perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)
SKRIPSI
Oleh: ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI K 3208007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)
SKRIPSI
Oleh: ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI K 3208007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama
: Encus Dyah Ayoe Moerniwati
NIM
: K 3208007
Jurusan/ Program Studi
: PBS/ Pendidikan Seni Rupa
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 9 Januari 2013 Yang membuat pernyataan
Encus Dyah Ayoe Moerniwati
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)
Disusun Oleh: Encus Dyah Ayoe Moerniwati K 3208007
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 9 Januari 2013
Pembimbing I
Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd NIP.19621110 1989031003
Pembimbing II
Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd NIP. 195807051987022001
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skiripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Ketua
Tanda Tangan
:Drs. Margana, M. Sn. NIP. 196006121991031001
Sekretaris
:Nanang Yulianto, S. Pd, M. Ds NIP. 19740806 200604 1 002
Anggota I
:Dr. Slamet Supriyadi, M. Pd NIP. 19621110 198903 1 003
Anggota II
:Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd NIP. 19580705 198702 2 001
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Encus Dyah Ayoe Moerniwati. STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo di Dukuh Butuh, Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (3) Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo, (4) Ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo, (5) Sistem pemasaran batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (6) Dampak positif dan negatif yang dirasakan oleh masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang.Sumber data yang digunakan memanfaatkan informan, tempat dan penelitian, hasil karya, arsip dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data menggunakan teknik tringulasi data dan review informan. Teknik analisis data yangdigunakan terdiri dari 3 komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Prosedur penelitian yaitu tahap persiapan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penyusunan laporan hasil akhir. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1) Motivasi bapak Marjiyanto yang ingin memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya adalah yang melatar belakangi berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo. Pemilihan nama Ismoyo sebagai nama perusahaan, di ambil dari salah satu tokoh wayang, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo diawali dengan pembuatan desain, nyorek, ngengrengi, ngisen-isen,nyolet, ngeblok, pewarnaan dan nglorod dan pemilik terlibat langsung dalam proses tersebut supaya tetap dapat mengontrol kualitas batik tulis, (3) Produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo berupa pakaian untuk pria dan wanita dewasa siap pakai maupun dalam bentuk lembaran kain batik tulis, dari bahan kain primissima, dobi dan sutera ATBM, (4) Batik tulis di Perusahaan Batik ismoyo tidak memiliki ciri khas, (5) Perusahaan Batik Ismoyo memfokuskan pemasaranya melalui showroom yang dimiliki oleh perusahaan di pasar Tamrin Jakarta Pusat, (6) Perusahaan Batik Ismoyo membawa dampak positif bagi warga sekitar perusahaan. Yakni, banyak warga sekitar yang menjadikan pekerjaan membatik sebagai pekerjaan sampingan dan perusahaan memberikan kesempatan siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu Gemolong untuk belajar membatik. Kata Kunci : Batik Tulis, Plupuh, Sragen
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Encus Dyah Ayoe Moerniwati. The Study of Batik Tulis( The Case in Batik Ismoyo Company at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen). Thesis.Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. January 2013. The aims of this research are to know: (1) the establishment background of Batik Ismoyo Campany at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (3) the kinds of product of batik tulis produced by Batik Ismoyo company, (4) the special characteristics of batik tulis in Batik Ismoyo company, (5) the marketing system of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (6) the positive and negative impacts that felt by people around Batik Ismoyo Company. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The research strategy used is stake-single case study. The sources of data are informant, place and research, result of work, archives, and documents. The sampling technique is purposive sampling. The trustworthiness techniques used are triangulation and review informant. There are three main components to analyze the data; they are data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The researcher uses four stages of the research procedures; they are preparation, field work, analysis data, and final result of the report. Based on this research, the researcher can conclude: (1) Marjiyanto motivation to improved the economic condition of his family is the background of establishment Batik Ismoyo Company. The name of Ismoyo chosen as the name of the company taken from one of the puppet characters, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company begins with the design, nyorek, ngengrengi, ngisen, Isen, nyolet, ngeblok, coloring and nglorod and owners directly involved in the process in order to remain control the quality of batik, (3) Products in Company Batik Ismoyo such as clothing for men and women ready to wear as well as in the form of batik cloth sheet, from fabric Primissima, dobi and silk ATBM, (4) batik tulis produced by Batik Ismoyo Company doesnt have special characteristics (5) Batik Ismoyo Company focus on marketing through an owned showroom in Central Jakarta around the company. Many people around who make membatik as a side job and the company provides opportunities to islamic elementary school to learn about membatik. Keyword: Batik Tulis, Plupuh, Sragen
commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tidak ada gunanya kita menyesali apa yang sudah terjadi, yang harus kita lakukan adalah Move on dan memperbaikinya (Penulis) Saya percaya bahwa semua yang kita kerjakan dan semua yang terjadi pada diri kita, akan berdampak pada kehidupan kita suatu saat nanti (Penulis) Kesalahan terbesar yang dapat kamu lakukan dalam hidup adalah terus menerus merasa takut untuk membuat kesalahan (Elbert Hubbard)
viii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN @ Allah SWT @ Bapak dan Ibu Terimakasih untuk segala kasih sayang, motivasi serta pengorbanan yang pselama ini engkau berikan. Terimakasih untuk setiap doa yang engkau panjatkan hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar Sarjana. Sampai kapanpun Bapak dan Ibu adalah orang tua terhebat bagiku. I always love u, dad and mom. @ Encus Widiyatmoko Terimakasih untuk segala bentuk kasih sayang yang kakak berikan untuk adik.Terimakasih untuk motivasi dan kesabaran kakak untuk adik, hingga akhinya adik bisa mendapatkan gelar Sarjana.kakak adalah seorang kakak yang terhebat dalam hidup adik. Love u, always. @ Mochamad Fajrin Terimakasih untuk segala bentuk perhatian, motivasi serta kesabaran yang selama
ini kamu berikan. Kehadiranmu dalam hidupku membawa banyak
perubahan dan karena dukunganmu akhirnya aku dapat menggapai gelar Sarjanaku. Semoga ini menjadi langkah awal untuk masa depan kita, aku dan kamu satu.L. u.
.
@ Dwi Irma Andriyani, Amelia Ardiyani & Wahyu Endrayanti Terimakasih sahabat, terimak untukku. Kalian adalah teman terbaikku selama masa perkuliahan hingga akhirnya aku mendapatkan gelar sarjanaku. Ini bukan akhir dari persahabatan kita, kita akan bertemu dan berkumpul kembali disaat kita sudah meraih impian kita masing-masing. Tupay, Kura-kura dan Kelinci teman terunikku
commitixto user
.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, kelancaran dan kemuliaan. Atas kehendakNya penulis dapat STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) . Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. 3. Ketua Program Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Almarhum Drs. Sudarsono, M. Hum, selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan selama masa perkuliahan. 7. Bapak Marjiyanto beserta keluarga, yang telah memberi kesempatan dan tempat pengambilan data penelitian. 8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Januari 2013
Penulis,
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi HALAMAN ABSTRACT ................................................................................. vii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix KATA PENGANTAR .......................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Batik 1. Sejarah Batik di Indonesia ............................................................ 6 2. Pengertian Batik ............................................................................ 7 3. Batik Tulis ..................................................................................... 9 4. Bahan Membatik .......................................................................... 10 5. Alat Membatik .............................................................................. 15 6. Langkah-langkah Membatik ......................................................... 19
commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Motif Batik .................................................................................... 24 B. Kerangka Berfikir................................................................................ 45 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 46 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 46 C. Sumber data ........................................................................................ 47 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 48 E. Teknik Sampling ................................................................................. 51 F. Validitas Data ...................................................................................... 51 G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 53 H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 56 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................. 58 B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Latar Belakang Perusahaan Batik Ismoyo .................................... 59 2. Proses Pembuatan Batik Tulis Di Peerusahaan Batik Ismoyo ...... 60 3. Produk Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo ......................... 97 4. Ciri Khas Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo ..................... 98 5. Sistem Pemasaran Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo ...... 99 6. Dampak Perusahaan Batik Ismoyo Pada Lingkungan Sekitar...... 100 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ................................................................................................ 103 B. Implikasi ................................................................................................ 104 C. Saran ...................................................................................................... 105 DAFTAR PUTAKA LAMPIRAN
xiii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2. 1. Bagan Proses Batik .................................................................................. 23 2. 2. Isen-isen Motif ......................................................................................... 26 2 .3.Ornamen Meru ............................................................................................ 28 2. 4. Ornamen Meru ......................................................................................... 28 2. 5. Ornamen Pohon Hayat ............................................................................. 29 2. 6. Ornamen Pohon Hayat ............................................................................. 29 2. 7. Ornamen Tumbuhan................................................................................. 30 2. 8.Ornamen Tumbuhan.................................................................................... 30 2. 9. Ornamen Garuda ...................................................................................... 31 2. 10. Ornamen Garuda ...................................................................................... 31 2. 11. Ornamen Burung ...................................................................................... 32 2. 12. Ornamen Burung ...................................................................................... 32 2. 13. Ornamen Bangunan.................................................................................. 33 2. 14. Ornamen Bangunan.................................................................................. 33 2. 15. Ornamen Lidah Api ................................................................................. 34 2. 16. Ornamen Lidah Api ................................................................................. 34 2. 17. Ornamen Naga ......................................................................................... 35 2. 18. Ornamen Naga ......................................................................................... 35 2. 19. Ornamen Binatang ................................................................................... 36 2. 20. Ornamen Binatang ................................................................................... 36 2. 21. Ornamen Kupu-kupu................................................................................ 37 2. 22. Ornamen Kupu-kupu................................................................................ 37 2. 23. Ornamen Pengisi ...................................................................................... 38 2. 24. Ornamen Pengisi ...................................................................................... 38 2. 25. Motif Batik Kawung ................................................................................ 39 2. 26. Motif Batik Truntum ................................................................................ 40
xiv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. 27. Motif Batik Parang Rusak Barong ........................................................... 40 2. 28. Motif Batik Sido Mukti ............................................................................ 41 2. 29. Motif Batik Ciptoning .............................................................................. 41 2. 30. Motif Batik Tambal .................................................................................. 42 2. 31. Motif Batik Grompol ............................................................................... 42 2. 32. Motif Batik Tulis Pekalongan .................................................................. 43 2. 33. Motif Batik Gedog ................................................................................... 43 2. 34. Motif Batik Kraton ................................................................................... 44 4. 35. Kertas Kalkir ............................................................................................ 62 4. 36.Kertas Karbon ........................................................................................... 62 4. 37. Kain Primissima....................................................................................... 63 4. 38. Kain Dobi ................................................................................................. 64 4. 39. Kain Sutera ATBM .................................................................................. 65 4. 40. Malam atau Lilin Batik ............................................................................ 65 4. 41. Remazol .................................................................................................... 66 4. 42. Water Glass Cair ...................................................................................... 67 4. 43. Alat dan Bahan untuk Membuat Pola ...................................................... 69 4. 44. Meja untuk Nyorek ................................................................................... 70 4. 45. Pensil 2B .................................................................................................. 70 4. 46. Penggaris .................................................................................................. 71 4. 47. Klip........................................................................................................... 71 4. 48. Dinamo Mesin Jahit Bekas ...................................................................... 72 4. 49. Canting Klowong...................................................................................... 72 4. 50. Canting Cecek .......................................................................................... 73 4. 51. Canting Tembokan ................................................................................... 73 4. 52. Canting Ceret Cucuk Dua ........................................................................ 74 4. 53. Kompor dan Wajan .................................................................................. 75 4. 54. Gasakan .................................................................................................... 76 4. 55. Gawangan................................................................................................. 77
commitxvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. 56. Bak Celup ................................................................................................. 78 4. 57. Timbangan................................................................................................ 78 4. 58. Pider ......................................................................................................... 79 4. 59. Bak Air ..................................................................................................... 80 4. 60. Drum, Tungku dan Bambu ....................................................................... 81 4. 61. Contoh Desain .......................................................................................... 83 4. 62. Proses Nyorek ........................................................................................... 85 4. 63. Proses Ngegrengi ..................................................................................... 86 4. 64. Proses Ngisen-iseni .................................................................................. 87 4. 65. Contoh Coletan ........................................................................................ 88 4. 66. Contoh Kain Batik yang di Blok .............................................................. 89 4. 67. Proses Seleksi Kain Batik ........................................................................ 90 4. 68. Proses Penimbangan Bahan Pewarna....................................................... 91 4. 69. Proses Nyelup ........................................................................................... 92 4. 70. Proses Pemberian Water Glass Cair ........................................................ 93 4. 71. Proses Pencucian ...................................................................................... 94 4. 72. Proses Nglorod ......................................................................................... 96 4. 73. Proses Pencucian Setelah Kain Dilorod................................................... 97 4. 74. Proses Penjemuran Kain Batik ................................................................. 98 4. 75. Contoh Batik Tulis Berbahan Sutera ATBM ........................................... 99
xvi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Surat Keterangan Wawancara
Lampiran II
Hasil Wawancara
Lampiran III Surat Ijin Penelitian Lampiran IV Dokumentasi
xvii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan suku bangsa, dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda setiap suku bangsa memiliki ciri kebudayaan khas. Salah satu ciri yang penting dari suatu kebudayaan daerah adalah unsur tradisi yang sifatnya berakar dan turun temurun pada masyarakat suatu suku bangsa, misalnya unsur religi, etika, adat istiadat dan sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan suatu suku bangsa yang perlu ditingkatkan ditaraf nasional, oleh karena itu pelestarian dan pengembangan kebudayaan suatu daerah sangat penting dan diperlukan, karena dengan cara ini kebudayaan suatu daerah dapat terus bertahan dan tidak akan digusur oleh kebudayaan modern, serta dapat meningkatkan kebudayaan daerah ketaraf nasional. Sebagai salah satu kebudayaan nasional, kebudayaan Jawa memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan kebudayaan nasional. Manusia adalah pelaku budaya yang sekaligus melakukan proses budaya dan hidup dalam kebudayaan yang dihasilkan. Dalam kehidupannya manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang terdiri atas pangan, papan dan sandang. Sandang dapat diartikan sebagai pakaian atau busana yang terbuat dari kain. Kain sendiri merupakan produk budaya yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Kebudayaan adalah salah satu proses belajar manusia yang merangkum bentuk-bentuk penghayatan apa yang ada dalam dirinya dan apa yang ada diluar dirinya. Hubungan penghayatan tersebut menandai sebuah proses keteraturan semesta. Dalam proses kreasi seni rupa, dimana seni rupa adalah karya manusia (perupa), sekaligus ia berada didalamnya, dan dapat menikmati atau dinikmati keberadaanya. Kebudayaan yang dihasilkan dalam suatu daerah bermacam-macam, dari kebudayaan Jawa sendiri salah satunya adalah batik. Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai seni yang tinggi, dengan corak, serta tata warna yang khas milik suatu daerah yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Batik sebagai aset
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
budaya merupakan ikon produk Indonesia yang memiliki nilai historis dan memiliki citra ekslusif yang menggambarkan status pemakainya. Batik, sebagai sebuah karya budaya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena menjadi sumber hidup bagi para pengrajinnya, membuka lapangan usaha, menambah devisa negara, dan mendukung kepariwisataan yang sangat potensial. Keberadaan batik semakin dikenal dunia dan memuncak setelah diakuinya batik merupakan karya bangsa Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangibel and Heritage of Humanity)oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan batik, semestinya kita perlu mengajak masyarakat sosial untuk merespon batik agar dapat berkembang dengan baik. Artinya, unsur pemerintah serta para pengusaha yang banyak berkecimpung dalam bidang batik harus berperan aktif dalam proses pengembangan ini. Sumintarsih (dalam Jantran, batik juga tidak hanya terbatas sebagai sebuah entitas lokal tetapi juga merambah ke dalam ruang kehidupan para pendatang yang ikut menjadikan semakin kaya dengan corak dan ciri khas dari setiap daerah masingdinilai memiliki keunikan tersendiri daripada batik dari negara lain dan memiliki banyak simbol didalamnya, serta memiliki filosofi tersendiri. Keunikan batik juga terletak pada penggunaan malam atau campuran sarang lebah dan lemak hewan dalam pembuatannya. Sedangkan pada umumnya dalam proses pembuatan batik bahan yang digunakan sebagai perintang warna adalah berbagai jenis bubur dari gandum, beras ketan dan parafin, dan sebagai alat melukis dipakai berbagai bentuk alat, antara lain kuas (Djumena, 1990: 1). Awalnya batik dikerjakan terbatas hanya didalam kraton oleh puteri kraton dan seniman kraton. Batik saat itu juga hanya dikonsumsi oleh raja, keluarga raja, dan para pengikut raja. Para pengikut raja banyak yang dari luar kraton, oleh karena itu batikpun dibawa keluar oleh para pengikut raja dan mereka mengerjakan batik dirumah masing-masing. Karena kebiasaan para pengikut raja membuat batik dirumahnya masing-masing, kemudian rakyat yang berdekatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dengan rumah para pengikut raja juga ikut meniru membuat batik dan semakin meluas keberbagai wilayah. Batik sekarang tidak hanya digunakan oleh raja, keluarga raja, dan para pengikut raja, namun masyarakat luas sekarang juga memakai pakaian batik. Awalnya batik juga hanya digunakan dalam acara-acara resmi saja, tetapi sekarang batik dipakai dalam setiap acara bahkan digunakan untuk pakaian sehari-hari. Namun tentu saja pemakaian batik dalam lingkungan kraton masih berlaku aturan-aturan tertentu. Tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, kota mana saja yang menjadi pusat batik, karena kota ini sudah terkenal sejak dulu kala, diantaranya adalah Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tasikmalaya, Kalimantan Timur, Madura dan Bali. Tetapi perlu diketahui, selain dikota tersebut ternyata kabupaten Sragen juga memiliki potensi industri kerajinan batik yang sudah lama berkembang. Menurut Affanti (2009: 76) Sragen juga memiliki potensi batik yang baik, terutama untuk batik tulisnya, hal tersebut dapat dibuktikan dengan kepercayaan yang diberikan pada pembatik di Batik Kliwonan yang berada di Kabupaten Sragen oleh juragan batik saudagaran (saudagar pribumi, etnis Arab, maupun saudagar etnis Cina) untuk melakukan rekayasa penggabungan antar pola batik kraton atau klasik dan juga motif batik kraton atau klasik dengan motifmotif agraris berjalan lancar, sebab pada dasarnya pembatik di Sragen memiliki ketrampilan dalam hal tersebut. Daerah industri batik yang terdapat di kabupaten Sragen sendiri berada di Kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh. Desa-desa yang merupakan sentra pengrajin batik di wilayah Kecamatan Masaran adalah Desa Kliwonan dan Desa Pilang, sedangkan yang berada di wilayah Kecamatan Plupuh antara lain di Desa Gedongan, Desa Jabung dan Desa Pungsari (Supriyadi, 2011: 1). Di Desa Butuh terdapat pengrajin batik yang rata-rata terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Supriyadi (2011: 1) berpendapat bahwa kaum perempuan merupakan pemain utama dalam industri rumah tangga tersebut (industri batik), khususnya dalam melakukan pembatikan sampai dengan proses finishing produk. Selain itu di Desa Butuh juga terdapat beberapa perusahaan yang bergelut dibidang batik, salah satu perusahaan tersebut adalah Perusahaan Batik Ismoyo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Disini Perusahaan Batik Ismoyo sangat berperan penting dalam melestarikan salah satu kebudayaan Jawa, yaitu batik khususnya batik tulis. Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban untuk mengabdi pada masyarakat, penulis ingin mengangkat batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo agar dikenal, disukai, dan dinikmati oleh masyarakat luas. Hal tersebut yang kemudian melatar belakangi penulis untuk mengkaji batik pada Perusahaan Batik Ismoyo di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo?
