STRATEGI MEMPERTAHANKAN HIDUP SECARA EKONOMI (Studi tentang Livelihood Rumah Tangga Pekerja yang Diberhentikan dari Industri Pengolahan Tahu di Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Jawa Tengah) PENDAHULUAN Harga kedelai di Indonesia mengalami kenaikan secara terus-menerus. Hal ini karena kuota impor kedelai di Indonesia mengalami penurunan akibat dari nilai mata uang dolar yang meningkat dan permintaan mata uang dolar semakin tinggi. Gejolak harga kedelai, di antaranya disebabkan harga kedelai yang naik hampir tiap hari yang disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan masalah stok di pasaran (Berita Satu, 2013). Hal ini mengakibatkan harga kedelai di dunia mengalami kenaikan, karena transaksi perdagangaan antar negara menggunakan alat tukar yaitu mata uang dolar Amerika Serikat. Kenaikan harga kedelai ini membuat para pengusaha tahu mengalami kerugian, karena harga bahan baku untuk pembutan tahu meningkat dan pada akhirnya para pengusaha industri pengolahan tahu memilih berhenti untuk beroperasi dalam pembutan tahu. Akibatnya para pengusaha industri pengolahan tahu juga memberhentikan para pegawainya karena mengalami kerugian. Di sektor pertanian di Indonesia khususnya kedelai, hasil pertanian kedelai lokal hanya mampu mencukupi kebutuhan kedelai nasional 30%, dan 70% dicukupi dengan kedelai impor (Kedaulatan Rakyat, 2013). Pada awal Bulan September 2013 para produsen tahu di Desa Poncoruso Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang mengalami masa yang sulit, karena para produsen tahu merugi akibat naiknya harga kedelai yang mencapai Rp 9.950,00 per kilogram, dari yang semula Rp 6.500,00 sampai Rp 7.500,00 per kilogram, sehingga para produsen tahu memberhentikan para pegawainya. Salah satu dari industri–industri pengolahan yang ada di Kabupaten Semarang adalah industri pengolahan tahu yang ada di Desa Poncoruso Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Industri tersebut yang cukup banyak menyerap tenaga kerja dan menggerakkan perekonomian di Desa Poncoruso Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Dapat dilihat pada pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah masing-masing, khususnya di Kabupaten Semarang pada tahun 2009 – 2011. Struktur ekonomi Kabupaten Semarang masih bertumpu pada sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang selama tiga tahun terakhir merupakan sektor terbesar 1
dalam penyumbang Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang. Hal ini mengidentifikasikan bahwa penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Semarang masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, sedangkan sektor-sektor yang lain masih minim dalam menyediakan dan menyerap tenaga kerja ini dilihat dari PDRB Kabupten Semarang dari tahun 2009-2011 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang). Di Desa Poncoruso banyak pelaku usaha industri pengolahan khususnya industri pengolahan tahu. Industri-industri pengolahan tahu ini banyak menyerap tenaga kerja khususnya warga yang berdomisili di Desa Poncoruso. Titik puncak dari masa sulit yang dialami para produsen tahu yaitu awal Bulan September 2013. Mereka melakukan protes dengan menyepakati perjanjian sesama pengusaha industri pengolahan tahu di Desa Poncoruso untuk tidak beroperasi dalam pembuatan tahu. Hal ini berdampak pada kerugian para pengusaha industri pengolahan tahu. Industri tahu di Indonesian akan menghentikan produksi, sebagai protes terhadap kenaikan harga (Radio Australia, 2012). Begitu juga dengan para pengusaha tahu di Desa Poncoruso. Mereka akan melakukan aksi mogok produksi sebagai protes kepedulian mereka terhadap sesama industri pengolahan tahu agar pemerintah menurunkan harga kedelai yang dirasa sangat menyulitkan mereka. Mereka memilih untuk memberhentikan para pekerjanya, karena kerugian yang mereka dapatkan semakin besar. Kenaikan harga bahan bakar minyak, kenaikan permintaan dolar, dan inflasi yang berkepanjangaan merupakan efek domino dari pemangkasan subsidi bahan bakar minyak di Indonesia. Kebijakan pemerintah mengenai pemangkasan dan pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar di Indonesia pada Bulan Juni 2013, menimbulkan gejolak di masyarakat. Sebagian masyarakat berpendapat tentang kenaikan harga BBM. Mereka mengharapkan kenaikan harga BBM dapat menyelamatkan penggunaan subsidi yang tidak tepat sasaran, karena selama ini subsidi BBM hanya dinikmati masyarakat menengah ke atas (masyarakat yang mempunyai pendapatan perkapita yang tinggi), sedangkan masyarakat kalangan bawah hanya dapat merasakan sebagian kecil dari adanya subsidi Bahan Bakar Minyak. Sebaliknya pendapat masyarakat yang tidak mendukung (kontra) kebijakan pemerintah dengan menaikan harga BBM adalah hal tersebut akan memicu inflasi yang tinggi, akan menyengsarakan rakyat miskin, melahirkan orang miskin yang baru, akan mendorong pemutusan hubungan kerja (PHK), dan dapat mengganggu stabilitas ekonomi. 2
