Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO’E Agustinus Cornelis Fanda, Hari Wiko Indaryanto Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Pelayanan air bersih di Kota Soe oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan saat ini masih belum optimal sehingga dibutuhkan suatu perencanaan strategi untuk peningkatannya terutama pada aspek teknis, finansial dan kelembagaan. Metode yang digunakan dalam mengevaluasi ke tiga aspek tersebut adalah dengan bantuan soft ware Epanet 2.0 untuk aspek teknis berkaitan dengan evaluasi sistem distribusi, untuk aspek finansial dengan melakukan perhitungan nilai ekonomi untuk optimalisasi dan rencana pengembalian dana serta untuk aspek kelembagaan menggunakan penilaian kinerja perusahaan dan analisa. Tahap akhir dari penelitian adalah perumusan strategi peningkatan pelayanan air bersih oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hasil evaluasi aspek teknis menunjukkan kelemahan pada jaringan transmisi dalam hal penyaluran air baku, tingkat kebocoran yang masih tinggi pada jaringan pipa transmisi dan distribusi serta perlu penambahan kapasitas reservoir. Hasil evaluasi aspek finansial menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang masih lemah dibuktikan dengan indikator Curent Ratio, ROA dan ROE yang rendah sedangkan hasil evaluasi aspek kelembagaan menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kuadran ke tiga dimana masih menghadapi kendala internal perusahaan sedangkan peluang cukup besar. Mengantisipasi peningkatan kebutuhan air bersih di masa mendatang, maka dilakukan program pengembangan untuk jangka waktu lima belas tahun ke depan dengan melakukan investasi terutama untuk bidang teknis. Hasil penilaian kelayakan investasi menunjukkan bahwa investasi yang akan dilakukan memenuhi kelayakan yaitu : IRR > 12%, NPV bernilai positif, PI >1 dan PPDF kurang dari masa investasi. Guna mendukung terlaksananya program tersebut, telah disusun suatu strategi peningkatan pelayanan untuk tiap periode kegiatan. Kata kunci: aspek teknis, evaluasi, finansial, kelembagaan, strategi
PENDAHULUAN Kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan masyarakat serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun halhal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dibarengi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air per kapita. Peningkatan kebutuhan air tersebut jika tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih akan menimbulkan masalah dimana air bersih yang tersedia tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada wilayah tersebut.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Sebagaimana yang sering terjadi pada wilayah/kawasan yang sedang berkembang, hal ini pun terjadi di Kota Soe yang merupakan Ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur, dimana pelayanan air bersih di Kota Soe dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum/PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sampai dengan saat ini tingkat pelayanan air bersih telah mencapai sekitar 51,84% dari seluruh jumlah penduduk Kota Soe sebanyak 34.401 jiwa (BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan 2006) dengan jumlah sambungan rumah 2.772 SR (PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan 2007). Peningkatan jumlah penduduk setiap tahun serta perkembangan wilayah pelayanan pada beberapa tahun terakhir ini telah menyebabkan pelayanan air bersih oleh PDAM menjadi kurang optimal, dimana peningkatan jumlah pelanggan belumlah dibarengi dengan peningkatan pelayanan air bersih. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan permasalahan yang ada saat ini serta memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan pelayanan air bersih di Kota Soe oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dengan pendekatan penelitian menggunakan studi kasus. Gambaran yang ingin diperoleh menyangkut kapasitas distribusi, kondisi jaringan pipa transmisi dan distribusi, serta beberapa aspek yang berkaitan dengan sistem distribusi, seperti biaya yang dibutuhkan serta struktur dan program kelembagaan. Data primer meliputi data kebutuhan air domestik dan nondomestik serta proyeksi tingkat pelayanan penduduk, diperoleh dengan metoda survey terhadap kebutuhan pemakaian (Real Demand Survey) pelanggan maupun nonpelanggan PDAM. Penentuan tekanan air dimaksudkan untuk mengetahui nilai tekanan air yang sampai pada sambungan rumah, dilakukan dengan cara memeriksa tekanan air tersebut dengan alat pressure gauge yang dilakukan pada saat jam puncak maupun tidak untuk diketahui perbedaannya. Pembentukan zona distribusi didasarkan pada kepadatan penduduk, tata guna lahan dan pembebanan tiap blok, serta tidak mengabaikan letak jaringan pipa eksisting. Kehilangan air dan total produksi ditentukan dengan cara membandingkan total air yang didistribusi dengan total air yang tercatat/terbayar. HASIL DAN DISKUSI PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan pada tahun 2006 baru mampu melayani kebutuhan 2.772 pelanggan rumah tangga (sambungan rumah/SR) dan 12 unit hidran umum/HU. Berdasarkan hasil yang didapat dari RDS (Real Demand Survey), diketahui bahwa rata-rata kebutuhan air untuk pelanggan rumah tangga adalah sebesar 118,70 liter/orang/hari sedangkan kebutuhan untuk pelanggan hidran umum/HU berdasarkan penggunaan air yang terdata di PDAM adalah sebesar 2.759,01 liter/unit/hari. Ini berarti dengan 100 orang per unit HU, rata-rata pemakaian airnya adalah sebesar 27,59 liter/orang/hari. Berpedoman pada hasil di atas, untuk kategori kota sedang diketahui bahwa kebutuhan air untuk pelanggan rumah tangga di Kota Soe menurut RDS lebih kecil 6,30 liter/orang/hari dan untuk hidran umum berdasarkan data rekening ditagih lebih kecil 2,01 liter/orang/hari bila dibandingkan dengan standar pelayanan bidang air minum sebesar 125 liter/orang/hari untuk pelanggan rumah tangga dan sebesar 30 liter/orang/hari untuk pelanggan hidran umum (Depkimpraswil, 2004).
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-18-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada penggunaan air yang terdata di PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan kemudian ditentukan kebutuhan rata-ratanya dalam sehari. Besarnya kebutuhan air setiap jenis pelanggan diperoleh dengan cara pembulatan keatas dari kebutuhan real, seperti Tabel 1. Tabel 1. Penetapan Kebutuhan Air Kota Soe No 1 2 3 a. b. c. 4 a. b. c. d. e. f. g. 5 6 a. b. c. d. e.
Jenis Pelanggan Sambungan Rumah Hidran Umum Sosial Khusus Gereja Mesjid Pura Instansi Pemerintah Sekolah TK SD SMP SMA Kantor Terminal Rumah Sakit Tipe (1) Tipe (2) Puskesmas Rumah Tahanan Lapangan Tenis Niaga Kecil Niaga Besar Toko / Pengusaha Perusahan PLTD Pom Bensin Hotel
Konsumsi 118,70 liter/orang/hari 27,59 liter/orang/hari
Penetapan Kebutuhan Air 125,00 liter/orang/hari 30.00 liter/orang/hari
1,026.63 liter/unithari 2,657.83 liter/unithari 532.26 liter/unithari
1,050.00 liter/unithari 2,700.00 liter/unithari 550.00 liter/unithari
