
penulisan
dan sistematika penulisan. BAB II
Dasar Jaringan Komputer Bab ini membahas tentang jenis-jenis jaringan komputer,Lapis
OSI,
IP Addres,
Subneting, Routing, dan jenis - jenis
routing. BAB III
Protokol Routing OSPF Bab ini berisi tentang pengenalan Protokol Routing OSPF
BAB IV
Implementasi Mikrotik pada Protokol Perutean OSPF Jaringan Kampus USU
4
Bab ini menyajikan bagaimana penggunaan / instalasi dari mikrotik dan hasil implementasinya dalam tabel routing. BAB V
Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari Tugas Akhir yang disajikan dan saran dari penulis.
BAB II DASAR JARINGAN KOMPUTER
2.1
Umum Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi sehinggga dapat saling berbagi informasi, programprogram, penggunaan bersama perangkat keras seperti printer, hard disk dan sebagainya. Selain itu jaringan komputer dapat diartikan sebagai kumpulan sejumlah terminal komunikasi berbeda diberbagai lokasi yang terdiri dari lebih dari satu komputer yang saling berhubungan. Tujuan dibangunnya suatu jaringan komputer adalah membawa informasi secara tepat dan tanpa adanya kesalahan dari sisi pengirim (transmitter) menuju kesisi penerima (receiver) melalui media komunikasi. Manfaat yang didapat dalam membangun jaringan komputer yaitu sharing resources bertujuan agar seluruh program peralatan atau peripheral lainnya dapat dimanfaatkan oleh setiap orang yang ada pada jaringan komputer tanpa terpengaruh oleh lokasi maupun pengaruh dari pemakai.[3] 2.2
Dasar - Dasar Networking
5
Salah satu hal penting dari komunikasi antara dua komputer adalah pemodelan komunikasi ini ke suatu bentuk representasi deskriptif. Artinya, representasi tersebut bisa menjelaskan bagaimana mekanisme komunikasi antara dua komputer tadi berlangsung. Salah satu model yang sering dipakai adalah open system interconnection basic reference model (OSI basic reference model atau selanjutnya dikenal dengan model OSI)[1 ]. 2.3
Model OSI Model OSI adalah deskripsi abstrak dari komunikasi antar komputer
sekaligus desain protokol jaringan yang ada di dalamnya. Dalam model OSI ini, suatu entitas dalam jaringan komputer dibagi ke dalam tujuh lapis (layer), yang di setiap lapis ini satu atau lebih entitas menjalankan fungsinya masing-masing secara berbeda, sehingga model OSI ini sering disebut juga dengan model referensi 7 lapis. Tujuh lapis pada model OSI tersebut adalah[1]: 1. Lapis fisik (physical layer) 2. Lapis taut data (data link layer) 3. Lapis jaringan (network layer) 4. Lapis transpor (transport layer) 5. Lapis sesi (session layer) 6. Lapis presentasi (presentation layer) 7. Lapis aplikasi (application layer) Saat dua komputer berkomunikasi, tiap lapis OSI berkomunikasi dengan lapis yang sama pada perangkat yang lain (peer process). Misalnya, lapis aplikasi dari
6
komputer satu dengan komputer yang lainnnya dengan meneruskan data melalui lapis-lapis yang lain. Masing-masing lapis aplikasi tidak peduli bagaimana lapis-lapis yang lain berfungsi, tetapi bergantung kepada lapis-lapis tersebut untuk mendapatkan layanan. Proses yang terjadi ketika suatu data dikirim dari aplikasi komputer sumber adalah pergerakan menurun dari data yang sudah berbentuk paket data melalui semua lapis. Ketika paket data telah mencapai lapis fisik, paket data tersebut siap dikirimkan melalui media komunikasi. Pada layer fisik, bit-bit paket data bisa berupa analog maupun digital, dan bisa dalam berbagai bentuk (contoh: listrik, cahaya, gelombang radio, dsb.). Dalam setiap pergerakan melalui lapis-lapis tadi, paket data dibungkus (di-enkapsulasi) dengan informasi yang ditambahkan sebagai header atau trailer. Namun yang patut dicatat, data di dalam paket data tidak ada yang berubah.
Gambar 2.1 Model OSI
7
2.3.1 Lapis Fisik (Physical Layer) Lapis fisik ini mendefinisikan semua spesifikasi listrik dan fisik untuk seluruh perangkat komunikasi. Berikut ini termasuk di dalamnya: rancangan pin, tegangan, dan spesifikasi kabel. Hub, pengulang (repeater), adapter jaringan (network adapter), dan Adapter Bus Hos (HBA yang dibagai dalam Storage Area Network) adalah perangkat-perangkat penting dalam lapis fisik ini. Fungsi dan layanan utama yang disediakan adalah: •
Pendirian (establishment) dan pengakhiran (termination) dari suatu sambungan ke perantara komunikasi
•
Keikutsertaan (partisipasi) dalam suatu proses di mana sumber daya komunikasi dibagi secara mangkus di antara para pemakai. Contohnya adalah resolusi pendirian (contention resolution) dan kendali aliran (flow control).
•
Modulasi atau penukaran (konversi) antara representasi digital data yang ada di peralatan para pemakai (user) dan sinya-lsinyal koresponden yang dikirimkan melalui saluran komunikasi. Sinyal-sinyal ini dioperasikan melalui kabel fisik (contoh: tembaga dan serat optik) atau secara nirkabel (contoh: gelombang radio) Standar Ethernet lapis fisik berada di lapis ini, di samping tergabung juga ke
dalam lapis paut-data. Hal yang sama berlaku pada jaringan lokal lainnya, seperti token ring, fiber distributed data interface (FDDI), IEEE 802.11, dan juga jaringan pribadi (personal area network) seperti bluetooth dan IEEE 802.15.4. 2.3.2 Lapis Taut Data (Data Link layer)
8
Lapis taut data menyediakan kemampuan fungsional dan prosedural untuk melakukan pengiriman data antarentitas jaringan serta mendeteksi sekaligus membetulkan kesalahan yang mungkin terjadi di lapis fisik. Contoh media yang paling dikenal adalah Ethernet. Contoh lainnya High-Level Data Link Control (HDLC), Analog-to-Digital Converter Control Protocol (ADCCP) untuk jaringan alih paket (packet switched networks), dan Aloha untuk LAN. Pada IEEE 802 LAN, dan beberapa jaringan non-IEEE 802 seperti FDDI, layer ini terpecah menjadi lapis Media Access Control (MAC) dan lapis IEEE 802.2 Logical Link Control (LLC), yang berfungsi menyusun bit-bit dari layer fisik menjadi bentuk potongan-potongan data yang dikenal dengan sebutan bingkai data (data frame)[1]. Lapis taut data adalah lapis yang menjadi tempat beroperasinya jembatan (bridge) dan saklar (switch) jaringan. Ketersambungan (konektivitas) disedikan hanya kepada simpul-simpul jaringan yang tersambung secara lokal dan membentuk domain lapis 2 untuk penerusan paket data baik secara unicast maupun broadcast. Protokol lain dimasukkan ke dalam bingkai data untuk menciptakan terowongan (tunnel), dan terpisah dengan 2 domain penerus tadi. 2.3.3
Lapis Jaringan (Network Layer) Lapis jaringan menyediakan kemampuan fungsional dan prosedural
untuk melakukan transfer VLDS (variable length data sequences) dari suatu alamat asal ke alamat tujuan lewat satu atau lebih jaringan sambil memelihara kualitas layanan yang diminta oleh lapis Transpor. Lapisan jaringan melakukan fungsi perutean
jaringan,
dan
(kemungkinan
besar)
juga
melakukan
proses
segmentasi/desegmentasi, dan melaporkan kegagalan fungsi pengiriman. Router
9
beroperasi di lapis ini serta melaksanakan pengiriman data melalui jaringan yang lebih luas. Skema ini disebut dengan skema pengalamatan logis, yang nilainya ditentukan oleh desainer jaringan. Contoh yang protokol yang paling dikenal adalah protokol Internet (IP). 2.3.4 Lapis Transpor (Transport Layer) Lapis transpor menyediakan transfer data transparan di antara para pengguna terakhir (end-user). Lapis transpor membebastugaskan lapis di atasnya dari berbagai penanganan masalah, sambil menyediakan transfer data yang andal. Lapis transpor mengendalikan keandalan dari pautan yang diberikan melalui kendali aliran, segmentasi/desegmentasi,
dan
pengendalian
kesalahan.
Beberapa
protokol
berorientasi pada keadaan dan koneksi. Ini artinya bahwa lapis transpor dapat tetap meneruskan paket dan mengirimkan ulang paket data yang gagal. Contoh protokol yang paling sering ditemui di lapis 4 ini adalah Transmission Control Protocol (TCP). Lapis transpor adalah lapis yang mengubah pesan-pesan ke dalam segmen-segmen TCP atau User Datagram Protocol (UDP), Stream Control Transmission Protocol (SCTP), dsb. Analogi di dunia nyata dari lapis 4 ini adalah Kantor Pos, yang mengurus masalah pengiriman dan penggolongan surat serta bingkisan (parsel) yang akan dikirim. 2.3.5 Lapis Sesi (Session Layer) Lapis sesi mengendalikan percakapan (dialog) antar komputer. Lapis ini mendirikan, mengatur, dan mengakhiri koneksi antara aplikasi lokal dan aplikasi jarak jauh. Lapis ini juga menyediakan operasi-operasi
10
baik yang bersifat dupleks maupun semidupleks, serta melakukan prosedur pemeriksaan, penundaan, pengakhiran, maupun pengulangan (restart). Model OSI memberikan tanggung jawab kepada lapis ini untuk pengaturan sesi yang bersifat "graceful close" yang sebenarnya merupakan milik dari TCP, pemeriksaan sesi, serta pemulihan (recovery), yang biasanya jarang dipakai pada protokol Internet. 2.3.6 Lapis Presentasi (Presentation Layer) Lapis presentasi mengubah bentuk data untuk menyediakan antarmuka standar bagi lapis aplikasi. Encoding MIME, kompresi data, enkripsi data, serta manipulasi yang mirip dari presentasi dilakukan pada lapis ini untuk memberikan data sebagai layanan sampai pengembang protokol melihat kecocokan di dalamnya. Contoh mengubah arsip teks berkode EBCDIC ke dalam arsip berkode ASCII, atau melakukan serialisasi objek dan struktur data (contoh : XML). 2.3.7 Lapis Aplikasi (Application Layer) Lapis aplikasi menyediakan akses kepada pengguna (user) untuk memperoleh informasi pada jaringan melalui suatu aplikasi. Lapis ini adalah (interface) antarmuka utama bagi para pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi dan jaringan. Beberapa contoh protokol lapis aplikasi adalah Telnet, aplikasi yang memanfaatkan File Transfer Protocol (FTP), aplikasi yang memanfaatkan Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), dan aplikasi yang memanfaatkan Hypertext Transfer Protocol (HTTP). Aplikasi yang dibangun untuk memanfaatkan suatu protokol, misalnya FTP, tidak boleh rancu dengan protokol itu sendiri yang terletak di lapis sesi.
