JURNAL ILMIAH PENELITIAN MarKa, ISSN: 2580-8745
Studi Hubungan Karakteristik Arsitektur Postmodern dan Musik Rock Andrey Caesar Effendi Program Studi Arsitektur, Universitas Matana
Abstrak Musik adalah untuk didengar dan arsitektur adalah untuk dilihat, tetapi ada banyak persamaan dari keduanya. Dan persamaan yang paling penting adalah bahwa arsitektur dan musik sama-sama untuk dirasakan bukan hanya untuk dilihat atau didengar. Musik dan arsitektur dapat berkolaborasi dan memberikan produk akhir dari arsitektur. Beberapa arsitek yang juga seorang seniman yang memainkan musik, mengaplikasikan musiknya dalam perancangan arsitektur. Munculnya arsitektur postmodern bersamaan maraknya musik rock di dunia. Apakah ada hubungan musik rock dengan arsitektur postmodern ? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan musik rock dengan arsitektur postmodern. Dari kajian ini disimpulkan adanya hubungan karakteristik yang sama antara musik rock terhadap arsitektur postmodern yang terlihat pada perancangan arsitektur yang dirancang oleh arsitek. Kata Kunci : postmodernisme, musik rock, perancangan arsitektur, filsafat, kreativitas
Abstract Music is to be heard and architecture is to be seen, but there are many similarities of both. And the most important is that architecture and music are equally perceived not only to be seen or heard. Music and architecture can collaborate and deliver the ultimate product of architecture. Some architects are also an artist who plays music, applying his music in architectural design. The emergence of postmodern architecture along with the rise of rock music in the world. Is there a rock-music relationship with postmodern architecture? This research uses qualitative method with literature review approach, which aims to get an overview about the relationship of rock music with postmodern architecture. From this study it is concluded that the same characteristic relationship between rock music and postmodern architecture is seen in architectural design. Keywords : postmodernism, rock music, architectural design, philosophy, creativity
Pendahuluan Musik adalah bunyi yang dikeluarkan oleh satu atau beberapa alat musik yang dihasilkan oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, budaya, lokasi dan selera seseorang. Musik merupakan sebuah bentuk seni dengan menggunakan medium suara. Biasanya unsur musik terdiri dari pitch (yang mengatur melodi dan harmoni), rhythm (berkaitan dengan konsep tempo, meter, dan artikulasi), dinamika, dan kualitas sonik timbre dan tekstur.
Keberadaan musik dalam hidup manusia merupakan bagian penting. Terkadang musik memberikan experience of feeling yang berbeda-beda pada setiap orang yang mendengarnya. Ada musik jazz atau klasik yang menenangkan, musik rock yang membuat semangat, atau musik-musik yang mengingatkan kita pada momen-momen yang spesial. Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari musik. Namun ketika musik ini dikaitkan dengan arsitektur, apa peran musik ini menjadi berubah? Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017 | 25
Studi Hubungan Karakteristik Arsitektur Postmodern dan Musik Rock
apakah musik dapat dinikmati hanya dengan melihatnya? Kondisi arsitektur di setiap zaman mencermikan kondisi sosial dan pemikiran yang berkembang pada tiap masanya. Selain itu Arsitektur juga terpengaruh oleh aliran-aliran dalam seni pada masanya yang kadang mempunyai pemikiran yang sama. Pada tulisan ini di bahas bagaimana perkembangan arsitektur pada masa postmodernisme yang bersamaan dengan munculnya musik rock sebagai aliran baru dalam seni musik pada masanya karena terpengaruh pada kondisi sosial pada saat itu.
