STUDI AWAL PENGAKTIFAN KARBON MENGGUNAKAN RADIASI GELOMBANG MIKRO SEBAGAI BAHAN PENYERAP DARI KAYU EUCALYPTUS
Fitriani*, Awitdrus, Rakhmawati Farma
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina widya Pekanbaru, 28293, Indonesia *
[email protected]
ABSTRACT Activated Carbon (AC) has been successfully made from Eucalyptus wood by using conventional carbonization and chemical activation supported by microwave radiation. The weight ratio of carbon:potassium hydroxide is 1:0.5 and the power of microwave at 720 Watt with variation of irradiation time is of 10, 20, 30 and 40 minutes respectively. The microwaveinduced potassium hydroxide activation affects the physical properties of AC. The yield of AC showed decreased with increasing time of irradiation. The microwave irradiation of 20 minutes resulted the higher iodine number. The pattern of X-ray diffraction showed that the AC has a turbostratic structure by the presence of diffraction peaks of (002) and (001). The BET surface area of AC for the irrradiation of 20 minutes and 40 minutes are 196.42 and 2.40 respectively. Keywords: Eucalyptus Wood, Potassium Hydroxide, Microwave Irradiation, Activated Carbon, Physical Properties. ABSTRAK Karbon aktif telah berhasil dibuat dari kayu Eucalyptus dengan menggunakan metode karbonisasi secara konvensional dan aktivasi kimia dengan perbandingan massa karbon dan kalium hidroksida sebesar 1:0,5 dan diradiasi gelombang mikro dengan daya 720 Watt dengan variasi waktu radiasi dari 10, 20, 30 dan 40 menit. Aktivasi kimia dan radiasi gelombang mikro berpengaruh terhadap sifat-sifat fisika karbon aktif. Hasil karbon aktif setelah radiasi gelombang mikro menunjukkan semakin lama waktu radiasi maka persentase hasil karbon aktif semakin kecil. Radiasi gelombang mikro selama 20 menit menghasilkan tingkat penyerapan terhadap yodium tertinggi sebesar 135,0057 mg/g. Hasil difraksi sinar-X menunjukkan karbon aktif memiliki struktur turbostratik yang ditandai dengan adanya puncak difraksi (002) dan (001) dengan luas permukaan BET 196,42 untuk karbon aktif dengan radiasi 20 menit dan 2,40 untuk karbon aktif dengan radiasi 40 menit. Kata Kunci: Kayu Eucalyptus, Kalium Hidroksida, Radiasi Gelombang Mikro, Karbon Aktif, Sifat Fisika. Repository FMIPA
1
LATAR BELAKANG Alam dan lingkungan merupakan faktor utama dalam kehidupan. Namun, perkembangan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak negatif. Limbahlimbah sebagai produk sampingan dari kemajuan teknologi dan industri sangat mengancam keseimbangan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Beberapa tahun terakhir ini, perhatian dunia telah terfokus terhadap perlindungan lingkungan. Berbagai penelitian telah dilakukan, salah satunya karbon aktif. Karbon aktif telah terbukti sebagai salah satu penyerap yang efektif untuk mengangkat berbagai jenis polutan organik dan anorganik yang larut dalam air atau lingkungan ber-gas. Karbon aktif memiliki struktur pori yang baik, dengan ukuran pori dari mikropori sampai makropori dan memiliki luas permukaan internal lebih dari 400 m2/g, stabilitas termal dan reaktifitas yang rendah terhadap asam/basa (Li et al., 2009). Karbon aktif dapat dibuat dari bahan baku fosil dan biomassa. Karbon aktif yang terbuat dari bahan baku fosil seperti batu bara relatif lebih mahal dari pada karbon aktif yang terbuat dari bahan baku biomassa (Khelifi et al., 2010). Biomassa yang telah diteliti dapat dijadikan sebagai bahan baku karbon aktif diantaranya serabut tandan kelapa sawit (Foo and Hameed, 2011), batang tembakau (Li et al., 2008), kulit nenas (Foo and Hameed, 2012), Albizia lebbeck (Ahmed and Theydan, 2014) dan tangkai kapas (Deng et al., 2009). Terdapat dua langkah yang selalu digunakan untuk menghasilkan karbon aktif, yaitu karbonisasi (sekitar 800oC) dan pengaktifan karbon (Farma et al., 2013). Pengaktifan karbon yang biasa digunakan adalah pengaktifan secara fisika dan pengaktifan secara kimia. Dua langkah proses menghasilkan karbon aktif di atas masih memerlukan waktu yang lama, energi Repository FMIPA