Kenaikan harga BBM ini turut memberikan dampak negatif bagi masyarakat yaitu kenaikan semua harga barang dan jasa dan menurunnya daya beli masyarakat. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) merupakan usaha yang sangat rawan terkena dampak negatif tersebut karena UKM memiliki struktur modal yang kecil dan mempunyai kesulitan dalam mengakses pinjaman perbankan. Sehingga, apabila tejadi penurunan daya beli masyarakat, UKM ini akan menjadi titik yang sangat rawan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Pada Bulan Juli tahun 2013, kenaikan harga-harga barang dan jasa, khususnya kedelai, tidak dapat dihindari. Tahu merupakan makanan tradisional yang tidak kalah dengan makanan modern seperti roti. Selain itu, tahu memiliki gizi yang bagus karena berbahan dasar kedelai. Tahu produksi Desa Poncoruso terkenal dengan nama tahu serasi. Tahu serasi merupakan tahu unggulan, bahkan merupakan tahu khas yang ada di Kabupaten Semarang. Peneliti tertarik pada permasalahan kenaikan harga kedelai yang berdampak pada pemberhentian para pekerja industri pengolahan tahu, karena adanya kenaikan harga kedelai, tingginya tingkat pemintaan mata uang dolar Amerika yang mengakibatkan dolar menjadi langka dan mahal, dan pemangkasan subsidi BBM yang memicu adanya inflasi. Pengolahan industri tahu menggunakan bahan dasar kedelai, sehingga para pengusaha industri pengolahan tahu merasakan dampak kenaikan harga BBM secara langsung. Jika harga kedelai mahal, maka akan membuat para pengusaha industri pengolahan tahu mengalami kerugian. Pendistribusian juga akan mengalami peningkatan dalam biaya transportasi, yaitu biaya untuk membeli bahan bakar yang lebih besar. Pasca kenaikan harga kedelai, para konsumen tahu kesulitan dalam mendapatkan tahu di pasaran karena aksi banyaknya para pengusaha tahu yang gulung tikar dan adanya aksi mogok kerja dari pengusaha-pengusaha tersebut. Aksi pemogokan yang dilakukan para perajin sebagai bentuk protes terhadap tingginya harga kedelai, akan membuat produksi tahu dan tempe dalam negeri tidak akan terpenuhi (Okezone, 2013). Jika harga kedelai semakin mahal, para pengusaha industri pengolahan tahu ini sepakat untuk tidak berproduksi. Namun jika harga kedelai kembali ke harga semula, maka para pengusaha industri pengolahan tahu ini akan kembali beroperasi lagi. Kenaikan harga kedelai saat ini merupakan akibat dari kuota impor kedelai di Indonesia yang mengalami penurunan. Penurunan kuota impor kedelai juga menyebabkan adanya 3
kelangkaan mata uang dolar Amerika Serikat dan meningkatnya nilai tukar dolar. Para pengusaha yang mengalami kerugian terpaksa memberhentikan para tenaga kerjanya. Pemberhentian tersebut berpengaruh pada perekonomian rumah tangga di Desa Poncoruso. Pendapatan rumah tangga para pekerja yang diberhentikan menjadi berkurang dan pemberhentian itu akan menambah jumlah pengangguran di Desa Poncoruso. Jika para pekerja yang diberhentikan dari industri pengolahan tahu ini tidak mendapatkan pekerjaan, maka perekonomian rumah tangga mereka akan terganggu. Rumah tangga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar didalamnya. Rumah tangga para pekerja yang diberhentikan bekerja dari industri pengolahan tahu di Desa Poncoruso, bagaimana mereka mencukupi kebutuhan sehari-hari setelah kehilangan pekerjaan dan matapencahariannya. Kebutuhan hidup mereka tidak dapat terpenuhi karena kehilangan matapencahiran. Para mantan pekerja industri pengolahan tahu ini, baik dalam jumlah maupun macam kebutuhannya relatif tidak banyak dan tidak dapat mencukupi kebutuhan, bila dibandingkan dengan kebutuhan sebelumnya saat mereka masih mempunyai pekerjaan dan mempunyai pendapatan yang tetap. Kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi hal ini disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasana untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan mereka sangat kecil, sehingga banyak kebutuhan mereka yang tidak dapat terpenuhi. Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan rumah tangga, maka dengan sadar atau tidak rumah tangga harus membuat pilihan, mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat sebesar-besarnya dengan penggunaan alat pemuas kebutuhan tertentu, atau memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan pengorbanan paling kecil di antara pilihan-pilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu (Bayu, 2012). Artinya para pekerja yang diberhentikan mulai menyadari bahwa mereka harus mempertahankan kehidupan mereka dan melihat sebuah peluang usaha setelah diberhentikan bekerja di industri pengolahan tahu. Berdagang dan menawarkan jasa-jasa merupakan salah satu pilihan bagi sebagian masyarakat untuk memperoleh penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Salah satu pendekatan dalam memahami kehidupan ekonomi rumah tangga para pekerja yang diberhentikan di Desa Poncoruso adalah dengan menggunakan strategi nafkah (livelihood strategies). Pendekatan ini tidak hanya berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih memahami bagaimana kehidupan
4
rumahtangga, apa prioritas hidup mereka dan apa yang dapat membantu mereka sehingga dapat bertahan hidup. Penelitian ini difokuskan pada pilihan untuk bertahan hidup yang menggunakan strategi nafkah ekonomi rumah tangga bagi para pekerja yang diberhentikan di Desa Poncoruso. Bagaimana dan apa saja yang mempengaruhi terbentuknya strategi nafkah ekonomi rumah tangga yang merupakan pertanyaan yang mendasari penelitian ini. Selain itu ada beberapa pertanyaan lain yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu: 1. Jenis pekerjaan apa yang dipilih sebagai sumber mata pencaharian segera setelah diberhentikan sebagai pekerja di pabrik tahu? 2. Berapa lama waktu yang diperlukan para pekerja pabrik tahu yang diberhentikan untuk mendapatkan pekerjaan pengganti? 3. Bagaimana gambaran penghasilan yang diperoleh para pekerja yang diberhentikan dari pabrik tahu dengan pekerjaan mereka yang baru? Penelitian ini merupakan sebagian dari studi kemiskinan yang bertujuan untuk mengetahui strategi dalam mengatasi masalah ekonomi rumah tangga setelah keluar dari pekerjaan. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk studi-studi tentang kemiskinan dan menjadi dasar masukan untuk pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk melakukan pemberdayaan ekonomi.