698.39 1,000.74 1,857.04 2,617.81 2,084.04 912.54
liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari
700.00 1,050.00 1,900.00 2,650.00 2,100.00 950.00
liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari
1,188.53 88,745.88 714.16 20,568.82 978.49 955.01
liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari
1,200.00 88,750.00 750.00 20,600.00 1,000.00 1,000.00
liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari
1,435.28 2,133.15 19,736.92 630.82 5,440.50
liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari
1,450.00 2,150.00 19,750.00 650.00 5,450.00
liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari liter/unithari
Berdasarkan data penjualan dan produksi air tahun 2006, diketahui jumlah air yang terjual adalah sebanyak 1.051.716 m3 sedangkan produksi air sebesar 1.412.124 sehingga kebocoran air adalah sebesar 360.408 m3 atau sebesar 26% dari total produksi air. Data jumlah air yang terdistribusi ke pelanggan ini tidak akurat karena data tersebut diperoleh berdasarkan taksiran yang diakibatkan oleh seluruh sumber air yang ada tidak mempunyai meteran air untuk mengukur produksi dan distribusi. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan yang sampai ke pelanggan terutama pada beberapa daerah di ujung wilayah pelayanan, menunjukkan bahwa tekanan berada di bawah 1 kg/cm2 atau 10 meter kolom air sehingga kurang memenuhi syarat tekanan air minimum, serta terdapat beberapa lokasi yang pada jam tertentu air tidak mengalir. Dari hasil perhitungan, sampai akhir tahun 2021 tingkat pelayanan yang dipakai sebagai dasar dalam rencana induk pengembangan sistem penyediaan air minum adalah mencapai 84,72% jumlah penduduk pada tahun tersebut. Penyediaan air bersih di Kota Soe oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan saat ini mempunyai tingkat pelayanan 51,84% dimana jumlah penduduk tahun 2006 sebanyak 34.401 jiwa dan jumlah rumah tangga di Kecamatan Kota Soe tahun 2006 sebanyak 6.382 rumah tangga sehingga didapat jumlah kepadatan tiap rumah rata-rata sebesar 5,39 jiwa per rumah atau dibulatkan 6 jiwa per rumah dengan memanfaatkan air seperti penjelasan pada Tabel 2.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-18-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008 Tabel 2. Sumber dan Kapasitas Air Baku AIR BAKU Mata Air Oe So E Mata Air Bisuaf Mata Air Oe Nasi Sumur Bor Nifuhuki 1 Sumur Bor Nifuhuki 2 Mata Air Gunung Mutis Sumur Bor Kesetnana 1 Sumur Bor Kesetnana 2 Sumur Bor Kesetnana 3 Sumur Bor Kesetnana 4 Mata Air Oe Halak TOTAL
DEBIT DEBIT KAPASITAS SUMBER SUMBER KAPASITAS PRODUKSI KET. SISTIM NORMAL KEMARAU TERPASANG NORMAL OPERASIONAL (Q=Lt/Dt) (Q=Lt/Dt) (Q=Lt/Dt) (Q=Lt/Dt) 4.00 2.00 3.00 1.50 Grafitasi Operasi 3.50 2.00 2.50 1.20 Grafitasi Operasi 10.00 5.00 5.00 5.00 Pompa Cadangan 8.50 6.00 7.50 6.00 Pompa Cadangan 7.00 5.50 5.00 5.00 Pompa Operasi 300.00 184.00 50.00 37.70 Grafitasi Operasi 5.00 5.00 5.00 5.00 Pompa Cadangan 4.00 4.00 3.00 2.50 Pompa Cadangan 5.00 5.00 5.00 5.00 Pompa Cadangan 5.00 5.00 4.00 5.00 Pompa Cadangan 80.00 60.00 Belum Dibangun 432.00 283.50 90.00 73.90
Sumber air dari Mata Air Gunung Mutis lebih kurang berjarak 42 km dari Kota Soe serta memiliki kapasitas sumber terbesar dari seluruh sumber air yang melayani masyarakat Kota Soe sehingga dijadikan sebagai sumber air utama namun pemanfaatannya masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kapasitas sumber sehingga masih dapat dilakukan peningkatan kapasitas pengambilan, Gambar 1 menunjukkan lay out jaringan transmisi.