11
2.4
Jenis-jenis Jaringan Komputer Terdapat beberapa jenis jaringan komputer diantaranya adalah :
2.4.1 Local Area Network (LAN) LAN adalah jaringan pribadi didalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN sering digunakan pada komputerkomputer pribadi dan workstation dalam kantor perusahaasn atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama resources (misalnya printer) dan saling tukar informasi.[1]
Gambar 2.2 Local Area Network Secara garis besar ada beberapa tahapan dalam membangun jaringan LAN, diantaranya : •
Menentukan teknologi tipe jaringannya (Ethernet, Fast Ethernet, Token Ring, FDDI)
•
Memilih model perkabelan (Fiber, UTP, Coaxial)
•
Menentukan bentuk topologi jaringan (Bus, Ring, dan Star)
•
Menentukan teknologi Client/Server atau Peer to Peer
12
•
Memilih Sistem Operasi Server (Windows NT, 2000, XP, atau Linux)
2.4.2 Metroplitan Area Network (MAN) Sebuah MAN, biasanya meliputi wilayah yang lebih besar dari LAN. Misalnya antar gedung dalam suatu daerah (wilayah seperti propinsi atau negara bagian). Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan kecil ke dalam lingkungan area yang lebih besar, sebagaui contoh yaitu jaringan beberapa kantor cabang sebuah bank di dalam sebuah kota besar yang dihubungkan antara satu dengan lainnya[1].
Gambar 2.3 Metroplitan Area Network
2.4.3 Wide Area Network (WAN)
13
Wide Area Network (WAN) adalah jaringan yang biasanya sudah menggunakan media wireless, sarana satelit ataupun kabel serat optik, karena jangkauannya yang lebih luas, bukan hanya satu kota atau antar kota dalam suatu wilayah tetapi mulai menjangkau area atau wilayah otoritas negara lain. Sebagai contoh jaringan komputer City Bank yang ada di Indonesia ataupun yang ada dinegara lain, yang saling berhubungan, jaringan ATM, Master Card, Visa Card atau Cirrus yang tersebar di seluruh dunia.
Gambar 2.4 Wide Area Network Biasanya WAN lebih rumit dan sangat komplek bila dibandingkan LAN maupun MAN. Menggunakan banyak sarana untuk menghubungakan antara LAN dan WAN kedalam komunikasi global seperti internet meski demikian LAN, MAN dan WAN tidak banyak berbeda dalam beberapa hal, hanya lingkup areanya saja diantara yang lainnnya.[3]
14
2.5
IP Address IP Address (Alamat IP) adalah identitas khusus yang digunakan untuk
memberikan tanda atau alamat pada sebuah paket data atau pada suatu sistem komputer. Konsep dasar pengalamatan (IP Address) di internet adalah awalan (prefix) pada IP Address dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemilihan rute paket data ke alamat tujuan. Sebelum memasuki aspek-aspek lebih jauh tentang IP Address, penting untuk mengerti lebih dahulu beberapa hal fundamental dari IP Address itu sendiri. Untuk IPv4 digunakan bilangan 32 Bit[5]. Kelas-kelas IP address yang umum digunakan terdiri dari : •
Kelas A : 1 – 126, dengan batasan 1.0.0.0 – 126.255.255.254 Dengan Broadcast Address 126.255.255.255 Subnet Mask-nya : 255.0.0.0
•
Kelas B : 128 – 191, dengan batasan 128.0.0.0 – 191.255.255.254 Dengan Broadcast Address 191.255.255.255 Subnet Mask-nya : 255.255.0.0
•
Kelas C : 192 – 223, dengan batasan 192.0.0.0 – 223.255.255.254 Dengan Broadcast Address 223.255.255.255 Subnet Mask-nya : 255.255.255.0
IP Address dengan IP 127 tidak digunakan karena sudah digunakan sebagai IP Local (loopback IP Address). 15
Tabel 2.1 Kelas Alamat IP Kelas
Network ID
Host ID
Default Subnet Mask
A
xxx.0.0.1
xxx.255.255.254
255.0.0.0
B
xxx.xxx.0.1
xxx.xxx.255.254
255.255.0.0
C
xxx.xxx.xxx.1
xxx.xxx.xxx.254
255.255.255.0
2.6
Subneting Sebuah jaringan dapat dipecahkan menjadi beberapa
jaringan baru, proses ini disebut subneting. Tujuan dari subneting yaitu untuk mereduksi trafik jaringan, mengoptimalkan perfomransi jaringan, memudahkan dalam manajemen jaringan dan mengefektifkan jaringan yang dibatasi area geografis luas. Melalui subneting sebuah alamat jaringan (network address) tunggal dipecah menjadi subnetwork atau disingkat subnet. Sebagai contoh network 192.168.10.0, 168.20.0 dan 192.168.30.0 merupakan subnet network tunggal 192.168.8.0. Subnet address dibuat dengan meminjamkan bit porsi host dan menjadikannya sebagai subnet. Jumlah bit yang dipinjam bervariasi tergantung pada nilai subnet mask.[2] 2.7
Routing Routing (perutean) merupakan sebuah proses untuk meneruskan paket-paket
jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork Routing juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut
16
sebagai router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang diterima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya. Jadi router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router berbeda dengan switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area Network (LAN)[5]. 2.8
Jenis-Jenis Routing Berikut ini merupakan jenis-jenis routing antara lain : 1. Routing Statis 2. Routing Default 3. Routing Dinamis
2.8.1 Routing Statis Routing statis terjadi jika admin secara manual menambahkan route-route di routing table dari setiap router. Routing statis memiliki kentungan-keuntungan berikut: 1. Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router (router lebih murah dibandingkan dengan routeng dinamis) 2. Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara router. 3. Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk mengisikan akses routing ke jaringan tertentu saja. Routing statis memiliki kerugian-kerugian antara lain :
17
•
Administrasi harus benar-benar memahami internetwork dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasikan router dengan benar.
•
Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, Administrasi harus menambahkan sebuah route kesemua router secara manual.
•
Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaan full-time sendiri.
2.8.2 Routing Default Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket secara manual menambahkan router ke sebuah network tujuan yang remote yang tidak ada di routing table, ke router hop berikutnya. Bisanya digunakan pada jaringan yg hanya memiliki satu jalur keluar.