2.
Bagaimanakah proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo?
3.
Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo?
4.
Apakah yang menjadi ciri khas dalam batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo?
5.
Bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo?
6.
Apa dampak positif dan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat yang berada di sekitar Perusahaan Batik Ismoyo?. C. Tujuan Penelitian Secara garis besar tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan yang
bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah keikutsertaan aktif dalam menggali dan mengembangkan batik yang merupakan bagian dari kekayaan kebudayaan nasional bangsa Indonesia, sedangkan tujuan yang bersifat khusus adalah: 1.
Mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo.
2.
Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
3.
Mengetahui jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo
4.
Mengetahui ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo
5.
Mengetahui bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo
6.
Mengetahui dampak positif dan dampat negatif yang dirasakan oleh masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan
manfaat praktis, yaitu: 1.
Manfaat Teoritis a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan-perusahaan batik di Sragen dan sekitarnya b. Sebagai sumber referensi dan dokumentasi yang dapat digunakan dalam penelitian lebih lanjut.
2.
Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat memberi gambaran alternatif dalam proses membatik oleh masyarakat luas dan pengrajin batik lainnya b. Dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi instansi-instansi atau lembagalembaga yang terkait dalam usaha pengembangan dan melestarikan batik c. Diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi perusahaan yang terkait dalam mengembangkan
kerajinan batik
tulis
sebagai
bagian dari hasil
kebudayaan daerah yang mendukung kebudayaan nasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II KAJIAN TEORI A. Batik 1.
Sejarah Batik Di Indonesia Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan
malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukanya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti Tang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794) (Prasetyo, 2010: 2). Sedangkan di Afrika teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yomba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, oleh karena itu batik di Indonesia sangat erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta (Dedi, 2009: 6). Jadi, kesenian batik sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja berikutnya. Kemudian pada abad ke-18 atau abad ke-19 batik mulai meluas ke wilayah Indonesia. Pada saat itu batik yang dihasilkan hanya batik tulis, kemudian sekitar tahun 1920 mulai dikenal batik cap. Adapun kaitannya dengan penyebaran agama Islam, banyak daerah-daerah pusat kerajinan batik di Jawa yang merupakan daerah-daerah santri dan kemudian menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokohtokoh pedagang muslim melawan perekonomian Belanda. Kerajinan batik sudah lama dikenal di Indonesia dan sekarang sudah berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Prof. Dr. R. M Sutjipto Wiryosuparto (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134) berpendapat bahwa:
commit 6to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
mengenal aturan untuk menyusun syair, mengenal membuat kain batik, mengenal industri logam, penanaman padi di sawah dengan jalan
Namun pendapat tersebut mendapatkan bantahan dari G. P Rouffer (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134), bantahan tersebut adalah: ibawa pertama kali oleh orang Kalingga dan Karomandel, keduanya adalah bangsa India. Pada permulaannya mereka sebagai pedagang, kemudian berimigran kolonisator
Dengan adanya bantahan tersebut jelas bahwa batik datang dari luar Indonesia, yakni dari Kalingga dan Karomandel di India. Kenyataan menunjukkan bahwa ragam hias batik terdapat di Indonesia dengan ragam hias batik di India tidak memiliki kesamaan, hal ini membuktikan bahwa batik yang berkembang di Indonesia tidak datang dari India, dengan demikian pendapat batik Indonesia berasal dari India menjadi diragukan (Susanti dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134). 2.
Pengertian Batik Menurut Djumena (1990: IX) seni batik adalah salah satu kesenian khas
Indonesia yang telah sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, diantaranya adalah latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat, tata kehidupan, lingkungan alam, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain. Dalam tesan atau membuat titik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau melukis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 135) batik diartikan sebagai corak atau gambar (pada kain) yang pembuatannya secara khusus dengan menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Pendapat lain mengenai batik datang dari Sadly (dalam Indriani, 2006: 8) batik dalam arti sederhana adalah suatu gambar yang berpola, motif dan coraknya dibuat secara khusus dengan menggunakan teknik tutup celup. itinjau dari prosedurnya teknik pembuatan kain batik tidak lain adalah teknik celup rintang. Maksudnya adalah motif dibuat dari bahan yang dapat merintangi warna masuk kedalam serat kain pada waktu dicelup ke dalam bahan warna. Setelah bahan perintang warna tersebut dibuang maka akan terlihat motif yang dirancang. Pada kenyataanya adakalanya menyimpang secara unik dari motif yang dirancang. Inilah yang menjadikan batik menjadi suatu bentuk kerajinan yang khas, yang tidak dapat pada kerajinan l (Soemarjadi dkk, 2001: 135). Prasetyo (2010: 1) juga mengemukakan pendapat, bahwa:
mengacu pada dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain, dalam literature internasional teknik ini dikenal sebagai wax-resist dying. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki
Batik merupakan tekstil tradisional di Indonesia yang menggunakan motif, teknik dan warna khusus untuk menghiasi kain. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya Jawa (Dedi, 2009: 1). Batik diproduksi di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Setiap daerah memiliki keunikan dan ciri khas batik, baik dalam ragam hias maupun tata warna. Pada dasarnya, batik termasuk salah satu jenis seni lukis. Bentuk-bentuk yang dilukiskan diatas kain tersebut disebut dengan ragam hias. Ragam hias yang terdapat pada batik pada umumnya berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain letak geografis, adat istiadat, dan kondisi alam. Pulau Jawa merupakan pusat batik di Indonesia. Daerah-daerah seperti Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta, Garut, Indramayu, Banyumas dan Madura merupakan sentra penghasil batik yang terkenal di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Sesuai dengan perkembangan jaman batik juga mulai berkembang jenisnya, yang awalnya hanya berupa batik tulis sekarang sudah terdapat banyak batik, antara lain adalah batik ikat celup, batik cap, batik printing dan batik sablon 3.
Batik Tulis Soemarjadi dkk (2001: 136) berpendapat bahwa : tulis adalah batik yang dibuat dengan cara menerakan malam pada motif yang telah dirancang dengan menggunakan canting tulis. Cara ini dilakukan untuk semua pemberian motif. Malam berfungsi sebagai bahan perintang warna. Motif bisa dirancang secara bebas, karena dengan menggunakan canting tulis hal ini sangat mudah dikerjakan.Pemberian warna juga dimungkinkan dengan bebas, baik melalui celupan maupun melalui coletan. Disamping itu juga dimungkinkan untuk memberikan
Sedangkan menurut Harmoko (dalam Indriani, 2006: 12) batik tulis adalah batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu dalam meletakkan cairan malam pada kain. Pendapat lain datang dari Prasetyo (2010: 7) batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan menggunakan canting, yaitu alat yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran atau pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Dalam pembuatan batik, khususnya batik tulis dibutuhkan keahlian khusus, telaten dan sabar. Hal tersebut bertujuan agar batik yang dihasilkan memiliki bentuk motif atau desain yang luwes dan jelas. Batik tulis adalah kain yang dihiasi dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan, pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan batik jenis lainya (Dedi, 2009: 5). Batik tulis merupakan batik yang spesial dan mahal dibanding batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini diperlukan keahlian, serta pengalaman, ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan batik tulis. Menurut Soekamto (1984: 14-15) batik tulis ada dua macam, yaitu batik tulis halus dan batik tulis kasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Batik tulis yang kasar dapat dilihat dari bahan yang tidak begitu halus, sedangkan untuk batik tulis ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: a. Morinya terpilih dari yang paling halus b. Cara menulisnya c. Babaran atau pewarnaannya berhasil baik. Pada dasarnya batik tulis adalah suatu teknik pembuatan gambar pada permukaan
kain
dengan
cara
menutup
bagian-bagian
tertentu
dengan
menggunakan bahan malam atau lilin dan alat canting. 4.
Bahan Membatik Bahan yang digunakan dalam membuat batik tulis terdiri dari kain, lilin
batik atau malam dan pewarna batik (Kurniadi, 1996: 12-16). Berikut penjelasan dari bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat batik: a. Kain Kain batik seperti halnya seperti kain-kain yang lainya dibuat dengan dasar prinsip yang sederhana dari bahan benang yang digabung secara memanjang dan melintang. Pada awalnya kain batik hanya terbuat dari jenis serat alam, utamanya kapas (tumbuhan) dan sutera (hewan) (Kurniadi, 1996: 12). Kurniadi (1996: 13-14) menyebutkan ada empat jenis mori atau kain yang digunakan sebagai bahan untuk batik tulis, yaitu: 1) Mori Sangat Halus Kualitas mori halus ditentukan oleh kepadatan anyaman tenunan serta kehalusan kualitas dari benang. Kandungan kanji dalam kain jenis ini sangat sedikit maka kain ini tidak kaku. Mori halus juga sering disebut mori
Primisima
dan mori ini kebanyakan merupakan buatan
Belanda dan Jepang, di Indonesia kain ini diproduksi oleh Cambrie milik GKBI Madari. Mori Primisima ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece). Adapun satu piece berukuran panjang 17, 5 yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
2) Mori Halus Mori yang didatangkan dari Belanda maupun Jepang, di Indonesia kain ini diproduksi di Batang (Primatexo). Mori Prima ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan. Ukuran setiap piece-nya adalah panjang 17,5 yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm). 3) Mori Medium atau Sedang Di pasaran kain mori i
. Kain ini
memiliki anyaman yang kurang padat serta memiliki kualitas benang yang berbeda dengan kain Primisima maupun kain Prima. Mori biru yang diproduksi oleh Jepang ukuranya lebar 42 inchi dan panjangnya 48 yard, untuk produk Belanda ukuran lebarnya 40 inchi dan ukuran panjangnya 16 yard, 30 yard, 40 yard, 45 yard, dan yang paling panjang adalah 48 yard. 4) Mori Kasar Mo mori
iliki kualitas yang paling
rendah dibandingkan dengan kain mori jenis lainya, hal ini dikarenakan
kain
mori
ini
belum
diputihkan.
Mori
Blaco
diperdagangkan dalam bentuk piece, yang ukuran setiap piece-nya panjang 48 yard, dan lebarnya 30-34 inchi. Soemarjadi dkk (2001: 137-138) mengungkapkan bahwa :
terbatas, asalkan bahan tersebut dapat diserapi bahan warna secara baik dan dapat pula ditempeli oleh bahan perintang. Pemakaian kain putih dimaksudkan agar hasil celupan mempunyai warna yang cemerlang dan bersih di samping dapat dicelupkan pada semua warna. Tentu saja dalam hal ini kain warna selain putih pun dapat dipakai, selama warna dasar yang ada sudah dirancang sebagai salah satu warnanya. Kelemahannya adalah bahwa kita tidak akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Kualitas kain mori yang digunakan dalam membuat batik sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Selain itu juga akan mempengaruhi harga dari batik tersebut. b. Lilin Batik atau Malam Menurut Widodo (1983: 10) lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tidak terkena warna yang diberikan pada kain. Menurut Kurniadi (1996: 14-16) lilin batik atau malam batik merupakan campuran dari berbagai bahan, yaitu : 1) Malam Tawon
kain, tahan lama, tidak mudah mengelupas, mudah lepas apabila dalam titik leleh(59ºC). Lilin tawon atau liin konte biasanya untuk campuran pembuatan lilin kualitas baik (lilin klowong). 2) Gondorukem Gondorukem disebut juga gondo, songka, harpus atau harar. Gondorukem terdiri dari beberapa jenis, yaitu gondorukem Amerika, gondorukem
Hongkong,
gondorukem
Aceh
dan
gondorukem
Pekalongan. Pemberian gondorukem pada lilin adalah agar lilin batik menjadi lebih keras dan tidak mudah membeku, karena sifat gondorukem setelah mencair (pada titik leleh 70º-80ºC) lebih mudah menembus pori-pori kain, sehingga sangat baik untuk perintang warna. 3) Damar atau Damar Mata Kucing Damar atau damar mata kucing adalah getah pohon damar yang diguakan sebagai campuran lilin batik agar lilin batik membentuk garis-garis lilin yang baik melekat pada kain dan sukar meleleh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
4) Parafin Parafin sering disebut lilin pecah. Parafin berwarna putih dan agak kuning muda. Pemakaian parafin pada lilin batik agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus basah dan mudah dilorod. 5) Micro Wax Micro wax atau lilin micro adalah jenis parafin yang lebih halus, berwarna kuning muda, lemas (flexible) sehingga lilin batik menjadi lemas atau ulet dan mudah lepas. Biasanya digunakan untuk campuran lilin yang berkualitas baik, yaitu lilin klowong maupun lilin tembok. 6) Kendal Kendal adalah lemak binatang. Biasanya diambil dari binatang lembu atau kerbau. Kendal dipakai untuk campuran lilin batik dalam jumlah kecil, tujuanya adalah agar lilin batik menjadi lemas dan mudah lepas ketika dilorod. Lilin atau malam yang digunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk membatik mempunyai kadar cepat menyerap pada kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan (Aziz, 2010: 48). Djumena (1990: 2) berpendapat bahwa malam adalah campuran dari antara lain parafin, lilin lebah, gondorukem, damar mata kucing dan lemak hewan dengan perbandingan yang berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lainya. Perbadingan bahan-bahan pembuatan malam tersebut merupakan salah satu hal yang dapat menentukan mutu batiknya, jadi setiap pengrajin batik memiliki perbandingan yang berbeda-beda. Menurut Sumintarsih (dalam Jantran, 2009: 692) malam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu malam alam yang terbuat dari sarang lebah dan malam buatan, malam buatan pabrik. Menurut fungsinya, malam dapat dibedakan menjadi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
1) Malam tembokan Malam tembokan warnanya agak coklat dan agak kental. Malam ini biasanya digunakan untuk menutup blok warna putih, maka malam yang digunakan adalah malam putih dan malam kuning serta keplak. 2) Malam carik Malam carik warnanya agak kekuningan dan mempunyai sifat yang lentur serta tidak mudah retak. Malam ini memiliki kualitas yang bagus, oleh sebab itu malam ini sering digunakan dalam pembuatan batik tulis halus. 3) Malam gambar Malam gambar warnanya kuning pucat dan memiliki sifat mudah retak, oleh sebab itu malam ini dipakai untuk menimbulkan efek pecah-pecah atau retakan pada batik. 4) Malam biron Malam ini warnanya coklat dan digunakan untuk menutup warna biru. c. Pewarna Batik
banyak yang menggunakan bahan-bahan pewarna alami, khususnya dari tumbuh-tumbuhan ya (Kurniadi, 1996: 16) Pewarna batik alami biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diproses secara tradisional. Zat warna tersebut biasanya diambil atau terbuat dari akar, batang, kulit kayu, daun dan bunga. Namun sekarang pewarna
yang
digunakan
dalam
pewarnaan
batik
tidak
hanya
menggunakan pewarna alami saja, tetapi juga menggunakan pewarna buatan atau sintetis. Pewarna sintetis tersebut antara lain adalah Naptol, Remazol dan Indigosol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Pengrajin batik untuk sekarang banyak yang beralih menggunakan bahan pewarna sintetis, karena menggunakan pewarna sintetis dapat dipakai secara langsung dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengolahnya, selain itu dari segi harga, harga bahan pewarna alam lebih mahal dibandingkan dengan harga pewarna sintetis. 5.
