Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
STRATEGI, TEKNIK, FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGUJIAN UNTUK PENGEMBANG PERANGKAT LUNAK PEMULA 1,2
Egia Rosi Subhiyakto1, Danang Wahyu Utomo2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Semarang Jl. Nakula I No 5-11 Semarang 50131 Telp. (024) 3517261 E-mail:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAKS Salah satu tahapan dalam rekayasa perangkat lunak adalah tahap pengujian. Tahap pengujian tidak sepenuhnya menjamin kualitas, akan tetapi pengujian perangkat lunak dapat memberikan kepercayaan lebih untuk penggunanya. Developer perangkat lunak pemula terkadang tidak melakukan pengujian secara detail. Studi ini bertujuan mengetahui strategi dan teknik pengujian yang digunakan oleh pengembang perangkat lunak pemula. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengujian. Dalam studi ini terdapat 76 orang responden yang terlibat dalam pengujian perangkat lunak. Evaluasi hasil pengujian menggunakan beberapa aspek yakni metrik produk, metrik proses, penggunaan dan kepuasan pengguna. Analisis data menunjukan bahwa teknik graph based (82%) dalam black box dan basis path dalam white box (72%) merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Untuk strategi pengujian, strategi top down merupakan strategi yang paling banyak digunakan dengan prosentase mencapai 93% dalam studi ini.
Kata Kunci: Strategi, Teknik, Pengujian, Perangkat Lunak estimasi biaya yang digunakan. (Pham et al. 2014) melakukan penelitian pada dunia pendidikan dengan melibatkan 97 mahasiswa computer sains, kemudian melakukan survey untuk mengetahui hal hal yang menjadi faktor pendukung maupun penghambat pada saat pengujian. Selain itu juga mahasiswa pemula memberikan persepsi masing-masing mengenai pengujian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Ada beberapa poin yang akan dibahas dalam penelitian ini, diantaranya adalah mengenai pemilihan strategi dan teknik pengujian yang dilakukan, faktor-faktor penghambat dan pendukung pengujian, metode pengujian dan sikap atau persepsi khususnya tim penguji dalam peran mereka sebagai tim pengembang perangkat lunak pemula. Permasalahan yang ditemukan pada penelitian ini adalah: 1) pemilihan strategi dan teknik pengujian yang kurang tepat menyebabkan pembengkakan anggaran dan waktu pengujian. 2) Pengembang perangkat lunak pemula melakukan proses pengujian perangkat lunak tidak secara detail dan beberapa tidak menguji sama sekali. Penelitian ini bertujuan untuk membantu tim pengembang perangkat lunak pemula dalam menentukan strategi dan teknik pengujian yang tepat dan membantu proses pembelajaran mahasiswa dalam memahami proses pengujian dengan mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode survey. Metode ini melakukan proses survey dengan menyebarkan kuisioner kepada sebuah tim
1.
PENDAHULUAN Pengembangan perangkat lunak mencakup beberapa tahapan yaitu pengumpulan kebutuhan, analisis, perancangan, implementasi (coding), pengujian, dan pemeliharaan. Dalam (Subhiyakto & Kamalrudin 2014) disebutkan bahwa untuk menjadi pengembang perangkat lunak yang kompeten siswa harus memperoleh pengetahuan dan keterampilan rekayasa perangkat lunak yang mencakup semua tahapan pengembangan perangkat lunak. Tahapan pengujian merupakan salah satu tahapan yang berhubungan dengan kualitas perangkat lunak yang dibangun. Jaminan kualitas perangkat lunak sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Meningkatnya kompleksitas, meningkatnya tekanan pasar, dan tuntutan pelanggan untuk kualitas yang lebih tinggi membutuhkan suatu kombinasi yang hati-hati untuk dipilih, divalidasi, dan verifikasi untuk memberikan suatu produk software yang tepat waktu, sesuai anggaran, dan sesuai dengan kualitas yang diinginkan (Aurum & Wohlin 2005). Survey praktek pengujian sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah (Ng et al. 2004) yang melakukan survey dengan membahas tentang metode-metode yang digunakan dalam pengujian, dan teknik-teknik pengujian yang digunakan. Sedangkan dalam (Garousi & Zhi 2013) yang dimana dilakukan di Kanada membahas tentang pengujian perangkat lunak di dunia industri. Dalam penelitian tersebut juga dibahas mengenai kelemahan dan kelebihan dari teknik pengujian yang digunakan. Selain itu juga dibahas mengenai upaya dari beberapa tim yang berbeda dikarenakan beragamnya teknik dan
236
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
pengembang perangkat lunak pemula. Hasil dari kuisioner akan dianalisis untuk memastikan validitas dari penelitian.