TINJAUAN PUSTAKA Livelihood Startegies Strategi nafkah (livelihood startegies) secara sederhana diartikan sebagai cara dimana orang memenuhi kebutuhan mereka atau peningkatan hidup (Robert Chambers 2004). Pada penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa strategi nafkah mencakup pendapatan cash atau berupa uang dan pembayaran dengan barang atau hasil bumi maupun dalam bentuk lainnya seperti institusi (saudara, kerabat, tetangga, desa), relasi gender, dan hak milik yang dibutuhkan untuk mendukung dan untuk keberlangsungan hidup yang sudah ada (Ellis 2000). Sumberdaya yang dimiliki atau yang dapat diakses oleh rumahtangga digunakan untuk bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan 5
kesejahteraan ekonomi rumahtangga (Ellis, 2000). Studi tentang strategi nafkah ini dilakukan untuk lebih memahami pilihan strategi yang dilakukan yang diambil oleh rumahtangga sebagai hubungan antara akses sumberdaya, dan aktivitas yang dipengaruhi oleh sistem ekologi dan sistem sosial kemasyarakatan (Ashley dan Carney 2000). Penelitian sebelumnya mengenai strategi nafkah yang dilakukan Purnomo (2006) menunjukan bahwa strategi nafkah dikelompokan menjadi dua kelompok, strategi nafkah berbasis modal alami dan strategi nafkah berbasis bukan modal alami. Strategi nafkah ganda juga menjadi perilaku atau tindakan ekonomi yang cukup menonjol digunakan oleh petani perkebunan miskin. Strategi nafkah ganda tersebut dianggap mampu untuk menambah penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga (Sumarti, 2007). Penelitian lain dilakukan oleh (Widodo 2010) mengimplikasikan bahwa petani di pedesaan mengalami mixed ethic, pada satu sisi berorientasi pada etika sosial-kolektif dan pada sisi lain harus berorientasi pada keuntungan material. Dalam strategi nafkah, pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga dan migrasi menjadi strategi yang dipilih oleh rumah tangga miskin (Widodo, 2011). Livelihood (strategi nafkah) adalah istilah yang menggambarkan bagaimana masyarakat memiliki kekuatan dan sumber daya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendekatan ini tidak hanya berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan saja, tetapi lebih memahami tentang bagaimana kehidupan rumah tangga, apa prioritas hidup mereka dan apa saja yang dapat membantu mereka bertahan hidup. Setiap orang memiliki strategi nafkah yang berguna untuk memperbaiki kualitas hidupnya, seperti mengunakan aset yang dimanfaatkan sedemikian rupa, misalnya sepeda motor dan tanah (sumber daya) digunakan untuk menunjang kualitas hidup mereka dan digunakan sebagai sumber kekuatan dalam meningkatan kualitas hidup, ekonomi, sosial, dan budaya. Tanah dan sepeda motor dapat digunakan sebagai modal awal untuk merubah nasib mereka. Cara lain untuk meningkatkan kualitas hidupnya, yaitu dengan menggabungkan kemampuan, keahlian, dan pengetahuan dengan sumber daya yang berbeda-beda yang dimiliki untuk membuat kegiatan yang memungkinkan orang tersebut mencapai kehidupan yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Segala sesuatu yang digunakan untuk menciptakan mata pencaharian yang baru dapat dikatakan sebagai aset mata pencaharian. Strategi nafkah yang digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup juga dapat digunakan untuk memperbaiki taraf hidup serta kebutuhan ekonomi rumah tangga dengan menggunakan sumber daya yang
6
ada dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin, seperti karakter dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
7
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Poncoruso Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja karena Desa Poncoruso merupakan salah satu desa yang masyarakatnya notabene bermata pencaharian sebagai pengusaha dan pekerja industri pengolahan tahu. Selain itu letak desa yang strategis dalam penyaluran atau distribusi barang dan jasa, karena dekat dengan daerah wisata, seperti Bandungan, Gedong Songo, Umbul Sidomukti dan Curug Tujuh Bidadari, dan memiliki akses-akses ekonomi/sosial seperti pasar, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan lain-lain. Kondisi jalan yang agak rusak juga menjadi salah satu faktor yang menghambat masyarakat Desa Poncoruso untuk berinteraksi dengan orang-orang di luar desa. Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti memilih ekonomi rumah tangga para pekerja industri pengolahan tahu yang diberhentikan. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif yang berdasarkan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara mendalam dengan pekerja yang diberhentikan dari industri pengolahan tahu di Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Jawa Tengah. Penelitian berupa studi kasus ini bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan dari karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang diteliti (Stake, 2005). Dalam studi kasus, peneliti hanya mengambil beberapa kasus saja dan mendalami kasus tersebut. Objek dalam penelitian ini adalah para pekerja yang diberhentikan dari industri pengolahan tahu yang berjumlah enam orang. Pemilihan informan secara kebetulan, karena salah satu dari informan ini adalah pedagang sayur-sayuran yang berjualan di Ungaran. Informan ini merupakan mantan pekerja industri pengolahan tahu yang diberhentikan dari Desa Poncoruso. Pemilihan enam informan ini dengan alasan yang bekerja sebagai wiraswata dan yang menawarkan jasa-jasanya yang digunakan sebagai matapencaharian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Wawancara terhadap para informan yang berprofesi sebagai wiraswata dan yang menawarkan jasa-jasanya bertujuan untuk menggali informasi yang mendalam mengenai strategi pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga mereka pasca diberhentikan dari tempatnya bekerja. 8