2.8.3 Routing Dinamis Routing dinamis adalah ketika routing protocol digunakan untuk menemukan network dan melakukan update routing table pada router. Dan ini lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, tapi akan membedakan dalam hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan 2.9
Routing Protocol Protokol (protocol) tidak lain merupakn set rule yang memberi tahu cara
device-divice dalam jaringan bertukar informasi. Adapun protokol routing (routing
18
protocol) adalah protokol-protokol yang digunakan untuk merawat tabel routing pada router-router. Ada dua kategori protokol routing yaitu Interior Gateway Protocol (IGP) dan Exterior Gateway Protocol (EGP). Interior Gateway Protocol (IGP) merupakan protokol routing yang menangani routing jaringan internet dalam suatu autonomous system (AS). Sedangkan Exterior Gateway Protocol (EGP) merupakan protokol routing yang menangani routing jaringan internet antar automous system. Exterior Gateway Protocol (EGP) diperlukan karena Interior Gateway Protocol tidak dirancang untuk suatu jaringan yang sangat besar sehingga jaringan internet perlu dibentuk ke dalam suatu hirarki dengan membagi jaringan internet tersebut ke dalam autonomous systems. Autonomous System (AS) secara umum didefinisikan sebagai jaringan internet yang berada dalam satu kendali administrasi dan teknis[4]. Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan mengirimkan melalui network ke alat lain disebuah network yang berbeda. Jika network tidak memiliki router, maka jelas tidak bisa melakukan routing. 2.10
Beberapa Protokol Perutean IGP Beberapa protokol perutean populer yang masuk kelompok Interior Gateway
Protocol (IGP) adalah: •
Routing Information Protocol (RIP)
•
Open Shortest Path First (OSPF)
•
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
•
Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
2.10.1 Routing Information Protocol (RIP)
19
Routing Information Protocol (RIP) mengirim routing table yang lengkap ke semua interface yang aktif setiap 30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote, tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yg diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien pada jaringan besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router. RIP v1 menggunakan clasfull routing, yang berarti semua alat di jaringan harus menggunkan subnet mask yang sama. Ini karena RIP v1 tidak mengirim update dengan informasi subnet mask di dalamnya. RIP v2 menyediakan sesuatu yang disebut prefix routing, dan bisa mengirim informasi subnet mask bersama dengan update-update dari route. Ini disebut classless routing. 2.10.2 Open shortest Path First (OSPF) Open shortest Path First (OSPF) merupakan protokol IRP yang membuat keputusan peruteannya berdasarkan algoritma keadaan link. Oleh karena itu, setiap router didalam jaringan mengetahui topologi jaringan yang ada didalam sistem otonominya. OSPF akan memperbaharui tabel perutean hanya bila diperlukan saja, yaitu bila terjadi perubahan pada topologi jaringan, dan yang diperbaharui hanya bagian yang berobah saja dari tabel tersebut. Jadi, pengimplementasian OSPF untuk menentukan keputusan perutean didalam Internet akan menghemat pemakaian lebar pita. OSPF dibangun oleh IFTF (Internet Engineering Task Force) pada tahun 1988, dan pada tahun 1990 telah diusulkan sebagai protokol standar IRP untuk perutean didalam Internet. Open Shortest Path First (OSPF) merupakan protokol yang 20
memanfaatkan algoritma Dijkstra dalam pemilihan rute terbaiknya. OSPF sangat baik dalam penanganan jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, karena pemeliharaan tabel perutean yang dibuat OSPF bersifat otomatis. Dibandingkan dengan protokol RIP, konsumsi sumber daya memori pada perute OSPF lebih besar. Untuk melihat pembahasan lebih lengkap mengenai OSPF akan dibahas pada bab tiga yang khusus membahas mengenai mekanisme kerja protokol OSPF[10]. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Protokol routing link-state. 2. Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328. 3. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah. 4. Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan. 5. OSPF adalah linkstate protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork. 6. OSPF lebih effisien daripada RIP. 7. Antara RIP dan OSPF menggunakan di dalam Autonomous System (AS). 8. Menggunakan protokol broadcast. 2.10.3 Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) IGRP dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh RIPv1. Dua kelemahan utama RIPv1 yang diatasi oleh IGRP adalah
21
keterbatasan hop count dan ketidakmampuan untuk memilih jalur terbaik berdasarkan parameter-parameter lain seperti bandwidth, reliability,delay, dan load. IGRP telah meningkatkan maximum hop count yang bisa digunakan sampai sebesar 255, tetapi hop count IGRP tidak digunakan untuk memilih jalur terbaik mencapai prefix network. Hop count hanya digunakan untuk membatasi diameter network, setiap network dengan hop count yang melebihi maksimum dianggap tidak terjangkau (unreachable). Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol jenis distance-vector milik cisco (cisco-proprietary). Artinya semua router harus router cisco untuk menggunakan IGRP dijaringan. IGRP memiliki jumlah hop maksimum sebanyak 255, denga nilai default 100. Ini membantu kekurangan pada RIP. 2.10.4 Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah sebuah routing protocol distance-vector milik cisco (cisco-proprietary) yang sudah ditingkatkan, yang memberi suatu keunggulan dibanding IGRP. Keduanya menggunakan konsep dari sebuah autonomous system untuk menggambarkan kumpulan dari router-router yang contiguous (berentetan, sebelah menyebelah) yang menjalankan routing protocol yang sama dan berbagi informasi routing. Tapi EIGRP memasukkan subnet mask kedalam update route-nya. Sehingga memungkinkan kita menggunakan VLSM dan melakukan perangkuman (summarization) . EIGRP mempunyai sebuah jumlah hop maksimum 255. Berikut fitur EIGRP yang jauh lebih baik dari IGRP yaitu : 1. Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui modul-modul yang bersifat protocol dependent. 22
2. Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan efisien . 3. Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP). 4. Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing update Algoritma (DUAL).
BAB III PROTOKOL OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF)
3.1
Umum OSPF merupakan sebuah protokol perutean berjenis IGP (interior gateway
protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu organisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana penggunan masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya, atau dengan kata lain, pengguna masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika pengguna sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal. Selain itu, OSPF juga merupakan protokol routing yang berstandar terbuka. Maksudnya, protokol perutean ini bukan ciptaan dari vendor mana pun, sehingga siapa pun dapat menggunakannya, perangkat mana pun dapat cocok dengannya, dan di mana pun protokol perutean ini dapat diimplementasikan.
23
OSPF merupakan protokol perutean yang menggunakan konsep perutean hierarki, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area. Dengan menggunakan konsep perutean hierarki ini sistem penyebaran informasi dalam protokol OSPF menjadi lebih teratur dan tersegmentasi atau tidak menyebar ke mana-mana secara sembarangan. Efek dari keteraturan penyebaran perutean ini adalah penggunaan bandwith jaringan menjadi lebih bagus, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih akurat dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi. Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat baik dalam proses pembaruan informasi rute. Prinsip
perutean link-state sangat sederhana. Sebagai pengganti
dalam menghitung rute terbaik dengan cara terdistribusi, semua perute mempunyai peta jaringan dan menghitung semua rute terbaik dari peta ini. Peta jaringan tersebut disimpan dalam sebuah basis data dan setiap record dalam basis data tersebut menyatakan sebuah pautan (link) dalam jaringan. Record-record tersebut dikirimkan oleh perute yang terhubung langsung dengan masing-masing pautan. Karena setiap perute perlu memiliki peta jaringan yangm menggambarkan kondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan dalam jaringan harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang terletak di setiap perute. Perubahan status pautan yang dideteksi perute akan mengubah basis data link-state routing
tersebut,
kemudian perute mengirimkan perubahan tersebut ke perute - perute yang lain.
24
Hal ini membuat routing protokol OSPF menjadi sangat baik untuk memelihara jaringan berskala sedang hingga besar. Pengguna OSPF biasanya memang para administrator jaringan berskala sedang hingga besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi jarak jauh yang perlu juga dijangkau dari pusat, dan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, umumnya akan memilih untuk menggunakan protokol routing ini. 3.2
Hubungan OSPF dengan Router Lain Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran
informasi routing, hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut disebut dengan neighbour router atau router tetangga. Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan dengan neighbour router. Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol. Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Pointto-Point. 25
Paket hello berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Paket hello pada umumnya dikirim dengan menggunakan alamat multicast untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protokol hello ini dan juga akan mengirimkan paket hello-nya secara berkala. Cara kerja dari hello protokol dan pembentukan perute tetangga terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media dimana router OSPF jalankan.
3.3
Media Kerja Protokol OSPF Penjelasan 3.1 menyebutkan bahwa ospf harus membentuk hubungan dulu
dengan router tetangganya untuk dapat saling berkomunikasi seputar informasi routing. Untuk membentuk sebuah hubungan dengan router tetangganya. OSPF mengandalkan hello protokol. Namun uniknya cara kerja Hello protokol pada OSPF berbeda-beda pada setiap jenis media. Ada beberapa jenis media yang dapat meneruskan informasi OSPF, masing-masing memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik mereka. Media tersebut adalah sebagai berikut: •
Broadcast Multiaccess
•
Point-to-point
•
point-to-multipoint
•
Non-broadcast Multiaccess (NBMA)
26
3.3.1 Broadcast Multiaccess Media jenis ini adalah media yang banyak terdapat dalam jaringan lokal atau LAN seperti misalnya ethernet, FDDI, dan token ring. Dalam kondisi media seperti ini, OSPF akan mengirimkan traffic multicast dalam pencarian router-router tetangganya. Namun ada yang unik dalam proses pada media ini, yaitu akan terpilih dua buah router yang berfungsi sebagai Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR). 3.3.2 Point-to-Point Teknologi Point-to-Point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya link serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai tetangganya. Dalam proses pencarian neighbour ini, router OSPF juga akan melakukan pengiriman Hello packet dan pesan-pesan lainnya menggunakan alamat multicast bernama AllSPF Routers (224.0.0.5). 3.3.3 Point-to-Multipoint Media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface yang menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang ada di bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan Point-to-Point yang saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya. Pesan-pesan protokol perutean OSPF akan digandakan ke seluruh jaringan Point-to-Point tersebut.
27
Pada jaringan jenis ini, traffic OSPF juga dikirimkan menggunakan alamat IP multicast. Tetapi yang membedakannya dengan media berjenis broadcast multiaccess adalah tidak adanya pemilihan Designated dan Backup Designated Router karena sifatnya yang tidak meneruskan siaran (broadcast). 3.3.4 Non-broadcast Multiaccess (NBMA) Media berjenis Nonbroadcast multi-access ini secara fisik merupakan sebuah serial line biasa yang sering ditemui pada media jenis Point-to-Point. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan koneksi ke banyak tujuan, tidak hanya ke satu titik saja. Contoh dari media ini adalah X.25 dan frame relay yang sudah sangat terkenal dalam menyediakan solusi bagi kantor-kantor yang terpencar lokasinya. Di dalam penggunaan media ini pun dikenal dua jenis penggunaan, yaitu jaringan partial mesh dan fully mesh. OSPF melihat media jenis ini sebagai media broadcast multiaccess. Namun pada kenyataannya, media ini tidak bisa meneruskan broadcast ke titik-titik yang ada di dalamnya. Maka, dalam penerapan OSPF pada media ini, dibutuhkan konfigurasi DR dan BDR yang dilakukan secara manual. Dalam media jenis ini yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki koneksi langsung ke seluruh router tetangganya. Semua traffic yang dikirimkan dari router-router tetangga akan digandakan oleh DR dan BDR untuk masing-masing router dan dikirim dengan menggunakan alamat unicast atau layaknya proses OSPF pada media Point-to-Point. 3.4
Mekanisme Kerja OSPF Secara garis besar, proses yang dilakukan protokol perutean OSPF mulai dari
28
awal hingga dapat saling bertukar informasi ada lima langkah. Berikut ini adalah langkah-langkahnya : 1.
Membentuk Perute yang Bersebelahan (Adjacency Router)
2.
Memilih DR dan BDR (jika diperlukan)
3.
Mengumpulkan State-state dalam Jaringan
4.
Memilih Rute Terbaik untuk Digunakan
5.