ISSN: 2089-9815
metode yang diberikan. Perlu adanya tambahan kelas khusus untuk mempelajari metode dan alat pengujian serta melakukan praktek secara langsung yang diawasi oleh instruktor (pengajar). (Itkonen & Lassenius 2013) menggunakan pengetahuan dan pengalaman dari penguji untuk mengetahui kegagalan dalam proses pengujian. Pengetahuan dan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kegagalan mahasiswa dalam melakukan praktek pengujian berdasarkan pengetahuan personal dari mahasiswa. Adanya pengalaman dapat mengetahui perilaku penguji dalam menentukan metode dan alat yang digunakan. Sebagai contoh pengalaman dalam menggunakan test case pada regression testing, automatic testing. Mahasiswa harus dapat menentukan domain dalam metode tersebut. Test case yang ditentukan harus sesuai dengan pengujian yang diusulkan.
2.
TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka membahas tentang definisi pengujian, pengujian bagi pemula, dan teknik-teknik pengujian. 2.1
Definisi Pengujian Pengujian perangkat lunak merupakan metode pengujian untuk menentukan kualitas dari perangkat lunak apakah sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan. Beberapa metode seperti automatic testing, unit testing, regression testing memiliki perbedaan keuntungan untuk menguji kualitas perangkat lunak dan proses pengembangannya. Dalam pendidikan, praktek pengujian perangkat lunak dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa (mahasiswa Rekayasa Perangkat Lunak) dalam mengembangkan perangkat lunak. (Pham et al. 2014) menyatakan bahwa masalah utama dalam pengembangan perangkat lunak adalah minimnya pengalaman mahasiswa dalam pengujian.
2.3
Teknik-teknik pengujian Pengujian perangkat lunak tentunya tidak terlepas dari teknik-teknik pengujian yang digunakan. Menurut (Jatnika Hendra 2011) teknikteknik pengujian terdiri dari 3 yakni white box, black box dan grey box. Dalam tiap-tiap teknik pengujian terdapat beberapa teknik yang dijelaskan lebih detail sebagai berikut: 1. Teknik pengujian white box Pengujian white box adalah menguji alur logika dalam program yang berhubungan dengan source code. Dalam white box terdapat beberapa teknik pengujian yang digunakan yakni basis path testing, control structure testing, data flow testing, loop testing. Teknik pengujian dalam whitebox yang paling sering digunakan adalah basis path testing. 2. Teknik pengujian black box Teknik pengujian dalam pengujian black box diantaranya adalah graph based testing (pengujian yang dilakukan dengan menggunakan graph untuk menguji objek pada modul beserta hubungannya agar dapat diuji), boundary value analysis (dalam pengujian ini memilih kasus uji dengan menemukan batas-batas dari sebuah kelas pada suatu data), equivalence testing (dalam pengujian domain masukan sebuah program dibagi ke dalam sebuah kelas data untuk membuat kasus uji yang tepat), dan comparison testing (pengujian ini biasanya digunakan untuk program yang terdapat redundancy). 3. Teknik pengujian grey box Grey Box Testing adalah sebuah metodologi kombinasi dari Black Box dan White Box Testing, menguji software berdasarkan spesifikasi tetapi menggunakan cara kerja dari dalam. Grey Box dapat di gunakan dengan baik dalam pengujian tim.
2.2
Pengujian bagi pemula Bagi pemula, harus mempelajari bagaimana cara mengadopsi teknik pengujian, mengurangi hambatan saat proses pengujian dilakukan. (Lee et al. 2012) menyatakan bahwa praktek pengujian perangkat lunak masih memiliki kendala dalam penggunaan metode dan alat pengujian. Bagi instruktur (pengajar), perlu memperhatikan kemampuan mahasiswa, perilaku, batasan, dan kebutuhan pada metode dan alat pengujian perangkat lunak. Instruktor tidak hanya berfokus pada pemahaman metode dan alat, tetapi perlu memperhatikan proses pengujian dan aktivitas untuk mengetahui kemampuan mahasiswa. Hal ini bertujuan untuk menentukan metode dan alat yang tepat digunakan pada saat pengujian perangkat lunak dengan model pengembangan yang telah diusulkan. Selain itu, dapat mengontrol perkembangan mahasiswa dalam menerapkan kemampuan dan pengetahuan dalam pengembangan perangkat lunak yang nyata misalnya proyek di dunia industri. Tidak adanya pengalaman tentang pengujian akan menjadikan kendala dalam proses pengembangan perangkat lunak. Pada dasarnya, pengujian perangkat lunak adalah bagian penting dari semua model pengembangan perangkat lunak. (Pham 2014) menyatakan bahwa hambatan dan kendala dalam pengembangan perangkat lunak adalah tidak adanya pengalaman bagi pengembang pada praktek pengujian perangkat lunak. Pengembang kesulitan dalam menerapkan metode yang dipelajari. Dalam hal ini, pemula yaitu mahasiswa dengan minim pengalamanan membutuhkan bimbingan untuk mengurangi terjadinya kesalahpahaman dalam mempelajari
237
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
3.