Hasil dan Pembahasan Musik dan Arsitektur Seperti yang kita tahu bahwa musik dan arsitektur adalah dua jenis seni yang berbeda, musik untuk telinga dan arsitektur untuk mata. Namun, seperti yang kita tahu belakangan ini bahwa definisi dari musik itu sendiri telah berubah. Saat ini, kita tahu bahwa musik tidak harus semua yang berkaitan mengenai suara, tapi diam juga musik, seperti yang kontroversial komposisi yang diperkenalkan oleh John Cage dalam pronounce 4'33’’. Dalam komposisi yang disusun pada tahun 1952 ini, dirigen menginstruksikan pemain untuk tidak memainkan instrumen selama seluruh durasi sepanjang tiga bagian, bagian yang pertama adalah tiga puluh detik, yang kedua dua menit dua puluh tiga detik, dan yang ketiga satu menit empat puluh detik. Yang umumnya disebut sebagai "four minutes thirty-three seconds of silence". Suara dalam komposisi ini berasal dari suara-suara lingkungan sekitar yang di dengar oleh pendengar pada saat pertunjukkan sedang dimainkan. Selama bertahuntahun, "four minutes thirty-three seconds of silence" (4'33 ") menjadi karya Cage yang paling terkenal dan komposisi paling controversial. Musik memiliki hubungan yang sangat besar dengan disiplin. Untuk memainkan alat musik, membaca musik, dan bermain musik, diperlukan disiplin. Ini adalah salah satu hal yang menghubungkan antara musik dan arsitektur, karena keduanya berhubungan sangat ketat. Kita tidak bisa bermain musik dengan 26 | Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017
mengira-kira, kecuali jika kita hanya bermain-main, jika kita benar-benar ingin memainkan melodi, kitaa harus menekan setiap not dengan benar, dan setiap tempo dan setiap keselarasan harus ada di sana agar dapat terdengar. “… you cannot really do architecture approximately, you have to do it exactly. And what ties them together in my own experience is the element of time and the element of mathematics. Both of them really are very exact disciplines, they are very precise, they are both drawn in a certain way, and the drawings, whether they are scores in music or architectural drawings, connect the music.” (Daniel Libeskind, 2002) Menurut Libeskind bahwa kita tidak dapat melakukan arsitektur dengan cara mengira-kira, tetapi kita harus melakukannya dengan tepat. Dan bahwa yang mengikat mereka adalah elemen dari waktu dan matematika. Karena keduanya merupakan disiplin ilmu yang sangat terukur dan tepat. Sebenarnya di dalam musik dan arsitektur terdapat kesamaan yaitu dimana kedua-duanya membutuhkan kedisiplinan. Dalam memainkan musik yang indah dan harmoni maka pemain musik harus memainkannya sesuai naskah lagu yang ada sehingga tidak ada nada yang sumbang. Begitu juga dengan arsitektur dimana dalam membentuk sebuah produk arsitektur maka kita tidak bisa langsung membuatnya. Aturan-aturan di dalam arsitektur yaitu berupa konteks sekitarnya, orang-orang yang akan menghuninya sehingga terbentuk keharmonisan antara produk arsitektur dengan konteks sekelilingnya dan dengan orang yang ada di dalamnya. Seperti halnya komposer dalam mengkomposisi sebuah musik, arsitek juga bertugas mengkomposisi bahan-bahan yang ada, seperti keinignan owner, aturan-aturan yang ada, lingkungan sekitarnya, dan lai-lain agar menjadi komposisi atau produk arsitektur yang harmonis. "Architecture is Frozen Music." - Johann Wolfgang Von Goethe "Architecture is music frozen in place and music is architecture frozen in time." - Hassan Fathy.