Menjaga Kemutakhiran Informasi Perutean
3.4.1 Membentuk Perute yang Bersebelahan (Adjacency Router) Adjacency router arti harafiahnya adalah router yang bersebelahan atau yang terdekat. Jadi proses pertama dari router OSPF ini adalah menghubungkan diri dan saling berkomunikasi dengan para router terdekat atau perute tetangga. Untuk dapat membuka komunikasi, Hello protokol akan bekerja dengan mengirimkan paket hello. Misalkan ada dua buah router, Router A dan B yang saling berkomunikasi OSPF. Ketika OSPF kali pertama bekerja, maka kedua router tersebut akan saling mengirimkan paket hello
dengan alamat multicast sebagai tujuannya. Di dalam
Hello packet terdapat sebuah field yang berisi identitas (ID) tetangga. Misalkan router B menerima paket hello lebih dahulu dari router A. Maka router B akan mengirimkan kembali Hello packet-nya dengan disertai ID dari router A. Ketika router A menerima hello packet yang berisikan ID dari dirinya sendiri, maka Router A akan menganggap router B adalah adjacent router dan mengirimkan kembali hello packet yang telah berisi ID router B ke router B. Dengan demikian router B juga 29
akan segera menganggap perute A sebagai adjacent router-nya. Sampai di sini adjacency router telah terbentuk dan siap melakukan pertukaran informasi perutean. Contoh pembentukan adjacency router di atas hanya terjadi pada proses OSPF yang berlangsung pada media Point-to-Point. Namun, prosesnya akan lain lagi jika OSPF berlangsung pada media broadcast multiaccess seperti pada jaringan ethernet. Karena media penyiaran akan meneruskan paket-paket hello ke seluruh perute yang ada dalam jaringan, maka adjacency router-nya tidak hanya satu. Proses pembentukan adjacency akan terus berulang sampai semua router yang ada di dalam jaringan tersebut menjadi adjacent router. Jika semua router menjadi adjacent router, maka komunikasi OSPF akan meramaikan jaringan. Bandwidth jaringan menjadi tidak efisien terpakai karena jatah untuk data yang sesungguhnya ingin lewat di dalamnya akan berkurang. Untuk itu pada jaringan broadcast multiaccess akan terjadi lagi sebuah proses pemilihan router yang menjabat sebagai “juru bicara” bagi router-router lainnya. Router juru bicara ini sering disebut dengan istilah Designated Router (DR). Selain perute juru bicara, disediakan juga cadangan untuk router juru bicara ini. Router ini disebut dengan istilah Backup Designated Router (BDR). Langkah berikutnya adalah proses pemilihan DR dan BDR, jika memang diperlukan. 3.4.2
Memilih DR (Designated Router) dan BDR (Backup Designated Router) Dalam jaringan broadcast multiaccess, DR dan BDR sangatlah diperlukan.
DR dan BDR akan menjadi pusat komunikasi seputar informasi OSPF dalam
30
jaringan tersebut. Semua paket pesan yang ada dalam proses OSPF akan disebarkan oleh DR dan BDR. Maka itu, pemilihan DR dan BDR menjadi proses yang sangat kritikal. Sesuai dengan namanya, BDR merupakan “bayangan” dari DR. Artinya BDR tidak akan digunakan sampai masalah terjadi pada router DR. Ketika router DR bermasalah, maka posisi juru bicara akan langsung diambil oleh router BDR. Sehingga perpindahan posisi juru bicara akan berlangsung dengan halus. Proses pemilihan DR/BDR tidak lepas dari peran penting paket hello. Di dalam Hello packet ada sebuah field berisikan ID dan nilai Prioritas dari sebuah router. Semua router yang ada dalam jaringan broadcast multi-access akan menerima semua Hello dari semua router yang ada dalam jaringan tersebut pada saat kali pertama OSPF berjalan. Router dengan nilai Prioritas tertinggi akan menang dalam pemilihan dan langsung menjadi DR. Router dengan nilai prioritas di urutan kedua akan dipilih menjadi BDR. Status DR dan BDR ini tidak akan berubah sampai salah satunya tidak dapat berfungsi baik, meskipun ada perute lain yang baru bergabung dalam jaringan dengan nilai prioritasnya lebih tinggi. Pada dasarnya, semua router OSPF akan memiliki nilai Prioritas 1. Kisaran nilai prioritas ini adalah mulai dari 0 hingga 255. Nilai 0 akan menjamin router tersebut tidak akan menjadi DR atau BDR, sedangkan nilai 255 menjamin sebuah perute pasti akan menjadi DR. Router ID biasanya akan menjadi penentu jika nilai Prioritasnya sama. Jika dua buah router memiliki nilai prioritas yang sama, maka yang menjadi DR dan BDR adalah perute dengan nilai router ID tertinggi dalam jaringan. Setelah DR dan BDR terpilih, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan seluruh informasi jalur dalam jaringan.
31
3.4.3
Mengumpulkan State-state dalam Jaringan Setelah terbentuk hubungan antar router-router OSPF, kini saatnya untuk
bertukar informasi mengenai keadaan (state) dan jalur-jalur yang ada dalam jaringan. Pada jaringan yang menggunakan media broadcast multiaccess, DR-lah yang akan melayani setiap router yang ingin bertukar informasi OSPF dengannya. DR akan memulai lebih dulu proses pengiriman ini. Pada jaringan Point-to-Point ada sebuah fasa yang menentukan router yang lebih dulu melakukan pengiriman data link-state OSPF. Fase ini akan memilih siapa yang akan menjadi tuan (master) dan siapa yang menjadi budak (slave) dalam proses pengiriman. Router yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dahulu, sedangkan router slave akan mendengarkan lebih dulu. Fase ini disebut dengan istilah Exstart State. Router master dan slave dipilih berdasarkan router ID tertinggi dari salah satu router. Ketika sebuah router mengirimkan paket hello, ID perute masing-masing juga dikirimkan ke router tetangga. Setelah membandingkan dengan miliknya dan ternyata lebih rendah, maka router tersebut akan segera terpilih menjadi master dan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Setelah fase Exstart lewat, maka router akan memasuki fase Exchange. Pada fase ini kedua buah router akan saling mengirimkan paket deskripsi basis data (Database Description Packet). Isi paket ini adalah ringkasan status untuk seluruh media yang ada dalam jaringan. Jika router penerimanya belum memiliki informasi yang ada dalam paket deskripsi basis data, maka router pengirim akan masuk dalam fase loading state. Fase loading state merupakan fase di mana sebuah
32
router mulai mengirimkan informasi keadaan (state) secara lengkap ke router tetangganya. Setelah loading state selesai, maka router-router yang tergabung dalam OSPF akan memiliki informasi keadaan yang lengkap dan penuh dalam basis data keadaannya. Fase ini disebut dengan istilah full state. Sampai fase ini proses awal OSPF sudah selesai, namun basis data keadaan (state database) belum bisa digunakan untuk proses penerusan (forwarding) data. Maka dari itu, router akan memasuki langkah selanjutnya, yaitu memilih rute-rute terbaik menuju ke suatu lokasi yang ada dalam basis data keadaan tersebut.
3.4.4
Memilih Rute Terbaik untuk Digunakan Setelah informasi seluruh jaringan berada dalam basis data, maka kini saatnya
untuk memilih rute terbaik untuk dimasukkan ke dalam tabel perutean. Jika sebuah rute telah masuk ke dalam tabel perutean, maka rute tersebut akan terus digunakan. Untuk memilih rute-rute terbaik, parameter yang digunakan oleh OSPF adalah beban (cost). Metrik cost biasanya akan menggambarkan seberapa dekat dan cepatnya sebuah rute. Router OSPF akan menghitung semua cost yang ada dan akan menjalankan algoritma Shortest Path First untuk memilih rute terbaiknya. Setelah selesai, maka rute tersebut langsung dimasukkan dalam tabel routing dan siap digunakan untuk penerusan ( forwarding) paket data. 3.4.5 Menjaga Kemutakhiran Informasi Routing
33
Ketika sebuah rute sudah masuk ke dalam tabel perutean, router tersebut harus juga menjaga keadaan (state) basis datanya. Hal ini bertujuan kalau ada sebuah rute yang sudah tidak valid, maka router harus tahu dan tidak boleh lagi menggunakannya. Ketika ada perubahan link-state dalam jaringan, perute OSPF akan melakukan pembanjiran (flooding) terhadap perubahan ini. Tujuannya adalah agar seluruh router dalam jaringan mengetahui perubahan tersebut. Sampai di sini semua proses OSPF akan terus berulang-ulang. Mekanisme seperti ini membuat informasi rute-rute yang ada dalam jaringan terdistribusi dengan baik, terpilih dengan baik dan dapat digunakan dengan baik pula. Selain itu dengan konsep hierarki, administrator dapat membatasi ukuran basis data link-state-nya, sehingga menjadi tidak terlalu besar. Dengan demikian, proses CPU juga bisa menjadi lebih ringan. Melihat titik-titik kelemahan OSPF dalam melayani jaringan yang berkembang pesat, maka para pencipta routing protokol ini juga tidak membiarkannya saja. Untuk itu, routing protokol ini dilengkapi dengan sistem hirarki yang berupa pengelompokan router-router OSPF dalam area. Dengan membagi-bagi router dalam jaringan menjadi tersegmen, maka akan banyak keuntungan yang akan didapat, khususnya untuk menangani masalah ketika jaringan semakin membesar dan perangkatnya semakin kehabisan tenaga. Untuk tujuan inilah konsep area diciptakan dalam routing protokol OSPF. 3.5
Tipe-Tipe Router OSPF Seperti yang telah diketahui, OSPF menggunakan konsep area dalam
menjamin agar penyebaran informasi tetap teratur baik. Dengan adanya sistem areaarea ini, OSPF membedakan lagi tipe-tipe router yang berada di dalam jaringannya. 34
Tipe-tipe router ini dikategorikan berdasarkan letak dan perannya dalam jaringan OSPF yang terdiri dari lebih dari satu area. Di mana letak sebuah router dalam jaringan OSPF juga sangat berpengaruh terhadap fungsinya. Jadi dengan demikian, selain menunjukkan lokasi di mana router tersebut berada, nama-nama tipe router ini juga akan menunjukkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa tipe router OSPF berdasarkan letaknya dan juga sekaligus fungsinya: 1.
