STRATEGI PEMBINAAN OLAHRAGA TRADISIONAL Oleh Drs. Sumardiyanto, M.Pd
A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan cultural yang beragam. Untaian indah kultur, etnis, suku dan agama menghiasi bumi nsantara ini. Setiap kltur, etnis, suku dan agama memiliki ekspresi dan cara pengungkapannya masing-masing.
Salah satu ekspresi itu tercermin pada olahraga
tradisional yang hidup dan berkembang subur pada setiap daerah. Olahraga tradisional adalah permainan-permainan rakyat yang hidup dalam suatu masyarakat yang telah mengakar, tumbuh dan berkembang dan secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Olahraga tradisional adalah budaya bangsa yang hampir punah akibat perkembangan zaman. Olahraga tradisional ini hampir tidak dipermainkan lagi oleh anak-anak baik di daerah terpencil sampai di daerah perkotaan. Disamping itu olahraga tradisional sebagai asset kekayaan budaya bangsa.
Sudah
sepatutnya diangkat kembali untuk menunjukkan perannya dalam usaha mewujudkan persatuan bangsa dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu olahraga tradisional perlu mendapat perioritas yang lebih besar dari pemerintah pusat dan daerah untuk turut serta bahu membahu menggali, melestarikan dan mengembangkan kembali sehingga dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat di seluruh Indonesia. Berbagai upaya pengembangan dan pelestarian olahraga tradisional saat ini, masih belum optimal dan menghadapi berbagai kendala karena memang olahraga tradisional di jaman modern sudah ditinggalkan oleh generasi muda akibat berbagai permainan modern yang begitu maju dan menarik serta dipengaruhi oleh budaya maju dari masyarakat di jaman modern pula. Banyak yang lebih memilih permainan yang canggih dan bersifat ototamis serta digital. Anak-
anak dan pemuda kita memiliki kecenderungan kurang mengenal olahraga tradisional. Padahal olahraga tradisional bias menjadi modal bagi ketahanan budaya menghadapi serbuan budaya global. Olahraga tradisional bisa dijadikan perisai atau jati diri bangsa dalam pentas globalisasi. Olahraga tradisional yang berasal dari permainan rakyat sebagai asset budaya bangsa perlu dilestarikan dan dikembangkan di seluruh Indonesia melalui tenaga-tenaga penggerak yang terampil. Kebudayaan nasional yang besumber kepada kebudayaan daerah perlu adanya pembinaan dan pemeliharaan serta pengembangan kebudayaan tersebut dengan dimulainya dari usaha penggalian serta pengumpulan data dari unsur-unsur kebudayaan daerah di tanah air. Olahraga tradisional adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang masih hidup dan berkembang di setiap daerah-daerah di Indonesia. Peranan olahraga tradisional dalam masyarakat tidak perlu disangsikan lagi mengingat pentingnya nilai-nilai budaya (potensi di dalam menyampaikan gagasan yang mengandung pembangunan manusia seutuhnya secara keseluruhan). Dengan demikian olahraga tradisional tersebut telah mampu membuat tempat kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia, sehingga mudah dipahami bahwa olahraga tradisional yang berkembang di daerah-daerah sangat berarti dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Di dalam perkembangannya olahraga tradisional ini
banyak sekali terpengaruh oleh kemajuan teknologi yang pesat, dimana komunikasi antar bangsa menjadi lebih mudah, dan bukan suatu hal yang tidak mungkin jika nilai-nilai budaya yang terkandung dalam olahraga tradisional ini sedikit banyak akan berkurang. Maka perlu adanya suatu usaha pelestarian dan pengembangan olahraga tradisional khususnya di Jawa Barat. Olahraga tradisional juga memiliki dimensi lain, yakni potensi bagi upaya untuk mendukung pariwisata.