Andrey Caesar Effendi
Dalam presentasinya pada acara World Architecture Congress yang digelar di Suntec, Singapura, 15-17 April 2008, Samuel A. Budiono mengatakan bahwa ada suatu integrasi antara composing in music dengan designing in architecture. Di dalamnya terdapat korelasi antara unsur musik, seperti melodi, harmoni dan rhythm dengan elemen arsitektur seperti shape, unity dan grid, juga hubungan antara intro, song dan coda dalam seni musik dengan base, body dan top dalam seni arsitektur. Komposisi intro, song, dan coda dalam musik merupakan komposisi yang juga dipakai pada arsitektur post-modern dengan komposisi base, body, dan top. Ini menunjukan bagaimana musik dan arsitektur dapat menjadi satu kesatuan komposisi yang pada akhirnya musik dapat divisualisasikan dengan produk architecture.
paraboloids, dibuat asymmetrically untuk menciptakan kontur dinamis-siku yang terbuat dari beton pratekan. Ketegangan kabel baja pada bagian luar paviliun yang memberikan tanda pada exteriornya. Menurut Xenakis, ide menggunakan permukaan lengkung terdiri dari garis-garis lurus diilhami oleh komposisi Metastasis, pada tahun 1955. Apa yang dilakukan Le Corbusier (yang pada akhirnya proyek tersebut dikerjakan sendiri oleh Xenakis) seakan-akan bisa ditarik kesimpulan bahwa musik mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan arsitektur, dimana musik berperan sebagai pembentuk dari arsitektur itu sendiri. Ketika bangunan itu akan didesign maka bangunan itu akan mengikuti naskah musik yang telah diciptakan sebelumnya, dimana yang nantinya naskah itulah yang berfungsi sebagai pembentuk space.
Salah satu ketergabungan antara musik dan arsitektur dilakukan oleh Le Corbusier dalam mendesign Philips Pavilion Poeme Electronic. Le Corbusier bekerja sama dengan komponis asal Yunani yang juga merupakan arsitek yang bekerja di studio arsitektur Le Corbusier, Iannis Xenakis yang menciptakan musik untuk bangunan itu yang nantinya akan diterjemahkan ke dalam matematika dan kemudian diubah menjadi space. Philips Pavilion adalah paviliun yang dirancang untuk Expo '58 di Brussel oleh studio arsitek Le Corbusier. Desainer utamanya adalah Iannis Xenakis, yang juga seorang komposer eksperimental. Philips, sebuah perusahaan elektronik yang berbasis di Belanda, menginginkan paviliun ini dirancang untuk tontonan multimedia yang merayakan kemajuan teknologi pasca-perang. Visi Le Corbusier adalah seorang Poème électronique (elektronik puisi) yang mengandung musik inovatif oleh Edgard Varese dan menggabungkan gambar photomontage dari seni primitif dengan adegan perang nuklir dan perkotaan yang lahir kembali. Rencana paviliun dirancang sebagai "perut": pengunjung akan masuk melalui koridor yang melengkung, berdiri di ruang tengah untuk delapan menit presentasi, dan keluar dari sisi lain. Karena bagian dalam pavilliun Philips dibuat gelap, maka bentuk arsitekturalnya hanya dapat dipahami dari luar. Paviliun ini terdiri dari sembilan hiperbolik
Gambar 1. Philips Pavilion, Medienkunstnetz.de, 2017)
1958
(Sumber:
Musik dalam design Le Corbusier di atas hanyalah berperan sebagai pembentukan benda arsitektural itu secara visual yaitu menjadi bentuk hyperbolic paraboloid shapes. Tapi dari experience feeling of space, apakah ada bedanya antara bangunan yang didesign berdasarkan terjemahan musik ataupun tidak? Karena musik itu sangatlah berkaitan dengan feeling yang bisa kita rasakan keindahannya? Apa yang dilakukan Le Corbusier ini sangatlah bertentangan yang dilakukan oleh Daniel Libeskind dimana, Libeskind menjadikan musik dan arsitektur menjadi Music Space Reflection. “Architecture is an acoustical reality. Most people think about it as something visual or spatial. But the sense of balance is in the inner ear and orientation is Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017 | 27
Studi Hubungan Karakteristik Arsitektur Postmodern dan Musik Rock
through the ear. So the acoustics of a building — the sound of a space — is an incredibly important part of my work. And the whole process of architecture is also musical, both in its end characteristic and in its relationship to time.”