Alat Membatik Perlengkapan yang digunakan dalam membuat batik tulis adalah peralatan
yang
sifatnya
tradisional
dan
khas,
walaupun
sekarang
mengalami
penyempurnaan baik bentuk dan kualitas bahan namun manfaat atau fungsinya tetap sama. Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan batik tulis diantaranya adalah: a. Canting Canting merupakan salah satu produk budaya yang perannya sangat penting dalam proses membatik, khususnya untuk batik tulis. Karena batik tulis memang membutuhkan canting dalam proses pembuatanya. Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai penggangannya yang mempunyai sifat lentur dan ringan (Aziz, 2010: 47). Menurut Sumintarsih (dalam Jantran, 2009: 692), canting adalah alat untuk mewadahi malam panas yang dibuat dari bahan tembaga agar dapat menahan panas lebih lama sehingga malam dalam canting tahan lama mencairnya. Canting merupakan alat untuk melukis pada waktu membatik kain (Soekamto, 1994: 23), Riyanto (1995: 7) berpendapat canting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat menentukan kriteria suatu hasil kerja apakah bisa batik atau bukan batik. Awalnya canting terbuat dari bahan tempurung kelapa, namun seiring perkembangan zaman bahan pembuatan canting juga semakin berkembang. Saat ini canting yang terbuat dari bahan tempurung kelapa sudah jarang ditemukan, para pengrajin sekarang lebih memilih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
menggunakan canting yang terbuat dari bahan tembaga. Bahkan sekarang ini sudah ada canting yang lebih modern, yaitu canting yang menggunakan listrik. Canting terdiri dari beberapa bagian yaitu (Soekamto, 1994: 24-25) : a)
Badan canting Badan canting disebut Fungsi dari badan canting ini adalah untuk menyimpan atau menaruh malam cair guna membatik kain.
b) Paruh canting
Paruh canting berbentuk melengkung, ketika membatik malam yang cair akan keluar dari lubang paruh canting. Besar kecil dan jumlah cucuk atau carat dapat diuraikan sebagai berikut (Kurniadi, 1996: 18) : 1) Berdasarkan besar kecil cucuk, yaitu : a)
Cucuk besar
b) Cucuk sedang c)
Cucuk kecil
2) Berdasarkan jumlah atau banyaknya cucuk, yaitu : a)
Cucuk canting cecekan Cucuk canting cecekan adalah tunggal. Fungsinya untuk membuat garis-garis, cecek atau titik.
b) Cucuk canting loran Canting ini bercucuk dua dengan posisi berjajar diatas dan dibawah. Fungsinya untuk membuat garis-garis sejajar atau garis rangkap. c)
Cucuk canting telon Canting ini memiliki cucuk tiga buah yang berjajar dari atas ke bawah dan berfungsi untuk membuat garis dengan cepat, cecekan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
sebagai pengisi bidang yang kosong. Disamping cucuk telon adapula canting yang memiliki cucuk lebih dari tiga. 3) Berdasarkan kegunaannya, yaitu : a)
Canting reng-rengan Canting ini memiliki fungsi untuk membuat batikan pertama kali sebelum
dikerjakan
lebih lanjut. Reng-rengan
merupakan
kerangka pola sehingga saat pengerjaannya disebut ngrengreng. b) Canting isen Canting ini memiliki fungsi untuk mengisi atau membatik bidang kosong, setelah pelaksanaan ngrengreng. Canting ini biasanya bercucuk kecil. c)
Ekor canting Ekor canting terletak di bagian belakang badan canting. Ekor
tangkainya. d) Tangkai canting Tangkai canting terbuat dari bahan kayu yang sangat lunak dan sering
.
b. Gawangan Gawangan biasanya terbuat dari bambu atau kayu jati, bentuknya dua batang bambu bulat melintang dengan empat kaki dan gunanya adalah untuk meletakkan (sampiran) mori atau kain yang akan dibatik (Widodo, 1983: 7). Fungsi dari gawangan menurut Aziz (2010: 43) adalah untuk menggantungkanatau menyangkutkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan canting. Kurniadi (1996: 19) mengemukakan:
gawangan ini haruslah kuat dan ringan, karena disamping dipindah-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
pindah gawangan juga untuk menyangga kain yang disampirkan atau dibentangkan di atasnya yang relatif c. Kompor
alat pemanas lilin batik atau malam, karena membatik biasanya menggunakan peralatan yang sifatnya tradisional. Penggunaan Anglo ini dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk menjaga nyala api agar api tetap stabil. Pengrajin batik sekarang lebih suka menggunakan kompor, alasanya penggunaan kompor lebih mudah dikendalikan dari pada penggunaan anglo (Kurniadi, 1996: 19). Kompor yang digunakan untuk membatik ini ukuranya kecil, tidak seperti yang biasa digunakan untuk memasak. d. Wajan Wajan adalah alat yang digunakan untuk mencairkan malam atau lilin batik, wajan bisa dibuat dari logam atau tanah liat (Riyanto, 1993: 8). Wajan yang digunakan oleh pengrajin batik pada masa lalu adalah wajan yang terbuat dari tanah liat, hal tersebut dikarenakan tangkai pada wajannya tidak panas, hanya saja proses pemanasanya agak lambat. Wajan yang digunakan disini adalah wajan kecil atau wajan yang khusus untuk membatik. e. Bak Celup Bak celup diperuntukkan untuk memberi warna pada kain dengan jenis warna tertentu, sehingga besar kecil bak celup serta jumlah bak celup disesuaikan dengan kebutuhan. Yang perlu diperhatikan didalam penyediaan bak celup adalah bak celup tersebut kuat atau tidak bocor dan, dapat menampung kain yang dicelup .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
f. Ketel atau Panci Ketel atau panci ini biasanya terbuat dari logam yang berfungsi untuk menghilangkan lilin batik atau malam dengan cara kain direbus dengan air dan diberi abu soda secukupknya (Kurniadi, 1996: 20). Ketel atau panci yang digunakan harus memiliki ketebalan yang cukup dan besar sesuai dengan jumlah kain yang akan dilorod. 6.
Langkah-langkah Membatik Dalam pembuatan batik tulis harus melalui beberapa tahapan, tahapan-
tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Kurniadi,1996: 24) : a. Tahap persiapan Dalam tahap persiapan ini juga terbagi dari beberapa tahap. Tahapan-tahpan tersebut adalah: 1) Memotong mori
dibatik maka kain ini harus dipotong sesuai dengan dengan ukuran yang diperlukan. Setelah kain dipotong ujung-ujung kain tersebut dijahit (diplipit) supaya benang-benang yang paling tepi bekas potongan tidak lepas ( Sewan Susanto, 1980: 6) 2) Mencuci ngirah tujuan agar kandungan kanji yang terdapat pada mori hilang. Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam semalaman dalam air
(Sewan Susanto, 1980: 6). Untuk mendapatkan kualitas kain yang lebih bagus lagi kain harus 3) Menganji mori Menganji mori memiliki tujuan agar lilin batik tidak terlalu meresap pada pori-pori kain, sehingga pada saat proses nglorod lilin batik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
mudah dihilangkan. Pemberian kanji pada kain adalah setelah proses ngloyor dan pemberian kanjinya tipis-tipis. 4) Ngempleng Ngempleng adalah cara tradisional dan khas dalam tahap persiapan sebelum membuat batik, yaitu mori yang telah dikanji (setelah kering)
untuk memudahkan daya serap warna pada kain. b. Tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain Kurniadi
Agar bagian-bagian
tertentu tidak terkena warna, maka diperlukan perintang terhadap warna, yaitu dengan cara pemberian lilin batik. Pemberian lilin batik dapat dilakukan bertahap, yaitu tahap awal ngrengreng sampai tahap akhir sebelum dilorod Dalam tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain juga terdapat beberapa langkah, yaitu: 1) Membatik kerangka Membatik kerangka adalah proses awal pemberian lilin pada kain sesuai dengan motif yang sudah ditentukan. Biasanya dalam tahap ini menggunakan canting yang bercucuk sedang. 2) Ngisen-ngiseni Ngisen-ngiseni adalah memberi isen (isi) pada tempat tertentu. Selain memberikan isen-isen dalam proses ini juga berlangsung proses
tertentu agar nantinya kain yang di blok dengan lilin tersebut tetap berwarna putih. 3) Nerusi Nerusi adalah proses pelekatan lilin dengan mengikuti batikan yang telah dikerjakan namun dari sebalik kain (hingga lilin atau malam pada kain dapat dibuat bolak-balik).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
4) Nemboki Nemboki adalah menutupi bagian tertentu dengan menggunakan lilin atau malam (biasanya pada bagian yang luas) agar tidak terkena warna. Dalam proses ini biasanya menggunakan canting cucuk besar atau bisa menggunakan kuas. 5) Penyempurnaan akhir pemberian lilin Dalam proses ini tujuanya adalah untuk menyempurnakan cantingan pada kain yang mungkin dirasa kurang sempurna. c. Tahap pewarnaan batik Menurut Sewan Susanto (1980: 8-9) ada beberapa macam cara pewarnaan pada pembuatan kain batik, antara lain adalah: 1) Medel Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain selesai dicanting. Untuk kain sogan kerokan maka medel adalah warna pertama yang diberikan pada kain. Medel ini dilakukan dengan cara dicelup. 2) Celupan warna dasar Tujuan pemberian warna dasar adalah agar warna dasar berikutnya tidak berubah atau tidak tetumpangan warna lainya. 3) Menggadung Menggadung adalah menyiram kain batik dengan larutan zat warna. Caranya adalah kain dibentangkan pada papan atau meja kemudian disiram dengan zat warna, dengan cara ini akan menghemat zat warna tetapi hasilnya kurang merata. 4) Coletan atau dulitan Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan adalah memberi warna pada kain batik dengan zat warna yang dikanvaskan atau dilukiskan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin, sehingga warna tidak meluas kedaerah yang lainya. 5) Menyoga Menyoga adalah memberi warna pada kain batik. Menyoga kain batik ini biasanya dilakukan pada akhir. d. Tahap penghilangan lilin dan finishing Penghilangan lilin atau malam batik dilakukan untuk mendapatkan corak atau gambar pada kain agar terbuka atau tidak tertutup malam, dengan cara sebagai berikut (Kurniadi, 1996: 28-29) : 1) Menghilangkan sebagian lilin atau malam batik
yaitu menggaruk lilin pada kain dengan menggunakan pisau atau palet. 2) Menghilangkan keseluruhan lilin atau malam batik Cara untuk menghilangkan malam keseluruhan adalah dengan proses
perebusan air dalam keadaan mendidih dan ditambahkan ± 10 gram bubuk soda untuk 1 liter air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
berikut ini adalah struktur proses dalam pembuatan batik, yaitu: Kain Diloyor Batik Cap Dikemplong Dicap Bolak balik
Batik Tulis
Sama Batik Tulis
Dipola Dibatik Bolak balik Ditembok Bolak balik
Colet
Kelengan
Laseman
Warna Biru
Dicolet
Warna Dasar
Warna Dasar
Dilorod
Di Drik/ T.K
Dilorod
Dilorod
Dibironi Bolak balik
Warna Dasar
Finishing
Warna Muda
Warna Soga Dilorod
Wonogiren
Klasik
Dilorod Finishing (Remekan)
Finishing Ditutup M. Gambar Dipukuli Warna Soga Dilorod Finishing
Gambar 2.1. Bagan Proses Batik (Sumber. Riyanto, 1995: 24)
commit to user
Warna Soga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
7.
Motif Batik Sebagaimana kita ketahui bahwa proses pembuatan batik tidak hanya
berangkat dari ruang kosong belaka. Kalau kita beranggapan bahwa batik hanyalah sebuah seni melukis di atas kain, tanpa memiliki makna apapun, maka pemikiran tersebut salah dan perlu diluruskan kembali. Pada dasarnya, dari setiap coretan di atas kain mori, batik memiliki filosofi tersendiri, tergantung siapa dan apa tujuan dari sang pembatik. Dalam proses pembuatan batik tulis, batik tersebut melambangkan kesabaran pengrajinya karena hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Untuk kesempurnaan motif pada batik menyiratkan ketenangan dari pengrajinya. Motif batik pada masyarakat Jawa merupakan salah satu kelengkapan hidup yang mempunyai kandungan simbolik yang terkait denga hal-hal spiritual guna memberi semangat dan harapan kebahagiaan di masa mendatang (Kurniadi, 1996: 65). Motif- motif batik pada umunya mempunyai dua macam keindahan, yaitu keindahan visual dan keindahan filosofis. Keindahan visual adalah rasa indah yang diperoleh karena perpaduan yang harmoni dari susunan bentuk dan warna melalui penglihatan atau panca indera, sedangkan keindahan filosofi adalah rasa indah yang diperoleh karena susunan arti dari sebuah lambang ornamenornamen yang membuat gambaran sesuai dengan paham yang dimengerti (Sewan Susanto dalam Indriani, 2006: 15). Menurut Kurniadi (1996: 66) motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan, motif disebut pula corak batik atau pola batik. Menurut unsur-unsurnya motif batik dibagi menjadi dua bagian yang utama, yaitu: a.