Gambar 1. Lay Out Jaringan Transmisi Mata Air Gunung Mutis
Hasil evaluasi menggunakan Program Epanet 2.0, (Roosman, 2000) pada Jaringan Tranmisi Mata Air Gunung Mutis berdasarkan hasil running Epanet 2.0, Debit maksimal yang dapat melalui jaringan pipa transmisi Mata Air Gunung Mutis adalah sebesar 45 liter/detik disebabkan karena tekanan kerja pada pipa yang cukup tinggi sebagai akibat dari pemasangan pipa, bangunan pelengkap dan accessories pada pipa yang tidak memenuhi spesifikasi teknis dan standar baku yang ada sehingga jaringan pipa transmisi tidak mampu menerima debit yang lebih besar. Hal ini menyebabkan debit air yang tersalurkan melalui pipa transmisi Mata Air Gunung Mutis tidak sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Namun hal ini tidak dapat terukur secara pasti akibat dari ketiadaan meteran air. Sistem distribusi PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan menggunakan sistem pengaliran secara gravitasi untuk mendistribusikan air ke pelanggan seperti pada Gambar 2. Berdasarkan hasil simulasi dengan program Epanet 2.0. terdapat beberapa pipa yang tidak memenuhi standar kecepatan aliran dan tekanan. Hasil yang dapat disimpulkan dari simulasi tersebut yaitu pada beberapa sambungan pipa memiliki
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-18-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
kecepatan aliran dalam pipa lebih rendah dari standar minimum sehingga kecepatan yang terlalu kecil ini dapat mengakibatkan endapan dalam pipa tidak dapat terdorong sehingga dapat menyumbat aliran pada pipa. Tidak terdapat node yang memiliki tekanan yang lebih rendah dari standar minimum yaitu 10 m. Kondisi ini secara teknis dimungkinkan mengingat letak reservoir berada pada elevasi yang paling tinggi. Namun kenyataan di lapangan masih terdapat daerah yang diwakili oleh node-node (yang bertekanan terendah dari hasil running) sering tidak mendapat air terutama pada pemakaian puncak serta pada sambungan pipa mempunyai kehilangan tekanan (headloss) lebih tinggi dari 10 m/km. Kondisi ini mengidentifikasikan adanya pipa yang mempunyai diameter yang terlalu kecil.
Gambar 2. Jaringan Distribusi Air Bersih di Kota Soe
Untuk mengatasi tekanan yang rendah, cara yang dapat ditempuh oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah dengan menambah sambungan pipa khususnya di daerah yang memiliki jarak antar node terpendek, namun memiliki selisih tekanan yang cukup untuk memenuhi daerah layanan. Selain itu juga dengan merubah jalur distribusi disamping peningkatan kapasitas pengaliran. Dalam mengatasi permasalahan headloss yang terlalu tinggi, dicoba dengan merubah dimensi pipa. Dengan cara ini akan didapat headloss pada seluruh jaringan menjadi lebih kecil dari 10 m/km, sehingga memenuhi syarat kehilangan tekanan maksimum. Pada sebagian daerah yang diwakili oleh node-node ujung distribusi walaupun menurut hasil Epanet 2.0 memiliki sisa tekanan yang baik, namun sering tidak mendapat air terutama pada pemakaian puncak. Tekanan yang kurang pada daerah pelayanan ini dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kebocoran. Berdasarkan pengamatan menunjukkan kemungkinan kebocoran pada jaringan pipa distribusi disebabkan oleh sebagian besar pipa telah mencapai umur 25 tahun, serta adanya indikasi terdapat banyak penyambungan liar. Namun besarnya kebocoran ini tidak dapat dideteksi secara pasti disebabkan karena tidak terdapatnya meter air pada jaringan pipa distribusi sehingga kebocoran air hanya dapat diidentifikasikan dengan cara melakukan taksiran melalui perbandingan kapasitas produksi dari sumber-sumber air dengan kapasitas air yang terjual. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memasang meteran induk pada jaringan pipa transmisi dan pipa distribusi utama guna mengontrol produksi air dan menekan tingkat kebocoran.