PEMBAHASAN Dalam bagian pembahasan membahas tentang demografi responden, analisis data dan diskusi.
3.2
Analisis Data dan Diskusi Untuk analisis data disajikan beberapa hal seperti yang terdapat dalam tabel 2 berikut:
3.1
Tabel 2. Evaluasi hasil untuk metrik produk, metric proses, penggunaan dan kepuasan pengguna.
Demografi responden Berikut adalah demografi responden berdasarkan hasil penelitian: Tabel 1. Demografi responden No Aspek demografi 1 Jenis Kelamin: Laki-Laki Perempuan 2 Semester: 5 7 >9 3 Ukuran Tim: Tanpa Tim 1-2 orang 3-4 orang 5-6 orang 4 Biaya: Rp. 0-500.000 Rp. 500.00-1.000.000 Rp. >1.000.000 5 Jadwal: < 1 bulan 2-3 bulan > 3 bulan
N Aspek o 1 Metrik Produk: Sistem responsif Ukuran sistem besar Performa bagus Sistem efisien 2 Metrik Proses: Usaha maksimal Waktu maksimal Total defect 3 Kegunaan: Antarmuka menarik Mudah digunakan Mudah dimengerti 4 Kepuasan pengguna: Antarmuka Fungsionalitas
Jumlah 74 orang 2 orang 7 orang 60 orang 9 orang 2 orang 9 tim 5 tim 5 tim 14 PL 4 PL 1 PL
Skala Likert 4 3 2
1
16 7 7 6
35 7 22 23
10 19 16 6
13 34 25 37
2 9 6 4
23 17 17
48 47 27
2 5 13
3 7 18
0 0 1
9 11 12
26 36 24
17 8 12
22 19 25
2 2 3
8 7
26 14
16 20
23 32
3 3
5
Keterangan: 5: Sangat Setuju, 4: Setuju, 3: Netral, 2: Tidak Setuju, 1: Sangat Tidak Setuju Berdasarkan metode penelitian dan praktik pengujian yang telah dilakukan dapat dilakukan analisis data. Analisis dilakukan dengen menggunakan delapan (8) aspek berbeda termasuk dalam tabel 2 seperti metrik produk, metrik proses, penggunaan, kepuasan pengguna, strategi pengujian, teknik pengujian, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengujian. Analisis kuisioner untuk yang menggunakan skala likert dapat dihitung dengan menggunakan rumus Y=P/Q*100%, di mana P adalah jumlah responden yang menjawab setiap pertanyaan, Q adalah jumlah responden, dan Y adalah nilai prosentase. Skala likert membagi ke dalam 5 bagian yakni sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Berdasarkan gambar 1 dalam metrik produk didapatkan hasil bahwa sistem secara keseluruhan responsive terhadap input pengguna (67% sangat setuju dan setuju), sistem tidak terlalu besar (56% sangat setuju dan setuju), sistem secara keseluruhan tidak mempunyai kinerja yang baik (lebih dari 40%) dan sistem tidak efisien (lebih dari 53%). Berdasarkan hasil ini untuk metrik produk perangkat lunak dapat disimpulkan bahwa perangkat lunak yang diuji secara keseluruhan responsive, ukuran tidak terlalu besar, tidak memiliki kinerja yang baik dan perangkat lunak tidak efisien.