Ornamen motif batik Ornamen motif batik terdiri dari motif utama dan motif tambahan. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut, dan pada umumnya ornamen utama memiliki arti. Ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Isen motif Isen motif berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis ayng berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Berikut bentuk-bentuk isen: No. Nama Isen 1. Cecek cecek
Bentuk Isen
Keterangan Arti Titik titik
2
Cecek pitu
Titik tujuh
3
Sisik melik
Sisik bertitik
4
Cecek sawut
Garis titik
5
Cecek sawut daun
Garis garis menjari dan titik titik
6
Herangan
Gambaran pecahan yang berserakan
7
Sisik
Gambaran sisik
8
Gringring
Pranatapan
9
Sawut
Bunga berjalur
10
Galuran
Seperti galar
commit to user
garis dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Rambutan atau rawan
Seperti rambut atau air rawa
12
Sirapan
Gambaran atap dari sirap
13
Cacah gori
Seperti gori dicacah
Gambar 2.2. Isen-isen motif (Sumber. Kurniadi, 1996: 76) Tetapi sering kali kita menemukan sebuah motif yang sulit dibedakan antara ornamen utama dan mana ornamen tambahan, sehingga hanya mempunyai susunan yang indah saja dan tidak mempunyai jiwa yang mendalam (Sewan Susanto dalam Kurniadi, 1996: 66). Kurniadi (1996: 68-69) menyebutkan terdapat dua golongan motif batik, yaitu: 1) Kelompok motif dengan ornamen geomentris Ornamen motif geometris antara lain adalah sebagai berikut: a)
Motif Banji Motif banji dibuat berdasarkan ornamen swastika yang dihubungkan satu dan lainnya dengan menggunakan garis-garis. Motif banji termasuk motif klasik yang jarang ditemukan pada kain batik sekarang, pada dasarnya motif banji berupa ornamen Swastika yang disusun dan digabungkan satu dengan yang lainya hingga menjadi suatu kesatuan yang rapi. Nama motif banji ada berbagai macam di antaranya adalah Bani Guling, Banji Bengkok, Banji Kacip dan Banji Kerton(http://cantingbatik.wordpress.com/2009/12/21/golonganmotif-banji/).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
b) Motif Ganggeng Ganggeng sendiri memiliki arti yaitu ganggang laut (alga), dalam batik ini mengandung falsafah yang mana tumbuhan ganggang yang lemah lembut di dalam air berperan untuk melindungi hewan-hewan kecil laut dari predator dan penunjang kehidupan sebagai bahan pangan manusia (ikan) ( http://sanggarbatikkatura.com/motif-batikpesisiran-ganggeng ). Motif ganggeng hampir mirip dengan motif ceplokan karena sepintas kelihatan sama, yang membedakan adalah adanya isen pada motif ganggeng berupa isen garis-garis yang panjangnya tidak sama (Kurniadi, 1996: 68). c)
Motif Anyaman Motif Anyaman juga disebut motif nitik. Motif nitik adalah motifmotif yang tersusun oleh garis-garis putus, titik-titik dan variasinya menyerupai motif pada anyaman sehingga sering juga disebut motif anyaman ( http://cantingbatik.wordpress.com/2009/12/21/golonganmotif-nitik-dan-anyaman/ ).
d) Motif Lereng Mengacu pada baris diagonal pola di antara motif parang. Selain itu, banyak pola-pola yang hanya baris dari garis-garis diagonal sempit yang dipenuhi dengan seluruh array dari pola-pola yang kecil( http://batikcity.com/motif-batik-lereng/ ). 2) Kelompok motif dengan ornamen non geometris Motif tradisional di Indonesia paling banyak menampilkan ornamen tumbuhan-tumbuhan, meru, burung atau lorloran, serta binatang yang tersusun geometris. Golongan ini disebut semen (Sewan Susanto dalam Kurniadi, 1996: 68). Ornamen-ornamen pokok dalam motif batik adalah sebagai berikut (Sewan Susanto, 1980: 261-278) :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
a. Meru Meru merupakan gambaran dari gunung yang dilihat dari samping, dalam perwujudanya motif meru ini merupakan suatu lambang dalam paham Jawa Kuno yaitu sebagai bumi dan tanah.
Gambar 2. 3. Ornamen Meru Meru menjadi dasar dari suatu gambaran yang menggelombang
Gambar 2.4. Ornamen Meru Susunan tiga meru dihias dan digabung dengan semacam daun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
b. PohonHayat Dalam kepercayaan masyarakat Jawa Kuno pohon hayat merupakan suatu lambang dari kehidupan, begitu pula dalam kepercayaan Hindu, terbukti dengan adanya hiasan pohon hayat di candi prambanan.
Gambar 2.5. Ornamen Pohon hayat Pohon hayat digambarkan dengan bentuk yang unik dan sobrah banyak.
Gambar 2.6. Ornamen Pohon hayat Bentuk pohon hayat yang sederhana digabung dengan meru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
c. Tumbuhan Ornamen tumbuhan digambarkan dengan cara penyederhanaan bentuk tanpa meninggalkan ciri khas aslinya, biasanya dapat digambarkan secara utuh maupun diambil bagian-bagian tertentu saja, misalnya daun, bunga atau kuncupnya saja.
Gambar 2.7. Ornamen Tumbuhan Ornamen tumbuhan digambarkan dalam bentuk lunglungan.
Gambar 2.8. Ornamen Tumbuhan Motif batik capit urang. Ornamen tumbuhan yang diubah berbentuk seperti kaki udang atau capit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
d. Garuda Garuda
merupakan
makhluk
berupa
burung
khayalan
melambangkan suatu sifat perkasa atau titisan Dewa Wisnu.
Gambar 2.9. Ornamen Garuda Garuda digambarkan dengan dua sayap, sayap berbentuk sayap tertutup
Gambar 2.10. Ornamen Garuda Suatu gambaran bahwa sayap garuda merupakan bagian dari semacam burung, kadang-kadang kepala burung berupa kepala naga atau kepala raksasa
commit to user
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
e. Burung Ornamen burung sering dipakai dalam ornamen pokok maupun ornamen pengisi.
Gambar 2. 11. Ornamen Burung Bentuk ornamen burung sederhana, tipe burung merak .
Gambar 2. 12. Ornamen Burung Ornamen bentuk burung yang unik, tipe burung phoenix.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
f. Bangunan Ornamen bangunan biasanya menggambarkan bentuk rumah yang mempunyai bentuk seperti pembagian dalam susunan candi, yaitu kaki, tubuh dan atap, selain itu ornamen bangunan juga menggambarkan bangunan yang keramat.
Gambar 2. 13. Ornamen Bangunan Ornamen bangunan bertingkat dua dan beruntaian dibagian bawah
Gambar 2. 14. Ornamen Bangunan Ornamen bangunan bertingkat dua tetapi hiasan sampingnya menonjol kebawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
g. Lidah Api Menurut paham Jawa kuno ornamen lidah api melambangkan kekuatan sakti, sebagai salah satu unsur bumi (bumi, banyu, geni, angin)
Gambar 2. 15. Ornamen Lidah api Ornamen lidah api bagian dari bentuk cemukiran atau modang.
Gambar 2. 16. Ornamen Lidah api Ornamen lidah api biasanya terdapat pada motif batik semen rama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
h. Naga Naga adalah khayalan ular besar. Naga didalam perwujudanya melambangkan dunia bawah, air, bumi dan yoni.
Gambar 2. 17. Ornamen Naga Bentuk naga kepala raksasa dan berjambul.
Gambar 2. 18. Ornamen Naga Ornamen naga dengan kepala raksasa bermahkota, bersayap dan punya dua kaki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
i. Binatang Binatang yang digambarkan dalam ornamen ini biasanya Lembu, Kijang, Gajah, Singa atau Harimau. Binatang tersebut digambarkan dalam bentuk-bentuk yang aneh atau khayal.
Gambar 2. 19. Ornamen Binatang Bentuk binatang muka menggambarkan lembu dan kepala berjambul.
Gambar 2.20. Ornamen Binatang Bentuk binatang kepala bertanduk cabang, seperti kijang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
j. Kupu-kupu Ornamen kupu-kupu bentuknya seperti kupu-kupu yang biasanya digambarkan penampang dari sebelah atas punggung pada keadaan terbang. Kupu-kupu disini juga digambarkan dalam bentuk khayal atau aneh.
Gambar 2. 21. Ornamen Kupu-kupu Bentuk ornamen menyerupai kupu bersayap lar (sayap garuda) dan berekor seperti daun.
Gambar 2. 22. Ornamen Kupu-kupu Ornamen bentuk binatang dengan sayap berkatup ke depan dan ke belakang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
k. Pengisi Ornamen pengisi atau pendukung berfungsi sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Bentuk ornamen ini lebih kecil dan sederhana.
Gambar 2. 23. Ornamen Pengisi Ornamen pengisi bentuk burung
Gambar 2. 24. Ornamen Pengisi Ornamen pengisi bentuk rangkaian kuncup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Pada sisi yang lain, corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan oleh kalangan orang tertentu pula. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, kain ini biasanya hanya boleh dikenakan oleh para penguasa dan kesatria (Aziz, 2010: 33). Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Sebab, kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan yang ada dalam batik tersebut. Selain proses pembuatan batik yang penuh dengan makna filosofis, corak batik juga merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuat batik tersebut. Misalnya, corak yang terdapat pada batik Madura melambangkan ciri khas dan watak masyarakat Madura, begitu pula dengan daerah-daerah yang lainya. Berikut beberapa motif batik beserta filosofinya (http://beritahariankita-sejarahfilosofibatik.blogspot.com/) : 1. Motif Batik Kawung
Gambar 2. 25. Motif Batik Kawung Biasanya kain batik motif kawung dipakai oleh raja dan keluarga dekatnya sebagai lambang keadilan dan keperkasaan. Makna dari empat bulatan dengan sebuah titik pusat melambangkan raja yang didampingi oleh para pembantunya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
2. Motif Batik Truntum
Gambar 2. 26. Motif Batik Truntum Kain dengan motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin dalam upacara pernikahan. Truntum berarti menuntun. Diharapkan si pemakai atau orang tua mempelai mampu memberikan petunjuk dan contoh kepada putra putrinya untuk memasuki kehidupan baru berumah tangga yang penuh dengan dinamika kehidupan. 3. Motif batik Parang
Gambar 2. 27. Motif Batik Parang Rusak Barong Motif batik parang rusak barong menggambarkan senjata dan kekuatan. Dipercaya bagi ksatria yang menggunakan batik ini bias berlipat kekuatanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
4. Motif Batik Sido Mukti
Gambar 2. 28. Motif Batik Sido Mukti Motif batik Sido Mukti biasanya digunakan dalam upacara pernikahan. Motif ini memiliki filosofi suatu harapan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan. 5. Motif Batik Ciptoning
Gambar 2. 29. Motif Batik Ciptoning Motif batik Ciptoning biasanya digunakan sebagai kain panjang. Filosofi
yang terkandung dalam
motif ini adalah diharapkan
pemakainnya menjadi orang yang bijak dan mampu memberi petunjuk ke jalan yang benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
6. Motif Batik Tambal
Gambar 2. 30. Motif Batik Tambal Motif batik Tambal biasanya digunakan sebagai kain panjang. Makna yang terkandung dalam motif ini adalah ada keprcayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka orang tersebut akan cepat sembuh, karena Tambal artinya menambah semangat baru. 7. Motif Batik Nggrompol
Gambar 2. 31. Motif Batik Grompol Sumber.(http://batikcity.com/motif-grompol/)
Motif Grompol adalah desain khas Yogya. Biasanya kain motif batik ini dipergunakan untuk upacara pernikahan. Grompol, yang berarti berkumpul bersama melambangkan datang bersama-sama, atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
kebersamaan, seperti keberuntungan, kebahagiaan, anak, dan kehidupan pernikahan yang harmonis. 8. Motif Batik Pekalongan
Gambar 2. 32. Motif Batik Tulis Pekalongan Sumber. (http://batikcity.com/batik-tulis-pekalongan/) Batik Tulis Pekalongan ini dibuat untuk memenuhi selera dari kaum muda, warna-warna berani dengan corak yang ekspresif menjadi Batik Tulis ini cocok dipakai untuk bergaya santai maupun acara-acara formal. 9. Motif BatikGedog
Gambar 2. 33. Motif Batik Gedog Sumber.(http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/30/291/si_jarik_cantik )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Motif batik Gedog adalah salah satu motif batik Daerah Tuban. Warna batik Gedog agak kegelap gelapan. Motif batik ini didominasi motif burung dan bunga. Motif batik Gedog yaitu panjiori, kenongo uleran, ganggeng, panji krentil, panji serong, dan panji komang. Tiga motif terakhir dahulu hanya dipakai oleh pangeran dan batik motif panji krentil berwarna nila diyakini dapat menyembuhkan penyakit. 10. Motif Batik Kraton
Gambar 2. 34. Motif Batik Kraton Sumber.(http://forum.kompas.com/nasional/30459-macam-macam-batik-diindonesia.html )
Batik Kraton merupakan awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup.Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatikpembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya
Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa motif lainnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
B. KERANGKA BERPIKIR
Identifikasi Batik Secara Luas
Batik Tulis Sejarah, alat, bahan, proses dan motif
Latar Belakang Masalah
Perusahaan Batik Ismoyo
Pendesain
Pengrajin
Proses
Hasil Karya (Produk)
Pemasaran
Konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penelitian sebaiknya ditentukan ruang lingkup penelitianya, seperti yang dikemukakan oleh P. V. Young, Mely G (dalam Burhan Bungin, 1991: 4445) penelitian, yaitu (1) Maksud dan perhatian si peneliti, (2) Bahan yang ada mengenai masalah atau fenomena bersangkutan, (3) Rumitnya anggapananggapan dasar atau asumsi-asumsi yang sudah dirumuskan, (4) Penelitian lapangan yang sudah dilakukan selain diperlukan batas ruang lingkup, kegiatan penelitian perlu juga adanya penegasan setting penelitian. Merujuk pendapat di atas dan dengan pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Batik Ismoyo milik Bapak Marjiyanto yang beralamatkan di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen dan dilaksanakan selama kurun waktu 3 bulan, yakni bulan Juni 2012 sampai bulan Agustus 2012. B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-kata atau lisan maupun gambar dari orang (informan) maupun peristiwa yang sedang diamati (Moleong, 1988:7). Menurut pendapat Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (dalam Moleong, 1988: 7).
-bagian yang sedang diteliti akan lebih jelas jika diamati dalam proses (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 1988:7).
46 user commit to
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal terpancang (embedded research) sesuai dengan pendapat Sutopo (2002:112) Penelitian terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan penelitian harus memilih dan membentuk variabel yang menjadi fokus utamanya namun tetap terbuka dengan sifat interaktif dan menentukan variabel Dalam penelitian ini memiliki obyek tunggal yaitu Perusahaan Batik Ismoyo, maka strategi penelitian menggunakan strategi tunggal terpancang, disebut dengan tunggal terpancang karena penelitian ini akan dilaksanakan pada satu lokasi saja dan sebelum dilaksanakan penelitian sudah direncanakan, apa yang diteliti dibatasi pada rumusan masalah yang menjadi obyek kajian. C. Sumber Data
sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh, semenarik apapun suatu permasalahan atau topik penelitian jika sumber datanya tidak tersedia, maka penelitian tersebut tidak aka nada artinya karena tidak akan bisa diteliti dan
Lofland (dalam Moleong, 1988: 112) dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainadalah: 1. Informan
manusia (narasumber) sangat penting perananya Karena informan sabagai individu yang memiliki informasi. Peneliti wajib mamahami beragam peran dan ketertlibatanya dalam kemungkinan akses informasi yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan penelitian yang akan dilaksanakan. Kesalahan dalam pemilihan informan dapat berakibat fatal yang dapat mempersulit proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
dilaksanakan ini adalah Bapak Marjiyanto selaku pemilik Perusahaan Batik Ismoyo, beberapa karyawan diperusaahan tersebut dan beberapa masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan. 2. Tempat dan Peristiwa Tempat yang merupakan sasaran dari penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang sangat penting bagi peneliti, disini peneliti bisa menggali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkunganya. Tempat yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah pada Perusahaan Batik Ismoyodi Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan secara langsung. Peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh karyawan di Perusahaan Batik Ismoyo. 3. Dokumentasi Sumber data dari dokumentasi juga merupakan sumber data yang penting dalam sebuah peristiwa. Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa karya (produk batik tulis) yang diproduksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo. 4. Kepustakaan Kepustakaan sebagai sumber data tambahan yaitu berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian untuk menunjang kelengkapan data. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian data sangat diperlukan, untuk mendapatkan data diperlukan cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
1. Observasi
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan merupakan alat yang valid untuk mengetes suatu kebenaran atas informasi yang didapat dari peneliti. Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 1988:135) berpendapat bahwa pengamatan dalam penelitian kualitatif sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena (1) Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya, (3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh oleh data, (4) Sering terjadi adanya keraguan pada penelitian, dan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah
dengan
jalan memanfaatkan pengamatan,
(5)
Teknik
pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, dan (6) Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. Maka untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian perlu diadakan pengamatan secara langsung oleh peneliti terhadap objek yang ada di lokasi penelitian, yaitu padaPerusahaan Batik Ismoyo milik Bapak Marjiyantodi Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan minimal dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan
pertanyaan
dan
yang
diwawancarai
(interviewee)
yang
memberikan jawaban atas jawaban itu (Moleong, 1988:135). Teknik dalam wawancara pada umumya ada dua, seperti yang dikemukakan oleh Sutopo (2002:58-59), pada umumnya ada dua jenis teknik wawancara yaitu teknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
wawancara terstruktur adalah wawancara yang pertanyaannya dikendalikan secara ketat dan berada ditangan pewawancaranya serta jawabanya berada pada yang diwawancarai denganmengikuti pola piker pewawancaranya (penelitinya) dan teknik wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam (in- depth interviewing) adalah wawancara yang pertanyaanya serta jawabanya diserahkan atau berada pada orang yang diwawancarai. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang terstruktur dan wawancara yang tidak terstruktur, karena dengan kedua teknik wawancara tersebut diharapkan dapat mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah. Objek dalam wawancara ini adalah Bapak Marjiyanto selaku pemilik Perusahaan Batik Ismoyo, beberapa karyawan perusahaan dan beberapa warga yang tinggal disekitar perusahaan tersebut. 3. Dokumentasi Menurut pendapat Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 1988: 161), dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Pengertian lain dari dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktifitas atau peristiwa tertentu). Bila dokumen merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut arsip. Namun keduanya dapat dinyatakan sebagai rekaman atau sesuatu yang berkaitan dengan suatau peristiwa tertentu, dan dapat secara baik dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian (Sutopo, 2008:54). Menurut Yin (dalam Sutopo, 2002: 69) mancatat dokumen sebagai Content Analysis, dan yang dimaksudkan bahwa penelitian bukan sekedar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah hasil karya atau produk-produk batik tulis yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo. E. Teknik Sampling Sampling atau cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Menurut pendapat Sutopo (2002:55) teknik cuplikan merupakan suatau bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Dan Moleong (1988:165) berpendapat: Sampling dalam penelitian ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informan dari berbagai macam sumber dan bangunanya (constructions). Dengan demikian tujuanya bukanlah memusatkan diri pada apa adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan kedalam generalisasi. Tujuanya adalah untuk menerima kekhususanya yang ada kedalam ramuan konteks yang unik. Maksud dari kedua sampling adalah menggali informan yang akan manjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul Sesuai dengan uraian diatas, maka teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling
memiliki
kecenderungan peneliti memilih informan yang di anggap mengetahui informasi dan permasalahanya yang mantap (Sutopo, 2002:56).