(Daniel Libeskind, 2002) Libeskind beranggapan bahwa arsitektur yang seringnya dinilai dengan visual maka sebenarnya untuk mencapai arsitektur yang seimbang itu juga harus mempertimbangkan dari akustiknya, tidak hanya spatial of space tapi juga sound of space. Yang dipentingkan oleh Libeskind antara musik dan arsitektur ini yaitu bukanlah bagaimana musik membentuk arsitektur itu hanya secara visual tapi juga secara experience, dimana sound of space itu bisa memberikan perasaan yang khusus untuk orang-orang yang ada didalamnya, sehingga keindahan musik itu tidak hanya bisa dilihat namun juga dirasakan seperti musik yang sebenarnya sering kita dengar, dan kemudian bisa terjalinlah keindahan yang harmoni antara musik dan arsitektur itu sendiri. “Architecture can be felt with eyes, ear, touch, and feeling” (Daniel Libeskind, 2002) Menurut Libeskind, musik dan arsitektur mempunyai hubungan spiritual, tapi mereka tidak sama, bahkan hampir kebalikan satu dengan yang lainnya. Ia mengutip sebuah puisi dari Giacomo Leopardi tentang sebuah rumah gantung di langit. Menurutnya musik itu ringan, sedangkan arsitektur berat. Dia mengatakan sesuatu tentang harmoni dan bagaimana hal itu adalah apa yang anda lihat dengan mata anda. Jadi, kesimpulannya adalah bahwa baik arsitektur dan musik adalah getaran kehidupan, tetapi itu tidak terdengar sedangkal ketika dia mengatakannya. Seorang penulis terkenal mengatakan pada awal abad yang lalu bahwa arsitektur, musik dan tari adalah "seni murni" yang membuat perbedaan lain dari seni visual dan sastra. Karena mereka hanya ada dalam pikiran. Louis Kahn digunakan untuk mengatakan bahwa arsitektur tidak ada. Yang ada adalah sebuah realitas yang dibangun dari perwujudan ide arsitektur. Ini mempunyai kesamaan dengan musik. Musik adalah ide, jadi bunyi yang kita dengar adalah perwujudan dari ide itu sendiri.
28 | Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017
Rock dan Postmodernisme Sebelum kita membahas tentang Arsitektur Postmodern, ada baiknya terlebih dahulu kita melihat Arsitektur Modern yang ada pada masa sebelumnya. Walaupun tidak dibahas secara mendalam, paling tidak kita mengetahui secara singkat apa yang menyebabkan Arsitektur Modern sebagai sebuah pergerakan yang sangat besar di bidang arsitektur dan seni dengan begitu banyak tokoh yang mungkin hingga kini masih menjadi panutan bagi banyak arsitek kemudian bisa mengalami krisis bahkan pernah dianggap ‘gagal’. Antara tahun 1960-1970, gerakan Arsitektur Modern (Modern Movement) mulai memperlihatkan tandatanda berakhir. Berakhirnya era Arsitektur Modern ini diawali dengan dihancurkannya Pruitt-Igoe Housing di kota St Louis, Missouri, Amerika Serikat pada tanggal 15 Juli 1972 yang merupakan simbol dari era Modern itu sendiri karena perumahan ini dibangun berdasarkan ide CIAM (Congres Internationau’x d’Architecture Modern). Walaupun pada tahun 1950 beberapa orang berpikir perlu adanya pembaharuan dalam bidang seni dan arsitektur karena Arsitektur Modern yang dianggap “gagal” dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Keinginan untuk terus berinovasi dan penolakan terhadap masa lalu ini kemudian melebur dengan dua prinsip yang sangat terkenal dari arsitektur modern yaitu; “form follow function” dan “less is more”. Dari sini dapat dilihat bahwa pemikiran tentang inovasi atau sesuatu yang baru dari arsitektur modern sesungguhnya adalah bagaimana menghasilkan sesuatu yang benar-benar murni (purity) dengan mereduksi segala sesuatu yang dianggap tidak penting, seperti ornamen. Jika dikaitkan dengan arsitektur sebagai sebuah bidang tentang bagaimana membentuk sebuah ruang untuk aktivitas manusia, arsitektur modern kemudian meletakkan fungsi di atas segala-galanya. Jika kriteria fungsi telah dipenuhi, maka bentuk yang kemudian muncul haruslah ekspresi yang murni dari fungsi tersebut. Tahun 1960 adalah tahun pasca perang dunia ke-2 yang merubah pola pikir masyarakat dunia pada umumnya, karena pada masa ini, mulai muncul