Karena di Desa Poncoruso kaya akan sumber daya alam, seperti di hasil pertaniannya dan di daerah tersebut merupakan salah satu jalan menuju tempat pariwisata, yang berpotensi dan mendapatkan pendapatan jika bekerja sebagai orang yang menawarkan jasa-jasanya dan berwiraswasta. Pertama peneliti mengenal dan mengetahui seorang informan yang dijadikan informan khusus. Informan pertama adalah Budi yang dijadikan informan khusus. Kemudian peneliti mendapatkan informasi dari informan khusus tersebut beberapa rekannya yang bernasib serupa dengan dirinya. Pada akhirnya, peneliti menentukan enam informan yang di teliti untuk mengetahui informasi dari informan selanjutnya menggunakan teknik yang sama dengan pertanyaan dan cara yang sama dengan informan sebelumnya. Peneliti hanya mengambil enam informan dari sepuluh pekerja yang diberhentikan dari satu perusahaan karena hanya enam informan yang dapat dihubungi untuk diwawancarai secara mendalam. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diharapkan, Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan dengan cara wawancara mendalam pada informan kunci yaitu pedagang sayur-sayuran yang merupakan mantan pekerja dari industri pengolahan tahu. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan memperoleh jawaban dari informan secara langsung. Teknik wawancara mendalam yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara dengan para pekerja yang diberhentikan dari industri pengolahan tahu. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, karena sesuai dengan permasalahan yang menuntut gambaran realitas ekonomi dan sosial. Informasi didapatkan melalui wawancara mendalam selama penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal empat belas hingga dua puluh Juli 2014 dengan cara mendatangi rumah para informaninforman. Wawancara yang dilakukan dengan acuan beberapa pertanyaan lapangan. Pertanyaan tersebut disusun agar informasi yang didapatkan dapat menjawab masalah penelitian. Pencarian informasi tidak sulit karena Desa Poncoruso merupakan akses atau desa penghubung menuju daerah wisata seperti Candi Gedong Songo, Umbul Sidomukti, Blater
9
dan Curug Tujuh Bidadari, sehingga mayoritas penduduk Desa Poncoruso memiliki sifat ramah terhadap orang baru yang berkunjung ke desa mereka. Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti mengambil rumah tangga pekerja yang diberhentikan ini berdasar pada informan pertama sekaligus pelaku dari industri pengolahan tahu yang diberhentikan. Informan pertama tersebut adalah informan khusus, lalu mempertanyakan siapa saja teman atau rekan kerjanya yang juga diberhentikan sebagai rumah tangga kasus. Pemilihan untuk rumah tangga kasus didasari oleh perbedaan karakter nafkah rumah tangga yang berprofesi di sektor pertanian, sektor jasa-jasa, dan di sektor industri pengolahan. Rumah tangga kasus sebagai informan awal dijadikan sebagai objek penelitian pertama untuk mengetahui hal apa yang pertama dilakukan setelah diberhentikan dari pekerjaanya. Kemudian peneliti mempertanyakan siapa saja rekan-rekan yang mengalami kejadian serupa. Pada informan selanjutnya akan dilakukan hal yang sama apa yang seperti dilakukan kepada informan-informan yang diwawancarai sebelumnya. Pemilihan rumah tangga kasus pada penelitian ini dilakukan berdasarkan wawancara mendalam kepada pekerja yang diberhentikan dari informan yang memberikan informasi sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan apa yang telah dibuat yang akan digunakan untuk bahan interpretasi dan analisis ekonomi, untuk para pekerja yang diberhentikan di Desa Poncoruso. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis bagaimana keadaan ekonomi-sosial masyarakat di pedesaan serta strategi-strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Pertama, peneliti akan mendeskripsikan profil ekonomi-sosial rumah tangga para pekerja yang diberhentikan di Desa Poncoruso. Kedua, peneliti akan menganalisis aktivitas nafkah dan pilihan strategi nafkah rumah tangga para pekerja yang diberhentikan di Desa Poncoruso, dan kemudian akan membuat kesimpulan.
10
Pembahasan & Analisis 1. Jenis Pekerjaan Tabel 1 Jenis Pekerjaan, Tempat Menabung dan Modal Mendapatkan Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Tempat Menabung
Modal Awal
1
Penjual Sayur Keliling
Di Rumah
Kendaraan/Sepeda Motor
2
Tukang Bongkar Kayu
Di Rumah
Fisik yang Prima
3
Buruh Pabrik
Di BRI
Kendaraan/Sepeda Motor
4
Buruh Bangunan
Di Rumah
Fisik yang Prima
5
Penjual sayur-sayuran di rumah
Di Rumah
Lahan/Tanah
6
Buruh Bangunan
Di Rumah
Fisik yang Prima
Sumber : Data Lapangan, 2014 Tabel 1 menunjukkan semua informan mampu menabung (sebagian besar menabung di rumah) setelah mendapatkan pekerjaan baru saat penelitian dilakukan, sekalipun hampir semuanya tidak memanfaatkan jasa perbankan. Jenis pekerjaan baru setelah di PHK bervariasi antara sebagai buruh (jual jasa tenaga kerja di bangunan dan pabrik) dengan wiraswasta (penjual sayur keliling) menjelaskan bahwa kemampuan menyesuaikan diri dengan peluang kerja dan peluang usaha yang mereka peroleh relative cepat sehingga memampukan mereka keluar dari status penganggur pantas di apreasiasi mengingat keberanian mereka untuk masuk di jenis pekerjaan dan usaha yang berpenghasilan tidak tetap dari jenis pekerjaan sebelumnya yang berpenghasilan tetap; dengan modal kemauan dan modal tenaga.