yang digunakan masih besar dan penggunaan gas yang cukup banyak. Pengaktifan karbon dalam penelitian ini menggunakan aktivasi kimia dan radiasi gelombang mikro. Pengaktifan karbon menggunakan radiasi gelombang mikro memiliki beberapa keunggulan, yaitu efisiensi energi yang tinggi, laju pemanasan yang tinggi, pemanasan volumemetrik dari sisi dalam ke sisi luar dan pemanasan yang beragam (Chen and Hashiso, 2012) dan waktu pemanasan yang relatif singkat (Ahmed and Theydan, 2014). Sehingga konsumsi energi menjadi lebih rendah. Gelombang mikro yang diinduksi dengan reaksi kimia dapat digunakan sebagai salah satu pemecah masalah dalam menghasilkan karbon aktif. METODE PENELITIAN Metode penelitian dijabarkan pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Skema prosedur penelitian. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Karbon pada Proses Karbonisasi Perhitungan hasil karbon aktif pada proses karbonisasi dilakukan pada dua buah sampel (potongan kayu Eucalyptus) yang memiliki massa 1,8 kg diberi kode sampel 1 dan 1,95 kg diberi kode sampel 2. Setelah proses karbonisasi masing-masing sampel mengalami perubahan massa, yang diberikan pada Tabel 1. Tabel 1. Penyusutan massa sampel pada proses karbonisasi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pengurangan massa pada proses karbonisasi rata-rata mencapai 53,5% atau massa sampel setelah proses karbonisasi sekitar 46,5% dari massa sampel mula-mula. Hal ini disebabkan karena pada proses karbonisasi, sampel mengalami perubahan struktur material organik menjadi karbon serta pengurangan kadar air yang terkandung di dalam sampel. Karbonisasi adalah suatu proses meningkatnya kandungan unsur karbon residu padat yang terbentuk dari material organik (Marsh and Rodrigues-Reinoso, 2006). 2. Hasil Karbon Aktif Pada radiasi 10 menit terjadi proses penghilangan kadar air dan zat-zat yang dapat menguap yang terdapat pada karbon aktif, namun pada waktu ini penghilangan kadar air dan zat-zat yang dapat menguap hanya terjadi sedikit sehingga persentase hasil karbon aktif masih tinggi. Pada radiasi 20 menit, persentase hasil karbon aktif jauh Repository FMIPA
berkurang dari persentase hasil karbon aktif yang dihasilkan pada radiasi 10 menit. Hal ini disebabkan oleh pengurangan kadar air dan penghilangan zat-zat yang mudah menguap serta pembentukan struktur pori yang terjadi secara maksimum pada waktu radiasi 20 menit. Pada radiasi 30 dan 40 menit, persentase hasil karbon aktif yang terbentuk lebih kecil daripada radiasi 20 menit. Ini disebabkan, pada radiasi 30 dan 40 menit hanya berlanggsung proses penghancuran atau pembesaran struktur pori yang telah terbentuk pada radiasi 20 menit (Iqbaldin et al., 2013). Di sini tidak terjadi lagi proses penghilanganan kadar air dan zat-zat yang mudah menguap, karena hal ini telah terjadi pada waktu radiasi 20 menit secara maksimum. Tabel 2. Hasil karbon aktif setelah radiasi gelombang mikro dengan daya 720 Watt.
Hasil karbon aktif kayu Eucalyptus dengan radiasi gelombang mikro telah memenuhi syarat mutu berdasarkan SNI No. 06-3730-1995 yaitu pengurangan massa 1523%. Nilai yang hampir sama dengan yang dihasilkan oleh Hartanto dan Ratnawati (2010) yang menggunakan tempurung kelapa sawit sebagai bahan pemula, yaitu sebesar sebesar 23% .
Gambar
2.