Internal Router
2.
Backbone Router
3.
Area Border Router (ABR)
4.
Autonomous System Boundary Router (ASBR)
3.5.1 Internal Router Router yang digolongkan sebagai internal router adalah router-router yang berada dalam satu area yang sama. Router-router dalam area yang sama akan menanggap router lain yang ada dalam area tersebut adalah internal router. Internal router tidak memiliki koneksi-koneksi dengan area lain, sehingga fungsinya hanya memberikan dan menerima informasi dari dan ke dalam area tersebut. Tugas internal router adalah me-maintain database topologi dan routing table yang akurat untuk setiap subnet yang ada dalam areanya. Router jenis ini melakukan flooding LSA informasi yang dimilikinya ini hanya kepada router lain yang dianggapnya sebagai internal router. 3.5.2 Backbone Router
35
Salah satu peraturan yang diterapkan dalam routing protokol OSPF adalah setiap area yang ada dalam jaringan OSPF harus terkoneksi dengan sebuah area yang dianggap sebagai backbone area. Backbone area biasanya ditandai dengan penomoran 0.0.0.0 atau sering disebut dengan istilah area 0. Router-router yang sepenuhnya berada di dalam area 0 ini dinamai dengan istilah backbone router. Backbone router memiliki semua informasi topologi dan routing yang ada dalam jaringan OSPF tersebut.
3.5.3
Area Border Router (ABR) Sesuai dengan istilah yang ada di dalam namanya “Border”, router yang
tergolong dalam jenis ini adalah router yang bertindak sebagai penghubung atau perbatasan. Yang dihubungkan oleh router jenis ini adalah area-area yang ada dalam jaringan OSPF. Namun karena adanya konsep backbone area dalam OSPF, maka tugas ABR hanyalah melakukan penyatuan antara Area 0 dengan area-area lainnya. Jadi di dalam sebuah router ABR terdapat koneksi ke dua area berbeda, satu koneksi ke area 0 dan satu lagi ke area lain. Router ABR menyimpan dan menjaga informasi setiap area yang terkoneksi dengannya. Tugasnya juga adalah menyebarkan informasi tersebut ke masing-masing areanya. Namun, penyebaran informasi ini dilakukan dengan menggunakan LSA khusus yang isinya adalah summarization dari setiap segmen IP yang ada dalam jaringan tersebut. Dengan adanya summary update ini, maka proses pertukaran informasi routing ini tidak terlalu memakan banyak
36
resource processing dari router dan juga tidak memakan banyak bandwidth hanya untuk update ini.
3.5.4 Autonomous System Boundary Router (ASBR) Sekelompok router yang membentuk jaringan yang masih berada dalam satu hak
administrasi,
satu
kepemilikan,
satu
kepentingan,
dan
dikonfigurasi
menggunakan policy yang sama, dalam dunia jaringan komunikasi data sering disebut dengan istilah Autonomous System (AS). Biasanya dalam satu AS, routerrouter di dalamnya dapat bebas berkomunikasi dan memberikan informasi. Umumnya, routing protocol yang digunakan untuk bertukar informasi routing adalah sama pada semua router di dalamnya. Jika menggunakan OSPF, maka semuanya tentu juga menggunakan OSPF. 3.6
Jenis Area dalam OSPF Setelah membagi-bagi jaringan menjadi bersistem area dan membagi router-
router di dalamnya menjadi beberapa jenis berdasarkan posisinya dalam sebuah area, OSPF masih membagi lagi jenis-jenis area yang ada di dalamnya. Jenis-jenis area OSPF ini menunjukkan di mana area tersebut berada dan bagaimana karakteristik area tersebut dalam jaringan. Berikut ini adalah jenis-jenis area dalam OSPF: 1. Backbone Area 2. Standard Area
37
3. Stub Area 4. Totally Stub Area 5. Not So Stubby Area (NSSA) 3.6.1 Backbone Area Backbone area adalah area tempat bertemunya seluruh area-area lain yang ada dalam jaringan OSPF. Area ini sering ditandai dengan angka 0 atau disebut Area 0. Area ini dapat dilewati oleh semua tipe LSA kecuali LSA tipe 7 yang sudah pasti akan ditransfer menjadi LSA tipe 5 oleh ABR.
3.6.2 Standard Area Area jenis ini merupakan area-area lain selain area 0 dan tanpa disertai dengan konfigurasi apapun. Maksudnya area ini tidak dimodifikasi macam-macam. Semua router yang ada dalam area ini akan mengetahui informasi Link State yang sama karena mereka semua akan saling membentuk adjacent dan saling bertukar informasi secara langsung. Dengan demikian, semua router yang ada dalam area ini akan memiliki topology database yang sama, namun routing table-nya mungkin saja berbeda.
3.6.3 Stub Area Stub dalam arti harafiahnya adalah ujung atau sisi paling akhir. Istilah ini memang digunakan dalam jaringan OSPF untuk menjuluki sebuah area atau lebih
38
yang letaknya berada paling ujung dan tidak ada cabang-cabangnya lagi. Stub area merupakan area tanpa jalan lain lagi untuk dapat menuju ke jaringan dengan segmen lain. Area jenis ini memiliki karakteristik tidak menerima LSA tipe 4 dan 5. Artinya adalah area jenis ini tidak menerima paket LSA yang berasal dari area lain yang dihantarkan oleh router ABR dan tidak menerima paket LSA yang berasal dari routing protokol lain yang keluar dari router ASBR (LSA tipe 4 dan 5). Jadi dengan kata lain, router ini hanya menerima informasi dari router-router lain yang berada dalam satu area, tidak ada informasi routing baru di router. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana area jenis ini dapat berkomunikasi dengan dunia luar kalau tidak ada informasi routing yang dapat diterimanya dari dunia luar. Jawabannya adalah dengan menggunakan default route yang akan bertugas menerima dan meneruskan semua informasi yang ingin keluar dari area tersebut. Dengan default route, maka seluruh traffic tidak akan dibuang ke mana-mana kecuali ke segmen jaringan di mana IP default route tersebut berada. 3.6.4 Totally Stub Area Mendengar namanya saja, mungkin sudah bisa menangkap artinya bahwa area jenis ini adalah stub area yang lebih diperketat lagi perbatasannya. Totally stub area tidak akan pernah menerima informasi routing apapun dari jaringan di luar jaringan mereka. Area ini akan memblokir LSA tipe 3, 4, dan 5 sehingga tidak ada informasi yang dapat masuk ke area ini. Area jenis ini juga sama dengan stub area, yaitu mengandalkan default route untuk dapat menjangkau dunia luar. 3.6.5
Not So Stubby Area (NSSA) Stub tetapi tidak terlalu stub, itu adalah arti harafiahnya dari area jenis ini. 39
Maksudnya adalah sebuah stub area yang masih memiliki kemampuan spesial, tidak seperti stub area biasa. Kemampuan spesial ini adalah router ini masih tetap mendapatkan informasi routing namun tidak semuanya. Informasi routing yang didapat oleh area jenis ini adalah hanya external route yang diterimanya bukan dari backbone area. Maksudnya adalah router ini masih dapat menerima informasi yang berasal dari segmen jaringan lain di bawahnya yang tidak terkoneksi ke backbone area. Misalnya memiliki sebuah area yang terdiri dari tiga buah router. Salah satu router terkoneksi dengan backbone area dan koneksinya hanya berjumlah satu buah saja. Area ini sudah dapat disebut sebagai stub area. Namun nyatanya, area ini memiliki satu segmen jaringan lain yang menjalankan routing protokol RIP misalnya. Jika masih mengonfigurasi area ini sebagai Stub area, maka area ini tidak menerima informasi routing yang berasal dari jaringan RIP. Namun konfigurasilah dengan NSSA, maka area ini bisa mengenali segmen jaringan yang dilayani RIP. 3.7
Kelebihan dan Kekurangan OSPF Berikut ini merupakan kelebihan dari OSPF antara lain : 1. tidak menghasilkan routing loop 2. mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus 3. dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan 4. membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area. 5. waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat Sedangkan untuk kekurangan dari OSPF adalah :
40
1. Lebih rumit 2. Membutuhkan lebih banyak sumber memory dan processor (membutuhkan basis data yang besar). Jika router tersebut tidak dilengkapi dengan memori dan processor yang tinggi, maka masalah akan terjadi pada router ini. 3. Dengan semakin membesarnya jaringan, maka topologi tabel juga semakin membengkak besarnya. Pembengkakan ini akan mengakibatkan router menjadi lama dalam menentukan sebuah jalur terbaik yang akan dimasukkan ke routing table. Dengan demikian, performa forwarding data juga menjadi lamban.