11
Tabel 2 Cara Memenuhi Kebutuhan Jika Pendapatan Tidak Mencukupi No
Jenis Pekerjaan
Cara Menutup Kebutuhan
1
Penjual Sayur Keliling
Kredit ke Bank BRI
2
Tukang Bongkar Kayu
Mencari Pinjaman Ketempat Tetangga
3
Buruh Pabrik
Mencari Pinjaman Ketempat Saudara
4
Buruh Bangunan
Mencari Pinjaman Ketempat Saudara
5
Penjual sayur-sayuran di rumah
Mencari Pinjaman Ketempat Saudara
6
Buruh Bangunan
Mencari Pinjaman Ketempat Saudara
Sumber : Hasil penelitian (diolah), 2014 Tabel 2 menjelaskan hampir semua informan (buruh dan usaha rumahan) menggunakan pinjaman ke tetangga sebagai cara menutup kebutuhan daripada kredit ke lembaga keuangan formal maupun non formal. Hal ini menunjukkan rendahnya akses informan ke lembaga pelepas uang formal dan berisiko tinggi pinjam ke rentenir berbunga tinggi namun hal ini bisa diredam karena tingginya semangat saling tolong menolong diantara informan dengan rukun tetangga disamping adanya semangat gotong royong (syarat pinjam hanya kepercayaan, tanpa bunga mudah dan cepat) dalam menghadapi kesulitan; sangat membantu mereka yang terkena PHK untuk segera bangkit memperjuangkan sumber penghasilan keluarga.
12
Tabel 3 Umur, Jenis Pekerjaan, dan Status Pernikahan
No
Nama Informan
Umur
Jenis Pekerjaan
Status Pernikahan
1
Budi
41 Tahun
Penjual sayur keliling
Sudah Berkeluarga
2
Agus
25 Tahun
Tukang bongkar kayu
Sudah Berkeluarga
3
Rian
18 Tahun
Buruh pabrik
Belum Berkeluarga
4
Tukul
42 Tahun
Buruh bangunan
Sudah Berkeluarga
5
Surito
37 Tahun
6
Nuryasin
29 Tahun
Berjualan sayuran di rumah Buruh bangunan
Sudah Berkeluarga Sudah Berkeluarga
Sumber : Hasil penelitian (diolah), 2014 Tabel 3 menunjukkan sebagian besar informan sudah memiliki keluarga (ada salah satu dari mereka yang belum bekeluarga). Informan Rian adalah informan yang belum berkeluarga. Biasanya informan yang belum berkeluarga memilih jenis pekerjaan yang mendapatkan pendapatan tetap, karena pekerjaan dengan pendapatan tetap memiliki waktu kerja yang teratur. Informan yang memiliki pekerjaan dengan pendapatan tidak tetap biasanya sudah berkeluarga. Mereka memilih jenis pekerjaan tersebut karena ingin mencoba pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan sebelumnya.
13
2. Waktu Pencarian Pekerjaan Baru Tabel 4 Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Mendapatkan Pekerjaan Penganti sesuai Modal Awal yang Dimanfaatkan
No
Jenis Pekerjaan
Sumber Daya yang
Lama Waktu yang
Dimiliki
Dibutuhkan
1
Penjual sayur keliling
Kendaraan/Sepeda Motor
14 hari
2
Tukang bongkar kayu
Fisik yang Prima
17 hari
3
Buruh pabrik
Kendaraan/Sepeda Motor
60 hari
4
Buruh bangunan
Fisik yang Prima
30 hari
5
Berjualan sayuran di rumah
Lahan/Tanah
7 hari
6
Buruh bangunan
Fisik yang Prima
30 hari
Sumber : Data Lapangan, 2014 Tabel 4 menunjukkan berapa lama waktu yang dibutuhkan para informan dalam mencari pekerjaan baru dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki atau yang dapat diakses para informan. Semua informan membutuhkan waktu lebih dari enam hari setelah dikeluarkan dari industri pengolahan tahu. Informan yang memiliki sumber daya seperti, lahan dan kendaraan membutuhkan waktu yang lebih cepat karena mereka dapat menggunakan lahan dan kendaraan sebagai faktor pendorong untuk mendapatkan pekerjaan baru dengan cepat, seperti wiraswasta (usaha rumahan penjual sayuran di rumah dan penjual sayuran keliling). Sementara sebagian besar dari informan, memiliki sumber daya seperti fisik yang prima. Modal fisik saja sebenarnya tidak cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang baru. Sehingga informan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk medapatkan pekerjaan itu. Modal fisik biasanya hanya dibutuhkan jika terdapat proyek pembangunan dan bongar muat kayu. Lama waktu mendapatkan pekerjaan dengan modal awal fisik yaitu selama tujuh belas hari.
14
3. Perbandingan Penghasilan Tabel 5 Pendapatan Selama Sebulan No
Jenis Pekerjaan
1
Penjual sayur keliling
2
Tukang bongkar kayu
3
Buruh pabrik
4
Buruh bangunan
5
Penjual sayur-sayuran di rumah
6
Buruh bangunan
Rp 500.000 Rp1.000.000
>Rp 1.000.000
Sumber : Data Lapangan, 2014 Tabel 5 menunjukkan sebagian besar pendapatan informan mencapai atau lebih dari Rp 1.000.000,00. Gambaran pendapatan buruh pabrik, buruh bangunan, penjual sayursayuran keliling dan penjual sayur di rumah yang didapatkan dari jenis pekerjaan baru dalam satu bulan mendapatkan pendapatan lebih dari Rp 1.000.000,00. Sementara untuk jenis pekerjaan sebagai tukang bongkar kayu hanya mendapatkan upah sebesar kurang dari Rp 500.000,00 selama lima belas hari kerja. Namun, untuk mencukupi kebutuhannya, informan yang bekerja sebagai tukang bongkar kayu ini bekerja serabutan sebagai juru parkir dan juru penyeberangan jalan selama lima belas hari berikutnya.
