STUDI CARA PENYIMPANAN LEDOK INSTAN YANG DITAMBAHKAN UBI JALAR UNGU [Study on the Packaging of Instant Ledok Added With Purple Sweet Potato] I Ketut Suter1), Ni Made Yusa1), Ni Luh Ari Yusasrini1) dan Komang Ayu Nocianitri1). Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran- Badung/ Pusat Penelitian Makanan Tradisional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana, Kampus Universitas Udayana Jl.PB.Sudirman Denpasar 1)
E-mail :
[email protected]
ABSTRACT The subject of this study is to find out the effect of packaging on the sensory characteristic, nutrition facts, and anti oxidants capacity of instant ledok when stored in room temperature, and to determine the best packaging for ledok instant. The experiment is conducted using completely random design, with three treatments of packaging i.e. polypropylene (PP), polyethylene (PE), and aluminum foil (AF). Analysis is made on instant ledok before and after being stored for three months. The analysis covers: (1) sensory characteristic i.e. color, aroma, texture, taste and general acceptance, (2) nutrition facts i.e. water content, ash content, protein content, fat content and carbohydrate, (3) antioxidant capacity. The research shows that there are little changes in the sensory characteristic, nutrition content and antioxidant capacity of instant ledok after being stored for three months and packaging by AF gives better results than packaging by PP and PE for the instant ledok. The characteristic of instant ledok which uses AF packaging for three months are general acceptance is rather like (score 5.5), water content 5.60 %, ash content5.33%, protein content 11.85%, fat content 11.05%, carbohydrate 66.18%, antioxidant capacity 9,396.95 ppm GAEAC and IC 50% is 36.58 mg/ml. Keywords: instant ledok, polypropylene, polyethylene, and aluminum foil.
PENDAHULUAN Ledok adalah sejenis bubur, merupakan salah satu jenis makanan tradisional di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Ledok menggunakan bahan baku utama yaitu jagung, umbi ketela pohon, kacang tanah, kacang merah dan tanpa menggunakan beras, ditambahkan bahan-bahan lainnya yang tersedia secara lokal seperti kacang panjang, sayur bayam dan kemangi. Untuk mempermudah penyiapan, peningkatan umur simpan dan memperluas jangkuan distribusi, ledok tradisional telah dikembangkan menjadi ledok instan (Suter, et al., 2007 dan Suter, et al., 2009 b). Berdasarkan uji sensorik terhadap ledok instan dan ledok tradisional diperoleh hasil bahwa ledok instan dapat diterima seperti halnya ledok tradisional ( Suter, et al., 2007), dan waktu penyiapannya sampai siap saji dapat dipersingkat dari 48 menit menjadi 5 (lima) menit dengan cara diseduh air mendidih (Suter, et al., 2009 b). Untuk meningkatkan nilai gizi dan khasiat ledok terhadap kesehatan telah dilakukan penambahan ikan tenggiri oleh Sugitha, et al., (2007), ikan tongkol dan rumput laut oleh Suter, et al. (2009 a) Kandungan zat gizi ledok instan siap saji adalah air 80,68 %, abu 0,91 %, protein 7,32 % , lemak 1,81 % dan karbohidrat 9,29 %. (Suter, et al., 2009 b). Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan sehat maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga mulai bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen tidak hanya memiliki komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh yang disebut pangan fungsional. Kebutuhan konsumen akan pangan fungsional makin meningkat.karena pangan fungsional memiliki sifat-sifat peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit tertentu di luar fungsi nutrisinya (Subroto, 2008). Ledok instan merupakan pangan baru 490