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-18-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air maka dapat diketahui kebutuhan air rata-rata Kota Soe pada tahun 2021 diprediksikan sebesar 92,48 liter/detik. Ini berarti debit air yang dibutuhkan lebih besar dari suplai air saat ini, yaitu hanya sebesar 45,4 liter/detik saja. Dengan demikian perlu penambahan suplai air ratarata sebesar 47,08 liter/detik. Kemudian apabila diperhitungkan terhadap kebutuhan harian maksimum dimana faktor harian maksimum 1,1 (Depkimpraswil, 2004), maka suplai air yang dibutuhkan adalah minimal sebesar 101,73 liter/detik. Untuk pelayanan air bersih di Kota Soe sampai dengan tahun 2021, direkomendasikan untuk mengoptimalkan pemakaian sumber-sumber air terutama yang memiliki kapasitas sumber yang besar serta memiliki sistim pengaliran secara gravitasi seperti Mata Air Gunung Mutis melalui peningkatan kapasitas sumber air baku. Peningkatan kapasitas produksi sumber Mata Air Gunung Mutis lebih memungkinkan dilaksanakan dan lebih ekonomis karena biaya investasi yang tidak terlalu tinggi serta memiliki debit pengaliran yang cukup dibanding sumber mata air lain yang kemungkinan mengalami penurunan debit air pada masa yang akan datang sehingga kapasitas produksi nantinya lebih maksimal. Dengan peningkatan kapasitas produksi ini juga dapat menekan biaya operasional melalui pengurangan penggunaan energi untuk operasional pompa. Dengan adanya penambahan suplai debit air, maka perlu dilakukan perhitungan terhadap reservoir yang ada agar tidak mengganggu pendistribusian air nantinya. Adapun perhitungan yang dilakukan berdasarkan standar PU Cipta Karya tahun 1998, dimana volume reservoir adalah sebesar 15-20% dari debit harian maksimum. Dari debit harian maksimum sebesar 101,73 liter/detik, didapat volume sebesar 8.789,47 m3/hari. Dengan demikian volume reservoir yang dibutuhkan adalah sebesar 2.318 m31.757m3. Total volume reservoir yang ada sebesar 1.000 m3, maka perlu penambahan reservoir dengan kapasitas 750 m3. Direncanakan dibangun 1 (satu) buah reservoir dengan tinggi 5 m, lebar 10 m dan panjang 15 m serta tinggi jagaan diambil 0,3 m. Analisis terhadap aspek finansial dengan melihat kondisi keuangan perusahaan melalui perbandingan/Ratio mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan masih lemah dibuktikan antara lain dengan indikator current ratio (CR) sebesar 4,5 atau lebih besar dari 1 yang menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya, Return on Equity (ROE) bernilai negatif atau sebesar -0,62 menunjukkan nilai kerugian perusahaan terhadap modal yang dimiliki sebesar 62% serta Return on Assets (ROA) bernilai negatif atau sebesar -0,52 menunjukkan bahwa nilai kerugian perusahaan terhadap aset pada tahun 2006 adalah sebesar 52%, seperti dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis Aspek Finansial
No
Uraian
1 2 1 Aktiva Lancar 2 Hutang Lancar 3 Laba (Rugi) Bersih 4 Ekuitas 5 Total Aktiva Tolok Ukur 1 Current Ratio 2 ROE 3 ROA
Tahun 2006 2005 3 4 492,047,288.00 287,454,831.00 109,323,051.00 152,799,714.00 (1,962,536,138.00) (1,949,639,297.00) 3,149,884,282.00 2,962,781,123.00 3,787,187,087.00 3,519,676,741.00 4.50 (0.62) (0.52)
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-18-6
1.88 (0.66) (0.55)
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Analisis terhadap aspek kelembagaan melalui penilaian kinerja perusahaan berdasarkan Kepmendagri Nomor 47 tahu 1999 menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kelompok kinerja yang kurang baik, penjelasannya seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Penilaian Kinerja PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan No
Uraian
Score
2 1 3 A Aspek Keuangan (Jumlah nilai yang diperoleh / 60) x 45 (28 / 60) x 45 B Aspek Operasional (Jumlah nilai yang diperoleh / 47) x 40 (16 / 47) x 40 C Aspek Administrasi (Jumlah nilai yang diperoleh / 36) x 15 (23 / 36) x 15 JUMLAH NILAI TOTAL Score dalam Kinerja (BS / B / C / K / TB NILAI KINERJA KINERJA > 75 Baik Sekali (BS) > 60 - 75 Baik (B) > 45 -60 Cukup (C) > 30 - 45 Kurang (K) ≤ 30 Tidak Baik (TB)
Nilai 4 21.00 13.62 9.58 44.20 Kurang (K)