Karbon aktif Eucalyptus.
dari
kayu 3
Gelombang mikro dapat mempengaruhi hasil karbon aktif. Semakin besar energi gelombang mikro yang diberikan, maka semakin sedikit hasil karbon aktif yang terbentuk. Sebagaimana diketahui bahwa energi berbanding lurus dengan daya dan waktu. Energi yang besar mengakibatkan sampel mengalami pengurangan massa yang besar. Sehingga karbon aktif yang diradiasi gelombang mikro selama 40 menit memiliki hasil karbon aktif yang paling kecil dari pada sampel yang lain. 3. Penentuan Bilangan Yodium Bilangan yodium adalah salah satu karakterisasi yang dilakukan pada karbon aktif untuk menentukan daya serap karbon aktif. Daya serap karbon aktif terhadap waktu radiasi gelombang mikro ditunjukkan pada Gambar 3. Karbon aktif yang memiliki bilangan yodium yang paling tinggi adalah karbon aktif yang diberi radiasi gelombang mikro selama 20 menit dengan kadar penyerapan terhadap yodium sebesar 135,0057 mg/g. Daya serap yang tinggi menyatakan karbon aktif memiliki luas permukaan yang lebih tinggi pula. 136 Bilangan Yodium (mg/g)
134 132 130 128 126 124 122 120 118 0
20
40
Waktu radiasi (menit)
Gambar 3. Daya serap karbon aktif terhadap yodium.
Repository FMIPA
Besar daya serap karbon aktif terhadap yodium mengidentifikasikan bahwa radiasi gelombang mikro dengan waktu 20 menit dan daya 720 Watt menghasilkan struktur pori yang sesuai sebagai penyerap limbah atau polutan dengan ukuran sebesar molekul yodium. Ketika waktu radiasi di atas 20 menit, reaksi aktivasi selesai karena agen pengaktif habis, ini berarti bahwa rasio KOH digunakan juga memiliki pengaruh terhadap pengembangan pori selama proses aktivasi (Iqbaldin et al., 2013). Meningkatnya waktu radiasi menyebabkan temperatur aktivasi meningkat secara signifikan. Pori-pori yang terbentuk dan hancur secara bersamaan selama waktu pengaktifkan (Iqbaldin et al., 2013; Liu et al., 2010). Pada temperatur aktivasi tertentu, reaksi aktivasi antara KOH dan karbon dalam sampel meningkat yang mendorong pembentukan pori yang lebih baik, sehingga meningkatkan luas permukaan karbon aktif. Namun ketika temperatur aktivasi mencapai batasnya, penghancuran pori menjadi dominan dan akibatnya mengurangi luas permukaan, maka ukuran pori-pori menjadi lebih luas dari mikropori ke mesopori (Iqbaldin et al., 2013; Yongbin et al., 2007). Daya gelombang mikro yang terserap dapat dikonversikan menjadi panas dalam bahan (Clark et al., 2000). Semakin lama radiasi gelombang mikro diberikan maka semakin tinggi temperaturnya. Radiasi gelombang mikro selama 20 menit memiliki temperatur yang tepat dalam pembentukan struktur pori pada karbon aktif. Radiasi gelombang mikro di atas 20 menit memiliki temperatur yang lebih tinggi, sehingga poripori mikro yang telah terbentuk akan lebih besar menjadi pori-pori berukuran meso dan makro, sehingga daya serap terhadap larutan yodium menjadi lebih kecil.
4
4. Morfologi Permukaan dan Komponen Karbon Aktif a. Morfologi Permukaan Karbon Aktif Mikroskop pindaian elektron adalah karakterisasi karbon aktif untuk menentukan morfologi permukaan karbon. Gambar 4 menunjukkan karakterisasi karbon aktif kayu Eucalyptus sebelum diradiasi dengan karbon aktif setelah radiasi gelombang mikro dengan perbesaran 1000X, 5000X dan 10.000X.
diradiasi gelombang mikro memiliki struktur pori yang cenderung tidak teratur. Radiasi gelombang mikro dapat merubah struktur pori yang dimiliki oleh karbon aktif tersebut. Karbon aktif yang memiliki ukuran pori yang lebih kecil akan memiliki luas permukaan yang lebih besar. Karakterisasi morfologi permukaan karbon aktif untuk struktur meso (2-50 nm) maupun mikro ( 2 nm) pori pada penelitian ini tidak begitu terlihat. Hal ini disebabkan karena alat SEM yang digunakan tidak mampu melakukan pembesaran di atas 10.000X. Apabila dilakukan pembesaran di atas sepuluh ribu kali, morfologi permukaan karbon tidak terlihat atau kabur. b. Kandungan Karbon Aktif Kandungan unsur atau persentase kandungan unsur yang terdapat pada karbon aktif dilakukan dengan analisa energi disversif sinar-X. Hasil karakterisasi energi disversif sinar-X menunjukkan bahwa komponen penyusun karbon aktif kayu Eucalyptus terdiri dari unsur karbon, oksigen dan kalium. Kalium ini berasal dari proses aktivasi kimia dengan menggunakan agen pengaktif KOH.