Keunikan olahraga tradisional akan data menarik minat banyak
wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Olahraga tradsional pun memiliki dampak ekonomis terutama bagi masyarakat di daerah-daerah tersebut. Selain itu, olahraga tradisional ini berdampak positif pula bai terwujudnya masyarakat yang sehat, bugar dan berkecukupan
gerak. Karena di dalamnya terkandung berbagai aktivitas dan gerak fisik yang mendukung kesehatan. Untuk itu, pelestarian, pembinaan dan pengembangan olahraga tradisional adalah keniscayaan. Karena olahraga tradisional memiliki daya dan kekuatan yang menyebabkan kia sebagai bangsa memiliki “kekebalan budaya” agar tak punah dan gagap dalam pergaulan dengan komunitas global. Olahraga tradisional sebagai asset kekayaan budaya bangsa dapat menjadi fondasi yang kokoh dan kuat dalam membangun “nation and character” sebagai upaya mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam olahraga tradisional ini lebih menitikberatkan pada permainan. Menurut kamus umum tentang definisi olahraga tradisional adalah “aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan disengaja serta menggunakan aturan atas dasar kebiasaan yang secara turun temurun terjadi disuatu masyarakat”. Olahraga tradisional ini dalam pelaksanaan aturan permainan disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut. Sedangkan pengertian permainan termasuk bergerak, artinya permainan selalu diiringi oleh gerakan. Bukan hanya gerakan jasmani saja, tetapi gerakan jiwa juga. Berdasarkan data tentang olahraga tradisional yang berkembang di Indonesia antara lain adalah Pencak silat gelombang (NAD), Kuda tunggang (Sumut), Keranjang kambie (Sumbar), Gutuk sambut bol (Sumsel), Cu (Jambi), Rajo-rajo (Bengkulu), Merebut bantal (Riau), Paku sukha (Lampung), Lubang batok (Babel), Ujungan (Banten), Cingkrang (DKI Jaya), Bubuyungan (Jabar), Serok mancung (Jateng), Gaprik (DIY), Keket (Jatim), Macepet-cepetan (Bali), Balemparan (NTB), Manatika (NTT), Perahu darat (Kalbar), Kerbau-kerbauan (Kaltim), Naik sigai (Kalsel), Teluk mangan (Kalteng), Tanggabeo (Gorontalo), Sero amburu Sulut), Hekansalu (Sul.tenggara), Mpoliba puni (Sulteng), Massempe (Sulsel), Bolak balik tempurung (Maluku), Sidak ekol (Maluku Utara), Barapen (Papua), dll. Adapun olahraga tradisional yang telah dibakukan oleh Direktorat Olahraga Masyarakat Ditjen Olahraga Depdiknas adalah Egrang, Gebuk bantal, Terompah panjang, Lari balok, Tarik tambang, Hadang, Patok lele, Benteng, Dagongan, Sumpitan, dan Gasing.
Sedangkan data tentang olahraga tradisional yang berkembang di wilayah Jawa Barat antara lain adalah; Tekosan, Boy-boyam/ Babancakan, Kucing-kucingan, Galah asin/Gobak sodor/Dadaluan/ Lenjang/Hadang, Jangleng, Pukul tongkat, Bubuyungan, Rounders, Sorodot gaplok/Gampar, Ucing cup, Hakdiuklise, Sonlah/Ting-ting bulan, Panahan, Eleng-eleng,Bonbonan/Bebentengan/Kucing pris/Galah totog/Pilisan/Tawanan/Galah ulung/Baren/Rerebonan, Gatrik, Wau/Layang-layang, Antu-antuan, Engkle, Lompat karet, Panjat pinang, Kambingkambingan, Egrang, Toktak, Sompyang, Alung boyong, Sepak raga/Sepak bulatan/Sepak takraw, Ucing jidar, Gebuk bantal, Rakit/Perahu sampan, Kasti, Bola bakar, dll. Adapun olahraga tradisional yang sering dilakukan oleh anak SD sesuai dengan kurikulum adalah rounders, kasti atau bola bakar. Sedangkan anak SLTP yakni galah asin/gobak sodor, bola keranjang, Egrang. Di masyarakat lebih berkembang olahraga tradisional toktak seperti bulu tangkis hanya menggunakan triplek sebagai pemukul, sepak karet/sepak raga sama dengan sepak takraw tetapi menggunakan tumpukan karet yang diikat, Wau (layang-layang) sudah