9 PL 6 PL 4 PL
Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui strategi dan teknik pengujian yang digunakan baik black box maupun white box, beserta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengujian. Responden berjumlah 76 orang sebagai tester perangkat lunak. Berdasarkan demografi responden yang disajikan dalam tabel 1 menunjukan bahwa responden terdiri dari 76 mahasiswa dengan rincian 74 laki-laki dan 2 perempuan. Selain itu terdapat mahasiswa dari beberapa tingkatan yang berbeda dengan rincian 7 orang mahasiswa semester 5, 60 orang mahasiswa semester 7 dan 9 orang mahasiswa semester 9 ke atas. Untuk ukuran tim terbagi ke dalam beberapa bagian yakni tanpa tim 2 orang, tim 1-2 orang terdapat 9 tim, tim 3-4 orang terdapat 5 tim, dan tim 5-6 orang terdapat 5 tim. Sedangkan untuk biaya pembuatan perangkat lunak yang digunakan terbagi ke dalam 3 bagian yakni perangkat lunak dengan rentang biaya 0-500.000 terdapat 14 perangkat lunak, rentang biaya 500.000-1.000.000 sebanyak 4 perangkat lunak, dan dengan biaya 1.000.000 sebanyak 1 perangkat lunak. Kemudian untuk jadwal pengembangan perangkat lunak terbagi menjadi 3 yakni dengan jadwal pengembangan kurang dari 1 bulan sebanyak 9 perangkat lunak, 2-3 bulan sebanyak 6 perangkat lunak dan lebih dari 3 bulan sebanyak 4 perangkat lunak.
238
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
Gambar 1. Metrik produk
Gambar 3. Kegunaan
Gambar 2. Metrik proses
Gambar 4. Kepuasan pengguna
Dalam metrik proses berdasarkan gambar 2 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa berusaha dengan maksimal dalam melakukan pengujian (lebih dari 93%), menggunakan waktu yang disediakan dengan maksimal (lebih dari 84%), dan menemukan total defect/ error yang lumayan banyak (lebih dari 57%). Sedangkan untuk penggunaan perangkat lunak berdasarkan gambar 3 di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tertarik dengan perangkat lunak yang diuji, perangkat lunak mudah digunakan (61%), dan perangkat lunak mudah dimengerti. Evaluasi untuk kepuasan pengguna disajikan dalam gambar 4. Kepuasan pengguna untuk keseluruhan perangkat lunak menunjukan hasil yang positif, akan tetapi mahasiswa kurang puas dalam hal fungsionalitas perangkat lunak yang diuji.
Hasil evaluasi untuk strategi dan teknik pengujian disajikan dalam tabel 3. Berdasarkan hasil kuisioner, 71 responden (93%) memilih strategi top down dan hanya 5 (sekitar 7%) yang memilih strategi pengujian bottom up. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden lebih memilih melakukan strategi top down dalam pengujian perangkat lunak. Sedangkan untuk teknik pengujian dibagi ke dalam 2 bagian yakni teknik pengujian black box dan white box. Dalam black box mayoritas responden lebih memilih teknik graph based (63 responden atau 82%), sedangkan untuk beberapa teknik lainnya seperti equivalence partitioning dipilih oleh 11 orang responden dan 2 orang responden memilih teknik boundary value analysis. Kemudian untuk teknik white box mayoritas responden memilih teknik basis path (55 responden atau 72%), dibandingkan dengan 7 orang yang memilih teknik graph matrix dan 14 orang yang memilih teknik lines of code. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk teknik pengujian black box, teknik graph based dan teknik
239
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
basis path dalam white box lebih banyak digunakan dalam pengujian. Berdasarkan (Du & Dong 2011) pengujian basis path merupakan metode pengujian penting dalam white box. Metode ini menghasilkan satu set jalur linear yang independen yang berasal dari Control Flow Graph (CFG) dan semua jalur yang dapat dinyatakan. Pengujian white box lebih banyak digunakan didasarkan pada teori cyclomatic complexity dari Tom McCabe. Dalam beberapa tahun terakhir menurut (Farzan et al. 2015) telah terjadi pertukaran yang menghasilkan ide antara verifikasi perangkat lunak otomatis dan pengujian perangkat lunak white box. Dampak industri pengujian concolic untuk perangkat lunak sekuensial adalah hasil yang paling penting dari upaya ini. Sementara pengujian concolic sangat berhasil menemukan bug, dan bahkan melebihi batas verifikasi, sehingga sulit mengukur kemajuan dalam verifikasi.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 4.