15
Tabel 6 Perbandingan Penghasilan antara Pekerjaan Lama dengan Pekerjaan Baru
No
Nama Informan
Pendapatan di Pabrik Tahu
Pendapatan di Pekerjaan Baru
Jenis Pekerjaan
1
Budi
Rp 900.000,00
Rp 1.500.000,00
Penjual sayur keliling
2
Agus
Rp 900.000,00
Rp 1.060.000,00
Tukang bongkar kayu
3
Rian
Rp 900.000,00
Rp 1.600.000,00
Buruh pabrik
4
Tukul
Rp 900.000,00
Rp 1.030.000,00
Buruh bangunan
5
Surito
Rp 900.000,00
Rp 990.000,00
Berjualan sayuran di rumah
6
Nuryasin
Rp 900.000,00
Rp 1.440.000,00
Buruh bangunan
Sumber : Data Lapangan, 2014 Tabel 6 menunjukkan perbandingan pendapatan dari pekerjaan sebagai tenaga di industri pengolahan tahu dengan pekerjaan yang baru setelah dikeluarkan. Semua pendapatan perbulan informan lebih tinggi dari pendapatan di industri pengolahan tahu. Jenis pekerjaan seperti buruh bangunan, cenderung memerlukan pekerjaan tambahan. Biasanya mereka juga bekerja sebagai tukang juru parkir, juru penyeberangan, atau menggarap lahan milik orang lain karena pekerjaan sebagai buruh bangunan kurang mencukupi kebutuhan.
16
Gamabaran Umum Poncoruso berasal dari dua kata, yaitu “ponco” dan “ruso”. Ponco artinya lima, dan ruso artinya kuat. Poncoruso berarti lima orang yang kuat dalam membangun desa itu. Desa Poncoruso merupakan desa yang penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan wiraswasta (dagang). Penduduk Desa Poncoruso sangat terbuka dan ramah dengan orang-orang baru yang berkunjung ke desa mereka karena Desa Poncoruso merupakan salah satu akses menuju ke beberapa tempat wisata, seperti Curug Tujuh Bidadari, Umbul Sidomukti, Candi Gedong Songo, dan Pasar Bandungan. Selain itu, Desa Poncoruso juga merupakan akses menuju ke tempat pemancingan. Pada batas wilayah sebelah timur merupakan desa yang sebagian besar memiliki usaha pemancingan, yaitu Desa Blater. Sebelah utara Desa Poncoruso berbatasan dengan Desa Karang Joho dan Desa Prampelan, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kali Pakopen. Terdapat Desa Sorogenen dan Desa Srumbung merupakan batas barat dari Desa Poncoruso.
17
Analisis Penelitian Strategi nafkah para pekerja industri pengolahan tahu, setelah diberhentikan di Desa Poncoruso Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang terbentuk dari ketersediaan sumber daya yang dijadikan sumber nafkah oleh para pekerja yang diberhentikan ini. Tipologi strategi nafkah dari para pekerja ini adalah strategi nafkah yang berbasis pada sumber daya alam dan sumber keuangan. Para pekerja yang diberhentikan dari tempatnya bekerja mempunyai strategi bertahan hidup yang dapat dilihat secara ekonomi untuk mempertahankan hidup mereka dan keluarganya, karena sudah tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan penghasilan yang tetap pula. Setelah diberhentikan, para pekerja ini menggunakan strategi bertahan hidup dengan mencari pekerjaan baru untuk mendapatkan kehidupan yang layak, menyambung hidup, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Terdapat beberapa dari informan yang berhasil meningkatkan kualitas hidupnya, yaitu yang bekerja sebagai wiraswasta atau buruh pabrik. Mantan pekerja yang beralih menjadi wiraswastawan memiliki sumber daya dari pinjaman bank atau pinjaman dari saudara. Selain itu, mereka mempunyai kemampuan dalam melihat peluang dan merealisasikan kesempatan tersebut. Mantan pekerja yang bekerja sebagai buruh pabrik cukup lama untuk mendapatkan pekerjaan ini. Namun, jenis pekerjaan ini juga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Penghasilan yang didapat dari wiraswasta dan buruh pabrik ini rata-rata lebih dari Rp 1.000.000,00 perbulan. Angka ini lebih besar daripada mereka bekerja sebagai pekerja di industri pengolahan tahu, yang penghasilannya kurang dari Rp 1.000.000,00. Wiraswasta di Desa Poncoruso memiliki potensi yang baik. Hal ini karena letak Desa Poncoruso yang dekat dengan Pasar Bandungan dan Pasar Ambarawa. Jika mereka melakukan pembelian stok dagangan akses menuju pasar tidak jauh. Lalu stok dagangan dapat dijual di daerah pusat pemerintahan dengan harga yang lebih murah dari harga yang ada di pusat pemerintahan, seperti Ungaran. Para wiraswastawan ini akan mendapatkan keuntungan dan mereka dapat meningkatkan kualitas dan taraf hidup mereka. Dari enam informan, hanya Rian yang mempunyai tabungan di bank. Lima informan lain memilih untuk menyimpan uang mereka di rumah, dengan alasan menabung di bank rumit dan sulit syaratnya. Selain itu uangnya tidak dapat digunakan sewaktu-waktu. Informan Rian memilih menabung di BRI karena terdapat fasilitas BRI unit desa yang dekat dengan 18
letak rumahnya. Sebagian besar para informan memiliki modal awal sebagai penunjang dalam menutup kebutuhan sehari-hari. Bentuk sumber daya tersebut berupa, kendaraan bermotor dan tanah/lahan yang digunakan untuk berjualan. Para informan cenderung menghindar dari masalah dengan bank. Mereka merasa semua urusan dengan bank selalu berbelit-belit prosesnya. Jika akan melakukan pinjaman, mereka harus melalui proses peninjauan atau survei dari pihak bank. Namun, lain hal jika meminjam uang kepada para tetangga atau sanak saudara, tidak perlu melalui proses survei dan pembayarannya juga tidak dikenai bunga, serta waktu pembayaran lebih fleksibel. Pinjaman dari bank biasanya menggunakan jaminan. Sehingga informan cenderung tidak memilih mencari pinjaman dari bank. Pinjaman dari saudara dan tetangga lebih cepat dan mudah. Penghasilan menjadi pekerja di idustri pengolahan tahu yaitu sebesar Rp 30.000,00 per hari. Setiap hari mereka bekerja selama delapan jam dimulai jam delapan pagi sampai dengan jam empat sore. Penghasilan tersebut lebih besar daripada