Bahkan didalam
pelaksanaanya pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton dalam Sutopo 2002:56). Adapun sampling dalam penelitian ini adalah Bapak Marjiyanto selaku pemilik perusahaan, karyawan perusahaan, beberapa warga yang tinggal disekitar perusahaan dan beberapa pelanggan dari Perusahaan Batik Ismoyo. F. Validitas Data Pengujian data yang terkumpul apakah memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak. Menurut Nasution, validitas adalah membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan dan apakah ada atau terjadi (dalam Utomo, 2006:23). Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Triangulasi Data Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong, 1988: 178). Menurut Bungin (2005:191-92) teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Proses triangulasi dilakukan terus menerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. Triangulasi bertujuan untuk mengecek kebenaran data yang diteliti dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan perbandingan data dan sumber data lewat pengamatan objek dengan hasil wawancara pemilik perusahaan, karyawan perusahaan dan beberapa warga yang tinggal disekitar Perusahaan Batik Ismoyo, serta dilakukan perbandingan antara pengamatan dengan dokumen yang berkait membandingkan data yang diperoleh dari sumber data. 2. Reviu Informan Reviu informasi adalah pemeriksaan keabsahan data degan cara menggunakan kembali data yang telah terkumpul untuk diteliti oleh informan, jika terjadi kesalahan, maka akan dibenarkan sesuai dengan keadaan yang sesunguhnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Sutopo (2002: 83)
Reviu informan merupakan
usaha pengembangan validitas penelitian yang sering digunakan oleh peneliti kualitas. Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh,
maka
unit-unit
laporan
yang
telah
disusunya
perlu
dikomunikasikan dengan informasinya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan) Reviu informan dalam penelitian ini adalah memiliki tujuan untuk mengecek kebenaran peneliti dalam mencatat atau mengolah hasil wawancara dengan informan. Proses reviu informan dalam penelitian ini yaitu, setelah data diperoleh dan melalui tahap pengolahan data kemudian hasilnya diserahkan
kembali
kepada
informan
(Bapak
Marjiyanto,
karyawan
perusahaan dan warga yang tinggal disekitar perusahaan) untuk dicek kembali kebenaranya. G. Teknik Analisis Data Patton berpendapat analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan uaraian dasar (dalam Moleong 1988: 103). Bogdan dan Taylor berpendapat analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis (dalam Moleong, 1988: 103). Sedangkan pendapat lain, analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1988: 103) Menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002: 91), ada tiga komponen penting dalam analisis data, komponen tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam ini juga menggunakan analisis data yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
1. Reduksi Data Menurut Sutopo (2002:91) reduksi data merupakan komponen pertama dalam
analisis
data
yang
merupakan
proses
seleksi,
pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data dari field note. Proses ini berlangsung secara terus sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Pendapat lain oleh Sutopo (2002:92) mengenai reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuat hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyeleksi dan memfokuskan permasalahan-permasalahan yang ada dalam Perusahaan Batik Ismoyo, kemudian melakukan pengolahan data yang diperoleh agar mendapatkan data yang benar-benar dibutuhkan serta dirasa penting untuk dapat menjawab permasalahan yang ada. 2. Sajian data Sebuah pendapat mengemukakan bahwa: Sebagai komponen analisis kedua, sajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami berbagai hal yang mungkin terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut (Sutopo, 2002:92). Dengan melihat display atau penyajian data akan dapat dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Penyusunan data yang baik harus sistematis, sehingga akan banyak menolong dan mempermudah penelitian yang akan dilaksanakan dengan melihat suatu penyajian data yang tersusun secara sistematika akan mudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
mengerti tentang simpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Sajian data dalam penelitian ini adalah mengolah data-data yang diperoleh dari hasil penenelitian yang masih berupa catatan-catatan pendek menjadi narasi atau kalimat-kalimat yang mudah dimengerti. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Penarikan
kesimpulan
atau
Verifikasi
dilakukan
dari
permulaan
pengumpulan data , seorang penganlisis kualitatif mulai mencari arti bendabenda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi (Milles dan Huberman, 1992:19). Verifikasi data juga diartikan sebagai penarikan simpulan sementara atau dasar data yang telah di dapat demi memperoleh kebenaran data, Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan kasus tunggal, maka aka menggunakan analisis data model analisis mengalir atau
Flow Model of
Analysis. Masa pengumpulan data
Antisipasi
REDUKSI DATA Selama
Pasca
PENYAJIAN DATA Selama Pasca
= ANALISIS
PENARIKAN KESIMPULAN/ VERIFIKASI Selama Pasca
Bagan 2: Bagan Flow Model of Analysis (Miles dan Huberman terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992: 18) Bagan Flow Model of Analysisi tersebut disusun dengan alasan sebagai berikut: a. Karena permasalahan yang diteliti merupakan kasus tunggal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
b. Tempat diadakan penelitian ini hanya satu tempat atau Homogen, yaitu di Perusahaan Batik Ismoyo milik bapak Marjiyanto c. Komponen-komponen awal sifatnya sejajar dari proses reduksi data, penarikan kesimpulan dari awal sampai akhir penelitian sejajar atau paralel berkaitan satu sama lain pada saat sebelum, selama maupun sesudah atau pasca penelitian, untuk membangun wawasan umum (analisis) seperti yang telah digambarkan pada bagan di atas. H. Prosedur Penelitian Tahap yang dilakukan dalam penelitian ini ada beberapa yang merupakan rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir selesainya penelitian ini, adapun tahaptahap ini meliputi: 1. Tahap Pra Lapangan Persiapan a. Menyusun rancangan, b. Memilih tempat dan waktu penelitian, c. Mengurus perijinan, d. Menjajaki situasi lapangan, e. Menyusun instrument dan rambu-rambu pertanyaan, f. Memilih informan, g. Menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Pengumpulan Data a. Memasuki lapangan penelitian, b. Mengumpulkan data dari lokasi penelitian melalui wawancara, observasi dan dokumen, c. Berperan serta sambil mengumpulkan data, kemudian dibahas dan dimantapkan. 3. Tahap Analisis Data a. Membuat konsep dasar dari analisis data, b. Membuat dan mengembangkan sajian data, c. Menganalisis berdasarkan pengamatan dan pengayaan, d. Merumuskan simpulan akhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
4. Tahap Penulisan Laporan a. Menyusun laporan awal Tahap ini merupakan tahap awal penulisan laporan dimana data-data yang sudah dikumpulkan kemudian disusun sesuai dengan permasalahan untuk dinilai apakah sudah baik untuk dianalisis. b. Menyusun perbaikan laporan Dalam hal ini data-data yang sudah di susun dan dilaporkan atau dikonsultasikan, diperbaiki (revisi) sesuai dengan keadaan sebenarnya, ini dapat berupa cara penulisan data, penambahan data dan penggantian data yang sudah diperoleh. c. Menyusun laporan akhir Penyusunan
ini
merupakan
hasil
akhir
dari
penelitian
dalam
mengumpulkan data-data dari awal sampai akhir yang kemudian dikemas dalam laporan skripsi yang sesuai dengan bentuk dan format penyusunan yang berlaku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kabupaten Sragen adalah salah satu kabupaten yang berada di lingkup Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sragen merupakan gerbang utama Provinsi Jawa Tengah dari sebelah Timur yang langsung berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Ngawi), untuk sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Kabupaten Sragen memiliki banyak potensi dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dari sektor industri. Industri-industri yang terdapat di Kabupaten Sragen antara lain industri mebel yang berada di Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, Kecamatan Miri, Kecamatan Sambungmacan dan Kecamatan Sumberlawang. Industri lainya yang cukup berkembang di Kabupaten Sragen adalah industri batik yang berpusat di dua kecamatan, yaitu kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh.Produksi batik Sragen tidak hanya di pasarkan di sekitar Kabupaten Sragen saja, tetapi sudah dipasarkan secara nasional maupun internasional. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas batik Sragen tidak kalah dengan batik-batik yang dihasilkan oleh kota-kota besar lainya, seperti batik Solo dan batik Yogyakarta. Sentra industri batik yang berada di Kecamatan Masaran dan kecamatan Plupuh letaknya saling berdekatan serta saling berseberangan di sisi utara dan sisi selatan sungai Bengawan Solo, oleh karena itu kawasan industri batik ini juga
artinya tepi sungai. Selain itu kawasan industri batik ini juga sering dikenal dengan industri batik Kliwonan, Kliwonan diambil dari salah satu nama daerah produsen batik yang terletak di Kecamatan Masaran. Selain Desa Kliwonan yang menjadi daerah penghasil batik, di Kecamatan Plupuh juga terdapat beberapa desa penghasil batik salah satunya adalah di Desa Gedongan. Desa Gedongan terletak di seberang Barat Sungai Bengawan solo. Di
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Desa Gedongan terdapat kurang lebih tiga perusahaan batik, salah satunya adalah Perusahaan Batik Ismoyo milik Bapak Marjiyanto. Perusahaan Batik Ismoyo ini berlokasi di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, tepatnya di sebelah Barat makam Ki Ageng Butuh atau sering dikenal dengan makam Butuh. B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Latar Belakang Perusahaan Batik Ismoyo Perusahaan Batik Ismoyo adalah salah satu perusahaan yang berperan penting dalam melestarikan warisan budaya Indonesia, khusunya batik tulis yang telah menjadi ciri khas kain tradisional Jawa. Perusahaan Batik Ismoyo dirintis oleh Bapak Marjiyanto bersama istrinya sejak tahun 1997. Awalnya bapak Marjiyanto adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan batik ternama di Solo, dan istrinya juga merupakan salah satu karyawan di salah satu perusahaan batik yang terdapat di Sragen. Selama bekerja di perusahaan batik di Solo, bapak Marjiyanto juga sambil belajar tentang batik, atau dalam bahasa Jawa di sebut nyatrik. Bapak Marjiyanto termotivasi untuk memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya, yaitu dengan jalan mendirikan usaha batik tulis secara mandiri. Bersama dengan istrinya, bapak Marjiyanto ketika di rumah membuat batik tulis walaupun produksinya juga sangat terbatas, atau bisa di bilang dalam jumlah yang sangat kecil. Hal tersebut di lakukan oleh bapak Marjiyanto sebagai langkah awal untuk mendirikan perusahaan batik yang lebih besar. Kegiatan membuat batik dilakukan oleh bapak Marjiyanto sejak tahun 1997 walaupun tidak dalam jumlah yang besar, tetapi berkat keuletan dan ketelatenan bapak Marjiyanto beserta istrinya maka pada tahun 2005 ,bapak Marjiyanto mulai mengembangkan usaha batiknya dan memutuskan untuk mendirikan perusahaan batik sendiri dengan nama Ismoyo. Nama Ismoyo diambil dari salah satu tokoh wayang yang terkenal, tetapi tidak banyak yang tahu tentang siapa sebenarnya tokoh wayang tersebut. Alasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
bapak Marjiyanto menggunakan nama Ismoyo adalah sebagai berikut, sesuai dengan hasil wawancara dengan beliau : kulo niku seneng kaleh tokoh wayang Ismoyo, nggeh jane mboten katah seng ngertos sinten Ismoyo niku, Ismoyo niku Semar. Kulo seneng kaliyan Ismoyo amargi Ismoyo tiyange jujur padahal uripe nggeh rekoso. Amargo kejujurane niku Semar trus dia di angkat dadi ratu lan ganti jeneng dadi Ismoyo (saya itu suka dengan tokoh wayang Ismoyo, walaupun sebenarnya tidak banyak orang yang tahu tentang siapa itu Ismoyo, Ismoyo itu adalah Semar. Saya suka dengan Ismoyo karena Ismoyo itu orangnya jujur padahal hidupnya juga susah. Karena sifat kejujuran itu Semar lalu di hasil wawancara degan bapak Marjiyanto, 19 Juli 2012). Jadi harapan dari bapak Marjiyanto terhadap perusahaanya tidak jauh dari alasan beliau menggunakan nama dari salah satu tokoh wayang tersebut. Harapan bapak Marjiyanto tidak lain adalah dengan kejujuran yang beliau tanamkan di perusahaannya, maka perusahaannya juga akan menuai kesuksesan dan dapat berkembang dengan baik. Untuk saat ini, Perusahaan Batik Ismoyo sedang dalam proses meng- hak ciptakan nama Ismoyo sebagai nama perusahaannya. Proses penghak ciptakan nama perusahaan ini tidak dalam waktu yang sebentar, tetapi butuh waktu yang cukup lama. Selain itu juga terkendala dengan dana yang di butuhkan untuk mempercepat proses tersebut. Namun
Perusahaan Batik
Ismoyo
sudah
mendapatkan ijin sebagai perusahaan yang memproduksi batik dari Pemerintahan Kabupaten Sragen. 2. Proses Pembuatan Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya sama dengan proses pembuatan batik tulis di tempat pengrajin lainya. Sebelum proses pembuatan batik tulis dimulai, yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses membatik. Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
a. Bahan Bahan
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di
Perusahaan Batik Ismoyo adalah sebagai berikut: 1) Kertas Kertas digunakan untuk pembuatan pola batik tulis. Kertas yang digunakan adalah kertas kalkir, pemilihan kertas kalkir dikarenakan kertas kalkir memiliki sifat transparan, akan memudahkan dalam proses ngemal atau nyorek.
Gambar 4.35. Kertas Kalkir (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 2) Kertas carbon Kertas carbon adalah kertas dengan lapisan tinta kering yang diikat dengan lilin di salah satu sisi. Fungsi kertas carbon adalah untuk mempermudah dalam proses penggadaan atau membuat salinan gambar maupun tulisan. Kertas carbon yang di gunakan dalam proses nyorek memiliki ukuran yang sama dengan pola.
Gambar 4.36. Kertas Karbon (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
3) Kain Kain adalah salah satu bahan yang sangat penting dalam proses pembuatan batik, terutama dalam pembuatan batik tulis. Kain yang digunakan untuk membuat produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo sama halnya dengan batik-batik yang ada di pasaran saat ini. Kain yang digunakan di Perusahaan Batik Tulis Ismoyo yaitu: a) Katun Primisima Penggunaan kain katun jenis primisima dalam pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo karena kain tersebut memiliki kualitas yang baik dan perawatannya cukup mudah. Selain itu kain ini jika di cuci maka kainya tidak akan mengalami penyusutan. Untuk pembelian bahan kain ini, Perusahaan Batik Ismoyo memiliki pelanggan di daerah kota Solo, jadi jika stok kain habis maka pelanggan kain tersebut akan mengantarkan pesanan kain ke rumah bapak Marjiyanto.
Gambar 4. 37. Kain Primisima (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
b) Kain Dobi Kain dobi sama halnya dengan kain katun primisima, hanya saja kain dobi memiliki ciri khas sendiri yaitu kain ini memiliki tekstur yang kasar. Jadi walaupun pemilihan kain dobi yang di gunakan jenis dobi yang paling haluspun, maka tekstur kasar tersebut akan tetap terasa. Stok kain dobi sama dengan stok kain primisima yang memiliki pelanggan di daerah kota Solo.