ISSN: 2089-9815
Faktor penghambat File terlalu besar Terjadi pergantian perangkat lunak Alur program rumit Kurang komunikasi Keterlambatan distribusi perangkat lunak Perangkat lunak tidak kompatibel OS Tidak diberikan catatan untuk login Penggunaan framework yang asing Pihak pengembang kurang kooperatif Koneksi internet tidak lancar UI tidak efisien Terlalu banyak bug Perangkat lunak di hack Perangkat lunak sulit dipahami Tidak ada dokumentasi sebelumnya
KESIMPULAN DAN PENELITIAN SELANJUTNYA Pengujian perangkat lunak memiliki keterbatasan dalam keberagaman perangkat lunak yang diuji mulai dari tingkat kompleksitas sampai dengan flatform perangkat lunak yang digunakan (web, mobile, desktop). Untuk mengatasi keterbatasan tersebut perangkat lunak yang diuji harus dipastikan berjalan pada flatform yang dikehendaki dengan cara konfigurasi pada awal sebelum pengujian. Pengujian yang dilakukan oleh beberapa tim pengembang perangkat lunak berjalan dengan lancar dengan hambatan yang sudah ditangani. Untuk mengukur evaluasi hasil pengujian dan feedback dari tim pengembang digunakan kuisioner yang berisi tentang produk, proses, teknik dan strategi pengujian serta faktor-faktor pendukung maupun penghambat dalam melakukan pengujian. Berdasarkan hasil kuisioner, 71 responden (93%) memilih strategi top down dan hanya 5 (sekitar 7%) yang memilih strategi pengujian bottom up. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden lebih memilih melakukan strategi top down dalam pengujian perangkat lunak. Sedangkan untuk teknik pengujian dibagi ke dalam 2 bagian yakni teknik pengujian black box dan white box. Dalam black box mayoritas responden lebih memilih teknik graph based (63 responden atau 82%), dan untuk teknik white box mayoritas responden memilih teknik basis path (55 responden atau 72%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk teknik pengujian black box, teknik graph based dan teknik basis path dalam white box lebih banyak digunakan dalam pengujian. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan perangkat lunak yang memiliki flatform yang sama untuk tim pengembang perangkat lunak yang berbeda. Diharapkan dengan perangkat lunak yang memiliki flatform yang sama dan kompleksitas yang sama hasilnya akan lebih baik.
Tabel 3. Evaluasi strategi dan teknik pengujian No Aspek Jumlah 1 Strategi pengujian: Top down 71 Bottom up 5 2 Teknik pengujian: black box Graph based 63 Equivalence partitioning 11 Boundary value analysis 2 3 Teknik pengujian: white box Basis path 55 Graph matrix 7 Lines of code 14 Berdasarkan tabel 4 penelitian ini menemukan beberapa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengujian. Terdapat 14 faktor pendukung dan 15 faktor penghambat dalam pengujian. Faktorfaktor tersebut didapatkan berdasarkan hal-hal yang ditemukan responden ketika melakukan pengujian baik dari tahap perencanaan, tahap pengujian, dan tahap dokumentasi hasil pengujian. Tabel 4. Faktor pendukung dan penghambat No Faktor pendukung 1 Koordinasi tim baik 2 Kompatibel dengan hardware 3 Perangkat lunak sederhana 4 Tidak dibutuhkan koneksi internet 5 Sistem responsif 6 Aplikasi belum menggunakan framework 7 Sistem mudah dipahami 8 Diberikan akses full terhadap PL 9 Waktu pengujian yang terjadwal 10 Aplikasi open source 11 Instalasi program mudah dipahami 12 Aplikasi berbasis web yang familiar 13 Aplikasi dilengkapi dengan modul 14 Perangkat lunak mudah digunakan
240
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
PUSTAKA Aurum, A. & Wohlin, C., 2005. Engineering and Managing Software Requirements, Du, Q. & Dong, X., 2011. An improved algorithm for basis path testing. BMEI 2011 Proceedings 2011 International Conference on Business Management and Electronic Information, 3, pp.175–178. Farzan, A., Holzer, A. & Veith, H., 2015. Perspectives on white-box testing: Coverage, concurrency, and concolic execution. 2015 IEEE 8th International Conference on Software Testing, Verification and Validation, ICST 2015 - Proceedings. Garousi, V. & Zhi, J., 2013. A survey of software testing practices in Canada. Journal of Systems and Software, 86(5), pp.1354–1376. Itkonen, J. & Lassenius, C., 2013. The Role of the Tester ’ s Knowledge in Exploratory Software Testing. , 39(5), pp.707–724. Jatnika Hendra, I.Y.S., 2011. Testing dan Implementasi, Lee, J., Kang, S. & Lee, D., 2012. Survey on software testing practices. IET Software, 6(3), p.275. Ng, S.P. et al., 2004. A preliminary survey on software testing practices in Australia. Software Engineering Conference, 2004. Proceedings. 2004 Australian, pp.116–125. Pham, R. et al., 2014. Enablers , Inhibitors , and Perceptions of Testing in Novice Software Teams. FSE’14, (ACM), pp.30–40. Pham, R., 2014. Improving the Software Testing Skills of Novices during Onboarding through Social Transparency. , pp.803–806. Subhiyakto, E. & Kamalrudin, M., 2014. Customization of Requirements Modeling Tool For Software Engineering Education. International Symposium on Research in innovation and sustainability, 2014(October 2014), pp.1581–1584.
241
ISSN: 2089-9815