Gambar 4. Morfologi permukaan karbon aktif. (a), (b) dan (c) karbon aktif sebelum diradiasi. (d), (e) dan (f) karbon aktif setelah diradiasi 20 menit. Gambar 4 (a, b dan c) merupakan morfologi permukaan karbon aktif kayu Eucalyptus sebelum diradiasi gelombang mikro dengan berbagai pembesaran. Morfologi permukaan karbon aktif sebelum diradiasi gelombang mikro memiliki struktur pori makro ( 50 nm) yang teratur dan berukuran relatif besar. Gambar 4 (d, e dan f) merupakan morfologi permukaan karbon aktif kayu Eucalyptus setelah diradiasi gelombang mikro. Karbon aktif setelah Repository FMIPA
92.28% 94.49%
7.25% 4.10%
karbon
oksigen
Sebelum radiasi
1.41% 0.40% kalium
Setelah radiasi
Gambar 5. Persentase unsur-unsur karbon aktif kayu Eucalyptus. 5
Kandungan unsur karbon dalam karbon aktif kayu Eucalyptus telah memenuhi standar mutu berdasarkan SNI No.06-37301995 yaitu minimal 80%. Kandungan karbon dalam penelitian ini lebih tinggi dari penelitian yang dihasilkan oleh Ramdja et al (2008) yang menggunakan pelepah kelapa sawit (Cocus nucifera) sebagai bahan pemula, yaitu sebesar 75%. Persentase unsur-unsur yang terkandung dalam karbon aktif sebelum dan setelah radiasi dapat dilihat pada Gambar 5. Karbon aktif setelah radiasi gelombang mikro memiliki persentase oksigen lebih kecil dibandingkan dengan karbon aktif sebelum diradiasi. Radiasi gelombang mikro menggurangi kandungan oksigen pada karbon aktif, sehingga persentase karbon meningkat. Oksigen yang terdapat pada karbon menguap ketika diberi radiasi gelombang mikro, karena radiasi mengakibatkan partikel-partikel dalam karbon aktif bergetar sehingga terjadinya peningkatan temperatur. Daya gelombang mikro yang terserap dapat dikonversikan menjadi panas dalam karbon aktif (Clark et al., 2000). Radiasi yang besar mengakibatkan kenaikan temperatur yang tinggi pula. 5. Struktur Mikro Difraksi Sinar-X
dengan
Metoda
Karakterisasi struktur mikro karbon aktif dilakukan dengan metoda difraksi sinar-X dengan interval sudut 2θ sebesar 4,3 –80 terhadap karbon aktif yang diradiasi gelombang mikro selama 20 dan 40 menit. Setelah dilakukan karakterisasi, kedua sampel karbon aktif dengan radiasi yang berbeda mengalami pergeseran puncak 2 . Gambar 6 menunjukkan difraktogram karbon aktif yang diradiasi selama 20 dan 40 menit. Pada karbon aktif yang diberi radiasi selama 20 menit memiliki puncak pertama (002) berada pada sudut 2θ = 24,040° dan puncak kedua (100) berada pada sudut 2θ = Repository FMIPA
44,698°. Sedangkan karbon aktif yang diradiasi selama 40 menit memiliki puncak pertama (002) berada pada sudut 2θ = 24,194° dan puncak kedua (001) berada pada sudut 2θ = 44,596°. Nilai yang hampir sama juga diperoleh Herniyati (2014) dalam penelitian karbon aktif dari kayu karet dengan puncak yang pertama (002) pada sudut 2θ = 23,822° dan puncak kedua (100) perada pada sudut 2θ = 44,474°. Menurut Coutinho et al., (2000) puncak difraksi (002) dan (100) adalah bukti bahwa karbon aktif yang dihasilkan memiliki struktur turbostratik. Model turbostratik mengasumsikan bahwa karbon aktif berbentuk mikrokristalin seperti-grafit (graphite-like), dibatasi oleh jaringan kait silang (cross-linking), yang terdiri dari beberapa lapisan seperti-grafit (graphitelike), lapisan tersusun hampir sejajar dan memiliki jarak yang sama, dengan tiap lapisan memiliki orientasi acak.