41
BAB IV IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL PERUTEAN OSPF JARINGAN KAMPUS USU
4.1
Pengenalan Mikrotik Saat ini sudah banyak sistem operasi yang dapat digunakan sebagai router,
mulai yang paling sederhana hingga yang sangat canggih. Dari sekian banyak system operasi tersebut yang paling populer dan mulai banyak digunakan adalah mikrotik. Mikrotik mudah digunakan, dan sanggat canggih sehingga tidak memerlukan kemampuan teknis yang tinggi, sehingga para pemula pun akan mudah untuk menggunakannya. Mikrotik dibuat oleh MikroTikls sebuah perusahaan di kota Riga, Latvia. Dengan nama merek dagang Mikrotik mulai didirikan tahun 1995 yang pada awalnya ditujukan untuk perusahaan jasa layanan Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP) yang melayani pelanggannya menggunakan teknologi nirkabel atau wireless. Mikrotik dapat digunakan dalam 2 tipe, yaitu dalam bentuk perangkat keras dan perangkat lunak, dimana keduanya terpasang secara sinkron agar dapat bekerja dengan baik. Dalam bentuk perangkat keras, mikrotik biasanya sudah diinstalasi pada suatu board tertentu, sedangkan dalam bentuk perangkat lunak mikrotik merupakan satu distro Linux yang memang dikhususkan untuk fungsi router. Mikrotik routerOS adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer biasa menjadi router network yang handal, mencakup
42
berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan wireless. Berikut ini merupakan kelebihan dari mikrotik antara lain : 1. Tangguh dalam masalah jaringan. 2. Fitur-fiturnya lebih banyak 3. Sistem keamanan tingkat tinggi. 4. Tidak terlalu membutuhkan spesifikasi komputer yang besar. Sedangkan untuk kekurangan dari mikrotik adalah : 1. Mikrotik mengeluarkan sertifikasi, namun sertifikasi tersebut masih kurang populer dibanding dengan vendor lain seperti cisco yang sudah diakui international 2. Kurang bagus untuk menangani jaringan sekala yang lebih besar karena dukungan hardware-nya. 4.2
Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Kualitas pelayanan (QoS) berarti bahwa router harus memproiritaskan dan
membentuki lalu lintas jaringan. QoS tidak membatasi, ini lebih pada penyediaan kualitas. Berikut ini adalah beberapa feature dari mekanisme kontrol Bandwidth Mikrotik Router OS. 1. Membatasi tingkat data untuk IP tertentu, subnet, protokol, port. 2. Memperioritaskan beberapa arus paket tertentu 3. Menggunakan antrian untuk mempercepat browsing WEB
43
4. Berbagi lalu lintas yang tersedia diantara para pengguna secara adil, atau tergantung pada muatan saluran. 4.3
Menu Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Menu menajemen Bandwidth pada mikrotik antara lain :
4.3.1 Menu Interface Menu interface merupakan gerbang trafik keluar atau masuk ke mikrotik. Secara default mikrotik hanya mengenali interface yang secara fisik memang ada. Nama interface tersebut dapat diubah dengan tujuan dapat memudahkan dalam mengidentifikasi fungsi. Berikut ini merupakan parameter-parameter di dalam interface antara lain : 1. Interface list (cost-cost) Options ini digunakan untuk mensetting interface broadcast atau interface point-to-point. Setiap interface mempunyai suatu cost. 2. Retransmit Interval Time Nilai waktu (second) antara balasan dari pengumuman link-state untuk router tetangganya. 3. Transmit Delay Time Nilai perkiraan yang diperlukan untuk mengirimkan paket terbaru dari linkstate pada suatu interface tertentu. Options harus memiliki nilai lebih dari nol. 4. Priority
44
Nilai antara 0 dan 255 yang digunakan untuk menspesifikasikan nilai priority untuk sebagai designated router. Jika terdapat dua interface, maka yang menjadi designated router mempunyai nilai priority yang lebih tinggi. 5. Hello Interval Time Panjang waktu (second) yang digunakan untuk mengirimkan paket Hello ke router yang terdekat. 6. Router Dead Interval Time Batas waktu (second) untuk mendapat paket Hello dari router yang terdekat sebelum router tetangga tersebut dinyataka down. 7. Authentication key Digunakan oleh authentifikasi OSPF untuk mengecek authentication di dalam header paket OSPF. 8. Authtype 0 | 1 | none | simple OSPF menspesifikasikan skema pembuktian per area. Setiap interface dalam satu area harus mempunyai authentifikasi yang sama meskipun kemungkinan menggunakan authentifikasi yang berbeda. 4.3.2 Menu IP Menu IP adalah menu utama dengan berbagai pilihan yang berhubungan dengan konfigurasi internet protokol. Dalam mengkonfigurasi manajemen bandwidth sub menu yang sering digunakan antara lain address, router, dan firewall 1. Sub menu Address
45
Sub menu ini adalah bagian utama yang digunakan untuk membuat router bekerja. Mikrotik saat ini hanya mendukung ipv4 dengan subnet mask. Mikrotik dapat menggunakan alamat Ip secara statis dan dinamis 2. Sub Menu Router Sub menu ini menampilkan kondisi tabel routing. Daftar routing bisa bersifat permanen, statis, dan dinamis. 3. Sub Menu Firewall Sub menu ini berisi kondisi konfigurasi paket filter dan fitur mengatur fungsi keamanan untuk mengatur data dari dan ke router. 4.4
Syarat Instalasi Mikrotik Persyaratan minimal komputer yang dibutuhkan untuk Mikrotik adalah
sebagai berikut: 1. Menggunakan prosesor setidaknya 100 MHz atau lebih seperti Intel Pentium, Cyrix 6X86, AMD K5 atau prosesor yang lebih baru dari Intel IA-32 (i386). 2. Memori (RAM) minimal 64 Mb dan maksimum 1 Gb. 3. Media penyimpanan (Hard Drive) menggukanan sistem standar kontroler IDE dan ATA. Penggunaan SATA, SCSI dan USB tidak didukung. Sisa media penyimpanan adalah minimal sebesar 64 Mb. 4. Jika instalasi menggunakan media CD, standar kontrolernya adalah ATA/ATAPI. 5. Jika instal melalui LAN, menggunakan standar ethernet tipe PCI.
46
4.5
Tahap-Tahap ( Tutorial ) Instalasi Mikrotik dengan Vmware Pada tahap instalasi mikrotik dengan menggunakan Vmware, penulis
melakukan beberapa langkah-langkah / tutorial. Langkah-langkah tersebut adalah : 1. Langkah awalnya adalah dengan mendownload mikrotik ISO. Setelah itu dipilih new virtual machine.
Gambar 4.1 Tampilan layar untuk pilihan VMware 2. Langkah selanjutnya adalah dengan memilih typical
Gambar 4.2 Tampilan layar konfigurasi yang disediakan
47
3. Berikutnya memilih sistem operasi linux karena mikrotik turunan dari linux, sedangkan untuk versi sendiri dipilih other linux.
Gambar 4.3 Tampilan layar sistam operasi yang akan diinstal dalam virtual machine.
4. Setelah itu beri nama dan lokasi tempat virtual machine (VM) berada
Gambar 4.4 Tampilan layar untuk nama virtual machine yang digunakan
48
5. Sedangkan untuk network connection pilih bridge networking
Gambar 4.5 Tampilan layar tipe jaringan yang inginkan Ditambahkan
6. Langkah keenam adalah memilih besar partisi untuk instalasi VMware.
Gambar 4.6 Tampilan layar besarnya kapasitas untuk instalasi
49
7. Jika semuanya sudah dilakukan maka vmware akan terlihat seperti ini.
Gambar 4.7 Tampilan layar dari Vmware
8. Ini merupakan gambar remove harddisk, sudah tidak ada lagi harddisk dan dicoba add.
Gambar 4.8 Tampilan layar dari remove harddisk
50
9. Setelah add pilih sesuai yang ingin ditambahkan, sedangkan untuk saat ini ditambahkan harddisk
Gambar 4.9 Tampilan layar tipe hardware yang akan diinstal
10. Sedangkan untuk tipe disknya pilih IDE
Gambar 4.10 Tampilan layar tipe disk yang akan dikreasi
51
11. Selanjutnya buat nama file untuk disk yang dipilih tadi.
Gambar 4.11 Tampilan layar penyimpanan informasi
12. Kemudian tunggu proses yang terjadi.
Gambar 4.12 Tampilan layar saat proses berlangsung.
52
13. Seperti ini contoh hasilnya, harddisk sudah berganti jadi IDE
Gambar 4.13 Tampilan layar harddisk yang sudah berganti jadi IDE
14. Supaya dapat berfungsi sebagai router dibutuhkan gateway, ditambahkan hardware lagi kali ini untuk menambah ethernet adapter.
Gambar 4.14 Tampilan layar tipe hardware yang akan diinstal
53
15. Setelah itu pilih bridge networking untuk tipe jaringan yang akan ditambahkan.
Gambar 4.15 Tampilan layar tipe jaringan yang ingin ditambahkan
16. Sampai terlihat hasil akhir seperti ini.
Gambar 4.16 Tampilan layar bridge networking setelah di add
54
17. Selanjutnya setting cd rom supaya memanggil file ISO yg sudah didownload tadi dengan cara double klik pada cd rom.
Gambar 4.17 Tampilan layar untuk pengaturan cd rom
18. Setelah itu jika sudah selesai maka mikrotik dijalankan dengan menekan tanda panah warna hijau atau play.
Gambar 4.18 Tampilan layar boot mikrotik
55
19. Inilah tampilan aplikasi-aplikasi yang akan diinstal dengan menekan tombol ‘a’ atau all artiny untuk memilih semua aplikasi yang ada dalam mikrotik.
Gambar 4.19 Tampilan layar aplikasi atau paket yang akan diinstal 20. Untuk melakukan instalasi tekan ‘i’ (install), Tunggu sekitar 15 menit instalasi akan selesai dan meminta reboot.