Andrey Caesar Effendi
berbagai macam gerakan seperti gerakan mahasiswa yang menginginkan kebebasan hak asasi manusia, gerakan penyelamatan lingkungan demo anti perang, berkembangnya musik rock, pemakaian obat-obatan terlarang, dll. Ini semua adalah tanda-tanda dari mulai berkembangnya era Postmodern. Juga munculnya Flower Generation yang berpendapat bahwa bunga dapat dijadikan simbol sebagai bentuk perlawanan anti perang. Yang membuat Arsitektur Modern mengalami krisis sesungguhnya adalah pendekatannya dalam menghadapi berbagai isu dan permasalahan yang muncul. Arsitektur Modern selalu mencoba untuk ‘progressive’, melakukan berbagai inovasi tanpa melihat masa lalu. Dalam cara pandang arsitektur modern, desain yang dihasilkan haruslah sesuatu yang benar-benar baru, karena itu arsitektur modern cenderung untuk mengubah daripada beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Pauline M. Rosenau, dalam kajiannya mengenai Postmodernism dan ilmu-ilmu sosial, mencatat setidaknya lima alasan penting gugatan Postmodernism terhadap Modernism (Rosenau, 1992 : 10). Pertama, Modernism dipandang gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan ke arah masa depan kehidupan yang lebih baik sebagaimana diharapkan oleh para pendukungnya. Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan. Ketiga, terdapat banyak kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Keempat, ada semacam keyakinan bahwa ilmu pengetahuan modern mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi manusia. Namun ternyata keyakinan ini keliru dengan munculnya berbagai patologi sosial. Kelima, ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan metafisis manusia karena terlalu menekankan atribut fisik individu. Dengan latar belakang demikian, Modernism mulai kehilangan landasan praktisnya untuk memenuhi janji-janji emansipatoris yang dahulu lantang disuarakannya. Modernism yang dulu diagungagungkan sebagai pembebas manusia dari belenggu mitos dan berhala kebudayaan abad pertengahan yang menindas, kini terbukti justru membelenggu
manusia dengan mitos-mitos dan berhala-berhala baru yang bahkan lebih menindas dan memperbudak. Modernisme tidak terlepas dari kapitalisme yang menjadi latar belakang lahirnya Arsitektur Modern, menghasilkan metode berfikir yang secara rasional yang menerapkan kecepatan dalam membangun (fabrikasi material dan bahan bangunan) secara efisien, ekonomis dan rasional, sehingga karya dari masa modern merupakan hasil dari logika dan rasio. Bangunan yang demikian pada masa itu dianggap mencerminkan fungsi dan secara massal kemudian dianggap mewakili dan bersifat internasional tanpa perduli dimana bangunan tersebut akan ditempatkan. Dalam Society of Spectacle disinggung mengenai kapitalisme yang membentuk cara hidup yang konsumtif yang begitu mendominasi dan mempengaruhi pola pikir pada masa itu. Dalam perkembangannya arsitek menyadari adanya kesenjangan antara kaum elite pembuat lingkungan dengan orang yang menghuninya. Perubahan cara pandang yang berubah pada akhir masa kapitalis menjadi salah satu pemicu lahirnya wacana-wacana baru dalam berbagai aspek, tidak terkecuali di bidang arsitektur dan seni musik. Arsitektur merupakan