Gambar 6. Pola Difraksi Sinar-X untuk karbon aktif dengan radiasi 20 dan 40 menit. Puncak-puncak pada kurva mewakili orientasi bidang kristal, Gambar 6 menunjukkan puncak (002) dan (100) karbon aktif kayu Eucalyptus. Pergeseran puncak pada kurva mengindikasikan 6
yang semakin kecil yang disebabkan sudut 2 yang semakin besar. Hasil pengolahan data menggunakan perangkat lunak Microcal Origin 3.5 memberikan informasi mengenai besar sudut 2 untuk puncak difraksi (002) dan (100), dan lebar puncak setengah maksimum yang kemudian diolah untuk mengetahui , dan untuk penghitungan parameter lebar lapisan (La) dan tinggi lapisan (Lc) serta jumlah lapisan ( mikrokristalin karbon aktif. Hasil pengolahan data XRD dapat dilihat pada Tabel 3.
Radiasi gelombang mikro yang diberikan terhadap karbon aktif dengan waktu radiasi yang berbeda mengakibatkan perubahan struktur molekul semi kristalin karbon aktif. Struktur karbon aktif yang paling baik diperoleh pada karbon aktif dengan waktu radiasi gelombang mikro selama 20 menit dengan jumlah lapisan kristalin yang terbentuk sebanyak 3,5313 lapisan dan Lc = 13,0618 nm. Semakin tinggi nilai Lc mengidentifikasikan luas permukaan karbon aktif yang semakin tinggi pula (Boyea et al., 2007; Qu, 2002).
Tabel 3. Data parameter kisi dimensi mikrokristalin.
6. Luas Permukaan BET Hasil pengukuran isoterm serapan gas N2 pada temperatur 77 K terhadap karbon aktif yang diradiasi selama 20 menit ditunjukkan pada Gambar 7.
Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi pergeseran sudut 2θ untuk puncak yang terbentuk pada kedua sampel dan juga dapat diamati bahwa dan mempunyai nilai yang sedikit berbeda di mana pada karbon aktif yang diberi radiasi gelombang mikro selama 20 menit sedikit lebih kecil dari pada karbon aktif dengan radiasi 40 menit. Nilai Lc karbon aktif dengan radiasi 20 menit lebih besar dibandingkan dengan nilai Lc pada karbon aktif dengan radiasi 40 menit. Karbon aktif yang diberi radiasi gelombang mikro selama 20 menit mempunyai jumlah lapisan mikrokristalin yang lebih banyak dibandingkan dengan karbon aktif yang diberi radiasi gelombang mikro selama 40 menit. Perbedaan nilai ini disebabkan oleh perbedaan waktu radiasi yang diberikan. Nilai yang hampir sama diperoleh Coutinho et al., (2000) dalam penelitian karbon aktif dari kayu Eucalyptus Saligna dengan Lc = 12,4 nm dan La = 56,5 nm. Repository FMIPA
Volume STP (cc/g)
70 60 50 40 30 20 10 0 0
0.5
1
Tekanan (P/P0)
Gambar 7. Isoterm serapan gas N2 terhadap karbon aktif dengan radiasi selama 20 menit. Berdasarkan Gambar 7, hubungan antara volume serapan gas N2 terhadap tekanan relatif menunjukkan bahwa pola yang terbentuk mengikuti standar serapan Tipe 1 menurut klasifikasi IUPAC (Sing et al., 1985) yang merupakan karakteristik material mikropori. Serapan Tipe 1 menyatakan bahwa material mikro yang memiliki permukaan eksternal/pori meso yang relatif kecil, hal ini dibuktikan pada karakterisasi 7
luas permukaan BET untuk karbon aktif dengan radiasi 20 menit yang memiliki nilai yang cukup kecil yaitu sekitar 6,89 dan (dapat dilihat pada Tabel 4). Serapan Tipe 1 ini biasanya menunjukkan serapan suatu lapisan (monolayer) atau serapan beberapa lapisan (multilayer) molekul pada karbon mikropori. Luas permukaan spesifik ini diperoleh berdasarkan penentuan kapasitas monolayer yang menunjukkan banyaknya molekul yang dapat diserap pada permukaan karbon. Luas permukaan yang semakin besar menyebabkan serapan gas nitrogen oleh karbon aktif juga semakin besar (Sing et al., 1985). Berdasarkan analisa pola serapan gas N2 dapat ditentukan beberapa parameter fisis pori-pori karbon aktif, seperti: luas permukaan BET (SBET), luas pori mikro (SMIKRO), luas pori meso (SMESO) dan jarijari pori rata-rata. Luas pori mikro dan meso diperoleh menggunakan t-method dan jarijari pori rata-rata diperoleh menggunakan metode BJH (Barrett-Joiner-Halenda) dari titik akhir pada data desorpsi isoterm. Data fisis tersebut ditunjukkan pada Tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4. Data luas permukaan karbon aktif.