Gambar 4.20 Tampilan layar intallasi paket mikrotik
56
21. Setelah selesai reboot maka akan tampil seperti di bawah ini untuk: mikrotik login: admin password :
Gambar 4.21 Tampilan layar saat mikrotik login
22. Selanjutnya jika sudah login maka tampilannya adalah
Gambar 4.22 Tampilan layar setelah dilakukan login
57
23. Setelah itu mikrotik bisa dipergunakan
Gambar 4.23 Tampilan layar mikrotik setelah diinstal dan dapat digunakan 4.6 Topologi Jaringan Kampus USU menggunakan Protokol Routing OSPF Sebagai
pedoman
untuk
mengkonfigurasi
jaringan
adalah
menggunakan skema / topologi jaringangan seperti pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24 Skema jaringan kampus USU
58
dengan
Dari skema jaringan kampus USU, dapat dilihat setiap fakultas terhubung dengan sebuah router. Jumlah router yang ada dalam jaringan kampus USU adalah (6) enam router setiap router tersebut terhubung dengan CSW (core switch), CSW inilah yang menghubungakan jaringan didalam kampus USU maupun untuk koneksi ke internet dengan menggunakan protokol routing OSPF. Untuk mempermudah konfigurasi jaringan maka skema jaringan kampus USU dapat disederhanakn menjadi Gambar 4.25. Secara fisik topologi jaringan kampus USU dapat dilihat pada Gambar 4.24. namun, secara virtual jaringan kampus adalah sebagai berikut :
Gambar 4.25 Skema Sederhana Jaringan Kampus USU Keterangan : FT
: Fakultas Teknik
FMIPA : Fakulatas Matematika dan IPA
FE
: Fakultas Ekonomi
FH
: Fakultas Hukum
FK
: Fakultas Kedokteran
PSI
: Pusat Sistem Informasi
59
BIRO
: Biro Rektor
FISIP
: Fakultas Ilmu Sosial
LP
: Laboratorium Pariwisata
FKG
: Fakultas Kedokteran Gigi
ILKOM : Ilmu Komputer
FKM
: Fakultas Kesehatan Masyarakat
FP
GTW
: Gateway
: Fakultas Pertanian
Pada Gambar 4.25 merupakan skema jaringan kampus USU yang disederhanakan, dapat dilihat semua router terhubung dengan switch. Dari skema / topologi jaringan kampus USU ini dapat dikonfigurasi ip address-nya menggunakan mikrotik dan hasilnya dapat dibuat kedalam bentuk table routing. 4.7
Hasil Konfigurasi Mikrotik Router OS dalam Tabel Routing Dari konfigurasi menggunakan mikrotik pada protokol routing OSPF dalam
jaringan kampus USU dapat dilihat hasilnya dalam tampilan tabel routing sebagai berikut : 1. Router FT hidup, sedangkan router lainnya belum ada yang hidup
Gambar 4.26 Tampilan tabel routing dari FT
60
Tampilan gambar 4.26 merupakan tampilan dari mikrotik di FT. Untuk saat ini baru router FT yang baru hidup. Dari tabel routing dapat diketahui status jaringannya adalah ADC (active, dynamic, connect), artinya jaringan tersebut terhubung dan aktif. Dari tampilan tabel routing itu juga dapat diketahui alamat yang ada dalam router FT yaitu 10.10.1.4 dengan 10.10.4.1 2. Router MIPA, PSI, BIRO telah di aktifkan dengan demikian sekarang telah terhubung dengan router FT. Maka tampilan tabel routingnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.27 Tampilan tabel routing dari BIRO, PSI, PERPUS, MIPA, dan FT Tampilan tabel routing pada gambar 4.27 yaitu saat mikrotik di BIRO, PERPUS, PSI, MIPA, FT telah hidup dan terhubung satu sama lainnya. Jumlah route yang ada dalam jaringan kampus USU adalah 17 route. Dengan status jaringan saat ini adalah ADC (active, dynamic, connect) untuk FT sendiri, karena pada saat
61
mengakses berada pada router FT. Sedangkan status ADo (active, dynamic, ospf) untuk route yang lainnya. Jika alamat yang akan dituju statusnya ADo maka harus melalui jaringan OSPF. Contoh, Jika pada saat mengakses dari FT ( Fakultas Teknik) alamat tujuan adalah 10.10.12.0/24 (diketahui status tujuan adalah ADo, berarti harus melewati jaringan OSPF). Maka, secara otomatis akan diteruskan ke r 10.10.1.3, karena 10.10.1.3 telah terliput (terkoneksi langsung) pada alamat 10.10.1.0/24 yang ada di router FT (sudah ada interface 10.10.10), Maka akan terhubung langsung dengan VM (virtual machine) 10.10.1.6. Diketahui bahwa alamat 10.10.1.6 merupakan jaringan yang ada didalam router BIRO maka secara otomatis akan terhubung langsung dengan alamat yang dituju tadi (10.10.12.0/24). Sehingga dari tabel routing ini dapat di ketahui informasi-informasi dan keadaan network setiap waktu apakah network terhubung atau ada gangguan / terputus. 3.
Tabel Routing untuk IP address dan Interface dari MIPA
Gambar 4.28 IP address dan interface dari router MIPA Dari gambar 4.28 dapat diketahui alamat dari router MIPA, baik workstation maupun jaringan yang terinterkoneksi. Disini dapat diketahui dari satu router yang
62
terkoneksi per interface dan berapa ip address-nya (misalkan interface/antar muka CSWMIPA berada pada alamat 10.10.1.3). Dari tabel routing ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah network terhubung atau ada gangguan. Sedangkan untuk antar muka lain yang berada di CSWMIPA dapat dilihat yaitu FMIPA, FE, FP, FISIP. 4.
IP address dan Interface dari PERPUS
Gambar 4.29 IP address dan Interface dari router PERPUS Dari gambar 4.29 dapat diketahui alamat dari router MIPA, baik workstation maupun jaringan yang terinterkoneksi. Disini dapat diketahui dari satu router yang terkoneksi per interface dan berapa ip address-nya (misalkan interface/antar muka CSWPERPUS berada pada alamat 10.10.1.5). Sedangkan untuk antar muka dan pengalamatan lain yang berada di PERPUS dapat dilihat dari gambar 4.29 yaitu
63
PERPUS, FS, FH. Dari tabel routing ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah network terhubung atau ada gangguan. 5.
IP address dan Interface dari PSI
Gambar 4.30 IP address dan Interface dari router PSI Dari gambar 4.30 dapat diketahui alamat dari router MIPA, baik workstation maupun jaringan yang terinterkoneksi. Disini dapat diketahui dari satu router yang terkoneksi per interface dan berapa ip address-nya (misalkan interface/antar muka CSWPSI berada pada alamat 10.10.1.2). Sedangkan untuk antar muka dan pengalamatan lain yang berada di PERPUS dapat dilihat dari gambar 4.30 yaitu ILKOM, LP, PSI. Dari tabel routing ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah network terhubung atau ada gangguan.
64
6.
IP address dan Interface dari BIRO
Gambar 4.31 IP address dan Interface dari router BIRO Dari tampilan tabel routing pada gambar 4.31 terlihat alamat router BIRO baik workstation-nya maupun jaringan yang ter-interkoneksi ke routing mikrotik. Dari tabel routing ini dapat di monitoring keadaannya setiap waktu apakah network terhubung atau ada gangguan. Disini dapat diketahui dari satu router yang terkoneksi per interface dan berapa ip address-nya (misalkan interface/antar muka CSWBIRO berada pada alamat 10.10.1.6). Sedangkan untuk antar muka dan pengalamatan lain yang berada di BIRO dapat dilihat dari gambar 4.31 yaitu BIRO, FKG, FK, FKM, SPS. Dari tabel routing ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah network terhubung atau ada gangguan.
65
7. Routing OSPF Neighbor dan Interface dari FT
Gambar 4.32 Routing OSPF Neighbor dan Interface dari FT Tampilan tabel routing pada gambar 4.32 terlihat routing ospf neighbor dari FT. Dari tabel routing tersebut dapat diketahui parameter-parameter yang menggambarkan keadaan jaringan di FT. Pada router 0, ID nya 10.10.1.4 dengan alamat secara virtual adalah 10.10.1.4 lewat interface CSWPERPUS, dr-addres-nya (yang menyebarkan semua berita-berita) adalah dari alamat 10.10.1.3, backup-draddress (jika alamat 10.10.1.3 mati maka yang akan meneruskan paket ketujuan adalah 10.10.1.5). State-nya full artinya backup dari 10.10.1.3 sama dengan 10.10.1.5 (dua-duanya ada). Ls-transmit (lamanya transmit) adalah 0 second artinya kalau belum sampai langsung dikirim. Adjacency (sudah terkoneksi selama) 6 menit 9 detik. Sedangkan untuk routing OSPF interface-nya (contoh untuk route 0, interface melalui CSWFT dengan cost 10, nilai 10 merupakan untuk perhitungan
66
algoritma djikstra yaitu untuk mengetahui jalur terpendek dan terbaik. Priority-nya 1 artinya untuk jalur mana yang didahulukan. Authentication key tidak ada, type jaringan adalah broadcast. Retransmit interval 5 detik artinya nilai waktu antara balasan dari pengumuman link-state untuk router tetangganya, jika tidak ada balasan maka akan dikirimkan lagi 5 detik kemudian. Transmit delay ini merupakan nilai perkiraan yang diperlukan untuk mengirimkan paket yang terbaru dari link state adalah 1 detik, ini merupakan hello paket dan paket update bukan paket data dari pelanggan tetapi paket update (update table dan hello paket). Hello interval 10 detik merupakan panjang waktu yang digunakan untuk mengirimkan paket hello ke router terdekat. Dead interval (jika dalam jangka 40 detik tidak ada balasan maka jaringan akan mengalami time out/mati). 8. Routing Interface OSPF dari PERPUS
Gambar 4.33 Routing OSPF Interface dari PERPUS
67