menjadi komoditi pariwisata oleh Diparda. Kemudian hasil eksibisi kegiatan mahasiswa jurusan PJKR FPOK UPI di Waduk JatiluhurPurwakarta, kegiatan olahraga tradisional (Bahari) yakni lomba rakit, perahu sampan, perahu tradisional berpenumpang 20 orang, dan gebuk bantal di atas air merupakan rintisan dan akan dimasyarakatkan di Situ Ciburuy bekerja sama dengan Diparda Kotip Cimahi sebagai agenda pariwisata. Sebagai langkah yang tepat dan strategis apabila ada upaya untuk membukukan kumpulan olahraga tradisional yan tersebar dimasyarakat Indonesa umumnya dan masyarakat Jawa Barat pada khususnya, sehingga dengan sendirinya akan terinventarisasikan dan terwujud pengembangan serta pelestarian olahraga tradisional sehingga manfaat yang dapat dipetik adalah makin terbukanya wacana bangsa Indonesia tentang keanekaragaman olahraga tradisional yang ada di penjuru negara kita tercinta
B. Dasar 1. Undang-ndang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional 2. Undang-undang Republik Indonesa Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 19 (4). 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
C. Potensi, Kebijakan dan Strategis 1. Potensi Pembinaan olahraga tradisional di Jawa Barat yang diharapkan dapat berkembang di lembaga formal (sekolah, instansi pemerintah/swasta), non formal (masyarakat) dan akhirnya merupakan suatu kebutuhan sehari-hari (tiada hari tanpa olahraga) bagi keluarga/individu (informal). Jika ini dapat ditingkatkan kualitasnya, akan merupakan suatu potensi sumber bibit olahragawan berbakat yang mengacu kepada : -
Tingkat kebugaran jasmani masyarakat
-
Jumlah Guru Penjas dan pelatih olahraga/Pembina olahraga
-
Jumlah pelajar dan masyarakat berolahraga yang besar
-
Tingkat perkembangan pariwisata melalui olahraga tradisional
2. Kebijakan Mengutip rumusan UNESCO (Declaration on Sport) tahun 1972, bahwa “Olahraga merupakan aktivitas fisik berupa permainan yang dilakukan dalam bentuk perjuangan melawan orang lain, unsur-unsur alam atau diri sendiri”.
Berdasarkan SK Mendikbud Nomor 413/U/1987 Konsep Dasar Pendidikan jasmani dirumuskan sebagai berikut “Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan mengembangkan individu secara oganik, neuro muscular, intelektual dan emosional melalui berbagai aktivitas fisik”. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu diterapkan kebijakan pokok seperti:
a. Meningkatkan pengertian kepada masyarakat luas, akan arti pentingnya pembinaan olahraga tradisional dikalangan pelajar, pegawai, instansi negeri/swasta, atau organisasi kemasyarakatan (Kecamatan, Desa, RW, RT) b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dengan organisasi dan lembaga keolahragaan serta instansi negeri/swasta dengan usaha pembinaan/pengembangan olahraga tradisional sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang meliputi pelaksanaan teknis, tenaga pelaksana, pendanaan, serta sarana dan prasarana.
c.
Mendorong dan meningkatkan lembaga sekolah (TK, SD, SLTP, SMU) sebagai upaya menciptakan sentra-sentra latihan olahraga tradisional
3. Strategi
a. Mengadakan pendekatan dengan berbagai terkait, pemerintah daerah, Diparda, Kalangan dunia usaha, serta lembaga swadaya lainnya agar pembinaan dan pengembangan olahraga tradisional dapat berkembang (dilestarikan) di lingkungan Jawa Barat. b. Membangkitkan motivasi lembaga-lembaga pendidikan (TK, SD, SLTP, SMU) di daerah-daerah
untuk
menggalakan
pembinaan
sambil
menata
sistem
pengembangan olahraga tradisional dan mekanisme menuju ke jenjang pembinaan selanjutnya, sehingga olahraga tradisional di Jawa Barat dapat dimanfaatkan sebagai agenda pariwisata.