dan berpotensi dikembangkan menjadi makanan fungsional karena selain kandungan nutrisinya cukup tinggi juga mengandung komponen bioaktif seperti serat makanan yang berperanan pada proses fisiologis tubuh.. Dalam rangka pengembangan makanan ledok instan menjadi makanan fungsional telah dicoba penambahan ubi jalar ungu pada formula ledok instan untuk meningkatkan jumlah komponen bioaktifnya terutama serat makanan dan antosianin. Hasil penelitian Suprapta , et al. (2003) menunjukkan bahwa ubi jalar ungu mengandung zat pati 12,64 %, gula reduksi 0,30 %, lemak 0,94 %, protein 0,77 %, air 70,46 %, abu 0,84 %, serat 3,0 %, vitamin C 21,43 mg/100 g dan antosianin 110,51 mg/100 g umbi. Bahan utama ledok adalah jagung putih, umbi ketela pohon dan kacang-kacangan. Jagung dan kacangkacangan adalah sebagai sumber serat makanan. Serat makanan adalah salah satu
senyawa aktif
(phytochemical) yang bertanggung jawab atas berlangsungnya reaksi-reaksi metabolisme yang menguntungkan kesehatan. Serat makanan ada dua jenis yaitu serat tak larut berperan dalam menjaga kesehatan sistem pencernaan dan menurunkan resiko beberapa jenis kanker dan serat terlarut berperan dalam mengurangi risiko penyakit jantung koroner (PJK) dan beberapa jenis kanker (Subroto, 2008). Serat terlarut mempunyai sifat hipokolesterolemik yaitu dapat menurunkan kadar kolesterol (Stark dan Madar, 1994) Kadar kolesterol plasma berkorelasi positif dengan terbentuknya aterosklerosis yaitu kelainan degeneratif pada pembuluh darah yang dicirikan oleh adanya penebalan jaringan dinding pembuluh yang diisi oleh lipid, karbohidrat kompleks, berbagai produk darah dan jaringan fibrosa (Ali Khomsan, 2006). Aterosklerosis menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit dan kurang elastis sehingga fungsinya sebagai tempat aliran darah terganggu. Untuk menurunkan risiko aterosklerosis disarankan memiliki kadar kolesterol total < 200mg/dl dan kolesterol LDL < 130 mg/dl. Penderita hiperkolesterolemia umumnya memiliki kadar kolesterol total > 240 mg/dl dan kolesterol LDL > 160 mg/dl. Disamping itu bahan-bahan
ledok lainnya seperti bawang putih dan jagung putih
mengandung mineral penting yaitu selenium yang berfungsi sebagai antioksidan. Penambahan ubi jalar ungu disamping untuk meningkatkan jumlah serat makanan pada ledok instan juga dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah antosianin. Senyawa antosianin yang terdapat pada ubi jalar berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan dalam mencegah terjadinya penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik terhadap mutagen dan karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan produk olahannya, mencegah gangguan fungsi hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah (antihiperglisemik). Berdasarkan kandungan senyawa aktif terutama serat makanan dan antosianin yang dikandung dalam bahan-bahan ledok instan maka potensi sebagai makanan fungsional sangatlah besar. Untuk menjamin kesinambungan persediaan ledok instan maka perlu dilakukan penyimpanan.
Bahan
kemasan yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan pangan adalah beberapa jenis plastik dan aluminium foil (Syarief, et al.,2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan selama penyimpanan adalah komposisi kimia, kondisi lingkungan, kandungan awal pada bahan, dan jenis mikroba yang mencemari bahan pangan tersebut (Morris, et al., 2004). Pengemasan dapat memberikan perlindungan pada bahan pangan dari faktor lingkungan seperti cahaya, oksigen dan kelembaban udara (Morris, et al., 2004). Cara penyimpanan ledok instan terutama jenis kemasan apa yang baik digunakan untuk menyimpan ledok instan yang ditambahkan ubi jalar ungu belum diketahui. Demikian juga data tentang perubahan sifat sensorik, kandungan zat gizi dan kapasitas antioksidan ledok instan yang ditambahkan ubi jalar ungu selama disimpan belum diketahui. Oleh karena itu penelitian cara penyimpanan ledok instan yang ditambahkan ubi jalar ungu dilakukan dengan tujuan
491
untuk mengetahui efek jenis kemasan yang digunakan terhadap sifat sensorik (warna, aroma, rasa, tekstur dan penerimaan keseluruhan), kadar zat gizi (air, abu, karbohidrat, lemak dan protein), kapasitas antioksidan ledok instan selama disimpan serta menentukan jenis kemasan yang terbaik untuk menyimpan ledok instan.
METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan untuk membuat ledok instan yaitu jagung putih, umbi ketela pohon kuning, ubi jalar ungu, kacang tanah, kacang merah, daun salam, daun kemangi, daun bayam, lengkuas, bawang putih, garam, dan buah jeruk lemon. Reagen untuk analisis lemak, protein, serat makanan dan aktifitas antioksidan adalah H2SO4, NaOH, tablet Kjeldahl, asam borat, HCL, petroleum eter, methyl red, methyl blue, 2,2-diphenyl-1picrylhydrazyl (DPPH), asam galat, etanolbuffer fosfat, α-amilase, pepsin, pankreatin, celite, air destilata, dan aseton. Peralatan yang digunakan adalah peralatan untuk memasak ledok seperti cublukan kompor gas, pisau, alat penggiling/blender, saringan no. 10 (2 mm) Test sieve-Retsch, saringan no.18 (1 mm) Test sieve-Retsch, dan panci, serta peralatan untuk analisis kimia antara lain peralatan Kjeldahl, peralatan Soxhlet, Spektrofotometer, oven, tanur pengabuan dan timbangan.
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 (tiga) perlakuan jenis kemasan dan masing-masing perlakuan dibuat 4 (empat) kali ulangan. Jenis kemasan yang dicoba adalah sebagai berikut :PP, PE dan AF. Data hasil pengamatan/analisis di analisis secara statistik menggunakan analisis ragam. Bila perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, maka analisis dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncans Multiple Range Test) (Gomes dan Gomes, 1995).
Jalannya Penelitian a. Persiapan bahan ledok instan Persiapan bahan-bahan ledok instan : (1) Umbi ketela pohon kuning disiapkan sebagai berikut: umbi dikupas, dagingnya dicuci, ditiriskan terus dipotong-potong dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,2 cm. Selanjutnya 500 g umbi yang telah dipotong-potong dikukus pada suhu 100oC selama 35 menit (sampai matang), didinginkan, kemudian di oven pada suhu 70oC sampai kering. (2) Biji kacang tanah kering sebanyak 500 g direbus pada suhu 100oC dalam panci yang berisi air dengan ratio bahan dan air adalah 1 : 3 sampai matang, terus ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven suhu 70 oC sampai kering. (3) Biji kacang merah disiapkan sama seperti biji kacang tanah. (4) Beras jagung putih kering sebanyak 500 g direbus (1 bagian jagung : 3 bagian air) pada suhu 100oC selama 37 menit (sampai matang) terus ditiriskan. Nasi jagung selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 70oC sampai kering (4 jam). (5) Daun bayam, daun salam dan daun kemanggi diblansir pada suhu 85oC selama lima menit, selanjutnya dikeringkan di dalam oven suhu 70 oC sampai kering. (6) Lengkuas dicincang halus kemudian dikering di dalam oven suhu 70 oC sampai kering dan (7) Ubi jalar ungu dipersiapkan sama seperti umbi ketela pohon kuning. Persiapan bumbu : bahan-bahan bumbu yaitu bawang putih, cabai merah, garam dapur dan buah limau ditimbang berturut-turut dengan rasio : 4,0 : 6,0 : 5,0 dan 4,0. Bahan-bahan bumbu tersebut diblender sampai halus, selanjutnya bumbu yang telah halus tadi dikeringkan di dalam oven suhu 70 oC sampai kering. 492
b. Cara pembuatan dan penyimpanan ledok instan Bahan-bahan dan bumbu ledok yang telah disiapkan seperti di atas selanjutnya diperkecil ukurannya dengan cara diblender, terus diayak. Daun bayam, daun salam dan daun kemangi diayak dengan saringan No.10 (9 mesh), sedangkan bahan-bahan lainnya diayak dengan saringan ukuran No. 18 (16 mesh). Tepung komposit dibuat dengan cara menimbang dan mencapur tepung ubi jalar ungu dan tepung umbi ketela pohon kuning. Rasio tepung ubi jalar ungu dengan tepung umbi ketela pohon kuning yang digunakan adalah hasil terbaik dari penelitian tahun ke-1 (Tahun 2012) yaitu 50 persen tepung ubi jalar ungu : 50 persen tepung umbi ketela pohon. Semua bahan ditimbang, masing-masing dengan berat sesuai dengan formula ledok instan sebagai berikut : biji jagung putih (110 g), tepung komposit (55 g), biji kacang merah (55 g), biji kacang tanah (55 g), daun bayam (9 g), daun kemangi (3 g), daun salam (5 g), lengkuas (1 g) dan bumbu (19 g). Selanjutnya semua bahan dicampur merata. Setelah bahan tercampur merata ditimbang masing-masing sebanyak 50 g, terus dimasukkan kedalam kemasan sesuai dengan perlakuan. Ledok instan yang telah dikemas disimpan pada suhu ruang dengan meletakkannya di atas meja selama 3 (tiga) bulan.