penghasilan dari pekerjaan yang baru. Hal ini karena sebagian besar para informan bekerja lepas (tidak terikat waktu), sehingga kadangkala pada waktu tertentu tidak ada pekerjaan untuk mereka. Saat masih bekerja di industri pengolahan tahu, para informan dapat menutup kekurangan biaya kebutuhan sehari-hari dengan melakukan pinjaman kepada pemilik industri dan pembayarannya akan dipotong dari upah bulan berikutnya. Saat bekerja lepas seperti ini, para informan menutup kekurangan biaya kebutuhan dengan mencari pekerjaan lain sebagai pekerjaan tambahan. Walaupun pekerjaan yang baru tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan seharihari, mantan pekerja tahu tersebut mencari pekerjaan tambahan sebagai. Mantan pekerja yang mencari pekerjaan tambahan ini adalah informan Agus, Tukul dan Nuryasin, yang masingmasing memiliki pekerjaan utama sebagai buruh bangunan dan tukang bongkar kayu. Untuk mendapatkan pekerjaan sebagai buruh bangunan dan tukang bongkar kayu ini memerlukan waktu yang cukup lama. livelihood startegies pada kehidupan para mantan pekerja industri pengolahan tahu dapat meningkatkan kualitas hidup. Kehidupan para mantan pekerja tahu yang di PHK,
19
sekarang jauh lebih meningkat dan sejahtera dengan bekerja pada jenis pekerjaan yang berpendapatan tidak tetap dan waktu kerjanya tidak terikat.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa mantan pekerja industri pengolahan tahu mencari pekerjaan baru untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan keluarganya. Jenis pekerjaan yang dipilih dan yang dijadikan sebagai strategi nafkah oleh para mantan pekerja ini adalah di bidang jasa dan sebagaian dari mereka menggunakan strategi nafkah pada bidang wiraswasta. Pekerjaan baru mereka mempunyai pendapatan yang tidak tetap. Lama waktu yang di perlukan oleh para informan ini dilandasi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada seperti ada atau tidak adanya sumber daya yang dijadikan alat/sarana untuk mencari dan mendapatkan matapencaharian yang lain. Jika memiliki modal awal dan sumber daya yang digunakan ini mempengaruhi cepat dan lambatnya waktu dalam memiliki pekerjaan penggantinya. Pekerjaan sebagai mantan tenaga di industri pengolahan tahu memiliki pendapatan dalam satu bulan Rp 900.000,00 per bulan dan para pekerja yang diberhentikan ini dengan pekerjaan yang barunya lebih tinggi pendapatannya, jika dibandingkan dengan pendapatan di pekerjaan lama. Mantan pekerja yang belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan pekerjaan yang dipilihnya, yang berprofesi dibidang jasa, ini biasanya mencari pekerjaan tambahan untuk dapat menutup kekurangan kebutuhannya. Pekerjaan tambahan yang biasanya dipilih oleh para mantan pekerja itu antara lain, sebagai buruh tani, tenaga penyeberang jalan, dan juru parkir di warung bakso dan mie ayam. Keterbatasan Penelitian Dalam pengumpulan data, peneliti juga mengalami kesulitan untuk melakukan wawancara dengan informan yang direkomendasikan dari informan sebelumnya. Para informan tersebut sulit ditemui karena para informan melakukan pekerjaan serabutan tidak terikat oleh waktu. Selain itu, ada juga informan yang bekerja di luar kota. Peneliti hanya mendapatkan enam informan, yang berprofesi sebagai wiraswasta dan yang menawarkan di bidang jasa yang ada di Desa Poncoruso Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
20
Saran Pemerintah Kabupaten Semarang berserta birokasinya, sebaiknya mengatasi masalah mengenai pemberhentian para pekerja ini dengan membantu memberikan pembukaan lapangan pekerjaan yang baru dan permodalan untuk dijadikan modal awal untuk mendapatkan pekerjaan yang baru demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menjadi pedangan sayur-sayuran agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
21
DAFTAR PUSTAKA Arifin.
2008.
Harga
Kedelai
Melonjak,
Pemerintah
Terkejut.
http://barifin.multiply.com/blog\multiply-2008-02-06-harga-kedelai-melonjakpemerintah-terkejut.sthml. diakses 15 Maret 2014. Berita
Satu.
2013.
Menjaga
Stabilisasi
Harga
dan
Stok
Kedelai.
http://www.beritasatu.com/blog/ekonomi/2816-menjaga-stabilisasi-harga-dan-stokkedelai.html. diakses 5 September 2014. Chambers, Robert. 2004. Ideas for development: reflecting forwards. England: Institute of Development Studies. Dharmawan, Arya H dan Manig, Winfried. 2000. Livelihood Strategies and Rural Changes in Indonesia; Studies on Small Farm Communities, Session: Assessment of Poverty and Livelihood Strategies, Institut of Rural Development the University of Germany, Waldweg 26, 37073 Gottingen. Dharmawan, Arya H; Tulak, Paulina, P dan Juanda, Bambang, Struktur Nafkah Rumah tangga Petani Transmigran: Studi Sosio-Ekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masno Kabupaten Manokwari. Sodality. Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. ISSN: 1978-4333. Vol. 3 No. 2: 203-220. Dharmawan, Arya H. 2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. Sodality. Vol. 1 No. 2: 169-192. Ellis, Frank. 1999. Rural Livelihood Diversity In Developing Countries: Evidence And Policy Implications. Natural Resource Perspectives. _________. 2000. Rural Livelihoods and Diversityin Developing. New York: Oxford University Press. Http://www.darwinsaleh.com/Kompetisi Blog _ Darwin Zahedy Saleh Official.html, Tim Studi CSIS . 2011. Penyesuaian Subsidi BBM Pilihan Rasional Penyelamatan Ekonomi. Naskah Kebijakan. diakses 8 April 2014. 22
Kedaulatan Rakyat. 2013. Industri Tahu dan Tempe Temanggung Terancam Bangkrut. http://krjogja.com/read/190441/industri-tahu-dan-tempe-temanggung-terancambangkrut.kr. diakses 2 April 2014. Okezone.