Gamba 4.38. Kain Dobi (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
c) Kain Sutera Kain sutera yang di gunakan untuk membuat batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah kain sutera ATBM atau kain sutera yang di buat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Pemilihan kain sutera ATBM ini dikeranakan kain sutera jenis ini memiliki terkstur kotakkotak. Pembelian stok kain sutera ATBM ini melalui jasa paket atau jasa pengiriman barang yang langsung di beli dari pelanggan yang berada di daerah Jepara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Gambar 4.39. Kain Sutera ATBM (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4) Malam atau Lilin Batik Malam atau lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tertentu pada kain yang tidak ingin terkena larutan bahan pewarna saat proses pewarnaan. Lilin yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Tulis adalah malam tembokan atau malam yang berwarna coklat tua.
Gambar 4.40. Malam atau Lilin Batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
5) Pewarna Batik Pewarna batik adalah bahan yang digunakan untuk memberi warna pada batik, yang awalnya kain batik bewarna dasar putih menjadi warna sesuai yang diinginkan. Bahan pewarna yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo dalam proses pembuatan batik tulis di perusahaanya adalah pewarna remasol. Remasol merupakan bahan pewarna buatan atau sintetis. Alasan penggunaan bahan pewarna remazol adalah lebih menghemat biaya produksi, selain itu juga mempermudah saat proses pewarnaan kain batik. Walaupun awalnya di Perusahaan Batik Ismoyo ini juga pernah mencoba menggunakan pewarna batik naptol atapun sol, namun setelah berulang kali ganti bahan pewarna bapak Marjiyanto merasa lebih efesien jika menggunakan bahan pewarna remazol. Bahkan jika menggunakan bahan pewarna naptol biaya yang di keluarkan dua kali lipat dari penggunaan bahan pewarna remazol.
Gambar 4.41. Remazol (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 6) Water glass Water glass adalah larutan kimia yang digunakan dalam proses pewarnaan batik yang memiliki fungsi sebagai pengunci atau penguat warna agar tidak luntur. Wujudnya seperti air tetapi agak kental dan warnanya bening, jika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
orang yang belum terbiasa terkena water glass maka tanganya akan terasa gatal-gatal. Water glass yang di gunakan adalah water glass yang cair dan kental. Untuk water glasss yang cair digunakan untuk penguncian warna agar tidak luntur, sedangkan untuk water glass yang kental di gunakan untuk proses pelorodan yang gunanya untuk mempermudah penghilangan lilin batik dari kain. Water glass kental adalah pengganti dari soda abu.
Gambar 4.42. Water glass Cair (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 7) Pigmen Pigmen digunakan
untuk
proses
pencoletan
warna.
Pertimbangan
penggunaan pigmen sendiri adalah lebih efesien, karena jika mencolet menggunakan pewarna remazol akan lebih sulit karena harus mencolet water glass cair juga. 8) Kostik Kostik adalah sejenis bahan kimia yang di gunakan untuk mempermudah zat pewarna larut, kostik yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo adalah jenis kostik soda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
b. Alat Alat atau perlengkapan yang digunakan dalam proses membatik di Perusahaan Batik Ismoyo sama halnya dengan peralatan yang digunakan untuk membatik di tempat-tempat lainya. Berikut alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis:
1) Alat-alat untuk proses pembuatan pola a) Meja pola Meja pola adalah meja yang digunakan untuk membuat pola. Meja pola ini memiliki bentuk dan konstruksi yang sama seperti meja biasanya, persegi ataupun persegi panjang. Hanya saja yang membedakan meja pola dengan meja pada umumnya adalah permukaanya, permukaan meja pola terbuat dari kaca yang tebal hal ini dimaksudkan agar saat digunakan untuk membuat desain atau pola kaca ini tidak pecah. Pada bagian bawah kaca di letakkan lampu, peletakkan lampu pada bagian bawah kaca memiliki tujuan agar saat membuat pola lebih terang dan jelas. b) Pensil Pensil yang digunakan dalam pembuatan pola adalah pensil yang biasanya tertera kode B pada batang pensil tersebut. Pemilihan pensil ini, karena pensil yang berkode B memiliki sifat yang lunak dan hitam, sehingga ketika digunakan untuk membuat pola di kain akan terlihat jelas dan tidak mudah terhapus jika terkena oleh tangan. c) Penghapus Penghapus di sini digunakan jika terjadi kesalahan ketika dalam proses pembuatan pola batik di atas kain. Penghapus yang digunakan adalah penghapus yang bersih dan terbuat dari karet, hal ini dimaksudkan jika penghapus tersebut digunakan maka tidak akan membuat kain menjadi kotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
d) Penggaris Penggaris di sini digunakan untuk mempermudah saat membuat pola garis lurus. Garisan yang di gunakan adalah garisan yang terbuat dari mika atau berbahan plastik yang memiliki panjang 60 cm.
Gambar 4.43. Alat dan Bahan untuk Membuat Pola (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Alat-alat untuk proses mola atau nyorek a) Meja Meja yang di gunakan untuk proses mola atau nyorek sama seperti meja pada umumnya, ukuranya kurang lebih 160 cm x 180 cm, meja ini terbuat dari kayu dan konstruksinya harus kuat agar saat di gunakan dalam proses nyorek meja tidak goyang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Gambar 4.44. Meja untuk Nyorek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) b) Pensil Pensil yang digunakan untuk proses nyorek adalah pensil yang memiliki kode B. Penggunaan pensil ini dikarenakan sifat dari pensil yang lunak, sehingga mudah ketika di goreskan di atas kain.
Gambar 4.45. Pensil 2B (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) c) Lampu Lampu disini berfungsi sebagai alat penerangan saat dalam proses nyorek. Penggunaan lampu sangat penting, karena dengan bantuan lampu maka proses nyorek lebih mudah dan gambar pola yang terletak pada bagian paling bawah menjadi terlihat dengan jelas. d) Penggaris Penggaris yang di gunakan dalam proses ini bukanlah penggaris yang sesungguhnya atau penggaris yang terbuat dari mika, tetapi penggaris yang di gunakan adalah batangan alumunium. Panjangnya kurang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
120 cm. Alasan penggunaan penggaris ini karena penggaris ini dapat di gunakan dalam jangka waktu panjang.
Gambar 4.46. Penggaris (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) e) Klip Klip yang di gunakan adalah klip yang biasanya di gunakan untuk menjepit kertas. Fungsinya sendiri dalam proses ini adalah untuk menjepit tumpukan kain yang akan di corek agar nantinya tidak gesergeser. Yang di butuhkan adalah dua klip, untuk menjepit sisi kanan atas dan sisi kiri atas.
Gambar 4.47. Klip (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
f) Pemberat Pemberat difungsikan untuk menindih kain yang akan di corek, pemberat di sini dapat menggunakan apa saja yang terpenting tidak mengganggu saat dalam proses nyorek dan tidak mengotori kain. Dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
proses ini, tukang menggunakan dinamo bekas mesin jahit sebagai penindihnya.
Gambar 4.48. Dinamo Mesin Jahit Bekas (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 3) Alat-alat untuk proses pembatikan a) Canting Canting dalam proses pembuatan batik tulis adalah alat yang sangat penting, karena batik tulis adalah batik yang dibuat dengan menggunakan canting dalam proses penorehan malam batik ke kain dan batik tulis memiliki ciri khas dengan motif yang terlihat lues. Canting yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo dalam proses pembatikan adalah sebagai berikut: (1) Canting Klowong Canting klowong adalah canting yang dipakai untuk proses awal dalam pembatikan atau proses pembatikan secara global motif batik pada kain. Canting klowong memiliki diameter cucuk antara 1 mm sampai 1 ½ mm.
Gambar 4.49. Canting Klowong (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
(2) Canting Cecek Canting cecek adalah canting yang digunakan dalam proses isenisen. Isen-isen disini yaitu membuat garis-garis atau titik-titik pada motif batik. Canting cecek adalah canting yang memililiki paruh yang paling kecil diantara canting-canting lainya. Cucuk canting cecek ini hanya berdiamerter ¼ mm sampai ½ mm.
Gambar 4.50. Canting Cecek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) (3) Canting Tembokan Canting tembokan adalah canting yang biasanya di gunakan untuk proses nemboki atau ngeblok. Canting ini memiliki ukuran cucuk yang besar, kurang lebih 2 mm.
Gambar 4.51. Canting Tembokan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) (4) Canting Ceret Canting ceret adalah canting yang digunakan untuk membuat garis ganda yang sejajar dalam sekali goresan. Canting ceret memiliki dua cucuk yang berjajar dan memiliki diameter cucuk yang sama kurang lebih 1 mm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Gambar 4.52. Canting CeretCucuk Dua (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
cukup menggunakan tiga jenis canting yang berbeda, antara lain canting klowong,
juga menggunakan jenis canting yang lain, namun yang sering di gunakan adalah empat canting yang sudah di jelaskan di atas. b) Kompor Kompor disini memilliki fungsi sebagai perapian dalam proses memanaskan lilin atau malam batik yang telah di tempatkan di atas wajan. Kompor yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo sama seperti kompor yang biasanya digunakan untuk memasak, hanya saja kompor yang digunakan untuk membatik ukuranya lebih kecil dan hanya memiliki 6 sumbu kompor. Dalam penggunaan kompor dalam proses membatik perlu diperhatikan nyala apinya. Api yang digunakan harus stabil, tidak boleh terlalu besar ataupun terlalu kecil. Kestabilan nyala api perlu dijaga agar cairan malam batik yang sudah mencair memiliki kekentalan yang stabil.
c) Wajan Pada umumnya wajan adalah alat yang digunakan untuk memasak. Dalam proses pembatikan, wajan memiliki fungsi untuk memasak atau mencairkan malam batik. Wajan disini bentuknya sama dengan wajan yang biasa digunakan untuk memasak, hanya saja ukuranya lebih kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Diameter wajan yang digunakan dalam proses pembatikan kurang lebih 20 cm dan memiliki ketebalan 3 mm.
Gambar 4.53. Kompor dan Wajan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) d) Gasakan Gasakan adalah alat yang digunakan untuk menghapus tetesan malam batik.Gasakan terbuat dari bambu yang diraut menyerupai pensil kemudian ujungnya di lilit dengan kain kaos dan kaleng bekas susu yang memiliki fungsi untuk memanaskan air yang sudah dicampur dengan detergen. Selain itu, gasakan dilengkapi dengan sikat gigi dan gayung.Sikat gigi digunakan untuk membersihkan bekas bagian yang di gasak, sedangkan gayung diisi dengan air dan digunakan untuk mencuci sikat gigi tadi. Gasakan yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo terdapat dua ukuran yaitu kurang lebih memiliki panjang 15 cm diameter 5mm dan panjang 10 cm diameter 3 mm. Penempatan gasakan adalah di tengahtengah wajan yang berisi malam batik, hal ini bertujuan agar air yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
ada dalam kaleng tetap panas dan hal tersebut mempermudah dalam proses penghapusan.
Gambar 4.54. Gasakan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
e)
Dingklik Dingklik memiliki fungsi untuk tempat duduk. Dingklik bentuknya seperti kursi, hanya saja lebih pendek kurang lebih tingginya hanya 30 cm dan bentuknya kotak atau persegi panjang. Dingklik biasanya terbuat dari kayu. Kayu yang digunakna harus kayu yang kuat, karena dingklik digunakan untuk duduk dalam waktu yang tidak sebentar.
f)
Gawangan Gawangan memiliki fungsi untuk meletakkan atau menyampirkan kain yang akan dibatik. Konstruksi gawangan hanya terdiri dari dua kaki dan kayu yang melintang di atas kedua kaki.Ukuranya memiliki lebar kurang lebih 120 cm dan tinggi kurang lebih 78 cm. Gawangan biasanya terbuat dari bambu, tapi gawangan yang digunakan di Perusahaan Batik Ismoyo adalah gawangan yang terbuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
dari kayu. Pemilihan gawangan yang terbuat dari kayu agar gawangan lebih kuat dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang.
Gambar 4.55. Gawangan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 4) Alat-alat untuk proses pewarnaan a) Ember Kegunaan ember dalam proses pembuatan batik tulis adalah sebagai alat penampung zat pewarna untuk proses pencoletan dan pencelupan kain yang sudah dibatik ke dalam larutan pewarna. Ember yang digunakan tidak hanya satu, tetapi menyesuaikan jumlah warna yang akan di pakai. Ember di sini ukuranya sedang, kurang lebih memiliki diameter 50 cm. Selain ember digunakan untuk proses pencelupan dan pencoletan, ember juga digunakan untuk mencampur water glasss denga kostik. b) Bak celup Bak celup di sini memiliki fungsi yang sama dengan kegunaan ember, yaitu untuk tempat penampungan zat pewarna yang digunakan dalam proses pencelupan warna. Bak celup yang di gunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo terbuat dari batu bata dan semen, menyerupai bangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
yang sifatnya permanen. Ukuranya memiiki panjang kurang lebih 130 cm, lebar 60 cm dan tinggi atau kedalaman 10 cm. Bak celup yang digunakan dalam proses pewarnaan tidak hanya satu, tetapi ada dua bak celup.
Gambar 4.56. Bak Celup (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) c) Timbangan Timbangan memiliki fungsi untuk menimbang zat warna yang akan digunakan untuk pencelupan. Timbangan yang digunakan adalah timbangan yang hanya dapat menimbang maksimal 1900 ons.
Gambar 4.57. Timbangan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
d) Pider Pider adalah alat yang digunakan untuk proses pemberian water glass atau pengunci warna setelah proses pencelupan warna. Pider ini penggunaanya manual, bisa bergerak dengan cara diputar dengan tangan. Pemakaian alat pider ini harus dua orang untuk mempermudah prosesnya. Penggunaan pider dipilih karena dirasa mempersingkat proses pemberian water glass, selain itu dengan menggunakan alat pider pemberian water glass juga lebih rata.
Gambar 4.58. Pider (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) e) Plastik Plastik di sini berfungsi sebagai alas saat proses pemberian water glass, selain itu juga digunakan untuk membungkus kain yang sudah diberi water glass. Membungkus kain yang sudah di beri water glass dengan plastik memiliki tujuan agar penguncian warna semakin baik hasilnya, Plastik yang digunakan adalah plastik bening yang miliki lebar kurang lebih 120 cm. f) Bak Air Penggunaaan bak air dalam proses pewarnaan adalah untuk mencuci kain batik yang sudah di beri water glass. Bak air yang digunakan di buat permanen menggunakan batu bata campuran semen dan pasir,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
sedangkan untuk ukuranya memiliki panjang kurang lebih 120 cm lebar kurang lebih 80 cm dan kedalaman kurang lebih 20 cm. pemilihan menggunakan bak air yang permanen dan buatan sendiri adalah dapat menampung lebih banyak kain yang akan di cuci dan bak air ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Gambar 4.59. Bak Air (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) g) Angkong Angkong adalah sejenis alat untuk mengakut barang. Bentuknya seperti gerobak, namun lebih kecil, terbuat dari fiber dan hanya memiliki satu roda saja, namun di bagian belakang terdapat dua penyangga seperti kaki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
5) Alat-alat untuk proses pelorodan dan finishing a) Drum Drum disini memiliki fungsi untuk merebus air yang akan digunakan untuk proses nglorod. Drum yang digunakan memiliki diameter kurang lebih 60 cm dan tinggi kurang lebih 120 meter. b) Tungku Tungku di fungsikan sebagai alat pemanas air. Di perusahaan ini tungku yang di gunakan adalah tungku buatan yag terbuat dari campuran semen dan pasir. Pemilihan tungku buatan sendiri karena tungku ini lebih kokh dan dapat di gunakan dalam jangka waktu yang panjang. c) Bambu Penggunaan bambu dalam proses pelorodan adalah untuk mengaduk kain batik yang akan di lorod dalam drum yang berisi air mendidih. Bambu yang digunakan memiliki panjang kurang lebih 120 cm dan berdiameter kurang lebih 8 cm.