produk pemikiran yang dipengaruhi latar belakang dan cara pandang sang arsiteknya. Postmodernisme merupakan salah satu wacana yang mencoba mempertanyakan kembali dari rasio dan asumsi-asumsi yang dibawa pada masa modern. Mencoba membuka luasnya estetika yang tidak hanya terbatas dalam pemenuhan kebutuhan fungsi semata yang dilakukan secara massal. Berbicara tentang Arsitektur kita tidak bisa lepas dari seni yang juga ikut terpengaruh atau mempengaruhi pemikiran Postmodern. Kali ini kita mencoba untuk melihat hubungan antara arsitektur dengan seni musik yang pada perkembangannya beberapa arsitek mencoba untuk melihat kaitannya antara musik dan arsitektur seperti yang dilakukan oleh Le Corbusier dan Iannis Xenakis dalam mendesign “Philips Pavilion Poeme Electronic“ pada exhibition di Brusel. Kita mencoba memilih musik rock sebagai jenis dalam seni musik yang secara tidak langsung Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017 | 29
Studi Hubungan Karakteristik Arsitektur Postmodern dan Musik Rock
mempunyai hubungan dengan Arsitektur Postmodern. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa kita memilih musik rock yang kemudian dihubungkan dengan Arsitektur Postmodern adalah, satu, kemunculan musik rok pada tahun 1950-1960 merupakan tahun dimana Arsitektur Postmodern juga muncul pada era yang kurang lebih sama dengan jenis musik tersebut. Kedua, jika kita lihat apa yang terjadi pada musik rock sampai pada saat ini hampir sama dengan Arsitektur Postmodern, dengan banyaknya jenisjenis musik rock yang berkembang seperti slow rock, metalcore, punk rock, pop rock, dan lain-lain mengingatkan kita dengan perkembangan Arsitektur Postmodern dengan munculnya Structuralism, Deonstructivism, Heterotopia, dan lain-lain. Ketiga, tidak terbatasnya eksplorasi pada Arstitektur Postmodern sama dengan musik rock yang sangat dapat berasimilasi dengan segala jenis musik apapun tetapi masih dalam satu koridor Rock. “If modernism distinguish itself by striving for absolute domination, then postmodernism might be the realisation or the experience of its end, the end of the plan of domination.” (Derrida in Neil, 1997) Seperti halnya Arsitektur Postmodern, dasar-dasar musik rock di dunia juga bisa dikatakan berasal dari Amerika yang dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa dan juga belahan dunia lainnya yang pada saat itu dalam keadaan yang chaos setelah perang dunia ke-II. Dimana kondisi sosial politik pada saat itu sangat kacau, terjadi demo dimana-mana, demo anti perang, munculnya gerakan penyelamatan lingkungan karena perang dunia, ini semua juga terjadi di Amerika sebagai negara yang secara tidak langsung sebagai ‘pemenang’ pada perang dunia keII. Sedangkan Arsitektur Postmodern muncul pertama kali di Amerika karena jenuhnya apa yang dilakukan oleh Arsitektur Modern yang membuat semuanya tampak seperti sama yang biasa disebut International Style tanpa memperhatikan atau mempedulikan aspek manusia yang menghuninya, tanpat memperhatikan tempat dimana bangunan itu berada, Arsitektur Modern membuat semuanya denga menggunakan grid-grid yang tegas. They are catalytic, provocative and creative, stimulating each generations to reach beyond its familiar abstractions and discover new 30 | Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017