Analisis Analisis dilakukan terhadap ledok instan sebelum dan selama disimpan 3 (tiga) bulan. Yang dianalisis adalah (1) Sifat sensorik meliputi warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan dengan uji hedonik (Larmond,1977). (2) Kandungan zat gizi meliputi kadar air dengan cara pemanasan oven (AOAC, 1990), kadar abu dengan pemijaran dalam muffle (AOAC, 1990), kadar protein dengan cara semi mikro Kjeldahl (AOAC, 1990), lemak dengan metode ekstraksi Soxhlet (AOAC, 1990), (3) Serat makanan yang meliputi serat makanan total, serat terlarut dan serat makanan tak larut dengan metode multi enzim (Asp. et al., 1983) dan (4) Daya antioksidan dengan metode penangkapan radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydracyl (DPPH) (Sompong, et al. 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN Ledok Instan Sebelum Disimpan Data hasil uji/analisis ledok instan sebelum disimpan yang mencakup data hasil uji sensorik (Tabel 1), hasil analisis kandungan zat gizi, daya antioksidan (Tabel 2) dan hasil analisis kandungan serat pangan (Tabel 3). Tabel 1. Hasil uji sifat sensorik bubur ledok sebelum disimpan/dikemas Sifat sensorik bubur ledok Rataan Skor *(p = 15) Warna 4,4 Aroma 5,3 Rasa 5,0 Tekstur 4,9 Penerimaan keseluruhan 4,9 Catatan : Skor 1 = sangat tidak suka, skor 2 = tidak suka, skor 3 = agak tidak suka, skor 4 = biasa, skor 5 = agak suka, skor 6 = suka, dan skor 7 = sangat suka. Tingkat kesukaan panelis terhadap sifat sensorik ledok instan berkisar antara biasa (skor 4,4 – 4,9) untuk warna, tekstur dan penerimaan keseluruhan sampai agak suka (skor 5,0 - 5,3) untuk rasa dan aroma. Kandungan zat gizi ledok instan sebelum disimpan adalah kadar air 6,67 %, abu 5,01 %, lemak 10,68 %, protein 15,36 %
493
dan karbohidrat 62,27 %, serat pangan larut 3,56 % bk, serat pangan tak larut 14,69 % bk, serat pangan total 18,25 % bk, sedangkan daya antioksidan adalah 1.162,63 ppm GAEAC dan IC 50 % adalah 82,89 mg/ml. Tabel 2. Nilai rataan kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat, daya antioksidan dan IC 50 % ledok instan sebelum disimpan/dikemas.