Tampilan tabel routing pada gambar 4.36 (contoh untuk route 0, interface melalui CSWPERPUS dengan cost 10, nilai 10 merupakan untuk perhitungan algoritma djikstra yaitu untuk mengetahui jalur terpendek dan terbaik. Priority-nya 1 artinya untuk jalur mana yang didahulukan. Authentication key tidak ada, type jaringan adalah broadcast. Retransmit interval 5 detik artinya nilai waktu antara balasan dari pengumuman link-state untuk router tetangganya, jika tidak ada balasan maka akan dikirimkan lagi 5 detik kemudian. Transmit delay ini merupakan nilai perkiraan yang diperlukan untuk mengirimkan paket yang terbaru dari link state adalah 1 detik, ini merupakan hello paket dan paket update bukan paket data dari pelanggan tetapi paket update (update table dan hello paket). Hello interval 10 detik merupakan panjang waktu yang digunakan untuk mengirimkan paket hello ke router terdekat. Dead interval (jika dalam jangka 40 detik tidak ada balasan maka jaringan akan mengalami time out/mati). 9. Routing OSPF Neighbor dari PSI
Gambar 4.34 Routing OSPF Neighbor dari PSI 68
Tampilan tabel routing pada gambar 4.37 terlihat routing ospf neighbor dari PSI. Dari tabel routing tersebut dapat diketahui parameter-parameter yang menggambarkan keadaan jaringan di PSI. Misalkan untuk melihat tetangga siapa saja dalam router BIRO. Untuk router 0, ID nya 10.10.1.4 dengan alamat secara virtual adalah 10.10.1.4. lewat interface CSWPSI, dr-addres-nya (yang menyebarkan semua berita-berita) adalah dari alamat 110.10.1.3, backup-dr-address (jika alamat 10.10.1.3 mati maka yang akan meneruskan paket ketujuan adalah 10.10.1.5). Statenya full artinya backup dari 10.10.1.3 sama dengan 10.10.1.5 (dua-duanya ada). Lstransmit (lamanya transmit) adalah 0 second artinya kalau belum sampai langsung dikirim. Adjacency (sudah terkoneksi selama) 2 menit 10 detik. 10. Routing Interface OSPF dari PSI
Gambar 4.35 Routing OSPF Interface dari PSI
69
Tampilan tabel routing pada gambar 4.38 (contoh untuk route 0, interface melalui CSWPSI dengan cost 10, nilai 10 merupakan untuk perhitungan algoritma djikstra yaitu untuk mengetahui jalur terpendek dan terbaik. Priority-nya 1 artinya untuk jalur mana yang didahulukan. Authentication key tidak ada, type jaringan adalah broadcast. Retransmit interval 5 detik artinya nilai waktu antara balasan dari pengumuman link-state untuk router tetangganya, jika tidak ada balasan maka akan dikirimkan lagi 5 detik kemudian. Transmit delay ini merupakan nilai perkiraan yang diperlukan untuk mengirimkan paket yang terbaru dari link state adalah 1 detik, ini merupakan hello paket dan paket update bukan paket data dari pelanggan tetapi paket update (update table dan hello paket). Hello interval 10 detik merupakan panjang waktu yang digunakan untuk mengirimkan paket hello ke router terdekat. Dead interval (jika dalam jangka 40 detik tidak ada balasan maka jaringan akan mengalami time out/mati). 11. Routing OSPF Neighbord dari BIRO
Gambar 4.36 Routing OSPF Neighbor dari BIRO 70
Tampilan tabel routing pada gambar 4.39 terlihat routing ospf neighbor dari BIRO. Dari tabel routing tersebut dapat diketahui parameter-parameter yang menggambarkan keadaan jaringan di BIRO. Pada router 0, ID nya 10.10.1.4 dengan alamat secara virtual adalah 10.10.1.4. lewat interface CSWPERPUS, dr-addres-nya (yang menyebarkan semua berita-berita) adalah dari alamat 110.10.1.3, backup-draddress (jika alamat 10.10.1.3 mati maka yang akan meneruskan paket ketujuan adalah 10.10.1.5). State-nya full artinya backup dari 10.10.1.3 sama dengan 10.10.1.5 (dua-duanya ada). Ls-transmit (lamanya transmit) adalah 0 second artinya kalau belum sampai langsung dikirim. Adjacency (sudah terkoneksi selama) 10 menit 39 detik. 12. Routing Interface OSPF dari BIRO
Gambar 4.37 Routing OSPF Interface dari router BIRO
71
Tampilan tabel routing pada gambar 4.40 (contoh untuk route 0, interface melalui CSWBIRO dengan cost 10, nilai 10 merupakan untuk perhitungan algoritma djikstra yaitu untuk mengetahui jalur terpendek dan terbaik. Priority-nya 1 artinya untuk jalur mana yang didahulukan. Authentication key tidak ada, type jaringan adalah broadcast. Retransmit interval 5 detik artinya nilai waktu antara balasan dari pengumuman link-state untuk router tetangganya, jika tidak ada balasan maka akan dikirimkan lagi 5 detik kemudian. Transmit delay ini merupakan nilai perkiraan yang diperlukan untuk mengirimkan paket yang terbaru dari link state adalah 1 detik, ini merupakan hello paket dan paket update bukan paket data dari pelanggan tetapi paket update (update table dan hello paket). Hello interval 10 detik merupakan panjang waktu yang digunakan untuk mengirimkan paket hello ke router terdekat. Dead interval (jika dalam jangka 40 detik tidak ada balasan maka jaringan akan mengalami time out/mati) 4.8
Fungsi / Manfaat Mikrotik dari Tabel Routing yang dihasilkan Berikut ini merupakan fungsi mikrotik dari tabel routing yang dihasilkan
antara lain : 1. Dapat digunakan sebagai monitoring / pemantauan bagi operator dalam jaringan jika terjadi gangguan dan dapat juga difungsikan dalam perawatan jaringan. 2. Dapat digunakan sebagai pengontrol jaringan karena dapat berkomunikasi dengan sembarang dari semua switch yang ada pada jaringan.
72
3. Untuk mengetahui jalur antar network apakah koneksinya terhubung atau ada masalah. 4. Network / kumpulan exit-interface dapat juga menggambarkan network tujuan dari paket tersebut. 5. Berisi kumpulan next hop dan network yang akan memberikan keterangan bagi router mengenai jalur yang akan dilewati ketika mengirim suatu paket sampai ketujuan akhir.
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari studi implementasi mikrotik pada
protokol perutean Open Shortest Path First (OSPF) adalah: 1. Protokol OSPF sangat cocok diterapkan pada jaringan yang memiliki jumlah host yang sangat banyak, karena kemampuannya dalam mengelola dan memperbarui tabel perutean untuk jaringan tersebut. Protokol OSPF pun juga cepat dalam penyesuaian terhadap perubahan topologi jaringan. 2. Jika tidak menggunakan protokol routing OSPF maka harus dilakukan seting manual kesetiap router yang ada dalam jaringan kampus USU dan harus selalu dilihat apakah ada jaringan yang mati (dengan cara ping), dengan cara ini maka kerja akan bertambah repot, lama dan tidak efisien. Karena jaringan harus terus manerus dipantau. 3. Dengan adanya OSPF ini maka dapat menampilkan/menampakkan kondisi sistem (jaringan) setiap saat secara terpusat/otomatis dalam tabel routing, sehingga memudahkan bagi operator untuk melakukan monitoring / pemantauan pada jaringan. 4. Protocol link-state dibuat untuk skala jaringan besar. Protokol ini menggunakan system cost untuk memilih rute dan menyimpan dalam database informasi table routing. Dalam protokol ini, untuk mengetahui suatu router tidak mati dilakukan dengan mengirimkan paket Hello ke router
74
tersebut. Apabila router tersebut mengirimkan paket balasan sebelum waktu yang ditetapkan , maka router tersebut masih disimpan dalam informasi table routing. 5. Sistem Operasi untuk networking yang terbukti murah dan handal dalam melakukan kerjanya sebagai router dapat menggunakan mikrotik OS 6. Mikrotik pada prinsip dasarnya bukan untuk membuat Wireless ISP (W-ISP) tetapi membuat program router yang handal dan dapat dijalankan diseluruh dunia secara efisien. 5.2
Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan dari Tugas Akhir diantaranya adalah : 1. Selain dengan mikrotik dapat juga menggunakan software quagga untuk merouterkan jaringan. 2. Untuk merouterkan jaringan internet dengan antar universitas lain dapat menggunakan protokol EBGP sebagai Exterior Gateway Protocol (EGP).
75
DAFTAR PUSTAKA 1. Andrews S. Tanenbaum, 1996 “Jaringan Komputer Edisi Bahasa Indonesia” Jilid 1, Prehalindo, Jakarta. 2. Ismail Fahmi, “Jaringan TCP/IP Terapan Edis Kedua”, Computer Network Research Group ITB. Bandung. 3. Onno W. Purbo, 2001 “TCP/IP Standar, Desain dan Implementasi”, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta 4. Rafiudin, Rahmat. 2003 “Panduan Membangun Jaringan Komputer untuk Pemula” Elek Media Komputindo. Jakarta 5. Todd Lammle, 1997 “Cisco Certified Network Associate Study Guide”, Alex Media Koputindo. Jakarta 6. Herlambang, Moch. Linto, Catur L, Azis. 2008. “Panduan Lengkap Menguasai Router Masa Depan Menggunakan MikroTik RouterOS™”.ANDI Publisher . Yogyakarta 7. Saputro, Daniel T, Kustanto. 2008. “Membangun Server Internet dengan Mikrotik OS”. Gava Media. Yogyakarta 8. Asep Herman Suyanto, ”Pengenalan Jaringan Komputer”. www.asephs.web.ugm.ac.id 9. Arman Sani, 2000 “Prinsip Kerja dan Algoritma Protokol Perutean Internet”. Lecture articles. pdf 10. Manajemen Bandwidth pada mikrotik, www. Mikrotik.com
76
11. Pendekar Alaska , “OSPF Routing Protokol” Beyond Inspiration Teknologi IP http://balakosa.blogspot.com/. Tanggal Akses 20 Mei 2009 12. Wikipedia,
2009
http://en.wikipedia.org/wiki/Open_shortest_path_first.
Tanggal akses: 19 April 2009 pukul 14:49 13. OSI 7 Layer Model Tutorial (2006). http://www.pc supportadvisor.com / OSI_7_layer_model_page1.htm. Tanggal akses: 3 April 2009 14. PC
Media,
“OSPF
Routing
Protokol
untuk
Jaringan
Lokal”.
http://www.pcmedia.com/penjelasan ospf.htm, Tanggal Akses 20 Mei 2009
77