interpretations; whereas the univalent work is reductive, dull, and ultimately repressive. (Hays, 1998, dan Jencks, 1977) Selain itu Arsitektur Postmodern secara tidak langsung “mengobrak-abrik” pemikiran yang ada pada Arsitektur Modern seperti halnya musik rock yang secara tidak langsung mengubah irama permainan dari sebuah musik yang belum pernah di dengar sebelumnya dalam sejarah musik di dunia, tetapi tetap dengan prinsip-prinsip dalam sebuah musik. Sifat-sifat musik rock yang memberontak, mencoba keluar dari pakem yang ada, merangkul semua kalangan, protes dan pemberontakan tentang situasi sosial dan politik pada saat itu, penolakan kaumkaum tua, dan musik rock menerima berbagai macam perbedaan yang ada di masyarakat membuat kita mengingat tentang apa yang dilakukan oleh Arsitektur Postmodern. Dengan menanggapi berbagai keadaan yang ada di setiap tempat dan menjadikannya elemen dalam mendesain membuat Arsitektur Postmodern mempunyai banyak hal untuk dieksplorasi. Seperti halnya dalam musik rock, terdapat perbedaan-perbedaan yang dapat dikembangkan dari setiap tempat. Seperti halnya musik rock yang berada di Inggris erat kaitannya denga musik yang disebut Brit, di Jepang ada yang disebut Japanese Rock, dan di Malaysia juga ada yang disebut Malaysian Rock, yang kesemuanya itu mempuyai ciri tersendiri dalam memainkan musik rock. Salah satu ciri Arsitektur Postmodern adalah dengan penggunaan tehnologi tinggi, oleh karena itu Arsitektur Postmodern sering disebut juga Hightech Architecture, seperti pada bangunan HSBC Head Quarter di HongKong yang di desain oleh Norman Foster, yang sangat mencerminkan kecanggihan teknologi dengan sistemnya yang serba fabricated, sehingga semuanya mempunyai presisi yang akurat. Sementara itu dalam musik rock juga terdapat penggunaan teknologi yang tidak pernah dipakai pada jenis-jenis musik sebelumnya. Pada saat kita mendengarkan musik rock, sering kali kita mendengar adanya suara gitar yang mengeluarkan suara yang sangat bergemuruh atau dalam musik biasa disebut distorsi, penggunaan drum elektrik dengan dimensi yang lebih kecil dari drum biasanya,
Andrey Caesar Effendi
dan juga suara gitar bass yang dapat berubah dengan menggunakan alat tertentu. Suara-suara ini sangat membantu pemusik dalam mengeksplorasi musik itu sendiri dan menjadikannya lebih kaya, sehingga muncul jenis-jenis musik rock baru. The architect should be trained as a radical schizophrenic (everything must be radical today). Always looking two ways with equal clarity: towards the traditional slow - changing codes and particular ethnic meanings of a neighbourhood, and towards the fast changing codes of architectural fashion and professionalism. (Hays, 1998, dan Jencks, 1977) Pada perkembangannya Arsitektur Postmodern banyak sekali memunculkan teori-teori baru dalam arsitektur, karena dalam Arsitektur Postmodern memberikan anggapan adanya kebenaran bagi semuanya dengan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan mencoba untuk lebih menghargai alam dengan “ketidak teraturannya”. Sebaliknya, Arsitektur Modern lebih mengutamakan “keteraturan” yang absolut sehingga apabila tidak sesuai dengan prinsipnya menjadi salah. Dan keteraturan ini membuat banyak kalangan dinilai sebagai sesuatu yang menjenuhkan, tidak sesuai dengan alam yang sangat beragam, tidak memperhatikan aspek tradisi di setiap tempat karena mempunyai ciri khas berbeda, dan lain-lain. There is a perversity in the learning process: we look backward at history and tradition to go forward; we can also look downward to go upward. And withholding judgement may be used as a tool to make later judgement more sensitive. This is a way of learning from everything. (Jencks, 1999, dan Venturi et al., 1972 ) Apa yang dilakukan musik rock menurut kita kurang lebih hampir sama seperti apa yang dilakukan oleh Arsitektur Postmodern. Dengan anggapan yang menurut rocker (sebutan bagi pemain musik rock), sah-sah saja memainkan musik rock dengan cara yang berbeda, sesuai dengan tradisi mereka atau lingkungan mereka dan yang paling penting panggilan kata hati mereka bagaimana mereka mau memainkan musik mereka. Maka muncul jenis-jenis musik rock baru, seperti Punk Rock yang sangat anti dengan kemapanan, Progressive Rock yang seringkali membuat tehnik-tehnik baru dalam memainkan