2013.
Kenapa
Harga
Kedelai
Melambung?.
http://economy.okezone.com/read/2013/09/11/320/864282/kenapa-harga-kedelaimelambung. diakses 4 April 2014. Pramutoko, Bayu. 2012. Ekonomi Mikro: PengantarIlmuEkonomi 1. Surabaya: Jendela Pustaka Utama. Purnomo, Agustina, M. 2006. Strategi Nafkah Rumah Tangga Desa Sekitar Hutan: Studi Kasus Desa Peserta PHBM. Thesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Purwanto, Niken Paramita. 2013.
Subsidi BBM Sebagai Penyebab Defisit Neraca
Perdagangan. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik. Radio
Australia.
2012.
Industri
Tahu
dan
Tempe
akan
Hentikan
Produksi.
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2012-07-25/industri-tahu-dan-tempeakan-hentikan-produksi/985996. diakses 2 April 2014. Sriyadi. 2011. Respon Konsumen Tempe Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Di Kabupaten Bantul (Tempe Consumer’s Response Toward Price Increase Soybean In Bantul). Sumarti, Titik. 2007. Kemiskinan Petani dan Strategi Nafkah Ganda Rumahtangga Pedesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. p. 217232. Widodo, Slamet. 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir, Makara Sosial Humaniora. Vol.15,No.1:10-20, Bangkalan-Indonesia. Widiyanto; Dharmawan, Hadi, H dan Prasodjo, Nuraini, W. 2010. Strategi Nafkah Rumah tangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing: Studi Kasus Desa Wonotirto dan Desa Campursari Kec. Bulu Kab. Temanggung. Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. ISSN: 1978-4333. Vol. 4. No. 1. Hal. 91-114. 23
Wikarya, Uka. 2012. Kajian Kebijakan BBM Bersubsidi; Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia Yayasan Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. www.bappeda.posokab.go.id Yuliandani R. 2011. Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan Rumah Tangga Pekerja Batik Tulis Tradisional (Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yusuf Azis. 2012. Adaptasi Ekonomi Pengusaha Agribisnis Tahu dalam Menghadapi Kenaikan Harga Kedelai di Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Perdesaan. Vol. 2 No. 4 (Desember).
24
Lampiran-1 Daftar Pertanyaan
STRATEGI MEMPERTAHANKAN HIDUP SECARA EKONOMI (Studi tentang Lifelihood Rumah Tangga Pekerja yang diberhentikan dari Industri Pengolahan Tahu di Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen Jawa Tengah)
Bapak/Ibu yang terhormat, Demi mempertahankan dan memperoleh kehidupan yang lebih baik dan layak, serta meningkatkan kualitas hidup paska diberhentikan dari industri pengolahan tahu, kami mohon bantuan Bapak/Ibu untuk memberikan informasi dibawah ini. Semua keterangan dan jawaban yang diperoleh semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Oleh sebab itu, jawaban yang Bapak/Ibu berikan besar sekali artinya bagi kelancaran penelitian ini. Peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan Bapak/Ibu.
Peneliti
Eko Adi Setiawan
25
IDENTITAS INFORMAN
1.
Nama
:
2.
Umur
:
3.
Jenis kelamin
4.
Alamat
5.
Pendidikan terakhir
:
: :
Tidak sekolah
SD SMP SMA Diploma Sarjana 6. Apa yang dilakukan segera setelah diberhentikan? 7. Apakah mendapatkan pesangon/tunjangan dari tempat kerja setelah diberhentikan? 8. Apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sebelum mendapatkan pekerjaan yang baru? 9. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang baru? 10. Pekerjaan sekarang Tidak bekerja Wiraswasta Petani Lainnya …………………...… (sebutkan!) 11. Mengapa memilih pekerjaan itu? Apa alasannya? 12. Berapa jumlah tanggungan di dalam rumah? tidak ada satu orang dua orang lainnya ………………………. (sebutkan!) 13. Berapa pendapatan dalam satu bulan? < Rp 500.000 RP 500.000 – Rp 1.000.000 26
> Rp 1.000.000 14. Dimana anda menyimpan sisa penghasilan setelah digunakan untuk kebutuhan ? Di rumah Arisan Di Bank ………….………
(sebutkan!)
15. Apakah memiliki modal awal? Tanah/lahan Keahlian khusus/keterampilan Kendaraan Lainnya …………………….. (sebutkan!) 16. Bagaimana cara untuk menutup kebutuhan jika pendapatan tidak mencukupi? Pinjam Bank ……………………. (sebutkan!) Pinjam di arisan Lainnya …………………………. (sebutkan!) 17. Kenapa memilih itu, apa alasannya? 18. Penghasilan sekarang berdasarkan pekerjaan yang baru ini, apakah lebih besar atau lebih kecil dari pekerjaan yang lama?
27
Lampiran-2 Data Jenis Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Informan
No
Nama Informan
Jenis Pekerjaan
1
Budi
Penjual sayur keliling
2
Agus
Tukang bongkar kayu
3
Rian
Buruh pabrik
4
Tukul
Buruh bangunan
5
Surito
Berjualan sayuran di rumah
6
Nuryasin
Buruh bangunan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Sumber : Data Lapangan, 2014
28