Ledok instan sebelum disimpan Rataan
Air (%)
6,675
Abu (%)
Lemak (%)
Protein (%)
Karbohidrat (%)
Daya Antioksidan (ppm GAEAC)
IC 50% (mg/ml)
5,01
10,682
15,36
62.27
1.162,63
82,89
Tabel 3. Kadar air setelah ekstraksi lemak, jumlah lemak terekstrak, serat pangan larut, serat pangan tak larut dan serat pangan total ledok instan sebelum disimpan/dikemas. Ledok instan sebelum disimpan Rataan
Air, setelah ekstraksi lemak (%)
Jumlah lemak terekstrak (%)
Serat pangan larut (% bk)
Serat pangan taklarut (% bk)
Serat pangan total (% bk)
11,58
11,58
3,56
14,69
18.25
Ledok Instan Disimpan Tiga Bulan Hasil penilaian sifat sensorik ledok instan setelah disimpan tiga bulan disajikan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 diketahui bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, tekstur dan penerimaan keseluruhan, tetapi berpengaruh nyata terhadap rasa ledok instan. Rasa ledok instan yang dikemas dengan AF lebih disukai dibanding dengan yang dikemas dengan PP dan PE. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kemasan AF lebih baik dalam hal mempertahankan rasa ledok instan. Tabel 4. Nilai rataan skor hasil uji warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan bubur ledok setelah dikemas dan disimpan tiga bulan pada suhu ruang. Perlakuan Jenis Kemasan/Produk
Warna (skor)*
Aroma (skor)
Tekstur (skor)
Rasa (skor)
Penerimaan keseluruhan (skor) PP 5,0 a 5,3 a 4,7 a 4,8 b 5,0 a PE 5,1 a 4,9 a 4,7 a 4,5 b 4,9 a AF 5,3 a 5,2 a 5,1 a 5,6 a 5,5 a *Catatan : Skor 1 = sangat tidak suka, skor 2 = tidak suka, skor 3 = agak tidak suka, skor 4 = biasa, skor 5 = agak suka, skor 6 = suka, dan skor 7 = sangat suka.
Tabel 5. Nilai rataan kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, daya antioksidan dan IC 50 % ledok instan setelah disimpan tiga bulan pada suhu ruang. Perlakuan Jenis Kemasan/P roduk PP PE AF
Air
Abu
Lemak
Protein
(%)
(%)
(%)
(%)
Karbohi drat (%)
7,58 a 7,40 a 5,60 b
5,38 a 5,25 b 5,33ab
11,14 a 11,59 a 11,05 a
10,99 b 11,65 a 11,85 a
64,92 b 64,12 b 66,18 a
494
Daya antioksidan (ppm GAEAC) 9.060,43 a 9.992,40 a 9.396,95 a
IC 50% (mg/ml)
35,60 a 36,66 a 36,58 a
Hasil analisis terhadap kadar zat gizi dan daya antioksidan ledok instan setelah disimpan tiga bulan disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 diketahui bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak, daya antioksidan dan nilai IC 50 %, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar air, abu, protein dan karbohidrat ledok instan. Ledok instan yang dikemas dengan AF kadar airnya lebih rendah dibanding dengan yang dikemas dengan PP dan PE, kadar abu ledok instan yang dikemas dengan PP lebih tinggi dibanding dengan yang dikemas dengan PE tetapi menunjukkan kadar abu yang sama dengan ledok yang dikemas dengan AF. Kadar protein ledok instan yang dikemas dengan PP lebih rendah dibanding dengan yang dikemas dengan PE dan AF, sedangkan kadar karbohidrat ledok instan yang dikemas dengan AF lebih tinggi dibanding dengan yang dikemas dengan PP dan PE. Berdasarkan hasil tersebut di atas yaitu kadar air yang lebih rendah, kadar abu, kadar protein dan kadar karbohidrat yang lebih tinggi pada ledok yang dikemas dengan AF, maka dapat dikatakan jenis kemasan AF lebih baik untuk mengemas ledok instan sampai penyimpanan tiga bulan.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1.
Jenis kemasan memberikan efek yang sama terhadap sifat sensorik ledok instan selama disimpan tiga bulan. Tingkat kesukaan terhadap penerimaan keseluruhan ledok instan yang disimpan tiga bulan dibanding dengan sebelum disimpan tetap stabil yaitu berkisar anatara biasa sampai agak suka.
2.
Jenis kemasan memberikan efek yang berbeda terhadap kadar zat gizi ledok instan selama disimpan tiga bulan. Jenis kemasan aluminium foil (AF) lebih baik dibanding dengan jenis kemasan polipropilen (PP) dan polietilen (PE), namun ketiga jenis kemasan memberi efek yang sama terhadap daya antioksidan ledok instan.
3.