musik rock, Heavy Metal yang memainkan musik dengan tempo yang tinggi dan suara-suara yang distorsi. Karena musik rock adalah musik semua kalangan sampai kalangan agama pun ikut memainkan jenis musik ini sebagai bentuk pelayanan kepada Sang Maha Kuasa, dan masih banyak lagi jenis-jenis musik rock baru yang muncul pada masa sekarang ini. Selain itu, kebudayaan suatu tempat sangat mempengaruhi perkembangan musik rock itu sendiri, seperti contoh, di Jerman musik rock yang berkembang disana adalah jenis musik industrial rock yang lebih banyak memunculkan suara-suara yang terdengar seperti mesin karena penggunaan sampling-sampling dengan tehnologi tinggi karena Jerman adalah negara yang memang sangat erat dengan tehnologi tingginya, berbeda pula dengan musik rock yang ada di Malaysia, karena negara ini merupakan salah satu negara yang mempunyai tradisi Melayu yang kuat, maka musik rock yang ada sering disebut Malaysian Rock dengan iramanya yang mendayu-dayu tetapi tetap dalam koridor musik rock. Jika kita lihat dari perkembangan arsitektur dan musik selama beberapa dekade, terjadi banyak hubungan antara musik dan arsitektur yang secara tidak langsung memiliki persamaan. Apakah semua ini fenomena atau hanya kebetulan saja atau memang bahwa musik dan arsitektur mempunyai hubungan baik itu sebagai sebuah seni, filosofi, gaya hidup, atau apa pun juga? Dari data pustaka yang sudah dikaji, maka terdapat adanya persamaan antara Arsitektur Postmodern dan Musik Rock. Baik secara filosofi, teori, maupun bentuk-bentuk yang dapat dipakai dalam sebuah perancangan Arsitektural pada saat sekarang ini dengan menggunakan disiplin seni tertentu.
Kesimpulan Jika kita lihat dari perkembangan arsitektur dan musik selama beberapa dekade, terjadi banyak hubungan antara musik dan arsitektur yang secara tidak langsung memiliki persamaan. Apakah semua ini fenomena atau hanya kebetulan saja atau memang bahwa musik dan arsitektur mempunyai hubungan baik itu sebagai sebuah seni, filosofi, gaya hidup, atau apa pun juga? Dari data pustaka yang sudah dikaji, maka terdapat adanya persamaan Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017 | 31
Studi Hubungan Karakteristik Arsitektur Postmodern dan Musik Rock
antara Arsitektur Postmodern dan Musik Rock. Baik secara filosofi, teori, maupun bentuk-bentuk yang dapat dipakai dalam sebuah perancangan Arsitektural pada saat sekarang ini dengan menggunakan disiplin seni tertentu.
References Libeskind (2002). "BBC Interview". BBC Radio. Harley (2004). "Xenakis: his life in music". London: Taylor & Francis Books. Martin et.al. (1994). "Arhitecture as Translation of Music". New York: Princenton Architectural Press. Ouzounian (2006), "Embodied sound: Aural architectures and the body". London : Taylor & Francis Books. Jencks (1984). “The Language of Post Modern Architcture”. New York: Rizoli. Jencks (1999). “Architectural Theory And Manifestoes”. Academy Press. Neil (1997). “Re-Thinking Architecture”. London: Routledge. Nesbitt (1996). "Theorizing a New Agenda For Architecture, An Anthology Of Architectural Theory". New York: Princeton Architectural Press.
32 | Volume 1 Nomor 1 Agustus 2017