Tabel 4 menunjukkan bahwa luas permukaan BET karbon aktif dengan radiasi gelombang mikro 20 menit lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif dengan radiasi gelombang mikro 40 menit. Hal ini terjadi karena, pada radiasi 20 menit memiliki temperatur yang tepat dalam pembentukan struktur pori mikro, sedangkan pada radiasi 40 menit memiliki temperatur yang jauh lebih besar sehigga struktur pori mikro yang telah terbentuk mengalami penghancuran. Pembesaran dan penghancuran pori ini mengakibatkan Repository FMIPA
karbon aktif yang diradiasi selama 40 menit memiliki luas permukaan yang jauh lebih kecil dari karbon aktif yang diberi radiasi gelombang mikro selama 20 menit. Iqbaldin et al., (2013) dalam penelitiannya juga memperoleh karbon aktif tempurung kelapa dengan radiasi gelombang mikro selama 20 menit memiliki luas permukaan tertinggi. Luas permukaan yang besar yang dimiliki oleh karbon aktif dengan radiasi selama 20 menit membuktikan bahwa karbon aktif ini memiliki bilangan yodium dan nilai yang besar pula. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa, karbon aktif dengan kemampuan menyerap yodium yang tinggi berarti memiliki luas permukaan yang lebih besar dan juga memiliki struktur mikro dan mesopori yang lebih besar (Lestari, 2012), serta nilai Lc yang besar juga mengidentifikasikan luas permukaan karbon aktif yang besar pula (Boyea et al., 2007; Qu, 2002). KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terhadap karbon aktif dari kayu Eucalyptus antara lain sebagai berikut: gelombang mikro dapat 1. Radiasi mempengaruhi nilai hasil karbon aktif yang terbentuk, semakin lama waktu radiasi maka persentase hasil karbon aktif semakin kecil. 2. Karbon aktif yang diberi radiasi gelombang mikro selama 20 menit memiliki bilangan yodium tertinggi yaitu sebesar 135,0057 mg/g. 3. Hasil difraksi sinar-X menunjukkan karbon aktif memiliki struktur semi kristalin dan turbostratik yang ditandai dengan adanya puncak difraksi (002) dan (001). 4. Luas permukaan karbon aktif dengan waktu radiasi gelombang mikro 20 dan 8
40 menit yang didapatkan dari karakterisasi BET masing-masing adalah 196,42 dan 2,40 .