Jenis kemasan AF (aluminium foil) lebih baik dibanding dengan jenis kemasan PP (polipropilen) dan PE (polietilen). Karakteristik ledok instan yang dikemas dengan AF setelah disimpan tiga bulan adalah tingkat kesukaan terhadap penerimaan keseluruhan adalah agak suka
(skor 5,5), kadar air 5,60 %,
kadar abu 5,33 %, kadar protein 11,85 %, kadar lemak 11,05 %, kadar karbohidrat 66,18 %, kapasitas antioksidan 9.396,95 ppm GAEAC dan IC 50 % adalah 36,58 mg/ml.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Rektor Universitas Udayana dan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atas dana hibah penelitian desentralisasi (Hibah Unggulan Perguruan Tinggi) selama 2 (dua) tahun yaitu tahun 2012-2013.
DAFTAR PUSTAKA Ali Khomsan. (2006). Solusi Makanan Sehat. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. AOAC [Assosiation of Official Analytical Chemist]. (1990). Official Methods of Analysis. . Assosiation of Official Analytical Chemist.AOAC. Washington DC, USA. Asp NG, Johansson CG, Halimer H and Silijestom M. (1983). Rapid Enzimatic Assay of Insoluble and Soluble Fiber. Dietary Fiber. J. Agric. Food Chem. 31 :476-482. Gomes KA dan Gomes AT. (1995). Terjemahan E. Sjamsudin dan Baharsyah JS. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta: UI. Press.
495
Larmond E. (1977). Laboratory Metods for Sensory Evaluatin of Food. Research Branch, Canada Departement of Agriculture. Morris A, Barnett A and Burrows OJ. (2004). Food Spoilage, Packaging and Storagehttp://www.paho.org/English/CFNI/cfni-caj37No304-art-4.pdf., Juli 2009. Syarief R, Sassya Santausa dan St. Isyana Budiwati. (2001). Teknologi Pengemasan Pangan. Bogor: Laboratorium Rekayasa Pangan, PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Sompong RS. Siebenhandl-Ehn, Linsberger-Martin G and BerghoferE. (2011). Physicochemical and antioxidative of red and black rice varietas from Thailand, China, and Sri Lanka. J. Food. Chem. 124 (2011) 132-140. Stark A and Madar Z. (1994). Dietary Fiber. In Functional Foods. Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals. I.Goldberg (Ed.). Chapman & Hall, New York. p.183-201. Subroto MA. (2008). Real Food, True Health. Makanan Sehat Untuk Hidup lebih Sehat. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Sugitha IM, IK Suter dan Kencana Putra IN. (2007). Diversifikasi Pangan Berbasis Ubi jalar, Jagung Dan Sagu Untuk Peningkatan Pendapatan Dan Pemberdayaan Gender di Bali. Pusat Kajian Makanan Tradisional Universitas Udayana, Jimbaran –Bali. Suprapta DN, Antara IM, Arya N, Sudana IM, Agus Selamet Duniaji dan Sudarma IM. (2003). Penelitian Peningkatan Kualitas dan Diversivikasi Penggunaan Umbi-umbian Sebagai Sumber Pangan Alternatif di Bali. Laporan Hasil Penelitian Kerjasama Bappeda Prov. Bali dan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, denpasar. Suter IK, Anom Sutrisna W IM, Agung IGN, Yusa NiM dan Suryawantha IBK. (2007). Studi Pengembangan Produk Olahan Dari Umbi-umbian Dan Jagung Dalam Rangka Diversifikasi Pangan. Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali dengan Pusat Kajian Makanan Tradisional Lembaga Penelitian Universitas Udayana, Denpasar. Suter IK, Anom Sutrisna W IM dan Yusa NiM. (2009a). Kajian Formulasi, Nilai Gizi, Sifat Sensorik dan Keamanan Ledok Instan Yang Dikemas Selama Penyimpanan. Pusat Kajian Makanan Tradisional Lembaga Penelitian Universitas Udayana. Suter IK, Sugitha IM, Kencana Putra IN, Suparthana IP, Yusa NiM, Nocianitri KA dan Wisaniyasa NiW. 2009 b. Optimasi Proses dan Metode Pengemasan Ledok Instan. Pusat Kajian Makanan Tradisional Lembaga Penelitian Universitas Udayana bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masysrakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Balai., Denpasar.
496