Gambar 4.60. Drum, Tungku dan Bambu (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
d) Bak Air Bak di sini memiliki fungsi untuk mencuci kain batik yang sudah dilorod. Bak yang digunakan terdiri dari 2 bak yang memiliki ukuran panjang kurang lebih 120 cm lebar kurang lebih 80 cm dan kedalaman kurang lebih 20 cm. Bak yang digunakan memiliki sifat permanen yang dibuat dengan menggunakan batu bata dan semen. e) Gayung Penggunaan gayung dalam proses pelorodan adalah untuk menyaring sisa malam dalam proses pelorodan. Gayung yang digunakan terlebih dahulu dilubangi, hal tersebut agar dapat untuk memisahkan antara malam batik dan air. Setelah tersedia seluruh bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, langkah selanjutnya adalah memulai proses pembuatan batik tulis. Proses atau tahapan-tahapan pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan 1) Pembuatan desain batik Pembuatan desain batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo biasanya dilakukan oleh Bapak dan Ibu Majiyanto sendiri, tetapi untuk beberapa tahun terakhir ini, pembuatan desain batik diserahan kepada orang yang dipercaya oleh Perusahaan Batik Ismoyo, tetapi terkadang Bapak Marjiyanto turun tangan langsung dalam pembuatan desain batik tersebut. Desain tidak sepenuhnya ide dari sang pendesain batik tulis, tetapi di Perusahaan Batik Ismoyo ini, konsumen dapat memesan batik tulis sesuai dengan desain yang diinginkan. Desain yang di buat oleh Perusahaan Batik Ismoyo juga beraneka ragam, mulai dari flora, fauna maupun perpaduan dari keduanya. Batik tulis di perusahaan ini juga membuat desain batik peraduan antara motif-motif batik kraton dan motif batik kreasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
Desain-desain batik tulis yang sudah di produksi tidak langsung di buang begitu saja, tetapi desain-desain tersebut di simpan yang nantinya akan berguna untuk menjadi inspirasi dalam menciptakan desain yang baru. Selain itu desain-desain yang sudah ada juga dapat saling di kombinasikan satu sama lain sehingga akan menghasilkan desain batik tulis yang unik dan beranekaragam.
Gambar 4.61. Contoh Desain (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 2) Pemotongan kain Pemotongan kain dilakukan sendiri oleh bapak Marjiyanto yang di yang di bantu oleh karyawanya. Alat yang di gunakan dalam proses pemotongan ini adalah gunting, pensil dan penggaris. Untuk ukuranya sendiri disesuaikan dengan kebutuhan kain tersebut untuk membuat kain batik untuk apa, misalnya untuk kemeja laki-laki berlengan pendek maka panjang kain yang di butuhkan adalah 200 cm, kemeja untuk laki-laki berlengan panjang panjang kain yang dibutuhkan adalah 250 cm, dan untuk jarik panjang kain yang di butuhkan adalah 260 cm. 3) Mola danNyorek Mola dan nyorek adalah proses pemindahan gambar dari kertas ke kain yang akan di batik. Dalam proses ini alat yang digunakan adalah meja,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
pensil, dan penggaris. Dalam proses ini, Perusahaan Batik Ismoyo mempercayakan pekerjaan ini kepada dua orang tukang yang di kerjakan di rumah tukang tersebut. Cara nyorek adalah pola di letakkan diatas meja paling bawah, kemudian lapisan atasnya di beri kertas carbon, selanjutnya di lapisi lagi dengan kain yang akan di corek. Lapisan kertas carbon dan kain di ulangi sampai kainya 4 lapis. Setelah lapisan antara pola, kertas carbon dan kain sudah siap, tahap selanjutnya adalah menjepit bagian atas kanan dan kiri lapisan tersebut dengan klip serta memberi pemberat pada bagian tengah atas lapisan tersebut. Jika semuanya sudah siap, maka proses nyorek dapat dilakukan, yaitu dengan cara ngeblat pola yang sudah disediakan ke atas kain. Penggunaan kertas carbon di sini adalah untuk mempercepat proses nyorek selain itu dapat lebih efesien dari segi waktu dan tenaga. Jika tidak menggunakan kertas carbon maka harus satu-persatu dan itu akan menghabiskan waktu dan tenaga. kulo nek sekali nyorek niku nggeh rangkep sekawan, misal mboten ngoten nggeh mengke seng mbatik nenggone sue. Sedinten niku misal ngoyo nggeh paling mboten nem belas kain saged dados, tapi misal alon-alon nggeh paling wolong lembar (saya kalau sekali nyorek itu berlapis empat, jika tidak begitu nanti kasian yang membatik menunggu lama. Sehari kalau dipaksakan paling tidak enam belas lembar kain bisa jadi, tetapi jika pelanpelan tukang nyorek Ibu Sukini, 20 Juli 2012). Sebelum kain dicorek, kain terlebih dahulu di potong sesuai dengan kebutuhan. Jika kain akan digunakan untuk kemeja laki-laki maka kain harus di patron terlebih dahulu. Patron adalah membagi kain menjadi tujuh bagian, setiap bagian nanti akan di gunakan untuk pola baju. Bagianbagian untuk patron tersebut adalah: a) Satu bagian untuk pola kerah b) Satu bagian untuk pola saku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
c) Satu bagian untuk pola punggung d) Dua bagian untuk pola dada e) Dua bagian untuk pola lengan Dalam proses ini tidak perlu menggunakan penghapus, jika terjadi kesalahan dalam jumlah kecil maka hanya perlu di beri tanda silang (X) saja maka pengrajin batik akan mengerti jika yang di beri tanda silang tersebut adalah salah, dan jika kesalahanya dalam jumlah besar yang harus dilakukan adalah mencuci kain tersebut dengan detergen. Membuat pola adalah menggambar ornamen-ornamen batik. Ornamen-ornamen batik di sini menjadi landasan pertama dalam menentukan motif batik yang akan di buat. Pola yang di buat di gambar di atas kertas kalkir dan menggambarnya menggunakan pensil. Pembuatan pola adalah dalam ukuran sebenarnya, karena pola ini nanti yang akan di pindahkan atau diblat ke atas kain yang akan di batik. Pekerjaan pembuatan pola ini juga diserahkan kepada tukang yang memang sudah lama bekerja dengan Perusahaan Batik Ismoyo.
Gambar 4.62. Proses Nyorek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
b. Tahap pembatikan 1) Pembatikan kerongko Yang di maksud membatik kerongko adalah membatik kerangka secara global pada motif batik. Dalam proses pembatikan ini lilin batik yang digunakan adalah lilin batik jenis klowongan, karena lilin batik jenis ini memiliki sifat yang tidak mudah patah. Sedangkan canting yang digunakan adalah canting klowongan. Dalam bahasa Jawa proses ini disebut ngengrengi.
Gambar 4.63. Proses Ngengrengi (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Ngisen-iseni Setelah proses pembatikan motif secara global selesai atau ngengrengi, proses selanjutnya adalah ngisen-iseni. Ngisen-iseni adalah proses pemberian isen-isen pada motif. Isen-isen di sini bisa berupa cecek, sawut, ataupun berupa garis, baik garis tunggal ataupun ganda. Pemberian isen-isen tergantung motif apa yang sedang dikerjakan. Dalam proses ini canting yang digunakan adalah canting cecek atau canting ceret yang memiliki cucuk leboh dari satu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Proses ngisen-iseni ini sebenarnya tidak harus dilakukan setelah proses ngengrengi, tetapi dapat dilakukan setelah proses nyolet. Hal tersebut tergantung dari warna dan motif batik tulis yang akan di gunakan.
Gambar 4.64. Proses Ngisen-iseni (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
3) Penyeleksian kain batik Yang di maksud seleksi kain adalah menyeleksi kain batik yang sudah melalui proses pembatikan kerongko dan ngisen-iseni, dalam proses seleksi kain batik ini memiliki tujuan untuk melihat kesempurnaan cantingan malam. Jika cantingan malam ada yang belum sempurna atau cacat, maka kain tersebut harus kembali di canting terlebih dahulu baru kemudian dapat di proses selanjutnya. Kesempurnaan cantingan dalam membatik sangat mempengaruhi kualitas batik tulis yang di hasilkan. 4) Nyolet Proses nyolet di sini yang dimaksud adalah penorehan pewarna kain pada bagian-bagian tertentu di kain. Pencoletan warna disini menggunakan pewarna kain remazol (pewarna sintetis). Alat yang digunakan adalah baskom kecil untuk tempat larutan warna dan spon yang digunakan untuk mencolet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Nyolet di sini tidak semua permukaan kain di beri larutan pewarna, tetapi tergantung bagian mana yang ingin di beri warna. Dalam proses ini, diperlukan ketelitian dan kesabaran dalam melakukan pekerjaan ini, karena biasanya bagian-bagian yang di colet adalah bagian-bagian yang kecil dari motif. Dalam proses ini, Perusahaan Batik Ismoyo menyerahkanya kepada tukang yang memang sudah menjadi langganan dari perusahaan ini.
Gambar 4.65. Contoh coletan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 5) Ngeblok atau nembok Ngeblok atau nembok adalah menutup bagian tertentu dengan lilin batik pada kain yang akan di buat batik tulis dengan tujuan sebagai perintang warna atau menolak warna yang tidak dikehendaki. Proses ini juga memerlukan ketelitian dan kesabaran, karena jika terjadi kesalahan dalam proses ini, maka harus menghapus lilin tersebut yang sudah terlanjur di torehkan ke kain batik. Biasanya proses ini dilakukan setelah proses nyolet, jadi bagian yang di blok adalah bekas yang di colet. Dalam proses ini canting yang digunakan adalah canting yang memiliki cucuk paling besar atau sering di sebut canting tembokan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
Gambar 4.66. Contoh Kain Batik yang Diblok (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) c. Tahap pewarnaan batik 1) Penyeleksian kain Seleksi kain di sini sama halnya dengan penyeleksian kain yang pertama, hanya saja penyeleksian kain pada tahapan kedua ini yang harus diperhatikan adalah kesempurnaan cantingan dan pencoletan warna, jika pencoletan warna belum sempurna atau ada yang cacat, maka kain tersebut harus dicolet ulang terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke dalam proses selanjutnya. Penyeleksian kain ini juga memiliki tujuan untuk menjaga kualitas batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo. Penyeleksian kain batik yang akan di lorod ini di lakukan langsung oleh bapak Marjiyanto.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Gambar 4.67. Proses seleksi kain batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Penyiapan pewarna remazol yang akan digunakan Dalam proses pewarnaan kain batik, tentu saja bahan yang paling pokok adalah bahan pewarna. Di Perusahaan Batik Ismoyo bahan pewarna yang di gunakan adalah remazol. Ukuranya sendiri jika warna yang akan digunakan adalah warna hitam, maka 1 ons remazol di tambah dengan campuran air 1 liter, jika warna yang di gunakan selain warna hitam maka ukuranya setiap 40 gram pewarna dengan campuran 1 liter air. Ukuran penggunaan bahan pewarna tersebut di gunakan untuk lima potong kain. Dalam proses ini alat yang digunakan adalah ember dan timbangan, untuk bahan tambahannya selain pewarna tentu saja air. Untuk pencampuran warna ini di lakukan langsung oleh bapak Marjiyanto dan di bantu oleh seorang karyawan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Gambar 4.68. Proses penimbangan bahan pewarna (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
3) Pencelupan kain batik ke larutan warna Setelah zat pewarna yang akan digunakan telah disiapkan, maka proses selanjutnya adalah pencelupan kain batik yang sudah melalui beberapa tahapan sebelumnya dicelup ke dalam larutan pewarna. Alat yang digunakan dalam proses pencelupan ini bisa menggunakan bak air ataupun ember, hal tersebut tergantung jumlah kain batik yang akan dicelup. Jika kain batik yang akan dicelup dalam jumlah banyak, maka yang digunakan untuk proses mencelup adalah bak air. Pencelupan kain batik disini dilakukan satu-persatu atau lembarperlembar dan dibolak-balik supaya warnanya merata keseluruh bagian kain. Setelah kain batik dicelup, maka kain batik tersebut ditiriskan sampai pewarna kain tidak menetes lagi. Dalam proses pencelupan di Perusahaan Batik Ismoyo ini dilakukan oleh tiga karyawan laki-laki dan bapak Marjiyanto sendiri. Pencelupan ini tidak dilakukan setiap hari, pencelupan ini biasanya dilakukan dua atau tiga hari sekalim semua itu tergantung dari jumlah kain batik yang sudah siap untuk dicelup. Alasan bapak Marjiyanto turun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
terkadang niku kulo
(terkadang saya juga tidak puas jika bukan saya sendiri yang membuat racikkan warnanya). (hasil wawancara dengan bapak Majiyanto, 27 Juli 2012).
Gambar 4.69. Proses Nyelup (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4) Pemberian kain batik dengan campuran water glass dan kostik Setelah proses pencelupan selesai dan kain batik sudah ditiriskan, proses selanjutnya adalah pemberian kain batik tersebut dengan water glass yang di campur dengan kostik. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah water glass, kostik, air panas untuk campuran kostik dan air biasa. Sedangkan untuk alatnya sendiri adalah ember yang digunakan untuk mencampur water glass, pider yang akan digunakan untuk proses pemberian kain batik dengan water glass dan plastik yang akan digunakan untuk membungkus kain batik yang sudah diberi water glass. Pemberian water glass ini dilakukan satu-persatu supaya water glass dapat merata ke seluruh bagian kain. Alasan penggunaan pider dalam proses ini adalah untuk mempermudah pekerjaan dan penghematan waktu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
selain itu dengan menggunakan pider water glass juga akan dapat merata keseluruh bagian kain. Setelah kain batik diberi larutan water glass dan kostik, proses selanjutnya adalah pembungkusan kain batik tersebut dengan menggunakan plastik yang sudah disiapkan. Proses pembungkusan ini dilakukan sekitar 15 sampai 20 menit, tujuanya sendiri adalah supaya warna dan water glass semakin meresap ke kain.
Gambar 4.70. Proses Pemberian Water glass Cair (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
5) Pencucian Setelah kain yang sudah diberi water glass selesai didiamkan, proses selanjutnya adalah mencuci kain tersebut dengan air bersih. Alat yang dibutuhkan dalam proses ini adalah bak air. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk menghilangkan water glass yang terdapat pada kain sebelum akhirnya kain tersebut di lorod. Pencucian ini dilakukan berulang-ulang sampai water glass benar-benar hilang dari kain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
Gambar 4.71. Proses Pencucian (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Dalam proses pewarnaan di Perusahaan Batik Ismoyo ini dikerjakan oleh tiga orang karyawan laki-laki yaitu bapak Giyono, bapak Wandi dan bapak Sarwanto serta bapak Marjiyanto sendiri. d. Tahap pelorodan dan finishing 1) Penyiapan alat dan bahan Sebelum proses pelorodan di lakukan, hal yang harus di lakukan pertama kali tentu saja menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam proses ini. Alat yang di gunakan adalah drum atau tong yang akan di gunakan untuk proses perebusan kain batik, bambu digunakan untuk mengaduk-aduk kain batik yang sedang di rebus, gayung di gunakan untuk menyaring malam atau lilin batik , tungku di gunakan sebagai alat pemanas air yang berada di dalam tong, bak air di gunakan untuk mencuci
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
kain yang sudah selesai di lorod, gawangan yang akan di gunakan untuk menyampirkan atau meniriskan kain batik yang sudah di cuci dan angkong yang akan digunakan untuk membawa kain-kain batik yang siap untuk di jemur ke tempat penjemuran. Bahan yang di gunakan dalam proses ini hanyalah air biasa yang nantinya akan di rebus sampai benar-benar mendidih dan water glass kental. Untuk ukuran penggunaan water glass kental sendiri dalam sekali proses nglorod kurang lebih ½ sampai 1 liter, jika nanti dalam proses nglorod sudah agak sulit maka water glass kental dapat di tambahkan lagi, jadi penggunaan water glass kental di sini sesuai denga kebutuhan. 2) Pelorodan Setelah alat dan bahan di siapkan, maka yang perlu di lakukan sebelum proses pelorodan adalah memanaskan air terlebih dahulu. Air yang digunakan adalah air biasa, banyaknya penggunaan air ini adalah kurang lebih satu drum penuh. Pemanasanya sendiri menggunakan tungku yang berbahan bakar dari kayu bakar, hal tersebut di pilih karena lebih menghemat biaya produksi. Setelah air dalam drum mendidih, maka water glass kental di masukkan ke dalam air yang sudah mendidih tersebut proses selanjutnya adalah memasukan satu-persatu kain batik yang akan di lorod, kemudian satu persatu kain di aduk atau di angkat kemudian di masukan lagi kedalam drum menggunakan bambu. Tujuan dari pengadukan ini adalah untuk mempercepat proses pelepasan lilin yang menempel di kain batik. Dalam proses pelorodan ini kain yang di masukan dalam sekali pengadukan antara 3 sampai 5, hal ini di karenakan memaksilmalkan proses pelorodan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
Gambar 4.72. Proses Nglorod (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
3) Pencucian kain Setelah lilin batik atau malam yang terdapat pada kain benar-benar hilang, proses selanjutnya adalah pencucian kain tersebut ke dalam bak air. Bak air di sini yang dibutuhkan adalah dua bak air, hal tersebut dikarenakan agar pencucian kain benar-benar bersih. Pencucian kain ini menggunakan air biasa yang di tempatkan di dalam bak air. Pencucian dilakukan dengan mengucek kain agar lilin batik yang masih menempel pada kain dapat benar-benar hilang. Jika masih ada sisa lilin batik yang masih menempel pada kain dan tidak memungkinkan di hilangkan denga pencucian, maka kain tersebut harus dilorod ulang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
karena jika masih ada sisa lilin batik pada kain maka hal tersebut akan mengurangi kualitas batik tulis yang akan dihasilkan.