Analisis SWOT adalah salah satu alat strategi yang bermanfaat untuk membantu perusahaan mengetahui posisi perusahaan serta mengevaluasi potensi yang dimiliki dan dapat melakukan prioritas sasaran bagi peningkatan kinerja dan pelayanan dimasa datang. Rencana strategi peningkatan pelayanan air bersih di Kota So’E disusun melalui analisis SWOT berdasarkan hasil penilaian kinerja PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dan faktor-faktor lain. Dari diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2006), menunjukan posisi perusahaan berada pada kuadran ketiga yakni stabilisasi/rasionalisisasi dimana perusahaan masih menghadapi masih kendala internal sedangkan peluang perusahaan cukup besar. Keadaan ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada guna menghilangkan/meminimalkan masalah (kelemahan) internal . Strategi peningkatan pelayanan air bersih di Kota Soe dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu Tahap I (2007 - 2011), Tahap II (2012-2016) dan Tahap III (2017-2021). Program peningkatan kapasitas sumber direncanakan dilaksanakan mulai Tahap I sedangkan pembuatan reservoir direncanakan dilaksanakan pada Tahap II, dengan pertimbangan kapasitas reservoir yang ada masih mencukupi untuk mengakomodir kebutuhan air sampai dengan tahun 2012 sedangkan pengembangan jaringan distribusi Kota Soe dilakukan secara bertahap mulai dari Tahap I sampai Tahap III disesuaikan dengan rencana peningkatan pelayanan yang ada terutama pada Tahap I pengembangan diarahkan ke Desa Kuatae yang sama sekali belum mendapatkan pelayanan PDAM kemudian pada tahap berikutnya dilanjutkan ke Desa Noemeto, sebagian Kelurahan Nonohonis, wilayah Desa Kesetnana dan Desa Mnelalete yang merupakan daerah pertumbuhan permukiman baru. Hasil analisa jaringan pipa distribusi dengan menggunakan Program Epanet 2.0, merekomendasikan pada awal pengembangan jaringan distribusi pada Tahap I, selain pembuatan jaringan baru perlu adanya perubahan dimensi beberapa pipa eksisting untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan air pada tiap node yang menyebabkan headloss yang besar. Dalam hubungannya dengan tingkat pelayanan terhadap seluruh kota, pada akhir Tahap I ini diproyeksikan tingkat pelayanan (population coverage) pada seluruh kota akan meningkat menjadi 62,80% pada Tahun 2011, pada akhir Tahap II akan meningkat menjadi 73,76% pada Tahun 2016 dan pada akhir Tahap III akan menjadi 84,72% pada akhir tahun 2021.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-18-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
KESIMPULAN Rendahnya tekanan air pada beberapa wilayah terutama di ujung daerah pelayanan PDAM di Kota Soe disebabkan oleh tidak optimalnya sistim distribusi yang ada, serta disebabkan juga oleh tingginya tingkat kebocoran air dalam jaringan transmisi dan distribusi, namun tingkat kebocoran ini tidak dapat diidentifikasi secara pasti akibat ketiadaan meteran air induk. Dengan memasang meteran induk pada jaringan pipa transmisi dan pipa distribusi diharapkan dapat mengontrol produksi air dan menekan tingkat kebocoran. Dalam rangka peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat Kota Soe dalam kurun waktu 5 sampai 15 tahun ke depan perlu dilakukan peningkatan kapasitas sumber air baku untuk menambah suplai air guna mendukung perluasan sistem jaringan distribusi pada daerah yang potensi pelanggannya cukup besar termasuk membangun satu buah reservoir dengan kapasitas 750 m3. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor Tengah Selatan. (2006). Tmor Tengah Selatan Dalam Angka 2006. Soe. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya. (1998). Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Volume V. Jakarta. Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004). Standard Pelayanan Bidang Air Minum. Jakarta. PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan (2007). Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2006. Soe. Rangkuti, F (2006), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Roosman, L.A. (2000). Epanet 2 User Manual, Water Supply and Water Resources Division. National Risk Management Research Laboratory, Cincinnati, OH.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-18-8