D. Implementasi Pengembangan Olahraga Tradisional 1. Wadah dan jenjang pembinan FPOK , Dinas Olahraga, Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat sesuai tanggungjawabnya membentuk wadah dan menyusun program pembinaan olahraga tradisional secara terencana dan berjenjang melalui : a. Sentra olahraga tradisional (laboratorium) b. Program pemantapan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN), praktek pengalaman lapangan (PPL), dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) c. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) d. Program PKL mata kuliah olahraga rekreasi dan olahraga tradisional e. Kerjasama dengan Dinas Pariwisata f. Kerja sama dengan pengelola olahraga masyarakat (misalnya. FOMI)
2. Sasaran Program a. Sasaran prestasi Sasaran tertuju pada pembinaan yang terprogram dengan pengertian seluruh komponen pelatihan meningkat secara progresif setiap tahun Beberapa prinsip yang diterapkan adalah : a.1. Guru penjas, instruktur, Pembina olahraga perlu menganalisis tentang : motivasi peserta terhadap kegiatan-kegiatan olahraga tradisional a.2. hasil evaluasi melalui kompetisi-kompetisi olahraga tradisional, a.3. Prediksi pembinaan setiap catur wulan dengan titik kulminasi pada even/ kegiatan yang dikaitkan dengan hari bersejarah, misalnya HUT RI, Hardiknas, Haornas, Porseni, dll a.4. Kalender kegiatan pekan olahraga tradisional sebagai pembinaan lanjutan.
b. Sasaran wadah Pembinaan b.1. Sasaran Jangka Pendek •
Terciptanya pola dasar pembinaan instruktur atau pelatih olahraga tradisional, sebagai ujung tombak dari upaya peningkatan pemasaran olahraga tradisional di Jawa Barat
•
Terciptanya pembinaan yang terpadu pada perkumpulan olahraga tradisional di daerah-daerah, dengan meningkatkan koordinasi yang baik yang dilaksanakan FPOK, Dinas Olahraga, Kepala Sekolah, Organisasi masyarakat, dan Pemda setemat.
b.2. Sasaran Jangka Panjang Terbentuknya perkumpulan-perkumpulan olahraga tradisional di sekolah, kecamatan, desa, RW, RT di daerah-daerah dan laboratorium sebagai pusat pengkajian dan pengembangan olahraga tradisional
3. Kendala •
Belum adanya kerjasama terpadu antara instansi terkait dan pemerintah daerah dalam mengatasi melestarikan olahraga tradisional
•
Lemahnya kedudukan mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dalam kurikulum sekolah
•
Kurangnya tenaga pelatih atau Pembina olahraga tradisional yang kreatif
•
Terbatasnya sarana dan prasarana olahraga.
4. Upaya-upaya yang dilaksanakan 4.1.
Pemantapan mekanisme pengorganisasian a. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru penjas dan Pembina olahraga untuk melaksanakan kegiatan olahraga tradisional
dalam rangka usaha meningkatkan kebugaran jasmani serta kesegaran sosial. b. Menjalin kerjasama yang baik dan terpadu dalam rangka pemasalan olahraga tradisional antara Depdikbud atau Dinas Olahraga dengan lembaga terkait atau Pemda c. Membekali guru penjas dan Pembina olahraga dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang
olahraga
tradisional
yang
cocok
untuk
dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah setempat d. Melaksanakan peningkatan mutu dan tenaga Pembina olahraga dengan mengembangkan
bentuk-bentuk
penataran,
pelatihan
olahraga
tradisional.
4.2.
Peningkatan frekuensi perlombaan atau pertandingan Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka pengembangan olahraga tradisional adalah : a. Pertandingan antar kelas (Porak) b. Pertandingan di lingkungan masyarakat, misalnya pada peringatan HUT RI c. Pertandingan antar wilayah se kabupaten atau provinsi d. Mengikuti Pekan Pariwisata dengan berbagai kegiatan olahraga tradisional di daerah setempat