Gambar 4.73. Proses pencucian setelah kain dilorod (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 4) Penjemuran Setelah proses pelorodan dan pencucian kain selesai, proses selanjutnya adalh penjemuran kain batik tersebut langsung di bawah matahari. Alat yang di gunakan dalam proses ini adalah angkong yang berfungsi sebagai pengangkut kain-kain batik yang akan di jemur ke tempat penjemuran. Tempat penjemuran di Perusahaan Batik Ismoyo berada di tempat yang berbeda, jaraknya kurang lebih 35 meter dari tempat produksi. Tempat penjemuran ini berada di ruangan terbuka dan terbuat dari bilahbilah bambu. Penjemuran ini dilakukan sampai menunggu kain benarbenar kering, jika matahari sedang terik waktu yang di butuhkan untuk menunggu kain batik tersebut kurang lebih 2 sampai 3 jam saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Gambar 4.74. Proses penjemuran kain batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
5) Finishing Untuk finishing, bapak Marjiyanto mempercayakannya kepada konveksi-konveksi
yang
memang
sudah
menjadi langganan
dari
perusahaan ini. Konveksi-konveksi tersebut antara lain berada di sekitar Perusahaan Batik Ismoyo dan terdapat di Kecamatan Gemolong, Sragen. 3. Produk Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Produk batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo untuk saat ini hanyalah untuk dewasa, baik laki-laki ataupun wanita. Dulu pernah membuat baju untuk anak-anak, tetapi peminatnya sangat sedikit sekali sehingga bapak Marjiyanto memutuskan untuk tidak memproduksi batik tulis untuk anakanak, kalaupun memproduksi itu hanya jika ada kain batik tulis sisa yang bisa di manfaatkan. Tidak semua kain batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo di jadikan produk siap pakai, tetapi juga di jual dalam bentuk kain batik tulis. Harganya sendiri Rp. 450.000-, sampai Rp. 1.000.000-, untuk kain batik tulis yang berbahan sutera ATBM, Rp. 125.000-, sampai Rp. 300.000-, untuk kain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
batik tulis yang berbahan dobi dan primisima. Yang mempengaruhi mahal atau tidaknya harga batik tersebut adalah segi motifnya, semakin sulit dan penuh motif batik tulis tersebut, maka harga batik tulis tersebut akan semakin mahal.
Gambar 4.75. Contoh batik tulis berbahan sutera ATBM (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4. Ciri Khas Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo terdiri dari berbagai macam motif dan warna. Setelah membandingkan dengan batik tulisbatik tulis yang terdapat di daerah Kabupaten Sragen, ternyata batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo tidak memiliki ciri khas tersendiri, jadi yang dapat
membedakan batik tulis ini batik tulis yang di produksi oleh
Perusahaan Batik Ismoyo atau bukan adalah dengan melihat merek yang biasanya tertera pada produk batik tulis tersebut. batik tulis teng mriki niku mboten enten ciri khase, nggeh pokoke sami kaliyan batik tulis-batik tulis seng enten teng daerah Sragen. Wong nek ajeng ndamel batik tulis seng benten supoyo enten ciri khase nek misal sae nggeh mesti pengrajin batik tulis liyane mesti nggeh melu-melu ndamel ngeteniku. Saged ngerti niku batik tulis Ismoyo nopo mboten nggeh saking
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
merek seng enten teng klambine niku (batik tulis yang ada di sini itu tidak ada ciri khasnya, yang pasti sama dengan batik tulis-batik tulis yang ada di daerah Sragen. Seandainya ingin membuat batik tulis yang berbeda supaya ada ciri khasnya semisal bagus pasti pengrajin batik tulis yang lain juga ikut-ikutan membuat yang seperti itu. Ya bisa tahu itu batik tulis Ismoyo (hasil wawancara dengan bapak Marjiyanto, 20 Juli 2012). Selain itu memang biasanya pengrajin atau perusahaan satu sama lainya saling bekerjasama atau mendapatkan inspirasi motif batik tulis dari produk yang telah di buat oleh pihak lain. Walaupun akhirnya juga terdapat perbedaan dalam motif tersebut, tetapi perbedaan tersebut bukanlah yang bersifat paten atau tetap sehingga hal tersebut belum bisa di katakan sebagai ciri khas dari produk batik tulis tersebut. 5. Sistem Pemasaran Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Dua tahun terakhir ini pemasaran batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo difukoskan ke showroom yang di miliki oleh Perusahaan Batik Ismoyo yang terdapat di pasar Tamrin Jakarta Pusat. Perusahaan Batik Ismoyo memiliki tiga buah showroom di pasar Tamrin yang di kelola oleh kedua putri bapak Marjiyanto. Untuk alamat lengkap showroom Perusahaan Batik Ismoyo adalah Thamrin City Lt. Dasar, Blok A 5 No. 1, Blok A 6a No. 2, Blok A 7a No. 1. Jl. Thamrin Boulevard, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tetapi jika ada konsumen yang memesan batik tulis ke Perusahaan Batik Ismoyo juga akan di layani, tergantung dari kesibukan dari perusahaan tersebut. Pengiriman barang ke showroom yang terdapat di pasar Tamrin melalui jasa paket, pemaketan barang biasanya di lakukan seminggu sekali, tetapi jika memang stok batik tulis di showroom habis maka pengiriman barang tidak perlu menunggu selama satu minggu sekali. Setiap kali pengiriman barang, jumlahnya bisa mencapai 230 potong batik tulis, 30 potong untuk batik tulis yang berbahan sutera ATBM, 100 potong untuk batik tulis yang menggunakan bahan katun primisima dan 100 potong untuk batik tulis yang menggunakan bahan dobi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Terkadang jika saat lebaran, Perusahaan Batik Ismoyo tidak dapat memenuhi pemesanan dari pihak luar, karena lebih memfokuskan produksi yang akan di jual di showroom yang terdapat di pasar Tamrin. 6. Dampak Perusahaan Batik Ismoyo Pada Lingkungan Sekitar Perusahaan Batik Ismoyo berdiri di tengah-tengah perkampungan, hal tersebut tentu saja memiliki dampak terhadap masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Ketika melakukan dengan salah satu karyawan Perusahaan Batik Ismoyo, Bapak Giyono menjelaskan bahwa : nek kulo jane nggeh beruntung enten batik Ismoyo niki, awale kulo niku jane nggeh gadah usaha batik tulis kiyambak tapi sekitar tahun 1986 batik tulis teng Sragen niku kalah saing kaleh batik-batik liyane, dadose nggeh kulo gulung tikar. Pemerintahan Sragen sekitar tahun 1990 niku gadah inisiatif pripun carane batik tulis teng Sragen niku bangkit meleh, lha seng di lakokne pemerintah Sragen niku ngedekne koperasi kaliyan ngadakne pembekalan kagem pengrajin-pengrajin batik tulis seng gulung tikar niku. Kendalane niku jane nggeh teng ragate, nggeh pas pak Marjiyanto ngrintis batik Ismoyo niki kulo nyambut damel nggene pak Marjiyanto ngantos sakniki (saya itu sebenanya beruntung ada batik Ismoyo ini, awalnya saya juga punya usaha batik tulis sendiri tetapi sekitar tahun 1986 batik tulis di Sragen itu kalah bersaing dengan batik-batik yang lainya, jadinya ya gulung tikar. Pemerintahan Sragen sekitar tahun 1990 memiliki inisiatif bagaimana caranya batik tulis di Sragen itu bisa bangkit lagi, yang di lakukan oleh pemerintah Sragen yaitu mendirikan koperasi dan mengadakan pembekalan untuk pengrajin-pengrajin batik tulis yang sempat gulung tikar. Kendala utama sebenarnya dari segi biaya, ya sejak bapak Marjiyanto merintis batik Ismoyo ini saya bekerja di tempat bapak Marjiyanto sampai sekarang dengan salah satu karyawan, bapak Giyono, 27 Juli 2012). Selain itu karyawan-karyawan yang lainya juga merasa beruntung dengan adanya Perusahaan Batik Ismoyo, karena mereka mendapatkan pemasukan tambahan karena sebagian besar dari karyawan di Perusahaan Batik Ismoyo adalah sebagai petani. Karyawan yang terdapat di Perusahaan Batik Ismoyo berjumlah lebih dari 45 karyawan, namun yang menjadi karyawan tetap sekitar 20 karyawan saja. Karena banyak pembatik yang mengerjakan pekerjaan mereka ke rumah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Selain 45 karyawan mendapatkan penghasilan dari Perusahaan Batik Ismoyo, ada juga beberapa konveksi yang juga merasakan dampak positif dari adanya perusahaan tersebut. Pendapatan mereka juga bertambah ketika mendapatkan pesanan untuk menjahitkan produk batik tulis dari Perusahaan batik Ismoyo. Konveksi yang bekerjasama dengan Perusahaan Batik Ismoyo antara lain berada di daerah Butuh, Gemolong dan Kaliyoso. -seneng mawon angsal gawean saking pak Marjiyanto wong kulo nggeh di bayar saget ngge blonjo (kalau saya senang-senang saja mendapatkan pekerjaan dari bapak Marjiyanto sayapun salah satu pegawai lepas Perusahaan Batik Ismoyo, ibu Sukini, 27 Juli 2012). Dari hasil wawancara dengan karyawan ataupun dengan pegawai lepas yang bekerja di Perusahaan Batik Ismoyo, tidak di dapati yang mengeluhkan dengan adanya perusahaan tersebut berada di sekitar mereka, mereka merasa beruntung bisa mendapatkan pengahasilan tambahan karena mendapatkan pekerjaan dari Perusahaan Batik Ismoyo. Selain
masyarakat
sekitar
perusahaan
tersebut
yang
merasakan
dampaknya, salah satu Sekolah Dasar yang berada di Gemolong juga merasakan dampak positif dengan adanya Perusahaan Batik Ismoyo. SD tersebut adalah SD IT (Islam Terpadu), SD IT sudah dua kali membawa siswa-siswinya ke Perusahaan Batik Ismoyo untuk mengenal apa itu batik tulis dan belajar membatik. Siswa-siswi yang ingin mengenal lebih jauh tentang batik tulis dan belajar membatik tidak di pungut biaya sedikitpun oleh bapak Marjiyanto. nggeh nek pingin latian mbatik teng mriki nggeh saget, tapi sakderenge janjian riyen. Maringi keterangan tiyang pinten seng ajeng latian mbatik, trus ajeng ndamel nopo. Kulo niku nek teseh saget ngewaki nggeh kulo ewaki, mboten nyuwun ganti arto seng pun ngge tumbas bahan-bahane. Itung-itung nyawang cah cilik-cilik ngge hiburan (ya jika ingin belajar membatik di sini juga bisa, tetapi sebelumnya membuat janji dulu. Memberi keterangan berapa orang yang akan latihan membatik dan mau membuat apa. Saya itu selama masih bisa membantu, pasti saya juga akan membbantu, tidak meminta ganti uang yang sudah di keluarkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
membeli bahan-bahannya. Hitung-hitung melihat anak kecil-kecil sebagai nto, 3 Agustus 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab didepan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perusahaan Batik Ismoyo adalah salah satu perusahaan yang berperan penting dalam melestarikan batik tulis yang merupakan salah satu warisan kebudayaan bangsa Indonesia. Motivasi bapak Marjiyanto yang ingin memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya adalah yang melatar belakangi berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo. Pemilihan nama Ismoyo sebagai nama perusahaan,
dengan harapan Perusahaan Batik Ismoyo
memiliki nasib yang sama dengan nasib baik yang dialami oleh tokoh dalam wayang tersebut 2. Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya sama dengan proses pembuatan batik tulis di tempat pengrajin lainya, yang diawali dari pembuatan desain, nyorek, ngengrengi, ngisen-isen,nyolet, ngeblok, pewarnaan dan nglorod. Dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, pemilik terlibat langsung dalam proses tersebut, walaupun tidak dalam semua proses, hal ini memiliki tujuan untuk tetap dapat mengontrol kualitas batik tulis yang dihasilkan 3. Produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah berupa pakaian untuk pria dan wanita dewasa siap pakai maupun dalam bentuk lembaran kain batik tulis, serta dari bahan kain primissima, dobi dan sutera ATBM 4. Batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya sama dengan batik tulis-batik tulis yang terdapat di daerah Kabupaten Sragen. Batik tulis di Perusahaan Batik ismoyo tidak memiliki ciri khas ataupun pakem tersendiri, jadi untuk dapat membedakan batik tulis tersebut hasil produksi Perusahaan Batik Ismoyo atau bukan adalah dengan cara melihat label merek yang biasanya terdapat dapat produk batik tulis tersebut.
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
5. Perusahaan Batik Ismoyo untuk dua tahun terakhir ini memfokuskan pemasaranya melalui showroom yang dimiliki oleh perusahaan di pasar Tamrin Jakarta Pusat, tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan ini untuk menerima pesanan dari pihak lain 6. Dengan adanya Perusahaan Batik Ismoyo yang berlokasi di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen membawa dampak positif bagi warga sekitar perusahaan tersebut. Warga sekitar perusahaan mayoritas bekerja sebagai petani, dengan adanya perusahaan ini maka banyak warga yang menjadikan pekerjaan membatik pada Perusahaan Batik Ismoyo sebagai pekerjaan sampingan jika mereka sedang tidak kesawah. Selain berdampak positif bagi warga sekitar, Sekolah Dasar Islam Terpadu Gemolong juga merasakan dampak positifnya, yaitu dari pihak perusahaan memberikan kesempatan bagi siswa-siswi di sekolah tersebut untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang bagaimana proses pembuatan batik tulis serta belajar membuat batik tulis tanpa dipungut biaya sedikitpun. B. IMPLIKASI Implikasi yang ditimbulkan dari kesimpulan penelitian yaitu dengan keikut sertaan pemilik Perusahaan Batik Ismoyo dalam proses pembuatan batik tulis, membawa dampak positif bagi perusahaan, diantaranya adalah untuk tetap menjaga kedekatan antara pemilik perusahaan dengan para karyawannya, selain itu dengan keikut sertaan pemilik dalam proses pembuatan batik tulis juga dapat di jadikan sebagai salah satu cara untuk mengontrol kualitas batik tulis yang diproduksi. Selain itu dengan memberikan kesempatan bagi pelajar untuk memperdalam pengetahuan tentang proses pembuatan batik tulis dan memberikan kesempatan untuk belajar membatik di Perusahaan Batik Ismoyo adalah salah satu tujuan yang sangat mulia, karena dengan cara tersebut para pelajar sebagai penerus bangsa akan termotivasi untuk tetap melestarikan batik tulis yang sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
C. SARAN 1. Untuk Perusahaan Batik Ismoyo a) Alangkah lebih baik, jika produk batik tulis yang dihasilkan memiliki ciri khas yang dapat membedakan antara batik tulis hasil produksi Perusahaan Batik Ismoyo dengan batik tulis hasil produksi perusahaanperusahaan lainya b) Perlu adanya hak merek untuk produk batik tulis Perusahaan Batik Ismoyo c) Perlu di adakan sistem pemasaran lewat media online, karena dengan media online pembeli batik tulis dapat dari berbagai wilayah dan hal tersebut akan memudahkan konsumen jika akan membeli batik tulis di Perusahaan batik Ismoyo tanpa harus datang langsung ke showroom atau ke tempat produksi. 2. Untuk pembelajaran di Pendidikan Seni Rupa a) Diharapkan pembaca bisa memahami tentang batik tulis sertaikut melestarikan batik tulis yang merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia b) Diharapkan menjadi kontribusi dalam pembelajaran mata kuliah Batik di Progam Studi Pendidikan Seni Rupa. c) Diharapakan dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut.
commit to user