microwave assisted chemical activation-Application in methylene blue adsorption fom aqueous solution. Journal of Hazardous Materials. 166: 1514-1521.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, M.J., and Theydan, S.K. 2014. Optimibahanion of microwave preparation conditions for activated carbon from Albizia lebbeck seed pods for methylene blue dye adsorption. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis. 105 (2014) 199– 208. Boyea, J.M., Camocho, S.P and Ready, W.J. 2007. Carbon nanotube-based supercapacitor. Technologies and markets 4(1):585-593. Chen, H. and Hashisho, Z. 2012. Fast preparation of activated carbon from oil sands coke using microwaveassisted activation. Fuel 95: 178– 182. Clark. D.E., Folz, D.C. and West, J. K. 2000. Processing materials with microwave energy. Material Science and Engineering. A287: 153-158. Coutinho, A.R., Rocha, J.D. and Luengo, C.A. 2000. Preparing and characterizing biocarbon electrodes. Fuel Processing Technology 67: 93102. Crini, G. 2006. Non-conventional low-cost bahan penyerapts for dye removal: A review. Bioresource Technology 97(9):1061-1085. Deng, H., Yang, L., Tao, G. and Dai, J. 2009. Preparation and characteribahanion of avtivated carbon from cotton stalk by Repository FMIPA
Farma, R., Deraman, M., Awitdrus, Talib, I.A., Taer, E., Basri, N.H., Manjunatha, J.G., Ishak, M.M., Dollah, B.N.M. and Hashmi S.A. 2013 Preparation of highly porous binderless activated carbon electrodes from fibres of oil palm empty fruit bunches for application in supercapacitors. Bioresource Technology 132: 254-261. Foo,
K.Y. and Hameed, B.H. 2011. Microwave-assisted preparation of oil palm fiber activated carbon for methylene blue adsorption. Chemical Engineering Journal 166: 792–795.
Foo, K.Y. and Hameed, B.H. 2012. Porous structure and adsorptive properties of pineapple peel based activated carbons prepared via microwave assisted KOH and K2CO3 activation. Microporous and Mesoporous Materials 148: 191–195. Hameed, B.H. and. Daud, F.B.M. 2008. Adsorption studies of basic dye on activated carbon derived from agricultural waste: Hevea brasiliensis seed coat. Chemical Engineering Journal 139(1): 48-55. Hartanto, S. and Ratnawati. 2010. Pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa sawit dengan metode aktivasi kimia. Indonesian Journal of Materials Science 12 : 1216.
9
Herniyati, S. 2014. Pengaruh Aktivasi karbon dioksida pada produksi karbon aktif monolit dari kayu karet. Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau. Pekanbaru. Iqbaldin, M.M.N., Khudzir, I., Azlan, M. M.I., Zaidi, A.G., Surani, B. and Zubri, Z. 2013. Properties of coconut shell activated carbon. Malaysia. 25(4): 497-503. Khelifi, A., Almazan-Almazan, M.C., PerezMendoza, M., Domingo-Garcia and Addoun, A. 2010. Influence of nitric acid concentration on the characteristics of active carbons obtained from a mineral coal, Fuel Process. Technology. 91: 1338-1344. Lestari, D. 2012 Pembuatan dan KarakterisasiKarbon Aktif dari Ban Bekas dengan Bahan Pengaktif NaCl pada Temperatur Pengaktifan 700 dan 750 . Skripsi.Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim. Malang. Li, W., Zhang, L.B., Peng, J.H., Li, N., Zhu, X-Y. 2008. Preparatiobn of high surface area activated carbons from tobacco stems with K2CO3 activation using microwave radiation. Industrial Crops and Products. 27: 341-347. Li, W., Peng, J.H. and Zhang, L.B. 2009. Preparation of activated carbon from coconut shell chars in pilot-scale microwave heating equipment at 60 kW, Waste Management 29: 756– 760.
Repository FMIPA
Liu, Q.S., Zheng, T., Wang, P. and Guo, L. 2010. Preparation and characterization of activated carbon from bamboo by microwave-induced phosphoric acid activation. Industrial Crops and Products 31: 233-238. Marsh, H. and Rodrigues-Reinoso, F. 2006. Activated Carbon. Elsevier Science Ltd. Qu, D. 2002. Studies of the activated carbon used in double-layer supercapacitor 109(3): 403-411. Ramdja, F.A., Halim, M. and Handi, J.O. 2008. Pembuatan karbon aktif dari pelepah kelapa (Cocus nucifera). Jurnal Teknik Kimia FT. Universitas Sriwijaya 2: 15. Sing, W.S.K., Everett, H.D., Haul, W.A.R., Moscou, L., Pierotti, A.R., Rouquerol, J., Siemieniewska, T. 1985. Reporting Physisorption Data For Gas/Solid Systems With Special Reference To The Determination Of Surface Area And Porosity. Pure & App. Chem., Vol. 57, No. 4, pp. 603619. SNI. 1997. SNI 06-0-2-3730-1995. Arang Aktif Teknis. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Yongbin, J., Li, T., Zhu, I., Wang, X. and Lin, Q. 2007. Preparation and characterization of activated carbon by microwave heating KOH activation. Applied Surface Sciece 254: 506-2917.
10